Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MORAL KONFUSIANISME
DALAM PENDIDIKAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI JEPANG
NIHON NI OKERU SHOUGAKKOU NO HEIJYUN NO KYOUIKU DE NO
JUKYOU NO DOUTOKU
SKRIPSI
Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh:
NURUL IZMI AZIZI
120708013
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Universitas Sumatera Utara
MORAL KONFUSIANISME
DALAM PENDIDIKAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI JEPANG
NIHON NI OKERU SHOUGAKKOU NO HEIJYUN NO KYOUIKU DE NO
JUKYOU NO DOUTOKU
SKRIPSI
Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh:
NURUL IZMI AZIZI
120708013
Pembimbing I Pembimbing II
Drs.Yuddi Adrian Muliadi,M.A Prof. Hamzon Situmorang,M.S,Ph.D
NIP. 19600827199 1031 004 NIP. 19580704 1984 12 1 001
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh:
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Medan
Medan, Oktober 2016
Departemen Sastra Jepang
Ketua
Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum
NIP. 19600919 1988 03 1 001
Universitas Sumatera Utara
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Karena berkat
limpahan rahmad dan Karunia-Nya kepada penulis yang sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul. “Moral Konfusianisme dalam
Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar di Jepang”.
Skripsi ini di selesaikan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh
gelar sarjana S-1 Sasta Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Dalam proses pengerjaan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan , dan kesalahan di berbagai sisi baik itu dalam hal tulisan, tata bahasa
maupun proses analisis yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi skripsi
ini sehingga skripsi ini lebih bermanfaat dan berguna kedepannya.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu demi kelancarannya proses pengerjaan
skripsi ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
terutama kepada:
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum selaku ketua program S-1 Sastra
Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Yuddi Adrian M, M.A, selaku dosen pembimbing I yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran –saran
Universitas Sumatera Utara
ii
dan pengarahan kepada penulis dari awal penulisan sehingga terselesainya
skripsi ini.
4. BapakProf. Hamzon Situmorang,M.S,Ph.D, selaku dosen pembimbing II
yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
saran –saran dan pengarahan kepada penulis.
5. Seluruh Staf Pengajar Departemen/ Program Studi S-1 Sastra Jepang
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara, yang telah memberikan
masukan dan ilmu yang bermanfaat.
6. Terima kasih yang tak terhingga kepada orang tuaku yang tercinta yaitu
Ayahanda Ferry Syarief dan Ibunda Irma Kartika yang tidak bosan-
bosannya mendoakan, dan memberikan dorongan, nasehat, dukungan baik
moril maupun materil sehingga penulis termotivasi untuk mengerjakan
skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini nantinya dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca dan pengguna skripsi ini khususnya mahasiswa Sastra Jepang
lainnya. Penulis berharap dengan membaca skripsi ini akan menumbuhkan
minat membaca khususnya membaca referensi budaya Jepang lainnya.
Medan,
Penulis
Nurul Izmi Azizi
(120708013)
Universitas Sumatera Utara
iii
Universitas Sumatera Utara
iv
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR…………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN………………………….…...……….…………………......1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………..…………......1
1.2 Rumusan Masalah…………………………….…….……...….3
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan……………………...………...…5
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori………….….……….....6
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………….…………10
1.6 Metode Penelitian……………………………………..……...11
BAB II PENDIDIKAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI JEPANG
DAN KONFUSIANISME JEPANG MODERN….…………….12
2.1 Pengertian dan Sistem Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar
di Jepang…………………………………………………...….12
2.2 Pendidikan Moral Tingkat Sekolah Dasar di Jepang ………...24
2.3 Pengertian Moral Konfusianisme…………………………......39
2.4 Konfusianisme Jepang Modern…………………………….....42
2.4.1.Hubungan Manusia dengan Manusia……………...…….46
2.4.2.Hubungan Manusia dengan Alam….……………………58
2.4.3.Hubungan Manusia dengan Dewa…………………..…..62
Universitas Sumatera Utara
v
BAB III MORAL KONFUSIANISME DALAM PENDIDIKAN
TINGKAT SEKOLAH DASAR DI JEPANG………….….…….64
3.1 Isi Moral Konfusianisme dalam Pendidikan Tingkat
Sekolah Dasar di Jepang…….…………………..…………....64
3.2 Metode Pengajaran Moral Konfusianisme Dalam Pendidikan
Moral Tingkat Sekolah Dasar di Jepang…………………..….79
3.2.1. Metode Pembelajaran Secara Lisan………….……........79
3.2.1. Metode Pembelajaran Menggunakan Buku …………....81
3.2.3. Metode Pembelajaran Ke Lingkungan ………………...83
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………………………………...….85
4.1 Kesimpulan…………………………………….………...……85
4.2 Saran…………………………………………………...……...87
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jepang merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi pentingnya
pendidikan. Ini terbukti dengan angka melek huruf yang hampir mencapai
keseluruhan masyarakat Jepang serta pencapaian prestasi berupa penghargaan
nobel kepada ilmuan dibidang pendidikan. Masyarakat Jepang sangat menjunjung
tinggi pendidikan sebagai alasan untuk memajukan bangsa dan
negara(Shibata,1989:107).
Machiavelli memahami pendidikan dalam rangka proses penyempurnaan
manusia secara terus-menerus. Ini terjadi karena secara kodrati manusia memiliki
kekurangan dan ketidak lengkapan. Baginya, intervensi manusia melalui
pendidikan merupakan salah satu cara bagi manusia untuk melengkapi apa yang
kurang dari kodratnya. Pendidikan dapat melengkapi ketidak sempurnaan dalam
kodrat alamiah manusia. Pendidikan adalah proses dimana masyarakat melalui
lembaga-lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi atau lembaga lainnya)
dengan sengaja mentrasnformasikan warisan budayanya yaitu pengetahuan, nilai-
nilai dan keterampilan dari generasi-kegenerasi (Siswoyo dkk, 2008:19).
Pemerintah jepang menerapkan pendidikan secara formal dengan sistem
wajib belajar sembilan tahun bagi setiap anak dan melarang adanya diskriminasi
ras, kepercayaan, jenis kelamin, status ekonomi atau asal-usul keluarga.
Pendidikan secara formal adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-
sekolah pada umumnya, memiliki jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari
Universitas Sumatera Utara
2
pendidikan dasar, menengah, sampai perguruan tinggi dan dilaksanakan dalam
waktu yang terus menerus (Luthfiana,2008:29).
Pendidikan secara formal diatur secara sistematis dalam kurikulum yang
memberi arahan kepada guru dan anak dalam proses pembelajaran. Kurikulum
adalah perangkat matapelajaran atau program pendidikan yang berisi rancangan
pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang
pendidikan (http://id.m.wikipedia.org/wiki/kurikulum).
Kurikulum sekolah di Jepang memiliki tiga aspek, yaitu subjek (kamoku),
pendidikan moral (dotoku-kyouiku), dan ekstrakulikuler. Dalam pendidikan moral
di Jepang terdapat berbagai aspek yang mempengaruhi, yaitu pendidikan moral
berdasarkan orientasi negara bagian Barat (Eropa dan Amerika), Shintoisme dan
Konfusianisme(Prayogo,2014:180).
Moral adalah ukuran baik buruk seseorang, baik sebagai pribadi maupun
sebagai warga masyarakat dan warga negara. Sedangkan pendidikan moral adalah
pendidikan untuk menjadikan anak manusia bermoral dan bermanusiawi (Suseno,
1998:115).
Pendidikan moral di Jepang di ajarkan pada tingkat Sekolah Dasar dan
Sekolah Lanjut Tingkat Pertama. Dalam pendidikan moral terdapat nilai moral
yang dianggap baik buruk dan bertujuan untuk memberikan pengajaran
berdasarkan kepada pedoman masyarakat Jepang. Nilai moral tersebut
dipengaruhi oleh nilai-nilai moral Shintoisme dan Konfusianisme.
Konfusianisme adalah salah satu bentuk kepercayaan yang berasal dari Cina
merupakan kumpulan kata-kata bijak dari seorang pemikir terkenal bernama
Khong Fu Tzu (Kong Hu Chu) yang artinya “Guru Bermarga Khong” yang pada
Universitas Sumatera Utara
3
dasarnya bukan merupakan bentuk kepercayaan ataupun agama. Didalam
Konfusianisme mengajarkan filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika
manusia sehingga bisa hidup secara harmonis(Hutabarat ,2007: 4).
Masyarakat Jepang modern masih menggunakan ajaran Konfusianisme
sebagai nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. Konfusianisme juga
membentuk karakter masyarakat Jepang yang bermoral dan berdedikasi tinggi
terhadap negara.Ini tidak terlepas dari peran pendidikan yang menjembatani
pengajaran moral Konfusianisme melalui pendidikan moral yang diajarkan di
Sekolah Dasar di Jepang.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis bermaksud meneliti
adanya keterkaitan antara ajaran moral Konfusianisme dengan pendidikan formal
khususnya pada tingkat Sekolah Dasar di Jepang, melalui skripsi yang berjudul
Moral Konfusianisme dalam Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar di Jepang.
1.2 Perumusan Masalah
Masyarakat Jepang dikenal sebagai masyarakat yang bermoral dan beretika.
Sebagai contoh, masyarakat Jepang sangat kaku dan merendahkan diri sendiri
merupakan sikap penghormatan terhadap orang lain. Penerapan moral tidak hanya
terdapat pada bidang sosial saja, tetapi moral juga terdapat pada bidang politik,
ekonomi serta pendidikan.
Di Jepang tidak mengenal pendidikan agama. Pendidikan agama bertujuan
untuk mengatur pola prilaku dan moral anak. Pendidikan agama terintergrasi
dalam pendidikan moral di Jepang. Dalam pendidikan moral di Jepang terdapat
berbagai aspek yang mempengaruhi, yaitu pendidikan moral berdasarkan orientasi
Universitas Sumatera Utara
4
negara bagian Barat (Eropa dan Amerika), Shintoisme dan Konfusianisme
(Prayogo, 2014:180).
Konfusianisme dalam kehidupan Jepang modern membawa dampak yang
sangat besar terhadap interpretasi moralitas masyarakat Jepang. Dalam
konfusianisme terdapat ajaran-ajaran menjadi ukuran yang dianggap baik atau
buruk dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak terlepas dari berbagai bidang
yang berhubungan dengan ajaran Konfusianisme. Contohnya adalah pada
pendidikan moral tingkat Sekolah Dasar di Jepang.
Pendidikan moral di tingkat Sekolah Dasar di Jepang selalu menanamkan
pada anak-anak bahwa hidup tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam
bermasyarakat. Anak-anak diajarkan sistem moral melalui empat aspek, yaitu
menghargai diri sendiri, menghargai orang lain, menghargai lingkungan dan
keindahan, serta menghargai kelompok dan komunitasnya. Keempat aspek
tersebut berlandaskan kepada tiga agama yang mempengaruhi pembentukan moral
bangsa Jepang salah satunya Konfusianisme. Moral yang diajarkan berupa
penaklukan diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Filsofi ini sangat
mempengaruhi serta menjadi inti dari sistem nilai di Jepang. Hal ini yang di
ajarkan sejak mereka berada di tingkat Sekolah Dasar (http :// taufikdjatna. staff.
ipb. ac.id /2013 /05/04/ sekolah-di-jepang-vs-sekolah-di -indonesia/).
Oleh karena itu, penulis merumuskan masalah berdasarkan uraian latar
belakang sebagai berikut:
1. Bagaimana isi moral Konfusianisme dalam pendidikan tingkat Sekolah
Dasar di Jepang?
Universitas Sumatera Utara
5
2. Bagaimana metode pengajaran moral Konfusianisme dalam pendidikan
tingkat Sekolah Dasar di Jepang?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Agar masalah yang dibahas lebih terarah, penulis membatasi ruang
lingkup pembahasan, sehingga dapat dengan mudah menganalisa topik
permasalahan.
Dalam penelitian ini, pembahasan akan difokuskan pada ajaran moral
Konfusianisme dalam pendidikan formal khususnya pendidikan moral yang
diajarkan di tingkat Sekolah Dasar di Jepang. Untuk mendukung pembahasan,
pada Bab II akan di kemukakan mengenai pendidikan moral tingkat Sekolah
Dasar di Jepang, serta ajaran moral Konfusianisme dalam kehidupan masyarakat
Jepang modern.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
a. Tinjauan Pustaka
Pendidikan memegang peranan penting dalam membekali masyarakat
Jepang. Pada masa sebelum Perang Dunia ke II (senzen) semboyan Jepang
adalah adalah futokyouhei yang bermakna “negara kaya, militer kuat” sehingga
militer memegang peranan penting dalam pendidikan Jepang. Setelah masa
Perang Dunia ke II (sengo) orientasi Jepang adalah untuk mengejar
koudokeiseichou yang mengacu pada perkembangan ekonomi yang pesat serta
membentuk pendidikan yang turut menyesuaikan.
Universitas Sumatera Utara
6
Sistem pendidikan modern Jepang sesuai dengan adminitrasi birokratis yang
terdiri dari penerapan peraturan umum secara pasti terhadap pegawai-pegawai
yang bekerja menurut kemampuan dan wewenang resminya, pemerintah Jepang
membentuk Monbukagakushou yakni Kementrian Pendidikan, Kebudayaan,
Olahraga, dan Teknologi, untuk selanjutnya akan disebut sebagai Kementrian
Pendidikan Jepang. Kementrian ini membentuk sebuah sistem pendidikan formal
yang tetap dengan mengadaptasi model pendidikan Amerika. Sistem pendidikan
tersebut berbentuk 6-3-3-4, yakni 6 tahun untuk masa studi Sekolah Dasar
(Shougakkou), 3 tahun untuk masa studi Sekolah Menengah pertama
(chuugakkou), 3 tahun masa studi Sekolah Menengah Atas (Kotogakkou), dan 4
tahun untuk masa studi di Universitas (Daigaku). Selain itu di Jepang juga
terdapat Taman kanak-kanak, Sekolah Kejuruan (Senmongakkou) dan Sekolah
Luar Biasa untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Kementrian Pendidikan
Jepang membawahi secara langsung sekolah-sekolah negeri, dan memiliki
wewenang terbatas atas sekolah sekolah swasta yang dikelola secara pribadi oleh
pihak non-pemerintah. Kementrian juga memiliki wewenang untuk mengatur
kurikulum dan menyeleksi buku teks yang digunakan dalam proses belajar-
mengajar di seluruh sekolah Jepang, juga merubah atau merevisi isi pendidikan
sehingga selalu sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.
Menurut Bolton ( 2015 :37-40) Pendidikan moral tersebut terdapat dalam
buku kokoro no nooto yang diajarkan pada anak sekolah tingkat Sekolah Dasar
yang mana pada setiap bagian dalam buku tersebut menjadi panduan dalam
pendidikan moral yang dibagi menjadi berkaitan dengan diri sendiri, dengan
orang lain, berkaitan dengan lingkungan dan berkaitan dengan kehidupan sosial
Universitas Sumatera Utara
7
dan bermasyarakat. Hubungan tersebut membuktikan bahwa arah pembelajaran
dalam Kokoro no Nooto memiliki empat pilar yang bertema pendidikan sebagai
arahan dalam memberikan teori pembelajaran berdasarkan warna yang terpisah
dalam empat bagian, yaitu:
a. Menghargai diri
sendiri (ungu)
b. Menghargai
orang lain (kuning)
c. Menghargai alam
dan keindahan (hijau)
d. Menghargai
kelompok dan komunitasnya (biru)
Setiap subjek pembelajaran memiliki makna perluasan pada setiap jenis-
jenis pelajaran moral.
Tiga aspek yang mempengaruhi kebijakan pendidikan diantaranya
Shintoisme, Konfusianisme dan pengaruh Negara barat. Dalam jurnalnya,
tertulis hal yang berhubungan dengan pendidikan moral salah satunya
Konfusianisme. Kelompok traditionalis yang melihat ke sistem persekolahan
sebagai sarana untuk meningkatkan kesusilaan bangsa di kenal mengukir sejarah
panjang tentang pendidikan moral sebagai pokok pendidikan. Tradisi dan sejarah
Jepang, dan peranannya bagi masa depan masyarakat melalui aktivitas yang
kreatif (Japanese tradition and history, and to contribute to future society
through creative activities). Dalam kaitan dengan urbanisasi dan industrialisasi
yang cepat di Jepang, lingkungan mulai memburuk. Peluang untuk anak-anak
Universitas Sumatera Utara
8
untuk mengambil bagian di kelompok dan aktivitas yang kolektif menjadi
terbatas. Bersaamaan dengan itu,generasi lebih muda yang tertarik akan tradisi
Jepang dan kultur telah mengalami kemerosotan juga. Oleh karena itu beberapa
aspek di jadikan dasar sebagai awalpembentukan pendidikan moral salah
satunya Konfusianisme (Karyono, 2011:6).
Konfusianisme adalah salah satu bentuk kepercayaan yang berasal dari cina
merupakan kumpulan kata-kata bijak pdari seorang pemikir terkenal bernama
Khong Fu Tzu (Kong Hu Chu) yang artinya “Guru Bermarga Khong” yang pada
dasarnya bukan merupakan bentuk kepercayaan ataupun agama. Didalam
Konfusianisme mengajarkan filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga
etika manusia sehingga bisa hidup secara harmonis(Hutabarat,2007: 4).
b. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
sosiologi.Sosiologisecara sistematis meneliti mengenai kelompok dan
masyarakat serta gejala sosial yang saling berhubungan dansaling
mempengaruhi tindakan. Sosiologi tidak membahas individu , akan tetapi lebih
kepada gejala-gejala sosial yang berdasar pada penjelasan sejarah, peristiwa dan
kehidupan nyata(Richad dan Levine, 1995:5).
Dengan pendekatan ini peneliti dapat memaparkanmengenai masyarakat dan
gejala sosial yang saling berhubungan serta saling mempengaruhi. Gejala sosial
tersebut adalah perilaku masyarakat yang bermoral tentu saja berhubungan
dengan pendidikan moral yang diajarkan pada pendidikan tingkat Sekolah Dasar.
Pendidikan moral tingkat Sekolah Dasar selalu menanamkan pada anak-anak
Universitas Sumatera Utara
9
bahwa hidup tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat. Salah
satu contoh yaitu penaklukan terhadap diri sendiri demi kepentingan yang lebih
luas. Pemikiran ini berlandaskan pada tiga aspek yang mempengaruhi
pendidikan moral di Jepang salah satunya adalah Konfusianisme. Pendidikan
merupakan salah satu gejala sosial yang terjadi secara spontan dan menimbulkan
perubahan yang mengarah pada positif atau negatif. Oleh karena itu pendekatan
ini menjadi pedoman dalam meneliti Konfusianisme yang mempengaruhi
masyarakat Jepang yang bermoral diajarkan sejak masa studi tingkat Sekolah
Dasar.
Selain itu peneliti juga menggunakan pendekatan sosial budaya. Pendekatan
sosial budaya meneliti mengenai manusia dan gejala sosial budaya. Pendekatan
sosial budaya memerlukan data-data berupa pola interaksi sosial, kebudayaan
yang berintikan nilai-nilai pembangunan, serta lembaga-lembaga sosial yang
memenuhi kebutuhan dasar manusia dan kelompok sosial(Shri,2009:3).
Pendekatan ini mampu memberikan penjelasan mengenai moral
Konfusianisme yang merupakan hasil kebudayaan dari bangsa luar negara
Jepang dengan gejala sosial yang mengacu kepada perilaku masyarakat Jepang
yang bermoral di pengaruhi oleh pendidikan moral tingkat Sekolah Dasar. Data-
data berupa interaksi sosial yaitu ajaran moral konfusianisme dalam masyarakat
jepang dan pengajaran moral di tingkat Sekolah Dasar. Sedangkan data berupa
kebudayaan yang berintikan nilai pembangunan terdapat pada pendidikan moral
yang bertujuan untuk membangun masyarakat Jepang kearah yang lebih baik.
Kemudian pada lembaga-lembaga sosial yang memenuhi kebutuhan dasar
manusia mengacu pada lembaga pendidikan tingkat Sekolah Dasar di Jepang.
Universitas Sumatera Utara
10
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui isi moral Konfusianisme dalam pendidikan tingkat
Sekolah Dasar di Jepang.
2. Untuk mengetahui metode pengajaran moral Konfusianisme dalam
pendidikan tingkat Sekolah Dasar di Jepang.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Menambah pengetahuan mengenai isi moral Konfusianisme dalam
pendidikan tingkat Sekolah Dasar di Jepang.
2. Menambah wawasan mengenai metode pengajaran moral Konfusianisme
serta pendidikan tingkat Sekolah Dasar di Jepang.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian diperlukan untuk memecahkan masalah melalui
penemuan data-data, pembuktian informasi dan pengetahuan serta pengembangan
data untuk memperluas informasi.
