Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI TEMPERATUR PADA
FLUIDA VISCOUS BERBASIS MIKROKONTROLER
(Studi Kasus Prototipe Temperature Control System Tipe II
Untuk Lini Produksi Kecap di PT. Lombok Gandaria)
Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
YULIAN CHOSSA PERKASA
I 1309026
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Yulian Chossa Perkasa, NIM : I 1309026. PERANCANGAN SISTEM
PENGENDALI TEMPERATUR PADA FLUIDA VISCOUS BERBASIS
MIKROKONTROLER (Studi Kasus Prototipe Temperature Control System
Tipe II Untuk Lini Produksi Kecap di PT. Lombok Gandaria) . Skripsi.
Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas
Maret, Oktober 2011.
Sistem pengendali temperatur fluida viscous merupakan aplikasi
mikrokontroler dibidang industri. Penelitian ini bertujuan merancang ulang sistem
pengendali temperatur pada sebuah temperature control system untuk keperluan
mengoptimumkan proses filling pada lini produksi kecap PT. Lombok Gandaria.
Metode FAST (Framework for the Application of the System Technique)
digunakan dalam perancangan sistem pengendali ini dan dengan teknik
perancangan rekayasa. Awal dari metode ini dengan investigasi awal di lapangan
dan dilanjutkan dengan analisa masalah yang ada di lapangan. Analisa keputusan
yang diambil berdasarkan penyelesaian yang dipilih, serta mewujudkan
penyelesaian menjadi spesifikasi rancangan, diikuti pengujian dan proses
penerapan sistem, pengoperasian sistem dan sistem pendukung.
Hasil penelitian ini berupa rancangan sistem pengendali temperatur yang
menghasilkan temperatur fluida viscous area 33oC – 34
oC. Sistem pengendali ini
menggunakan mikrokontroler ATMEGA 8535 sebagai pengendali utama yang
dilengkapi dengan fitur antar muka LCD; dan pengendalian terpisah untuk
pemanas dan blower. Sistem pengendali temperatur yang responsif dan stabil
terhadap perubahan temperatur obyek fluida viscous terukur. Secara teknis
dilakukan pengendalian besarnya panas yang diberikan ataupun dibuang dari
sistem konstruksi rancangan. Penambahan panas dilakukan dengan pengaktifan
pemanas dan blower secara bersamaan, sedangkan pembuangan panas dilakukan
dengan hanya mengaktifkan blower saja.
Kata kunci : Mikrokontroler, temperatur, fluida viscous, FAST, ATMEGA 8535
xvi + 87 halaman; 53 gambar; 22 tabel; 5 lampiran.
Daftar pustaka : 17 (1985 - 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....………………………………………………...... i
LEMBAR VALIDASI...………………………………………………...... ii
LEMBAR PENGESAHAN....…………………………………………… iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH………... iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………...... v
KATA PENGANTAR....………………………………………………...... vi
ABSTRAK....………………………………………………........................ viii
ABSTRACT....………………………………………………...................... ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………........ x
DAFTAR TABEL……………………………………………………........ xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………........ xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………........ xv
BAB I PENDAHULUAN……………………….................................... I-1
1.1 Latar Belakang Masalah...………………………………….. I-1
1.2 Perumusan Masalah…………………………………..….…. I-2
1.3 Tujuan Penelitian .………………………………..…….…... I-3
1.4 Manfaat Penelitian..………………………………..…….…. I-3
1.5 Batasan Masalah……………………………………….…… I-3
1.6 Asumsi Penelitian …………………………………….…… I-4
1.7 Sistematika Penulisan…………………………………….… I-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………... II-1
2.1 Mikrokontroler…………………………….……................... II-1
2.1.1 Aplikasi Mikrokontroler…....…………….……....... II-1
2.1.2 Mikrokontroler ATMEGA 8535…………………. II-2
2.1.3 Rangkaian Sistem Mikrokontroler ATMEGA 8535 II-4
2.2 Sensor Suhu LM35……………………………...................... II-5
2.3 HMI (Human Machine Interface) LCD – LMB162A……… II-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Halaman
2.4 Rangkaian HMI Menuju Port D Mikrokontroler ATMEGA
8535.......................................................................…….……. II-11
2.5 Bahasa Pemrograman C / C ++ ……………………….……. II-12
2.5.1 Tipe Data……………………….……....................... II-13
2.5.2 Logika Kondisional Program……………………..... II-13
2.5.3 Logika Pengulangan Program …………………..... II-14
2.5.4 Sintaksis Penulisan Program ……………………..... II-15
2.5.5 Operasional Program............……………………..... II-16
2.6 Software Untuk Pemrograman……………………………… II-16
2.6.1 AVR Code Vision…………………………............. II-16
2.6.2 Universal ISP…………………………….................. II-22
2.7 Metode FAST (FRAMEWORK FOR THE APPLICATION OF
SYSTEM TECHNIQUE)……………………….……………. II-23
2.7.1 Preliminary Investigation Phase…...………………. II-23
2.7.2 Problem Analysis…………………..………………. II-24
2.7.3 Requirement Analysis…………...…………………. II-24
2.7.4 Decision Analysis…………….……………………. II-25
2.7.5 Proses Perancangan …………..……………………. II-26
2.7.6 Construction Phase ………...…………………….... II-26
2.7.7 Implementation …………....………………………. II-26
2.7.8 Operation and Support Stage Phase ………………. II-27
