14
Mycoplasma pneumoniae Karakteritik umum Asal mula mikoplasma tidak diketahui dengan jelas. Genom terkecil mikoplasma lebih kecil daripada dua kali genom virus besar tertentu. Mikoplasma adalah organisme terkecil yang dapat hidup bebas di alam dan bereplikasi sendiri pada medium laboratorium. Bakteri ini mempunyai karakteristik umum sebagai berikut: 1. Ukuran terkecil mikoplasma yaitu 125-250 nm 2. Mikoplasma sangat pleomorfik karena dinding selnya tidak kaku dan dilapisi tiga lapis membran unit yang mengandung sterol (mikoplasma memerlukan tambahan serum atau kolesterol ke dalam medium agar dapat menghasilkan sterol untuk pertumbuhannya) 3. Mikoplasma sangat resisten terhadap penisilin karena pada dinding selnya tidak terdapat struktur tempat penisilin beraksi, tetapi mikoplasma dihambat oleh tetrasiklin atau eritromisin. 4. Mikoplasma dapat bereproduksi dalam media bebas sel; pada agar, pusat keseluruhan koloni melekat di bawah permukaanya 5. Pertumbuhan dihambat oleh antibodi yang spesifik 6. Mikoplasma mempunyai afinitas untuk membran sel mamalia Klasifikasi Kingdom : Bacteria 1

Mycoplasma pneumoniae

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bakteriologi Kedokteran

Citation preview

Page 1: Mycoplasma pneumoniae

Mycoplasma pneumoniae

Karakteritik umum

Asal mula mikoplasma tidak diketahui dengan jelas. Genom terkecil mikoplasma

lebih kecil daripada dua kali genom virus besar tertentu. Mikoplasma adalah organisme

terkecil yang dapat hidup bebas di alam dan bereplikasi sendiri pada medium laboratorium.

Bakteri ini mempunyai karakteristik umum sebagai berikut:

1. Ukuran terkecil mikoplasma yaitu 125-250 nm

2. Mikoplasma sangat pleomorfik karena dinding selnya tidak kaku dan dilapisi tiga

lapis membran unit yang mengandung sterol (mikoplasma memerlukan tambahan

serum atau kolesterol ke dalam medium agar dapat menghasilkan sterol untuk

pertumbuhannya)

3. Mikoplasma sangat resisten terhadap penisilin karena pada dinding selnya tidak

terdapat struktur tempat penisilin beraksi, tetapi mikoplasma dihambat oleh

tetrasiklin atau eritromisin.

4. Mikoplasma dapat bereproduksi dalam media bebas sel; pada agar, pusat

keseluruhan koloni melekat di bawah permukaanya

5. Pertumbuhan dihambat oleh antibodi yang spesifik

6. Mikoplasma mempunyai afinitas untuk membran sel mamalia

Klasifikasi

Kingdom : Bacteria

Divisi : Tenericutes

Class : Mollicutes

Order : Mycoplasmatales

Family : Mycoplasmataceae

Genus : Mycoplasma

Spesies : Mycoplasma pneumoniae

(Somerson et al., 1963)

1

Page 2: Mycoplasma pneumoniae

Morfologi dan Identifikasi

A. Ciri Khas Organisme

Mikoplasma tidak dapat dipelajari dengan metode bakteriologi biasa karena ukuran

koloninya yang kecil dan plastisitas serta kehalusan sel-selnya (karena dinding selnya tidak

kaku). Pertumbuhan dalam medium cair menghasilkan banyak bentuk yang berbeda.

Pertumbuhan pada medium padat terutama terdiri dari protoplasmik plastis dengan bentuk

yang tidak pasti yang dapat dengan mudah mengalami perubahan. Struktur-struktur ini

memiliki ukuran yang sangat bervariasi, diameternya berukuran mulai dari 50 sampai 300

nm. Morfologinya tampak berbeda-beda, tergantung pada metode pemeriksaanya

(misalnya lapangan gelap, imunofluoresensi, film pewarnaan Giemsa dan medium padar,

cair dan fiksasi agar).

