23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. Saat ini, praktik pelayanan keperawatan banyak rumah sakit di Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas. Penetapan jumlah tenaga keperawatan didasarkan jumlah klien/pasien dan derajat ketergantungan klien. Jenis tenaga adalah Perawat Primer (PP) yang lulusan S1 keperawatan, Perawat Asosiet (PA) lulusan D3 keperawatan, serta SPK. Tenaga lain adalah pembantu keperawatan. Mereka berada dalam satuan tim yang dibimbing dan diarahkan oleh Clinical Care Manager (CCM) yang merupakan magister spesialis keperawatan. 1

MPKP

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mpkp

Citation preview

Page 1: MPKP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai

suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya

mengembangkan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).

MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan

perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk

menopang pemberian asuhan tersebut. Saat ini, praktik pelayanan keperawatan banyak rumah

sakit di Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda pemberian

asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan

kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas.

Penetapan jumlah tenaga keperawatan didasarkan jumlah klien/pasien dan derajat

ketergantungan klien. Jenis tenaga adalah Perawat Primer (PP) yang lulusan S1 keperawatan,

Perawat Asosiet (PA) lulusan D3 keperawatan, serta SPK. Tenaga lain adalah pembantu

keperawatan. Mereka berada dalam satuan tim yang dibimbing dan diarahkan oleh Clinical Care

Manager (CCM) yang merupakan magister spesialis keperawatan.

Tindakan yang bersifat terapi keperawatan dilakukan oleh PP, karena bentuk tindakan lebih

pada interaksi, adaptasi, dan peningkatan kemandirian klien yang perlu landasan konsep dan

teori tinggi. PP melakukan pertemuan dengan anggota tim kesehatan lain terutama dokter. PP

juga mengarahkan dan membimbing perawat lain serta bertanggung jawab atas semua asuhan

keperawatan yang dilakukan oleh tim pada sekelompok klien.

Tugas membersihkan meja klien, menyediakan dan membersihkan peralatan yang digunakan,

mengantar klien konsul atau membawa pispot ke klien dilakukan oleh pembantu keperawatan.

Asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan standar rencana keperawatan yang ada. Ketua tim

(PP) melakukan validasi terhadap diagnosis keperawatan klien berdasarkan pengkajian yang

dilakukan.Secara kualitatif, PP ada kebanggaan profesional karena ada otonomi dan kesempatan

1

Page 2: MPKP

mengobservasi perkembangan klien secara berkesinambungan dan PA dapat bekerja lebih

terencana.

Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk bersikap

profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan kesehatan di rumah

sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional tersebut

adalah pengembangan model praktek keperawatan profesional (MPKP) yang memungkinkan

perawat professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk

menopang pemberian asuhan tersebut.

MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam melaksanakan

asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya

terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang

dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai.

1.2 TUJUAN PENULISAN

1.2.1 TUJUAN UMUM

Mengetahui model praktek keperawatan profesional

1.2.2 TUJUAN KHUSUS

1.2.2.1 Manpu mengetahui perubahan model praktek keperawatan profesional

1.2.2.2 Manpu mengetahui langkah - langkah model praktek keperawatan profesional

1.2.2.3 Manpu mengetahui panduan manajemen keperawatan di ruangan MPKP

1.3 MANFAAT PENULISAN

Penulis berharap makalah ini dapat bemanfaat bagi mahasiswa untuk menerapkan

pembelajaran teoritis tentang berpikir kritis, konsultasi, dan pengambilan keputusan.

2

Page 3: MPKP

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah :

BAB I :Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II :Perubahan model praktek keperawatan profesional, langkah - langkah model

praktek keperawatan profesional, panduan manajemen keperawatan di ruangan

MPKP

BAB III :Simpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: MPKP

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 PERUBAHAN MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL

Model Pelayanan Keperawatan Profesional (MPKP) diartikan sebagai suatu sistem (struktur,

proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian

asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang diperlukan untuk menopang pemberian asuhan

keperawatan tersebut.

