Upload
rudy-stz
View
111
Download
21
Embed Size (px)
Citation preview
Perencanaan PAKEM :Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif & Menyenangkan
ii
Daftar Isi
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI iii
DAFTAR SINGKATAN v
PENGANTAR vii
PENDAHULUAN 1
UNIT 1: JURNAL BELAJAR 7
UNIT 2: KURIKULUM OPERASIONAL 17
UNIT 3: PEMETAAN KOMPETENSI 23
UNIT 4: STRUKTUR KURIKULUM & PENJADWALAN 33
UNIT 5: MATA PELAJARAN5.1 : KELAS AWAL5.2 : BAHASA INDONESIA5.3 : BAHASA INGGRIS5.4 : IPA5.5 : IPS5.6 : MATEMATIKA
43 5777
107133145
UNIT 6: PERENCANAAN TEMATIK 159
UNIT 7: PENILAIAN 167
UNIT 8: PRAKTIK MENGAJAR 179
LAMPIRAN: KEGIATAN PASCA PELATIHAN 185
iv
ATK Alat Tulis Kantor
AusAID Australian Agency for International Development
BSNP Badan Standar Nasional Pendidikan
CLCC Creating Learning Communities for Children
IPA Ilmu Pengetahuan Alam
IPS Ilmu Pengetahuan Sosial
KBK Kurikulum Berbasis Kompetensi
KBM Kegiatan Belajar Mengajar
KD Kompetensi Dasar
KKG Kelompok Kerja Guru di tingkat SD
KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Mapel Mata Pelajaran
MBE Managing Basic Education (didanai oleh USAID)
MGMP Musyawarah Guru Mata Pelajaran
MGP-BE Mainstreaming Good Practices in Basic Education (didanai oleh Uni Eropa)
MI Madrasah Ibtidaiyah
MTs Madrasah Tsanawiyah
NTB Nusa Tenggara Barat
NTT-PEP Nusa Tenggara Timur Primary Education Partnership
NZAID New Zealands International Aid & International Development
PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
Permen Diknas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
POE Predict, Observe, Explain
ppt PowerPoint / Tayangan
RP Rencana Pembelajaran
RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
SDLB Sekolah Dasar Luar Biasa
SDM Sumber Daya Manusia
SI Standar Isi
SK Standar Kompetensi
SMPLB Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
Tot Training of Trainers
UU Undang-undang
USAID United States Agency for International Development
Daftar Singkatan
v
DAFTAR SINGKATAN
vi
PENGANTAR
Proyek Mainstreaming Good Practices in Basic Education (MGP-BE) didanai oleh Uni Er-opa (European Union) sebagai bagian dari Program Bantuan Pengembangan Kapasitas Pendidikan Dasar (Basic Education Sector Capacity Support Programme) di Indonesia. MGP-BE bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kabupaten, sekolah dan masyarakat dalam mengarusutamakan praktik-praktik yang baik dalam pendidikan dasar agar praktik-praktik ini dapat menjadi prioritas dan rencana dalam kebijakan pendidikan di kabupaten di propinsi binaan.
Proyek MGP-BE dilaksanakan di enam propinsi yakni Riau, Lampung, Banten, NTB, Goron-talo dan Maluku, dan 12 kabupaten, masing-masing dua di setiap propinsi. Jumlah sekolah binaan adalah 505 termasuk SD, MI, SMP dan MTs.
Adapun praktik baik yang telah diujicoba dan diidentifikasi yang terdapat pada tingkat seko-lah adalah:
Manajemen Berbasis Sekolah
Peran Serta Masyarakat dan
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
Ketiga komponen ini terdapat di tiga program pendidikan utama, yakni Creating Learn-ing Communities for Children (Program UNESCO dan UNICEF yang didanai oleh NZAID), Managing Basic Education (MBE yang didanai oleh USAID), dan Nusa Tenggara Timur Primary Education Partnership (NTT PEP yang didanai oleh AusAID).
Jakarta, Januari 2009
Sekretaris Direktorat JenderalManajemen Pendidikan Dasardan Menengah
Selaku Manajer Program
Dr. Bambang Indriyanto
Pengantar
vii
viii
1Pendahuluan
PENDAHULUAN
MODUL PELATIHAN 3
Tujuan program PAKEM adalah meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan mutu praktik pembelajaran. Pengajaran dan pembelajaran di Indonesia masih banyak yang bersifatPengajaran dan pembelajaran di Indonesia masih banyak yang bersifat tradisional yang berwujud pada kegiatan menghafal yang dalam tingkatan kemampuan berpi-
kir menduduki tingkatan yang paling rendah. Sebagai akibatnya, kemampuan bahasa, ke-terampilan memecahkan masalah, dan krea-tivitas siswa cenderung kurang memuaskan.
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Me-nyenangkan (PAKEM) bertujuan untuk men-ciptakan lingkungan belajar yang kaya dan kegiatan belajar yang bervariasi dengan tu-juan belajar yang tidak sekedar menghapal untuk membekali siswa dengan keterampilan- keterampilan, pengetahuan dan sikap untuk hidup. Secara singkat, PAKEM dimaksudkan untuk mengembangkan potensi siswa untuk aktif berpikir, berimajinasi, berkegiatan, ber-
kreasi, dan mengembangkan rasa senang belajar. Sebagai hasil dari pelatihan PAKEM, para guru mengadopsi, mengadaptasi, atau menciptakan strategi pembelajaran yang lebih inter-aktif, dan kegiatan belajar yang lebih praktis dan bermakna untuk anak-anak. Anak-anak didorong untuk berpikir mandiri dan berani mencoba serta mengungkapkan gagasan dengan kata-kata sendiri, bukan sekedar mengutip dari papan tulis atau buku. Lingkungan kelas dibuat lebih ramah untuk anak dan dirancang menjadi sumber belajar melalui pemajangan alat dan media belajar serta karya siswa.
Pada Modul Pelatihan 1, para peserta diperkenalkan pada konsep belajar aktif. Mereka belajar mengenai pengertian PAKEM, dan mengapa pendekatan yang berpusat pada siswa ini dapat meningkatkan mutu belajar. Fokus pelatihan ini adalah mengidentifikasikan situasi-Fokus pelatihan ini adalah mengidentifikasikan situasi-situasi belajar aktif yang dimodelkan oleh fasilitator, dan kemudian dipraktikkan oleh peserta dalam situasi pembelajaran sesungguhnya dengan menggunakan sekolah-sekolah setempat.
Modul Pelatihan 2 mengembangkan konsep-konsep yang sudah diperkenalkan sebelumnya dan mengeksplorasi pengelolaan kelas belajar aktif maupun strategi-strategi pengajaran yang efektif yang mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah dan berpikir pada tingkat yang lebih tinggi. Peserta melanjutkan pengembangan pemahaman mereka mengenai belajar aktif dengan menciptakan skenario pembelajaran melalui diskusi dengan fasilitator dan sesama peserta. Skenario ini kemudian diujicobakan di kelas-kelas di sekolah-sekolah setempat, yang kemudian diikuti dengan sesi diskusi yang memberikan umpan balik untuk penyempurnaan dari guru setempat, fasilitator, dan sesama peserta pelatihan.
Modul Pelatihan 1 dan 2 terutama berfokus pada pengenalan konsep PAKEM dan pengem-bangan kegiatan belajar PAKEM di kelas dengan keluaran skenario belajar untuk satu perte-
2Pendahuluan
muan. Pelatihan Modul 3 berfokus pada perencanaan kegiatan belajar mengajar yang lebih luas mulai dari pemetaan kompetensi, perencanaan jangka pendek, hingga perencanaan jangka panjang. Keterampilan membuat perencanaan yang baik sangat diperlukan dalam era kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang menuntut guru dan sekolah membuat peren-canaan sendiri berdasarkan keunikan konteks pendidikan masing-masing.
Selain itu Modul Pelatihan 3 juga memperkenalkan sebuah sarana belajar yang mendorong kita untuk berpikir reflektif dalam bentuk jurnal belajar. Berpikir reflektif diperlukan untuk mem-buat seseorang menjadi pembelajar mandiri.
Untuk menyempurnakan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang dibuat, diperlukan umpan balik langsung dari lapangan. Karena itu seperti juga paket-paket sebelumnya, pada pelatihan paket ini peserta akan mendapatkan kesempatan mempraktikkan perencanaan yang dibuat, setidaknya untuk perencanaan kegiatan belajar mengajar untuk satu pertemuan yang diturunkan dari perencanaan jangka menengah dan panjang.
KTSP DAN BELAJAR AKTIF
Selaras dengan semangat desentral-isasi, sekolah diberi otonomi untuk membuat sendiri perencanaan pen-didikannya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kom-petensi di bawah koordinasi dan su-pervisi dinas pendidikan kabupaten / kota atau propinsi.
Dalam Standar Isi, kompetensi di-organisasi dan dideskripsikan ber-dasarkan tingkat kelas. Standar IsiStandar Isi ini merupakan kerangka bagi guru dalam mengembangkan program pembelajaran. Walaupun kompeten-si tersebut sudah ditentukan secara nasional dan harus dikembangkan pada diri siswa, guru mempunyai keleluasaan (fleksibilitas) dalam mengorganisasikan program-program pembe-lajaran untuk mewujudkan kompetensi-kompetensi tersebut. Keleluasaan ini memungkinkan guru untuk membuat kurikulum relevan dengan kebutuhan siswa mereka dan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan dalam konteks yang lebih bermakna.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang lebih seperti resep yang harus diikuti preskiptif, yaitu isi kurikulum diuraikan dan diurutkan secara kaku, dalam era Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) guru diharapkan membuat perencanaan pengalaman belajar dan kegiatan-kegiatan yang akan memberikan kepada siswa kesempatan untuk mendemonstrasikan kom-petensi-kompetensi tertentu. Topiktopik dan konteks untuk demonstrasi kompetensi siswa ini harus direncanakan dan dirancang oleh guru.
KTSP menuntut cara-cara baru dalam melaksanakannya dan guru memerlukan pendekatan baru dalam perencanaan dan pelaksanaan kurikulum. Selama ini terdapat kecenderungan
3Pendahuluan
untuk mengajarkan kompetensi dalam kurikulum yang tidak sedikit secara terpisah-pisah (iso-lasi) dan tanpa konteks. Cara ini tidak efektif karena mengecilkan kesempatan anak melihat saling keterhubungan antara kompetensi satu dengan yang lainnya. Dalam kehidupan nyata pemecahan masalah sering membutuhkan sinergi dari lebih dari satu jenis kompetensi.
Pada Modul Pelatihan 3 peserta dan fasilitator berlatih membuat perencanaan kegiatan be-lajar mengajar yang merupakan salah satu bagian KTSP yang mengacu pada kurikulum ber-basis kompetensi dan berlatih melaksanakan perencanaan kegiatan belajar mengajar dalam kurikulum baru tersebut di kelas. Perlu ada paparan gambaran besar/peta kurikulum , agar guru dapat melihat semua kompetensi-kompetensi yang harus diajarkan dalam setahun, dan mengorganisasikaanya dalam tema-tema atau topik agar lebih mudah dikelola.
Pertama-tama, kompetensi-kompetensi dilihat sebagai satu keseluruhan, kemudian dipecah menjadi satu program tema-tema yang akan diajarkan selama satu tahun ajaran. Tema diper-lukan untuk memberi konteks pada proses pencapaian kompetensi yang terpadu dengan kom-petensi lain. Proses perencanaan dimulai dari membuat Gambaran Besar/peta Perencanaan tahunan dipecah menjadi program semester dan tematik, dan akhirnya program mingguan dan harian.
