Upload
dinhbao
View
239
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Makalah Pembangunan Konteks dan Permodelan Teks Cerita Sejarah
SMA NEGERI 4 Samarinda Kelas XII MIPA 1
Pada tanggal 8 Oktober 2015
Samarinda, 8 Oktober 2015
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMAN 4 Guru Bidang Study
H.Syarifuddin,S.Pd,M.Ap Pausta Situmorang S.pd
NIP.196007151987031008 NIP.196508211990032014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
khususnya bagi kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembangunan
Konteks dan Permodelan Teks Cerita Sejarah”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi nilai kelompok kami dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia Semester 1 tahun pelajaran 2015/2016.
Dalam menulis makalah ini, alhamdulillah kami tidak mendapatkan kendala – kendala,
sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu, kami juga mengucapkan
terima kasih kepada guru pembimbing, orang tua dan semua orang yang terlibat yang telah
memberikan dorongan dan motivasi sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan.
Kami juga sampaikan, jika seandainya dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat hal – hal
yang tidak sesuai dengan harapan, untuk itu penulis dengan senang hati menerima masukan,
kritikan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Semoga apa yang di harapkan penulis dapat dicapai dengan sempurna.
Samarinda, 8 Oktober 2015
Penulis
2
Daftar Isi
Halaman Judul........................................................................................................................ i
Halaman Pengesahan............................................................................................................. ii
Kata Pengantar....................................................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................................... 2
1.5 Metode Penelitian...................................................................................................... 2
1.6 Sistematika Penulisan................................................................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Konteks dan Permodelan Teks Cerita Sejarah......................................... 4
2.2 Memahami Struktur Dan Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah................................ 5
2.3 Membandingkan Teks Cerita Sejarah........................................................................ 8
2.4 Penyuntingan dan Mengabstraksi Teks Cerita Sejarah.............................................. 9
2.5 Memproduksi Teks Cerita Sejarah............................................................................. 11
2.6 Mengonversi teks cerita sejarah kedalam bentuk lain................................................ 12
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Struktur Teks Cerita Sejarah........................................................................................ 13
3.2 Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah........................................................................... 17
3.3 Penyuntingan Teks Cerita Sejarah............................................................................... 23
3.4 Mengabstraksi Teks Cerita Sejarah.............................................................................. 25
3.5 Memproduksi Teks Cerita Sejarah............................................................................... 26
3
3.6 Mengonversi Teks Cerita Sejarah................................................................................ 27
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................................... 31
4.2 Saran............................................................................................................................. 31
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 31
LAMPIRAN............................................................................................................................. 33
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koran, radio, televisi, dan majalah merupakan sumber informasi. Sumber informasi
tersebut disampaikan dalam bentuk lisan dan tulisan. Teks cerita sejarah juga dapat menjadi
informasi karena di dalamnya memuat fakta atau informasi-informasi pada masa lalu yang
berhubungan dengan peristiwa sejarah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks berarti naskah berupa kata-kata
asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkat ajaran atau asalan dan bahan tertulis
untuk dasar memberikan pelajaran berpidato, atau yang lainnya.
Teks cerita sejarah adalah naskah cerita atau nasrasi rekaan yang mengandung unsur-
unsur sejarah. Dalam teks cerita sejarah, ada beberapa unsur nyata, misalnya tokoh, nama
tempat dan peristiwa. Namun, dalam teks cerita sejarah terdapat pula cerita yang sifatnya
rekaan, misalnya mitos asal-usul raja, mitos pembukaan negeri, mitos kedatangan sebuah
agama, dan mitos alegori.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka yang akan menjadi rumusan masalah,
ialah:
1. Apa pengertian konteks dan permodelan teks cerita sejarah?
2. Bagaimana struktur dan ciri kebahasaan teks cerita sejarah?
3. Bagaimana membandingkan teks cerita sejarah?
5
4. Bagaimana cara menyunting dan mengabstraksi dalam teks cerita sejarah?
5. Bagaimana memproduksi teks cerita sejarah?
6. Bagaiamana cara mengonversi teks cerita sejarah kedalam bentuk lain?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok Bahasa
Indonesia yang diberikan oleh guru bidang studi kami. Adapun tujuan khusus dibuatnya
makalah ini adalah:
1. Memahami konteks dan permodelan teks cerita sejarah.
2. Menjelaskan struktur teks cerita sejarah.
3. Menjelaskan ciri kebahasaan teks cerita sejarah.
4. Mengetahui cara menyunting dan mengabstraksi teks cerita sejarah.
5. Memproduksi teks cerita sejarah.
6. Mengonversi teks cerita sejarah kedalam bentuk lain.
1.4 Manfaat Penulisan
Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat membantu pembaca maupun penulis untuk
mengetahui pembangunan konteks dan permodelan dalam teks cerita sejarah.
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian dalam pembangunan konteks dan pemodelan teks cerita sejarah adalah
sebagai berikut :
6
1. Penelitian kepustakaan (Library Research)
Mencari literature dan referensi yang berasal dari buku-buku dan browsing
dengan menggunakan internet mengenai informasi tambahan lainnya seputar
pembangunan konteks dan pemodelan teks cerita sejarah serta referensi-referensi lain
yang dapat membantu dalam penelitian ini.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan tugas ini adalah sebagai berikut :
1. Halaman Depan : Berisikan cover makalah, halaman pengesahan, kata pengantar
dan daftar isi.