B. Biakan

Mikoplasma dapat tumbuh pada heart infusion peptone broth dengan agar 2% (pH

7,8) dengan tambahan 30% cairan manusia/ serum hewan (kuda atau kelinci) dan

diinkubasi pada suhu 37◦C selama 48-96 jam. Selama inkubasi 2-3 hari mungkin tidak

terjadi kekeruhan, walaupun demikian pewarnaan Giemsa pada endapan dari medium

pertumbuhan mikoplasma yang disentrifugasi akan menunjukkan struktur yang pleomorfik

dan subkultur pada medium pada menjukkan adanya koloni yang kecil dibawah

permukaanya. Setelah 2-6 hari pada difasik (air daging diatas agar) pada cawan Petri

mempunyai ukuran 20-500 µm, bulat, permukaan granular dan dapat disubkultur dengan

memotong sepetak kotak kecil kemudian diinokulasikan ke medium cair.

2

Koloni M.pneumoniae pada medium

pengkaya yang ditambah serum kuda dan ekstrak

yeast

Mycoplasma pneumonia M129 yang diisolasi dari pasien pneumonia

M. Pneumonia pada mikrograf

elektron

Page 3: Mycoplasma pneumoniae

C. Sifat Resistensi

Mikoplasma dapat melewati membran filter bakteri dengan pori-pori 450 nm

sehingga mikoplasma sebanding dengan klamidia atau virus besar. Mikoplasma resiten

terhadap talium asetat, yang dapat digunakan untuk menghambat bakteri. Mikoplasma juga

resisten terhadap penisilin. Banyak mikoplasma menggunakan glukosa sebagai sumber

energi.

Struktur Antigen

Banyak spesies mikoplasma yang secara antingenik dapat dibedakan dari binatang

dan manusia. Spesies diklasifikasikan dengan gambaran biokimia dan serologik. Antingen

CF mikoplasma adalah glikolipid. Antingen untuk uji Elisa adakah protein. Beberapa

spesies mempunyai lebih dari satu serotipe.

Epidemiologi

Infeksi Myoplasma pneumonia dapat dijumpai di seluruh dunia dan bersifat

endemik. Prevalensi kasus yang paling banyak dijumpai biasanya pada musim panas

sampai ke awal musim gugur yang dapat berlangsung satu sampai dua tahun. Infeksi

tersebar luas dan satu orang ke orang lain dengan percikan air liur (droplet) sewaktu batuk.

Itulah sebabnya infeksi kelihatan menyebar lebih mudah antara populasi yang padat

manusianya misalnya di sekolah, asrama, pemukiman yang padat dan kompleks militer.

Penelitian surveilans menemukan dalam satu keluarga dengan tiga anak berturut-turut

masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan gejala respiratorik yang mana sebelum masuk RS

telah mendapat pengobatan Ampisilin tapi tidak menunjukkan adanya perbaikan. Setelah

pemeriksaan serologik ditemui kenaikan empat kali atau lebih titer antibodi fiksasi

komplemen untuk Mycoplasma pneumoniae pada ketiga anak tersebut. Masa inkubasi

penyakit ini relatif lama kira-kira 2-3 minggu, itulah sebabnya biasanya dalam beberapa

anggota keluarga tidak terjadi sakit dalam waktu yang bersamaan. Biasanya penyakit ini

akan memakan waktu yang lama. M.pneumonia yang sudah lama berada pada host yang

telah terinfeksi ini mungkin merupakan suatu faktor penting juga dalam penyakit epidemik

yang disebabkan oleh organisme ini.

3

Page 4: Mycoplasma pneumoniae

Patologi

Baru sedikit informasi yang diperoleh mengenai gambaran histopatologi infeksi

Mycoplasma pneumonia ini pada manusia, penyakit ini jarang menyebabkan kematian.

