Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MODUL PRAKTIKUM STASE PEDIATRI
2019
PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
MODUL PRAKTIKUM
Stase Pediatri
Program Studi Profesi Fisioterapi Fk Unud
Tim Penyusun :
Anak Ayu Nyoman Trisna Narta Dewi, SSt.Ft., M.Fis
i
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu.
Puji syukur kita haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa bahwa kini telah tersusun Modul
Praktikum Stase Pediatri Program Studi Profesi Fisioterapi FK Unud.
Tujuan diterbitkannya modul praktikum ini adalah sebagai panduan dalam :
1. Melaksanakan proses praktik dalam ilmu fisioterapi pediatric
2. Menganalisis secara praktis dan professional dalam praktik fisioterapi pediatric
Harapan kami semoga modul praktikum ini dapat bermanfaat sesuai tujuan dan sasaran
pendidikan
Om santih, santih, santih, om.
Denpasar, 17 September 2016
Program Studi Sarjana Fisioterapi dan Profesi Fisioterapi FK Unud
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. ii
Definisi .......................................................................................................................................................... 1
Tujuan ........................................................................................................................................................... 1
Sasaran .......................................................................................................................................................... 1
Sumber Pembelajaran ................................................................................................................................... 1
Sumber daya.................................................................................................................................................. 1
Pelaksanaan ................................................................................................................................................... 2
A. Cerebral Palsy ................................................................................................................................. 2
B. Autisme ............................................................................................................................................ 3
C. ADHD ............................................................................................................................................... 5
D. Meningitis ........................................................................................................................................ 7
E. Hidrochepalus ................................................................................................................................. 8
F. Microchepalus ............................................................................................................................... 11
G. Down Syndrome ........................................................................................................................ 12
H. Brachial Palsy ............................................................................................................................ 14
I. Club Foot ....................................................................................................................................... 16
J. Torticolis ........................................................................................................................................ 19
K. Scoliosis ...................................................................................................................................... 20
L. CTEV ............................................................................................................................................. 22
M. Pneumonia ................................................................................................................................. 25
N. Asma ............................................................................................................................................... 26
O. Bronchitis ................................................................................................................................... 28
1
Definisi
Manajemen fisioterapi pediatric adalah ilmu yang mempelajari penanganan fisioterapi
pada kasus pediatric. Manajemen fisioterapi pediatric adalah gabungan dari beberapa ilmu
seperti fisiologi, anatomi, patologi, manajemen fisioterapi, dll yang bertujuan untuk memberikan
gambaran penatalaksanaan kasus-kasus fisioterapi di bidang pediatric.
Tujuan
Tujuan instruksional umum
1. Memahami kasus-kasus fisioterapi pediatric
2. Memahami dan mampu menganalisa kasus-kasus fisioterapi pediatric
3. Memahami dan mampu melakukan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus
pediatri
Tujuan intruksional khusus
Mahasiswa memahami dan mampu melakukan proses-proses fisioterapi spesifik seperti:
1. Pemeriksaan dengan cermat pada bidang pediatri dalam kasus neuromuscular,
musculoskeletal, kardiovaskular dan pulmonal serta kasus psikoedukasi.
2. Memberikan program latihan untuk proses rehabilitasi pada kasus-kasus pediatri
3. Pemeriksaan deteksi dini pada anak
4. Pemberian pelatihan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sasaran
Sasaran pembelajaran praktikum manajemen fisioterapi pediatri adalah mahasiswa Profesi
Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah lulus pada mata kuliah anatomi,
fisiologi, biomekanik, elektrofisika dan sumberfisis, patologi, manual therapy, terapi latihan, dan
psikologi pada semester sebelumnya atau pada jenjang pembelajaran sebelumnya.
Sumber Pembelajaran
Sumber Pembelajaran yang digunakan sebagai rujukan adalah :
A. Buku Text dan ebook :
1. American Academy Pediatrics (AAP). Committee on Fetus and Newborn. 2004. Age Terminology During the Perinatal Period. Pediatrics. 3: 114: 5-8.
2. Danielsen, B., Calstes, A. G., Damberg, C. L, Jeffrey, G. B. 2000. Newborn
Discharge Timing and Readmissions: California, 1992-1995. Pediatrics;106:31-39.
B. Narasumber :
1. Dosen Matakuliah
Sumber daya
A. Sumber daya manusia:
1. Dosen pemberi mata kuliah : 1 orang
2
B. Sarana dan Prasarana:
1. YPAC Jakarta
2. RSUP Sanglah Denpasar
6. Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktikum manajemen fisioterapi pediatri adalah melakukan penatalaksanaan
fisioterapi pada kasus pediatri mulai dari pemeriksaan hingga intervesi pemberian pelatihan
untuk meningkatkan aktivitas fungsional anak.
7. Alat dan kelengkapan:
1. Bed atau matras
2. Formulir pemeriksaan
3. Alat-alat exercise (trampoline, bola, terabands, dll.)
8. Pengendalian dan Pemantauan
1. Absensi mahasiswa dan dosen yang telah ditandatangani
2. Format penilaian responsi yang telah ditandatangani dan diberi nama jelas instruktur
yang menilai dan peserta didik yang bersangkutan
3. Pedoman penilaian pencapaian kompetensi.
Pelaksanaan
A. Cerebral Palsy
1. Cerebral Palsy Diplegi
Definisi
- Menurut Bobath (1996), Cerebral Palsy adalah gangguan gerak dan postur yang
terjadi karena adanya lesi pada saraf otak yang sedang berkembang (usia dibawah
dua tahun) dan bersifat non progressif, sering disertai dengan gangguan
sensomotor, gangguan kognitif, gangguan komunikasi dan gangguan belajar.
- Menurut Miller & Bachrach (1998), Diplegi adalah tipe dari cerebral palsy yang
mengenai tungkai, dimana ektremitas atas lebih ringan dari pada ektremitas bawah
Pelaksanaan Praktik
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi, Palpasi, pemeriksaan fungsi gerak dasar
Pemeriksaan spesifik
MMT, Aswoth, DDST, GMFM, GMFCS,
Pemeriksaan Penunjang
3
MRI, CT-scan
Penegakkan Diagnosis Fisioterapi
ICF
Rencana penatalaksanaan
Tujuan jangka pendek dan jangka panjang
Prognosis
Intervensi
Neuro Senso Motor Refleks Development and Synchonization Concept
Memahami sumber yang mendukung perkembangan gerakan utama yaitu refleks
yang yang diakibatkan oleh alam kepada individu yang akan mempengaruhi
program motorik yang bersifat genetik, yang digunakan seumur hidup “LIFE
LONG REFLEX”
Bobath Concept
Fasilitasi tumbuh kembang anak
B. Autisme
Definisi
Autism spectrum disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan
gangguan dalam keterampilan sosial dan komunikasi , melakukan gerakan yang
berulang-ulang, dan perilaku stereotip (Marko, 2015). Selain itu anak dengan autisme
memiliki ganguan pada motorik kasar dan motorik halus sehingga kemampuan
gerakannya di bawah anak normal pada umumnya, diukur dari koordinasi, keseimbangan,
kekuatan, kelincahan, serta kemampuan gerak baik statis maupun dinamis (Assjari, 2011)
Hasil Anamnesis
Anak sulit beradaptasi dengan lingkungan baru. Tidak merespon orang lain ketika sedang
asyik bermain sendiri. Takut mencoba mainan yang bergerak seperti kuda-kudaan atau
ayunan. Anak cenderung pendiam dan kemampuan aktivitas fisiknya di bawah anak
normal pada umumnya. Kalau berjalan atau berlari terkadang seperti sempoyongan,
arahnya tidak lurus. Kesulitan fokus untuk belajar. Bicaranya kurang jelas.
Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan fisik: a) Autism Behavior Checklist
b) One leg standing test :
c) Tes kognitif
o Atensi
4
o Motivasi
o Emosi
o Komunikasi
d) Tes fungsional
o Kesulitan melakukan aktivitas secara mandiri
2) Pemeriksaan Penunjang :
a) CT-Scan
b) MRI
Penegakan Diagnosis Fisioterapi
o Activity limitation:
Kesulitan fokus belajar, kesulitan bermain yang memerlukan aktivitas fisik berat,
kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
o Body structure and function:
Gangguan perkembangan saraf otak
o Participation restriction:
Kesulitan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya.
o Diagnosa berdasarkan ICF:
Adanya kesulitan belajar, bermain, dan beraktivitas sehari-hari secara mandiri karena
adanya gangguan perkembangan saraf otak sehingga kesulitan berinteraksi dengan
orang lain dan lingkungannya.
Rencana Penatalaksanaan
o Tujuan:
a) Anak dapat berjalan dan berlari dengan seimbang
b) Anak berani untuk bermain mainan yang bergerak seperti ayunan
c) Kognisi pada anak meningkat
d) Meningkatkan kemandirian anak dalam beraktivitas sehari-hari.
o Prinsip terapi:
a) Melatih sensomotorik anak lewat permainan yang disesuaikan dengan usia anak
untuk meningkatkan kemampuan motorik, keseimbangan, stabilisasi, dan
koordinasi gerak.
b) Melatih kemampuan atensi, konsentrasi, pemahaman, dan memori pada anak.
o Konseling-edukasi :
Latihan dapat dilakukan di rumah oleh orang tua. Perhatian orang tua sangat
diperlukan demi peningkatan kemampuan anak. Ajak anak untuk berkomunikasi dan
ajak anakbermain di luar rumah untuk melatih adaptasi serta latihan berinteraksi
dengan orang lain dan lingkungan sekitar.
o Kriteria rujukan :
Rujukan dari dokter anak
5
Prognosis
Bisa mandiri jika ditangani sedini mungkin
Sarana dan prasarana
o Sarana:
o Prasarana:
C. ADHD
Definisi
Atteintion Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) adalah gangguan perilaku yang ditandai
dengan gangguan pemusatan perhatian dan gangguan konsentrasi, impulsivitas yaitu
bicara semaunya tanpa memikirkan akibat, dan melakukan gerakan yang tidak
mempunyai tujuan yang jelas dan disertai dengan hyperaktif.
Anamnesis
1. Ada riwayat keluarga yang mengalami ADHD
2. Anak lahir dengan premature atau mengalami hambatan saat kelahiran
3. Anak pernah mengalami serangan penyakit seperti virus saat kecil
4. Anak sulit berfokus pada satu hal
5. Anak hiperaktif dan tidak bisa diam
6. Anak beersikap implusif
7. Anak tidak sabar, sering memaksakan kehendak (misalnya dalam percakapan atau
permainan)
Pemeriksaan objektif dan Penunjang
1) Pemeriksaan Objektif
a) Tes kognitif : pasien belum mampu berkomunikasi
b) Tes interpersonal : pasien tidak ingin
c) Tes intrapersonal : pasien tidak mampu bekerjasama
2) Tes kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas
a) Kemampuan fungsional : tergantun individu pasien
b) lingkungan aktivitas :
Di dalam rumah : keluarga mendukung / tidak kesembuhan pasien.
6
Di luar rumah : pasien dapat berinteraksi / tidak dengan orang-orang di
lingkungan luar rumah
c) Tes reflex primitive
3) Pemeriksan penunjang
a) PET (Positron Emision Tomography) : Terdapat penurunan aliran darah
sereberal dan kecepatan metaboisme di daerah lobus frontalis anak-anak ADHD.
b) EEG : memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah
banyak
c) Kriteria diagnostik DSM-IV TR : (+)
Penegakan diagnosa
Kesulitan konsentrasi dan bersikap implusif serta hiperaktif, akibat kesalahan pada otak
(deficit neurotransmitter/perkembangan otak yang abnormal), sehingga mengahambat
Rencana Penatalaksanaan
1) Tujuan
a) Meningkatkan tingkat konsentrasi
b) Meningkatkan kemandirian pasien
c) Meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan
sekitar dengan baik
2) Prinsip terapi
a. Sensori integrasi
b. Senso motor
c. Di buat seperti bermain namun tetap memperhatikan kebutuhan anak
d. Melihat keluhan lain pada anak
3) Konseling-Edukasi
Memberikan edukasi (Edufeedback). Berdasarkan penelitian terbaru tentang otak,
bahwa otak manusia akan selalu dapat beradaptasi dan berkembang terhadap
rangsangan yang diberikan sepanjang hidupnya (teori plastisitas).
Di rumah anak harus tetap di latih perhatianya / konsentrasi agar selalu terpusat
dan terkontrol sehingga anak dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik.
Konseling diberikan kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk
menemukan cara yang lebih baik untuk menangani perilaku yang menggangu dan
untuk mendorong perubahan perilaku. Anak ADHD membutuhkan bimbingan dan
pemahaman dari orang tua dan guru, sehingga mereka dapat mencapai potensi dan
keberhasilan baik di rumah maupun di sekolah.
4) Kriteria Rujukan
a) datang sendiri
b) rujukan dokter saraf
7
G. Prognosis
Sembuh jika anak melakukan terapi, orang sekitar peduli terhadap problem anak.
H. Sarana dan prasarana
1) Sarana
a) matras
b) mainan yang dapatmerangsang konsentrasi
c) music agar anak relax
2) Prasarana
a) desain ruangan seperti tempat bermain
D. Meningitis
Definisi
Adalah radang pada membran yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang,
yang secara kesatuan disebut meningen. Radang dapat disebabkan oleh infeksi oleh virus,
bakteri, atau juga mikroorganismelain, dan walaupun jarang dapat disebabkan oleh obat
tertentu. Meningitis dapat menyebabkan kematian karena radang yang terjadi di otak dan
sumsum tulang belakang; sehingga kondisi ini diklasifikasikan sebagaikedaruratan medis.
Anamnesis
Apakah pasien mengalami nyeri kepala? Jika ya, kapan mulai merasakannya? Nyeri
kepala seperti apa? Apakah mulainya mendadak (seperti petir) atau bertahap?
Adakah gejala penyerta: fotofobia, kaku leher, mual, muntah, demam,mengantuk,
atau bingung?
Pernahkan pasien mengalami nyeri kepala sebelumnya?
Adakah tanda neurologis : diplopia, kelemahan fokal, atau gejala sensoris?
Gejala penyakit lain : mual, muntah,demam, menggigil?
Riwayat keluarga : adakah keluarga yang pernah mengalami meningitis?
Peneriksaan Sederhana dan Pemeriksaan Penunjang
TTV
KU pasien (Compos mentis, som nolen,dll)
Adakah ruam, khususnya akibat septicemia meningokokal, kaku leher, atau
fotofobia?
Adakah tanda kernig?
Adakah kelainan pada pemeriksaan fisik neurologis?
Fundi : normal atau edema?
8
Pemeriksaan hidung, tenggorokan, telinga,mulut
Peneriksaan penunjang : punksi lumbal
Penegakkan diagnosis
- Tidak dapat melakukan pekerjaan berat
- Inflamasi membran
- Tidak dapat bekerja
- Tidak dapat rekreasi
Rencana penatalaksanaan
- INH
- Pyrazinamida
- Rifampisin
- Etambutol
Prognosis
lambat dan umumnya meninggalkan sekuele neurologis.
Sarana & prasarana
-obatan dan tenaga kesehatan
E. Hidrochepalus
Definisi
Hidrosefalus adalah peningkatan jumlah volume cairan serebrospinal dalam kepala.
Hidrosefalus disebabkan oleh berbagai keadaan, dapat merupakan penyakit kongenital
(gangguan perkembangan janin dalam uterus atau infeksi intrauteri) atau didapat
(neoplasma, perdarahan, atau infeksi). Hampir 60-90% penderita hidrosefalus disebabkan
karena kongenital. Hidrosefalus kongenital disebabkan karena adanya gangguan
perkembangan janin dalam uterus atau infeksi intrauteri. Infeksi yang dapat
menyebabkan hidrosefalus adalah terinfeksi Toxoplasma gondii pada saat hamil.
