Upload
pradina-setia
View
158
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dermatoterapi - vehikulum dan bahan aktif
Citation preview
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
DERMATO – TERAPI
Dermatoterapi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pengobatan penyakit kulit.
Pengobatan penyakit kulit ada banyak macamnya, yaitu medikamentosa (topikal atau
sistemik), bedah kulit (bedah skalpel, bedah listrik, bedah kimia, bedah beku), penyinaran
(radioterapi, sinar UV, sinar laser), serta psikoterapi.
Prinsip pengobatan secara umum yaitu adanya evaluasi fisik dan psikologis pasien
yang komprehensif; fisiologi, biologi, anatomi, dan patologi; farmakologi; individualisasi
pasien; bahan obat; komposisi sederhana; serta pertimbangan ekonomi pasien.
Terapi Topikal
Kegunaan dan khasiat pengobatan topikal didapat dari pengaruh fisik dan kimiawi
obat-obat yang diaplikasi di atas kulit yang sakit. Pengaruh fisik antara lain ialah
mengeringkan, membasahi (hidrasi), melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan,
dan melindungi (proteksi) dari pengaruh buruk dari luar. Semua hal itu bermaksud untuk
mengadakan homeostasis, yaitu mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan di sekitarnya ke
keadaan fisiologis yang stabil dengan segera. Obat topikal juga digunakan untuk
menghilangkan gejala-gejala yang mengganggu, misalnya rasa gatal dan panas. Pengaruh lain
obat topikal adalah khasiat kimiawi yang spesifik terhadap organisme di kulit atau terhadap
kulit itu sendiri. Secara ideal maka pemberian obat topikal harus berkhasiat secara fisik
maupun kimiawi.
Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas 2 bagian, yaitu bahan dasar (vehikulum)
dan bahan aktif.
Bahan Dasar (Vehikulum)
Pada pengobatan penyakit kulit, memilih bahan dasar (vehikulum) obat topikal
merupakan langkah awal yang penting. Pemilihan vehikulum didasarkan pada derajat,
distribusi, serta lokasi penyakit. Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi cairan, bedak,
dan salep. Di samping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu:
Bedak kocok (lotion), yaitu campuran cairan dan bedak
Krim, yaitu campuran cairan dan salep.
Rabu, 25 November 2015 1
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
Pasta, yaitu campuran salep dan bedak
Linimen (pasta pendingin), yaitu campuran cairan, bedak dan salep.
Gambar 1. Bagan Vehikulum
1. Cairan
Cairan terdiri atas:
Solusio (solution), artinya larutan dalam air
o Kompres
o Rendam (bath), misalnya rendam kaki, rendam tangan
o Mandi (full bath)
Tingtura (tincture), artinya larutan dalam alkohol
Sifat cairan
Membersihkan – eksudat, skuama, krusta
Mengeringkan – dengan kompres terbuka
Protektif
Mendinginkan – pada radang akut
Memanaskan – dengan kompres tertutup
Epitelialisasi
Rabu, 25 November 2015 2
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
Keratolitik
Anti pruritus
Antimikotik, antiseptik, astringen bila ditambahkan bahan aktif
Prinsip pengobatan cairan
Membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta, dll) dan sisa-sisa obat topikal
yang pernah dipakai
Menimbulkan perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan pustula.
Hasil akhir pengobatan
Keadaan kulit yang basah menjadi kering
Permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai
terjadi proses epitelisasi.
Pengobatan cairan berguna juga untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa
terbakar, parestesi oleh bermacam-macam dermatosis.
Pengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu kering sehingga
harus dipantau secara teliti. Jika kulit sudah mulai kering, pemakaiannya dikurangi dan bila
perlu dihentikan untuk diganti dengan bentuk pengobatan lainnya.
Pada kompres, bahan aktif yang dipakai biasanya bersifat astringen dan antimikrobial.
Astringen mengurangi eksudat akibat presipitasi protein. Ada 2 macam cara kompres, yaitu
kompres terbuka dan kompres tertutup.
a. Kompres terbuka
Dasarnya ialah terjadi penguapan cairan kompres disusul oleh absorbsi eksudat atau
pus.
