Upload
vanbao
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MUSEUM TELEKOMUNIKASI DI SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Jurusan Teknik Arsitektur
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
MUSEUM TELEKOMUNIKASI DI SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Jurusan Teknik Arsitektur
Fakultas Teknik
Disusun oleh :
TEGUH ADI WIBOWO
D300120072
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
MUSEUM TELEKOMUNIKASI DI SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Jurusan Teknik Arsitektur
1
MUSEUM TELEKOMUNIKASI DI SURAKARTA
Abstrak Peranan teknologi telekomunikasi dalam kehidupan manusia sangat penting, hal itulah yang terus mendorong kemajuan teknologi komunikasi dan munculnya inovasi perangkatperangkat telekomunikasi baru seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Dengan terus berkembangnya perangkat telekomunikasi dan banyaknya perangkat telekomunikasi baru yang muncul, masyarakat selalu mengikuti perkembangan tersebut. Namun di sisi lain pemakaian yang sangat besar ini tentu memberikan imbas pula pada “setelah pemakaian” yaitu pembuangannya. Maka dari itu diperlukanlah suatu akses yang dapat menyentuh perangkatperangkat yang sudah tidak lagi dipakai sekarang, peralatan ini dapat dikumpulkan dan kemudian dirawat dan disimpan untuk kemudian dipamerkan agar dapat dilihat oleh masyarakat luas. Museum Telekomunikasi di Surakarta adalah sebuah wadah yang melayani kebutuhan publik dalam kegiatan melestarikan, menyajikan dan merawat alatalat telekomunikasi yang bertempat di Kota Surakarta. Di sisi lain museum ini diharapkan mampu menjadi salah satu wahana pariwisata dan edukasi yang dapat dimanfaatkan secara babas oleh masyarakat.
Kata kunci: Telekomunikasi, museum, Surakarta
Abstract The ease and convenience of accessing the facilities in public buildings is the right of all people with disabilities are no exception. The train station as one of the buildings visited by many public services, should provide friendly facilities for disabled people. This study was done to see the extent of the feasibility of the facilities at Station Purwosari and Station Solo Balapan in terms of accessibility for people with disabilities, especially at the ticket booth, waiting rooms, platforms and toilets. The study was conducted with qualitative methods. Data that have been obtained then classified by the problem, and then compared with literature. The results showed that the most accessible facilities at stations Station Purwosari and Station Solo Balapan is waiting rooms, the facility with the lowest accessible value is toilet, while for the ticket office and platform are accessible enough.
Keywords: Train station, accessibility, disabled people
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peranan teknologi telekomunikasi dalam kehidupan manusia sangat penting, hal itulah
yang terus mendorong kemajuan teknologi komunikasi dan munculnya inovasi perangkat
perangkat telekomunikasi baru seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin kompleks.
Dengan terus berkembangnya perangkat telekomunikasi dan banyaknya perangkat
telekomunikasi baru yang muncul, masyarakat Indonesia cenderung terbuai dan mengikuti
perkembangan tersebut, hal ini menunjukan bahwa antusiasme masyarakat terhadap
2
perangkat telekomunikasi dan kesadaran akan pentingnya teknologi sangat tinggi. Namun di
sisi lain pemakaian yang sangat besar ini tentu memberikan imbas pula pada “setelah
pemakaiannya” yaitu pembuangannya, misalnya, menurut statistik setiap orang mengganti
telepon selulernya setiap 18 bulan padahal, ratarata masa hidup sebuah telepon seluler
berkisar hingga 7 tahun . Tentu hal ini menunjukan masyarakat kurang menghargai
keberadaan sebuah perangkat telekomunikasi dan imbas pada lingkungan akibat pembuangan.
Maka dari itu diperlukanlah satu akses yang dapat menyentuh perangkatperangkat
seluler yang sudah tidak lagi dipakai sekarang, peralatan ini dapat dikumpulkan dan
kemudian dirawat dan disimpan untuk kemudian dipamerkan agar dapat dilihat oleh
masyarakat luas dengan tujuan di atas.
Museum Telekomunikasi di Surakarta yang dimaksud adalah sebuah wadah yang
melayani kebutuhan publik dalam kegiatan melestarikan, menyajikan dan merawat alatalat
telekomunikasi yang bertempat di Kota Surakarta. museum ini diharapkan mampu menjadi
salah satu wahana pariwisata dan edukasi yang dapat dimanfaatkan secara babas oleh
masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan Museum Telekomunikasi di Surakarta
sebagai wadah kegiatan penyimpanan, perawatan, pameran dan pendidikan perkembangan
alat telekomunikasi yang mampu memberikan kontribusi tentang pengolahan perangkat
telekomunikasi yang masih layak pakai kepada masyarakat luas sehingga mampu menjaga
keberlanjutan dan pentingnya teknologi telekomunikasi di Kota Surakarta?