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan secara
Universitas Sumatera Utara
11
sistematik dan fakta yang akurat mengenai karakteristik bidang tertentu.
Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian (Azwar, 1998:7).
Penulis juga menggunakan metode kepustakaan dalam mengumpulkan
informasi. Metode kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan
laporan-laporan yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan
dipecahkan (Nazir,1988:111).
Informasi juga didapatkan melalui internet, buku elektronik dan pencarian
data lainnya untuk mendukung data penelitian.
Universitas Sumatera Utara
12
BAB II
PENDIDIKAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI JEPANG DAN
KONFUSIANISME JEPANG MODERN
2.2 Pengertian dan Sistem Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar di Jepang
Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan
akhiran ‘an’, dari devinisi tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa pendidikan
mempunyai arti sebuah cara mendidik siswa atau memotivasi siswa untuk
berperilaku baik dan membanggakan. Bila dijelaskan secara spesifik, maka
devinisi pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran atau pembelajaran. atau dapat disimpulkan usaha sadar untuk
menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang (KBBI.web.id/pendidikan).
Sekolah Dasar merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal di
Jepang. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai
kelas 6. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke Sekolah
Menengah Pertama atau sederajat.
Sistem merupakan suatu strategi atau cara berpikir, sedangkan pendidikan
diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses
pembelajaran dan suasana belajar agar para pelajar di didik secara aktif dalam
mengembangkan potensi diri yang diperlukan masyarakat. Jadi sistem pendidikan
adalah suatu strategi atau cara yang akan dipakai untuk melakukan proses belajar
Universitas Sumatera Utara
13
mengajar untuk mencapai tujuan agar para pelajar tersebut dapat mengembangkan
potensi didalam dirinya. Sistem pendidikan tersebut bertujuan agar guru lebih
inovatif dalam proses pembelajaran regular di kelas. Sistem pendidikan di Sekolah
Dasar adalah suatu keseluruhan antara kompenen-kompenen pendidikan yang
saling terkait secara terpadu dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pendidikan. Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan
adalah sekolah dasar. Di sekolah inilah anak didik mengalami proses pendidikan
dan pembelajaran. Secara umum pengertian sekolah dasar merupakan institusi
pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar dan mendasari
proses pendidikan selanjutnya.
Metode pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu desain yang melukiskan
pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu dan
digunakan sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran guru dalam
melaksanakan aktivitas pembelajaran. Di harapkan dengan adanya metode
pembelajaran siswa Sekolah Dasar dapat mengembangkan gaya belajarnya di
sekolah sehingga dapat mengikuti proses pembelajaran formal dengan baik.
Tujuan pendidikan di jepang tertera pada rencana reformasi pendidikan pada
Tahun 2001 yang disebut dengan rainbow plan, yang berisi:
1. Mengembangkan kemampuan dasar skolastik siswa dalam model
pembelajaran yang menyenangkan. Ada tiga pokok arahan yaitu
pengembangan kelas kecil terdiri dari 20 anak pada setiap kelas,
pemanfaatan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dan
melaksanakan evaluasi nasional.
Universitas Sumatera Utara
14
2. Mendorong pengembangan kepribadian siswa menjadi pribadi yang hangat
dan terbuka melalui aktifnya siswa dalam kegiatan kemasyarakatan, juga
perbaikan mutu pembelajaran moral di sekolah.
3. Mengembangkan lingkungan belajar yang menyenangkan dan jauh dari
tekanan, diantaranya dengan kegiatan ekstra kurikuler olah raga, seni, dan
sosial lainnya.
4. Menjadikan sekolah sebagai lembaga yang dapat dipercaya oleh orang tua
dan masyarakat. Tujuan ini dicapai dengan menerapkan sistem evaluasi
sekolah secara mandiri, dan evaluasi sekolah oleh pihak luar, pembentukan
school councilor (dewan sekolah), komite sekolah yang beranggotakan
orang tua, dan pengembangan sekolah berdasarkan keadaan dan permintaan
masyarakat setempat.
5. Melatih guru untuk menjadi tenaga professional, salah satunya dengan
pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada
guru yang berprestasi, juga pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk
meningkatkan etos kerja guru, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap di
bidangnya.
6. Pengembangan Universitas bertaraf Internasional
7. Pembentukan filosofi pendidikan yang sesuai untuk menyongsong abad
baru, melalui reformasi konstitusi pendidikan (kyouiku kihon hou).
Hingga tahun 2007, ketujuh poin telah dilaksanakan secara simultan,
walaupun di beberapa bagian ada protes dari kalangan guru dan masyarakat
pemerhati pendidikan. Untuk mewujudkan ketujuh poin tersebut, praktik
pendidikan moral mencontoh dari Inggris atau Amerika, poin-poin yang diajukan
Universitas Sumatera Utara
15
benar-benar sesuai dengan problematika yang ada di
Jepang(https://murniramli .wordpress. com/2007/04 /06 /rainbow -plan-reformasi-
pendidikan-di-jepang/).
Agar dapat membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan bertingkah
laku baik, Departemen Pendidikan dan Teknologi Jepang (MEXT), mengeluarkan
kebijakan mengenai tujuan kegiatan belajar mengajar dan pendidikan moral di
Jepang. Kegiatan belajar-mengajar bertujuan untukmengembangkan ikiruchikara
(zest for living). Pelajaran dasar dalam pendidikan wajib 9 tahun terdiri atas
membaca, menulis, dan aritmatika, serta siswa diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah sendiri (problem-solving learning),
dan aktif dalam kegiatan sekolah, sehingga MEXT membuat standar bahwa
pelajaran harus dapat dipahami siswa, kegiatan sekolah harus menyenangkan bagi
siswa dan pendidikan moral harus dikembangkan.
Pada Sekolah Dasar, murid-murid akan diajarkan bahasa Jepang, pengenalan
lingkungan hidup, musik, menggambar, olahraga, kerajinan tangan, pelajaran-
pelajaran topik, ilmu-ilmu sains, aritmatika, homemaking, dan sosial. Pada
pelajaran mengenai ilmu sosial murid-murid Sekolah Dasar ini diberikan
pendidikan moral, berpartisipasi dalam aktivitas sosial, dan lain-lain. Pada
Sekolah Dasar dipimpin oleh seorang guru kelas yang menguasai seluruh mata
pelajaran yang akan diajarkan kepada para siswanya.
Jepang menerapkan wajib belajar 9 tahun. Rentang usia pendidikan dasar
umur 6 sampai 15 tahun. Wajib belajar sembilan tahun ditekankan oleh
pemerintah kepada semua penduduk yang tinggal di Jepang baik warga negara
Jepang maupun warga negara asing. Setiap orang tua yang mempunyai anak
Universitas Sumatera Utara
16
berusia 6-15 tahun harus menyekolahkan anaknya. Apabila terdapat orang tua
yang tidak menyekolahkan anaknya maka sanksi hukum dapat dikenakan kepada
orang tua tersebut. Sekolah Dasar di Jepang 97% adalah sekolah negeri. Biaya
pendidikan sebagian besar ditanggung pemerintah seperti biaya masuk, biaya
pengajaran dan buku sekolah dengan fasilitas sekolah yang lengkap. Orang tua
hanya menyediakan fasilitas lainnya seperti perlengkapan sekolah, makan siang
dan biaya piknik.
Lebih dari 99% anak-anak usia sekolah dasar di Jepang terdaftar di sekolah.
Semua anak memasuki kelas 1 pada usia 6 tahun. Sekolah dianggap sangat
penting dalam kehidupan seorang anak. Kegiatan belajar mengajar dimulai pukul
07:15 sampai dengan 15:00. Kebanyakan sekolah negeri tidak mengenakan
pakaian seragam namun harus mengenakan name tag atau papan nama pada saku
kiri baju sebagai tanda pengenal. Biasanya ada juga badge (lencana) di bahu kiri
yang membedakan tingkatan kelas berdasarkan warna,misalnya warna kuning
untuk murid kelas satu. Biasanya tas anak Sekolah Dasar dilengkapi dengan peluit
yang dibagikan gratis dari sekolah. Anak-anak diajarkan untuk meniup peluit saat
bertemu orang asing yang tidak dikenal yang mengganggu mereka.
Tujuan pendidikan dasar di Jepang adalah menyempurnakan karakter, karena
itu pendidikan Jepang menekankan pada etika, seni, olahraga, dan pengetahuan
umum. Pelajaran umum yang diberikan juga tidak mengacu kepada kurikulum,
namun disesuaikan dengan kondisilingkungan dan anak. Pengetahuan umum di
sekolah Jepang antara lain pelajaran menanam padi, koperasi atau pelajaran
koordinasi, dan seni. Pendidikan di sekolah dasar (SD) lebih menitikberatkan pada
pengembangan mental. Karena itu, pelajaran yang diberikan adalah ketrampilan,
Universitas Sumatera Utara
17
sosial (bersosialisasi dengan teman), rumah tangga, bahasa nasional, pelajaran
berhitung, pengetahuan alam (mengenal alam dan lingkungan), seni, dan olahraga.
Guru-guru di Jepang dalam proses belajar mengajar mengikuti teori-teori
psikologis mutakhir, memakai teori perkembangan otak bahwa anak-anak usia
sampai 10 tahun masih berfikir konkrit, belum bisa membayangkan sesuatu yang
abstrak. Sehingga misalnya mereka belajar matematika anak-anak benar-benar
diberi alat-alat sehingga mereka paham betul konsepnya berhitung itu seperti apa,
tidak hanya disuruh menghafal penjumlahan perkalian. Dalam mengajar banyak
menggunakan alat-alat, Drilling (PR kanji, hitungan dan membaca) dan
melakukan banyak diskusi di kelas. Dengan cara tersebut anak-anak yang aktif
berani mengungkapkan pendapatnya, misalnya ketika anak-anak belajar IPS
tentang sejarah kota x, maka anak-anak mencari data tentang kota tersebut,
kemudian didiskusikan bersama teman dan guru di kelas. Kegiatan-kegiatan lain
seperti undoukai (Festival Olah Raga), gakugekai, kunjungan ke tempat
pembuangan sampah, ensoku, open class (jugyosankan: orang tua diperbolehkan
melihat bagaimana anak-anak belajar di sekolah), lesson study (guru-guru
minimal 1 kali dalam setiap masa pengajaran mengadakan penelitian terhadap
kemampuan mengajarnya sendiri). Anak-anak kelas 4 ke atas, diberi tanggung
jawab, misalnya memimpin grup jalan kaki, mengatur pembagian makan
siang,membantu petugas perpustakaan, kegiatan seperti OSIS dan ekstrakulikuler.
Menurut Hafizah Nur (2011:6) Untuk pelajaran pada kelas 1 dan 2 yaitu:
1. Bahasa Jepang (setiap hari ada PR baca terutama untuk kelas1)
2. Matematika
Universitas Sumatera Utara
18
3. Pendidikan lingkungan hidup (seikatsuka), buku pelajaran seikatsukaini
hanya berupa gambar saja, karena memang pelajaran ini tidak diajarkan dari
membaca buku, tetapi harus mengalami langsung.
4. Musik
5. Ketrampilan
6. Olah raga
7. Moral (selain ada waktu khusus, pelajaran ini terintegrasi di setiap mata
pelajaran)
8. Kegiatan khusus (meliputi undokai, gakugekai, pendidikan nutrisi,
kesehatan , dan lain-lain)
Untuk kelas 1 SD pelajaran bahasa merupakan pelajaran yang sangat
penting, bukan hanya untuk mempelajari mata pelajaran, tetapi untuk mendalami
dan memahami buku bacaan, sehingga setiap hari PR (Pekerjaan Rumah) yang
harus mereka kerjakan adalah PR membaca. Mereka juga diajarkan cara membaca
yang baik, intonasi dan cara memenggal bacaan yang baik. Jadi mereka benar-
benar bisa mendalami isi bacaan. Dengan tidak mengajarkan bahasa Inggris
terlebih dahulu, di satu sisi mereka kuat dengan bahasa mereka, ilmunya
berkembang dalam bahasa Jepang, disisi yang lain ini menjadi kelemahan mereka,
lidahnya kaku terhadap bahasa lain. Banyak aktivitas langsung, tidak teoritis
terutama kelas 1 dan 2.
Untuk kelas 3 dan 4 mulai ada pelajaran IPA dan IPS, dan pelajaran
seikatsukadiganti dengan Integrated Learning.
1. Bahasa Jepang
2. Matematika
Universitas Sumatera Utara
19
3. IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam)
4. IPS ( Ilmu Pengetahuan Sosial)
5. Musik
6. Ketrampilan
7. Olah Raga
8. Moral
9. Integrated Learning
Dalam pelajaran ini anak-anak diajak memahami masalah di sekeliling
lingkungannya dan diajak mengatasi masalahnya. Misalnya pada sekolah yang
fokus pada Integrated Learningmempunyai program membersihkan sungai, maka
anak-anak disuruh mencari data-data tentang sungai tersebut, sejarah sungai,
bahwa dahulu orang-orang tergantung pada sungai itu, dan lain-lain. Jika sekarang
sungai itu kotor, maka bagaimana supaya sungai itu kembali bersih Anak-anak
diajak bersama-sama untuk mengatasi masalah tersebut. Mata pelajaran Integrated
Learningini bagus akan tetapi tidak semua sekolah mau menerima mata pelajaran
ini.
Untuk kelas 5 dan 6 yaitu:
1. Bahasa Jepang
2. IPS
3. Matematika
4. IPA
5. Musik
6. Ketrampilan
7. Kerumahtanggaan (seperti memasak, menjahit, dan lain-lain)
Universitas Sumatera Utara
20
8. Olah Raga
9. Moral
10. Bahasa Inggris
11. Integrated Learning
12. Aktivitas khusus
Di Jepang menganut sistem manejemen berbasis sekolah, sehingga masing-
masing Sekolah mempunyai fokus sendiri-sendiri sesuai dengan kondisi sekolah.
Tidak sama antara sekolah yang satu dengan yang lain.
Kurikulum pendidikan sekolah dasar di dasarkan kepada tiga aspek, yaitu
pengetahuan, moral dan ketahanan tubuh. Alokasi waktu juga termasuk di
dalamnya materi pelajaran moral. Berikut merupakan alokasi jam pelajaran dalam
setahun yang menunjukkan bahwa murid Sekolah Dasar di Jepang sebagian besar
waktu berada di sekolah kecuali pada hari sabtu dan minggu.
Tabel 1 Jumlah Alokasi Jam Pelajaran dalam Satu Tahun
Kelas 1 2 3 4 5 6
Bahasa Jepang 306 315 245 245 175 175
Ilmu Pengetahuan Sosial 70 90 100 105
Ilmu Pengetahuan Alam 90 105 105 105
Matematika 136 175 175 175 175 175
Universitas Sumatera Utara
21
Hidup dan kehidupan 102 105
Music 68 70 60 60 50 50
Menggambar dan Berkarya 68 70 60 60 50 50
Lingkungan hidup dan keluarga 60 55
Olahraga 102 105 105 105 90 90
Pelajaran Moral 34 35 35 35 35 35
Bahasa Asing 35 35
Intergrete Study 70 70 70 70
Kegiatan Sekolah 34 35 35 35 35 35
Total 850 910 945 980 980 980
Sumber: Moral Education at Japanese School. Sam Bamkin Churchil Fellow. 2015.
Di sekolah anak-anak mendapatkan makan siang dengan menu yang
dirancang khusus untuk menjaga kesehatan anak-anak Jepang, untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi anak-anak, menu yang sehat, member daftar gizi setiap
makanankepada orangtua, sehingga meskipun banyak makanan cepat saji, orang
Jepang lebih suka makan makanan segar, sayur, setiap hari minum susu, karena
sejak kecil di sekolah diajarkan tentang makan yang sehat.
Sekolah-sekolah di Jepang menganut manajemen berbasis sekolah sehingga
orang tua dapat mengetahui apa kelebihan atau kekhasan dari sebuah sekolah
sebelum memutuskan masuk ke sekolah tersebut. Pada umumnya sekolah-sekolah
mempunyai pamflet yang menunjukkan dan menggambarkan kelebihan dan
kekhasan dari sekolah tersebut, misalnya menonjol dalam mata pelajaran IPA
(digambarkan dengan gambar-gambar kegiatan anak-anak dalam mata pelajaran
Universitas Sumatera Utara
22
IPA), atau adanya hutan sekolah, atau sekolah yang menonjol di mata pelajaran
bahasa Jepang, dan lain-lain. Biasanya bisa dilihat dari aktivitas anak-anak di
sekolah. Kemudian orang tua bisa menanyakan langsung kepada guru di sekolah
tersebut. Sekolah Dasar di Jepang menenkankan dalam mendidik anak, sangat
dibutuhkan kerjasama yang baik antara orang tua dan sekolah (guru), buku
penghubung, forum-forum konsultasi sangat berperan sebagai sarana komunikasi
antara guru dan orang tua.
Tidak ada ujian nasional di Jepang, untuk SD dan SMP menganut sistem
rayon. SD dan SMP tempat anak sekolah sudah ditentukan oleh pemerintah
setempat sesuai dengan tempat tinggalnya, kecuali untuk SMP swasta ada ujian
masuk khusus yang diselenggarakan oleh sekolah tersebut bagi yang ingin masuk
ke sekolah tersebut.
Di Jepang ada sistem rapor tetapi nilainya bukan angka. Nilainya berupa
segitiga dan lingkaran. Kalau segitiga artinya nilainya kurang, ada yang perlu
ditingkatkan, sedangkan lingkaran sangat baik. Ada sekolah yang hanya memakai
satu lingkaransaja, tapi ada juga sekolah yang bahkan sampai tiga lingkaran.
Intinya tidak ada angka. Karena target sekolah SD di Jepang adalah pendidikan
karakter, bukan kemampuan akademis. Tetapi bukan tidak ada tes atau ujian di
sekolah. Tes atau ujian secara regular tetap diadakan oleh sekolah. Tes-tes yang
ada dilakukan untuk mengecek kualitas pendidikan misalnya tes dari kota, atau
ada juga tes yang bisa dibandingkan dengan sekolah-sekolah di seluruh Jepang,
apakah kualitas sekolah termasuk yang di atas,di tengah atau bawah. Biasanya di
akhir semester ada mendankai, disini orang tua di berikan laporan nilai anaknya.
Banyak dari para orang tua yang protes terhadap guru ketika nilai anaknya
Universitas Sumatera Utara
23
mengalami penurunan. Untuk masuk SMP, tidak ada tes masuk sekolah. Di TK
ada laporan perkembangan anak yang biasanya langsung diberikan ke SD dimana
anak akan melanjutkan sekolah dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan si anak.
Secara formal huruf romaji diajarkan ketika mereka belajar bahasa Inggris
yaitu kelas 5. Tetapi ada juga yang mulai kelas tiga atau kelas empat mulai
dikenalkan dengan huruf romanji, tergantung kebijakan sekolah masing-masing.
Perlu diketahui bahwa belajar huruf romaji bagi mereka bertujuan untuk belajar
bahasa Inggris. Kalau di Jepang, lebih baik anak-anak diajarkan bahasa Ibu dahulu
baru kemudian bahasa yang lain. Kalau anak-anak sudah mengerti bahasa ibu,
akan lebih mudah bagi mereka ketika mempelajari bahasa lain, mengetahui
perbedaannya antara bahasa ibunya dan bahasa asing. Terhadap masalah inipun
banyak SD yang tidak setuju diajarkan bahasa Inggris. Dengan kekuatan bahasa,
mereka menguasai bahasa sendiri, sehingga membuat mereka berkembang.
Tujuan utama pendidikan Sekolah dasar di Jepang adalah membentuk ikiru
chikara memiliki makna kekuatan untuk hidup dengan menenkankan
keseimbangan antara kemampuan belajar, hati yang baik dan badan yang sehat.
Dari ketiga tujuan tersebut memiliki target pendidikan tingkat Sekolah Dasar di
Jepang yaitu menananamkan ilmu dasar-dasar pengetahuan, memiliki sikap positif,
mengembangkan kemampuan kognitif dan berekspresi, serta menumbuhkan minat
belajar pada anak.
Universitas Sumatera Utara
24
2.2 Pendidikan Moral Tingkat Sekolah Dasar di Jepang
Menurut Bolton (2015:5) Pendidikan moral sering disebut juga dengan
pendidikan karakter yang biasanya berhubungan dengan gambaran pengajaran
terhadap anak-anak supaya menjadi warga negara yang beradab dan berbudi baik.
Jenis pelajaran ini termasuk kedalam dua bagian yang berdasarkan kepada
pendidikan dan institusi agama yang dalam waktu singkat digunakan oleh
masyarakat Negara bagian barat. Tetapi di Jepang pendidikan moral tetap
dianggap sebagai pelajaran yang penting hingga saat ini.
