Upload
adrian-christianto-gunawan
View
249
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas ilmu uu
Citation preview
HUKUM ILMU PERUNDANG-UNDANGAN
“NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG ANAK MEROKOK DI BAWAH UMUR”
Dibuat Oleh :
Adrian Christianto Gunawan
05120110001
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN SURABAYA
TAHUN AJARAN 2012/2013
BAB IPendahuluan
A. Latar belakang
Pada saat ini kebiasaan merokok telah menjadi satu permasalahan global sekaligus
menjadi salah satu andalan dalam perekonomian dunia. Rokok menjadi salah satu andalan
perekonomian dunia karena industri rokok mampu memberikan lapangan kerja bagi ribuan
orang dan industri rokok mampu menyumbangkan devisa dan meningkatkan pendapatan
beberapa negara salah satunya adalah negara kita, Indonesia, selain itu industri rokok juga
mampu mengembangkan pertanian dengan penanaman tembakau sebagai bahan baku utama
rokok dan dengan meningkatnya produksi tembakau maka akan meningkatkan kesejahteraan
petani dan menyerap tenaga kerja untuk menanam tembakau. Namun dibalik semua
keuntungan ekonomis itu rokok juga membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia
antara lain meningkatkan polusi udara, menimbulkan berbagai macam penyakit, serta
menimbulkan berbagai kerawanan sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Salah satu kerawanan sosial yang timbul akibat rokok antara lain timbulnya kejahatan
karena tergantungnya seseorang pada rokok namun tidak memiliki uang, dan yang paling
utama adalah saat ini adalah mulai tersebarnya rokok di kalangan anak-anak. Tersebarnya
rokok dikalangan anak-anak ini sangat mengkhawatirkan karena anak-anak tersebut mulai
menganggap rokok sebagai salah satu kebutuhan mereka saat ini dan mereka bahkan
mengajak rekan-rekan mereka yang lain yang tidak merokok untuk merokok dan juga
menentang orang tua mereka yang melarang untuk merokok. Hal ini sangat berbahaya bagi
anak karena sebagaimana kita ketahui bahwa bahaya rokok yang sangat mematikan itu
menyerang anak-anak yang notabene masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan
sehingga bahaya rokok dapat mengganggu proses tersebut, sehingga akan merugikan anak itu
sendiri dan orang-orang disekitarnya.
B. Identifikasi Masalah
Perilaku merokok di kalangan remaja kini bukanlah hal yang asing lagi. Tidak jarang
kita menemui remaja merokok (SMA atau SMP) bersama temannya bahkan sendiri.
Menurut Iqbal presentase tertinggi seseorang mulai merokok adalah 16-20 tahun, bahkan
sebesar 53,1% dimana usia tersebut menandakan individu dalam remaja. Tapi ada pula di
Indonesia ini sejak di Sekolah Dasar sudah merokok sungguh memrihatinkan.
Bahaya merokok sepertinya kurang diperhatikan oleh para perokok khususnya remaja.
Padahal di bungkus rokok sudah tertera zat-zat yang berbahaya dan dapat menimbulkan
berbagai penyakit yang berbahaya pula. Namun di Indonesia ini jumlah perokok semakin
bertambah , bahkan Indonesia sudah menempati peringkat ketiga mencapai 100 juta orang.
Selain bertambah jumlah orang juga bertambah jumlah perokok termuda.
Semakin muda usia perokok, semakin dini pula zat-zat yang meracuni dalam tubuh
perokok. Zat-zat tersebut tentu berdampak negative bagi kesehatan remaja. Dengan
demikian, semakin besar kemungkinan remaja terjangkit penyakit-penyakit berbahaya yang
disebabkan oleh rokok.
C. Maksud, Tujuan, dan Sasaran
Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Anak Merokok di
Bawah Umur (selanjutnya disingkat NA RUU Anak Merokok di Bawah Umur) dimaksudkan
untuk memberikan uraian tentang aspke pengaturan pengendalian anak di bawah umur yang
merokok dengan segala dimensinya yang dihadapkan kepada masalah yang timbul karena
perkembangan keadaan dan perubahan paradigm, dan visi misi dalam mengatasi anak yang
merokok di bawah umur. Kita dapat mengetahui latar belakang yang menyebabkan seorang
anak menjadi perokok. Kita dapat mengetahui bahaya apa yang timbul dari kebiasaan
merokok pada anak. Kita dapat mengethui cara yang dapat kita tempuh untuk menghentikan
anak tersebut dari kebiasaan merokok.