9
Anamnesis
1) Pada anak kecil: pertumbuhan mental lambat, nyeri leher, muntah, pandangan kabur,
penglihatan ganda-akibat papiledema dan atrofi optik, pertumbuhan, dan maturasi
seksual terhambat (menyebabkan obesitas dan awitan pubertas yang tertunda atau
terlalu cepat), kesulitan berjalan hingga spastisitas, dan mengantuk
2) Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (objective)
Pemeriksaan fisik
1) Lingkar kepala.
Pada waktu bayi baru lahir memiliki lingkar kepala 32-39 cm, Pertambahan lingkar
kepala pada bayi usia kurang dari 3 bulan sekitar 2 cm. Pertambahan ini akan
berkurang menjadi 1cm pada 3 bulan kedua. Selanjutnya penambahan pada 6 bulan
berikutnya hanya 0,5 cm.
2) Ubun-ubun kepala terlambat menutup.
Normalnya ubun-ubun kecil menutup pada usia 2-3 bulan, sedangkan ubun-ubun
besar menutup pada usia 2,5 tahun. Jika bayi sudah mencapai usia tersebut dan ubun-
ubun kepala belum menutup patut dicurigai adanya hidrosefalus.
3) Mata melirik ke bawah terus menerus.
Di dunia medis gambaran ini dikenal sebagai sunset eye phenomenon atau gambaran
mata seperti matahari tenggelam. Fenomena ini terjadi akibat gangguan pada inti
saraf gerak bola mata akibat penumpukan cairan sehingga gerak bola mata
terganggu.
4) Pelebaran pembuluh darah balik.
Adanya penumpukan cairan di kepala akan menyebabkan aliran darah terganggu
sehingga cairan terbendung dan pembuluh darah akan melebar. Gambaran ini akan
menyebabkan terjadinya gambaran pembuluh darah yang lebih jelas terlihat pada
penderita hidrosefalus.
5) Muntah tanpa ada sebab yang lain.
Muntah memang dapat disebabkan oleh penyakit yang lain, untuk itu harus
disingkirkan muntah-muntah pada bayi. Muntah pada pasien hidrosefalus terjadi
karena peningkatan tekanan dalam kepala.
6) Berat badan normal
Normal: 2500-3500 gr. Berat badan 3500 gr disebut macrosomia.
7) Panjang badan normal adalah 45-50 cm
8) Lingkar dada normal adalah 30-33 cm,
9) Apabila diameter kepala 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami hidrocepalus
dan apabila diameter kepala < 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami
microcepalus.
10
Pemeriksaan penunjang
1) Foto rontgen : memperlihatkan kepala yang membesar dengan sutura dan fontanel
yang masih terbuka. Tulang-tulang kepala tampak sangat tipis. Bila fosa crania
posterior tampak kecil dibandingkan fossa crania medial dan anterior maka mungkin
hidrocefalus tersebut ditimbulkan oleh suatu stenosis akuaduktus sylvii.
2) CT scan kepala : Pada hidrosefalus obstruktif CT scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih
besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya
normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal
dari CSS. Pada hidrosefalus komunikan gambaran CT scan menunjukkan dilatasi
ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari
daerah sumbatan.
3) USG : menunjukan sistem ventrikel yang melebar
Penegakkan Diagnosis
1) Activity limitation : tidak dapat berjalan dengan seimbang
2) Body function & structure impairment : kelemahan otot kaki
3) Participation restriction: adanya gangguan saat bermain dengan teman-temannya
4) Diagnosa ICF: adanya gangguan dalam berjalan akibat kelemahan otot kaki sehingga
tidak dapat bermain dengan teman-temannya.
Rencana penatalaksanaan :
1) Tujuan : berjalan dengan normal dan seimbang
2) Prinsip terapi : penguatan otot
3) Edukasi : latihan aproksimasi kaki dan penguatan otot kaki
4) Criteria rujukan : dari dokter
Prognosis
Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis
serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena
penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia.
Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai
kecerdasan yang normal. Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%.
Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami
retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut
jangka panjang dengan kelompok multidisipliner.
Sarana dan prasarana
1) Sarana : matras, handuk, mainan anak-anak
2) Prasarana : ruang fisioterapi yang didesain seperti ruang bermain
11
F. Microchepalus
Definisi
Microcephaly (Microcephalus) adalah kondisi neurologis yang jarang terjadi dimana
kepala bayi secara signifikan lebih kecil dari kepala anak-anak lain pada usia dan jenis
kelamin yang sama. Kadang-kadang terdeteksi pada saat lahir, microcephaly biasanya
adalah hasil dari perkembangan otak tidak normal di dalam rahim atau tidak tumbuh
sebagaimana mestinya setelah melahirkan.
Anamnesis
Hasil anamnesanya adalah ukuran kepala yang secara signifikanlebih kecil dari anak-anak
lain dengan dahi miring, telinga yang besar dan penurunan penglihatan serta kejang.
Pemeriksaan fisik
a) Lakukan pengukuran Berat Badan, Panjang Badan, Lingkar kepala, dan Lingkar dada
b) Lakukan penilaian hasil pengukuran
Berat Badan normal adalah 2500-3500 gr. Berat Badan < 2500 gr disebut bayi
prematur, sedangkan Berat Badan bayi > 3500 gr disebut macrosomia
Panjang Badan normal adalah 45-50 cm
Lingkar kepala normal adalah 33-35 cm
Lingkar dada normal adalah 30-33 cm, apabila diameter kepala > 3 cm dari
lingkar dada maka bayi mengalami hidrocephalus dan apabila diameter kepala < 3
cm dari lingkar dada maka bayi mengalami microcephalus
Diukur dengan antropometri lingkar kepala bayi karena adanya bentuk kepala
yang tidak normal dibandingkan bayi normal
Pemeriksaan penunjang
a) USG
Menunjukkan diameter biparietal standar dari rata-rata diameter biparietal
b) CT-Scan dan MRI
Mengetahui adanya ukuran kepala yang kecil sekunder dari sinostosis sutura sagitalis
dan koronarius
c) TORCH
Untuk mengetahui adanya infeksi
Pemeriksaan Diagnosis
Adanya gangguan keterlambatan berbicara karena adanya perkembangan otak yang tidak
normal dan tidak tumbuh sebagaimana mestinya setelah melahirkan sehingga kepala bayi
signifikan lebih kecil dari anak-anak yang lain.
12
Rencana penatalaksanaan
a) Tujuan
Untuk menangani keterlambatan berbicara dan motorikpada anak
b) Prinsip terapi
Untuk merangsang anak berbicara dan melatih motorikpada anak
c) Edukasi
Speech Therapy dan latihan motorik
d) Kriteria rujukan
Dari dokter
Prognosis
Prognosisbayi yang dilahirkan dengan mikrosefalus biasanya tidak bisa hidup lama,
beberapa langsung meninggal setelah lahirdan kebanyakan dari mereka yang masih bisa
hidup mengalami retardasi mental dan kelainan motorik seperti hemiplegia, diplegia
spastik. Mikrosefali biasanya disertai dengan kelainan-kelainan lain sebagai suatu
sindrom.
Sarana dan Prasarana
a) Sarana: Matras, handuk, mainan anak-anak dan kaca
b) Prasarana:Ruang Fisioterapi yang di desain seperti ruang bermain
G. Down Syndrome
Definisi
Down syndrome atau trisomy 21 adalah kelainan yang menyebabkan penderita
mengalami keterlambatan dalam pertumbuhannya (lambat bicara, duduk, dan jalan),
kecacatan (bentuk kepala datar, hidung pesek, dll) dan kelemahan fisik (mudah lelah dan
sakit) serta memiliki IQ yang relative rendah dibandingkan dengan orang normal pada
umumnya (25-70). Kelainan ini diakibatkan kromosom 21 berjumlah 3 (pada orang
normal 2).
