Upload
buituyen
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
49
TIGA
MURUNG RAYA DAN BERBAGAI
POTENSI YANG DIMILIKINYA
Batas Wilayah Administrasi
Kabupaten Murung Raya sebagai Kabupaten yang secara definitif
otonom dan mandiri lepas dari Kabupaten Induknya Barito Utara baru
diresmikan pada tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan Undang Undang No.
05 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten
Seruyan, kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten
Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten murung Raya dan
Kabupaten Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah. Selanjutnya
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 131.42-188
Tahun 2002 tanggal 16 Mei 2002 tetang diangkatnya dan dilantiknya
Drs. H Romansyah Bagan sebagai Pejabat Bupati Murung Raya pada
tanggal 8 Juli 2002 dengan tugas antara lain adalah mempersiapkan
lembaga legislatif dan membentuk Dinas, Badan dan Kantor
Pemerintah di Puruk Cahu.
Setelah terbentuknya anggota Legislatif Kabupaten Murung Raya
maka anggota dewan pada tanggal 18 Juni 2003 menyelenggarakan
pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Murung Raya serta terpilihnya Ir.
Willy M Yoseph dan Drs. Abdul Thalib sebagai Bupati dan Wakil
Bupati Murung Raya untuk Periode 2003 - 2008 yang pelantikannya
pada tanggal 21 Juli 2003 oleh Gubernur Propinsi Kalimantan Tengah
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
50
di Palangkaraya bersamaan dengan dilantiknya 7 (tujuh) Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Pemekaran lainnya.
Sementara itu, batas-batas wilayah Kabupaten Murung Raya
secara administratif adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan
dengan Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat dan
Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur; Sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur
dan Kecamatan Lahei Kabupaten Barito Utara; Sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barito Utara
dan Kecamatan Kapuas Hulu Kabupaten Kapuas; dan Sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Kahayan Hulu Utara Kabupaten
Gunung Mas dan Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Lebih
jelasnya lihat peta 3.1. di bawah ini.
Sumber : Murung Raya Dalam Angka, 2016
Gambar 3.1.
Peta Administrasi Kabupaten Murung Raya
Jarak tempuh dari Palangka Raya, Ibukota Provinsi Kalimantan
Tengah ke Kabupaten Murung Raya adalah 702 km (tujuh ratus dua
kilometer) dengan waktu kurang lebih 10 (sepuluh) jam perjalanan
dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya
51
Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Murung Raya terdiri
dari 10 kecamatan, 115 desa dan 9 kelurahan definitif, seperti yang
diperlihatkan pada tabel 3.1. di bawah ini.
Tabel 3.1.
Pembagian Kelurahan dan Desa Kabupaten Murung Raya
No. Kecamatan Luas Jumlah Desa
Jumlah Kelurahan
Total Desa+
Kelurahan
1. Laung Tuhup 1,611 23 3 26
2. Murung 730 13 2 15
3. Permata Intan 804 10 2 12
4. Sumber Barito 2,797 8 1 9
5. Tanah Siang 1,239 26 1 27
6. Barito Tuhup Raya 1,500 11 - 11
7. Tanah Siang Selatan 310 6 - 6
8. Sungai Babuat 423 6 - 6
9. Seribu Riam 7,023 7 - 7
10. U'ut Murung 7,263 5 - 5
Jumlah 23,700 115 9 124
Sumber : Biro Pusat Statistik, 2012
Tata Letak dan Fisiografi
Letak geografis Kabupaten Murung Raya adalah berada di ujung
utara wilayah administratif Kalimantan Tengah dengan Ibukota
Kabupaten Puruk Cahu. Secara astronomis, Kabupaten Murung Raya
terletak pada garis Lintang 00051’51,87” Lintang selatan dan 00047’
25,24” Lintang Utara serta garis Bujur 1133012’40,98” Bujur Timur dan
115008’ 6,52” Bujur Timur, sehingga merupakan satu-satunya wilayah
di Provinsi Kalimantan Tengah yang berada dalam garis lintas
Khatulistiwa.
Karakteristik alam Kabupaten Murung Raya dengan luas wilayah
±23.700 Km² (dua puluh tiga ribu tujuh ratus kilo meter persegi),
didominasi oleh pegunungan dan perbukitan, hulu sungai, dan riam-
riam menyebabkan udaranya terasa dingin dan agak lembab dengan
ketinggian tempat 25-400 meter dari permukaan laut, curah hujan
rata-rata sekitar 3.000 mm per tahun, temperatur udara rata-rata
berkisar 22º-35ºC dan kelembaban nisbi rata-rata 85%. Bagian Selatan
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
52
berupa hamparan dataran rendah dengan derajat keasaman tanah
kurang dari 7. Bagian utara berupa dataran tinggi Pegunungan Muller
Schwaner menjadi wilayah yang sangat penting, terutama sebagai
hamparan emas hijau hutan hujan tropis yang masih asli dengan
keanekaragaman hayati yang tinggi, juga sebagai menara air (water reservoir) bagi sungai-sungai utama di wilayah Kalimantan, khususnya
Sungai Barito yang memiliki panjang mencapai 900 km. Dengan
kondisi ini wilayah Kabupaten Murung Raya dikategorikan sebagai
wilayah dengan tingkat kesulitan geografis relatif tinggi.
Kabupaten Murung Raya adalah Kabupaten terluas di provinsi
Kalimantan Tengah, dengan potensi sumber daya alam yang besar
terdiri atas perkebunan dan kehutanan, dengan luas wilayah kawasan
hutan mencapai 94,36% serta pertambangan dan penggalian, terutama
batubara dan emas. Untuk hutan luasnya mencapai 2.370.000 Ha
dengan rincian seperti yang diperlihatkan tabel 3.2. di bawah ini:
Tabel 3.2.
Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya
No Fungsi Hutan Luas (Ha) Persentase
1. Hutan Produksi 332.454,44 14,03
2. Hutan Lindung 456.649,38 19,27
3. Hutan Suaka/Wisata/Cagar Alam 228.595,60 9,65
4. Hutan Cadangan/Hutan Produksi yang dapat dikonversikan (KPP)
21.762,43 0,92
5. Hutan Produksi Terbatas 1.133.174,60 47,81
6. Kawasan Pemukiman dan Penggunaan Lainnya
179.088,15 7,56
7. Daerah Sempadan 18.275,40 0,77
Jumlah 2.370.000,00 100
Sumber : Biro Pusat Statistik, 2012
Potensi Demografi
Penyebaran penduduk di Kabupaten Murung Raya cenderung
tidak merata dan kebanyakan terpusat di Kecamatan Murung (32.08%)
disusul Kecamatan Laung Tuhup (18,77%), Kecamatan Tanah Siang
(13,01%) dan Kecamatan Permata Intan (11,00%). Jelasnya lihat tabel
3.3. di bawah ini.
Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya
53
Terkait dengan tidak meratanya persebaran penduduk Murung
Raya, dikarenakan beberapa hal: (1) kondisi sarana jalan darat yang
menghubungkan antar kecamatan atau desa kadang-kadang tidak
memungkinkan untuk dilalui bahkan belum ada; (2) sarana
transportasi yang kurang memadai termasuk sarana transportasi air
yang jumlahnya masih sangat terbatas, padahal jumlah desa yang
terdapat di pinggiran sungai lumayan cukup banyak; dan (3) keempat
kecamatan adalah pusat pertumbuhan ekonomi terutama di sektor
pertambangan dan sektor pariwisata.
Tabel 3.3.
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dirinci menurut Jenis Kelamin
per Kecamatan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2011-2013
No. Kecamatan Luas
Wilayah (Km
2)
Laki-laki (orang) Perempuan (orang)
2011 2012 2013 2011 2012 2013
1. Permata Intan 804 5.673 5.692 5.933 5.376 5.393 5.623
2. Sungai Babuat 423 1.203 1.207 1.258 1.053 1.057 1.102
3. Murung 730 15.776 16.446 17.495 14.619 15.238 16.221
4. Laung Tuhup 1.611 9.667 9.699 10.108 9.199 9.229 9.622
5. B. Tuhup Raya 1.500 2.244 2.250 2.346 2.049 2.057 2.144
6. Tanah Siang 1.239 6.579 6.744 7.110 6.076 6.227 6.568
7. T. Siang Selatan 310 2.514 2.576 2.715 2.377 2.436 2.570
8. Sumber Barito 2.797 4.116 4.050 4.176 3.760 3.699 3.817
9. Seribu Riam 7.023 1.987 1.955 2.017 1.632 1.606 1.656
10 Uut Murung 7.263 1.421 1.399 1.442 1.159 1.140 1.177
Jumlah 23.700 51.180 52.018 54.600 47.300 48.082 50.500
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014
Kepadatan penduduk dapat dinyatakan dalam 2 (dua) bentuk
kepadatan, yaitu; kepadatan secara geografis dan secara agraris.
