Upload
hokage-uzumaki-dichan
View
62
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Myelograf
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dunia kedokteran saat ini sangat maju dengan pesat terutama dengan
pekembangan dan aplikasi komputer bidang kedokteran sehingga ilmu radiologi
turut berkembang pesat mulai dari pencitraan organ sampai ke pencitraan selular
atau molekular. Di Indonesia perkembangan kedokteran terutama dalam bidang
radiologi masih banyak dilakukan serta perlu dukungan pemerintah.
Pemeriksaan myleografi di negara maju perannya sudah semakin sempit
dan diganti dengan teknologi CT scan serta perangkat digital lainnya termasuk
USG dan MRI meskipun demikian, alat tersebut masih tetap dipakai karena
murah, mudah dan cepat untuk kasus tertentu. Di Indonesia dengan
pengembangan program pemerintah pusat dan daerah sudah banyak penempatan
alat radiologi dasar di puskesmas besar sehingga dapat membantu dokter yang
bertugas dan tidak perlu merujuk ke kota atau RS besar hanya untuk diagnosis
penyakit tertentu.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Mielografi?
2. Bagaimana prinsip pemeriksaan Mielografi?
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dilakukan Mielografi?
4. Bagaimana teknik pemeriksaan Mielografi?
5. Bagaimana prosedur pemeriksaan Mielografi?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi Mielografi
2. Mengetahui prinsip pemeriksaan Mielografi
3. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi dilakukan Mielografi
4. Mengetahui teknik pemeriksaan Mielografi
5. Mengetahui prosedur pemeriksaan Mielografi
1
1.4. Manfaat
1. Memperluas wawasan mahasiswa kedokteran mengenai peran
dilakukannya pemeriksaan mielografi sebagai salah satu sarana
pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis adanya suatu penyakit
terutama di regio vertebrae.
2. Membantu mahasiswa kedokteran untuk mengintepretasi adanya suatu
kelainan pada mielografi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Tulang Belakang
Tulang belakang (vertebra) terdari dari 33 tulang : 7 buah tulang cervical,
12 buah tulang thoracal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral dan 4 tulang
coccygeus. Tulang cervical, thoracal dan lumbal membentuk columna vertebralis,
sedangkan tulang sacral dan coccygeus satu sama lain menyatu membentuk dua
tulang yaitu tulang sacrum dan coccygeus. Discus intervertebralis merupakan
penghubung antara dua corpus vertebra.
Gambar 2.1 Tulang Belakang Manusia
Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang
belakang dan memungkinkan mobilitas vertebra.
3
Fungsi columna vertebralis adalah menopang tubuh manusia dalam posisi
tegak, yang secara mekanik sebenarnya melawan pengaruh gaya gravitasi agar
tubuh secara seimbang tetap tegak.
Vertebra cervical, thoracal, lumbal bila diperhatikan satu dengan yang
lainnya ada perbedaan dalam ukuran dan bentuk, tetapi bila ditinjau lebih lanjut
tulang tersebut mempunyai bentuk yang sama. Corpus vertebra merupakan
struktur yang terbesar karena mengingat fungsinya sebagai penyangga berat
badan.
Pada proses penuaan discus intervebralis, kadar cairan dan elastisitas
discus akan menurun. Keadaan ini mengakibatkan ruang discus intervebralis
makin menyempit, “facet join” makin merapat, kemampuan kerja discus menjadi
makin buruk, annulus menjadi lebih rapuh. Keadaan demikian menimbulkan
“locus minoris resistensi” atau titik lemah untuk terjadinya HNP (Hernia Nukleus
Pulposus). Ligamentum spinalis berjalan longitudinal sepanjang tulang vertebra.
Ligamentum ini berfungsi membatasi gerak pada arah tertentu dan mencegah
robekan.1,2,4
Gambar 2.2 Discus Intervebralis
4
Medula spinalis merupakan bagian susunan saraf pusat, berbentuk silinder
memanjang dan seluruhnya terletak didalam saluran tulang tulang belakang. Pada
orang dewasa membentang dari medulla oblongata sampai setinggi ruang antar
ruas lumbal I-II.
Medula spinalis dibungkus oleh tiga lapis selaput meningen. Selaput
paling dalam disebut pia meter berisi pembuluh darah yang memberi nutrisi.
