8
 Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Pembelajar Asing melalu Cerita Tradisi Lisan Nani Pollard 1 University of Melbourne, Melbourne, Australia Abstrak Makalah ini akan membahas pengajaran bahasa Indonesia melalui cerita tradisi lisan bagi pembelajar asing. Pembahasan utama dar i mak alah ini adalah daya tar ik penggu naan cer ita tradis i lisan bagi pembel ajar asing diband ingkan dengan mater i noncerita. Pembahasan ini didasarkan pada pengalaman mengajar di Universitas Melbourne. Sisi penting dari makalah ini adalah upaya menjawab pertanyaan mengenai keunggulan dan kelemahan dalam menggu nakan cer ita tradisi lis an, dan tentang ket erta rika n pembel ajar asing atas cerita tradisiona l diband ingkan dengan pengajaran secara konvensional. Pertanyaan lain yang juga perl u di kupa s di si ni ada la h ap ak ah cer it a tr ad is i li san menempati posisi penting dalam pengajaran bahasa Indonesia atau mer up akan pelen gkap pe ng ajaran saj a. Perhatian pembelajar asing terhadap nilai-nilai budaya yang ada dalam cerita tradisi lisan tersebut juga akan dianalisis. 1. Pendahuluan Dal am makal ah ini pembahasan utama ada lah daya tar ik penggunaan cerita tradisi lisan bagi pembelajaran asing diban ding kan denga n mat eri nonce rita berda sark an peng alaman meng ajar di Univ ersi tas Melbo urne. Selain itu, pembahas an juga didasarkan pada wawancara dengan beberapa guru sekolah bahasa Indonesia di beberapa tempat di negara Victoria, Australia.  Tradisi lisan atau folklor lisan bisa berbentuk cerita, teka-teki, puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat. Bentuk yang banyak kami gun akan ada lah ben tuk cer it a dan fab el, mi sal nya cerita Nyai Roro Kidul dan Si Kancil Yang Cerdik dan pemutaran video Bel aja r dar i Bor obu dur . Lati ha n ya ng di la kukan ad al ah mengasah aspek kema hi ran memb aca, kosakata, tatabahasa, menyimak, diskusi, dan penyajian lisan (bercakap), serta, akhirnya, menulis. Australia telah menerbitkan berbagai macam buku pengajaran bahasa Indonesia. Antusiasme penerbit cuku p besar untuk memenuhi kebutuhan pengajaran bahasa Indonesia, baik kebutuhan dasar pengajaran untuk anak-anak maupun untuk orang dewasa. Akan tetapi, dari sekian banyak buku-buku yang diterbitkan tidak 1 Staf pengajar bahasa Indonesia di Melbourne University 1

NaniPollard

Embed Size (px)

Citation preview

5/13/2018 NaniPollard - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nanipollard 1/8

Pengajaran Bahasa Indonesia untuk PembelajarAsing

melalu Cerita Tradisi Lisan

Nani Pollard

1

University of Melbourne, Melbourne, Australia

Abstrak 

Makalah ini akan membahas pengajaran bahasa Indonesiamelalui cerita tradisi lisan bagi pembelajar asing. Pembahasanutama dari makalah ini adalah daya tarik penggunaan ceritatradisi lisan bagi pembelajar asing dibandingkan dengan materinoncerita. Pembahasan ini didasarkan pada pengalamanmengajar di Universitas Melbourne.

Sisi penting dari makalah ini adalah upaya menjawabpertanyaan mengenai keunggulan dan kelemahan dalammenggunakan cerita tradisi lisan, dan tentang ketertarikanpembelajar asing atas cerita tradisional dibandingkan denganpengajaran secara konvensional. Pertanyaan lain yang jugaperlu dikupas di sini adalah apakah cerita tradisi lisanmenempati posisi penting dalam pengajaran bahasa Indonesiaatau merupakan pelengkap pengajaran saja. Perhatianpembelajar asing terhadap nilai-nilai budaya yang ada dalamcerita tradisi lisan tersebut juga akan dianalisis.

1. Pendahuluan 

Dalam makalah ini pembahasan utama adalah daya tarikpenggunaan cerita tradisi lisan bagi pembelajaran asingdibandingkan dengan materi noncerita berdasarkan pengalamanmengajar di Universitas Melbourne. Selain itu, pembahasan jugadidasarkan pada wawancara dengan beberapa guru sekolah bahasaIndonesia di beberapa tempat di negara Victoria, Australia.

