12
MODUL 10 NAVSTAR GPS Pengantar Proyek NAVSTAR Global Positioning System direalisasikan oleh departemen Pertahanan Amerika Serikat sebagai penerus proyek- proyek sejenis. Konstelasi sistem ini terdiri dari 24 satelit yang terbagi ke dalam 6 bidang orbit. Satelit-satelit (tinggi orbit, periode orbit, sudut inklikasi orbit, jumlah satelit dan jarak antar satelit) ini disusun sedemikian rupa, sehingga secara teoretis setiap orang yang membawa receiver yang berlokasi dimanapun di permukaan bumi dapat menerima sinyal-sinyal yang berasal dari 4 hingga 10 satelit GPS, masih ada ukuran lebih untuk menentukan posisi 3 dimensi (plus waktu). Segmen-Segmen Dasar Sebagaimana pada umumnya sistem penentuan posisi dan navigasi yang berbasiskan satelit, sistem GPS terdiri dari 3 segmen dasar yaitu angkasa (kumpulan satelit), pengendali sistem (sistem monitoring) dan pengguna (receiver, antenna, computer, perangkat lunak, dan sejenisnya). Segmen angkasa terdiri dari satelit-satelit GPS itu sendiri. Satelit yang terbagi ke dalam beberapa blok ini mengorbit dengan ketinggian 20.200km pada 6 bidang orbit, inklinasi 55 o terhadap Modul 10 Basis Data Spasial 1

Modul 10 Bds

Embed Size (px)