2.8 Penelitian Pendukung ………………………………............. II-28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………....................……...........III-1
3.1 Identifikasi Masalah………....................……………………. III-3
3.2 FRAMEWORK FOR THE APPLICATION SYSTEMS
TECHNIQUES......................................................................... III-4
3.3 Tahap Analisis dan Interpretasi Hasil..................………….... III-6
3.4 Tahap Kesimpulan dan Saran.... …………....………………. III-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Halaman
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA………..........IV-1
4.1 Pengumpulan Data.............……………….……..................... IV-1
4.1.1 Preliminary Investigation ……………….……......... IV-1
4.1.2 Problem Analysis..........……...............……………... IV-2
4.1.3 Requirement Analysis.... …………..…….....………. IV-3
4.1.4 Decision Analysis..………....………………………. IV-4
4.2 Pengolahan Data.................................………………………. IV-5
4.2.1 Proses Perancangan.............................……………... IV-5
4.2.2 Pembangunan Sistem Pengendalian (Construction) IV-21
4.2.3 Implementasi, Operasional, dan Support Stage …… IV-33
4.2.4 Pengujian Rancangan Sistem Pengendali................... IV-34
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL................……........V-1
5.1 Analisis Hasil Penelitian................………………………….. V-1
5.1.1 Analisis Hasil Perancangan................……………… V-1
5.1.2 Analisis Hasil Pengujian................……………….... V-5
5.2 Interpretasi Hasil Penelitian................……………………..... V-7
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................……………………… VI-1
6.1 Kesimpulan ……………….……............................................ VI-1
6.2 Saran........................................................................................ VI-1
DAFTAR PUSTAKA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan pengendali elektronika dengan ukuran yang semakin kecil,
mulai dari ukuran mikro (micro technology) sampai ukuran nano (nano
technology), membuat banyak pihak maupun instansi mulai melirik dan
mengembangkan segala sesuatu menggunakan pengendali yang semakin efisien
dan pintar tersebut (Hendriarto, 2007). Di sisi lain, industri memerlukan sistem
pengendali yang terjangkau tetapi tetap handal sehingga mikrokontroler menjadi
salah satu alternatif pilihan sistem pengendali. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Wignjosoebroto (1995) bahwa pemakaian dan penerapan alat dan fasilitas
produksi yang baik, metode kerja yang lebih efektif dan efisien, dan atau
penggunaan bahan baku yang lebih ekonomis merupakan beberapa faktor teknis
penting yang menentukan produktivitas kerja perusahaan.
Aplikasi penggunaan mikrokontroler sebagai penunjang produktivitas
perusahaan dalam kasus pengendalian temperatur aliran kecap pada lini produksi
PT. Lombok Gandaria (Permatasari, 2010). Pada lintasan aliran produksi kecap,
perusahaan ini mengalami hambatan dalam pendistribusian kecap di dalam pipa
distribusinya. Ketika temperatur keluaran kecap berada dibawah 33oC hasil
produksi kecap cenderung menurun. Cairan kecap menjadi terlalu kental dan
viskositasnya terlalu tinggi. Kondisi ini menyebabkan tidak terpenuhinya target
produksi. Ketika temperatur terlalu tinggi (lebih dari 34oC), maka produk kecap
yang dihasilkan menjadi produk cacat (terdapat gelembung permanen pada
kecap), dan berdampak hanya dapat dipasarkan sebagai produk kualitas kelas dua
atau di bawahnya. Temperatur terlalu tinggi atau terlalu rendah, keduanya dapat
menurunkan tingkat produktivitas produksi kecap (Permatasari, 2010). Jika
temperatur pada aliran fluida kecap dapat dikendalikan, kelancaran dan
produktivitas menjadi optimum. Area temperatur optimal dalam proses pengisian
kecap ke dalam botol berada pada 33oC – 34
oC (Permatasari, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-2
Sebagai perwujudan hal itu, maka Permatasari (2010) merancang sebuah
temperature control system dengan konsep tube dan shell heat exchanger dan
dipadukan dengan sistem pengendali terpisah. Udara panas dihembuskan ke
permukaan pipa aliran kecap yang dikendalikan sistem pengendali. Hal ini masih
memiliki kendala. Hasil pengujian terhadap penelitian Temperature Control
System prototipe I tersebut menunjukkan bahwa saat menit awal temperatur
optimal dapat terjaga, namun dalam kurun waktu pemantauan selama kurang lebih
satu jam terdapat 19 titik pengukuran yang menunjukkan pembacaan temperatur
di luar area optimal sebesar 0,5oC. Bahkan terjadi frekuensi penyimpangan itu
menjadi lebih tinggi ketika sistem setelah menit ke 25. Dari hasil yang didapat
maka sistem dikatakan mengalami overshoot (temperatur kecap berada di luar
batas area optimum). Selain beberapa hal di atas, kondisi teknis yang menyangkut
dalam pengendalian sensor, pengkondisian output yang berupa pemanas dan
blower melalui pemrograman juga belum dilakukan perancangan yang lebih
dalam dan detail.