Tujuan penyusuanan NA RUU Anak Merokok di Bawah Umur adalah untuk
memberikan latar belakang, arahan, dan dimensinya secara menyeluruh, terpadu,
berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.
Sasaran penyusunan NA RUU Anak Merokok di Bawah Umur adalah terwujudnya tata
pengaturan dalam mengatasi anak-anak yang merokok di bawah umur sesuai dengan visi dan
misi pembangunan kesehatan manusia Indonesia terutama pada anak-anak bangsa Indonesia
seutuhnya serta perubahan kebiasaan merokok yang dilakukan pada anak- anak yang
semestinya tidak boleh anak-anak lakukan.
D. Metode Pendekatan
Tembakau dan produk-produk turunannya sudah menjadi masalah yang kompleks,
tidak saja menyangkut masalah di bidang kesehatan tetapi juga menyangkut masalah-masalah
yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, baik pekerja pabrik rokok, ataupun petani tembakau,
pajak dan cukai, dan tidak jarang juga masalah yang berdampak psikologis. Bahkan, besarnya
populasi dan tingginya prevalensi merokok telah menempatkan Indonesia pada urutan ketiga
di antara negara-negara dengan konsumsi tembakau tertinggi di dunia padatahun 2005 yakni
dengan tingkat konsumsi sebesar 220 miliar batang per tahun.
Jika dilihat dari tren data, sebenarnya konsumsi tembakau/rokok di Indonesia,
meningkat secara persisten sejak tahun 1970-an yakni dari 33 miliar batang pada tahun
tersebut menjadi 220 miliar batang pada tahun 2005. Demikian juga dengan prevalensi
tembakau/rokok pada penduduk berusia 15 tahun atau lebih meningkat dari 27,2% pada tahun
1995, menjadi 34,4% pada tahun 2004. Hal ini memperlihatkan peningkatan angka merokok
pada laki-laki dewasa dari 53,4% dalam tahun 1995 menjadi 63,1% dalam tahun 2004. Hanya
1,3% perempuan yang dilaporkan merokok pada tahun 2001 menjadi 4,5% pada tahun 2004
(meningkat lebih dari 3 kali lipat). Perbedaan sangat mencolok dapat dilihat pada tingkat
pendidikan, yaitu 67,3% laki-laki tanpa pendidikan dan tidak lulus SD yang merokok,
dibandingkan dengan 47,8% laki-laki dengan pendidikan tinggi.
Remaja merupakan kelompok yang rentan jika dikaitkan dengan perihal
tembakau/rokok. Umumnya mereka merokok karena teman-temannya merokok, supaya
kelihatan dewasa, ingin tahu rasanya, merasa tegang, dan senang merokok (Rice, 1999).
Sedangkan menurut penelitian Brotowasisto (2004) alasan remaja merokok karena meniru
teman-teman, coba-coba, menghilangkan kejenuhan, memudahkan bersosialisasi, dan
menambah semangat. Sebuah survei yg dilakukan oleh Fak. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Univ. Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (2007) pada 353 responden remaja, membuktikan:
• 46,3% (atau satu dari dua) remaja berpendapat iklan rokok mempunyai pengaruh yang besar
untuk mulai merokok.
• 41,5% (atau empat dari sepuluh) remaja berpendapat bahwa kegiatan yang disponsori oleh
industri rokok mempunyai pengaruh yang sama.
• terjadi penyesatan opini, dimana 68,2% (atau tujuh dari sepuluh) remaja mempunyai kesan
positif terhadap iklan rokok;
• 51,6% (atau satu dari dua) remaja dapat menyebutkan lebih dari 3 (tiga) slogan iklan rokok;
• 50% (satu dari dua) remaja perokok merasa dirinya lebih percaya diri seperti yang
dicitrakan oleh iklan rokok;
• 37% (empat dari sepuluh) remaja perokok merasa dirinya “keren” seperti yang dicitrakan
oleh iklan rokok.
• 8% (satu dari sepuluh) remaja yang telah berhenti merokok, mulai merokok kembali setelah
mengikuti kegiatan yg disponsori rokok.
Perilaku merokok dapat diperoleh dari orang tua yang merokok, teman sebaya yang
merokok, guru yang merokok, budaya, dan iklan media massa yang menyesatkan, bahaya
rokok yang tidak jelas dan sekilas serta hadiah yang menarik untuk remaja. Apapun
alasannya, fakta menunjukkan bahwa pada tahun 1995, rata-rata usia mulai merokok adalah
18,8 tahun, yang kemudian menurun menjadi 17,4 tahun pada tahun 2004. Remaja laki-laki
berusia 15-19 tahun mengalami peningkatan prevalensi sebesar hampir dua setengah kali
lipat yaitu dari 13,7% tahun 1995 menjadi 32,8% pada tahun 2004.
