34
1 NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN STANDAR KOMPETENSI PAUD FORMAL DAN NON-FORMAL BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ”Tomorrow’s children will have the potential to createa new era of evolution”. Anak-anak masa depan akan mempunyai potensi untuk menciptakan evolusi baru. Riane Eisler dalam Tomorrow’s Children (2000) Masalah anak usia dini selalu menjadi pembicaraan hangat terus-menerus. Beberapa periode pemerintah menunjukkan perubahan fokus kebijakan. Pada tahun 1960-an sampai akhir 1970-an program pemerintah lebih terfokus pada upaya menurunkan angka mortalitas (kematian bayi) dan morbiditas anak. Era ini disebut ”Child Survival Strategy.”Program primadona pemerintah adalah upaya perbaikan gizi dan kesehatan melalui program Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Asumsi melalui perbaikan gizi dan kesehatan akan membuat generasi bangsa menjadi lebih pandai dan produktif yang nantinya kelak akan memicu lajunya pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini tidak terlepas dari pengaruh World Bank yang mendorong negara-negara berkembangan dapat menjalankan program gizi dan kesehatan sebagai gerbang perbaikan kualitas manusia. Tahun 1978 terjadi pergeseran konsep dari sektor gizi ke arah yang lebih holistik. Deklarasi Alma Alta pada tahun 1978 sebagai kesepakatan internasional diratifikasi untuk menyatukan program gizi dan kesehatan dalam naungan ”Primary Health Care”. Pelayanan pada anak balita melibatkan tujuh aspek antara lain (1) monitoring pertumbuhan fisik anak dengan penimbangan rutin setiap bulan dengan menggunakan kartu menuju sehat, (2) pengggunaan ORALIT, (3) ASI ekslusif, (4) Imunisasi, (5) Program KB, (6) Pemberian makanan tambahan, (7) dan pendidikan gizi pada para ibu. Program Bina Keluarga Balita diwujudkan dalam program POSYANDU. Sayangnya aspek psiko-sosial terabaikan. Hasil penelitian Kesejahteraan Anak Indonesia yang dipaparpan Bina Keluarga Balita pada Forum Padu 30 September 2002 memperlihatkan delapan aspek penting dalam pola pelayanan dan pengasuhan anak usia dini baru dilaksanakan 40% para orang tua. Sementara 60% aspek penting lainnya terabaikan, seperti keadaan lingkungan yang buruk (malah sangat buruk), masalah berkomunikasi dengan anak, rendahnya disiplin dan pengasuhan, kurangnya pengetahuan dan semangat, serta terabaikannya perkembangan moral dan psikososial. Kondisi di atas hingga sekarang menunjukkan perbaikan yang kurang signifikan, malah terlihat semakin parah. Masalah multidimensi yang dialami negeri ini telah memperburuk kondisi kehidupan anak-anak usia dini kita. Masalah fisik dan kesehatan yang tadinya menunjukkan grafik yang menggembirakan sekarang malah menunjukkan grafik menurun. Fenomena busung lapar, gizi buruk dan rentannya tubuh anak terhadap

NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

  • Upload
    hadung

  • View
    239

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

1

NASKAH AKADEMIK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

DAN STANDAR KOMPETENSI

PAUD FORMAL DAN NON-FORMAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

”Tomorrow’s children will have the potential to createa new era of evolution”. Anak-anak masa depan akan mempunyai potensi untuk menciptakan evolusi baru.

Riane Eisler dalam Tomorrow’s Children (2000)

Masalah anak usia dini selalu menjadi pembicaraan hangat terus-menerus. Beberapa

periode pemerintah menunjukkan perubahan fokus kebijakan. Pada tahun 1960-an

sampai akhir 1970-an program pemerintah lebih terfokus pada upaya menurunkan angka

mortalitas (kematian bayi) dan morbiditas anak. Era ini disebut ”Child Survival

Strategy.”Program primadona pemerintah adalah upaya perbaikan gizi dan kesehatan

melalui program Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Asumsi melalui perbaikan

gizi dan kesehatan akan membuat generasi bangsa menjadi lebih pandai dan produktif

yang nantinya kelak akan memicu lajunya pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini tidak

terlepas dari pengaruh World Bank yang mendorong negara-negara berkembangan dapat

menjalankan program gizi dan kesehatan sebagai gerbang perbaikan kualitas manusia.