Indikasi
Dermatosis yang basah atau akut, misalnya erisipelas dan dermatitis akut
Ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta
Kontraindikasi: Lesi kering
Efek pada kulit
Kulit yang semula eksudatif akan kering
Permukaan kulit menjadi dingin
Vasokonstriksi
Eritema berkurang
Rabu, 25 November 2015 3
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
Cara penggunaan
1) Menggunakan kain kassa yang absorben, non-iritatif, dan tidak terlalu tebal. Kassa
sebanyak 3 lapis dicelupkan ke dalam larutan obat, peras sedikit dan
ditempelkan/dibalutkan pada lesi madidans.
2) Kompres dibuka setiap 5-6 menit dan diulang selama setengah jam, 3-4x/hari.
3) Bila dermatosis luas, cara kompres boleh digunakan dengan tidak melebihi 30%
(1/3) luas permukaan badan setiap kali dikompres agar tidak terjadi pendinginan.
b. Kompres Tertutup
Diharapkan terjadi vasodilatasi, bukan untuk penguapan. Diindikasikan untuk
kelainan yang dalam, misalnya limfogranuloma venerium. Caranya serupa dengan
kompres terbuka namun dengan ditutup dengan pembalut tebal dan impermeabel,
misalnya selofan atau plastik selama 1 jam.
2. Bedak
Bedak yang diaplikasikan di atas kulit membentuk lapisan tipis di kulit yang tidak
melekat erat sehingga penetrasinya sedikit sekali.
Sifat bedak
Mempunyai covering power – daya penutup
Daya melekat
Slipping power – melicinkan, misalnya pada daerah lipatan
Daya absorbsi – daya menghisap air (keringat) dan lemak (sebum)
Daya mendinginkan
Antiinflamasi ringan, antipruritus ringan
Yang diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisik. Biasanya bedak dicampur
dengan seng oksida sebab zat ini bersifat mengabsorbsi air dan sebum, astringen, antiseptik
lemah, dan antipruritus lemah.
Indikasi
Lesi yang kering dan superfisial
Lesi vesikobulosa akut mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah, misalnya
pada varisella dan herpes zoster.
Kontraindikasi: dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder.
Rabu, 25 November 2015 4
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
Cara penggunaan: ditaburkan langsung atau menggunakan spons/kapas
3. Salep
Salep ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi
seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak.
Sifat salep
Menutupi
Protektif (tidak ada penguapan)
Melicinkan
Penetratif – meningkatkan penetrasi bahan aktif
Memanaskan – bila ditutup bahan impermeable
Indikasi: Dermatosis yang kering atau kronis
Kontraindikasi
Dermatitis madidans (basah) sulit berkontak dengan kulit
Area berambut
Area lipatan
Cara penggunaan: dioleskan dengan jari/spatel. Dibersihkan 1x/hari dengan kain/kapas yang
dibasahi minyak.
Bedak kocok (lotion)
Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak, biasanya ditambah dengan gliserin
sebagai bahan perekat. Supaya bedak tidak terlalu kental dan tidak cepat menjadi kering,
maka jumlah zat padat maksimal 40% dan jumlah gliserin 10-15%. Ini berarti bila beberapa
zat aktif padat ditambahkan, maka presentase tersebut jangan dilampaui.
Sifat lotion
Mendinginkan
Mengeringkan
Antipruritus (alkohol)
Rabu, 25 November 2015 5
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
Indikasi
Dermatosis yang kering, superfisial, dan agak luas. Yang diinginkan ialah sedikit
penetrasi.
Pada keadaan subakut
Kontraindikasi
Dermatitis yang masih sangat produktif krusta yang terbentuk dari partikel bedak
dan serum akan melindungi berkembangnya mikroorganisme di bawahnya.
Daerah badan yang berambut
Cara penggunaan: kocok saat akan digunakan dan dioleskan dengan kuas. Dibersihkan
1x/hari dengan air.