Menyadari akan bahaya tembakau/rokok bagi kesehatan, Pemerintah sebenarnya telah
melakukan pengendalian tembakau/rokok melalui Peraturan Pemerintah (PP), yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 81 Tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan, yang
kemudian diubah dengan PP No. 38 Tahun 2000, dan selanjutnya dicabut dan diganti dengan
PP No. 19 Tahun 2003. Kendatipun Pemerintah telah melakukan pengaturan, namun jika
dikaji lebih jauh sebenarnya substansi yang diatur dinilai belum memadai dan belum
memuaskan, karena kurang komprehensif dan belum dapat ditegakkan hukum tersebut secara
baik di masyarakat. Banyaknya norma-norma larangan dan kewajiban yang tidak diberikan
sanksi secara tegas, membuat Peraturan Pemerintah (PP) ini hanya menjadi rumusan verbal
dan normatif semata. Di pihak lain, bentuk instrument hukum yang berupa Peraturan
Pemerintah (PP), dan bukan Undang-Undang (UU), menjadikan materi muatannya menjadi
terbatas dan sempit. Untuk diketahui, seluruh aturan yang diatur Peraturan Pemerintah (PP)
tersebut merupakan pelaksanaan dari mandat Pasal 44 UU No. 23/1992 tentang Kesehatan.
Ketidakseriusan pemerintah dalam menanggulangi masalah tembakau/rokok semakin
terlihat terutama dalam melakukan pengendalian tembakau/rokok, baik itu melalui pengenaan
pajak yang tinggi, pelarangan iklan, promosi dan pemberian sponsor dalam segala bentuk,
pelarangan merokok di tempat umum dan tempat kerja, dan sebagainya, karena merasa
khawatir, jika intervensi yang dilakukan akan membawa konsekuensi yang buruk bagi
perekonomian, misalnya untuk tahun 2007 saja, sumbangan cukai tembakau untuk APBN
berjumlah Rp 41 triliun.
Meningkatnya prevalensi merokok dari tahun ke tahun, menunjukkan bahwa perokok
merasakan keuntungan dari rokok secara individual. Para perokok merasakan keuntungan
yang dirasakan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Terdapat anggapan di kalangan
masyarakat, bahwa merokok merupakan hak asasi, dan larangan merokok di tempat umum
melanggar hak asasi seseorang. Namun sesungguhnya, banyak perokok tidak sepenuhnya
sadar akan risiko penyakit dan kematian dini akibat rokok (private cost), dan sekaligus
merokok memberikan beban biaya pada orang yang tidak merokok (financial cost). Oleh
karena itu, dapat juga dikatakan bahwa merokok di tempat umum justru melanggar hak orang
lain untuk menikmati udara bersih dan menyebabkan gangguan kesehatan pada orang yang
tidak merokok. Sebagaimana kita ketahui, asap rokok mengandung 4000 bahan kimia, dan 43
diantarannya menyebabkan kanker.
Dari ranah psikologis, mengkonsumsi rokok berkaitan dengan pembuatan
keputusan atas dasar pengetahuan yang telah dimilikinya (informed decision) tentang
bagaimana mereka membelanjakan uangnya (hak konsumen). Anggapan ini didasari atas dua
hal, pertama perokok membuat pilihan berdasarkan pengetahuan dengan kesadaran penuh
akan untung ruginya merokok.1 Kedua, hanya perokoklah yang akan menanggung akibatnya
dan merokok tidak mempengaruhi orang lain.2 Merokok biasanya dimulai sejak remaja atau
menjelang dewasa (future cost). Sekitar 70% dari perokok di Indonesia memulai
kebiasaannya sebelum berumur 19 tahun, karena terbiasa melihat anggota keluarganya yang
merokok. Remaja mempunyai kemampuan terbatas untuk membuat keputusan, dan
membatasi kebebasan orang muda untuk membuat keputusan tertentu. Menghindarkan
keinginan merokok pada anak-anak dan remaja serta memberikan perlindungan bagi orang
yang tidak merokok menjadi hal yang penting untuk menciptakan generasi yang sehat dimasa
mendatang.
