Upload
praja-pratama
View
226
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mikro
Citation preview
MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS
Oleh :
IGN. SATRIA DHARMA P
11700078
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA TAHUN AKADEMIK 2013/2014
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Mycobacterium
Tuberculosis” dengan lancer. Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat
bantuan dari berbagai sumber dari jurnal maupun dari slide kuliah, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih.
Akhir kata semoga makalah ini bias bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kea rah
kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Surabaya, 4 Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………..…….2
BAB III PEMBAHASAN……………………………3-7
BAB IV KESIMPULAN……………………..……..8
BAB V DAFTAR PUSTAKA…………………………….9
BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar belakang
Mikroba atau mikroorganisme adalah organisme yang sangat kecil
yang hanya dapat dilihat oleh mikroskop.
Mikroorganisme di dunia ini ada yang merugikan dan
menguntungkan. Mikroorganisme yang menguntungkan dapat kita
gunakan untuk kesejahteraan manusia, akan tetapi banyak juga yang
dapat merugikan manusia. Salah satu mikroorganisme yang dapat
menginfeksi dan dapat menyerang manusia adalah Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri ini dapat menyebabkan tuberculosis pada manusia.
Tuberculosis merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia.
2) Tujuan
Membagi kemampuan yang kami miliki untuk kedepan nantinya. Dan
merupakan sebuah informasi yang penting untuk mencegahnya terjadi
dalam diri kita masing-masing.
3) Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah menjelaskan
tentang Mycobacterium tuberculosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembagian kelompok mycobacterium menurut sub-divisio
Divisio : Mycobacteria
Class : Actinomycetes
Ordo : Actinomycetales
Famili : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium tuberculosis
Faktor dan mekanisme virulensi
Diketahui bahwa M.tuberculosis tidak memiliki faktor virulensi seperti
bakteri pada umumnya yaitu toksin, kapsul atau fimbria. Sebagian dari
struktur dan system fisiologis M.tuberculosis telah diketahui berkontribusi
terhadap virulensi.
Perkembangan infeksi M.tuberculosis menjadi tuberculosis aktif dalam
inang
1) Droplet nuclei terhirup oleh manusia
2) Dimulai 7-21 hari setelah terinfeksi M.tuberculosis
3) Terbentuk respon imun seluler
4) Terjadi pertumbuhan tuberkuli
5) Caseous center mencair
BAB IIIPEMBAHASAN
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri TB
(Mycobacterium tuberculosis), yang masih merupakan anggota genus
Mycobacterium. Keluarga mycobacterium yang berkaitan dengan masalah
kesehatan di masyarakat adalah M. bovis, M. leprae, M. tuberculosis. Sebagian
besar bakteri TB menyerang organ paru (90%), tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya.(Price,Sylvia A & M.wilson, 2005)
Mycobacterium tuberculosis dapat mati jika terkena cahaya matahari
langsung selama 2 jam. Karena kuman ini tidak tahan terhadap sinar ultra violet.
Mycobacterium tuberculosis mudah menular, mempunyai daya tahan tinggi dan
mampu bertahan hidup beberapa jam ditempat gelap dan lembab. Oleh karena
itu, dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant (tidur), tertidur lama selama
beberapa tahun. Basil yang ada dalam percikan dahak dapat bertahan hidup 8-10
hari.(Depkes, 2008).
Faktor dan mekanisme virulensi
Pada tahun 1998, penentuan urutan genom lengkap Mycobacterium
tuberculosis(galur H37Rv) telah selesai dilakukan. Baru-baru ini sebagian besar
gen pada genom tersebut telah diketahui fungsinya. Dari hasil penemuan
tersebut diketahui bahwa M. tuberculosis tidak memiliki faktor virulensi seperti
bakteri pada umumnya yaitu toksin, kaspul, atau fimbria. Sebagian dari struktur
dan system fisiologis M. tuberculosis telah diketahui berkontribusi terhadap
virulensi.
Faktor virulensi tersebut diantaranya adalah M. tuberculosis tumbuh
secara intra sel dalam sel fagosit terutama makrofag, di dalam makrofag setelah
difagositosis M. tuberculosis dapat menghambat proses fusi fagosom-lisosom
sehingga tidak dapat dicerna. Faktor virulensi lainnya adalah M. tuberculosis
dapat menginterferensi efek toksik dari zat antara oksigen reaktif yang
dihasilkan dari proses fagositosis, M. tuberculosis juga memiliki komplek
antigen 85 yang berperan dalam melindungi bakteri dari system imun dan
memfasilitasi terbentuknya tuberkuli. Selain itu, M. tuberculosis memiliki
waktu regenerasi yang lambat sehingga system imun tidak dapat mengenali
bakteri atau mengeliminasinya (Todar,2005)
Perkembangan infeksi M. tuberculosis
Ketika seseorang terinfeksi TB, dapat berkembang menjadi TB aktif.