Selaput meningen yang berada ditengah adalah arachnoid, membungkus akar
serabut saraf spinal dari tempat keluarnya dari kanalis vertebralis. Arakhnoid
dipisahkan dari pia meter oleh ruang sub arachnoid. Dura meter merupakan
selaput terluar meluas kebawah sampai setinggi ruas sakral II, untuk membungkus
saraf-saraf spinal, yang memanjang dari sumsum tulang belakang ke pintu keluar.
Medula spinalis ke bawah semakin mengecil membentuk kerucut yang
disebut conus medularis. Dari konus medularis sampai koksigeus I terdapat
serabut saraf yang disebut filum terminale.
Ada 31 pasang saraf spinal. Akar masing-masing saraf keluar dari saluran
tulang belakang setinggi permukaan antar ruas, mulai dari occipito-
atlantis sampai sakro-koksigis. Menurut tempatnya masing-masing lintasan akar
saraf berbeda-beda. Pada daerah cervikal akar saraf keluar hampir tegak lurus
medula spinalis, daerah thorakal keluarnya mulai miring ke bawah, di daerah
lumbal dan sakral keluarnya merupakan berkas serabut-serabut yang hampir
sejajar di sekitar filum terminalis membentuk cauda equina (ekor kuda).
Ruang sub arachnoid merupakan selubung dari medula spinalis dan
berakhir setinggi sakral II. Ruang sub arachnoid dibawah lumbal II disebut teka
lumbalis (sakus). Dari sinilah cairan cerbro spinalis dihasilkan
oleh plexsus khoroid yang kemudian akan disalurkan kedalam ventrikel-ventrikel
otak. Adapun peredaran dari saluran cerebrospinalis dimulai dari ventrikel-
ventrikel otak, cairan ini masuk ke dalam saluran pusat medula spinalis dan ruang
sub arakhnoid melalui celah-celah ventrikel ke empat. Cairan yang normal tampak
jernih tidak berwarna dan tidak berbau.
Tulang belakang mempunyai tiga lengkungan fisiologis yaitu lordosis
servikalis, kyphosis thorakalis dan lordosis lumbalis. Sudut lumbosakral adalah
5
sudut yang dibentuk oleh permukaan os. sakrum dengan garis horizontal. Normal
besar sudut lumbosakral (sudut Ferguson) 30 derajat.
2.2 Definisi
Myelografi adalah pemeriksaan secara radiologis dari medulla spinalis
dengan menyuntikan media kontras ke dalam ruang sub arakhnoid dengan tujuan
untuk melihat struktur kanalis spinalis.
2.3 Prinsip Kerja
Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, panas, cahaya dan ultra violet, tetapi dengan panjang gelombang
yang sangat pendek. Gelombang /sinar elektromagnetik terdiri atas : listrik, radio,
inframerah, cahaya, ultraviolet, sinar-X, sinar gamma, dan sinar kosmik. Sinar-X
bersifat heterogen, panjang gelombangnya bervariasi dan tidak terlihat. Perbedaan
antara Sinar-X dengan sinar elektomagnetik lainnya juga terletak pada panjang
gelombang, dimana panjang gelombang sinar-X sangat pendek, yaitu hanya
1/10.000 panjang gelombang cahaya yg kelihatan. Karena panjang gelombang yg
pendek itu, maka sinar-X dapat menembus benda-benda. Panjang gelombang
sinar elektromagnetik dinyatakan dalam satuan Angstrom. Gelombang yang
dipergunakan dalam dunia kedokteran antara 0,50 A-0,125 A.
1A = 10⁻⁸ cm ( 1/100.000.000 cm )
Sinar-X mempunyai beberapa sifat fisik, yaitu : daya tembus, pertebaran,
penyerapan efek fotografik, pendar fluor (fluoresensi), ionisasi, dan efek biologik.
1. Daya Tembus
Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan
digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besaran KV)
yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom
atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembusnya.
2. Penyebaran
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas
tersebut akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder
6
(radiasi hambur) pada bahan/ zat yang dilaluinya. Hal ini akan
menimbulkan gambar radiograf dan pada film akan tampak pengaburan
kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini,
maka diantara subjek dengan film rontgen diletakkan grid.
3. Penyerapan
Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat
atom atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau
berat atomnya, makin besar penyerapannya.
4. Efek Fotografik
Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak –bromida) setelah
diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.