Pada beberapa kematian yang telah pernah dilaporkan ditemui gambaran interstitial

pneumonia dan bronkiolitis yaitu penebalan dinding bronkus karena edema, penyempitan

pembuluh darah dan infiltrat dari sel mononuklear. Adanya hiperemis pada cabang

trakeobronkial dan paru pada umumnya dan pada trakea terlihat penurunan yang jelas dari

aksi silia dan diikuti dengan hilangnya silia dan kemudian terkelupasnya sel epitelnya.

Patogenese

Peranan imunitas (kekebalan) tubuh manusia pada patogenese mikopalsmi ini

masih banyak yang belum jelas. Beberapa penelitian te1ah mernperlihatkan bahwa anak

yang kecil mungkin telah pernah terinfeksi M.pneumoniae, tetapi tidak menunjukkan

gejala klinis. Ini oleh karena antigen antibodi yang menimbulkan infiltrat kurang

intensitasnya, sehingga kalau reaksi yang sangat lemah ini tidak menimbulkan gejala

klinik. Tetapi apabila terjadi infeksi yang berulang akan menyebabkan akumulasi imunitas

yang sehingga gejala klinis akan nampak jelas. Studi epidemiologi membuktikan bahwa

anak yang lebih kecil dari 5 tahun, apabila terinfeksi M.pneumoniae jarang menimbulkan

gejala klinis walaupun mempunyai antibodi yang beredar, tapi limfosit yang beredar itu

tidak dapat distimulir oleh antigen M.pneumoniae, sebaliknya anak umur 5 lebih selain

mempunyai antibodi limfosit yang beredar, juga mempunyai limfosit yang respon terhadap

antigen M.pneumoniae spesifik. Respon imun yang khas ditimbulkan yakni respon imun

yang spesifik dan non spesifik. Respon imun yang non spesifik yaitu Antibodi Aglutinin

dingin, antibodi fiksasi komplemen, dan respon imun yang spesifik yaitu pembentukan

respon imun humoral dan respon imun selular. Teknik diagnostik secara serologik pada

umumnya terjadinya respon imun non spesifik.

Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis infeksi M.pneumonia sangat bervariasi dari yang ringan sampai

berat bahkan ada yang dapat menimbulkan kematian tapi hal ini sangat jarang terjadi.

Infeksi M.pneumonia diklasifikasi sebagai infeksi yang sangat ringan atau sub klinis dan

manifestasi klinik. Sedangkan infeksi yang berat dapat menimbulkan bermacam

manifestasi atau komplikasi baik respiratorik maupun non respiratorik. Diantara yang

4

Page 5: Mycoplasma pneumoniae

terkena infeksi M. pneumonia hanya kira-kira 5-10% yang perlu opname di Rumah sakit.

Paru- paru merupakan tempat infeksi yang utama. Penyakit ini termasuk Self limited, tapi

pada keadaan tertentu atau adanya immunodefisiensi dapat mengalami komplikasi yang

berat jika tidak dilakukan pengobatan dengam segera. ISNA berakhir (sembuh) 1-3 minggu

dan mikoplasma dapat menetap sampai 4-6 minggu. Tapi dengan pengobatan yang cepat

dan tepat dapat memperpendek manifestasi klinik, kira- kira setengah kali lebih cepat.

Gejala yang umum pada infeksi ini yaitu nyeri kepala, malaise, demam. Penderita yang

mengalami demam juga disertai batuk yang bersifat paroxismal dan non produktif serta

biasanya menjadi prominen 2 atau 3 hari setelah demam. Keadaan ini sering memerlukan

obat batuk untuk menekan batuknya. Batuk ini dapat mengeluarkan sputum yang encer

berwarna putih, tapi jarang terjadi sputum yang purulent. Malaise kira-kira 75% dari

penderita dan sakit kepala sering terjadi. Beberapa pasien juga ada yang mengeluh sakit

dada, pilek, serak dan gemetar. Infeksi saluran nafas atas juga dapat menyertai infeksi