Tahun 1978 terjadi pergeseran konsep dari sektor gizi ke arah yang lebih holistik.

Deklarasi Alma Alta pada tahun 1978 sebagai kesepakatan internasional diratifikasi

untuk menyatukan program gizi dan kesehatan dalam naungan ”Primary Health Care”.

Pelayanan pada anak balita melibatkan tujuh aspek antara lain (1) monitoring

pertumbuhan fisik anak dengan penimbangan rutin setiap bulan dengan menggunakan

kartu menuju sehat, (2) pengggunaan ORALIT, (3) ASI ekslusif, (4) Imunisasi, (5)

Program KB, (6) Pemberian makanan tambahan, (7) dan pendidikan gizi pada para ibu.

Program Bina Keluarga Balita diwujudkan dalam program POSYANDU. Sayangnya

aspek psiko-sosial terabaikan.

Hasil penelitian Kesejahteraan Anak Indonesia yang dipaparpan Bina Keluarga

Balita pada Forum Padu 30 September 2002 memperlihatkan delapan aspek penting

dalam pola pelayanan dan pengasuhan anak usia dini baru dilaksanakan 40% para orang

tua. Sementara 60% aspek penting lainnya terabaikan, seperti keadaan lingkungan yang

buruk (malah sangat buruk), masalah berkomunikasi dengan anak, rendahnya disiplin dan

pengasuhan, kurangnya pengetahuan dan semangat, serta terabaikannya perkembangan

moral dan psikososial.

Kondisi di atas hingga sekarang menunjukkan perbaikan yang kurang signifikan,

malah terlihat semakin parah. Masalah multidimensi yang dialami negeri ini telah

memperburuk kondisi kehidupan anak-anak usia dini kita. Masalah fisik dan kesehatan

yang tadinya menunjukkan grafik yang menggembirakan sekarang malah menunjukkan

grafik menurun. Fenomena busung lapar, gizi buruk dan rentannya tubuh anak terhadap

Page 2: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

2

serangan berbagai penyakit seperti diare, campak dan sebagainya dipertontonkan media

setiap waktu. Belum lagi masalah pengasuhan yang didampingi serbuan media yang telah

meracuni pikiran dan semangat para balita. Program televisi yang sibuk

mempertontonkan hal-hal yang tidak pantas untuk anak-anak belia kita seperti Smack

Down yang menampilkan kekerasan pisik, Pildacil yang berkedok tuntunan. Era Super

Kid’s, Cinderella Syndrome pun mengepung para belia.

“Jika anak-anak tercabut dari masa kanak-kanaknya, maka lihatlah, ketika anak itu

dewasa, maka ia akan menjadi orang dewasa yang infantile alias kekanak-kanakan...”

(Neil Postman)

Sederet faktor risiko di atas terkait dengan ketakmatangan aspek sosial-emosi

pun menunggu mereka, seperti rendahnya rasa percaya diri, rendahnya kemampuan

bekerjasama, kurang konsentrasi, ketidakmampuan dalam berkomunikasi, dan kurangnya

rasa empati. Anak-anak yang bermasalah dalam perkembangan sosial-emosi inilah kelak

akan mengalami kesulitan dalam belajar, berinteraksi sosial, dan merugikan banyak

kehidupan mereka ke depan. Inilah yang menjadi fokus bagaimana pentingnya

pendidikan bagi anak usia dini dan pengembangan bahan ajar yang terstandar sesuai

dengan prinsip-prinsip perkembangan anak secara patut.