1 Sejak pertengahan tahun 1990-an, bukti menunjukkan bahwa perusahaan tembakau berusaha menyembunyikan fakta tentang bahaya
merokok. Mereka memiliki strategi untuk menyangkal bukti ilmiah tentang dampak kesehatan telah memberikan alasan bagi bagi perokok
untuk membenarkan perilaku mereka dan meneruskan merokok karena telah ketagihan tembakau.
2 Anggapan ini tentu saja tidak benar, karena faktanya perokok memaksakan beban fisik dan finansial pada orang lain. Beban ini termasuk
risiko kesehatan perokok pasif dan biaya kesehatan masyarakat. Risiko terhadap orang lain dapat ditunjukkan melalui dampak asap.
Menghisap asap rokok orang lain yang dikenal dengan asap tembakau di lingkungan adalah sama bahayanya dengan merokok secara aktif.
Asap tembakau di lingkungan bersifat karsinogenik bagi manusia, dan tidak ada ambang aman dari paparan asap rokok.
BAB IIRuang Lingkup Naskah Akademik
A. Arti & pengertian rokok
Rokok merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Merokok sudah menjadi
kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat. Bahaya merokok terhadap
kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat
merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan kebiasaan
merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan
gangguan pembuluh darah,kanker paru - paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker
osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi serta gangguan kehamilan dan cacat
pada janin. Pada kenyataannya kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang diakui
orang sebagai suatu kebiasaan buruk. Apalagi orang yang merokok untuk mengalihkan diri
dari stress dan tekanan emosi, lebih sulit melepaskan diri dari kebiasaan ini dibandingkan
perokok yang tidak memiliki latar belakang depresi.
Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari seconhandsmoke yaitu asap
rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok atau
bisa disebut juga dengan perokok pasif. Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku
pembuatannya yakni tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah cengkeh dan bahan –
bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek.Selain kretek tembakau juga dapat digunakan
sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa dan tambakau tanpa asap (tembakau
kunyah).
Dari hari ke hari jumlah perokok kian bertambah. Hal inilah yang nantinya akan
membuat suatu malapetaka yang besar bagi kesehatan tubuh kita.
B. Asas Pengaturan
1. Asas Keseimbangan Kesehatan Manusia dan Lingkungan dan Nilai-nilai Ekonomi
Tembakau/rokok merupakan komoditi ekonomi yang memberikan lapangan kerja
kepada jutaan manusia baik sejak tingkat perkebunan/pertaniannya maupun sampai dengan
pemrosesannya pada pabrik rokok. Sebagaimana diuraikan di Bab Pendahuluan tembakau
sebenarnya adalah suatu bahan yang mengandung zat yang berbahaya bagi kesehatan yaitu
nikotin yang bersifat adiktif sebagaimana ditentukan secara implisit dalam UU No.23/1992
tentang Kesehatan. Untuk mengeksplisitkan pengaturannya khususnya pengendaliannya sejak
produksi, distribusi dan konsumsi, maka persoalan Tembakau/Rokok perlu diatur lebih lanjut
secara komprehensif.
Di satu sisi secara medis/kesehatan zat nikotin yang terkandung dalam tembakau
adalah zat adiktif dan termasuk bahan berbahaya bagi kesehatan manusia, namun di sisi lain
tembakau (dan rokok kretek) adalah salah satu komoditi ekonomi yang menjadi salah satu
andalan ekspor Indonesia dan masukan melalui pajak dan cukai tembakau. Di samping
tembakau, cengkeh sebagai bahan baku rokok kretek (di samping sebagai bahan baku obat)
perlu pula dikendalikan karena mempunyai dua sisi positif dan negatif. Karena kalau sudah
dicampur dalam rokok (kretek) dan dibakar akan menimbulkan asap rokok yang berisi
berbagai zat bersifat racun yang membahayakan kesehatan manusia, namun di sisi lain
cengkeh adalah salah satu bahan baku obat yang bermanfaat antara lain untuk obat batuk. Di
samping itu tembakau dan cengkeh juga melibatkan jutaan manusia yang tergantung
kehidupannya baik dari tahap perkebunan/pertanian sampai dengan tenaga kerja (dan
keluarga yang menjadi tanggungan para tenaga kerja tersebut) di pabrik-pabrik rokok yang
tersebar di berbagai kota di Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Oleh karena itu untuk
mengatur kedua komoditi yang bersifat im dan yang (positif dan negatif) ini dipergunakan
asas keseimbangan kesehatan manusia dan lingkungannya dan nilai ekonomis.