Krim
Krim ialah campuran W (water, air), O (oil, minyak), dan emulgator.
Krim ada 2 jenis:
a. Krim W/O (cold cream): air dalam minyak
b. Krim O/W (vanishing cream): minyak dalam air.
Sifat krim
Mendinginkan
Mengeringkan
Penetrasi bahan aktif baik
Indikasi
Obat-obatan kosmetik
Dermatosis yang subakut dan luas penetrasi yang lebih besar daripada bedak kocok
Krim boleh digunakan di daerah berambut (O/W)
Dermatosis kering (W/O)
Kontraindikasi: Dermatitis yang masih sangat produktif/basah
Cara penggunaan: sama seperti salep
Rabu, 25 November 2015 6
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
Pasta dan Pasta Pendingin
Pasta ialah campuran homogen bedak dan salep. Pasta pendingin adalah campuran
bedak, salep, dan cairan. Pasta bersifat protektif dan mengeringkan.
Indikasi: Dermatosis subakut yang tidak produktif.
Kontraindikasi: Dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital
eksterna dan lipatan-lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.
Cara penggunaan
Pasta dioleskan dengan spatel kayu pada kulit dan pembalutnya (kain katun/kassa).
Ganti pembalut tiap 1-2 hari.
Dibersihkan menggunakan kapas yang dibasahi minyak mineral atau minyak tumbuh-
tumbuhan atau dengan direndam.
Rabu, 25 November 2015 7
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
Gel
Gel ialah sediaan hidrokoloid atau hidrofilik berupa suspensi yang dibuat dari
senyawa organik. Zat untuk membuat gel diantaranya ialah karbomer, metilselulosa, dan
tragakan. Bila zat-zat tersebut dicampur dengan air dengan perbandingan tertentu akan
terbentuk gel. Karbomer akan membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel segera
mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorpsi perkutan lebih
baik daripada krim.
Rabu, 25 November 2015 8
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
Bahan Aktif
Selain vehikulum, bahan aktif juga menjadi faktor penting dalam pengobatan penyakit
kulit. Bahan-bahan aktif yang digunakan antara lain:
1. Alumunium asetat
Efek: astringen dan antiseptik ringan
2. Asam asetat
Digunakan sebagai larutan 5% untuk kompres
Bersifat antiseptik
3. Asam benzoat
Sifat antiseptik, terutama fungicidal
Dipakai sebagai sediaan salep
4. Asam borat
Konsentrasi 3%
Tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak, kompres, atau salep
Efek antiseptik ringan
5. Asam Salisilat
Merupakan zat keratolitik. Efeknya adalah mengurangi proliferasi epitel dan
menormalisasi keratinisasi yang terganggu.
Efek:
sebagai antiseptik digunakan untuk kompres (0,1%) digunakan misalnya untuk dermatitis
eksudatif;
keratoplastik atau menunjang pembentukan keratin yang baru, pada konsentrasi rendah (1-
2%);
keratolitik pada konsentrasi sedang (> 2 – 5%) dan juga bersifat mempertinggi absorbsi
perkutan zat – zat aktif;
Rabu, 25 November 2015 9
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
keratolitik pada konsentrasi tinggi (30-20%) digunakan untuk keadaan dermatosis yang
hiperkeratotik;
pada konsentrasi sangat tinggi (40%) digunakan untuk kelainan – kelainan yang dalam,
misalnya kalus dan veruka plantaris.
6. Asam Vit. A (tretinoin, asam retinoat)
Efek:
- Memperbaiki keratinisasi menjadi normal, jika terjadi gangguan
- Meningkatkan sintesis DNA dalam epitelium germinatif
- Meningkatkan laju mitosis
- Menebalkan stratum granulosum
- Menormalkan parakeratosis
Indikasi:
- Penyakit dengan sumbatan folikular
- Penyakit dengan hiperkeratosis
- Pada prosis menua kulit akibat sinar matahari
7. Benzyl Benzoat
Sebagai skabisid / pedikulosid
Digunakan sebagai emulsi dengan konsentrasi 20% atau 25%.
