115
MOTIVASI KERJA DI PERPUSTAKAAN BAGI PUSTAKAWAN LULUSAN NON ILMU PERPUSTAKAAN Studi Kasus Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) oleh: Reni Puspita NIM. 1111025100003 PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/ 2015 M

MOTIVASI KERJA DI PERPUSTAKAAN BAGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29422/1/RENI... · Menurut UU tentang ... Berdasarkan definisi dari para ahli di atas, maka

  • Upload
    dotram

  • View
    229

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

  • MOTIVASI KERJA DI PERPUSTAKAAN BAGI PUSTAKAWAN

    LULUSAN NON ILMU PERPUSTAKAAN

    Studi Kasus Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI

    Skripsi

    Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

    oleh:

    Reni Puspita

    NIM. 1111025100003

    PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

    FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA 1436 H/ 2015 M

  • i

    ABSTRAK

    Reni Puspita (1111025100003). Motivasi Kerja di Perpustakaan Bagi

    Pustakawan Lulusan Non Ilmu Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan

    Kementerian Kesehatan RI. Di bawah bimbingan Ida Farida, MLIS,

    Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi kerja pustakawan lulusan non

    ilmu perpustakaan dan faktor-faktor yang mendorong motivasi kerja pustakawan

    lulusan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Jenis

    penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode kualitatif dengan

    informan yaitu 3 orang pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan. Hasil

    penelitian ini menunjukan bahwa motivasi pustakawan lulusan non ilmu

    perpustakaan bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI merupakan

    motivasi intrinsik. Motivasi pustakawan non ilmu perpustakaan bekerja di

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yaitu, keinginan dari diri pustakawan

    untuk bekerja di perpustakaan sebagai pengabdian kepada apratur negara,

    pengembangan intelektual bidang perpustakaan maupun kesehatan dan sebagai

    penjenjangan karir. Penulis menyimpulkan bahwa adanya faktor pendorong

    motivasi pustakawan dalam bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI,

    yaitu adanya gaji, tunjangan, dan kesempatan untuk berkembang.

    Kata Kunci: Motivasi, Motivasi Kerja, Pustakawan, Non Ilmu Perpustakaan,

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.

  • ii

    ABSTRACT

    Reni Puspita (1111025100003). Work Motivation in Non Graduate Library For

    Librarians Library Science: A Case Study Library of the Ministry of Health.

    Under the guidance of Ida Farida, MLIS, Library Science Department

    Faculty of Adab and Humanities Syarif Hidayatullah State Islamic

    University of Jakarta, in 2015.

    This study aims to determine the motivation of librarians working non graduate

    library science and the factors that drive employee motivation non graduate

    library science librarians at the Library of the Ministry of Health. This type of

    research is descriptive with qualitative methods with informants are 3 non-science

    graduates librarian library. These results indicate that the motivation non librarian

    library science graduates working in the Library of the Ministry of Health is an

    intrinsic motivation. Motivation non sciences library librarian working at the

    Library of the Ministry of Health, namely the desire of self-librarian to work in

    the library as apratur devotion to the state, the intellectual development of the

    field of health and as a library and career development. The authors conclude that

    their motivating factor in working librarian at the Library of the Ministry of

    Health, namely the salary, benefits, and opportunities to grow.

    Keywords: Motivation, Work Motivation, Librarian, Non Sciences Library,

    Library of the Ministry of Health.

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya penulis

    dapat menyelesaikan skripsi guna memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana.

    Untuk menyelesaikan skripsi ini penulis mengambil judul tentang Motivasi Kerja

    di Perpustakaan Bagi Pustakawan Lulusan Non Ilmu Perpustakaan: Studi Kasus

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yang merupakan hasil penelitian

    selama penulis melakukan kegiatan penelitian yang dilakukan di Perpustakaan

    Kementerian Kesehatan RI.

    Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai

    pihak yang mendukung. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

    kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan

    Humaniora.

    2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan.

    3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu

    Perpustakaan.

    4. Bapak Parhan Hidayat, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik

    yang telah mencurahkan waktunya untuk ACC judul skripsi saya.

    5. Ibu Ida Farida, MLIS selaku Pembimbing Skripsi yang telah mencurahkan

    ilmu dan waktunya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi

    ini.

    6. Ibu Nurul Hayati, M.Hum dan Bapak Amir Fadillah, M.Si selaku dosen

    penguji skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini.

  • iv

    7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah

    memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses

    perkuliahan.

    8. Kedua orang tua tercinta Bapak Wiyono dan Ibu Sri Sudarnani, serta

    kakakku Agus Sutopo, yang selalu mendoakan dan memberikan kasih

    sayang dan dukungan untuk kelancaran penulisan skripsi ini. Skripsi ini

    penulis persembahkan untuk kalian.

    9. Dra. Siwi Wresniati dan drg. Ria Puwanti, M. Kes yang telah menerima

    penulis untuk melakukan penelitian di Perpustakaan Kementerian

    Kesehatan RI.

    10. Sahabat seperjuangan Dini Amelia Witriani, Yusra, Okka Tiara, Anis

    Afifah yang sama-sama memberikan dukungan untuk menyelesaikan

    skripsi ini.

    11. Teman-teman KKN Atmosphere 2014.

    12. Teman-teman JIP angkatan tahun 2011.

    13. Sahabat SMA Ayu, Efi, Meinia yang telah memberikan semangat untuk

    menyelesaikan skripsi ini.

    Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah

    wawasan bagi para pembacanya.

    Jakarta, 4 Juni 2015

    Penulis

    Reni Puspita

  • v

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN

    SURAT PERNYATAAN

    ABSTRAK ....................................................................................................... i

    ABSTRACT ..................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... v

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

    DAFTAR BAGAN .......................................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 5

    C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6

    D. Manfaat Penelitian .................................................................... 7

    E. Daftar Istilah ............................................................................. 7

    F. Sistematika Penulisan ............................................................... 8

    BAB II TINJAUAN LITERATUR

    A. Pengertian Pustakawan ............................................................. 10

    B. Pengertian Motivasi Kerja ........................................................ 11

    C. Bentuk-bentuk Motivasi ........................................................... 15

  • vi

    D. Teori Motivasi........................................................................... 15

    E. Hubungan Motivasi dengan Tingginya Produktivitas .............. 20

    F. Faktor Pendorong Motivasi Kerja............................................. 22

    G. Penelitian Relevan .................................................................... 28

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................... 31

    B. Sumber Data ............................................................................. 32

    C. Teknik Penentuan Informan...................................................... 32

    D. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 33

    E. Teknik Analisis Data ................................................................ 35

    F. Jadwal Penelitian ...................................................................... 37

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Objek Penelitian

    1. Sejarah Singkat Perpustakaan Kemneterian Kesehatan RI....... 38

    2. Visi dan Misi Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI ......... 39

    3. Koleksi ..................................................................................... 40

    4. Sumber Daya Manusia ............................................................. 41

    5. Layanan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI ................. 44

    6. Tata Tertib Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI ............. 45

    B. Hasil Penelitian

    1. Motivasi Kerja di Perpustakaan ............................................. 47

    2. Faktor Pendorong Motivasi Kerja

  • vii

    a. Gaji .......................................................................................... 56

    b. Kondisi dan Keamanan Kerja ................................................. 58

    c. Kebutuhan Sosial .................................................................... 61

    d. Penghargaan dan Pengakuan ................................................... 63

    e. Kesempatan untuk Berkembang ............................................. 65

    C. Pembahasan ................................................................................... 68

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................................... 72

    B. Saran .............................................................................................. 72

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. ..... 74

    LAMPIRAN

    BIODATA PENULIS

  • viii

    DAFTAR TABEL

    1. Tabel 2.1 Faktor Pendorong Motivasi....................................................... 22

    2. Tabel 2.2 Jadwal Penelitian....................................................................... 37

    3. Tabel 4.1 Jumlah Koleksi.......................................................................... 41

  • ix

    DAFTAR BAGAN

    1. Gambar 1 Struktur Organisasi...................................................................... 43

  • x

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Lampiran 1 Transkrip Wawancara

    2. Lampiran 2 Surat Permohonan Dosen Pembimbing

    3. Lampiran 3 Surat Tugas Menjadi Pembimbing Skripsi

    4. Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

    5. Lampiran 5 Surat Balasan Izin Penelitian

    6. Lampiran 6 Nota Dinas Izin Penelitian

    7. Lampiran 7 Foto Kegiatan Wawancara

    8. Lampiran 8 Lembar Observasi

    9. Lampiran 9 Lembar Bimbingan Skripsi

    10. Biodata Penulis

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perpustakaan merupakan lembaga yang melayani kepentingan umum

    dan sebagai salah satu pusat informasi, yang bertugas mengumpulkan,

    mengolah, menyajikan bahan pustaka agar dapat digunakan oleh pemustaka

    secara efektif dan efisien. Perpustakaan terbagi atas beberapa jenis salah

    satunya adalah perpustakaan khusus. Perpustakaan khusus adalah lembaga

    informasi yang berada di lingkungan instansi atau organisasi yang mempunyai

    tugas dan fungsi untuk memenuhi kebutuhan pemustaka khususnya pada

    instansi tersebut.1

    Di dalam sebuah perpustakaan hal yang terpenting adalah pustakawan

    yang menjalankan atau bekerja di perpustakaan, tanpa adanya pustakawan

    pelayanan perpustakaan tidak akan berjalan dengan baik. Menurut UU tentang

    perpustakaan No. 43 tahun 2007 pustakawan adalah seseorang yang memiliki

    kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan kepustakawanan

    serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan

    dan pelayanan perpustakaan. Tugas pustakawan yang wajib dilakukan oleh

    setiap pustakawan ialah: (1) memberikan layanan prima terhadap pemustaka;

    (2) menciptakan suasana perpustakaan yang kondusif; dan (3) memberikan

    1 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta : Sagung

    Seto, 2006), h.3.