Kepadatan geografis membandingkan jumlah penduduk terhadap luas
wilayah keseluruhan, sedangkan kepadatan agraris merupakan
perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas tanah atau lahan
yang diusahakan baik oleh pemerintah, swasta/perusahaan dan
masyarakat sendiri termasuk pemukiman penduduk. Lahan yang
diusahakan bisa berupa perkampungan, sawah, ladang/tegal,
perkebunan, rawa/tambak serta semak belukar. Kepadatan penduduk
Kabupaten Murung Raya semenjak mengalami pemekaran kabupaten
sampai dengan tahun 2013 belum mengalami perubahan, yaitu 4 orang
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
54
penduduk per 1 (satu) Km2 wilayahnya. Paling sedikit di antara semua
kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah. Penduduk yang masih
jarang ini merupakan salah satu peningkatan usaha pengembangan
daerah. Oleh karena itu program penambahan penduduk pada
wilayah-wilayah yang sesuai peruntukannya seperti program
transmigrasi perlu digalakkan. Lebih jelasnya lihat tabel 3.4. di bawah
ini.
Tabel 3.4.
Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Geografis
per Kecamatan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2011 – 2013
No. Kecamataan Luas Wil. (Km
2)
Kepadatan Penduduk (orang/Km
2)
2011 2012 2013
1. Permata Intan 804 14 14 14
2. Sungai Babuat 423 5 5 6
3. Murung 730 42 43 46
4. Laung Tuhup 1.611 12 12 12
5. Barito Tuhup Raya 1.500 3 3 3
6. Tanah Siang 1.239 10 10 11
7. Tanah Siang Selatan 310 16 16 17
8. Sumber Barito 2.797 3 3 3
9. Seribu Riam 7.023 1 1 1
10. Uut Murung 7.263 1 1 1
Jumlah 23.700 4 4 4
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014
Rasio ketergantungan atau dependency ratio adalah banyaknya
penduduk 0-14 tahun dan penduduk usia 65 tahun ke atas (yang
merupakan penduduk yang ditanggung) dibandingkan dengan
penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun, sebagai penanggung). Tabel
3.5. memperlihatkan bahwa di Murung Raya pada tahun 2011 s/d 2013,
rasio ketergantungan secara berturut-turut adalah sebesar 62, 61, dan
61. Sebagai contoh di angka 57, artinya bahwa setiap 100 penduduk
usia 15-64 tahun menanggung 57 orang penduduk usia 0-14 dan 65
tahun ke atas. Semakin rendah nilai rasio ketergantungan maka akan
semakin baik, sebaliknya jika semakin tinggi maka akan semakin
buruk. Jelasnya lihat tabel 3.5. di bawah ini.
Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya
55
Tabel 3.5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan
Rasio Ketergantungan Murung Raya Tahun 2011-2013
Tahun Kelompok Umur (orang) Rasio Ketergantungan 0-14 15-64 65+
2011 34.960 61.051 2.469 61 2012 35.565 62.020 2.515 61 2013 35.583 63.821 2.696 57
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014
Penduduk yang termasuk angkatan kerja merupakan penduduk
yang berusia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya
pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.
Sebaliknya di luar itu penduduk bukan angkatan kerja; seperti
penduduk yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau
melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.
Bekerja merupakan bagian dari angkatan kerja dimana kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh
atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling
sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan
tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu
dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Jelasnya lihat tabel 3.6. dan tabel
3.7. di bawah ini.
Tabel 3.6.
Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Jenis Kelamin
di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013
Tahun Bekerja (orang) Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Peremp
2012 29.542 15.859 45.401
2013 28.634 15.561 44.195
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014
Tabel 3.7.
Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Perdesaan/Perkotaan
di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013
Tahun Bekerja (orang) Perdesaan Perkotaan Perdesaan+Perkotaan
2012 38.985 6.416 45.401
2013 37.606 6.589 44.195
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
56
Pengangguran terbuka terdiri dari mereka yang tidak punya
pekerjaan dan mencari pekerjaan, mereka yang tidak punya pekerjaan
dan mempersiapkan usaha, mereka yang tidak punya pekerjaan dan
tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan serta mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum
mulai bekerja. Jelasnya lihat tabel 3.8., tabel 3.9., tabel 3.10., dan tabel
3.11. di bawah ini.
Tabel 3.8. Jumlah Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin
di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013
Tahun Pengangguran Terbuka (orang) Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Peremp
2012 68 542 610 2013 1.074 546 1620
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014
Tabel 3.9. Jumlah Pengangguran Terbuka Menurut Pedesaan/Perkotaan
di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013
Tahun Pengangguran Terbuka (orang)
Perdesaan Perkotaan Perdesaan+Perkotaan
2012 652 50 702
2013 1.346 274 1620
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014
Tabel 3.10. Prosentase Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin
di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013
Tahun Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Peremp
2012 0,44 3,47 3,91
2013 3,62 3,39 7,01
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014
Tabel 3.11. Prosentase Pengangguran Terbuka Menurut Pedesaan/Perkotaan
di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013
Tahun Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
Perdesaan Perkotaan Perdesaan+Perkotaan
2012 1,64 0,77 3,91
2013 3,02 3,99 7,01
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014
Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya
57
Potensi Ekonomi
Ciri perekonomian suatu daerah ditunjukkan oleh sumbangan
masing-masing sektor ekonomi atau lapangan usaha yang
menggambarkan struktur ekonomi daerah. Secara kuantitatif dapat
diukur dengan indikator PDRB menurut lapangan usaha atas dasar
harga berlaku.
Struktur perekonomian nasional telah mengalami pergeseran yang
semula dimotori oleh sektor pertanian, maka mulai tahun 1992 yang
menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional adalah sektor
industri pengolahan. Namun tidak demikian halnya untuk umumnya
daerah Kalimantan Tengah dan Khususnya Kabupaten Murung Raya.
Sampai tahun 2007 sektor pertanianlah yang menjadi motor utama.
Tercatat 33,34 persen kontribusinya terhadap PDRB tahun 2007 dan
merupakan kontribusi terbesar jika dibandingkan dengan sektor
lainnya. Akan tetapi mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2013
konribusi sektor pertanian terus menurun dan perekonomian utama
kini dimotori oleh sektor pertambangan dan penggalian sebagai leading sector.
Perekonomian Murung Raya tahun 2011 selain dimotori oleh
sektor pertambangan dan penggalian di urutan pertama, dan sektor
pertanian di posisi kedua, di posisi ketiga adalah sektor jasa, yang
terdiri dari sub sektor pemerintahan umum dan swasta. Kontribusi
sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2013 mencapai 36,26
persen, sedangkan kontribusi sektor pertanian sebesar 23,75 persen.
Sektor jasa dimana termasuk jasa pemerintah selaku pemegang kendali
memiliki peran sebesar 11,36 persen terhadap perekonomian Murung
Raya.
Di posisi keempat diduduki sektor perdagangan, hotel dan
restoran, yaitu dengan kontribusi sebesar 10,92 persen pada tahun
2013. Di peringkat selanjutnya ada sektor bangunan di posisi kelima
dengan kontribusi terhadap total perekonomian sebesar 6,42 persen.
Peringkat enam diduduki oleh kontribusi sektor pengangkutan dan
komunikasi yang pada tahun 2013 kontribusinya sebesar 5,18 persen.
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
58
Berturut-turut di posisi tujuh dan delapan adalah sektor industri
pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pada
tahun 2013 kontribusinya berturut-turut adalah sebesar 3,05 persen
dan 2,54 persen. Posisi juru kunci kontributor perekonomian Murung
Raya tahun 2012 adalah sektor listrik dan air bersih. Pada tahun 2012
kontribusi sektor ini sebesar 0,52 persen saja. Jelasnya lihat tabel 3.12.
di bawah ini.
