Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Modul Praktikum MK FISIOLOGI TUMBUHAN
Program Studi Agroteknologi Fakultas Teknologi Industri - Universitas Gunadarma
https://fti.gunadarma.ac.id/agrotek [email protected]
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang tak
pernah berhenti memberikan nikmat kepada kami, sehingga dengan petunjuk dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Penuntun Praktikum Fisiologi
Tumbuhan.
Penuntun praktikum ini telah kami susun secara maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan penuntun praktikum ini. Dalam kesempatan ini, kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
penuntun praktikum ini.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga penuntun
praktikum ini dapat bermanfaat untuk membantu mahasiswa dalam praktikum
Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroteknologi Universitas
Gunadarma.
Depok, Januari 2016
Dosen Pengampu Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................. ii
Praktikum I. Kurva Sigmoid .................................................................................. 1
Praktikum II. Pengaruh Konsentrasi Garam terhadap Penyerapan Air dan
Pertumbuhan Tanaman ............................................................... 5
Praktikum III. Uji Hara Esensial untuk Perkembangan Tumbuhan ....................... 9
Praktikum VI. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Suhu terhadap Laju
Pertumbuhan ................................................................................ 12
Praktikum V. Uji Pengaruh Biologi 2,4-D pada Tumbuhan ................................ 15
Praktikum VI. Penghambatan Tunas Lateral dan Dominas Tunas Apikal ........... 17
1
PRAKTIKUM I
KURVA SIGMOID
A. Pendahuluan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat
dibalikkan dalam ukuran pada sistem biologi. Secara umum pertumbuhan berarti
pertambahan ukuran karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertumbuhan
itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya
protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua
fenomena yang berbeda antara satu sama lain. Pertambahan volume sel dan
pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan
akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan
sel.
Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik
tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya
menurun pada fase senesen. Pengukuran daun tanaman mulai dari waktu embrio
dengan menggunakan kurva sigmoid juga memiliki hubungan erat dengan
perkecambahan biji tersebut yang otomatis juga dipengaruhi oleh waktu dormansi
karena periode dormansi juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan banyak
biji. Ada bukti bahwa pencegah kimia terdapat di dalam biji ketika terbentuk.
Pencegah ini lambat laun dipecah pada suhu rendah sampai tidak lagi memadai
untuk menghalangi perkecambahan ketika kondisi lainnya menjadi baik. Waktu
dormansi berakhir umumnya didasarkan atas suatu ukuran yang bersifat
kuantitatif. Untuk tunas dan biji dormansi dinyatakan berhasil dipecahkan jika 50
% atau lebih dari populasi biji tersebut telah berkecambah atau 50% dari tunas
yang diuji telah menunjukkan pertumbuhan. Bagi banyak tumbuhan angiospermae
di gurun pasir mempunyai pencegah yang telah terkikis oleh air di dalam tanah.
Dalam proses ini lebih banyak air diperlukan daripada yang harus ada untuk
perkecambahan itu sendiri.
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat balik
dalam ukuran pada semua sistem biologi. Pertumbuhan ini digambarkan dengan
kurve yang sigmoid. Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan
2
respon dari lingkungan (panjang hari, temperatur rendah, perubahan persediaan
air). Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi, yang didefinisikan sebagai
pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang merubah struktur dan
biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman saat berkembang.
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut
waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik,
dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan
suatu kurva berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi
tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya.
Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur
lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun.
Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk
kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang
lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di
dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh
kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan. Kurva pertumbuhan
berbentuk S (sigmoid) yang ideal yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun
dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahunan, Pada
fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu
(t). Ini berarti laju kurva pertumbuhan (dV/dt) lambat pada awalnya. Tetapi
kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan organisme, semakin
besar organisme semakin cepat ia tumbuh (Tjitrosoepomo, 1999).
Fase pertumbuhan logaritmik juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini
adalah fase dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan cenderung singkat.Pada
fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu
maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh
kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian
mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh
laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan
mulai menua (Salisbury dan Ross, 1996).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan
oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan
3
setahun maupun bertahun, dengan mengambil contoh tanaman jagung. Kurva
menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dan waktu. Tiga fase utama
biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan (Salisbury
dan Ross, 1992).
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk membuat kurva
pertumbuhan tanamandengan membandingkan waktu tumbuh dalam hari.
C. Metode Praktikum
1. Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Dasar Kampus
F7, Universitas Gunadarma.
2. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah kecambah
kacang hijau (Phaseoulus radiatus), air, dan media tanam. Alat yang digunakan
adalah pot/polibag, penggaris, kamera, alat tulis, jangka sorong dan meteran.
3. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Mengambil 10 biji kacang hijaudan menanamnya dalam pot gelas aqua
yang sudah diiisi dengan tanah.
Mengambil 1 biji pada hari pertama, kemudian mengupas dan membuka
kotiledonnya, mengukur panjang lembaganya dengan penggaris.
Mengambil 1 biji pada hari kedua, kemudian membuka kotiledonnya
kemudian mengukur panjang daun lembaganya dengan penggaris.
Pada hari ketiga, perlakuan yang sama dilakukan yaitu membuka kotiledon
pada kecambah yang berumur tiga hari, kemudian mengukur panjang daun
lembaganya dengan menggunakan mistar.
Mengambil tanaman dalam pot yang berumur 4 hari danmeletakkan
kecambah tersebut dalam dua tempat yaitu pada tempat tempat terang dan
tempat gelap.
4
Mengamati panjang daun tanaman kacang panjang tersebut dari hari ke-5
sampai hari ke-21.
Menggambar grafik yang menggambarkan hubungan antara daun waktu.
5
PRAKTIKUM II
PENGARUH KONSENTRASI GARAM TERHADAP
PENYERAPAN AIR DAN PERTUMBUHAN TANAMAN
A. Pendahuluan
Di dalam tubuh tanaman, lebih dari 90% air yang diserap oleh akar
dikeluarkan lagi ke udara sebagai uap air. Penyerapan air oleh tanaman sebagian
besar melalui rambut-rambut akar, yang menyediakan permukaan untuk
penyerapan yang amat luas. Pada beberapa tanaman, ketika akar menyerap air dari
tanah dan mengangkutnya ke dalam xylem akar, air dalam xylem akan
membentuk tekanan positif atau tekanan akar. Intensitas transpirasi sangat
dipengaruhi oleh kadar karbondioksida di dalam ruangan interseluler, cahaya,
suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, dan keadaan air dalam tanah.
Air yang masuk kedalam tumbuhan meninggalkan daun dan batang
sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan transpirasi. Kemungkinan kehilangan
air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi,
tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang
melalui stomata. Sebagian besar dari jaringan yang terdapat dalam daun secara
langsung terlibat dalam transpirasi. Pada waktu transpirasi, air menguap dari
permukaan sel palisade dan mesofil bunga karang ke dalam ruang antar sel. Dari
ruang tersebut uap air berdifusi melalui stomata ke udara. Air yang hilang dari
dinding sel basah ini diisi air dan protoplas. Persediaan air dari protoplas, pada
gilirannya, biasanya diperoleh dari gerakan air dari sel-sel sekitarnya, dan
akhirnya tulang daun, yang merupakan bagian dari sistem pembuluh yang meluas
ke tempat persediaan air dalam tanah. Sebatang tumbuhan yang tumbuh di tanah
dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem percabangan, satu di bawah dan satu
lagi di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini dihubungkan oleh sebuah sumbu
utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem yang ada dalam tanah
terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati hemisfer tanah yang besar.
Akar-akar terkecil terutama yang menempati bagian luar hemisfer tersebut.
Karena sumbu yang menghubungkan akar dan daun memungkinkan air mengalir
dengan tahanan wajar, maka tidak dapat dielakkan lagi bahwa air akan mengalir
6
sepanjang gradasi tekanan air yang membentang dari tanah ke udara dalam tubuh
tumbuhan. Oleh karena itu seluruh tumbuhan dapat dibandingkan dengan sumbu
lampu, yang menyerap air dari tanah melalui akar, mengalirkannya melalui batang
dan kemudian menguapkannya ke udara dari daun-daun. Aliran air ini dikenal
dengan istilah alur transpirasi, merupakan konsekuensi struktur tumbuhan dalam
hubungannya dengan lingkungan.
Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian
besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh
xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom
berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar
ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas
melalui arus transportasi.
Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya,
suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini
mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh
perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium
(K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun
dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju
transpirasi tersebut dapat digunakan potometer.
Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan
dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu
bahkan mati. Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang
melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada
saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara
untuk berfotosintesis.