Maka dalam penelitian perancangan sistem pengendali ini diharapkan dapat
meningkatkan performansi dari penelitian terdahulu (Permatasari, 2010).
Pemilihan komponen yang lebih baik, pengkondisian pemrograman, sensor, serta
sinkronisasi dengan pengembangan desain konstruksi temperature control system
untuk internal flow fluida viscous merupakan beberapa alternatif yang akan
digunakan untuk pengembangan penelitian ini.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah mengembangkan rancangan sistem pengendali temperatur
aliran fluida viscous yang responsif dan sensitif terhadap perubahan temperatur
yang dapat diaplikasikan langsung di lini produksi pengisian atau filling di PT.
Lombok Gandaria.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-3
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan hasil penelitian ini yaitu pengembangan rancangan sistem
pengendali temperatur aliran fluida yang lebih responsif dan sensitif terhadap
perubahan temperatur.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Pengembangan sistem pengendali temperatur aliran fluida prototipe II yang
lebih responsif, stabil, dan reliabel, maka diharapkan dapat mengoptimalkan
kinerja dan produktivitas dari lini produksi pengisian aliran fluida (kecap).
1.5 BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam pengembangan rancangan sistem pengendali
temperatur ini, sebagai berikut:
1. Mikrokontroler yang digunakan sebagai pengendali utama tipe ATMEGA
8535.
2. Port A dari mikrokontroler digunakan sebagai input analog sistem pengendali;
port B digunakan untuk input dan output operator terhadap mesin; port C
digunakan untuk pengendali output pemanas dan blower; port D sebagai jalur
dan komunikasi terhadap operator atau sebagai human machine interface (LCD
LMB 162A).
3. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah bahasa C++, sedangkan untuk
kode program Hexadesimal diperuntukkan saat transfer program ke hardware
mikrokontroler.
4. Sensor temperatur yang digunakan pendeteksi sistem tipe LM 35.
5. Pemanas dan blower merupakan hasil output yang dikendalikan untuk
mendapatkan hasil temperatur 33o C – 34
o C. Pemanas sebagai penghasil panas
dan blower untuk menghembuskan atau membuang panas berlebih (dapat
dikatakan sebagai pendingin).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-4
1.6 ASUMSI PENELITIAN
Asumsi yang digunakan dalam membahas perancangan sistem pengendali
ini, sebagai berikut:
1. Kestabilan sistem pengendali mulai diukur setelah pre-heating mencapai
kondisi steady (33oC – 34
oC).
2. Debit aliran fluida yang terukur oleh sistem pengendali dalam keadaan
konstan.
3. Perubahan temperatur berbanding lurus terhadap perubahan output (pemanas
dan blower).
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dibuat agar dapat memudahkan pembahasan
penyelesaian masalah dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai sistematika
penulisan digunakan pada penyusunan laporan penelitian dan tugas akhir ini.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan dasar teori-teori yang dipakai untuk mendukung
penelitian, sehingga perhitungan dan analisis dilakukan secara teoritis.
Tinjauan pustaka dari berbagai sumber yang berkaitan langsung
dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian, dapat diambil
dari buku, jurnal penelitian, sumber literatur lain.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tahapan yang dilalui dalam penyelesaian masalah secara
umum yang berupa gambaran terstruktur dalam bentuk flowchart sesuai
dengan permasalahan yang dimulai dari studi pendahuluan,
pengumpulan data sampai dengan pengolahan data dan analisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-5
BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data-data yang diperlukan untuk menganalisis
permasalahan yang ada serta pengolahan data dengan menggunakan
metode yang dikembangkan pada bab sebelumnya.
BAB V : ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini memuat uraian analisis dan intepretasi dari hasil pengolahan
data yang dilakukan.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan
kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan masalah. Bab ini juga
menguraikan saran dan masukan bagi kelanjutan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian ini merupakan proses yang terkait satu dengan yang
lain secara sistematis yang menunjukkan hasil proses sebelumnya merupakan
masukan tahap berikutnya.
