12
BAB 1 PENDAHULUAN Penyakit trofoblastik gestasional adalah sekelompok penyakit yang berasal dari korion janin. Ini termasuk mola sempurna atau parsial, tumor plasenta trofoblastik gestasional, koriokarsinoma, dan mola invasif. Kehamilan mola secara histologis ditandai dengan kelainan vili korionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola biasanya terletak di rongga uterus, namun kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium. Mola hidatidosa merupakan bentuk jinak dari penyakit trofoblas gestasional dan dapat mengalami transformasi menjadi bentuk ganasnya yaitu koriokarsinoma. 1,2 Di negara-negara barat dan Amerika, mola terjadi pada 1 dari 1000-15000 kehamilan. Mola hidatidosa ditemukan secara tidak sengaja pada sekitar 1 dari 600 abortus terapeutik. Pada negara Asia, jumlah kehamilan mola lebih banyak 15 kali dibandingkan yang ada di Amerika Serikat. Jepang dilaporkan mempunyai 2 kasus dari 1000 kehamilan. Pada daerah timur Asia, beberapa sumber memperkirakan jumlah kehamilan mola hingga 1 kasus dari 120 kehamilan. Frekuensi kehamilan mola tertinggi ditemukan di Mexico, Iran, dan Indonesia. 1 Pada pasien dengan mola hidatidosa, 20% kasus berkembang menjadi keganasan trofoblastik. Setelah mola 1

MOLA HIDATIDOSA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MOLA HIDATIDOSA

BAB 1

PENDAHULUAN

Penyakit trofoblastik gestasional adalah sekelompok penyakit yang berasal dari

korion janin. Ini termasuk mola sempurna atau parsial, tumor plasenta trofoblastik

gestasional, koriokarsinoma, dan mola invasif. Kehamilan mola secara histologis ditandai

dengan kelainan vili korionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat

bervariasi dan edema stroma vilus. Mola biasanya terletak di rongga uterus, namun

kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium. Mola hidatidosa merupakan

bentuk jinak dari penyakit trofoblas gestasional dan dapat mengalami transformasi

menjadi bentuk ganasnya yaitu koriokarsinoma. 1,2

Di negara-negara barat dan Amerika, mola terjadi pada 1 dari 1000-15000

kehamilan. Mola hidatidosa ditemukan secara tidak sengaja pada sekitar 1 dari 600

abortus terapeutik. Pada negara Asia, jumlah kehamilan mola lebih banyak 15 kali

dibandingkan yang ada di Amerika Serikat. Jepang dilaporkan mempunyai 2 kasus dari

1000 kehamilan. Pada daerah timur Asia, beberapa sumber memperkirakan jumlah

kehamilan mola hingga 1 kasus dari 120 kehamilan. Frekuensi kehamilan mola tertinggi

ditemukan di Mexico, Iran, dan Indonesia. 1

Pada pasien dengan mola hidatidosa, 20% kasus berkembang menjadi keganasan

trofoblastik. Setelah mola sempurna berkembang, invasi uterus terjadi pada 15% pasien

dan metastasis terjadi pada 4% kasus. Tidak ada kasus koriokarsinoma yang dilaporkan

berasal dari mola parsial, walaupun pada 4% pasien dengan mola parsial dapat

berkembang penyakit trofoblastik gestasional persisten nonmetastatik yang

membutuhkan kemoterapi. 1,3

Mola hidatidosa lebih sering terjadi pada puncak umur reproduktif. Wanita pada

umur remaja muda atau premenopausal yang paling beresiko. Wanita dengan umur 35

tahun keatas memiliki peningkatan resiko 3 kali lipat. Wanita lebih tua dari 40 tahun

mengalami peningkatan sebanyak 7 kali lipat dibandingkan wanita yang lebih

mudah. Seberapa banyak partus sepertinya tidak mempengaruhi resiko. 1

1

Page 2: MOLA HIDATIDOSA

BAB 2

ISI

2.1 Definisi

Tumor jinak dari trofoblas dan merupakan kehamilan abnormal di mana fetus

tidak ditemukan tetapi hanya gelembung dan jaringan mola itu saja. Gelembung-

gelembung itu sebenarnya adalah villi korialis yang berisi cairan sehingga tegang

dan berbentuk buah anggur. 2,3

2.2 Faktor Resiko

Etiologi dari mola belum diketahui secara pasti namun terdapat beberapa faktor-faktor