Perkembangan infeksi M. tuberculosis menjadi tuberculosis aktif dalam inang
dibagi dalam 5 tahap. Tahap pertama, droplet nuclei terhirup oleh manusia
dimana satu droplet nuclei mengandung tidak lebih dari 3 basil bakteri. Droplet
nuclei dihasilkan saat berbicara, batuk, dan bersin. Satu kali batuk, berbicara 5
menit dan menyanyi selama 5 menit dapat menyebarkan 3000 droplet nuclei,
sedangkan bersin dapat menyebarkan droplet nuclei sejauh 3 meter
(Todar,2005)
Tahap kedua dimulai 7-21 hari setelah terinfeksi, M. tuberculosis
memperbanyak diri dalam makrofag yang tidak aktif, sampai makrofag tersebut
pecah.(Todar,2005)
Tahap ketiga terbentuk respon imun seluler. Limfosit khususnya sel T,
mengenali antigen dengan bantuan molekul MHC selanjutnya akan terjadi
aktivasi sel T dan pembebasan sitokin yaitu interferon gamma. Pada tahap
ketiga ini juga terbentuk tuberkuli, karena PH sangat rendah dan jumlah oksigen
terbatas (Todar,2005)
Pada tahap keempat terjadi pertubuhan tuberkuli. Walaupun terdapat
banyak makrofag aktif disekitar tuberkuli,M. tuberculosis menggunakan
makrofag tidak aktif untuk bereplikasi hnnga tuberkuli dapat tumbuh dan
menyerang bronkhis menyebabkan infeksi. Tuberkuli juga dapat menyerang
arteri atau pembulug darah lainnya dan menyebabkan tuberculosis ekstraparu
(todar,2005).
Pada tahap kelima, caseous centers tuberkuli mencair dengan alasan yang
tidak diketahui. Cairan ini sangat mendukung pertumbuhan M. tuberculosis dan
mulai memperbanyak diri secara ekstrasel dengan cepat. Jumlah M. tuberculosis
yang banyak akan menyebabkan lapisan jaringan terdekat dengan bronchi
mengalami nekrosis dan rusak, menimbulkan rongga dan menyebabkan M.
tuberculosis dapat menyebar ke udara dan bagian lain paru-paru (Todar,2005)
Kualitas hidup merupakan salah satu kriteria utama untuk mengetahui
intervensi pelayanan kesehatan seperti morbiditas, mortalitas, fertilitas, dan
kecacatan. Di Negara berkembang pada beberapa dekade terakhir ini insidensi
penyakit kronis mulai menggantikan dominasi penyakit infeksi di masyarakat.
Sejumlah orang dapat hidup lebih lama, namun dengan membawa beban
penyakit menahun atau kecacatan, sehingga kualitas hidup menjadi perhatian
pelayanan kesehatan. Fenomena di masyarakat sekarang ini adalah masih ada
anggota keluarga yang takut apalagi berdekatan dengan seseorang yang
disangka menderita TB paru, sehingga muncul sikap berhati-hati secara
berlebihan, misalnya mengasingkan penderita, enggan mengajak berbicara,
kalau dekat dengan penderita akan segera menutup hidung dan sebagainya. Hal
tersebut akan sangat menyinggung perasaan penderita. Penderita akan tertekan
dan merasa dikucilkan, sehingga dapat berdampak pada kondisi psikologisnya
dan akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan pengobatan. Hal ini berarti
dukungan social yang sangat dibutuhkan tidak didapatkannya secara optimal.
Gejala - gejala Tuberkulosis
Gejala Umum : Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau
lebih.
Gejala Lain Yang Sering Dijumpai : Dahak bercampur darah. Batuk darah.
