Click here to load reader
Upload
puspita-sari
View
323
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
telinga
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Motion sickness atau kinetosis, juga dikenal sebagai penyakit perjalanan, adalah suatu
kondisi dimana ada perbedaan antara sinyal yang diterima otak dari mata dan organ-organ
sensitif terhadap posisi lainnya termasuk sistem vestibular mengenai posisi tubuh. Penyakit
ini bukan merupakan suatu keadaan patologis, tapi merupakan respon yang normal untuk
stimulasi terhadap individu yang tidak familiar yang karenanya harus dilakukan adaptasi.
Motion sickness atau kinetosis adalah kondisi yang ditandai dengan pucat, mual,
dan muntah. Hal ini dikarenakan oleh kejadian yang benar-benar terjadi. Banyaknya
lingkungan yang berbeda yang terjadi disekitar kita dapat menyebabkan mual dan muntah,
dan hal ini diindentifikasikan dengan terminologi sebagai mabuk laut, mabuk udara, mabuk
darat, mabuk ski, dan bahkan mabuk gajah atau unta. Walaupun jelas kelihatan keragaman
stimulasi penyebab, terdapat ciri khas yang sama yang memprovokasi stimulasi dan dalam
hal gejala dan tanda. Pola dari perkembangan gejala bergantung pada sifat dari kondisi
terpapar dan sifat individualnya.
Setiap orang yang mempunyai fungsi vestibular yang normal mudah terkena
penyakit ini sampai kebeberapa derajat walaupun kepekaan mereka berbeda dalam tingkat
kekuatan yang melatarbelakanginya untuk pola yang sama dari gerakan tubuhnya sendiri.
Secara relatif, stimulasi yang diprovokasi seperti gerakan yang lembut gejala-gejala dari
kepala lebih dominan seperti rasa sakit kepala, mengantuk. Sedangkan untuk stimulasi
yang diprovokasi seperti membuat kepala berputar selama melakukan putaran gejala dari
pencernaan lebih dominan seperti rasa mual dan muntah.
Penyakit ini sulit diindentifikasi dalam kondisi tanpa pemeriksaan laboratorium jika
tidak terlihat rasa pucat dan mualnya. Individu-individu yang kehilangan fungsi
vestibularnya secara total kebal terhadap penyakit ini dan individu yang kehilangan
setengahnya lebih sering terkena dibandingkan orang normal.
1.2 Tujuan
1
Adapun tujuan penulisan refarat ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya, mengenai topic
bahasan Motion Sickness.
BAB IIPEMBAHASAN
2
2.1. Anatomi Telinga
Telinga merupakan sebuah badan organ yang mampu mengesan bunyi dan juga berperanan
dalam keseimbangan dan kedudukan tubuh. Telinga pada hewan vertebrata memiliki dasar
yang sama daripada ikan hingga manusia, dengan beberapa jenis bergantung kepada fungsi
dan spesies. Setiap vertebrata memiliki satu pasang telinga, keduanya terletak simetris pada
bagian yang berlawanan di kepala, untuk menjaga keseimbangan dan kedudukan bunyi.
Telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Gambar 1. Anatomi Telinga
Telinga luar
Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar meliputi daun telinga atau
pinna, liang telinga atau meatus auditorius eksternus.
• Aurikel (Pinna) disebut juga daun telinga, bentuknya tidak teratur, terdiri atas
tulang rawan dan jaringan fibrosa, kecuali pada ujung paling bawah, yaitu cuping
telinga, bagian cuping hanya tersusun oleh lemak. Daun telinga berfungsi untuk
membantu mengkonsentrasikan getaran gelombang suara (vibrasi) menuju bagian
dalam telinga.
• Saluran luar auditori merupakan pipa pendengaran dengan panjang sekitar 2,5 cm,
sepertiga luarnya adalah tulang rawan, sementara dua pertiga dalamnya berupa
tulang. Saluran ini berfungsi untuk meneruskan vibrasi yang telah ditangkap oleh
aurikel menuju membran timpani (selaput gendang). Pada saluran ini juga terdapat
3
rambut-rambut, yang berfungsi untuk mencegah benda asing masuk ke dalam
telinga. Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti
lilin yang disebut serumen. Hanya bagian saluran yang menghasilkan sedikit
serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang
meneruskan bunyi ke telinga dalam.