2. Asas Kemanfaatan Umum
Pengendalian tembakau/rokok dilaksanakan untuk memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kepentingan kesehatan pribadi maupun umum. Di samping itu pengendalian
tembakau/rokok juga diarahkan untuk tidak merugikan kepentingan petani/pekebun tembakau
dan cengkeh dengan sasaran alternativf adanya konversi jenis tanaman tembakau ke jenis
tanaman lain yang lebih bermanfaat sedangkan tanaman tembakau dikemudian hari akan
lebih diarahkan untuk ekspor.
3. Asas Kelestarian
Penyelenggaraan pengendalian tembakau/rokok khususnya ditujukan untuk
melestarikan warisan budaya bangsa Indonesia secara berkelanjutan khususnya untuk rokok
kretek yang merupakan produk andalan Indonesia dengan terus mengembangkan melalui
penelitian dan pengkajian tembakau/rokok yang rendah nikotin kalau perlu bebas dari nikotin
dan bahanbahan berbahaya lainnya.
4. Asas Keadilan
Penyelenggaraan pengendalian tembakau/rokok dilakukan merata kesemua lapisan
kegiatan masyarakat di seluruh Indonesia dan setiap warga negara berhak memperoleh
kesempatan yang sama untuk melakukan pertanian/perkebunan tembakau dan cengkeh,
mendapatkan lapangan kerja pada pabrik-pabrik tembakau/rokok, pemerintah dapat menarik
pajak dan cukai tembakau/rokok untuk kepentingan pembangunan kesehatan, dan setiap
orang berhak menikmati hasil produk tembakau/rokok yang bebas dari nikotin dan bahan
berbahaya serta masyarakat yang tidak merokok dapat bebas mendapatkan udara yang bersih
dan sehat sebagai hak asasi manusia yang diatur dan diakui serta dilindungi dalam Pasal 28 H
ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945 yang telah dijabarkan dalam UU No. 23/1992, PP No.
19/2003 dan berbagai peraturan daerah di berbagai wilayah Indonesia.
5. Asas Transparansi dan Akuntabilitas
Penyelenggaraan pengendalian tembakau/rokok (dan cengkeh)merupakan proses yang
terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik baik nasional maupun internasional.
Asas ini berlaku pula bagi para pabrikan tembakau/rokok dalam menggunakan dananya untuk
berbagai kepentingan publik (kesehatan, pendidikan, olah raga, dsb.).
Dampak rokok
Saat ini, rokok telah mulai dikonsumsi oleh para remaja bahkan juga anak-anak. Hal
ini memunculkan keprihatinan mengingat bahaya rokok bagi seseorang. Kenakalan remaja
identik juga dengan remaja yang merokok. Kebanyakan remaja nakal dan remaja yang
suka tawuran adalah perokok.
Bahaya rokok terutama adalah bagi kesehatan. Kita tahu bahwa rokok
mengandung banyak sekali racun dan nikotin yang pada akhirnya dapat
menyebabkan penyakit, kanker paru, impotensi dan bahkan serangan jantung. Semakin
dini seseorang mengkonsumsi rokok maka semakin banyak racun yang terkumpul di
tubuhnya. Hal ini bisa menghambat pertumbuhan fisik atau menyebabkan serangan penyakit
pada masa dewasa atau masa tuanya. Padahal masa remaja merupakan masa pertumbuhan
dan perkembangan yang penting.
Selain kesehatan, rokok juga berdampak kurang baik bagi perkembangan psikologis
remaja. Rokok identik dengan pergaulan remaja yang lebih rentan terhadap kenakalan
daripada pergaulan remaja tanpa rokok. Pergaulan remaja dengan rokok cenderung memberi
remaja pemikiran bahwa rokok bisa menjadi pelarian akan tiap masalah. Remaja kemudian
akan merokok ketika mendapat masalah dalam hidupnya. Di dalam rokok memang
mengandung zat yang bisa membuat perokok merasa lebih baik namun tentunya hal ini
juga menyebabkan kecanduan. Kecanduan akan rokok terbilang sulit untuk diatasi.
Pergaulan remaja dalam lingkungan perokok juga dapat mengantarkan pada
kenakalan remaja yang lebih besar lagi yakni penggunaan obat terlarang dan pergaulan bebas.
Menghisap rokok yang sebenarnya adalah obat terlarang bisa saja dialami. Dengan demikian,
remaja bisa dengan mudah masuk dalam pengaruh obat terlarang dan mengalami kecanduan.