 Tradisi lisan atau folklor lisan bisa berbentuk cerita, teka-teki,puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat. Bentuk yangbanyak kami gunakan adalah bentuk cerita dan fabel, misalnyacerita Nyai Roro Kidul dan Si Kancil Yang Cerdik  dan pemutaranvideo Belajar dari Borobudur . Latihan yang dilakukan adalahmengasah aspek kemahiran membaca, kosakata, tatabahasa,menyimak, diskusi, dan penyajian lisan (bercakap), serta, akhirnya,menulis.

Australia telah menerbitkan berbagai macam buku pengajaranbahasa Indonesia. Antusiasme penerbit cukup besar untukmemenuhi kebutuhan pengajaran bahasa Indonesia, baik kebutuhandasar pengajaran untuk anak-anak maupun untuk orang dewasa.

Akan tetapi, dari sekian banyak buku-buku yang diterbitkan tidak1 Staf pengajar bahasa Indonesia di Melbourne University

1

5/13/2018 NaniPollard - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nanipollard 2/8

terlalu banyak yang menggunakan cerita tradisi lisan sebagai bahanpengajaran terutama untuk tingkat pemula.

Di antara buku-buku terbitan Australia untuk tingkat madyayang menggunakan tradisi lisan adalah buku karangan McGarry andSumaryono (1994) yang membawakan Cerita Kancil dan Cerita Ken

 Arok . Soewito Santosa dan Sumaryono (1979) membawakan ceritaSangkuriang dan Lorojonggrang. White (1989) dan Hibbs et.al(1998), masing-masing menggunakan cerita Nyai Roro Kidul danTangkuban Perahu, tetapi dalam bahasa Inggris. Hardie et.al (2001)menggunakan 4 cerita tradisi lisan dalam bahasa Indonesia, yaituDewi Sri, Dongeng Minangkabau, Si Kancil yang Cerdik  dan,kemudian, sebagai aktivitas dalam kelas, pembelajar harusmendengarkan cerita Seekor Kura-Kura dan Dua Ekor Angsa.

2. Tradisi Lisan : Apakah Penting?Mengapa penggunaan tradisi lisan menjadi penting bagi

pembelajar asing? Dalam contoh berikut ini, akan diuraikanbagaimana cerita rakyat disajikan sebagai bahan ajar di dalamkelas. Marilah, kita mengambil contoh dari cerita Nyai Roro Kidulberikut ini.

 Tersebutlah Prabu Siliwangi yang terkenal arif bijaksana mempunyaiseorang permaisuri yang sangat jelita di samping beberapa selirlainnya. Permaisuri memiliki seorang putri yang kecantikannyamelebihi ibunya. Putri itu mendapat curahan kasih sayang yangmenggunung dari kedua orang tuanya. Putri Kadita, demikian namaputri tunggal Prabu Siliwangi, mulai beranjak dewasa. Kearifan dankebijaksanaannya mulai muncul. Tidaklah heran jika Sang Prabu,berniat mencalonkan putri menjadi putri mahkota. Rencana inisangat tidak disukai oleh para selir, yang semuanya tidak memilikiketurunan. Selir-selir yang iri hati itu bersekongkol untukmencelakakan permaisuri dengan putrinya. Melalui ilmu hitam yangdibuat para selir itu, permaisuri dan putrinya menderita penyakitkulit yang tak bisa disembuhkan.

1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran cerita tersebutdengan cukup baik, mula-mula pengajar membacakan

cerita tersebut. Kemudian, pada siswa diberikanpertanyaan untuk mengetahui berapa persen dari jumlahsiswa yang dapat menangkap cerita tanpa teks. Langkahberikutnya adalah mengajak siswa untuk mencatatkosakata yang tidak mereka mengerti dan kata kunciyang penting dalam cerita tersebut. Sesudah itu, salahseorang siswa diminta untuk menulis di papan tulis namapemeran cerita dan bagaimana karakter/watak mereka.Hal yang menarik dari pengalaman kami adalah, tidakseperti biasanya, perhatian siswa terhadap cerita itu

sangat besar. Setelah teks dibagikan, banyak pertanyaanyang diajukan dan kritik yang dilontarkan. Hal ini tidak

2

5/13/2018 NaniPollard - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nanipollard 3/8

terjadi jika mereka diberikan artikel yang panjang.Perhatian mereka seolah-olah tidak dicurahkan padaartikel yang mereka baca.