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Penetapan Tujuan Penelitian,
Batasan Masalah Penelitian,
Manfaat Penelitian
Preliminary Investigation(Awal investigasi untuk menentukan rancangan sebuah sistem)
Problem Analysis(Menganalisa masalah di lapangan)
Requirement Analysis(Menganalisa Kebutuhan Perusahaan)
Decision Analysis(Menganalisa keputusan yang akan diambil berdasarkan solusi)
A
Gambar 3.1 Metodologi penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-2
Proses Perancangan (Design)(Mentransformasikan menjadi spesifikasi rancangan)
Hardware:
Panel Kontrol
Rangkaian Kendali Mikrokontroler, Relay, Analog
Sensor, LCD, Input Digital
Software :
Algoritma HMI – LCD
Algoritma Keluaran Pemanas dan Blower
Pembangunan Sistem Pengendalian (Construction)(Proses pengujian setiap komponen dan keseluruhan)
Verifikasi Hardware
Downloading dan Verifikasi Program
Validasi
Implementation, Operation, and Support Stage(Proses penerapan sistem, operasional, pendukung operasional)
Analisis dan Interpretasi
Kesimpulan dan Saran
A
Gambar 3.2 Metodologi penelitian (Lanjutan)
Penelitian yang dikembangkan ini berdasarkan tahapan yang diterapkan
dengan metode FAST (Framework for the Application of System Tecniques)
seperti ditunjukkan pada gambar 3.1. Proses perancangan merupakan salah satu
bentuk khusus dari beberapa alternatif pemecahan masalah yang ada. Di bawah ini
dijelaskan hal-hal yang dilakukan dalam tahap pendefinisan awal sampai dengan
akhir dari desain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-3
3.1 IDENTIFIKASI MASALAH
Seperti yang dijelaskan pada bagian latar belakang, penelitian dilaksanakan
atas adanya keperluan sistem internal flow fluida viscous. Penelitian ini dapat
dirumuskan permasalahannya yaitu bagaimana merancang sistem pengendali
temperatur pada fluida viscous yang responsif serta pengembangan dari penelitian
terdahulu (Permatasari, 2010).
Sebelum perancangan dimulai diperlukan hal apa yang dapat mendukung
perancangan sistem kendali. Mengidentifikasi hal-hal tersebut dilakukan studi
pustaka dan observasi lapangan. Pada tahap ini dilakukan untuk memperoleh
informasi pendukung yang diperlukan dalam penyusunan laporan penelitian,
meliputi mempelajari literatur, buku, internet, jurnal, dan penelitian yang
berkaitan. Teori dalam studi pustaka ini terdiri dari karakteristik mikrokontroler,
elektronika digital, bahasa pemrograman C / C++ dan pembuatan program dengan
software AVR Code Vision. Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh
informasi yang diperlukan untuk perancangan sistem pengendali temperatur.
Informasi ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif yang digunakan pada
pengolahan data selanjutnya.
3.2 FRAMEWORK FOR THE APPLICATION SYSTEMS TECHNIQUES
(FAST)
Dalam tahapan Framework for the Application System Techniques (FAST)
masing-masing bagian memerlukan input, baik yang berupa data hasil observasi
maupun hasil pengolahan data tahapan sebelumnya. Semua input dan output yang
dihasilkan menyebabkan keterkaitan pada hasil rancangan sistem kendali.
3.2.1 Preliminary Investigation
Tahap ini merupakan tahap awal dari pengembangan sistem yang di buat.
Investigasi awal yang dilakukan dengan proses wawancara dengan peneliti
terdahulu dan piahk terkait langsung dengan penelitian awal. Tahap ini bertujuan
untuk mengetahui masalah, peluang dan tujuan pengguna, mengetahui ruang
lingkup yang dikerjakan, mengetahui kelayakan perencanaan proyek. Pada
dasarnya tahap ini adalah tahap awal yang dilakukan pada laporan penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-4
yang meliputi latar belakang, perumusan masalah, penentuan tujuan dan manfaat,
studi pusataka, studi lapangan dan identifikasi masalah.
3.2.2 Problem Analysis
Pada tahap ini dijelaskan analisa masalah yang ada di lapangan. Tahap ini
merupakan pengembangan dari tahap pertama yang bertujuan memberikan
pemahaman yang lebih dalam bagi perancang mengenai permasalah yang
dihadapi. Informasi yang digunakan dalam mempelajari permasalahan yang
terdapat dalam sistem pengendalian temperatur, masalah, akibat, penyebab dari
permasalahan.
3.2.3 Requirement Analysis
Tahap ini dilakukan bila pengguna menyetujui untuk melanjutkan proyek.
Tahap ini adalah mendefinisikan hal-hal yang perlu dilakukan oleh sistem, apa
yang diperlukan dan diinginkan oleh pengguna pada sistem. Input dari tahap ini
adalah sistem improvement objective yang dihasilkan pada tahap sebelumnya
yang kemudian perancang mengumpulkan dan mendiskusikan keperluan dan
prioritas berdasarkan informasi yang diperoleh dari proses wawancara. Pada tahap
ini ditunjukan rekapitulasi hasil wawancara yang telah dilakukan dengan
permasalahan yang dibahas pada tahap problem analysis.
3.2.4 Decision Analysis
Decision analysis, melakukan analisis terhadap keputusan yang akan
diambil berdasarkan penyelesaian yang ditawarkan. Analisis keputusan terdapat
berbagai alternatif untuk mendesain sistem kendali. Alternatif yang diajukan
mengenai penggunaan mikrokontroler, display dan pemanas serta blower.
