Upload
ak
View
6
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Peningkatan Prestasi Belajar Matematika
melalui Penerapan Realistic Mathematics Education
(Suatu Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII Pokok Bahasan Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel)
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
KAMIRSYAH WAHYU
E1R 006 013
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Matematika merupakan pelajaran yang banyak disoroti oleh banyak
pihak dewasa ini, baik guru, orang tua dan siswa sendiri. Selain sebagai salah
satu penentu untuk lulus ujian nasional, matematika juga dianggap sebagai
pelajaran yang sulit. Persepsi ini memberikan pekerjaan rumah yang besar
bagi guru matematika untuk meluruskan anggapan tersebut. Diakui bahwa,
terdapat banyak masalah yang melingkupi pembelajaran matematika
diantaranya cara guru mengajarkan matematika yaitu berkaitan dengan strategi
pembelajaran yang diterapkan serta aplikasi matematika dalam kehidupan
sehari-hari.
Menurut Sriyanto (2006), pembelajaran matematika di sekolah dewasa
ini masih didominasi oleh pembelajaran konvensional. Siswa diposisikan
sebagai obyek dan siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa
sedangkan guru sebagai sumber pengetahuan. Guru memberikan materi
dengan ceramah. Materi matematika disampaikan dalam bentuk jadi sehingga
membuat siswa tidak memahami dengan baik materi yang diajarkan.
Di samping itu, salah satu karakteristik matematika adalah
mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak
siswa mengalami kesulitan dalam matematika (Turmuzi, 2008: 1).
Menurut Sholeh (1998:39), kesulitan belajar matematika dapat
disebabkan oleh siswa tidak bisa menangkap konsep dengan benar, siswa
tidak mengerti arti lambang-lambang, siswa tidak mengetahui asal-usul suatu
prinsip, siswa tidak lancar melakukan operasi dan prosedur, dan
ketidaklengkapan pengetahuan.
Secara umum, ada dua hal yang saling bertolak belakang dalam
pembelajaran matematika selama ini yaitu; pertama, guru masih
menggunakan pendekatan tradisional yang ditandai oleh ‘struturalistik’ atau
‘mekanistik’ (Nur, 2001:1) sedangkan yang kedua yaitu karakteristik
matematika yang memiliki obyek kajian yang bersifat abstrak.
Ketika guru memulai mengajarkan matematika dengan menjelaskan
definisi, memberikan dan membahas contoh-contoh soal, kemudian
memberikan latihan soal kepada siswa yang mirip dengan contoh soal
tersebut maka siswa hanya mengikuti langkah-langkah, aturan, dan contoh-
contoh yang diberikan oleh guru. Akibatnya terjadilah pembelajaran yang
hanya menekankan pada siswa untuk mengingat dan menghafal. Akibatnya
matematika dirasakan tidak ada kaitannya dengan kehidupan (Fadjar, 2007:
1).
Hasil pembelajaran matematika tidak akan optimal apabila guru masih
mengajar dengan pendekatan tradisional. Pengajaran dianggap sebagai proses
penyampaian fakta-fakta kepada para siswa. Siswa dianggap berhasil dalam
belajar apabila mampu mengingat banyak fakta, dan mampu menyampaikan
kembali fakta-fakta tersebut kepada orang lain, atau menggunakannya untuk
menjawab soal-soal dalam ujian (Sutarto, 2003: 1).
Jadi, diperlukan pendekatan pembelajaran matematika yang
berorientasi pada kehidupan sehari-hari dan menerapkan matematika dalam
keadaan nyata sehingga pembelajaran matematika bisa bermakna bagi siswa.
Menurut Suharta (2005,1), salah satu pembelajaran matematika yang
berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of
everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-
hari adalah pembelajaran Matematika Realistik atau Realistic Mathematics
Education (RME). Pembelajaran Matematika Realistik memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali dan merekonstruksi
konsep-konsep matematika, sehingga siswa mempunyai pengertian kuat
tentang konsep-konsep matematika.