Model pelayanan keperawatan profesional merupakan suatu model yang memberi

kesempatan kepada perawat profesional untuk menerapkan otonominya dalam mendesain,

melaksanakan dan mengevaluasi pelayanan/asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien.

Model PKP terdiri lima subsistem yaitu: nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model

MKP, hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan

manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan, system kompensasi dan

penghargaan (Hoffart & Woods, 1996, dalam Sudarsono, 2000).

Pengembangan model PKP merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan

kontribusi profesi keperawatan untuk meningkatkan mutu pelayanan/asuhan keperawatan.

Melalui pengembangan model PKP, masyarakat dapat melihat secara konkrit pemberian

pelayanan keperawatan secara profesional.

Hasil penerapan model PKP di RSUPN Cipto Mangunkusumo yang telah dilaksanakan sejak

tahun 1997 berdasarkan SK direktur Nomor: 2093/TU.K/34/VII1996, pada tahun pertama tahap

persiapan, menunjukkan adanya kerjasama yang baik antara dokter dan perawat, persepsi

perawat primer menunjukkan adanya kerjasama otonomi dalam memberikan asuhan

keperawatan, persepsi perawat asosiet menujukkan bahwa mereka mengetahui tugas lebih

jelas  dan adanya peningkatan dalam keinginan untuk belajar. Pasien juga mengatakan lebih

diperhatikan oleh perawat, adanya kegiatan-kegiatan riset dalam keperawatan pada tingkat ruang

rawat (Sitorus,R, 2006).

4

Page 5: MPKP

2.2 LANGKAH - LANGKAH MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL

2.2.1 Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu

(Sitorus, 2006).:

1. Pembentukan Tim

Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang digunakan sebagai tempat

proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya kelompok kerja ini melibatkan

staf dari institusi yang berkaitan. Sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi

antara pelayanan/rumah saklit dan institusi pendidikan. Tim ini bisa terdiri dari seorang

koordinator departemen, seorang penyelia, dan kepala ruang rawat serta tenaga dari

institusi pendidikan. (Sitorus, 2006).

2. Rancangan Penilaian Mutu

Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan klien/keluarga kepatuhan

perawat terhadap standar yang diniali dari dokumentasi keperawatan, lama hari rawat dan

angka infeksi noksomial. (Sitorus, 2006).

3. Presentasi MPKP

Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian mutu asuhan

kepada pimpinan rumah sakit, departemen,staf keperawtan, dan staf lain yang terlibat.

Pada presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat implementasi MPKP

akan dilaksanakan. (Sitorus, 2006).

4. Penempatan Tempat Implementasi MPKP

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan tempat implementasi

MPKP, antara lain (Sitorus, 2006) :

1) Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang tersebut. Hal ini diperlukan

sehingga dari awal tenaga perawat tersebut akan mendapat pembinaan tentang kerangka

kerja MPKP

5

Page 6: MPKP

2) Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri dari 1 swasta dan 1

ruang rawat yang nantinya akan dikembangkan sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari

ruang rawat lain.

5. Penetapan Tenaga Keperawatan

Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan dari

klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan. Untuk menetapkan jumlah tenaga

keperawtan di suatu ruangrawat didahului dengan menghitung jumlah klien derdasarkan

derajat ketergantungan dalam waktu tertentu, minimal selama 7 hari berturut-turut.

(Sitorus, 2006).

6. Penetapan Jenis Tenaga

Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah metode

modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian, dalam suatu ruang rawat terdapat

beberapa jenis tenaga, meliputi (Sitorus, 2006).:

1) Kepala ruang rawat

2) Clinical care manager

3) Perawat primer

4) Perawat asosiet

7. Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan

Pengembangan standar renpra bertujuan untuk mengurangi waktu perawat menulis,

sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai

kebutuhan klien. Adanya standar renpra menunjukan asuhan keperawtan yang diberikan

berdasarkan konsep dan teori keperwatan yang kukuh, yang merupakan salah satu

karakteristik pelayanan professional. Format standar renpra yang digunakan biasanya

terdiri dari bagian-bagian tindakan keperawatan: diagnose keperawatan dan data

penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan kolom keterangan. (Sitorus, 2006).