    1

  • 2

    keteladanan dan menjaga nama baik lembaga dan kedudukannya sesuai tugas

    dan tanggung jawabnya.2

    Pustakawan harus memiliki motivasi kerja yang baik sehingga

    kegiatan pokok perpustakaan dapat berjalan dengan semestinya. Menurut

    Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan yang timbul dari

    diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan

    dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang

    atau sekelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin

    mencapai tujuan yang dikehendakinya.3

    Menurut Reksohadiprodjo dan Handoko dalam buku Motivasi dan

    Pemotivasian dalam Manajeman, motivasi kerja merupakan motivasi yang

    terjadi pada situasi lingkungan kerja yang terdapat pada suatu organisasi atau

    lembaga. Pada dasarnya manusia selalu menginginkan hal yang baik, sehingga

    daya pendorong atau penggerak yang memotivasi semangat kerjanya

    tergantung dari harapan yang akan diperoleh mendatang, jika harapan itu

    menjadi kenyataan maka seseorang akan cenderung meningkatkan motivasi

    kerjanya.4 Motivasi kerja diartikan sebagai keadaan dalam diri individu yang

    mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

    guna mencapai tujuan.5 Berdasarkan definisi dari para ahli di atas, maka dapat

    disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah dorongan atau keinginan untuk

    2 Republik Indonesia, Undang-Undang RI No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan

    (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2007). 3 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat

    Bahasa, 2008), h. 90. 4 J. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajeman (Jakarta: Rajawali Pers, 2008),

    h.26. 5 John Adair, Menjadi Pemimpin Eksekutif (Jakarta, Pustaka Pressindo, 1984), h.177.

  • 3

    melakukan sesuatu yang diarahkan pada perilaku yang melibatkan diri dengan

    pekerjaan.

    Dorongan kerja dapat berasal dari dalam (intrinsik) atau berasal dari

    luar (ekstrinsik). Dorongan kerja yang berasal dari dalam diri (intrinsik)

    seseorang yang dapat mempengaruhinya untuk berperilaku atau bergerak ke

    arah tertentu seperti: prestasi, tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu

    sendiri, penghargaan. Sedangkan, dorongan kerja yang berasal dari luar

    (ekstrinsik) adalah faktor-faktor dari luar diri seseorang yang dapat

    memotivasinya untuk bekerja dengan baik, seperti: gaji, keamanan kerja,

    kondisi kerja, kebijakan perusahaan, kualitas hubungan dengan atasan. Hasil

    kerja yang diperoleh dari masing-masing jenis motivasi akan bervariasi.6

    Motivasi kerja di perpustakaan berhubungan dengan kemampuan untuk

    melaksanakan pekerjaan yang dapat diperoleh melalui pendidikan formal

    maupun pelatihan kepustakawanan. Ketertarikan seseorang untuk melakukan

    sesuatu harus sesuai dengan kemampuan yang dibutuhkan. Kemampuan

    tersebut akan mempengaruhi kepuasan kerja dan prestasi yang pada akhirnya

    akan membuat pustakawan memiliki keinginan untuk tetap bekerja di

    perpustakaan tersebut.7

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI merupakan perpustakaan

    khusus yang berada di bawah naungan Kementerian Kesehatan RI.

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI mempunyai pustakawan sebanyak

    10 orang yang bertugas mengelola perpustakaan. Mereka mempunyai latar

    belakang pendidikan yang bermacam-macam, dari bidang ilmu perpustakaan

    6 J. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajeman, h. 28.

    7 Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 143.

  • 4

    sebanyak 4 orang dan bidang ilmu lainnya sebanyak 6 orang yang didukung

    dengan mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) khusus bidang

    ilmu perpustakaan.

    Berdasarkan penelitian awal, penulis tertarik membahas masalah

    motivasi kerja di perpustakaan bagi pustakawan lulusan non ilmu

    perpustakaan di Perpustakaaan Kementerian Kesehatan RI dikarenakan di

    tempat tersebut terdapat pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan yang

    mempunyai motivasi untuk bekerja di perpustakaan sebagai pengelola

    informasi. Motivasi kerja pustakawan tersebut terlihat dari absensi kehadiran

    serta dalam melayani pemustaka, pustakawan tersebut memiliki semangat dan

    pengetahuan untuk bekerja di perpustakaan walaupun pustakawan tersebut

    bukan lulusan dari bidang ilmu perpustakaan. Di sini juga terlihat dari usaha

    pustakawan tersebut dalam menerapkan ilmu pengetahuan bidang

    perpustakaan. Pustakawan tersebut mendapatkan pengetahuan ilmu

    perpustakaan melalui kegiatan pelatihan (diklat) bidang ilmu perpustakaan

    yang sering diadakan di Perpustakaan Nasional. Selain itu, pustakawan

    Kementerian Kesehatan RI juga sering mengikuti seminar-seminar ilmu

    perpustakaan guna menambah pengetahuan dalam mengelola perpustakaan.

    Bagian SDM dan jaringan perpustakaan di Perpustakaan Kementerian

    Kesehatan RI memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan

    pengetahuan maupun keterampilan pustakawan guna meningkatkan

    kompetensi pustakawan khususnya pustakawan lulusan non ilmu

    perpustakaan.

  • 5

    Alasan penulis mengambil Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI

    sebagai tempat untuk dilakukannya penelitian, karena penulis telah melakukan

    Praktek Kerja Lapangan di perpustakaan tersebut. Penulis melihat sebagian

    besar pustakawan Kementerian Kesehatan RI bukan dari lulusan sarjana ilmu

    perpustakaan. Namun, pustakawan tersebut memiliki kinerja yang baik dalam

    melakukan pekerjaannya sebagai pustakawan. Motivasi pustakawan tersebut

    bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI dikarenakan keinginan

    dari pustakawan untuk bekerja di perpustakaan, panggilan jiwa, bekerja untuk

    memenuhi kebutuhan, dan pengembangan intelektual yang dimiliki.8

    Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas maka penulis

    tertarik untuk mengangkat tema mengenai motivasi kerja di perpustakaan bagi

    pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan. Dengan demikian penulis

    memutuskan untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam lagi, kemudian hasil

    penelitian tersebut akan dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul Motivasi

    Kerja di Perpustakaan Bagi Pustakawan Lulusan Non Ilmu

    Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi pada motivasi kerja di

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI bagi pustakawan non ilmu

    perpustakaan dan faktor-faktor yang mendorong motivasi pustakawan lulusan

    non ilmu perpustakaan dalam bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan

    8 Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes

  • 6

    RI. Penelitian ini lebih di fokuskan pada motivasi kerja pustakawan lulusan

    non ilmu perpustakaan yang telah bekerja lebih dari 1 tahun di Perpustakaan

    Kementerian Kesehatan RI.

    2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka

    dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :

    1. Apa motivasi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan bekerja di

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI?

    2. Faktor apa yang mendorong motivasi pustakawan lulusan non ilmu

    perpustakaan dalam bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI?

    C. Tujuan Penelitian

    Agar sasaran dalam penelitian ini jelas dan sesuai dengan permasalahan

    di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui motivasi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan

    bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.

    2. Untuk mengetahui faktor yang mendorong motivasi pustakawan lulusan

    non ilmu perpustakaan dalam bekerja di Perpustakaan Kementerian

    Kesehatan RI.

  • 7

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat dalam penelitian ini adalah :

    1. Sebagai bahan masukan bagi Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI

    agar menjadi motivasi kerja di perpustakaan bagi pustakawan lulusan non

    ilmu perpustakaan.

    2. Sebagai bahan masukan bagi perpustakaan lainnya terhadap motivasi kerja

    di perpustakaan bagi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan.

    3. Memperkaya khazanah pembahasan dalam ilmu perpustakaan khususnya

    mengenai motivasi kerja di perpustakaan.

    E. Daftar Istilah

    1. Perpustakaan Khusus

    Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang berada di suatu instansi atau

    lembaga tertentu, baik lembaga pemerintah maupun swasta. Dalam hal ini

    perpustakaan yang dimaksud adalah Perpustakaan Kementerian Kesehatan

    RI.

    2. Motivasi Kerja

    Motivasi kerja adalah keinginan dari diri seseorang untuk melakukan suatu

    pekerjaan yang dibuktikan dengan semangat menggunakan semua

    kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya yang bertujuan untuk

    mendapatkan hasil kerja.

    3. Pustakawan

    Pustakawan adalah orang yang bekerja pada lembaga-lembaga perpustakaan

    dan informasi yang memiliki pendidikan perpustakaan secara formal maupun

  • 8

    pelatihan kepustakawanan yang bertugas mengelola perpustakaan dan

    memberikan pelayanan informasi kepada pemustaka. Dalam hal ini

    pustakawan yang dimaksud adalah pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan

    yang bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.

    4. Ilmu Perpustakaan

    Ilmu perpustakaan adalah ilmu yang mempelajari dan mengkaji hal-hal yang

    berkaitan dengan perpustakaan baik dari segi organisasi koleksi, penyebaran

    dan pelestarian ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan budaya serta jasa-jasa

    lainnya kepada masyarakat, hal lain yang berkenaan dengan perpustakaan dan

    peranan secara lebih luas.

    F. Sistematika Penulisan

    Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membagi ke dalam 5 (lima) bab.

    Adapun sistematika penulisan sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini berisi latar belakang, pembatasan masalah,

    perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi

    istilah, dan sistematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN LITERATUR

    Tinjauan Literatur. Bab ini berisi literatur-literatur yang

    berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Pengertian

    pustakawan, pengertian motivasi kerja, bentuk-bentuk

    motivasi, teori-teori motivasi, hubungan antara motivasi

  • 9

    dengan tingginya produktivtas kerja, faktor-faktor

    pendorong motivasi kerja.

    BAB III METODE PENELITIAN

    Bab ini penulis akan membahas tentang metode penelitian

    yang digunakan mulai dari jenis dan pendekatan penelitian,

    sumber data, teknik penentuan informan, teknik

    pengumpulan data, teknik analisis data, dan jadwal

    penelitian.

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan

    pembahasan, yang berisi tentang penjelasan profil objek

    penelitian, diantaranya sejarah berdirinya Perpustakaan

    Kementerian Kesehatan RI, visi dan misi, struktur

    organisasi, koleksi, layanan, tata tertib. Hasil penelitian

    mengenai motivasi kerja di perpustakaan bagi pustakawan

    lulusan non ilmu perpustakaan, faktor-faktor pendorong

    motivasi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan dalam

    bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.

