Upload
red-ant
View
343
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Anatomi Fisiologi
Citation preview
MUSCULUS SKELETAL
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dilihat dari segi anatomi, tubuh manusia terdiri dari berbagai macam jaringan,
diantaranya yaitu jaringan otot, jaringan tulang dan masih banyak lagi.
Osteology (Greek/Yunani): Ilmu yg mempelajari tentang tulang. Berasal dari
osteon yang berarti tulang dan logos adalah ilmu, sedangkan istilah Latin, Os adalah
tulang mis. Os coxae, Berdasarkan morphologinya, tulang dibedakan menjadi :
os longum (tulang panjang)
os breve (tulang pendek)
os pneumaticum (tulang berongga)
os planum (tulangt pipi )
os irregulare (jenis tulang yang tidak dapat di golongkan dengan jenis tualang
di atas)
Skeleton (rangka) adalah penyusun anggota tubuh, untuk, penegak,penggerak.
Skeleton dapat dibedakan menjadi :
Skeleton axiale : skeleton crania (daerah kepala), skeleton trunci (daerah
badan).
Skeleton appendiculare : skeleton extremitas atas(alat gerak atas),skeleton
extremitas bawah(alat gerak bawah).
Musculoskeletal adalah jaringan otot yang melekat pada alat gerak atau
skeleton, Muskuloskeletal meliputi jaringan tulang dan jaringan otot,
Dapat dilihat melalui berbagai macam sudut, bahwa masalah musculoskeletal ini
penting untuk dilakukannya pembahasan karena, di dalamnya akan memuat begitu
banyak materi, diantaranya ada ANATOMI, FISIOLOGI, HISTOLOGI maupun
BIOKIMIA.
Tulang juga merupakan bentuk khusus jaringan ikat. Seperti jaringan ikat lain,
tulang terdiri atas sel, serat, dan matriks. Karena deposisi mineral didalam matriks,
tulang dapat menahan beban, berfungsi untuk kerangka kaku bagi tubuh,
menyediakan tempat penambat bagi otot dan organ serta pelindung organ yang
lunak. Selain itu tulang berfungsi untuk hemopoiesis dan sebagai reservoar kalsium,
fosfat, dan mineral lain. Hampir seluruh kalsium tubuh tertimbun dalam tulang dan
kebutuhan tubuh akan kalsium diambil dari tulang.
Selain tulang gerakan tubuh juga di dukung oleh otot. Otot merupaka alat gerak
aktif dalam tubuh, sedangkan tulang merupakan alat gerak pasif. Otot merupakan
spesialis kontraksi pada tubuh. Otot rangka melekat ke tulang. Kontraksi otot rangka
menyebabkan tulang tempat otot tersebut bergerak yang memungkinkan tubuh
melakukan berbagai aktivitas motorik.
2. Tujuan
Mengetahui secara anatomi dari tubuh manusia
Mengetahui secara fisiologi dari tulang dan otot
Mengetahui tentang stuktur tulang dan otot serta jenis-jenisnya
Mengetahui mekanisme gerak dari tulang dan otot
3. Manfaat
Dapat mengetahui secara terperinci dari jaringan tulang dan otot serta dapat
mengetahui hubungan antara keduanya.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
TULANG
Tulang adalah salah satu jaringan terkeras dalam tubuh dan hanya dibawah tulang
rawan dalam kemampuannya menahan stress. (Junqueira,Luis C,MD, 1980)
Tulang adalah stuktur dinamis yang secara terus menerus diperbarui, mengalami remodelling, atau keduanya sebagai respon atas kebutuhan mineral tubuh, stres mekanik, penipisan tulang akibat penyakit atau penuaan, atau penyembuhan fraktur.
Tulang terdiri dari bahan inter sel yang mengalami klasifikasi, matriks tulang dan berbagai jenis sel: osteosit, osteoblas, osteoklas
1. Osteosis Diagram Perkembangan Osteosit
1. Sel-sel mesenkim berdeferensiasi disekitar kapiler darah menjadi Osteoblas.
2. Osteoblas Mensekresi matriks organik tulang, berada dalam lakuna
3. Osteosit terbenam dalam matriks yang telah diendapi garam kalsium
2. Osteoblas1. Lokasi : permukaan bebas JT muda,
tersusun epiteloid.
