Upload
penze
View
8.482
Download
69
Embed Size (px)
Citation preview
1Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional
MODEL KEMP
Model desain sistem instruksional yang dikembangkan oleh Kemp (1994)
merupakan model yang membentuk siklus. Dalam model ini pengembangan
desain sistem pembelajaran terdiri atas komponen-komponen yang dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan, tujuan, dan berbagai kendala yang timbul. Menurut
Kemp pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinyu. Tiap-
tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi.
Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus
tersebut. Model Kemp ini tidak menentukan dari komponen mana seharusnya
proses pengembangan itu dimulai. Dalam mengembangkan sistem instruksional
bisa dimulai dari komponen mana saja, asal tidak mengubah urutan
komponennya, dan setiap komponen itu memerlukan revisi demi mencapai hasil
yang maksimal. Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan
kepada para pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun. Namun
sebaiknya proses pengembangan itu dimulai dari tujuan.
Secara umum model pengembangan model Kemp ditunjukkan pada gambar
berikut:
Gambar model pengembangan sistem pembelajaran menurut Kemp
2Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional
Pada dasarnya, perencanaan dalam desain pembelajaran Kemp ini terdiri atas
delapan langkah:
1. Menentukan tujuan dan daftar topik,menetapkan tujuan umum untuk
pembelajaran tiap topiknya
2. Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut
didesain
3. Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat
dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar
4. Menentukan isi meteri pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan
5. Pengembangan penilaian awal untuk menentukan latar belakang pelajar
dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik
6. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang
menyenagkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa siswa
akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan
7. Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi
personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk
melaksanakan rencana pembelajaran;
8. Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan
pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali
beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan
MODEL BANATHY
Model Banathy dikembangkan pada tahun 1968 oleh Bela H. Banathy. Model
yang dikembangkannya ini berorientasi pada hasil pembelajaran, sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem, yakni pendekatan yang
didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu hal
yang sangat kompleks, terdiri atas banyak komponen yang satu sama lain harus
bekerja sama secara baik untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
3Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional
Gambar desain pembelajaran Banathy
Tahapan model pengembangan instruksional Banathy meliputi enam tahap, yaitu:
1. Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan umum maupun tujuan
yang lebih spesifik, yang merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai
peserta didik.
4Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional
2. Mengembangkan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Hal ini dilakukan agar setiap tujuan yang dirumuskan tersedia alat
untuk menilai keberhasilannya.
3. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni merumuskan apa
yang harus dipelajari (kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa dalam
rangka mencapai tujuan belajar). Kemampuan awal siswa harus dianalaisis
atau dinilai agar mereka tidak perlu mempelajari apa yang telah mereka
kuasai.
4. Merancang sistem, yakni kegiatan menganalisis sistem dan setiap
komponen sistem. Dalam langkah ini juga ditetapkan jadwal dan tempat
pelaksanaan dari masing-masing komponen instruksional.
5. Mengimplementasikan dan melakukan tes hasil, yakni melatih (ujicoba)
sekaligus menilai efektifitas sistem. Dalam tahap ini perlu diadakan
penilaian atas apa yang dilakaukan siswa agar dapat diketahui seberapa
jauh siswa mampu mencapai hasil belajar.
6. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.
MODEL DICK AND CAREY
Model Dick and Carey (1996) mengikuti pola dasar instructional design ADDIE
(analysis, design, development, implementation and evaluation). Model Dick and
Carey adalah salah satu dari model prosedural, yaitu model yang menyarankan
agar penerapan prinsip disain pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah
yang harus di tempuh secara berurutan.
Gambar model Dick & Carey
5Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional
Tahapan dalam model Dick & Carey ini terdiri dari 10 langkah, yakni:
1. Identifying goals, yakni menentukan tujuan dari sistem yang dibangun.
Yang dimaksud dengan tujuan di sini adalah kemampuan yang dapat
diperoleh pembelajar setelah menyelesaikan pelajaran.
