Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
AU T H O R N AM E
An InDesign template for books, eBooks, papers and
reports
This template is designed by Otto Coster and provided to you by Smashing Magazine
Pemetaan Awal Kerentanan
Infrastruktur Jalan Akibat
Perubahan Iklim
Dini Handayani
Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i mi
PEMETAAN AWAL KERENTANAN INFRASTRUKTUR JALAN AKIBAT
PERUBAHAN IKLIMDini Handayani, ST., MT.
Cetakan Ke-1 Desember 2011
©PemegangHakCiptaPusatPenelitiandanPengembanganJalandanJembatan
No. ISBN : 977-602-8256-44-5
Kode Kegiatan : PPK 2-01-130-11
Kode Publikasi : IRE-TR-031/ST/2011
Kata kunci :pemetaan awal, kerentanan infrastruktur, perubahan iklim
KoordinatorPenelitianIr. Pantja Dharma Oetojo, M.Eng.Sc.
PUSLITBANG JALAN DAN JEMBATAN
KetuaProgramPenelitianG.Gunawan, M.Si.
EditorIr. Agus Bari Sailendra, MT.
Desain & Tata LetakAndrian Roult, SE.
Diterbitkan oleh:
Kementerian Pekerjaan Umum
BadanPenelitiandanPengembanganPusatPenelitiandanPengembanganJalandanJembatanJl.A.H.NasutionNo.264Ujungberung–Bandung40294Pemesanan melalui:
Perpustakaan Puslitbang Jalan dan Jembatan
KEANGGOTAAN SUB TIM TEKNIS
BALAI TEKNIK LALU LINTAS & LINGKUNGAN JALAN
Ketua:Ir. Agus Bari Sailendra, MT.
Sekretaris:Ir. Nanny Kusminingrum Anggota:Ir. Gandhi Harahap, M.Eng.DR. Ir. IF Poernomosidhi, M.Sc.DR. Ir. Hikmat Iskandar, M.Sc.Ir. Sri Hendarto, M.Sc.DR. Ir. Tri Basuki Juwono, M.Sc.
Nara Sumber:Ir. Nasuhi Zain, MT.Ir. Hari Harmoko
Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m ii
© PUSJATAN 2011
Naskah ini disusun dengan sumber dana APBN Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2011, pada paket pekerjaan
Penyusunan Naskah Ilmiah Litbang Teknologi Jalan Ramah Lingkungan DIPA Puslitbang Jalan dan Jembatan. Pandangan-
pandanganyangdisampaikandidalampublikasiinimerupakanpandanganpenulisdantidakselalumenggambarkanpandangandankebijakanKementerianPekerjaanUmummaupuninstitusipemerintahlainnya.Penggunaandatadaninformasi yang dimuat di dalam publikasi ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.
Kementerian Pekerjaan Umum mendorong percetakan dan memperbanyak informasi secara eklusif untuk perorangan
dan pemanfaatan nonkomersil dengan pemberitahuan yang memadai kepada Kementerian Pekerjaan Umum. Tulisan
inidapatdigunakansecarabebassebagaibahanreferensi,pengutipanatauperingkasanhanyadapatdilakukanseijinpemegang HAKI dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebut sumbernya.
Buku ini dibuat juga dalam versi e-book dan dapat diunduh dari website pusjatan.pu.go.id Untuk keperluan pencetakan
bagi perorangan dan pemanfaatan non-komersial dapat dilakukan melalui pemberitahuan yang memadai kepada
Kementerian Pekerjaan Umum.
Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i miii
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) adalah lembaga riset yang berada di bawah Badan Litbang Kementerian
Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Lembaga ini memiliki peranan yang sangat strategis di dalam mendukung tugas
dan fungsi Kementerian Pekerjaan Umum dalam menyelenggarakan jalan di Indonesia. Sebagai lembaga riset, Pusjatan
memilikivisisebagailembagapenelitiandanpengembanganyangterkemukadanterpercaya,dalammenyediakanjasakeahlian dan teknologi bidang jalan dan jembatan yang berkelanjutan, dan dengan misi sebagai berikut :
• Menelitidanmengembangkanteknologibidangjalandanjembatanyanginovatif,aplikatif,danberdayasaing;• Memberikanpelayananteknologidalamrangkamewujudkanjalandanjembatanyanghandal;dan• Menyebarluaskan dan mendorong penerapan hasil litbang bidang jalan dan jembatan.
Pusjatan memfokuskan dukungan kepada penyelenggara jalan di Indonesia, melalui penyelenggaraan litbang terapan
untuk menghasilkan inovasi teknologi bidang jalan dan jembatan yang bermuara pada standar, pedoman, dan manual.
Selain itu, Pusjatan mengemban misi untuk melakukan advis teknik, pendampingan teknologi, dan alih teknologi
yang memungkinkan infrastruktur Indonesia menggunakan teknologi yang tepat guna. Kemudian Pusjatan memilliki
fungsiuntukmemastikankeberlanjutankeahlian,pengembanganinovasi,dannilai-nilaibarudalampengembanganinfrastruktur.
Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m iv
Dalam rangka meningkatkan kapasitas dan keawetan infrastruktur jalan nasional,
maka sudah saatnya mewaspadai dampak adanya perubahan iklim yang dapat
mempengaruhi kapasitas dan umur rencana jalan tersebut. Adaptasi merupakan
hal yang penting dalam perubahan iklim., yang hingga saat ini, kegiatan adaptasi
difokuskan pada area-area yang dianggap rentan terhadap perubahan iklim.
