Upload
haanh
View
228
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
LAPORAN AKHIR
PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (P2M) DANA DIPA UNDIKSHA TAHUN 2015
MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI SD 1 TOJAN KLUNGKUNG
Oleh: Prof. Dr I Wayan Suastra, M.Pd
NIDN.0015056203 Dr. A.A.I.A Sudiatmika, M.Pd
NIDN.0022066006 Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si
NIDN. 0031125821
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
AGUSTUS,2015
2
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Judul P2M : Model Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal di SD 1 Tojan Klungkung
1. Mitra Program P2M
: Ngakan Ketut Astika S.Pd (Kepala SD 1 Tojan Klungkung)
2. Ketua Tim Pengusul a. Nama b. NIP c. Jabatan/Golongan d. Jurusan/Fakultas e. Perguruan Tinggi f. Bidang Keahlian g. Alamat Kantor/Telp/Faks/E-mail
h. Alamat Rumah/Telp/Faks/E-mail
: Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd. : 196205151988031005 : Guru Besar/ IVd : Pendidikan Fisika/FMIPA : Undiksha : Pendidikan IPA : Jalan Udayana Singaraja, Bali (0362) 25072 / (0362) 25335 : Jln. Sahadewa 15E Singaraja 196205151988031005/ [email protected]
3. Anggota Tim Pengusul a. JumlahAnggota b. Nama Anggota 1/bidang keahlian c. Nama Anggota 2/bidang keahlian d. Mahasiswa yang terlibat
: 2 orang, : Dr. A.A.I.A Sudiatmika, M.Pd/ : Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si : 2 orang
4. Lokasi Kegiatan/Mitra a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) b. Kabupaten/Kota c. Propinsi d. Jarak PT ke lokasi mitra (km)
: Desa Tojan Kecamatan Klungkung : Klungkung/Klungkung : Bali : 95 km.
5. Luaran yang dihasilkan : Model pendidikan karakter di SD, artikel. 5. JangkawaktuPelaksanaan 8 bulan 7.
8. Biaya Total - Dikti - Sumber lain (sebutkan ….)
: Rp.28.800.000 (Dua puluh delapan juta delapan ratus ribu rupiah) : Rp. ---
3
MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI SD 1 TOJAN KLUNGKUNG
I Wayan Suastra
A.A.I.A Rai Sudiatmika Ida Bagus Putu Arnyana
ABSTRAK
Pengabdian pada Masyarakat (P2M) ini bertujuan untuk mengembangkan model
program pendidikan karakter berbasis kearifan lokal di SD No 1 Tojan Klungkung. Kalayak
sasaran program ini adalah Kepala Sekolah, guru SD Tojan sebanyak 13 orang, dan seorang
pegawai non guru serta Kepala Sekolah dan Guru SD 2 Tojan sebagai sekolah imbas yang
berjumlah 10 orang guru. Lokasi sekolah sangat strategis dan berada di tengah-tengah Desa
Tojan di pinggir jalan Klungkung-Gelgel. Hasil pengabdian meliputi 1) sekolah telah
melaksanakan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal dengan baik dan lancar melalui
berbagai kegiatan seperti pembelajaran di kelas, kegiatan ekstrakurikuler, pembiasaan sehari-
hari, dan keteladanan dari kepala sekolah dan guru. 2) dihasilkannya panduan pengembangan
pendidikan karakter berbasis kearifan lokal untuk Sekolah Dasar (SD) dan artikel ilmiah.
Kata-kata Kunci: Pendidikan karakter, kearifan lokal, sekolah dasar
iii
4
PRAKATA
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, laporan
pengabdian pada masyarakat (P2M) tahun 2015 yang berjudul Pengembangan Pendidikan
Karakter Berbasis Kearifan Lokal di SD 1 Tojan dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, tim
peneliti pada kesempatan ini menghaturkan ucapan terima kasih kepada :
1. Ketua Lembaga Pengabdian pada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha, atas
segala bantuan administrasi dan bimbingan sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
2. Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Klungkung, atas ijin dan
kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat di laksanakan dis ekolah tersebut.
3. Kepala SD 1 dan SD 2 Tojan Klungngkung, atas ijin dan kerjasamanya sehingga P2M
ini dapat dilaksanakan di sekolah tersebut.
4. Para guru SD 1 dan SD 2 Tojan Klungkung yang terlibat aktif dalam kegiatan ini.
5. Tim pengembang P2M ini yang telah memberikan masukan-masukan yang sangat
berharga sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.