Di Jepang pendidikan moral menjadi bagian dalam kegiatan sekolah dan
politik. Pendidikan moral diajarkan satu kali dalam seminggu dari tingkat awal
sekolah dasar hingga kelas sembilan (kelas 3 Sekolah Menengah Pertama)
menggunakan berbagai macam metode pengajaran (biasanya menggunakan buku),
dan termasuk kedalam pelajaran umum (ryouiki) bukan sebagai pelajaran
akademis (kyouka). Dalam kurun waktu satu tahun, murid Sekolah Dasar di
Jepang mempelajari pendidikan moral selama 35 jam dalam 35 kali pertemuan.
Tidak ada tingkatan pada pelajaran ini. Pada umumnya pelajaran moral tingkat
Sekolah Dasar berdasarkan pada pelajaran dari kokoro (kokoro kyouiku)
diartikan sebagai pelajaran dari hati. Ini melengkapi seluruh pelajaran individu
nasional Jepang (zenjin kyouiku), dengan tujuan mendidik seseorang, diri dan
hatinya, sebagai pendidikan fisik, mental dan moral. Moral adalah hal yang
menjembatani pelajaran bagi semua oranguntuk pendidikan, olahraga, musik,
kesenian dan pelajaran akademis.
Kemudian, reformasi atau gerakan pembahruan terhadap pendidikan moral
disebut denganIkiru Chikara (Zest for Living) di setujui langsung oleh perdana
Universitas Sumatera Utara
25
menteri ke 56, Koizumi Junichiro. Mengikuti prilaku yang di anggap tidak sesuai
dengan kesopanan adalah permasalahan yang timbul pada masa tersebut, yaitu
permasalahan dalam pendidikan terutama pendidikan terhadap individu dan
pendidikan karakter. Media masa menyatakan bahwa kejadian penyimpangan
moral dikarenakan kurangnya pertimbangan moral dan kemampuan berpikir
masyarakat. Pada akhirnya kementrian pendidikan mengeluarkan “kertas Putih”
pada tahun itu; ‘kesuksesan diadaptasi dari pelajaran kehidupan dalam
bermasyarakat membutuhkan kemampuan berpikir dan bertindak secara individu.
Kemudian di perlukan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, belajar,
berpikir, berpendapat dan bertindak sendiri’.
Zest for living (ikiru chikara)ini bertujuan untuk menghasilkan rasa
kemanusian yang tinggi dan untuk memahami moral dan etika. Nilai inti yang
biasa ada pada pendidikan diperbahrui secara luas untuk identifikasi sebagai
pengulangan dari yang terdahulu, ketahanan nasionalisme dan usaha untuk
menjaga Jepang yang menolak pengaruh dari budaya internasional, sekaligus pada
saat yang bersamaan mempersiapkan anak-anak untuk melaksanakan kegiatan
bermoral setiap hari. Perubahan tersebut semakin berkembang dan fokus pada
teknologi informasi dan kerjasama international. Pada tahun 2001 pertama kali di
perkenalkan buku resmi pendidikan moral oleh Kementrian Pendidikan Jepang
yang berjudul kokoro no nooto (buku untuk hati).
Pendidikan moral menjadi penjaga pintu bagi tradisi masyarakat Jepang dan
terhadap nilai nilai konservatif, dalam waktu yang bersamaan untuk
mempersiapkan anak-anak menghadapi globalisasi. Kementrian Pendidikan secara
singkat memperkenalkan kepada publik mengenai jalan keluar yang sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
26
moralitas bangsa Jepang. Ikiru chikara berfokus pada kerjasama internasional dan
kecenderungan yang menekankan keunikan Negara Jepang. Sama dengan nilai
moral yang menjelaskan maksud dari warisan budaya Jepang dan fokus terhadap
kualitas nasional yang positif.
“The aim of moral education is to cultivate morality in virtues such as
felling, judgment, attitude and the will activity contribute. This aim
should be taken into account when planning all lesson content and
school activities to enrich it through deeply integrated, structure and
developmental supervision to additionally deepen thinking on
autonomous living and consciousness of moral values to anderpin
application in real life” National Curriculum (Monbukagakushō, 2008).
Artinya tujuan dari pendidikan moral adalah untuk mengolah moral yang
baik seperti perasaan, perilaku dan aktivitas lainnyayang mendukung pendapat
tersebut. Tujuan ini seharusnya menjadi tanggungan saat merencanakan semua
subjek pelajaran dan kegiatan sekolah yang memperkaya persatuan yang erat,
struktur dan perkembangan pengawasan untuk menambah pemikiran lebih dalam
pada swatantra hidup dan kesadaran terhadap nilai moral untuk pengaplikasian
dalam kehidupan yang sesungguhnya. Di kutip dari Kementrian Pendidikan
Jepang pada tahun 2008.
Menurut Bolton (2015 :37-40) Pendidikan moral tersebut terdapat dalam
buku Kokoro no Nootoyang diajarkan pada anak tingkat Sekolah Dasar yang mana
pada setiap bagian dalam buku tersebut menjadi panduan dalam pendidikan moral
yang dibagi menjadi berkaitan dengan diri sendiri, dengan orang lain, berkaitan
dengan lingkungan dan berkaitan dengan kehidupan sosial dan bermasyarakat.
Universitas Sumatera Utara
27
Hubungan tersebut membuktikan bahwa arah pembelajaran dalam Kokoro no
Nooto memiliki empat pilar yang bertema pendidikan sebagai arahan dalam
memberikan teori pembelajaran berdasarkan warna yang terpisah dalam empat
bagian, yaitu:
e. Menghargai diri
sendiri (ungu)
f. Menghargai
orang lain (kuning)
g. Menghargai alam
dan keindahan (hijau)
h. Menghargai
kelompok dan komunitasnya (biru)
Setiap subjek pembelajaran memiliki makna perluasan pada setiap jenis-
jenis pelajaran moral. Masing-masing bab di bawah ini:
Part 1 – Menghargai diri Sendiri
Bab 1: Mengatur perasaan yang baik setiap hari
Bab 2: Melakukan hal yang harus dilakukan sebagaimana mestinya
Bab 3: mengembangkan hal yang kamu pikir baik
Bab 4: patuh dan periang
Tujuan dari keempat subjek pelajaran diatas agar anak-anak perduli pada
kesehatan dan keselamatan, berhati-hati terhadap uang dan barang,
mempersiapkan diri untuk kehidupan sehari-hari, tidak menjadi egois dan
mengatur kehidupan yang baik. Begitu pula dengan kewajiban belajar karena
belajar merupakan hal yang harus dilakukan. Kemudian mampu membedakan
Universitas Sumatera Utara
28
antara hal yang baik dan hal yang buruk,menghasilkan suatu hal dengan
berpikiran baik. Tidak berbohong ataupun tipu daya, hidup patuh dan periang.
Bagian 2 – Menghargai Orang Lain
Bab 1: menyenangkan dan berkelakuan yang benar
Bab 2: kebaikan dengan hati yang hangat
Bab 3: berperilaku baik dengan teman
Bab 4: orang-orang yang perduli denganmu
Keempat bab diatas memiliki tujuan agar anak-anak pada tingkat sekolah
dasar berkata jujur, menggunakan bahasa yang benar, berhati-hati dan berperilaku
baik. Menyenangkan dan menhargai orang-orang tua dan yang muda di sekitar
mereka dengan keramahan. Kemudian menolong dan berperilaku baik dengan
teman dan berterimakasih kepada orang-orang yang perduli pada mereka.
Bagian 3 – Menghormati alam dan keindahan
Bab 1: Menghargai Hidup
Bab 2: Berbuat baik untuk kehidupan
Bab 3: Dengan Hati yang Sejuk
Tujuan dari keempat bab diatas yaitu menjadikan hidup menyenangkan, jika
memiliki kesulitan tetap hargailah hidup. Berperilaku baik pada alam yang ada
disekitarnya, menjaga dan merawat binatang dan tumbuhan dengan kelembutan
hati. Sentuhlah hal yang indah, sejukkanlah diri namun tidak merusak.
Bagian 4 – Bersama Dengan Semua Orang
Bab 1: Menepati janji dan Tengat Waktu
Bab 2: Mengapresiasikan Nilai Pekerjaan
Bab 3: Menjadi berguna dalam Keluarga
Universitas Sumatera Utara
29
Bab 4: Bersenang-senang dengan Kegiatan di Sekolah
Bab 5: berkasih sayang dengan orang sekampung
Tujuan dari keempat bab diatas adalah menjaga rahasia dan menepati waktu
sebelum tengat waktu, berhati-hati dengan fasilitas umum. Mengetahui nilai dari
kerja keras bagi semua orang. Menanamkan rasa cinta kepada orangtua dan kakek
nenek dengan melakukan pekerjaan rumah dan mengingat bahwa diri berguna
bagi rumah tangga. Cintailah guru, jadilah anak yang baik di sekolah dan
bersenang-senang dengan kegiatan di sekolah. Cintailah orang-orang asal
sekampung dan bersenang-senanglah dengan budaya dan kegiatan sekampung.
Menurut Ueda (2015:7) pada pendidikan tingkat sekolah dasar beberapa hal
yang mendasari adanya pendidikan moral berdasarkan kurikulum dan
penjelasannya, yaitu:
1. Pendidikan moral mengenai menghargai diri sendiri bertujuan agar murid
sekolah dasar menerrapkan pada dirinya sendiri mengenai kedisiplinan,
kebebasan, tanggung jawab dan hidup dalam keteraturan. Kemudian murid
juga di harapkan mengarahkan memimpin dirinya, memiliki ambisi dan
menghargai dirinnya sendiri. Memiliki aspirasi dan keberanian dalam
menyampaikan pendapat, mengontrol diri sendiri dan menjadi kuat.
Bersikap adil, jujur dan kreatif.
2. Menghargai orang lain bertujuan untuk menumbuhkan sikap
omoiyori( perhatian perseorangan terhadap orang lain) dan berterimakasih.
Diharapkan bertingkah laku baik, berteman, memiliki rasa kepercayaan
terhadap orang lain dan mempercayai orang lain. Kemudian saling mengerti
dan menolong.
Universitas Sumatera Utara
30
3. Menghargai alam dan keindahan bertujuan untuk menghormati hidup dan
perduli terhadap lingkungan. Kemudian kagum dan menghormati keindahan
alam serta menikmati hidup dan keindahan alam.
4. Menghargai kelompok dan masyarakat memiliki tujuan untuk taat terhadap
hukum serta menjadi warga Negara yang baik, memiliki rasa adil terhadap
perdamaian dan perdamaian sosial. Berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat, mencintai keluarga, berguna bagi keluarga serta mencintai
tradisi. Kemudian menghargai tradisi dan budaya serta mencintai Negara
dan daerah Jepang lainnya. Mengerti Negara lain serta perdamaian.
Pengertian mengenai kemanusian lebih dari pada sebuah ilmu, tetapi dalam
pendidikan moral yang terpenting adalah praktek pendidikan moral tersebut. Pada
kegiatan sehari-hari disekolah sudah memiliki kurikulum dalam menentukan
kegiatan khusus, biasanya disebut dengan kegiatan sekolah. Termasuk didalamnya
perkumpulan kegiatan sekolah, membersihkan dan mempertanggung jawabkan
individu maupun kelompok (kakari), yang mana tujuan dari keseluruhan
perkembangan dan perkembangan individu berdasarkan keinginan kelompok
kegiatan, untuk mengembangan kebebasan diri, mempraktekkan prilaku yang
mengarah kepada yang lebih baik terhadap diri sendiri dan kelompok,
sertaterhadap kehidupan bermasyarakat, mendalami keperdulian terhadap
kehidupan dan memahami kemampuan memenuhi kebutuhan diri sendiri.
Umumnya setiap murid memiliki peranan di dalam kelasnya, seberapa
sering ia melakukan tugasnya dalam setahun. Peranan dan tugas tersebut tertempel
di dinding kelas. Tugas tersebut di beritahukan oleh wali kelas saat pertemuan
kelas. Beberapa contoh dari kakari yaitu:
Universitas Sumatera Utara
31
a. Kelas
Semua murid berpartisipasi dalam membersihkan ruang kelas dan
membersihkan di luar kelas sekali dalam satu hari. Ini pertama kali
diajarkan pada murid kelas satu dengan beberapa cara yang di beritahukan
pada awalnya hanya sebagai masukan atau pendapat guru kepada muridnya.
Guru senantiasa melihat absensi murid-muridnya untuk
mengetahui siapa murid yang tidak hadir. Ini pekerjaan yang mudah sejak
murid-murid memiliki tempat duduknya sendiri dan name tag. Murid-
murid juga di beri fasilitas berupa lemari pakaian pribadi, peralatan gempa
(berupa tas dengan berbagai kebutuhan primer saat gempa, buku pelajaran
dan kebutuhan lainnya yang sengaja di tinggalkan di dalam loker.
b. Perputaran tugas di kelas
Nichoku adalah memulai dan mengakhiri pertemuan di dalam kelas
ataupun di luar kelas dengan salam, saat memulai dan mengakhiri makan
siang, dan mengerjakan tugas kelas seperti membersihkan papan tulis,
menulis tanggal pada papan tulis dan lain-lain. Pada waktu makan siang,
beberapa murid kelas 3 sampai kelas 5 bertugas menyiapkan dan
menyajikan makan siang untuk murid-murid lainnya dengan menggunakan
baju khusus berwarna putih dan topi. Mereka juga mengumumkan menu
pada hari tersebut. 2 orang murid diberi tanggung jawab sebagai pemimpin
pada waktu olahraga berlangsung.
c. Pertemuan kelas
Biasanya ada pada awal tahun atau saat pergantian kelas. Setiap
kelas memiliki laporan berkala, bermain dengan anak yang sendirian,
Universitas Sumatera Utara
32
belajar mendaur ulang sampah, mengatur permainan saat hujan atau bermain
di dalam kelas yang di atur oleh semua murid di dalam kelas, membuat
komite muda dalam kelas. Kemudian memberi salam kepada junior pada
pagi hari, mempertunjukan hasil karya murid pada dinding pertunjukan,
mengganti pesan pada papan pengumuman dan ikut serta dalam acara
tahunan atau musiman sekolah.
Dalam pendidikan moral terdapat kebijaksanaan, berlatih dan ilmu mendidik.
Objektivitas dan ilmu mendidik mengenai moral yang menyeluruh memiliki
tujuan khusus yaitu memberikan kepercayaan terhadap guru untuk
menggabungkan subjek pelajaran moral kedalam pelajaran akademis berdasarkan
kurikulum. Kurikulum tersebut memberikan panduan, walaupun bentuknya di
bidang pendidikan moral. Di dalam kurikulum terdapat kepercayaan terhadap
budaya dan konsep struktur kebudayaan secara menyeluruh (izumi taylor& scoot,
2013). Walau bagaimanapun hal yang paling terpenting dalam pendidikan moral
adalah mengusahakan nilai-nilai yang ada pada pelajaran moral bisa dilatih dan di
praktekan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan objektifitas, banyak informasi mengenai objek pendidikan
moral yaitu anak-anak. Informasi ini menunjukkan pendidikan moral seperti
menjauhkan diri dari pemikiran mengenai cara mengajarkan karakter secara
spesifik, memberikan pendekatan pada anak-anak secara natural, serta
mendiskusikan kemungkinan yang harus di evaluasi mengenai kriteria yang
berdasarkan kepada pemikiran mendalam dari nilai yang terkandung dalam
pendidikan moral. Umumnya objek yang di tunjuk menginformasikan untuk
melakukan diskusi terhadap bagian-bagian yang mempertimbangkan bertingkah
Universitas Sumatera Utara
33
laku, tata kelakuan dan kegigihan. Pada akhirnya pendidikan moral berhubungan
dengan tujuan hidup dengan orang lain. Tetapi kejelasan mengenai apakah
menganggap orang lain dan bertingkah laku juga bisa dianggap memperluas
tujuan pendidikan moral.
Perhatian terhadap orang lain (omoiyori) merupakan kunci utama dari tujuan
pendidikan moral. Biasanya tujuan tersebut ditunjukan menggunakan kata dalam
bahasa Jepang yaitu omoiyori yang merupakan sebuah konsep dari saling
memperhatikan keinginan orang lain. Omoiyori memberi arahan untuk tegas saat
memberi respon dan respon keinginan untuk menolong orang lain yang
membutuhkan. Dengan alasan tersebut mengharuskan memiliki rasa kasihan dan
kecerdasan dalam mengerti apa yang orang lain inginkan, salah satunya
memahami keinginan seseorang. Umumnya memahami seseorang lebih dari
seseorang yang dianggap istimewa. Ini bisa berdasarkan pemberian, kelonggaran,
atau memberikan perhatian kepada hal kecil seperti kecocokan terhadap pilihan
orang lain. Di dalam diri harus memiliki sikap memaafkan dan kesabaran,
walaupun ketika seseorang benar-benar mengungkapkan omoiyori.
Kelas pendidikan moral berdasarkan rasa empati dan pelajaran sosial
menggunakan kesamaan pendekatan mengajar berkontribusi bertujuan untuk
pelatihan dalam omoiyori. Bagaimanapun, mengawasi juga merupakan ukuran
dalam meningkatkan pengembangan dan berorientasi terhadap orang lain. Dalam
pelatihan berempati, berorientasikan kepada orang lain merupakan hal penting
sebagai bentuk pendekatan yang saling mengikat dan berkembang menjadi
peraturan pada teman sebaya dan orientasi pada kelompok.
Universitas Sumatera Utara
34
Hal lain yang ada dalam pendidikan moral Jepang adalah ketekunan
(ganbari). Ketekunan adalah sebuah konsep budaya Jepang yang bermula pada
awal tahun dan menjadi pengawasan sekolah. Pendekatan terhadap topik ini
mengembangkan kesempatan anak-anak yang menjadi target dan hasilnya
kembali kepada mereka. Ada banyak kesempatan pada anak-anak saat perayaan
festival dan acara musiman. Tantangan ini meliputi keberanian tampil di dalam
kelas dan menghadiri perkumpulan setiap minggu. Seperti presentasi di depan
kelas merupakan kunci utamaseseorang menjadi berani memberikan pendapatnya
dalam metode pembelajaran. Dalam pelajaran olahraga dan kegiatan lainnya yang
membutuhkan waktu yang banyak, diharapkan anak-anak meneruskan kebiasaaan
tersebut bahkan menjadi pemikiran secara subjektifnya. Bagaimanapun dorongan
semangat untuk menetapkan kriteria seseorang yang sukses terlihat dalam
mengarahkan ilmu pembelajaran. Ini lebih darisekedar memberikan dorongan
untuk meningkatkan konsep pembelajaran, tetapi juga untuk mengolah apa yang
harus dilakukan.
Kemudian dalam pendidikan moral di Jepang tata kelakuan dan bertingkah
laku menjadi syarat dalam mengawasi respon objektif. Hal ini sering memberi
penjelasan mengenaireigi yang ada dalam perasaan pada saat upacara
berlangsung, termasuk didalam etika dan tanggung jawab. Secara langsung tata
kelakuan mengikuti perkembangan peraturan atau keputusan dalam kehidupan
sosial. Didukung oleh berbagai penjelasan dari beberapa aspek penting yaitu
fokus pada tingkah laku sebagai poin utama untuk berhati-hati dalam berprilaku
dari segi sosial dan individu, serta membudayakan sikap individual dalam
keteraturan dan latihan secara spesifik. Hal tersebut memberi gambaran awal
Universitas Sumatera Utara
35
pendidikan moral sebagai yang terbaik dan yang terburuk. Invidu yang terpadu
dalam keharmonisan merupakan praktek moral sangat baik, kemudian belajar
berbuat kebajikan merupakan bagian dari pendidikan moral. Reigi dan omoiyori
memiliki konsepyang berbeda. Tetapi keduanya akan terlihat dalam memberi
dorongan individu untuk bersoial dan memiliki peranan dalam bermasyarakat.
Yang harus di patuhi dalam kemajuan mempelajari pendidikan moral dan setiap
hari dalam proses kehidupan yaitu dimanapun berteman dan memiliki hubungan
saling keterkaitan antara murid dan guru dalam menyampaikan orientasi terhadap
rasa memiliki dan perduli terhadap kelompoknya. Ini juga memberikan
penyampaian terhadap posisi dalam kehidupan bermasyarakat, yang mana
membantu perkembangan rasa belas kasih terhadap orang-orang, lembaga-
lembaga dan peraturan dalam bermasyarakat. Ini bisa menjadi hal yang baik
dalam pelayanan publik atau bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
Contoh berikutnya berlatih berterima kasih di dalam kelas. Hal ini sering
menjadi perhatian orang tua, teman dan guru terhadap buku cetak professional
yang berhubungan dengan pendidikan moral. Bersyukur mungkin menghasilkan
kasih sayang dalam berlatih menjalin hubungan antara saudara kandung,
lingkungan hirarki ataupun pekerjaan. Jika bersatu dengan rasa hormat terhadap
orang yang lebih tua dan rasa hormat dalam bermasyarakat, maka kedua aspek
tersebut merupakan reigi.