DESCRIPTION

instruction

Citation preview

Modul 10 Basis Data Spasial

MODUL 10NAVSTAR GPS

PengantarProyek NAVSTAR Global Positioning System direalisasikan oleh departemen Pertahanan Amerika Serikat sebagai penerus proyek-proyek sejenis. Konstelasi sistem ini terdiri dari 24 satelit yang terbagi ke dalam 6 bidang orbit. Satelit-satelit (tinggi orbit, periode orbit, sudut inklikasi orbit, jumlah satelit dan jarak antar satelit) ini disusun sedemikian rupa, sehingga secara teoretis setiap orang yang membawa receiver yang berlokasi dimanapun di permukaan bumi dapat menerima sinyal-sinyal yang berasal dari 4 hingga 10 satelit GPS, masih ada ukuran lebih untuk menentukan posisi 3 dimensi (plus waktu).Segmen-Segmen DasarSebagaimana pada umumnya sistem penentuan posisi dan navigasi yang berbasiskan satelit, sistem GPS terdiri dari 3 segmen dasar yaitu angkasa (kumpulan satelit), pengendali sistem (sistem monitoring) dan pengguna (receiver, antenna, computer, perangkat lunak, dan sejenisnya).Segmen angkasa terdiri dari satelit-satelit GPS itu sendiri. Satelit yang terbagi ke dalam beberapa blok ini mengorbit dengan ketinggian 20.200km pada 6 bidang orbit, inklinasi 55o terhadap ekuator, dan periode orbit 11 jam 58 menit. Segmen ini pada dasarnya bertugas untuk mwngirimkan sinyal-sinyal satelit yang dapat diproses sedemikian rupa hingga menghasilkan kordinat-koordinat dimana receiver GPS (pengguna) berada.Segmen pengendali sistem terdiri dari beberapa stasiun pemantau yang lokasinya tersebar di permukaan bumi : 5 monitor station (Hawaii, Kwajalein, Ascension Island, Diego Garcia, Colorado Springs), 3 ground antenna (Acension Island, Diego Garcia, Kwajalein) dan 1 master control station (Schriever AFB Colorado). Segmen ini pada prinsipnya bertugas untuk memantau dan mengendalikan satelitpada operasional dan memastikan bahwa satelit-satelitnya (segmen angkasa) telah berfungsi sebagaimana direncanakan.Segmen pengguna terdiri dari perangkat-perangkat penerima (antenna, receiver dan perlengkapan lainnya) yang dibawa selama masa pengamatan sinyal-sinyal GPS. Fungsi segmen ini adalah untuk mengamati (atau bahkan merekam)sinyal-sinyal GPS untuk kemudian diproses (baik secara instan/real time maupun post-processing) hingga dihasilkannnya koordinat-koordinat posisi receiver-nya.Sinyal GPSCara yang digunakan untuk menghitung waktu perjalanan sinyal radio (dari satelit) adalah dengan menirunya (membuat replika kode) persis seperti ketika meninggalkan satelit. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, para perancang GPS mengawali dengan sebuah ide dengan mensikronisasikan satelit-satelit GPS sedemikian rupa hingga perangkat-perangkat ini dapat membuat kode persis sama ada waktu yang sama pula (saat t1). Kemudian yang harus pengguna lakukan adalah menerima kode-kode tersebut dari satelit dan memperhatikan berapa lama ( receiver-nya membuat kode yang sama (keduanya selesai membuat kode yang sama pada saat yang sama, t2).Perbedaan waktu ( antara pada saat kode selesai dibuat oleh receiver dan satelit (saat t2), dengan saat kode yang sama diterima oleh receiver dari satelit (saat t3) adalah waktu perjalanan sinyal satelit GPS.Kode-kode yang dibuat oleh sistem GPS tidak terdiri dari bilangan sederhana. Sebagai gantinya, baik satelit GPS maupun receiver menggunakan sekumpulan kode-kode digital yang rumit agar dapat dibandingkan satu sama lain tanpa keraguan.Meskipun demikian, kode digital ini tidak benar-benar bersifat acak, tetapi menggunakan serangkaian pseudo-random yang dipilih dengan hati-hati dan kemudian dikirim secara berulang setiap mili detik. Maka dari itu, kode GPS sering dirujuk sebagai kode pseudo-random.Setiap satelit GPS memancarkan dua sinyal gelombang mikro (pembawa). Yang pertama adalah L1 dengan frekuensi 1575.42 MHz (Carrier ini membawa kode C/A (Course Acquisition bagi pengguna sipil/umum atau sering disebut sebagai Standard PositioningSservices [SPS]) dan kode P (Precision bagi pengguna militer Amerika).Kode C/A dipancarkan oleh satelit dengan frekuensi 1023 MHz () dan diulang setiap 1 mili detik. Sementara itu kode P (sering disebut sebagai Precise Positioning Services [PPS]) ditransmisikan dengan frekuensi 10.23 MHz ( dan diulang setiap 1 minggu. Yang kedua adalah L2 dengan frekuensi 1227.60 MHz ( yang hanya membawa kode P(Y).Informasi mengenai jarak dari receiver ke satelit GPS (pseudo-range) bisa diperoleh dengan memperhatikan kode-kode yang dibawanya. Kedua kode ini, sesuai dengan nilai panjang gelombangnya , tentu saja akan menghasilkan potensi akurasi yang berbeda. Selain dengan memperhitungkan kodenya (C/A atau P), informasi jarak yang sama juga bisa diperoleh dengan memperhatikan carrier (menghasilkan jarak fase). Cara yang terakhir ini bahkan sangat berpotensi untuk menghasilkankaurasi yang jauh lebih baik.Selain membawa kedua jenis kode di atas, kedua carrier ini juga membawa data (navigation message) dengan kecepatan 50 bit per detik. Data ini berisi : telemetri, informasi sinkronisasi, jalan saatelitdan parameterer ephemeris (broadcast),almanac, delay ionosfir, dan model-model waktu UTC. Salah satu item data yang penting adalah parameter-parameter ephemeris. Dengan menggunakan parameter-parameter ini, maka koordinat-koordinat satelit yang mengirimkan sinyal-sinyalnya (atau kode yang kemudian dapat dikonversikan ke dalam pseudo-range) dapat diketahui waktu demi waktu. Penentuan Posisi ReceiverSetelah koordinat-koordinat satelit GPS beserta jarak-jaraknya ke posisi receiver dihitung secara real time (hingga akhirnya diketahui), maka koordinat receiver pun dapat diketahui melalui proses hitungan dan adjustment. Meskipun demikian, sebelum benar-benar dilakukan hitungan koordinat receivernya, ada beberapa koreksi yang perlu diterapkan hingga hasil hitungan koordinat-koordinat satelit-satelit dan jarak-jaraknya ke receiver dianggap sudah benar (definitive). Situasi ini (sebaran satelit-satelit GPS) terhadap posisi receiver sebenarnya tidak berbeda jauh dengan sistem sebelumnya. Hanya saja pada kasus ini, stasiun-stasiunnta bergerak setiap saat untuk menghasilkan koordinat-koordinat dan jarak-jarak ke receivernya. Dengan demikian, untuk menghasilkan koordinat receiver secara optimal di dalam satu sesi pengamatan, pengguna memiliki banyak data (redudansi) yang dapat dipilih (terutama kaitannya dengan aktivitas post-processing untuk menghasilkan koordinat definitive yang terbaik). Metode PengamatanDalam praktisnya, pengamatan satelit satelit GPS (dalam menentukan koordinat koordinat posisi di bumi) dapat dikelompokkan ke dalam beberapa metode. Metode tersebut antara lain : Posisi Absolut (Penentuan koordinat titik).Penentuan koordinat posisi ini dapat dilakukand engan mudah dan tanpa diperlukannya perangkat receiver GPS yang terletak di titik referensi. Dengan demikian, pada metode ini hanya diperlukan satu perangkat receiver saja dan bisa dilakukan dengan menggunakan receiver tipe navigasi (handheld) pula. Teknis pengukurannya dapat dilakukan dengan diam (metode static) di posisi yang akan ditentukan hingga koordinat yang dihasilkannya sudah dianggap benar, atau diam sesaat (koordinatnya didapat) kemudain bergerak ke posisi-posisi lainnya (kinematik) sebagaimana halnya receiver GPS yang dipasang di kendaraan . Data yang diamati adalah pseudo-range dan fase (bergantung pada receiver). DiferensialPada metode ini, penentuan koordinat suatu titik baru, dimana di atasnya terdapat receiver GPS , juga dibantu dengan keberadaan satu receiver lainnya yang terletak di atas titik yang koordinat definitifnya telah diketahui (master). Pada metode ini, sesi pengamatan yang dilakukan pada saat yang sama dapaqat mengeliminasi beberapa bias atau kesalahan yang pada gilirannya akan meningkatkan akurasi dan presisi data ukurannya, data yang akurat dan presisi akan menyebabkan koordinat yang akurat dan presisi pula. Metode ini dapat dilakukan baik dengan cara static (diam) maupun bergerak (kinematic). Mengingat kualitas hasilnya, metode diferensial dituntut untuk dapat melayani kebutuhan penentuan posisi akurat secara real time. Artinya, metode ini juga perlu memenuhi kebutuhan pengamatan singkat tetapi dengan kualitas koordinat hasil hitungan yang masih terbilang akurat dan presisi. Pada konteks ini, kemudian muncul terminology DGPS (Differential GPS) dan RTK (Real Time Kinematic). DGPS adalah penentuan posisi diferensial secara real time, dimana data pengamatannya berupa pseudo-range (berdasarkan pengamatan kode-kode C/A atau P). Pada metode yang umumnya digunakan untuk pengamatan benda atau wahana yang bergerak ini, melalui jalur komunikasi yang ditentukan, secara real-time , receiver master (referensi) mengirimkan koreksi diferensial (yang berupa koreksi pseudo-range) ke receiver slave. Pada RTK, yang diamati adalah jarak fase (berdasarkan hitungan gelombang-gelombang carrier L1 dan atau L2). Pada teknik RTK ini, receiver master akan mengirimkan data fase dan pseudo-range secara real-time. Metode LainnyaMetode yang dimaksud adalah metode pengamatan diferensial yang tidak real-time, tetapi post-processing. Metode ini dapat dibagi ke dalam beberapa sub-sub metode statis, stop-and-go, pseudo-kinematic, statis singkat dan kinematic.

