37
Peningkatan Prestasi Belajar Matematika melalui Penerapan Realistic Mathematics Education (Suatu Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel) PROPOSAL PENELITIAN OLEH KAMIRSYAH WAHYU E1R 006 013 PENDIDIKAN MATEMATIKA

my-proposal.docx

  • Upload
    ak

  • View
    6

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: my-proposal.docx

Peningkatan Prestasi Belajar Matematika

melalui Penerapan Realistic Mathematics Education

(Suatu Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII Pokok Bahasan Sistem

Persamaan Linier Dua Variabel)

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH

KAMIRSYAH WAHYU

E1R 006 013

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2009

Page 2: my-proposal.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Matematika merupakan pelajaran yang banyak disoroti oleh banyak

pihak dewasa ini, baik guru, orang tua dan siswa sendiri. Selain sebagai salah

satu penentu untuk lulus ujian nasional, matematika juga dianggap sebagai

pelajaran yang sulit. Persepsi ini memberikan pekerjaan rumah yang besar

bagi guru matematika untuk meluruskan anggapan tersebut. Diakui bahwa,

terdapat banyak masalah yang melingkupi pembelajaran matematika

diantaranya cara guru mengajarkan matematika yaitu berkaitan dengan strategi

pembelajaran yang diterapkan serta aplikasi matematika dalam kehidupan

sehari-hari.

Menurut Sriyanto (2006), pembelajaran matematika di sekolah dewasa

ini masih didominasi oleh pembelajaran konvensional. Siswa diposisikan

sebagai obyek dan siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa

sedangkan guru sebagai sumber pengetahuan. Guru memberikan materi

dengan ceramah. Materi matematika disampaikan dalam bentuk jadi sehingga

membuat siswa tidak memahami dengan baik materi yang diajarkan.

Di samping itu, salah satu karakteristik matematika adalah

mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak

siswa mengalami kesulitan dalam matematika (Turmuzi, 2008: 1).

Menurut Sholeh (1998:39), kesulitan belajar matematika dapat

disebabkan oleh siswa tidak bisa menangkap konsep dengan benar, siswa

tidak mengerti arti lambang-lambang, siswa tidak mengetahui asal-usul suatu

prinsip, siswa tidak lancar melakukan operasi dan prosedur, dan

ketidaklengkapan pengetahuan.

Secara umum, ada dua hal yang saling bertolak belakang dalam

pembelajaran matematika selama ini yaitu; pertama, guru masih

menggunakan pendekatan tradisional yang ditandai oleh ‘struturalistik’ atau

Page 3: my-proposal.docx

‘mekanistik’ (Nur, 2001:1) sedangkan yang kedua yaitu karakteristik

matematika yang memiliki obyek kajian yang bersifat abstrak.

Ketika guru memulai mengajarkan matematika dengan menjelaskan

definisi, memberikan dan membahas contoh-contoh soal, kemudian

memberikan latihan soal kepada siswa yang mirip dengan contoh soal

tersebut maka siswa hanya mengikuti langkah-langkah, aturan, dan contoh-

contoh yang diberikan oleh guru. Akibatnya terjadilah pembelajaran yang

hanya menekankan pada siswa untuk mengingat dan menghafal. Akibatnya

matematika dirasakan tidak ada kaitannya dengan kehidupan (Fadjar, 2007:

1).

Hasil pembelajaran matematika tidak akan optimal apabila guru masih

mengajar dengan pendekatan tradisional. Pengajaran dianggap sebagai proses

penyampaian fakta-fakta kepada para siswa. Siswa dianggap berhasil dalam

belajar apabila mampu mengingat banyak fakta, dan mampu menyampaikan

kembali fakta-fakta tersebut kepada orang lain, atau menggunakannya untuk

menjawab soal-soal dalam ujian (Sutarto, 2003: 1).

Jadi, diperlukan pendekatan pembelajaran matematika yang

berorientasi pada kehidupan sehari-hari dan menerapkan matematika dalam

keadaan nyata sehingga pembelajaran matematika bisa bermakna bagi siswa.