Konsep-konsep dasar penilaian dan evaluasi dari Standar Isi (Permen 22) diperkenalkan pada Modul Pelatihan 3. Dalam Standar Isi, penilaian dikaitkan dengan pengumpulan data me-ngenai kinerja siswa dan menggunakan informasi ini untuk menentukan kemajuan penca-paian kompetensi yang ditentukan. Uraian singkat tentang metode-metode pengumpulan data disajikan dan dijelaskan kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan satu format pengumpulan data, misal observasi terfokus.
CARA MENGGUNAKAN MODUL PELATIHAN 3
Bahan-bahan Modul Pelatihan 3 terdiri dari 2 bagian:
1. Unit-Unit Utama
Unit 1 4 dan 6 - 8 dikerjakan oleh semua peserta, tanpa memperhatikan kelompok mata pe-lajaran mereka. Kegiatan-kegiatan dapat diterapkan dan relevan untuk lintas mata pelajaran. Kegiatan-kegiatan seperti perencanaan tematik dapat difokuskan berdasarkan mata pelajaran. Unit-unit ini memerlukan waktu 4 hari dari program pelatihan, termasuk praktik mengajar.
2. Unit-unit berdasarkan mata pelajaran
Bagian ke dua bahan pelatihan adalah unit khusus mata pelajaran. Unit ini memberikan ke-giatan kegiatan yang lebih mendalam terkait dengan mata pelajaran. Unit mata pelajaran di-berikan untuk Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). dan Kelas Awal. Peserta hanya mengerjakan satu unit mata pelajaran, tergantung pada kelompok mana mereka terlibat. Penyelesaian unit ini memerlukan waktu satu hari.
4Pendahuluan
Waktu Bahan Kegiatan
Hari 1
08.00-08.30 Penjelasan Program
08.30-09.30 Unit 1 Jurnal Belajar
09.30-10.30 Unit 2 Kurikulum Operasional
10.30-10.45 ISTIRAHAT
10.45-12.15 Unit 3 Pemetaan Kompetensi
12.15-13.15 ISTIRAHAT
13.15-14.30 Unit 3 Pemetaan Kompetensi
14.30-15.15 unit 4 Struktur Kurikulum dan Penjadwalan
15.15-15.45 ISTIRAHAT
15.45-16.30 Unit 4 Struktur Kurikulum dan Penjadwalan
Pekerjaan Rumah: Refleksi
Hari 2
08.00 10.30 Unit 5 Mata Pelajaran
10.30-10.45 ISTIRAHAT
10.45-12.00 Unit 5 Mata Pelajaran
12.00-13.00 Istirahat
13.00-15.15 Unit 5 Mata Pelajaran
15.15-15.45 istirahat
15.45-16.30 Unit 5 Mata Pelajaran
Pekerjaan Rumah : Refleksi
Hari 3
08.00 10.30 Unit 6 Perencanaan tematik
10.30 10.45 ISTIRAHAT
10.45 12.00 Unit 6 Perencanaan tematik
12.00 13.00 ISTIRAHAT
13.00 14.00 Unit 6 Perencanaan tematik
14.00 15.00 Unit 6 Perencanaan tematik
15.00 15.30 ISTIRAHAT
15.30 16.30 Unit 6 Perencanaan Tematik
Pekerjaan Rumah: Refleksi
Hari 4
08.00 09.00 Unit 8 Mengembangkan PAKEM: Praktik Mengajar (membuat RPP)
09.00 10.00 Unit 8 Mengembangkan PAKEM: Praktik Mengajar (Simulasi)
10.00 10.15 ISTIRAHAT
10.15 11.00 Unit 8 Mengembangkan PAKEM: Praktik Mengajar (Simulasi)
11.00 12.00 Unit 8 Mengembangkan PAKEM: Praktik Mengajar (Menyempurnakan Persiapan)
JADWAL yANG DISARANKAN
5Pendahuluan
CATATAN UNTUK FASILITATOR
Alokasi waktu
Jadwal kegiatan ini memberikan pedoman umum untuk menyelesaikan program dalam waktu lima hari. Alokasi waktu yang disarankan dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh peserta. Beberapa kelompok mungkin memerlukan alo-kasi waktu penuh untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan dengan bermutu, yang lain mungkin menyelesaikan tugas dalam waktu yang lebih singkat. Dari alokasi waktu yang disediakan, fasilitator perlu bersikap fleksibel dalam memanfaatkan waktu dengan tetap berorientasi pada kinerja terbaik yang bisa dihasilkan. Pemetaan/Scan kurikulum misalnya, mungkin merupakan hal baru bagi banyak para peserta sehingga mereka memerlukan waktu yang cukup banyak pengelolaan untuk menyelesaikannya. Kalau peserta diburu-buru mereka tidak akan mendapat informasi yang diperlukan dan pengalaman mengerjakannya secara runtut.
Bahan dan sumber
Sejumlah unit, baik unit inti maupun unit mata pelajaran, memerlukan pengelolaan bahan dan sumber. Pelatihan akan berjalan lancar kalau bahan dan sumber, nara sumber misalnya, telah dipersiapkan dan disiapkan sehari sebelumnya. Pengecekan keberadaan bahan dan sumber perlu dilakukan sebelum masuk pada pelaksanaan tiap unit.
Jurnal Belajar
Jurnal belajar diperkenalkan di Unit 1 dan peserta diminta menuliskan refleksi mereka dalam jur-nalnya pada akhir pelatihan setiap hari. Peserta harus menyelesaikan tugas ini sebelum mereka meninggalkan ruang. Jika memungkinkan, fasilitator mengumpulkan jurnal ini dan memberikan
12.00 13.00 ISTIRAHAT
13.00 15.00 Unit 7 Penilaian
15.00 15.30 ISTIRAHAT
15.30 16.30 Unit 7 Penilaian
Pekerjaan Rumah: Refleksi
Hari 5
07.00 12.00 Unit 8Mengembangkan PAKEM:
Praktik Mengajar di Sekolah (termasuk perjalanan)
12.00 13.00 ISTIRAHAT
13.00 14.00 Unit 8 Eksibisi Hasil Praktik Mengajar
14.00 15.00 Unit 8 Refleksi dan Diskusi
15.00 15.30 ISTIRAHAT
15.30 16.30 Forum Terbuka dan Penutupan
Pada bulan berikutnya di sekolah masing-masing: Kegiatan Program Pasca Pelatihan ( 4 minggu setelah pelatihan) satu bulan atau lebih setelah pelatihan : Lokakarya atau refleksi di KKG/MGMP
Waktu Bahan Kegiatan
6Pendahuluan
umpan balik dengan cara menuliskan komentar pada buku jurnal tentang refleksi mereka dengan cara yang membesarkan hati. Fasilitator sebaiknya melakukan ini pada petang/malam setelah kegiatan pelatihan. Jurnal kemudian dikembalikan kepada peserta pada keesokan harinya. Sete-lah fasilitator memodelkan proses tersebut, pada hari kedua dan ketiga pelatihan peserta saling bertukar jurnal dan memberikan komentar tentang refleksi pada jurnal temannya.
Setiap hari pada awal pelatihan sebaiknya dialokasikan sedikit waktu yang digunakan untuk mengembalikan jurnal kepada pemiliknya dan memberi kesempatan pada peserta untuk saling membaca dan berbagi komentar.
7Unit 1Jurnal Belajar
JURNAL BELAJARWaktu : 1 jam
A. PENGANTAR
Kemampuan untuk berefleksi tentang pelaksanaan belajar mengajar sehari-hari di kelas merupakan keterampilan yang sangat pent-ing untuk dikembangkan guru. Guru yang dapat menganalisis dan merenungkan apa saja yang dilakukannya dan pengaruhnya pada pembelajaran siswa akan berkembang menjadi lebih profesional, karena melalui perenungan/refleksi guru dapat menemu-kan kelebihan dan kelemahan proses be-lajar mengajar mereka. Guru akan terbantu meneruskan dan memperbaharui hal-hal yang sudah baik, serta tidak mengulangi ke-salahan yang sama, dan mencari jalan ke-luar untuk mengatasi kelemahan mengajar yang ditemukannya.
Sarana yang dapat membantu guru melakukan refleksi adalah Jurnal Belajar. Jurnal Bela-jar merupakan wadah bagi para guru untuk menuliskan perenungan dan analisisnya ten-tang proses belajar mengajar sehari-hari di kelas serta rencana tindak lanjut untuk hal-hal yang ditemukan dalam perenungannya.
Pada waktu diminta berefleksi dan menuliskan hasil refleksinya, banyak guru yang hanya mendeskripsikan apa yang terjadi dan menilai peristiwa-peristiwa pada kulitnya saja. Dalam kegiatan Jurnal Belajar ini guru akan berlatih berefleksi dan menuliskan hasil refleksi mereka dalam Jurnal Belajar. Dengan mempelajari cara refleksi dan mempraktikkannya selama dan sesudah pelatihan, diharapkan guru dapat meningkatkan kemampuan menganalisis dan menilai proses belajar di kelas yang dapat membantu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar mereka di kelas.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta peserta diharapkan mampu:
mengenal proses refleksi sebagai bagian penting dari proses belajar mengajar
mengenal perbedaan antara tulisan dalam Jurnal Belajar yang deskriptif dan reflektif
menuliskan refleksi tentang proses pembelajaran selama pelatihan PAKEM dalam Jurnal Belajar
mendisain refleksi untuk siswa
1.
2.
3.
4.
8Jurnal BelajarUnit 1
C. ALAT DAN BAHAN
1. Tayangan
2. Buku tulis, satu untuk setiap peserta untuk menuliskan Jurnal Belajar mereka
3. ATK: kertas plano dan spidol
1
Pengantar Diskusi tentang Belajar
15
2 3
Pengantar Diskusi tentang Belajar
15
Presentasi :Contoh Jurnal Belajar
15
4
Berbagi (Sharing) Hasil Penulisan Jurnal Belajar dan Memperbaikinya
10
5
Penutup
5
D. LANGKAH KEGIATAN
1. Pengantar (15 menit)(15 menit)
Fasilitator menyajikan tayangan yang berisi pertanyaan:
Apa pengertian Belajar? (kemungkinan jawaban: suatu perubahan tingkah laku/perilaku, perubahan pemahaman yang dibangun berdasarkan hal yang telah diketahui untuk memahami yang belum diketahui, dikuasainya suatu kemampuan, dll)
Bagaimana cara Anda belajar? (kemungkinan jawaban: melalui observasi, mencoba, mempraktikkan, meniru, dll)
Apa yang dapat membantu agar belajar Anda menjadi lebih efektif? (umpan balik)
Dalam Pengantar Fasilitator juga menjelaskan sebagai berikut:
a. Kemampuan kita untuk berpikir mengenai apa yang sedang terjadi pada proses belajar pada saat kita belajar akan membantu kita untuk mendapatkan hasil bela-jar yang maksimal. Seseorang yang sedang mengalami kebingungan dalam bela-
9Unit 1Jurnal Belajar
jar misalnya dapat menyadari bahwa dia sedang bingung, mengetahui penyebab kebingungannya, dan mencari jalan keluar dari kebingungannya itu.
b. Jurnal Belajar adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk membangun kemampuan berpikir mengenai proses belajar kita.
c. Dengan menuliskan Jurnal Belajar, para peserta pelatihan dapat:
1. merangkum hal-hal apa yang baru saja dipelajari
2. lebih mengklarifikasi/memperjelas pemikiran mereka
3. mengkomunikasikan ide-ide dan gagasan mereka
4. menginformasikan hal-hal yang masih belum dimengerti dengan baik
5. merekam hal-hal yang dirasa perlu untuk dilakukan selanjutnya sehubungan dengan hal yang baru dipelajari.
d. Dengan membaca Jurnal Belajar yang ditulis peserta pelatihan, fasilitator dapat mengetahui apa yang dirasakan/dipikirkan oleh peserta dan memberikan umpan balik. Dalam konteks pembelajaran di sekolah, siswa dapat membuat Jurnal Be-lajar yang dapat berfungsi sebagai umpan balik untuk guru sehingga guru dapat memperbaiki pengajarannya.