5. Pendar fluor (Fluorensi)
Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium- tungstat atau
Zink- sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut
dikenai radiasi sinar-X. Luminisensi ada 2 jenis, yaitu :
a. Fluoresensi : memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar-X
saja.
b. Fosforisensi : pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat
walaupun radiasi sinar-X sudah simatikan (after-glow)
2. Ionisasi
Efek primer sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan
menimbulkan ionisasi partikel-partiel bahan atau zat tersebut.
3. Efek Biologik
Sinar-X akan menimbulkan perubahan- perubahan biologik pada jaringan.
Efek biologik ini digunakan dalam pengobatan radioterapi.
Untuk pembuatan sinar-X diperlukan sebuah tabung roentgen hampa udara
dimana terdapat elektron- elektron yng diarahkan dengan kecepatan tinggi pada
suatu sasaran (target). Dari proses tersebut diatas terjadi suatu keadaan dimana
energi elektron sebagian besar diubah menjadi panas (99%) dan sebagian kecil
(1%) diubah menjadi sinar-X. Suatu tabung pesawat rontgen mempunyai beberapa
persyaratan, yaitu :
7
Mempunyai sumber elektron
Gaya yang mempercepat gerakan elektron
Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara
Alat pemusat berkas elektron (focusing cup)
Penghenti gerakan elektron
Urutan proses terjadinya sinar X dari tabung roentgen adalah sebagai
berikut :
1. Katoda (filamen) dipanaskan (lebih dari 20.000˚C) sampai menyala
dengan menggunakan aliran listrik yang berasal dari transformator.
2. Karena panas, elektron- elektron dari katode (filamen) terlepas.
3. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-
elektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat
pemusat (focusing cup).
4. Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target) dengan memilih
potensial tinggi.
5. Awan- awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga
terbentuk panas (>99%) dan sinar-X (<1%).
6. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluanya sinar-X dari tabung,
sehingga sinar-X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.
7. Panas yang tinggi pada sasaran (terget) akibat benturan elektron ditiadakan
oleh radiator pendingin
Jumlah sinar-X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat dari alat
pengukur miliampere (MA), sedangkan jangka waktu pemotretan dikendalikan
oleh alat pengukur waktu.
Daya tembus sinar X berbeda-beda sesuai dengan benda yang dilaluinya.
Benda-benda yang mudah ditembus sinar X akan memberi bayangan hitam
(radiolusen). Benda-benda yang sukar ditembus sinar X akan memberi bayangan
putih (radioopak). Diantaranya terdapat bayangan perantara yang tidak terlalu
hitam atau radiolusen sedang (moderately radiolucent) dan tidak terlalu putih atau
radioopak (moderately radio-opaque). Diantara radiolusen sedang dan radioopak
8
sedang bayangan keputih-putihan (intermediate)/ berdasarkan mudah tidaknya
ditembus sinar X, maka bagain tubuh dibedakan atas :
1. Radiolusen (hitam) : gas dan udara.
2. Radiolusen sedang : jaringan lemak.
3. Keputih-putihan : jaringan ikat, otot, darah, kartilago, epitel, batu
kolesterol, batu asam urat.
4. Radioopak sedang : tulang dan garam kalsium.
5. Radioopak (putih) : logam-logam berat.
2.4 Indikasi
Untuk memperlihatkan kelainan-kelainan pada :
Ruang sub arakhnoid
Syaraf perifer
Medulla spinalis
Adapun kelainan – kelainan yang sering terjadi pada daerah vertebrae,
antara lain:
1. Tumor :
- Ekstradural :
• Cervical spondylosis
• Spinal tuberculosis
• Herniated nucleus pulposus
• Metastatic tumors
– Intradural (ruang subarachnoid)
• Neurofibroma
• Meningioma
– Intramedullary (spinal cord)
• Ependymoma
• Astrocytoma
• Syringomyeloma
2. Kista
9
3. Arachnoiditis
4. Cedera Radiks saraf spinalis
5. Tumor pada fosa posterior tulang kepala
2.5 Kontra Indikasi
Adapun kontra indikasi dari Myelografi sebagai berikut :
Tekanan intra kranial meninggi
Infeksi pada daerah tusukan
Alergi terhadap bahan kontras
Kesadaran menurun
LCS bercampur darah
Pada wanita sampai akhir periode reproduksi dan wanita hamil untuk
mencegah paparan radiasi.
2.6 Pemeriksaan Mielografi
A. Persiapan Pasien
Jika pasien wanita, tanyakan apakah pasien hamil.
Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya.
Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat asma atau alergi.
Penandatanganan informed consent.
Melepaskan benda-benda logam pada daerah yang akan diperiksa.