Skabisid tidak sama dengan Skabimite, !
Scabimite Cream
Komposisi:Bahan aktif: Permethrin 5%
Golongan Generik:Permetrin
Farmakologi:Scabimite merupakan antiparasit spektrum luas terhadap tungau, kutu rambut, kutu
badan serta anthropoda lainnya.Scabimite bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel syaraf parasit yaitu
melalui ikatan dengan Natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit.
Scabimite dimetabolisir dengan cepat di kulit. Hasil metabolisme yang bersifat tidak akan segera diekskresikan melalui urine.
Rabu, 25 November 2015 10
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
Indikasi:Skabies(scabies) / kudis.
Cara Pemakaian:Scabimite cream digunakan untuk sekali pemakaian. Oleskan Scabimite cream merata
pada seluruh permukaan kulit mulai dari kepala sampai ke jari-jari kaki, terutama daerah belakang telinga, lipatan bokong dan sela-sela jari. Lama pemakaian selama 8-12 jam. Dianjurkan pengolesan pada malam hari kemudian dicuci pada keesokan harinya.
Peringatan dan Perhatian:- Scabies biasanya disertai rasa gatal, aritema dan urtika. Setelah pemakaian
Scabimite cream ada kemungkinan gejala-gejala itu tidak langsung menghilang.- Hindari kontak dengan mata.- Penggunaan Permethrin pada wanita hamil dan menyusui belum diketahui
keamanannya.- Aman digunakan pada bayi usia 2 bulan atau lebih, sedangkan pemakaian pada bayi
usia kurang dari 2 bulan belum diketahui.- Jika iritasinya menetap dianjurkan segera menghubungi dokter.
Efek Samping:Dapat timbul rasa panas seperti terbakar yang ringan, pedih, gatal, aritema, hipestesi
serta ruam kulit. Efek samping ini bersifat sementara dan akan menghilang sendiri.
Scabicid Cream
Komposisi:Tiap gram mengandung:Gameksan (gama benzene heksaklorida) 10 mgAsam usnat 10 mgdalam krim yang mudah dicuci
Scabies (Skabies = Kurap):Scabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabies. Parasit ini berkembang subur di
tempat-tempat dimana soal kebersihan diabaikan. Setelah pembuahan terjadi di permukaan kulit, parasit yang betina membuat terusan-terusan yang berliku-liku yang berakhir dengan sebuah lobang dalam lapisan kornea kulit. Di lobang ini telur-telurnya diletakkan, setelah menetas larva-larva dapat keluar dari lobang tersebut. Supaya efektif, obat anti-scabies harus mampu membunuh parasit-parasit dan telur-telurnya. Apabila telurnya tidak dapat diberantas, pemakaian obat harus diulangi setelah telur-telur menetas. Siklus hidup dari telur sampai parasit adalah 8 sampai 15 hari.
Indikasi :Scabicid terutama ditujukan untuk mengobati scabies.
Rabu, 25 November 2015 11
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
Gameksan adalah suatu skabisida, dan disamping itu juga pedikulosida. Meskipun toksitasnya tidak boleh dianggap ringan, zat ini dapat digunakan dengan aman sebagai obat luar dalam konsentrasi sampai 1% apabila tidak terlalu sering diulang.
Gameksan adalah suatu insektisida dan sekaligus larvasida, tetapi telur-telur parasit tidak langsung terpengaruh oleh zat ini. Maka sekali-kali diperlukan juga penggunaan untuk ke-2 atau ke-3 kalinya.
Asam usnat dalam Scabicid adalah untuk memberantas infeksi sekunder, yang umumnya menyertai scabies. Infeksi sekunder biasanya disebabkan oleh bakteri gram positif, seperti Streptokokus dan Stafilokokus. Terhadap bakteri-bakteri tersebut Asam usnat adalah sangat efektif.
Perhatian:Gameksan sedikit banyak merangsang selaput lendir, maka Scabicid tidak boleh
terkena mata atau selaput lendir lain.