2. Tayangan Contoh-contoh Jurnal Belajar (15 menit)
a. Fasilitator membagikan buku tulis kepada tiap peserta dan menginformasikan bahwa selama pelatihan ini, peserta akan menuliskan pikiran dan perasaan me-reka dalam buku tulis tersebut, dan selanjutnya buku tulis itu disebut Jurnal Bela-jar. Fasilitator perlu menekankan bahwa tulisan dalam Jurnal Belajar tersebut se-baiknya tidak hanya mendeskripsikan kegiatan yang mereka ikuti tapi seharusnya juga berisi pikiran dan perasaan mereka tentang kegiatan tersebut dan mengapa mereka berpikiran atau merasa seperti itu.
b. Fasilitator menayangkan Contoh Jurnal Belajar. Tayangan berisi contoh Jurnal Belajar yang bersifat deskriptif dan yang lain yang lebih reflektif.
c. Secara berpasangan, peserta diminta untuk membaca, menemukan, dan mem-bahas perbedaan di antara contoh-contoh jurnal tersebut. Fasilitator membimbing peserta menyimpulkan contoh Jurnal Belajar mana yang deskriptif dan mana yang reflektif. Jurnal yang reflektif lebih bermanfaat bagi pengembangan diri selanjut-nya.
d. Fasilitator menayangkan tayangan yang berisi pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Hal baru dan bermanfaat apa yang Anda dapatkan hari ini?
2. Apa yang masih membingungkan Anda hari ini?
3. Apa yang menantang untuk diketahui lebih jauh lagi? Mengapa Anda tertarik untuk mengetahui hal tersebut lebih jauh lagi?
10
Jurnal BelajarUnit 1
4. Apa rencana Anda berkenaan dengan hal yang telah Anda dapat hari ini?
3. Praktik Menulis Jurnal Belajar (15 menit)
a. Fasilitator meminta peserta mengingat kembali pengalaman belajar pada sesi 1 atau pengalaman belajar lainnya.
b. Secara individual, peserta menuliskan perenungan/refleksi mereka tentang proses belajar mereka pada sesi 1 dengan menggunakan pertanyaan pada tayangan 9 Per-tanyaan untuk Jornal belajar. Hasil perenungan/ refleksi mereka ditulis pada buku Jurnal Belajar mereka masing-masing.
4. Berbagi (Sharing) Jurnal Belajar (10 menit)
a. Fasilitator meminta peserta saling bertukar jurnal dan membahas apakah Jurnal Belajar yang dibaca sudah cukup reflektif. Fasilitator menayangkan tayangan yang berisi contoh-contoh jurnal untuk dapat dipakai sebagai perbandingan.
b. Fasilitator meminta peserta untuk saling mengembalikan Jurnal Belajar kepada pemi-liknya dan pemilik memperbaiki jurnal berdasarkan masukan teman.
5. Penutup (5 menit)
Secara pleno, fasilitator bertanya pada peserta apa manfaat yang dapat dipetik apabila setiap siswa di sekolah juga mempunyai Jurnal Belajar untuk menuliskan pikiran dan pera-saan mereka tentang kegiatan belajar di sekolah. Peserta mengusulkan pendapat mereka. Fasilitator merangkum pendapat peserta dan menambahkan bahwa Jurnal Belajar dapat berfungsi sebagai sarana siswa untuk berpikir dan menyadari proses belajar mereka, dan mengkomunikasikan apa yang mereka pikir dan rasakan pada guru. Guru, dengan mem-baca Jurnal Belajar siswa, dapat memberikan masukan/umpan balik untuk siswa dan guru dapat meningkatkan kualitas pengajarannya.
Sebelum kegiatan diakhiri (jika masih ada waktu) peserta secara berkelompok merancang Jurnal Belajar yang harus dibuat siswa. Perancangan ini meliputi kapan siswa akan me-nulis jurnal, di mana jurnal akan ditulis, apa yang harus ditulis dalam jurnal, bagaimana guru memberikan umpan balik dan masukan pada jurnal siswa, bagaimana menilai jurnal siswa, dan lain-lain. Hasil rancangan setiap kelompok diminta untuk dipajangkan.
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA: tidak ada
11
Unit 1Jurnal Belajar
Contoh 1
Contoh 2
Contoh 3
F. LEMBAR KERJA PESERTA
Berikut ini disajikan tiga contoh Jurnal Belajar. Baca, temukan, dan bahas perbedaan di antara contoh-contoh jurnal tersebut. Contoh Jurnal Belajar mana yang deskriptif dan mana yang reflektif? Jurnal manakah yang lebih bermanfaat bagi pengembangan diri guru selanjutnya, Jurnal Belajar yang deskriptif atau reflektif?
12
Jurnal BelajarUnit 1
UNIT I JURNAL BELAJAR
TUJUAN
1. Mengenal proses refleksi sebagai bagian dari proses belajar
2. Mengenal perbedaan antara jurnal belajar yang deskriptif dan reflektif
3. Dapat menuliskan refleksi tentang proses pembelajaran selama pelatihan PAKEM dalam jurnal belajar
4. Mendesain refleksi untuk siswa
G. BAHAN TAyANGAN UNTUK FASILITATOR
LANGKAH KEGIATAN
1
15
2
15
3
15
4
10
5
5
Pengantar Diskusi tentang Belajar
Presentasi :Contoh Jurnal
Belajar
Pengantar Diskusi tentang Belajar
Penutup
Berbagi (Sharing) Hasil Penulisan
Jurnal Belajar dan Memperbaikinya
13
Unit 1Jurnal Belajar
DISKUSI TENTANG BELAJAR
MANFAAT JURNAL BELAJAR :
CONTOH JURNAL BELAJAR 1
Apa pengertian BELAJAR?
Bagaimana cara Anda BELAJAR?
Apa yang bisa membantu agar BELAJAR Anda lebih efektif?
1.
2.
3.
merangkum hal-hal apa yang baru saja dipelajari
membantu lebih mengklarifikasi/ memperjelas pemikiranlebih mengklarifikasi/ memperjelas pemikiran
sebagai sarana untuk mengkomunikasikan ide-ide danmengkomunikasikan ide-ide dan gagasan mereka
menginformasikan hal-hal yang masih belum dimengerti dengan baik
merekam hal-hal yang dirasa perlu untuk dilakukan se-lanjutnya sehubungan dengan hal yang baru dipelajari
14
Jurnal BelajarUnit 1
CONTOH JURNAL BELAJAR 2
CONTOH JURNAL BELAJAR 3
PERTANyAAN UNTUK JURNAL BELAJAR
Hal baru dan bermanfaat apa yang Anda dapatkan hari ini?
Apa yang masih membingungkan Anda hari ini?
Apa yang menantang untuk diketahui lebih jauh lagi? Mengapa Anda tertarik untuk mengetahui hal tersebut lebih jauh lagi?
Apa rencana Anda berkenaan dengan hal yang telah Anda dapat hari ini?
15
Unit 1Jurnal Belajar
PENUTUP
Manfaat apa yang dapat dipetik apabila setiap siswa di sekolah juga mempunyai Jurnal Belajar untuk menu-liskan pikiran dan perasaan mereka tentang kegiatan belajar di sekolah?
KESIMPULAN
Manfaat bagi siswa: Jurnal Belajar dapat berfungsi sebagai sarana untuk berpikir dan menyadari proses belajar me-reka serta mengkomunikasikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan
Manfaat bagi guru: dengan membaca Jurnal Belajar siswa, guru dapat memberikan masukan/umpan balik kepada siswa dan guru dapat meningkatkan kualitas pengajaran-nya.
MERANCANG JURNAL BELAJAR UNTUK SISWA
Rancang Jurnal Belajar yang harus dibuat siswa. Pe-rancangan ini meliputi, kapan siswa akan menulis jurnal, di mana jurnal akan ditulis, apa yang harus ditulis dalam jurnal, bagaimana guru memberikan umpan balik dan ma-sukan pada jurnal siswa, bagaimana menilai jurnal siswa, dan lain-lain. Hasil rancangan setiap kelompok akan di-pajangkan.
16
17
Unit 2Kurikulum Operasional
KURIKULUM OPERASIONALWaktu : 1 jam
A. PENGANTAR
Dengan berlakunya UU Otonomi Dae-rah No 22 tahun 1999, maka semua daerah memiliki kewenangan menen-tukan arah kebijakan pendidikan.
Otonomi daerah juga diikuti dengan otonomi pendidikan dan salah satu realisasinya adalah pengembangan kurikulum yang tidak lagi sentralistik. UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 36 ayat 2 menyatakan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Selanjutnya pada pasal 37 di-nyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olah raga, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal.
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan dasar dan menengah, pemerintah hanya mene-tapkan kerangka dasar dan struktur kurikulum. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan Komite Sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan Propinsi untuk pendidikan menengah (Pasal 38 UU No. 20 tahun 2003).
Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan Nomor 19 tahun 2005 me-nyatakan bahwa kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah ini untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan. Kurikulum Tingkat Sa-tuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Unit ini mengajak peserta untuk mempelajari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Per-men Diknas) no 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang diikuti dengan kegiatan mengembangkan keterampilan dalam menyusun dan mengembangkan program rencana pengajaran sebagai bagian dari kurikulum tingkat satuan pendidikan.
18
Unit 2Kurikulum Operasional
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta diharapkan mampu:
memahami Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permen Diknas) 22/2006
memahami tugas-tugas yang seharusnya dilakukan oleh sekolah dan guru terkait dengan Permen Diknas no. 22/2006
memahami proses penyusunan KTSP
C. ALAT DAN BAHAN
Tayangan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22/2006 beserta lampirannya
ATK: Kertas plano dan spidolKertas plano dan spidol
D. LANGKAH KEGIATAN
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1
Pengantar
10
2
Diskusi tentang Standar Isi
25
3
Identifikasi isu-isu yang berhubungan dengan kurikulum
25
1. Pengantar (10 menit)
Fasilitator membicarakan butir-butir penting kegiatan pada unit 2 yaitu Permen Diknas no. 22/2006 dan otonomi pendidikan yang menuntut sekolah beserta jajarannya untuk me-ngembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Konsekuensinya, sekolah beserta jajarannya perlu meningkatkan keterampilan dalam mengembangkan program sekolah dan pengajaran.
Fasilitator menayangkan tayangan mengenai perjalanan kurikulum di Indonesia dan me-nekankan perbedaan kurikulum sebelumnya dengan Standar isi. Inti perbedaan tersebut adalah adanya kewenangan sekolah untuk menyusun sendiri kurikulum yang berbasis kepada kondisi sekolah masing-masing.
2. Diskusi tentang Standar Isi (25 menit)
a. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan dibagikan bahan bacaan yaitu ba-gian-bagian dari Standar Isi : Bab 1 Pendahuluan; Bab II Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum; Bab III Beban Belajar; Bab IV Kalender Pendidikan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPS.