B. LANDASAN

1. UUD 1945

Mencerdaskan kehidupan bangsa ( alinea ke-4 Pembukaan )

Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta

berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28 B ayat 2 )

Setiap anak berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu

pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas

hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia ( pasal 28 c ayat 2 )

Negara menjamin kelangsungan

hidup, pengembangan dan perlindungan anak terhadap eksploitasi dan

kekerasan”.

2. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan

bakatnya ( pasal 9 ayat 1) 3. Kesepakatan Jomttien- Thailand ( 1990)

Pendidkan untuk semua – Pendidikan sepanjang hayat

3. Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan. 4.

4. Deklarasi Dakkar tentang Pendidikan Untuk Semua (Education for All), Senegal

2000, antara lain tentang perlunya memperluas dan memperbaiki keseluruhan

perawatan dan pendidikan anak yang sangat rawan dan kurang beruntung

Page 3: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

3

5. World Fit for Children (2002) antara lain mencanangkan kehidupan yang sehat,

pendidikan yang berkualitas , perlindungan terhadap aniaya, explotasi dan

kekerasan serta memerangi HIV / AIDS

C. TUJUAN

Tujuan Umum

Sebagai acuan dalam melaksanakan program pendidikan anak usia dini di lapangan

sehingga dapat memberikan pelayanan pendidikan yang optimal.

Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pengetahuan stakeholder di lapangan terhadap pelayanan

pendidikan bagi anak usia dini agar dapat memberikan pendidikan seutuhnya

sesuai dengan perkembangan dan keunikan anak.

2. Meningkatkan potensi stakeholders di lapangan untuk mengembangkan bahan

ajar bagi anak usia dini sesuai dengan standar perkembangan yang patut dan

kebijakan yang berlaku.

D. SASARAN

Terjadinya kesepahaman antar stakeholders yang berkepentingan untuk dapat

memberikan pelayanan pendidikan yang optimal patut pada anak usia dini.

E. RUANG LINGKUP

Mencakup teori-teori yang mendukung pentingnya pengembangan bahan ajar bagi

anak usia dini yang terstandar dengan perkembangan anak usia dini yang seutuhnya

dan mengacu pada kepatutan.

Page 4: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

4

BAB II

LANDASAN TEORI

Anak-anak yang memiliki motivasi kuat untuk belajar akan mempunyai masa depan yang

cerah diwarnai penemuan, kesempatan, dan kontribusi. Mereka memiliki kecenderungan

alami untuk menguasai hal-hal tersebut yang akan membuatnya sukses pada abad ke 21,

serta mendapat manfaat dari segala perubahan positif dalam masyarakat. Mereka yang

memiliki motivasi belajar yang kuat mungkin saja akan menghadapi kendala-kendala

dari sebuah ketidakadilan, tetapi kendala tersebut bukanlah musuhnya. Mereka akan

menjadi orang-orang yang paling cocok untuk belajar bagaimana menghadapi kendala

tersebut. Mareka akan menjadi orang yang paling mampu berkreasi dan mencapai

kesuksesan karena hasil terbaik dalam IPTEK, penelitian, dan kesenian tidak dapat

dipaksakan dari hati yang mengerdil. ---Wloddkowski--

-

Neil Postman seorang sosiolog Amerika pada tahun 80-an sangat mencemaskan akan

hilangnya masa kanak-kanak dalam kehidupan anak. Sistem pendidikan, terutama pada

pendidikan anak usia dini terjebak dalam suatu pemikiran yang tidak memberi

kesempatan pada anak untuk bertumbuh memekarkan dirinya sesuai dengan potensi dan

keunikan yang mereka miliki sebagai anak. Padahal anak perlu menjadi anak untuk dapat

menjadi manusia dewasa. Tercerabutnya para belia ini dari masa kanak-kanaknya,

dikhawatirkan akan menggelincirkan kehidupan mereka menjadi masyarakat yang

infantile, suatu masyarakat yang kekanak-kanakan. Untuk itu akan akan dilakukan

beberapa kajian ilmiah terkait dengan teori-teori klasik dan kekinian yang diharapkan

dapat membangun pola pikir yang sama dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi

belia kita, anak-anak usia dini di Indonesia.