Selain itu, rokok juga menyebabkan remaja menjadi lebih boros karena harus mengeluarkan
uang secara rutin untuk membeli rokok. Apalagi jika sudah terkena pergaulan remaja yang
negatif, bisa-bisa anak berusaha mengambil harta orang tuanya.
Oleh sebab itu, perkenalkanlah sejak dini mengenai bahaya rokok bagi remaja Anda.
Hal ini setidaknya membuat remaja berpikir dua kali untuk menjadi kecanduan. Berikan
nasihat untuk menghindari pergaulan dengan remaja perokok lainnya. Rokok memang
membuat diri menjadi lebih enak untuk sementara namun dapat berdampak fatal nantinya.
Peran Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Rokok Bagi Remaja
Sebagian besar perokok yang udah atau berniat untuk menghentikan kebiasaan
merokok perlu menggunakan cara mereka sendiri. Para perokok ringan, yang sangat
berkeinginan untuk untuk menghentikan kebiasaan merokok, akan dapat berhasil dalam
usaha mereka bila menggunakan cara mereka sendiri yang paling sesuai untuk mereka.
Setiap orang yang ingin berhenti merokok memerlukan suatu cara yang sesuai untuk
masing-masing. Hasil studi baru-baru ini di Inggris menunjukkan bahwa 69% perokok
dewasa ingin berhenti merokok. Nikotin adalah zat yang paling membuat orang ketagihan
sehingga berhenti merokok tidaklah mudah walaupun motifasinya amat tinggi. Perokok
menyadari bahwa upaya awal untuk menghentikan kebiasaan merokok seringkali tidak
berhasil sehingga perokok yang ingin berhenti harus siap untuk melakukan usaha berkali kali.
Upaya berulang kali ini penting artinya karena akan berupa intervensi awal.
Setiap orang harus mencoba berbagai teknik intervensi untuk menentukan mana
yang paling sesuai, dengan menyadari bahwa mungkin diperlukan tiga sampai empat kali
percobaan sebelum menemukan cara yang sesuai. Harus dijelaskan kepada setiap perokok
yang berupaya untuk menghentikan kebiasaannya bahwa gagal sekali dan mengulangi
kembali bukanlah berarti kegagalan program, melainkan hanya suatu hambatan kecil
menuju suatu langkah yang akhirnya menuju keberhasilan.
Model tahapan perubahan dari Prochaska dan DiClemente penting bagi perokok
yang jelas kurang termotivasi untuk secara aktif melaksanakan suatu program
menghentikan kebiasaan merokok. Model ini, yang berawal dari praa-kontemplasi ke
kontemplasi kemudian periaan dan akhirnya tindakan, mencakup lingkup yang luas dari
posisi para perokok. Petugas kesehatan, penyuluh kesehatan, peraturan perundang –
undangan dan dukungan sosial, perlu mendorong kemajuan dari satu tahap ke tahap
berikutnya. Walaupun suatu Intervensi tidak membuat perokok berhasil menghentikan
kebiasaan merokok sepenuhnya, mungkin saja ia sudah maju dari tahap pra-kontemplasi
ke kontemplasi. Dengan intervensi berikutnya si perokok akan dapat maju lebih jauh lagi
sampai ke persiapan dan akhirnya ke tindakan dan menghentikan kebiasaan merokok; upaya
berulangkali dengan pelajaran yang diperoleh pada tiap tahap dan setiap tahap mengarah
pada sasaran akhir yaitu berhenti sepenuhnya.
Pada tahap pre-kontemplasi perokok memerlukan informasi, pada tahap persiapan dan
tahap tindakan perokok perlu menentukan suatu program dan menetapkan tanggal untuk
berhenti merokok. Para professional dalam bidang kesehatan perlu mengetahui tahap-tahap
ini dan harus siap melaksanakan tindakan yang proaktif dan positif, pertama untuk membuat
si perokok meningkat sampai ke tahap tindakan, kemudian untuk membantu si perokok agar
berhasil menyelesaikan program menghentikan kebiasaan merokok.
Seringkali program menghentikan kebiasaan merokok mahal biayanya atau tidak
dapat dijangkau oleh sebagian besar penduduk. Oleh karena itu para petugas pemeliharaan
kesehatan, keluarga dan teman menjadi mekanisme pendukung bagi sebagian besar
perokok yang ingin berhenti merokok. Program umum yang dapat direkomendasikan oleh
para profesional pemeliharaan kesehatan tidak memerlukan biaya atau tambahan, selain
keinginan kuat dari para perokok serta keluarga dan teman-teman.Selain itu ada beberapa
upaya-upaya dalam pencegahan dan penanggulangan rokok pada anak:
1. Memahami penyebab remaja merokok
Biasanya remaja merokok sebagai bentuk pemberontakan, cara menyesuaikan diri
dengan kelompok tertentu atau mengikuti adegan di film. Dengan memahami hal tersebut,
maka orangtua bisa melakukan pencegahan dan pendekatan dengan anak.