6

Page 7: MPKP

8. Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan

Selain standar renpra, format dokumentasi keperawatan lain yang diperlukan adalah

(Sitorus, 2006) :

1) Format pengkajian awal keperawatan

2) Format implementasi tindakan keperawatan

3) Format kardex

4) Format catatan perkembangan

5) Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter

6) Format laporan pergantian shif

7) Resume perawatan

9. Identifikasi Fasilitas

Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama dengan fasilitas

yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun fasilitas tambahan yang di perlukan

adalah (Sitorus, 2006) :

1) Badge atau kartu nama tim

Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim yang berisi nama PP dan PA

dalam tim tersebut. Kartu ini digunakan pertama kali sat melakukan kontrak dengan

klien/keluarga.

2) Papan MPKP

Papan MPKP berisi darfat nama-nama klien, PP, PA, dan timnya serta dokter yang

merawat klien.

2.2.2 Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini (Sitorus, 2006) :

1. Pelatihan tentang MPKP

Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang yang sudah

ditentukan.

7

Page 8: MPKP

2. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan konferensi.

Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi

dilakukan setelah melaukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas

PP. Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi

gangguan dari luar. (Sitorus, 2006).

3. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde dengan

porawat asosiet (PA).

Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap hari. Ronde

ini penting selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana bagi PP untuk memperoleh

tambahan data tentang kondisi klien. (Sitorus, 2006).

4. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar renpra.

Standar renpra merupakan acuan bagi tim dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Semua masalah dan tindakan yang direncenakan mengacu pada standar tersebut. (Sitorus,

2006).

5. Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi dengan klien/keluarga.

Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan antara perawat

dan klien/keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar

hubungan saling percaya antara perawat dan klien dapat terbina. Kontrak diawali dengan

pemberian orientasibagi klien dan keluarganya. (Sitorus, 2006).

6. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam tim.

PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus klien yang

dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih mempelajari kasus yang

ditanganinya secara mendalam. (Sitorus, 2006).

8

Page 9: MPKP

7. Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam membimbing PP dan

PA.

Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan implementasi MPKP

dilakukan melalui supervisi secara berkala. Agar terdapat kesinambungan bimbingan,

diperlukan buku komunikasi CCM. Buku ini menjadi sangat diperlukan karena CCM

terdiri dari beberapa orang yaitu anggota tim/panitia yang diatur gilirannya untuk

memberikan bimbingan kepada PP dan PA. Bila sudah ada CCM tertentu untuk setiap

ruangan, buku komunikasi CCM tidak diperlukan lagi. (Sitorus, 2006).

8. Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.

Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat kepada klien. Oleh

karena itu, pengisisan dokumentasi secara tepat menjadi penting.

2.2.3 Tahap Evaluasi

Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen evsluasi MPKP oleh

CCM. Evaluasi prses dilakukan oleh CCM dua kali dalam seminggu. Evaluasi ini bertujuan

untuk mengidentifikasi secara dini maslah-masalah yang ditemukan dan dapat segera diberi

umpan balik atau bimbingan. Evluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan (Sitorus, 2006) :

1. Memberika instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap klien pulang.

2. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai berdasarkan dokumentasi.

3. Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).

4. Penilaian rata-rata lama hari rawat.

2.2.3 Tahap Lanjut

MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan.

Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai dengan

implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada ruang MPKP diuji coba ilmu dan teknologi

keperawatan karena sudah ada sistem yang tepat untuk menerapkannya. (Sitorus, 2006).

9

Page 10: MPKP

1. MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini, PP pemula diberi

kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga mempunyai kemampuan sebagai

SKp/Ners. Setelah mendapatkan pendidikan tambahan tersebut berperan sebagai PP

(bukan PP pemula). (Sitorus, 2006).

2. MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP tingkat I, PP adalah

SKp/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan keperawatan berdasarkan ilmu dan

teknologi mutakhir, diperlukan kemampuan seorang Ners sepeialis yang akan berperan

sebagai CCM. Oleh karena itu, kemampuan perawat SKp/ Ners ditingkatkan menjadi

ners spesialis. (Sitorus, 2006).

3. MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat ini perawat denga

kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjadi doktor keperawatan. Perawat

diharapkan lebih banyak melakukan penelitian keperawatan eksperimen yang dapat

meningkatkan asuhan keperwatan sekaligus mengembangkan ilmu keperawatan. (Sitorus,

2006).

2.3 PANDUAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGAN MPKP

2.3.1 Rencana Harian Kepala Ruangan

Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai

dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan

dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan

dilengkapi pada saat operan dan pre conference. 

Isi kegiatan harian kepala ruangan meliputi semua kegiatan yang dilakukan oleh

seluruh SDM yang ada di ruangan dalam rangka menghasilkan pelayanan asuhan

keperawatan yang berkualitas. Kepala ruangan harus mengetahui kebutuhan ruangan dan

mempunyai hubungan keluar dengan unit yang terkait untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. Demikian pula dengan asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai narasumber

utama atau konsultan untuk menjamin terlaksananya asuhan keperawatan pada semua tim

di ruangan. Berikut isi rencana harian kepala ruangan meliputi :

10

Page 11: MPKP

1. Asuhan keperawatan

2. Supervisi Katim dan perawat pelaksana

3. Supervisi tenaga selain perawat

4. Kerja sama dengan unit yang terkait

2.3.2 Rencana Mingguan/Bulanan Kepala Ruangan

Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil ke empat pilar atau

nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut, kepala ruangan akan membuat

rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Dalam fungsi

perencanaan, kepala ruangan membuat laporan tentang evaluasi rencana harian yang

dibuat oleh ketua tim dan perawat pelaksana. Kegiatan yang termasuk rencana bulanan

baru:

1. Membuat jadual dan memimpin case conference

2. Membuat jadual dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga

3. Membuat jadual dinas

4. Membuat jadual petugas TAK

5. Membuat jadual memimpin rapat bulanan perawat

6. Membuat jadual dan memimpin rapat tim kesehatan

7. Membuat jadual supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana

8. Melakukan audit dokumentasi

9. Membuat laporan bulanan

2.3.3 Rencana Harian Ketua Tim

Isi rencana harian ketua tim antara lain adalah:

1. penyelenggaraan asuhan keperawatan pada pasien di timnya,

2. Melakukan supervisi perawat pelaksana untuk menilai kompetensi secara langsung

dan tidak langsung, serta on the job trainning yang dirancang

3. Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya.

Ketua tim sebaiknya hanya dinas pagi, karena pada pagi hari banyak kegiatan atau

tindakan yang dilakukan dan merencanakan kegiatan sore dan malam.

2.3.4 Rencana Kegiatan Supervisor

Supervisi / pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan

pelayann dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Pelayanan tidak

11

Page 12: MPKP

diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisipatif

yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada pencapaian

atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Dengan

demikian pengawasan mengandung makna pembinaan.

Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung

dilakukan saat tindakan atau kegiatan sedang berlangsung, misalnya perawat pelaksanan sedang

melakukan banti balutan, maka katm mengobservasi tentang pelaksanaan dengan memperhatikan

apakah standar kerja dijalankan. Pengawasan terkait pula dengan kinerja dan kompetisi perawat,

yang akan berguna dalam program jenjang karir perawat bersangkutan. Pengawasan tidak

langsung dilakukan melalui pelaporan atau dokumen yang menguraikan tindakan dan kegiatan

yang telah dilakukan.

Pengawasan biasanya dilakukan oleh perawat yang lebih berpengalaman, ahli atau atasan

kepada perawat dalam pelaksanaan kegiatan atau tindakan. Agar hasil pengawasan dapat

ditindaklanjuti maka sebaliknya disediakan instrumen pengawasan. Tindak lanjut dapat berupa

penghargaan, penambahan pengetahuan atau keterampilan, promosi untuk tahap kemampuan

lanjutan. Pelaksanaan pengawsan dapat direncanakan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan

dengan focus yang telah ditetapkan.