2. BAB I Pendahuluan : Berisi tentang latar belakang, rumusan permasalahan, metode
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
3. BAB II Landasan Teori : Berisikan teori-teori yang digunakan untuk
pembengunan konteks dan pemodelan cerita sejarah.
4. BAB III Pembahasan : Berisi cara pembengunan konteks dan pemodelan cerita
sejarah.
5. BAB IV Penutup : Berisi tentang kesimpulan, saran-saran, daftar pustaka, dan
lampiran untuk pengembangan pembengunan konteks dan pemodelan cerita sejarah.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Konteks dan Permodelan Teks Cerita Sejarah
Konteks adalah kondisi dimana suatu kejadian itu terjadi . Ada beberapa jenis konteks.
Konteks fisik meliputi ruangan, objek nyata, pemandangan, dan lain sebagainya. Dimensi
pemilihan waktu atau tempo suatu konteks meliputi hari dan rentetan peristiwa yang
dirasakan terjadi sebelum peristiwa komunikasi. Teks cerita sejarah merupakan karangan
berbentuk narasi atau wacana yang menceritakan peristiwa dalam kurun waktu tertentu.
Narasi tersebut dapat berisi fakta atau fiksi.
Teks sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Kejadian dalam
peristiwa tersebut dianggap sebagai proses atau dinamika suatu konteks historis. Sejarah
termasuk ilmu empiris, karena sejarah sangat bergantung pada pengalaman manusia. Oleh
sebab itu, sejarah kerap dimasukkan dalam ilmu kemanusiaan. Akan tetapi, sejarah berbeda
dengan antropologi dan sosiologi, sejarah membicarakan manusia dari segi waktu, seperti
perkembangan masyarakat dari suatu bentuk ke bentuk lainnya, kesinambungan yang terjadi
pada suatu masyarakat, pengulangan peristiwa yang terjadi pada masa lampau, dan
perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang biasanya disebabkan oleh pengaruh dari luar
masyarakat itu sendiri.
Peristiwa sejarah ini bukan semata-mata cerita turun-temurun, tetapi sebagai negara yang
cerdas kita harus mampu menggali nilai dan kearifan yang terdapat dalam sebuah cerita
sejarah. Dalam menyusun teks cerita sejarah, langkah-langkah yang dilakukan adalah
mencari informasi, mengumpulkan data yang tepat, akurat, serta autentik, kemudian di teliti
8
secara cermat, diinterpretasikan kemudian direkontruksi sehingga menghasilkan kisah sejarah
yang mudah dipahami.
2.2 Memahami Struktur Dan Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
2.2.1 Struktur Teks Cerita sejarah
Teks cerita sejarah mempunyai struktur yang membedakannya dengan jenis
karangan lainnya. Struktur teks cerita sejarah terbagi menjadi enam, yaitu abstrak,
orientasi, komplikasi, klimaks, resolusi, dan koda atau amanat.
1. Abstrak
Abstrak adalah ringkasan atau inti cerita. Abstrak pada sebuah teks cerita
sejarah bersifat opsional. Artinya, sebuah teks cerita sejarah bisa saja tidak
melalui tahapan ini. abstrak biasanya berisi pengenalan singkat tentang atau
tokoh.
2. Orientasi
Orientasi menjadi pembuka dalam teks cerita sejarah. Orientasi berisi
pengenalan tokoh dan latar cerita. Pengenalan tokoh berkaitan dengan pengenalan
pelaku.
3. Komplikasi
Tahapan ini berisi urutan kejadian. Kejadian-kejadian itu dihubungkan
secara sebab-akibat. Peristiwa disebabkan atau menyebabkan terjadinya
pseristiwa lain.
4. Klimaks
9
Klimaks merupakan puncak konflik dalam sebuah teks cerita sejarah. Pada
saat klimaks inilah konflik mencapai tingkat intensitas tertinggi.
5. Resolusi
Resolusi adalah suatu keadaan ketika konflik terpecahkan dan menemukan
penyelesaiannya. Tahapan ini ditandai dengan upaya pengarang mengungkapkan
solusi dari berbagai konflik yang dialami tokoh.
6. Koda/Amanat
Koda adalah bagian akhir dari sebuah teks cerita sejarah. Pengarang teks
cerita sejarah mempunya maksud menulis bagian koda ini, yaitu menyuarakan
pesan moral sebagai tanggapan terhadap konflik yang tejadi.
2.2.2 Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Teks cerita sejarah memiliki kaidah atau ciri kebahasaan, yaitu :
1. Menggunakan bentuk lampau (peristiwa telah terjadi).
2. Menggunakan kata kerja yang menyatakan tindakan, misalnya pergi, tidur,
lari, dan membeli.