Anamnesis
1) Riwayat kelahiran karena ibu hamil di usia tua
2) Tidak mengalami kesulitan dalam aktivitas secara fisik namun biasanya mengalami
gangguan berpikir dan kognisi
3) Cenderung hipersensitif karena mengalami gangguan taktil dan proprioceptif
4) Memiliki riwayat keluarga Down Syndrome (keturunan)
Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang:
1) Pemeriksaan Fisik :
Kognitif
Koordinasi
13
Sensorik dan motorik
Tonus otot
LGS
Fungsi gerak
2) Pemeriksaan Penunjang :
a. Ultrasonography (USG) untuk mengetahui kemungkinan ada kelainan pada bayi
yang akan lahir, biasanya dilakukan saat usia kandungan memasuki 11-20
minggu.
b. Percutaneus Umbilical Blood Sampling (PUBS) untuk evaluasi terhadap fetus.
Penegakan Diagnosis Fisioterapi
1) Activity limitation:
Gangguan merangkak, duduk dan berjalan
2) Body structure and function:
Hipersensitif dan hipotonus pada UE dan LE
3) Participation restriction:
Aktivitas sehari-hari terganggu
4) Diagnosa berdasarkan ICF:
Adanya gangguan merangkak, duduk, berdiri dan berjalan yang disebabkan
hipersensitiv dan hipotonus pada UE dan LE sehingga mengganggu aktivitas
sehari-hari.
Rencana Penatalaksanaan
1) Tujuan :
a) Untuk meningkatkan kemandirian dan kemampuan fungsional yang
memungkinkan
b) Untuk meningkatkan perkembangan si anak, kemampuan koordinasi, kemampuan
kognitif
2) Prinsip Terapi :
a) Klien mampu merangkak, duduk, berdiri dan berjalan dengan pola normal
3) Edukasi :
a) Latih duduk ke berdiri
b) Latih merambat dalam posisi berdiri
c) Ajak bermain ke pantai untuk merangsang taktil dan proprioceptif
4) Kriteria Rujukan :
a) Dari Dokter
Prognosis:
Bisa mandiri
14
Sarana dan Prasarana
1) Sarana :
a) Ruang Fisioterapi
2) Prasarana :
a) Matras,
b) Handuk,
c) Alat-alat yang akan dibutuhkan beserta mainan
H. Brachial Palsy
Definisi
Brachial plexus palsy biasanya terjadi karena cedera peregangan pada kepala, leher, dan
bahu anak. Ini dapat terjadi selama kelahiran, terutama ketika proses kelahiran menjadi
sulit atau kompleks. Terkadang bahu seorang anak akan menempel di panggul ibu. Ini
dapat menyebabkan cedera peregangan saat anak dilahirkan.
Anamnesis
Pada anak usia 2 bulan tidak dapat menggunakan tangan kanannya. Sulit untuk rolling
dan posisi ke duduk. Posisi tangan kanan yang terus menerus lurus tidak bisa ditekuk dan
memutar ke dalam. Sudah sering dikembalikan ke posisi yang benar namun pasti kembali
lagi. Orangtua mulai khawatir karena hal tersebut mempengaruhi kemampuan anak, anak
menjadi tidak bisa tengkurap sendiri serta tangan kanannya tidak aktif. Saat ibu
melahirkan, ibu menjalani proses persalinan yang lama dan sulit.
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
a) Hasil Pemeriksaan Fisik
Cek Kognitif
Anak memiliki atensi yang cukup bagus dan dapat mengerti jika mamanya
memanggil
Komunikasi : baik
Emosi : baik
Atensi : baik
Motivasi : kurang
b) Inspeksi
Statis : seluruh anggota tubuh terlihat normal kecuali pada lengan dextra. Lengan
dextrra terlihat dalam posisi shoulder adduksi, forearm pronasi, elbow ekstensi,
wrist fleksi. Tidak terlihat pucat ataupun lemah.
Dinamis : lengan dextra terlihat tidak aktif, meraih benda dan memegang benda
dengan tangan sinistra
c) Pemeriksaan reflek premitif
https://www.honestdocs.id/nyeri-rusukhttps://www.honestdocs.id/craniosynostosishttps://www.honestdocs.id/tortikolishttps://www.honestdocs.id/nyeri-panggul
15
Tes Refleks :
Grasp refleks : ada
Biceps refleks : tidak ada (dextra)
Radial refleks : tidak ada (dextra)
d) Tes Sensorik
Lateral lengan (C5) : tidak ada respon
Lateral forearm (C6) : tidak ada respon
Daerah triceps (C7) : tidak ada respon
e) Tes Tonus Otot (Postural tone)
Hypotone pada daerah deltoid dextra dan biceps dextra
Hasil : hipotonus dibanding dengan lengan kiri
Hasil : tidak ada tahanan gerak (hipotonus)
f) Penunjang
CT-scan dan MRIUntuk melihat detail struktur anatomi dan jaringan lunak saraf
perifer.
Pemeriksaan NCV untuk mengetahui system motorik dan sensorik, kecepatan
hantar saraf serta latensi distal.
Penegakan diagnosis
1) Activity Limitation
Tidak bisa rolling, memegang mainan, dan posisi ke duduk
2) Body Function and structure impairment
Lesi pada pleksus brachialis bagian atas sisi dextra
3) Participation Restriction
Tidak dapat bermain dengan baik dengan lingkungannya
4) Diagnosa Fisioterapi berdasarkan ICF
Anak sulit untuk rolling, memegang mainan, dan posisi ke duduk karena adanya lesi
pada pleksus brachialis bagian atas sisi dextra sehingga anak tidak dapat bermain
dengan baik dengan lingkungannya.
Rencana Penatalaksanaan
1) Tujuan
a) Tujuan Jangka Panjang
Meningkatkan kemampuan tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya
b) Tujuan Jangka Pendek
16
Meningkatkan fungsi motorik lengan dextra
Mengembalikan sensorik pada daerah lengan dextra
2) Prinsip Terapi
Meningkatkan fungsi motorik lengan dextra, mengembalikan sensorik pada daerah
lengan dextra dan meningkatkan kemampuan tumbuh kembang anak sesuai dengan
usianya
3) Konseling- Edukasi
a) Melakukan gerakan pasif melawan pola lengannya.
b) Membantu anak untuk rolling (fasilitasi), tidak langsung dirollingkan.
4) Kriteria Rujukan
Dari Dokter
Prognosis
Apabila mengalami Erb‟s palsy C5 dan C6, sekitar 90% dapat sembuh secara spontan
dengan hasil 53% ekstremitas atas dapat berfungsi mendekati normal. Jika C7 ikut cidera,
maka 80% pemulihan tidak baik.
Sarana dan Prasarana
1) Sarana : Matras, handuk, bantal, mainan anak-anak
2) Prasarana : Ruang Fisioterapi yang di desain seperti ruang bermain dan nyaman untuk
melakukan intervensi
I. Club Foot
Definisi
Clubfoot merupakan istilah umum untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki
berubah atau bengkok dari keadaan atau posisi normal. Beberapa dari deformitas kaki
termasuk deformitas ankle disebut dengan talipes yang berasal dari kata talus (yang
artinya ankle) dan pes (yang berarti kaki).
Pemeriksaan
1. Impairment : Adanya hipotonus pada kedua tungkai, adanya kelemahan pada otot ankle joint, adanya keterbatasan lingkup gerak sendi pada ankle joint
2. Fungtional Limitation : Anak belum bisa berdiri dari posisi jongkok, berjalan, berdiri tanpa pegangan, dan berjalan tanpa pegangan.
3. Disability : Pasien belum mampu melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain.
Pengukuran
1. Kekuatan Otot pada sendi ankle dengan Kriteria Penilaian (Children’s Memorial
Hospital Chicago USA).
2. Pemeriksaan LGS pada Ankle dengan Goniometer
.
17
3. Pemeriksaan Tonus Otot pada ankle dengan Palpasi
Penatalaksanaan
1. Stretching
Posisi pasien serilek mungkin, terutama pada daerah yang akan diterapi. Posisi terapis
berada di depan pasien.