Menurut Suharta (2005,1), salah satu pembelajaran matematika yang

berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of

everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-

hari adalah pembelajaran Matematika Realistik atau Realistic Mathematics

Education (RME). Pembelajaran Matematika Realistik memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali dan merekonstruksi

konsep-konsep matematika, sehingga siswa mempunyai pengertian kuat

tentang konsep-konsep matematika.

Untuk melaksanakan pembelajaran matematika yang bermakna

khususnya pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV),

penulis tertarik untuk meneliti penerapan pendekatan RME untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Page 4: my-proposal.docx

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah, “Apakah Penerapan Pendekatan RME (Realistic

Mathematics Education) dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP

Kelas VIII Pada Pokok Bahasan SPLDV ?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa SMP Kelas VIII melalui penerapan RME.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

1.4.1. Manfaat secara teoritis

1.4.1.1. Dapat dijadikan sebagai dasar teori yang berkaitan dengan

upaya meningkatkan prestasi belajar matematika melalui

penerapan RME.

1.4.1.2. Menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang

matematika.

1.4.2. Manfaat secara praktis

1.4.2.1. Bagi siswa, sebagai salah satu metode atau cara untuk

memahami konsep SPLDV dengan lebih baik dan dapat

meningkatkan hasil belajar.

1.4.2.2. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan tambahan

pengetahuan tentang pendekatan RME dan penerapannya

dalam kelas sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa

khususnya pada pokok bahasan SPLDV.

1.4.2.3. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

masukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran

matematika.

Page 5: my-proposal.docx

1.5. Definisi Operasional

1.5.1 Penerapan

Penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melaksanakan

atau menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME) dalam pembelajaran pokok bahasan SPLDV

1.5.2 Realistic Mathematics Education

Realistic Mathematic Education yang selanjutnya dalam tulisan ini

disingkat RME merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran

matematika yang menggunakan konteks dunia nyata sebagai starting

point pembelajaran.

1.5.3 Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai yang

diperoleh siswa melalui hasil tes setelah mengalami proses belajar.

1.5.4 Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)

Materi SPLDV dalam penelitian ini meliputi pengertian SPLDV,

penyelesaian SPLDV, dan penerapan SPLDV.

Page 6: my-proposal.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Hakikat Pembelajaran

Menurut konsep komunikasi, pembelajaran merupakan proses

komunikasi antara guru dan siswa. Siswa sebagai komunikan

sedangkan komunikatornya adalah guru dan siswa itu sendiri. Proses

komunikasi yang mungkin terjadi dalam pembelajaran adalah

komunikasi searah, komunikasi dwiarah, atau komunikasi multiarah.

Salah satu indikasi efektifnya suatu pembelajaran apabila terjadi

komunikasi multiarah yaitu kadar keaktifan siswa tinggi, guru maupun

siswa dapat sebagai komunikator, pembelajaran akan lebih bervariasi

(Darhim, 1992:2).

Schminke (1973:3) menyatakan bahwa, “Pembelajaran akan

optimal apabila siswa diikutsertakan secara aktif dalam proses

pembelajaran tersebut. Hal ini bisa dilakukan melalui penemuan,

diskusi terbimbing dalam kelompok kecil, atau melalui kegiatan-

kegiatan yang secara aktif merespon stimulus dari guru”.

Jadi, komunikasi multiarah sebagai indikator efektifnya

pembelajaran akan terjadi apabila guru dalam melaksanakan

pembelajaran mengikutsertakan siswa secara aktif (student-centered).

Inilah yang disebut dengan hakikat pembelajaran. Tentunya, untuk

memunculkan komunikasi multiarah tidak mungkin menggunakan cara

tradisional seperti ceramah. Diperlukan pendekatan yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi sendiri konsep yang

dipelajari.

2.1.2 Prestasi Belajar

Page 7: my-proposal.docx

Kegiatan belajar menghasilkan perubahan pada siswa yang

tampak pada tingkah laku atau prestasi siswa. Prestasi belajar siswa

ditentukan oleh kegiatan belajarnya. Sardiman (2001:94) menyatakan

bahwa segala pengetahuan harus diperoleh dari pengamatan,

pengalaman dan usaha dari individu itu sendiri.