3. Penggunaan konjungsi yang menyatakan urutan peristiwa atau kejadian,
misalnya dan, tetapi, setelah itu, dan kemudian. Konjungsi adalah kata
sambung yang menghubungkan unsur-unsur kalimat. salah satu fungsi dari
konjungsi adalah untuk menyatakan urutan peristiwa, hal itu seperti yang
tampak pada kalimat berikut.
10
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu,
Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol No.1 .
Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda
mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia.
Kata yang bergaris bawah merupakan salah satu contoh konjungsi yang
menyatakan urutan peristiwa. Selain kemudian, setelah, kata konjungsi lain
seperti selanjutnya, lalu (temporal)
4. Penggunaan fungsi keterangan yang mengungkapkan tempat, waktu dan cara.
Fungsi dalam kalimat kita sudah kenali bersama ada subjek (S), objek (O),
predikat (P), dan keterangan. Untuk fungsi keterangan ada yang menerangkan
tempat, waktu dan cara.
Teks Cerita Sejarah dibagi menjadi 2 :
1. Teks Cerita Sejarah Fiksi : Teks Cerita Sejarah yang tidak nyata.
Contoh :
Novel
Cerpen
Legenda
Roman
2. Teks Cerita Sejarah Non-fiksi : Teks Cerita Sejarah yang nyata.
Contoh :
Biografi
Autobiografi
Certia Perjalanan
Catatan Sejarah
11
Perbedaan teks cerita sejarah fiksi dan non-fiksi :
Teks Cerita Sejarah Fiksi :
1. Jalan pengisahan disusun bedasarkan dunia nyata atau menurunkan
pengisahanya dari dunia nyata.
2. Penggambaran kehidupan batin seorang tokoh lebih mendalam.
3. Pengembangan kharakter tokoh tidak diungkapkan sepenuhnya.
4. Menyajikan kehidupan sesuai dengan pandangan pribadi pengarang.
Teks Cerita Sejarah Non-Fiksi :
1. Disusun bedasarkan data atau fakta yang objektif
2. Penggambaran tokoh ditulis lengkap bedasarkan fakta.
3. Menyajikan kehidupan sesuai dengan data atau fakta.
2.3 Membandingkan Teks Cerita Sejarah
Menbandingkan teks cerita sejarah artinya membandingkan isi kedua teks cerita sejrah
meliputi struktur,waktu dan kronologi kejadian.
Untuk membandingkan teks cerita sejarah, dapat di lihat dari sumber-sumber sejarah yang
yang ada. Yang di maksud terdiri dari :
1. Sumber Primer
Sumber primer merupakan sumber asli yang diperoleh dari para pelaku sejarah
dan saksi sejarah. Sumber primer ini diperoleh dari orang sejaman atau orang pertama
yang pernah mengalami sendiri secara langsung peristiwa sejarah yang sesungguhnya.
Untuk memperoleh sumber ini maka seorang peneliti harus melakukan kegiatan
12
wawancara, sehingga dapat diperoleh sejumlah keterangan lisan terhadap obyek
penelitian.
Contoh obyek penelitian sejarah adalah “Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia” Sumber primer yang dibutuhkan adalah para pelaku atau saksi sejarah
seperti Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. Ahmad Subardjo dan lain-lain.
Terhadap para pelaku atau saksi tersebut maka peniliti harus melakukan wawancara
Secara langsung, sehingga dapat memperoleh keterangan lisan mengenai peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia.
2. Sumber Sekunder
Sumber sekuder merupakan keterangan lisan dari pihak kedua yaitu orang yang
tahu terjadinya peristiwa sejarah tetapi tidak pernah menjadi pelaku. Pihak kedua ini
merupakan saksi ahli yaitu orang-orang yang memiliki keahlian tertentu.
2.4 Penyuntingan dan Mengabstraksi Teks Cerita Sejarah
2.4.1 Penyuntingan
Arti kata menyunting menurut KBBI adalah menyiapkan naskah siap cetak atau
siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa
(menyangkut ejaan, diksi atau pilihan kata, dan struktur kalimat).
Ketika menyunting naskah, ada beberapa aspek yang harus Anda perhatikan.
Berikut adalah aspek-aspek dalam menyunting :
1. Ketepatan penulisan huruf, kata, lambang bilangan, dan tanda baca.
2. Ketepatan penggunaan diksi atau pilihan kata.
3. Keefektifan kalimat.
13
4. Ketepatan struktur kalimat.
5. Keterpaduan paragraf.
Penyuntingan naskah dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut :
1. Penyunting harus membaca cermat kalimat demi kalimat dalam naskah
untuk menemukan kesalahan-kesalahan.
2. Penyunting membenarkan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam
naskah.
3. Penyunting memeriksa keterpaduan antarparagraf.
4. Penyunting memeriksa kebenaran data dan teori jika ada.
2.4.2 Mengabstraksi
Mengabstraksi atau Cerita ulang (recount) atau rekon adalah teks yang
menceritakan kembali pengalaman masa lalu secara kronologis dengan tujuan untuk
memberi informasi, atau menghibur pembacanya, atau bisa keduanya.
Cerita ulang terdiri atas tiga jenis, yaitu rekon pribadi, rekon faktual
(informasional), dan rekon imajinatif.
1. Rekon pribadi adalah cerita ulang yang memuat kejadian di mana penulisnya
terlibat secara langsung.