Sebagai sebuah tahapan untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan iklim, maka
pada tahun 2011 dilakukan studi berupa pemetaan kerentanan infrastruktur jalan
akibat perubahan iklim, yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh jasa konsultan
dengan menggunakan dana APBN 2011 dan penulis mencoba menuliskannya sebagai
pemetaan awal kerentanan infrastruktur jalan akibat perubahan iklim. Sadar dengan
segala kekurangan dalam tulisan ini, untuk itu penulis mohon koreksi dan perbaikan demi
kelayakan tulisan ini.
Ucapanterimakasih jugatidaklupapenulissampaikankepadaseluruheditor,semoga
bermanfaatbagisemuafihak.
Kata Pengantar
Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i mv
1Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan 31.1. Pemanasan Global 3
1.2. Perubahan Iklim 3
1.3. Kebijakan Kementerian PU (RAN MAPI) 4
1.3.1. Adaptasi Perubahan Iklim 4
1.3.2. Mitigasi Perubahan iklim 41.4. Ruang Lingkup Dan Tujuan 4
Bab II Perubahan Iklim Dan Infrastruktur Jalan 5 2.1. Perubahan Iklim Terhadap Infrastruktur Jalan 52.2. Perubahan Iklim Terhadap Longsor 62.3. Perubahan Iklim Terhadap Banjir dan Rob 8
Bab III Penetapan Kriteria Kerentanan Infrastruktur Jalan 93.1. Kriteria Kerentanan Karena Perubahan Iklim Pada Infrastruktur Jalan 93.2. Penetapan Tingkat Kerentanan Infrastruktur Jalan 103.3. Pemetaan Kerentanan Jalan 103.3.1. Identifikasi Faktor Dominan 103.3.2. Melakukan Kriteria Dan Kerentanan 113.4. Tingkat Kerentanan Longsor 13
Bab IV Penerapan Penetapan Kerentanan Insfrastruktur Jalan 144.1. Identifikasi Keadaan Awal (Studi Kasus ) 144.2. Kriteria Dan Kerentanan 154.3. Penetapan Awal Kerentanan Pada Lokasi Studi 16
Bab V Kesimpulan Dan Saran 24
Daftar Pustaka 25
Lampiran 26
2 Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
DAFTAR GAMBAR
Gambar1 Jalanyangterletakpadapunggungandanparameteriklimsertaparameterfisiktanahyangterkait pada kejadian longsor
Gambar2 Jalanyangterletakpadagalian(cutting)danparameteriklimsertaparameterfisiktanahyangterkait pada kejadian longsor
Gambar3 Jalanyangterletakpadagalian(cutting)dantimbunan(embarkment)dengankanantebingdankiri jurangdanparameteriklimsertaparameterfisiktanahyangterkaitpadakejadianlongsorGambar4 Jalanyangterletakpadapunggungandanparameteriklimsertaparameterfisiktanahyangterkait pada kejadian longsor
Gambar5 Jalanyangterletakpadagalian(cutting)danparameteriklimsertaparameterfisiktanahyangterkait pada kejadian longsor
Gambar6 Jalanyangterletakpadagalian(cutting)dantimbunan(embarkment)dengankanantebingdankiri jurangdanparameteriklimsertaparameterfisiktanahyangterkaitpadakejadianlongsorGambar 7 Nilai Kerentanan Longsor
Gambar8 KondisigeologilokasiKmSMG55+000(Qtd/pasir)Gambar9 KondisicurahhujanlokasiKmSMG55+000(2500-3000)Gambar10 ZonakerentanangerakantanahKmSMG55+000(gerakantanahrendah)Gambar11 Kondisitatagunalahan(landuse)lokasiKmSMG55+000Gambar 12 Kondisi hidrogeologi lokasi inventarisasi di Km SMG 55+000
Gambar13 KondisikerentanangempabumiKmSMG55+000(rentangempabumisangatrendahs/drendah)Gambar 14 Foto kondisi lokasi inventarisasi di Km SMG 55+000
Gambar 15 Peta Litologi Geologi Sumedang
Gambar 16 Peta Isoheyt Curah Hujan Sumedang
Gambar 17 Peta Gerakan Tanah Sumedang
Gambar 18 Peta Tata Guna Lahan Sumedang
Gambar 19 Peta Hidrogeologi Sumedang
Gambar 20 Peta Kerawanan Gempa Sumedang
Gambar 21 Foto Kondisi Lokasi Sumedang
Tabel 1 Bobot Litologi Geologi Longsor
Tabel 2 Bobot Isoheyt Curah Hujan Longsor
Tabel 3 Bobot Gerakan Tanah Longsor
Tabel 4 Bobot Tata Guna Lahan Longsor
Tabel 5 Bobot Hidrologi Longsor
Tabel 6 Bobot Kerawanan Gempa Longsor
Tabel 7 Kemiringan Lereng Longsor
Tabel 8 Skala Nilai Kerentanan Longsor
DAFTAR TABEL
3Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
Chapter title
Pendahuluan
PendahuluanBAB I
1.1. Pemanasan GlobalAdanya peningkatan efek rumah kaca yang
berlebihan akan memperbesar terperangkapnya
radiasi panas balik di atmosfer kembali ke
permukaan bumi, sehingga suhu udara di
permukaan bumi meningkat, yang kemudian
kita kenal dampaknya sebagai pemanasan
global. Sementara itu diramalkan pada tahun
2100, suhu udara global akan meningkat dalam
kisaran 1.4-5.80C,bilatidakdilakukanusahayangnyata secara global untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca. Dampak dari kenaikan suhu udara
akan menyebabkan terjadinya perubahan pada
unsur-unsuriklimyanglain,sepertimeningkatnyapenguapan di udara serta berubahnya pola curah
hujan dan tekanan udara.Perubahan-perubahan
ini akhirnya merubah pola iklim dunia, atau biasa
disebut sebagai perubahan iklim.