1.3 Tujuan
Merumuskan konsep perencanaan museum sebagai wadah kegiatan penyimpanan,
perawatan, pameran dan pendidikan perkembangan alat telekomunikasi yang mampu
memberikan kontribusi tentang pengolahan perangkat telekomunikasi yang masih layak pakai
kepada masyarakat luas sehingga mampu menjaga keberlanjutan dan pentingnya teknologi
telekomunikasi di Kota Surakarta.
3
1.4 Sasaran
1.4.1 Merancang museum dengan tapak yang dapat menunjang keberadaan museum di
Surakarta khususnya museum telekomunikasi.
1.4.2 Merancang pola tata ruang museum yang mampu memenuhi kebutuhan museum dan
persyaratanpersyaratan yang berlaku
1.4.3 Merancang museum dengan penyimpanan dan penyajian materi koleksi dengan dasar
persyaratan dan kebutuhan dari karakteristik perangkat telekomunikasi.
1.4.4 Merancang museum dengan tampilan, bentuk dan tata massa bangunan yang
memperkuat citra museum telekomunikasi.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Tahap Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan studi literatur, berikut ini
merupakan penjabaraannya :
2.1.1 Metode Deskriptif
Metode ini dengan cara pengumpulan data, pengumpulan data dengan cara : wawancara
dengan narasumber yang terkait, pengumpulan data yang diperoleh dari instansi terkait, dan
observasi lapangan secara langsung atau pengamatan secara langsung.
2.1.2 Metode Literatur
Metode ini dengan cara mencari teori ilmiah dalam bentuk buku, jurnal, penelitian
sebelumnya dan lainlain yang berhubungan dengan permasalahan.
2.2 Tahap Analisa
Tahap ini merupakan penguraian permasalahan berdasarkan data yang telah terkumpul
kemudian dianalisa berdasarkan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan.
2.3 Tinjauan Pustaka
2.3.1 Pengertian Museum
Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, yang berfungsi sebagai tempat
pengumpulan, penyimpanan, perawatan, pengamanan, serta memamerkan secara umum
bendabenda hasil budaya manusia dan lingkungannya, untuk tujuan penelitian, pendidikan,
4
dan hiburan guna menunjang perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya.
2.3.2 Kegiatan Museum
A. Kegiatan Utama
1. Pameran
Pameran adalah satu atau lebih koleksi di museum yang ditata berdasarkan tema dan
sistematika tertentu yang bertujuan untunk mengungkapkan keadaan, isi dan latar
belakang dari bendabenda tersebut untuk diperlihatkan kepada pengunjung museum.
(Pedoman Pendirian Museum, Direktorat Permuseuman, 1999/2000).
2. Kegiatan Pendidikan
Dalam sebuah museum juga terdapat berbagai kegiatan seperti kegiatan pendidikan
yang bersifat aktif seperti diskusi, kursus, perpustakaan, pemutaran film dokumenter,
dan penerbitan katalog yang berhubungan dengan program yang dilaksanakan oleh
museum.
B. Kegiatan Pendukung
Kegiatan pendukung museum adalah kegiatan yang menjadi fokus sekunder dari kegiatan
museum dengan tujuan untuk mendukung kegiatan utama di dalam museum, antara lain :
• Penjualan cindera mata
• Kegiatan komunitas
• Penyelenggaraan sponsor
C. Kegiatan Administrasi
Kegiatan administrasi terdiri dari kegiatan pelaksanaan dan kegiatan tata usaha.
2.3.3 Pengelolaan Koleksi Museum
A. Koleksi Museum
Koleksi museum merupakan pusat kegiatan dari satu museum di mana mulai dari
pengadaan, pencatatan, pengkajian dan pemanfaatannya merupakan tugas suatu museum
yang biasanya dipimpin olek seorang kurator, koleksi museum bisa berupa kumpulan
bendabenda pembuktian cabang ilmu tertentu.
B. Presentasi Koleksi
Dokumentasi visual dalam bentu gambar, film atau rekaman suara menjadi bagian
resentasi koleksi yang semakin dibentuk akhirakhir ini, selain hanya sebatas pencatatan
verbal dari proses pengumpulan, identifikasi dan klasifikasi.
