Upload
lethien
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
N-BUTIL ASETAT
N-BUTYL ACETATE
1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA
1.1. Golongan
Ester
1.2. Sinonim/Nama Dagang
1-Butyl acetat; Acetic acid, butyl ester; Acetic acid n-butyl ester; Butyl
acetate; n-Butyl ethanoate; n-Butyl ester; Butyl ethanoate; 1-
Acetoxybutane.(1, 8)
1.3. Nomor Identifikasi
1.3.1. Nomor CAS : 123 – 86 – 4 (5)
1.3.2. Nomor EC : 607 – 025 – 00 – 1 (5)
1.3.3. Nomor RTECS : AF7350000 (4)
1.3.4. Nomor UN : 1123 (5)
2. PENGGUNAAN
Digunakan dalam industri lak, kulit buatan, film fotografi, kaca pengaman. Pelarut
untuk lemak, lilin, kamfer, gum, resin, pernis, pewarna larut ester, dan ester
selulosa. Bahan pengaroma sintetik untuk rasa pisang, pir, nanas, dan beri. Zat
pendehidrasi yang digunakan proses produksi minyak dan farmasetikal; pelarut
untuk pelapis kertas dan pelapis pelindung lain. Pelarut ekstraksi dalam produksi
penisilin. (3)
3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN
3.1. Organ Sasaran
Susunan saraf pusat, sistem pernapasan, mata, kulit. (4)
3.2. Rute Paparan
3.2.1. Paparan Jangka Pendek
3.2.1.1. Terhirup
Menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Menghirup
uapnya dapat menyebabkan pusing dan mengantuk.
Uapnya dapat mengiritasi mata, hidung, tenggorokan, dan
saluran pernapasan. Terpapar selama 3-5 menit pada
konsentrasi 200-300 ppm dapat menyebabkan iritasi. Pada
konsentrasi di atas 3300 ppm sifatnya sangat iritan dan tidak
mudah ditoleransi. Dapat menyebabkan depresi sistem saraf
pusat. Kadar uap yang tinggi dapat menyebabkan sakit
kepala, mual, pusing, inkoordinasi, kebingungan, dan
pingsan. (1, 2)
3.2.1.2. Kontak dengan Kulit
Dapat menyebabkan kulit kehilangan lapisan lemak
(defatting), kulit kering dan pecah-pecah. Pada manusia, 4%
tidak menyebabkan iritasi pada 48 hari uji tempel (patch
test). Terserap ke dalam kulit, namun tidak menyebabkan
efek toksik. (1)
3.2.1.3. Kontak dengan Mata
Dapat menyebabkan iritasi pada mata. Cairan dan uap
dapat menyebabkan iritasi tingkat sedang hingga parah,
tergantung pada konsentrasi dan lamanya paparan. Pada
konsentrasi 300 ppm/4jam dapat menyebabkan iritasi
ringan. 3300 ppm menyebabkan iritasi yang parah. (1, 2)
3.2.1.4. Tertelan
Dapat menyebabkan iritasi pada mulut dan kerongkongan.
Tertelan dalam jumlah besar dapat menyebabkan depresi
susunan saraf pusat. (1)
3.2.2. Paparan Jangka panjang
3.2.2.1. Terhirup
Tidak tersedia data.
3.2.2.2. Kontak dengan Kulit
Terpapar dalam jangka waktu yang lama dan berulang dapat
mengarah pada dermatitis. (1)
3.2.2.3. Kontak dengan Mata
Tidak tersedia data.
3.2.2.4. Tertelan
Tidak tersedia data.
4. TOKSIKOLOGI
4.1. Toksisitas
4.1.1. Data pada Hewan
LC50 inhalasi-tikus 2000 ppm/4 jam; LC50 inhalasi-mencit 6000 mg/cu
m/4 jam; LD50 oral-tikus 13.100 mg/kg BB; LD50 oral-mencit 7060
mg/kg BB; LD50 oral-kelinci 3200 mg/kg BB; LDLo oral-marmut 4700
mg/kg BB; LD50 oral-tikus 10.700-14.130 mg/kg; LC50 inhalasi-tikus
selama 4 jam: 9,6-29,2 mg/l; LD50 dermal-kelinci 17.600 mg/kg. (6, 8)
4.1.2. Data pada Manusia
Iritasi ringan pada mata dan hidung telah dilaporkan terjadi pada
paparan dengan konsentrasi 200 – 300 ppm; pada kadar yang lebih
tinggi (3300 ppm) iritasi dapat menjadi semakin parah. (8)
4.2. Data Karsinogenik
Tidak tersedia informasi untuk manusia maupun hewan. (2)
4.3. Data Tumoregenik
Tidak tersedia data.