A. PRINSIP TEORITIS TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Memunculkan prinsip teoritis dalam naskah akademik ini sangat penting untuk

membangun kesepaham sebagai usaha memberikan pelayanan pendidikan yang

baik terhadap pendidikan anak usia dini. Berbagai teori klasik yang ada hingga

teori-teori kekinian yang ada merupakan sebuah perjalanan panjang bagaimana

dunia pendidikan selalu berubah memberikan solusi terbaik dalam rangka

Page 5: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

5

membangun manusia yang mulia cerdas dan baik (good and smart). Beberapa

teori yang akan diungkapkan secara ringkas antara lain :

1 . Teori Perkembangan Kognitif oleh Piaget

. Ada beberapa tahap perkembangan kognitif yang digagas Piaget:

Tahap Sensorimotoris (usia 0 hingga 18 bulan)

Tahap Praoperasional (usia 18 bulan hingga 6 atau 7 tahun)

Tahap Konkrit Operasional (usia 8 tahun hingga 12 tahun

Tahap Formal Operasional (usia 12 tahun hingga usia dewasa).

Tahap Praoperasional

Anak usia dini yang berusia 4 hingga 6 tahun berada pada tahapan ini. Di mana

anak mampu berfikir tentang obyek benda, kejadian, atau orang lain. Anak sudah

mulai mengenal simbol berupa kata-kata, angka, gambar dan gerak tubuh. Namun

cara berfikir ini masih tergantung pada obyek konkrit dan rentang waktu kekinian,

serta tempat di mana ia berada. Mereka belum mampu berfikir abstrak sehingga

simbol-simbol yang konkrit sangat dibutuhkan untuk dapat dipahami mereka.

Misalnya dalam mengenalkan angka mesti diiringi dengan obyek nyata berupa

gambar atau benda-benda lainnya yang jumlahnya sesuai dengan angka tersebut.

Selain itu anak juga belum mampu mengaitkan waktu sekarang dengan waktu

lampau (irreversibility).

2 . Teori Perkembangan Psikososial oleh Erik Erikson

Erikson (1902-1994) membagi tahapan perkembangan psikososial ini ke dalam

delapan rentang perkembangan, yang dalam rentang usia 3 hingga 6 tahuan tengah

berada dalam tahapan Inisitif. Menurut Erikson rentang inisiatif ini berada dalam

perkembangan emosi. Peran guru sebagai pendidik mesti mampu menghadirkan

emosi positif dalam mengiringi proses pendidikan. Hal ini akan membantu anak

dalam mengelola konflik-konflik yang terjadi akibat benturan emosi positif dan

emosi negatif dalam pergaulan sehari-hari mereka yang berhubungan antarmanusia

Page 6: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

6

dan lingkungannya. Tahapan ini ia istilahkan sebagai ”INISIATIF” versus

”MERASA BERSALAH” (Inisiative VS Guilty).

Seorang anak dengan perkembangan emosi yang baik pada tahap sebelumnya

akan berpotensi berkembang ke arah yang positif. Mereka kreatif, antusias

melakukan sesuatu, suka bereksperimen, berimajinasi, berani mengambil risiko,

dan senang bergauk dengan sesama teman. Namun semua ini tergantung pada

kondisi yang disiapkan pendidik kepada mereka. Jika anak-anak suka dipuji dan

hasil karyanya dihargai tentu saja akan menumbuhkan emosi positif yang berguna

menguatkan perkembangan kepribadiannya. Sebaliknya jika ia suka dikritik, dilabel

sebagai anak nakal tentu saja akan muncul emosi negatif yang akan menumbuhkan

rasa bersalah pada diri mereka sebagai anak. Pada saat tertentu rasa bersalah mesti

dihadirkan yang membantu membangun rasa tanggung jawab yang dalam kepatutan

akan mendukung tumbuhnya karakter baik pada diri anak. Semakin rasa tanggung

jawab tumbuh dalam diri anak maka rasa inisiatif akan semakin berkembang dalam

diri mereka.