Cara Pakai:Scabicid langsung digunakan pada tempat yang terkena scabies dan daerah sekitarnya
untuk menjamin pengobatan yang sempurna. Untuk pemakaian di kepala khususnya wanita, dianjurkan untuk memperpendek rambut sebelum pengobatan.
Setelah diobati, tidak mandi, atau mencuci bagian-bagian yang ada obatnya, selama sedikitnya 24 jam setelah pengobatan itu.
Apabila pengobatan tidak sempurna, dapat diulangi setelah kurang lebih satu minggu. Obat ini tidak boleh digunakan lebih dari 3 kali berturut-turut, karena penggunaan terlalu sering di tempat yang sama dapat merangsang kulit.
8. Camphora
Antipruritik
Konsentrasi 1-2%
9. Gameksan Skabisida dan Pedikulosis
10. Gentian Violet Fungisida (Candida)
11. Mentol Antipruritik
12. Permanganas Kalikus (KMn04) Antiseptik, adstringent, deodorant
13. Rivanol Serbuk kuning, mudah larut dalam air
Antiseptik, astringent
14. Mercury Antiseptik, anti psoriatik, anti seboroik
15. Sulfur Antiseptik, skabisida
16. Vioform Antiseptik, antimikotik
Rabu, 25 November 2015 12
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
KORTIKOSTEROID
Kortikosteroid merupakan derivat dari hormon kortikosteroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini memainkan peran penting pada tubuh termasuk mengontrol respon inflamasi.
Kortikosteroid hormonal dapat digolongkan menjadi glukokortikoid dan mineralokortikoid. Golongan glukokortikoid adalah kortikosteroid yang efek utamanya terhadap penyimpanan glikogen hepar dan khasiat anti-inflamasinya nyata. Prototip untuk golongan ini adalah kortisol dan kortison, yang merupakan glukokortikoid alam. Terdapat juga glukokortikoid sintetik, misalnya prednisolon, triamsinolon, dan betametason. Golongan mineralokortikoid adalah kortikosteroid yang mempunyai aktivitas utama menahan garam dan terhadap keseimbangan air dan elektrolit. Umumnya golongan ini tidak mempunyai efek anti-inflamasi yang berarti sehingga jarang digunakan. Pada manusia, mineralokortikoid yang terpenting adalah aldosteron.
KORTIKOSTEROID TOPIKAL
Berdasarkan cara penggunaannya kortikosteroid dapat dibagi dua yaitu kortikosteroid sistemik dan kortikosteroid topikal. Kortikosteroid topikal adalah obat yang dioleskan di kulit pada tempat tertentu. Kortikosteroid topikal telah digunakan untuk mengobati penyakit kulit sejak diperkenalkan hidrokortison sebagai obat topikal pertama dari golongan kortikosteroid pada tahun 1952.
Farmakologi
Semua hormon steroid sama-sama mempunyai rumus bangun siklopentanoperhidrofenantren 17-karbon dengan 4 buah cincin yang diberi label A – D (Gambar 1). Modifikasi dari struktur cincin dan struktur luar akan mengakibatkan perubahan pada efektivitas dari steroid tersebut. Atom karbon tambahan dapat ditambahkan pada posisi 10 dan 13 atau sebagai rantai samping yang terikat pada C17. Semua steroid termasuk glukokortikosteroid mempunyai struktur dasar 4 cincin kolestrol dengan 3 cincin heksana dan 1 cincin pentana.