Menurut Djamarah (1994:4) prestasi belajar merupakan

penilaian tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di

sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan atau

keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian.

Slameto (2003:2) lebih memfokuskan prestasi belajar sebagai

suatu perubahan yang dicapai oleh seseorang setelah mengalami proses

belajar. Perubahan itu meliputi perubahan tingkah laku secar

menyeluruh dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan.

Jadi prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh atau

perubahan tingkah laku seseorang secara akademik berdasarkan

kemampuan dan keterampilan yang diperoleh dari suatu kegiatan yang

dilakukan baik secara individu maupun kelompok melalui proses

belajar mengajar yang berupa angka atau nilai.

2.1.3 Realistic Mathematics Education (RME)

2.1.3.1 Sejarah RME

RME tidak dapat dipisahkan dari Institut Freudenthal

yang didirikan pada tahun 1971, berada di bawah Utrecht

University, Belanda. Nama institut diambil dari nama

pendirinya, yaitu Profesor Hans Freudenthal (1905 – 1990),

seorang penulis, pendidik, dan matematikawan berkebangsaan

Jerman/Belanda.

Sejak tahun 1971, Institut Freudenthal mengembangkan

suatu pendekatan teoritis terhadap pembelajaran matematika

yang dikenal dengan RME (Realistic Mathematics Education).

RME menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika,

bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana

Page 8: my-proposal.docx

matematika harus diajarkan. Freudenthal berkeyakinan bahwa

siswa tidak boleh dipandang sebagai passive receivers of ready-

made mathematics (penerima pasif matematika yang sudah

jadi). Menurutnya pendidikan harus mengarahkan siswa kepada

penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan

kembali matematika dengan cara mereka sendiri (Hadi,2003:1).

2.1.3.2 Pengertian RME

Soedjadi (2001a:2) mengemukakan bahwa pembelajaran

matematika dengan pendekatan realistik pada dasarnya adalah

pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami peserta didik

untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga

mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik

daripada masa yang lalu. Yang dimaksud dengan realita yaitu

hal-hal yang nyata atau konkrit yang dapat diamati atau

dipahami peserta didik lewat membayangkan, sedangkan

lingkungan adalah lingkungan yang dapat dipahami peserta

didik yang berada dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Trefers (1991:32) pendekatan realistik

menggunakan dua komponen matematisasi dalam proses

pembelajaran matematika yaitu matematisasi horizontal dan

matematisasi vertikal. Dalam matematisasi horizontal siswa

dengan pengetahuan yang dimilikinya dapat mengorganisasikan

dan memecahkan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari

atau dengan kata lain matematisasi horizontal bergerak dari

dunia nyata ke dunia simbol. Sedangkan matematisasi vertikal

merupakan proses pengorganisasian kembali dengan

menggunakan matematika itu sendiri. Jadi, dalam matematisasi

vertikal bergerak dalam dunia simbol.

Jadi, dalam pembelajaran yang menggunakan

pendekatan RME dimulai dengan hal-hal kongkrit atau nyata,

kemudian dengan bantuan guru siswa diberi kesempatan

Page 9: my-proposal.docx

menemukan dan merngkonstrusi sendiri model, konsep dan

prosedur matematika, selanjutnya diaplikasikan dalam

masalah kehidupan sehari-hari.

2.1.3.3 Prinsip RME

Terdapat lima prinsip utama dalam RME yaitu

a. Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks (sebagai

sumber dan terapan konsep matematika).

b. Perhatian diberikan pada pengembangan model-model,

situasi, skema, dan simbol-simbol.

c. Sumbangan dari siswa, sehingga siswa dapat membuat

pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif.

d. Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran

matematika.

e. Adanya keterkaitan antar topik atau pokok bahasan

(Suherman,2001:128).