Diskusi dianggap sebagai cara belajar yang bisa dengan mudah di pahami
untuk melatih tingkah laku dan menjelaskan mengenai objek sebagai syarat untuk
saling mempertimbangkan dan mengembangkan diri sendiri. Seperti
Universitas Sumatera Utara
36
mendemonstrasikan hasil observasi mengenai pendidikan moral, bahkan ketika
berlatih untuk tegas, serta penjelasan mengenai rasa kasih sayang yang abadi.
Dalam prakteknya sebagai contoh saat berdiskusi apa yang telah terjadi di
taman. Anak-anak mungkin memiliki rasa empati terhadap orang lain yang
menggunakan bangku taman untuk istirahat atau sejenak bersantai, mengikuti
aturan untuk tidak bermain disekitar bangku taman atau di atas tempat duduk.
Contoh lainnya diskusi mengenai perasaan orang-orang yang dengan berempati
secara natural seperti sulit untuk berbohong, menyimpang dari arti manusiawi,
atau melakukan sesuatu yang menyakiti perasaan orang lain.
Pada kebiasaan hidup memiliki tujuan pendidikan moral sebagai aspek
dasar yang mempengaruhi tingkah laku merupakan pemikiran yang selalu ada
pada awal pendidikan moral di sekolah dasar. Cara dan prosedur pembersihan
kelas serta mengucapkan salam biasanya sudah di diskusikan di dalam kelas
sebagai salah satu kegiatan sekolah. Adapun hal yang berhubungan dengan nilai
kemampuan, terlihat sebagai pelaksana yang mungkin akan mengembangkan
budaya mereka yang telah di tentukan dan selalu bepikir secara sistematis.
Menjaga barang agar tetap tersusun rapi merupakan pendidikan moral yang
di pelajari saat berada di kelas satu. Mereka mendiskusikan mengenai hal yang
harus di atur dan dijaga agar tetap rapi serta meletakkan kembali barang pada
tempatnya setelah di gunakan menggunakan contoh yang mudah di mengerti.
Metode pembelajaran ini menggunakan cerita agar anak-anak dengan mudah
mempelajari mana yang baik dan mana yang buruk. Contohnya penggunaan
karakter seperti hewan yang suka bermain dan berkumpul dengan teman-
temannya di luar rumah,yaitu anjing yang ingin mengundang teman-temannya
Universitas Sumatera Utara
37
untuk bermain di dalam rumah tetapi tidak bisa karena merasa malu rumahnya
tidak rapi. Cerita tersebut menceritakan mengapa dan bagaimana cara dan agar
tetap merapikan barang-barang yang di biasakan terlebih dahulu di dalam kelas.
Sebagai tanda agar anak-anak diajak ikut berpikir bagaimana pendapat mereka
mengenai ruangan yang berantakan dan ruangan yang tersusun rapi. Hal ini secara
garis besar menjawab ide agar temannya bisa berkunjung ke rumah.
Anak-anak di harapkan mampu berpikir bagaimana cara agar mereka tetap
menjaga barang mereka tersusun rapi dan sesuai dengan urutan. Ada juga diskusi
mengenai bagaimana makan di tempat yang tepat, dimana anak-anak diberi
masukan mengenai apa yang mungkin mereka makan serta kemungkinan lainnya
yang harus di lakukan tanpa meja. Guru memberikan contoh makan di tempat
yang tepat adalah bagian dari pembelajaran ini.
Bagian dari pendidikan moral yaitu omoiyoridan memiliki hubungan
kebaikan dalambertingkah laku sebagai tujuan utama pendidikan moral. Ini
memungkinkan bahwa pada sekolah dasar kedepannya moral anak-anak menjadi
lebih baik.
Ketika telah banyak tujuan umum mengenai pendidikan moral, banyak
informasi yang mengenai pelajaran terhadap bagaimana hidup dengan orang lain.
Tetap pada kesatuan antara sekolah dan masyarakat,ini juga menekankan pada
pembelajaran kehidupan setiap hari dan keikutsertaan dalam kegiatan serta
aktifitas sekolah. Identitas kelompok juga terlihat pada beberapa reaksi dalam
kehidupan orang lain, khususnya referensi dalam kelas atau identitas sekolah.
Pendidikan moral berhubungan erat dengan kemanusiaan dan sangat penting
dalam kehidupan bersosial.
Universitas Sumatera Utara
38
Reaksi terhadap pendidikan moral di sekolah dasar terlihat pada hubungan
dalam kehidupan sosial. Guru-guru mendeskripsikan bahwa anak-anak di kelas
mempelajari bahwa seseorang tidak dapat hidup sendiri dan harus mempercayai
orang lain. Termasuk didalamnya kepercayaan, berkolaborasi dan lainnya
berhubungan dengan bentuk dasar dari pelayanan publik. Moto sekolah di sekolah
dasar sering menjadi pemikiran terhadap kebaikan atau anak-anak yang tumbuh
dengan pengetahuan seimbang, moralitas dan ketahanan tubuh (Ueda, 2015:18).
2.3 PengertianMoral Konfusianisme
Konfusius dikenal sebagai seorang guru besar pada masa Dinasti Zhou.
Pemikirannya mengenai norma-norma, kedisiplinan guna keharmonisan bagi
masyarakat sangat menginspirasi banyak orang pada masanya. Beliau juga
menulis buku-buku filsofi dan pemikirannya. Di dalam semua buku yang beliau
tulis, sebagian besar dicantumkan kata-kata mengenai pendidikan dan
pembelajaran. Dalam salah satu bukunya tertulis mengenai pernyataan bahwa
guna mencapai negri yang makmur, setiap warga Negara harus mengenyam
pendidikan, setiap warga Negara harus menjadi warga yang baik. Caranya adalah
dengan mengenyam pendidikan,mendapatkan kebijakan dan memperdalam
pengetahuan( Weiming, 1996: 141).
Bagi masyarakat Jepang, ajaran Konfusianisme ini dianggap penting sebagai
dasar dalam menjalankan kehidupan terutama yang berhubungan dengan alam dan
antar manusia. Oleh karena itu, di Jepang pada khususnya dan di Asia Timur pada
umumnya mengajarkan tentang filosofi Konfusianisme. Hal ini dilakukan untuk
memegang teguh pedoman ajaran Konfusian isme untuk memegang teguh tradisi.
Universitas Sumatera Utara
39
Warisan Konfusianisme di Jepang dapat ditemukan di tiga area, yakni: high
valued placed on education (nilai yang terkandung dalam pendidikan), enduring
presence of high levels of trust both horizontal and vertical relationship ( abadi
kehadiran dari kepercayaan tingkat tinggi pada hubungan vertikal dan horizontal)
danthe organic conception of society (konsep peraturan dalam masyarakat).
Berdasarkan penjelasan di atas, Konfusianisme ini merupakan filsafat yang
berkembang untuk mengatur keseimbangan humanisme. Menurut ajarannya yang
berawal di China, Konfusianisme mengajarkan untuk memegang teguh tradisi.
Oleh karena itu, penguasa dalam hal ini berperan penting untuk mengatur sistem
pemerintahan negara, ekonomi dan pertambahan individu agar semuanya dapat
berjalan sinergis satu sama lain. Di Jepang, Konfusianisme digunakan sebagai
dasar dalam menciptakan keputusan-keputusan pemerintahan mulai dari segi
sosial hingga segi militer.
Secara tidak kasat mata, Konfusianisme jelas mempengaruhi pola politik di
negara-negara yang terkena penyebarannya. Ajaran ini sekilas nampak seperti
ideologi yang terus dijadikan pedoman dalam menjalankan sendi-sendi
pemerintahan dan pengaturan sistem perilaku sosial (Young Jin, 2010:11 ).
Konfusianisme adalah ajaran moral yang di dasarkan pada filsofi untuk
memiliki kesempurnaan moral dengan pendidikan. Ajaran moral tersebut menjadi
pedoman dalam ajaran Konfusianisme dalam kehidupan bersosial, bernegara dan
berbudaya. Pemikiran Konfusius menjadi dasar mengenai ajaran Konfusianisme
yang di dalamnya terdapat pola hidup, perilaku, menjalin hubungan dan bertata
krama yang mencerminkan sikap bermoral dalam kehidupan (http://arti-defenisi-
pengertian-info/ pengertian-arti-konfusianisme/).
Universitas Sumatera Utara
40
Menurut Tucker (2013:1) Nilai moral yang pada umumnya menjadi
referensi masyrakat jepang tradisional maupun modern adalah konfusianisme
terutama pada ajaran jukyou dan jugaku. Peraturan dalam ajaran Konfusianisme
tidak memaksa dengan kekuatan sehingga para pengikutnya menjadi contoh etika
dan yang menentukan keberhasilan dari situasi yang bermoral.
Inoue Tetsujiro (1855-1944) merupakan profesor filsofi pertama di
Universitas of Tokyo, ia mempublikasikan secara monumental tiga jilid dari buku
filsofi jepang yaitu filsofi sekolah jepang dari wang yangming (Nihon
Yômeigakuha no tetsugaku, 1900), filsofi sekolah jepang mengenai pelajaran
kuno(Nihon kogakuha no tetsugaku, 1902), dan filsofi sekolah jepang dari Zhu Xi
(Nihon Shushigakuha no tetsugaku, 1905). Inoue memperlihatkan secara detail
dan sisi yang positif pada pemikiran Konfusianisme Jepang. Dalam prakteknya,
Inoue berpendapat bahwa sebaiknya sebelum memperkenalkan pemikiran barat,
Jepang harus memperkuat pemikiran tradisional yang penting untuk dimiliki.
Salah satu faktor dalam isi dan perbedaan secara impresif membandingkan dengan
beberapa tradisi nasional dengan pemikiran dari Negara barat. Walaupun lebih
kepada nasionalisme, tidak selalu disebutkan dalam pembelajaran di masanya
pada sejarah pemikiran Jepang. Hal tersebut mengingatkan pada trilogi yang
pertama kali muncul sebagai pernyataan mengenai pemikiran Jepang yang sedang
berlangsung. Ini mendeskripsikan bahwa Konfusianisme merupakan pemikiran
alami yang hasil akhirnya meyakinkan nilai Konfusianisme di Asia Timur.
Bahkan inoue mengangkat pemikiran Konfusianisme Jepang menjadi filsofi.
Awal mula pengajaran Konfusianisme Jepang berawal dari Inoue trilogi.
Universitas Sumatera Utara
41
Konfusianisme bereferensi pada hal-hal berikut, yaitu orang-orang, berlatih,
diskusi, benda-benda tertulis dan lain-lain yang diperoleh atau didapatkan dari
Analekta, yaitu persatuan sastra kuno Konfusianisme yang di dalamnya terdapat
ajaran moral. Lima karya sastra klasik Cina kuno termasuk buku sejarah, buku
mengenai perubahan, buku mengenai puisi, buku mengenai rite-rite, dan analekta
musim semi dan gugur merupakan Konfusianisme klasik karena dahulu sebagian
besar merupakan pemikiran dari Konfusius. Ketika sekolah modern mungkin
sangat meragukan hal Konfusianisme, banyak sekolah yang dalam pelajaran
sejarah Cina dan Asia Timur membuat laporan tradisional Konfusius yang telah
mengedit diedit. Sedangkan Neo-Konfusianisme mengenai pemikiran, ide, benda
tertulis, berlatih dan institusi mengembangkan tradisi Konfusianisme tetapi tidak
menafsirkan sebagai perpaduan dengan Budha.
2.4 Konfusianisme Jepang
Pada zaman modern ini masyarakat Jepang masih menjadikan ajaran
Konfusianisme sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya
dalam pendidikan formal tingkat sekolah dasar serta pada berbagai aspek
kehidupan sosial lainnya.
Menurut Tucker (2013:1) Konfusianisme mempengaruhi berbagai macam
aspek pengetahuan di Jepang seperti Jugaku (pelajaran untuk para
pelajar), Jukyô (pengajaran pada pelajar), seigaku (pelajaran pada sage), sennô
gaku (pelajaran pada raja muda), seirigaku (pelajaran kemanusiaan, alam dan
prinsipnya), rigaku (pelajaran mengenai hubungan prinsip),
and shingaku (pelajaran terhadap diri sendiri). Tidak ada kata yang tepat dalam
Universitas Sumatera Utara
42
kosakata tradisional Asia timur tepatnya yang cocok and konsisten untuk
Konfusianisme, sebelum abad pertengahan dan pada awal modernisasi, ada
sedikit perbedaan pengertian dalam pemikiran intelektual masyarakat
Jepang,yaitu hal-hal yang perlu disatukan dalam perbedaan pengajaran
konfusianisme mengacu pada berbagai macam hal. Hal ini jelas terdapat pada
“tiga pengajaran” yaitu, Konfusianisme, Budha, and Shintô. Satu dari berbagai
macam contoh adalah Matsunaga Sekigo's (1592-1657) menulis Irinshô (memilih
penulisan pada etika, 1640), yang mana di mulai , “antara surga dan bumi, ada
tiga jalan utama yaitu: Konfusianisme, yang berdasarkan pada jalan
konfusianisme; Budha, yang berdasarkan pada jalan Shakyamuni; dan Shinto,
yang berdasarkan pada jalan Laozi.”
Untuk budaya yang sangat tinggi, Jepang mengadopsi sebagian besar dari
filsofi Cina termasuk di dalamnya Budha, Konfusianisme, dan beberapa aspek
lainnya. Taoisme dan Konfusianisme memiliki pengaruh yang tinggi dalam
mempelajari dan mempengaruhi kehidupan sosial. Konfusianisme Klasik dan
kepercayaan tradisi filsofi Konfusianisme sampai ke Jepang melalui Korea pada
Abad ke 5 sebelum Masehi masuk bersamaan dengan Budha serta cara menulis
Cina pada zaman tersebut. Ini adalah nilai kuno tradisi Asia bersama dengan
peninggalan kebudayaan suku asli Jepang sering dihubungkan dengan budaya
tradisional, perbedaan yang sangat besar dengan nilai modern yaitu pada pengaruh
pemikiran Jepang dalam konteks budaya Barat. Jika budaya Cina telah
mempengaruhi pemikiran Jepang selama dua ribu tahun, nilai-nilai Negara bagian
Barat, sebagai pengaruh Eropa atau Amerika di perkenalkan kepada Jepang hanya
pada abad terakhir. Jepang menghadapi masa singkat terhadap pemikiran barat
Universitas Sumatera Utara
43
dengan sebutan modernisasi. Gelombang terhadap pengaruh barat sangat
mempengaruhi pola pikir masyarakat Jepang yang mulai menggunakan istilah
demokrasi dalam sistem pemerintahan dan merubah tatanan sosial setelah perang
dunia kedua.
Warisan budaya yang penting dari Filsofi Konfusianisme Jepang modern
mendapatkan pemahaman dari Konfusianisme dalam sejarah filsofi. Walaupun
Konfusius mungkin mempunyai peranan dalam menyebarkan ajaran
Konfusianisme, ia dengan jelas memberikan pengaruh baru terhadap perubahan
jalan filsofi. Perubahan tersebut telah memberikan kebangkitan pada masa
imperial pemerintahan Meiji, berarti ketentuan dalam filsofi mengembalikan
kepada masa dimana masyarakat mendukung pemerintahan yang ideal dan
berkarakteristik Konfusianisme. Fakta yang terlihat jelas yaitu penggunaan
kebijakan masa sebelumnya mengantarkan kepada masa sejarah yang baru, salah
satunya terhadap perubahan besar dalam beberapa aspek sosial.
Yoshida Shoin (1830-1859) adalah seorang yang belajar Konfusianisme
secara turun-temurun dari seorang master yang menerapkan pengajaran
Konfusianisme yang di sebut dengan Yamaga Sokou. Filsofi Sokou di kenal
dengan Essential Records Of the Sagely Teachings (seikyou youroku) yang
memiliki arti Catatan Penting Pengajaran Kebijaksanaan, singkat tetapi beberapa
poin mengkritik pemikiran Neo-Konfusianisme. Hal tersebut dianjurkan dalam
Sokou yang berpedoman pada Analekta. Sebagai orang yang menyebarkan Sokou,
Shoin melalui jalur Beasiswa Yamagita yang membantu murid-murid lain untuk
mempelajari Sokou seperti Ito Hirobumi (1841-1909). Perubahan Choushuu
Universitas Sumatera Utara
44
merubah pernyatan Meiji dalam Restorasinya berintikan pada Konfusianisme dan
Neo-Konfusianisme yang menjadi sumber kekuatan dalam Restorasi Meiji.
Pada masa pemerintahan Meiji menemukan bagaimana mengembalikan
bentuk tradisi jepang terhadap pengaruh tersendiri dari Negara bagian Barat. Ini
benar-benar sebuah pemikiran yang baik, sebagai hasilnya pemberhentian
terhadap pembelajaran konfusianisme. Bagaimanapun yang sangat terlihat
berbeda dalam masa kepemimpinan Meiji yang mempromosikan pemikiran barat
dengan latar belakang pembelajaran Konfusionisme.
Disebut dengan Kokumin Dotoku, atau etika nasional yang mengajarkan
dasar-dasar terhadap nilai-nilai Konfusianisme yang terpilih contohnya seperti
kesetiaan dan berkasih sayang. Patut diperhatikan untuk memiliki kepemimpinan
sekalipun selama jalur nasionalisme yang tinggi mengartikan Konfusianisme
menghasilkan awal masa modern yang berubah menjadi filsofi menggunakan
memperkaya kosakata bahasa Jepang, Tetsugaku. Kata bahasa Jepang ini
diterjemahakan menjadi filsofi kembali menyinggung Book of History dari
kesastraan Cina yang didalamnya terdapat Konfusianisme klasik yaitu tetsu
(dalam bahasa Cina: Zhi) merujuk kepada kebijaksanaan menunjukan
kebijaksanaan kuno dari Cina. Terhadap hal tersebut pelajaran mengenai
kebijaksanaan dalam arti sesungguhnya dari tetsugaku telah menjadi karakteristik
rancangan Konfusianisme.
Filsofi konfusianisme telah menuliskan betapa semangat dan mudah untuk
diri sendiri seperti pada Yamaga Sokou yang berargumen pada suatu poin rasa
nasionalisme yang berlebihan terhadap Negara Jepang menjadi fokus pada
Universitas Sumatera Utara
45
pembelajaran setelah masa peperangan. Biasanya karena semua hal berhubungan
dengan Konfusianisme beberapa kelebihan terhadap ideologi dari pada filsofi
(warisan yang di dapatkan saat masa perang). Konfusianisme sangat sering
menjadi terjemahan sederhana dalam pemikiran (shisho) atau ideologi (ideorogii),
singkatnya berbentuk feodalisme. Di Negara lain, termasuk Cina modern,
mengartikan Konfusianisme sebagai hidup dalam filsofi secara terus-menerus.
Tetapi pelajar dari Jepang memiliki pandangan yang lebih luas terhadap benda-
benda bersejarah tidak hanya hal utama yang ada dalam filsofi.
Salah satu bukti bahwa filsofi Konfusianisme masih berperan dalam
kehidupan Jepang modern, dengan adanya pusat filsofi di Universitas Tokyo sejak
tahun 2002 atau yang di sebut dengan UTPC (University of Tokyo Center for
Philsophy) yang berarti Pusat Filsafat Universitas Tokyo telah menetapkan
Universitas tersebut sebagai sebuah Universitas Internasional yang meneliti
mengenai masalah filsofi yang ada. Pencapaian UTPC dengan kerja kerasnya
dalam menentukan Jepang sebagai Negara yang memiliki sejarah panjang
tradisional filsofi. Untuk mendukung pembicaraan yang memiliki hubungan
dengan pokok permasalahan filsofi, sebagaimana kedudukan Konfusianisme
sebagai dasar filsofi Jepang.UTCP adalah bukti yang mewakili penetapan
terhadap ide dari “filsofi Jepang” dan “filsofi Konfusianisme Jepang”. Dengan
usaha dari pusat Timur-Barat dan Departemen Filsofi Universitas Hawain, UTPC
dan JJP berusaha untuk berkontribusi secara penuh dalam membangkitkan
kembali ketertarikan terhadap Konfusianisme dan berkontribusi dalam penulisan
filsofi Jepang (Tucker, 2013:38)
Universitas Sumatera Utara
46
2.4.1 Hubungan Manusia dengan Manusia
Menurut Tucker (2013:21) dalam pengajaran Konfusianisme menghindari
persoalan spiritual. Dikatagorikan sebagai seorang agnostik yang mempercayai
spiritual dan supernatural tetapi tidak tertarik dengan hal tersebut. Sifat manusiawi
dan rasional terlihat dalam ajaran konfusianisme. "posisinya dalam hal kesetian
ini: apapun yang terlihat bertentangan dengan akal sehat yang merupakan tradisi
popular dan apapun yang mencakup maksud menjalankan kehidupan sosial, ia
menganggapnya tidak menarik” merupakan jawaban dari budaya dan masalah
sosial yang di temukan dalam kemanusiaan tersebut bukan dalam hal supernatural.