Gambar 2. Anatomi Telinga Luar
Telinga tengah
Telinga tengah meliputi gendang telinga, 3 tulang- tulang pendengaran (maleus, inkus dan
stapes) dan pinggir tuba Eustachius. Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan
disampaikan ke tulang pendengaran. Setiap tulang pendengaran akan menyampaikan
getaran ke tulang berikutnya. Tulang stapes yang merupakan tulang terkecil di tubuh
meneruskan getaran ke koklea.
Pada manusia dan hewan darat yang lain, telinga tengah dan saluran pendengaran
akan terisi udara dalam keadaan normal. Tidak seperti pada bagian luar, udara pada telinga
tengah tidak berhubungan dengan udara di luar tubuh.
4
• Membran timpani atau sering disebut sebagai gendang telinga, dengan bentuk
menyerupai gendang, terletak tepat setelah saluran luar auditori dan merupakan
penerima rangsangan vibrasi pertama. Membran timpani berfungsi untuk
meneruskan vibrasi suara menuju tulang-tulang pendengaran (osikula).
• Osikula merupakan tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas tiga tulang kecil,
tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai dan bersambung dari membran
timpani menuju rongga telinga dalam. Tulang-tulang tersebut adalah tulang martil
(maleus), tulang landasan (inkus), dan tulang sanggurdi (stapes). Semua tulang
tersebut berfungsi meneruskan vibrasi dari membran timpani menuju jendela oval
di telinga dalam secara berurutan, mulai dari tulang martil, tulang landasan, dan
tulang sanggurdi.
• Saluran Eustachius merupakan saluran di dalam rongga telinga tengah yang
menjorok menghubungkan telinga dengan faring. Saluran Eustachius akan tertutup
jika dalam keadaan biasa, dan akan terbuka ketika kita menelan, sehingga tekanan
udara di dalam telinga tengah dengan udara luar akan seimbang. Dengan begitu,
cedera atau ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara, dapat dihindarkan.
Dalam keadaan biasa, hubungan tuba Eustachius dan telinga tengah tertutup dan
terbuka ketika mengunyah dan menguap. Hal ini menjelaskan mengapa penumpang
kapal terbang berasa 'pekak sementara' ketika mendarat. Rasa 'pekak' disebabkan
perbedaan tekanan antara udara sekeliling. Tekanan udara di sekitar telah menurun,
sedangkan di telinga tengah merupakan tekanan udara biasa. Perbedaan ini dapat
diatasi dengan mekanisme mengunyah sesuatu atau menguap.
Telinga dalam
Telinga dalam terdiri atas beberapa rongga yang menyerupai saluran-saluran, yaitu
vestibula, tiga saluran setengah lingkaran (saluran semi serkuler), dan koklea (rumah siput).
5
• Vestibula merupakan bagian pertama dari telinga dalam yang berfungsi sebagai
pintu penghubung bagian-bagian telinga.
• Tiga saluran setengah lingkaran (Saluran semi serkuler), yaitu saluran superior,
posterior, dan lateral. Ketiga saluran ini saling membuat sudut tegak lurus satu
sama lain. Pada salah satu ujung setiap saluran terdapat penebalan yang disebut
ampula. Saluran semi serkuler berfungsi untuk membantu otak dalam
mengendalikan keseimbangan, dan kesadaran akan kedudukan tubuh kita.
• Koklea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang membelit dirinya seperti rumah
siput. Belitan-belitan tersebut melingkari sebuah sumbu berbentuk kerucut yang
memiliki bagian tengah dari tulang, dan disebut modiolus. Dalam koklea terdapat
jendela oval (fenestra vestibuli) yang menghubungkan telinga tengah dengan
telinga dalam, dan jendela melingkar (fenestra kokhlea) yang berfungsi sebagai
reseptor suara.
Selain itu, di dalam koklea juga terdapat cairan limfa. Cairan tersebut bergetar bila ada
bunyi, getaran cairan tersebut merangsang ujung-ujung saraf pendengaran (nervus auditori)
dan oleh ujung-ujung saraf pendengaran diteruskan ke otak untuk ditafsirkan sebagai suara.
Proses Pendengaran
6
Gambar 3. Potongan melintang koklea.
Bunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan menyebabkan membrana
timpani bergetar. Getaran menghantarkan suara, dalam bentuk energi mekanis, melalui
gerakan pengungkit osikulus oval. Energi mekanis ini kemudian dihantarkan cairan telinga
dalam ke koklea, di mana akan menjadi energi elektris. Energi elektris ini berjalan melalui
nervus vestibulokoklearis ke nervus sentral, di mana akan dianalisis dan diterjemahkan
dalam bentuk akhir sebagai suara. Selama proses penghantaran,gelombang suara
menghadapi masa yang jauh lebih kecil, dari aurikulus yang berukuran sampai jendela oval
yang sangat kecil, yang mengakibatkan peningkatan amplitudo bunyi.
Keseimbangan
Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat organ keseimbangan. Bagian ini
secara struktur terletak di belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus
serta tiga salur setengah bulat atau kanalis semisirkularis. Kelima bagian ini berfungsi
mengatur keseimbangan badan dan memiliki sel rambut yang akan dihubungkan dengan
bagian keseimbangan dari saraf vestibulokoklearis.
Kelainan sisten keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari 30 juta orang
Amerika yang berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000 patah tulang
panggul pada populasi lansia setiap tahun. Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja
sama otot dan sendi tubuh (sistem proprioseptif), mata (sistem visual), dan labirin (sistem
vestibuler). Ketiganya membawa informasi mengenai keseimbangan, ke otak (sistem
serebelar) untuk koordinasi dan persepsi korteks serebelar. Otak, tentu saja, mendapatkan
7
asupan darah dari jantung dan sistem arteri. Satu gangguan pada salah satu dari daerah ini
seperti arteriosklerosis atau gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan. Aparatus vestibularis telinga tengah memberi unipan balik mengenai
gerakan dan posisi kepala, mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama
gerakan cepat gerakan kepala.
2.2. Defenisi
Motion sickness atau kinetosis, juga dikenal sebagai penyakit perjalanan, adalah suatu
kondisi dimana ada perbedaan antara sinyal yang diterima otak dari mata dan organ-organ
sesnsitif terhadap posisi lainnya termasuk sistem vestibular mengeni posisi tubuh. Penyakit
disekitar kita ini diindentifikasikan dengan terminologi sebagai mabuk laut, mabuk udara,
mabuk darat, mabuk ski, dan bahkan mabuk gajah atau unta.
2.3. Etiologi
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa konflik berasal dari dua organ penting
keseimbangan yaitu mata dan koklea di telinga dalam menyesuaikan diri terhadap
kecepatan yang berbeda ketika terjadinya gerakan. Mata menyesuaikan diri secara cepat
sedangkan telinga dalam lebih lama. Sampai kedua organ ini menyesuaikan diri dan
menetapkan sinyal yang indentik untuk dikimkan ke otak maka kekacauan pemusatan
perhatian terhadap posisi tubuh dapat terjadi. Penyakit ini dapat diprovokasi oeh gerakan
yang tiba-tiba seperti saat berada diperjalanan yang tidak rata, penerbangan yang berputar,
dan pelayaran yang bergelombang.
2.4. Patofisiologi
Sekarang ini belum ada teori yang adekuat yang dapat menjelaskan perjalanan penyakit
ini. Dan ada banyak teori yang menjelaskan mengenai penyakit ini.
1. Teori darah dan sistem pencernaan. Teori ini menjelaskan bahwa muntah adalah
respon refleks dari iritasi mukosa lambung. Dan dari teori darah yaitu karena aliran
darah yang sedikit ke otak meyebabkan iritasi pada mata dan secara cepat
menyebabkan spasme kapiler otak yang menyebabkan muntah. Dan teori ini ditolak
karena individu yang kehilangan fungsi vestibular kebal terhadap penyakit ini.
8
2. Teori detektor toksin. Sistem vestibuler bertindak sebagai detektor toksin. Otak
berkembang untuk mengetahui setiap perubahan yang terjadi di sistem vestibular,
visual dan informasi kinetotik sebagi bukti dari malfungsi sistem saraf pusat. Inisiasi
muntah adalah sebagai pertahanan melawan neurotoksin yang mungkin termakan.
Sistem detektor toksin yang utama adalah kemoreseptor di nervus vagus dan di batang
otak.