M.Pneumonia yaitu Faringitis hampir 50% dari penderita. Infeksi telinga kira-kira 20%

terdiri dari otitis media, otitis externa dan bullous myringitis, semua keadaan ini telah

pernah dijumpai berhubungan dengan infeksi M.pneumonia atau kira-kira 1/4 – 1/2 dari

pasien yang menderita M.pneumonia akan selalu mcnderita demam ditambah infeksi

saluran nafas atas disertai myringitis, faringitis, bronkitis atau kombinasi ketiganya. Pada

pemeriksaan fisik (auskultasi) ditemui ronki basah hampir pada 75% dari kasus yang

biasanya terdapat di sebelah bawah paru kanan. Insidens asma yang meningkat pada

infeksi M.pneumonia diduga bahwa M.pneumonia berpengaruh terhadap tonus bronkus

yang menyebabkan bronkokonstriksi. Jadi dengan seringnya infeksi yang berulang dari

M.pneumonia ada kemungkinan bahwa organisme ini dapat berperan dalam menimbulkan

problem baru yang kronis.

Komplikasi

Penyebaran dari infeksi di dalam paru-paru adalah Pleural effusi ringan merupakan

komplikasi pulmonaI yang paling sering. Komplikasi yang berat dapat terjadi pada

keadaan tertentu tapi jarang, misalnya SwyerJames Syndrom atau Mc Leod Syndrom,

massive pleural effusi, Pulmonari fibrosis, Bronkiolitis obliterans dan Respiratori distress

syndrom pada dewasa5 yang dapat menyebabkan kematian. Komplikasi extra pulmonal

biasanya terjadi sebagai komplikasi dan penyakit pulmonal, tapi pada beberapa kasus tidak

ditemui gejala pneumonia. Di sini diagnosa ditegakkan hanya dengan pemeriksaan kultur

5

Page 6: Mycoplasma pneumoniae

yang positif dari M.pneumonia atau adanya kenaikan empat kali atau lebih dari titer

antibodi komplemen fiksasi terhadap M.pneumonia.

Gastrointestinal

Komplikasi gastrointestinal jarang, gejala yang ringan dapat berupa diare, mual,

muntah dan anoreksia. Beberapa penelitian menujukkan adanya kasus dengan

hepatomegali dan hepatosplenomegali.

Kulit

Komplikasi pada kulit jarang, dan biasanya bersifat sementara, terlihat rash yang

bervariasi dari makular, vesikular sampai eritema multiforme mayor (Stevens Johnson

Syndrom). Beberapa pasien dengan M.pneumonia mendapat lesi yang melepuh pada

mulut, mata dan kulit laporan kasus adanya dijumpai lest bullous pada seluruh muka,

telapak tangan dan kaki, bibir yang edema dan pecah-pecah yang berdiameter antara 3

mm- 4 cm.Umumnya, lesi ini akan sembuh sempurna tanpa meninggalkan cacat apabila

diobati dengan baik, tetapi apabila lesi sudah mengenai kornea dapat menyebabkan

kebutaan. Stevens-Johnson Syndrom sering disebabkan oleh reaksi allergi obat, akan tetapi

apabila hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang manifestasi kliniknya

mermnjukkan pneumonia, maka hal ini dapat menolong mengkonfirmasi diagnosa klinis

M.pneumonia. Raynold phenomenon dapat terjadi pada penderita M.pneumonia. hipotesa

yang mengatakan bahwa titer yang tinggi dari Aglutinin dingin dapat menyebabkan

trombus pada mikro sirkulasi dari ujung jari ketika terkena dengan udara dingin, sehingga

menimbulkan warna pucat dan terasa sakit pada ujung jari tersebut. Darah Hemolitik

anemi dapat terjadi pada pasien yang mempunyai titer Aglutinin dingin yang sangat tinggi,

yang menyebabkan hemolisa yang cepat dan berat. Penurunan angka hematokrit sampai

50%, keadaan ini dapat terjadi pada minggu ke 2-3 dari perjalanan penyakitnya.

Neurologi

Aseptik meningitis, meningoencephalitis, Guillen Barre Syndrom tapi komplikasi

ini jarang ditemui. Warren melaporkan kasus Poliomyelitis dengan adanya peninggian titer

Aglutinin dingin dan Antibodi komplemen fiksasi terhadap M.pneumonia. Ataksia

cerebellar yang berat pernah dijumpai pada M.pneumonia.