6. Rekan-rekan di FMIPA Undiksha, atas kontribusinya dalam penyelesaian laporan ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang ikut berkontribusi dalam P2M ini yang tidak
sempat kami sebutkan satu persatu kami ucapkan terima kasih. Semoga Ida Sang Hyang
Widhi Wasa memberikan rahmat sesuai dengan jasa Ibu/Bapak.
iv
5
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL PENELITIAN ……………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………....……………………. ii
ABSTRAK................................................................................................................... iii
PRAKATA.........................………………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………... v
BAB I. ANALISIS SITUASI DAN RENCANA KEGIATAN................................. 1
1. Analisis Situasi.......................................................................................... 1
2. Tujuan dan Manfaat.................................................................................. 4
3. Target dan Luaran..................................................................................... 5
4. Metode dan rencana Kegiatan.................................................................. 5
BAB II. HASIL KEGIATAN...................................................................................... 7
BAB III. PENUTUP................................................................................................... 27
DAFTAR REFERENSI ............................................................................................. 28
v
1
BAB I
ANALISIS SITUASI DAN RENCANA KEGIATAN
1. Analisis Situasi Pada era industrialisasi dan globalisasi ini dengan persaingan yang semakin ketat
maka penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memegang peranan yang
penting. Tantangan ini menghajatkan kesiapan sumber daya manusia (SDM) Indonesia
yang handal dan berkualitas yang tidak saja mampu menguasai IPTEK, tetapi juga mampu
membentuk karakter bangsa yang berlandaskan kearifan lokal.Gardner (2007) mengatakan
bahwa untuk menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dibutuhkan lima
pikiran untuk masa depan (five mind for the future) yang meliputi: pikiran terdisiplin, pikiran
menyintesis, pikiran mencipta, pikiran merespek, dan pikiran etis. Lebih lanjut, Tilaar (2012)
mengatakan bahwa globalisasi harus dilawan dengan mengembangkan kreativitas dan
entrepreneurshipmelalui pedagogik kristis transformatif dalam pendidikan nasional.
Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah berat yang harus dilalui, yaitu
terjadinya krisis multidimensi yang berkepanjangan. Masalah ini sebetulnya mengakar pada
menurunnya kualitas moral bangsa yang dicirikan oleh membudayanya praktek Korupsi
Kolusi dan Nepotisme (KKN), narkoba, konflik (antar etnis, agama, politisi, remaja, RW,
banjar, desa), meningkatnya kriminalitas, menurunnya etos kerja, serta hilangnya budaya
malu jika telah melakukan hal-hal yang kurang baik di masyarakat. Budaya-budaya tersebut
adalah penyebab utama Negara kita sulit untuk bangkit dari krisis ini.Gunawan (2014)
mengatakan bahwa ada beberapa karakter bangsa Indonesia akhir-akhir ini yang mulai
berubah ke arah yang memprihatinkan. Misalnya terjadinya penurunan sikap religius, santun,
sabar, saling menghormati, dan mengutamakan musyawarah. Sekarang cenderung ke arah
yang destruktif.
Nampaknya diperlukan upaya untuk merajut kembali mutiara-mutiara bangsa yang
telah hilang atau menurun tersebut melalui proses pendidikan. Bahkan presiden terpilih Joko
Widodo telah mencanangkan program revolusi mental untuk mengembalikan karakter bangsa
Indonesia yang mulai tercerabut tersebut. Suprapto (2014) mengatakan bahwa revolusi
mental harus dimulai dari pendidikan, mengingat peran pendidikan sangat strategis dalam
membentuk mental anak bangsa (Jawa Pos, 5 September 2014, halaman 4).
2
Sekolah yang menjadi sasaran pengabdian pada masyarakat adalah Sekolah Dasar 1
Tojan yang berlokasi di tengah-tengah Desa Tojann Klungkung dengan profil sekolah
sebagai berikut. Luas lahan sekolah 20 are dengan luas bangunan 52,50 x 18,23 m2, jumlah
ruang kelas 6 buah, ruang ibadah, toilet, perpustakaan 9,47 x 3,5 m2, jumlah siswa tahun
ajaran 2014/2015 sebanyak 154 orang, jumlah guru 13 orang dan dibantu seorang pegawai
non guru. Berdasarkan hasil observasi ke sekolah tersebut dan wawancara dengan kepala
sekolah ditemukan ditemukan beberapa hal sebagai berikut. Pertama, sekolah ini letaknya
sangat strategis karena berada di tengah-tengah desa Tojan dan dipinggir jalan besar
Klungkung-Gelgel dan penataan lingkungan sekolahnya juga cukup baik sehingga kalau
dijadikan sekolah contoh sangat strategis. Kedua, pendidikan karakter di sekolah ini memang
sudah ada perencanaan ke arah itu, namun pemahaman kepala sekolah maupun guru dalam
pengelolaan sekolahnya maupun dalam implementasi kurikulumnya belum memadai.