Untuk melaksanakan pembelajaran matematika yang bermakna
khususnya pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV),
penulis tertarik untuk meneliti penerapan pendekatan RME untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah, “Apakah Penerapan Pendekatan RME (Realistic
Mathematics Education) dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP
Kelas VIII Pada Pokok Bahasan SPLDV ?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa SMP Kelas VIII melalui penerapan RME.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1.4.1. Manfaat secara teoritis
1.4.1.1. Dapat dijadikan sebagai dasar teori yang berkaitan dengan
upaya meningkatkan prestasi belajar matematika melalui
penerapan RME.
1.4.1.2. Menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang
matematika.
1.4.2. Manfaat secara praktis
1.4.2.1. Bagi siswa, sebagai salah satu metode atau cara untuk
memahami konsep SPLDV dengan lebih baik dan dapat
meningkatkan hasil belajar.
1.4.2.2. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan tambahan
pengetahuan tentang pendekatan RME dan penerapannya
dalam kelas sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa
khususnya pada pokok bahasan SPLDV.
1.4.2.3. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
masukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran
matematika.
1.5. Definisi Operasional
1.5.1 Penerapan
Penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melaksanakan
atau menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) dalam pembelajaran pokok bahasan SPLDV
1.5.2 Realistic Mathematics Education
Realistic Mathematic Education yang selanjutnya dalam tulisan ini
disingkat RME merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran
matematika yang menggunakan konteks dunia nyata sebagai starting
point pembelajaran.
1.5.3 Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai yang
diperoleh siswa melalui hasil tes setelah mengalami proses belajar.
1.5.4 Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)
Materi SPLDV dalam penelitian ini meliputi pengertian SPLDV,
penyelesaian SPLDV, dan penerapan SPLDV.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Hakikat Pembelajaran
Menurut konsep komunikasi, pembelajaran merupakan proses
komunikasi antara guru dan siswa. Siswa sebagai komunikan
sedangkan komunikatornya adalah guru dan siswa itu sendiri. Proses
komunikasi yang mungkin terjadi dalam pembelajaran adalah
komunikasi searah, komunikasi dwiarah, atau komunikasi multiarah.
Salah satu indikasi efektifnya suatu pembelajaran apabila terjadi
komunikasi multiarah yaitu kadar keaktifan siswa tinggi, guru maupun
siswa dapat sebagai komunikator, pembelajaran akan lebih bervariasi
(Darhim, 1992:2).
Schminke (1973:3) menyatakan bahwa, “Pembelajaran akan
optimal apabila siswa diikutsertakan secara aktif dalam proses
pembelajaran tersebut. Hal ini bisa dilakukan melalui penemuan,
diskusi terbimbing dalam kelompok kecil, atau melalui kegiatan-
kegiatan yang secara aktif merespon stimulus dari guru”.
Jadi, komunikasi multiarah sebagai indikator efektifnya
pembelajaran akan terjadi apabila guru dalam melaksanakan
pembelajaran mengikutsertakan siswa secara aktif (student-centered).
Inilah yang disebut dengan hakikat pembelajaran. Tentunya, untuk
memunculkan komunikasi multiarah tidak mungkin menggunakan cara
tradisional seperti ceramah. Diperlukan pendekatan yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi sendiri konsep yang
dipelajari.
2.1.2 Prestasi Belajar
Kegiatan belajar menghasilkan perubahan pada siswa yang
tampak pada tingkah laku atau prestasi siswa. Prestasi belajar siswa
ditentukan oleh kegiatan belajarnya. Sardiman (2001:94) menyatakan
bahwa segala pengetahuan harus diperoleh dari pengamatan,
pengalaman dan usaha dari individu itu sendiri.
Menurut Djamarah (1994:4) prestasi belajar merupakan
penilaian tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di
sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan atau
keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian.