2. Tetap mengatakan tidak untuk rokok
Orangtua mungkin berpikir remaja tidak mendengar yang dikatakannya, tapi
tetaplah mengatakan untuk tidak memperbolehkan merokok. Karena orangtua yang
memberikan batasan terhadap rokok cenderung memiliki anak yang tidak merokok.
3.Memberi contoh yang baik
Remaja yang merokok lebih umum ditemui jika orangtuanya merokok, karena anak
atau remaja cenderung meniru apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Semakin cepat berhenti
merokok, maka semakin besar kemungkinan anak tidak merokok, serta hindari merokok atau
meninggalkan rokok di dalam rumah.
4. Menjelaskan dampak buruk dari rokok
Cobalah untuk memberitahu remaja bahwa merokok tidak membuat anak jadi gaul
atau populer, tapi justru membuat badan dan mulut bau, kotor karena asap, muka lebih cepat
keriput dan gigi menjadi kuning. Bahkan dalam jangka panjang memicu berbagai penyakit.
5. Menekankan bahwa rokok bisa menyebabkan kecanduan
Sebagian besar remaja percaya bahwa ia bisa berhenti merokok kapan saja. Untuk itu
berilah penekanan atau bisa juga berupa contoh nyata bahwa jika seseorang sudah mencoba
merokok, maka akan sulit untuk keluar dari kecanduannya.
Dalam Penanggulanan Rokok terhadap remaja ini juga sangat penting. Karena orang tua
sangat berpengaruh sekali yaitu :
1. Orang tua sebagai pengawas
Untuk menghidari remaja dari bahaya rokok, orangtua juga harus meningkatkan
peranannya sebagai pengawas. Pembatasan sangat membantu untuk membuat remaja merasa
aman. Keluarga perlu menyusun peraturan yang jelas. Dengan peraturan rumah yang jelas,
remaja akan tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Peraturan rumah
tersebut selain harus diketahui juga harus dimengerti sehingga yang melanggar akan dihukum
sesuai kesepakatan.
Setiap remaja yang akan pergi, orangtua perlu bertanya dengan rincian kemana
tujuan, kapan pulang, dengan siapa mereka pergi dan yang lain-lain yang dirasakan perlu.
Kontrol disini untuk menunjukkan bahwa orangtua punya perhatian khusus kepada remaja,
dan tidak membiarkan remaja untuk bertindak semuanya sendiri.
2. Orang tua sebagai pembimbing
Peranan sebagai pembimbing remaja terutama dalam membatu anak mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi dan memberikan pilihan-pilihan saran yang realities bagi
remaja. Orang tua harus dapat membimbing anaknya secara bijaksana dan jangan sampai
menekan harga diri anak. remaja harus dapat mengembangkan kesadaran, bahwa ia adalah
seorang pribadi yang berharga, yang dapat mandiri, dan mampu dengan cara sendiri
menghadapi persoalan-persoalannya. Bila remaja tidak mampu menghadapi persoalan-
persoalannya yang susah seperti masalah merokok dan narkoba, orangtua harus dapat
membantu membahas masalah tersebut dalam bentuk dialog. Dalam hal ini termasuk bantuan
bagi remaja untuk mengatasi tekanan dan pengaruh negatif teman sebayanya. Sehingga
remaja akan memiliki pegangan dan dukungan dari orangtuanya.
4. Bekerjasama dengan orang lain dan guru
1) Kerjasama degan orangtua lain
Bagi orangtua yang anaknya menjadi perokok, perlu ada suatu kerjasama ataupun
pertemuan dengan oranglain yang dekat dengan anaknya ataupun orang tua dari teman
anaknya untuk mengawasinya.
2) Kerjasama dengan guru
Orangtua juga perlu berkonsultasi dan bekerjasama dengan guru, khususnya guru
bimbingan konseling (BK). Sebab berada di sekolah, gurulah yang menjadi pendidik, dan
pengawas anak. Guru adalah sebagai pengganti orangtua di Sekolah. Dari pagi hingga siang
anak dalam pengawasan guru di Sekolah. Guru akan mengetahui anak yang terlibat masalah
dan membantu mereka untuk menyelesaikannya. Guru BK berperan untuk menjadi tempat
curhat bagi anak/siswa yang mempunyai masalah, baik dirumah maupun di tempat lain,
dengan begitu guru bisa mengetahui dan membantu si anak bisa menyelesaikan masalahnya.