Harapan dari Kepala Sekolah agar ada bantuan dari Undiksha untuk mengembangkan
pendidikan karakter di sekolah tersebut (surat permohonan terlampir). Kedua, Kepala sekolah,
guru dan pegawai menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan pendidikan karakter di
sekolah tersebut dan bahkan menyatakan kesiapannya menjadi sekolah contoh di Klungkung.
Ketiga, dukungan pihak Desa Tojan dalam hal ini disampaikan oleh Kepala Desa Tojan
Bapak Wayan Suastawa yang sangat mendukung dan mengharapkan ada kegiatan P2M
seperti ini sehingga anak-anak dari Desa Tojan menjadi anak-anak yang memiliki prestasi
tidak hanya dalam bidang akademik saja, tetapi juga memiliki karakter bangsa yang kuat
seperti jujur, bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarganya dan juga bangga terhadap
desanya. Bahkan Kepala Desa Tojan juga siap membantu dalam pelaksanaannya nanti
melalui bantuan ADD.
3
Gambar 1. Sekolah Dasar No. 1 Tojan Klungkung
Pendidikan merupakan faktor dominan dalam mengembangkan karakter bangsa.
Tirtarahardja dan Sulo (2005) mengatakan bahwa pendidikan sebagai proses transformasi
budaya dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pendidikkan merupakan proses
pemanusiaan untuk menjadikan manusia memiliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia
dewasa/bijaksana, dan manusia seutuhnya agar mampu menjalankan dan mengembangkan
budaya. Salah satu fungsi sekolah mencakup fungsi sosial. Sekolah dalam menjalankan
fungsi sosial harus mampu mensosialisasikan peserta didik, sehingga mereka nantinya bisa
mengubah diri mereka dan masyarakatnya. Masyarakat merupakan sebuah tempat yang
menjadi tempat hidup, tumbuh, berkembang dan berubah bagi manusia. Sekolah berupaya
menggali dan mewariskan kearifan lokal dalam membangun kehidupan berbangsa. Oleh
karena itu, sudah seharusnya kurikulum sekolah (dalam hal ini kurikulum 2013) memberikan
perhatian yang lebih besar pada pendidikan karakter bangsa dibandingkan kurikulum masa
sebelumnya.
Kearifan lokal merupakan suatu gagasan konseptual hidup dalam masyarakat, tumbuh
dan berkembang secara terus-menerus dalam kesadaran masyarakat dari sifatnya yang
berkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai dengan yang profan (bagian keseharian dari
hidup dan bersifat biasa-biasa saja). Keberagaman budaya Indonesia merupaklan modal besar
4
membangun bangsa. Setiap daerah memilikimkeunikan tersendiri dan mengandung kearifan
lokal masing-masing.Baker, et al (1995) menyatakan bahwa jika pembelajaran di sekolah
tidak memperhatikan budaya/kearifan lokal anak, maka konsekuansinya siswa akan
“menolak” atau hanya menerima sebagian konsep-konsep sains yang dipelajarinya. Kearifan
lokal didefinisikan sebagai kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah
(Gobyah, 2003). Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami sebagai
usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap
terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu (Ridwan, 2007).
Kearifan (wisdom) secara etimologi berarti kemampuan seseorang dalam menggunakan akal
pikirannya untuk menyikapi sesuatu kejadian, obyek atau situasi, sedangkan lokal
menunjukkan ruang interaksi dimana peristiwa atau situasi tersebut terjadi. Dengan demikian,
kearifan lokal secara substansial merupakan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat
yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertindak dan berperilaku sehari-hari.
Oleh karena itu, kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan
martabat manusia dalam komunitasnya (Geertz, 1992).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembangunan watak (character building)
amat penting. Kita ingin membangun manusia Indonesia yang berahklak, berbudi pekerti, dan
berperilaku baik. Bangsa ini ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia. Sudah
saatnya dibangun kembali kesadaran akan pentingnya pembinaan karakter bagi insan
Indonesia melalui pendidikan yang bermutu. Sesuai dengan pendapatnya Elmubarok (2008)
yaitu, mengumpulkan yang terserak, menyambung yang terputus, dan menyatukan yang
tercerai.
2. Tujuan dan Manfaat
2.1 Tujuan
Secara umum tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini
adalah memberdayakan kepala sekolah, guru, dan pegawai SD 1 Tojan Klungkung agar
mampu mengembangkanb pendidikan karakter di sekolahnya sehingga menjadi sekolah
rujukan di kabupaten Klungkung khususnya atau di Bali pada umumnya. Dengan demikian,
pada akhirnya muaranya adalah mampu mengembangkan lulusan SD yang tidak hanya
cerdas, tetapi juga berkarakter bangsa yang kuat. Secara khusus tujuan P2M ini adalah
sebagai berikut.