    BAB V PENUTUP

    Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan pokok bahasan

    dan saran-saran yang berhubungan dengan penelitian yang

    telah dilakukan.

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN LITERATUR

    A. Pengertian Pustakawan

    Menurut Sutarno NS dalam buku Manajemen Perpustakaan: suatu

    pendekatan praktik, pustakawan diartikan sebagai semua tenaga kerja yang

    berada dan bekerja di perpustakaan, baik sebagai pemimpin, staf maupun

    pelaksana teknis operasional.9 Sedangkan, Sudarsono menjelaskan

    pustakawan adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan

    hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan

    kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi baik

    instansi pemerintah atau unit tertentu.10

    Pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan

    perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang

    sesuai dengan tujuan lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan.11

    Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 mendefinisikan pustakawan

    adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui

    pendidikan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan

    tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan

    perpustakaan.12

    9 Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Sagung

    Seto, 2006), h. 76 10

    Blasinus Sudarsono, Pustakawan Cinta dan Teknologi (Jakarta: Sagung Seto, 2009),

    h. 76. 11

    Basyral Hamidy, dkk, Kiprah Pustakawan: Seperempat Abad Ikatan Pustakawan

    Indonesia 1979-1998 (Jakarta: Pengurus Besar IKAPI, 1998), h. 1. 12

    Ratih Rahmawati dan Blasius Sudarsono, Perpustakaan untuk Rakyat Dialog Anak

    dan Bapak (Jakarta: Sagung Seto, 2012), h.110.

    10

  • 11

    Menurut Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) yang menyatakan bahwa

    pustakawan adalah seseorang yang berkarya dibidang perpustakaan dan

    dokumentasi dan tidak membedakan status PNS atau Non PNS. Sedangkan

    dalam Kode etik Pustakawan Indonesia menjelaskan bahwa pustakawan

    adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan

    memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga

    induknya didasari dengan pengetahuan kepustakawanan yang dimiliknya

    melalui pendidikan.13

    Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pustakawan

    adalah seseorang yang bekerja di perpustakaan yang telah mendapatkan

    pengetahuan dalam bidang perpustakaan baik secara formal maupun pelatihan

    kepustakawanan.

    B. Pengertian Motivasi Kerja

    Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere,

    yang berarti menggerakkan (to move).14

    Motivasi seseorang untuk

    melakukan kegiatan muncul karena merasakan perlunya untuk memenuhi

    kebutuhan. Apabila kebutuhannya telah terpenuhi, motivasinya akan menurun.

    Motivasi juga diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Namun apabila

    tujuan telah tercapai, biasanya motivasi juga menurun. Oleh karena itu,

    motivasi dapat dikembangkan apabila timbul kebutuhan maupun tujuan baru.

    13

    Rachman Hermawan S, dkk, Etika Kepustakawanan (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h.

    45-46. 14

    J. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajeman (Jakarta: Rajawali Pers,

    2008), h.1.

  • 12

    Apabila pemenuhan kebutuhan merupakan kepentingan manusia, maka tujuan

    dapat menjadi kepentingan individu maupun organisasi.

    Menurut Syephen P. Robbins dalam buku Manajemen Kinerja,

    menyatakan bahwa motivasi sebagai proses yang menyebabkan intensitas

    (intensity), arah (direction), dan usaha terus-menerus (presistence) individu

    menuju pencapaian tujuan. Intensitas menunjukan seberapa keras seseorang

    berusaha. Tetapi intensitas tinggi tidak menjamin pada hasil kinerja yang baik,

    kecuali adanya usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.15

    Motivasi sebagai proses yang mempengaruhi atau mendorong

    seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang

    telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving

    force) dimaksudkan sebagai desakan yang dialami untuk memuaskan dan

    mempertahankan kehidupan.16

    Motivasi kerja merupakan motivasi yang

    terjadi pada situasi lingkungan kerja yang terdapat pada suatu organisasi atau

    lembaga. Keberhasilan dan kegagalan perpustakaan sering dikaitkan dengan

    motivasi kerja pustakawan. Pada dasarnya manusia selalu menginginkan hal

    yang baik, sehingga daya pendorong atau penggerak yang memotivasi

    semangat kerja tergantung dari harapan yang akan diperoleh mendatang, jika

    harapan itu menjadi kenyataan maka seseorang akan cenderung meningkatkan

    motivasi kerjanya.17

    15

    Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.378. 16

    P. Adigusman, Peningkatan Motivasi Pegawai, artikel diunduh pada 1 Maret 2015 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28976/4/Chapter%20II.pdf.

    17 J. Toding, Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan artikel diunduh pada 1

    Maret 2015 dari http://e-journal.uajy.ac.id/2672/3/2EM13860.pdf.

  • 13

    Sementara itu, Menurut Jerald Greenberg dan Robert A. Baron dalam

    buku Manajemen Kinerja, berpendapat bahwa motivasi merupakan

    serangkaian proses yang membangkitkan (arouse), mengarahkan (direct), dan

    menjaga (maintain) perilaku manusia menuju pada pencapaian tujuan.

    Membangkitkan berkaitan dengan dorongan atau energi untuk bertindak.

    Motivasi juga berkepentingan dengan pilihan yang dilakukan orang dan arah

    perilaku mereka. Sedangkan perilaku akan mempertahankan berapa lama

    orang akan terus berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.18

    Menurut Ernest J. Mc Chormick dalam buku Manajemen Sumber Daya

    Perusahaan, mengemukakan bahwa work motivation is defined as conditions

    which influence the arousal, direction, and maintenance of behaviors relevant

    in work settings. Motivasi kerja ialah suatu kondisi yang berpengaruh untuk

    membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan

    dengan lingkungan kerja.19

    Menurut IG Wursanto berpendapat bahwa motivasi kerja adalah

    dorongan yang memberikan semangat kerja kepada para pegawai untuk

    berperilaku tertentu dalam usaha mencapai tujuan organisasi yang telah

    ditetapkan.20

    Sedangkan, Hasbullah Husin mengungkapkan bahwa motivasi

    kerja adalah dorongan atau keinginan yang kuat seseorang untuk melakukan

    pekerjaan atau kegiatan tertentu dengan sebaik mungkin.21

    18

    Wibowo, Manajemen Kinerja, h.379. 19

    AA Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Perusahaan ( Bandung: PT

    Remaja Rosda Karya, 2000), h. 94. 20

    IG Wursanto, Manajemen Kepegawaian I (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 137-138. 21

    Hasbullah Husin, Manjemen Menurut Islamologi (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h.

    215.

  • 14

    Dr. B. Siswanto Sastrohadiwiryo merumuskan motivasi sebagai

    berikut:

    a. Setiap perasaan, kehendak, atau keinginan yang sangat mempengaruhi

    kemauan individu sehingga individu tersebut didorong untuk berperilaku

    dan bertindak

    b. Pengaruh kekuatan yang menimbulkan perilaku individu

    c. Setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya perilaku

    sesorang

    d. Proses dalam yang menentukan gerakan atau perilaku individu kepada

    tujuan (goal).22

    Dengan adanya motivasi kerja, diharapkan setiap individu mau bekerja

    keras untuk mencapai kinerja yang tinggi. Motivasi kerja ini dimaksudkan

    untuk memberikan daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar

    pegawai tersebut bekerja dengan maksimal. Seseorang yang sangat

    termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial, guna

    menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana

    ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi, hanya memberikan upaya

    minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi, merupakan sebuah konsep

    penting tentang kinerja individual.23

    Berdasarkan pengertian motivasi kerja di atas, dapat disimpulkan

    bahwa motivasi kerja merupakan dorongan yang timbul dari diri pegawai

    untuk bekerja sesuai dengan tujuan yang dikehendakinya sehingga

    22

    B. Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan

    Administratif dan Operasional (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 268. 23

    Moekijat, Motivasi dan Pengembangan Manajemen (Bandung: CV Pionir jaya, 1981),

    h. 24.

  • 15

    menimbulkan semangat kerja yang menjadi landasan seseorang dalam

    melakukan suatu pekerjaan.

    C. Bentuk- bentuk Motivasi

    Setiap individu memiliki motivasi yang mampu menjadi spirit dalam

    memacu dan menumbuhkan semangat kerja dalam bekerja. Spirit yang

    dimiliki oleh seseorang tersebut bersumber dari dirinya maupun dari luar,

    dimana kedua bentuk tersebut akan lebih baik jika dua-duanya bersama-sama

    ikut menjadi pendorong motivasi seseorang. Motivasi muncul dalam dua

    bentuk dasar, yaitu:24

    1. Motivasi ekstrinsik (dari luar)

    2. Motivasi intrinsik (dari dalam)

    Motivasi ekstrinsik muncul dari luar diri seseorang, kemudian

    selanjutnya mendorong orang tersebut untuk membangun dan menumbuhkan

    semangat motivasi pada diri seseorang tersebut untuk merubah seluruh sikap

    yang dimiliki olehnya saat ini ke arah yang lebih baik. Sedangkan, motivasi

    intrinsik adalah motivasi yang muncul dan tumbuh serta berkembang dalam

    diri orang tersebut, yang selanjutnya kemudian mempengaruhi diri dalam

    melakukan sesuatu yang bernilai dan berarti.25

    D. Teori Motivasi

    Ada banyak teori yang membahas mengenai motivasi. Beberapa teori

    menganggap kondisi kekurangan merupakan pendorong untuk berperilaku.

    24

    Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi, h. 143 25

    Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi, h. 143

  • 16

    Teori-teori yang paling lazim mengenai motivasi merujuk kepada kebutuhan

    sebagai kekuatan pendorong perilaku manusia. Kebutuhan adalah sesuatu

    yang penting, tidak terhindarkan, untuk memenuhi suatu kondisi. Istilah

    kebutuhan juga digunakan untuk menggambarkan kondisi kekurangan sesuatu.

    Teori motivasi yang didasarkan pada kebutuhan adalah:

    1. Teori Hirerarki

    Menurut Abraham Maslow pada tahun 1945, salah satu teori motivasi

    yang paling banyak diacu adalah teori "Hierarki Kebutuhan" yang

    dikemukakan oleh Abraham Maslow. Maslow memandang kebutuhan

    manusia berdasarkan suatu hirarki kebutuhan dari kebutuhan yang paling

    rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi. Model Maslow ini sering disebut

    dengan model hierarki kebutuhan. Karena menyangkut kebutuhan manusia,

    maka teori ini digunakan untuk menunjukkan kebutuhan seseorang yang harus

    dipenuhi agar individu tersebut termotivasi untuk bekerja. Kebutuhan manusia

    dibagi menjadi lima tingkatan hierarchy pyramid, yaitu:26

    a. Kebutuhan fisiologikal (Physiological Needs).