Rabu, 25 November 2015 13
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
Gambar 1. konfigurasi struktur kortikosteroid dasar
Klasifikasi Kortikosteroid Topikal
Kortikosteroid topikal diklasifikasikan dalam 7 golongan berdasarkan potensi klinisnya, yaitu:3,4
1. Golongan I : Super Potent• Clobetasol proprionate ointment dan cream 0,5%• Betamethasone diproprionate gel dan ointment 0,05%• Diflorasone diacetate ointment 0,5%• Halobetasol proprionate ointment 0,05%
2. Golongan II : Potent• Amcinonide ointment 0,1%• Betamethasone diproprionate AF cream 0,05%• Mometasone fuorate ointment 0,1%• Diflorasone diacetate ointment 0,05%• Halcinonide cream 0,1%• Flucinonide gel, ointment, dan cream 0,05%• Desoximetasone gel, ointment, dan cream 0,25%
3. Golongan III : Potent, upper mid-strength• Triamcinolone acetonide ointment 0,1%• Fluticasone proprionate ointment 0,05%• Amcinonide cream 0,1%• Betamethasone diproprionate cream 0,05%• Betamethasone valerate ointment 0,1%• Diflorasone diacetate cream 0,05%• Triamcinolone acetonide cream 0,5%
Rabu, 25 November 2015 14
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
4. Golongan IV : Mid-strength• Fluocinolone acetonide ointment 0,025%• Flurandrenolide ointment 0,05%• Fluticasone proprionate cream 0,05%• Hydrocortisone valerate cream 0,2%• Mometasone fuorate cream 0,1%• Triamcinolone acetonide cream 0,1%
5. Golongan V : Lower mid-strength• Alclometasone diproprionate ointment 0,05%• Betamethasone diproprionate lotion 0,05%• Betamethasone valerate cream 0,1%• Fluocinolone acetonide cream 0,025%• Flurandrenolide cream 0,05%• Hydrocortisone butyrate cream 0,1%• Hydrocortisone valerate cream 0,2%• Triamcinolone acetonide lotion 0,1%
6. Golongan VI : Mild strength• Alclometasone diproprionate cream 0,05%• Betamethasone diproprionate lotion 0,05%• Desonide cream 0,05%• Fluocinolone acetonide cream 0,01%• Fluocinolone acetonide solution 0,05%• Triamcinolone acetonide cream 0,1%
7. Golongan VII : Least potent• Obat topikal dengan hydrocortisone, dexamethasone, dan prednisole.
Dalam penggolongan ini, obat yang sama dapat ditemukan dalam klasifikasi potensi obat yang berbeda tergantung dari vehikulum yang digunakan.
Mekanisme Kerja Kortikosteroid Topikal
Kortikosteroid berdifusi melalui barrier stratum korneum dan melalui membran sel untuk mencapai sitoplasma keratinosit dan sel-sel lain yang terdapat epidermis dan dermis. Pada waktu memasuki jaringan, kortikosteroid berdifusi menembus sel membran dan terikat pada kompleks reseptor steroid. Kompleks ini mengalami perubahan bentuk, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini merupakan perantara efek fisiologis steroid.
Rabu, 25 November 2015 15
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
Kortikosteroid memiliki efek spesifik dan nonspesifik yang berhubungan dengan mekanisme kerja yang berbeda, antara lain adalah efek anti-inflamsi, imunosupresif, antiproliferasi, dan vasokonstriksi. Efek kortikosteroid pada sel kebanyakan dimediasi oleh ikatan kortikosteroid pada reseptor di sitosol, diikuti dengan translokasi kompleks obat-reseptor ke daerah nukleus DNA yang dikenal dengan corticosteroid responsive element, dimana lalu bisa menstimulasi atau menghambat transkripsi gen yang berdampingan, dengan demikian meregulasi proses inflamasi.
Efek anti-inflamasi
Mekanisme sebenarnya dari efek anti-inflamasi sangat kompleks dan kurang dimengerti. Dipercayai bahwa kortikosteroid menggunakan efek anti-inflamasinya dengan menghibisi pelepasan phospholipase A2, suatu enzim yang bertanggung jawab dalam pembentukan prostaglandin, leukotrin, dan derivat asaam arachidonat yang lain. Kortikosteroid juga menginhibisi faktor-faktor transkripsi yang terlibat dalam aktivasi gen pro-inflamasi. Gen-gen ini diregulasi oleh kortikosteroid dan memiliki peran dalam resolusi inflamasi. Kortikosteroid juga mengurangi pelepasan interleukin 1α (IL-1α), sitokin proinflamasi penting, dari keratinosit. Mekanisme lain yang turut memberikan efek anti-inflamasi kortikosteroid adalah menghibisi proses fagositosis dan menstabilisasi membran lisosom dalam memfagositosis sel.