2. Kemudian setelah cerita mereka pelajari, pemahamanmengenai teks dilaksanakan dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan. Untuk aktivitas berbicara, kamiadakan diskusi di kelas. Dalam diskusi inilah, tanpa siswasadari, mereka berbicara dalam bahasa Indonesia yangsederhana, tetapi cukup fasih meskipun membuatkesalahan di sana-sini. Hal yang penting adalah merekasudah mempunyai keberanian dan kepercayaan diribahwa mereka dapat berbicara dan berdiskusi dalambahasa Indonesia.

3. Pelajaran perluasan kosakata pun dapat dilakukandengan jalan mencari sinonim, memilih kata yang tepat,idiom dan ungkapan, mendeskripsikan makna, danmencari pasangan kata. Misalnya, siswa harus mencariungkapan yang terdapat dalam cerita dan mencari artiungkapan tersebut dari kamus. Contohnya, ungkapan-ungkapan arif bijaksana, cantik jelita, iri hati, ilmu hitam,hutan belantara, segar bugar, serta merta dan kata-katalain sejenisnya. Jadi, siswa pun terpaksa harusmenggunakan kamus dan mencari tahu bagaimanacaranya menggunakan kamus.

4. Hampir 90% pembelajar menyatakan bahwa tatabahasaadalah pelajaran yang paling membosankan. Langkah

yang biasanya kami lakukan dalam pengajarantatabahasa adalah menggunakan buku khusustatabahasa dengan kalimat-kalimat yang satu samalainnya tidak ada kaitannya, lepas konteks atau tidakdalam bentuk cerita. Melalui cerita rakyat, kamimenyampaikan pengajaran tatabahasa. Meskipun kamitetap menggunakan buku khusus tata bahasa, tetapikami mengambil contoh-contoh kalimat dari cerita rakyattersebut. Dalam menerangkan tatabahasa, misalnya,ketika, menerangkan fungsi afiksasi ke-an, contoh katadapat diambil dari teks, yaitu kearifan, kebijaksanaan,dan kecantikan. Kemudian, latihan yang dirasakan sulitoleh siswa adalah kalimat pasif dan aktif. Tugas merekaadalah mencari kalimat aktif dalam cerita danmenggantinya ke dalam kalimat pasif atau sebaliknyasehingga semua afiksasi dalam bahasa Indonesia yangterdapat dalam cerita tersebut dapat dijelaskan.

5. Dalam aktivitas menulis, siswa diharuskan mencari ceritatradisi lisan dari mancanegara atau dari negaranyasendiri. Cerita itu harus ditulis dalam bahasa Indonesia,dan siswa pun diharapkan menulis komentar atau pesan

moral dari cerita tersebut. Komentar dan moral inilahyang cukup menarik. Seperti yang dikatakan oleh Italo

3

5/13/2018 NaniPollard - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nanipollard 4/8

Galvino dalam bukunya Italian Folklore Selected and Retold by Italo Galvino, dalam cerita tradisi lisan, banyakdigambarkan kebaikan melawan kejahatan dan kebaikanakan selalu menang.

6. Latihan terakhir yang dilakukan adalah penyajian lisan

dengan pilihan dalam bentuk pementasan melalui videoatau di depan kelas. Tentunya, pementasan baik melaluivideo maupun penyajian lisan di depan kelas tersebutsangat menarik karena mereka harus menggunakanimajinasi mereka. Contoh yang dapat kami sajikan adalahpementasan melalui video Banyuwangi yang dibawakanoleh siswa Universitas Melbourne.

3. Nilai-Nilai BudayaW.R. Bascom dalam bukunya Four Functions of Foklore (1954)

mengatakan bahwa tradisi lisan/folklore mencerminkan suatu aspekkebudayaan, baik yang langsung maupun yang tidak langsung, dantema-tema kehidupan yang mendasar, misalnya kelahiran,kehidupan keluarga, penyakit, kematian, penguburan danmalapetaka, atau bencana alam yang universal, seperti yangterdapat dalam cerita Nyai Roro Kidul, Hansel dan Gretel dan ceritalainnya.