yang dapat memicu terjadinya mola. Antaranya adalah, kelainan pada ovum yaitu ada

ovum yang dihasilkan oleh ovari tidak mempunyai nucleus. Keadaan social ekonomi

yang rendah sehingga ibu tidak mendapatkan nutrisi yang secukupnya. Selain itu, parietas

yang tinggi, kekurangan protein dan juga infeksi virus juga merupakan salah satu faktor

resiko terjadinya mola. 3

2.3 Gejala dan tanda klinis

Anamnesis 3,4

Mola sempurna : Presentasi klinis yang tipikal pada kehamilan mola sempurna telah

berubah dengan ditemukannya ultrasonografi resolusi tinggi. Kebanyakan mola

sekarang dapat didiagnosis pada trimester pertama sebelum onset gejala dan tanda

muncul.

Perdarahan pervaginam: Gejala yang paling sering terjadi pada mola sempurna yaitu

perdarahan pervaginam. Jaringan mola terpisah dari desidua dan menyebabkan

perdarahan. Uterus dapat menjadi membesar akibat darah yang jumlahnya besar dan

cairan merah gelap dapat keluar dari vagina. Gejala ini terjadi pada 97% kasus

mola hidatidosa.

2

Page 3: MOLA HIDATIDOSA

Hiperemesis: Pasien juga melaporkan mual dan muntah yang hebat. Ini diakibatkan

peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (HCG).

Hipertiroidisme: Sekitar 7% pasien juga datang dengan takikardia, tremor, dan kulit

hangat

Mola Parsial : Pasien dengan mola parsial tidak memiliki manifestasi klinis yang

sama pada mola sempurna. Pasien ini biasanya datang dengan tanda dan gejala yang

mirip dengan aborsi inkomplit atau missed abortion.

Denyut jantung janin tidak dijumpai

Penemuan Fisik 3

Mola sempurna: Ukuran yang tidak sesuai dengan umur gestasi. Pembesaran uterus

lebih besar daripada biasanya pada usia gestasi tertentu merupakan tanda yang

klasik dari mola sempurna. Pembesaran tidak diharapkan disebabkan oleh

pertumbuhan trofoblastik berlebih dan darah yang tertampung. Namun, pasien yang

datang dengan ukuran sesuai dengan umur kehamilan bahkan lebih kecil tidak

jarang ditemukan.

Preeklampsia: Sekitar 27% pasien dengan mola sempurna mengalami toxemia

ditandai oleh adanya hipertensi (tekanan darah [BP] >140/90 mm Hg), proteinuria

(>300 mg/d), dan edema dengan hyperreflexia. Kejang jarang terjadi..

Kista teka lutein: Merupakan kista ovarium dengan diameter lebih besar dari 6cm

dan diikuti dengan pembesaran ovarium. Kista ini biasanya tidak dapat dipalpasi

pada pemeriksaan bimanual namun dapat teridentifikasi dengan USG. Pasien

biasanya mengeluhkan nyeri pelvis. Karena adanya peningkatan ukuran ovarium,

terdapat resiko torsi. Kista ini berkembang akibat adanya kadar beta-HCG yang

tinggi dan kadarnya biasanya menurun setelah mola

Mola Parsial: Lebih sering tidak memperlihatkan tanda fisik. Paling sering

ditemukan dengan USG. Pembesaran uterus dan preeklampsia dilaporkan terjadi

hanya pada 3% kasus. Kista Teka lutein, hiperemesis, and hipertiroidism jarang

terjadi.

3

Page 4: MOLA HIDATIDOSA

Mola Kembar: Gestasi kembar dengan mola sempurna dan janin dengan plasenta

normal telah dilaporkan. Kasus bayi lahir dengan sehat (dengan kembar mola) pada

keadaan seperti ini juga pernah dilaporkan. Wanita dengan gestasi normal dan mola

beresiko untuk menjadi persisten dan cenderung dapat bermetastasis. Mengakhiri

kehamilan merupakan pilihan yang direkomendasikan. Kehamilan dapat dilanjutkan

selama status maternal stabil, tanpa perdarahan, tirotoksikosis, atau hipertensi berat.

Pasien sebaiknya diberi tahu mengenai resiko dari morbiditas maternal akibat

komplikasi mola kembar. Diagnosis genetic prenatal melalui sampling chorionic

villus atau amniosentesis direkomendasikan untuk mengevaluasi kariotip fetus.