    Pada tingkatan terendah hierarki yang ada dan pada titik awal teori

    motivasi terdapat kebutuhan fisiologikal. Kebutuhan fisiologikal

    merupakan kebutuhan primer atau kebutuhan dasar, seperti: sandang,

    pangan, papan. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang perlu dipenuhi untuk

    mempertahankan hidup.

    26

    Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi, h. 145-146.

  • 17

    b. Kebutuhan rasa aman (Security Needs).

    Apabila kebutuhan fisiologikal sudah terpenuhi, maka kebutuhan-

    kebutuhan pada tingkat selanjutnya yaitu kebutuhan rasa aman.

    Keinginan untuk dilindungi dari bahaya dan ancaman fisik.

    c. Kebutuhan sosial (Social Needs).

    Ketika kebutuhan fisiologikal dan kebutuhan rasa aman relatif

    terpenuhi, maka kebutuhan sosial yang merupakan kebutuhan pada

    tingkat selanjutnya menjadi motivator selanjutnya bagi perilakunya.

    Kebutuhan ini mencakup memberi dan menerima persahabatan, cinta

    kasih, dan rasa memiliki.

    d. Kebutuhan harga diri (Esteem Needs).

    Kebutuhan harga diri ini dapat terungkap dalam keinginan untuk

    dipuji dan diakui atas prestasi kerjanya.

    e. Kebutuhan aktualisasi diri (Self-actualization Needs).

    Pada puncak hirarki, terdapat kebutuhan aktualisasi diri.

    Kebutuhan ini melalui pengembangan kemampuan dan keahlian yang

    dimiliki untuk memeperoleh kesempatan berprestasi.

    Apabila seorang pegawai dapat memenuhi kelima tingkatan

    kebutuhannya secara bersamaan dan imbalan kerja yang diperolehnya dari

    organisasi tempat dia mengabdi, maka dapat dipastikan akan memotivasi

    orang untuk bekerja lebih giat, tanpa diperintah orang lain. Kesimpulan yang

    dapat ditarik dari teori ini adalah untuk memotivasi orang agar bekerja lebih

    giat sesuai dengan keinginan kita, sebaiknya kita memenuhi kebutuhan-

  • 18

    kebutuhan dasar yang diinginkan dari pegawai tersebut. Namun kelemahan

    dari teori ini adalah bahwa kebutuhan manusia itu tidaklah berjenjang dan

    hierarkis, tetapi kebutuhan itu perlu dipenuhi secara simultan pada tingkat

    intensitas tertentu, dengan menentukan apa yang harus dipenuhi lebih

    dahulu.27

    2. Teori Dua Faktor

    Pada tahun 1966 Frederick Herzberg mengemukakan bahwa teori

    motivasi ini berhubungan langsung dengan kepuasan kerja. Teori ini disebut

    sebagai teori dua faktor. Hal ini dikarenakan, berdasarkan studinya tentang

    hubungan antara sikap sikap kerja dan kepuasan kerja. Frederick Herzberg

    membedakan dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha

    mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan, yaitu faktor

    motivational/intrinsik dan faktor hygiene/ekstrinsik. Faktor motivational/

    intrinsik mempengaruhi tingkat kepuasan kerja berdasarkan pemenuhan

    kebutuhan tingkat tinggi seperti, pekerjaan itu sendiri, prestasi, penghargaan,

    tanggung jawab, dan kemajuan. Sedangkan faktor hygiene/ekstrinsik

    memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, seperti, status,

    hubungan antar manusia, kebijakan, imbalan, kondisi dan keamanan kerja dan

    sebagainya.28

    Pada dasarnya teori ini sama dengan teori hierarki Abraham Maslow

    yang bertujuan mendapatkan cara yang terbaik dalam memotivasi semangat

    kerja pegawai agar mereka mau bekerja lebih giat untuk mencapai prestasi

    kerja yang optimal.

    27

    Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi, h. 146. 28

    Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Solusi, h. 148.

  • 19

    3. Teori E-R-G Clayton Alderfer

    Teori E-R-G adalah teori motivasi yang dikemukakan oleh Alderfer

    pada tahun 1972, yang mengemukakan bahwa individu mempunyai

    kebutuhan-kebutuhan akan existense (E) atau eksistensi, relatedness (R) atau

    keterkaitan, dan growth (G) atau pertumbuhan. Menurut Alderfer terdapat tiga

    kategori kebutuhan, yaitu:

    a. Eksistence (E) atau Eksistensi

    Dapat dipenuhi melalui insentif finansial dan kondisi kerja yang aman.

    Meliputi kebutuhan fisiologis seperti lapar, rasa haus, seks, kebutuhan

    materi, dan lingkungan kerja yang menyenangkan.

    b. Relatedness (R) atau keterkaitan

    Dapat dipenuhi melalui keterlibatan pegawai dalam suasana kelompok

    yang kondusif, ditandai adanya hubungan antar anggota kelompok sebagai

    teman sejawat, dan rasa kekeluargaan.

    c. Growth (G) atau pertumbuhan

    Kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui pengembangan karir, dan

    pengembangan pekerjaan secara kreatif.29

    Secara umum, teori ini mirip dengan teori kebutuhan hierarki Abraham

    Maslow, namun berbeda dalam dua aspek. Pertama, meskipun urutan

    kebutuhan serupa, ide hierarki tidak dimasukkan. Alderfer menyatakan bahwa

    bila kebutuhan eksistensi tidak terpenuhi akan sangat berpengaruh, namun

    kategori-kategori kebutuhan lainnya masih penting dalam mengarahkan

    perilaku untuk mencapai tujuan. Kedua, meskipun suatu kebutuhan terpenuhi,

    29

    Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer: Eksistensi dalam Perilaku Organisasi (Jakarta: Rajawali, 1990), h.255.

  • 20

    kebutuhan tersebut dapat berlangsung terus sebagai pengaruh kuat dalam

    keputusan. Misalnya, seseorang yang sudah menerima gaji yang cukup besar

    dan pekerjaan yang aman namun terus menginginkan peningkatan, meskipun

    kebutuhan akan eksistensi tampaknya sudah terpenuhi.

    Dari teori-teori motivasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

    faktor-faktor yang dapat memotivasi pegawai menurut teori hierarki adalah

    kebutuhan faali, rasa aman, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri. Teori dua

    faktor yang mengatakan bahwa faktor yang dapat memotivasi pegawai adalah

    pencapaian, penghargaan, pekerjaaan itu sendiri, dan tanggung jawab.

    Sedangkan, teori ERG menyatakan bahwa faktor yang dapat memotivasi

    seseorang dalam bekerja yaitu Eksistence (E) atau Eksistensi, Relatedness (R)

    atau keterkaitan, dan Growth (G) atau pertumbuhan.

    E. Hubungan Antara Motivasi dengan Tingginya Produktivitas

    Motivasi dan produktivitas adalah suatu bagian yang saling terkait satu

    sama lainnya. Peningkatan motivasi akan mempengaruhi peningkatan

    produktivitas.30

    Untuk dapat termotivasi dan menjadi produktif, seseorang

    harus memiliki minat dengan pekerjaan mereka agar mendapat kepuasan kerja

    selain itu juga perlu adanya kerjasama dan tanggung jawab terhadap

    pekerjaan.31

    Pengaruh produktivitas pegawai sangat tergantung pada baik

    buruknya pengembangan sumber daya manusia di organisasi tersebut.

    Kemampuan untuk meningkatkan produktivitas seseorang sangat ditentukan

    oleh kemampuan seseorang, kecakapan, dan beban kerja. Lingkungan kerja

    30

    Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi, h. 154. 31

    A. Dale Timpe, Memotivasi Pegawai (Jakarta: Gramedia, 1991), h. 25.

  • 21

    dan pekerjaan itu sendiri berpengaruh terhadap kualitas produktivitas

    seseorang. Produktivitas berasal dari kata productivity yang artinya product

    atau hasil, sehingga productivity dapat diartikan sebagai hasil atau

    kemampuan menghasilkan sesuatu.32

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa agar produktivitas pegawai

    meningkat maka pegawai harus menyukai pekerjaannya terlebih dahulu

    sehingga dapat memperoleh kepuasan dari pekerjaan tersebut. Sehingga

    terwujudnya rasa tanggung jawab, adanya kerjasama yang baik, serta

    lingkungan yang mendukung.

    32

    Hadari Nawawi, Administrasi Personel untuk Peningkatkan Produktivitas Kerja (Jakarta, CV. Haji Masagung, 1990), h.97.

  • 22

    F. Faktor Pendorong Motivasi Kerja

    Motivasi merupakan proses psikologi dalam diri seseorang yang sangat

    dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berikut tabel faktor motivasi kerja menurut

    para ahli, sebagai berikut:33

    Tabel 2.1

    Faktor Motivasi Kerja

    No. Abraham Maslow Herzberg Clayton Alderfer

    1. Fisiologis Gaji Insentif Finansial

    2. Keamanan/ rasa aman Keamanan dan

    Kondisi Kerja

    Keamanan dan Kondisi

    kerja

    3. Sosial Hubungan antara

    pribadi dengan

    atasan, bawahan dan

    rekan kerja

    Hubungan antar

    kelompok dan teman

    kerja

    4. Penghargaan Status -

    5. Aktualisasi diri atau

    pemenuhan diri

    Pekerjaan yang

    kreatif dan

    menantang

    Prestasi

    Penghargaan

    Tanggung jawab

    Kemajuan

    Pengembangan

    karir

    Pengembangan

    pekerjaan secara

    kreatif

    33

    Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta, BPFE, 2002), h. 261

  • 23

    Berikut ini uraian faktor yang mendorong motivasi kerja seseorang

    menurut Abraham H Maslow, Herzberg, dan Clayton Alderfer, sebagai berikut:34

    1. Gaji

    Gaji merupakan salah satu kebutuhan dalam suatu organisasi. Suatu

    organisasi dapat memberikan motivasi kepada pegawai mereka dengan cara

    memberikan kompensasi secara realistis guna meningkatkan produktivitas

    kerja. Penghargaan dalam bentuk uang berupa gaji maupun tunjangan menjadi

    alat untuk mengoptimalkan kepuasan pegawai dan untuk memotivasi dalam

    melaksanakan pekerjaan yang lebih baik lagi. Ada yang beranggapan bahwa

    gaji sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan hidup bagi diri sendiri

    maupun keluarga. Ada juga yang beranggapan gaji sebagai sarana penyediaan

    jaminan hidup sampai tingkat tertentu. Kesuksesan sering diukur berdasarkan

    pendapatan yang diperoleh. Dan ada juga yang melihat gaji sebagai simbol

    status, suatu ukuran keberhasilan sesorang. Keberhasilan tersebut terlihat dari

    rumah, lingkungan, kendaraan dan pakaian. Uang dapat dijadikan sebagai alat

    motivasi dalam bekerja. Sebagian besar pegawai menganggap uang

    merupakan hal yang paling utama dan menjadi faktor terpenting dalam

    pekerjaan.