Cerita tradisi lisan yang berasal dari berbagai pulau diIndonesia yang berbeda ini mengandung norma-norma kehidupanyang patut dijadikan contoh dalam kebiasaan dan kehidupan sehari-hari, tidak hanya di lingkungan sosial tertentu, tapi juga dalam

lingkungan masyarakat luas pada umumnya. Tentu saja, adabeberapa aspek kehidupan dalam masyarakat Indonesia yang sulitditerima dan dimengerti oleh pembelajar asing karena, memang,kebudayaan Indonesia berbeda dengan kebudayaan bangsa lain.

Untuk memperkenalkan pembelajar pada geografi dan sukubangsa yang berbeda di Indonesia, penggunaan cerita tradisi akansangat membantu. Misalnya, ketika pembuatan pengambilan videoBanyuwangi siswa banyak bertanya tentang apa artinyaBanyuwangi dan apakah itu nama orang atau tempat. Dalamkesempatan ini, banyak kebudayaan daerah itu diperkenalkan.Mulai dari bahasa, banyu yang berarti air dan wangi yang berartiharum baunya sampai pada geografi pulau Jawa. Seperti juga dalamcerita Nyai Roro Kidul, siswa belajar tentang kerajaan, dan nama-nama yang asing bagi mereka. Dalam Nyai Roro Kidul, siswa belajartentang nama kota tempat Ratu Kandita menceburkan diri. Dengansendirinya, mereka juga mempelajari nama lautan yang ada disekitar Indonesia. Pengetahuan ini juga akan banyak membantumereka ketika mereka belajar tentang musim di Indonesia dan akanmenjelaskan bagaimana angin membawa hujan di daerah diIndonesia.

Cerita tradisi lisan Indonesia lainnya yang menjadi pilihan

yang disukai pembelajar adalah cerita rakyat dari Kutai, Kalimantan Timur berjudul “Puan Tahun”. Ceritanya hampir sama dengan Jack 

4

5/13/2018 NaniPollard - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nanipollard 5/8

and the Bean Stalk . Dalam cerita ini, tokoh cerita, ada kakak beradikharus mencari daun pisang ke hutan dan harus membunuh raksasayang kejam. Sesudah mereka berhasil, mereka bercocok tanampadi. Kegiatan ini, seperti juga cerita Dewi Sri, memperlihatkankebudayaan daerah yang menempatkan beras/padi sebagai

makanan utama daerah tersebut.Selain teks cerita, pembelajar juga menyaksikan video Belajar 

dari Borobudur . Audio visual ini sangat menarik minat pembelajarkarena cerita rakyat, khususnya fabel, dipahat di batu. Video ituberwarna sehingga ceritanya mudah diikuti. Dari cerita ini, adapenjelasan bahwa satu setengah abad yang lalu Borobudur menjadisalah satu tempat ziarah terbesar di dunia.

4. Keunggulan Cerita Tradisi LisanCerita tradisi lisan memiliki keunggulan dan kelemahan. Salah

satu keunggulannya adalah jika dibawakan di kelas akan banyakmenarik perhatian pembelajar. Terlepas dari menarik atau tidaknya,cerita tradisi lisan akan selalu hadir dalam kehidupan kita danmenambah kekayaan dalam kesusastraan suatu negara. Di antarakeunggulan cerita tradisi lisan adalah:

a. Setiap waktu sampai kapan pun tradisi lisan bisa dipakai,tidak seperti artikel biasa yang mungkin dalam beberapasaat seolah-olah sudah ketinggalan zaman berhubunginformasi yang disampaikan dalam artikel itu sudah tidakdigunakan lagi.

b. Dengan menggunakan cerita tradisi lisan pembelajardapat menyampaikan dalam media yang lain, misalnyasandiwara, peran serta (role play ) ataupun pembuatanvideo. Catholic College Sale dalam kurikulum pengajaranbahasa dan kebudayaan Indonesia membawakan ceritatradisi lisan karena dianggap cukup digemari oleh siswa-siswanya. Untuk memudahkan pengertian siswa sekolah,bahasanya pun disederhanakan, kalimat-kalimat yangpanjang menjadi kalimat yang lebih singkat dan mudahdimengerti oleh siswa, dan ceritanya disampaikan dalambahasa Inggris dan Indonesia.