2.1.3.4 Langkah-langkah Pembelajaran dengan RME

Langkah-langkah dalam kegiatan inti proses

pembelajaran matematika realistic dalam tulisan ini yaitu:

a. Memahami masalah/soal kontekstual. Guru memberikan

masalah/soal kontekstual dan meminta siswa untuk

memahami masalah tersebut.

b. Menjelaskan masalah kontekstual. Guru menjelaskan situasi

dan kondisi soal dengan memberikan petunjuk/saran

seperlunya terhadap bagian tertentu yang belum dipahami

siswa, penjelasan hanya sampai siswa mengerti maksud

soal.

c. Menyelesaikan masalah kontekstual. Siswa secara individu

atau kelompok menyelesaikan soal. Perbedaan dalam

memahami soal diperbolehkan. Dengan menggunakan

Lembar Kegiatan Siswa, siswa mengerjakan soal dalam

tingkat kesulitan yang berbeda. Guru memotivasi siswa

Page 10: my-proposal.docx

untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri

dengan memberikan arahan berupa pertanyaan-pertanyaan.

d. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban. Guru

memfasilitasi diskusi dan menyediakan waktu atau

kesempatan untuk membandingkan dan mendiskusikan

jawaban dari soal secara kelompok, untuk selanjutnya

secara diskusi di kelas.

e. Menyimpulkan. Dari hasil diskusi guru mengarahkan siswa

untuk menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur,

selanjutnya guru meringkas atau menjelaskan konsep yang

termuat dalam soal itu (Turmuzi,2008:6).

2.1.4 Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)

SPLDV merupakan salah satu pokok bahasan yang dipelajari di

kelas VIII semester I. Adapun materi yang dipelajari pada pokok

bahasan ini yaitu:

2.1.4.1 Pengertian SPLDV

Untuk memahami pengertian dan konsep SPLDV,

diulang kembali materi tentang persamaan linier satu variabel.

Persamaan Linier Satu Variabel

Perhatikan bentuk-bentuk persamaan berikut:

Bentuk-bentuk persamaan tersebut memiliki satu

variabel yang belum diketahui nilainya. Bentuk persamaan

seperti inilah yang dimaksud dengan linear satu variabel.

Persamaan Linier Dua Variabel

Perhatikan bentuk-bentuk persamaan berikut:

x + 5 = 6 6 + 7p = 204x + 3 = 9 2r = 3 + 912 + y = 14 8p + 6 = 24

Page 11: my-proposal.docx

Persamaan-persamaan tersebut memiliki dua variabel

yang belum diketahui nilainya. Bentuk inilah yang dimaksud

dengan persamaan linear dua variabel. Jadi, persamaan dua

variabel adalah persamaan yang hanya memiliki dua variabel

dan masing-masing variabel berpangkat satu.

Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

Perhatikan bentuk-bentuk persamaan linear dua variabel berikut.

Bentuk inilah yang dimaksud dengan Sistem Persamaan

Linear Dua Variabel (SPLDV). Berbeda dengan persamaan

linier dua variabel, SPLDV memiliki penyelesaian atau

himpunan penyelesaian yang harus memenuhi kedua persamaan

linear dua variabel tersebut.

2.1.4.2 Penyelesaian SPLDV

SPLDV adalah persamaan yang memiliki dua buah

persamaan linear dua variabel. Penyelesaian SPLDV dapat

ditentukan dengan cara mencari nilai variabel yang memenuhi

kedua persamaan linear dua variabel tersebut. ada beberapa

metode yang dapat digunakan untuk menentukan penyelesaian

SPLDV. Metode-metode tersebut adalah:

1. Metode Grafik

2x + 3y = 14 12m – n = 30p + q + 3 = 10 r + 5s = 104a + 5b = b + 7 9z – 3v = 5

2x + 3y = 8 4a + b = 8x + y = 2 a – b = 1

p + 2q = 9 9c + f = 125p + q = 4 c – 3f = 2

3m – 2n = 1 k + l = 6m + 3n = 5 2k + 2l = 12

Page 12: my-proposal.docx

2. Metode Substitusi

3. Metode Eliminasi

4. Metode Gabungan (Subtitusi-Eliminasi)

2.1.4.3 Penerapan SPLDV

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali

permasalahan-permasalahan yang dapat dipecahkan

menggunakan SPLDV. Pada umumnya, permasalahan tersebut

berkaitan dengan masalah aritmetika sosial. Misalnya,

menentukan harga satuan barang, menentukan panjang atau

lebar sebidang tanah, dan lain sebagainya.