19
Unit 2Kurikulum Operasional
b. Dalam kelompoknya, peserta diminta untuk mendiskusikan hal-hal berikut:
- Apa yang harus diperhatikan dalam penyusunan KTSP? (memahami visi dan misi sekolah, memahami beban belajar, struktur kurikulum, karakteristik khas setiap mata pelajaran)
- Bagaimana hubungan antara struktur kurikulum, beban belajar dan jadwal pelajaran? (struktur kurikulum dan beban belajar merupakan dasar dalam penyusunan pelajaran)
- Bagaimana hubungan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar? (penca-paian kompetensi dasar tidak boleh merupakan gambaran utuh dari kompetensi utuh yang harus dicapai seperti yang tercantum di dalam standar kompetensi)
Setiap kelompok menuliskan catatan penting di kertas plano dan catatan saling ditukarkan dengan kelompok lainnya.
3. Identifikasi Isu-isu yang berhubungan dengan KTSP (25 menit)
Setiap kelompok mendiskusikan hal-hal berikut:
- Langkah-langkah apa yang harus dilakukan oleh sekolah dalam mengembangkan kurikulum sekolah?
- Langkah-langkah apa yang mereka lakukan selama ini dalam penyusunan KTSP?
- Bagaimana peran kepala sekolah, guru dan Komite Sekolah?
Fasilitator meminta dua orang, masing-masing dari kelompok yang berbeda, untuk mem-presentasikan hasil diskusi kelompoknya. Kelompok lain dapat menanggapinya dengan bantuan fasilitator.
Hasil diskusi ditempel di dinding agar dapat dibaca oleh rekan peserta yang lain di waktu luang.
Fasilitator menayangkan tayangan mengenai langkah-langkah pengembangan kurikulum sekolah.
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA: tidak ada
F. LEMBAR KERJA PESERTA: tidak ada
20
Unit 2Kurikulum Operasional
G. BAHAN TAyANGAN UNTUK FASILITATOR
LANGKAH KEGIATAN
TUJUAN
Memahami isi Permen Diknas no. 22/2006
Memahami tugas-tugas yang seharusnya dilakukan oleh sekolah dan guru terkait dengan Permen no. 22/2006
Memahami proses penyusunan KTSP
UNIT 2KURIKULUM OPERASIONAL
1
Pengantar
10
2
Diskusi tentang Standar Isi
25
3
Identifikasi isu-isu yang berhubungan dengan kurikulum
25
21
Unit 2Kurikulum Operasional
PERENCANAAN PROGRAM PENGAJARAN
KTSP (KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN)
Bagian II
Silabus (SK, KD, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, sumber belajar)
Bagian I
- Tujuan Pendidikan- Struktur kurikulum- Muatan kurikulum- Kalender Pendidikan
Program Jangka Panjang(Pemetaan kompetensi satu tahun)
Program Jangka Menengah(Silabus/Perencanaan pengalaman belajar untuk
beberapa atau satu unit pembahasan)
Program Jangka Pendek(RPP/Perencanaan pembelajaran untuk satu atau
dua pertemuan)
PERJALANAN KURIKULUM INDONESIA
Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh sekolah
Isi:
1947 1949 1952 1964 1968
2004 1994 1984 1975
22
23
Unit 3Pemetaan Kompetensi
PEMETAAN KOMPETENSIWaktu : 2 jam 45 menit
A. PENGANTAR
Unit ini memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengkaji secara mendalam kompetensi-kompetensi yang terdapat dalam Standar Isi untuk mata pelajaran masing-masing. Pemahaman yang lebih mendalam mengenai Standar Isi akan dicapai melalui proses yang dikenal dengan Pemetaan Kompetensi Standar Isi atau Standard Content Mapping/Scanning.
Tujuan dari pemetaan kompetensi adalah untuk mem-bantu kita mendapatkan gambaran umum yang me-nyeluruh tentang kompetensi-kompetensi yang dimuat dalam Standar Isi, serta untuk menemukan cara mengorganisasikannya dengan baik. Pemetaan dan pengorganisasian kompetensi-kompetensi tersebut diperlukan supaya kita dapat membuat perencanaan pembelajaran yang sistematis serta menghubungkan antara satu kompetensi dengan kompetensi lainnya.
Proses pemetaan ini mencakup pengkajian kompetensi secara mendalam dan pengembangan tema-tema yang relevan dengan peserta didik dan kompetensi yang diacu. Tema-tema ini di-perlukan untuk memberikan konteks bagi pembelajaran sehingga materi yang diajarkan tidak terkesan sebagai pecahan-pecahan yang berdiri sendiri tetapi memiliki kaitan yang saling berhubungan. Selama ini setiap materi diajarkan secara terpisah. Melalui pemetaan kom-petensi ini, diharapkan dapat ditemukan konteks dimana materi dapat diajarkan bersama dengan tema sebagai payung pemersatu atau benang penghubung antar kompetensi.
Di sekolah dasar, dengan status guru kelas yang mengampu semua mata pelajaran, pengor-ganisasian kompetensi-kompetensi dalam tema-tema yang relevan dapat dilakukan antar bidang studi. Sedangkan untuk tingkat SMP, pengorganisasian ini dilakukan di dalam satu mata pelajaran dengan tidak menutup kemungkinan dihubungkan dengan mata pelajaran lain.
Semua kompetensi mungkin tidak akan dapat masuk ke dalam suatu tema, dan guru se-baiknya tidak memaksakan kompetensi masuk ke dalam satu tema kalau jelas tidak cocok. Kadang-kadang, suatu materi harus diajarkan secara terpisah, dan tidak menjadi bagian dari tema manapun, misalnya konsep-konsep matematik. Tema-tema memberikan cara meng-organisasikan sebagian besar dari kompetensi-kompetensi. Tema hanya berfungsi sebagai media atau alat untuk mencapai tujuan, bukan sebagai tujuan. Oleh sebab itu, tidaklah men-jadi masalah apabila ada materi yang tidak dapat masuk ke dalam suatu tema tertentu.
Dalam unit ini penting sekali agar kegiatan-kegiatan dilakukan selangkah demi selangkah, dengan memberikan waktu yang cukup untuk para peserta menyelesaikan setiap langkah. Fasilitator perlu memperkenalkan proses pada setiap langkah, dan memonitor kemajuan peserta pada waktu mereka menyelesaikan setiap langkah.
24
Unit 3Pemetaan Kompetensi
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta diharapkan mampu:
1. menghasilkan peta kompetensi untuk satu semester
2. menghasilkan tema-tema yang relevan
3. mengorganisasikan kompetensi-kompetensi dalam tema-tema yang relevan.
C. ALAT, BAHAN DAN NARA SUMBER
Tayangan
Bahan cetak: Standar Isi SD (semua mata pelajaran) dan SMP
ATK: kertas lebar, gunting, lem, spidol
Catatan:
Peserta SD dibagi atas 6 kelompok kelas, setiap guru mengerjakan Standar Isi di-mana dia mengajar
Peserta SMP dibagi atas kelompok-kelompok mata pelajaran yang dibagi lagi
menjadi kelompok kelas di mana guru mengajarmenjadi kelompok kelas di mana guru mengajar
Setiap peserta mengerjakan pemetaan kompetensi untuk semester yang sedang ber-jalan
D. LANGKAH KEGIATAN
1. Pengantar (15 menit)
Fasilitator menyampaikan kepada peserta bahwa mereka akan membuat peta kompe-tensi berbasis tema yang akan menjadi dasar bagi perencanaan pembelajaran yang sistematis, logis, kontekstual, dan bermakna.
Peserta dibagi dalam kelompok-kelompok :
SD : peserta dibagi dalam kelompok-kelompok kelas
SMP: sebaiknya diarahkan pada kelompok kelas 7, 8, dan 9 untuk setiap mata pelajaran
1.
2.
3.
1
Pengantar
15
2
Identifikasi kompetensi
mata pelajaran
30
3
Diskusi pendekatan
integrasi dan tema
30
4
Pemetaan kompetensi
90
25
Unit 3Pemetaan Kompetensi
2. Identifikasi Kompetensi Setiap Mata Pelajaran (30 menit)
Fasilitator membagikan kompetensi setiap mata pelajaran (terdapat di bagian pendahu-luan Standar Isi) untuk dibaca oleh setiap peserta. Setiap kelompok mencatat hal-hal penting dari kompetensi setiap mata pelajaran.
Fasilitator dan peserta melakukan curah pendapat tentang kompetensi setiap mata pelajaran (mapel) dan fasilitator memberikan contoh kompetensi dari satu mata pelajaran dengan menampilkan tayangan (contoh di sini adalah tayangan kompetensi IPS). Kegiatan ini dilakukan dalam kelompok besar.
3. Diskusi Pendekatan Pembelajaran Terpadu dan Tema (30 menit)
Fasilitator mengajak peserta untuk memahami perencanaan pembelajaran dengan meng-gunakan pendekatan pembelajaran terpadu lewat tayangan banjir. Peserta diajak curah pendapat dengan diberi pertanyaan sebagai panduan.
a. Pertanyaan 1: Apa saja yang menyebabkan banjir dan apa saja akibat-akibat adanya banjir?
Fasilitator dan peserta mencatat semua jawaban peserta. Jawaban ditayangkan dan diatur sehingga membentuk peta pikiran (mind mapping) dengan mengelompokkan jawaban peserta sesuai dengan bidangnya, misalnya kesehatan, diare, penyakit kulit masuk ke satu kelompok, sedangkan lingkungan rusak, jalan rusak, masuk ke kelom-pok lainnya. Begitu seterusnya. Lihat contoh di tayangan tentang banjir.
b. Pertanyaan 2: Bagaimana kita menyelesaikan masalah banjir, apakah dapat dilihat hanya dari satu sisi bidang studi saja?
Apa implikasinya di dalam kelas?
Bagaimana sebaiknya suatu materi diberikan di dalam kelas, apakah dipisahkan berdasarkan mata pelajaran?
Peserta diajak untuk memahami bahwa di dalam kehidupan sehari-hari segala permasa-lahan harus dilihat dari berbagai sisi. Artinya, permasalahan banjir dapat dilihat dari sisi sosial, sains, matematika dan komunikasi (bahasa). Hal ini sama dengan apa yang harus terjadi di sekolah, di mana siswa sebaiknya mempelajari suatu materi dengan tidak diko-tak-kotakkan.
Fasilitator kemudian menjelaskan bahwa apa yang baru saja ditayangkan adalah suatu contoh model pemaduan beberapa bidang studi dengan tema sebagai penyatu/payung-nya.