2. Inti besar :2 anak inti, eksentris.
3. Sitoplasmanya basofilik
4. Tonjolan prtoplasma saling berhubungan .
5. Fungsi: mensekresi matriks organis tulang.
(membentuk densitas/kekompakan tulang)
3. Osteoklas
1. Osteoblas yang terbenam dalam matriks (lakuna dan Kanalikuli)
2. Sitoplasmanya kurang basofilik mengandung butir lemak dan glikogen.
3. Prososes protoplasma dalam kanalikuli berhubungan (Gab Junction)
4. Intinya eksentris, rasio inti-sitoplasma besar.
5. Fungsi : meresorpsi jaringan tulang.
Osteogenesis
Pertumbuhan dimulai pembentukan pusat ossifikasi primer dengan kondrosit
mengalami hipertrofi dan lakuna membesar.matriks tulang rawan mengecil
sampai menjadi septum yang tipis, dan kemudian mengalami klasifikasi
menjadi lebih basofilik dan kondrosit berdegenerasi dan mati. Bersaman
dengan itu,sel dalam perikondrium mempunyai sifat osteogenik dan sekarang
disebut periosteum.selanjutnya jaringan pembuluh pada bagian dalam
periosteum tumbuh melalui periosteal collar ini melalui aktifitas osteoklastik
membentuk tunas periosteal, bersamaan dengan itu sel mesenkim
berdeferensiasi menjadi sumsum tulang atau disebut osteoblas,
Setelah pembentukan pusat ossifikasi primer dalam diafisis,rongga
medulla primitive yang dibentuk oleh bersatunya lakuna-lakuna tulang rawan,
mulai meluas ke arah epifisis. Nama-nama zona epifisis :
Zona cadangan tulang rawan.
Zona proliferasi kondrosit.
Zona maturasi dan hipertrofi
kondrosit.
Zona kalsifikasi tulang rawan.
Zona hilangnya tulang rawan dan pengendapan tulang. (Genester,Finn,
1994)
Tulang rawan
Tulang rawan adalah bentuk khusus jaringan ikat, dengan fungsi utama
menyokong jaringan lunak. Tulang ini terdiri atas kondrosit dan kondroblas serta
matriks (serat dan substansi dasar). Kebanyakan tulang rawan didalam tubuh
dikelilingi selapis jaringan ikat yang disebut perikondrium, kecuali tulang rawan
hialin permukaan sendi. Karena selalu berhubungan dengan jaringn ikat padat
fibrokartilago juga tidak mempunyai perikondrium . Jenis-jenis tulang rawan
yaitu hialin, elastis, fibrokartilago.(Williams,dkk.2000)
Tulang rawan Hialin
Merupakan bentuk yang paling umum
dalam tubuh. Pada embrio tulang
rawan hialin berfungsi sebagai model
kerangka bagi kebanyakan tulang yang
terbentuk melalui osifikasi
endrokondral. Pada orang dewasa,
sebagian besar tulang rawan hialin
telah diganti dengan tulang, kecuali
tulang rawan permukaan sendi, ujung iga, hidung, larings, bronkus dan
trakea.
Tulang rawan Elastis
Tulang ini serupa dengan tulang rawan hialin, tetapi lebih banyak serat
elastin didalam matriks. Tulang rawan elastis terdapat pada telinga luar
(auricula), dinding tuba auditiva (eustachii), eoiglotis, larings.
Tulang rawan Fibrokartilago
Ciri dari tulang ini adalah ditandai berkas-berkas serat kolagen, padat dan
tidak teratur. Berbeda dengan jenis
tulang rawan lain, fibrokartilago terdiri
atas lapisan matriks tulang rawan
diselingi lapisan serat kolagen padat.
Serat kolagen ini terorientasi kearah
stress fungsi. Fibrokartilago terdaapat
pada diskus intervertebralis, ismfisis
fubis, dan sendi tertentu.