1) Memberdayakan kepala sekolah agar mampu mengelola sekolah yang berkarakter di
SD 1 Tojan Klungkung.
5
2) Memberdayakan guru agar mampu merancang dan mengimplementasikan kurikulum
2013 yang bermuatan karakter berbasis budaya lokal secara benar di kelasnya masing-
masing.
3) Memberdayakan pengawas SD di UPT kecamatan Klungkung dalam memonitor dan
mengevaluasi serta membimbing sekolah-sekolah lainnya dalam mengembangkan
pendidikan berkarakter di Klungkung.
4) Memberdayakan pegawai dan para dagang di sekolah tersebut mampu membuat
situasi atau kondisi yang mendukung terciptanya sekolah yang berkarakter.
2.2 Manfaat
Secara umum kegiatan P2M ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
langsung kepada kepala sekolah, guru-guru, pegawai dan para pedagang di kantin sekolah di
SD 1 Tojan Klungkung mengembangkan sekolah yang berkarakter sesuai harapan kepala
sekolah dan para guru. Manfaat tidak langsungnya adalah dapat membantu peserta didik
meningkatkan prestasinya dalam bentuk kompetensi dari aspek pengetahuan, keterampilan,
dan sikap serta dengan sendirinya menguatkan karakter bangsanya. Manfaat lainnya adalah
dapat digunakan sebagai pijakan dalam mengambil kebijakan oleh pemerintah daerah dalam
hal ini dinas pendidikan dan kebudayaan untuk membina guru-guru SD dan mengembangkan
sekolah berkarakter di sekolah lainnya.
3. Target Luaran
Target luaran dari P2M ini adalah berupa model pengembangan karakter di sekolah
yang berupa model pendidikan karakter yang berbasis kearifan lokal yang berisi langkah-
langkah dari perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring dan evaluasi, serta refleksinya dalam
bentuk buku panduan. Luaran lainnya adalah berupa artikel ilmiah yang akan dipublikasikan
pada Jurnal P2M nasional.
4. Metode dan Rencana Kegiatan
Metode pelaksanaan P2M ini adalah menggunakan disain pengembangan model
Gall&Borg (2003) yang dimodifikasi. Tahapannya meliputi 5 langkah kegiatan yaitu: 1)
analisis kebutuhan pengembangan pendidikan karakter di SD, disain model pengembangan
sekolah berkarakter, implementasi disain model di sekolah, monitoring dan evaluasi, dan
desiminasi hasil pengembangan. Langkah-langkahnya secara diagram sebagai berikut.
6
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN
ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SD
• DESKRIPSI SWOT (KEKUATAN, KELEMAHAN, TANTANGAN, DAN PELUANG)
• DESKRIPSI KARAKTER YANG AKAN DIKEMBANGKAN
PENYUSUNAN RANCANGAN/DISAIN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SD DAN PELATIHAN BAGI KEPALA SEKOLAH, GURU, PEGAWAI DAN PENDUKUNG LAINNYA
• KEPALA SEKOLAH, GURU, PEGAWAI DAN PENDUKUNG LAINNYA YANG SIAP MENGIMPLEMENTASIKAN
• PERANGKAT IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI MODEL YANG DISUSUN DI SEKOLAH
PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DI KELAS MAUPUN DI LINGKUNGAN SEKOLAH: DOKUMEN PELAKSNAAN DALAM BENTUK VIDEO, FOTO, DAN DOKUMEN LAINNYA
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM
DOKUMEN DALAM BENTUK VIDEO, FOTO, PERANGKAT LAINNYA, SERTA DATA HASIL MONITORING, DAN REFLEKSI
DESIMINASI HASIL PENGEMBANGAN DENGAN MENGUNDANG STAKE HOLDER (BUPATI, DINAS PENDIDIKAN, KEPALA SEKOLAH LAIN, GURU, PENGAWAS)
• MODEL PENDIDKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL YANG EFEKTIF
• ARTIKEL SIAP DIPUBLIKASI
7
BAB II HASIL YANG TELAH DICAPAI
Sesuai dengan rencana yang telah disajikan pada bab I di depan, maka kegiatan yang
telah dilakukan sebagai berikut.
1. Sosialisasi kepada mitra dilakukan di SD 1 Tojan.
2. Penyusunan instrumen kegiatan P2M yang meliputi: Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Kurikulum 2013 yang bermuatan karakter, instrumen penilaian karakter
siswa, pedoman observasi.
3. Pelatihan pengembangan pendidikan karakter diu sekolah dasar telah dilaksanakan
pada tanggal 10 April 2015 yang dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga
Kabupaten Klungkung.
