Upload
gressiadi
View
72
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Distribusi Musik Digital Paska Era Napster
Gressiadi Muslim M
Rahayu Kusumo W
MAGISTER OF BUSINESS ADMINISTRATION
FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS
GADJAH MADA UNIVERSITY
2011
Distribusi Musik Digital Paska Era Napster
1. Ringkasan
Napster merupakan sebuah program yang diciptakan oleh Shawn Fanning pada tahun 1999.
Program ini merupakan program Peer to Peer (P2P) yang pada intinya menghubungkan satu
computer dengan computer lainnya melalui jaringan internet untuk bertukar file music.
Napster merupakan solusi frustasi Fanning yang kesulitan mencari file-file music
kesukaannya di internet. Dengan menggunakan kode UNIX, Shawn menciptakan Napster
untuk mempermudah pencarian lagu. Komputer-komputer yang terhubung dengan internet
dapat membuka Napster dan kemudian dapat saling mengunduh dan berbagi antara satu
pengguna dengan pengguna lainnya.
Pada mulanya Fanning tidak menyangka bahwa program ciptaannya akan sangat popular.
Dalam beberapa hari, Napster telah di unduh oleh 10 sampai 15 ribu orang. Pada akhir
tahun, pengguna Napster mencapai satu juta orang.
Kepopuleran Napster ini tidak lepas dari keinginan para pecinta music untuk memiliki lagu-
lagu dari artis favorit mereka yang memang tidak mudah didapat dengan cara gratis.
Sebelumnya mereka harus membeli CD maupun kaset yang dijual oleh perusahaan
rekaman. Namun dengan Napster, mereka dapat mendapatkan lagu-lagu tersebut secara
gratis dan dapat di copy ke perangkat portable maupun di masukkan ke CD.
Fenomena keberadaan Napster ini pertama kali mengganggu jaringan internet kampus.
Karena kebanyakan yang pengguna Napster adalah siswa maupun mahasiswa yang
memanfaatan fasilitas internet kampus mereka untuk mengunduh lagu. Penggunaan
Napster memakan 30% bahkan di beberapa kampus mencapai lebih dari 80% dari kapasitas
2
bandwith yang dimiliki. Hal ini tentunya mengganggu kestabilan akses internet yang
sebenarnya ditujukan untuk pendidikan.
Karena hal tersebut, beberapa universitas seperti New York University mulai memblokir
Napster di kampus mereka.
Walaupun demikian, populasi pengguna Napster terus melonjak. Sebuah survey yang
dilakukan pada tahun 2000 menunjukkan bahwa pengguna Napster mencapai 13 juta atau
14% dari total pengguna internet di Amerika. Jumlah ini terus berkembang dan mencapai 32
juta pada akhir musim gugur tahun 2000. Sekitar satu juta orang mendaftar Napster setiap
minggunya. Puncak kejayaan Napster terjadi pada tahun 2001 ketika jumlah penggunanya
mencapai 80 juta. Napster telah mencatatkan dirinya sebagai software yang paling banyak
digunakan dalam sejarah komputer Pada masa tersebut Napster merupakan fenomena
mainstream. Para penggunanya dapat menemukan jutaan lagu dari berbagai genre musik.
Namun kejayaan Napster tak berlangsung lama. Gabungan industry rekaman amerika (RIAA)
menuntut Napster karena telah melanggar hak para perusahaan rekaman dan juga artis
untuk mendapatkan kompensasi mereka. Walaupun Napster telah bersikukuh bahwa yang
mereka lakukan tidak melanggar karena menurut Audio Home Recording Act bahwa para
pengguna Napster dapat berbagi music dengan sesamanya untuk tujuan non-komersial.
Mesipun demikian, pada juli 2001, Pengadilan meminta Napster untuk menutup sementara
layanan mereka sampai ada review dari pengadilan yang lebih tinggi.
Industri Rekaman
Pada tahun 2001, industry rekaman di Amerika didominasi oleh 5 pemain besar yang
menguasai 80% pangsa pasar music di Amerika. Mereka adalah Universal, Sony, Warner,
EMI dan BMG. Kelima pemain ini mempunyai peranan sentral dalam semua lini usahanya,
mulai dari kontrak artis, manajemen produksi, manufaktur album, distribusi sampai
pemasaran dan promosi.
3
Distribusi musik masih dilakukan melalui retail seperti toko music, Wal-Mart dan Best Buy.
CD merupakan format paling popular yang dipakai oleh perusahaan rekaman. Harga satu
album tiap CD mencapai $ 16.98 di toko retail.
Setiap perusahaan rekaman setidaknya perlu menjual 500 ribu kopi untuk mencapai break
even. Pada tahun 2001, hanya 112 album dari total 6.455 album yang dijual mencapai 500
ribu kopi. Secara umum, industri rekaman mengakui bahwa keuntungan hanya berkisar 5%.
Efek munculnya Napster bagi para perusahaan rekaman terpolarisasi. Di satu sisi, penelitian
yang dilakukan menunjukkan bahwa ada peningkatan pengeluaran untuk music setelah
mereka menggunakan Napster. Di sisi lain, mereka mengaku bahwa industri music turun
4.1% pada 2001 yang merupakan penurunan terbesar dalam satu dekade terakhir.