    Selain gaji, penerimaan lain juga dapat memotivasi pegawai dalam

    bekerja. Yang tergolong dalam penerimaan lain seperti: honorarium/lembur

    dan bonus. Lembur adalah sejumlah uang yang diterima setelah melakukan

    pekerjaan di luar jam kerja. Penerimaan honorarium/lembur masih sangat

    diharapkan guna memenuhi kebutuhan fisiologi. Dengan memberikan uang

    34

    Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta, BPFE, 2002), h. 261

  • 24

    lembur kepada pegawai merupakan salah satu usaha untuk menciptakan

    semangat kerja. Sedangkan, bonus adalah pemberian tunjangan hari raya atau

    akhir tahun. Pemberian tunjangan ini bertujuan untuk membangkitkan

    semangat kerja pegawai.35

    2. Kondisi dan Keamanan Kerja

    Kondisi kerja dapat mempengaruhi semangat kerja pegawai. Oleh sebab

    itu, pihak perusahaan hendaknya menyediakan lingkungan kerja yang

    memberi rasa aman dan menarik. Dengan memperhatikan ruang kerja dan

    fasilitas yang memadai. Mengenai keamanan dalam bekerja merupakan salah

    satu faktor yang memotivasi seseorang dalam bekerja. Hal ini berhubungan

    dengan kebutuhan yang dibawa sejak lahir untuk menjaga dirinya dari

    kecelakaan. Tujuannya adalah untuk mencegah kecelakaan yang berhubungan

    dengan fisik, mental, dan intelektual.36

    Kebutuhan akan keamanan berhubungan dengan menjaga diri terhadap

    ancaman atau bahaya. Menurut Maslow, kebutuhan akan keamanan terdiri dari

    keamanan pada saat bekerja, perasaan aman akan harta yang dimiliki, dan

    perasaan aman yang menyangkut masa depan pegawai.37

    Keamanan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang. Oleh karena

    itu, sebaiknya sebuah organisasi yang baik memiliki program kesehatan dan

    kesejahteraan untuk memberikan rasa aman bagi pegawainya. Program

    tersebut dapat berupa dana pensiun, asuransi kesehatan, dan kesejahteraan.

    35

    A Dale Timpe, Memotivasi Pegawai, h.61-63. 36

    Sondang P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),

    h.287. 37

    Moh. Asad, Psikologi Industri (Yogyakarta: Liberty, 1987), h. 48.

  • 25

    3. Kebutuhan Sosial

    Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan yang timbul dikarenakan adanya

    hubungan antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya, hubungan antar

    pegawai, dan lingkungan sosial tempat dimana mereka bekerja. Komunikasi

    termasuk hal penting yang harus diperhatikan dalam menciptakan kondisi

    kerja yang efektif. Komunikasi dapat dilakukan baik dalam lisan maupun

    tulisan. Komunikasi yang efektif antara kepala dan pegawai dapat memotivasi

    pegawai dalam bekerja. Kondisi kerja juga berpengaruh pada tingkat kepuasan

    kerja seseorang. Kepuasan kerja merupakan suatu pandangan seseorang baik

    yang bersifat positif maupun negatif tentang pekerjaannya.38

    Jadi dalam

    memotivasi pegawai dalam bekerja harus menciptakan lingkungan kerja yang

    baik, sehingga pegawai dapat membuat pekerjaan lebih menarik dan

    menantang.

    Selain itu, pegawai dapat termotivasi dalam bekerja apabila dilibatkan

    dalam proses pengambilan keputusan, dimana mereka dapat menghubungkan

    tujuan mereka dengan organisasi. Dalam memberikan kesempatan kepada

    pegawai untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Dengan hal itu

    mereka akan merasa dirinya mempunyai peran dalam organisasi tersebut

    sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja pegawai.

    Hal lain yang harus diperhatikan adalah kualifikasi pegawai harus

    disesuaikan dengan posisi kerja. Kesalahan penempatan pegawai akan

    mengakibatkan kinerja yang tidak maksimal, frustasi, dan kurangnya motivasi.

    Motivasi yang tepat akan membuat para karyawan akan terdorong untuk

    38

    Sondang P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 287.

  • 26

    bekerja semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat

    mencapai keberhasilan dari tujuan dan sasaran organisasi tersebut.39

    Memberikan perhatian dalam masalah kesehatan pegawai, menerima saran

    yang berhubungan dengan organisasi, dan memberikan pujian atas kinerja

    yang baik merupakan hal yang efektif dalam memotivasi pegawai untuk

    bekerja lebih baik dan efisien.40

    Menurut Bernard Berelson dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek

    mendefinisikan komunikasi sebagai alat atau sarana yang menghubungkan

    satu pegawai dengan pegawai lain dalam suatu organisasi supaya mencapai

    tujuan bersama.41

    Komunikasi didefinisikan sebagai suatu proses

    pembentukan dan penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang

    terjadi dalam diri seseorang dan diantara dua orang atau lebih dengan tujuan

    tertentu.42

    Untuk meningkatkan produktivitas kerja, selain memperhatikan faktor

    gaji juga harus memperhatikan masalah kebutuhan sosial seperti: kerjasama,

    diterimanya keberadaan mereka oleh pegawai lain, perasaan memiliki,

    kepercayaan diri, dihargai dan dihormati.

    4. Penghargaan dan Pengakuan

    Salah satu aspek yang terpenting dari motivasi adalah kebutuhan akan

    adanya pengakuan. Ini dapat berupa surat penghargaan dan penghargaan

    khusus lainnya.43

    Pengakuan dapat membangun harga diri dan memberi

    39

    Sondang P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 287. 40

    A Dale Timpe, Memotivasi Pegawai, h. 83. 41

    Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2004), h. 7. 42

    Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 23. 43

    A Dale Timpe, Memotivasi pegawai, h. 83.

  • 27

    semangat kepada setiap pegawai. Bentuk lain pengakuan adalah dengan

    mendengarkan apa yang dikatakan oleh pegawai kepada atasannya.

    Pada saat tertentu kritik dapat memotivasi pegawai agar berusaha lebih

    baik dan meningkatkan produktivitas kerja, sebaliknya kritik dapat

    menurunkan motivasi pegawai. Setiap profesi memerlukan penghargaan dan

    pengakuan yang menjadikan penghargaan sebagai salah satu hal untuk

    meningkatkan produktivitas kerja pustakawan.

    5. Aktualisasi Diri

    Aktualisasi diri yaitu adanya pengembangan karir dalam bentuk kenaikan

    pangkat dan promosi jabatan yang lebih tinggi akan menjadi pendorong

    semangat kerja pegawai. Bekerja tanpa adanya harapan untuk meraih

    kemajuan tidak dapat menjadi motor atau penggerak untuk berprestasi. Agar

    dapat berprestasi selain memotivasi dalam bekerja, juga diperlukan

    pendidikan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Jadi

    dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor untuk

    memudahkan dalam menjalankan tugas sebagai pegawai. Kesempatan untuk

    berkembang yaitu kesempatan untuk memperoleh posisi yang lebih tinggi dari

    kedudukan sebelumnya. Setiap orang selalu menginginkan adanya

    perkembangan dari usaha yang telah dilakukannya. Dengan adanya

    kesempatan untuk maju itu, maka keinginan untuk berkembang tersebut dapat

    terpenuhi.44

    Setiap pegawai mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan diri

    dalam menambah pengetahuan, keterampilan, atau mengubah sikap-sikap

    44

    Ibrahim, Aspek- Aspek dalam Motivasi Kerja diunduh pada 1 Maret 2015 dari http://ibrahim.staff.uns..ac.id/2002/3/aspek-aspek-dalam-motivasi-kerja/why-not/

    http://ibrahim.staff.uns..ac.id/2002/3/aspek-aspek-dalam-motivasi-kerja/why-not/

  • 28

    sesuai dengan perkembangan zaman. Untuk meningkatkan mutu dan

    keterampilan serta memupuk semangat kerja dari pegawai agar dapat

    mengembangkan bakat dan kemampuan yang ada pada diri masing-masing,

    perlu dilakukan pembinaan pegawai.45

    Pembinaan pegawai ini dapat dinikmati

    oleh pegawai maupun organisasi. Banyaknya manfaat yang diperoleh dari

    pembinaan pegawai untuk mendorong pegawai untuk bekerja lebih baik.

    G. Penelitian Relevan

    Penelitian sebelumnya pernah dilakukan dan yang relevan dengan judul

    penelitian ini diantaranya diambil dari skripsi dan artikel jurnal. Adapun

    skripsi yang relevan dengan penelitian ini berjudul Motivasi Kerja Staf

    Perpustakaan di Lingkungan Universitas Indonesia. Yang disusun oleh Irza

    Rasjid Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

    Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui kondisi

    motivasi kerja staf perpustakaan di lingkungan perpustakaan fakultas

    Universitas Indonesia; (2) Untuk mengetahui aspek yang dapat mempengaruhi

    mereka dalam bekerja di perpustakaan; (3) Untuk mengetahui usaha yang

    dilakukan kepala perpustakaan dalam memotivasi staf perpustakaannya.

    Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif

    dan teknik analisis data yang digunakan adalah penulis menggunakan

    parameter tertentu yang dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan buku

    karangan Masri Singarimbun. Hasil penelitian dalam skripsi ini menunjukan

    bahwa motivasi kerja staf perpustakaan fakultas dilingkungan Universitas

    45 Hasibuan, Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas (Jakarta: Bumi

    Aksara, 2003) h, 46.

  • 29

    Indonesia adalah tinggi, yaitu 56,66 (51-75 motivasi tinggi). Gaji dipilih

    sebagai aspek yang paling mempengaruhi mereka dalam bekerja dan kepala

    perpustakaan telah melakukan tugas mereka untuk memotivasi stafnya.46

    Perbedaan pada penelitian penulis yaitu terletak pada objek yang

    memfokuskan kepada pustakawan yang memiliki latar belakang non ilmu

    perpustakaan, tujuan penelitian penulis yaitu, untuk mengetahui motivasi kerja

    di perpustakaan bagi pustkawan lulusan non ilmu perpustakaan dan untuk

    mengetahui faktor-faktor pendorong motivasi dalam bekerja di Perpustakaan

    Kementerian Kesehatan RI. Metode penelitian yang penulis gunakan berbeda

    yaitu, menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

    Sedangkan artikel Ilmiah yang relevan dengan penelitian ini berjudul

    Motivasi Kerja Pustakawan di Perpustakaan Politeknik Pertanian Universitas

    Andalas Payakumbuh. Yang di susun oleh Erik Septian Chandra dan Elva

    Rahmah Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS

    Universitas Negeri Padang. Artikel ini diterbitkan oleh Jurnal Ilmu

    Perpustakaan dan Kearsipan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk

    mengetahui motivasi kerja pustakawan perpustakaan Politani; (2) Untuk

    mengetahui bentuk-bentuk motivasi yang diberikan pemimpin perpustakaan

    Politani; (3) untuk mengetahui kendala dalam memotivasi kerja pustakawan di

    perpustakaan politani. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah

    kualitatif yang merupakan pengamatan langsung. Teknik pengumpulan data

    yaitu wawancara dan observasi. Hasil penelitiannya yaitu motivasi kerja

    pustakawan Perpustakaan Politani masih belum baik, terlihat dari koleksi yang

    46

    Irza Rasjid, Motivasi Kerja Staf Perpustakaan di Lingkungan Universitas Indonesia,

    (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, 2009) diakses pada 25 Desember 2014

    dari http://lontar.ui.ac.id.

  • 30

    tidak tersusun rapi, kurangnya kedisiplinan pustakawan dalam memanfaatkan

    jam kerja dan sering terjadi pemustaka yang mengantri lama untuk

    mendapatkan informasi, pustakawan yang bercanda gurau sewaktu jam kerja;

    (2) bentuk-bentuk motivasi yang diberikan pimpinan Perpustakaan Politani

    kepada pustakawan adalah motivasi ekstrinsik yang berupa hadiah, yaitu

    berupa honor tambahan sewaktu pustakawan melaksanakan piket harian dan

    nasehat secara lisan (egoinvolvement), yaitu berupa nasehat yang diberikan

    oleh pimpinan Perpustakaan Politani. Nasehat yang diberikan berupa lisan

    seperti teguran dan panggilan ke ruangan pimpinan dan sampai saat sekarang

    ini pimpinan perpustakaan belum melakukan pemberian nasehat dengan cara

    tulisan dan memberikan sanksi yang tegas; (3) kendala dalam memotivasi

    pustakawan, yaitu sulit untuk menentukan alat motivasi yang paling tepat,

    karena keinginan setiap individu tidak sama, kemampuan Perpustakaan

    Politani terbatas dalam menyediakan fasilitas dan pimpinan perpustakaan sulit

    mengetahui motivasi kerja setiap individu pustakawan.47

    47

    Erik Septian dan Elva Rahmah, Motivasi Kerja Pustakawan di Perpustakaan Politeknik

    Pertanian Universitas Andalas Payakumbuh, Jurnal ilmu perpustakaan dan kearsipan Vol.1,

    No.1, 2012. diakses pada 12 Januari 2015 dari http://ejurnal.unp.ac.id.

    http://ejurnal.unp.ac.id/

  • 31

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif.

    Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan

    tujuan utama untuk mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa

    adanya. Penelitian deskriptif ini mengkaji pola hubungan korelasional antara

    beberapa variabel.48

    Penelitian deskriptif ini penulis lakukan untuk

    memberikan gambaran secara umum mengenai motivasi kerja di perpustakaan

    bagi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian

    Kesehatan RI.

    Sedangkan, pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah

    pendekatan kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin yang dimaksud dengan

    pendekatan kualitatif adalah jenis pendekatan penelitian yang menghasilkan

    penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan

    prosedur-prosedur statistik atau kuantifikasi.49

    Pendekatan kualitatif

    cenderung bersifat deskriptif, naturalistik, dan berhubungan dengan sifat

    data yang murni kualitatif. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu

    menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, atau perilaku

    yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan organisasi

    48

    Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian : Pengantar Teori dan Panduan

    Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula (Jakarta : STIA-LAN, 1999),

    h.60-61. 49

    Pupu Saeful Rahmat, Penelitian Kualitatif, Jurnal EEQUILIBRIUM, Vol.5, No.9

    (2009), h. 2.

    31

  • 32

    tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan

    holistik.50

    B. Sumber Data

    1. Data Primer

    Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil observasi

    dan wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang telah

    menempuh pendidikan sarjana non ilmu perpustakaan. Dalam penelitian

    ini, data primer diperoleh dari 3 pustakawan lulusan non ilmu

    perpustakaan yang memiliki kriteria untuk dijadikan informan.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari

    sumbernya. Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai data sekunder

    adalah catatan dokumentasi, buku, jurnal, laporan tahunan, dan dokumen

    lainnya yang menunjang penelitian.

    C. Teknik Penentuan Informan

    Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling dengan

    memilih informan yang dianggap memiliki pengetahuan yang memadai

    terhadap objek penelitian.51

    Konsepsi penentuan informan dengan melakukan

    kunjungan ke Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Dalam tahap awal

    ditentukan satu orang informan kunci (key informant) yaitu Kepala

    50

    Pupu Saeful Rahmat, Penelitian Kualitatif, h.3. 51

    Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian : Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula (Jakarta : STIA-LAN, 1999),

    h.62.

  • 33

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Selanjutnya, setelah dilakukan

    wawancara mendalam tentang tujuan penelitian, beberapa orang informan

    lainnya ditetapkan lagi sesuai aspek-aspek yang berhubungan dengan

    permasalahan yang diteliti.

    Berdasarkan uraian di atas, maka yang dijadikan informan dalam

    penelitian ini pustakawan yang memiliki kriteria sebagai berikut:

    1. Berpendidikan minimal sarjana non ilmu perpustakaan

    2. Sudah bekerja lebih dari 1 tahun

    3. Memiliki jabatan fungsional pustakawan

    Berdasarkan kriteria di atas terdapat 3 orang pustakawan yang

    memenuhi kriteria untuk dijadikan informan. Informan berlatar belakang dari

    lulusan Sarjana hukum, Magister Kesehatan Masyarakat, dan Magister

    Manajemen Publik. Informan sudah bekerja lebih dari satu tahun di

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Informan adalah pustakawan bagian

    layanan pemustaka, pengolahan bahan pustaka dan kepala perpustakaan

    Kementerian Kesehatan RI.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Data-data yang diperoleh akan diolah dan disajikan dalam bentuk

    deskriptif yang bertujuan untuk mengemukakan permasalahan dan

    menemukan solusi disertai dengan teori-teori yang mendukung. Data-data

    yang diperoleh dikumpulkan melalui:

  • 34

    1. Observasi

    Observasi adalah metode penghimpunan data yang dilakukan dengan

    mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

    fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Dalam penelitian

    ini, penulis melakukan pengamatan secara langsung dan yang menjadi

    objek penelitian adalah pustakawan non ilmu perpustakaan untuk

    mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini,

    penulis juga melampirkan lembar observasi. Observasi penulis lakukan

    pada tanggal 4 Mei sampai 13 Mei 2015 di Perpustakaan Kementerian

    Kesehatan RI.

    2. Wawancara

    Wawancara adalah teknik pengambilan data melalui pertanyaan yang

    diajukan secara lisan kepada responden. Selain itu, wawancara juga dapat

    diartikan sebagai percakapan dengan maksud tujuan tertentu. Percakapan

    tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

    mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

    memberikan atas pertanyaan itu.52

    Dalam penelitian ini, penulis

    mewawancarai 3 orang pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan

    mengenai hal-hal yang memotivasi pustakawan dalam bekerja di

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.

    3. Studi Pustaka

    Studi Pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan

    metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta

    52

    Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja

    Rosdakarya, 1997), h. 186.

  • 35

    mengolah bahan penelitian.53

    Penelitian jenis ini merupakan riset yang

    memfokuskan diri untuk menganalisis atau menafsirkan bahan tertulis

    berdasarkan konteksnya.54

    Dalam kegiatan ini, penulis mengumpulkan

    data melalui kegiatan membaca berbagai macam sumber referensi atau

    literatur-literatur yang relevan dengan tema yang dibahas. Adapun

    sumber-sumber yang dimaksud dapat diperoleh dari buku, jurnal, artikel,

    dan skripsi.

    E. Teknik Analisis Data

    Setelah melakukan teknik pengumpulan data, langkah selanjutnya

    adalah menganalis data. Analisis data adalah proses menyusun,

    mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk

    memahami maknanya. Teknik penulisan ini berpedoman kepada buku:

    Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Universitas Islam Negeri

    (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian ini, penulis

    menggunakan teknik analisis data kualitatif. Analisis data yang dilakukan,

    diantaranya:

    1. Reduksi Data

    Pada tahap ini, dilakukan pemilihan tentang relevan tidaknya antara

    data dengan tujuan penelitian. Data-data yang penulis peroleh dari hasil

    observasi dan wawancara tidak semuanya penulis gunakan. Akan tetapi,

    53

    Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,

    2008), h. 3. 54

    Adnan Mahdi dan Mujahidin, Panduan Penelitian Praktis Untuk Menyusun Skripsi,

    Tesis, dan Disertasi (Bandung : CV ALFABETA, 2014), h.126.