Efek imunosupresif
Efektivitas kortisteroid bisa akibat dari sifat immunosupresifnya. Kortikosteroid menekan produksi dan efek faktor-faktor humoral yang terlibat dalam proses inflamasi, menginhibisi migrasi leukosit ke tempat inflamasi, dan mengganggu fungsi sel endotel, granulosit, sel mast dan fibroblas. Beberapa studi menunjukkan bahwa kortikosteroid bisa menyebabkan pengurangan sel mast pada kulit.
Efek antiproliferasi
Efek antiprolifrasi kortikosteroid topikal dimediasi oleh inhibisi sintesis dan mitosis DNA, yang sebagian menjelaskan terapi obat-obat ini pada dermatosis dengan scale. Aktivitas fibroblas dan pembentukan kolagen juga diinhibisi oleh kortikosteroid topikal.
Vasokonstriksi
Mekanisme kortikosteroid menyebabkan vasokonstriksi masih belum jelas, namun dianggap berhubungan dengan inhibisi vasodilator alami seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin. Steroid topikal menyebabkan kapiler-kapiler di lapisan superfisial dermis berkonstraksi, sehingga mengurangi edema.
Efektifitas kortikosteroid topikal bergantung pada jenis kortikosteroid dan penetrasi. Potensi kortikosteroid ditentukan berdasarkan kemampuan menyebabkan vasokontriksi pada
Rabu, 25 November 2015 16
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
kulit hewan percobaan dan pada manusia. Jelas ada hubungan dengan struktur kimiawi. Kortison, misalnya, tidak berkhasiat secara topikal, karena kortison di dalam tubuh mengalami transformasi menjadi dihidrokortison, sedangkan di kulit tidak menjadi proses itu. Hidrokortison efektif secara topikal mulai konsentrasi 1%. Sejak tahun 1958, molekul hidrokortison banyak mengalami perubahan. Pada umumnya molekul hidrokortison yang mengandung fluor digolongkan kortikosteroid poten. Penetrasi perkutan lebih baik apabila yang dipakai adalah vehikulum yang bersifat tertutup.
Indikasi
Kortikosteroid topikal dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu penyakit kulit. Harus selalu diingat bahwa kortikosteroid bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal.
Kortikosteroid topikal direkomendasikan untuk aktivitas anti-inflamasinya pada penyakit kulit inflamasi, tetapi dapat juga digunakan untuk efek antimitotik dan kapasitasnya utnuk mengurangi sistesis molekul-molekul connective tissue. Variebel tertentu harus dipertimbangkan saat mengobati kelainan kulit dengan kortikosteroid topikal. Contohnya respon penyakit terhadap kortikosteroid topical yang bervariasi. Dalam hal ini, bisa dibedakan dalam tiga kategori, yaitu sangat responsif, responsif sedang, dan kurang responsif.
Tabel 1. Responsivitas Penyakit Kulit terhadap Kortikosteroid Topikal
Highly Responsive Moderately Responsive Least Responsive
Psoriasis (intertriginous) Atopic dermatitis (children) Seborrheic dermatitis Intertrigo
Psoriasis Atopic dermatitis (adult) Nummular eczema Primary irritant dermatitis Popular urticaria Parapsoriasis Lichen simplex chronicus
Palmo-plantar psoriasis Psoriasis of nails Dyshidrotic eczema Lupus erythematous Pemphigus Lichen planus Granuloma annulare Necrobiosis lipoidica
diabeticum Sarcoidosis Allergic contact dermatitis,
acute phase Insect bites
Aplikasi Klinis
Pada umumnya dianjurkan pemakaian salep 2 -3 x/hari sampai penyakit tersebut sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis. Takifilaksis adalah menurunnya respons kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang – ulang; berupa toleransi akut yang berarti efek vasokontriksinya akan menghilang, setelah diistirahatkan
Rabu, 25 November 2015 17
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
beberapa hari efek vasokontriksi akan timbul kembali dan akan menghilang lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan.