Contoh

Harga 1 kg beras dan 4 kg minyak goreng Rp14.000,00.

Sedangkan harga 2 kg beras dan 1 kg minyak goreng

Rp10.500,00. Tentukan:

a. model matematika dari soal tersebut,

b. harga sebuah beras dan minyak goreng,

c. harga 2 kg beras dan 6 minyak goreng.

Jawab:

a. Misalkan: harga 1 kg beras = x

harga 1 kg minyak goreng = y, maka dapat

dituliskan:

1x + 4y = 14.000

2x + 1y = 10.500

Diperoleh model matematika:

x + 4y = 14.000

2x + y = 10.500

b. Untuk mencari harga satuan beras minyak goreng, tentukan

penyelesaian SPLDV tersebut.

Dengan menggunakan metode subtitusi, diperoleh:

x + 4y = 14.000 … (1)

2x + y = 10.500 … (2)

Page 13: my-proposal.docx

• menentukan variabel x dari persamaan (1)

x + 4y = 14.000

x = 14.000 – 4y … (3)

• Subtitusikan nilai x pada persamaan (3) ke persamaan (2).

2x + y = 10.500

2 (14.000 – 4y) + y = 10.500

28.000 – 8y + y = 10.500

–8y + y = 10.500 – 28.000

–7y = –17.500

y = 2.500 … (4)

• Subtitusikan nilai y pada persamaan (4) ke persamaan (2).

2x + y = 10.500

2x + (2.500) = 10.500

2x = 10.500 – 2.500

2x = 8.000

x = 4.000

• menentukan nilai x dan y.

Dari uraian tersebut diperoleh:

x = harga 1 kg beras = Rp4.000,00

y = harga 1 kg minyak goreng = Rp2.500,00

2.2 Kerangka Berpikir

Salah satu karakteristik matematika yaitu memiliki objek kajian yang

bersifat abstrak, sehingga diperlukan pendekatan pembelajaran yang bisa

mengkaitkan materi dengan hal-hal kongkret. Pemilihan pendekatan

pembelajaran yang berorientasi pada masalah kontekstual akan menjadikan

pembelajaran matematika lebih bermakna. Selama ini, siswa belajar

matematika hanya dengan simbol-simbol tanpa makna. Sebagai hasilnya,

siswa merasa matematika hanya kumpulan simbol-simbol tanpa ada

kaitannya dengan kehidupan.

Page 14: my-proposal.docx

Salah satu materi yang diajarkan di sekolah menengah yaitu sistem

persamaan linier dua variabel. Materi ini sangat erat kaitannya dengan

kehidupan dan bisa dijadikan sebagai alat pemecahan masalah. Namun, ketika

materi ini disajikan oleh guru dalam bentuk jadi yakni guru langsung

memberikan persamaan umum tanpa diawali dengan pembentukan konsep

pada siswa tentang SPLDV maka siswa akan sedikit memahami konsep

tersebut. Pertanyaan yang mungkin muncul dari siswa ialah, dari mana

munculnya variabel-variabel tersebut?

Lain halnya ketika guru memulai pembelajaran dengan menyajikan

masalah konstekstual dan meminta siswa membangun model matematika dari

masalah tersebut. Maka siswa akan sangat mengerti makna dari variabel-

variabel tersebut. Dalam hal ini, terjadi proses matematisasi horizontal dalam

pendekatan RME. Oleh sebab itu, diharapkan dengan penerapan pendekatan

RME pada materi SPLDV pemahaman konsep siswa bisa lebih baik yang

secara langsung mempengaruhi hasil belajar.

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah: “Jika pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) diterapkan pada pokok bahasan SPLDV di

kelas VIII SMPN maka prestasi belajar siswa akan meningkat”.

Page 15: my-proposal.docx

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research )

3.2 Faktor yang Diselidiki

Adapun faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor siswa yaitu prestasi belajar pada pokok bahasan SPLDV dengan

menerapkan pendekatan RME.