5
C. Katalogisasi Koleksi
Katalogisasi merupakan kegiatan pengkajian tentang koleksi museum yang terdiri dari
berbagai cara dan bentuk. Proses katalogisasi diawali dengan proses pencatatan,
identifikasi dan klasifikasi, tahaptahap utama penanganan materi koleksi dapat
digambarkan melalui skema berikut.
2.3.4 Penyajian Koleksi Museum
A. Metode dan Teknik Penyajian Koleksi Museum
Metode penyajian antara lain :
1. Metode Estetik
Untuk meningkatkan penghayatan terhadap nilainilai artistik dari koleksi museum.
2. Metode Tematik dan Intelektual
Dalam rangka penyebarluasan informasi tentang guna, arti dan fungsi koleksi
museum.
3. Metode Romantik
Untuk menggugah suasana penuh pengertian dan harmoni pengunjung mengenai
suasana dan kenyataankenyataan sosial budaya di antara berbagai kondisi masyarakat
Teknik penyajian antara lain :
1. Penyajian diletakkan atau dipasang pada dinding atau panel, tetapi harus dipikirkan
adanya kerusakan baik oleh alam maupun oleh ulah manusia.
2. Penyajian tertutup, objek pameran diletakkan di dalam vitrin, dapat mengurangi
kenyamanan pengamatan, namun aman terhadap gangguan alam maupun gangguan
manusia.
3. Penyajian secara audiovisual, objek pameran disajikan melalui sarana visual dengan
cara pemutaran slide atau film.
B. Sarana Peraga Koleksi (Display)
1. Panel
Panel untuk menggantung/menempel koleksi terutama yang bersifat 2 dimensi dan
cukup dilihat dari sisi depan. Kadangkadang panel hanya digunakan untuk
menempelkan label atau koleksi penunjang lainnya seperti peta, grafik dan lain
sebagainya.
6
2. Vitrin
Untuk tempat meletakkan bendabenda koleksi tiga dimensi dan relatif bernilai tinggi
serta mudah dipindahkan. Mempunyai fungsi sebagai pelindung koleksi baik dari
manusia/lingkungan yang berupa kelembaban udara ruangan, efek negatif cahaya,
perubahan suhu udara ruangan, efek negatif cahaya, perubahan suhu udara. Umumnya
tinggi vitrin seluruhnya ±210 cm dengan alas terendah 65 – 70 cm dan tebal 50 cm,
ukuran vitrin harus memperhatikan ruangan dan bentuk ruangan dimana vitrin itu
akan diletakkan.
3. Pedestal
Pedestal atau alas koleksi, untuk meletakkan koleksi berbentuk tiga dimensi. Jika
koleksi yang diletakkan bernilai tinggi dan berukuran besar maka perlu mendapat
ekstra pengamanan, yaitu diberi jarak yang cukup amam dari jangkauan pengunjung.
Alas koleksi yang berukura kecil diletakkan di vitrin sebagai alat bantu agar benda
vitrin dapat disajikan denga baik. Ukuran tinggi rendahnya harus disesaikan dengan
besar kecilnya koleksi yang diletakkan di atasnya.
C. Aspek Antropometri Dalam Penyajian
1. Rentang kenyamanan visual
Zona pengamatan optimal bagi materi display kirakira 30º di bawah garis pandang
standar.
Gambar 2.1 : Visual Pandangan Mata Dalam Bidang Horizontal dan Vertikal
Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979
2. Rentang pergerakan kepala
Rentang nyaman sudut pandang optimal arah horizontal berkisar 45º arah kiri atau
kanan dari titik nol, sedangkan arah rotasi vertikal sekitar 30º ke atas dan ke bawah
7
dari titik nol.
Gambar 2.2 Pergerakan Kepala Dalam Bidang Horizontal dan Vertikal Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979
3. Dimensi struktural tubuh manusia
Perhitungan sudut visual dan rentang pergerakan kepala dapat dijadikan acuan dalam
penentuan bidang visual display pameran.
Gambar 2.3 Bidang Visual Berdasarkan Dimensi Tubuh Manusia Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979
4. Ruang gerak
Ruang gerak akan terikat dengan kelancaran dan keamanan sirkulasi, dan secara
psikologis akan memengaruhi tingkat privasi.