Slameto (2003:2) lebih memfokuskan prestasi belajar sebagai
suatu perubahan yang dicapai oleh seseorang setelah mengalami proses
belajar. Perubahan itu meliputi perubahan tingkah laku secar
menyeluruh dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Jadi prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh atau
perubahan tingkah laku seseorang secara akademik berdasarkan
kemampuan dan keterampilan yang diperoleh dari suatu kegiatan yang
dilakukan baik secara individu maupun kelompok melalui proses
belajar mengajar yang berupa angka atau nilai.
2.1.3 Realistic Mathematics Education (RME)
2.1.3.1 Sejarah RME
RME tidak dapat dipisahkan dari Institut Freudenthal
yang didirikan pada tahun 1971, berada di bawah Utrecht
University, Belanda. Nama institut diambil dari nama
pendirinya, yaitu Profesor Hans Freudenthal (1905 – 1990),
seorang penulis, pendidik, dan matematikawan berkebangsaan
Jerman/Belanda.
Sejak tahun 1971, Institut Freudenthal mengembangkan
suatu pendekatan teoritis terhadap pembelajaran matematika
yang dikenal dengan RME (Realistic Mathematics Education).
RME menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika,
bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana
matematika harus diajarkan. Freudenthal berkeyakinan bahwa
siswa tidak boleh dipandang sebagai passive receivers of ready-
made mathematics (penerima pasif matematika yang sudah
jadi). Menurutnya pendidikan harus mengarahkan siswa kepada
penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan
kembali matematika dengan cara mereka sendiri (Hadi,2003:1).
2.1.3.2 Pengertian RME
Soedjadi (2001a:2) mengemukakan bahwa pembelajaran
matematika dengan pendekatan realistik pada dasarnya adalah
pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami peserta didik
untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga
mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik
daripada masa yang lalu. Yang dimaksud dengan realita yaitu
hal-hal yang nyata atau konkrit yang dapat diamati atau
dipahami peserta didik lewat membayangkan, sedangkan
lingkungan adalah lingkungan yang dapat dipahami peserta
didik yang berada dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Trefers (1991:32) pendekatan realistik
menggunakan dua komponen matematisasi dalam proses
pembelajaran matematika yaitu matematisasi horizontal dan
matematisasi vertikal. Dalam matematisasi horizontal siswa
dengan pengetahuan yang dimilikinya dapat mengorganisasikan
dan memecahkan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari
atau dengan kata lain matematisasi horizontal bergerak dari
dunia nyata ke dunia simbol. Sedangkan matematisasi vertikal
merupakan proses pengorganisasian kembali dengan
menggunakan matematika itu sendiri. Jadi, dalam matematisasi
vertikal bergerak dalam dunia simbol.
Jadi, dalam pembelajaran yang menggunakan
pendekatan RME dimulai dengan hal-hal kongkrit atau nyata,
kemudian dengan bantuan guru siswa diberi kesempatan
menemukan dan merngkonstrusi sendiri model, konsep dan
prosedur matematika, selanjutnya diaplikasikan dalam
masalah kehidupan sehari-hari.
2.1.3.3 Prinsip RME
Terdapat lima prinsip utama dalam RME yaitu
a. Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks (sebagai
sumber dan terapan konsep matematika).
b. Perhatian diberikan pada pengembangan model-model,
situasi, skema, dan simbol-simbol.
c. Sumbangan dari siswa, sehingga siswa dapat membuat
pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif.
d. Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran
matematika.
e. Adanya keterkaitan antar topik atau pokok bahasan
(Suherman,2001:128).