1) Elongasi otot triceps Surae, kapsul posterior dan lig.ankle dan sendi subtalar.
b) Os calcaneus dipegang dgn jari telunjuk dan ibu jari 1 tangan kemudian tarik
ke arah distal tumit akan tertarik ke bwh dan terdorong menjauhi maleolus
medial fibula.
c) Dengan tangan lain,area calcaneocuboid didorong ke posisi dorsofleksi.
d) Posisi ini dipertahankan dalam hitungan 10, lalu dilepaskan.Ulangi stretching
pasif ini 20-30 kali/sesi.
2) Elongasi otot tibialis posterior dan lig.tibionavicularis.
a) Untuk stretching os.calcaneus dipegang dengan jari telunjuk dan ditarik ke
bawah ke arah distal.
b) Tangan lain menjepit naviculare dengan jari telunjuk dan ibu jari menarik
naviculare dan midfoot ke arah distal ibu jari kaki dan diabduksi.
3) Elongasi ligamen calcaneonaviculare plantaris dan jaringan lunak lantar.
a) Dengan 1 tangan tumit didorong naik. Dengan tangan lain, midfoot didorong
ke arah dorsofleksi.
b) Ibu jari 1 tangan berada di atas maleolus medial dan ibu jari tangan lain di
atas naviculare.
c) Posisi ini dipertahankan 10 hitungan lalu dilepas dan diulangi 20-30 kali tiap
sesi.
2. Patterning dari jongkok ke berdiri
Pasien duduk di atas matras, posisi terapis berada di depan pasien. Fasilitasi half kneeling
ke berdiri, pelaksanaanya posisi anak half kneeling sedangkan terapis kneeling di depan
atau di belakang anak dengan pegangan pada pelvis. Anak diminta untuk memindahkan
aba-aba “ayo bungkukkan badannya!” dilanjutkan dengan “ayo berdiri!” terapis dapat
membantu dengan memberikan sedikit tarikan ke arah depan dan ke atas (ke arah berdiri).
Pertahankan posisi ini untuk beberapa saat. Ulangi 5-8 kali pengulangan.
3. Pemasangan strapping
Posisi pasien duduk dengan ankle diluruskan supaya rileks dan memudahkan fisioterapis
dalam memasang strapping. Sebelum pemasangan taping pastikan daerah yang akan
diaplikasikan dalam keadaan bersih dan kering supaya terhindar dari resiko gatal-gatal,
dan alergi kulit lainnya.
18
Posiskan terlebih dahulu kaki pasien ke posisi anatomis dengan berlawanan arah pada
kasus CTEV yaitu abduksi, pronasi, eversi + dorsi fleksi ankle.
1) Kemudian pasang rigid tape atau strapping pada 1/3 proksimal tibiofibula
dengan posisi mendatar, pemasangan rigid tape atau strapping untuk coreks
postur ankle di mulai dari bawah malleolus medial ke lateral 1/3 proksimal
tibiofibula di lakukan sebanyak 3 kali, kemudian dari 1/3 proksimal tibiofibula
medial ke 1/3 proksimal tibiofibula bagian medial sebanyak 3 kali
2) Lalu pasang kembali rigid tape atau strapping pada 1/3 proksimal tibiofibula
secara mendatar. Kemudian lakukan pemasanga rigid tape atau strapping
secara sirkuler dari 1/3 proksimal tibiofibula sampai ke metatarsal, tetapi
calcaneus/tumit di bebaskan dari pemasangan rigid tape atau strapping agar
ankle tetap bisa bergerak.
4. Standing
Pasien duduk di atas matras, posisi terapis berada di depan pasien. Fasilitasi
keseimbangan pada posisi berdiri caranya posisikan anak berdiri di lantai atau di
matras sedang terapis berada di depan atau di belakang anak dengan pegangan pada
bahu kemudian berikan dorongan ke depan, ke belakang atau ke samping. Latihan ini
juga bisa dilakukan di atas tilting board dengan posisi anak berdiri di atasnya dan
terapis menggoyang-goyang ke kanan, ke kiri, setelah dilakukan tiga kali arah diganti
ke depan dan ke belakang.
Rencana Penatalaksanaan
Tujuan
1) Tujuan Jangka Panjang
a. Meningkatkan kemampuan tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya
2) Tujuan Jangka Pendek
a. Meningkatkan fungsi motorik lengan dextra
b. Mengembalikan sensorik pada daerah lengan dextra
Prinsip Terapi
- Meningkatkan fungsi motorik lengan dextra, mengembalikan sensorik pada daerah
lengan dextra dan meningkatkan kemampuan tumbuh kembang anak sesuai dengan
usianya
- Konseling- Edukasi
- Melakukan gerakan pasif melawan pola lengannya.
- Membantu anak untuk rolling (fasilitasi), tidak langsung dirollingkan.
Kriteria Rujukan
Dari Dokter
19
Prognosis
Apabila mengalami Erb‟s palsy C5 dan C6, sekitar 90% dapat sembuh secara spontan
dengan hasil 53% ekstremitas atas dapat berfungsi mendekati normal. Jika C7 ikut cidera,
maka 80% pemulihan tidak baik.
Sarana dan Prasarana
1) Sarana : Matras, handuk, bantal, mainan anak-anak
2) Prasarana : Ruang Fisioterapi yang di desain seperti ruang bermain dan nyaman
untuk melakukan intervensi
J. Torticolis
Definisi
Torticollis adalah suatu keadaan keterbatasan gerakan leher dimana kepala miring kesisi
yang terkena dan dagu mengarah ke sisi berlawanan, yang disebabkan oleh pemendekan
otot sternokleidomastoideus (Tandiyo, 2012).
Anamnesis
Posisi kepala pada satu sisi dengan dagu mengarah pada sisi yang berlawanan
Kekakuan pada otot-otot leher
Trauma lokal pada jaringan leher sebelum atau saat persalinan saat letak kepala
sungsang
Persalinan dengan forceps
Bengkak di sisi leher
Kesulitan dalam menggerakan dan memiringkan kepala
Penegakan Diagnosa
Adanya keterbatasan LGS cervical akibat pemendekan dan spasme otot
sternocleidomastoideus, dan spasme otot trapezius yang mengganggu aktivitas pasien
Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Penunjang
a) EMG : adanya kontraksi otot yang persisten pada otot leher termasuk
m.sternocleidomastoideus, m.splenius capitus dan m.trapezius
b) MRI/CT-Scan cervical vertebrae : harus dilakukan bila ada nyeri pada leher
c) Pemeriksaan fungsi tiroid : hal ini harus dilakukan karena dapat saja terjadi
perubahan pada tiroid yaitu hipertiroidisme. Beberapa pasien dapat saja
memperlihatkan keadaan eutiroid.
2) Pemeriksaan Objektif
Palpasi otot sternocleidomastoideus, pengukuran ROM leher, PFGD (pasif, aktif,
isometrik)
20
Rencana Penatalaksanaan
1) Tujuan :Meningkatkan LGS cervical
2) Prinsip Terapi :Mengurangi spasme otot trapezius dan otot sternocleidomastoideus
3) Edukasi :Pasif stretching dan relax passive movement
4) Kriteria Rujukan :Dari Dokter
Prognosis:
1) Prognosis tortikolis tergantung pada kelainan yang mendasarinya. Sebagian besar
kasus tortikolis didapat (acquired) penyakit yang hilang sendiri (self-limited) dalam
waktu 2 minggu.
2) Tortikolis spasmodik idiopatik (IST) secara bertahap dapat berkembang berbulan-
bulan dan bahkan seumur hidup
Sarana dan Prasarana
1) Sarana : Ultrasound, TENS
2) Prasarana : Ruang Fisioterapi
K. Scoliosis
Definisi
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi
pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan, melengkung
membentuk seperti huruf C atau S. Pada dasarnya, skoliosis dapat dikategorikan menjadi
skoliosis fungsional (non-struktural) dan skoliosis struktural. Skoliosis fungsional adalah
fenomena skoliosis yang terjadi karena postur tubuh ketika duduk atau berdiri tidak tegak
lurus, sehingga tulang bahu terlihat tidak sejajar. Sedangkan skoliosis struktural adalah
fenomena skoliosis yang memang disebabkan karena perkembangan kedua sisi tubuh
yang tidak seimbang sehingga tulang belakang jadi melengkung secara permanen dan
skoliosis ini bersifat progresif sehingga perlu penanganan.