2. Conducting instructional analysis, yakni menentukan kemampuan apa saja
yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan
menganalisa topik atau materi yang akan dipelajari. Analisis ini akan
menghasilkan diagram tentang keterampilan-keterampilan/ konsep dan
menunjukkan keterkaitan antara keterampilan konsep tersebut.
3. Identifying entry behaviors and learner characteristics, yakni menentukan
kemampuan minimum apa saja yang harus dimiliki pembelajar untuk
menyelesaikan tugas-tugas. Ketika melakukan analisis terhadap
keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur
yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang
telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting juga
untuk diidentifikasi adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin ada
hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran. Misalnya
pembelajar harus memliki kemampuan membaca, kemampuan perhitungan
dasar atau kemampuan verbal dan spatial. Kepribadian dari pembelajar
juga mempengaruhi design yang akan dibuat.
4. Writing performance objectives, yang bertujuan untuk menguraikan tujuan
umum menjadi tujuan yang lebih spesifik pada tiap tahapan pembelajaran.
Di tiap tahapan akan ada panduan pembelajaran dan pengukuran
performansi pembelajar.
5. Developing criterion-referenced test items, yakni merancang item tes
untuk menyediakan kesempatan bagi pembelajar untuk
mendemonstrasikan kemampuan dan pengetahuan yang dinyatakan dalam
tujuan.
6. Developing instructional strategy, yakni menentukan aktifitas
instruksional yang membantu dalam pencapaian tujuan. Dimana, strategi
tersebut akan meliputi aktivitas preinstruksional, penyampaian informasi,
6Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional
praktek dan balikan, testing, yang dilakukan lewat aktivitas. Misalnya
membaca, mendengarkan, hingga eksplorasi internet. Aktifitas
instruksional ini dapat dikembangkan oleh instruktur sesuai dengan latar
belakang, kebutuhan, dan kemampuan pembelajar atau bisa saja
pembelajar menggabungkan pengetahuan yang baru didapatkan dengan
pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk membentuk
pemahaman baru. Proses pembelajaran juga dapat dilakukan secara
berkelompok atau individual.
7. Developing and selecting instructional materials, di mana berkaitan
dengan media yang digunakan untuk proses pembelajaran untuk
menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk siswa, bahan
pelajaran, tes dan panduan guru. Media pembelajaran dapat berupa
pemberian materi/perkuliahan, pemberian tugas, powerpoint, internet,
paket computer-assisted-instruction, dan sebagainya. Permasalahan
terletak pada penentuan media yang tepat untuk mencapai tujuan dan hal
ini tidak sama untuk setiap pembelajar.
8. Designing and conducting the formative evaluation of instruction, yang
bertujuan menyediakan data untuk revisi dan pengembangan instructional
materials. Selain itu, Evaluasi ini juga dilakukan untuk mengumpulkan
data yang akan digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana
meningkatkan pengajaran. Evaluasi ini dapat dilakukan, misalnya, dengan
cara mewawancarai setiap pembelajar.
9. Revising instruction, merupakan bagian konstan dalam proses design.
Revisi dilakukan berdasarkan hasil dari tiap komponen model ini. Pada
tahap ini, data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk
diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dari
pakar/validator. Mungkin saja tahapan-tahapan pembelajaran kurang
efektif dalam pencapaian tujuan akhir, atau aktifitas, media, dan penugasan
yang telah ditentukan tidak membantu dalam memperoleh tujuan.
7Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional
10. Conducting summative evaluation, yang bertujuan mempelajari efektifitas
keseluruhan sistem dan dilakukan setelah tahap formative evaluation.
MODEL PPSI
Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) adalah model yang
dikembangkan di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI
adalah sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas urutan,
desain tugas yang progresif bagi individu dalam belajar. PPSI berfungsi sebagai
pedoman bagi guru dan berguna dalam menyusun proses belajar mengajar.
