45
MONITORING HEMODINAMIK Ns. Hj. Suratminah, S.Kep

Monitoring Hemodinamik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Monitoring Hemodinamik

MONITORING HEMODINAMIK

Ns. Hj. Suratminah, S.Kep

Page 2: Monitoring Hemodinamik

MEKANIKA PEMANTAUAN HEMODINAMIK Pengertian

Hemodinamik menurut Guyton (1994) adalah bagian yang mempelajari prinsip – prinsip fisika aliran darah dalam pembuluh darah dan jantung.

Jantung mendorong darah ke dalam aorta, melebarkannya dan menimbulkan tekanan di dalamnya. Tekanan ini kemudian mendorong darah melalui arteri, arteriol, kapiler, venula, vena dan akhirnya kembali ke jantung.

Selama manusia tetap hidup, aliran darah yang melalui lingkaran yang sambung menyambung ini tidak akan pernah berhenti.

Status hemodinamika seseorang akan dimunculkan dalam bentuk tanda dan gejala yang mampu menggambarkan proses hemodinamika dalam tubuh.

Tanda dan gejala yang dapat diamati sebagai gambaran status hemodinamika antara lain adalah tekanan darah dan denyut jantung / nadi

Page 3: Monitoring Hemodinamik

Tekanan Darah

Tekanan dalam suatu pembuluh darah merupakan tekanan yang bekerja terhadap dinding pembuluh tersebut.

Tekanan ini berusaha melebarkan pembuluh karena pembuluh darah memang dapat dilebarkan.

Selain itu tekanan menyebabkan darah keluar dari pembuluh darah melalui setiap lubang, yang berarti tekanan darah normal yang cukup tinggi dalam arteri akan memaksa darah mengalir dalam arteri kecil, kemudian melalui kapiler dan akhirnya masuk ke vena. Jadi tekanan darah penting untuk mengalirkan darah dalam lingkaran sirkulasi

Page 4: Monitoring Hemodinamik

Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju serta kekentalan darah.

Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan

disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat

jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan

sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar 100/60 samapi 140/90 mmHg.

Rata – rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg

Page 5: Monitoring Hemodinamik

PENGUKURAN TEKANAN DARAH Untuk mendapatkan nilai tekanan darah seseorang, maka

perlu dilakukan pengukuran tekanan darah. Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak

langsung. Pada metode langsung kateter arteri dimasukan ke dalam

arteri kemudian diukur tekannannya. Pengukuran tidak langsung dilakukan dengan sifigmomanometer dan stetoskop.

Dengan menggunakan stigmomanometer dan stetoscop tersebut dapat ditentukan nilai tekanan sistolik maupun tekanan diastoliknya.

Sfigmomanometer terdiri dari manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset

Page 6: Monitoring Hemodinamik

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN DARAH

Ada beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu :

1) Umur

2) Latihan

3) Stres

4) Suku

5) Kegemukan

6) Jenis Kelamin

7) Pengobatan

8) Variasi Diurnal

9) Proses Penyakit

Page 7: Monitoring Hemodinamik

NADI Nadi merupakan gelombang/denyutan yang dihasilkan oleh adanya

kontraksi ventrikel kiri jantung. Jantung merupakan suatu pompa denyut dan darah masuk ke arteri

pada setiap denyutan jantung yang menyebabkan tekanan nadi dan denyut nadi.

Pada umumnya denyutan nadi merupakan gambaran representasi dari stroke volume dan kemampuan mengembang dari arteri.

Stroke volume merupakan kandungan darah yang masuk ke dalam arteri setiap kontraksi ventrikel.

Normalnya jantung mengosongkan sekitar 70% volume pada setiap kontraksi ventrikel , yaitu sekitar 70 ml darah pada orang dewasa yang sehat.

Sedangkan kemampuan mengembang dari arteri merupakan distensibilitas dari arteri, yaitu kemampuan untuk berkontraksi dan ekspansi

Page 8: Monitoring Hemodinamik

PEMERIKSAAN NADI

Pemeriksaan nadi sering dilakukan dengan menggunakan metode palpasi atau auskultasi .

Metode palpasi dilakukan dengan meletakan tiga jari pada area apeks jantung atau pada area arteri yang ingin dilakukan pemeriksaan.

Demikian halnya dengan auskultasi biasnya dengan meletakan stetoscop pada area apeks jantung.

Saat memeriksa nadi faktor – faktor yang perlu dikaji antara lain adalah kecepatan, irama ,kualitas, konfigurasi gelombang nadi, dan kualitas pembuluh darah itu sendiri .

