8
N-BUTIL ASETAT N-BUTYL ACETATE 1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA 1.1. Golongan Ester 1.2. Sinonim/Nama Dagang 1-Butyl acetat; Acetic acid, butyl ester; Acetic acid n-butyl ester; Butyl acetate; n-Butyl ethanoate; n-Butyl ester; Butyl ethanoate; 1- Acetoxybutane. (1, 8) 1.3. Nomor Identifikasi 1.3.1. Nomor CAS : 123 86 4 (5) 1.3.2. Nomor EC : 607 025 00 1 (5) 1.3.3. Nomor RTECS : AF7350000 (4) 1.3.4. Nomor UN : 1123 (5) 2. PENGGUNAAN Digunakan dalam industri lak, kulit buatan, film fotografi, kaca pengaman. Pelarut untuk lemak, lilin, kamfer, gum, resin, pernis, pewarna larut ester, dan ester selulosa. Bahan pengaroma sintetik untuk rasa pisang, pir, nanas, dan beri. Zat pendehidrasi yang digunakan proses produksi minyak dan farmasetikal; pelarut untuk pelapis kertas dan pelapis pelindung lain. Pelarut ekstraksi dalam produksi penisilin. (3) 3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN 3.1. Organ Sasaran Susunan saraf pusat, sistem pernapasan, mata, kulit. (4)

N-BUTIL ASETAT N-BUTYL ACETATE - ik.pom.go.idik.pom.go.id/v2015/katalog/N-BUTIL ASETAT.pdf · untuk lemak, lilin, kamfer, gum, resin, pernis, pewarna larut ester, dan ester selulosa

  • Upload
    lethien

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

N-BUTIL ASETAT

N-BUTYL ACETATE

1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA

1.1. Golongan

Ester

1.2. Sinonim/Nama Dagang

1-Butyl acetat; Acetic acid, butyl ester; Acetic acid n-butyl ester; Butyl

acetate; n-Butyl ethanoate; n-Butyl ester; Butyl ethanoate; 1-

Acetoxybutane.(1, 8)

1.3. Nomor Identifikasi

1.3.1. Nomor CAS : 123 – 86 – 4 (5)

1.3.2. Nomor EC : 607 – 025 – 00 – 1 (5)

1.3.3. Nomor RTECS : AF7350000 (4)

1.3.4. Nomor UN : 1123 (5)

2. PENGGUNAAN

Digunakan dalam industri lak, kulit buatan, film fotografi, kaca pengaman. Pelarut

untuk lemak, lilin, kamfer, gum, resin, pernis, pewarna larut ester, dan ester

selulosa. Bahan pengaroma sintetik untuk rasa pisang, pir, nanas, dan beri. Zat

pendehidrasi yang digunakan proses produksi minyak dan farmasetikal; pelarut

untuk pelapis kertas dan pelapis pelindung lain. Pelarut ekstraksi dalam produksi

penisilin. (3)

3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN

3.1. Organ Sasaran

Susunan saraf pusat, sistem pernapasan, mata, kulit. (4)

3.2. Rute Paparan

3.2.1. Paparan Jangka Pendek

3.2.1.1. Terhirup

Menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Menghirup

uapnya dapat menyebabkan pusing dan mengantuk.

Uapnya dapat mengiritasi mata, hidung, tenggorokan, dan

saluran pernapasan. Terpapar selama 3-5 menit pada

konsentrasi 200-300 ppm dapat menyebabkan iritasi. Pada

konsentrasi di atas 3300 ppm sifatnya sangat iritan dan tidak

mudah ditoleransi. Dapat menyebabkan depresi sistem saraf

pusat. Kadar uap yang tinggi dapat menyebabkan sakit

kepala, mual, pusing, inkoordinasi, kebingungan, dan

pingsan. (1, 2)

3.2.1.2. Kontak dengan Kulit

Dapat menyebabkan kulit kehilangan lapisan lemak

(defatting), kulit kering dan pecah-pecah. Pada manusia, 4%

tidak menyebabkan iritasi pada 48 hari uji tempel (patch

test). Terserap ke dalam kulit, namun tidak menyebabkan

efek toksik. (1)

3.2.1.3. Kontak dengan Mata

Dapat menyebabkan iritasi pada mata. Cairan dan uap

dapat menyebabkan iritasi tingkat sedang hingga parah,

tergantung pada konsentrasi dan lamanya paparan. Pada

konsentrasi 300 ppm/4jam dapat menyebabkan iritasi

ringan. 3300 ppm menyebabkan iritasi yang parah. (1, 2)

3.2.1.4. Tertelan

Dapat menyebabkan iritasi pada mulut dan kerongkongan.

Tertelan dalam jumlah besar dapat menyebabkan depresi

susunan saraf pusat. (1)

3.2.2. Paparan Jangka panjang

3.2.2.1. Terhirup

Tidak tersedia data.