Anamnesis
Punggung asimetri punggung (scapula) menonjol satu sisi
Tidak diketahui sebabnya
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Asimetri dan rib hump, atau pelvis torsion
Tes cepat : Fleksi punggung tampak rib hump
Tes gerak aktif :
- Gerak lateral fleksi kekanan terbatas pada T8 tetap melengkung kekiri atau
hanya tegak
- Gerak lateral fleksi kekiri lebih besar
21
Tes gerak pasif :
- Gerak lateral fleksi kekanan terbatas pada T8 terbatas dengan firm end feel
- Gerak lateral fleksi kekiri pada T8 ROM lebih besar dari normal dengan end
feel elastik
Tes gerak isometric : Negatif
Tes khusus :
- Fleksi dijumpai ribs hump kanan
- Asimetri pelvis (pelvic torsion) terhadap plumb line yang ditempatkan pada
kolumna vertebrali
- Pengukuran panjang kaki dijumpai leg discrepancy
- LPAVP dijumpai keterbatasan dengan firm end feel
- Gapping test T7-8-9 terbatas dengan firm end feel
b. Pemeriksaan Penunjang
X‘ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu
Pengukuran ‘cobb angle‘
Penegakan Diagnosis
1. Activity Limitation :
- Duduk terlalu lama
- Berdiri tegak terlalu lama
- Membungkuk
2. Body Function and structure impairment :
- Sensasi nyeri pada punggung
- Imbalance pada otot-otot spinal
- Kontraktur
- Deformitas (S/C)
- Fleksibilitas menurun
- Sirkulasi menurun
- Sesak napas
3. Participation Restriction :
- Keterbatasan dalam pekerjaan (duduk lama ketika mengetik)
- Keterbatasan dalam olahraga (basket, voly)
- Keterbatasan dalam rekreasi
4. Diagnosa Fisioterapi :
Adanya keterbatasan menggerakan tungkai kiri karena bengkak dan nyeri sehingga
terganggunya klien dalam melakukan aktivitas kesehariannya.
Rencana Penatalaksanaan
1. Tujuan :
Autocorrection 3D
22
Coordination
Equilibrium
Ergonomy
Muscular endurance/ strength
Neuromotorial control of the spine
Increase of ROM
Respiratory capacity/ education
Side-shift
Stabilisation
2. Prinsip Terapi : Konservatif 3 dimensi Scroth Method : Curve specific exercises
dan correction breathing techniques . berfungsi untuk mengurangi rotasi dan kurva
yang salah dari spine pada bidang sagital dan sambil mengelongasi spine.
3. Konseling-Edukasi : Pasien di edukasi untuk konsisten mengikuti program latihan
karena hal ini akan memberikan hasil yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
therapinya.
4. Kriteria Rujukan : Dari Dokter Orthopedi
Prognosis
Adanya keterbatasan aktivitas akibat adanya nyeri punggung pada vertebra karna
skolisosis sehingga mengakibatkan pasien tidak dapat melakukan aktivitasnya secara
maksimal.
Saran dan Prasarana
Saran : matras, swisball / fisio ball, cermin,
Prasarana : Ruang terapi (fisioterapi)
L. CTEV
Definisi
CTEV adalah suatu kondisi di mana kaki pada posisi adduksi, supinasi dan varus. Tulang
calcaneus, navicular, dan cuboid terrotasi ke arah medial terhadap talus, dan tertahan
dalam posisi adduksi serta inversi oleh ligamen dan tendon yang dimana terjadi:
- Plantar flexi talocranialis karena M. Tibialis Anterior yang lemah.
- Inversi ankle karena M. Peroneus Longus, M. Peroneus Brevis dan M. Peroneus Tertius yang lemah
- Adduksi subtalar dan midtarsal.
Anamnesis
5) Kelainan bentuk pada ankle yang cenderung ke arah dalam
(inversi)
6) Memakai splint
7) Ada riwayat keluarga yang mengalami hal serupa
23
Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
1) Hasil Pemeriksaan Fisik
a) The Pirani Scoring System
Untuk identifikasi tingkatkeparahan dan memantau perkembangankasus CTEV
selama koreksi dilakukan.Sistem ini terdiri dari 6 kategori, masing-masing3 dari
hindfoot dan midfoot. Untuk hindfoot,kategori terbagi menjadi tonjolan
posterior/posterior crease (PC), kekosongan tumit/emptinessof the heel (EH), dan
derajat dorsofleksi /degree of dorsifl exion (DF). Sedangkan untukkategori
midfoot, terbagi menjadi kelengkunganbatas lateral/curvature of the lateral
border(CLB), tonjolan di sisi medial/medial crease (MC)dan terpajannya kepala
lateral talus/uncoveringof the lateral head of the talus (LHT).
b) Curvature of the lateral border of the foot (CLB)
Batas lateral kaki normalnya lurus. Batas kaki yang tampak melengkung
menandakan terdapat kontraktur medial. Lihat pada bagian plantar pedis dan
letakkan batangan/penggaris di bagian lateral kaki.
Skor
0 : Batas lateral kaki tampak lurus, mulai dari tumit sampai ke kepala
metatarsal ke lima.
0.5 : Batas lateral nampak menjauhi garis lurus tersebut. Batas lateral yang
tampak melengkung ringan (lengkungan terlihat di bagian distal kaki pada
area sekitar metatarsal)
1 : Kelengkungan batas lateral kaki yang nampak jelas (kelengkungan
tersebut nampak setinggi persendian kalkaneokuboid)
c) Medial crease of the foot (MC)
Pada keadaan normal, kulit daerah telapak kaki akan memperlihatkan garis-garis
halus. Lipatan kulit yang lebih dalam dapat menandakan adanya kontraktur di
daerah medial. Pegang kaki dan tarik dengan lembut saat memeriksa. Lihatlah
pada lengkung batas medial kaki.
Skor
0 : Terlihat garis-garis halus pada kulit telapak kaki yang tidak mengubah
kontur lengkung medial tersebut
0.5 : Satu atau dua lipatan kulit yang dalam. Apabila hal ini tidak terlalu
banyak mempengaruhi kontur lengkung medial
1 : Apabila lipatan ini tampak dalam dan dengan jelas mempengaruhi kontur
batas medial kaki
d) Posterior crease of the ankle (PC)
24
Pada keadaan normal, kulit bagian tumit posterior akan memperlihatkan lipatan
kulit multipel halus yang lebih dalam menunjukkan adanya kemungkinan
kontraktur posterior yang lebih berat. Tarik kaki dengan lembut saat memeriksa.
Pemeriksa melihat ke tumit pasien.
Skor
0 : Terlihat adanya garis-garis halus yang tidak mengubah kontur tumit.
Lipatan-lipatan ini menyebabkan kulit dapat menyesuaikan diri, sehingga
dapat meregang saat kaki dalam posisi dorsofleksi.
0.5 : Satu atau dua lipatan kulit yang dalam. Apabila lipatan ini tidak terlalu
mempengaruhi kontur dari tumit
1 : Ditemukan lipatan kulit yang dalam di daerah tumit dan hal tersebut
merubah kontur tumit
e) Lateral part of the Head of the Talus (LHT)
Pada kasus CTEV yang tidak diterapi, pemeriksa dapat meraba kepala talus di
bagian lateral. Dengan terkoreksinya deformitas, tulang navikular akan turun
menutupi kepala talus, membuatnya menjadi lebih sulit teraba, dan akhirnya sama
sekali tidak dapat teraba. Tanda “turunnya tulang navikular menutupi kepala
talus” adalah ukuran besarnya kontraktur di daerah medial.
2) Hasil Pemeriksaan Penunjang
a) CT-Scan
b) Rontgen
Penegakan Diagnosis Fisioterapi
1) Activity limitation:
Gangguan berdiri dan berjalan
2) Body structure and function:
Deformitas pada ankle
3) Participation restriction:
Aktifitas sehari-hari terganggu
4) Diagnosa berdasarkan ICF:
Gangguan saat berdiri dan berjalan karena deformitas pada ankle yang
menyebabkan aktifitas sehari-hari terganggu.