Dalam analek Bab VII nomor 20 seorang murid Konfusius menulis “Master
tidak pernah berbicara sangat banyak merupakan kekuatan dalam perbuatan ,
kekacauan atau semangat”. Dalam analek bab 6 nomor 20 Konfusius menyatakan,
“untuk menyerahkan diri terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan
kemanusiaan dan ketika beranggapan semangat tetap menyendiri dari mereka,
mungkin dikatakan sebagai kebijaksanaan” . Dalam analek bab 5 nomor 12
yaitu“master kami konsen memandang budaya dan diluar dari kata ketuhanan,
kami mengizinkan untuk mendengar tentang manusia alam dan bagaimana jalan
menuju surga, dia tidak akan menceritakan kepada kami semuanya”.
Konfusius kadang dikatakan sebagai “utusan dari surga” dia terlihat
menerjemahkan arti dari hukum alam terhadap benda lainnya. Seseorang yang
harus mencari kehidupan dengan ketentraman. Seseorang harus berhati-hati untuk
tidak melakukan kekerasan agar hidup di surga. Dalam analek pada Bab 3 nomor
13 Konfusius menulis, “ dia yang mau mengikuti jalan yang salah dari jalan surga
tidak ada artinya ia tinggal di dunia”.
Universitas Sumatera Utara
47
Konfusianisme menfokuskan kepada manusia yang hidup di bumi. Dalam
sistem ajaran Konfusianisme, ketuhanan menjadi hal yang tidak memiliki
peraturan berarti. Dalam filsofi, manusia menjadi pusat dan bersandar kepada
usaha diri sendiri, dan pemikiran terhadap diri sendiri. Hasil akhir dari hidup
adalah untuk hidup dengan moral kebaikan. Sebelum meninggal dunia, Konfusius
berpandangan sama dengan agama tradisional Cina dan Buddha untuk menambah
komponen spiritual.
Humanisme adalah karakteristik Konfusianisme. Ini adalah perhatian dan
penghormatan kepada laki-laki dan perempuan sebagai individu. Humanisme
mengacu pada ide manusia secara spesifik. Humanisme menolak baik
antroposentrisme (ajaran mengenai manusia adalah pusat alam semesta) dan
naturalisme (alam merupakan pusat alam semesta) karena keduanya berat sebelah
dan tidak bijaksana dalam mengenali eksentrisitas manusia: antroposentrisme
terlalu menghargai manusia, sementara naturalisme terlalu merendahkan manusia.
Ungkapan in seperti dalam “man in nature” atau “man in the landscape”
merupakan istilah ecstatic bahwa, sebagai manusia mempunyai keterarahan-diri,
manusia bukan objek semata atau materi. Manusia dapat disebut fana dari semua
yang fana karena dia satu-satunya makhluk yang menyadari sepenuhnya akan
kematiannya sebagai kejadian yang akan datang. Dengan cara yang sama, dapat
dikatakan bahwa alam mempunyai sejarah tetapi tidak mengetahuinya, sedangkan
manusia mengetahui bahwa dia mempunyai sejarah dan membuat sejarah pula.
Menurut C. Alexander Simpkins dan Analen Simkins dalam Hutabarat
(2009:26-29) ajaran pokok Konfusianisme berkisar antara cara hidup dan cara
menjalani hubungan. Kehidupan sehari-hari menjadi fokus ajarannya. Membuat
Universitas Sumatera Utara
48
kehidupan menjadi yang terbaik menjadi tujuan utamanya. Konfusius
menunjukkan cara untuk menghadapi masalah dan cara berubah sehingga manusia
dapat membangkitkan kebijaksanaan dan potensi. Pokok ajaran konfusianisme
sebagai berikut:
1. Jen
Jen adalah kemurahan hati, cinta yang agung, mengekspresikan Tao
kemanusiaan. Jen adalah sumber utama keluhuran: kebijaksanaan, cinta, belas
kasih dan kesetaraan. Jen adalah sumber utama keluhuran yang terwujud
sebagai yi atau kebaikan. Moralitas berasal dari cinta kasih. Jen menunjukan
pada kemanusiaan, sifat alami manusia sendiri, dan selalu mencakup hal-hal
lainnya. Jen adalah kualitas yang unik pada manusia yang membedakannya
dengan binatang.
Jen memerlukan kebajikan yang altruistik, tulus, dan bersimpati terhadap
sesama. Menjalani hidup sesuai dengan Jen berarti hidup dengan harmoni dan
selaras dengan kebajikan penuh cinta yang ada dalam diri.
Cinta yang mengorbankan segalanya tanpa pamrih terhadap keluarga kita
adalah prinsip yang utama. Kepatuhan anak adalah salah satu bentuk dari Jen
dalam keluarga. ketika seseorang memperlakukan keluarga dengan jen berarti
ia melakukan kebajikan, menyatukan keluarganya, komunitasnya, negrinya
dan akhirnya seluruh dunia dengan kebajikan yang penuh cinta kasih.
Jen memiliki dua hal yang menjadi aspek tindakan dalam berhubungan
dengan sesama manusia, yaitu chung dan shu yang membimbing seseorang
Universitas Sumatera Utara
49
dalam hal-hal yang seharusnya dilakukan maupun hal-hal yang tidak perlu
dilakukan. Chung atau jalan tengah adalah sesuatu yang positif dan jernih.
Seperti halnya emas, chung menuntun perilaku seseorang dalam pengertian
aktif, memberitahu agar memperlakukan sesama manusia dengan baik sesuai
dengan kebajikan. Memampukan untuk mengembangkan rasa kebaikan, yakni
hal-hal yang seharusnya dilakukan sesuai dengan hubungan peranan dalam
kehidupan dan lingkungan hidup. Berempati dan bersungguh-sungguh dalam
membantu sesama. Chung bersifat tegas, aktif dan positif. Oleh karena itu
bertindaklah sesuai dengan cinta dan respek terhadap kebajikan, tanpa pamrih
member bantuan dengan tulus. Standar penilaian untuk memilih dan
menentukan hal-hal yang seharusnya dilakukan merupakan sesuatu yang telah
ada di dalam diri manusia yang menyatu dengan sifat alaminya. Pilihan
mengenai cara memperlakukan orang tua, keluarga, atau sesama manusia di
dalam hubungan harus sesuai dengan standar tersebut.
Sedangkan shu merupakan kesediaan untuk menerima, panduan untuk
bertingkah laku. Shu berarti menjalani hidup dengan altruism tanpa
mengharapkan sifat timbal baliknya. Shu biasa disebut aturan perak, yaitu
jangan melakukan sesuatu kepada orang lain kalau tidak mau orang lain
melakukan hal itu terhadap anda.
2. Li dan Wen
Li adalah keluhuran yang fundamental yakni bentuk atau prinsip. Li di
ekspresikan sebagai kesopanan, perilaku, bentuk hubungan, dan tindakan. Li
mencakup ritual, adat-istiadat, dan pola hidup. Li dan chi dianggap sebagai
dasar dari segala yang ada. Li telah ditafsirkan dengan banyak cara, tetapi
Universitas Sumatera Utara
50
maknanya selalu kembali pada hakikat bentuk yakni bentuk yang ada dalam
diri manusia.
Dalam konfusianisme, bentuk adalah yang utama. Bentuk adalah
prinsip dan prinsip adalah bentuk. Bentuk dianggap sebagai lambing
kebijaksanaan sejati atau persepsi tercerahkan. Dalam situasi sosial, Li
adalah semangat yang memberikan makna atau memungkinan munculnya
makna.
Konfusianisme menghubungkan bentuk objek nyata yang ada di dunia
terkait erat dan diciptakan sesuai bentuknya sendiri. Bentuk terlebih dahulu
ada, kemudian hakikat mengikutinya. Bentuk di ekspresikan melalui bentuk
nyata di dunia ini, bukan sebagai sesuatu ideal yang melaluinya.
Adat kebiasaan, ritual, dan tradisi sama-sama mengandung Li, tetapi Li
ssendiri tidak terbatas pada bentuk, kebiasaan, ritual, atau tradisi itu sendiri.
Li adalah roh dari kebiasaan, ritual, atau tradisi itu sendiri. Karena konfusius
percaya mempelajari hal-hal klasik yang diikuti dengan partisipasi penuh
hormat dan ritual, kebiasaan dan tradisi akan menuju pada pemahaman yang
tercerahkan. Menyelidiki sifat alami, segala hal akan membantu orang yang
dengan tulus, melakukan pencarian sehingga mereka memahami Li yang
terdapat pada semua itu, dan pada gilirannya akan menemukan Li itu sendiri.
Li terwujud sebagai bentuk hubungan di dalam masyarakat. Prinsip
Lidalam sifat alami manusia mendorong manusia untuk menentukan baik
dan buruk, benar dan salah di dalam perilakunya. Kepatuhan anak dan kasih
sayang adalah suatukonsuekuensi langsung dari Li yang melekat dalam
hubungan umat manusia.
Universitas Sumatera Utara
51
Konfusius sangat mencintai seni karena mengangap seni memiliki salah
satu pengaruh yang paling besar terhadap manusia. Ketika di kombinasikan
antara Li dan Wen (budaya dan seni) membantu manusia mengolah
keselarasan dan mempromosikan keluhuran. Seni yang di maksud dalam
Wen yaitu musik, hasil pertukangan, puisi, arsitektur, semua kualitas estetis
dan berbudaya dalam karya cipta manusia.
Seni memiliki daya untuk melepaskan roh dan mengentaskan
kemanusiaan ketingkat terbaik. Cinta dan rasa hormat Konfusius terhadap
seni berasal dari pengelihatannya terhadap dampak seni yang positif
terhadap manusia. Contohnya, ketika mendengarkan musik dengan
harmonisasi yang baik dan indah, jiwa akan terasa menghargai apa yang
anda dengar dan merasakannya dengan penuh penghayatan dan kelembutan.
Seni adalah salah satu aspek penting dalam budaya manusia dan seharusnya
kita melibatkan diri kita sendiri di dalamnya.
3. Chung
Chung adalah tengah-tengah atau pusat yang menjadi titik
keseimbangan, semacam indra keenam dalam sifat kemanusiaan. Chung
adalah sesuatu yang bersifat aktif, positif dan menunjukkan jalan. Konfusius
dan Mensius menyatakan bahwa kodrat manusia sepenuhnya berkembang
merupakan standar upaya batin yang jujur untuk mendapatkan kebenaran,
kompasuntuk menemukan arah yang harus di tempuh dalam perjalanan
hidup manusia.
Jalan tengah adalah pusat kepribadian, yakni garis yang menjadi
standar untuk pengolahan diri. Sebagai contoh, meskipun penguasa bijak
Universitas Sumatera Utara
52
diharapkan menetapkan standar bagi rakyatnya, tetapi standar yang di
gunakan oleh pemimpin itu sendiri ada dalam batinnya. Tuan tanah hingga
petani sama-sama memiliki standar perilaku pusat mereka, sifat manusia
yang bijaksana.
Jalan tengah adalah pusat yang menengahi hal-hal yang berlebihan.
Konfusius menasehati orang-orang agar menjadi seimbang. Karena dalam
keseimbangan terdapat kebijaksanaan.
4. Chun-tzu
Chun-tzu (orang bijak) adalah manusia sejati yang benar-benar tulus
dan jujur terhadap sifat alaminya. Konfusius percaya bahwa ketulusan
muncul lebih dulu. Tidak seorangpun dapat menempuh jalur menuju
tercapainya kebijaksanaan jika tidak memiliki ketulusan.
Semua orang pernah melakukan kesalahan, tetapi hanya sedikit yang
bersikap rendah hati ketika melakukan kesalahan dan memperbaiki tindakan
mereka yang salah. Konfusius menekankan sikap rendah hati dan jujur,
terutama ketika tidak adanya orang lain yang menyaksikan atau menegurnya
atau mendisiplinkannya.
Sifat asli manusia pada dasarnya baik. Mengekspresikan hal-hal positif
dari sifat manusia adalah pilihan yang dianugrahkan dalam perjalanan hidup.
Mengembangkan diri seutuhnya pada jalur konfusianisme berarti tidak
hanya sekedar belajar menghargai kebaikan yang tidak kentara di dalam diri
sendiri, melainkan juga mencintai jalan hidup sesuai dengannya.
Konfusius berprinsip seseorang harus menyelesaikan peran yang
dimainkannya di dalam kehidupan ini, apapun peran yang dijalaninya. Jika
Universitas Sumatera Utara
53
ingin mengembangkan diri menjadi manusia sejati, seseorang perlu belajar
untuk hidup dengan bijaksana, menyatukan hal-hal terbaik yang diberikan
ilmu pengetahuan kedalam dirinya.
Kalangan Neo-Konfusianisme menambahkan dimensi lain dalam
pembelajaran ketika mempelajari Li. Orang bijak berusaha memahami segala hal
seputar dunia dengan mengeksplorasi prinsip yang merupakan hakikat di balik
segala hal. Dengan demikian, pengertian yang di peroleh tidak pernah dangkal.
Pikiran yang mendalam dan cermat harus disertai dengan pembelajaran.
Pembelajaran tanpa berpikir hanya menyia-nyiakan waktu, sedangkan berpikir
tanpa belajar merupakan sesuatu yang berbahaya.
Salah satu hal yang dimiliki orang bijak adalah kemuliaan. Kemuliaan
adalah soal perilaku, bukannya sesuatu yang melekat dalam diri ketika manusia
lahir. Kemuliaan adalah tindakan, hal-hal yang manusia lakukan, bukannya
sesuatu yang di wariskan secara turun-temurun berdasarkan keturunan. Seorang
bergerak maju menuju arah kualitas yang dimiliki kaum bijak apabila ia
mengembangkan kehangatan, kebaikan sejati dan keramahan. Dengan menjadi
tenang dan tentram di dalam batin, orang bijak menginspirasi orang lain untuk
sepenuhnya merasa tentram.
Orang bijak yang sejati adalah orang yang tenang dan tentram. Ketenangan
diperoleh karena dapat menemukan hal-hal yang positif dalam situasi maupun
dalam watak orang lain. Orang lebih mulia menekankan kualitas positif pada
orang lain dan membantu mereka menjadi demikian. Orang biasa hanya melihat
hal negatifnya saja.
Universitas Sumatera Utara
54
Orang lain dapat dipengaruhi sikap positif oleh kekuatan batin orang bijak.
Kualitas baik yang dimulai dari batin individu dimaksudkan untuk membantu
orang lain secara umum. Oleh karena itu, Konfusius mendorong murid-muridnya
untuk sepenuhnya mengembangkan kemanusiaan yang ada pada sifat alami
mereka yang terdalam, bukan sekedar untuk perkembangan pribadi, melainkan
demi perkembangan sesama. Akan selalu ada harapan bagi dunia, tidak peduli
betapa terkadang hidup terlihat begitu sulit, tetapi manusia meningkatkan dirinya
(Hutabarat, 2009:31)
Terpusat pada ajaran konfusianisme peraturan mengenai berinteraksi dan
bersosial. Ada lima hal yang menjadi hubungan yang erat yaitu:
1. Menjadi ayah yang baik hati dan anak yang patuh serta taat.
2. Lemah lembut sebagai kakak tertua dan rendah hati dan menghormati
sebagai adik termuda.
3. Berprilaku yang adil sebagai suami dan menjadi istri yang patuh.
4. Menjadi penjaga kuil yang selalu ramah dan sebagai junior menghormati
senior.
5. Peraturan selalu mengarahkan kepada kebaikan, setia, hormat dan tunduk
kepada pemerintahan.
Jika semua perilaku diatas diterapkan pada kehidupan sehari-hari maka akan
menjadi harmoni pada seluruh bagian kehidupan (Tucker, 2015:7)
Dalam kehidupan berkeluarga ayah merupakan kunci utama sebagai sosok
yang berpengaruh. Dia harus menjadi contoh yang baik untuk anak laki-laki.
Kewajiban seorang anak laki-laki adalah patuh terhadap perintah ayahnya tanpa
Universitas Sumatera Utara
55
bertanya dan menghormatinya, walaupun setelah meninggal. Ketika ayah
meninggal, kepatuhan di berikan kepada anak laki-laki tertua. Konfusius
menyatakan dalam Analekta Bab II nomor 5 : “Meng I Tzu menanyakan
mengenai cara memperlakukan orang tua. Master berkata ‘jangan pernah tidak
patuh terhadapnya…ketika mereka masih hidup, bantulah mereka sesuai dengan
sebagaimana yang ada pada ritual. Ketika mereka meninggal, makamkan mereka
sebagaimana yang ada pada ritual dan berkorbanlah untuk mereka sebagaimana
yang ada pada ritual”.
Pemikiran Konfusius bahwa pemerintahan harus mementingkan orang-
orang di Negara. Kerajaan feodal mau mendengarkan apa yang di butuhkan
banyak orang. Jika aturan dalam kehidupan berprinsip pada yang tertinggi,
kemudian orang-orang akan mengikuti dan ada yang akan membentuk dari hal
yang paling besar juga hal kecil. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh bawahan untuk
tidak bertanya mengenai kesetiaan kepada atasan mereka. Konfusius menyatakan
dalam analekta bab 13 nomor 11 “ini mengatakan bahwa apabila seorang yang
baik bekerja untuk Negara untuk seribu tahun, kemungkinan besar akan jauh dari
dari kekerasan dan menghapuskan pembunuhan. Yang dikatakan ini tentu saja
benar.”Konfusius percaya bahwa masyarakat yang baik dicapai melalui
pendidikan.
Konfusius tidak merasa membantu menolong praktek dalam kehidupan
sehari-hari, kemudian berasumsi dia tidak menjadi rujukan dari pokok
permasalahan.konfusius tidak membuat agama baru, tetapi hanya
memperkenalkan filsofi dalam beretika. Sistem dari Konfusianisme mengucapkan
Universitas Sumatera Utara
56
kata-kata mengenai tingkah laku yang pantas dalam sebuah hubungan sesama
manusia. Begitu pula saat upacara agama tau perayaan lainnya dan yang
berhubungan dengan pemerintahan. Inti dari masalah umat manusia berdasarkan
Konfusius adalah bahwa orang-orang tidak berpendidikan dan tidak tahu
bagaimana berprilaku terhadap diri mereka sendiri apalagi pada peraturan
kehidupan sosial. Hasil akhir yang paling utama dari kehidupan adalah menjadi
berpendidikan dan bermoral dalam kehidupan. Tidak ada tuhan yang menolong
manusia dalam berusaha dalam filsofi Konfusianisme. Konfusius mengatakan
dalam Analekta Bab III nomor 13: “Seseorang yang dirinya masuk kedalam hal
yang salah, surga yang tidak ada artinya saat nafas terakhir.”
Menurut Konfusianisme semua hal mengenai orang yang hidup yang
terbaik adalah Li. Tanpanya kita tidak akan mengetahui bagaimana cara berprilaku
yang pantas dalam beribadat dari semangat persatuan, bagaimana cara bersikap
yang pantas kepada Raja dan Mentri, mengatur dan diatur, dan antara yang tertua
dan yang masih baru, atau bagaimana perilaku bermoral dalam berinteraksi antara
hubungan intim, antara hubungan dengan orangtua dan anak, antara saudara, atau
bagaimana membedakan antara hubungan dalam keluarga.
2.4.2 Hubungan Manusia dengan Alam
Menurut Tucker (2013:23-24) tindakan berdasarkan kebutuhan alam
memelihara dan secara terus-menerus dengan sendirinya dan untuk kebutuhan
ekonomi menggunakan sumber daya alam membutuhkan komitmen sebagai etika
ekologis dalam Konfusianisme. Manusia memiliki pengetahuan untuk
Universitas Sumatera Utara
57
melindungi dan membuat sesuatu menggunakan sumber daya alam mula-mula
dari kebijakan pertanian pada masa Cina Kuno. Berdasarkan pada sejarah, Kaisar
Yu pada umurnya yang ke 21 sadar bahwa ekologi membutuhkan perlindungan.
Dia member perintah bahwa : “di musim semi menebang pohon dilarang di hutan
sehingga pohon dan rerumputan semak-semak bisa tumbuh, di musim panas
dilarang untuk menangkap ikan menggunakan jarring di sungai dan kolam
sehingga ikan dan kura-kura bisa tumbuh.”. kemudian pada masa pemerintahan
Kaisar Wen dari dinasti Zhou membantah apa yang di perintahkan oleh Raja Wu
yaitu “kapak tidak boleh digunakan di hutan gunung agar pohon dan semak-semak
bisa tumbuh , jarring tidak boleh di gunakan di sungai ataupun di kolam agar pada
saat tersebut ikan dan kura-kura bisa berkembang. Dilain kesempatan ikan dan
kura-kura pergi ke dasar kolam, burung-burung dan binatang buas pergi dan
hidup dalam hutan dan semak-semak, sendirian dan kesulitan.”. King Wen
mengatakan ini adalah indikasi kesuksesan yang bisa diambil dari sumberdaya
alam dan melindungi lingkungan yang lebih konsen terhadap persoalan
kebangkitan dan kejatuhan Negara.