2.1.3.4 Langkah-langkah Pembelajaran dengan RME
Langkah-langkah dalam kegiatan inti proses
pembelajaran matematika realistic dalam tulisan ini yaitu:
a. Memahami masalah/soal kontekstual. Guru memberikan
masalah/soal kontekstual dan meminta siswa untuk
memahami masalah tersebut.
b. Menjelaskan masalah kontekstual. Guru menjelaskan situasi
dan kondisi soal dengan memberikan petunjuk/saran
seperlunya terhadap bagian tertentu yang belum dipahami
siswa, penjelasan hanya sampai siswa mengerti maksud
soal.
c. Menyelesaikan masalah kontekstual. Siswa secara individu
atau kelompok menyelesaikan soal. Perbedaan dalam
memahami soal diperbolehkan. Dengan menggunakan
Lembar Kegiatan Siswa, siswa mengerjakan soal dalam
tingkat kesulitan yang berbeda. Guru memotivasi siswa
untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri
dengan memberikan arahan berupa pertanyaan-pertanyaan.
d. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban. Guru
memfasilitasi diskusi dan menyediakan waktu atau
kesempatan untuk membandingkan dan mendiskusikan
jawaban dari soal secara kelompok, untuk selanjutnya
secara diskusi di kelas.
e. Menyimpulkan. Dari hasil diskusi guru mengarahkan siswa
untuk menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur,
selanjutnya guru meringkas atau menjelaskan konsep yang
termuat dalam soal itu (Turmuzi,2008:6).
2.1.4 Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)
SPLDV merupakan salah satu pokok bahasan yang dipelajari di
kelas VIII semester I. Adapun materi yang dipelajari pada pokok
bahasan ini yaitu:
2.1.4.1 Pengertian SPLDV
Untuk memahami pengertian dan konsep SPLDV,
diulang kembali materi tentang persamaan linier satu variabel.
Persamaan Linier Satu Variabel
Perhatikan bentuk-bentuk persamaan berikut:
Bentuk-bentuk persamaan tersebut memiliki satu
variabel yang belum diketahui nilainya. Bentuk persamaan
seperti inilah yang dimaksud dengan linear satu variabel.
Persamaan Linier Dua Variabel
Perhatikan bentuk-bentuk persamaan berikut:
x + 5 = 6 6 + 7p = 204x + 3 = 9 2r = 3 + 912 + y = 14 8p + 6 = 24
Persamaan-persamaan tersebut memiliki dua variabel
yang belum diketahui nilainya. Bentuk inilah yang dimaksud
dengan persamaan linear dua variabel. Jadi, persamaan dua
variabel adalah persamaan yang hanya memiliki dua variabel
dan masing-masing variabel berpangkat satu.
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
Perhatikan bentuk-bentuk persamaan linear dua variabel berikut.
Bentuk inilah yang dimaksud dengan Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel (SPLDV). Berbeda dengan persamaan
linier dua variabel, SPLDV memiliki penyelesaian atau
himpunan penyelesaian yang harus memenuhi kedua persamaan
linear dua variabel tersebut.
2.1.4.2 Penyelesaian SPLDV
SPLDV adalah persamaan yang memiliki dua buah
persamaan linear dua variabel. Penyelesaian SPLDV dapat
ditentukan dengan cara mencari nilai variabel yang memenuhi
kedua persamaan linear dua variabel tersebut. ada beberapa
metode yang dapat digunakan untuk menentukan penyelesaian
SPLDV. Metode-metode tersebut adalah:
1. Metode Grafik
2x + 3y = 14 12m – n = 30p + q + 3 = 10 r + 5s = 104a + 5b = b + 7 9z – 3v = 5
2x + 3y = 8 4a + b = 8x + y = 2 a – b = 1
p + 2q = 9 9c + f = 125p + q = 4 c – 3f = 2
3m – 2n = 1 k + l = 6m + 3n = 5 2k + 2l = 12
2. Metode Substitusi
3. Metode Eliminasi
4. Metode Gabungan (Subtitusi-Eliminasi)
2.1.4.3 Penerapan SPLDV
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali
permasalahan-permasalahan yang dapat dipecahkan
menggunakan SPLDV. Pada umumnya, permasalahan tersebut
berkaitan dengan masalah aritmetika sosial. Misalnya,
menentukan harga satuan barang, menentukan panjang atau
lebar sebidang tanah, dan lain sebagainya.