Tabel 3.12.
Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Berlaku (%) Kabupaten Murung Raya Tahun 2011 – 2013
No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013
1. Pertanian (Tanaman Pangan, Perkebunan, Perikanan, Peternakan dan Kehutanan)
25,72 24,49 23,75
2. Pertambangan dan Penggalian 37,14 36,84 36,26
3. Industri Pengolahan 2,97 3,00 3,05
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,43 0,45 0,52
5. Bangunan dan Konstruksi 5,57 6,06 6,42
6. Perdagangan, Hotel dan Restauran 9,86 10,42 10,92
7. Angkutan dan Komunikasi 5,49 5,42 5,18
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
2,28 2,41 2,54
9. Jasa-Jasa 10,54 10,91 11,36
Sumber : Biro Pusat Stastistik Kabupaten Murung Raya, 2014
Dengan demikian jelas bahwa sektor-sektor yang menempati
urutan atas merupakan sektor-sektor yang sangat mempengaruhi naik-
turunnya laju PDRB Kabupaten Murung Raya. Sedangkan kedua sektor
urutan terakhir kurang berpengaruh terhadap perkembangan PDRB
Murung Raya secara keseluruhan, karena peranannya yang relatif
kecil. Namun demikian secara total, Pendapatan Domestik Regional
Bruto Kabupaten Murung Raya mengalami kenaikan pada tahun 2013
ini dibandingkan tahun sebelumnya.
Perekonomian Kabupten Murung Raya sejak Tahun 2009 hingga
tahun 2011 selalu bergerak naik semenjak lepas dari dampak krisis
global di penghujung tahun 2008. Pada tahun 2013, laju pertumbuhan
ekonominya sebesar 6,67 persen dengan PDRB atas dasar harga
konstan lebih dari satu trilyun rupiah. Jelasnya lihat tabel 3.13. di
bawah ini.
Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya
59
Tabel 3.13. PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Murung Raya
Tahun 2011-2013
Tahun Atas Dasar
Harga Berlaku (Jutaan Rp)
Pertumbuhan Nyata (%)
Atas Dasar Harga Konstan
2000 (Jutaan Rp)
Pertumbuhan Nyata (%)
2011 2.455.698 16,99 1.009.040 6,29 2012 2.712.946 10,48 1.076.529 6,69 2013 2.983.672 9,98 1.148.343 6,67
Sumber : Biro Pusat Stastistik Kabupaten Murung Raya, 2014
PDRB perkapita Kabupaten Murung Raya tahun 2010 sampai
dengan tahun 2012 selalu mengalami peningkatan, baik atas dasar
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000. Untuk
tahun 2010, PDRB perkapita atas dasar harga konstan mencapai9,8 juta
rupiah sedangkan tahun 2011 meningkat menjadi 10,2juta rupiah.
Begitu juga untuk tahun 2012 kembali mengalami peningkatan
menjadi 10,5juta rupiah. Sedangkan berdasar harga berlaku, PDRB
perkapita masyarakat Murung Raya tahun 2010 mencapai 21,7 juta
rupiah. Dua tahun berikutnya, berturut-turut meningkat menjadi 24,9
juta rupiah pada tahun 2011 dan sebesar 27,2 pada tahun 2012. Jelasnya
lihat tabel 3.14. di bawah ini
Tabel 3.14. PDRB Perkapita Kabupaten Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku dan
Harga Konstan 2000 Tahun 2011-2013
Tahun Atas Dasar
Harga Berlaku (Jutaan Rp)
Pertumbuhan Nyata (%)
Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rp)
Pertumbuhan Nyata (%)
2011 24.936.007,93 15,06 10.246.143,74 4,54 2012 27.102.361,50 8,69 10.754.533,72 4,96 2013 28.388.889,14 4,75 10.926.190,92 1,60
Sumber : BPS Kabupaten Murung Raya
Perekonomian Murung Raya sampai dengan saat ini masih sangat
tergantung pada sektor primer, yaitu sektor pertanian dan sektor
pertambangan dan penggalian. Dengan kontribusi yang tinggi dari dua
sektor ini bukan berarti tidak dibutuhkan perhatian khusus. Sektor
pertambangan dan penggalian sebagian besar dikuasai oleh penduduk
non residen Murung Raya, sehingga sebenarnya terjadi capital flight terhadap sebagian besar hasil nilai tambah dari sektor ini. Di sini
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
60
diperlukan peran pemerintah untuk memberikan kontrol dan evaluasi
seberapa besar nilai tambah sektor ini dapat meningkatkan
kesejahteraan terhadap masyarakat Murung Raya itu sendiri, baik
secara langsung maupun tidak.
Sektor pertanian merupakan mata pencaharian utama sebagian
besar penduduk Murung Raya, khususnya perkebunan karet. Karena
karet merupakan komoditi ekspor, maka harga karet turut berfluktuasi
sesuai mekanisme pasar global. Suatu saat harga karet dapat meroket
tinggi, namun tak jarang juga harganya terjungkal. Pemerintah perlu
memikirkan strategi khusus untuk melindungi petani agar tidak
merasakan dampak yang teramat dalam akibat fluktuasi tersebut,
mengingat Indonesia merupakan salah satu produsen karet terbesar di
dunia di samping Malaysia dan Thailand.
Sektor jasa terutama jasa pemerintahan umum memegang peran
cukup signifikan terhadap perekonomian Murung Raya, sehingga ke
depan perlu terus ditingkatkan melalui berbagai ragam kebijakan yang
lebih pro rakyat. Agar besarnya peran tersebut, secara ekonomis benar-
benar dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Sektor industri pengolahan tampaknya sangat perlu pembinaan
dan bantuan. Selama ini kebutuhan masyarakat akan barang sekunder
sebagian besar didatangkan dari luar wilayah, sehingga harganya cukup
tinggi. Hal ini terjadi salah satunya karena sulitnya memperoleh bahan
baku penolong dan tingginya biaya antara yang harus dikeluarkan
untuk menghasilkan sendiri suatu barang, sehingga masyarakat lebih
memilih untuk membelinya secara langsung, meski harus didatangkan
dari luar daerah dengan harga yang relaif tinggi. Ke depan, sektor ini
perlu terus dibina dan dimodali agar lebih bergairah.
Sektor Produksi
Potensi Pertanian
Kegiatan pertanian sampai saat ini masih memberikan peran yang
besar terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya. Kegiatan
Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya
61
pertanian masih didominasi oleh sektor tanaman pangan, perkebunan,
kehutanan, perikanan dan peternakan. Berikut disajikan data hasil
produksi dari kegiatan pertanian Murung Raya selama tahun 2013 pada
tabel 3.15., tabel 3.16. dan tabel 3.17.
Tabel 3.15.
Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi per Kecamatan
di Kabupaten Murung Raya Tahun 2013
Kecamatan Padi Sawah Padi Ladang
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
1. Permata Intan 48 158,69 4 387 9 675
2. Sungai Babuat - - 160 325,89
3. Murung - - 1 725 3 804,62
4. Laung Tuhup - - 492 1 085,14
5. B.Tuhup Raya - - 108 238,20
6. Tanah Siang - - 749 1 651,98
7. T. Siang Selatan 1 3,31 258 569,04
8. Sumber Barito - - 857 1890,18
9. Seribu Riam - - 151 333,04
10. Uut Murung - - 399 880,03
Jumlah 49 161,99 9 286 20 481,00
Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kab. Murung Raya, 2014
Tabel 3.16.
Luas Panen dan Produksi Jagung, Ubi Kayu dan Ubi Jalar
Menurut Kecamatan Tahun 2013
Kecamatan
Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
1. Permata Intan 14 31,96 13 155,39 17 119,38
2. Sungai Babuat 7 15,98 5 59,76 4 28,09
3. Murung 24 54,79 8 95,62 6 42,13
4. Laung Tuhup 25 57,07 23 274,92 - -
5. B.Tuhup Raya 11 25,11 10 119,53 - -
6. Tanah Siang 6 13,70 11 131,48 10 70,22
7. T. Siang Selatan 7 15,98 2 23,91 2 14,04
8. Sumber Barito 0 0,00 9 107,58 2 14,04
9. Seribu Riam 1 2,28 2 23,91 3 21,07
10. Uut Murung 4 9,13 2 23,91 1 7,02
Jumlah 99 226,00 85 1 016,00 45 316,00
Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Murung Raya, 2014
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
62
Tabel 3.17.