c. Seperti juga di Universitas Melbourne, Catholic CollegeSale juga menyajikan sandiwara kecil dan siswa-siswanyaterlibat langsung dan mengambil peranan dalam alurceritanya. Bedanya dengan pembelajar dari universitas,guru menyederhanakan percakapan denganperbendaharaan kata yang terbatas, tetapi ada beberapanarasi yang dibuat dalam bahasa Inggris. Jadi, pembelajarselain belajar bahasa juga belajar tentang budaya dannorma kehidupan orang Indonesia.

d. Kadang-kadang, cerita tradisi lisan sangat berpengaruh

kuat pada pembelajar. Akibatnya, seorang pembelajardalam konklusinya memberikan pendapatnya yang cukup

5

5/13/2018 NaniPollard - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nanipollard 6/8

mengesankan. Misalnya, dalam cerita tentangkeong/siput yang sebenarnya merupakan penjelmaanseorang nenek sihir. Siput tersebut kemudian dibuangoleh pelayan dari seorang putri raja yang cantik.Marahlah sang siput/nenek sihir. Maka, si nenek sihir

menyumpahi putri raja sehingga menjelma menjadiseekor angsa. Komentar pembelajar mengenai ceritatersebut adalah sejak membaca cerita itu, jika dia sedangberkebun, dia tidak pernah lagi membunuh siput denganmenginjaknya, tetapi memindahkannya ke tempat lain.Hal ini memberikan pelajaran yang positif untuk tidakmenyakiti binatang atau mahluk hidup yang lain.

e. Dalam aktivitas menulis, ternyata, hasilnya cukupmemuaskan jika dibandingkan dengan hasil tes tulisanlainnya. Nilai rata-rata kelas sekitar 78% dengan jumlahpembelajar 45 orang, sedangkan nilai rata-rata hasilkegiatan menulis lainnya hanya sebesar 70%.

f. Mungkin dapat juga diungkapkan dalam makalah inibahwa di negara Barat cerita tradisi lisan banyak yangsudah difilmkan.

5. Kelemahan Cerita Tradisi Lisan Australia, seperti juga negara Barat lainnya, banyak

menggunakan cerita tradisi lisan dalam bentuk yang disebutnursery rhymes untuk anak-anak  pre-school (Taman Kanak-Kanak)dan juga anak-anak yang sudah bersekolah. Akan tetapi, akhir-akhir

ini, guru-guru sekolah maupun ibu-ibu rumah tangga agak engganmenggunakan nursery rhymes dengan berbagai alasan. Misalnya,terlalu banyak kekerasan dan sexism yang terdapat dalam cerita,dalam bentuk penyiksaan dan pembunuhan baik terhadap anak-anak kecil maupun orang dewasa. Mereka beranggapan bahwaseolah-olah fairy tales adalah tempat berkembangbiaknyakekejaman, kedengkian, dan dendam kesumat. Jika kita baca danamati cerita Hansel and Gretel (Grimm Brothers) kita bisa melihattidak saja ada unsur kekejaman dan kedengkian, tetapi jugaseakan-akan tersaji unsur kanibalisme (tukang sihir yang hidup dirumah yang terbuat dari roti dan gemar makan anak-anak kecil).Unsur-unsur kekejaman seperti itu dapat pula ditemukan dalamcerita tradisi lisan Indonesia. Hal ini tidak mengherankan karenacerita tradisi lisan bersifat universal.

Cerita-cerita lisan pada abad ke-19 banyak memperlihatkankekerasan, manipulasi psikologi, dan banyak pembunuhan. Semuacerita tradisi lisan diulang kembali dalam bentuk tulisan oleh orangdewasa. Kenyataan ini mempengaruhi persepsi anak karenahubungan emosional dengan cerita yang mereka ketahui waktukecil sulit untuk dianalisa secara obyektif. Seakan-akan, ceritatradisi lisan hanya bisa dinikmati tetapi tidak untuk dianalisa.

Seperti yang saya alami di kelas, pembelajar terkejut danmengeluarkan komentar yang negatif bahwa cerita tradisi lisan

6

5/13/2018 NaniPollard - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nanipollard 7/8

Indonesia banyak mengandung kekerasan. Mereka lupa bahwacerita Barat pun ada yang mengandung kekerasan. Mungkin karenasemasa kecil mereka tidak bergitu memikirkannya dan belum dapatmenganalisa isi cerita dan menyadari setelah kembali membacacerita itu. Sewaktu pembelajar harus membandingkan salah satu

cerita tradisi, misalnya Sangkuriang, dengan salah satu cerita Barat,ternyata mereka menunjukkan ketidaktahuan bahwa sejak zamandahulu pun di Indonesia sudah dikenal adanya Oedipus Complex .