Model pengembangan PPSI
Secara garis besar, model pengembangan PPSI mengikuti pola dan siklus
pengembangan yang mencakup: (1) perumusan tujuan, (2) pengembangan alat
evaluasi, (3) kegiatan belajar, (4) pengembangan program kegiatan, (5)
pelaksanaan pengembangan. Sesuai bagan di atas, perumusan tujuan menjadi
dasar bagi penentuan alat evaluasi pembelajaran dan rumusan kegiatan belajar.
Rumusan kegiatan belajar lebih lanjut menjadi dasar pengembangan program
kegiatan, yang selanjutnya adalah pelaksanaan pengembangan. Hasil pelaksanaan
tentunya dievaluasi, dan selanjutnya hasil evaluasi digunakan untuk merevisi
pengembangan program kegiatan, rumusan kegiatan belajar, dan alat evaluasi.
8Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional
Tahapan yang dimiliki model PPSI ini mencakup:
1. Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh siswa.
Perumusan tujuan memberikan petunjuk bagi guru dalam merumuskan
tujuan-tujuan khusus. Perumusan tujuan khusus itu berdasarkan pada
pendalaman dan analisis terhadap pokok-pokok bahasan/ subpokok
bahasan yang telah digariskan untuk mencapai tujuan instruksional dan
tujuan kurikuler.
2. Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan menyusun
item soal untuk masing-masing tujuan. Pengembangan alat evaluasi ini
memberikan petunjuk tentang prosedur penilaian yang akan ditempuh,
tentang tes awal (pre test) dan tes akhir (post test), tentang jenis tes yang
akan digunakan dan tentang rumusan soal-soal tes sebagai bagian dari
satuan pelajaran. Tes yang digunakan dalam PPSI disebut criterion
referenced test yaitu tes yang digunakan unuk mengukur efektifitas
program/ pelaksanaan pengajaran.
3. Mengembangkan kegiatan belajar mengajar, yakni merumuskan semua
kemungkinan kegiatan belajar mengajar dan menyeleksi kegiatan belajar
yang perlu ditempuh. Kegiatan dalam tahap ini merupakan petunjuk bagi
guru untuk menetapkan langkah-langkah kegiatan belajar siswa sesuai
dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai dan tujuan khusus
instruksional yang harus dicapai oleh para siswa.
4. Mengembangkan program kegiatan pembelajaran, yakni merumuskan
materi pelajaran, menetapkan metode dan memilih alat dan sumber
pelajaran, sehingga para siswa melakukan kegiatan sesuai dengan rumusan
tujuan instruksional khusus.
5. Pelaksanaan program, yaitu kegiatan mengadakan prates, menyampaikan
materi, mengadakan psikotes, dan melakukan perbaikan. Tahap ini
berkenaan dengan dimulainya pelaksanaan tes awal dilanjutkan dengan
penyampaian materi pelajaran sampai pada dilaksanakannya penilaian
hasil belajar.
9Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional
Berikut matriks perbandingan model Kemp, Banathy, Dick & Carey, dan PPSI:
Model: KEMP BANATHY DICK & CAREY PPSIPengertian: Model yang
menggunakan pendekatan holistik. Model ini secara virtual melibatkan semua faktor yang terdapat dalam lingkungan belajar, yang meliputi analisis subjek, karakteristik pembelajar, tujuan pembelajaran, aktivitas pengajaran, sumber belajar, layanan pendukung dan evaluasi
Model pembelajaran yang terdiri dari banyak bagian dan fungsi yang saling berhubungan dan mesti dikerjakan secara logis agar mencapai tujuan yang diinginkan.
Model pengembangan sistem instruksional yang berorientasi pada tujuan pembelajaran.