2.4 Pemeriksaan penunjang 4,5

Pemeriksaan Laboratorium

Kadar beta-HCG kuantitatif: Kadar HCG lebih besar dari 100,000 mIU/mL

mengindikasikan pertumbuhan trofoblastik sehat dan meningkatkan kecurigaan

bahwa diagnosis kehamilan mola dapat disingkirkan. Terjadi peningkatan kadar

HCG yang lebih dari biasanya daripada yang diperkirakan untuk tahap gestasinya.

Darah Rutin: Anemia merupakan komplikasi medis yang umum, dapat juga terjadi

koagulopati.

Waktu perdarahan: Pemeriksaan fungsi ini untuk menyingkirkan diagnosis

koagulopati dan mengatasinya jika ditemukan.

Pemeriksaan fungsi hati

Pemeriksaan Blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin

Tiroksin: Walaupun wanita dengan kehamilan mola biasanya secara klinis eutiroid,

kadar tiroksin plasma biasanya meningkat dari angka normal untuk kehamilan.

Hipertiroidisme dapat menjadi gejala utama.

Serum inhibin A dan activin A: Serum inhibin A dan activin A telah

memperlihatkan peningkatan 7 hingga 10 kali lebih besar pada kehamilan mola

dibandingkan dari kehamilan normal pada usia kehamilan yang sama. Adanya

4

Page 5: MOLA HIDATIDOSA

penurunan inhibin A dan activin A setelah pengangkatan mola dapat berguna untuk

memonitor remisi. 

Gambaran Radiologi

Ultrasonografi merupakan baku emas untuk mengidentifikasi baik mola sempurna

maupun parsial. Gambaran khas, dengan menggunakan teknologi USG pada

umumnya, yaitu adanya pola badai salju (Snowstorm) mengindikasikan vili korionik

yang hidropik. USG resolusi tinggi memperlihatkan adanya massa kompleks

intrauterin yang mengandung banyak kista-kista kecil.

Ketika kehamilan mola di diagnosa, pemeriksaan thoraks x-ray sebaiknya

dilakukan. Paru-paru merupakan tempat metastasis paling utama terjadinya tumor

trofoblastik

Gambaran Histologik

Mola Sempurna: Jaringan fetus tidak ditemukan dan proliferasi trofoblastik berat,

hidropik villi, dan kromosom 46,XX or 46,XY didapatkan. Sebagai tambahan,

mola sempurna memperlihatkan peningkatan ekspresi (dibandingkan dengan

plasenta normal) dari beberapa faktor pertumbuhan termasuk c-myc, epidermal

growth factor, dan c-erb B-2.

Mola Parsial: Jaringan fetus biasanya ditemukan dalam bentuk amnion dan sel

darah merah janin. Hidropik villi dan proliferasi trofoblastic juga ditemukan.

2.5 Penatalaksanaan 4,5

Perawatan Medis

Menstabilkan kondisi pasien

Transfusi jika anemia.

Mengkoreksi koagulopati.

5

Page 6: MOLA HIDATIDOSA

Menangani hipertensi

Penanganan Operasi

Evakuasi uterus dengan dilasi dan kuretase selalu penting dilakukan.

Induksi Prostaglandin atau okstosin tidak direkomendasikan karena peningkatan

resiko perdarahan dan sekuele malignansi.

Okstosin intravena sebaiknya dimulai bersamaan dengan pelebaran serviks dan

dilanjutkan setelah operasi untuk mengurangi kemungkinan perdarahan.

Pertimbangan untuk menggunakan formula uterotonik lainnya (eg, Methergine,

Hemabate) juga telah terjamin

Distress pernapasan biasanya diamati pada saat operasi. Ini mungkin disebabkan

oleh emboli trofoblastik, Cardiac output yang tinggi disebabkan anemia, atau cairan

berlebihan (iatrogenik). Distress sebaiknya ditangani secepat mungkin dibantu

dengan ventilasi dan pengawasan

Follow up

Perawatan lanjut pasien rawat jalan

Jangka waktu follow up setelah kehamilan mola masih dalam investigasi. ACOG

(American College of Obstetrician and Gynecologist) merekomendasikan : 

Pemeriksaan kuantitatif kadar Beta-HCG serial sebaiknya dilakukan

Lakukan pada 48 jam pertama setelah evakuasi uterus kemudian setiap 2

minggu sampai kadarnya dalam angka normal.