4. Pemetaan Kompetensi (90 menit)
Fasilitator menyampaikan kepada peserta bahwa mereka akan melakukan pengembangan kurikulum yang dimulai dengan pemetaan kompetensi untuk satu semester. Biasanya pemetaan kompetensi dilakukan untuk satu tahun sebagai langkah program tahunan atau
-
-
-
26
Unit 3Pemetaan Kompetensi
Instruksi Untuk Peserta SD
a. Baca ruang lingkup masing-masing pelajaran yang terdapat di pendahuluan Stan-dar Isi. Catat kompetensi apa yang diharapkan dari masing-masing mata pelajaran. Pemahaman akan kompetensi setiap mata pelajaran akan sangat membantu pada saat penyusunan silabus.
b. Baca standar kompetensi dari mata pelajaran IPS lalu gunting. Standar Kompetensi (SK) yang telah digunting diletakkan pada bagian paling atas dari kertas plano (Pen-cantuman SK ini sekedar sebagai pengingat bahwa pembelajaran pada akhirnya ber-muara pada standar kompetensi tersebut).
c. Peserta membaca baik-baik kompetensi dasar-kompetensi dasar (KD-KD) mata pela-jaran IPS dan mengkaji makna dari kompetensi-kompetensi dasar tersebut. Gunting lalu letakkan di tengah-tengah kertas plano.
d. Baca standar kompetensi dari mata pelajaran Bahasa Indonesia lalu gunting dan diletakkan berdampingan dengan standar kompetensi IPS.
e. Baca kompetensi dasar-kompetensi dasar Bahasa Indonesia, kaji maknanya.
f. Cari kompetensi-kompetensi dasar IPS dan Bahasa Indonesia yang kira-kira dapat disatukan dalam satu kelompok pengalaman belajar. Proses ini bisa menghasilkan tema-tema sementara yang menjadi payung dari KD-KD yang telah dikelompokkan tadi.
g. Lakukan hal yang sama untuk mata pelajaran IPA. Carilah KD-KD yang dapat dima-sukkan ke dalam pengelompokkan sebelumnya.
h. Lakukan hal yang sama untuk mata pelajaran matematika.
i. Tuliskan tema yang telah dipilih dan periksa kembali susunan KD-KD dari ke empat mata pelajaran tersebut.
j. Kompetensi dasar yang dapat dimasukkan ke dalam beberapa tema diletakkan di tengah (masuk ke dalam lingkaran dan diberi anak panah ke arah tema-tema yang sesuai) atau ditulis ulang dan diletakkan di tiap kelompok tema yang sesuai.
jangka panjang, namun mengingat waktu yang terbatas, pemetaan hanya dilakukan untuk satu semester dan langkah-langkah yang dilakukan dapat diadaptasi untuk pemetaan kompetensi di semester berikutnya.
Fasilitator memulai sesi dengan mempersilahkan setiap peserta duduk berkelompok de-ngan sesama guru yang mengajar di tingkat kelas yang sama, yakni guru kelas satu de-ngan kelas satu atau kelas satu dengan kelas dua, kelas tiga dengan kelas tiga atau kelas empat dan seterusnya. Kepala sekolah atau unsur lainnya dapat memilih kelompok se-suai dengan kebutuhan masing-masing.
Setiap kelompok memilih seorang ketua yang akan membantu kelompok untuk meyakinkan bahwa setiap anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan, memberikan kontribusi pemikiran, dan menerangkan kembali langkah-langkah kegiatan apabila ada anggota yang belum paham.
Fasilitator membagikan langkah-langkah pemetaan yang sudah di fotokopi sebanyak jum-lah kelompok. Instruksi untuk peserta SD berbeda dengan peserta SMP.
27
Unit 3Pemetaan Kompetensi
k. Kompetensi dasar yang tidak dapat masuk ke dalam tema sebaiknya diletakkan di bagiandi bagian bawah (sesuai gambar).
Instruksi Untuk Peserta SMP
a. Baca ruang lingkup masing-masing pelajaran yang terdapat di pendahuluan Standar Isi. Catat kompetensi apa yang diharapkan dari masing-masing mata pelajaran. Pemahaman akan kompetensi dari setiap mata pelajaran akan sangat membantu pada saat penyusu-nan silabus.
b. Gunting Standar Kompetensi (SK). Standar kompetensi yang telah digunting diletakkan pada bagian paling atas dari kertas plano (Pencantuman SK ini sekedar sebagai pengingat bahwa pembelajaran pada akhirnya bermuara pada standar kompetensi tersebut).
c. Baca baik-baik kompetensi dasar (KD) sesuai mata pelajarannya serta mengkaji makna dari kompetensi-kompetensi dasar tersebut.
d. Cari kompetensi-kompetensi dasar yang kira-kira dapat disatukan dalam satu kelompok pengalaman belajar. Proses ini bisa menghasilkan tema-tema sementara yang menjadi payung dari KD-KD yang telah dikelompokkan tadi.
e. Kompetensi dasar yang dapat dimasukkan ke dalam beberapa tema diletakkan di tengah (masuk ke dalam lingkaran dan diberi anak panah ke arah tema-tema yang sesuai) atau ditulis ulang dan diletakkan di tiap kelompok tema yang sesuai.
f. Kompetensi dasar yang tidak dapat dimasukkan ke dalam tema sebaiknya diletakkan di bagian bawah (sesuai gambar). Perhatikan diagram berikut.Perhatikan diagram berikut.
StandarKompetensi
StandarKompetensi
StandarKompetensi
StandarKompetensi
TEMA
KD 1 KD 2
KD 3
KD 4
TEMA
KD 5
TEMA
TEMA
KD 6 KD 7
KD 8
KD 10
KD 11
KD 9
KD 12
Kompetensi dasar yang sulit dimasukkan ke dalam tema
Kompetensi dasar yang dapat masuk dalam beberapa
tema
Setelah peserta merasa yakin akan tema-tema yang dihasilkan beserta peletakan kom-petensi-kompetensi dasarnya secara berurutan, mereka dapat menempelkannya dengan menggunakan lem.
Fasilitator meminta peserta untuk menempelkan hasil kerjanya di dinding dan menginfor-masikan bahwa mereka akan menggunakannya di sesi pembuatan silabus.
Kelompok- kelompok diberi waktu untuk melihat hasil kerja kelompok lainnya.
Mereka saling memberi komentar berupa catatan di atas potongan kertas yang disediakan dan ditempel di kertas plano hasil kerja rekannya.
28
Unit 3Pemetaan Kompetensi
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
Pembelajaran Terpadu
Dalam kehidupan sehari-hari, jarang sekali kita menyelesaikan suatu masalah hanya dengan menggunakan satu sisi keilmuan tertentu saja. Misalnya, seorang polisi yang sedang me-nyelesaikan masalah kriminal seharusnya menggunakan pengetahuannya tentang ukuran waktu yang dapat menggambarkan lamanya suatu kondisi, pengetahuannya tentang bagian-bagian tubuh dan dampaknya apabila terkena pukulan atau hantaman serta akibat obat-obatan. Seorang polisi pun harus memiliki keterampilan dalam membuat hipotesa, keterampilan berhubungan dengan orang lain karena harus mewawancarai orang dan memahami si pelaku kriminal. Begitu pula keterampilan dalam memecahkan masalah dan berfikir logis, membedakan mana fakta dan opini. Semua keterampilan tersebut akan sangat bermanfaat bagi seorang polisi karena akan membantunya dalam menjalankan tugasnya.
Gambaran di atas memberikan penjelasan kepada kita bahwa ternyata dalam kehidupan nyata, kita sulit memisahkan kegiatan mana yang dapat diselesaikan lewat pengetahuan matematika, mana yang harus dikerjakan lewat ilmu-ilmu sosial. Ternyata pemecahan terhadap masalah harus memadukan semua unsur-unsur keilmuan. Tidak ada salah satu keilmuan yang kurang bermanfaat. Semuanya saling mendukung dalam menyelesaikan masalah.
Kondisi di atas menguatkan setiap pendidik di sekolah bahwa ternyata suatu materi yang di-berikan di sekolah sulit dipahami siswa apabila tidak tuntas dibahas atau diberikan secara terkotak-kotak terpisah antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Siswa dapat saja mempelajari suatu topik di mata pelajaran tertentu dan diberikan hal yang berbeda di mata pelajaran lainnya dalam waktu yang bersamaan, namun mereka tidak akan melihat benang merah dari apa yang sedang dipelajarinya. Siswa melihat ada perbedaan antara apa yang mereka pelajari di sekolah dengan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Seringnya siswa melihat suatu masalah dari berbagai sisi akan memperkaya mereka dalam mencari solusi dan strategi dengan melihat permasalahan tersebut dari berbagai persepsi. Hal ini akan terjadi apabila guru terbiasa mengajak siswanya untuk selalu melihat segala hal dari berbagai ke-ilmuan.
Pembelajaran terpadu merupakan salah satu media bagi sekolah untuk membuat siswa me-miliki keterampilan melihat suatu permasalahan dari berbagai sisi dan membiasakan mereka menggunakan berbagai ilmu dalam menyelesaikannya.
Apa yang Dimaksud dengan Pembelajaran Terpadu?Pembelajaran terpadu adalah suatu cara untuk mengajarkan suatu materi kepada siswa de-ngan tidak mengkotak-kotakkannya berdasarkan mata pelajaran sehingga pembelajaran men-jadi lebih bermakna.
Apa Manfaat Pembelajaran Terpadu?
Membantu siswa dalam menerapkan berbagai keterampilan
Memperkuat ingatan siswa tentang materi-materi yang pernah diperoleh sebelumnya
29
Unit 3Pemetaan Kompetensi
Beragam perspektif dapat membuat siswa memiliki basis keilmuan yang terintegrasi
Membantu siswa memahami konsep lebih dalam
Meningkatkan motivasi belajar siswa
Membuat waktu pengajaran lebih efektif
F. LEMBAR KERJA PESERTA: tidak ada
30
Unit 3Pemetaan Kompetensi
TUJUAN
menghasilkan peta kompetensi untuk satu semester menghasilkan tema-tema yang relevan mengorganisasikan kompetensi-kompetensi dalam tema-tema yang relevan
UNIT 3PEMETAAN KOMPETENSI
G. BAHAN TAyANGAN UNTUK FASILITATOR
LANGKAH KEGIATAN
1
Pengantar
15
2
Identifikasi kompetensi
mata pelajaran
30
3
Diskusi pendekatan integrasi dan
tema
30
4
Pemetaan kompetensi
90
31
Unit 3Pemetaan Kompetensi
KOMPETENSI IPS
PETA PIKIRAN: BANJIR
Kemampuan membedakan kejadian di masa lalu, sekarang, masa mendatang dan perubahannya
Kemampuan menemukan sebab akibat, membedakan fakta dan opini, menyadari adanya bias
Kemampuan mengevaluasi dan mengkritisi sumber informasi yang dapat dipercaya dan kemampuan menggunakan berbagai sumber untuk mencari informasi
KOMPETENSI IPS
Kemampuan membuat generalisasi Kemampuan mengungkapkan pendapat pribadi
berdasarkan bukti Kemampuan mengambil keputusan Kemampuan memecahkan masalah
Jalan rusakJalan rusak Mobil rusakMobil rusak Usaha tergangguUsaha terganggu
Diare Penyakit kulit
Lingkungan hidup terganggu
Sekolah terganggu
Apa saja yang disebabkan oleh
banjir?
32
Unit 3Pemetaan Kompetensi
StandarKompetensi
StandarKompetensi
StandarKompetensi
StandarKompetensi
TEMA
KD 1 KD 2
KD 3
KD 4
TEMA
KD 5
TEMA
TEMA
KD 6 KD 7
KD 8
KD 10
KD 11
KD 9
KD 12
Kompetensi dasar yang sulit dimasukkan ke dalam tema
Kompetensi dasar yang dapat masuk dalam beberapa
tema
33
Unit 4Struktur Kurikulum dan Penjadwalan
STRUKTUR KURIKULUM DAN PENJADWALANWaktu : 1 jam 30 menit
A. PENGANTAR
Banyaknya mata pelajaran yang harus di-ajarkan setiap minggu di kelas mengharuskan guru untuk mempertimbangkan bagaimana mata pelajaran tersebut dijadwalkan. Sekolah harus memutuskan mata pelajaran inti dan ekstra kurikuler apa yang akan diajarkan, dan berapa alokasi waktu yang akan diberikan un-tuk setiap mata pelajaran.
Kepala sekolah dan guru-guru perlu beker-jasama dalam merencanakan jadwal pelajaran yang efektif. Dalam melakukan hal tersebut, perlu dipikirkan kemungkinan-kemungkinan yang memerlukan perhatian khusus, misalnya peletakan waktu pelajaran Olah Raga dan Matematika, kegiatan belajar apa yang sesuai setelah jam istirahat.