Kloreasi fungsional-tulang rawan
Tulang rawan berkembang dari sel-sel mesenkim yang berdiferensiasi
menjadi kondroblas. Melalui mitosis, sel-sel ini membelah dan tumbuh serta
membuat matriks tulang rawan dan material ekstrasel. Secara berangsur,
kondroblas menjadi dikelilingi matriks ekstrasel dan terperangkap didalam
kompartemen yang disebut lakuna. Sel-sel didalam lakuna ini adalah sel tulang
rawan dewasa yang disebut kondrosit yang fungsinya adalah memelihara matriks
tulang rawan. Beberapa lakuna berisi lebih dari satu kondrosit, kelompok
kondrosit ini disebut kelompok isogen. Sel mesenkim dapat juga berkembang
menjadi fibroblas yang membentuk perikandrium, yaitu jaringn ikat yang
membungkus tulang rawan. Lapisan dalam perikondrium mengandung sel-sel
kondrogenik yang dapat berkembang menjadi kondroblas.
Otot
Otot merupaka alat
gerak aktif dalam tubuh,
sedangkan tulang merupakan
alat gerak pasif. Otot
merupakan spesialis kontraksi
pada tubuh. Otot rangka melekat ke tulang. Kontraksi otot rangka menyebabkan
tulang tempat otot tersebut bergerak yang memungkinkan tubuh melakukan
berbagai aktivitas motorik.
Otot merupakan jaringan terbesar dalam tubuh dan membentuk sekitar
separuh berat tubuh. Otot di golongkan menjadi 3, yaitu otot rangka, otot polos,
otot jantung. (Sherwood,Lauralee, 2001 )
Otot Rangka
Multi inti, bentuk silindris, garis melintang jelas.
Sruktur Otot Rangka
Sel-sel otot dirancang khusus untuk berkontraksi. Terdapat tiga jenis otot:
rangka, polos, dan jantung. Otot rangka terdiri dari berkas sel-sel otot yang
panjang dan silindris yang dikenal sebagai serat otot dan dibungkus oleh
jaringan ikat. Serat otot penuh dengan miofibril, dengan setiap miofibril
terdiri dari rangkaian filamen tebal dan tipis yang bertumpuk dan sedikit
bertumpang tindih. Susunan seperti ini menyebabkan serat otot rangka
tampak bergaris-garis pada pemeriksaan di bawah mikroskop. Filamen tebal
terdiri dari protein miosin. Jembatan silang dibentuk dari ujung-ujung
globuler molekul miosin yang menonjol dari setiap filamen tebal. Filamen
tipis terutama terdiri dari protein aktin, yang memiliki kemampuan berikatan
dan berinteraksi dengan jembatan silang miosin untuk menghasilkan
kontraksi. Akan tetapi, dua protein lain yakni troponin dan tropomiosin,
terletak melintang di permukaan filamen tipis untuk mencegah interaksi
jembatan silang ini dalam keadaan istirahat. (Bourne,1972-1974)
Otot Polos
inti memanjang letak ditengah, tidak tampak garis melintang, bentuk fusiform
Otot Jantung
inti ditengah,letak melintang jelas, ada diskus interkalaris,serabut otot
beranastomose.