Terlepas dari hal tersebut, fenomena Napster telah memberikan pencerahan bagi industry
rekaman di Amerika untuk mulai memasarkan music mereka secara digital. Tak lama
kemudian, kelima perusahaan rekaman tersebut mulai bergabung dan membentuk dua
platform untuk pemasaran music digital. MusicNet merupakan gabungan dari Warner, EMI,
Berterlsmann dan RealNetworks. Sementara Pressplay merupakan gabungan dari Universal
dan Sony.
2. Isu Utama
Bagi pengguna yang telah terbiasa dengan Napster yang serba gratis dan kemudahannya
untuk mentrasnfer lagu ke berbagai peralatan lainnya seperti CD maupun perangkat
pemutar music portable, keberadaan MusicNet dan PressPlay terasa mengecewakan.
Disamping mereka harus membayar untuk mendaftar dan mengunduh lagu, mereka juga
tidak bisa membakar lagu ke CD maupun memindah lagu ke perangkat lain. Selain itu,
terdapat juga masa kadaluarsa lagu. Jadi lagu yang mereka unduh akan kadaluarsa apabila
pengguna tidak menjadi anggota lagi atau setelah 30 hari.
4
Selain itu, keterbatasan artis yang berbeda perusahaan label rekaman tidak dapat dinikmati
secara bersamaan antara PressPlay dan MusicNet. Keterbatasan ini membuat pertumbuhan
MusicNet dan PressPlay tidak signifikanberjalan.
3. Permasalahan
Permasahalan yang muncul adalah efek yang ditimbulkan oleh Napster membuat para
pecinta music enggan untuk membayar untuk mendapatkan music kesukaannya. Selain itu
terdapat keterbatasan keterbatasan yang tidak selonggar napster yang diterapkan oleh
industry rekaman semakin menghambat pertumbuhan penjualan lagu digital.
4. Analisis Alternatif Solusi
Konsorsium industry rekaman tersebut dapat memanfaatkan channel yang telah
tersedia maupun membuka channel baru untuk mulai memasarkan musik digitalnya.
a. Membuat afiliasi dengan penyedia perangkat musik portabel
Produsen perangkat musik seperti ipod, Zune, maupun para pembuat perangkat
portable lainnya merupakan calon channel afiliasi yang sangat sempurna. Komitmen
yang tinggi terhadap dunia music merupakan salah satu faktor determinan selain
jaringan konsumen yang luas.
Penyedia perangkat musik kebanyakan mempunyai toko online yang menyediakan lagu
maupun program untuk dapat diunduh oleh para penggunanya. Dengan mengadakan
kerjasama dengan mereka, akan memperluas jaringan distribusi musik digital.
b. Distribusi secara langsung B to C
PressPlay dan MusicNet mungkin memang belum popular seperti yang diharapkan. Hal
ini disebabkan oleh fenomena Napster yang serba gratis dan kepraktisannya untuk
dapat dipindah ke media lain. Hal ini yang mungkin perlu menjadi acuan bagi
perusahaan rekaman. Masyarakat memerlukan sebuah program/website yang lengkap
koleksi musiknya, mudah ditransfer ke media lain seteleh di unduh dan juga dengan 5
biaya yang tidak mahal. Consumer Marketing Channel 0 level dapat diterapkan agar
layanan yang diterima oleh customer menjadi lebih cepat, lebih maksimal dan lebih luas
cakupannya. Selain itu, distribusi langsung ini dapat memberikan margin profit yang
lebih besar.
Selain website yang dapat diakses melalui computer, untuk pemasaran melalui internet,
dapat juga membuat mobile commerce. Sebuah website ringan yang dapat diakses
melalui telepon genggam maupun perangkat portabel lainnya. Hal in iakan semakin
memudahkan konsumen yang ingin membeli music dan didengarkan di perangkat
genggamnya.
Sebagai tambahan, pemberlakuan pembatasan seperti tidak dapat dibakar di CD
maupun waktu kadaluarsa lagu akan lebih menarik banyak pengguna untuk bergabung.
Sistem pembiayaan dapat dipisah antara biaya pendaftaran dan biaya mengunduh.
Biaya pendaftaran untuk jangkan panjang bisa lebih murah daripada biaya pendaftaran
jangka pendek.
c. Merangkul Program/website musik sebagai distributor baru
Selama ini Napster dan program sejenis yang menawarkan pertukaran file music secara
online diasumsikan sebagai musuh. Namun dengan sedikit pendekatan, perusahaan
rekaman bisa merangkul mereka untuk menyusupkan layanan musik resmi berbayar
untuk menarik para pengguna P2P. Pemberian fasilitas seperti price policy, conditions of
sale, distributir’s territorial right serta mutual services and responsibilities maupun
profit sharing yang lebih menguntungkan bagi pembuat program P2P ini sehingga
menarik mereka untuk ikut bergabung memasarkan music resmi. Dari distributor level
ini, diharapkan dapat menarik pelanggan yang masih mencari music gratisan.
Selain menawarkan keuntungan yang lebih besar bagi pembuat program/website
tersebut, konsorsium industry rekaman juga dapat melatih dan memotivasi mereka
untuk memulai bisnis music dengan cara yang legal dan menguntungkan. Pelatihan dan
6
motivasi serta evaluasi dapat meningkatkan kompetensi mereka serta berguna bagi
kerjasama channel jangka panjang.
7