2. Faktor guru yaitu kesesuaian antara skenario pembelajaran dengan

pelaksanaan tindakan kelas.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Dari

masing-masing siklus akan dilaksanakan tahapan-tahapan yang meliputi

persiapan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Adapun

rincian perencanaan pelaksanaan pembelajaran dari masing-masing siklus

dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 3.1. Perencanaan pembelajaran di dalam kelas.

No Siklus Pertemuan Materi Waktu

1 I

I

Pengertian SPLDV

Memodelkan masalah

sehari-hari dalam

bentuk SPLDV

2 x 40

menit

II Menyelesaikan SPLDV

dengan metode Grafik

2 x 40

menit

III Evaluasi siklus I 2 x 40

Page 16: my-proposal.docx

menit

2 II

I

Menyelesaikan SPLDV

dengan metode

Subtitusi

2 x 40

menit

II

Menyelesaikan SPLDV

dengan metode

eliminasi

2 x 40

menit

III Evaluasi siklus II2 x 40

menit

3 III

I

Menyelesaikan SPLDV

dengan metode

eliminasi-subtitusi

2 x 40

menit

II Evaluasi siklus III2 x 40

menit

Adapun tahapan-tahapan dalam tiap-tiap siklus adalah:

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:

a) Mensosialisasikan pengajaran dengan menggunakan metode penemuan

terbimbing pada guru.

b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berorientasi

pada pendekatan RME.

c) Membuat lembar kerja siswa (LKS).

d) Membuat lembar observasi untuk mengamati kesesuaian antara proses

pembelajaran dengan skenario yang telah dibuat sebelumnya..

e) Menyiapkan soal tes hasil belajar untuk memperoleh data hasil belajar.

f) Menyiapkan pedoman penyelesaian tes hasil belajar

b. Pelaksanaan Tindakan

Page 17: my-proposal.docx

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana

pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Tahap-tahap pelaksanaan

tindakan ini adalah:

a) Pendahuluan

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

2) Memberikan motivasi

3) Memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan

dipelajari.

4) Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang yang

memiliki kemampuan heterogen, serta jenis kelami yang berbeda.

b) Pengembangan

a) Membagi siswa ke dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4

atau 5 orang.

b) Menyajikan masalah kontekstual, sekaligus memberi kesempatan

kepada siswa untuk memberi jawaban sementara dari

permasalahan tersebut.

c) Membagikan LKS kepada tiap-tiap kelompok untuk

mendiskusikan konsep/prinsip/hubungan yang akan ditemukan

sehubungan dengan materi yang akan dipelajari, sambil memberi

penekanan bahwa mereka akan ditunjuk secara acak untuk

menyampaikan hasil kerjanya.

d) Memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dalam

kelompoknya dan melakukan penemuan, sambil membimbing dan

mengarahkan siswa selama jalannya diskusi serta mengawasi dan

mengendalikan situasi kelas agar kegiatan penemuan berjalan

dengan baik.

e) Setelah ditemukan konsep/prinsip/hubungan yang terkandung

pada materi yang dipelajari, kemudian guru menunjuk secara acak

salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil kerja

kelompoknya dan mempersilahkan kelompok lain untuk

menanggapi dan membandingkan hasil temuan mereka.

Page 18: my-proposal.docx

f) Menyamakan persepsi siswa tentang konsep/prinsip/hubungan

yang telah ditemukan serta memberikan penilaian terhadap hasil

kerja kelompok.

c) Tahap Penerapan

1) Meminta siswa untuk mengerjakan beberapa soal yang berkaitan

dengan materi yang dibahas dalam kelompok.

2) Meminta siswa menyajikan jawabannya di papan tulis.

3) Merefleksi bersama jawaban yang telah dikerjakan.

4) Membimbing siswa untuk memperbaiki jawaban yang salah.