Kadarnya biasanya menurun secara konsisten dan jarang meningkat.

Jika kadarnya mencapai angka normal, periksa setiap bulan selama satu

tahun

6

Page 7: MOLA HIDATIDOSA

Peningkatan kadar sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan foto thoraks dan

pemeriksaan pelvis untuk mendeteksi dini metastasis.

Kontrasepsi direkomendasikan selama 6 bulan hingga satu tahun setelah evakuasi

Pasien dengan kehamilan mola parsial atau sempurna sebelumnya memiliki 10 kali

lipat resiko untuk terkena mola kedua pada kehamilan berikutnya. Evaluasi semua

kehamilan berikutnya lebih dini dengan USG.

2.6 Komplikasi

Perforasi uterus selama kuretase suction biasanya terjadi karena uterus besar dan

tipis. Jika perforasi diketahui, prosedur sebaiknya diselesaikan dengan bantuan

laparoskopik. Perdarahan merupakan komplikasi yang sering terjadi selama evakuasi

kehamilan mola. Karena alasan ini, oksitosin intravena sebaiknya dilakukan sebelum

memulai prosedur. Methergine dan/atau Hemabate sebaiknya tersedia. Golongan darah

pasien sebaiknya telah diketahui untuk mempersiapkan sekiranya dibutuhkan transfusi.

Penyakit trofoblastik malignan terjadi pada 20% kehamilan mola. Karena alasan ini,

pemeriksaan hCG kuantitatif serial dilakukan selama 1 tahun pasca-evakuasi sampai

hasilnya negative. Faktor pertumbuhan yang dilepaskan oleh jaringan molar memiliki

aktifitas fibrinolitik. Semua pasien sebaiknya diperiksa untuk kemungkinan terjadinya

disseminated intravascular coagulopathy (DIC). Emboli trofoblastik dipercaya merupakan

penyebab dari insufisiensi pernapasan akut. Faktor resiko terbesar adalah uterus lebih besar

daripada yang diharapkan untuk umur gestasi 16 minggu. Keadaan ini dapat fatal. 1,4,5

2.7 Prognosis

Dengan diagnosis dibuat secara dini dan dengan penatalaksanaan yang tepat,

kematian dari mola hidatiformis pada saat ini belum dilaporkan. Sekitar 20% wanita dengan

mola sempurna mengalami malignansi trofoblastik, Malignansi trofoblastik gestasional

100% dapat disembuhkan. Faktor klinis yang dikaitkan dengan resiko malignansi yaitu

umur tua pada saat kehamilan, kadar HCG yang meningkat (>100,000 Miu/Ml), eklampsia,

hiperthyroidisme, dan kista teka lutein bilateral. Kebanyakan dari faktor ini

mengindikasikan adanya proliferasi trofoblastik. Memprediksi siapa yang akan

7

Page 8: MOLA HIDATIDOSA

mendapatkan penyakit trofoblastik gestasional masih sulit dilakukan, dan penatalaksanaan

sebaiknya tidak hanya berdasarkan dari adanya faktor resiko tersebut. 2,5

DAFTAR PUSTAKA

1. Ash Monga; Gynaecology By Ten Teachers; Hodder Arnold; 18th Edition; 2006;

United Kingdom; 99-101.

2. Dr. M. Sved, Dini Hui and Doug McKay, Tracy Chin; Gynecology; MCCQE

2002 Review Notes; 2002; 45-46.

3. Goldstein D. P., Berkowitz R. S.; Gestational trophoblastic disease; Abeloff M.

D., Armitage J. O., Niederhuber J. E., Kastan M. B., McKenna W. G., Abeloff’s

Clinical Oncology. 4th edition; Elsevier Churchill Livingstone; Philadelphia;

2008.

4. Kavanagh J. J., Gershenson D. M., Gestational trophoblastic disease:

Hydatidiform Mole, Nonmetastatic and Metastatic Gestational Trophoblastic

Tumor: Diagnosis and Management; Katz V. L., Lentz G. M., Lobo R. A.,

Gershenson D. M., Comprehensive Gynecology. 5th edition; Mosby Elsevier;

Philadelphia, 2007.

5. Copeland L. J., Landon M. B.. Malignant diseases and pregnancy. Gabbe S.G.,

Niebyl J. R., Simpson J. L., Obstetrics - Normal and Problem Pregnancies. 5th

edition; Elsevier Churchill Livingstone; Philadelphia, 2007.

8