BAB IIIEvaluasi dan Analisis Peraturan Perundangundangan Terkait
Sebagaimana diuraikan dalam Bab terdahulu maka karena masalah tembakau terkait
dengan berbagai peraturan perundang-undangan, di bawah ini dalam rangka harmonisasi
antara Undang-Undang tentang Pengendalian Tembakau/Rokok dengan berbagai peraturan
perundang-undangan tersebut dengan landasan konstitusional UUD Negara RI Tahun 1945,
di bawah ini dikutipkan dalam bentuk matriks berbagai peraturan perundang-undangan dari
tingkat UUD sampai dengan Peraturan Pemerintah yang substansinya berkaitan dengan UU
tentang Pengendalian Tembakau/Rokok. Peraturan Perundangan yang terkait antara lain:
1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945Bab XA, Pasal 28A Secara filosofis hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan adalah
hak yang paling mendasar yang melekat pada setiap orang dan tidak dapat diganggu gugat
oleh siapa pun;
Pasal 28B Secara filosofis, khususnya hak anak (butir 2) akan merupakan hak yang harus
ditegakkan oleh Pemerintah (negara) sebagai generasi penerus bangsa;
Pasal 28F Hak berkomnikasi dan informasi ini adalah untuk melindungi masyarakat dari
iklan atau informasi yang menyesatkan dari setiap zat adiktif;
Pasal 28H Hak mendapatkan lingkungan yang sehat (butir 1) merupakan hak dasar setiap
orang dalam hidup dan mempertahankan kehidupannya sehingga dapat menikmati hak hidup
yang dimuat dalam Pasal 28 A di atas
2. UU Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
Bab X, Pasal 54 Dalam hal ini berkaitan dengan merek dagang rokok/tembakau yang
diimpor/diekspor;
3. UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Bagian kedua belas pengamanan zat adiktif, Pasal 44 Ayat (1) Bahan yang mengandung zat
adiktif adalah bahan yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya atau
masyarakat sekelilingnya. Ayat(2) Penetapan standar diarahkan agar zat adiktif yang
dikandung oleh bahan tersebut dapat ditekan dan untuk mencegah beredarnya bahan palsu.
Penetapan persyaratan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif ditujukan untuk
menekan dan mencegah penggunaan yang mengganggu atau merugikan kesehatan orang lain.
Ayat (3) Cukup jelas
4. UU Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai
Bab II, Pasal 4 Cukai tembakau hasilnya sebagian besar harus dipergunakan untuk mencegah
dan menanggulangi akibat asap tembakau/rokok serta upaya rehabilitatif dan promotif bagi
masyarakat yang menggunakan/ menghisap rokok dan masyarakat yang trkena dampak
negatif asap rokok (perokok pasif);
Pasal 9 Untuk barang bawaan tembakau/rokok baik ke dalam atau keluar negeri tidak ada
pembebasan cukai.
5. UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan HidupBab II, Pasal 3 Pembangunan yang berkesinambungan dan berwawasan lingkungan
merupakan hakekat dari sustainable development yang merupakan upaya negara/pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kehidupan yang sehat fisik dan mental;
Pasal 4 Esensinya sama dengan di atas;
6. UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan KonsumenBab III, Pasal 4 Hak sosial ini apabila dihubungkan dengan tembakau/rokok dibagi dua yaitu
perlindungan konsumen rokok (pengguna/penghisap) untukmendapatkan rokok yang relatif
aman dan nyaman serta tidak terlalu membahayakan kesehatan danperlindungan terhadap
perokokpasif dari dampak negatif asap rokok;
7. UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan AnakBab III, Pasal 4 Esensinya sama dengan yang termuat dalam pasal-pasal HAM di UUD-RI
akan ditampung baik dalam “menimbang” Penjelasan Umum maupun pada perlindungan
anak terhadap bahaya asap rokok/tembakau dalam RUU;
Bab IX, Pasal 44 Esensinya akan ditampung dalam RUU yang berkaitan dengan kewajiban
Pemerintah dan Pengusaha (Kantor) menyediakan tempat bagi para pengguna/penghisap
rokok pada setiap instansi tersebut sehingga tidak mengganggu atau membahayakan
masyarakat yang tidak merokok