Luas Panen dan Produksi Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kacang Hijau
menurut Kecamatan Tahun 2013
Kecamatan
Kacang Tanah Kacang Kedelai Kacang Hijau
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
1. Permata Intan 10 10,5 19 22,8 - -
2. Sungai Babuat - - - - - -
3. Murung 3 3,5 5 6 - -
4. Laung Tuhup - - - - - -
5. B.Tuhup Raya - - - - - -
6. Tanah Siang 6 6,3 2 2,4 - -
7. T.Siang Selatan 1 1,05 4 4,8 - -
8. Sumber Barito - - - - - -
9. Seribu Riam - - - - - -
10. Uut Murung - - - - - -
Jumlah 20 21 30 36 - -
Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Murung Raya
Potensi pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Murung
Raya sangat sedikit dibandingkan dengan luas wilayahnya. Lahan yang
sesuai untuk tanaman pangan terletak di sebagian kecil Kecamatan
Permata Intan, Kecamatan Murung, dan Kecamatan Laung Tuhup.
Komoditi potensial di Laung Tuhup antara lain padi ladang, kacang
tanah, tanaman kopi, lada dan kelapa. Kecamatan Murung memiliki
komoditi potensial antara lain padi ladang, jagung, ubi jalar, kacang
tanah, kacang kedelai, tanaman karet, tanaman kopi, jambu mete.
Areal kawasan hutan relatif makin terbatas sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Murung Raya. Oleh
karena itu pelepasan kawasan hutan yang bersifat mengubah fungsi
hutan perlu dibatasi. Pengembangan perkebunan dengan
menggunakan tanaman tahunan yang berupa pohon, merupakan
teknologi yang kompatibel dengan persyaratan ekologis, dapat
memberikan fungsi hutan yang berbeda dengan hutan produksi.
Redesign perkebunan pada dasarnya berupa membangun suasana
harmonis antara unsur-unsur ekologi, ekonomi dan sosial budaya,
Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya
63
sehingga nantinya bisa menjadi kawasan industri masyarakat
perkebunan (Kimbun).
Sebagian penduduk di Kabupaten Murung Raya hidup dari hasil
perkebunan. Dengan mengandalkan teknologi tradisional ternyata
penduduk tidak bisa meningkatkan taraf hidupnya. Sehubungan hal
tersebut di atas, dalam rangka mendorong pengembangan perkebunan,
pemerintah dalam hal ini instansi teknis (perkebunan) akan
memberikan kemudahan kepada investor untuk menanamkan
modalnya.
Pemerintah akan memberikan Hak Penguasaan Hutan Tanaman
Perkebunan (HPHTP) yang setara dengan HGU, dimana tahapan
untuk mendapatkan HGU melalui tahapan-tahapan yang panjang
sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Pertumbuhan
agronomis tanaman perkebunan relatif baik. Kendala yang dihadapi
oleh petani adalah terutama berkaitan dengan sumberdaya petani yang
relatif rendah, masalah sosial ekonomi. Program Perkebunan Inti
Rakyat (PIR) belum menyentuh pada hal-hal yang mendasar berupa
teknologi tepat guna, permodalan dan pemasaran. Hal ini
menyebabkan petani mengalami hambatan dalam hal meningkatkan
mutu produksi perkebunan dan pemasaran.
Pemanfaatan potensi hutan yang melimpah di Kabupaten Murung
Raya cukup menjanjikan bagi perekonomian di daerah ini. Tanaman
perkebunan dengan nilai ekonomi tinggi seperti karet, kelapa, kopi,
lada dan jambu mete telah dikembangkan di daerah ini yang tersebar
diseluruh kecamatan dan diharapkan dapat mendorong meningkatnya
ekonomi masyarakat. Sampai saat ini tanaman karet masih menjadi
produk unggulan di sektor perkebunan dan masih menjadi tanaman
idola bagi masyarakat khususnya di pedesaan. Hal ini diperlihatkan
pada tabel 3.18. di bawah ini.
Hampir semua kecamatan di Kabupaten Murung Raya memiliki
potensi untuk pengembangan karet dan kelapa, akan tetapi bagian
tengah sampai ke Utara Kabupaten Murung Raya lebih berpotensi
karena didukung oleh kondisi wilayah yang relatif lebih tinggi.
Komoditi perkebunan seperti kopi, lada, dan sawit relatif masih dalam
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
64
skala kecil diusahakan oleh masyarakat. Komoditi ini terbatas pada
lahan sekitar pemukiman atau lahan pekarangan dan lahan usaha
untuk daerah transmigrasi.
Tabel 3.18.
Luas Areal (Ha) dan Produksi Tanaman Perkebunan (ton)
Menurut Kecamatan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2013
Kecamatan Karet Kopi Cengkeh Lada Kelapa
1. Permata Intan 4396,70 51,54 - 2,46 91,20
2. Sungai Babuat 1 510,55 15,50 - 0,71 22,52
3. Murung 3479,68 58,08 0,02 3,33 111,38
4. Laung Tuhup 9297,21 65,29 0,04 3,91 117,50
5. Barito Tuhup Raya 2 020,91 20,15 - 1,04 28,03
6. Tanah Siang 7061,47 53,17 0,09 3,76 66,86
7. T. Siang Selatan 2069,48 19,19 - 0,68 25,83
8. Sumber Barito 3412,97 27,63 - 2,90 43,12
9. Seribu Riam 174,23 18,52 - 0,63 22,52
10. Uut Murung 43,82 13,34 - 0,61 14,58
Jumlah 33 467,02 342,41 0,15 20,03 543,54
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Murung Raya, 2014
Sejalan dengan pengakuan petani setempat hanya dengan
membudidayakan karet dan kelapa di lahan usaha mereka, pendapatan
dalam jangka panjang akan stabil, sedangkan jika pun ada tanaman
pangan yang diusahakan oleh petani hanya sebatas untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Kelebihan dari budidaya komoditi karet dan
kelapa dalam adalah karena masyarakat sudah terbiasa
membudidayakan komoditi tersebut dan lebih toleran terhadap kondisi
lingkungan sehingga resiko kegagalan budidaya oleh petani relatif
kecil. Sedangkan budidaya tanaman pangan umumnya hanya berupa
komoditas lokal yang produksinya masih relatif rendah. Usaha yang
perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman adalah dengan
membudidayakan varietas yang unggul yaitu dari segi produksinya dan
tahan terhadap kondisi lingkungan di Kabupaten Murung Raya.
Pemenuhan kebutuhan ikan di daerah Kabupaten Murung Raya
selama ini, masih bertumpu pada hasil perikanan dari daerah lain.
Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya
65
Namun demikian, pemerintah tidak tinggal diam, penggalakan
program budidaya ikan sepertinya sudah mulai membuahkan hasil.
Dengan pemberian bantuan benih ikan, diharapkan produksi budidaya
ikan kian meningkat dari tahun ke tahun. Untuk lebih jelas
perkembangan produksi perikanan Kabupaten Murung Raya menurut
kecamatan dapat dilihat pada tabel 3.19. di bawah ini. Kecamatan yang
mempunyai jumlah produksi terbesar adalah Kecamatan Murung dan
Tanah Siang.
Tabel 3.19.
Produksi Perikanan Penangkapan di Sungai dan Budi Daya
Tahun 2013 (Dalam Ton)
Kecamatan Jenis Perairan
Jumlah Penangkapan Budi Daya
1. Permata Intan 9,5 150,22 159,72
2. Sungai Babuat 9,5 - 9,5
3. Murung 42,5 268,22 310,72
4. Laung Tuhup 28,8 53,54 82,34
5. Barito Tuhup Raya 16,6 118,13 134,73
6. Tanah Siang - 188,58 188,58
7. Tanah Siang Selatan - 102,37 102,37
8. Sumber Barito 8,7 107,26 115,96
9. Seribu Riam 7,8 53,88 61,68
10. Uut Murung 7,8 - 7,8
Jumlah 131,2 1 042,2 1 173,4
Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Murung Raya, 2014
Kegiatan peternakan di Kabupaten Murung Raya setiap tahun
menunjukkan peningkatan perkembangan populasinya untuk semua
jenis ternak. Hampir di semua kecamatan terutama kecamatan
Murung dan Tanah Siang kegiatan peternakan dikembangkan. Hal ini
tentu sangat berkaitan dengan usaha kegiatan pertanian tanaman
pangan khususnya sawah, yang memberikan keuntungan subsitusi dari
dua kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan
sektor perternakan yang ada di Kabupaten Murung Raya dapat dilihat
pada tabel 3.20. di bawah ini.