2. Rekon faktual (informasional) adalah cerita ulang yang memuat kejadian
faktual seperti eksperimen ilmiah, laporan polisi, dan lain-lain.
3. Rekon imajinatif adalah cerita ulang yang memuat cerita imajinatif dengan
lebih detil.
Suatu teks cerita ulang terdiri atas tiga bagian, yaitu:
14
1. Orientasi : informasi yang menjawab apa?, di mana?, siapa?, kapan?, dan
mengapa?
2. Rentetan peristiwa (events) : Isi cerita ulang atau Terjadinya Peristiwa.
3. Riorientasi atau kesimpulan penulis akan kejadian-kejadian yang diceritakan
ulang.
Teks cerita ulang dapat diubah menjadi teks lain sesuai dengan kebutuhan. Proses
untuk mengubah teks cerita ulang menjadi bentuk teks lain dinamakan dengan istilah
mengonversi. Dalam mengonversi cerita ulang menjadi teks lain, yang berubah hanya
model teks, sedangkan bagian isi tetaplah sama.
2.5 Memproduksi Teks Cerita Sejarah
Cerita sejarah yang masih dalam bentuk lisan atau naskah kuno yang merupakan kendala,
tidak menjadi halangan untuk memindahkan cerita sejarah ke dalam bentuk teks.
Teks cerita sejarah dapat dibuat dengan langkah-langkah berikut :
1. Bertanya atau menggali informasi mengenai suatu peristiwa sejarah. Pencarian
inormasi ini berfungsi untuk mengumpulkan bukti-bukti sejarah berupa kata.
2. Mengumpulkan cerita-cerita mengenai sejarah tersebut. Cerita sejarah dapat
mempunyai beberapa versi, terutama berkaitan dengan unsur cerita yang sifatnya
fiktif.
3. Menentukan cerita sejarah yang akan ditulis. Dalam penentuan ini jangan
melupakan bahwa cerita sejarah mengandung fakta. Jadi ambillah cerita sejarah
yang mengandung fakta paling banyak di dalamnya.
15
4. Membuat urutan peristiwa dalam cerita sejarah. Urutan ini membantu Anda
memahami cerita sejarah yang terjadi.
5. Membuat narasi cerita sejarah berdasarkan informasi dan urutan peristiwa yang
telah dikumpulkan . Cerita sejarah dapat dinarasikan dengan gaya bahasa
pengarang. Pengembangan cerita sejarah tentu saja bukan pada unsur fakta,
melainkan unsur-unsur fiktifnya.
2.6 Mengonversi teks cerita sejarah kedalam bentuk lain
Teks cerita sejarah umumnya berbentuk narasi. Namun, teks cerita sejarah dapat diubah
kedalam bentuk lain, misalnya teks drama dan puisi. Kegiatan mengubah ini disebut dengan
konversi. Menurut KBBI, Konversi adalah perubahan dari suatu sistem pengetahuan ke sistem
yang lain. Dengan demikian, verba mengonversi berarti mengubah atau melakukan
perubahan.
Proses yang harus dilakukan dalam mengonversi teks cerita ulang, berikut:
1. Membaca teks ulang secara keseluruhan.
2. Mencermati pilihan kata (diksi) yang tepat dalam teks cerita
ulang.
3. Merangkum isi teks cerita ulang secara menyeluruh.
4. Menentukan jenis teks apa yang digunakan sebagai konversi.
5. Menulis ulang teks cerita ulang dalam bentuk lain.
6. Merevisi bentuk teks baru jika memungkinkan ada kesalahan.
16
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas
kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan
moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia.Pada tanggal 9 Agustus
1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga
menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya.
Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya.
Saat itu, Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat
diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam
untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan
Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan
kepada Indonesia.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal
Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan
Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat
dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.
Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali
ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera
memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan
di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, Soekarno belum yakin bahwa
Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat
itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat
berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu.
Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena
Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke
Pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar
berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para
pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI,
dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Struktur Teks Cerita Sejarah
Agar dapat memahami struktur teks cerita sejarah, perhatikan struktur teks cerita sejarah
berikut!
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
17
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu,
Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol No.1 . Maeda menyambut kedatangan
mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil
menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari
Tokyo. Keesokan harinya Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus
guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan
Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki
pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan
Abstrak
Orientasi
Komplikasi
Komplikasi
Klimaks
Resolusi
Resolusi
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal
Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan
Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat
dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.
Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali
ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera
memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan
di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, Soekarno belum yakin bahwa
Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat
itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat
berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu.
Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena
Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke
Contoh teks cerita sejarah lainnya :
Peristiwa Rengasdengklok
1. Pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam utusan dari golongan pemuda,
Darwis dan Wikana, menemui Bung Karno di kediaman Jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta. Wikana menyampaikan tuntutan agar Bung Karno mengumumkan proklamasi
kemerdekaan Indonesia esok hari, yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945. Bung Karno
menolak permintaan tersebut. Terjadilah ketegangan akibat pertentangan pendapat antara
golongan tua dan muda. Wikana mengancam bahwa esok hari akan terjadi pertumpahan
darah yang dahsyat dan besar.
2. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada tanggal 16 Agustus 1945, tiga
tokoh pemuda yang terdiri atas Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih membawa Bung Karno
dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, kira-kira 15 km dari Karawang. Mereka memilih
Rengasdengklok karena tempat tersebut telah diamankan dari pengaruh Jepang oleh
Komandan Kompi Subeno.
3. Maksud dan tujuan para pemuda membawa ke Rengasdengklok adalah agar Bung Karno
dan Bung Hatta mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya.
4. Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang punya pendirian teguh. Beliau tetap
berpegang pada pendirian semula, tidak mau menyerah kepada kemauan pemuda.
Untunglah perbedaan pendapat tersebut dapat dijembatani oleh Mr. Ahmad Subardjo. Mr.
Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto, dan Wikana sepakat untuk membawa kembali kedua
tokoh itu ke Jakarta guna membicarakan proklamasi melalui sidang PPKI yang
anggotanya telah ditambah dengan wakil pemuda.
18
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki
pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan
5. Setelah mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral Nasimura tidak menghalangi
proklamasi asal tidak ada pernyataan yang anti Jepang, maka dimulailah pertemuan.
Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang pembesar angkatan laut Jepang, Laksamana
Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.
3.2.1 Informasi Setiap Paragraf
Paragraf Informasi dalam Teks
I
Peristiwa yang diidentifikasi pada urutan orientasi ini adalah pertemuan
golongan pemuda denga Bung Karno di kediaman Jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta.
Pelaku dalam peristiwa tersebut ialah golongan muda (Darwis dan
Wikana), golongan tua dan juga Bung Karno.
Peristiwa tersebut terjadi pada 15 Agustus 1945 pukul 22.30.
Peristiwa tersebut terjadi di Indonesia.
Peristiwa tersebut terjadi karena proses proklamasi kemerdekaan yang
ingin di percepat.
Dalam peristiwa tersebut terjadi pengancaman pertumpahan darah yang
dahsyat dan besar.
II
Peristiwa yang diidentifikasi pada paragraf ini adalah pengasingan Bung
Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok.
Pelaku dalam peristiwa tersebut yaitu golongan muda, Bung Karno dan
Bung Hatta.
Peristiwa tersebut terjadi untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan yang datang dari pengaruh Jepang oleh Komandan Kompi
Subeno.
III
Peristiwa tersebut bertujuan agar Bung Karno dan Bung Hatta
mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Peristiwa tersebut melibatkan Bung Karno dan Bung Hatta.
19
IV
Peristiwa yang diidentifikasi yaitu dibawanya kembali Bung Karno dan
Bung Hatta untuk membicarakan proklamasi melalui siding PPKI.
Peristiwa tersebut melibatkan Mr. Ahmad Subardjo, Bung Karno, Bung
Hatta, Yusuf Kunto, dan Wikana.
Dalam peristiwa tersebut menjelaskan bahwa Bung Karno dan Bung
Hatta merupakan pemimpin yang punya pendirian teguh.
V
Peristiwa yang diidentifikasi yaitu dimulainya pertemuan yang dilakukan
di rumah pembesar AL Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam
Bonjol No.1 Jakarta.
Yang terlibat dalam peristiwa pada paragraf ini adalah Somubuco dan
Nasimura, Laksamana Muda Maeda.
3.2.2 Kronologi Peristiwa Sejarah
No. Waktu Peristiwa
1 15 Agustus 1945 Pertemuan golongan pemuda dengan Bung Karno.
2 16 Agustus 1945Pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta ke
rengasdengklok.
3.2.3 Penanda Waktu Peristiwa Sejarah
Paragraf Penanda Waktu Kata dalam kalimat
I Pada tanggal 15 Agustus 1945 Pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar
pukul 22.30 malam utusan dari
20
golongan pemuda, Darwis dan Wikana,
menemui Bung Karno di kediaman
Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Pada Tanggal 16 Agustus 1945
Wikana menyampaikan tuntutan agar
Bung Karno mengumumkan proklamasi
kemerdekaan Indonesia esok hari, yaitu
pada tanggal 16 Agustus 1945.
Esok hariWikana mengancam bahwa esok hari
aka terjadi pertumpahan darah yang
dahsyat dan besar.
II Pada tanggal 16 Agustus 1945
Menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan, maka pada tanggal 16
Agustus 1945, tiga tokoh pemuda yang
terdiri atas Sukarni, Yusuf Kunto, dan
Singgih membawa Bung Karno dan
Bung Hatta ke Rengasdengklok, kira-
kira 15 km dari Karawang.
III Secepatnya
Maksud dan tujuan para pemuda
membawa ke Rengasdengklok adalah
agar Bung Karno dan Bung Hatta
mengumumkan proklamasi
kemerdekaan Indonesia secepatnya.
IV - -
V Setelah Setelah mengetahui bahwa Somubuco
dan Jendral Nasimura tidak
menghalangi proklamasi asal tidak ada
pernyataan yang anti Jepang, maka
21
dimulailah pertemuan.