Dalam pembelajaran tematik untuk kelas awal tidak berarti bahwa guru-guru tidak me-merlukan jadwal pelajaran yang pasti. Kalau guru tidak menyadari berapa jam per minggu mereka harus mengajarkan mata pelajaran tertentu, misalnya Matematika, mereka mung-kin mengajarkannya dalam waktu yang lebih sedikit atau justru lebih banyak dari waktu yang diperlukan. Setiap mata pelajaran memerlukan alokasi waktu yang cukup sesuai dengan kebutuhan sehingga kompetensi yang ditargetkan tercapai. Hal ini tentunya me-merlukan perencanaan yang matang.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta diharapkan mampu:
1. mengidentifikasi mata pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan struktur kuriku-lum dan visi sekolah
2. menetapkan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran
3. membuat jadwal pelajaran
C. ALAT DAN BAHAN
1. Tayangan
2. Beberapa contoh jadwal pelajaran SD /MI dan SMP/MTs
3. ATK: Kertas plano dan spidol
34
Unit 4Struktur Kurikulum dan Penjadwalan
D. LANGKAH KEGIATAN
1. Pendahuluan (10 menit)
Fasilitator memberikan penjelasan mengenai pentingnya jadwal pelajaran dan menginfor-masikan bahwa setiap sekolah atau daerah memiliki pertimbangan sendiri dalam menen-tukan jadwal pelajaran (lihat Pengantar).
Peserta dan fasilitator melakukan curah pendapat mengenai hal-hal berikut untuk mengaktifkan dan mempersiapkan peserta masuk pada langkah kegiatan selanjutnya:
a. Apakah mereka memiliki jadwal pelajaran? Kalau ada, mengapa mereka memerlu-kannya? (ada kemungkinan, guru-guru kelas awal tidak memiliki jadwal pelajaran di-karenakan adanya kesalahpahaman bahwa pembelajaran tematik tidak memerlukan jadwal pelajaran).
b. Kapan jadwal pelajaran disusun? (sebaiknya satu kali di awal tahun ajaran supaya tidak menyulitkan anak dalam penyesuaian diri)
c. Siapa yang harus memutuskan? (guru dan kepala sekolah)
d. Apa saja yang harus diperhatikan/isu-isu apa yang harus dipertimbangkan? (lihat Pengantar)
2. Diskusi mengenai mata pelajaran-mata pelajaran (15 menit)
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan sekolah. Fasilitator memperlihat-kan beberapa contoh jadwal pelajaran yang berasal dari beberapa sekolah yang berbeda. Peserta diajak melihat apa saja yang berbeda dari jadwal-jadwal tersebut.
Dalam kelompoknya, peserta mendiskusikan hal-hal berikut:
a. Mengapa siswa harus belajar mata pelajaran seperti tertera pada jadwal yang ada? Kira-kira apa pertimbangan sekolah?
b. Bagaimana perbandingan jam efektif antara satu materi dengan materi lainnya. Apakah ada perbedaan yang sangat besar? Mengapa?
Fasilitator kemudian meminta kelompok melaporkan hasil diskusi. Fasilitator menambah-kan beberapa hal yang diperlukan.
1
Pendahuluan
10
2
Diskusi Mata Pela-
jaran
15
3
MelengkapiStruktur Kuriku-lum dan mem-
buat Jadwal
50
4
Diskusi danPerbaikan
15
35
Unit 4Struktur Kurikulum dan Penjadwalan
3. Melengkapi Struktur Kurikulum dan Pembuatan Jadwal Pelajaran (50 menit)
Fasilitator menayangkan struktur kurikulum dan menginformasikan pentingnya struktur kurikulum bagi pengembangan program pengajaran. Fasilitator kemudian menanyakan beberapa hal seperti berikut:
a. Informasi apa saja yang dapat diperoleh dari struktur kurikulum? (jenis mata pelajaran, alokasi waktu, jumlah jam per minggu)
b. Apa kegunaan dari semua informasi tersebut? (untuk merancang program pengajaran dan penentuan jumlah SDM)
c. Apa yang terjadi apabila sekolah tidak memiliki struktur kurikulum? (perencanaan pro-gram tidak terfokus atau visi misi sekolah tidak tercapai)
Fasilitator membagikan struktur kurikulum kepada setiap kelompok SD/SMP.
Dalam kelompok, para anggota memilih ketua yang akan berperan sebagai kepala seko-lah atau orang yang bertugas mengurusi kurikulum yang sedang memimpin pertemuan dengan para guru di sekolah. Pertemuan akan membahas mengenai struktur kurikulum dan penyusunan jadwal pelajaran berdasarkan struktur kurikulum yang ditetapkan.
Para peserta membahas hal-hal berikut:
a. pengkajian struktur kurikulum dan melengkapinya bila diperlukan dengan alokasi wak-tu untuk tiap mata pelajaran (kelas awal)
b. alokasi waktu untuk mata pelajaran tambahan/muatan lokal yang belum tercantum di dalam struktur kurikulum yang ada.
c. merancang jadwal pelajaran
d. alasan untuk penempatan mata pelajaran di hari atau jam tertentu dan alokasi waktu-nya.
Pada langkah ini, setiap kelompok menghasilkan struktur kurikulum dan jadwal pelajaran yang lengkap.
4. Mendiskusikan hasil kelompok (15 menit)
a. Fasilitator meminta para peserta untuk meletakkan hasil kerjanya di atas meja dan peserta berkeliling melihat pekerjaan dari kelompok lain. Dua anggota kelompok di-minta untuk tetap berada di mejanya untuk menjawab pertanyaan.
b. Temuan dari kelompok lain dapat didiskusikan dan dipakai sebagai masukan untuk memperbaiki struktur kurikulum dan jadwal pelajaran.
36
Unit 4Struktur Kurikulum dan Penjadwalan
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
STRUKTUR KURIKULUM (diambil dari Standar Isi)
1. Struktur Kurikulum SD/MI
Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jen-jang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Struktur kuri-kulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri seperti tertera pada Tabel 2.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu.
c. Pembelajaran pada Kelas I s.d Kelas III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
d. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
e. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
f. Jumlah minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.
Struktur kurikulum SD/MI disajikan pada Tabel 1.
37
Unit 4Struktur Kurikulum dan Penjadwalan
TABEL 1. STRUKTUR KURIKULUM SD/MI
KOMPONENKelas dan Alokasi Waktu
I II III IV, V, dan VI
A. Mata Pelajaran31. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
3. Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4
6. Ilmu Pengetahuan SosialPengetahuan Sosial 3
7. Seni Budaya dan Keterampilan 4
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 4
B. Muatan Lokal 2
C. Pengembangan Diri 2)2)
Jumlah 26 27 28 32
) Ekivalen dengan 2 jam pembelajaran
2. Struktur Kurikulum SMP/MTs
Struktur kurikulum SMP/MTs meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas VII sampai dengan Kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Kurikulum SMP/MTs memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri seperti tertera pada Tabel 2.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan mi-nat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
38
Unit 4Struktur Kurikulum dan Penjadwalan
b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu.
c. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
d. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit.
e. Jumlah minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.
Struktur kurikulum SMP/MTs disajikan pada Tabel 2.
TABEL 2. STRUKTUR KURIKULUM SMP/MTS
KOMPONEN
KELAS DAN ALOKASI WAKTU
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Bahasa Inggris 4 4 4
5. Matematika 4 4 4
6. Ilmu Pengetahuan AlamAlam 4 4 4
7. Ilmu Pengetahuan SosialSosial 4 4 4
8. Seni Budaya 2 2 2
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Ke-sehatan 2 2 2
10. Keterampilan/Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 2
B. Muatan Lokal 2 2 2
C. Pengembangan Diri 2) 2)) 2))
Jumlah 32 32 32
2) Ekivalen dengan 2 jam pembelajaran
Sumber: Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, BSNP 2006
F. LEMBAR KERJA PESERTA: tidak ada
39
Unit 4Struktur Kurikulum dan Penjadwalan
G. BAHAN TAyANGAN UNTUK FASILITATOR
TUJUAN
LANGKAH KEGIATAN
mengidentifikasi mata pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan struktur kurikulum dan visi sekolah.
menetapkan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran
membuat jadwal pelajaran
UNIT 4 STRUKTUR KURIKULUM DAN
PENJADWALAN
1
Pendahuluan
10
2
Diskusi Mata
Pelajaran
15
3
MelengkapiStruktur
Kurikulum dan membuat
Jadwal
50
4
Diskusi danPerbaikan
15
40
Unit 4Struktur Kurikulum dan Penjadwalan
STRUKTUR KURIKULUM SD
KOMPONENKELAS DAN ALOKASI WAKTU
I II III IV, V, dan VI
A. Mata Pelajaran31. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
3. Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4
6. Ilmu Pengetahuan SosialPengetahuan Sosial 3
7. Seni Budaya dan Keterampilan 4
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 4
B. Muatan Lokal 2
C. Pengembangan Diri 2)2)
Jumlah 26 27 28 32
43
Unit 5.1Kelas Awal
PENGEMBANGAN MEMBACA DAN MENULIS MENGGUNAKAN BUKU BESAR
Waktu : 6 jam 45 menit
A. PENGANTAR
Membaca adalah suatu proses membangun makna dari teks tertulis. Dalam membangun makna dari wacana tulis, pembaca mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan hasil inter-pretasi atas simbol visual yang dibacanya.
Selama bertahun-tahun terdapat argumentasi dan perbedaan pendapat mengenai pengajaran membaca. Satu pendekatan, yang digambar-kan sebagai bottom up, menekankan bahwa mengenali simbol dan fonem, huruf dan kata adalah cara untuk mengajarkan membaca. Aliran ini mendapat kritikan keras karena pan-dangannya yang sempit mengenai arti membaca yang mementingkan pemahaman serta keterlibatan aktif dari pembaca.
Pendekatan lain mencakup pengajaran membaca yang top down, atau pendekatan ba-hasa utuh. Pada pendekatan ini, makna ditekankan sebagai bagian yang terpenting dan menentang penekanan pada fonem atau pemecahan kode sebagai cara untuk belajar membaca. Namun pendekatan ini dikritik karena terlalu percaya pada konteks dalam pe-ngenalan kata dan gagal untuk mengenal pentingya mengajarkan keterampilan fonemik.
Akhir-akhir ini, pengajaran membaca telah mengenal pentingya ke dua pendekatan, dan sekarang mengarah ke kegiatan membaca dengan pandangan yang lebih seimbang, ter-masuk pentingnya menggunakan ke dua pendekatan tersebut.
Pendekatan seimbang untuk membaca termasuk:
menempatkan makna sebagai inti dari membaca
mengenalkan interaksi antara membaca dan menulis
mengenalkan pentingnya konteks dalam membaca
memberikan penekanan yang sama pada keterampailan- keterampilan, tata bahasa dan fonemik.
BELAJAR MEMBACA
Anak-anak mulai mengenal tentang literasi jauh sebelum mereka masuk sekolah. Mereka datang ke sekolah dengan sudah memiliki pengalaman tentang simbol, mengetahui ba-nyak iklan di televisi, mengenal tulisan-tulisan dalam kemasan makanan, dan memiliki
44
Unit 5.1Kelas Awal
pengalaman dengan tulisan-tulisan yang dibaca orang tua mereka. Tulisan-tulisan di ling-kungan anak-anak memberikan kesadaran bagaimana literasi digunakan di masyarakat. Kesadaran ini merupakan hal yang paling penting yang dibawa anak ke sekolah.