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
66
Tabel 3.20.
Banyaknya Populasi Ternak dan Unggas menurut Jenisnya
Tahun 2013 (ekor)
No Jenis Ternak 2013
Ternak
1. Sapi Perah -
2. Sapi Potong 1.189
3. Kerbau 9
4. Kambing 2.622
5. Babi 8.472
6. Kuda -
Unggas
1. Ayam Buras/ Ayam Kampung 122.614
2. Ayam Ras/ Petelur 2.250
3. Ayam Ras Broiler 466.117
4. Itik 1978
5. Kelinci -
Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Murung Raya, 2014
Potensi Pertambangan dan Penggalian
Potensi bahan galian di Kabupaten Murung Raya digolongkan
menjadi 3 (tiga) golongan bagian yaitu :
Golongan A yaitu bahan galian golongan strategis antara lain
minyak, gas bumi, dan batu bara.
Golongan B, yaitu bahan galian vital antara lain emas, intan
dan antiminit.
Golongan C, yaitu bahan galian golongan yang tidak termasuk
strategis dan vital antara lain batu kapur, bentonit, basal,
phosphat, mika, andesit, granit, gabro dan lain - lain.
Dari beberapa potensi yang terdapat di Kabupaten Murung Raya
yang sudah dimanfaatkan adalah batubara, emas, intan dan sebagian
kecil bahan galian C, baik yang sudah mempunyai izin maupun belum,
serta yang dilaksanakan secara tradisional.
Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya
67
Berdasarkan sumber daya alam yang dimilikinya, Kabupaten
Murung Raya merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan
Tengah yang memiliki potensi bahan galian strategis (golongan B)
seperti emas di Kecamatan Sumber Barito, Permata Intan, Murung dan
Tanah Siang. Selain itu Kabupaten Murung Raya memiliki bahan
galian Intan di Kecamatan Murung dan Permata Intan. Sedang bahan
Galian golongan A, batu bara, terdapat di kecamatan Permata Intan,
Laung Tuhup, Sumber Barito dan Tanah Siang.Untuk bahan galian
golongan C terdapat di Kecamatan Permata Intan, Murung dan Sumber
Barito.
Hingga tahun tahun 2012, sebanyak 55 perusahaan baik
multinasional, Nasional dan Lokal menginvestasikan dananya untuk
mengeksploitasi sumber daya mineral yang ada di Kabupaten Murung
Raya dengan status perusahaan sudah melakukan eksploitasi. Jelasnya
lihat tabel 3.21. dan gambar 3.2. di bawah ini.
Tabel 3.21.
Banyaknya Perusahaan (Ijin Usaha Pertambangan) Yang Beroperasi
Menurut Tingkat Kegiatandi Kabupaten Murung Raya, 2005- 2013
Tahun Penyelidikan
Umum Eksploitasi Eksplorasi Jumlah
2005 - - 9 9
2006 - - 10 10
2007 - - 18 18
2008 - - 29 29
2009 3 3 42 48
2010 - 3 56 59
2011 - 4 51 55
2012 - 8 47 55
2013 NA NA NA NA
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Murung Raya, 2014
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
68
Sumber : Kabupaten Murung Raya Dalam Angka, 2014
Gambar 3.2.
Peta Perusahaan Pertambangan di Wilayah Kabupaten Murung Raya
Dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013, jumlah terbesar dari
sektor pertambangan adalah Batubara, seperti pada tabel 3.22.
Potensi Kelembagaan Adat
Pemimpin di kalangan orang Dayak yang masih diakui hingga saat
ini adalah Damang Kepala Adat, oleh Riwut (2003) dikatakan hanya
kepala adat. Di Kudangan (Dayak Tomon) dikenal sebutan Mas, Patih,
Jajaran, dan Kepala Dukuh. Sebutan-sebutan ini sekarang ini hanya
Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya
69
sebagai penghormatan kepada tamu-tamu, sedangkan yang masih
bertahan adalah jabatan Mantir Adat, Damang, dan kepala Dukuh.
Tabel 3.22.
Produksi Pertambangan dan Penggalian Menurut Jenisnya
di Kabupaten Murung Raya, 2012 dan 2013
No. Jenis Pertambangan Satuan 2012 2013
1. Batubara MT 3 224 231,70 2 952 545,59
2. Emas Kg 876 717,03
3. Perak Kg 20 966 22 145,05
4. Batu Belah M3
33 026 17 576,75
5. Sirtu M3 230 974,00
6. Pasir M3 2 141 56 220, 60
7. Awkes M3 3078 -
8. Tanah Urug M3 58 937 20 645
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Murung Raya, 2014
Ilon (1987:108-114) dengan menggunakan legenda Bandar yang
hidup sekitar abab 16 Masehi menyebutkan bahwa riwayat
pelembagaan adat Dayak Kedamangan mulai muncul seiring dengan
bertambahnya manusia sehingga banyak urusan yang menuntut
pembagian tugas, membentuk struktur pemerintahan adat. Dalam
konteks Dayak, struktur pemerintahan dan kepemimpinan kelompok
yang pernah ada terdiri dari : (1) Temanggung atau Dambung yang
hakekatnya sama dengan raja (penanggungjawab) untuk melindungi,
mensejahterakan dan memakmurkan seluruh rakyatnya; (2)
Pangkalima bertanggungjawab dalam bidang pertahanan dan
keamanan; (3) Patih bertanggungjawab dalam bidang pemerintahan
dan kesejahteraan; dan (4) Demang bertanggungjawab dalam bidang
pengawasan, penuntutan dan peradilan serta pelestarian.
Setelah masuknya pemerintahan Kolonial Belanda, sebutan yang
tadinya Damang menjadi Demang dengan pedoman kerjanya mengacu
96 pasal hukum adat yang dilahirkan dari Rapat Besar Perdamaian di
Tumbang Anoi pada tahun 1894 (Tumbang Anoi masuk dalam wilayah
Kabupaten Gunung Mas). Secara umum tugas Damang Kepala Adat
disamping berperan sebagai Hakim Perdata Adat menyelesaikan dan
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
70
memutuskan perkara yang terjadi dalam wilayahnya8, juga membantu
pemerintah untuk melancarkan roda pemerintahan umum, terutama
untuk menjembatani kehendak masyarakat disampaikan ke
pemerintahan dan sebaliknya.