Rencana Penatalaksanaan
1) Tujuan
a) Agar bisa berdiri dengan posisi kaki yang normal
b) Agar bisa berjalan dengan posisi kaki yang normal
2) Prinsip Terapi
- Mencegah deformitas pada ankle
- Menambah ROM pada ankle
25
- Menambah kekuatan dari otot tungkai
3) Konseling dan Edukasi
a) Mencegah gerakan inversi dan merubahnya ke arah eversi
b) Memposisikan ankle pada posisi yang benar
c) Memberi tahanan pada ankle supaya ankle selalu dalam posisi yang benar
4) Kriteria Rujukan
a) Dari Dokter Orthopedi
Prognosis
Prognosis akan baik jika ditangan dengan operasi reposisi
Sarana dan Prasarana
1) Sarana
a) Matras
b) Handuk
c) Mainan
2) Prasarana
a) Satu ruang terapi yang didesign seperti ruang bermain
M. Pneumonia
Definisi
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli.
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya
konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli.
Anamnesis
Pasien batuk sudah 14 hari yang lalu dan disertai demam. Batuk berdahak dengan warna
sputum hijau. Selain itu pasien merasakan ngos-ngosan dan mudah lelah saat bermain.
Hasil Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Penunjang : hasil rontgen menunjukkan bercak abu abu
2) Pemeriksaan Objektif :
- Vital Sign
HR : 80 x/menit
RR : 33 x/menit
BP : 100/65 mmHg
- Inspeksi
Nafas menggunakan mulut
Bernafas menggunakan otot bantu pernafasan saat inpirasi
Frekuensi pergerakan thorax cepat
- Palpasi
Terasa panas suhu badannya
26
Rencana Penatalaksanaan
Tujuan
a) Mencegah penumpukan sputum
b) Melancarkan jalan nafas
c) Latihan penguatan otot pernafasan
Prinsip Terapi
Positioning, mengeluarkan sputum, dan Deep inpirasi breathing
Edukasi
Ajari orang tua untuk memposisikan anak miring kanan dan kiri dan untuk deep
insipirasi breathing dilkukan dengan cara anak untuk minum air putih dan mencium
aroma
Kriteria Rujukan : dokter
Prognosis
Dapat sembuh apabila menjalankan terapi dan dibantu dengan obat.
Sarana dan Prasarana
1) Sarana : bed, bantal, nebulizher, suction, dan aroma pewangi
2) Prasarana : Ruang fisioterapi
Penegakkan Diagnosa
Adanya gangguan saat bernafas karena adanya peradangan pada paru-paru sehingga
menggangg aktivitas klien.
N. Asma
Definisi
Menurut Global initiatif for asthma (GINA) tahun 2015, Asma adalah penyakit kronis
yang umum dan berpotensi serius yang menjadi beban substansial pada pasien, keluarga
mereka dan masyarakat. Menyebabkan gejala pernapasan, pembatasan kegiatan, dan
serangan yang kadang-kadang memerlukan perawatan kesehatan yang mendesak dan
mungkin berakibat fatal. Asma menyebabkan gejala seperti mengi, sesak napas, sesak
dada dan batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu di kejadiannya, frekuensi dan
intensitas. (On, Global, & For, 2015)
Anamnesis
1) Sering merasakan sesak nafas.
2) Sesak yang dirasakan saat bangun tidur dan menjelang pagi hari.
3) Sesak disertai dengan adanya batuk serta bunyi nafas mengi.
4) Sesak yang dirasakan sering terjadi atau kambuh terus.
27
5) Sesak kambuh saat merasakan kedinginan.
6) Kakek dan ayahnya sakit seperti ini.
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
1) Pemeriksaan Penunjang: Rongent
2) Pemeriksaan Objektif:
Pernafasan cepat dan dangkal.Respirasi rate (RR) menunjukkan hasil 28x/menit. Saat
pemeriksaan Ekspansi Thorax selisihnya adalah 2cm.
Penegakan Diagnosa
1) ProblematikaFisioterapi
a) Body structure & body function
Adanya inflamasi kronik pada saluran pernafasan
b) Activity limitation:
Tidak dapat bernafas dengan lancar
c) Participation Restriction:
Terganggunya aktivitas belajar
2) Diagnose Fisioterapi:
Adanya inflamasi kronik pada saluran pernafasan sehingga tidak dapat bernafas
dengan lancar serta mengganggu aktivitas belajar
Rencana Penatalaksanaan
1) Tujuan : Mempelancar jalannya nafas
2) Prinsip Terapi : Mengurangi sesak nafas
3) Edukasi :Latihan Purse Lip Breathing (PLB) ataumembuang nafas panjang dengan
bibir mencucu
4) Kriteria Rujukan : Dari Dokter
Prognosis:
Diketahui bahwa penderita asma ini segera menangani serangannya, maka prognosanya
adalah sembuh.
Sarana dan Prasarana
1) Prasarana:
Ruang Fisioterapi yang didesain seperti ruangan bermain dimana dalam ruangan
tersebut terdapat banyaknya mainan untuk anak-anak
2) Sarana :
a) Nebulizer
b) Matras
c) Bantal
d) Mainan anak-anak
28
O. Bronchitis
Definisi
Bronkitis adalah penyakit yang ditandai oleh inflamasi pada bronkus. Bronkitis
merupakan infeksi akut pada saluran pernafasan paru (tracea dan broncus) yang
disebabkan infeksi virus atau bakteri. Bronkitis berhubungan dengan respiratori atas.
Ketika ada reaksi peradangan di saluran napas, area tersebut akan tampak kemerahan,
sembab/ membengkak, serta memproduksi lendir yang agak banyak. Jadi, gejala bronkitis
adalah batuk yang disertai produksi sputum yang banyak.
Anamnesis
a) Keluhan Utama : Ny.A mengatakan keluhan utama pada An.A adalah batuk disertai
dengan pilek.
b) Keluhan Penyerta : Gejala awal yang dirasakan An.A panas selama 2 hari di rumah.
An.A merasakan sakit tenggorokan saat batuk, susah mengeluarkan dahak, kadang-
kadang sesak napas.
c) Riwayat Penyakit Dahulu : An.A merupakan anak ketiga, lahir dengan jenis
persalinan caesar.
d) Riwayat Penyakit Sekarang : Dua hari lalu, An.A merasakan panas yang agak tinggi
disertai dengan batuk, lalu An.A diberikan paracetamol dan obat batuk oleh ibunya.
Setelah 2 hari panasnya belum turun ditambah dengan dahak yang suit dikeluarkan,
lalu dibawa ke dokter anak untuk berobat.Oleh dokter untuk melakukan terapi dan
kemudian An.A dirujuk ke fisioterapi.
Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan mikrobiologis, spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring, biasan
bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi pleuraatau aspirasi paru.
b) Pemeriksaan Rontgen Thorax AP
Hari / Tanggal : Senin 23/09/2014
Jam : 09.40 PM
X – Foto Thorax AP
Cor : CTR < 55 %
Bentuk dan konfigurasi normal
Pulmo : Corakan vaskuler meningkat dan
kasar
tak tampak infiltrat densitas abnormal
Trakea tampak di midline, tak menyempit
Hilus tampak melebar dan kasar
Costaphrenic angle tajam, tak tampak
29
efusi
Penegakkan Diagnosis
1) Body Structure: ganguan pada bronus, saluran pernafasan di paru paru dan gangguan
otot respirasi paru
2) Body Function: Gangguan fungsi respirasi, gangguan ekspirasi paru akibat obstruksi,
gangguan batuk disertai kesulitan mengeluarkan sputum
3) Activity Limitation: Tidak nyaman saat tidur, kesulitan untuk toileting mandiri
4) Partisipation Restriction: Tidak bisa bermain bersama teman teman dan keluarga
5) Diagnosa berdasarkan ICF :
Adanya gangguan tidak nyaman saat tidur, kesulitan untuk toileting mandiri akibat
gangguan ekspirasi paru, gangguan batuk disertai kesulitan mengeluarkan sputum
pada bronkus, saluran pernafasan di paru sehingga pasien tidak bisa bermain bersama
teman teman dan keluarga.