3.2.5 Proses Perancangan (Design)
Setelah didapatkan persetujuan dari customer dan pengguna, maka mulai
dilakukan proses desain dari sistem kendali. Tujuan dari tahap ini adalah
mentransformasikan business requirement statement menjadi spesifikasi desain
untuk proses konstruksi. Pada tahap ini diperlukan ide dari pengguna dan
customer. Desain sistem kendali terdiri dari dua bagian yaitu desain hardware dan
desain program. Hardware dalam hal ini merupakan rangkaian sistem kendali
yang mengendalikan pengaturan temperatur. Sedangkan program berfungsi
sebagai logika sistem kendali dalam melakukan kendali. Pada tahap ini dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-5
pengumpulan alat, bahan dan data yang digunakan untuk perancangan modul
sistem kendali.
1. Perancangan hardware.
Langkah pertama yang dilakukan dalam perancangan hardware untuk sistem
pengendali temperatur ini menentukan komponen elektro dan elektronika yang
digunakan baik yang berupa mikrokontroler hingga komponen lain seperti
relay, mendesain layout elektronika inti dan pendukung dalam satu papan PCB,
dan merangkai semua komponen yang diperlukan di atas papan PCB. Dan juga
melakukan perancangan layout untuk panel kontrol yang dapat membantu
operator.
2. Perancangan program.
Perancangan program dilakukan dengan mengunakan bahasa C/C++ untuk
memprogram mikrokontroler agar menampilkan menu pada LCD yang dapat
membantu operator dalam mengatur optimalisasi dari laju kecap.
3.2.6 Pembangunan Sistem Kendali (Contruction)
Tahap pembangunan adalah tahap melaksanakan pengujian pada setiap
komponen sistem secara individu dan sistem secara keseluruhan. Tujuan dari
tahap ini adalah membangun dan menguji sistem kendali yang memenuhi
permintaan dan spesifikasi dari desain yang dibuat, mengimplementasikan
penghubung antara komponen pengendali. Penjelasan mengenai hal-hal yang
dilakukan dalam tahap ini, sebagai berikut:
1. Verifikasi hardware.
Pada tahap ini dilakukan pengecekan pada seluruh komponen elektro dan
elektronika yang dirangkai. Hal ini diperlukan mengurangi kesalahan fungsi
dalam rangkaian serta penempatan komponen elektronika.
2. Downloading.
Pada tahap ini adalah tahap pemindahan program dari bahasa C/C++ ke bahasa
Assembler hingga diakusisi perintah dalam mikrokontroler. Dalam bentuk
bahasa Assembler program di download kedalam mikrokontroler agar
berfungsi sebagai pusat data dan perintah untuk mengendalikan temperatur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-6
3. Assembling.
Pada tahap ini adalah tahap penyatuan dari hardware kendalinya dan
komponen yang dikendalikan hal ini meliputi penyatuan input digital, LCD,
dan output dari mikrokontroler.
4. Validasi.
Untuk validasi berupa troubleshoting hardware dan program secara
keseluruhan baik berupa fungsi komponen, perintah dalam mikrokontroler.
3.2.7 Implementation, Operation And Support Stage
Tahap implementation merupakan tahap penerapan hasil dari perancangan
sistem kendali yang di buat ke dalam sistem pengisian kecap secara keseluruhan.
Input dari tahap ini sistem fungsional dari tahap konstruksi. Perancang mampu
membantu menjelaskan tentang cara penggunanaan dan melakukan tes akhir.
Tahap operation and support stage adalah tahap dimana perancang
membangun sistem pendukung teknis bagi para pengguna, seperti keperluan
maintenance dan kesalahan dalam pengoperasian. Aktifitas yang dilakukan dalam
sistem pendukung adalah assisting users, fixing software.
3.3 TAHAP ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Tahap ini dilakukan analisis dan interpretasi hasil terhadap alat yang
dirancang agar dapat ditarik kesimpulan dan penyelesaian masalah serta analisis
yang dilakukan adalah hasil dari performa sistem pengendali dan kecepatan
respon sistem pengendali temperatur.
3.4 TAHAP KESIMPULAN DAN SARAN
Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan dari hasil proses penelitian,
diharapkan kesimpulan ini dapat menjawab tujuan dan manfaat yang ingin
dicapai. Selain itu saran yang terkait dengan perbaikan rancangan pengendali
temperatur aliran kecap PT. Lombok Gandaria.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-1
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini membahas tentang analisis dan interpretasi hasil perancangan dalam
penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Analisis yang dibahas
dalam penelitian ini terdiri dari kelebihan dan kelemahan sistem aplikasi dan hasil
pengujian dari sistem aplikasi yang telah dibuat.
5.1 ANALISIS HASIL PENELITIAN
Pada sub bab ini diuraikan mengenai analisis hasil perancangan dan analisis
hasil pengujian. Analisis hasil perancangan adalah analisis yang dilakukan
terhadap performansi sistem pengendali, sedangkan analisis hasil pengujian
digunakan untuk mendeteksi karakteristik penyebaran hasil data sampling
terhadap sistem pengendali dan indikasi yang menyebabkannya.
5.1.1 Analisis Hasil Perancangan
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hasil dari perancangan sistem
pengendali temperatur prototipe II terhadap performansi respon dan
sensitivitasnya terhadap perubahan suhu.