  • 36

    data tersebut dipilah-pilah lagi untuk menentukan mana yang relevan

    dengan tema penelitian.

    2. Penyajian Data

    Setelah data direduksi, tahap selanjutnya adalah penyajian data. Pada

    tahap ini, data disajikan dan dianalisis dengan menghubungkan data yang

    di peroleh dari studi pustaka dengan data yang ditemukan melalui

    wawancara dan observasi. Adapun dalam penelitian ini, penulis

    menyajikan data dalam bentuk teks yang bersifat naratif.

    3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data

    Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang

    dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan.

    Penarikan kesimpulan dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian

    pernyataan dari subyek penelitian dengan makna yang terkandung dengan

    konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut. Penarikan kesimpulan

    dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian pernyataan dari

    subyek penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep

    dasar dalam penelitian tersebut. Sedangkan verifikasi dimaksud kan agar

    penilaian tentang kesesuaian data dengan maksud yang terkandung dalam

    konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut lebih tepat dan obyektif.55

    55

    Tjuju Soendari. Penelitian Kualitatif. artikel diunduh pada 1 Maret 2015 dari

    http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA.

  • 37

    F. Jadwal Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI

    yang beralamat di Jalan H.R. Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950,

    Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret Mei 2015. Adapun

    jadwal penelitian sebagai berikut:

    Tabel 3.1

    Jadwal Kegiatan

    No. Kegiatan Bulan

    1. Pengajuan Proposal Skripsi dan

    Dosen Pembimbing

    Januari 2015

    2. Bimbingan Skripsi Maret - Juni 2015

    3. Pengumpulan Literatur April 2015

    4. Observasi dan Wawancara Mei 2015

    5. Penyusunan Laporan Skripsi Maret Juni 2015

    6. Sidang Skripsi Juli 2015

  • 38

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Objek Penelitian

    1. Sejarah Singkat Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI

    Pada tahun 2005 dikeluarkan peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:

    1575/MENKES/PER/XI/2005 Tentang Organisasi dan Kerja Departemen

    Kesehatan, kedudukan perpustakaan telah muncul dalam struktur Sub

    Bidang Perpustakaan dan Dokumentasi di bawah nanungan Pusat

    Komunikasi Publik. Sebelum Menteri Kesehatan RI mengeluarkan

    peraturan ini, Kementerian Kesehatan RI menggunakan peraturan Nomor:

    1277/MENKES/SK/XI/2001 perpustakaan hilang dalam struktur

    organisasi Departemen Kesehatan RI, pada saat itu perpustakaan dipimpin

    oleh Ny. Kayes Lumatauw, Mls. Meskipun tidak ada dalam struktur

    perpustakaan tetap menyelenggarakan sesuai dengan fungsinya dengan

    baik teknis maupun administrasi di bawah Biro Hukum dan Organisasi

    Kementerian Kesehatan RI. Pada tahun 2010 keluar Peraturan Menteri

    Kesehatan Nomor: 114/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan

    Tata Kerja Kementerian Kesehatan ada perubahan nama satuan kerja.

    Bahwa Sub Bidang Perpustakaan dan Dokumentasi di bawah naungan

    Bidang Pelayanan Informasi Publik yang bertanggung jawab pada Pusat

    Komunikasi Publik.

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI telah menjadi bagian dari

    perkembangan kiprah Kementerian Kesehatan RI sejak awal. Selain

    38

  • 39

    lokasinya yang berpindah-pindah sesuai lokasi kantor Departemen

    Kesehatan. Penanggung jawab pengelolaannya juga berpindah dari unit

    satu ke unit lainnya. Tercatat pernah berada dibawah Biro Umum, Biro

    Hukum, Pusat Data dan Informasi, dan sejak 2006 Perpustakaan

    Departemen Kesehatan dan sampai sekarang Perpustakaan Kementerian

    Kesehatan RI berada dibawah koordinasi dan tanggung jawab Pusat

    Komunikasi Publik Depkes, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

    1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

    Departemen Kesehatan.

    Pembenahan Perpustakaan Departemen Kesehatan dilakukan terhadap

    fisik ruangan, fasilitas, koleksi maupun teknologi informasinya.

    Penggunaan IT berbasis open source sangat mendukung tugas pokok dan

    fungsi perpustakaan. KOHA dan D-space digunakan dalam mendukung

    fasilitas perpustakaan digital dan online (e-library).

    2. Visi dan Misi Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI

    a. Visi

    Menjadikan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI sebagai

    perpustakaan unggulan untuk repository terbitan Kementerian

    Kesehatan RI dan pusat jejaring perpustakaan kesehatan.

    b. Misi

    1.) Melestarikan karya cetak dan karya rekam hasil terbitan

    Kementerian Kesehatan RI

    2.) Membangun dan mengembangkan perpustakaan terpadu berbasis

    teknologi informasi

  • 40

    3.) Membina dan membangun jejaring dengan perpustakaan di

    lingkungan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan.

    4.) Menyelenggarakan layanan perpustakaan.

    3. Koleksi

    Adapun Koleksi Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI adalah

    sebagai berikut:

    a. Koleksi terbitan Kementerian Kesehatan RI

    Koleksi ini merupakan karya cetak yang diterbitkan oleh Kementerian

    Kesehatan RI yang berkaitan dengan kebijakan dan program pembangunan

    kesehatan. Koleksi ini mencakup berbagai tulisan berupa Sejarah

    Kesehatan Nasional, Peraturan Perundang-undangan bidang kesehatan,

    Profil Kesehatan, Petunjuk Teknis, Petunjuk pelaksanaannya sebagai

    acuan menjalankan pekerjaan dalam bidang kesehatan baik instansi

    pemerintah maupun swasta.

    b. Koleksi Audio Visual Kementerian Kesehatan RI

    Koleksi ini merupakan koleksi foto, audio, video dalam bentuk digital,

    kaset audio, CD, VCD, DVD, betacam, DV-cam. Koleksi ini yang

    dikembangkan sejak tahun 2007 ini mencakup hasil liputan kegiatan, iklan

    layanan masyarakat (ILM), produksi program untuk televisi dan radio,

    video dokumenter, dan filler.

    c. Koleksi terbitan WHO

    Koleksi ini merupakan koleksi terbitan WHO terutama WHO Regional

    Asia Tenggara (SEARO) yang berbentuk buku dan softcopy atau CD.

  • 41

    d. Koleksi Umum

    Koleksi terbitan umum yang ada di Perpustakaan Kementerian Kesehatan

    RI berupa koleksi subjek di luar bidang kesehatan dan kedokteran, seperti:

    filsafat, bahasa, pertanian, pemerintah, keuangan, geografi.

    Tabel 4.1

    Jumlah Koleksi

    Koleksi Judul Eksemplar

    Audiovisual 154 261

    Terbitan Kemenkes RI 3337 6252

    Terbitan WHO 1195 1538

    Terbitan Umum 231 281

    TOTAL 4917 8332

    4. Sumber Daya Manusia

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI berada di dalam Unit Pusat

    Komunikasi Publik dan Sub Bidang Perpustakaan dan Dokumentasi

    bertanggung jawab kepada Bidang Pelayanan Informasi Publik. Sub

    Bidang Perpustakaan dan Dokumentasi memiliki 10 sumberdaya manusia.

    Adapun latar belakang pendidikan sumber daya manusia Perpustakaan

    Kementerian Kesehatan RI adalah sebagai berikut:

    1. Dra. Siwi Wresniati, M.Si latar belakang pendidikan Sarjana Pendidikan

    Bahasa Indonesia dan Magister Manajemen Publik.

    2. drg. Ria Purwanti, M.Kes latar belakang pendidikan Sarjana Dokter Gigi

    dan Magister Kesehatan Masyarakat.

  • 42

    3. Jeni Helen CS, SH latar belakang pendidikan Sarjana Hukum.

    4. Parna, SIPI latar belakang pendidikan Sarjana Ilmu Perpustakaan.

    5. Teguh Martono, S.Sos latar belakang pendidikan Sarjana Ilmu

    Perpustakaan.

    6. Rachmadi, Amd latar belakang pendidikan dari D3 Ilmu Perpustakaan.

    7. Ariesha Widipuspita, Amd latar belakang pendidikan D3 Ilmu

    Perpustakaan.

    8. Muslichatul Hidayah latar belakang pendidikan SMA.

    9. Mintarsih latar belakang pendidikan SMA.

    10. Mintauli Sianturi latar belakang pendidikan SMA.

  • 43

    Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan RI

    Pusat Komunikasi Publik

    Bidang Pelayanan Informasi Publik

    Sub Bidang Perpustakaan dan Dokumentasi

    drg. Murti Utami, MPH

    NIP. 196605081992032003

    Drg. Rarit Gempari, MARS

    NIP. 196209091986032002

    Dra. Siwi Wresniati, M.Si

    NIP. 196607191994032001

    Parna, S.IPI

    NIP. 196807121989031004

    Drg. Ria Purwanti, M.Kes

    NIP. 196110041989032004

    Teguh Martono, S.Sos

    NIP. 197903072010121001

    Muslichatul Hidayah

    NIP. 195901181980032002

    Mintarsih

    NIP. 196106271982012002

    Rachmadi, Amd

    NIP. 197110201994031003

    Ariesha Widipuspita, Amd

    NIP.198803292009122001

    Jeni Helen CS, SH

    NIP. 196712111990032001

    Mintauli Sianturi

    NIP.195910251983122001

    PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK

    BIDANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

    SUB BIDANG PERPUSTAKAAN DAN DOKUMENTASI

    LAYANAN PEMUSTAKA LAYANAN TEKNIS

  • 44

    5. Layanan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI menggunakan sistem

    pelayanan terbuka dimana pemustaka dapat langsung mencari bahan

    pustaka pada rak koleksi yang ada. Koleksi bahan pustaka tidak dapat

    dipinjam dan hanya dapat dibaca di ruang baca. Bila bahan pustaka

    tersebut diperlukan dapat digandakan (photo copy). Pemustaka tidak

    dipungut biaya (gratis) selama menggunakan layanan perpustakaan.