4. Pembinaan selama 2 bulan dari tanggal 13 April sampai dengan 31 Juli 2015.
5. Pemantauan pelaksanaak kegiatan P2M dilakukan secara berkala setiap 2 minggu
sekali selama kegiatan pembinaan dan setelah pembinaan.
6. Penyusunan draf buku Pedoman Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis
Karakter Budaya Lokal.
7. Sosialisasi implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal di SD untuk 40
Kepala Sekolah Dasar di Klungkung.
Beberapa hasil kegiatan dapat buku pedoman pengembangan pendidikan karakter dui Sd dan
rekaman dokumentasi foto-foto berikut ini.
.
8
Foto : Gerbang SD 1 Tojan Klungkung
Foto : Kepala SD 1 Tojan (Ngakan Ketut Astika, S.Pd) dengan administrasi sekolah yang tertata rapi.
Foto: Kepala Sekolah, para guru SD 1 Tojan bersama Prof. Suastra (Dosen Undiksha) dalam kegiatan kunjungannya
9
Foto: piagam dan piala hasil prestasi siswa terpajang rapi di ruang kapala sekolah. A. Program Pendidikan Karakter di SD 1 Tojan
v Visi Sekolah : Menjadi Sekolah Dasar yang unggul dalam mutu dan berkarakter dalam
sikap dan perilaku.
v Misi Sekolah : a. Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dasar melalui pendekatan
humanis, demokratis, dan ilmiah. b. Membentuk dan mengembangkan karakter bangsa siswa melalui proses pendidikan
karakter yang berbasis pada kearifan lokal Bali. c. Mengembangkan profesionalisme guru secara berkesinambungan. d. Menjaga hubungan harmonis dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.
v Metode Pengembangan Metode pengembangan pendidikan karakter di SD dapat dilakukan melalui dua cara yaitu intervensi dan pembiasaan dalam pengalaman praktis. Intervensi dilakukan pada kegiatan belaar mengajar dan budaya sekolah, sedangkan pembiasaan melalui kegiatan ekstra kurikuler dan pembiasaan keseharian di rumah dan masyarakat. Empat cara pengembangannya sebagai berikut. (1) Kegiatan Belajar Mengajar: integrasi ke dalam kegiatan belajar mengajar pada setiap mata pelajaran, (2) Budaya Sekolah: melalui kegiatan keseharian di sekolah, (3) Kegiatan Ekstra Kurikuler: integrasi ke dalam kegiatan ekstra kurikuler, pramuka, PMR, seni tari dan tabuh, dsb, dan (4) Kegiatan Keseharian di Rumah dan Masyarakat: kegiatan pembiasaan keseharian di rumah yang selaras dengan di sekolah. Kepala Sekolah, guru, pemimpin, dan tokoh masyarakat dijadikan role model dari nilai-‐nilai karakter yang diharapkan. Gambaran ringkasnya seperti pada gambar beriut.
10
INTERVENSI
PENGALAMAN PRAKTIS (HABITUASI)
REVITALISASI
14
v Program Pendidikan Karakter yang Dikembangkan Program pendidikan karakter berbasis kearifan lokal yang dikembangkan didasarkan empat ranah pendidikan karakter yaitu: olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa dan karsa. Rangkuman keempat ranah pendidikan karakter seperti pada gambar berikut.
Gambar. Empat ranah pendidikan karakter nasional
Berikut program pendidikan karakter berbasis kearifan lokal yang telah dikembangkan di SD 1 Tojan. 1. Religius (Srada Bhakti) dalam keseharian
a. Eling dan bhakti pada Tuhan melalui persembahyangan bersama siswa dan guru setiap pagi pukul 07.15 wita.
b. Doa sebelum memulai dan mengakhiri pembelajaran. c. Persembahyangan pada hari tertentu: purnama, tilem, saraswati, dsb. d. Hormat pada orang tua, guru, dan pemimpin pemerintahan.
11
2. Kedisiplinan/Taat Aturan (Rta) dalam perilaku
a. Disiplin dalam berlalu lintas di jalan dan anak-‐anak kelas V dan VI bergilir mengatur lalu lintas di depan sekolah.
b. Disiplin dalam berpakaian. c. Berbaris ketika mau memasuki kelas dan memberi salam kepada guru secara bergilir ketika
mau pulang. d. Antre dalam berbelanja di kantin sekolah.
3. Berbuat jujur dan berkata benar (Satya) dalam keseharian
a. Tidak mencontek ketika ulangan/ujian. b. Kantin kejujuran. c. Jujur dalam mengakui kesalahan/ perbuatan yang tidak baik. d. Sopan santun dalam pergaulan.
4. Peduli dan bersahabat dengan alam (rungu palemahan)
a. Penataan lingkungan sekolah yang rindang dan asri. b. Menjaga lingkungan sekolah tetap aman, bersih dan rapi.