3.2.4 Struktur Teks Cerita Sejarah
Struktur Teks Kalimat dalam Teks
Orientasi
1. Pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam
utusan dari golongan pemuda, Darwis dan Wikana,
menemui Bung Karno di kediaman Jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta. Wikana menyampaikan tuntutan agar
Bung Karno mengumumkan proklamasi kemerdekaan
Indonesia esok hari, yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945.
Bung Karno menolak permintaan tersebut. Terjadilah
ketegangan akibat pertentangan pendapat antara golongan
tua dan muda. Wikana mengancam bahwa esok hari akan
terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan besar.
Urutan Peristiwa sejarah
Tahap 1
2. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada
tanggal 16 Agustus 1945, tiga tokoh pemuda yang terdiri
atas Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih membawa Bung
Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, kira-kira 15 km
dari Karawang. Mereka memilih Rengasdengklok karena
tempat tersebut telah diamankan dari pengaruh Jepang oleh
Komandan Kompi Subeno.
Urutan peristiwa sejarah
Tahap 2
3. Maksud dan tujuan para pemuda membawa ke
Rengasdengklok adalah agar Bung Karno dan Bung Hatta
mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia
22
secepatnya.
Urutan peristiwa sejarah
Tahap 3
4. Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang punya
pendirian teguh. Beliau tetap berpegang pada pendirian
semula, tidak mau menyerah kepada kemauan pemuda.
Untunglah perbedaan pendapat tersebut dapat dijembatani
oleh Mr. Ahmad Subardjo. Mr. Ahmad Subardjo, Yusuf
Kunto, dan Wikana sepakat untuk membawa kembali kedua
tokoh itu ke Jakarta guna membicarakan proklamasi
melalui sidang PPKI yang anggotanya telah ditambah
dengan wakil pemuda.
Reorientasi
5. Setelah mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral
Nasimura tidak menghalangi proklamasi asal tidak ada
pernyataan yang anti Jepang, maka dimulailah pertemuan.
Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang pembesar
angkatan laut Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jalan
Imam Bonjol No. 1 Jakarta.
3.3 Penyuntingan Teks Cerita Sejarah
Berikut ini contoh teks yang belum di sunting!
Sejarah Pertempuran Ambarawa
23
Pertempuran Ambarawa terjadi pada tgl 20 November sampai 15 Desember 1945 antara
pasukan TKR melawan pasukan Sekutu. Insiden bersenjata mulai timbul di Magelang dan
meluas menjadi pertempuran ketika tentara Sekutu dan NICA membebaskan secara sepihak pra
interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa. Insiden ini berakhir pada tgl 2 November 1945
setlah dilakukan perundingan antara Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethel di
Magelang.
Semntara itu, secara diam2 pasukan Sekutu meninggalkan Magelang dan mundur ke kota
Ambarawa yaitu pada tgl 21 November 1945. Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letnan
Kolonel M. Sarbini segera mengadakan pengejaran. Pd saat pengunduran itu, pasukan Sekutu
mencoba menunduki dua desa di sekitar Ambarawa. Dalam pertempuran untuk membebaskan
dua desa tersebut, pada tgl 26 November 1945 gugurlah Letnan Kolonel Isdiman, Komandan
Resimen Banyumas. Dg gugurnya Letnan Kolonel Isdiman maka Kolonel Soedirman, Panglima
Divisi Banyumas mengambil alih pimpinan pasukan.
Pada tanggal 12 Desember 1945 dalam waktu setengah jam pasukan TKR berhasil
mengepung kedudukan musuh dalam kota. Kota Ambarawa dikepung selama 4 hari 4 malam.
Pada tanggal 15 Desember 1945, pasukan Sekutu meninggalkan kota Ambarawa dan mundur
menuju ke Semarang.
Jika kita membaca dan mengamati teks diatas, akan ditemukan beberapa penulisan-
penulisan yang tidak sesuai dengan kaidah. Dalam menyunting sebuah teks atau naskah, maka
penyunting harus membaca terlebih dahulu teks tersebut dan menandai kesalahan-kesalahan
yang terjadi. Selain itu, penyunting menganalisis kalimat yang ditulis, menimbang dan melihat
24
keefektifan, diksi, serta konsep yang tertera dalam teks tersebut. Seperti pada contoh paragraf di
atas, kita menemukan kesalahan-kesalahan yang sudah di beri tanda underline. Berikut
merupakan hasil penyuntingan berdasarkan kesalahan yang sudah ditandai.
Sejarah Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 20 November sampai 15 Desember 1945
antara pasukan TKR melawan pasukan Sekutu. Insiden bersenjata mulai timbul di Magelang dan
meluas menjadi pertempuran ketika tentara Sekutu dan NICA membebaskan secara sepihak para
interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa. Insiden ini berakhir pada tanggal 2 November
1945 setelah dilakukan perundingan antara Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethel di
Magelang.
Sementara itu, secara diam-diam pasukan Sekutu meninggalkan Magelang dan mundur
ke kota Ambarawa yaitu pada tanggal 21 November 1945. Resimen Kedu Tengah di bawah
pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini segera mengadakan pengejaran. Pada saat pengunduran itu,
pasukan Sekutu mencoba menunduki dua desa di sekitar Ambarawa. Dalam pertempuran untuk
membebaskan dua desa tersebut, pada tanggal 26 November 1945 gugurlah Letnan Kolonel
Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman maka
Kolonel Soedirman, Panglima Divisi Banyumas mengambil alih pimpinan pasukan.