    Jenis layanan yang tersedia yaitu:

    a. Layanan referensi, yaitu: layanan yang berupa bantuan, petunjuk atau

    bimbingan untuk menemukan bahan pustaka atau informasi lainnya.

    b. Bimbingan pembaca, yaitu: layanan dengan memberikan petunjuk dan

    panduan untuk pemustaka dalam menggunakan bahan pustaka dan

    peralatan.

    c. Layanan photo copy bahan pustaka yang harus memenuhi peraturan

    perundangan tentang hak atas kekayaan intelektual (HAKI).

    d. Penelusuran bahan pustaka, yaitu: Pencarian bahan pustaka di

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yang dapat dilakukan melalui

    (OPAC).

    Waktu pelayanan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yaitu :

    Hari Senin s.d. Jumat Jam: 09.00 - 15.00 WIB; dan Tutup: Sabtu,

    Minggu, dan hari libur.

  • 45

    6. Tata Tertib Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI

    Adapun tata tertib pengunjung Perpustakaan Kementerian Kesehatan

    RI, adalah sebagai berikut:

    a. Setiap pemustaka diharuskan mengisi buku kunjungan yang telah

    disiapkan sebelum memanfaatkan perpustakaan.

    b. Barang bawaan berupa tas atau lainnya dapat dititipkan ke loker

    penyimpanan barang yang sudah disediakan. Barang berharga dan uang

    tidak dibenarkan untuk disimpan dalam loker penitipan.

    c. Setiap pemustaka bertanggung jawab mengawasi barangnya masing-

    masing. Kehilangan barang pada loker penitipan dan selama di

    perpustakaan bukan menjadi tanggung jawab Perpustakaan Kementerian

    Kesehatan RI.

    d. Pemustaka dapat mencari koleksi bahan pustaka dalam bentuk buku atau

    karya digital melalui katalog online di komputer yang telah disediakan

    dengan alamat: http://perpustakaan.depkes.go.id.

    e. Pemustaka dapat mencari sendiri koleksi lokasi tempat bahan pustaka

    yang dimaksud dan dapat menemukan koleksi tersebut untuk dibaca atau

    difoto copy. Apabila mengalami kendala dalam pencarian koleksi bahan

    pustaka dapat meminta bantuan kepada petugas Perpustakaan Kementerian

    Kesehatan RI.

    f. Pemustaka tidak diperkenankan untuk membawa pulang bahan pustaka (

    buku atau terbitan lainnya). Bahan pustaka hanya dapat dibaca di ruang

    baca atau difoto copy di tempat yang ada.

    http://perpustakaan.depkes.go.id/

  • 46

    g. Bagi pemustaka yang akan memfoto copy harus menyerahkan kartu

    identitas diri (KTP, SIM, Kartu Siswa, Kartu Mahasiswa atau Surat

    Keterangan lainnya) kepada petugas Perpustakaan Kementerian Kesehatan

    RI. Tanpa surat identitas pemustaka tidak diperkenankan untuk memfoto

    copy bahan pustaka. Pemustaka yang memfoto copy harus mematuhi

    peraturan perundangan yang berlaku tentang Hak Atas Kekayaan

    Intelektual (HAKI) dan International Copyright Law.

    h. Pemustaka tidak dibenarkan merusak, mencoret-coret, melipat, merobek

    atau mengambil isi bahan pustaka yang ada.

    i. Pemustaka hendaknya menjaga suasana yang nyaman di Perpustakaan

    Kementerian Kesehatan RI dan turut memelihara kebersihan lingkungan

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI dengan tidak makan dan minum

    di perpustakaan.

    j. Petugas Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI berwenang untuk

    mengambil tindakan sesuai aturan yang berlaku agar tata tertib dapat

    dilaksanakan dengan baik.

  • 47

    B. Hasil Penelitian

    Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, penulis akan

    menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang pendidikan pustakawan

    lulusan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI

    diketahui bahwa informan berlatar belakang pendidikan yaitu: Sarjana

    Hukum, Magister Kesehatan Masyarakat, dan Magister Manajemen Publik.

    Masing-masing informan adalah pustakawan bagian pengolahan bahan

    pustaka, pelayanan pemustaka dan kepala perpustakaan di Perpustakaan

    Kementerian Kesehatan RI. Pustakawan masing-masing bekerja di

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI lebih dari satu tahun dan masa kerja

    terlama diantara informan tersebut adalah selama 17 tahun. Seluruh informan

    berlatar belakang dari sarjana non ilmu perpustakaan yang telah mengikuti

    pelatihan kepustakawanan.

    Berdasarkan tujuan penelitian, penulis akan memaparkan hasil

    penelitian yang penulis peroleh melalui metode wawancara dan dikaitkan

    dengan teori yang peneliti bahas di bab sebelumnya. Adapun hasil penelitian

    yang diperoleh penulis uraikan kedalam bentuk narasi, hasilnya sebagai

    berikut:

    1. Motivasi Kerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI Bagi

    Pustakawan Lulusan Non Ilmu Perpustakaan

    Motivasi kerja di perpustakaan merupakan suatu keinginan pustakawan

    non ilmu perpustakaan untuk bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan

    RI. Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, diketahui bahwa adanya

  • 48

    motivasi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan untuk bekerja di

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.

    Berikut ini adalah pemaparan yang disampaikan oleh informan

    mengenai motivasi kerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI menurut

    pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan, sebagai berikut:

    Saya termotivasi untuk bekerja diperpustakaan yaitu berawal dari

    hobi saya membaca buku, jadi ketika saya bekerja di perpustakaan saya

    merasa senang bisa menerapkan ilmu yang saya miliki. Selain itu saya juga

    memahami koleksi-koleksi yang ada di perpustakaan ini dikarenakan saya

    berlatar belakang bidang kesehatan. 56

    Informan lain memaparkan:

    Yang memotivasi saya bekerja di perpustakaan pada waktu itu untuk

    pengembangan karir dan mengembangan ilmu yang saya miliki.57

    Informan lain juga memaparkan:

    Motivasi saya bekerja di perpustakaan ini yaitu karena tugas dan

    kewajiban yang harus saya lakukan sebagai PNS.58

    Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, motivasi kerja

    pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan Kementerian

    Kesehatan RI merupakan keinginan dari pustakawan yang mempunyai hobi

    membaca, pemahaman koleksi bidang kesehatan, sebagai pengembangan karir

    dan pengembangan intelektual, dan pengabdian sebagai Pegawai Negeri Sipil.

    Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, terlihat bahwa

    motivasi kerja pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan di Perpustakaan

    Kementerian Kesehatan RI cukup tinggi. Ini terlihat dari absensi kehadiran

    pustakawan, kedisiplinan pustakawan dalam memanfaatkan jam kerja, serta

    56

    Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes pada 15 Mei 2015 57

    Wawancara pribadi dengan Dra. Siwi Wresniati, M.Si pada 15 Mei 2015 58

    Wawancara pribadi dengan Jeni Helen CS, SH pada 15 Mei 2015

  • 49

    dalam memberikan pelayanan kepada pemustaka dalam memenuhi kebutuhan

    informasi.

    Dari hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan motivasi kerja

    pustakawan sudah terdapat di dalam diri pustakawan serta dalam

    pelaksanaannya pun sudah cukup baik. Jika hal ini terus berlanjut dapat

    berdampak pada kemajuan perpustakaan di masa yang akan datang. Sehingga

    pustakawan dapat meningkatkan dan menerapkan motivasi kerja yang ada

    dalam dirinya, sehingga motivasi yang dimiliki sesuai dengan kinerja mereka

    di perpustakaan.

    Pengembangan sumber daya manusia merupakan hal penting yang

    harus dilakukan oleh pihak perpustakaan untuk menambah ilmu pengetahuan

    dalam bidang perpustakaan khususnya bagi pustakawan non ilmu

    perpustakaan. Berikut ini pemaparan informan mengenai pengembangan

    sumber daya manusia khususnya bagi pustakawan lulusan non ilmu

    perpustakaan di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, sebagai berikut:

    Pihak perpustakaan mengikutsertakan pustakawan untuk seminar,

    lokakarya dan pada tahun ini saya lagi mengajukan untuk mengadakan diklat

    pustakawan.59

    Informan lain memaparkan:

    Mengikutsertakan pustakawan dengan seminar- seminar sehari.60

    Informan lain juga memaparkan:

    Dalam rangka mengembangkan potensi pustakawan non ilmu

    perpustakaan pihak perpustakaan mengirimkan pustakawan untuk mengikuti

    pendidikan dan pelatihan yang diadakan di Perpustakaan Nasional, LIPI,

    seminar, lokakarya tentang perpustakaan.61

    59

    Wawancara pribadi dengan Dra. Siwi Wresniati, M.Si pada 15 Mei 2015 60

    Wawancara pribadi dengan Jeni Helen CS, SH pada 15 Mei 2015 61

    Wawancara pribadi dengan drg. Ria Purwanti, M.Kes pada 15 Mei 2015

  • 50

    Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut, dapat

    diketahui bahwa dalam hal pengembangan sumber daya manusia di

    Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI dilakukan dengan mengikutsertakan

    pustakawan dalam seminar sehari, diklat, lokakarya dan pameran

    perpustakaan guna menambah ilmu pengetahuan dalam bidang perpustakaan

    khususnya bagi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan.

    Selain pihak Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yang berperan

    dalam pengembangan sumber daya manusia, pustakawan non ilmu

    perpustakaan juga berupaya meningkatkan motivasi kerjanya. Adapun hal-hal

    yang dilakukan pustakawan non ilmu perpustakaan dalam meningkatkan

    motivasi kerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI. Berikut pemaparan

    informan mengenai hal-hal yang dilakukan pustakawan non ilmu perpustakaan

    dalam meningkatkan motivasi kerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan

    RI, adalah sebagai berikut:

    Yang saya lakukan yaitu dengan menggali potensi yang ada dalam

    diri saya, serta memanfaatkan fasilitas perpustakaan yang ada agar dapat

    digunakan oleh pemustaka.62

    Informan lain memaparkan:

    Saya pribadi sering mengikuti seminar seminar-seminar yang

    diadakan di LIPI, Perpustakaan Nasional dan membaca buku yang berkaitan

    dengan perpusta