Potensial air suatu sistem menunjukkan kemampuannya untuk melakukan
kerja dibandingkan dengan kemampuan sejumlah murni yang setara, pada tekanan
atmosfer dan pada suhu yang sama. Potensial osmotik larutan bernilai negatif,
karena air pelarut dalam larutan itu melakukan kerja kurang dari air murni. Kalau
tekanan pada larutan meningkat, kemampuan larutan untuk melakukan kerja (jadi,
potensial-air larutan) juga meningkat.
7
Pemasukan air dari dalam tanah ke dalam jaringan tanaman melalui sel-sel
akar secara difusi dan osmosis. Pertumbuhan juga bergantung pada pengambilan
air dan banyak hal dalam hubungan air tumbuhan bergantung pada interaksi
antara sel dengan lingkungan. Tumbuhan memang merupakan sistem yang
dinamis dan sangat rumit, fungsi yang satu berinteraksi dengan fungsi yang lain.
Dengan kata lain, tumbuhan adalah sistem multidimensi.
Air diperlukan oleh tanaman untuk mengangkut unsur-unsur hara dan zat-
zat terlarut lain di dalam tanaman dan untuk produksi gula pada proses
fotosintesis, darimana tanaman memperoleh energi untuk pertumbuhan dan
menjadi dewasa. Sebagian besar air digunakan dalam proses transpirasi. Apabila
air hilang ke dalam atmosfer melalui transpirasi melebihi dari air yang diserap
tanaman dari tanah, maka air akan hilang dari sel-sel tanaman sehingga sel
tanaman kehilangan tegangan turgor dan akhirnya tanaman menjadi layu. Setiap
gejala kelayuan pada tanaman dapat dijadikan petunjuk bahwa pertumbuhan
tanaman akan terhenti. Pertumbuhan akan tergantung pada tegangan turgor yang
memungkinkan sel-sel baru terbentuk.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati pengaruh kadar
garam yang berbeda-beda terhadap penyerapan kadar air dan pertumbuhan.
C. Metode Praktikum
1. Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Dasar Kampus
F7, Universitas Gunadarma.
2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah kecambah kacang hijau
(Phaseolus radiatus) yang berumur 2 minggu, larutan NaCl 0,03 M; 0,05 M; dan
0,1 M; larutan CaCl 0,1 M; dan 0,2 M dan air. Alat yang digunakan adalah botol
selai, penggaris, spidol, kapas, penutup dan alat tulis.
8
3. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
1. Menyiapkan larutan CaCl dengan kadar 0,01 M; 0,2 M dan NaCl dengan
kadar 0,03 M; 0,05 M; 0,1 M
2. Mengisikan larutan pada botol selai masing-masing 200 ml.
3. Mengambil bibit tanaman Phaseolus radiatus, megukur panjang batas
diatas kotiledon kemudian memasukkan kedalam botol hingga akarnya
terendam larutan dan bibit ditahan dengan kapas dan karton penutup.
4. Memberi tanda pada permukaan atas larutan dan mengamati tiap 2 hari
sekali. Menambahkan dengan air jika larutannya berkurang sehingga
larutan kembali ke kedudukan semula.
5. Mengamati perubahan morfologi hingga hari ke-10.
9
PRAKTIKUM III
UNSUR HARA ESENSIAL UNTUK PERKEMBANGAN TUMBUHAN
A. Pendahuluan
Beraneka ragam unsur dapat ditemukan di dalam tubuh
tumbuhan tumbuhan, tetapi tidak berarti bahwa seluruh unsur-unsur tersebut
dibutuhkan tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya. Beberapa unsur yang
ditemukan didalam tubuh tumbuhan malah dapat mengganggu metabolesme atau
meracuni tumbuhan, sebagai contoh adalah beberapa jenis logam berat seperti
Al,Cl,Ag, Pb.
Sebelum diuraikan tentang berbagai macam jenis unsur-unsur hara
esensial dan fungsinya bagi tumbuhan, adalah jika tumbuhan tidak dapat
melengkapi daur hidupnya (sampai menghasilkan biji yang dapat tumbuh) apabila
unsur tersebut tidak tersedia. Unsur tersebut merupakan penyususn suatu molekul
atau bagian tumbuhan yang esensial bagi kelangsungan hidup tumbuhan tersebut.
Misalnya nitrogen sebagai penyususn protein dan Mg sebagai penyusun klorofil.