Mengenai posisi Damang secara formal dalam struktur masyarakat
Dayak tidak mudah menjelaskannya dengan mengacu kepada berbagai
hasil penelitian Kedamangan tentang apa dan bagaimana lembaga ini
berperan di tengah masyarakat (Kurniawan, 2007). J Mallincrodi
(1887-1929) dalam Het Adatrecht van Borneo (1928) ketika
menguraikan bagaimana hukum adat di Kalimantan Tengah sama
sekali tidak membicarakan lembaga Kedamangan. Thomas Linblad
mengartikan Damang sebagai village head. Arti ini sama dengan
Pembakal dan Kyai yang disebut Linblad sebagai indigeneous district officer (Linblad, 1988:271). Scharer (1904-1947), seorang misionaris
yang banyak meneliti kepercayaan Dayak menyatakan Damang adalah
the present-day damangnya (adat chief) dan bukan orang yang
diberikan kepercayaan oleh masyarakat setempat untuk turut
mengatur kehidupan mereka (Scharer, 1963:103). Scharer meyakini
Damang hanyalah sebuah jabatan dan status yang diberikan
pemerintah untuk kepentingan mereka sendiri
Menindak-lanjuti peran Damang, Kepala Adat maka pada tanggal
03 September 1923 di Kuala Kapuas (sekarang menjadi Kabupaten
Kapuas) diadakan Rapat Damang Kepala Adat, dihadiri oleh para
Damang dari seluruh Kapuas, Kahayan, Rungan, dan Manuhing dengan
unsur pemerintah Hindia Belanda untuk menetapkan: (1) Hak Ulayat
Adat Kampung seukuran 5 km (sejangkauan bunyi gong dari pinggir
8 Jelasnya lihat buku Adat Bana Tipoe Goma yang memuat aturan-aturan dan sanksi
terhadap pelanggaran adat atau kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan orang Dayak
di Kecamatan Dalang, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah. Buku ini
merupakan peninggalan sehingga tidak ada penulis dan penerbit serta tahun
penulisannya tidak diketahui. Adat dan hukum adat sendiri merupakan produk budaya
orang Dayak yang berasal dari akumulasi pengalaman dari adaptive strategy kehidupan
terhadap lingkungan hidup agar tetap seimbang dan bisa diwariskan secara turun
temurun pada generasi berikutnya dan menjadi pedoman hidup dalam suatu bentuk
sistem kehidupan ditengah masyarakat (Odop dan Lakon, 2009:6)
Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya
71
kiri kanan sepanjang sungai tempat pemukiman penduduk sebagai
tempat masyarakat berusaha); (2) Hak tata-batas antara kampung
dengan kampung, berkenaan dengan kewajiban pembersihan sungai
atau jalan lalu-lintas umum, dan hak perladangan warga kampung
masing-masing. Dimufakatkan oleh Kepala Kampung bersangkutan
diketahui Damang Kepala Adat setempat dan dikokohkan pemerintah;
dan (3) Hak tanggitan, hak rintis patung, hak anak sungai, hak danau,
hak beja, hak handel, tatas parit, hak panggul, sapinang, hak bahu talinjam, hak bahu rimba, hak petak rutas, dan hak pahewan.
Jabatan Damang masih memiliki penghargaan yang tinggi dalam
masyarakat, terutama menangani kasus persengketaan atau perselihan
antara masyarakat untuk diselesaikan secara adat. Namun sering juga
terjadi kasus-kasus di wilayah kecamatan langsung diajukan ke
pengadilan negeri. Seorang tokoh Dayak: “…keberadaan para Damang
sangat membantu negara dalam menyelesaikan ribuan perkara yang
tidak dapat dipecahkan dengan institusi hukum.” Lebih lanjut
dikatakan: “…keadaan ini dikatakan teman dari Mahkamah Konstitusi,
jadi saya kira Damang harusnya diperankan kembali.”9 Kasus-kasus
yang dimaksud berkaitan dengan semakin maraknya sengkata tanah
dengan masuknya para investor untuk mengelola dan mengeksploitasi
hutan bagi kepentingan HPH, HTI, KP dan HGU.10 Tanpa
mengembalikan fungsi Damang tentunya hukum adat yang diakui
masyarakat akan semakin tenggelam dan digantikan dengan hukum
formal yang dalam penyelesaian kasusnya selalu ada yang kalah dan
menang. Sementara prinsip hukum adat adalah perdamaian dan
keaslian sehingga tidak ada yang menang dan yang dikalahkan.
Meskipun hanya dilakukan melalui musyawarah atau mufakat tetapi
memiliki kekuatan yang mengikat tidak hanya dari materinya tetapi
juga sanksi moral (Elmiyah, 2004) atau dalam bahasa Dayak Ngaju
disebut sebagai jipen atau singer (Ilon, 1987).
9 Wawancara dilakukan pada tanggal 05 Oktober 2010 di Palangkaraya. 10 Mengenai kasus tidak diakuinya hukum adat dalam tataran hukum formal (UU
Pokok Agraria) dapat dibaca dalam Elmiah (2008).
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
72
Menindak lanjuti upaya untuk memerankan kembali fungsi
Damang sebagai hakim adat, pemerintah daerah Propinsi Kalimantan
Tengah menetapkan Peraturan Daerah (Perda) No. 16 Tahun 2008
tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah. Perda No. 16
Tahun 2008 pasal 9, ayat (1) selanjutnya menrumuskan fungsi Damang
Kepala Adat adalah; Mengurus, melestarikan, memberdayakan dan
mengembangkan adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan, hukum adat dan
lembaga kedamangan yang dipimpinnya; Menegakkan hukum adat
dengan menangani kasus dan atau sengketa berdasarkan hukum adat
dan merupakan peradilan adat tingkat terakhir, dan Sebagai penengah
dan pendamai atas sengketa yang timbul dalam masyarakat
berdasarkan hukum adat. Selanjutnya dalam pasal (2) Selain fungsi
sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1), Damang Kepala Adat juga
mempunyai fungsi selaku inisiator untuk membawa penyelesaian
terakhir sengketa antara para Damang terkait tugas dan fungsinya
kepada Dewan Adat Dayak Kabupaten/Kota. Upaya lain juga dilakukan
oleh anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) utusan Kalimantan
periode tahun 2004-2009 dengan mengajukan Rancangan Undang-
Undang (RUU) tentang Perlindungan Masyarakat Adat kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) (Usop, 2008).11 Sayangnya RUU ini belum
menjadi agenda DPR RI untuk dibahas dan ditetapkan.
Perjalanan mengupayakan peran dan fungsi Damang sebagai
hakim adat agar memperoleh pengakuan dari negara melalui
pembentukan lembaga ke Damangan tidaklah mudah karena dalam
banyak hal di lapangan justru membawa kontraversi. Menurut seorang
pemuda Dayak “…para Damang sekarang ini sudah tidak lagi seperti
dulu yang berjuang untuk mempertahankan norma-norma adat,
malahan memihak dan mendukung perusahaan menjual tanah adat
kami. Damang sekarang kebanyakan “karbitan” tidak berakar dari
masyarakat tetapi diangkat dan ditunjuk untuk kepentingan politik
11 Dalam kegiatan Uji Sahih RUU tentang Perlindungan Hak-hak Masyarakat yang
dihadiri oleh para akademisi, Organisasi Kemasyarakat/Lembaga Swadaya Masyarakat,
Pemerintah Daerah dan pihak terkait lainnya tanggal 22 Juni 2009 di Universiats
Palangkaraya, Palangkaraya. Pada prinsipnya mereka menerima RUU untuk
disampaikan ke DPR RI.
Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya
73
penguasa.”12 Hal ini dibenarnya oleh Kusni (2010). Jika mau jujur pada
diri sendiri, para Damang kita, apalagi Damang-Damang sekarang,
berada jauh dari tingkat yang diharapkan untuk menjalankan
fungsinya terutama dikaitkan dengan tuntutan zaman. Salah satunya
terkait dengan proses pemilihan dari Damang yang didasarkan pada
penguasaan terhadap adat-istiadat dan hukum adat terutama dari segi
substansi dan filosofinya.
Gaung peran dan fungsi Damang yang diharapkan masyarakat
kalah jauh dibandingkan dengan peran dan kepopuleran lembaga-
lembaga adat yang dibentuk pemerintah, seperti Majelis Adat Dayak
(MAD); dan Dewan Adat Dayak (DAD) sudah merasuki ke seluruhan
elemen kehidupan sosial kemasyarakatan. Disamping itu,
pembentukan lembaga-lembaga adat ini sebagai wadah untuk memaksa
orang Dayak terlibat dalam kegiatan politik, seperti yang pernah terjadi
di Malaysia (Salleh, 1993:223-236). Kondisi ini oleh Odop dan Lakon
(2010:92-99) sebagai “penghancuran otoritas kedamangan”. Damang
kemudian diangkat oleh pemerintah untuk mendapatkan tunjangan
tahunan dan harus menghadiri rapat-rapat MAD dan DAD baik di
tingkat kelurahan, kecamatan hingga provinsi secara periodik. Dalam
memilih Damang juga tidak lagi mengutamakan prinsip-prinsip dipilih
langsung dari setiap komunitas Dayak tetapi ditentukan secara sepihak
oleh Pemerintah tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan warga
kampung sesuai mekanisme pemilihannya.