Sruktur Otot Polos dan otot Jantung
Filamen tebal dan tipis pada otot polos tidak tersusun secara teratur, sehingga serat-seratnya tidak memperlihatkan seran lintang. Kalsium (Ca++) sitosol, yang masuk dari cairan ekstrasel dan sedikit dikeluarkan dari simpanan intrasel, mengaktifkan siklus jembatan silang dengan memulai serangkaian reaksi biokimia yang menyebabkan fosforilasi jembatan silang miosin agar jembatan silang tersebut dapat berikatan dengan aktin. Otot polos unit-jamak bersifat neurogenik, tiap-tiap serat ototnya memerlukan stimulasi dari saraf otonom afar dapat berkontraksi. Otot polos unit-tunggal bersifat miogenik; otot ini mampu mencetuskan sendiri kontraksinya tanpa pengarun eksternal apapun akibat depolarisasi spontan ke
ambang potensial yang timbul karena pergeseran otomatis fluks ion. Apabila timbul potensial aksi di otot polos unit tunggal, aktivitas listrik ini menyebar melalui gap junction ke sel-sel di sekitarnya di dalam sinsitium fungsional, sehingga lembaran keseluruhan tereksitasi dan berkontraksi sebagai satu kesatuan. Sistem saraf otonom serta hormon dan metabolit lokal dapat memodifikasi kecepatan dan kekuatan kontraksi spontan ini. Kontraksi otot polos bersifat hemat energi, sehingga jenis otot ini mampu secara ekonomis melakukan kontraksi jangka panjang tanpa kelelahan. Sifat hemat ini, disertai dengan kenyataan bahwa otot polos unit-tunggal mampu berada dalam berbagai panjang dengan hanya sedikit mengalami perubahan ketegangan, menyebabkan otot polos unit-tunggal ideal untuk membentuk dinding organ-organ berongga yang sering teregang. Otot jantung hanya ditemukan di jantung. Otot ini memiliki serat bergaris-garis yang sangat terorganisasi seperti otot rangka. Seperti otot polos unit-tunggal, sebagian serat otot jantung mampu menghasilkan potensial aksi, yang menyebar ke seluruh jantung dengan bantuan gap junction. (Bourne,1972-1974)
Mekanisme umum kontraksi otot
Tahap-tahap kontraksi otot timbul dan berhenti :
Potensial aksi berjalan sepnajang saraf motorik sampai ke ujung serat otot.
Tiap ujung,saraf menyekresi substansi neurotrnamiter,yaitu asetilkolin.
Asetilkolin bekerja pada area membrane serat otot untuk membuka saluran
asetilkolin melalui molekul protein.
Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan ion natrium mengalir, ke
bagian membrane serat otot pada titik terminal saraf.peristiwa ini disebut
potensial aksi.
Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membrane serat
otot,menyebabkan reticulum sarkoplasma melepaskan ion natrium yang telah
disimpan di dalam reticulum, ke dalam myofibril.
ion kalsium menimbulkan kekuatan antara filament aktin dan
myosin,menyebabkan bergerak bersama-sama.
Ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma, tempat ion
disimpan sampai potensial aksi otot yang baru akan datang lagi, pengeluaran
ion kalsium dari myofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti.
(Guyton,Arthur C, 1997)
Otot penyusun Extrimitas superior
Otot Penyusun pada Radius Distal Sinistra
M. Brachioradialis
M. Extensor Carpi Radialis Longus
M. Extensor Carpi Radialis Brevis
M. Flexor Carpu Radialis
Syaraf penyusun pada Radius distal Sinistra
Neuron Radius
R. Superficiallis R. Profundus
Neuron Cutaneus anthebrachii
Otot Penyusun pada Palmar Manus Dextra
Mm. Lumbriacales
M. Opponens Digiti Minimi
M. Flexor Digiti Minimi Brevis
M. abductor Digiti Minimi
M. Abductor Pollicis Brevis
M. Flexor Pollicis Brevis Caput Superficiale
M. Oppones Pollicis
M. Palmaris Brevis
M. Palmaris Longus, tendo
Syaraf Penyusun pada Palmar Manus
Nn. Digitalis Palmares Communes
R. Profundus ( N. Ulnaris )
R. Superficiallis ( N. Ulnaris )
Otot penyusun dinding abdomen
Regio hypocondriaca :
Hypocondriaca dextra
Hypocondriaca sinistra
Regio lumbalis
Lumbalis dextra
Lumbalis sinistra
Regio iliaca
Iliaca dextra
Iliaca sinistra (Snell,Richard S, 1997)
ANALISIS SKENARIO
BERMAIN TENIS
Fabian dan Erik sedang bermain tenis di stadion olah raga. Setelah bermain selama 45 menit tiba-tiba Fabian merasakan kram pada tungkai bawah kanannya. Oleh Erik,
Fabian dibantu menuju tepi lapangan dan dibaringkan diatas bangku panjang. Setelah dipijat dan beristirahat selama 5 menit kramnya hilang. Kemudian Fabian teringat bahwa sebelum bermain ia tidak melakukan pemanasan terlebih dahulu.