Berdasarkan perbedaan konsentrasinya yang dianggap berkecukupan
dalam jaringan tumbuhan, maka unsur hara esensial dibedakan menjadi unsur
makro dan mikro. Yang tergolong unsur makro adalah unsur esensial dengan
konsentrasi 0.1% (1000 ppm) atau lebih, sedangkan unsur dengan konsentrasi
kurang dari 0.1 % digolongkan sebagai unsur mikro. Berdasarkan batasan ini
maka yang tergolong unsur makro adalah C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S. Unsur-
unsur Cl, Fe, B, Mn, Zn, Cu, dan Mo tergolong unsur mikro.
Zat – zat anorganik di dalam tumbuhan mengandung lebih dari 50 unsur
kimia. Dalam mempelajari komposisi kimiawi tumbuhan, kita harus membedakan
unsur esensial dari unsur yang hanya ada begitu saja didalam tumbuhan. Unsur
kimiawi dianggap unsur esensial hanya jika dibutuhkan oleh tumbuhan untuk
menyelesaikan siklus hidupnya dan menghasilkan generasi yang lalu. Untuk
mennentukan unsur – unsur kimiawi mana yang esensial para peneliti
menggunakan kultur hidroponik yang menumbuhkan tanaman didalam larutan
mineral bukan di dalam tanah. penelitian– penelitian semacam itu telah membantu
mengidentifikasi 17 unsur esensial yang dibutuhkan oleh semua tumbuhan kultur
10
hidroponik juga digunakan dalam sekala kecil untuk menumbuhkan beberapa
tanaman rumah kaca. Sembilan unsur esensial disebut makronutrient karena
tumbuhan memerlukan unsur–unsur tersebut dalam jumlah besar. Enam
diantarannya adalah komponen utama senyawa-senyawa organik yang
membentuk struktur tumbuhan Carbon, Oksigen, Hidrogen, Fosfor, Nitrogen dan
Sulfur. Ketiga makronutrient yang lain adalah kalium, kalsium, dan magnesium.
Diantara semua nutrient mineral nitrogen adalah penyumbang yang paling besar
bagi pertumbuhan tumbuhan dan hasil panen. Tumbuhan memerlukan nitrogen
sebagai komponen protein, asam nukleat, klorofil, dan molekul-molekul organik
penting lainnya.
Delapan unsur esensial yang lain disebut mikronutrien karena tumbuhan
membutuhkan unsur-unsur tersebut dalam jumlah kecil mereka adalah klorin,
besi, mangan, boron, zeng, tembaga, nikel, dan molibaenum pada beberapa kasus,
natrium, mungkin merupakan mikronutrient esensial kesembilan. Tumbuhan yang
menggunaka jalur-jalur fotosintesis C-4 dan CAM membutuhkan ion-ion natrium
untuk meregenerasi fossorpenolpiruvat, yang merupakan penerima CO2 pada
kedua tipe fiksasi karbon ini.
Fungsi utama mikronutrien didalam tumbuhan adalah sebagai kofaktor,
yaitu pembantu nonprotein pada reaksi-reaksi enzimatik. Besi, misalnya,
merupakan komponen logam sitokrom,yaitu protein-protein yang terdapat dalam
rantai transfor elektron kloroplas dan mitokondria. Tumbuhan memerlukan
mikronutrient dalam jumlah kecil karena unsur tersebut umumnya memainkan
peran-peran katalitik. Kebutuhan terhadap molibdenum, misalnya sedemikian
kecil sehingga hanya ada satu atom dari unsur yang jarang ini bagi setiap 60 juta
atom hidrogen dalam material tumbuhan yang dikeringkan akan tetapi defisiensi
molubdenum atau mikronutrient yang lain dapat melemahkan atau membunuh
tumbuhan.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui respon tanaman
terhadap defisiensi unsur hara mikro dan unsur hara makro.
11
C. Metode Praktikum
1. Tempat
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Dasar Kampus
F7, Universitas Gunadarma.