Muncullah kemudian istilah “Dayak makan Dayak” karena jabatan
Damang bukan jabatan adat seperti yang diharapkan tetapi lebih
jabatan administasi karena masih ada jabatan tertinggi yang justru
dipegang oleh Presiden MADN.13 Artinya ada perbedaan kepentingan
12 Wawancara dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2010 di Sampit. Kusni (2010). 13 Perda No. 1 Tahun 2010 tentang perubahan terhadap Perda No. 16 Tahun 2008,
dimana jabatan Damang yang seharusnya adalah jabatan adat dijadikan sebagai jabatan
administrasi sehingga memperoleh tunjangan jabatan setara dengan tunjangan jabatan
esolon III b. dan memberi batasan waktu jabatan selama 06 (enam) tahun untuk dipilih
kembali secara langsung. Kelembagaan Damang di bawah Langsung Pemerintah
dengan dikeluarkannya SK oleh Bupati/Walikota dan bertanggungjawab kepada
Majelis Adat Dayak Nasional (Lampiran Perda No. 16 Tahun 2006).
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
74
antara pihak penguasa dan masyarakat adat karena seorang Damang
kini hampir-hampir tidak ada perannya lagi (Odop dan Lakon,
2009:93), dimana hak-hak untuk mengambil keputusan langsung
dikendalikan oleh Presiden MADN. Kemudian aspek yang berkaitan
dengan kebijakan penggabungan beberapa kampung menjadi satu Desa
juga sangat membatasi gerak dan peran Damang Kepala Adat. Setelah
wilayah kekuasaan dipersempit, dimunculkanlah beberapa organisasi
“tandingan” oleh pemerintah tanpa melibatkan masyarakat komunitas,
seperti DAD Desa, DAD Kecamatan, DAD Kabupaten. Tidak
mengherankan apabila terjadi tumpang tindih kekuasaan,
kebingungan, dan saling menunggu dalam menerapkan hukum adat.
Hal ini sangat berpengaruh terhadap otoritas dan eksistensi Damang
selaku Kepala Adat.
Damang juga dilibatkan dalam kegiatan politik agar pilihan orang
Dayak dapat diarahkan selama masa Pemilihan Umum Legislatif (Pileg)
maupun Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada). Hal ini
dinyatakan seorang tokoh Dayak bahwa “…MAD dan DAD dibentuk
hanyalah untuk kepentingan penguasa karena banyak Damang yang
menjadi anggota MAD dan DAD tidak mengakar dari masyarakat”.
Damang kemudian hanya sebagai alat bagi kepentingan penguasa
untuk memperoleh suara hingga di pedalaman.
Terlepas dari berbagai persoaloan di atas, mengacu Peraturan
Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang
Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah. Kelembagaan Adat
Dayak dibentuk secara berjenjang, yakni:
1) Tingkat Nasional. Majelis Adat Dayak Nasional, yakni Lembaga
Adat Dayak tertinggi pada tingkat nasional. Sebagai lembaga
koordinasi, sinkronisasi, komunikasi, pelayanan, pengkajian
dan tindak lanjut aspirasi masyarakat untuk semua tingkat
Lembaga Adat Dayak.
2) Tingkat Provinsi. Dewan Adat Dayak Provinsi, yakni Lembaga
Adat Dayak tingkat provinsi yang mengemban tugas dari
Majelis Adat dayak Nasional. Tugas Pokok, menindaklanjuti
program kerja dari Majelis Adat Dayak Nasional serta
Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya
75
menjalankan fungsi koordinasi dan supervisi terhadap seluruh
Dewan Adat Dayak Kabupaten/Kota, dan membantu tugas
Damang Kepala Adat.
3) Tingkat Kabupaten/Kota. Dewan Adat Dayak Kabupaten/Kota,
yakni Lembaga Adat Dayak tingkat Kabupaten/Kota.
Mengemban tugas dari Majelis Adat dayak Nasional dan
Dewan Adat Dayak Provinsi.
4) Tingkat Kecamatan terdiri atas: Dewan Adat Kecamatan dan
Kedamangan
5) Tingkat Desa/Kelurahan terdiri atas: Dewan Adat
Desa/Kelurahan dan Kerapatan Mantir/Let Perdamaian Adat
Desa/Kelurahan.
Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat Suku Dayak Siang Murung
Dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat setempat
diperoleh keterangan bahwa, masyarakat hukum adat yang hidup di
sekitar Gunung Puruk Kambang adalah Suku Dayak Siang Murung.
Masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung dipimpin oleh
seorang Damang Ketua Adat yang dibantu oleh Mantir. Kerapatan
Mantir Adat merupakan Pengadilan Adat. Pengadilan Adat berada di
Puruk Cahu.
Suku Dayak Siang Murung hingga saat ini masih melakukan
pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Hasil hutan tersebut berupa buah-buahan, kayu, tanaman
obat, karet dan hasil hutan lainnya termasuk hasil dari sungai yang
berada di dalam wilayah adatnya, kecuali emas dan batubara. Hutan
tersebut merupakan hutan adat yang diwariskan turun temurun oleh
nenek moyang kepada keturunan mereka. Matapencaharian utama
masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung adalah
berkebun/berladang karet.
Hak masyarakat hukum adat terhadap sumber daya alam berupa
bahan tambang emas dan batu bara adalah terlarang. Larangan berasal
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
76
dari pihak Pemerintah Daerah dan perusahaan tambang (PT. Indo
Muro Kencana) yang beroperasi di daerah tersebut.
Kawasan Cagar Budaya Gunung Puruk Kambang
Hasil penelitian mengenai hak ulayat masyarakat hukum adat
yang dilakukan di Gunung Puruk Kambang, Kecamatan Tanah Siang
Selatan, Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah
menunjukkan bahwa di Kawasan Cagar Budaya Gunung Puruk
Kambang tersebut terdapat:
a. Masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung, yang
dipimpin oleh seorang Damang Kepala Adat dibantu oleh
Mantir Perdamaian Adat dalam suatu Wilayah Kedamangan.
Kerapatan Mantir merupakan Pengadilan Adat Suku Dayak
Siang Murung.
b. Hak ulayat masyarakat hukum adat adalah hak masyarakat
hukum adat Suku Dayak Siang Murung untuk melakukan
pemungutan hasil hutan maupun bercocok tanam (berkebun)
di atas Tanah Adat yang berada dalam Wilayah Adat, sebagai
sumber mata pencaharian utama.
c. Obyek hak ulayat adalah hasil hutan yang diambil dan
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
berupa buah-buahan, kayu, tanaman obat, karet (getah)
termasuk air dan hasil sungai.
d. Wilayah adat, berupa hutan di atas Tanah adat yang berada di
dalam Wilayah Kedamangan.
e. Tanah adat, dimiliki secara komunal maupun perseorangan.
Batas kepemilikan berupa Patok Adat dengan Bukti
kepemilikan berupa Surat keterangan Tanah Adat (SKTA) yang
dikeluarkan oleh Damang.
Pengertian hak ulayat masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang
Murung dan pengertian masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang
Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya
77
Murung yang diperoleh penulis dari hasil penelitian memenuhi unsur-
unsur pengertian lexical Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 2 ayat (2) huruf a,
huruf b dan huruf c PMNA/KBPN Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Pedoman Penyelesaian Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, sehingga
dapat ditegaskan bahwa hak yang ada pada masyarakat hukum adat
Suku Dayak Siang Murung atas Tanah Adatnya adalah merupakan hak
ulayat dan hak ulayat tersebut masih ada.
Kawasan Cagar Budaya berupa Gunung Puruk Kambang terletak
di Kecamatan Tanah Siang Selatan yang berjarak lebih kurang lebih 17
km dari Puruk Cahu, ibukota Kabupaten Murung Raya. Hasil
penelitian yang dilakukan melalui wawancara dengan tokoh
masyarakat setempat menunjukkan bahwa, masyarakat tidak
mengetahui keberadaan benda keramat yang diduga situs peninggalan
sejarah di Kawasan Gunung Puruk Kambang. Masyarakat setempat
menyatakan bahwa Gunung Puruk Kambang merupakan daerah
keramat berdasarkan cerita turun temurun bahwa nenek moyang Suku
Dayak Siang Murung diturunkan di Gunung Puruk Kambang. Gunung
Puruk Kambang mengandung emas dengan kualitas terbaik dan dalam
jumlah sangat besar yang disebut sebagai “urat emas”.