Ketika dalamperjalanan pulang, Fabian dan Erik melihat kecelakaan di depan stadion olah raga, sepeda motor bertabrakan dengan sepeda motor lain dari arah yang berlawanan. Korban pertama seorang remaja putra, mengeluh kesakitan dan tidak dapat menggerakkan lengan kirinya. Korban kedua, seorang lelaki paruh baya tampak luka-luka di tubuhnya. Fabian dan Erik menolong dengan membawa kedua korban ke RS terdekat. Setelahdilakukan foto rontgen, korban pertama didiagnosa fraktur radius distal sinistra komplit, sedang pada korban kedua, dokter menemukan vulnus laseratum pada region frontalis, palmar manus dextra serta region hipochondriaca dextra.
Sesampainya di rumah Fabian langsung beristirahat. Keesokan harinya Fabian menelpon Erik dan menceritakan bahwa pagi hari ini badannya terasa sakit dan pegal.
PEMBAHASAN MASALAH SKENARIO
Kram adalah suatu keadaan dimana otot tidak mampu berelaksasi karena kehabisan ATP setelah melakukan kontraksi-relaksasi secara terus menerus, jadi aktin dan miosin terus berikatan karena tidak ada ATP baru yang melepaskan ikatan tersebut/ tidak ada ATP untuk melakukan disconecting. Hal ini dapat terjadi pada olah ragawan yang tidak melakukan pemanasan terlebih dahulu, dan kaku otot juga terdapat pada mayat(ligor morfis), karena jaringan selnya sudah mati sehingga tubuh tidak dapat lagi menghasilkan ATP baru. Kaku pada mayat dapat hilang/tidak kaku lagi setelah enzim-enzim dalam tubuh mulai rusak dan hilang, serta adanya perombakan protein dalam tubuh oleh bakteri yang menghasilkan ATP yang terbatas lalu digunakan untuk disconecting aktin-miosin.
Pegal adalah rasa nyeri pada bagian tubuh, biasanya rasa pegal timbul setelah beraktivitas berat, seperti berolah raga berlebihan atau berolah raga tanpa pemanasan yang baik. Rasa pagal dalam tubuh timbul karena adanya kerusakan serabut otot dan adanya penumpukan asam laktat, hal ini dapat terjadi karena dalam aktivitas otot secara terus menerus melakukan kontraksi-relaksasi, kalau dalam tubuh peredaran darahnya tidak seimbang maka suplay Oksigen dalam sel otot berkurang dan lama-lama habis. Dari kejadian itu, sel akan membuat ATP dari proses anaerob (tidak menggunakan O2) dan menghasilkan ATP, asam piruvat dan asam laktat, dimana asam laktat itu membuat tubuh, khususnya pada otot dan sendi merasa pegal bahkan bisa mengakibatkan inflamasi.
FrakturFraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa ( Mansjoer,arif,dkk, 2000)
Dalam kasus di sebutkan fraktur radius distal sinistra
komplit, yaitu patah pada tulang radius kiri bagian
bawah/dekat pergelangan tangan
Patah Tulang
Perdarahan periosteum dan endosteum
Fibroblas membentuk jaringan granulasi (Prokalus)
Jaringan Fibrouds padat
Jaringan Kartilago (Kalus)
Fibroblas dalam Perios dan Endosteum → osteoblas
Osifikasi endokondral
Tulang spongious → Kompakta dan resorbsi kalus
REMODELING / PROSES PENYEMBUHAN TULANG
1. Fase HematomaPada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahantulang, yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah padatulang dan periost.
2. Fase jaringan fibrosisHematom menjadi medium pertumbuhan sel dan berubahmenjadi jaringan fibrosis dengan kapiler di dalamnya. Jaringanini yang menyebakan fragmen tulang saling menempel =dinamakan kalus fibrosa.