3.2.2.2. Kontak dengan Kulit

Terpapar dalam jangka waktu yang lama dan berulang dapat

mengarah pada dermatitis. (1)

3.2.2.3. Kontak dengan Mata

Tidak tersedia data.

3.2.2.4. Tertelan

Tidak tersedia data.

4. TOKSIKOLOGI

4.1. Toksisitas

4.1.1. Data pada Hewan

LC50 inhalasi-tikus 2000 ppm/4 jam; LC50 inhalasi-mencit 6000 mg/cu

m/4 jam; LD50 oral-tikus 13.100 mg/kg BB; LD50 oral-mencit 7060

mg/kg BB; LD50 oral-kelinci 3200 mg/kg BB; LDLo oral-marmut 4700

mg/kg BB; LD50 oral-tikus 10.700-14.130 mg/kg; LC50 inhalasi-tikus

selama 4 jam: 9,6-29,2 mg/l; LD50 dermal-kelinci 17.600 mg/kg. (6, 8)

4.1.2. Data pada Manusia

Iritasi ringan pada mata dan hidung telah dilaporkan terjadi pada

paparan dengan konsentrasi 200 – 300 ppm; pada kadar yang lebih

tinggi (3300 ppm) iritasi dapat menjadi semakin parah. (8)

4.2. Data Karsinogenik

Tidak tersedia informasi untuk manusia maupun hewan. (2)

4.3. Data Tumoregenik

Tidak tersedia data.

4.4. Data Teratogenik

Paparan uap n-butil asetat selama kehamilan tidak menyebabkan

teratogenik signifikan pada kelinci, tikus, atau mencit (2)

. Tidak tersedia

informasi pada manusia. Telah menyebabkan efek teratogenik pada satu

hewan percobaan, tidak cukup dijadikan bukti untuk menarik kesimpulan (1).

4.5. Data Mutagenik

Tidak tersedia data pada manusia atau hewan. Memberikan hasil negatif

pada uji Ames (1).

5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN

5.1. Terhirup

Jika korban menghirup sejumlah besar bahan ini, pindahkan korban ke

tempat berudara segar. Berikan pernapasan buatan jika diperlukan. Jaga

kondisi korban agar tetap hangat dan istirahatkan korban. Segera bawa ke

rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. (4)

5.2. Kontak dengan Kulit

Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi.

Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air yang banyak

sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya

selama 15-20 menit. Jika iritasi menetap, segera bawa ke rumah sakit atau

fasilitas kesehatan terdekat. (1)

5.3. Kontak dengan Mata

Segera cuci mata dengan air mengalir yang banyak, sekurang-kurangnya 20

menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah

sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa

ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. (1)

5.4. Tertelan

Jangan lakukan induksi muntah. Jangan berikan apapun melalui mulut pada

korban yang tidak sadarkan diri. Longgarkan pakaian yang melekat seperti

kerah, dasi, sabuk atau ikat pinggang. Segera bawa ke rumah sakit atau

fasilitas kesehatan terdekat. (4, 6)

6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN (8)

6.1. Resusitasi dan Stabilisasi (9)

a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk

menjamin pertukaran udara.

b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi

dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya

kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.

c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi

darah.

6.2. Dekontaminasi

6.2.1. Dekontaminasi Mata (3)

- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah

dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.

- Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci

dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9%

diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu

liter untuk setiap mata.

- Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.

- Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.

- Jangan biarkan pasien menggosok matanya.

- Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke

rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke

dokter mata.

6.2.2. Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku) (3)

- Bawa segera pasien ke pancuran terdekat.

- Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang

dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.

- Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain

atau kertas secara lembut. Jangan digosok.

- Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau

muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.

- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan

menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-

hati untuk tidak menghirupnya.

- Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

6.2.3. Dekontaminasi Gastrointestinal (8)

Aspirasi Nasogastrik

Aspirasi nasogastrik direkomendasikan jika jumlah cairan yang

tertelan secara sistemik bersifat toksik dan dalam volume yang

cukup untuk melakukan aspirasi. Karena prosedur ini dapat

meningkatkan risiko muntah dan aspirasi pulmonal, jalan napas

pasien harus dilindungi. Penempatan tube nasogastrik yang akurat

harus dipastikan pada semua pasien.

Arang Aktif Dosis Tunggal

Arang aktif tidak direkomendasikan karena kapasitas serapannya

yang terbatas, untuk n-butil asetat memerlukan penggunaan arang

aktif yang banyak. Selain itu, ada risiko muntah dan aspirasi

pulmonal setelah pemberiannya.

6.3. Antidotum (8)

Tidak ada antidotum spesifik.