1.2. Perubahan Iklim Perubahan Iklim global yang merupakan implikasi
dari pemanasan global telah mengakibatkan
ketidakstabilan di lapisan bawah atmosfer,terutama yang dekat dengan permukaan bumi.
Disebut-sebut penyebab dari perubahan iklim
ini adalah adanya kenaikan gas-gas rumah kaca
terutama karbondioksida (CO2)danmetana (CH
4),
yang merupakan hasil kegiatan manusia di bumi
ini, yang mengakibatkan dua hal utama terjadi
di lapisan atmosfer paling bawah tersebut, yaitu
fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikanmuka air laut. Fluktuasi curah hujan yang tinggidan kenaikan muka air laut inilah yang merupakan
bagian dari fenomena perubahan iklim.
Indonesia sebagai negara kepulauan, disinyalir
akan rentan terhadap fenomena kenaikan muka
laut. Bahkan ada studi yang memperkirakan
Pendahuluan
4 Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
bahwa dengan adanya kenaikan muka laut hingga
1,1 meter akan berdampak pada hilangnya daerah
pantai dan pulau-pulau kecil seluas 90.260 km2
(Susandi,dkk. 2008), yang tentunya merupakanancaman bahaya rob dan banjir untuk jalan-jalan
nasional Indonesia yang dekat dengan daerah
pesisir laut. Di sisi lain fenomena peningkatan
curah hujan menjadi potensi ancaman banjir dan
longsor yang akan merusak sarana dan prasarana
infrastruktur jalan dan jembatan di Indonesia.
1.3. Kebijakan Kementerian PU (RAN
MAPI)Dalam salah satu misi pembangunan infrastruktur
di Kementerian PU, yang mencakup bidang Jalan
dan Jembatan, Bidang Cipta Karya dan Bidang
Permukiman, Bidang Pengairan serta Bidang
Penataan Ruang, secara penuh mendorong
para pengelola dan pelaksana untuk melakukan
pengembangan dan penerapan teknologi dan
konstruksi infrastruktur PU yang ramah lingkungan,
hemat energi dan taat pada Peraturan dan
Kebijakan Lingkungan Hidup.
Kementerian Pekerjaan Umum dalam realisasinya
telah memberikan masukan kepada Kementerian
Lingkungan Hidup dan menetapkan kebijakan
kelayakan dari aspek lingkungan hidup dalam
pelaksanaan pembangunan bidang pekerjaan
umum, seperti yang tertuang dalam PeraturanMenteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11
Tahun 2006 tentang jenis rencana usaha dan atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.
Dalam rangka meningkatkan kapasitas dan
keawetan infrastruktur lintas jalan sepertitertuang dalam salah satu program Kementrian
Pekerjaan Umum (PU) tahun 2010-2014, sangatperlu mewaspadai adanya dampak perubahan
iklim yang dapat mempengaruhi kapasitas dan
umur rencana jalan tersebut. Maka diperlukan
data-data pemetaan kerentanan infrastruktur
jalan sepanjang jalan lintas nasional tersebut agar
nantinya dapat diupayakan adaptasi terhadapdampak dari perubahan iklim baik itu rob, banjir,
dan longsor.
1.3.1. Adaptasi Perubahan Iklim
Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menyesuaikan diri dengan kondisi perubahan iklim
yang terjadi.
Adaptasimerupakanhalpentingdalamperubahaniklim, hingga saat ini kegiatan adaptasi difokuskan
pada area-area yang dianggap rentan terhadap
perubahan iklim.
1.3.2. Mitigasi Perubahan iklimAdapunMitigasimerupakanmerupakan kegiatanyang bertujuan untuk memperlambat terjadinya
perubahan iklim lebih lanjut.
1.4. Ruang Lingkup Dan TujuanDalam rangka meningkatkan kapasitas dan
keawetan infrastruktur lintas jalan sepertitertuang dalam salah satu program Kementrian
Pekerjaan Umum (PU) tahun 2010-2014, sangatperlu mewaspadai adanya dampak perubahan
iklim yang dapat mempengaruhi kapasitas dan
umur rencana jalan tersebut. Maka diperlukan
data-data pemetaan kerentanan infrastruktur
jalan sepanjang jalan lintas nasional tersebut agar
nantinya dapat diupayakan adaptasi terhadapdampak dari perubahan iklim baik itu rob, banjir,
dan longsor.
Adapun ruang lingkup naskah yang disusun pada
kesempatan ini, difokuskan kepada pemetaan awal
kerentanan infrastruktur jalan akibat perubahan
iklim berupa longsor dan bertujuan:
1. Identifikasi faktor-faktor dominan terhadapancaman longsor.
2. Pemetaan awal kerentanan infrastruktur jalan
terhadap longsor
Perubahan Iklim Dan Infrastruktur Jalan
5Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
BAB II
Perubahan Iklim Dan
Infrastruktur Jalan
Indonesia mulai merasakan dampak pemanasan
global, yang dibuktikandariberbagaiperubahaniklim maupun bencana alam yang terjadi. Tahun
2050 diprediksi Indonesia akan mencapai
pemanasan yang mengakibatkan pulau-pulau
akan tenggelam karena kutub Utara akan mencair,
penelitianBadanMeteorologidanGeofisika(BMG)menyebutkan Februari 2007 merupakan periode
dengan intensitascurahhujantertinggiselama30tahun terakhir di Indonesia. Hal ini menandakan
perubahan iklim yang disebabkan pemanasan
global.
Hilangnya pulau-pulau ini tentunya juga
mengancamkeberadaaninfrasrukturjalan,sepertijaringan jalan, jaringan drainase,air bersih, sanitasi
dan berbagai bangunan pelengkap kegiatan
permukiman lainnya.