8
Gambar 2.4 Zona Ruang Gerak Sumber : Julius Panero & Martin Zelnik, 1979
D. Sirkulasi Ruang Pamer
Menurut (David Dean, 1996) ada tiga alternatif pendekatan dalam mengatur sirkulasi
pengunjung dalam penataan ruang pamer sebuah museum :
1. Alur yang disarankan (suggested)
Keberhasilan pendekatan ini bergantung pada kemampuan elemen ruang dalam
mengarahkan pengunjung untuk melalui jalur yang sudah disiapkan karena
pengunjung masih diberi kesempatan untuka memilih jalur sesuai keinginannya.
Gambar 2.5 Denah Pendekatan Alur Yang Disarankan
Sumber : David Dean, 1996
2. Alur yang tidak berstruktur (unstructured)
Dalam pendekatan ini, pengunjung tidak diberikan batasan gerak dalam ruang, mereka
bebas bergerak tanpa adanya alur ang harus diikuti. Biasanya pendekatan ini
digunakan pada sebuah galeri seni.
9
Gambar 2.6 Denah Pendekatan Alur Yang Tidak Terstruktur
Sumber : David Dean, 1996
3. Alur yang diarahkan (directed)
Pendekatan ini bersifat kaku karena mengarahkan pengunjung untuk bergerak dalam
satu arah sesuai alur yang sudah direncanakan.
Gambar 2.7 Denah Pendekatan Alur Yang Diarahkan
Sumber : David Dean, 1996
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Site Lokasi
Pemilihan site juga harus mempertimbangkan beberapa aspek antara lain, terdapat
sarana dan prasarana yang baik disekitar lokasi site, terpenuhinya syaratsyarat SPK Kota
Surakarta, kemudahan akses menuju site sehingga aktivitas di Museum Telekomunikasi
Surakarta dapat terwadahi secara optimal.
Berdasarkan analisa penulis, site yang terpilih terletak di Jalan Kolonel Sutarto, Jebres,
Surakarta sebelah timur RSUD Dr. Moewardi.
10
Gambar 3.1 Site Terpilih
Sumber : maps.google.com
Koordinat tapak : 7°33'35.3"LS 110°50'41.2"BT
Luas tapak : 15.371 m²
Keliling tapak : 562,48 m
Ketinggian tapak : 109 mdpl
Kontur tapak : 4,92%
Batasbatas site antara lain :
Utara : Jl. Kolonel Sutarto
Timur : Jl. Petoran dan permukiman warga
Selatan : Jl. Samirono (jalan gang)
Barat : Permukiman warga
3.2 Analisa dan Konsep Makro
Gambar 3.2 Analisa Site
Sumber : Analisa Penulis (2017)
11
3.3 Analisa dan Konsep Program Ruang
Tabel 3.1 Analisis Besaran Ruang Total
Kelompok Ruang Besaran Ruang (m²) Kelompok Ruang Pameran 3.386,88 Kelompok Ruang Pelayanan Publik 3.537,45 Kelompok Ruang Administrasi 434 Kelompok Ruang Teknis 514,08 Kelompok Ruang Kepustakaan 952 Kelompok Ruang Servis 212,8
TOTAL 9.037,21
Gambar 3.3 Matriks Hubungan Ruang Makro
Sumber : Analisa Penulis (2017)
3.4 Analisa dan Konsep Massa Bangunan
3.4.1 Proses Analisis
Analisa bentuk bangunan mempunyai dasar perencanaan dalam membentuk suatu bangunan
agar sesuai dengan fungsi dari bangunan tersebut, dasar perencanaan tersebut antara lain
sebagai berikut:
Penyesuaian bentuk bangunan terhadap lingkungan sekitar site, baik bentuk eksterior
bangunan maupun interior bangunan.
Bentuk bangunan mengikuti ekspresi atau karakter dari fungsi bangunan tersebut.
12
3.4.2 Hasil Analisa
Gambar 3.4 Pendekatan Metafora
Sumber : Analisa Penulis (2017)
Bentuk gubahan massa menggunakan pendekan metafora dari bentuk parabola pemancar.
Filosofi parabola pemancar terhadap konsep desain.
1. Parabola pemancar merupakan salah satu hasil kemajuan teknologi modern sebagai
pendukung media komunikasi jarak jauh.
2. Berbentuk lingkaran (simpel/sederhana) mewakili bentuk perangkat telekomunikasi yang
semakin hari semakin sederhana namun tetap elegan.
3.5 Analisa dan Konsep Eksterior dan Interior
3.5.1 Eksterior
1. Dinding
Dinding menggunakan material Alumminium Composite Panel (ACP) sebagai pelingkup
bangunan. ACP dipilih karena bahan mudah untuk dibuat menjadi berbagai bentuk dan
waktu pemasangan yang relatif cepat.