6. Penutup Menurut pengamatan dan pengalaman saya selama mengajar

bahasa Indonesia untuk penutur asing, tidak dapat dikatakan bahwacerita tradisi lisan dalam pengajaran bahasa Indonesia hanyalahsebagai pelengkap saja. Semua komponen pengajaran bahasaIndonesia termasuk tata bahasa dan cerita tradisi lisan samapentingnya. Pembelajar di Universitas Melbourne merasa terdoronguntuk lebih memperhatikan cerita tradisi lisan, terutama bagimereka-mereka yang menjadi guru sekolah di kemudian hari.

Bahasa Tetanggaku-Coursebook 2 (White, 1989) dan KenalilahIndonesia 2 (Hibbs, 1998) yang banyak dipakai untuk siswa sekolahmenggunakan cerita tradisi lisan dalam buku mereka. Hanyasayangnya, mereka menggunakan bahasa Inggris, sehingga tidakada aktivitas yang dapat digunakan untuk memperluaspengetahuan bahasa Indonesia siswa. Sebenarnya, akan lebih baiklagi jika cerita tradisi lisan diajarkan di tingkat pemula untukmemperkenalkan kebudayaan Indonesia. Cerita folklor rakyat atau

tradisi lisan mencerminkan kebudayaan Indonesia, sehinggatidaklah lengkap jika mempelajari kebudayaan suatu tempat tanpamenggunakan cerita tradisi lisan.

Salah satu contoh buku yang memuat cerita rakyat dalambahasa Indonesia adalah Suara Siswa Stage 3 dan 4, yangmembawakan cerita Nenek Luhu dari daerah Maluku. Hardie et.aldalam buku Bersama-sama 2, membawakan 3 cerita tradisi lisandari Indonesia yang masing-masing mencerminkan kebudayaandaerahnya dengan ilustrasi yang menarik dan bahasa Indonesianyadisederhanakan agar dapat dimengerti oleh siswa sekolah. Untukaktivitas kelas, dalam buku ini, disajikan sebuah cerita lagi, yaitu“Seekor Kura-kura dan Dua Ekor Ayam” yang memungkinkan siswamenggunakan kata-kata yang sudah mereka pelajari dalamberbicara maupun menulis. Buku-buku semacam inilah yang perludiperbanyak dalam tingkat pengajaran pemula agar dapatdikembangkan di tingkat universitas.

Daftar Pustaka

Audio Visual. 1989. Belajar Dari Borobudur . Yogyakarta: Studio

Visual Puskat.

7

5/13/2018 NaniPollard - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nanipollard 8/8

Bacom, W.R. 1954. “Four Functions Of Folklore”  dalam  Journal of  American Folklore.

Galvino, Italo. 1982. Italian Folktales:Selected and Retold By ItaloGalvino. London: Penguin Books.

Grimms Brother. 1984. Hansel and Gretel. Illustrated by PaulGaldone. Tadworth: World’s Work Children’s.

Hibbs, Linda. 1998. Kenalilah Indonesia 2. Melbourne: Macmillan.

Legenda dan Cerita Rakyat Kutai. Pemerintah Daerah KabupatenKutai, Kalimantan Timur.

McGarry, J.D. and Sumaryono. 1994. Learn Indonesian Book 2.Chatswood, N.S.W.: MIP Publications.

National Indonesian Language Curriculum Project. 1979. SuaraSiswa Indonesia Reader . Sydney: Ian Novak Publishing & Co.

White, Ian J. 1989. Bahasa Tetanggaku—Coursebook Stage 2.Melbourne: Longman.

Zipes, Jack. 1997. Happily Ever After:Fairy Tales, Children, and theCulture Industry . New York & London: Routledge.

Wawancara Dengan:

Cahidir, Widha, Catholic College Sale—VictoriaHardie, Heather. Scotch College—VictoriaKosasih, Putra. Sacred Heart Girls College—VictoriaClarke, Sue. Co-author Bersama-sama 2

8