2.1. Perubahan Iklim Terhadap Infrastruktur Jalan Di sisi lain peningkatan curah hujan sebagai
implikasi adanya perubahan iklim menjadi potensi
6 Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
Perubahan Iklim Dan Infrastruktur Jalan
ancaman banjir yang akan merusak sarana dan
prasarana/ kerusakan infrastruktur. Demikian
pula menurut laporan IPCC (Inter-Govermental
on Climate Change/ Panel antar Pemerintah)menyebutkan bahwa dengan kenaikan permukaan
airlautsekitar1(satu)meter,diperkirakansekitar405,0 ha dari lahan pesisir termasuk kepulauan
kecilakanbanjir(Dep.PUIndonesiaReport,2007).Perubahan iklim pada akhirnya akan memberikan
dampak yang merugikan pada banyak sektor,
salah satunya adalah sektor transportasi yaitu
infrastruktur jalan. Meski kerusakan infrastruktur
jalan dapat disebabkan oleh banyak hal, sedikitnya
perubahan iklim memiliki peran dalam kerusakan
tersebut.
2.2. Perubahan Iklim Terhadap LongsorLongsoran lereng merupakan salah satu
karakteristik bencana di Indonesia. Terdapatperbedaan antara longsoran dan keruntuhan
lereng.Longsorandiartikansebagaigerakanmassatanah atau batuan atau kombinasi dari keduanya,
yang menuruni lereng akibat terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng
tersebut (Bakornas PBP, 2005). Keruntuhanlereng diartikan sebagai suatuproses pergerakandan perpindahan massa tanah atau batuan yang
dapat terjadi dengan variasi kecepatan dari sangat
lambat sampai sangat cepat dan tidak erkaitbanyak dengan kondisi geologi lokal (Pustran,
2005). Keruntuhan bersifat lokal atau skala kecildan umumnya terjadi pada daerah yang cukup
luas dengan skala yang besar. Longsoran lereng
disebabkan oleh faktor penganggu kestabilan
lerengdan faktor pemicu longsoran. Gangguan
kestabilan ini dapat disebabkan oleh kondisi
geologi, morfologi, fisik maupun ulah manusia.Namun demikian suatu lereng yang rawan atau
berpotensi longsor akibat kondisi morfologinya
(kemiringannyacuram)belumakanlongsorapabilatidakadafaktorpemiculongsorannya.Faktor pemicu longsoran tersebut diantaranya :
1. Peningkatan akumulasi air di dalam lereng
akibat meresapnya air hujan dalam jumlah
besar
2. Getaran pada lereng akibat gempa bumi
besar, kegiatan alat berat atau ledakan yang
menimbulkan berkurangnya kuat geser lereng
3. Peningkatan beban lereng, disebabkan antara
lainolehberdirinyabangunan-bangunantinggidan penanaman pohon yang rapat di atas
lereng yang sudutnya > 40 derajad
4. Pemotongan kaki lereng
Perubahan iklim yang akan mempengaruhi
elemen iklim, terdiri atas: curah hujan, kecepatan
angin, penyinaran matahari, kelembaban udara
dan temperatur. Secara bersamaan semua
elemen dalam jangka waktu yang panjang akan
berpengaruh pada jaminan keamanan jalan.
1
m ?
C = ?
?
IKLIM:
Curah hujan
Temperatur
Kelembaban
Penyinaran matahari
Sub base
Base
Surface
Ground/Tanah Dasar Asli/dari galian/cut
Tanah timbunan
Air
Rawan Longsor ?
Jalan Yang Terletak Pada Punggungan dan Parameter Iklim Serta Parameter Fisik Tanah Yang Terkait Pada Kejadian Longsor
Gambar1.Jalanyangterletakpadapunggungandanparameteriklimsertaparameterfisiktanahyangterkaitpadakejadian longsor
Perubahan Iklim Dan Infrastruktur Jalan
7Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
Longsorandiklasifikasikankedalam5tipelongsorantanah/batuan,yaitujatuhan(falls),gelincir(slides),pergerakan lateral (lateral spread), aliran (flows)dan kompleks (kombinasi dari jenis pergerakan).Penjelasan selengkapnya dapat dilihat di dalam
Panduan Penanganan Longsoran dan Keruntuhan
Lereng Jalan di Indonesia, Pustran 2002.
Proses terjadinya longsoran gelincir rotasi yaitu
nendatan(slump),dimanapergerakantanahyangterjadi ke arah bawah dan luar dengan jumlah
bidang gelincir satu atau lebih. Jenis pergerakan ini
umumnya terjadi setalah kemiringan lereng diubah.
Elemen iklim terdiri dari : curah hujan, kecepatan
angin, penyinaran matahari, kelembaban udara,
dan temperatur. Secara bersamaan semua
elemen ini dalam jangka waktu yang panjang akan
berpengaruh pada jaminan keamanan jalan dalam
melakukan fungsinya. Fungsi jalan akan terjaga baik
pada kecepatan layanan sesuai yang direncanakan,
jika lebar jalan tetap dan permukaannya rata tanpa
gangguan. Lebar jalan dapat berkurang akibat
terhalang material longsor, atau badan jalannya
itu sendiri menyempit karena sebagian longsor.
Disamping mengurangi kapasitas fungsi jalan,
kejadian longsor juga sangat membahayakan jika
serentak dengan kejadian kendaraan dan/atau
orang melintas.
Kondisi penampang melintang jalan dapat terdiri
dari3(tiga)kemungkinankondisi,yaitu:1. Badan jalan terletak berimpit dengan tanah
asli
2. Badanjalanterletakdiatastanahtimbunan3. Badan jalan terletak di tanah galian
Ketiga kondisi diatas akan berpengaruh kepadatingkatkerawananjalanterhadaplongsor.Dilihat dari kondisi tebing dan jurang di
lapangan,pada penampang melintang, letak badan
jalan secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi3(tiga)kemungkinan:1. Kirijurang,kananJurang(lihatgambar1)2. Kiri jurang, kanan tebing atau kiri tebing kanan
jurang(lihatgambar3)3. Kiritebing,kanantebing(lihatgambar2)
1
m
C = ?