Rencana Penatalaksanaan
1) Tujuan : Mengurangi sputum di rongga paru, mengurangi batuk
2) Prinsip terapi : Memeprbaiki pola pernafasan
3) Edukasi : Mengajarkan pola pernafasan seperti Pulse Lips Breathing, mengajarkan
reflek batuk kepada anak untuk mengeluarkan sputum
4) Kriteria rujukan: Rehabilitasi Medik (fisioterapi)
Prognosis
1) Sembuh
Bila anak tidak mengalami komplikasi bronkitis, maka umumnya baik. Bila anak
sering terpapar asap rokok (pasif atau aktif) dapat terjadi bronkitis kronik kelak
kedepannya.
Sarana dan Prasarana
1) Sarana : menggunakan modalitas SWD dan Nebulizer
2) Prasarana : ruangan kamar praktek yang bersih bebas debu dengan suhu udara di
ruangan tidak terlalu dingin.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
30
FORM PENILAIAN SIKAP (AFEKTIF DAN PRAKTEK PROFESIONAL)
HARI/TANGGAL :__________________________STASE :__________________________TEMPAT :__________________________
EVALUASI AFEKTIF
No NIM Nama Mahasiswa
Nilai Nilai
Total Tanggung
Jawab Disiplin Kerjasama Kejujuran Prakarsa Sopan Santun
1
2
3
4
5
EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL
No NIM Nama Mahasiswa
Nilai Nilai
Total Keamanan Prilaku
Profesional Akuntabilitas Komunikasi
Kompetensi
Budaya
Pengembangan
Profesional
1
2
3
4
5
Kriteria penilaian: Penilai, 1 = sangat kurang
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik ___________________________________
http://www.unud.ac.id/mailto:[email protected]
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
31
FORM PENILAIAN PRESENTASI JURNAL
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
No Materi Nilai Maksimal Nilai
1 Format presentasi (power point) 10
2 Penguasaan konsep dan sistematika berfikir
penalaran 10
3 Penguasaan metodelogi penelitian 10
4 Review jurnal
- Materi jurnal 20
- Diskusi dan kemampuan argumentasi 20
- Kelayakan (feasibility) 20
5 Performance presentator
- Bahasa dan sopan santun 10
Jumlah 100
Penilai,
( )
http://www.unud.ac.id/mailto:[email protected]
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
32
FORM PENILAIAN REVIEW JURNAL
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
No Materi Nilai Maksimal Nilai
1 Penguasaan konsep dan sistematika berfikir
penalaran 20
2 Penguasaan metodelogi penelitian 10
3 Review jurnal
- Materi jurnal 30
- Kelayakan (feasibility) 30
- Format penulisan 10
Jumlah 100
Penilai,
( )
http://www.unud.ac.id/mailto:[email protected]
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
33
FORM PENILAIAN PRESENTASI KASUS
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
No Aspek Penilaian Nilai Maksimal Nilai
Penilaian Status Klinis
1 Pemeriksaan Subjektif 4
2 Pemeriksaan Objektif
- Vital Sign 2
- Pemeriksaan Per-Kompetensi 4
3 Diagnosis
- Impairment 2
- Activity Limitation 2
- Participation Restriction 2
- Contextual Factor 2
4 Prognosis 2
5 Planning
- Jangka Panjang & Pendek 2
- Clinical Reasoning 3
6 Prosedur Intervensi
- Metode Pelaksanaan & Dosis 4
- Clinical Reasoning 6
7 Edukasi & Home Program 2
8 Evaluasi 3
Format Penilaian Presentasi
1 Penguasaan konsep dan penalaran klinis 25
2 Diskusi dan kemampuan argumentasi 25
3 Format presentasi dan bahasa 10
TOTAL 100
Penilai,
( )
http://www.unud.ac.id/mailto:[email protected]
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
34
FORM PENILAIAN TUGAS LAPANGAN
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
Aspek yang nilai Rentan Nilai Bobot Nilai
Assessment 0-100 25%
Diagnosis Fisioterapi (ICF) 0-100 25%
Planning 0-100 25%
Intervensi 0-100 25%
Total Nilai
Penilai,
(
)
http://www.unud.ac.id/mailto:[email protected]
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
35
FORM PENILAIAN UJIAN BAGIAN / OSCE
STASE PEDIATRI
NAMA PESERTA :
NIM :
TEMPAT :
TANGGAL :
PRAKTIK PROFESIONAL (PROFESSIONAL PRACTICE)
N
o Komponen Penilaian Kinerja
Subjektif Jumla
h Poin 0 1 2 3 4
1 Keamanan (Safety)
2 Perilaku Profesional (Professional Behaviour)
3 Akuntabilitas (Accountability)
4 Komunikasi (Communication)
5 Kompetensi Budaya (Cultural Competence)
6 Pengembangan Profesional (Professional
Development)
TOTAL POIN
MANAJEMEN PASIEN (PATIENT MANAGEMENT)
N
o Komponen Penilaian Kinerja
Objektif Subjektif Jumla
h Poin 0 1 0 1 2 3 4
ASSESMENT
Anamnesis Umum
1 Peserta memperkenalkan diri
2 Peserta menanyakan identitas pasien
Anamnesis Khusus
1 Peserta menanyakan keluhan utama
pasien
2 Menanyakan Riwayat Penyakit
Sekarang (RPS)/S7
3 Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu
(RPD)
4 Menanyakan Riwayat Penyakit
Keluarga (RPK)
5 Menanyakan Riwayat Penyakit
Penyerta (RPP)
6 Menanyakan Riwayat Sosial
http://www.unud.ac.id/mailto:[email protected]
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
36
Pemeriksaan Umum
1 Pemeriksaan Vital Sign
2 Pemeriksaan Kondisi Umum Pasien
3 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi Statis
Inspeksi Dinamis
Palpasi
Auskultasi
Pemeriksaan Khusus
1 Pengukuran Kekuatan Otot
2 Pengukuran ROM
3 Pengukuran Antropometri
4 Pengukuran Nyeri
DIAGNOSIS
1 Diagnosis Medis (penjelasan)
2 Diagnosis Fisioterapi
Impairment
Functional Limitation
Disability/Participant Restriction
PLANNING
1 Rencana Jangka Pendek
2 Rencana Jangka Panjang
INTERVENSI
1 Penerapan Intervensi Modalitas
2 Penerapan Intervensi Manual Terapi
3 Penerapan Intervensi Terapi Latihan
EDUKASI & HOME PROGRAM
1 Modifikasi faktor internal
2 Modifikasi faktor eksternal
3 Home Program
EVALUASI
1 Evaluasi sesuai dengan pemeriksaan
awal
Total Poin
http://www.unud.ac.id/mailto:[email protected]
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
37
PERHITUNGAN NILAI AKHIR
N
o Penilaian Perhitungan Bobot (%) Nilai
1 Praktik Profesional (Professional
Practice)
(Jumlah Poin : 24) x
100 30%
2 Manajemen Pasien (Patient
Management)
(Jumlah Poin : 128)
x 100 70%
Total Nilai Akhir
Interpretasi
Objektif …...………….,
…………………………
0 Tidak Dilakukan
1 Dilakukan Mengetahui,
Subjektif Penguji Bagian
0 Tidak Dilakukan
1 Kurang Baik
2 Cukup Baik
3 Baik (
)
4 Sangat Baik
http://www.unud.ac.id/mailto:[email protected]
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
38
FORM PENILAIAN MORNING REPORT
HARI/TANGGAL :__________________________STASE :__________________________TEMPAT :__________________________
No NIM Nama Mahasiswa Kehadiran Partisipasi
Aktif
Berpikir
Kritis
Kemampuan
Komunikasi
Time
Manajemen
Tata
Krama Nilai Total
1
2
3
4
5
Keterangan Penilaian
No Keterangan Nilai
1 Kehadiran
Hadir tepat waktu 4
Terlambat
39