Di ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat

pelaksana. Pengawasan terhadap kepala ruangan dilakukan oleh kasubdepwat. Pengawasan

terhadap ketua tim dilakukan oleh kasubdepwa, dan kepala ruangan. Pengawasan terhadap

perawat pelaksana dilakukan oleh kasubdepwat, kepala ruangan dan katim.

Kegiatan kepala ruangan yang perlu diawasi adalah pelaksanaan berbagai kegiatan yang

berjalan:

1. Manajemen

1) Perencanaan

Pelaksanaan dan hasil dari rencana harian, mingguan dan rencana bulanan.

2) Pengorganisasian

  Pelaksanaan : struktur organisasi, jadual dinas dan daftar pasien

12

Page 13: MPKP

3) Pengarahan

Pemberian motivasi kepada katim dan perawat pelaksana. Penyelesaian konflik yang

terjadi dan pengawasan terhadap pekerjaan katim dan pelaksana.

4) Pengendalian

5) Proses pengendalian mutu, hasil kerja ruangan dan kinerja perawat ruangan.

2. Compensatory Reward

1) Program pengembangan perawat di dalam ruangan ( on the job training )

2) Pengembangan jenjang karir tekait dengan persiapan uji kompetensi perawat

3. Profesional Relationship

Pelaksanaan operan, pendelegasian, konferensi kasus, rapat rutin keperawatan dan

tim kesehatan, serta koordinasi dengan bidang terkait diluar ruang rawat.

4. Patient Care Delivery

Kemampuan manajemen pemberian asuhan keperawatan yang bermutu.

Ketersediaan standart asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga, serta kemampuan

menyelesaikan complaint pasien dan keluarga.   

Kegiatan ketua tim yang perlu diawasi adalah pelaksanaan berbagai kegiatan :

1. Pendekatan manajemen

1) Perencanaan

Pelaksanaan dan hasil rencana harian dan bulanan untuk timnya

2) Pengorganisasian

Pengalokasian perawat setiap shift pada daftar pasien.

3) Pengarahan

Pemberian motivasi pada perawat pelaksana, penyelesaian konflik dalam

tim,  pengawasan terhadap penyelesaian pekerjaan perawat pelaksana

4) Pengendalian

Pengendalian mutu asuhan keperawatan kepada pasien dan kinerja perawat pelaksana.

2. Penghargaan Karir

1) Program pengembangan perawat dalam tim (on the job trainning )

2) Program pencapaian kompetensi terkait dengan persiapan uji kompetensi

13

Page 14: MPKP

3. Hubungan Profesional

Pelaksanaan pre-post conference, kolaborasi dengan dokter dan pendelegasian.

4. Sistem pemberian asuhan pasien

Kemampuan memberi asuhan keperawatan untuk masalah keperawatan bagi pasien dan

keluarga.

BAB III

14

Page 15: MPKP

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Model pelayanan keperawatan profesional merupakan suatu model yang memberi

kesempatan kepada perawat profesional untuk menerapkan otonominya dalam mendesain,

melaksanakan dan mengevaluasi pelayanan/asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien.

Model PKP terdiri lima subsistem yaitu: nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari

model MKP, hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan keperawatan,

pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan, system

kompensasi dan penghargaan (Hoffart & Woods, 1996, dalam Sudarsono, 2000).

Pengembangan model PKP merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan

kontribusi profesi keperawatan untuk meningkatkan mutu pelayanan/asuhan keperawatan.

Melalui pengembangan model PKP, masyarakat dapat melihat secara konkrit pemberian

pelayanan keperawatan secara profesional.

3.2 SARAN

Saran penulis, Sebagai seorang perawat nantinya, kita diharapkan mampu memahami

konsep MPKP sehingga nantinya kita dapat menerapkan konsep tersebut ketika kita sudah

bekerja, dan makalah ini masih banyak kekurangan maka saya mengharapkan kritik dan

saran dari teman-teman yang lain.

15

Page 16: MPKP

DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, Ratna.2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:Penataan Struktur

dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat.Jakarta:EGC.

Swansburg, R.C. and Swansburg R.J. 1999. Introductory Management and Leadership for

Nurses. Sudbery. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers.

16