Page 9: Monitoring Hemodinamik

FAKTOR – FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI DENYUT NADI Frekuensi nadi dimunculkan dalam bentuk denyutan setiap menit. Frekuensi denyutan nadi bervariasi menyesuaikan dengan masing –

masing faktor – faktor. Perawat harus mendukung setiap faktor berikut ini ketika melakukan

pengkajian denyut nadi klien. Faktor – faktor tersebut antara lain : 1. Umur 2. Jenis kelamin3. Latihan4. Demam5. Pengobatan 6. Perdarahan7. Stress8. Perubahan posisi

Page 10: Monitoring Hemodinamik

Status hemodinamik tekanan darah dan frekuensi denyut nadi sangat dipengaruhi oleh aktivitas hormonal dan persyaratan.

Menurut ganong(2001) syaraf otonom simpatis membuat vasokontriksi arteriol dan vena serta meningkatkan frekunesi denyut jantung dan isi sekuncup melepaskan muatan dengan cara tonik, dan tekanan darah disesuaikan dengan variasi kecepatan muatan tonik ini.

Selanjutnya vasodilatasi jantung dan pembuluh darah juga diatur oleh system otonom parasimpatis.

Simpatis dan parasimpatis bekerja secara berlawanan dalam rangka memperoleh penyesuaian frekuensi denyut jantung dan tekanan darah.

Page 11: Monitoring Hemodinamik

Aktivitas simpatis dan parasimpatis pada jantung dan pembuluh darah tidak terlepas dari pengaruh aktivitas hormon epeneprin dan norepineprin (adrenalin) .

Peningkatan sekresi hormon ini akan mengiduksi dan mengeksitasi syaraf simpatis untuk melakukan vasokontriksi sehingga terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung yang diikuti oleh penyusuaian peningkatan tekanan darah.

Page 12: Monitoring Hemodinamik
Page 13: Monitoring Hemodinamik

Tempat Kanulasi Kateter arteri umumnya diletakan pada arteri radial

bahkan pada anak – anak, karena sirkulasi kolateral pada tangan di supply oleh arteri ulnar. Tempat ini juga memungkinkan perawatn dan akses yang lebih mudah.

Arteri lainnya mungkin juga dapat digunakan untuk memonitor arteri secara invasif meliputi arteri brachial, axila, femur, dorsalis pedis dan pada bayi baru lahir yaitu arteri umbilikal.

Page 14: Monitoring Hemodinamik

Kanulasi Arteri Radialis Tekniknya mudah Mempunyai sirkulasi

kolateral yg baik Komplikasi tidak

sering terjadi

Page 15: Monitoring Hemodinamik
Page 16: Monitoring Hemodinamik

16

Komponen:1. Transducer Merubah energi mrekanik ke sinyal

elektronik.

2. Continuos washing system Cairan saline (NaCl 0,9%) dalam

kantong bertekanan (300mmHg) atau infusion pump.

3. Proximal stopcock Digunakan untuk seting “Zero”.

4. Connection ke catheter Transfer pressure nadi dari caterer ke

transducer

5. Distal stopcock Digunakan untuk mengambil sampel

darah..

2

4 5

1

3

INTRAVASCULAR PRESSURE MONITORING

Page 17: Monitoring Hemodinamik

KOMPLIKASIISKEMI. Iskemi terjadi akibat emboli, trombus, atau spasme arteri

merupakan komplikasi utama dari monitor arteri secara langsung.

Hal ini terlihat dengan adanya pucat pada bagian distal dari tempat pemasangan dan biasanya diikuti dengan nyeri dan parestesia.

Iskemi dapat mengakibatkan nekrosis jaringan jika kateter tidak di ubah posisi atau diangkat

Trombosis dapat dicegah dengan cara irigasi secara terus – menerus dengan heparin.

Tetapi harus diingat bahwa bagaimana tindakan flusing ini dapat mengakibatkan emboli cerebral

Page 18: Monitoring Hemodinamik

PERDARAHAN Perdarahan adalah mungkin jika saluran tidak

tersambung atau jika keran terbuka, oleh karena itu selang sebaiknya tetap diatas papan tempat tidur sehingga dapat diobservasi.

Perdarahan dan hematoma pada tempat penusukan dapat terjadi khususnya jika kateter dimasukan melalui sebuah jarum. Tempat penusukan sebaiknya di kaji secara teratur ketika kateter terpasang.

Page 19: Monitoring Hemodinamik

INFEKSI Seperti semua pemasangan selang, adanya

kateter arteri meningkatkan resiko terjadinya infeksi.