4.4. Data Teratogenik
Paparan uap n-butil asetat selama kehamilan tidak menyebabkan
teratogenik signifikan pada kelinci, tikus, atau mencit (2)
. Tidak tersedia
informasi pada manusia. Telah menyebabkan efek teratogenik pada satu
hewan percobaan, tidak cukup dijadikan bukti untuk menarik kesimpulan (1).
4.5. Data Mutagenik
Tidak tersedia data pada manusia atau hewan. Memberikan hasil negatif
pada uji Ames (1).
5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN
5.1. Terhirup
Jika korban menghirup sejumlah besar bahan ini, pindahkan korban ke
tempat berudara segar. Berikan pernapasan buatan jika diperlukan. Jaga
kondisi korban agar tetap hangat dan istirahatkan korban. Segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. (4)
5.2. Kontak dengan Kulit
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi.
Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air yang banyak
sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya
selama 15-20 menit. Jika iritasi menetap, segera bawa ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan terdekat. (1)
5.3. Kontak dengan Mata
Segera cuci mata dengan air mengalir yang banyak, sekurang-kurangnya 20
menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah
sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa
ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. (1)
5.4. Tertelan
Jangan lakukan induksi muntah. Jangan berikan apapun melalui mulut pada
korban yang tidak sadarkan diri. Longgarkan pakaian yang melekat seperti
kerah, dasi, sabuk atau ikat pinggang. Segera bawa ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan terdekat. (4, 6)
6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN (8)
6.1. Resusitasi dan Stabilisasi (9)
a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk
menjamin pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi
dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya
kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi
darah.
6.2. Dekontaminasi
6.2.1. Dekontaminasi Mata (3)
- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah
dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
- Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci
dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9%
diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu
liter untuk setiap mata.
- Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
- Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
- Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
- Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke
dokter mata.
6.2.2. Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku) (3)
- Bawa segera pasien ke pancuran terdekat.
- Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang
dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
- Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain
atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
- Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-
hati untuk tidak menghirupnya.
- Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
6.2.3. Dekontaminasi Gastrointestinal (8)
Aspirasi Nasogastrik
Aspirasi nasogastrik direkomendasikan jika jumlah cairan yang
tertelan secara sistemik bersifat toksik dan dalam volume yang
cukup untuk melakukan aspirasi. Karena prosedur ini dapat
meningkatkan risiko muntah dan aspirasi pulmonal, jalan napas
pasien harus dilindungi. Penempatan tube nasogastrik yang akurat
harus dipastikan pada semua pasien.
Arang Aktif Dosis Tunggal
Arang aktif tidak direkomendasikan karena kapasitas serapannya
yang terbatas, untuk n-butil asetat memerlukan penggunaan arang
aktif yang banyak. Selain itu, ada risiko muntah dan aspirasi
pulmonal setelah pemberiannya.
6.3. Antidotum (8)
Tidak ada antidotum spesifik.