Gambar 5.1 Grafik performansi pengujian sistem pengendali temperatur
fluida viscous tipe II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-2
Gambar 5.1 merupakan grafik performansi dari sistem pengendali
temperatur tipe II, dari hasil pengujian tersebut didapatkan bahwa untuk secara
keseluruhan sistem pengendali temperatur prototipe II dapat mengatur dan
menjaga fluida terjaga pada temperatur target (33oC – 34
oC).
Gambar 5.2 grafik performansi dari temperature control system tipe I hasil
pengujian tersebut didapatkan selama keseluruhan pengambilan sampling data
terdapati 19 titik sampling di luar area optimal bahkan yang mengalami kejadian
overshoot. Apabila dilihat dari persentase adanya ketidakstabilan sistem terdapat
5,28 % yang mengalami kondisi kurang optimal.
Gambar 5.2 Grafik performansi pengujian temperature control system tipe I
Hasil kedua grafik di atas, maka dapat ditarik sebuah perbandingan antara
sistem pengendali temperatur prototipe II dengan temperature control system tipe
I, yaitu:
Tabel 5.1 Perbandingan hasil pengujian perfomansi
No. Aspek Pembanding Temperature Control
System tipe I
Sistem Pengendali
Temperatur Fluida
Viscous tipe II
1 Banyaknya titik di luar
area target (33oC – 34
oC)
19 titik d luar area optimal
(5,28%)
Dapat mengatur dan
menjaga temperatur target
33oC - 34
oC
2 Timing overshoot Hampir terjadi di
keseluruhan sampling
pengujian
--
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-3
Penggunaan dua buah sensor yang masing-masing diletakkan pada titik awal
(input pipa) dan titik akhir (output pipa), pengkondisian pemisahan pemanas dan
blower, serta area pengukuran temperatur optimal yang diperkecil ternyata
berpengaruh terhadap peningkatan performansi aliran fluida terhadap kondisi
target (33oC – 34
oC). Dua buah sensor yang diletakkan pada posisi awal dan akhir
pipa digunakan deteksi dan pengkondisikan tiga jenis situasi; meliputi pemanas
dan blower yang aktif secara bersamaan, pemanas tidak aktif tetapi hanya blower
yang aktif, dan juga pemanas maupun blower tidak aktif keduanya. Sedangkan
untuk area pengukuran yang diperkecil dilakukan melalui setting kode dalam
pemrograman mikrokontroler.
Tabel 5.2 Pengkondisian dari sensor terhadap output pemanas dan blower
Pemanas ON
Blower ON
Pemanas OFF
Blower ON
Pemanas OFF
Blower OFF
Sensor input Belum sesuai
target Sesuai target Sesuai target
Sensor output Sesuai target Belum sesuai
target Sesuai target
Pengkondisian di atas, dapat efektif dengan terlebih dahulu adanya pengecilan
area target yang hendak dicapai (dalam hal ini 33oC – 34
oC). Dalam tabel 5.3
dapat dilihat hasil dari penyempitan area target terhadap hasil temperatur fluida
dihasilkan.
Tabel 5.3 Perbandingan hasil temperatur fluida sebelum
dan sesudah diperkecil
Sebelum area target
Sesudah area target
diperkecil
diperkecil
Waktu Input Output Fluida -
SEBELUM
Waktu Input Output Fluida -
SESUDAH
0:00:10 44 39 33,7
0:00:10 43 36 33,1
0:00:20 40 39 33,2
0:00:20 43 37 33,0
0:00:30 40 36 33,9
0:00:30 42 36 33,2
0:00:40 41 39 34,1
0:00:40 42 36 33,1
0:00:50 42 36 34,3
0:00:50 43 37 33,0
0:01:00 43 36 33,3
0:01:00 41 36 33,2
0:01:10 42 36 33,0
0:01:10 42 37 33,0
0:01:20 40 36 34,4
0:01:20 41 37 33,0
0:01:30 43 36 34,2
0:01:30 43 36 33,1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-4
Tabel 5.3 Perbandingan hasil temperatur fluida sebelum dan sesudah diperkecil
(lanjutan)
Sebelum area target
Sesudah area target
Diperkecil
diperkecil
Waktu Input Output Fluida -
SEBELUM
Waktu Input Output Fluida –
SESUDAH
0:01:40 41 37 34,5
0:01:40 41 37 33,2
0:01:50 42 38 33,9
0:01:50 41 37 33,1
0:02:00 42 39 33,8
0:02:00 41 37 33,0
0:02:10 40 38 34,4
0:02:10 42 36 33,0
0:02:20 41 38 34,1
0:02:20 42 37 33,1
0:02:30 40 36 33,8
0:02:30 41 37 33,0
0:02:40 43 39 33,3
0:02:40 43 37 33,0
0:02:50 40 36 33,2
0:02:50 43 36 33,0
0:03:00 40 39 33,1
0:03:00 43 37 33,1
0:03:10 42 36 33,5
0:03:10 42 37 33,0