?
C = ?
?
1
m
Rawan longsor ?
Rawan longsor ?
Jalan Yang Terletak Pada Galian (Cutting) dan Parameter Iklim Serta Parameter Fisik Tanah Yang Terkait Pada Kejadian Longsor
Gambar2.Jalanyangterletakpadagalian(cutting)danparameteriklimsertaparameterfisiktanahyangterkaitpada kejadian longsor
Perubahan Iklim Dan Infrastruktur Jalan
8 Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
Gambar3.Jalanyangterletakpadagalian(cutting)dantimbunan(embarkment)dengankanantebingdankirijurangdanparameteriklimsertaparameterfisiktanahyangterkaitpadakejadianlongsor
Padaketigagambardiatasterlihatbahwapotensilongsorselaluadapadalereng(tebingataujurang)dimana parameter yang berpengaruh terhadap
kejadian keruntuhan lereng adalah berawal dari
kondisi jenis batuan geologi yang membentuknya
bersamaan dengan tingkat kemiringannya (sudutkemiringan lereng, dinyatakan dalam gambar
dengan variabel 1: m). Jika lereng terbentukdari material bukan batuan tetapi tanah, maka
kejadian keruntuhan akan ditentukan oleh besaran
kemiringan dan parameter fisik tanah termasuk:sudutgeserdalam(),kohesitanah(c),danberatjenistanah(γ).Dengan adanya curah hujan, faktor air akan
sangat besar pengaruhnya terhadap kemungkinan
longsor. Jika kadar air dalam tanah menjadi besar,
maka naiknya muka air tanah akan menembah
besargayahidrostatishorisontalyangmendorongtanah kearah longsor. Dalam keadaan hujan terus
menerus,kadarairyangtinggidiperkirakandapatmengurangi kohesi tanah, dan tentu saja tanah
yang tadinya lekat akan menjadi encer sehingga
mudah longsor. Tinjauan tersebut akan menjadi
salahsatupertimbangandalammemetakanlokasirawan longsor Jalan Nasional di Pulau Jawa.
2.3. Perubahan Iklim Terhadap Banjir dan RobDalam hubungan antara kerusakan jalan dengan
banjir dan rob, yang akan menjadi kajian sementara
ini dibatasi dengan data-datacurah hujan yang
didapat sebelum adanya intensitas perubahan
iklim yang tinggi dan setelah adanya perubahaniklim.
Diketahui sebagian data curah hujan yang mungkin
didapatkanmerupakandatatimeseriesdanmasihberupa data global. Dan beberapa merupakan
data terkini. Dari analisa data hujan tersebut
akan diprediksikan pola kenaikan curah hujan,
kerentanan banjir dan dampaknya terhadap
kerentanan infrastruktur jalan nasional.
9Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
Penetapan Kriteria Kerentanan Infrastruktur Jalan
Penetapan Kriteria
Kerentanan Infrastruktur Jalan
BAB III
3.1. Kriteria Kerentanan Karena
Perubahan Iklim Pada Infrastruktur JalanPerubahan iklim memberikan dampak tidaklangsung (indirect impact) terhadap infrastrukturjalan dan kegiatan transportasi. Infrastruktur
jalanyangdalamkondisibaik(tidakdalamkondisirusak) maupun terbebas dari banjir adalahyang diinginkan. Infrastruktur jalan yang handal
merupakan kombinasi antara kondisi infrastruktur
jalan dan LoS. Untuk mempertahankan kondisi jalan,
dibutuhkan penanganan terhadap perubahan iklim
yang serius.
Selanjutnya untuk mengidentifikasi kriteriakerentanan infrastruktur jalan akibat perubahan
iklim, diperlukan identifikasi mengenai faktor –faktor dominan perubahan iklim yang berpengaruh
terhadap kinerja infrastruktur jalan. Jalan adalah
prasaranatransportasidaratyangmeliputisegalabagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas kendaraan. Struktur jalan sendiri terbagi
menjadi perkerasan jalan beraspal dan perkerasan
Penetapan Kriteria Kerentanan Infrastruktur Jalan
10 Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
jalan kaku/ beton. Berdasarkan pada bahan
pengikatnya yang berupa aspal dan beton dapat
diketahui bahwa jalan sangat rentan terhadap air,
sehingga sangat disarankan untuk menghindarkan
jalan dari genangan air yang apabila dihubungkan
dengan kejadian bencana adalah banjir dan Rob.
Sedangkan secara struktur, diperlukan pondasi
jalan yang kokoh yaitu struktur tanah yang kuat
dan tidak rentan terhadap kejadian bencanaberupa longsor.
Dengan adanya perubahan iklim sendiri, kejadian
iklim dan pengaruh terhadap infrastruktur jalan
dan berdasarkan paparan bab sebelumnya
mengenai fenomena perubahan iklim yang
mengakibatkan rob, banjir, dan longsoran lereng
jalan sangat berpengaruh terhadap kinerja jalan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga kejadianbencana tersebut merupakan faktor dominan
dari perubahan iklim yang berpengaruh terhadap
kinerja infrastruktur jalan.
Adapun perumusan kerentanan dilakukan dengan
mengadopsi rumusan hasil studi yang pernah
ada, yang kemudian ditambah variabel tertentu
yang diidentifikasi sebagai sumber potensiterjadinyakerentanan.Setiapvariabelinidiberikanpembobotan dan masing-masing item tersebut
akan dimasukkan ke dalam formula yang dibuat,
dan akhirnya diuji dengan referensi kerentanan
lokasi yang sudah terjadi di lapangan.