5. Tanggung jawab (Sesana) a. Setiap kelas bertanggung jawab mengurus kebersihan dan keindahan kelasnya dan setiap
akhir setengah semester dilomba-‐kan, serta diberikan hadiah bagi juara 1,2, dan 3. b. Setiap barung pramuka bertanggung jawab mengurus kebun sekolah dan setiap akhir setengah
semester dilombakan, serta diberikan hadiah bagi juara 1,2, dan 3.
6. Mandiri/percaya diri (tama) a. Setiap anak dibiasakan memimpin Doa/Tri Sandya di kelas maupun untuk seluruh siswa. b. Setiap anak dibiasakan tampil di depan kelas untuk menyampaikan ide/ gagasannya atau
karyanya. c. Dilakukan berbagai kompetisi/lomba untuk memupuk rasa percaya diri siswa serta
menampilkan kemampuannya dalam bidang olah raga, seni, maupun akademik.
7. Kreatif (Ulik) a. Dalam proses pembelajaran, guru selalu menghargai ide/gagasan/karya siswa yang unik atau
berbeda dari biasanya. b. Prestasi dan karya siswa yang terbaik diberikan apresiasi dan dipajang dalam pameran karya
siswa, dipajang pada papan pengumuman, dan diumumkan di depan siswa-‐siswa lainnya. c. Dalam kegiatan ekstra kurikuler bidang seni-‐budaya, siswa diberikan kebebasan
mengekspresikan bakat dan kemampuannya, seperti membuat kreasi tabuh, mesatua, berpuisi, tari, menggambar/melukis, dan kerajinan tangan.
8. Ingin tahu (Sekadi nyampat, ilang luhu ebuke katah)
a. Dalam poses pembelajaran, guru selalu membuka diri untuk selalu siap bila ditanya oleh siswanya dan bahkan memberikan penghargaan/apresiasi kepada siswa yang sering bertanya.
b. Bila tidak ada guru, maka siswa dibiasakan membaca dan berdiskusi secara bebas dengan temannya.
c. Menyediakan buku bacaan yang menggugah keingintahuan siswa.
9. Cinta tanah air (jele melah gumi gelah) a. Melakukan apel bendera setiap hari senin dan hari-‐hari penting nasional.
12
b. Menyanyikan lagu-‐lagu wajib nasional setiap hari dan memberikan makna nyanyiannya. c. Mengajak siswa merasakan kebanggan sebagai warga sekolah SD 1 Tojan, warga desa Tojan,
warga Klungkung, orang Bali, dan orang Indonesia.
10. Bersahabat (menyama braya, segilik seguluk sebayan taka). a. Dalam proses pembelajaran, dilakukan dengan belajar kooperatif dengan anggota kelompok
yang heterogen (agama, suku, sosial ekonomi, gender). b. Siswa diajak mengunjungi jika ada teman/kerabat, guru, pegawai yang sakit atau ketimpa
musibah/duka maupun jika diundang dalam kegiatan suka.
11. Suka bekerja keras dan dermawan (anteng) a. Dalam proses pembelajaran, siswa dibiasakan mengerjakan tugas-‐tugas yang menuntut kerja
keras baik dilakukan secara individu maupun kelompok. b. Guru dan siswa memberikan sumbangan dalam bentuk uang atau barang untuk membantu
teman atau masyarakat yang kurang beruntung/memerlukan bantuan (sakit, miskin, bencana).
12. Motivasi berprestasi (jengah) a. Pada setiap kesempatan, guru selalu memberikan arahan agar menjadi orang yang lebih
baik/sukses di masa depan (punya rasa jengah). b. Sekolah selalu memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi dalam bidang
akademik maupun non-‐akademik baik tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten, nasional.
13. Cinta damai (shanti) a. Sekolah bebas dari kekerasan dan pertengkaran. b. Sekolah dalam menyelesaikan masalah mengutamakan musyawarah dan kedamaian.
14. Refleksi diri (mulat sarira) a. Dalam proses pembelajaran, ketika akan menutup pelajaran siswa diajak melakukan refleksi
diri tentang proses belajarnya dan juga tentang perilaku yang dilakukannya yang telah lewat serta memperbaikinya jika ada kesalahan.
b. Guru pada setiap kesempatan mengajak siswa untuk selalu bersyukur pada Tuhan atas kehidupan ini.
13
Berbagai Kegiatan SD 1 Tojan dalam Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Foto 2: Pertemuan pertama Prof. Suastra di SD 1 Tojan untuk membicarakan penyiapan kegiatan P2M.