0:03:20 44 36 33,0
0:03:20 43 37 33,0
0:03:30 43 38 33,7
0:03:30 42 37 33,0
0:03:40 44 38 33,6
0:03:40 42 36 33,1
0:03:50 41 37 33,5
0:03:50 41 37 33,3
0:04:00 42 39 34,0
0:04:00 42 36 33,3
0:04:10 44 37 34,0
0:04:10 42 36 33,2
0:04:20 40 37 33,4
0:04:20 42 36 33,1
0:04:30 44 36 34,1
0:04:30 42 36 33,0
0:04:40 44 37 33,4
0:04:40 41 37 33,0
0:04:50 44 39 34,2
0:04:50 41 36 33,0
0:05:00 41 38 34,3
0:05:00 41 37 33,2
0:05:10 44 37 33,7
0:05:10 41 36 33,0
0:05:20 41 37 33,1
0:05:20 42 36 33,0
0:05:30 40 36 33,3
0:05:30 42 36 33,0
0:05:40 43 39 33,2
0:05:40 43 36 33,2
0:05:50 40 36 34,4
0:05:50 41 37 33,1
0:06:00 40 36 34,2
0:06:00 43 36 33,1
0:06:10 40 39 33,2
0:06:10 43 37 33,2
0:06:20 42 36 33,0
0:06:20 42 37 33,1
0:06:30 41 38 34,2
0:06:30 42 37 33,2
0:06:40 40 38 33,9
0:06:40 43 36 33,3
0:06:50 42 36 33,8
0:06:50 41 37 33,3
0:07:00 44 38 34,0
0:07:00 42 37 33,5
0:07:10 44 37 34,3
0:07:10 42 36 33,4
Lampiran..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-5
Gambar 5.3 Grafik perbandingan temperatur fluida sebelum
dan sesudah area target diperkecil
Dari gambar 5.3 didapatkan bahwa apabila area temperatur target diatur
pada kondisi sensor input antara 40oC – 44
oC dan sensor output antara 36
oC –
39oC, maka didapatkan hasil temperatur fluida rata-rata 33,8
oC dengan banyaknya
titik sampling yang di luar area target lebih dari 19. Sedangkan setelah dilakukan
pengecilan area target temperatur pada sensor input 41oC – 43
oC dan sensor
output 36oC – 37
oC, hasil temperatur fluida rata-rata adalah 33,3
oC dengan tidak
adanya titik sampling yang berada di luar area target. Namun dengan cara
memperkecil area target berakibat munculnya beberapa karakteristik hasil data
temperatur fluida.
5.1.2 Analisis Hasil Pengujian
Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai karakteristik penyebaran data
hasil pengujian performansi terhadap sistem pengendali temperatur fluida viscous
tipe II. Dua karakteristik yang berbeda dengan kondisi rata-rata temperatur fluida
viscous (33oC – 34
oC), yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-6
1. Karakteristik saat kondisi awal setelah steady state (33oC – 34
oC), di mana
untuk rata-rata temperatur yang didapat adalah 33,3oC.
2. Karakteristik dengan kondisi tertinggi dari rataan temperatur target 33,3oC.
Gambar 5.4 Grafik performansi karakteristik awal
Gambar 5.4 terdapat kondisi dan karakteristik temperatur pada area 33oC -
33,2oC, hasil analisa yang didapat dalam pengujian ini, dapat diakibatkan oleh tiga
hal utama, yaitu:
1. Penetapan kondisi steady state yang dihitung sejak temperatur fluida pada
33oC. Sehingga masih memerlukan waktu kurang lebih lima menit awalan
untuk penyerapan panas sampai tercapainya temperatur rata-rata.
2. Pemilihan dan penentuan besarnya daya pada pemanas, hal ini lebih
menekankan dengan adanya hubungan antara kecepatan panas yang mampu
diserap konstruski pipa dengan besarnya daya dari pemanas.
3. Dalam menentukan material dari konstruksi pipa memerlukan perhitungan
lebih, karena terkait dengan jenis material, ukuran material serta bentuk dari
konstruksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-7
Gambar 5.5 Grafik performansi karakteristik tinggi
Gambar 5.5 merupakan grafik karakteristik dengan temperatur tinggi di atas
rata-rata. Hal itu dapat disebabkan oleh tertutupnya saluran exhaust dari
konstruksi casing pipa dan juga dari fluktuasi debit fluida ketika pengujian.
Saluran exhaust dari konstruksi yang tertutup rapat dapat mengakibatkan panas
yang berlebih diterima oleh fluida. Fluktuasi debit fluida berpengaruh terhadap
kerataan panas yang disalurkan ke fluida tidak merata, maka terjadilah
karakteristik cenderung tinggi di atas rata-rata.
5.2 INTERPRETASI HASIL PENELITIAN
Hasil dari perancangan sistem pengendali temperatur fluida viscous tipe II
ini bekerja secara paralel dengan desain konstruksi pipa aliaran fluida viscous.