Xunzi memusatkan perhatian pada tanggung jawab manusia terhadap alam
yaitu:
“Respond to it with peace and order, and good fortune will
result. Respond to it with disorder, and disaster will follow. If the
foundations of living (i.e., agriculture and sericulture) are
strengthened and are economically used, then Nature cannot bring
impoverishment. But if the foundations of living are neglected and
used extravagantly, then Nature cannot make the country rich.”
Universitas Sumatera Utara
58
Kalimat diatas memiliki arti untuk menanggapi perdamaian dan perintah,
dan keberuntungan yang baik akan menghasilkan. Menanggapi dengan tanpa
perintah, dan bencana akan mengikuti. Jika mengikuti pondasi hidup (contohnya
seperti pertanian dan budaya yang selaras)menggunakan kekuatan dan ekonomi,
dari pada membawa perbaikan. Tetapi jika pondasi hidup diabaikan dan
digunakan secara berlebihan, dari pada alam tidak membuat Negara menjadi kaya.
Karena itu Konfusianisme menerangkan bahwa untuk menjadi manusia
harus mengontrol dan membatasi keinginan mereka, jadi sumber daya alam bisa
digunakan secara rasional dan sesuai keperluan, kemudian memproduksi kembali
serta mengkonsumsi agar tetap seimbang. Konfusius sendiri bersikap tegas
menentang penyalahgunaan sumber daya. Ia menganjurkan bahwa aturan tersebut
berpengaruh terhadap pengeluaran ekonomi yang memiliki efek terhadap sumber
daya alam dan menggunakan para buruh tani untuk kemunduran dari musim tahun.
Mensius termasuk di dalamnya Konfusius berpikir tentang hal tersebut. Dia
menanyakan peraturan mengenai mengontrol dan membatasi keinginan memiliki
bahan mentah atau benda yang berasal dari sumber daya alam dan memberikan
perhatian kepada pengembangan produksi. Dia mengatakan: “ Pengolahan yang
baik dan memberikan pajak yang murah akan membuat orang-orang menjadi lebih
kaya”. Ia juga mengatakan “Jika suatu lahan diolah pada waktu tersebut, padi
tidak akan bisa dimakan dan ikan tidak akan tertangkap dengan menggunakan
jaring, ikan dan kura-kura tidak akan di beri makan, jika semak-semak dan pohon
di potong pada waktu yang tepat, pohon tidak akan bisa di gunakan”. Xunxi
mengatakan bahwa: “ ketika sungai dan kolam dalam,” dia mengatakan “ ikan dan
kura-kura akan kembali, ketika hutan di gunung dan semak-semak tumbuh
Universitas Sumatera Utara
59
subur,burung dan binatang buas akan kembali”. Keduanya yaitu Xunzi dan
Mencius memiliki ide untuk menjadikan kebaikan untuk semua orang dan semua
hal, yang mana telah tergambarkan dari ajaran konfusianisme yang penting dalam
semua segi kehidupan. Pemikiran Konfusianisme member pengertian bahwa
hanya cara ini yang bisa membuat sengalanya tetap ada dan berbagai macam
sesuai dengan hukum alam, ketika kemanusiaan bisa memiliki hidup yang
memiliki cukup sumber daya alam untuk kehidupan bermasyarakat. Contoh kecil
peraturan dalam masyarakat yang aktif dan produktif harus memiliki keuntungan
dalam mengembangkan sumber daya untuk pengembangan sumber daya harus
memiliki sumber daya manusia yang baik.
Konfusianisme berpandangan bahwa manusia memiliki peranan penting dari
alam dan mereka harus berkontribusi dan beraksi sesuai dengan hukum yang
berhubungan dengan perlindungan alam. Pada kenyataannya pada masa sekarang,
tentu saja membuktikan sebaliknya manusia dengan keji telah melakukan
eksploitasi sumber daya alam dan menimbulkan dampak besar pada kerusakan
sumber daya alam, pada kesimpulannya manusia harus memiliki sumber
mengenai moral. Konfusianisme memiliki kepercayaan bahwa kesatuan alam
langit dan manusia harus memiliki moral. Konfusianisme berprinsip pada
kontribusi nilai-nilai dalam kehidupan. Inti dati pelajaran etika Konfusanisme
adalah ren atau kebajikan. Konfusius mengambil ajaran pada penerapan kebajikan
pada banyak hal ideal dalam kehidupan. Ia berkeinginan bahwa semua hal yang
ada di alam menjadi pondasi benda-benda yang mana orang-arang akan hidup
bersamanya, oleh karena itu manusia harus berprilaku bersahabat dengan alam.
Dia juga berpikir bahwa hidup dengan baik menetapkan untuk berhubungan
Universitas Sumatera Utara
60
dengan kecintaan terhadap alam dan dan menganggap mereka seperti teman
sendiri, melindunginya dengan kasih sayang melakukan penebangan pada pohon
dan membunuh binatang pada waktu yang benar-benar mendesak. Oleh karena
itu,cinta dan kasih sayang terhadap manusia harus memberikan perlindungan dan
merespon sumber daya alam. Alam telah di memberikan seluruh kekuatan pada
kewajiban bekasih sayang dalam konfusianisme yaitu kita harus menjadi orang
yang berkasih sayang tidak hanya kepada sesama manusia tetapi juga kepada alam.
Ini karena manusia berhubungan dengan surga dan bumi, merupakan bentuk dari
tiga serangkai.
Diambil dari pandangan Konfusianisme bahwa berdasarkan krisis
ekologikal berasal dari krisis spiritual dalam kemanusiaan, solusi dari krisis
ekologikal benar-benar berhenti dengan meregenerasi kemanusiaan. Ini adalah hal
yang harus di perhitungkan pada perasaan moral, hanya untuk yang telah
mempersiapkan observasi terhadap regulasi perlindungan sumber daya alam,
memikul tanggung jawab, dan kewajiban terhadap alam. Konfusius
mengidentifikasi berbagai macam karakter orang yang bermoral mulia. Teori
mengenai persatuan antara surga dan manusia menjadi bermasyarakat sesuai
dengan zamannya cara baru berpikir mengenai jawaban dari hubungan antara
dunia, manusia dan alam. Hubungan ini harus menjadi kesatuan dan harmonis.
Pada akhir analisa untuk melindungi alam dan sumber daya lainnya adalah untuk
melindungi manusia itu sendiri. Ide terpusat pada persatuan antara manusia, surga
dan menjangkau kasih sayang dan cinta terhadap alam, tetapi juga memberikan
kasih sayang pada manusia generasi berikutnya melalui jaminan alam terpelihara
Universitas Sumatera Utara
61
dari kepentingan generasi terdahulu yang mengusahakan keuntungan pada
generasi yang belum lahir.
Etika ekologikal Konfusianisme bisa langsung dipahami oleh orang-orang
dan mengendalikan hubungan antara seseorang dan lainnya, satu generasi ke
generasi lainnya, individu dan masyarakat, orang-orang dan alam, bagian menarik
dan ketertarikan pada keseluruhan, ketertarikan pada waktu yang singkat dan pada
waktu yang lama. Pertengahan dalam dua abad memberikan kecocokan alasan
untuk menghentikan dan berpikir ulang secara terus-menerus mendasari
bagaimana mempertahankan harmonisasi antara peradaban manusia dan alam.
Waktu sangat di butuhkan untuk menyadari harmonisasiekologikal berdasarkan
etika Konfusianisme ini sebagai abad penghijauan.
2.4.3 Hubungan Manusia dengan Dewa
Teori mengenai keutuhan surga dan manusia dicakup dalam konfusianisme.
Dalam arti dari doktrin (zhongyong) mengatakan: “semua hal yang ada hidup
bersama dan mereka tidak saling berbuat kerusakan, semua cara akan hidup
bersama dan mereka tidak menjadi konflik”. Mencius juga memberikan
pandangan terhadap persatuan dan perwujudan yaitu: “di semua tempat yang
menjadi tempat orang bijaksana meninggal, berhenti memandu orang-orang
menolong untuk berubah, tempat dimana orang bijak menetap, sebuah aturan
misteri yang berperan untuknya, orang bijaksana akan tinggal di atas dengan surga,
di bawah dengan bumi”. Lu jia menghubungkan keduanya yaitu: “tradisi memiliki
surga yang memberikan kelahiran pada beribu-ribu hal menjadi pemelihara bumi
dan membawa penyelesaian dari orang-orang bijak”. Penjelasan ini merubah dan
mengembangkan bahwa manusia dan alam saling berhubungan, harmoni dan
Universitas Sumatera Utara
62
berubah seimbang. Surga, bumi dan manusia tidak dapat dianggap terisolasi.
Kebalikannya tiga tempat ditempatkan dengan sistem lebih besar dan diambil
secara keseluruhan.
Sebagai observasi yang tepat dari sumber tradisi china, murid Konfusius
Xunzi yang menyatakan: “tian merupakan sebuah perintah alam, beroprasi
berdasarkan tidak mengubah prinsip, tidak ikut campur dalam jalan yang tidak
biasa, dalam urusan manusia tetapi lebih dari pada itu menyediakan dalam
konteks semua hal yang ada dalam kehidupan”. Fung Yu Lan, dalam sejarah
filsofi china mengidentifikasi lima perbedaan makna dalam tian, yaitu:
1. Langit dalam bentuk kesatuan fisik
2. Antropomorfik kerajaan langit
3. Takdir atau nasib.
4. alam
5. Hal tertinggi dalam perintah moral, menekspresikan arti dari doktrin ketika
hal tersebut terbuka untuk observasi bahwa tian merupakan anugerah kita
yaitu alam.
Di Jepang, mengalami perbeda konsep dengan konfusius yang ada di Cina.
Hal ini dikarenakan karakteristik masyarakat di Jepang yang tidak terlalu
menganggap bahwa agama adalah sesuatu yang spesial. Sebagai contoh, orang
Jepang akan menyembah dewa-dewa dari agama yang berbeda tanpa adanya
perasaan yang menyimpang atau bertentangan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa konsep Konfusius di Cina yang dianggap sebagai suatu agama, ketika
masuk ke Jepang berubah, karena unsur keagamaannya yang berkurang dan yang
Universitas Sumatera Utara
63
lebih menonjol adalah aspek sekuler dari Konfusius, yaitu dasar pemikiran etika
hubungan antar manusia (https://mizucha.wordpress.com/2013/05/05/japan -
religion -konfusius -di-jepang/)
Kepercayaan terhadap dewa di jepang dalam ajaran Konfusianisme jepang
tidak memiliki peran yang siknifikan terhadap masyarakat jepang. masyarakat
jepang mempercayai ajaran lain yang menjadi kepercayaan terhadap dewa.
Masyarakat jepang cenderung menggunakan kepercayaan dewa-dewa melalui
ajaran Shinto. Shinto, yang berarti ”Jalan dewa” merupakan kepercayaan asli
Jepang. Shinto didasarkan pada pemikiran yang percaya dengan banyak dewa
(polytheisme) dan kekuatan alam (matahari, bulan, gunung, laut, ombak, angina,
petir, dll). Sehingga, hal ini berpengaruh pada sikap hormat yang sangat tinggi
masyarakat Jepang kepada alam, ditunjukkan dengan sikap merawat alam, hingga
saat ini (http:// hansblox. blogspot. co. id/2010/02/kepercayaan-di-negara-jepang-
berikut. html).
Pada masa pemerintahan tokugawa kepercayaan terhadap konfusianisme
hanya di ajarkan pada segi kehidupan sosial tetapi tidak mengenai kepercayaan
terhadap dewa-dewa, surga ataupun hal lainnya yang berhubungan dengan ritual
keagamaan. Oleh karena itu kepercayaan terhadap dewa dalam ajaran
Konfusianisme Jepang tidak memiliki peran penting. Konfusianisme Jepang
hanya berdasarkan pada filsofi yang di dalamnya terdapat berbagai ajaran moral,
etika dan akhlak. Kepercayaan terhadap dewa hanya berupa kepercayaan terhadap
roh nenek moyang yang telah tiada namun tetap dianggap hidup bersamaan
dengan manusia yang hidup.
Universitas Sumatera Utara
64
BAB III
PENERAPAN MORALKONFUSIANISME
DALAM PENDIDIKAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI JEPANG
3.1 Isi Moral KonfusianismeDalam Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar di
Jepang
Moral Konfusianisme di kehidupan Jepang modern terintergrasi dalam
berbagai aspek kehidupan sosial, salah satunya pada pendidikan moral. Pada
masa awal pembentukkan pendidikan moral pengeruh Negara barat, Shintoisme
dan Konfusianisme terintergrasi dalam pendidikan moral Sekolah di Jepang.
Pendidikan moral sekolah dasar bertujuan untuk mengolah moral yang baik
seperti perasaan, pendapat, perilaku dan aktivitas lain yang mendukung. Tujuan
ini seharusnya menjadi tanggungan saat merencanakan semua subjek pelajaran
dan kegiatan sekolah yang memperkaya persatuan yang erat, struktur dan
perkembangan pengawasan untuk menambah pemikiran lebih dalam pada
swatantra hidup dan kesadaran terhadap nilai moral untuk pengaplikasian dalam
kehidupan yang sesungguhnya (Ueda, 2015:7). Terdapat berberapa hal yang
mendasari adanya pendidikan moral, yaitu:
1. Pendidikan moral yang Berhubungan dengan diri sendiri bertujuan agar
murid Sekolah Dasar menerapkan pada dirinya sebagai berikut:
a. Sendiri mengenai kedisiplinan, kebebasan, tanggung jawab dan hidup
dalam keteraturan.
b. Mengarahkan memimpin dirinya, memiliki ambisi dan menghargai
dirinnya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
65
c. Memiliki aspirasi dan keberanian dalam menyampaikan pendapat,
mengontrol diri sendiri dan menjadi kuat.
d. Bersikap adil, jujur dan kreatif.
2. Berhubungan dengan orang lain bertujuan untuk sebagai berikut:
a. Menumbuhkan sikap omoiyori ( perhatian perseorangan terhadap orang
lain) dan berterimakasih.
b. Diharapkan bertingkah laku baik
c. Berteman baik
d. Memiliki rasa kepercayaan terhadap orang lain dan mempercayai orang
lain.
e. Saling mengerti dan menolong.
3. Berhubungan dengan alam dan keindahan bertujuan untuk sebagai berikut:
a. Menghargai hidup
b. Perduli terhadap lingkungan
c. Kagum dan menghormati keindahan alam
d. Menikmati hidup dan keindahan alam.
4. Berhubungan dengan kelompok dan masyarakat memiliki tujuan untuk
sebagai berikut:
a. Taat terhadap hukum serta menjadi warga Negara yang baik
b. Memiliki rasa adil
c. Mencintai perdamaian dan perdamaian sosial
d. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat
e. Mencintai keluarga
f. Berguna bagi keluarga
Universitas Sumatera Utara
66
g. Mencintai tradisi
h. Menghargai tradisi dan budaya
i. Mencintai Negara dan daerah jepang lainnya
j. Mengerti Negara lain serta perdamaian
Sedangkan ajaran pokok Konfusianisme merupakan pedoman moralcara
hidup dan cara menjalani hubungan sesama manusia. Kehidupan sehari-hari
menjadi fokus utama ajarannya. Membuat kehidupan menjadi yang terbaik adalah
sasarannya. Konfusius menunjukkan cara untuk menghadapi masalah dan cara
untuk berubah sehingga manusia dapat membangkitkan inti batin kebijaksanaan,
potensi dalam diri yang belum tersalurkan, dan menjadi orang yang bijaksana.
Pokok ajaran Konfusianisme yang di dalamnya terdapat nilai moral
Konfusianisme adalah sebagai berikut:
1. Jen
Konfusius menyatakan bahwa kabijakan yang harus ditanamkan diatas
semuanya adalah sifat Jen yaitu sifat membersihkan hati manusia. Aspek
tersebut bertujuan untuk mempertahankan cita-cita Konfusius yang
menyangkut penanaman hubungan manusia, perkembangan kemampuan
manusia, menghaluskan kepribadian sendiri, dan menjunjung tinggi hak-hak
manusia. ‘Tujuan Konfusius sendiri dalam menanamkan sifat Jen dalam diri
manusia adalah agar mampu mempraktekkan lima kebijaksanaan di dunia
menurut pandangan Jen, lima kebijaksanaan tersebut adalah menghormat,
keluhuran budi, ketulusan hati, ketekunan dan keramahtamahan’ (Analekta
17:16). Dia juga mengatakan bahwa Jen tercapai karena juga mencintai
Universitas Sumatera Utara
67
orang lain (http://gudangtugasku.blogspot.co.id /2012 /02/ajaran-
Konfusianisme-tinjauan-sejarah.html).
Didalam Jen terdapat sikap-sikap yang menunjukkan perilaku
bermoral yaitu:
a. Kemurahan hati
b. Cinta yang agung
c. Mengekspresikan rasa kemanusiaan
d. Kebijaksanaan
e. Cinta dan belas kasih
f. Kesetaraan dan kebaikan.
g. Moralitas berasal dari cinta kasih.
h. Bersimpati terhadap sesama
i. Hidup dengan harmoni
j. Cinta yang mengorbankan segalanya tanpa pamrih terhadap keluarga
k. Kepatuhan anak dalam keluarga
l. Menyatukan keluarganya, komunitasnya, negrinya dan akhirnya seluruh
dunia dengan kebajikan yang penuh cinta kasih.
m. Salah satu aspek dalam Konfusianisme adalah Chung atau jalan tengah
adalah sesuatu yang positif dan jernih
n. Chungmenuntun perilaku seseorang dalam pengertian aktif, memberitahu
agar memperlakukan sesama manusia dengan baik sesuai dengan
kebajikan. Memampukan untuk mengembangkan rasa kebaikan, yakni
hal-hal yang seharusnya dilakukan sesuai dengan hubungan peranan
dalam kehidupan dan lingkungan hidup.
Universitas Sumatera Utara
68
o. Dalam Chung diharapkan memiliki sikap berempati dan bersungguh-
sungguh dalam membantu sesama.
p. Shu merupakan salah satu aspek dalam jen yang berarti kesediaan untuk
menerima, panduan untuk bertingkah laku. Didalam shu terdapat
pemikiran yang mendalam mengenai segala sesuatu memiliki akibat
yaitu jangan melakukan sesuatu kepada orang lain kalau tidak mau orang
lain melakukan hal itu terhadap anda.
2. Li dan Wen
Li adalah keluhuran yang fundamental yakni bentuk atau prinsip,
sedangkan Wen berarti seni. Didalam Li terdapat ajaran moral sebagai
berikut:
a. Kesopanan perilaku, bentuk hubungan, dan tindakan dalam ritual, adat-
istiadat, dan pola hidup.
b. Partisipasi penuh hormat dan ritual, kebiasaan dan tradisi akan menuju
pada pemahaman yang tercerahkan
c. Li merupakan hasil dari membantu orang yang dengan tulus melakukan
d. Li terwujud sebagai bentuk hubungan di dalam masyarakat. Prinsip
Lidalam sifat alami manusia mendorong manusia untuk menentukan baik
dan buruk, benar dan salah di dalam perilakunya.
e. Kepatuhan anak dan kasih sayang adalah suatu konsuekuensi langsung
dari Li yang melekat dalam hubungan umat manusia.
f. Kombinasikan antara Li dan Wen (budaya dan seni) membantu manusia
mengolah keselarasan dan mempromosikan keluhuran. Seni yang di
Universitas Sumatera Utara
69
maksud dalam Wen yaitu musik, hasil pertukangan, puisi, arsitektur,
semua kualitas estetis dan berbudaya dalam karya cipta manusia.
3. Chung
Chung adalah tengah-tengah atau pusat yang menjadi titik keseimbangan,
semacam indra keenam dalam sifat manusiaan. Didalam Chungterdapat nilai
moral sebagai berikut:
a. Upaya batin yang jujur untuk mendapatkan kebenaran, kompas untuk
menemukan arah yang harus di tempuh dalam perjalanan hidup manusia.
b. Pusat kepribadian, yakni garis yang menjadi standar untuk pengolahan
diri. Sebagai contoh, meskipun penguasa bijak diharapkan menetapkan
standar bagi rakyatnya, tetapi standar yang di gunakan oleh pemimpin itu
sendiri ada dalam batinnya. Tuan tanah hingga petani sama-sama
memiliki standar perilaku pusat mereka, sifat manusia yang bijaksana.
c. Menengahi hal-hal yang berlebihan. Konfusius menasehati orang-orang
agar menjadi seimbang. Karena dalam keseimbangan terdapat
kebijaksanaan.
4. Chun-tzu
Chun-tzu (orang bijak) adalah manusia sejati. Nilai moral dalam Chun-
tzu adalah sebagai berikut:
a. Tulus dan jujur terhadap sifat alami manusia.
b. Bersikap rendah hati ketika melakukan kesalahan dan memperbaiki
tindakan mereka yang salah.