3. Fase penyatuan klinisKe dalam hematom dan jaringan fibrosa sel jaringanmesenkim yang bersifat osteogenik sel kondroblast yangmembentuk kondroid yang merupakan bahan dasar tulangrawan, sedangkan di tempat yang jauh dari patahan tulang yangvaskularisasinya relatif banyak, sel inimenjadi osteoclast danmembentuk osteoid yang merupakan bahan dasar tulang.Kondroid dan osteoid mengalami penulangan atau osifikasi menjadi
kalus fibrosa menjadi kalus tulang.
4. Fase konsolidasiSelanjutnya terjadi penggantian sel tulang secara berangsurangsuroleh sel tulang yang mengatur diri secara lamellarseperti sel tulang normal. Kekuatan kalus ini sama dengankekuatan tulang biasa.
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN
1) Tulang adalah salah satu jaringan terkeras dalam tubuh dan hanya dibawah
tulang rawan dalam kemampuannya menahan stress
2) Jaringan tulang terdiri dari osteoblas, osteosit, osteoklas.
3) Jaringan tulang rawan atau kartilago terdiri dari : Hialin, Elastis, fibrosa.
4) Fraktur dapat dibagi menjadi 2 : fraktur terbuka, fraktur tertutup.
5) Vulnus laseratum dapat disembuhan jika ada tindakan medis.
6) Jaringan otot terdiri dari 3 : otot lurik, otot jantung, otot polos.
7) Otot dapat berkontraksi dan terelaksasi tergantung dari aktifitas.
8) Kram terjadi juga karena tidak adanya pemanasan dan kehabisan ATP pada saat
melakukan suatu aktifitas berat
SARAN
1. Dokter tidak harus menghapal bagian-bagian dari tubuh tetapi harus
dimengerti.
2. Fraktur harus diberi pengobatan medis secepatnya agar tulang-tulang tersebut
bisa cepat berregenerasi.
3. Dokter harus tanggap jika terjadi peristiwa yang sifatnya mendadak dan perlu
penanganan cepat
4. Jika beresiko tinggi lebih baik dirujuk ke RS yang mempunyai dokter spesialis
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton,Arthur C, 1997, Fungsi Motorik Medula Spinalis dan Refleks-Refleks Medula dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerbit Apley, A Graham, 1995, Prinsip Fraktur dalam Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur system, Penerbit Widya Medika edisi 7 : Jakarta.
2. Genester,Finn, 1994, Ossifikasi dalam Buku Teks Histology, Binarupa Aksara jilid 1 : Jakarta,240-53.
3. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.4. Junqueira,Luis C,MD, 1980, Tulang Rawan dan Tulang dalam Histologi
Dasar, Penerbit Buku Kedokteran EGC edisi 3 : Jakarta.5. William,dkk.2000.Tulang rawan dan Tulang dalam atlas Histology Dofiore
dengan korelasi Fungsi.Penerbit Buku Kedokteran ECG:Jakarta6. Kadir Akmarawati,dr,M.kes,dkk, 2008, Kuliah Fisiologi musculoskeletal
PBL,www.google.com, filetype : PDF7. Sherwood,Lauralee, 2001, Aktivitas Jembatan Silang Miosin dalam
Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
8. Snell,Richard S, 1997, Abdomen : bagian dinding abdomen dalam Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Penerbitan Buku Kedokteran EGC-cetakan V : Jakarta,156-157
9. Mansjoer ,arif,dkk.2000.Bedah Ortopedi dalam kapita selekta kedokteran. Media aesculapius edisi 3 jilid-2:Jakarta
10. Bourne, G. H., ed. The Structure and Function of Muscle. 2d ed. 4 vols. New York: Academic Press, 1972-1974.
Oleh :
PRIAMBODO ILHAM A
J 5000 800 88
Tutor :
dr.Yusuf Alam R
Fakultas Kedokteran
Universitas muhammadiyah Surakarta
Jl. Kebangkitan Nasional No.101 Penumping
SURAKARTA 57141