Keterangan yang diperoleh dari Kepala Seksi Kebudayaan Dinas
Kebudayaan Kabupaten Murung Raya adalah bahwa Penetapan
Kawasan Cagar Budaya Gunung Puruk Kambang didasarkan pada
cerita rakyat mengenai asal usul nenek moyang Suku Dayak Siang
Murung yang berasal dari keturunan Purti Sikam. Putri Sikam berasal
dari Khayangan, turun di atas Gunung Puruk Kambang dengan
menggunakan Palangka Bulau. Palangka Bulau adalah benda serupa
timbangan emas terbuat dari emas murni sebesar drum. Putri Sikam
membawa tanah dan daun sawang, kemudian hidup menikah dengan
pemuda setempat dan menetap di Gunung Puruk Kambang. Pada akhir
cerita, suami Putri Sikam meninggal dan dimakamkan di Gunung
Puruk Kambang, Putri Sikam kembali ke Khayangan dan
meninggalkan Palangka Bulau kepada keturunannya.
Keberadaan Palangka Bulau hingga saat ini diperkirakan masih ada
dan di simpan oleh keturunan Putri Sikam, tetapi tidak diketahui
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
78
secara pasti. Pemerintah daerah tidak pernah melihat langsung, tidak
menyimpan dan tidak mengetahui keberadaan Palangka Bulau. Tidak
ada bukti fisik maupun bukti dokumentasi mengenai keberadaannya.
Dinas Kebudayaan hanya berpegang pada Keputusan Bupati
Murung Raya Nomor 118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs Puruk
Kambang Sebagai Kawasan Cagar Budaya Kabupaten Murung Raya,
tertanggal 5 Juli 2013. Tujuan dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati
dimaksud adalah untuk meredam konflik yang terjadi antara
masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung dengan Perusahaan
Tambang PT. Indo Muro Kencana.
Pada saat penelitian ini dilakukan, Keputusan Bupati Murung
Raya Nomor 118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs Puruk Kambang
Sebagai Kawasan Cagar Budaya Kabupaten Murung Raya masih di
revisi pada bagian zonasi dan pihak Dinas Kebudayaan Kabupaten
Murung raya tidak bersedia memberikan berkas revisi tersebut, berikut
Hasil track foto lokasi Gunung Puruk Kambang dari udara dengan
alasan titik zonasi yang masih salah. Menurut Kasi Dinas Kebudayaan
Kabupaten Murung Raya, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Cagar Budaya untuk Gunung Puruk
Kambang didasarkan pada Situs Cagar Budaya berupa benda, yaitu
Palangka Bulau. 14
Dalam perkembangannya status Gunung Puruk Kambang “bukan“
merupakan Cagar Budaya. Namun karena hak ulayat masyarakat
hukum adat Suku Dayak Siang Murung pada kenyataannya masih ada,
maka Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012
memperkuat keberadaan hak ulayat tersebut. Masyarakat hukum adat
Suku Dayak Siang Murung, berhak melakukan Pemanfaatan hutan adat
dalam rangka Pelaksanaan hak ulayat. Penetapan ini ditindaklanjuti
dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Murung Raya No.
118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs Puruk Kambang Sebagai
14 Wawancara dengan Leni Mentari Dewi, MP., Kasi Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Murung Raya Provinsi kalimantan Tengah. 6 Nopember 2013.
Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya
79
Kawasan Cagar Budaya Kabupaten Murung Raya yang intinya
menyatakan :
a. Cagar Budaya dimaksud dalam Keputusan Bupati Murung Raya
Nomor 118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs Puruk
Kambang sebagai Kawasan Cagar Budaya Kabupaten Murung
Raya, tidak memenuhi konsep tentang Cagar Budaya
sebagaimana dimaksud dalam Bab I, Pasal 1 angka 1, Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Palangka Bulau, yang dimaksud oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Murung Raya sebagai Benda Cagar
Budaya Gunung Puruk Kambang, hingga saat ini tidak
diketahui keberadaannya secara pasti. Tidak terpenuhinya
salah satu jenis Cagar Budaya, sebagaimana ditentukan dalam
Bab I, Pasal 1 angka1, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010
tentang Cagar Budaya, Gunung Puruk Kambang bukan
merupakan Cagar Budaya.
b. Situs Cagar Budaya dimaksud dalam Keputusan Bupati Murung
Raya Nomor 118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs Puruk
Kambang sebagai Kawasan Cagar Budaya Kabupaten Murung
Raya, tidak memenuhi ketentuan dalam Bab III, Pasal 9,
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Lokasi Gunung Puruk Kambang bukan merupakan Situs Cagar
Budaya.
c. Kawasan Cagar Budaya dimaksud dalam Keputusan Bupati
Murung Raya Nomor 118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs
Puruk Kambang sebagai Kawasan Cagar Budaya Kabupaten
Murung Raya, tidak memenuhi kriteria kumulatif mengenai
Kawasan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan dalam Bab III, Pasal 10, Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Satuan ruang geografis
Gunung Puruk Kambang bukan merupakan Kawasan Cagar
Budaya.
d. Tim Ahli Cagar Budaya dimaksud dalam Konsideran
Menimbang huruf c, Keputusan Bupati Murung Raya Nomor
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
80
118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs Puruk Kambang
sebagai Kawasan Cagar Budaya Kabupaten Murung Raya, tidak
memenuhi ketentuan Bab VI Pasal 31 ayat (3) huruf c, yakni
Tim Ahli Cagar Budaya untuk tingkat kabupaten kota yang
bersertifikasi. Hingga saat ini Sertifikasi Tim Ahli Cagar
Budaya untuk tingkat kabupaten kota, belum ada.
Rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya untuk Gunung Puruk
Kambang adalah tidak sah.
e. Penetapan Sistem Zonasi, pada Diktum Kedua Keputusan
Bupati Murung Raya Nomor 118.45/358/2013 tentang
Penetapan Situs Puruk Kambang sebagai Kawasan Cagar
Budaya Kabupaten Murung Raya pada Diktum Kedua angka 1,
angka 2, angka 3, dan angka 4, tidak disebut secara tegas dan
jelas mengenai 2 (dua) atau lebih Situs Cagar Budaya yang
dilindungi dalam area Zonasi Cagar Budaya dimaksud. Tolok
ukur penentuan area adalah “kaki Gunung” yang secara jelas
tidak termasuk salah satu Kriteria Cagar Budaya sebagaimana
ketentuan Bab I, Pasal 1 angka 1 jis. Bab III, Pasal 5, Pasal 6,
Pasal 7, Pasal 8 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya.
f. Pemanfaatan Zona Cagar Budaya, pada Diktum Ketiga
Keputusan Bupati Murung Raya Nomor 118.45/358/2013
tentang Penetapan Situs Puruk Kambang sebagai Kawasan
Cagar Budaya Kabupaten Murung Raya, ditentukan larangan
aktifitas operasional pertambangan PT. IMK memasuki Zona
Penyangga. Interpretasi Argumentum Acontrario, menafsirkan
bahwa operasional PT. IMK dapat memasuki Zona Penunjang
dan Zona Pengembangan. Hal tersebut tidak sesuai dengan
ketentuan Penjelasan Pasal 73 ayat (3) huruf c, Penjelasan Pasal
73 ayat (3) huruf d Undang-Undang Nomor 11 Tahu 2010
tentang Cagar Budaya.
g. Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya, Pada Diktum Kelima
Keputusan Bupati Murung Raya Nomor 118.45/358/2013
tentang Penetapan Situs Puruk Kambang sebagai Kawasan
Murung Raya dan Berbagai Potensi yang Dimilikinya
81
Cagar Budaya Kabupaten Murung Raya, dilakukan oleh SKPD
tanpa menyebut Masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang
Murung yang secara de facto dan de jure dinyatakan ada,
sebagai salah satu subyek hukum yang berhak dalam
Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya, sebagaimana ketentuan
dalam Bab VIII, Pasal 97 ayat (3), Undang-Undang Nomor 11
tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Adanya pengakuan ini menempatkan Kawasan Cagar Budaya
Gunung Puruk Kambang merupakan konsepsi ruang dan politik
teritorial komunitas. Karenanya setiap tempat di daerah komunitas
Dayak menurut keyakinan masyarakat adat Dayak bukan hanya
sekedar soal geografis dan wilayah administrasi tetapi juga berkaitan
dengan keyakinan spritual dan keterkaitan mereka secara bathin.