3. Teori perbedaan sensori berhubungan dengan perangsangan penyakit sebagai
perbedaan antara sistem vestibular sebagai transduser dengan indera lain sebagai sinyal
atau antara kanalis semisirkularis dan otolith yang lebih spesifik terhadap tubuh yang
bergerarak. Bagaimanapun juga, teori ini kurang dapat menjelaskan dan tidak dapat
mengindentifikasi kenapa beberapa keadaan dapat memprovokasi dan keadaan yang
lain tidak.
Binatang percobaan menunjukkan sensitivitas yang menurun cukup dalam terhadap
obat-obatan emesis setelah dilakukannya labirinthectomi bilateral. Banyak perubahan baik
secara autonim atau endokrin yang terjadi selama terserang penyakit ini dan stress juga
menyertainya. Pemindahan area proyeksi vestibular di serebelum membuat monyet jadi
tidak mudah terserang penyakit ini, hal ini juga dapat membuktikan apakah pemindahan
juga menyingkirkan respon muntah terhadap obat-obatan yang menyebabkan muntah.
Muntah disebabkan oleh aktivasi yang terkoordinir antara otot polos dan somatik
yang menghasilkan perubahan yang tepat sesuai dengan tekanan intrabadominal dan
tekanan intrathoracic yang membuka spinkter esofagus. Mekanisme koordinasi sistem
saraf pusat adalah kompleks dan sekarang ini sudah banyak dipahami secara baik. Penyakit
ini yang parah dengan serangan muntah yang hebat dan berulag dapat mengakibatkan suatu
keadaan alkalosis karena hilangnya ion hidrogen dan menyebabkan peningkatan ekskresi
ginjal terhadap bikarbonat yang mengakibatkan defesiensi klorida yang dapat
menyebabkan otot-otot melemah, konstipasi dan aritmia.
Hilangnya natrium dapat menyebabkan hipotensi, pelepasan Anti-Diuretic
Hormone (ADH) juga meningkat. Adanya sisitem vestibular tidaklah menjadi penting lagi
terhadap proses muntahnya. Muntah dapat ditimbulkan dari berbagai aktivasi baik sentral
atau perifer.
9
Kepekaan terhadap penyakit ini sulit ditentukan. Kepekaan terhadap satu kondisi
tertentu mungkin tidak dapat disamaratakan terhadap situasi yang lain. Walaupun sistem
vestibular penting terhadap penyakit ini tetapi kepekaan penyakit ini tidak berhubungan
dengan sensitivitas sistem vestibular. Setipa individu mempunyai kepekaan yang bervariasi
terhadap bentuk stimulasi yang berbeda.
Gerakan kepala yang dibuat selama rotasi tubuh yang pasif dapat menyebabkan
pola yang ganjil pada stimulasi sistem kanal dan organ-organ otolith.
2.5. Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda dari penyakit ini adalah :
1. Sindroma mual.
2. Gangguan epigastrik seperti rasa tidak nyaman epigastrik, mual dan muntah.
3. Gejala-gejala pada kulit seperti pucat, keringat dingin, mulut kering.
4. Gejala-gejala SSP seperti sakit kepala, mengantuk, rasa tegang dimata, dan lesu.
2.6. Penatalaksaan dan Pencegahan
Pencegahan dan pengobatan penyakit ini adalah kompleks. Sebagian kecil individu normal
sangat mudah terkena penyakit ini untuk hampir pada semua keadaan, sebagian lagi tidak
mudah terkena dan yang lainnya berada diantaranya. Pencegahan terbaik untuk orang-
orang dengan kepekaan tinggi adalah penghindaran dan membangun adaptasi terhadap
situasi atau keadaan yang memprovokasinya.
Secara alternatif, penambahan paparan secara perlahan-lahan meningkatkan derajat
stimulasi provokasi seperti membuat kepala bergerak selama tubuh secara pasif berotasi
dengan kecepatan rotasi yang tinggi dapat menyebabkan adaptasi dapat dicapai tanpa
membangkitkan penyakit ini bahkan derajat stressor yang dicapai di step pertama bukanlah
provokasi yang dapat ditolerir.
Tehnik modifikasi perilaku telah sangat lama dipromosikan untuk mencegah
penyakit ini, keberhasilan juga sudah banyak dilaporkan, tapi jarang disebarkan didunia
sebenarnya dimana pelatihannya pun tidak ada. Sebagai tambahan studi ini sebenarnya
10
tidak pernah mencakup kontrol yang sesuai dengan plasebo. Sejumlah obat-obatan dapat
mengurangi kepekaan terhadap penyakit ini seperti dimenhydrinate, meclizine, cyclizine.