Model ini bertitik tolak dari pendekatan sistem, yang mencakup enam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, yakni: merumuskan tujuan, mengembangkan tes, merumuskan kegiatan belajar, merancang sistem, menerapkan sistem, dan mengadakan perbaikan
Model yang menyarankan agar penerapan prinsip disain pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus di tempuh secara berurutan
Model desain pembelajaran ini menggunakan pendekatan sistem. Dengan pendekatan sistem tersebut, model ini bisa dikatakan salah satu model terbaik karena mirip dengan perancangan sebuah software.
Model ini adalah model yang mengikuti pola dasar instructional design ADDIE (analysis, design, development, implementation and
PPSI adalah sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas urutan, desain tugas yang progresif bagi individu dalam belajar
PPSI merupakan model desain pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan berguna untuk menyusun satuan pelajaran.
10Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional
Model: KEMP BANATHY DICK & CAREY PPSIevaluation ).
Karakteristik: Diagram pengembangannya berbentuk oval yang tidak memiliki titik awal tertentu.
Memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun.
Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi.
Desain pembelajaran adalah proses yang sistematis dan linear.
Penyusunan sistem instruksional dilakukan melalui tahapan-tahapan yang jelas.
Secara garis besar tahapan-tahapan yang dimilikinya terdiri dari proses rancangan dan proses pelaksanaan.
Termasuk model rectilinear. Model rectilinear gagal mengenali kompleksitas dari proses design
Dalam penerapan model ini, setiap komponen bersifat penting dan tidak boleh ada yang dilewati
Penggunaan model ini mungkin akan menghalangi kreatifitas instructional designer profesional
Menyediakan pendekatan sistematis terhadap kurikulum dan program design. Ketegasan model ini susah untuk diadaptasikan ke tim dengan banyak anggota dan beberapa resources yang berbeda
Cocok diterapkan untuk elearning skala kecil, misalnya dalam bentuk
Pedoman untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program secara sistematis
Memiliki lima langkah pokok, yakni merumuskan tujuan khusus, menyusun alat evaluasi, menentukan KBM, merencanakan program KBM, dan melaksanakan program belajar mengajar
11Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional
Model: KEMP BANATHY DICK & CAREY PPSIunit, modul, atau lesson
Kelemahan: Kurang lengkap dan kurang sistematis
Tidak melibatkan penilaian ahli, sehingga ada kemungkinan perangkat pembelajaran yang dilaksanakan terdapat kesalahan.
Tidak memberikan perhatian khusus pada proses pengembangan tes
Tidak ada spesifikasi yang jelas tentang cara perancangan sistem
Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan
Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di kembangkan sesuai dengan langkah-langkah tersebut
Tidak cocok diterapkan dalam elearning skala besar
Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif
pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi)
Tidak ada kejelasan mana yang harus didahulukan antara analisis konsep dan analisis tugas.
12Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional
Model: KEMP BANATHY DICK & CAREY PPSI
Kelebihan: Diagram pengembangannya yang berbentuk oval yang tidak memiliki titik awal tertentu, sehingga dapat memulai perancangan secara bebas
Bentuk oval itu juga menunjukkan adanya saling ketergantungan di antara unsur-unsur yang terlibat
Dalam setiap unsur ada kemungkinan untuk dilakukan revisi, sehingga memungkinkan terjadinya sejumlah perubahan dari segi isi maupun perlakuan terhadap semua unsur tersebut selama pelaksanaan program.
Berorientasi pada kemampuan siswa
Pembelajaran berdasarkan pada analisis tugas
Revisi didasarkan pada identifikasi kelebihan dan kekuatan implementasi
Ada tiga aspek kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
Ada pengujian dan revisi sistem
Analisis tugas tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara hierarkis
Adanya uji coba yang berulang kali menyebabkan hasil yang diperoleh sistem dapat diandalkan
Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti
Teratur, efektif dan efisien dalam pelaksanaan
Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci, sehingga mudah diikuti
Adanya revisi pada analisis instruksional, di mana hal tersebut merupakan hal yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat
Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan untuk mengembangkan sistem pembelajaran,
Uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis,
Dalam pengembangannya melibatkan penilaian ahli, sehingga sebelum dilakukan uji coba di lapangan perangkat pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan masukan para ahli
13Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional
Model: KEMP BANATHY DICK & CAREY PPSIdilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya
Sangat lengkap komponennya, hampir mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran.
14Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional
MODEL DESAIN SISTEM INSTRUKSIONAL BERORIENTASI PENCAPAIAN KOMPETENSI (DSI-PK)
DSI-PK adalah gambaran proses rancangan sistematis tentang pengembangan pembelajaran, baik mengenai proses maupun bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pencapaian kompetensi.
Gambar Model DSI-PK
Dari keempat model pengembangan sistem pembelajaran yang telah dibahas
sebelumnya (Kemp, Dick & Carey, Banathy, dan PPSI), menunjukkan bahwa
keempatnya memiliki beberapa perbedaan, namun juga memiliki persamaan.
Dengan adanya perbedaan itu menyebabkan masing-masing model memiliki
kelebihan dan kekurangan. Dari keempat model tersebut dapat ditarik persamaan
bahwa pada dasarnya ketiganya terdiri atas empat tahap pengembangan, yakni: (1)
pendefinisian, (2) perancangan, (3) pengembangan, dan (4) penyebaran.
Sementara kunci dari DSI-PK adalah kreatifitas guru dan memiliki tiga tahap
yang sangat penting, yakni:
1. Analisis kebutuhan, yaitu proses penjaringan informasi tentang
kompetensi yang dibutuhkan anak didik sesuai jenjang pendidikan. Proses
ini meliputi dua hal pokok, yakni analisis kebutuhan akademis dan
kebutuhan nonakademis.
2. Pengembangan, yakni proses mengorganisasikan materi pelajaran dan
pengembangan proses pembelajaran.
15Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional
3. Pengembangan alat evaluasi, yang meliputi evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif.
Selain itu DSI-PK dan keempat model pengembangan desain pembelajaran tadi
sama-sama menggunakan kerangka berfikir pendekatan sistem. Sistem adalah
keseluruhan dari bagian-bagian yang saling berkaitan dan bekerja sama untuk
mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan.
Proses yang melibatkan berbagai komponen dalam kerangka sistem diarahkan
untuk mencapai tujuan tersebut.
DSI-PK memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Sederhana dengan tahapan yang jelas dan bersifat praktis
2. Langkah yang harus ditempuh digambarkan dengan jelas
3. Desain yang merupakan pengembangan dari analisis kebutuhan
4. Adanya penekanan pada penguasaan kompetensi sebagai hasil belajar
yang dapat diukur.
16Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional
Bacaan Rujukan
______________. (2004). Dick and Carey Model. [online]. Tersedia:
http://www.instructionaldesign.org/models/dick_carey_model.html.
[Tanggal diakses: 22 Juni 2009]
______________. (2004). Kemp Design Model. [online]. Tersedia:
http://www.instructionaldesign.org/models/kemp_model.html. [Tanggal
diakses: 22 Juni 2009]
Kusumah, Wijaya. (2008). Aplikasi Model Desain Pembelajaran di Sekolah.
[online]. Tersedia: http://wijayalabs.wordpress.com/2008/07/11/aplikasi-
model-desain-pembelajaran/. [Tanggal diakses: 22 Juni 2009]
Qureshi, Elena. (2004). Instructional Design Models. [online]. Tersedia:
http://web2.uwindsor.ca/courses/edfac/morton/intructional_design.htm.
[Tanggal diakses: 22 Juni 2009]
Rusdi, Andi. (2008). Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. [online].
Tersedia: http://anrusmath.wordpress.com/2008/08/16/pengembangan/.
[Tanggal diakses: 22 Juni 2009]
Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.