5) Memberikan tes essai dan memberikan siswa untuk mengerjakan

secara individual.

d) Penutup

1) Menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2) Menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan

selanjutnya.

c. Observasi

Selama pelaksanaan tindakan akan dilakukan observasi, dalam

observasi ini akan diamati kegiatan guru selama kegiatan pembelajaran

serta apakah kegiatan pembelajaran telah dilaksanakan sesuai dengan

skenario pembelajaran yang telah dibuat. Semua aktivitas tersebut akan

dicatat dalam lembar observasi yang telah disiapkan.

d. Evaluasi

Evaluasi hasil belajar siswa dilakukan pada tiap akhir siklus dengan

memberikan tes essai.

e. Refleksi

Pada tahap ini peneliti (sebagai guru) dan observer akan mengkaji

pelaksanaan dan hasil yang telah diperoleh dalam pemberian tindakan tiap

siklusnya. Sebagai acuan dalam refleksi ini adalah hasil observasi dan

evaluasi. Dari hasil observasi dan evaluasi siklus I peneliti dan guru

mengidentifikasi kekurangan, menganalisis sebab kekurangan dan

merefleksikan diri untuk melakukan persiapan dan perbaikan untuk

Page 19: my-proposal.docx

melaksanakan siklus II, dari hasil observasi dan evaluasi siklus II guru

mengidentifikasikan kekurangan, menganalisis penyebab kekurangan dan

melakukan persiapan menyusun tindakan perbaikan untuk melaksanakan

siklus III.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data penelitian ini berasal dari siwa dan guru.

2. Jenis Data

Jenis data dari penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif yang

terdiri dari:

a. Data aktivitas guru pada saat pelaksanaan tindakan kelas.

b. Data hasil evaluasi belajar siswa.

3. Cara Pengambilan Data

Cara pengambilan data pada penelitian ini yang dilakukan peneliti

adalah sebagai berikut:

a. Data hasil evaluasi belajar siswa diambil dengan memberikan tes

kepada siswa pada akhir tiap siklus.

b. Data aktivitas guru dalam kelas diambil dengan menggunakan lembar

observasi pada tiap pertemuan.

3.5 Analisis Data

1. Data prestasi belajar

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, hasil tes belajar akan

dianalisis menggunakan ketuntasan belajar secara klasikal dengan rumus:

KB=ni

n×100 %

Keterangan:

KB = ketuntasan belajar

Page 20: my-proposal.docx

ni = banyaknya siswa yang memperoleh nilai ¿60

n = banyaknya siswa

Berdasarkan kurikulum, ketuntasan belajar tercapai jika KB¿ 85%

2. Data Aktivitas Guru

Penilaian aktivitas guru dilakukan melalui observasi langsung

(directed observation) dimana seorang guru yang sedang mengajar

diobservasi langsung oleh observer (pengamat) dan observer berada

bersama-sama guru dan siswa didalam kelas. Sedangkan data mengenai

aktivitas guru diambil menggunakan lembar observasi berupa activity

check list.

Adapun indikator kegiatan guru yang diobservasi dalam penelitian ini

adalah:

a. Perencanaan dan persiapan kegiatan pembelajaran.

b. Pemberian apersepsi dan motivasi kepada siswa.

c. Pengaturan kegiatan pembelajaran.

d. Membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok.

e. Pemberian feedback terhadap hasil diskusi.

f. Mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

g. Mengakhiri pembelajaran.

3.6 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini yaitu prestasi

belajar siswa dikatakan meningkat apabila terjadi ketuntasan secara klasikal

dengan standar nilai minimal 65 dari 85% siswa.

Page 21: my-proposal.docx

DAFTAR PUSTAKA

Darhim. 1992. Workshop Matematika. Jakarta; Depdiknas.

Djamarah, S. B, 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Jakarta: Usaha Nasional.

Fadjar. 2001. Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. http://fadjarp3g.wordpress.com. [10 Maret 2009].

Hadi, Sutarto. 2003. PMR: Menjadikan Pembelajaran Matematika Lebih Bermakna bagi Siswa. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika “Perubahan Paradigma dari Paradigma Mengajar ke Paradigma Belajar,” di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 27 – 28 Maret 2003.

Nur, M. 2001. Realistic Mathematics Education. Jakarta; Depdiknas.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.