Pasien puasa: selama 5-8 jam sebelum pemeriksaan.
Pasien diberi penjelasan tentang prosedur pemeriksaan.
Dibuat plain foto posisi AP dan lateral pada daerah yang akan diperiksa.
Premedikasi : diberikan obat sedatif, yaitu kombinasi dari 10 mg Drop
ridol & 0,15 mg
B. Persiapan Kamar / Ruang Pemeriksaan
Dikarenakan prosedur pemeriksaan mielografi harus aseptik, maka
meja pemeriksaan dan alat-alat harus bersih. Dipersiapkan juga tabuing
oksigen yang siap pakai, standart infus dan beberapa peralatan steril maupun
tidak steril yang diperlukan dan siletakkan pada tempatnya.
10
C. Persiapan Alat :
Pesawat sinar X
Kaset yang berisi film
Marker L dan R
Baju penderita dan duk lobang steril
Spuit 10 ml dan 20 ml
Jarum spina beberapa ukuran
Kasa steril
Kapas steril
Alkohol
Yodium ( Betadine )
Media kontras yang digunakan
Media kontras yang digunakan bersifat water soluble non ionik.
Contohnya : Ultravist, omnipaque, Iopamiero
Obat anti histamin
Sarung tangan
Bengkok dan plester
Tensimeter
D. Bahan Kontras
Secara garis besar, maka bahan kontras dibagi atas :
1. Kontras negatif, yaitu udara.
Pemeriksaan mielografi dengan kontras udara sudah banyak
ditinggalkan karena kesukaran teknis radiografi dan posisi pemeriksaan
yang sangat menggangu penderita.
2. Kontras positif
a. Yang larut dalam air (water soluble) :
Dimer – X Beresiko kejang jika mengenai otak (sudah tidak
dugunakan).
Amipaque
Conray 280
11
b. Yang larut dalam minyak (oil soluble) :
Pantopaque
Myodil
Durolipaque
E. Teknik Pemeriksaan Mielografi
Beberapa teknik pemeriksaan yang dilakukan ialah :
1. Pungsi Lumbal
2. Pungsi Suboksipital
Pungsi Lumbal
Pasien diletakkan dalam posisi erect/ duduk atau lateral dekubitus
kiri/kanan.
Dilakukan di desinfektan (dari sentral ke luar ) dengan menggunakan
alkohol kemudian betadine.
Dilakukan pungsi dengan jarum spinal no.18 atau no.20 setinggi L III-IV
atau L IV-V, kadang-kadang dikerjakan pungsi setinggi L II-III, sampai
keluar liquor cerebru spinalis (LCS).
Dimasukkan kontras sebanyak 10-20 cc ke dalam ruangan subarakhnoid.
Yang harus diperhatikan : kesterilan alat tusuk, daerah yang ditusuk,
media kontras yang hendak dimasukkan.
Foto-foto diambil dalam posisi :
o Prone dengan sinar AP
o Lateral
o Oblique, jika perlu prone dengan sinar horizontal.
Pada penderita dengan kelainan di daerah lumbal, foto-foto dibuat
dalam posisi erect sampai trendelenberg sekitar 150, agar kontras terlihat
mengisi dural sac distal sampai daerah konus medularis. Untuk penderita
dengan kelainan di daerah torakal dan servikal, foto diambil dalam posisi
trendelenberg yang kadang-kadang mencapai 450-600.
12
Pungsi Suboksipital
Pasien diletakkan dalam posisi lateral dekubiotus kiri.
Dilakukan di desinfektan (dari sentral ke luar ) dengan menggunakan
alkohol kemudian betadine.
Dilakukan pungsi di daerah suboksipital dimana jarum pungsi akan masuk
ke dalam cisterna magna cerebri, sampai keluar liquor cerebru
spinalis (LCS).
Dimasukkan kontras sebanyak 10-20 cc.
Yang harus diperhatikan : kesterilan alat tusuk, daerah yang ditusuk,
media kontras yang hendak dimasukkan.
Foto-foto dibuat dalam posisi : prone dan lateral.
Cara ini dilakukan untuk melihat batas atas lesi yang diderita. Namun
pemeriksaan ini sangat jarang dilakukan. Adakalanya kontras yang
dimasukkan tidak sampai ke dalam ruang subarakhnoid, tetapi ke dalam ruang
subdural atau epidural. Dalam hal ini pemeriksaan harus diulang kembali.