Pada tanggal 12 Desember 1945 dalam waktu setengah jam pasukan TKR berhasil
mengepung kedudukan musuh dalam kota. Kota Ambarawa dikepung selama 4 hari 4 malam.
Pada tanggal 15 Desember 1945, pasukan Sekutu meninggalkan kota Ambarawa dan mundur
menuju ke Semarang.
25
3.4 Mengabstraksi Teks Cerita Sejarah
Berikut ini contoh mengabstraksi teks cerita sejarah!
Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa bersejarah Negara Republik Indonesia, Rengasdengklok di mulai, pada tanggal
15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam utusan dari golongan pemuda, Darwis dan
Wikana, menemui Bung Karno di kediaman Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Wikana
menyerukan agar Bung Karno dapat mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia
secepatnya esok hari, yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945. Namun, Bung Karno menolak
permintaan tersebut. Karena hal tersebut, terjadi ketegangan akibat pertentangan pendapat
antara golongan tua dan muda. Karena hal itu pula, Wikana mengancam bahwa esok hari akan
terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan besar di Indonesia.
Pihak-pihak baik dari pihak golongan muda ataupun tua mencoba menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan, maka pada tanggal 16 Agustus 1945, tiga tokoh pemuda yaitu Sukarni,
Yusuf Kunto, dan Singgih membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, yang
berjarak kira-kira 15 km dari Karawang. Mereka memilih Rengasdengklok karena tempat
tersebut telah diamankan dari pengaruh Jepang oleh Komandan Kompi Subeno.
Maksud dan tujuan para pemuda membawa ke Rengasdengklok adalah agar Bung Karno
dan Bung Hatta mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya. Sudah
banyak yang mengetahui, Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang punya
pendirian teguh. Beliau tetap berpegang pada pendirian semula, tidak mau menyerah kepada
kemauan pemuda. Untunglah perbedaan pendapat tersebut dapat dijembatani oleh Mr. Ahmad
Subardjo. Mr. Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto, dan Wikana sepakat untuk membawa kembali
26
kedua tokoh itu ke Jakarta guna membicarakan proklamasi melalui sidang PPKI yang
anggotanya telah ditambah dengan wakil pemuda.
Seusai sidang PPKI tersebut, pihak-pihak dari Indoensia mengetahui bahwa Somubuco
dan Jendral Nasimura tidak menghalangi proklamasi asal tidak ada pernyataan yang anti
Jepang, maka dimulailah pertemuan. Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang pembesar
angkatan laut Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.
3.5 Memproduksi Teks Cerita Sejarah
Produksi Teks Cerita Sejarah dapat dilihat sebagai berikut :
Peristiwa Rengasdengklok
Pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam utusan dari golongan
pemuda, Darwis dan Wikana, menemui Bung Karno di kediaman Jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta. Wikana menyampaikan tuntutan agar Bung Karno mengumumkan
proklamasi kemerdekaan Indonesia esok hari, yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945. Bung
Karno menolak permintaan tersebut. Terjadilah ketegangan akibat pertentangan pendapat
antara golongan tua dan muda. Wikana mengancam bahwa esok hari akan terjadi
pertumpahan darah yang dahsyat dan besar.
Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada tanggal 16 Agustus 1945,
tiga tokoh pemuda yang terdiri atas Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih membawa Bung
Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, kira-kira 15 km dari Karawang. Mereka
memilih Rengasdengklok karena tempat tersebut telah diamankan dari pengaruh Jepang
oleh Komandan Kompi Subeno.
27
Maksud dan tujuan para pemuda membawa ke Rengasdengklok adalah agar Bung
Karno dan Bung Hatta mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya.
Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang punya pendirian teguh.
Beliau tetap berpegang pada pendirian semula, tidak mau menyerah kepada kemauan
pemuda. Untunglah perbedaan pendapat tersebut dapat dijembatani oleh Mr. Ahmad
Subardjo. Mr. Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto, dan Wikana sepakat untuk membawa
kembali kedua tokoh itu ke Jakarta guna membicarakan proklamasi melalui sidang PPKI
yang anggotanya telah ditambah dengan wakil pemuda.
Setelah mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral Nasimura tidak menghalangi
proklamasi asal tidak ada pernyataan yang anti Jepang, maka dimulailah pertemuan.
Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang pembesar angkatan laut Jepang, Laksamana
Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.
3.6 Mengonversi Teks Cerita Seajarah
Perhatikan teks cerita sejarah yang terdapat pada 3.5 Memproduksi Teks Cerita
Sejarah!
Teks berita tersebut dapat di konversi ke dalam teks drama. Teks drama terdiri atas dua
tipe, yaitu drama monolog dan drama dialog. Selain itu, teks cerita sejarah tersebut dapat juga
dikonversi ke bentuk teks puisi.