Contoh
Harga 1 kg beras dan 4 kg minyak goreng Rp14.000,00.
Sedangkan harga 2 kg beras dan 1 kg minyak goreng
Rp10.500,00. Tentukan:
a. model matematika dari soal tersebut,
b. harga sebuah beras dan minyak goreng,
c. harga 2 kg beras dan 6 minyak goreng.
Jawab:
a. Misalkan: harga 1 kg beras = x
harga 1 kg minyak goreng = y, maka dapat
dituliskan:
1x + 4y = 14.000
2x + 1y = 10.500
Diperoleh model matematika:
x + 4y = 14.000
2x + y = 10.500
b. Untuk mencari harga satuan beras minyak goreng, tentukan
penyelesaian SPLDV tersebut.
Dengan menggunakan metode subtitusi, diperoleh:
x + 4y = 14.000 … (1)
2x + y = 10.500 … (2)
• menentukan variabel x dari persamaan (1)
x + 4y = 14.000
x = 14.000 – 4y … (3)
• Subtitusikan nilai x pada persamaan (3) ke persamaan (2).
2x + y = 10.500
2 (14.000 – 4y) + y = 10.500
28.000 – 8y + y = 10.500
–8y + y = 10.500 – 28.000
–7y = –17.500
y = 2.500 … (4)
• Subtitusikan nilai y pada persamaan (4) ke persamaan (2).
2x + y = 10.500
2x + (2.500) = 10.500
2x = 10.500 – 2.500
2x = 8.000
x = 4.000
• menentukan nilai x dan y.
Dari uraian tersebut diperoleh:
x = harga 1 kg beras = Rp4.000,00
y = harga 1 kg minyak goreng = Rp2.500,00
2.2 Kerangka Berpikir
Salah satu karakteristik matematika yaitu memiliki objek kajian yang
bersifat abstrak, sehingga diperlukan pendekatan pembelajaran yang bisa
mengkaitkan materi dengan hal-hal kongkret. Pemilihan pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada masalah kontekstual akan menjadikan
pembelajaran matematika lebih bermakna. Selama ini, siswa belajar
matematika hanya dengan simbol-simbol tanpa makna. Sebagai hasilnya,
siswa merasa matematika hanya kumpulan simbol-simbol tanpa ada
kaitannya dengan kehidupan.
Salah satu materi yang diajarkan di sekolah menengah yaitu sistem
persamaan linier dua variabel. Materi ini sangat erat kaitannya dengan
kehidupan dan bisa dijadikan sebagai alat pemecahan masalah. Namun, ketika
materi ini disajikan oleh guru dalam bentuk jadi yakni guru langsung
memberikan persamaan umum tanpa diawali dengan pembentukan konsep
pada siswa tentang SPLDV maka siswa akan sedikit memahami konsep
tersebut. Pertanyaan yang mungkin muncul dari siswa ialah, dari mana
munculnya variabel-variabel tersebut?
Lain halnya ketika guru memulai pembelajaran dengan menyajikan
masalah konstekstual dan meminta siswa membangun model matematika dari
masalah tersebut. Maka siswa akan sangat mengerti makna dari variabel-
variabel tersebut. Dalam hal ini, terjadi proses matematisasi horizontal dalam
pendekatan RME. Oleh sebab itu, diharapkan dengan penerapan pendekatan
RME pada materi SPLDV pemahaman konsep siswa bisa lebih baik yang
secara langsung mempengaruhi hasil belajar.
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah: “Jika pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) diterapkan pada pokok bahasan SPLDV di
kelas VIII SMPN maka prestasi belajar siswa akan meningkat”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research )
3.2 Faktor yang Diselidiki
Adapun faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor siswa yaitu prestasi belajar pada pokok bahasan SPLDV dengan
menerapkan pendekatan RME.