2. Bahan dan Alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam adalah kecambah kacang
hijau, larutan unsur hara makro, larutan unsur hara mikro dan air. Alat-alat yang
digunakan adalah botol air mineral (600 ml), rockwool, cutter, flannel,
plaster/lakban berwarna, dan plastik
3. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Siapkan masing-masing unsur hara mikro dan makro yang diperlukan
Botol air mineral dibelah menjadi 2 bagian, lalu bagian bawah dilapisi
dengan plastik putih
Rockwool dipotong sesuai dengan tutup botol, letakkan rockwool dan kain
flanel yang telah dipotong panjang pada mulut botol (botol bagian atas)
dengan posisi terbalik
Isi bagian bawah diisi dengan nutrisi dengan perlakuan :
o Tanpa unsur hara
o Unsur hara mikro 300 ppm
o Unsur hara makro 300 ppm
o Unsur hara mikro dan makro 300 ppm
Kecambah kacang hijau diletakkan diatas rockwool dan amati
pertumbuhan dan perkembangannya setiap hari selama 2 minggu. Catat
gejala – gejala yang timbul akibat defisiensi unsur hara.
Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm),
dan jumlah daun (helai).
12
PRAKTIKUM IV
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN SUHU TERHADAP
LAJU PERTUMBUHAN
A. Pendahuluan
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan yang
dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun
atau klorofil. Selain tumbuhan berklorofil, makhluk hidup non-klorofil lain yang
berfotosintesis adalah alga dan beberapa jenis bakteri. Organisme ini
berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida, dan air serta
bantuan energi cahaya matahari.
Pada tumbuhan tingkat tinggi, biasanya kloroplas terbatas pada sel-sel
batang muda, buah-buah belum matang, dan daun. Daun inilah yang merupakan
pabrik fotosintesis sebenarnya pada tumbuhan. Irisan melintang melalui daun
yang khas menyingkap beberapa lapisan-lapisan jaringan yang berbeda-beda.
Permukaan atas daun tertutup selapis sel tunggal yang menyusun epidermis atas.
Sel-sel ini sedikit atau tidak memiliki kloroplas. Karena itu, agak transparan dan
membiarkan sebagian besar cahaya yang mengenainya melewati sel-sel di
bawahnya. Sel-sel tersebut juga mengeluarkan suatu zat yang transparan seperti
lilin yang dinamakan kutin. Bahan membentuk kutikula, yang berfungsi sebagai
penghalang lembab di permukaan atas daun tersebut, jadi mengurangi hilangnya
air dari daun.
Faktor utama yang menentukan laju fotosintesis adalah :
1. Intensitas cahaya. Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
2. Konsentrasi karbon dioksida. Semakin banyak karbon dioksida di udara,
makin banyak jumlah bahan yang dapt digunakan tumbuhan untuk
melangsungkan fotosintesis.
3. Suhu. Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat
bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat
seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
13
4. Kadar air. Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup,
menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju
fotosintesis.
5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis). Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat
berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau
bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
6. Tahap pertumbuhan . Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh
lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan
dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan
lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
Cahaya bagi tumbuhan hijau akan dimanfaatkan dalam proses fotosintesis
pada reaksi terang yang akan menghasilkan energi dan hasil sampingan berupa O2
(gelembung udara) . Dalam percobaan ini bertujuan untuk mengamati seberapa
besar pengaruh intensitas cahaya terhadap jumlah oksigen yang dihasilkan, hal ini
dikarenakan oksigen dapat diamati secara kasat mata dan dapat dengan mudah
dihitung volumenya. Namun jika dalam percobaan dikaitkan dengan faktor suhu,
maka yang akan menjadi faktor pembatas adalah intensitas cahaya, jika dalam
jumlah kecil akan menimbulkan pengaruh terhadap jumlah oksigen yang
dikeluarkan.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk melihat pengaruh suhu dan intensitas
cahaya terhadap laju fotosintesis dengan mengukur banyaknya O2 yang
dikeluarkan.
C. Metode Praktikum
1. Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Dasar Kampus
F7, Universitas Gunadarma.
2. Bahan dan Alat
14
Bahan dan alat yang digunakan adalah gelas kimia, tabung reaksi, corong,
lux meter, stopwatch, Hydrilla sp dan Air.
3. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Memotong pangkal batang tanaman Hydrilla sp.
Memasukka tanaman tersebut ke dalam corong, kemudian
memasukkannya ke dalam gelas kimia yang berisi air.
Menyelupkan tabung reaksi ke dalam gelas kimia tepatnya pada batang
corong.
Menempatkannya pada lingkungan yang teduh dan di bawah sinar
matahari lansung, kemudian menghitung jumlah gelembung yang
dihasilkan tiap 5 menit selama 25 menit.
Membandingkan jumlah gelembung gas yang dihasilkan pada tanaman
yang diletakkan pada tempat yang teduh dengan tanaman yang berada di
bawah sinar matahari.