Sistem pengendali temperatur ini mengendalikan beberapa komponen utama
dalam penambahan dan pengurangan panas. Komponen tersebut berupa pemanas
dan blower yang masing-masing terdiri dari 4 unit. Pemanas yang digunakan
berfungsi untuk menambahkan panas ke dalam sistem. Hasil panas dikeluarkan
harus dibantu dengan blower yang mendorong masuk ke dalam sistem hasil
desain konstruksi pipa aliran fluida. Dengan kata lain saat pemanas bekerja maka
blower juga bekerja. Sedangkan blower secara khusus berfungsi untuk membuang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-8
/ mengurangi panas berlebih di dalam sistem konstruksi pipa aliran fluida. Blower
dapat bekerja secara terpisah dari pemanas.
Sistem pengendali temperatur tipe II menggunakan rangkaian output berupa
delapan buah relai 6Vdc . Power supply yang digunakan dalam sistem pengendali
ini adapter 6Vdc sesuai untuk spesifikasi relai dan kapasitas mikrokontroler.
Dalam sistem pengendali ini juga terdapat dua buah sensor temperatur tipe LM35
yang digunakan untuk mengetahui informasi perubahan temperatur yang terjadi
dalam sistem keseluruhan. Sensor ini akan menjadi input bagi mikrokontroler
dalam pengendalian terhadap pemanas maupun blower. Kelengkapan sistem
pengendali ini juga menggunakan sistem tampilan atau human machine interface
berupa LCD 16 x 2. LCD akan menampilkan hasil yang dikendalikan oleh
mikrkontroler serta informasi yang dapat membantu dalam pengoperasian sistem
ini.
Sebelum sistem pengendali diterapkan pada lantai produksi kecap PT.
Lombok Gandaria, terlebih dahulu dilakukan pengetesan. Sistem pengendali
sendiri mengalami tes pada setiap komponen. Komponen yang di tes meliputi
rangkaian mikrokontroler dan relai, rangkaian kendali input dan output ,
rangkaian LCD – human machine interface, serta output dari kendali yaitu
pemanas dan blower. Hasil dari tes yang dilakukan sistem pengendali telah
memenuhi target dan tujuan utama penelitian ini. Sistem pengendali dapat bekerja
optimal mengendalikan temperatur pada area temperatur target (33oC – 34
oC),
fungi secara kecepatan respon dan sensitivitas perubahan temperatur terjadi. Agar
pengguna tidak kebingungan dalam pengoperasian maka sistem pengendali
dilengkapi dengan buku panduan pengunaan telah disesuaikan dan dilengkapi
dengan standar operasi sistem yang mencakup hal apa saja yang harus
diperhatikan pengguna sebelum dan sesudah menggunakan sistem pengendali
temperatur ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
VI-1
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Perancangan sistem pengendali temperatur fluida viscous tipe II merupakan
usaha penelitian yang dilakukan untuk membantu mengembangkan kekurangan
dan performansi penelitian terdahulu.
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan perancangan sistem yang dilakukan, maka
kesimpulannya, yaitu:
1. Sistem pengendali temperatur fluida viscous tipe II yang dirancang mampu
untuk meningkatkan performansi serta dapat mengurangi kendala dan
kekurangan pada penelitian terdahulu. Kecepatan respon yang lebih stabil,
sensitivitas terhadap perubahan temperatur juga terjaga dengan baik.
2. Adanya pemisahan dalam pengendalian pemanas dan blower ternyata
berpengaruh besar dalam menghasilkan dan menjaga temperatur fluida pada
kondisi optimal.Sistem pengendali temperatur fkuida viscous tipe II ini
memiliki kecepatan respon yang lebih tinggi. Bila temperatur terdeteksi tinggi,
maka panas berlebih akan segera dibuang melalui blower yang aktif. Demikian
juga sebaliknya, apabila temperatur terdeteksi rendah, maka panas akan segera
ditambahkan melalui pemanas dan blower yang bekerja secara bersamaan.
3. Penambahan kuantitas sensor temperatur menjadi dua buah dapat untuk
meningkatkan pengkondisian sistem. Algoritma pemrograman dengan
pemanfaatan kondisi dari dua buah sensor juga dinilai lebih efektif dan reliabel
dalam pengendalian temperatur. Sehingga dari segi sensitivitas sistem
pengendali dapat dikatakan lebih baik.
6.2 SARAN
Saran yang diberikan untuk langkah pengembangan atau penelitian
selanjutnya, sebagai berikut:
1. Sistem pengendali temperatur fluida viscous lebih akurat dalam pengukuran
temperatur dengan sensor atau alat lain yang lebih presisi. Contohnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
VI-2
penggunaan transducer temperatur, sensor temperatur untuk kualitas industri
makanan (Food Grade).
2. Penggunaan relai untuk rangkaian output dapat lebih efisien dan cepat apabila
digunakan semacam transistor cahaya untuk pengendaliannya. Pertimbangan
ini dilakukan bahwa untuk kecepatan switching komponen mekanik relai lebih
kecil dibanding dengan kecepatan switching komponen transistor cahaya.
3. Pada penelitian selanjutnya dapat ditambahkan sebuah fungsi pengendalian
terhadap lubang exhaust. Hal ini untuk meminimalkan adanya kondisi
temperatur fluida yang cukup tinggi di atas rata-rata.