Gambar 3.5 Eksterior Museum Telekomunikasi Surakarta
Sumber : Analisa Penulis (2017)
13
2. Atap
Material juga menggunakan material Alumminium Composite Panel (ACP). Material ini
dipilih karena bahan mudah untuk dibuat menjadi berbagai bentuk dan waktu pemasangan
yang relatif cepat.
Gambar 3.6 Eksterior Museum Telekomunikasi Surakarta
Sumber : Analisa Penulis (2017)
3.5.2 Interior
Pada finishing interior menggunakan cat tembok berwarna putih.Cat berwarna putih ini
memberikan kesan simpel namun elegan dan kesan modern yang semakin menonjol.
Gambar 3.7 Interior Ruang Pameran Komputer
Sumber : Analisa Penulis (2017)
Gambar 3.8 Interior Ruang Pameran Telepon
Sumber : Analisa Penulis (2017)
3.6 Analisa dan Konsep Struktur
Analisis ini dilakukan untuk memperoleh sistem struktur yang bisa diterapkan untuk
mendukung berdirinya bangunan M
Dasar Pertimbangan :
• Mendukung ekspresi bangunan yang direncanakan
• Kekakuan dan kestabilan struktur
• Kemampuan dan daya dukung sistem konstruksi terhadap kekakuan dan tampilan fisik
bangunan.
3.6.1 Sub Structure
Museum Telekomunikasi Surakarta menggunakan kombinasi pondasi footplat dan batu
kali.
3.6.2 Super Structure
Menggunakan kombinasi antara sistem struktur dinding pemikul (bearing wall) dengan
sistem rangka yang terdiri dari kolom, balok dan penutup lantai dengan plat
14
Analisa dan Konsep Struktur
Analisis ini dilakukan untuk memperoleh sistem struktur yang bisa diterapkan untuk
berdirinya bangunan Museum Telekomunikasi Surakarta.
Mendukung ekspresi bangunan yang direncanakan
Kekakuan dan kestabilan struktur
dan daya dukung sistem konstruksi terhadap kekakuan dan tampilan fisik
Museum Telekomunikasi Surakarta menggunakan kombinasi pondasi footplat dan batu
Gambar 3.9 Pondasi Footplat
Sumber : images.google.com
Menggunakan kombinasi antara sistem struktur dinding pemikul (bearing wall) dengan
sistem rangka yang terdiri dari kolom, balok dan penutup lantai dengan plat
Analisis ini dilakukan untuk memperoleh sistem struktur yang bisa diterapkan untuk
dan daya dukung sistem konstruksi terhadap kekakuan dan tampilan fisik
Museum Telekomunikasi Surakarta menggunakan kombinasi pondasi footplat dan batu
Menggunakan kombinasi antara sistem struktur dinding pemikul (bearing wall) dengan
sistem rangka yang terdiri dari kolom, balok dan penutup lantai dengan plat.
Gambar
3.6.3 Upper Structure
Pemilihan struktur atap yang sesuai tuntutan bentuk tampilan bangunan adalah dengan
kombinasi struktur plat beton dan baja dengan pertimbangan lebih bersifat fleksibel dalam
pengolahan bentuk atap.
Gambar
3.7 Analisa dan Konsep Pencahayaan
Bangunan Museum Telekomunikasi Seluler menggunakan pencahayaan buatan sebagai
pencahayaan utamanya, pencahayaan buatan ini dimaksudkan untuk pencegahan pemaparan
materi koleksi dari radiasi UV dan juga
alami yang selalu berubah
diperlakukan secara khusus yaitu pengaturan tingkat intensitas dan juga warna lampu yang
tidak terlalu terang tetapi masih
standar 50200 lux dengan war
pencahayaan pada ruang pamer dapat dicapai dengan penggunaan lampu LED tanpa
menimbulkan kerusakan pada materi koleksi.