Sesak napas dan rasa nyeri dada. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat
badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun
tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan
Diagnosis infeksi mycobacterium tuberculosis
Tantangan utama pengendalian TB adalah diagnosis dan
penatalaksanaan infeksi TB laten. Penduduk dengan TB laten, 10% diantaranya
akan menjadi TB aktif.dikutip dari 27 Seseorang dengan TB laten, risiko
menjadi aktif lebih tinggi apabila terjadi perubahan secara klinis, epidemiologis
atau gambaran radiologis. Uji tuberkulin telah digunakan sekitar 1 abad untuk
diagnosis infeksi TB dengan cara mengukur respons hipersensiiviti tipe lambat
48-72 jam setelah suntikan intradermal PPD. Sampai saat ini belum ada pilihan
lain untuk diagnosis TB laten selain uji tuberkulin. Uji tuberkulin untuk
diagnosis imunologik terhadap infeksi M.tb mempunyai banyak keterbatasan.
Uji ini membutuhkan 2 kali kunjungan pasien, ketrampilan petugas untuk
melakukan uji dan pembacaan. Selain itu juga tidak mampu memisahkan infeksi
TB laten dengan vaksinasi BCG atau infeksi oleh Mycobacteria other than
tuberculosis (MOTT). Sekarang ada pemeriksaan baru secara in vitro yaitu IFN-
_. Pemeriksaan in vitro ini awalnya diteliti di peternakan sapi, berdasarkan
inkubasi darah dengan purified protein derivative (PPD) selanjutnya dilakukan
pemeriksaan imunologi IFNg yang dilepaskan sel T sebagai reaksi terhadap
PPD. Pemeriksaan darah in vitro ini akan menghindari kunjungan kedua untuk
menilai hasil uji tuberkulin dan reaksi kulit. Kelebihan lain adalah
kemampuannya untuk membedakan antara reaktiviti terhadap M.tb dengan
MOTT. Telah diketahui MOTT merupakan penyebab positif palsu hasil uji
tuberkulin.
Pengobatan pada tuberculosis
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang diberikan pada tahap intensif
adalah kategori-l yang terdiri dari Isonisiamid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid
(Z) darr Etambutol (E). ,Isonisiamid (H) bersifat bakterisid yang dapat
membunuh populasi kuman dalam beberapa hari pengobatan, obat ini sangat
efektif terhadap kuman yang sedang berkembang. Rifampisin (R) dapat
membunuh kuman semi dorman (persisten). Pirasinamid (Z) bersifat bakterisid,
membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Etambutol (E)
bersifat bakteriostatik yaitu menghambat perkembangbiakan kuman. Resistensi
obat sebagian besar terjadi terhadap isonisiamid dan dikatakan resistensi ganda
(MultiPle Drug Resistance). Kekurangnyamanan pengobatan merupakan faktor
utama perkembangan resistensi obat selama pengobatan (Jawetz, Melnick &
Adelberg, 2002). Pengobatan terhadap TB paru membutuhkan jangka waktu
yang lama agar semua kuman dapat dibunuh. Hal ini disebabkan karena
umumnya kuman penyebab TB paru yaitu Mycobacterium tuberculosis bersifat
intraseluler.
BAB IVKESIMPULAN
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri TB
(Mycobacterium tuberculosis)
Perkembangan infeksi M. tuberculosis menjadi tuberculosis aktif dalam
inang dibagi dalam 5 tahap
Uji tuberkulin saat ini merupakan satu-satunya metode yang digunakan
secara luas untuk mendeteksi infeksi M. tuberculosis
Dari hasil analisis dan kesimpulan yang penulis dapatkan maka penulis
menyapaikan saran kepada penderita hendaknya menelan obat anti
tuberculosis secara teratur sesuai petunjuk dan jangan berhenti minum obat
sebelum masa pengobatan selesai agar tidak terjadi resistensi obat dan
selama masa oengobatan hendaknya berobat secara teratur sampai
dinyatakan sembuh dan tidak menular
DAFTAR PUSTAKA
Ratnasari, Nita, Y. (2012). Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas
Hidup pada Penderita Tuberkulosis Paru (TB PARU) di balai pengobatan
penyakit paru (BP4) Yogyakarta Unit Minggiran,Vol, 8-Maret 2012.
Subagyo, A, Aditama, Tjandra,Y.(2006). Pemeriksaan Interferon-gamma
dalam darah untuk deteksi infeksi tuberculosis, Vol. 3 No. 2 September 2006.
Zulaikhah,Siti,Turijan.(2010).Pemantauan Efektivitas Obat Anti tuberculosis
berdasarkan Pemeriksaan Sputum pada penderita tuberculosis paru, Vol. 3,
No. 1, Juni 2010.