Foto: Sembahyang bersama di halaman sekolah setiap hariPukul 07.15 mohon keselamatan bersama (religius)
14
Foto: Drs. Nyoman Mudarta, M.Si (Kadisdikpora Klungkung) membuka acara didampingi Bapak Drs. Made Sukada, M.Ag (Kabid dikdas-‐tk) dan pengawas (komitmen pemerintah).
Foto : Narasumber Prof. Dr I Wayan Suastra, M.Pd dan Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si dari Undiksha.
Foto : Kepala Sekolah dan guru antusias mengikuti pelatiahan pendidikan karakter
15
(komitmen kasek).
Foto: peserta pelatihan menyimak dengan serus paparan narasumber (pengembangan profesionalisme guru).
Foto: Siswa belajar mandiri ketika guru sedang ada kegiatan/rapat (karakter ingin tahu).
16
Foto: guru sedang mempersiapkan pembelajaran di depan kelas
Foto : siswa belajar dengan wajah menyenangkan di kelas
17
Foto : siswa diajarkan tangung jawab dan kepeduliannya dalam menjaga dan memelihara lingkungan sekolahnya.
Foto : siswa diajarkan tanggung jawab dan secara gotong royong menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan sekolahnya.
18
Foto : Ibu guru turut terlibat aktif bersama siswa memelihara kebersihan sekolahnya.
Foto : siswa secara bergotong royong membersihkan dan menata kelasnya agar dapat memperoleh juara.
19
Foto: kegiatan kepramukaan adalah salah satu bentuk pendidikan karakter (tanggung jawab, disiplin, kreativitas, kepercayaan diri, bela negara)
Foto: kegiatan kepramukaan adalah salah satu bentuk pendidikan karakter (tanggung jawab, disiplin, kreativitas, kepercayaan diri, bela negara)
20
Foto : siswa berlatih bale ganjur seni tradisioanal Bali didampingi guru pembina (melestarikan seni tradisional/ kearifan lokal)
Foto : siswa dengan rasa percara diri berlatih menampilkan kebolehannya dalam Mesatua Bali (pelestarian kearifan lokal)
21
Foto : siswa dengan rasa percaya dirinya berlatih menampilkan kemampuannya dalam Macepat (kearifan lokal Bali)
Foto : seorang siswa dengan rasa percaya dirinya memimpin teman-‐temannya menyanyikan lagu-‐lagu perjuangan.
22
Foto : Siswa belajar mandiri di lobi kelas ketika guru sedang ada kegiatan/rapat (karakter ingin tahu).
Foto : Para guru menyiapkan pembagian hadiah lomba-‐lomba pada tengah semester.
23
Foto : Kepala Sekolah mengawali menyerahkan hadiah
Foto : Prof. Suastra juga diminta untuk menyerahkan hadiah.
24
Foto : siswa menyalami guru ketika akan pulang sekolah (hormat pada guru dan disiplin dalam antre)
Foto : Kepala Sekolah memanggil orang tua siswa untuk membicarakan secara kekeluargaan persoalan anaknya di sekolah (Peran orang tua dalam ikut mendidik putranya).
25
Foto : Prof. Suastra (putra Desa Tojan/Klungkung) memberikan motivasi kepada siswa agar selalu eling dan bersyukur pada Tuhan/Hyang Widhi Wasa, hormat dan patuh pada orang tua dan guru, rajin belajar agar berguna bagi keluarga, masyarakat, dan bangsa (bentuk keteladanan dalam pendidikan karakter).
Foto : Siswakelas V atas nama Dananji yang mampu masuk dalam olimpiade matematika SD tingkat provinsi diberikan apresiasi di depan teman-‐temannya (menghargai prestasi).
27
BAB III PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis masalah dan implementasi kegiatan pengabdian masyarakat
pengembangan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Bali di SD 1 Tojan Klungkung
dapat disimpulkan dan disarankan sebagai berikut.
3.1 Simpulan
a. Pelaksanaan pengembangan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal di SD 1 Tojan
Klungkung telah berlangsung dengan baik dan lancar karena komitman semua pihak
yang terlibat Kepala Sekolah, Para Guru, Pegawai, dan Siswa sangat tinggi.
b. Hasil kegiatan pengembangan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal di SD 1
Tojan Klungkung menghasilkan buku Panduan Pengembangan Pendidikan Karakter
di SD 1 Tojan (terlampir).
3.2 Saran
a. Disarankan kepada Dinas Pendidikan dan Olah Raga untuk menindaklanjuti kegiatan
ini dengan memberikan dukungan dana dan pemantauan sehingga sekolah-sekolah di
Bali khususnya dapat menghasilkan lulusan yang cakap dan berkarakter baik.
b. Kepada Pihak Undiksha melalui Ka.LPM disarankan terus memberikan dukungan
dana untuk sekolah-sekolah yang lain dan kabupaten lain sehingga pemerataan
kualitas pendidikan tercapai di Bali.