3.6.1 Mengonversi Teks Cerita Sejarah menjadi Drama monolog
Peristiwa Rengasdenglok
28
Bung Karno dan Bung Hatta merupakan tokoh penting dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Dua tokoh yang menjadi cerminan dari semua masyarakat.
Pemimpin yang memiliki pendirian teguh.
Dalam perjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia, butuh perjuangan
yang sangat kuat dari semua golongan bangsa. Melewati perang fisik, perang pemikiran
dan juga perang batin.
Hingga akhirnya perjuangan Indonesia mencapai peristiwa Rengasdengklok. Pada
tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam utusan dari golongan pemuda
( Darwis dan Wikana), menemui Bung Karno di kediaman Jalan Pegangsaan Timur
No.56 Jakarta.
(Wikana menyampaikan tuntutannya pada Bung Karno)
“Bung, lebih baik kita mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia esok
hari.”
(Bung Karno menolak permintaan tersebut).
“Tidak, kita belum siap untuk melakukan proklamasi esok hari.”
Karena pertentangan antar keduanya pun, menyebabkan munculnya pertentangan
antara golongan muda dan tua.
(Wikana mengancam bahwa esok hari akan terjadi pertumpahan darah yang
dahsyat dan besar).
“Jika memang begitu, bersiap-siaplah besok akan terjadi pertumpahan darah yang
dahsyat dan besar di kalangan masyarakat.”
Kemudian, untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan, maka pada tanggal
16 Agustus 1945, tiga tokoh pemuda (Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih) membawa
Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok.
(Bung Karno dan Bung Hatta merasa bingung, sehingga Bung Karno pun
bertanya).
29
“Mengapa kami harus di bawa ke Rengasdengklok?”
(Golongan pemuda saling memandang, hingga Sukarni pun menjawab).
“Karena Rengasdengkloklah tempat yang paling aman dari pengaruh Jepang oleh
Komandan Kompi Subeno.”
(Bung Karno dan Bung Hatta hanya mengangguk mengerti).
Perbedaan pendapat yang sebelumnya terjadi, akhinya dapat dijembatani oleh Mr.
Ahmad Subardjo. Karena itu, Mr. Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto dan Wikana sepakat
untuk membawa kembali kedua tokoh itu ke Jakarta untuk membicarakan proklamasi
melalui sidang PPKI yang anggotanya telah ditambah dengan wakil pemuda.
(Mr. Ahmad Subardjo pun mengajak kedua rekannya untuk pergi menjemput
Bung Karno dan Bung Hatta).
“Baiklah, lebih baik kita segera menjemput keduanya untuk mempercepat sidang
PPKI yang akan dilaksanakan.”
(Yusuf Kunto dan Wikana mengangguk setuju, dan segera pergi).
Setelah mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral Nasimura dari pihak Jepang
tidak menghalangi proklamasi asal tidak ada pernyataan yang anti Jepang, maka di
mulailah pertemuan. Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang pembesar angkatan laut
Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta.
3.6.1 Mengonversi Teks Cerita Sejarah dalam bentuk puisi
SEJARAH NEGARAKU
Perjuangan bangsaku Indonesia
Melewati berjuta cucuran keringat
30
Kobaran semangat bangsaku
Menghapus penjajahan
Kemerdekaan bangsaku
Dititik darah penghabisan
Melewati persidangan
Menjalani keputusan
Halangan dari kaum yang kontra
Derita bangsaku
Untuk mencapai kemerdekaan
Sejarah Negaraku Indonesia
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks berarti naskah berupa kata-kata
asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkat ajaran atau asalan dan bahan tertulis
untuk dasar memberikan pelajaran berpidato, atau yang lainnya. Teks cerita sejarah adalah
naskah cerita atau nasrasi rekaan yang mengandung unsur-unsur sejarah. Dalam teks cerita
sejarah, ada beberapa unsur nyata, misalnya tokoh, nama tempat dan peristiwa.
Struktur teks cerita sejarah terdiri dari abstrak, orientasi, komplikasi, klimaks, resolusi
dan koda/amanat. Teks cerita sejarah yang umumnya berbentuk narasi dapat di konversi ke
dalam bentuk lain, misalnya teks drama monolog/dialog dan juga teks puisi.
4.1 Saran
Setelah membaca makalah ini , kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas umumnya dan pelajar. Dan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan pembangunan konteks dan pemodelan teks cerita sejarah adalah:
1. Struktur teks iklan2. Kebahasaan teks iklan
Terakhir kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan kami juga
mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk lebih menyempurnakan isi
dari makalah ini. Semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmatNya dan kasih sayangNya
kepada kita semua.
32
DAFTAR PUSTAKA
Sutoyo, Leo Agung. 2007. IPS 5 : Untuk Kelas 5 SD dan MI. Klaten: Sahabat.
http://hendryanggriawan68.blogspot.com/2015/07/teks-cerita-sejarah-pengertian-
struktur.html
http://dedd157.blogspot.com/2015/06/teks-cerita-sejarah-contoh-teks-dan.html
http://ahmadiyahdamayanti99.blogspot.co.id/2015/08/bahasa-indonesia_17.html
33
LAMPIRAN
Perang
Ambarawa
Peristiwa Rengasdengklok
34