2. Faktor guru yaitu kesesuaian antara skenario pembelajaran dengan
pelaksanaan tindakan kelas.
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Dari
masing-masing siklus akan dilaksanakan tahapan-tahapan yang meliputi
persiapan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Adapun
rincian perencanaan pelaksanaan pembelajaran dari masing-masing siklus
dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 3.1. Perencanaan pembelajaran di dalam kelas.
No Siklus Pertemuan Materi Waktu
1 I
I
Pengertian SPLDV
Memodelkan masalah
sehari-hari dalam
bentuk SPLDV
2 x 40
menit
II Menyelesaikan SPLDV
dengan metode Grafik
2 x 40
menit
III Evaluasi siklus I 2 x 40
menit
2 II
I
Menyelesaikan SPLDV
dengan metode
Subtitusi
2 x 40
menit
II
Menyelesaikan SPLDV
dengan metode
eliminasi
2 x 40
menit
III Evaluasi siklus II2 x 40
menit
3 III
I
Menyelesaikan SPLDV
dengan metode
eliminasi-subtitusi
2 x 40
menit
II Evaluasi siklus III2 x 40
menit
Adapun tahapan-tahapan dalam tiap-tiap siklus adalah:
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:
a) Mensosialisasikan pengajaran dengan menggunakan metode penemuan
terbimbing pada guru.
b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berorientasi
pada pendekatan RME.
c) Membuat lembar kerja siswa (LKS).
d) Membuat lembar observasi untuk mengamati kesesuaian antara proses
pembelajaran dengan skenario yang telah dibuat sebelumnya..
e) Menyiapkan soal tes hasil belajar untuk memperoleh data hasil belajar.
f) Menyiapkan pedoman penyelesaian tes hasil belajar
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Tahap-tahap pelaksanaan
tindakan ini adalah:
a) Pendahuluan
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
2) Memberikan motivasi
3) Memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari.
4) Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang yang
memiliki kemampuan heterogen, serta jenis kelami yang berbeda.
b) Pengembangan
a) Membagi siswa ke dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4
atau 5 orang.
b) Menyajikan masalah kontekstual, sekaligus memberi kesempatan
kepada siswa untuk memberi jawaban sementara dari
permasalahan tersebut.
c) Membagikan LKS kepada tiap-tiap kelompok untuk
mendiskusikan konsep/prinsip/hubungan yang akan ditemukan
sehubungan dengan materi yang akan dipelajari, sambil memberi
penekanan bahwa mereka akan ditunjuk secara acak untuk
menyampaikan hasil kerjanya.
d) Memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dalam
kelompoknya dan melakukan penemuan, sambil membimbing dan
mengarahkan siswa selama jalannya diskusi serta mengawasi dan
mengendalikan situasi kelas agar kegiatan penemuan berjalan
dengan baik.
e) Setelah ditemukan konsep/prinsip/hubungan yang terkandung
pada materi yang dipelajari, kemudian guru menunjuk secara acak
salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil kerja
kelompoknya dan mempersilahkan kelompok lain untuk
menanggapi dan membandingkan hasil temuan mereka.
f) Menyamakan persepsi siswa tentang konsep/prinsip/hubungan
yang telah ditemukan serta memberikan penilaian terhadap hasil
kerja kelompok.
c) Tahap Penerapan
1) Meminta siswa untuk mengerjakan beberapa soal yang berkaitan
dengan materi yang dibahas dalam kelompok.
2) Meminta siswa menyajikan jawabannya di papan tulis.
3) Merefleksi bersama jawaban yang telah dikerjakan.
4) Membimbing siswa untuk memperbaiki jawaban yang salah.