Universitas Sumatera Utara
70
c. Konfusius menekankan sikap rendah hati dan jujur, terutama ketika tidak
adanya orang lain yang menyaksikan atau menegurnya atau
mendisiplinkannya.
d. Mengekspresikan hal-hal positif dari sifat manusia adalah pilihan yang
dianugrahkan dalam perjalanan hidup.
e. Mengembangkan diri seutuhnya pada jalur Konfusianisme berarti tidak
hanya sekedar belajar menghargai kebaikan yang tidak terlihat di dalam
diri sendiri, melainkan juga mencintai jalan hidup sesuai dengannya.
f. Konfusius berprinsip seseorang harus menyelesaikan peran yang
dimainkannya di dalam kehidupan ini, apapun peran yang dijalaninya.
Kalangan Neo-Konfusianisme menambahkan dimensi lain dalam
pembelajaran ketika mempelajari Li. Orang bijak berusaha memahami segala hal
seputar dunia dengan mengeksplorasi prinsip yang merupakan hakikat di balik
segala hal. Dengan demikian, pengertian yang di peroleh tidak pernah dangkal.
Pikiran yang mendalam dan cermat harus disertai dengan pembelajaran.
Pembelajaran tanpa berpikir hanya menyia-nyiakan waktu, sedangkan berpikir
tanpa belajar merupakan sesuatu yang berbahaya.
Selain dalam kehidupan sosial, Konfusianisme juga memberi perhatian
terhadap lingkungan. Dalam pandangan Konfusianisme bahwa manusia memiliki
peranan penting dari alam dan mereka dan mereka harus berkontribusi dan
beraksi sesuai dengan hukum yang berhubungan dengan perlindungan alam.
Kenyataannya pada masa sekarang, tentu saja membuktikan sebaliknya manusia
dengan keji telah melakukan eksploitasi sumber daya alam dan menimbulkan
dampak besar pada kerusakan sumber daya alam, pada kesimpulannya manusia
Universitas Sumatera Utara
71
harus memiliki sumber mengenai moral. Konfusianisme memiliki kepercayaan
bahwa kesatuan alam, langit dan manusia harus memiliki moral. Kepercayaan
Konfusianisme berprinsip pada kontribusi nilai-nilai dalam kehidupan. Inti dari
pelajaran etika Konfusanisme adalah Ren atau kebajikan. Konfusius mengambil
ajaran pada penerapan kebajikan pada banyak hal ideal dalam kehidupan. Ia
berkeinginan bahwa semua hal yang ada di alam menjadi pondasi benda-benda
yang mana manusia akan hidup bersamanya, oleh karena itu manusia harus
berprilaku bersahabat dengan alam. Dia juga berpikir bahwa hidup dengan baik
menetapkan untuk berhubungan dengan kecintaan terhadap alamdan menganggap
mereka seperti teman sendiri, melindunginya dengan kasih sayang melakukan
penebangan pada pohon dan membunuh binatang pada waktu yang benar-benar
mendesak. Oleh karena itu,cinta dan kasih sayang terhadap manusia harus
memberikan perlindungan dan memperhatikan sumber daya alam. Ini telah
diberikan seluruh kekuatan pada kewajiban bekasih sayang dalam Konfusianisme
yaitu kita harus menjadi orang yang berkasih sayang tidak hanya kepada sesama
manusia tetapi juga kepada alam juga. Ini karena manusia berhubungan dengan
surga dan bumi, merupakan bentuk dari tiga serangkai.
Menurut Karyono (2011:7) terdapat beberapa aspek yang
mempengaruhipendidikan moral salah satunya Konfusianisme. Konfusianisme
dalam pendidikan moral tingkat Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan moral yang berhubungan dengan diri sendiri bertujuan agar
murid Sekolah Dasar menerapkan pada dirinya sebagai berikut:
a. Sendiri mengenai kedisiplinan, kebebasan, tanggung jawab dan hidup
dalam keteraturan. Dalam Konfusianisme pada ajaran Jen terdapat ajaran
Universitas Sumatera Utara
72
mengenai hidup dengan harmoni. Hidup dengan harmoni berarti hidup
dalam keselarasan dan keteraturan yang memiliki tujuan baik dalam
hidup. Dari pernyataan tersebut dalam moral Konfusianisme terdapat
ajaran yang memiliki tujuan yang sama dengan pendidikan moral di
jepang yaitu hidup dalam keteraturan.
b. Mengarahkan memimpin dirinya, memiliki ambisi dan menghargai
dirinnya sendiri. Dalam Konfusianisme hal tersebut terdapat dalam
Chun-tzu yang menerapkan moral yang berprinsip seseorang harus
menyelesaikan peran yang dimainkannya di dalam kehidupan ini, apapun
peran yang dijalaninya. Kedua hal tersebut memiliki tujuan dan peranan
yang sama yaitu menjadikan seseorang berambisi dan menghargai
hidupnya.
c. Bersikap adil, jujur dan kreatif merupakan salah satu tujuan dari
pendidikan moral tingkat Sekolah Dasar. Sedangkan pada moral
Konfusianisme menghubungkan mengenai sikap adil dalam Jen pada
aspek Chun dan Chun-Tzu yang didalamnya terdapat nilai moral
mengenai memberitahu agar memperlakukan sesama manusia dengan
baik sesuai dengan kebajikan,tulus dan jujur terhadap sifat alami manusia.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa dalam pendidikan moral terdapat
moral Konfusianisme mengenai bersikap adil dan jujur.
2. Berhubungan dengan orang lain bertujuan untuk sebagai berikut:
a) menumbuhkan sikap omoiyori ( perhatian terhadap orang lain) dan
berterimakasih. Dalam ajaran Konfusianisme perhatian terhadap orang
lain terdapat dalam Jen yaitu bersimpati terhadap sesama. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
73
terdapat juga pada aspek Chun dalam Jen yaitu mengembangkan rasa
kebaikan, yakni hal-hal yang seharusnya dilakukan sesuai dengan
hubungan peranan dalam kehidupan dan lingkungan hidup.
b) Bertingkah laku baik merupakan tujuan pendidikan moral yang juga
terdapat dalam moral Konfusianisme.
c) Saling mengerti dan menolong. Dalam Konfusianisme ajaran pokok Jen
menerapkan nilai moral berempati dan bersungguh-sungguh dalam
membantu sesama. Pada pendidikan moral dan moral Konfusianisme
memiliki keterkaitan mengenai perlunya saling menolong. Oleh karena
itu saling menolong merupakan salah satu perilaku yang menunjukan
sikap bermoral dalam hubungan bersama orang lain.
3. Berhubungan dengan alam dan keindahan bertujuan untuk sebagai berikut:
a) Menghargai hidup. Dalam moral Konfusianisme menghargai hidup
termasuk hal fundamental yang patut di perjuangkan. Ini terlihat dari
ajaran Chun-tzu yaitu Mengembangkan diri seutuhnya pada jalur
Konfusianisme berarti tidak hanya sekedar belajar menghargai kebaikan
yang tidak terlihat di dalam diri sendiri, melainkan juga mencintai jalan
hidup sesuai dengannya.
b) Perduli terhadap lingkungan. Dalam Konfusianisme memiliki pandangan
bahwa manusia memiliki peranan penting dari alam dan mereka dan
mereka harus berkontribusi dan beraksi sesuai dengan hukum yang
berhubungan dengan perlindungan alam.
c) Menikmati hidup dan keindahan alam.Konfusius berkeinginan bahwa
semua hal yang ada di alam menjadi pondasi benda-benda yang mana
Universitas Sumatera Utara
74
orang-orang akan hidup bersamanya, oleh karena itu manusia harus
berprilaku bersahabat dengan alam.Dia juga berpikir bahwa hidup
dengan baik menetapkan untuk berhubungan dengan kecintaan terhadap
alam dan dan menganggap mereka seperti teman sendiri, melindunginya
dengan kasih sayang melakukan penebangan pada pohon dan membunuh
binatang pada waktu yang benar-benar mendesak.
4. Berhubungan dengan kelompok dan masyarakat memiliki tujuan untuk
sebagai berikut:
a) Taat terhadap hukum serta menjadi warga Negara yang baik. Dalam
moral Konfusianisme terdapat dalam ajaran Chung menuntun perilaku
seseorang dalam pengertian aktif, memberitahu agar memperlakukan
sesama manusia dengan baik sesuai dengan kebajikan. Memampukan
untuk mengembangkan rasa kebaikan, yakni hal-hal yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan hubungan peranan dalam kehidupan dan alam.
Dalam Chung juga menanamkan berempati dan bersungguh-sungguh
dalam membantu sesama. Didalam Shu yang merupakan salah satu aspek
dalam Jen yang berarti kesediaan untuk menerima, panduan untuk
bertingkah laku. Didalam Shu terdapat pemikiran yang mendalam
mengenai segala sesuatu memiliki akibat yaitu jangan melakukan sesuatu
kepada orang lain kalau tidak mau orang lain melakukan hal itu terhadap
anda.
Dalam pembelajaran Konfusianisme dan pendidikan moral tingkat
sekolah dasar keduanya memiliki keterkaitan karena memiliki tujuan
yang sama mengenai mematuhi hukum yang ada. Hal-hal yang
Universitas Sumatera Utara
75
berhubungan dengan hukum adalah hal yang mengatur kebaikan dalam
bermasyarakat, kehidupan sosial dan bernegara.
Selain itu dalam ajaran Konfusianisme yang menjadikan hubungan
erat yaitu peraturan selalu mengarahkan kepada kebaikan, setia, hormat
dan tunduk kepada pemerintah.
b) Memiliki rasa adil. Dalam Konfusianisme ajaran Chung merupakan
ajaran yang bersifat menengahi hal-hal yang berlebihan. Konfusius
menasehati orang-orang agar menjadi seimbang. Karena dalam
keseimbangan terdapat kebijaksanaan.
Rasa adil timbul akibat dari keseimbangan antara bagian mana
yang sesuai dengan porsinya. Menurut Aristoteles keadilan merupakan
kelayakan tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah
antara dua ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua
ekstrem tersebut melibatkan dua orang tau benda.
(http://www.dosenpendidikan.com/100-pengertian-keadilan-menurut-
para-ahli/)
c) Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Li terwujud sebagai
bentuk hubungan di dalam masyarakat. Prinsip li dalam sifat alami
manusia mendorong manusia untuk menentukan baik dan buruk, benar
dan salah di dalam perilakunya.
d) Mencintai keluarga dan berguna bagi keluarga. Dalam ajaran pokok
Konfusianisme yaitu ajaran Jen yang di dalamnya terdapat ajaran moral
kepatuhan anak dalam keluarga, Menyatukan keluarganya, komunitasnya,
Universitas Sumatera Utara
76
negrinya dan akhirnya seluruh dunia dengan kebajikan yang penuh cinta
kasih.
e) Mencintai serta menghargai tradisi dan budaya. Dalam Konfusianisme
secara jelas terdapat dalam ajaran Li yaitu partisipasi penuh hormat dan
ritual, kebiasaan dan tradisi akan menuju pada pemahaman yang
tercerahkan. Artinya seluruh kegiatan tradisi diharapkan akan
menumbuhkan kesopanan serta budidaya yang luhur terhadap hubungan
bermasyarakat. Dengan adanya kedua pondasi tersebut dalam pendidikan
moral tingkat sekolah dasar dan moral Konfusianisme tradisi dan budaya
menjadi hal yang penting untuk dilestarikan sehingga masyarakat Jepang
menghargai dan mencintai budaya dan tradisi dalam kehidupan sosial,
bermasyarakat dan berbudaya.
3.2 Metode Pengajaran Moral Konfusianisme Dalam
Pendidikan diJepang
Metode pembelajaran adalah sebagai suatu cara atau teknik yang di pakai
dalam menyajikan bahan ajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
konteks pendidikan moral metode pembelajaran digunakan untuk menunjang
proses mengajar dan perlu memerhatikan semua materi yang diajarkan dengan
metode pembelajaran. Hal ini menunjang keefektifan pembelajaran dan
berlangsung secara interaktif.
Dalam pengajaran pendidikan moral terdapat tiga metode yang di gunakan
dalam mempelajari, menerapkan dan mempraktekkan pendidikan moral pada
tingkat Sekolah Dasar, yaitu metode pengajaran secara lisan, secara tertulis atau
Universitas Sumatera Utara
77
menggunakan buku pelajaran dan pengajaran secara langsung ke lingkungan.
Ketiga metode tersebut efektif dalam mengajarkan anak-anak memahami
pentingnya peranan dan pendididkan bermoral walaupun tidak semua anak-anak
yang bisa langsung menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi hal ini
mampu menumbuhkan mentalitas yang bermoral pada anak.
3.2.1 Pengajaran Secara Lisan
Metode pengajaran secara lisan biasanya menggunakan cerita atau diskusi.
Guru berperan sebagai pencerita dan mengajak anak untuk aktif dalam berdiskusi.
Biasanya cerita tersebut ada dalam buku pendidikan moralcetak dibagikan sekolah
untuk murid sebagai buku panduan. Berikut contoh cerita yang ada pada buku
pelajaran kelas 1 dan 2 tingkat Sekolah Dasar, mengenai Tuan Bulan Yang sedang
Menonton (Otsuki Sama ga Miteiru), bercerita tentang seorang anak dan orang
tuanya yang sedang berjalan menuju rumah mereka di malam hari. Anak tersebut
berpikiran bila ia mencuri tidak ada yang melihatnya, ia mencoba untuk meraih
dan mengambil apel yang ada di pohon rumah tetangganya. Kemudian ayah
meraih tangan sang anak dan menjelaskan kepada anaknya bahwa seseorang
sedang melihat kita, dia selalu melihat orang-orang yang ada di bumi, dia adalah
tuan bulan. Berdasarkan cerita tersebut, anak-anak diharapkan bisa mengambil
kesimpulan bahwa alasan mencuri ketika tidak ada orang yang melihat itu salah,
walaupun tidak ada siapapun, bulan maupun matahari, selalu ada yang mengawasi
mereka. Jadi guru akan memberi keterangan dan perbandingan fakta-fakta bahwa
mencuri adalah perilaku buruk dan selalu salah. Hal ini mengidentifikasikan
kepada anak-anak pendidikan moral dengan metode seperti ini mengajarkan anak-
Universitas Sumatera Utara
78
anak untuk berperilaku baik walaupun tidak ada orang di sekitar mereka,
mendedikasikan diri dengan perilaku yang baik, kemudian biasanya anak-anak di
beri tugas oleh gurunya untuk menulis hal apa saja yang tidak boleh dilakukan
dari cerita tersebut. Kemudian di dalam buku tersebut terdapat beberapa gambar
hal-hal yang tidak boleh dilakukan kemudian terdapat penjelasan mengenai
gambar tersebut. Penjelasan biasanya hanya berupa penegasan bahwa hal tesebut
tidak boleh di lakukan, contohnya ‘kamu tidak boleh mencuri, karena barang itu
bukan milikmu’.
Dalam suatu kasus, siswa diajak berdiskusi
mengenai ijime (bullying/kekerasan) yang menjadi masalah besar di sekolah-
sekolah Jepang hingga saat ini. Di awal diskusi siswa mengungkapkan perasaan
tidak sukanya menjadi korban ijime, namun guru yang berperan sebagai mediator
mampu mengarahkan siswa untuk mengakui bahwa tiap mereka pun pernah
menjadi pelakunya, siswa kadang diminta menuangkan pikiran dan perasaannya
dalam tulisan mengenai apa yang seharusnya mereka lakukan demi memperbaiki
masalah, baik yang ditimbulkan orang lain maupun dirinya sendiri.
Melalui diskusi interaktif itu siswa membangun kerangka berpikir tentang
pentingnya melaksanakan nilai-nilai moral yang telah disepakati oleh kelas.
Kesadaran diri inilah yang menjadi jawaban dari pertanyaan di awal tulisan ini.
Tidak hanya melalui kelas moral, dalam pelajaran seikatsu-ka (living
environmental study) dansougou gakusyuu jikan (integrated course) guru
mengajak siswa untuk mengaplikasikan pengetahuannya dengan menggunakan
hati dan pikirannya untuk berempati pada hal-hal di luar dirinya (http:/ /www.
Universitas Sumatera Utara
79
hidayatullah. com/ spesial/ ragam/ read /2014/11/26/33952/kebingungan-nilai-
moral-di-jepang.html).
3.2.2 Pengajaran Secara Tertulis
Pengajaran secara tertulis terdapat pada buku yang menjadi panduan dalam
mempelajari pendidikan moral tingkat Sekolah dasar yang juga di bagikan kepada
anak-anak. Kokoro no nooto merupakan buku pelajaran moral untuk Sekolah
Dasar yang terbagi menjadi 3 edisi, yang pertama untuk kelas 1 dan kelas 2, yang
kedua kelas 3 dan 4 dan yang ke tiga kelas 5 dan 6.
Menurut Ueda(2015:14)Di dalam kelas pelajaran tersebut berhubungan
dengan pengalaman. Di dalamnya memperlihatkan hal-hal dengan beberapa
pertanyaan juga harus aktif mendengarkan teman saat memberi jawaban.
Kemudian mengekspresikan apa yang ada pada pelajaran moral. Hal ini membuat
anak-anak mengerti arti kemanusian dibandingkan hanya dengan ilmu saja, tetapi
pendidikan moral jepang harus di praktekkan. Seperti pada contoh pembelajaran
pendidikan moral di kelas 3 tingkat Sekolah Dasar, pada mulanya guru
membacakan cerita yang berjudul Raksasa yang Menangis, kemudian anak-anak
mengulang membaca sendiri buku tersebut. Jika memungkinkan, anak membaca
di depan kelas sesuai keinginan mereka. Cerita tersebut berkisah mengenai dua
raksasa yang berteman baik dan seringng menghabiskan waktu bersama dengan
menonton anak-anak bermain dan bersenang-senang. Mereka menyadari manusia
pasti akan ketakutan saat melihat raksasa walaupun mereka mengharapkan bisa
ikut bermain. Kemudian mereka memiliki ide untuk bisa bermain dengan anak-
Universitas Sumatera Utara
80
anak. Raksasa biru pura-pura menakut-nakuti anak-anak dan yang merah
melindungi anak-anak sehingga raksasa merah bisa bermain dengan anak-anak.
Akhirnya rencana tersebut berjalan lancer dan raksasa merah menjadi popular
diantara anak-anak kemudian bermain dengan mereka. Suatu hari raksasa merah
mengunjungi raksasa biru tetapi ia hanya menemukan surat yang di tulis oleh
raksasa biru. Ternyata raksasa biru telah meninggalkan tempat tersebut agar
raksasa merah bisa bermain dengan anak-anak lebih lama lagi, kemudian raksasa
merah itu menangis. Setelah cerita tersebut berakhir anak-anak diberi pertanyaan
mengenai gambaran apa yang telah terjadi bagaimana karakter dari kedua raksasa
tersebut dan bagaimana perasaan serta pikiran mereka jika menjadi salah satu dari
raksasa tersebut. Dari hal inilah mereka mendapat pelajaran mengenai arti
persahabatan dan sulitnya menjaga dan mempertahankan persahabatan yang
didapat secara alami.
3.2.3 Pengajaran Secara Langsung ke Lingkungan
Terdapat kontrol dari pusat pemerintahan untuk mempromosikan bentuk
komunitas sekolah di seluruh Jepang. komunitas sekolah tersebut merupakan
bentuk awal dari pengajaran pendidikan moral ke lingkungan masyarakat.
Terbentuknya komunitas sekolah tersebut bertujuan untuk meningkatkan
pendidikan moral dan keterlibatan sosial dan asosiasi grup dan komunitas di
sekolah. Respon terhadap aktivitas sekolah termasuk di dalamnya individu dalam
komunitas berinteraksi dengan sekitarnya. Dalam hal pembelajaran langsung ke
lingkungan untuk anak-anak memiliki dua perputaran yang membawa komunitas
kepada lingkungan staff sekolah dan orang tua. Mengunjungi Pusat komunitas
Universitas Sumatera Utara
81
institusi publik seperti museum, komunitas bisnis, dan komunitas pendidikan
lainnya yang berada di luar lingkungan sekolah.
Kemudian ada beberapa komunitas yang mengajak anak untuk menjadi
suka relawan dalam membantu dan meningkatkan peraturan sekolah dan
bertanggung jawab di sekolah. Ini juga mendukung adanya pengalihan tanggung
jawab terhadap murid lainnya dan di bina oleh guru yang mengambil bagian
mereka dalam memberikan arahan pendidikan moral pada anak.
Anggota dari komunitas tersebut terbagi mejadi dua kelompok yaitu
mengunjungi sukarelawan secara rutin dan membuat banyak kegiatan dalam
anggota komunitas, dan sukarelawan yang memberikan dukungan terhadap
kegiatan dasar. Sukarelawan biasanya memberikan informasi kepada keluarga dari
anak-anak di sekolah, walaupun mereka adalah bagian minoritas.