7. SIFAT FISIKA KIMIA

7.1. Nama Bahan

n-Butil Asetat

7.2. Deskripsi

Cairan jernih tidak berwarna, berbau manis seperti buah, sensasi rasa

seperti nanas; berat molekul 116,16; titik didih 125-126oC; titik beku -77oC;

tekanan uap 11,5 mmHg pada 25oC; kerapatan uap 4,0 (udara=1); berat

jenis 0,8800 pada 20oC; kelarutan: larut dalam hidrokarbon, sedikit larut

dalam air. (2, 3)

7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan

7.3.1. Peringkat NFPA (Skala 0-4) (6)

Kesehatan 1 = tingkat keparahan rendah

Kebakaran 3 = sangat mudah terbakar

Reaktivitas 0 = tidak reaktif

7.3.2. Klasifikasi EC (Frasa Risiko dan Frasa Kemanan) (5, 6)

R 10 = Mudah menyala

R 20 = Berbahaya jika terhirup

R 66 = Paparan berulang dapat menyebabkan kulit kering atau

pecah-pecah

R 67 = Uapnya dapat menyebabkan kantuk dan pusing

R 36/38 = Mengiritasi mata dan kulit

S 25 = Hindari kontak dengan mata

7.3.3. Klasifikasi GHS (Hazard and Precautionary statement) (7)

Pernyataan Bahaya

H 226 = Uap dan cairan mudah menyala

H 336 = Dapat menyebabkan kantuk dan pusing

Pernyataan Kehati-hatian

P 261 = Hindari menghirup debu/asap/gas/uap/percikan bahan

8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS

8.1. Reaktivitas

Stabil pada suhu ruang dalam wadah tertutup di bawah kondisi

penyimpanan dan penanganan yang normal. (2)

8.2. Kondisi yang Harus Di Hindari

Panas, sumber nyala api dan percikan api, ruang tertutup. (2, 7)

8.3. Bahan Tak Tercampurkan

Oksidator kuat, reduktor kuat, asam kuat, basa kuat, nitrat, bahan kaustik

(contoh: amonia, amonium hidroksida, kalsium hidroksida, kalium

hidroksida, natrium hidroksida), kalium tert-butoksida. (2, 4, 5, 7)

8.4. Dekomposisi

Produk dekomposisi: karbon monoksida dan karbon dioksida, gas yang

bersifat iritan, asam asetat dan n-butanol. (1, 2)

8.5. Polimerisasi

Tidak terpolimerisasi. (6)

9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI

9.1. Ventilasi

Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Sediakan ventilasi

yang memadai di tempat penyimpanan atau ruangan tertutup. (6)

9.2. Perlindungan Mata

Kacamata pengaman dengan pelindung bagian sisi wajah atau kenakan

penutup seluruh wajah jika ada kemungkinan terpercik bahan kimia.

Sediakan kran pencuci mata darurat serta semprotan air deras dekat

dengan tempat kerja. (1, 6)

9.3. Pakaian

Gunakan pakaian pelindung pribadi yang sesuai untuk mencegah bahan

kontak dengan kulit (4). Perlindungan tubuh disesuaikan dengan aktivitas

serta kemungkinan terjadinya paparan, misalnya pelindung kepala, apron,

sepatu boot, pakaian yang tahan bahan kimia (1).

9.4. Sarung Tangan

Gunakan sarung tangan yang sesuai untuk mencegah bahan kontak

dengan tangan. (7)

9.5. Respirator (4)

Kenakan pelindung pernapasan jika ventilasi tidak memadai. Kenakan

respirator partikel/ uap organik yang direkomendasikan NIOSH (atau yang

setara)

10. DAFTAR PUSTAKA

1. http://caledonlabs.com/upload/msds/2501-2e.pdf (Diunduh Juli 2013)

2. http://fscimage.fishersci.com/msds/15380.htm (Diunduh Juli 2013)

3. http://toxnet.nlm.nih.gov/cgi-bin/sis/search/f?./temp/~2tjI7L:1 (Diunduh Juli

2013)

4. http://www.cdc.gov/niosh/npg/npgd0072.html (Diunduh Juli 2013)

5. http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0399.htm (Diunduh Juli 2013)

6. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927114 (Diunduh Juli 2013)

7. http://www.sigmaaldrich.com/MSDS/MSDS/DisplayMSDSPage.do?country=I

D&language=en&productNumber=287725&brand=SIAL&PageToGoToURL=

http%3A%2F%2Fwww.sigmaaldrich.com%2Fcatalog%2Fproduct%2Fsial%2

F287725%3Flang%3Den (Diunduh Juli 2013)

8. http://www.toxinz.com/Spec/2304418#secrefID0EZHAI (Diunduh Juli 2013)

9. Sentra Informasi Keracunan (SIKer) dan tim. Pedoman Penatalaksanaan

Keracunan untuk Rumah Sakit. 2001