6

Page 7: Mycoplasma pneumoniae

Kardiovaskular

Komplikasi kardiovaskular jarang dijumpai, tapi perikarditis, miokarditis,

rheumatic fever-like syndrom pernah dijumpai tapi biasanya dapat sembuh tanpa

menimbulkan sequele.

Muskuloskeletal

Artralgia merupakan komplikasi yang sering pada Muskulosketal, sedangkan

artritis adalah kompIikasi yang paling jarang terjadi. Apabila keadaan ini terjadi maka

artritis. akan berlanjut lebih lama, sedangkan manifestasi klinik yang lain sudah

menghilang.

Diagnosa

Secara umum kita akan curiga adanya infeksi M.pneumonia apabila ditemui:

Pneumonia pada anak usia sekolah dan dewasa muda terutama dengan batuk

paroximal sebagai gejala awal.

Penderita dengan gejala kIinik sesuai dengan Pneumonia tapi tidak memberi respon

terhadap pemberian Antibiotika golongan Penicillin.

Pneumonia interstisial yang terjadi pada dewasa muda.

Gejala klinis sesuai dengan gejala Pneumonia, tapi pemeriksaan darah hitung

leukosit normal

Gambaran radiologik paru tidak dapat dibuat sebagai patokan diagnosa, oleh karena tidak

adanya kelainan yang patognomonik tapi apabila dijumpai infiltrat pada lobus bawah paru

kita dapat curiga suatu infeksi M.Pneumonia. Adanya infiltrat pada lobus bawah paru

sekitar 66%, bertentangan dengan gejala klinik yang tidak begitu menonjol dibandingkan

dengan gambaran radiologisnya, tapi gambaran radiologis ini akan cepat membaik dalam

waktu yang relatif singkat kurang dari seminggu. Pemeriksaan laboratorium, hitung

leukosit biasanya dalam batas normal atau sedikit meninggi. Kultur dari sputum atau

hapusan tenggorokan, dengan menemukan M.pneumonia adalah merupakan diagnosa pasti,

tapi hal ini tidak dapat dilakukan secara rutin oleh karena memakan waktu yang lama, 2-3

minggu baru ada pertumbuhan kuman, sehingga tidak dapat dipakai sebagai diagnosa

untuk membenkan terapi inisial. Beberapa peneliti mengatakan bahwa pemeriksaan

serologik lebih unggul dibandingkan dengan pemeriksaan isolasi atau kultur. Jadi, untuk

menegakkan diagnosa M. pneumonia dibuat berdasarkan kombinasi gejala klinis

7

Page 8: Mycoplasma pneumoniae

dikonfirmasi radiologi ditambah dengan pemeriksaan serologik. Pemeriksaan serologik

dengan cara mengukur titer antibodi spesifik terhadap M.pneumonia dalam serum

penderita merupakan diagnostik yang cukup sensitif dan spesifik. Pemeriksaan serologik

yang umum dipakai saat ini adalah pemeriksaan terhadap antibodi IgM spesifik. Antibodi

Ig G spesifik, Antibodi f1uoresense, Inhibisi pertumbuhan, fiksasi komplemen dan

Aglutinin dingin. Metode yang dipakai untuk pemeriksaan serologik ialah Efisa (Enzym

linked immunosorbent assay) atau EIA (Enzym immuno assay).

Kriteria diagnosa serologik adalah :

Peningkatan empat kali lipat atau lebih dari titer antibodi fikasasi komplemen

terhadap M.pneumnioa

Titer tunggal sama atau lebih besar dari 1: 160. 12

Pemeriksaan titer serum biasa digunakan sepasang serum, dimana serum pertama

diambil pada fase akut dan serum kedua pada fase konvalesent.