Kontras yang larut dalam air/likuor serebrospinal mempunyai
viskositas yang lebih rendah, sehingga dapat memperlihatkan ruang
subarakhnoid sampai axillary pouch.
Myelografi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik radiografi
konvensional ataupun dengan fluoroskopi. Sebelum pemeriksaan myelografi
dilakukan dibuat terlebih dahulu foto pendahuluan ( polos ) dari vertebre dengan
proyeksi AP dan lateral. Apabila foto pendahuluan telah baik / informatif yang
dinyatakan oleh radiolog, pemeriksaan diteruskan dengan penyuntikkan
media kontras.
Gambar 2.3 Posisi Penyinaran
13
1. Proyeksi Lateral
· Tujuan : untuk melihat kedalaman jarum yang menusuk ke dalam diskus
intervertebralis menembus Medula Spinallis
· Posisi Pasien : Pasien lateral recumbent, kepala di atas bantal, knee fleksi, di
bawah knee dan ankle diberi pengganjal.
· Posisi Obyek :
a) Atur MSP (Mid Sagittal Plane) tegak lurus kaset/meja pemeriksaan.
b) Pelvis dan tarsal true lateral
Gambar 2.4 Posisi Lateral
Letakkan pengganjal yang radiolussent di bawah pinggang agar vertebra
lumbal sejajar pada meja (palpasi prosessus spinosus).
Sinar
CR : Tegak lurus kaset.
CP : Setinggi L3 (4 cm di atas crista iliaka)
FFD : 100 cm
Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.
Kriteria :
a) Tampak gambaran jarum yang menusuk bagian diskus intervertebralcontras
dan menembus Medula Spinallis
b) Tampak gambaran Medula Spinallis telah terisi zat contras.
c) Tampak foramen intervertebralis L1 – L4, Corpus vertebrae, space
intervertebrae, prosessus spinosus.
14
2. Proyeksi AP
1. Tujuan : Untuk melihat zat contas yang telah terisi contras media
2. Posisi Pasien : Pasien tidur supine, kepala di atas bantal, knee fleksi.
3. Posisi Obyek :
a. Atur MSP (Mid Sagittal Plane) tegak lurus kaset/meja pemeriksaan.
b. Letakkan kedua tangan diatas dada.
c. Tidak ada rotasi tarsal / pelvis.
4. Sinar
CR : Tegak lurus kaset
CP :
a. Setinggi Krista iliaka (interspace L4-L5) untuk memperlihatkan
lumbal sacrum dan posterior Cocygeus.
b. Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas crista
iliaka) untuk memperlihatkan lumbal.
FFD : 100 cm
Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.
Gambar 2.5 Gambaran foto dengan kontras
Kriteria : Tampak vertebra lumbal, space intervertebra, prosessus spinosus dalam
satu garis pada vertebra, prosessus transversus kanan dan kiri berjarak sama
15
2.7 Keuntungan dan Kerugian Mielografi
A. Keuntungan Mielografi
Mielografi relatif aman.
Ketika bahan kontras disuntikkan ke dalam ruang subarachnoid, daerah
sekitarnya seperti akar saraf dan sumsum tulang belakang akan dapat
dievaluasi yang biasanya tidak terlihat atau sulit dibedakan pada x-ray biasa
tanpa kontras.
Radiasi X-ray biasanya tidak memiliki efek samping bila digunakan dalam
kisaran diagnostik yang diperlukan untuk prosedur ini.
B. Kerugian Mielografi
Selalu ada kemungkinan kecil kanker akibat paparan yang berlebihan terhadap
radiasi.
Meskipun jarang, sakit kepala yang berhubungan dengan adanya kontras yang
meningkatkan TIK dapat terjadi. Sakit kepala biasanya meningkat ketika
pasien tiduran, biasanya dimulai dalam waktu 2-3 hari setelah tindakan.
Efek samping injeksi bahan kontras walaupun jarang, seperti gatal-gatal,
ruam, mual, bersin, atau kecemasan. Reaksi yang lebih parah yang melibatkan
jantung atau paru-paru tetapi sangat jarang terjadi.
Komplikasi yang lebih sering yaitu cedera saraf tulang belakang dari jarum
dan perdarahan di sekitar akar saraf di kanal tulang belakang. Selain itu,
meningen yang menutupi sumsum tulang belakang bisa menjadi meradang
atau terinfeksi. Kejang adalah komplikasi yang sangat jarang dari mielografi.