28
REFERENSI
Atmaja, B. Dkk. (2011). Ajeg Bali dalam Perspektif Pendidikan. Singaraja: Undiksha Press. Ainley, Mary&John Ainley. (2011). A Cultural Perspective on the Structure pf Student
Interest in Science. International Journal of Science Education. Vol 33 No.1m January 2011, pp51-71.
Bali Post. (2006). Siswa Jadi Malas Berpikir Kreatif. Kolom Pendidikan. 18 Maret 2006.
Borg,W.R & Gall,M.D (1989). Educational Research. New York: Longman.
Costa,V.B.(1995). When science is “Another World”: Relationships between Worlds
of Family, Friends, School,and Science. Science Education. 79(3). 313-333.
Depdiknas (2005). Mutu Pendidikan Indonesia Tahun 2003 “ Laporan Trends in International Mathematics and Science Study . Warta Balitbang Depdiknas Vol II No. 1Januari
2005. Depdiknas. 2010. Pendidikan Karakter:Kumpulan Pengalaman Inspiratif. Jakarta: Penerbit
Depdiknas. Elmubarok Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Penerbit Alpabeta. ----------- 2010. Pembangunan Karakter Bangsa. Jakarta: Pemerintah RI.
Geertz.C. (1973). The Interpretation of Culture. New York: Basic Books.
George,J. (1999). Wordview Analysis of Knowledge in Rural Village: Implication
for Science Education. Science Education. 83 : 77-95.
George.J. (2001). Culture and Science Education: Developing World. http://www.id21.org/education/e3jg1g2.html.
Gunawan, I. 2014. Mengembangkan Karakter Bangsa Berdasarkan Kearifan Lokal.
Jegede,O.J & P.A.Okebukola (1989). Influence of Socio-Cultural Factor on
Secondary Students’ Attitude toward Science. Research in Science Education. 19. 155-164.
Jegede,O.J & Aikenhead,G.S (2000). Transcending Cultural Border: Implications
for Science Teaching. http://www. [email protected].
29
Johnson,E.B. (2002). Contextual Teaching Learning. California: Corwin Press. Koesoema A. D. 2009. Pendidikan Karakter di Zaman Keblinger Mengembangkan Visi Guru
sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Munandar, S.C.U (1999). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Prasad. R. 2010. Intisari Bhagavad Gita (Untuk Siswa dan Pemula). (Penerjemah Luh
Resiki). Denpasar: Media Hindu.
Radhakrishnan. S. 2008. Upanisad-Upanisad Utama. (Penerjemah Agus S. Mantik). Surabaya: Paramita.
Said, M.I. (1992). Globalisasi dan Pelestarian serta Pengembangan Nilai-nilai Luhur Budaya Bangsa dalam Berbagai Program Pendidikan. Makalah pada Konvensi
Nasional Pendidikan Indonesia II. Medan.
Suastra,I W. (2005). Merekonstruksi Sains Asli (Indigenous Science) Dalam Rangka Mengembangkan Pendidikan Sains Berbasis Budaya Lokal di Sekolah (Studi Etnosains pada Masyarakat Penglipuran Bali). Disertasi. Tidak Dipublikasikan.
Suastra, I.W, dkk (2007). Pengembangan Model Pembelajaran IPA Bagi Pengembangan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian Hibah Bersaing.
Suastra, I.W dkk (2008). Pengambangan Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Fisika di
SMU. Laporan Penelitian PHK A2. Suastra, I.W, dkk (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya untuk
Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di SMP. Laporan Penelitian HB Dikti Tahun I.
Suastra, I.W. (2009). Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Penerbit Undiksha. Suastra, I.W, dkk (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya untuk
Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di SMP. Laporan Penelitian HB Dikti Tahun II.
Suastra, I.W. 2010. Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal untuk
Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di SMP. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Jilid 43, No.1, April 2010
Suastra,I.W. Pengembangan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Sains Berbasis Budaya Lokal. Makalah Disajikan pada Seminar dengan tema Mengembangkan Pendidikan Karakter di Sekolah Melalui Budaya Lokal, Undiksha 14 September 2011. .
Sumaji, dkk. 1998. Pendidikan Sains yang Humanis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
30
Titib, I Md. 1994. Untaian Ratna Sari Upanisad. Denpasar: Yayasan Dharma Narada.
Titib, I Md. 2003. Menumbuhkembangkan Pendidikan Budhi Pekerti pada Anak (Perspektif Agama Hindu). Jakarta: Ganesha.
Tilaar, H.A.R. 2010. Agama, Budaya, dan Pendidikan Karakter Bangsa. Jakarta: Lembaga Manajemen UNJ.
Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.