15
PRAKTIKUM V
UJI PENGARUH BIOLOGIS 2,4 D PADA TUMBUHAN
A. Pendahuluan
2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) adalah herbisida sistemik yang
umum untuk digunakan dalam mengontrol gulma yang tumbuh dalam tanaman
pertanian. Herbisida ini merupakan jenis terbanyak yang digunakan di seluruh
dunia. Tidak hanya itu, 2,4-D dikenal sebagai salah satu jenis auksin sintetik
yang penting. Biasanya digunakan dalam penelitian laboratorium untuk menguji
berbagai tumbuhan dan sebagai suplemen pada sel tumbuhan di dalam media
kultur seperti MS Medium. Selain sebagai herbisida, 2,4-D juga berfungsi
sebagai zat pengatur tumbuh yang bila digunakan dalam konsentrasi rendah akan
merangsang dan menggiatkan pertumbuhan tanaman. Sebaliknya apabila
digunakan dalam konsentrasi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan
bahkan dapat mematikan tanaman. Senyawa ini memiliki sifat yang selektif pada
gulma, sehingga dapat mematikan gulma tetapi tanaman pokok yang
dibudidayakan tidak terganggu.
Sebagai salah satu senyawa yang masuk ke dalam grup hormon auksin,
maka 2,4-D dapat bekerja maksimum untuk pembelahan dan pembesaran sel
serta pembentukan akar stek bila diberikan dalam konsentrasi rendah. Herbisida
jenis 2,4 -D ini tergolong ideal, karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya
: relatif murah, tidak meninggalkan racun pada hewan, tidak menyebabkan
karatan, tidak mudah terbakar dan mudah diencerkan dalam pengaplikasiannya.
Senyawa 2,4-D sangat ampuh untuk membasmi gulma berdaun sempit pada
lahan persawahan.
B. Tujuan Praktikum
Menentukan konsentrasi efektif 2,4-D sebagai herbisida dengan
menggunakan kurva respon tumbuh akar terhadap logaritma konsentrasi 2,4-D.
C. Metode Praktikum
16
1. Tempat
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Urban
Horticulture, Kampus F7 Universitas Gunadarma.
2. Bahan dan Alat
2,4 D auksin
Tanaman timun
3. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Akar tanaman timun di berikan 2,4 D
4. pengamatan
Panjang akar
17
PRAKTIKUM VI
PENGHAMBAT TUNAS LATERAL DAN DOMINASI TUNAS APIKAL
A. Pendahuluan
Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk(puncak) batang.
Dominasi apikal dan pembentukan cabang lateral dipengaruhi oleh keseimbangan
konsentrasi hormon. Dominasi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas
pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Selama masih ada tunas
pucuk/apikal, pertubuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari
pucuk. Dominasi apikal disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke
bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal ini akan menghambat
pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Pucuk
apikal merupakan tempat memproduksi auksin ( Dahlia 2001).
Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang,
akar dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk mengatur pemanjangan sel
didaerah belakang meristem ujung. Menurut Hopkins (1995), auksin merupakan
hormon pertama yang ditemukan dan disintesis dalam batang, akar apeks dan
ditransportasikan di aksis tanaman. hormon auksin diproduksi secara endogen
pada bagian pucuk tanaman. Dominasi apikal biasanya ditandai dengan
pertumbuhan vegetatif tanaman seperti, pertumbuhan akar, batang dan daun.
Dominasi apikal dapat dikurangi dengan mendorong bagian pucuk tumbuhan
sehingga produksi auksin yang disintesis pada pucuk akan terhambat bahkan
terhenti. Hal ini akan mndorong pertumbuhan tunas lateral(ketiak daun). Auksin
yang terhenti dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi
dengan Lanolin untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya (Salisbury & Ross
1995).
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah Meneliti pengaruh Auksin terhadap
pertumbuhan tunas lateral
C. Metode Praktikum
18
1. Tempat
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Urban
Horticulture, Kampus F7 Universitas Gunadarma.
2. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah lanolin, IAA dan tanaman
semangka.
3. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Pangkas tunas lateral pada tanaman semangka
Berikan lanolin dan IAA pada pangkasan tunas lateral
19
PRAKTIKUM VII
INISIASI AKAR
A. Pendahuluan
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan
menggunakan sebagian batang, akar atau daun tanaman untuk ditumbuhkan
menjadi tanaman baru. Untuk stek diambil dari semak (pohon kecil), dipilih
cabang belum berkayu terlampau keras. Panjang stek 5 cm – 10 cm. Semak akan
diambil steknya yang dapat hidup dengan subur, berbunga bagus serta lebat.