3.2. Penetapan Tingkat Kerentanan Infrastruktur JalanTingkat kerentanan ditentukan berdasarkan
hasil perhitungan dan diuji pada titik tertentu.Kerentanan yang terbukti terjadi di lapangandinyatakan sebagai “kerentanan tinggi” dandijadikan referensi untuk penentuan tingkatkerentanan di lokasi lainnya.
Khususnya dalam tulisan ini, secara empirisnya
tingkatkerentananlongsorakanditentukandenganhasil perhitungan data yang didapat dari lapangan.
Hasil perhitungan yang memiliki nilai besar akan
dijadikan sebagai acuan nilai kerentanan longsor
tertinggi.
3.3. Pemetaan Kerentanan JalanBerdasarkan nilai kerentanan yang diperoleh,
kemudian dilakukan pemetaan, sehingga diperoleh
tingkatkerentanandalambentukpeta.3.3.1. Identifikasi Faktor DominanSesuai dengan sub bab tujuan dan ruang lingkup
dibatasi pada pembahasan longsor, maka
identifikasi yang akan di bahas juga identifikasifaktor dominan terhadap longsor saja.
Longsor merupakan bentuk deformasi tanah
yang mengalami pergerakan dan perubahan
struktur penyusunnya dalam skala volume
tertentu. Sehubungan dengan analisa pekerjaan ini
didapatkan faktor-faktor yang menjadi penyebab
longsor tersebut antara lain :
1. Litologi Geologi
Jenis struktur alamiah pembentuk tanah, yang
memiliki faktor kekedapan dan porositas terhadap
air yang dilewatkan.
2. Isoheyt Curah Hujan
Perubahan debit curah hujan yang akan dilewatkan
oleh suatu area akan mempengaruhi kekuatan
struktur penyusunnya. Tanah yang jenuh air akan
berpotensi besar untuk mengalami perubahan
struktur dan bergerak.
3. Gerakan Tanah
Pola gerakan tanah ini dipengaruhi oleh porositas,
beban dan tata guna lahan yang ada diatasnya.
4. Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan yang ada diatas suatu area akan
mempengaruhi tingkat kerentanan longsornya.Vegetasi hutan akan lebih aman terhadap
longsoran dari pada area yang digunakan sebagai
pemukiman.
5. Hidrogeologi
Hidrogeologi merupakan pola air tanah dan
penyebarannya pada suatu area. Yang berpengaruh
terhadap kecepatan porositas tanah untuk
melewatkan air.
6. Kerawanan Gempa
Penilaian suatu area terhadap posisinya yang
terpengaruh oleh gempa yang pernah terjadi.
7. Kemiringan Lereng
Termasuk dalam faktor dominan yang menyebabkan
longsor. Kemiringan lereng akan mempengaruhi
energi potensial jatuhan suatu area.
Penetapan Kriteria Kerentanan Infrastruktur Jalan
11Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
3.3.2. Melakukan Kriteria Dan KerentananPembobotan variabel faktor pengaruh dominan untuk menentukan kriteria nilai kerentanan longsor
ditentukan sebagai berikut :
1. Bobot Litologi Geologi
Litologi Geologi
Simbol Keterangan Bobot
Qav Batu Pasir Tufan dan Konglomerat/Kipas Aluvium 40
Qbr Endapan Pematang Pantai 40
Qa lempung pasir, kerikil , kerakal dan bongkahan 20
Tmbperselingan batu pasir dan batu lempung dengan sisipan
batu gamping20
Tpgtuf batu apung, batu pasir tufan, breksi, andesit, kon-
glomerat dan sisipan lempung tufan20
Tpss
perselingan konglomerat, batu pasir,batu lanau, batu
lempung dengan sisa tanaman, konglomerat batu apung
dan tuf batu apung
40
Qtvb tuf, batu apung, breksi dan batu pasir tufan 40
QvBreksi, lahar, lava bantal, dan tuf breksi berselingan
dengan tuf pasir atau tuf halus20
Qvas
Andesitkelabukehitaman,padat,porfiritikdenganpiroksen, hornblenda dan plagioklas sebagai fenokris
dan bermassa dasar felsfar
20
Bobot Litologi Geologi Longsor
Litologi penyusun tanah mempengaruhi kecepatan
air untuk meresap kedalam tanah (porositas).Semakin lambat proses penyrapan air kedalam
tanah, makin tinggi kemungkinan terjadinyagenangan yang akan mempertinggi kerentanan
pegerakan tanah dan menyebabkan longsor
.Masing-masing variabel litologi memiliki karakter
yang berbeda dalam sifat porositasnya, namun
pada suatu luasan daerah dapat memiliki litologi
yang hampir mirip.
12 Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
Penetapan Kriteria Kerentanan Infrastruktur Jalan
2. Bobot Isoheyt Curah Hujan
Isoheyt Curah Hujan
CH mm Skor Bobot
<1000 = 1 1 20
1000 - 2000 = 1 1 20
2001 - 3000 = 2 2 40
3001 - 4000 = 2 2 40
4001 - 5000 = 3 3 60
5001 - 6000 = 3 3 60
>6000 = 4 4 80
Bobot Litologi Geologi Longsor
Data intensitas curah hujan yang diambil
merupakan data yang diambil dari peta isoheyt
curah hujan. Semakin tinggi curah hujan yangterjadi,semakintinggitingkatkerentananlongsor.