15
Gambar 3.10 Sistem Struktur dan Dinding Pemikul
Sumber : images.google.com
Pemilihan struktur atap yang sesuai tuntutan bentuk tampilan bangunan adalah dengan
kombinasi struktur plat beton dan baja dengan pertimbangan lebih bersifat fleksibel dalam
Gambar 3.11 Struktur Atab Baja dan Atap Dak
Sumber : images.google.com
Pencahayaan
Bangunan Museum Telekomunikasi Seluler menggunakan pencahayaan buatan sebagai
pencahayaan utamanya, pencahayaan buatan ini dimaksudkan untuk pencegahan pemaparan
materi koleksi dari radiasi UV dan juga digunakan untuk penciptaan suasana dimana cahaya
alami yang selalu berubahubah tidak sesuai. Pengaturan pencahayaan pada ruang pamer
diperlakukan secara khusus yaitu pengaturan tingkat intensitas dan juga warna lampu yang
tidak terlalu terang tetapi masih dapat menciptakan penekanan pada materi koleksi, dimana
200 lux dengan warna warmneutral white (25004000
pencahayaan pada ruang pamer dapat dicapai dengan penggunaan lampu LED tanpa
menimbulkan kerusakan pada materi koleksi.
Pemilihan struktur atap yang sesuai tuntutan bentuk tampilan bangunan adalah dengan
kombinasi struktur plat beton dan baja dengan pertimbangan lebih bersifat fleksibel dalam
Bangunan Museum Telekomunikasi Seluler menggunakan pencahayaan buatan sebagai
pencahayaan utamanya, pencahayaan buatan ini dimaksudkan untuk pencegahan pemaparan
digunakan untuk penciptaan suasana dimana cahaya
ubah tidak sesuai. Pengaturan pencahayaan pada ruang pamer
diperlakukan secara khusus yaitu pengaturan tingkat intensitas dan juga warna lampu yang
dapat menciptakan penekanan pada materi koleksi, dimana
4000º K) optimal untuk
pencahayaan pada ruang pamer dapat dicapai dengan penggunaan lampu LED tanpa
16
Gambar 3.12Konsep Pencahayaan Ruang Pamer
Sumber : Papin L. Rosy, 2016
4. PENUTUP
Perancangan Museum Telekomunikasi di Surakarta ini menitikberatkan pada penanganan
materi koleksi yang meliputi penyimpanan, perawatan dan metode pameran serta konsep
secara visual yang sesuai dengan representasi dari “telekomunikasi” itu sendiri. Selain itu
pemilihan lokasi untuk museum ditentukan berdasarkan RTRW Kota Surakarta dan penilaian
dari beberapa kriteria yang mendukung perancangan museum ini. Museum Telekomunikasi
Surakarta diharapkan mampu menjadi wadah untuk menampung bendabenda yang berkaitan
dengan sejarah perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia, selain itu museum ini
juga diharapkan menjadi salah satu opsi wisata edukasi di Kota Bengawan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Surakarta. 2016. Kota Surakarta Dalam Angka. Surakarta: BPS Kota
Surakarta.
Direktorat Permuseuman. 1999/2000. Kecil Tetapi Indah: Pedoman Pendirian Museum. Jakarta:
Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, Depdikbud.
Darmasetiawan, Christin. 1991. Teknik Pencahayaan Dan Tata Letak Lampu Jilid 1. Jakarta: PT.
Mediakreasi Lokanusa Industri.
Juwana, Jimmy S. 2005. Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Liem, Nike D. N.. 2015. “Wedding Venue Sebagai Tempat Resepsi dan Exhibition di Sleman”.
Fakultas Teknik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta.
17
Neufert, Ernst. 1996. Data Arsitek Jilid 2. Edisi 33. Diterjemahkan oleh: Dr. lng Sunarto Tjahiadi.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pemerintah Republik Indonesia, Undangundang RI No. 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi.
Pemerintah Republik Indonesia, Undangundang RI No. 66 tahun 2015 Tentang Museum.
Pemerintah Republik Indonesia, Undangundang RI No. 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.
Pemerintah Kota Surakarta, Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 1 tahun 2012 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 20112031.
Rosy, Papin Longaun. 2016. “Museum Telekomunikasi Seluler di Kota Surakarta”. Fakultas
Teknik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Sutaarga, Moh. Amir. 1997/1998. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Proyek
Pembinaan Permuseuman Jakarta, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Depdikbud.
Tedjo, Susilo, Lukman Purakusumah. 1992/1993. Pedoman Pendirian Museum. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sejarah Perkembangan Alat Komunikasi dari Masa ke Masa. Anonim. http://moeztro
us.blogspot.co.id/2014/05/sejarahperkembanganalatkomunikasi.html (Diakses 17 Maret
2017)
Anonim. Deutsches Museum Munchen. http://www.radiomuseum.org/museum/d/deutsches
museummuenchen/ (Diakses 27 Maret 2017)
Google Images
Dokumentasi Pribadi