Keterbatasan yang paling signifikan dari mielografi adalah:
o Hanya mampu melihat daerah kanalis tulang belakang dan akar saraf
yang berdekatan dengan tulang belakang.
o Mielografi harus dihindari selama kehamilan karena risiko radiasi
terhadap janin.
o Mungkin sulit untuk menyuntikkan bahan kontras pada pasien dengan
cacat struktur tulang belakang atau beberapa bentuk cedera tulang
belakang.
o Mielografi tidak boleh dilakukan pada tempat suntikan yang terinfeksi.
16
2.8 Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi adalah usaha dalam lingkungan kesehatan yang
bertujuan memperkecil penerimaan dosis radiasi yang diterima baik oleh
pihak-pihak yang terlibat selama pemeriksaan radiologi baik bagi pasien,
radiografer, dokter radiologi dan masyarakat umum dan lingkungan sekitar.
1. Proteksi radiasi bagi pasien
Mengatur luas lapangan sesuai lapangan objek yang diperlukan
dan menghindari pengulangan pemeriksaan (foto), karena akan
menambah dosis yang diterima
2. Proteksi Radiasi bagi petugas
Petugas berdiri di belakang tabir radiasi selama penyinaran
berlangsung. Apabila petugas harus berada di ruangan pemeriksaan
harus menggunakan apron. Menggunakan alat pencatat dosis personil
film badge. Petugas menggunakan sarung tangan timbal
3. Proteksi radiasi bagi masyarakat umum
Yang dimaksud masyarakat umum disini adalah orang yang
berada disekitar unit radiologi dan tidak mempunyai kepentingan
dengan pemeriksaan radiodiagnostik dan dikarenakan suatu hal maka
harus berada di dekat unit radiologi contoh dari masyarakat umum
adalah pengantar pasien (keluarga, perawat) pemberian proteksi
masyarakat umum sebagai berikut :
- Tembok ruangan pemeriksaan setebal setara dengan ketebalan
0,25 mm Pb dan pintu ruangan di unit radiologi di lapisi Pb.
- Memberikan peringatan berupa tulisan, maupun tanda-tanda
akan bahaya radiasi sinar-X.
17
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Myelografi adalah pemeriksaan secara radiologis dari medulla spinalis
dengan menyuntikan media kontras positif ke dalam ruang sub arakhnoid.
Indikasi yang bisa dilakukan dengan pemeriksaan ini adalah Untuk
memperlihatkan kelainan-kelainan pada ruang sub arakhnoid, syaraf perifer,
medulla spinalis. Kontra indikasi jika tekanan intra kranial meninggi, terdapat
infeksi, Alergi pada bahan kontras, kesadaran menurun, LCS bercampur darah,
dan pada wanita hamil.
Prosedur Pelaksanaan dapat dilakukan dengan persiapan pasien seperti
puasa, serta persiapan peralatan meliputi Pesawat sinar X, Kaset yang berisi film
beserta Marker, baju pasien, Spuit, Jarum spina, Kasa steril, Kapas steril, Alkohol,
Yodium ( Betadine ), Media kontras yang digunakan bersifat water soluble non
ionik. Contohnya : Ultravist, omnipaque, Iopamiero, Obat anti histamin, Sarung
tangan, Bengkok dan plester, Tensimeter
Proyeksi pemotretan pada pemeriksaan ini adalah Antero-Posterior dan
lateral. Kriteria gambar yang diharapkan adalah kontras dapat mengisi canalis
vertebralis dan memberikan gambaran daerah sekitarnya sehingga dapat
ditentukan letak kelainan.
3.2 Saran
Pemeriksaan mielografi merupakan pemeriksaan yang relatif aman, tetapi
setiap pemeriksaan dapat menyebabkan komplikasi tertentu seperti alergi terhadap
kontras, sehingga diperlukan persiapan yang baik dan diperlukan posisi dan teknik
pemeriksaan yang tepat untuk memperoleh hasil yang baik guna penegakkan
diagnosa.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Daffner, Richard. Clinical Radiology, The Essentials. Baltimore: Williams
and Wilkins, 1993.
2. Pagana, Kathleen Deska. Mosby's Manual of Diagnostic and Laboratory
Tests. St. Louis: Mosby, Inc., 1998.
3. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Balai Penerbit FK UI :
Jakarta, 2005.
4. Torres, Lillian. Basic Medical Techniques and Patient Care in Imaging
Technology. Philadelphia: Lippincott, 1997.
19