5) Memberikan tes essai dan memberikan siswa untuk mengerjakan
secara individual.
d) Penutup
1) Menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2) Menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya.
c. Observasi
Selama pelaksanaan tindakan akan dilakukan observasi, dalam
observasi ini akan diamati kegiatan guru selama kegiatan pembelajaran
serta apakah kegiatan pembelajaran telah dilaksanakan sesuai dengan
skenario pembelajaran yang telah dibuat. Semua aktivitas tersebut akan
dicatat dalam lembar observasi yang telah disiapkan.
d. Evaluasi
Evaluasi hasil belajar siswa dilakukan pada tiap akhir siklus dengan
memberikan tes essai.
e. Refleksi
Pada tahap ini peneliti (sebagai guru) dan observer akan mengkaji
pelaksanaan dan hasil yang telah diperoleh dalam pemberian tindakan tiap
siklusnya. Sebagai acuan dalam refleksi ini adalah hasil observasi dan
evaluasi. Dari hasil observasi dan evaluasi siklus I peneliti dan guru
mengidentifikasi kekurangan, menganalisis sebab kekurangan dan
merefleksikan diri untuk melakukan persiapan dan perbaikan untuk
melaksanakan siklus II, dari hasil observasi dan evaluasi siklus II guru
mengidentifikasikan kekurangan, menganalisis penyebab kekurangan dan
melakukan persiapan menyusun tindakan perbaikan untuk melaksanakan
siklus III.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data penelitian ini berasal dari siwa dan guru.
2. Jenis Data
Jenis data dari penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif yang
terdiri dari:
a. Data aktivitas guru pada saat pelaksanaan tindakan kelas.
b. Data hasil evaluasi belajar siswa.
3. Cara Pengambilan Data
Cara pengambilan data pada penelitian ini yang dilakukan peneliti
adalah sebagai berikut:
a. Data hasil evaluasi belajar siswa diambil dengan memberikan tes
kepada siswa pada akhir tiap siklus.
b. Data aktivitas guru dalam kelas diambil dengan menggunakan lembar
observasi pada tiap pertemuan.
3.5 Analisis Data
1. Data prestasi belajar
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, hasil tes belajar akan
dianalisis menggunakan ketuntasan belajar secara klasikal dengan rumus:
KB=ni
n×100 %
Keterangan:
KB = ketuntasan belajar
ni = banyaknya siswa yang memperoleh nilai ¿60
n = banyaknya siswa
Berdasarkan kurikulum, ketuntasan belajar tercapai jika KB¿ 85%
2. Data Aktivitas Guru
Penilaian aktivitas guru dilakukan melalui observasi langsung
(directed observation) dimana seorang guru yang sedang mengajar
diobservasi langsung oleh observer (pengamat) dan observer berada
bersama-sama guru dan siswa didalam kelas. Sedangkan data mengenai
aktivitas guru diambil menggunakan lembar observasi berupa activity
check list.
Adapun indikator kegiatan guru yang diobservasi dalam penelitian ini
adalah:
a. Perencanaan dan persiapan kegiatan pembelajaran.
b. Pemberian apersepsi dan motivasi kepada siswa.
c. Pengaturan kegiatan pembelajaran.
d. Membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok.
e. Pemberian feedback terhadap hasil diskusi.
f. Mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
g. Mengakhiri pembelajaran.
3.6 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini yaitu prestasi
belajar siswa dikatakan meningkat apabila terjadi ketuntasan secara klasikal
dengan standar nilai minimal 65 dari 85% siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Darhim. 1992. Workshop Matematika. Jakarta; Depdiknas.
Djamarah, S. B, 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Jakarta: Usaha Nasional.
Fadjar. 2001. Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. http://fadjarp3g.wordpress.com. [10 Maret 2009].
Hadi, Sutarto. 2003. PMR: Menjadikan Pembelajaran Matematika Lebih Bermakna bagi Siswa. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika “Perubahan Paradigma dari Paradigma Mengajar ke Paradigma Belajar,” di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 27 – 28 Maret 2003.
Nur, M. 2001. Realistic Mathematics Education. Jakarta; Depdiknas.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.