3. Bobot Gerakan Tanah
Gerakan Tanah
Nilai Bobot
Sangat rendah 20
Rendah 40
Menengah 60
Tinggi 80
Bobot Gerakan Tanah Longsor
Nilai gerakan tanah ini diambil dari peta gerakan
tanah. Semakin tinggi nilai gerakan tanah yangterjadi, semakin tinggi nilai kerentanan longsor,dankondisi inidiberikanbobotpalingtinggi,danseterusnya.
4. Bobot Tata Guna Lahan
Tata Guna Lahan
Tata Guna Bobot
Pemukiman Kota 80
Pemukiman Desa 60
Tidak Ada Pemukiman 40
Bobot Tata Guna Lahan Longsor
Dari variabel peta tata guna lahan, disimpulkan
menjaditigavariabeltataguna,dipilihpemukimankota,desadantidakadapemukimankarenadalampenelitian inidilihatdarikecepatanrunoffhujanpada tata gunan yang ada diatas lahan. Pada
pemukiman kota yang cenderung sedikit ditutupi
oleh tanah atau vegetasi,maka koefisien run off-nya akan kecil, menyababkan cepat terjadinya
longsor, maka diberikan nilai bobot paling tinggi,dan seterusnya.
5. Bobot Hidrologi
Hidrogeologi
Klasifikasi Skor
Akuiferproduktiftinggidansetempat 80
Akuiferproduktifsedangdansetempat 60
Akuiferproduktifrendahdansetempat 40
Akuiferproduktiftinggidanluas 80
Akuiferproduktifsedangdanluas 60
Akuiferproduktifrendahdanluas 40
Air tanah langka 20
Bobot Hidrologi Longsor
Data hidrogeologi diambil dari informasi peta
hidrogeologi. Sifat akuifer pada suatu daerah akan
mempengaruhi luasan resapan air didalam tanah.
Padadaerahyangproduksiairtanahnyatinggiakancepatjenuholehrunoffhujanyangmenyebabkanketidakstabilan pada lereng dan menyebabkanlongsor.
6. Bobot Kerawanan Gempa
Kerawanan Gempa
Nilai Bobot
Tinggi 80
Menengah 60
Rendah 40
Bobot Kerawanan Gempa Longsor
Nilai kerawanan gempa diambil dari peta kerawanan
gempa. Didaerah yang memiliki kerawanan gempa
tinggiakan lebih rentangmengalamikelongsoran,makakondisitersebutdiberikannilaipalingtinggi.
Penetapan Kriteria Kerentanan Infrastruktur Jalan
13Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
7. Bobot Kemiringan Lereng
Kemiringan Lereng
Klasifikasi Skor Bobot
< 30 1 20
30–60 2 40
60–90 3 60
> 90 4 80
Bobot Kemiringan Lereng Longsor
Nilai kemiringan lereng diambil dari hasil analisa
dan pengukuran di lapangan. Lereng yang memiliki
kemiringan yang besar akan rentan mengalami
longsor,makadiberikannilaibobottertinggi.Pembobotan dari masing-masing variabel tersebut
dimasukkan kedalam rumus perhitungan nilai
kerentanan longsor berikut :
NKL = 0.24 A + 0.2 B + 0.2 C + 0.06 D + 0.06 E + 0.06 F + 0.2 G
Keterangan :
A : Bobot Litologi Geologi
B : Bobot Curah Hujan
C : Bobot Gerakan Tanah
D : Bobot Tata Guna Lahan
E : Bobot Hidrogeologi
F : Bobot Gempa
G : Bobot Kemiringan Lereng
3.4. Tingkat Kerentanan LongsorSecaraempirisnyatingkatkerentananlongsorakanditentukan dengan hasil perhitungan data yang
didapat dari lapangan. Hasil perhitungan yang
memiliki nilai besar akan dijadikan sebagai acuan
nilaikerentananlongsortertinggi
14 Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
Penerapan Penetapan Kerentanan Insfrastruktur Jalan
Penerapan Penetapan
Kerentanan Insfrastruktur
Jalan
BAB IV
4.1. Identifikasi Keadaan Awal (Studi Kasus )Langkah-langkahyangdilakukanuntukidentifikasilongsor ini, yaitu:
1. Overlay peta litologi geologi, peta isohiet curah
hujan, peta gerakan tanah, peta tata guna
lahan, peta hidrogeologi, peta kerawanan
gempadengantitik-titik longsor yangpernah
terjadi dan kemiringan lereng.
2. Merencanakan titik-titik yang yang diprediksilongsor pada peta overlay diatas.
3. Menghitung nilai kerentanan longsor dengan
melakukan skenario penambahan curah hujan.
4. Melakukanidentifikasidilapangan:a. Pengukurankemiringandantinggilerengpada
jalanyangdiidentifikasikanrawanlongsor.
Penerapan Penetapan Kerentanan Insfrastruktur Jalan
15Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
b. Identifikasijenistanahpenyusunlereng.c. Identifikasi tataguna lahan yang ada pada
lerengatausekitarlokasiyangditeliti..
5. Pencatatan koordinat pada patok-patok
kilometeryangdilewatisekitardaerahlongsortersebut.