Walaupun demikian, dari bukulah anak dapat memperoleh pengalaman literasi yang pa-ling kaya dan bermanfaat. Buku memberikan kaitan yang penting antara belajar berbicara dan belajar membaca. Buku yang baik akan sangat bermanfaat bagi anak-anak. Selain memberikan wawasan yang luas, buku yang baik banyak memberikan kemudahan dalam penggunaannya karena memiliki kata-kata sederhana dengan ditunjang gambar yang me-narik. Pengalaman membaca buku yang menyenangkan akan membawa dampak terha-dap perkembangan berbahasa anak.
Menggunakan Buku Besar adalah salah satu cara yang efektif dalam mengajarkan mem-baca kepada siswa di kelas awal dan memberikan motivasi kepada mereka untuk mem-baca. Buku Besar memiliki ukuran yang besar, dengan gambar dan warna yang cerah dan menarik, kalimat-kalimat yang sederhana serta memiliki kata-kata yang berulang. Pengu-Pengu-langan kata dan kalimat dalam Buku Besar tidak membosankan karena pengulangan ter-sebut merupakan bagian penting dari cerita. Buku Besar yang baik selalu memiliki cerita dan kosa kata yang disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Buku Besar dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan membaca awal seperti:membaca untuk mengetahui makna, membaca dalam konteks, mengenal makna kata, memecahkan kata dan bunyi, tata bahasa dasar, dan tanda baca.
Selama melaksanakan unit ini, peserta akan belajar membuat Buku Besar dan menggu-nakannya. Setiap peserta perlu berusaha untuk membuat dan menggunakan Buku Besar dengan baik karena buku tersebut merupakan sumber belajar yang penting dan dapat digunakan berkali-kali di kelas. Buku Besar yang baik akan membuat anak-anak senang mendengarkan dan ingin ikut membaca bersama guru. Buku Besar yang dipajangkan mendorong anak-anak untuk membaca Buku Besar itu sendiri. Kegiatan ini sering dikenal dengan kegiatan membaca bersama.
Sebelum membuat Buku Besar, para peserta akan berlatih bagaimana menulis yang benar. Seperti diketahui bersama, siswa di kelas awal adalah mereka yang baru belajar membaca. Oleh sebab itu, semua tulisan yang dihasilkan oleh guru harus memberikan contoh yang benar. Tulisan harus dapat dibaca dengan mudah karena itu setiap tulisan harus mengikuti kaedah-kaedah penulisan yang benar.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta diharapkan mampu:
1. mengenal berbagai keterampilan membaca
2. mengenal strategi membaca bersama dan dapat menerapkannya dengan meng-gunakan Buku Besar
45
Unit 5.1Kelas Awal
3. membuat Buku Besar yang berkaitan dengan tema, berisi teks yang terstruktur baik dengan ilustrasi yang sesuai
4. memiliki keterampilan menulis (handwriting) yang baik sebagai bekal untuk dapat diterapkan pada saat menulis cerita
C. ALAT DAN BAHAN
1. Tayangan
2. Buku Besar (asli atau buatan sendiri)
3. Kartu kata yang ditulisi kata kata kunci atau kalimat kalimat dari cerita
4. Buku zig zag
5. ATK: Kertas lebar manila putih (setiap peserta mendapatkan 3 lembar), kertas foto-kopi /HVS, lem, gunting, spidol, crayon
6. Majalah, kain perca, benang wool
D. LANGKAH KEGIATAN
1. Pengantar (15 menit)
a. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok (atau lebih). Dalam kelompok mereka berbagiDalam kelompok mereka berbagi pengalaman apa yang sudah mereka lakukan selama ini untuk kegiatan mem-baca dan menulis permulaan di sekolah masing-masing. Mereka mendiskusikan bagaimana mengajarkan membaca dan sumber utama apa saja yang diguna-kan.
b. Fasilitator memimpin diskusi kelompok dan menuliskan kata-kata kunci dan isu-isu di papan tulis.
1
Pengantar
15
2
Simulasi Buku Besar
45
3
Diskusi Buku Besar
15
4
Membuat Buku Besar
165
8
Mengembangkan ide
penggunaan Buku Besar
30
7
Berlatih meng-gunakan Buku
Besar
60
6
Diskusi Buku Besar yang
dibuat
30
5
Menulis kata
45
46
Unit 5.1Kelas Awal
b. Fasilitator menunjukkan beberapa kartu kata/kalimat kepada peserta. Kata/kali-Kata/kali-mat tersebut diambil dari buku cerita. Peserta diminta untuk mengatur kartu-kartu tersebut dalam urutan yang benar sehingga menjadi cerita yang utuh. Setiap ke-lompok mendapat kalimat yang berbeda untuk disusun. Fasilitator kemudian me-minta kelompok meletakkan kalimat-kalimat tersebut di papan tulis sesuai dengan urutan cerita.
c. Setelah semua kalimat ditempelkan di papan tulis, kelas membaca cerita dipimpin oleh fasilitator. Fasilitator memperhatikan kalimat yang tidak urut dan kemudianFasilitator memperhatikan kalimat yang tidak urut dan kemudian mengajak peserta untuk mengurutkannya. Setelah selesai, fasilitator mengambil kartu kartu dari papan tulis.
d. Fasilitator memberi kertas zigzag kepada semua peserta dan meminta mereka untuk menceritakan kembali cerita melalui tulisan. Mereka dapat menggambar terlebih dahulu sebelum menuliskan kata-kata. Contoh buku zigzag terlihat di bawah ini.
3. Diskusi (15 menit)Diskusi (15 menit)
a. Kelompok mendiskusikan apa yang telah mereka lakukan. Mereka mendiskusi-kan penggunaan bahasa dalam buku, bagaimana fasilitator membaca, bagaima-na persiapan fasilitator sebelum membaca, intonasi, ekspresi dan bagaimana perasaan mereka sebagai siswa. Peserta juga mendiskusikan keterampilan ber-bahasa apa yang dikembangkan dari kegiatan-kegiatan tersebut. Hasil diskusi dituliskan pada kertas plano dan dibahas secara pleno.
b. Fasilitator merangkum semua hasil diskusi. Fasilitator menekankan penting-nya penggunaan gambar-gambar, sifat teks yang sederhana dan berulang, dan bagaimana gambar dan konteks dari teks membantu siswa memahami makna dari bacaan yang ada.
2. Simulasi menggunakan Buku Besar (45 menit)
a. Fasilitator melakukan modeling membaca Buku Besar seperti yang dilakukan di kelas. Sambil mempertunjukkan Buku Besar, fasilitator membaca cerita dan peserta secara aktif terlibat dalam proses tersebut. Fasilitator meminta pesertaFasilitator meminta peserta untuk menebak/memprediksi cerita dengan melihat sampul buku dan mendisku-sikannya. Kemudian fasilitator membaca buku dengan memperhatikan intonasi, ekspresi, dan mengajak peserta untuk ikut bergabung (membaca). Fasilitator ha-rus tetap menjaga komunikasi dua arah dengan peserta dan kontak mata sangat penting dilakukan.
47
Unit 5.1Kelas Awal
4. Membuat Buku Besar (165 menit)
a. Fasilitator menunjukkan beberapa Buku Besar kepada peserta sebagai contoh. Mereka mendiskusikan ciri-ciri buku, misalnya: tata letak (layout), besarnya huruf, pilihan kata, gaya teks, dan sebagainya.
b. Di dalam kelompok, peserta mendiskusikan bahan cerita dengan topik yang diam-bil dari hasil pemetaan kompetensi (Unit 2). Mereka membuat garis besar cerita untuk dikembangkan menjadi cerita yang sesuai untuk Buku Besar. Banyaknya halaman disesuaikan dengan jumlah kertas yang diberikan oleh fasilitator. Setiap kelompok menghasilkan cerita yang sama namun setiap individu harus meng-hasilkan satu Buku Besar.
c. Setelah kelompok menghasilkan cerita, fasilitator meminta mereka untuk mengembangkannya menjadi cerita yang utuh dengan memperhatikan kata yang digunakan dan banyaknya kalimat yang dibutuhkan. Kelompok kemudian merencanakan ilustrasi yang akan dipakai untuk setiap kalimat/halaman.
d. Dengan menggunakan variasi bahan yang tersedia, masing-masing peserta membuat Buku Besar yang akan digunakan sebagai sumber belajar di kelas. Se-belumnya, fasilitator dapat memberikan informasi bahwa desain ilustrasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik. Mereka dapat menggunakan teknik menggunting dan menempel atau menggambar. Pada tahap ini, peserta hanya menyelesaikan ilustrasinya terlebih dahulu, sedangkan penulisan ceritanya menyusul kemudian. Fasilitator mengingatkan setiap peserta untuk memberikan ruang di setiap halaman untuk dijadikan tempat penulisan kalimat. Fasilitator membimbing mereka dalam menyelesaikan pekerjaannya dan memberi masukan apabila diperlukan.
5. Menulis kata (45 menit)Menulis kata (45 menit)
a. Fasilitator meminta salah satu kelompok untuk membacakan satu kalimat dari cerita yang telah dihasilkan kemudian men-uliskannya di papan tulis. Peser-ta diminta untuk memperhatikan setiap penulisan huruf demi hu-ruf. Fasilitator membahas cara penulisan yang benar dengan memberitahukan arah penulisan setiap huruf-hurufnya.
b. Fasilitator membagikan model huruf ke peserta (1 lembar untuk 2 orang). Setiap peserta diminta untuk menuliskan satu kalimat dari cerita yang dihasilkan dengan menggunakan format huruf yang benar. Fasilitator berkeliling untuk melihat proses penulisan huruf dan membantu mereka apabila perlu. Fasili-tator pun melihat kecenderungan penulisan huruf-huruf tertentu yang dirasakan sulit oleh peserta.
c. Peserta saling menukarkan hasil tulisannya dengan teman sebelah dan mendiskusikan setiap huruf yang dihasilkan dengan melihat contoh huruf yang
Contoh huruf yang dipergunakan.
48
Unit 5.1Kelas Awal
7. Berlatih Menggunakan Buku Besar (60 menit)
Setiap peserta mendemonstrasikan penggunaan Buku Besar dengan membacakannya secara bergiliran di kelompok masing-masing. Setiap orang menjelaskan kegiatan lanjutan yang mengikuti pembacaan Buku Besar. Peserta saling memberi masukan.
8. Mengembangkan ide penggunaan Buku Besar (30 menit)
Fasilitator meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan pengembangan penggunaan Buku Besar di kelas. Setiap kelompok membuat daftar penggunaan Buku Besar di kelas, misalnya digunakan pada saat kegiatan pelajaran Matematika, IPS, kegiatan di pagi hari sebelum memulai pelajaran, dsb.
ada. Fasilitator menyebutkan beberapa huruf yang berdasarkan pengamatannya banyak kesalahan dalam penulisannya dan menuliskannya dengan cara yang benar.
d. Peserta kemudian menuliskan ceritanya dengan memperhatikan penulisan yang benar. Tulisan dapat dilakukan di atas kertas HVS yang digunting dan ditempel di atas kertas Buku Besar. Hal ini dilakukan agar tulisan yang ditulis dengan meng-gunakan spidol tidak membayang di halaman belakang.