7. SIFAT FISIKA KIMIA
7.1. Nama Bahan
n-Butil Asetat
7.2. Deskripsi
Cairan jernih tidak berwarna, berbau manis seperti buah, sensasi rasa
seperti nanas; berat molekul 116,16; titik didih 125-126oC; titik beku -77oC;
tekanan uap 11,5 mmHg pada 25oC; kerapatan uap 4,0 (udara=1); berat
jenis 0,8800 pada 20oC; kelarutan: larut dalam hidrokarbon, sedikit larut
dalam air. (2, 3)
7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan
7.3.1. Peringkat NFPA (Skala 0-4) (6)
Kesehatan 1 = tingkat keparahan rendah
Kebakaran 3 = sangat mudah terbakar
Reaktivitas 0 = tidak reaktif
7.3.2. Klasifikasi EC (Frasa Risiko dan Frasa Kemanan) (5, 6)
R 10 = Mudah menyala
R 20 = Berbahaya jika terhirup
R 66 = Paparan berulang dapat menyebabkan kulit kering atau
pecah-pecah
R 67 = Uapnya dapat menyebabkan kantuk dan pusing
R 36/38 = Mengiritasi mata dan kulit
S 25 = Hindari kontak dengan mata
7.3.3. Klasifikasi GHS (Hazard and Precautionary statement) (7)
Pernyataan Bahaya
H 226 = Uap dan cairan mudah menyala
H 336 = Dapat menyebabkan kantuk dan pusing
Pernyataan Kehati-hatian
P 261 = Hindari menghirup debu/asap/gas/uap/percikan bahan
8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS
8.1. Reaktivitas
Stabil pada suhu ruang dalam wadah tertutup di bawah kondisi
penyimpanan dan penanganan yang normal. (2)
8.2. Kondisi yang Harus Di Hindari
Panas, sumber nyala api dan percikan api, ruang tertutup. (2, 7)
8.3. Bahan Tak Tercampurkan
Oksidator kuat, reduktor kuat, asam kuat, basa kuat, nitrat, bahan kaustik
(contoh: amonia, amonium hidroksida, kalsium hidroksida, kalium
hidroksida, natrium hidroksida), kalium tert-butoksida. (2, 4, 5, 7)
8.4. Dekomposisi
Produk dekomposisi: karbon monoksida dan karbon dioksida, gas yang
bersifat iritan, asam asetat dan n-butanol. (1, 2)
8.5. Polimerisasi
Tidak terpolimerisasi. (6)
9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI
9.1. Ventilasi
Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Sediakan ventilasi
yang memadai di tempat penyimpanan atau ruangan tertutup. (6)
9.2. Perlindungan Mata
Kacamata pengaman dengan pelindung bagian sisi wajah atau kenakan
penutup seluruh wajah jika ada kemungkinan terpercik bahan kimia.
Sediakan kran pencuci mata darurat serta semprotan air deras dekat
dengan tempat kerja. (1, 6)
9.3. Pakaian
Gunakan pakaian pelindung pribadi yang sesuai untuk mencegah bahan
kontak dengan kulit (4). Perlindungan tubuh disesuaikan dengan aktivitas
serta kemungkinan terjadinya paparan, misalnya pelindung kepala, apron,
sepatu boot, pakaian yang tahan bahan kimia (1).
9.4. Sarung Tangan
Gunakan sarung tangan yang sesuai untuk mencegah bahan kontak
dengan tangan. (7)
9.5. Respirator (4)
Kenakan pelindung pernapasan jika ventilasi tidak memadai. Kenakan
respirator partikel/ uap organik yang direkomendasikan NIOSH (atau yang
setara)
10. DAFTAR PUSTAKA
1. http://caledonlabs.com/upload/msds/2501-2e.pdf (Diunduh Juli 2013)
2. http://fscimage.fishersci.com/msds/15380.htm (Diunduh Juli 2013)
3. http://toxnet.nlm.nih.gov/cgi-bin/sis/search/f?./temp/~2tjI7L:1 (Diunduh Juli
2013)
4. http://www.cdc.gov/niosh/npg/npgd0072.html (Diunduh Juli 2013)
5. http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0399.htm (Diunduh Juli 2013)
6. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927114 (Diunduh Juli 2013)
7. http://www.sigmaaldrich.com/MSDS/MSDS/DisplayMSDSPage.do?country=I
D&language=en&productNumber=287725&brand=SIAL&PageToGoToURL=
http%3A%2F%2Fwww.sigmaaldrich.com%2Fcatalog%2Fproduct%2Fsial%2
F287725%3Flang%3Den (Diunduh Juli 2013)
8. http://www.toxinz.com/Spec/2304418#secrefID0EZHAI (Diunduh Juli 2013)
9. Sentra Informasi Keracunan (SIKer) dan tim. Pedoman Penatalaksanaan
Keracunan untuk Rumah Sakit. 2001