Schminke, C W., Norbert Maertens, dan William Arnold. 1973. Teaching the Child Mathematics. New York; Mc Graw-Hill, inc.
Sholeh,M. 1998. Pokok- pokok Pengajaran Matematika di Sekolah. Jakarta; Depdiknas.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Fakyor yang Mempengaruhinya. Jakarta; Rineka Cipta.
Soedjadi, R. (2001 a). Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan Dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Realistic Mathematics Education (RME) di Jurusan Matematika FPMIPA UNESA tanggal 24 Pebruari 2001.
Sriyanto. 2006. Mengajar Versus Belajar. http://www.kompas.com/humaniora.htm. [10 Maret 2009].
Suharta. 2005. Matematika Realistik: Apa dan Bagaimana?. http://portalduniaguru.wordpress.com. [10 Maret 2009].
Turmuzi. 2008. Pembelajaran Refleksi Berbasis Matematika Realistik (RME). Makalah Disajikan Pada Seminar Nasional MIPA FKIP Universitas Mataram 3 November 2008.
Treffers, A. (1991). Realistic Mathematics Education in The Netherland 1980-1990. dalam Streeflands (Ed) “Realistic Mathematic Education in Primary School”. Freudenthal Institute. Ultrecht. The Netherland.
INSTRUMEN PENELITIAN
Lembar Observasi Aktivitas Guru
Petunjuk pengisian : Berikan tanda ( ) untuk setiap dekriptorPenilaian : BS (baik sekali) : jika semua deskriptor yang nampak B (baik) : jika ada dua deskriptor yang nampak C (cukup) : jika ada satu deskriptor yang nampak K (kurang) : jika tidak ada deskriptor yang nampak
No. Indikator/Deskriptor Respon PenilaianYa Tidak BS B C K
1. Perencanaan dan persiapan penyelenggaraan pembelajarana. Membuat skenario pembelajaranb. Mengecek kesiapan siswac. Menyiapkan kelengkapan untuk
pembelajaran2. Pemberian motivasi dan apersepsi
kepada siswaa. Menyampaikan tujuan
pembelajaranb. Mengaitkan materi yang akan
dibahas dengan materi sebelumnya
c. Menyampaikan kembali beberapa konsep yang belum dikuasai siswa
3. Pengaturan kegiatan pembelajarana. Mengatur siswa dalam kelompok-
kelompokb. Menjelaskan tugas dan batasan
waktu pengerjaan tugasc. Membagikan LKS
4. Membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompoka. Mengawasi setiap kelompok
secara bergilirb. Membimbing siswa mengerjakan
LKS dengan benarc. Memberi bantuan kepada
siswa/kelompok
5. Pemberian umpan balik terhadap hasil diskusi kelompoka. Meminta siswa mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya b. Memberikan komentar dan saran
hasil diskusi kelompok siswac. Menyampaikan konsep yang benar
kepada siswa6. Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
a. Memberi soal latihan kepada siswa
b. Meminta siswa mengerjakan soal latihan tersebut di papan tulis
c. Memberi tanggapan atas jawaban dari soal yang dikerjakan siswa
7. Menutup pembelajarana. Membimbing siswa membuat
kesimpulan dari materi yang telah dibahas
b. Memberikan PR kepada siswac. Meminta siswa untuk
mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya
Komentar/Saran:
Observer
__________________
Kisi-kisi Soal Siklus I
Mata pelajaran : MatematikaPokok Bahasan : SPLDVSub Pokok Bahasan : Pengertian SPLDV dan PemodelanKelas / Semester : VIII/IJumlah Soal : 5 (lima)Bentuk soal : Essay
Kompetensi Dasar
Indikator Aspek yang dinilai
No. soal
C1 C2 C3
Menjelaskan Bentuk-bentuk SPLDV
√
√
√
√
√
1
2
3
4
5
Keterangan :C1 : PengetahuanC2 : PemahamanC3 : Penerapan / Aplikasi