6. Diskusi (30 menit)
Setelah selesai, semua peserta meletakkan Buku Besar mereka di meja dan peserta dapat berkeliling melihat buku-buku tersebut sambil membuat catatan untuk setiap buku apabila perlu. Komentar tertulis dapat dilakukan di atas kertas yang diletakkan di atas Buku Besar yang diberi komentar dan setiap peserta membaca komentar rekan-rekannya setelah kembali ke meja masing-masing. Fasilitator memberikan beberapa masukan dalam diskusi. Diskusikan juga beberapa kesulitan yang mereka temui selama proses pembuatan buku.
49
Unit 5.1Kelas Awal
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
Membaca Bersama
Di kelas awal, khususnya di kelas satu, tidak semua siswa sudah dapat membaca. Kegiatan membaca yang cenderung memaksa akan berakibat sangat fatal bagi siswa. Siswa tidak akan menyenangi kegiatan membaca dan merasa bahwa kegiatan ini hanyalah untuk memenuhi tugas yang diberikan guru saja. Padahal, membaca merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi seorang pembelajar. Banyak informasi yang dapat diperoleh lewat kegiatan mem-baca. Oleh sebab itu, guru kelas satu haruslah memikirkan strategi apa yang tepat agar anak didiknya menyenangi kegiatan membaca.
Banyak strategi yang dapat dipakai dalam mengajarkan anak-anak membaca, salah satunya adalah dengan mengajak siswa untuk membaca bersama. Cara ini cukup efektif bagi kelas yang memiliki siswa dengan tingkat kemampuan membaca yang bebeda. Membaca bersa-ma memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam memberikan pendapat, memberikan jawaban, bertanya bahkan memberikan dugaan-dugaan. Pembiasaan ini sangatlah berguna untuk memberikan motivasi kepada siswa agar menyenangi membaca.
Penggunaan Buku Besar akan sangat mendukung kegiatan membaca bersama. Pada saat guru membacakan cerita dari Buku Besar di depan kelas, siswa harus melihat bacaan serta gambar dari buku yang sedang dibaca oleh gurunya. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dipakai dalam melakukan kegiatan membaca bersama:
1. Sebelum membaca buku Ajak siswa untuk berdiskusi tentang gambar, ilustrasi atau judul yang ada di halaman
depan buku (cover).
Ajak siswa untuk memperkirakan isi cerita
2. Membaca buku
Baca buku dengan intonasi dan ekspresi yang tepat
Suara jelas, dapat didengar sampai belakang
Minta seluruh siswa untuk mengulangi bacaan setelah guru menyelesaikan satu kali-mat
Pastikan setiap siswa dapat melihat gambar dan bacaan
Ajukan pertanyaan untuk mengetahui apakah siswa memahami cerita setelah beberapa kalimat dibaca
Siswa diajak untuk memprediksi kelanjutan cerita selanjutnya dari halaman satu ke halaman berikutnya
Tulis beberapa kata sulit di papan tulis
50
Unit 5.1Kelas Awal
3. Setelah membaca buku
Ajukan pertanyaan, bagian mana yang paling disukai siswa dan yang paling tidak disukai dan mengapa
Minta siswa untuk berbagi pengalaman pribadi yang berhubungan dengan cerita
Minta siswa untuk menceritakan kembali cerita yang baru dibacakan secara lisan dengan kata-kata sendiri
TIP UNTUK MEMBUAT BUKU BESAR
Buatlah cerita dengan topik yang menarik dan dekat dengan pengalaman anak. Buku yang berisi cerita sesuai dengan topik dapat dipergunakan oleh guru pada saat mengajar topik yang berkaitan dan dipakai berulang-ulang untuk kegiatan membaca dan menulis.
Tujuan membuat buku besar ini adalah agar guru dapat menggunakannya sebagai bahan acuan dalam kegiatan menulis dan membaca di kelas. Oleh sebab itu, kata atau kalimat yang dipergunakan haruslah sederhana sesuai dengan kebutuhan siswa, misalnya dengan menggunakan kata atau kalimat berulang.
Kata-kata yang digunakan dapat disesuaikan dengan tingkat kelas, namun dapat di-masukkan pengulangan kata atau kalimat.
Usahakan agar gambar yang dibuat membantu pemahaman anak terhadap cerita atau kalimat yang ada sehingga siswa terbantu dalam kegiatan membaca. Dapat pula ditambahkan dengan hal-hal menarik seperti ditambahkannya variasi lain seperti te-bak gambar dengan diberikan kertas kecil untuk menutup gambar tertentu.
Ukuran tulisan haruslah cukup besar untuk dibaca dan sederhana, tidak terlalu banyak variasi dalam bentuk. Variasi bentuk huruf dapat digunakan untuk judul saja.
Untuk siswa kelas awal, berikan kata-kata yang sederhana dan tidak banyak jum-lahnya, justru gambar yang harus diperbanyak.
Cobalah membuat buku yang sangat menarik agar siswa tertarik untuk membacanya sendiri atau bersama-sama dengan guru.
APA yANG DAPAT DILAKUKAN DENGAN BUKU BESAR? (Ide Untuk Kegiatan Belajar Mengajar)
Baca cerita di depan kelas sambil menunjuk kata sehingga siswa dapat melihat ba-caan yang diucapkan.
Baca cerita dengan perlahan, diskusikan gambar yang ada, berikan pertanyaan mengenai apa yang ada di halaman buku yang sedang kita baca, ajukan masalah.
Ajak siswa untuk memprediksi apa yang akan terjadi kemudian. Baca lagi, dan minta seluruh siswa untuk mengikuti.
Tutup beberapa kata kunci dengan kertas di atasnya, minta mereka menebak.
Gunakan kata-kata yang ada, yang ditulis di kartu, dan meminta anak untuk meng-
51
Unit 5.1Kelas Awal
gunakan kata-kata yang ada tersebut (untuk kegiatan di atas).
Setelah membaca beberapa kali dan siswa mengetahui ceritanya, ajak mereka untuk menyusun kalimat acak yang hasilnya sama dengan cerita di buku.
Minta siswa untuk membuat buku dengan menuliskan cerita kembali. Guru dapat menuliskan kata-kata kunci untuk membantu kegiatan.
Ganti cerita, namun tidak terlalu berbeda. Misalnya :
Aku melihat burung, burung melihat aku. Di mana burung?
MenjadiMenjadi
Aku melihat polisi.Polisi melihat aku. Di mana Polisi?
Ajak siswa untuk membuat cerita baru atau membuat buku baru dengan cerita dari siswa. Guru kemudian menuliskan kata-katanya dan siswa diberi kesempatan untuk menggambar.
F. LEMBAR KERJA PESERTA: tidak ada
Kegiatan membuat buku cerita sendiri.
52
Unit 5.1Kelas Awal
G. BAHAN TAyANGAN UNTUK FASILITATOR
TUJUAN
LANGKAH KEGIATAN
mengenal berbagai keterampilan membaca
mengenal strategi membaca bersama dan dapat menerapkannya dengan menggunakan Buku Besar
membuat Buku Besar yang berkaitan dengan tema, berisi teks yang terstruktur baik, dan ilus-trasi yang sesuai.
memiliki keterampilan menulis (handwriting) yang baik sebagai bekal untuk dapat diterapkan pada saat menulis cerita
UNIT 5 PENGEMBANGAN MEMBACA DAN MENULIS
MENGGUNAKAN BUKU BESAR
1
Pengantar
15
2
Simulasi Buku Besar
45
3
Diskusi Buku Besar
15
4
Membuat Buku Besar
165
8
Mengembangkan ide
penggunaan Buku Besar
30
7
Berlatih menggu-
nakan Buku Besar
60
6
Diskusi Buku Besar yang
dibuat
30
5
Menulis kata
45
53
Unit 5.1Kelas Awal
CONTOH HURUF DAN STRATEGI PENULISAN
54
57
Unit 1Jurnal Belajar
57
Unit 5.2Bahasa Indonesia
A. PENGEMBANGAN TEKSWaktu : 3 jam
A. PENGANTAR
Menurut Standar Isi pumpunan (fokus) utama mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah pada kemampuan siswa dalam berbahasa baik lisan maupun tulis (berbicara, menyimak, membaca, dan menulis). Dengan demikian siswa diharapkan mampu memahami dan menciptakan berbagai teks baik untuk kebutuhan berbahasa lisan maupun tulis. Setiap teks memiliki potensi komunikatif yang ingin dicapai, struktur, dan ciri-ciri kebahasaan yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum para guru dapat membelajarkan siswa di sekolah untuk terlibat aktif dalam pemahaman dan penciptaan teks, para guru perlu berlatih memahami dan mampu menciptakan berbagai jenis teks. Kegiatan menciptakan teks dilakukan di bawah kegiatan menulis dengan menggunakan pendekatan proses menulis (writing process approach).
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta diharapkan mampu:
mengenal berbagai jenis teks
memahami tujuan, struktur, dan ciri kebahasaan berbagai jenis teks
mengidentifikasi jenis-jenis teks yang harus diajarkan dalam standar kompentensi Ba-hasa Indonesia
C. ALAT DAN BAHAN
Tayangan
Contoh berbagai jenis teks, diusahakan contoh semua jenis teks ada (lihat bahan ba-caan untuk fasilitator dan peserta). Teks bisa diambil dari koran, majalah, atau sumber lain.
Standar kompetensi Bahasa Indonesia SD dan SMP
ATK: kertas HVS, spidol, gunting, lem, kertas plano
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
58
Jurnal BelajarUnit 1
58
Unit 5.2Bahasa Indonesia
1. Pendahuluan (15 menit)
Fasilitator menjelaskan bahwa dalam kegiatan berkomunikasi kita terlibat dalam ke-giatan memahami dan menciptakan teks. Teks bisa dimaknai sebagai sepenggal produk komunikasi yang bisa terdiri atas teks lisan dan tulis. Teks lisan dan tulis ter-diri atas berbagai jenis. Tiap jenis teks memiliki tujuan komunikasi, struktur teks, dan ciri-ciri kebahasaan yang berbeda.
Kemampuan memahami dan menciptakan teks dengan baik membantu kita meng-hasilkan komunikasi yang efektif. Kemampuan memahami dan menciptakan teks merupakan pumpunan utama Standar Isi mata pelajaran Bahasa Indonesia. Supaya mampu membimbing siswa belajar memahami dan menciptakan teks, maka guru juga perlu berlatih memahami dan menciptakan beragam teks. (Kegiatan berlatih mencip-takan teks akan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses menulis).
2. Pemahaman dan Analisis Teks (60 menit)
Peserta dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok diberi satu jenis teks. Fasilitator meminta peserta untuk membaca. Setelah itu fasilitator memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi bacaan dan meminta peserta untuk saling menceritakan kembali isi teks kepada sesama anggota kelompok dengan mengacu pada pertanyaan-pertanyaan fasilitator. (Supaya kegiatan lan-car, dalam persiapan fasilitator perlu menyiapkan sebuah teks dan pertanyaan pemahaman tentang isi teks. Pertanyaan berkaitan dengan apa, siapa, di mana, kapan, mengapa dan bagaimana).
Dengan menggunakan teks yang sama, selanjutnya fasilitator mengajak peserta untuk mengkaji kembali teks tersebut dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan berikut:
Apakah tujuan komunikasi teks tersebut?
a.
b.
1
Pengantar
15
D. LANGKAH KEGIATAN
3
Berbagi hasil analisis teks
30
4
Diskusi jenis teks dalam standar kompetensi
45
2
Pemahaman dan analisis teks
60
5
Berbagi hasil diskusi
30
59
Unit 1Jurnal Belajar
59
Unit 5.2Bahasa Indonesia
Bagaimanakah cara pengarang menata/mengatur gagasan yang dikemuka-kannya?
Apakah ciri-ciri kebahasaan yang paling dominan atau menonjol dalam teks terse