Sumber Sumber KesalahanSebagaimana pada umumnya pengukuran suatu besaran di lapangan, pengamatansinyal-sinyal GPS juga tidak dapat luput dari kesalahan. Kesalahan-kesalahan pada pengamatan (jarak-jarak) GPS ini dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelas : Data ephemerisKesalahan ini terjadi ketika blok data GPS (navigation message) yang bersangkutan tidak berisikan informasi lokasi satelit yang akurat. Karena kesalahan ini berakibat pada prediksi koordinat satelit GPS, maka besar kesalahannya akan terus bertambah (sesuai dengan berjalannya waktu) sejak diunggahnya koreksi (koordinat) terakhir dari stasiun control (monitoring) yang terletak di permukaan bumi. Sebagian gangguan SA (Selective Availability-metode yang diterapkan untuk memproteksi ketelitian posisi absolut tinggi secara real time) juga mengakibatkan kesalahan pada kelas ini, dimana metode tersebut yang sengaja dijalankan oleh pihak pengelola sistem ini akan mempengaruhi eksalahan waktu (jam) satelit dan data ephemeris satelit.

Jam (waktu) satelitPengamatan sinyal-sinyal (penjarakan) satelit yang bersifat one-way (tidak pulang pergi) ini sangat bergantungpada kemampuannya dalam memprediksi jam (waktu) satelit. Kesalahan jam satelit akan mempengaruhi baik pada pengguna kode C/A maupun pada pengguna kode P. Sumber utama kesalahan ini adalah adanya gangguan yang disebabkan oleh SA, seperti halnya pada data ephemeris satelit.

IonosfirKesalahan ini disebabkan oleh keberadaan electron-elektron bebas yang beterbangan di lapisan ionosfir yang menyebabkan sinyal-sinyal GPS tidak berjalan dengan kecepatan cahaya sebagaimana di dalam ruang vakum pada saat melalui lapisan ini. Modulasi sinyal-sinyal GPS akan mengalami perlambatan (pseudo-range hasil konversi kode-kode C/A dan P akan lebih panjang dari semestinya) begitu melalui lapisan ini, sementara fase-fase frekuensi radio gelombang pembawa carrier L1 dan L2 menjadi lebih pendek dari yang sebenarnya) dengan besar yang sama.

TroposfirKesalahan ini juga merupakan deviasi kecepatan sinyal-sinyal GPS dari kecepatan cahaya di ruang hampa ketika melalui lapisan troposfir. Baik sinyal kode maupun fase gelombang pembawa akan mengalami perlambatan (jarak hasil hitungan lebih panjang dari semestinya) yang sama besar pada lapisan ini.

MultipathKesalahan ini disebabkan oleh masuknya sinyal-sinyal GPS ke antenna receiver yang tidak langsung dari satelit, tetapi berasal dari pantulan-pantulan benda benda di sekelilingnya.

ReceiverKesalahan ini disebabkan oleh keterbatasan komponen receiver (yang sefungsi dengan model) dalam mengunci channel (satelit GPS yang ditelusuri).

Ketelitian Penentuan PosisiKetelitian [osisi (koordinat) yang didapat dari pengamatan GPS bergantung pada beberapa factor berikut : Akurasi dataBergantung pada tipe data yang digunakan, kualitas receiver, level kesalahan dan bias. Geometri satelitBergantung pada jumlah satelit, lokasi dan distribusi satelit, lamanya sesi pengamatan. Metode penentuan posisiBergantung pada metode yang diambil, apakah itu absolut, diferensial, jumlah titik referensi (control/receiver GPS yang terlibat).

Strategi pemrosesan dataBergantung pada strateginya, apakah secara real-time, post-processing, control kualitas, perataan jaringan, dan sebagainya.Perhatikan tabel Spektrum Ketelitian Penentuan Posisi dengan GPS berikut :MetodeKeteranganKetelitian

AbsolutStandar, SA aktif (ON)50 m

Standar, SA non-aktif (OFF)20 m

Teliti dengan anti-spoofing8 m

DiferensialDifferential code5 m

Carrier-smoothed code1 m

Ambiguity-resolved carrier phase5 cm

Static survey (carrier phase)3 mm

Referensi :Materi diambil dari buku : Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis : Konsep-Konsep Dasar. Bandung : Informatika.

2Modul 10 Basis Data Spasial

Modul 10 Basis Data Spasial1