Derajat infeksi meningkat secara dramatik setelah 4 hari kateterisasi dan ini berkaitan secara langsung dengan bagaimana perawatan selang dan tranduser seperti frekuensi ganti balutan, ganti selang dan perubahan larutan.

Page 20: Monitoring Hemodinamik
Page 21: Monitoring Hemodinamik

TEKANAN ARTERI NORMAL Normalnya tekanan arteri pada orang dewasa

sekitar 120/80 mmHg dan meningkat secara bertahap sesuai usia.

Perkiraan kasar untuk batas atas dari tekanan sistolik normal didapatkan dengan cara menambahkan 100 untuk usia pasien.

Tekanan sistolik lebih tinggi dari 160 dan diastolik lebih tinggi dari 90 dianggap hipertensi.

Page 22: Monitoring Hemodinamik

MENURUNNYA TEKANAN ARTERI Menurunnya tekanan arteri akibat hipovolemi cairan

atau kehilangan darah, selama gagal jantung dan shock, dan vasodilatasi.

Tekanan diastolik harus diamati secara hati – hati selama pemberian vasodilator seperti sodium nitrpruside yang mungkin dapat mengurangi tekanan diastolik lebih cepat daripada tekanan sistolik atau tekanan rata – rata.

Page 23: Monitoring Hemodinamik

MENINGKATNYA TEKANAN ARTERI

Tekanan arteri meningkat dengan perbaikan pada sirkulasi volume dan fungsi, stimulus simpatik, vasokonstriksi, dan pemberian vasopressor.

Pemberian agen inotropik mungkin dapat atau tidak meningkatkan tekanan darah.

Jika sebuah obat inotropik positif dapat mempengaruhi dalam mengatasi tidak adekuatnya oksigenasi atau hipovolemi tekanan mungkin dapat jatuh.

Sebagai tambahan, jika agen inotropik menyebab vasodilatasi (isoproterenol) tekanan mungkin tetap atau turun

Page 24: Monitoring Hemodinamik

TEKANAN NADI Tekanan nadi merupakan perbedaan antara

tekanan sistolik dan diastolik. Penurunan tekanan nadi merupakan satu dari

tanda pertama tidak adequatnya volume. Sebaliknya peningkatan tekanan nadi

merupakan tanda awal perbaikan volume

Page 25: Monitoring Hemodinamik

BENTUK GELOMBANG TEKANAN ARTERI Bentuk gelombang tekanan arteri sebaiknya terlihat

dengan dicrotic notch yang menunjukan penutupan katup aorta.

Jika dicrotic notch tidak terlihat, tekanannya tidak akurat dan jumlahnya lebih rendah dari tekanan sebenarnya.

Dicrotic notch yang menghilang pada beberapa pasien ketika tekanan sistolik turun dibawah 50 – 60 mmHg, tapi hal ini biasanya berkaitan dengan kesulitan mendengar dan meraba cuff tekanan.

Page 26: Monitoring Hemodinamik

Gelombang tekanan arteri dapat berupa konfigurasi yang berbeda. Bagian samping kiri dari gelombang, tekanan menjadi lurus dan

bahkan mencapai titik yang tinggi ketika terdapat peningkatan sirkulasi catecholamin yang dapat menyebabkan peningkatan respon inotropik.

Sebuah gelombang sempit dan tinggi juga terlihat pada pasien dengan gangguan aorta (hipertensi).

Pada pasien ini tekanan diastolik mungkin juga menurun, menghasilkan bentuk komplex yang tinggi dan sempit.

Meningkatnya stroke volume akan meningkatkan tekanan nadi (meningkatnya sistolik dan menurunnya tekanan diastolik) walaupun penampilan visual dari bentuk gelombang yang hampir sama.

Meningkatnya denyut jantung dan resistensi perifer (PVR) meningkatkan tekanan diastolik. Dengan kata lain, vasodilatasi yang menurunkan PVR dapat menyebabkan tekanan diastolik jatuh di bawah 50 mmHg

Page 27: Monitoring Hemodinamik

Pengukuran tekanan darah arteri secara infasif atau langsung dilakukan dengan memasukan kateter kelumen pembuluh darah arteri dan disambungkan ke sistem transducer.