Diagnosa ditegakkan jika titer serum kedua sedikitnya naik dua kali lipat titer serum

pertama. Beberapa peneliti mendapatkan kenaikan titer serum kedua 4 kali lipat dan titer

serum pertama. Jika dijumpai peningkatan titer Aglutinin dingin sama atau lebih besar dari

1 : 64 dapat menyokong diagnosa, lebih kurang 50% dari pasien M.Pneumonia akan

mengalami kenaikan titer Aglutinin dingin.3,6,15 Har dkk menjumpai kenaikan titer

Aglutinin sampai 78%. Tapi Aglutinin dingin ini tidak spesifik untuk M.Pneumonia karena

dapat positif juga. Pada penyakit lain, misalnya pada penyakit hemolitik anemi, penyakit

liver dan virus lainnya. Diagnosa cepat untuk M.Pneumonia saat sekarang ini yaitu dengan

DNA probe test yang mempunyai sensitivitas 76% dan sensitivitas 91,7% dibandingkan

dengan kultur.

Pengobatan

1. Antibiotika

Ampisilin tidak sensitif terhadap infeksi M.Pneumonia ini, karena mikroorganisme

ini tidak mempunyai dinding sel. Kultur secara invitro memperlihatkan sensitivitas

terhadap Eritromisin dan Tetrasiklin,7 obat ini merupakan drug of choice untuk

M.Pneumonia. Pada anak yang lebih kecil dari 10 tahun obat pilihan adalah eritromisin,

sedangkan Tetrasiklin dianjurkan oleh karena adanya efek samping terhadap anak. Obat ini

8

Page 9: Mycoplasma pneumoniae

diberi dengan dosis penuh yaitu 250-500 mg 4 kali sehari selama 7-10 hari. Secara rinci

pengobatan untuk infeksi ini yaitu

Dosis Dewasa dengan BB ≥ 26 kg : Tetrasiklin 1000 mg/hari dibagi 4 dosis

Eritromisin 1500 mg/hari dibagi 4 dosis

Anak-anak BB ≤ 25 kg : Tetrasiklin 25 mg/kg BB/hari dalam 4 dosis

Eritromisin 30-50 mg/kg BB/hari Diberi selama 2 - 3 minggu.

Dengan pemberian obat ini dalam jangka waktu pendek menunjukkan hasil yang baik

dengan menghilangnya manifestasi klinik secara cepat, tapi mikrorganisme ini bisa tidak

segera hilang dari sputum atau hapusan tenggorokan, sehingga dapat mempengaruhi fungsi

paru dikemudian hari. Obat baru saat sekarang ini yang banyak dipakai adalah

Roxytromycin yaitu Antibiotik dari golongan Makrolide ternyata cukup efektif terhadap

M.pneumonia dengan efek samping yang sedikit dengan pemberian yang sederhana dengan

dosis 5-10 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis diberi per ora1, diberikan selama 7-14

hari.6 Steroid dapat diberi bila ditemui komplikasi Stevens-Johnson Syndrom.Pengobatan

Simptomatik, yaitu dengan istirahat, pemberian analgetik/antipiretik, antitussive dan

asupan cairan jika diperlukan.

Prognosa

Infeksi M.pneumonia pada umunya baik. Tetapi beberapa laporan kasus ada yang fatal

dengan adanya immunodefisiensi.

Referensi

1. Jawetz, Melnick dan Adelberg.(2008). Mikrobiologi kedokteran Jilid 23. Penerbit

EGC.Jakarta

2. Lubis, H.M.(2005). Pneumonia Mikoplasma.Bagian Ilmu kesehatan Anak.FK USU

3. Murray, P.R., E.J. Baron, M.A. Pfaller, F.C. Tenover, R.H. Yolken (1994) Mannual

of Clinical Microbiology, Sixth Edition. ASM Press.

4. Wirjodiarjo M., Sigarlaki, Boediman dan Rahajo.(1988)

Mycoplasma sebagai penyebab infeksi saluran nafas akut (ISNA)

pada anak . MKI 38, hal 518- 522, 1988

5. Williams, H.E. (1982). Mycoplasma pneumoniae pneumonia, in

Phelan, P.D., Court D. Respiratory illness in children. Blackwell

scientific Publications Oxford,

9

Page 10: Mycoplasma pneumoniae

pp :53-54,1982

10