Banyak anak-anak yang menjadi sukarelawan sebagai komunitas sekolah
dan bergabung dengan komunitas sosial yang ada di luar sekolah bersama-sama
melakukan kegiatan sosial. Banyak sekolah yang memulai hari dengan salam saat
bertemu dengan sukarelawan lainnya saat berjalan menuju sekolah.
Banyak sekolah yang memfasilitasi pelajaran tradisional dengan metode
ini. Selain mempelajari budaya tradisional, pelajaran moral juga terkandung di
dalamnya sehingga metode ini di anggap efektif. Pusat komunitas sukarelawan
yang mengundang anak-anak untuk mengikuti pelajaran tradisional termasuk di
dalamnya upacara minum teh, merangkai bunga, dan pelajaran tradisional lainnya.
Hal ini meningkatkan persatuan komunitas. Kemudian murid sekolah juga
mengundang para sukarelawan dari pusat komunitas untuk makan siang bersama
di sekolah pada awal tahun. Hal lainnya yang termasuk dalam pengambilan
Universitas Sumatera Utara
82
tanggung jawab dan menjadi bagian dari sukarelawan termasuk menghadiri
kegiatan berkebun di sekolah dan menanam bunga lalu bermain dengan anak-anak
dari sekolah lain.
Universitas Sumatera Utara
83
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari deskripsi yang telah diuraikan mengenai Moral Konfusianisme dalam
Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar di Jepang, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan dasar di Jepang adalah menyempurnakan karakter,
karena itu pendidikan Jepang menekankan pada etika, moral, seni, olahraga,
dan pengetahuan umum. Pendidikan moral terdapat dalam buku Kokoro no
Nooto yang diajarkan pada pendidikan tingkat Sekolah Dasar yang menjadi
panduan dalam pendidikan moral.
2. Dalam pendidikan moral di Jepang terdapat berbagai aspek yang
mempengaruhi pembentukan moral serta menjadi inti dari sistem nilai di
Jepang salah satunya Konfusianisme.
3. Pemikiran Konfusius mengenai norma-norma, kedisiplinan guna
keharmonisan bagi masyarakat sangat menginspirasi banyak orang pada
masanya. Nilai moral yang pada umumnya menjadi referensi masyarakat
Jepang tradisional maupun modern.
4. Konfusianisme Jepang mengenai hubungan antara manusia dengan manusia
berkisar antara cara hidup dan cara menjalani hubungan agar tercipta
harmonisasi. Konfusianisme manusia dengan alam ada dalam Etika
ekologikal Konfusianisme yaitu mencintai alam untuk generasi berikutnya.
Sedangkan Konfusianisme manusia dengan dewa di Jepang, hanya berupa
Universitas Sumatera Utara
84
kepercayaan terhadap roh nenek moyang yang telah tiada namun tetap
dianggap hidup bersamaan dengan orang yang hidup.
5. Moral Konfusianisme dalam pendidikan moral tingkat sekolah dasar
berdasarkan pada 4 ajaran pokok Konfusianisme yaitu Jen, Li dan Wen,
Chung dan Chun-tzu.Jen ada dalam pendidikan moral tingkat sekolah
dasar yaitu keteraturan dalam diri, adil dan jujur, sikap omoiyori, saling
mengerti serta menolong, dan mencintai keluarga. Dalam Li dan Wen yaitu
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan mencintai serta menghargai
budaya dan tradisi. Dalam Chung yaitu taat terhadap hukum dan memiliki
rasa adil. Sedangkan Chun-tzu adalah menghargai dirinya sendiri, bersikap
adil dan jujur serta mengembangkan diri.
6. Metode pengajaran moral pada tingkat sekolah dasar ada tiga metode yang
di gunakan dalam mempelajari, menerapkan dan mempraktekkan
pendidikan moral, yaitu metode pengajaran secara lisan, secara tertulis atau
menggunakan buku pelajaran dan pengajaran secara langsung ke lingkungan.
Ketiga metode tersebut efektif dalam mengajarkan anak-anak memahami
pentingnya peranan dan pendididkan bermoral walaupun tidak semua anak-
anak yang bisa langsung menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi
hal ini mampu menumbuhkan mentalitas yang bermoral pada anak.
4.2 Saran
1. Sebaiknya masyarakat Jepang tetap berpedoman pada pendidikan moral
yang diajarkan sejak tingkat sekolah dasar dan moral Konfusianisme
yang bersifat membangun individu dalam bersosial, berbudaya dan
Universitas Sumatera Utara
85
bernegara. Tujuan dari pendidikan moral tersebut adalah untuk mengatur
hidup agar menjadi lebih baik dan teratur dari segi sosial, budaya,
ekonomi, lingkungan dan lain sebagainya.
2. Sebaiknya pendidikan moral di Jepang menjadi pembelajaran bagi
Negara lain dalam hal meningkatkan moralitas bangsa yang menjadi
masalah pada zaman modern.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Awanis, Luthfiana. 2008. Yutori Kyouiku dalam Pendidikan di Jepang. (Skripsi)
Jakarta: UI academia.
Azwar,Syaifudin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Belajar.
Bolton, Kristoffer H. 2015. Moral Education in Japan :The Coming of a New
Dawn, Abe’s New Moral Education.(Thesis). Oslo: IKOS,Universitas Of
Oslo.
Choi, Youngjin. 2010. Confucianism in Context: Classic Philosophy and
Contemporary Issues, East Asia and Beyond. New York: State University of
New York Press.
Hutabarat, Imelda. 2007. Tokugawa dan Konfusianisme. (Skripsi) Medan: USU
Repository.
Karyono, Tri. 2011. Politik dan Pendidikan Moral Jepang (Jurnal). Indonesian
Cultural Performance: Kawabata, Jepang.
Monbukagakushō. 2008.Gakushūshidōyōryō (Course of Study). Tokyo: MEXT.
Nazir, Muhammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nur, Hafizah. 2011. Notulensi Tol (Taujih Online), Sistem Pendidikan Dasar di
Jepang (TK dan SD). Jakarta: RumahFahima.
Prayogo,Rizal D. 2014. Pojok Gaijin. Yogyakarta: Diva Press.
Richard J.Gelles & Ann Levine. 1995. Siciology An Introdution. USA: University
Of Rhode Island.
Shibata, Thomas.1989. Negara dan Bangsa (Jepang) jilid 4.
Jakarta :PT.Widyadara
Shri, Heddy A. (Makalah) 2009. Paradigma Ilmu Sosial Budaya. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Siswoyo, dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Situmorang,Hamzon. 2010. Ilmu Kejepangan I. Medan: USU Press.
Suseno, Magnis F.1998. Kuasa dan moral. Gramedia Pustaka:Jakarta.
Taylor, Izumi & Scott. 2013.Nurturing Young Childern’s Development Through
Litterature in Japan and USA (Jurnal). Memphis: University Of Memphis
Tucker,John.2015.Japanese Confucian Philosophy. UK: The Stanford
Encyclopedia of Philosophy, Stanford University.
Ueda, Midori. 2015. Moral Education at Japanese Elementary School. UK: Sam
Bamkin Churchill Fellow 2015. Winstone Churchill Memorial Trust.
Weiming, Tu. 1996. Confucianism Human Right. New York: Colombia
University Press.
http://gudangtugas.blogspot.co.id/2012/02/ajaran-konfusianisme-tinjauan-
sejarah-html Diakses tanggal 17 Juni 2016
http://taufikdjatna.staff.ipb.ac.id/2013/05/04/sekolah-di-jepang-vs-sekolah-di-
indonesia/ Diakses tanggal 23 Agustus 2016
KBBI.web.id/pendidikan Diakses tanggal 23 Agustus 2016
http://akenoyukis.wordpress.com/2014/04/20/mengintip-kurikulum-
pendidikan-di-jepang/http://andosipayung.wordpress.com Diakses
tanggal 29 Mei 2016
http://hansblox.blogspot.co.id/2010/02/ kepercayaan- di-negara-jepang-
berikut.html Diakses tanggal 14 September 2016
https://murniramli.wordpress.com/2007/04/06/rainbow-plan-reformasi-
pendidikan-di-jepang/ Diakses tanggal 20 September 2016
http://arti-defenisi-pengertian-info/ pengertian-arti-konfusianisme/ Diakses
tanggal 20 September 2016
https://id.m.wikipedia.org/wiki/kurikulum
https://mizucha.wordpress.com/2013/05/05/japan-religion-konfusius-di-jepang/
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
ようし
,要旨
Moral Konfusianisme
dalam Pendidikan Tingkat SekolahDasar di Jepang
にほん
,日本におけるしょうがっこう
,小学校のへいじゅん
,平準のきょういく
,教育でのじゅきょう
,儒教
のどうとく
,道徳
Skripsi ini membahas tentang moral konfusianisme dalam pendidikan
tingkat Sekolah Dasar di Jepang.
ほんこう
,本稿はにほん
,日本におけるしょうがっこう
,小学校のへいじゅん
,平準のきょういく
,教育で
のじゅきょう
,儒教のどうとく
,道徳
についてけんきゅう
,研究する。
Tujuan dari dibuatnya skripsi ini adalah untuk mengetahui isi moral
Konfusianisme dalam pendidikan tingkat Sekolah Dasar di Jepang dan metode
pengajaran moral Konfusianisme dalam pendidikan tingkat Sekolah Dasar di
Jepang.
ほんこう
,本稿のもくてき
,目的はにほん
,日本でのしょうがっこうきょういく
,小学校教育における
じゅきょう
,儒教 のどうとく
,道徳 のないようおよ
,内容及 びにほん
,日本 で の
しょうがっこうきょういく
,小学校教育におけるじゅきょう
,儒教のどうとく
,道徳のきょういくほう
,教育法
についてし
,知るためである。
Universitas Sumatera Utara
Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan formal pertama dalam sistem
wajib belajar 9 tahun di Jepang.
しょうがっこう
,小学校 はにほん
,日本 で のきゅうねんかん
,九年間ぎむ
,義務きょういく
,教育
せいど
,制度のさいしょ
,最初のせいしき
,正式なきょういく
,教育である。
Belajar di Sekolah Dasar selama 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6.
しょうがっこう
,小学校 のきょういく
,教育きかん
,期間 はろくねんかん
,六年間 で あ り 、
いちねんせい
,一年生からろくねんせい
,六年生までである。
Tujuan pendidikan Sekolah Dasar di Jepang adalah menyempurnakan karakter.
にほん
,日本 で のしょうがっこう
,小学校 のきょういく
,教育 のもくてき
,目的 はせいかく
,性格 を
かんせい
,完成させるためである。
Oleh karena itu fokus terhadap pelajaran etika, moral, seni, olahraga, dan
pengetahuan umum.
そのため、ちゅうしん
,中心になるのはりんり
,倫理、どうとく
,道徳、びじゅつ
,美術、
たいいく
,体育といっぱん
,一般かがく
,科学である。
Pendidikan sekolah dasar di Jepang bertujuan untuk pengembangan mental anak.
Universitas Sumatera Utara
にほん
,日本でのしょうがっこう
,小学校きょういく
,教育はこども
,子供のせいしん
,精神はったつ
,発達を
もくてき
,目的とする。
Tidak ada pendidikan agama pada pendidikan tingkat Sekolah Dasar di
Jepang tetapi pendidikan tersebut ada dalam pendidikan moral.
にほん
,日本でのしょうがっこう
,小学校きょういく
,教育ではしゅうきょう
,宗教きょういく
,教育が
ないが、そのかわり
,代わりにそれはどうとく
,道徳きょういく
,教育にふくまれる
,含まれる。
Dalam pendidikan moral di Jepang terdapat berbagai aspek yang mempengaruhi
pembentukan moral, salah satunya adalah Konfusianisme.
にほん
,日本のどうとく
,道徳きょういく
,教育ではどうとく
,道徳はったつ
,発達にえいきょう
,影響を
あたえる
,与えるようそ
,要素がおおく
,多く、そのひとつ
,一つはじゅきょう
,儒教である。
Di Jepang pendidikan moral merupakan pelajaran yang penting hingga saat
ini.
にほん
,日本 のきょういく
,教育 で はどうとく
,道徳きょういく
,教育 はげんざい
,現在 ま で
じゅうよう
,重要なかもく
,科目である。
Pendidikan moral terdapat dalam buku Kokoro no Nooto yang diajarkan pada
pendidikan tingkat Sekolah Dasar.
Universitas Sumatera Utara
どうとく
,道徳きょういく
,教育は「こころ
,心ののーと
,ノート」というしょうがっこう
,小学校に
おしえられる
,教えられるほん
,本にかいて
,書いてある。Buku ini menjadi panduan dalam
pendidikan moral.
このほん
,本はどうとく
,道徳きょういく
,教育のてびき
,手引きである。
Hal yang paling penting dalam pendidikan moral adalah mengusahakan nilai-nilai
yang ada pada pelajaran moral agar bisa dilatih dan dipraktekan dalam kehidupan
sehari-hari.
どうとく
,道徳きょういく
,教育におくじゅうよう
,重要なことはにちじょう
,日常せいかつ
,生活に
どうとく
,道徳きょういく
,教育のかちかん
,価値観をじっしゅう
,実習してじっし
,実施するようにす
ることである。
Pemikiran Konfusius disebut dengan Konfusianisme.
こうし
,孔子のしそう
,思想はじゅきょう
,儒教という。
Didalam Konfusianisme terdapat norma-norma, kedisiplinan, dan keharmonisan
bagi masyarakat.
じゅきょう
,儒教 のなか
,中 で はしゃかい
,社会 にたいする
,対するきはん
,規範 やきりつ
,規律 や
ちょうわ
,調和がある。
Hal ini menginspirasi banyak orang pada masanya.
これはそのじだい
,時代におおぜい
,大勢にひと
,人にふきこむ
,吹き込む。
Universitas Sumatera Utara
Caranya adalah dengan berpendidikan,mendapatkan kebijakan dan memperdalam
pengetahuan.
そのほうほう
,方法として、きょういく
,教育やちえ
,知恵のりとく
,利得やちしき
,知識 を
ふかめる
,深めることである。
Di Jepang, Konfusianisme menjadi pedoman dalam berhubungan antara
manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan dewa.
にほん
,日本ではじゅきょう
,儒教はにんげん
,人間かんけい
,関係、にんげん
,人間としぜん
,自然
のかんけい
,関係、にんげん
,人間とかみがみ
,神々のかんけい
,関係のほどう
,補導である。
Konfusianisme Jepang mengenai hubungan antara manusia dengan manusia yaitu
cara hidup dan cara menjalani hubungan.
にんげん
,人間かんけい
,関係 にかんする
,関するにほん
,日本 のじゅきょう
,儒教 はじんせい
,人生 の
おくりかた
,送り方 とかんけい
,関係 のいきかた
,生き方 で あ る 。 Kehidupan sehari-hari
menjadi fokus ajaran Konfusianisme.
にちじょう
,日常せいかつ
,生活はじゅきょう
,儒教のちゅうしん
,中心である。
Membuat kehidupan menjadi lebih baik merupakan tujuan utama untuk
menciptakan harmonisasi dalam kehidupan.
じんせい
,人生をもっとよくなるようにつくる
,作るほうほう
,方法はじんせい
,人生における
ちょうわ
,調和をつくる
,作るしゅ
,主もくてき
,目的である。
Hubungan manusia dengan alam ada dalam etika ekologikal
Konfusianisme.
Universitas Sumatera Utara
にんげん
,人間としぜん
,自然のかんけい
,関係はじゅきょう
,儒教のかんきょう
,環境りんり
,倫理
にふくまれる
,含まれる。
Dalam Konfusianisme, alam memberikan seluruh kekuatan pada manusia untuk
berkasih sayang.
じゅきょう
,儒教では、しぜん
,自然はにんげん
,人間がおなじ
,同じにんげん
,人間だけではなくで
ある。
Tidak hanya kepada sesama manusia tetapi juga kepada alam.
しぜん
,自然にあいじょう
,愛情をあたえる
,与えるようにするぜんりょく
,全力をあたえる
,与える。
Tujuan dari melindungi alam dan sumber daya lainnya adalah untuk melindungi
manusia itu sendiri.
しぜん
,自然とてんねん
,天然しげん
,資源をまもる
,守るもくてき
,目的はにんげん
,人間をまもる
,守るこ
とである。
Konfusianisme dalam hubungan manusia dengan dewa di Jepang memiliki
perbedaan konsep dengan konfusius yang ada di Cina.
にほん
,日本のにんげん
,人間とかみがみ
,神々のかんけい
,関係におけるじゅきょう
,儒教は
ちゅうごく
,中国のじゅきょう
,儒教とがいねん
,概念がことなる
,異なる。
Hal ini dikarenakan karakteristik masyarakat di Jepang yang tidak terlalu
menganggap bahwa agama adalah sesuatu yang spesial.
これはしゅうきょう
,宗教がとくべつ
,特別なものであるとあまりみとめない
,認めない
にほん
,日本しゃかい
,社会のとくちょう
,特徴のためである。
Universitas Sumatera Utara
Kepercayaan terhadap dewa hanya berupa kepercayaan terhadap roh nenek
moyang yang telah tiada.
かみ
,神にたいする
,対するしんよう
,信用はただしぼう
,死亡したそせん
,祖先のせいれい
,精霊であ
る。
Moral Konfusianisme dalam pendidikan moral tingkat Sekolah Dasar
berdasarkan pada 4 ajaran pokok Konfusianisme yaitu Jen, Li dan Wen, Chung
dan Chun-tzu.
しょうがっこう
,小学校 のどうとく
,道徳きょういく
,教育 に お け るじゅきょう
,儒教 の
どうとく
,道徳はよっつ
,四つのおも
,主なじゅきょう
,儒教をもとづき
,基づき、それはジェン、
リーとウェン、チュンとチュンヅである。
Jen ada dalam pendidikan moral tingkat Sekolah Dasar mengenai keteraturan
dalam diri, adil dan jujur, sikap omoiyori, saling mengerti dan menolong, serta
mencintai keluarga.
ジ ェ ン はじぶん
,自分 のないぶ
,内部きそく
,規則 、こうへい
,公平 としょうじき
,正直 、
おもいより
,思いより のたいど
,態度 、そうご
,相互りかい
,理解 とそうご
,相互ふじょ
,扶助 、
かぞく
,家族 をあいする
,愛する こ と にかんする
,関するしょうがっこう
,小学校 のどうとく
,道徳
きょういく
,教育にふくまれる
,含まれる。
Universitas Sumatera Utara
Dalam Li dan Wen yaitu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan
mencintai serta menghargai budaya dan tradisi.
リーとウェンにふくまれる
,含まれるのはしゃかい
,社会せいかつ
,生活へのさんか
,参加
および
,及びぶんか
,文化とでんとう
,伝統をあいして
,愛してそんちょう
,尊重することである。
Dalam Chung yaitu taat terhadap hukum dan memiliki rasa adil.
チュンにふくまれる
,含まれるのはほうりつ
,法律をまもる
,守ることとこうへい
,公平があるこ
とである。
Sedangkan dalam Chun-tzu yaitu menghargai dirinya sendiri, bersikap adil dan
jujur serta mengembangkan diri.
それに、チュンヅにふくまれる
,含まれるのはじこ
,自己そんちょう
,尊重、こうへい
,公平と
しょうじき
,正直および
,及びじこ
,自己かいはつ
,開発である。
Metode pengajaran adalah cara atau teknik yang di pakai dalam
menyajikan bahan ajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
きょういくほう
,教育法はきょういく
,教育もくてき
,目的をたっせい
,達成するきょうざい
,教材を
おしえる
,教えるほうほう
,方法 で あ る 。 Ada tiga metode yang digunakan dalam
mempelajari, menerapkan dan mempraktekkan pendidikan moral pada tingkat
Sekolah Dasar,
Universitas Sumatera Utara
しょうがっこう
,小学校きょういく
,教育におけるどうとく
,道徳きょういく
,教育のがくしゅう
,学習、
じっし
,実施、じっこう
,実行にほうほう
,方法がみっつ
,三つあり、yaitu metode pengajaran
secara lisan, secara tertulis atau menggunakan buku pelajaran dan pengajaran
secara langsung kelingkungan.
そ れ はこうとう
,口頭しどう
,指導 、ひっき
,筆記しどう
,指導また
,又 はきょうかしょ
,教科書 と
きんじょ
,近所にちょくせつてき
,直接的しどう
,指導である。
Ketiga metode tersebut efektif dalam mengajarkan anak-anak memahami
pentingnya peranan dan pendidikan bermoral.
そ のみっつ
,三つ のほうほう
,方法 はこども
,子供 がどうとく
,道徳きょういく
,教育 の
じゅうようせい
,重要性とやくわり
,役割をりかい
,理解するためにこうかてき
,効果的である。
Universitas Sumatera Utara