Schminke, C W., Norbert Maertens, dan William Arnold. 1973. Teaching the Child Mathematics. New York; Mc Graw-Hill, inc.

Sholeh,M. 1998. Pokok- pokok Pengajaran Matematika di Sekolah. Jakarta; Depdiknas.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Fakyor yang Mempengaruhinya. Jakarta; Rineka Cipta.

Soedjadi, R. (2001 a). Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan Dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Realistic Mathematics Education (RME) di Jurusan Matematika FPMIPA UNESA tanggal 24 Pebruari 2001.

Sriyanto. 2006. Mengajar Versus Belajar. http://www.kompas.com/humaniora.htm. [10 Maret 2009].

Suharta. 2005. Matematika Realistik: Apa dan Bagaimana?. http://portalduniaguru.wordpress.com. [10 Maret 2009].

Page 22: my-proposal.docx

Turmuzi. 2008. Pembelajaran Refleksi Berbasis Matematika Realistik (RME). Makalah Disajikan Pada Seminar Nasional MIPA FKIP Universitas Mataram 3 November 2008.

Treffers, A. (1991). Realistic Mathematics Education in The Netherland 1980-1990. dalam Streeflands (Ed) “Realistic Mathematic Education in Primary School”. Freudenthal Institute. Ultrecht. The Netherland.

Page 23: my-proposal.docx

INSTRUMEN PENELITIAN

Lembar Observasi Aktivitas Guru

Petunjuk pengisian : Berikan tanda ( ) untuk setiap dekriptorPenilaian : BS (baik sekali) : jika semua deskriptor yang nampak B (baik) : jika ada dua deskriptor yang nampak C (cukup) : jika ada satu deskriptor yang nampak K (kurang) : jika tidak ada deskriptor yang nampak

No. Indikator/Deskriptor Respon PenilaianYa Tidak BS B C K

1. Perencanaan dan persiapan penyelenggaraan pembelajarana. Membuat skenario pembelajaranb. Mengecek kesiapan siswac. Menyiapkan kelengkapan untuk

pembelajaran2. Pemberian motivasi dan apersepsi

kepada siswaa. Menyampaikan tujuan

pembelajaranb. Mengaitkan materi yang akan

dibahas dengan materi sebelumnya

c. Menyampaikan kembali beberapa konsep yang belum dikuasai siswa

3. Pengaturan kegiatan pembelajarana. Mengatur siswa dalam kelompok-

kelompokb. Menjelaskan tugas dan batasan

waktu pengerjaan tugasc. Membagikan LKS

4. Membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompoka. Mengawasi setiap kelompok

secara bergilirb. Membimbing siswa mengerjakan

LKS dengan benarc. Memberi bantuan kepada

siswa/kelompok

Page 24: my-proposal.docx

5. Pemberian umpan balik terhadap hasil diskusi kelompoka. Meminta siswa mempresentasikan

hasil diskusi kelompoknya b. Memberikan komentar dan saran

hasil diskusi kelompok siswac. Menyampaikan konsep yang benar

kepada siswa6. Mengevaluasi kegiatan pembelajaran

a. Memberi soal latihan kepada siswa

b. Meminta siswa mengerjakan soal latihan tersebut di papan tulis

c. Memberi tanggapan atas jawaban dari soal yang dikerjakan siswa

7. Menutup pembelajarana. Membimbing siswa membuat

kesimpulan dari materi yang telah dibahas

b. Memberikan PR kepada siswac. Meminta siswa untuk

mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya

Komentar/Saran:

Observer

__________________

Page 25: my-proposal.docx

Kisi-kisi Soal Siklus I

Mata pelajaran : MatematikaPokok Bahasan : SPLDVSub Pokok Bahasan : Pengertian SPLDV dan PemodelanKelas / Semester : VIII/IJumlah Soal : 5 (lima)Bentuk soal : Essay

Kompetensi Dasar

Indikator Aspek yang dinilai

No. soal

C1 C2 C3

Menjelaskan Bentuk-bentuk SPLDV

1

2

3

4

5

Keterangan :C1 : PengetahuanC2 : PemahamanC3 : Penerapan / Aplikasi