Proses pertumbuhan akar adventif terdiri atas tiga bagian difresiasi sel
yang diikuti dengan terbentuknya sel-sel meristem (inisiasi akar), diffrensiasi sel-
sel meristem tadi sampau terbentuk priomordia akar dan munculnya akar-akar
baru. Tipe-tipe dari sistem perakaran memiliki jenis dan perbedaan pada tanaman.
Namun secara garis besar ada dua tipe sistem perakaran yaitu primary root system
dan adventitious root system.
Pembentukan akar dipengaruhi oleh adanya auksin. Auksin pada akar
lebih cepat dibandingkan dengan batang, tetapi konsentrasi auksin distimulasi
untuk batang dapat menghambat pertumbuhan akar. Cara menyemaikan stek
batang adalah cabang dipilih sepanjang 10 cm – 15 cm, beberapa daun disisakan
untuk merangsang pertumbuhan akar dan batang-batang setelah disemaikan dalam
pot atau kantung plastik lalu diselubungi plastik bening, atau dapat juga pot-pot
itu dimasukkan ke dalam kotak kayu yang bertutup.
Keberhasilan perbanyakan tanaman hanya ditentukan oleh langkah-
langkah yang tepat dalam melaksanakan metode pembiakan. Faktor terpenting
yang harus mendapat perhatian adalah ketersediaan air, suhu udara, suhu media,
cahaya dan ketersediaan unsur hara essensial bagi tanaman. Peranan daun pada
stek cukup besar, karena daun melakukan proses assimilasi dan hasil assimilasi
tentu dapat mempercepat pertumbuhan akar. Tetapi dalam jumlah daun yang
terlalu banyak akan menghambat pertumbuhan akar stek, oleh karena penguapan
yang cukup besar.
20
Dari semua jenis zat penagtur tumbuh yang sangat evektif untuk
pertumbuhan akar adalah golongan Auksin-Asam Indol-3 Asetat (IAA)
diidentifikasikan pada tahun 1934 sebagai senyawa alami yang menunjukkan
aktivitas auksin yang dapat mendorong pertumbuhan akar adventif. Auksin adalah
hormon tumbuhan pertama yang diketahui. Auksin disintesis dari asam amino
triprofan pada daerah pertumbuhan aktif dari pada tanaman. Auksin umumnya
dibentuk pada tanaman. Konsentrasi tertinggi hormon ini terletak pada ujung
cokoptil, ujung akar dan ujung batang. Auksin berfungsi untuk pertumbuhan
daun, meningkatkan pembungaan dan pembentukan akar.
Inisiasi akar pada umumnya diatur oleh adanya akusin. Daerah tergenerasi
akar terletak pada absisat batang yang dipotong mengikuti perpindahan polar
auksin menuju proses akhir fisiologi, yang letaknya lebih dekat pada ujung
tanaman. Auksin berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan sel, fototropisme,
geotropisme, dominansi pucuk, pemunculan akar, partenokarpi, absisi sel,
pembentukan kalus, bahkan respirasi. Namun, adapula sel yang tidak memerlukan
auksin untuk melangsungkan pertumbuhan.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan stek
tanaman pada Bougenville (Bougenvillea spectabillis Wild.) pada konsentrasi zat
pengatur tumbuh yang berbeda.
C. Metode Praktikum
1. Tempat
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Dasar, Kampus
F7 Universitas Gunadarma.
2. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah batang bunga bougenville, top soil,
pasir, plastik transparan, tali plasti, label nama, polibag wadah tanam dan larutan
Rootone-F. Alat yang digunakan adalah gunting, pisau, beaker glass, plastik,
gembor dan cangkul.
21
3. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Dipilih cabang tanaman yang baik, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda
sepanjang ± 20 cm.
Direndam cabang bagian bawah dengan larutan Rootone-F selama
beberapa menit.
Diisi media kedalam polibag yaitu campuran topsoil dan pasir dengan
perbandingan 2:1 selama beberapa menit.
Ditanama bahan stek, disiram sedikit air.
Ditanam dengan disungkup dengan plastik transparan.
Diikat dengan tali plastik.
Diamati pertumbuhan tanaman setiap minggu.