4.2. Kriteria Dan KerentananSecara empirisnya tingkat kerentanan longsorakan ditentukan dengan hasil perhitungan data
yang didapat dari lapangan. Hasil perhitungan
yang memiliki nilai besar akan dijadikan sebagai
acuan nilai kerentana longsor tertinggi. Hasilperhitungannya dari studi kasus dapat dilihat dari
tabel berikut :
0
10
20
30
40
50
60
CISOMANG -BTS. KOTA PADALARANG
BTS. KOTA BANJARNEGARA-WONOSOBO
BTS. KOTA BANJARNEGARA-WONOSOBO
CITARUM-RAJAMANDALA-KOTA PADALARANG
BTS. KOTA PURWAKARTA -CISOMANG
CISOMANG -BTS. KOTA PADALARANG
CIAWI -PUNCAK
CIAWI -PUNCAK
CIAWI -PUNCAK
BTS. KOTA PURWAKARTA -CISOMANG
CISOMANG -BTS. KOTA PADALARANG
CISOMANG -BTS. KOTA PADALARANG
CISOMANG -BTS. KOTA PADALARANG
BTS. KOTA CIANJUR -CITARUM
CISOMANG -BTS. KOTA PADALARANG
CISOMANG -BTS. KOTA PADALARANG
CISOMANG -BTS. KOTA PADALARANG
CISOMANG -BTS. KOTA PADALARANG
BTS PROV.JAWA BARAT-KARANG PUCUNG
PUNCAK -BTS. KOTA CIANJUR
JATINANGOR -BTS. KOTA SUMEDANG
JATINANGOR -BTS. KOTA SUMEDANG
BTS. KOTA SUMEDANG -CIJELAG
BTS. KOTA SUMEDANG -CIJELAG
BTS. KOTA SUMEDANG -CIJELAG
BTS. KOTA SUMEDANG -CIJELAG
BTS. KOTA SUMEDANG -CIJELAG
BTS. KOTA SUMEDANG -CIJELAG
CICALENGKA/PARAKAN MUNCANG)
JLN. PANGERAN KORNEL (SUMEDANG)
Nilai Kerentanan Longsor
2011
2021
2041
2061
Nilai Kerentanan Longsor
Daritabeldiatasdapatdilihatbahwanilaikerentananlongsortertinggiyaitudenganpoin44dilokasibataskotaSumedang-Cijelagdannilaiterendahyaitu30dilokasiKarangPucung–Wagon.Daridatainidiambilinterval untuk penentuan nilai kerentanan longsor, yaitu :
Interval Nilai Kerentanan Longsor Tingkat Kerentanan Longsor
< 36 Rendah
36–43 Menengah
> 43 Tinggi
Skala Nilai Kerentanan Longsor
Penerapan Penetapan Kerentanan Insfrastruktur Jalan
16 Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
4.3. Penetapan Awal Kerentanan Pada Lokasi Studi1. RuasJalanBatang–Kendal(KMSem55+000)
Kondisi geologi lokasi KmSMG55+000(Qtd/pasir)
Penerapan Penetapan Kerentanan Insfrastruktur Jalan
17Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
Kondisi curah hujan lokasiKmSMG55+000(2500-3000)
Zona kerentanan gerakan tanah KmSMG55+000(gerakantanahrendah)
18 Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
Penerapan Penetapan Kerentanan Insfrastruktur Jalan
Kondisitatagunalahan(landuse)lokasiKm SMG 55+00
Kondisi hidrogeologi lokasi inventarisasi di Km SMG 55+000
akuifer dg produksi
penyebaran luas
Penerapan Penetapan Kerentanan Insfrastruktur Jalan
19Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
ondisi kerentanan gempabumi Km SMG 55+000 (rentan gempa bumisangatrendahs/drendah)
Foto kondisi lokasi inventarisasi di Km SMG 55+000
Penerapan Penetapan Kerentanan Insfrastruktur Jalan
20 Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
2. Lokasi Ruas Jalan Batas Kota Sumedang - Cijelag
Peta Litologi Geologi Sumedang
Peta Isoheyt Curah Hujan Sumedang
Penerapan Penetapan Kerentanan Insfrastruktur Jalan
21Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
Peta Gerakan Tanah Sumedang
Peta Tata Guna Lahan Sumedang
Penerapan Penetapan Kerentanan Insfrastruktur Jalan
22 Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
Peta Hidrogeologi Sumedang
Peta Kerawanan Gempa Sumedang
Penerapan Penetapan Kerentanan Insfrastruktur Jalan
23Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
Foto Kondisi Lokasi Sumedang
Dari hasil perhitungan dan analis data, lokasi Sumedang ini mendapatkan hasil nilai kerentanan longsor
dengannilai44dantingkatkerentananlongsortinggi.Hasil inventarisasi lokasi-lokasi lain dan analisa ruas jalan nasional terhadap kerentanan longsor dapat
dilihat pada lampiran Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur Jalan yaitu Longsoran.
24 Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan Dan Saran
BAB IV
5.1 Kesimpulan
Faktor Dominan akibat perubahan iklim yang berpotensi menimbulkan kerentanan terhadap jalan nasional oleh
longsor adalah:
• Litologi geologi
• Isohyet Curah hujan
• Gerakan tanah
• Tata guna lahan
• Hidrologi
• Kerawanan Gempa
• Kemiringan lereng
5.2 Saran
BerdasarkanhasilFGD (FokusGroupDiscussion),agarmemasukkanparameterserpihanpadaparametergeologi.Serta dibutuhkan studi lanjutan yang komprehensif yang merupakan database sehingga pada akhirnya d
DaftarPustaka
25Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
Fransisco,H. A. 2009. Climate Change Vulnerability Mapping for Southeast Asia.
Santoso, H., dkk. 2010. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Kerentanan Longsor di Kabupaten Bandung.
LIPI.
Kementerian Lingkungan Hidup RI. 2007. Laporan Akhir Dampak Kenaikan Muka Laut di Pantai Utara Jakarta
dan Kepulauan Seribu.
PusatPenelitiandanPengembanganJalandanJembatan-DPU.2007.LaporanAkhirSlopeDisaster Management System.
Santoso, H. 2010. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Neraca Air Pulau Siberut. LIPI.
Youman,P.2009.TheImplicationsofClimateChangeonRoadInfrastructurePlanning,DesignandManageme
Daftar Pustaka
Lampiran
26 Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m
Lampiran
Lampiran
27Pemetaan Awal Kerentanan Infrastruktur
J a l a n A k i b a t P e r u b a h a n I k l i m