Obat-obatan penyakit ini bekerja dengan mengurangi sensitivitas terhadap gerakan.
Dengan menguranginya berarti mengurangi kekacauan sinyal yang akan diterima oleh otak
dan obat-obatan ini dapat mencegah penyakiti ini. Obat-obatan ini dapat diklasifiksikan
kedalam dua kategori yaitu over the counter (OTC) dan obat-obat yang harus diresepkan.
Produk-produk OTC berisikan antihistamin dan cocok untuk gejala yang ringan dan
merupakan self-medication. Sedangkan obat yang diresepkan berisi scopolamin yaitu
antikolinergik dan menurut penelitian lebih efektif. Scopolamin cocok untuk mengobati
gejala sedang-berat.
Obat anti motion sickness:Obat Rute Dosis dewasa (mg) Onset (Jam ) Durasi (Jam)
Cyclizine Oral 50 0.5–112–24
Dimenhydrinate Oral 50–100 2 8
Meclizine Oral 25–50 0.5–112–24
Diphenhydramine Oral 25–50 0.25–0.54–6
Promethazine Oral 25 0.5–18–12
Buclizine Oral 50 0.512
Scopolamine PatchTablet
OralDermal
0.4–0.81.5
14–6
872
Obat-obatan diatas mempunyai efek samping berupa rasa ngantuk dan mulut
kering. Scopolamin untuk meningkatkan efeknya sering digunakan bersamaan dengan
amfetamin, dan promethazin sering digunakan bersamaan dengan efedrin. Kontraindikasi
penggunaan scopolamin adalah orang-orang dengan glaukoma, hipertrofi prostat, penyakit
hati dan ginjal. Wanita hamil dan menyusui juga sebaiknya tidak mengkonumsi
scopolamine kecuali keadaan yang sangat diperlukan. Alkohol dapat meningkatkan edek
ngantuk jika digunakan bersamaan dengan scopolamin sehingga tidak boleh digunakan saat
berkendaraan.
11
BAB III
KESIMPULAN
1. Motion sickness atau kinetosis, juga dikenal sebagai penyakit perjalanan, adalah suatu
kondisi dimana ada perbedaan antara sinyal yang diterima otak dari mata dan organ-
organ sesnsitif terhadap posisi lainnya termasuk sistem vestibular mengeni posisi tubuh.
2. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa konflik berasal dari dua organ penting
keseimbangan yaitu mata dan koklea di telinga dalam menyesuaikan diri terhadap
kecepatan yang berbeda ketika terjadinya gerakan.
3. Sekarang ini belum ada teori yang adekuat yang dapat menjelaskan perjalanan penyakit
ini. Dan ada banyak teori yang menjelaskan mengenai penyakit ini.
4. Gejala dan tanda dari penyakit ini meliputi sindroma mual, gangguan epigastrik seperti
rasa tidak nyaman epigastrik, mual dan muntah, gejala-gejala pada kulit seperti pucat,
keringat dingin, mulut kering, gejala-gejala SSP seperti sakit kepala, mengantuk, rasa
tegang dimata, dan lesu.
5. Pencegahan dan pengobatan penyakit ini adalah kompleks. Pencegahan terbaik untuk
orang-orang dengan kepekaan tinggi adalah penghindaran dan membangun adaptasi
terhadap situasi atau keadaan yang memprovokasinya.
6. Obat-obatan penyakit ini bekerja dengan mengurangi sensitivitas terhadap gerakan.
Dengan menguranginya berarti mengurangi kekacauan sinyal yang akan diterima oleh
otak dan obat-obatan ini dapat mencegah penyakiti ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Lackner, James R. Motion Sickness. 2004. Disadur dari :
www.graybiel.brandeis.edupublications.pdf
2. Sherman, Craig R, dkk. Motion Sickness: Review of Preventative Remedies.
Disadur dari : www.motionsickness.net.pdf
3. Benson, Alan J. Motion Sickness. Disadur dari : www.motion sickness2.pdf
4. Higler, Adams Boeis. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke IV. 1997. Jakarta: EGC.
5. Motion Sickness. Disadur Dari : www.emedicinehealth.com
13