Lama pemakaian steroid topikal sebaiknya tidak lebih dari 4 – 6 minggu untuk steroid potensi lemah, dan tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat.
Efek Samping
Efek samping dapat terjadi apabila:
1. Penggunaan kortikosteroid topikal yang lama dan berlebihan.2. Penggunaan kortikosteroid topikal dengan potensi kuat atau sangat kuat atau penggunaan
sangat oklusif.
Secara umum efek samping dari kortikosteroid topikal termasuk atrofi, striae atrofise, telangiektasis, purpura, dermatosis akneformis, hipertrikosis setempat, hipopigmentasi, dermatitis peroral, menghambat penyembuhan ulkus, infeksi mudah terjadi dan meluas, gambaran infeksi menjadi tidak khas karena efek anti inflamasinya. Pinggir yang eritematosa dan berbatas tegas menjadi kabur dan meluas, dikenal sebagai tinea incognito.
Pencegahan Efek Samping
Efek samping sistemik jarang terjadi. Dosis aman yang dianjurkan adalah jangan melebihi 30 gram sehari tanpa oklusi.
Pada bayi kulit masih tipis, gunakan K.T yang lemah. Pada kelainan akut, gunakan K.T lemah. Sedangkan pada kelainan subakut, gunakan K.T sedang. Jika kelainan kronis dan tebal, gunakan K.T kuat. Bila telah membaik pengolesan dikurangi, yang semula dua kali sehari menjadi sekali sehari atau diganti dengan K.T sedang/ lemah.
Jika ingin menggunakan cara oklusi, jangan melebihi dari 12 jam sehari dan pemakaiannya terbatas pada lesi yang resisten.
Pada daerah lipatan (inguinal, ketiak) dan wajah digunakan K.T lemah/ sedang. K.T jangan digunakan untuk infeksi bakterial, mikotik, virus dan skabies.
Disekitar mata, hati – hati untuk menghindari timbulnya glaukoma dan katarak.
Terapi intralesi dibatasi 1 mg pada satu tempat, sedangkan dosis maksimum per kali adalah 10 mg.
Rabu, 25 November 2015 18
TUGAS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN UNIVERSITAS JAMBI
Nama : Pradinasetia, S.KedNIM : G1A213053Judul : Meet The Expert (MTE)
Kriteria Hanafin – Rajka untuk Dermatitis Atopik
Tabel 1. Kriteria Hanafin – Rajka; Dermatitis Atopik
Kriteria Mayor (HARUS ADA minimal 3 dari 4 kriteria)
1. Gatal2. Distribusi dan morfologi lesi khas3. Sering kambuh/ relaps4. Ada riwayat atopi personal atau pada keluarga (urtikaria, asma bronkial, rhinitis
alergi, dermatitis atopik pada keluarga)
Kriteria Minor (HARUS ADA minimal 3 dari 23 kriteria)
1. Xerosis (kulit kering)2. Ikhtiosis (kulit seperti sisik ikan), telapak tangan hiperlinear, keratosis pilaris3. Reaktivitas tes kulit tipe cepat (tipe 1)4. Serum IgE meningkat5. Onset sejak usia awal6. Bertendensi terjadi infeksi kulit/ imunitas cell-mediated terganggu7. Bertendensi terjadi dermatitis non-spesifik pada telapak tangan/ kaki8. Eczema puting payudara9. Cheilitis (infeksi sudut mulut)10. Konjungtivitis rekurens11. Dennie – Morgan lipatan infra orbital12. Keratokonus13. Katarak sub-capsular anterior14. Orbital darkening15. Wajah pucat atau eritem16. Pitiriasis alba17. Lipatan leher anterior18. Gatal jika berkeringat19. Intolerans terhadap woll dan pelarut lipid20. Aksentuasi peri – follicular 21. Intolerans terhadap makanan22. Dipengaruhi faktor lingkungan/ emosional23. Dermografisme putih (+)
Rabu, 25 November 2015 19