Tekanan intra arteri melalui kateter akan dikonversi menjadi sinyal elektrik oleh tranducer lalu disebar dan diteruskan pada osciloskope, kemudian diubah menjadi gelombang dan nilai digital yang tertera pada layar monitor

PENGUKURAN TEKANAN DARAH ARTERI SECARA INFASIF ATAU LANGSUNG

Page 28: Monitoring Hemodinamik

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TEKANAN ARTERI

Curah jantung Resistensi perifer Elstisitas pembuluh arteri Volume darah Viskositas darah Berat badan Umur Aktivitas Emosi

Page 29: Monitoring Hemodinamik

INDIKASI PEMANTAUAN TEKANAN

DARAH ARTERI SECARA INVASIF 1. Monitor tekanan darah invasif diperlukan pada pasien dengan

kondisi kritis atau pada pasien yang akan dilakukan prosedur operasi bedah mayor sehingga apabila ada perubahan tekanan darah yang terjadi mendadak dapat secepatnya dideteksi dan diintervensi, atau untuk evaluasi efek dari terapi obat – obat yang telah diberikan

a) Prosedur operasi bedah mayor seperti : bedah thorax, bedah saraf, bedah laparotomy, bedah vascular.

b) Pasien dengan status hemodinamik tidak stabil

c) Pasien yang mendapat terapi vasopressor dan vasodilator

d) Pasien yang terpasang IABP

e) Pasien yang tekanan intrakranialnya di monitor secara ketat.

f) Pasien dengan hipertensi krisis, dengan overdiseksi aneurisma aorta

Page 30: Monitoring Hemodinamik

2. Pemeriksaan serial analisa gas darah a) Pasien dengan gagal nafas

b) Pasien yang terpasang ventilasi mekanik

c) Pasien dengan gangguan asam basa (asidosis / alkalosis)

d) Pasien yang sering dilakukan pengambilan sampel arteri secara rutin

Page 31: Monitoring Hemodinamik

KONTRA INDIKASI RELATIF PADA PEMANTAUAN TEKANAN DARAH ARTERI SECARA INFASIF

1) Pasien dengan perifer vascular disease

2) Pasien yang mendapat terapi antikoagulan atau terapi trombolitik

3) Penusukan kanulasi arteri kontraindikasi relatif pada area yang mudah terjadi infeksi, seperti area kulit yang lemah, mudah berkeringat, atau pada area yang sebelumnya pernah dilakukan bedah vascular

Page 32: Monitoring Hemodinamik

LOKASI PEMASANGAN KATETER ARTERI Lokasi penempatan kateter intraarteri meliputi arteri

radialis, brachialis, femoralis, dorsalis pedis, dan arteri axilaris.

Pertimbangan penting pada penyeleksian lokasi insersi kateter meliputi, adanya sirkulasi darah kolateral yang adekuat, kenyamanan pasien, dan menghindari area yang beresiko tinggi mudah terjadi infeksi

Page 33: Monitoring Hemodinamik

LOKASI PEMASANGAN KATETER ARTERI

Page 34: Monitoring Hemodinamik

PEMASANGAN MONITOR

Page 35: Monitoring Hemodinamik

I. PENGERTIAN

Suatu tata cara yang dilakukan terhadap pasien untuk memonitoring status koordinamik (TTV) dalam 24 jam

Page 36: Monitoring Hemodinamik

II. TUJUAN

Agar segera diketahui perubahan status hemodinamik (TTV) baik terjadi peningkatan atau penurunan sehingga dapat segera ditangani

Page 37: Monitoring Hemodinamik

III. PROSEDUR

PERSIAPAN 1. Pasien

2. Elektroda 3 buah

3. Bed side monitor

Page 38: Monitoring Hemodinamik

CARA KERJA

Pasien diberitahu (kalau sadar) Buka pakaian pasien terutama daerah dada Pasang elektroda pada bagian dada : RA (Rightarm →

warna merah ), LA (Left arm → warna kuning) LL (Left leg → warna hijau )

Sambungkan kabel ke steker listrik Sambungkan kabel groun ke ground Tekan tombol “ Power “ untuk memasukan arus listrik ke

mesin Sambungkan kabel pasien dengan elektrode sesuai dengan

posisinya & manset tensimeter

Page 39: Monitoring Hemodinamik

Tekan tombol on untuk menghidupkan mesin Bila layar sudah terbuka setting limite HR, RR, TD. Hidupkan system “ alarm “ Lihat gambar irama jantung (nadi), SaO2, RR & angka

nadi SaO2 & RR sampai muncul Tekan tombol on untuk mengukur tekanan darah.

Tunggu monitor merekam s/d muncul angka systole & dyastole

Rapikan posisi & baju pasien Catat / dokumentasikan TTV ke dalam lyst ICU setiap

jam.

Page 40: Monitoring Hemodinamik
Page 41: Monitoring Hemodinamik
Page 42: Monitoring Hemodinamik
Page 43: Monitoring Hemodinamik
Page 44: Monitoring Hemodinamik
Page 45: Monitoring Hemodinamik