3 Teori Sosio-Kultural oleh Vygotsky

Vygotsky (a896-1934) sangat setuju dengan adanya pesan budaya dalam proses

pembelajaran di sekolah. Ia menyatakan bahwa kontribusi budaya, interaksi sosial,

dan sejarah dalam pengembangan mental individual sangat berpengaruh, khususnya

dalam perkembangan bahasa, membaca dan menulis pada anak.

Pembelajaran yang berbasis pada budaya dan interaksi sosial mengacu pada

perkembangan fungsi mental tinggi, yang terkait dengan aspek sosio-historis-kultural.

Ketiga hal ini akan sangat berdampak terhadap persepsi, memori dan berpikir anak

(http://www.ibe.unesco.org: 3). Ia menganjurkan pentingnya melakukan interaksi

sosiokultural yang menjadi sarana atau tools di dalam proses pembelajaran di sekolah

(http://www.ibe.unesco.org:4). Pengalaman-pengalaman anak yang

mempertemukannya dengan budaya dibutuhkannya untuk dapat meraih “Zone of

Proximal Development.” Untuk itu dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang

dapat mengaitkan berbagai aspek pembelajaran yang ada dalam kurikulum dengan

pengalaman nyata yang dijalani anak dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Page 7: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

7

Metodologi yang efektif terkait dengan pengajaran dalam kelompok besar yang utuh,

pengajaran melalui objek nyata, beragam gaya belajar, pengajaran adaptif dan

individual, pembelajaran tuntas, pembelajaran kooperatif, pengajaran langsung,

penemuan, konstruktif, melalui tutor sebaya sangat dibutuhkan anak agar ia dapat

mengarahkan dirinya sendiri untuk belajar (http://www.aacte.org:8).

4 Teori Perkembangan Moral oleh Kohlberg dan Thomas Lickona

Kohlberg sebagai pakar perkembangan moral, bertumpu pada teori Piaget yang

menyatakan bahwa perkembangan afektif (affective development) terjadi pada anak

usia 1 hingga 5 tahun. Saat itu anak berada pada ”self oriented Morality”. Sebagai

tahapan awal dari perkembangan moral kondisi ini merupakan “the Golden Rule”

karena pada tahapan ini mulai tumbuh “mutual respect” pada diri anak. Kepada

mereka mulai dapat dikenalkan sopan santun, dan perbuatan baik lainnya, walau

terkadang mendapat pertentangan karena mereka sulit diatur dan berada pada masa

egosentris.

Berbenturannya antara berfikir egosentris dengan mutual respek merupakan

arena yang mengasyikkan bagi tumbuhnya transformasi nilai-nilai pada diri anak.

Kebajikan akan tumbuh melalui serangkaian proses panjang yang melibatkan dan

mengasah logika serta emosi saling berbenturan. Namun dari kondisi inilah akan

muncul kecerdasan emosi yang akan menjaga pertumbuhan moral anak dapat berjalan

semestinya.

Thomas Lickona, bapak karakter dari Cortland University menyatakan bahwa

pada usia 4 hingga 6 tahun anak tengah berada pada tahap ”PATUH TANPA

SYARAT” (Authority Oriented Morality). Pada fase ini anak meperlihatkan sikap

penurut, mudah diajak kerjasama, dan mau mengerjakan perintah orang tua dan guru.

Namun terkadang juga muncul sifat egosentrisnya sebagai bentuk bahwa

perkembangan moral pada diri mereka tengah mencari bentuk. Ada beberapa

karakteristik perkembangan moral pada fase ini, yakni:

Menganggap orang dewasa sebagai makhluk serba tahu

Dapat menerima pandangan orang lain

Mudah terpengaruh dengan kenakalan sebayanya

Suka mengadu jika dinakali teman

Page 8: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

8

Terkadang cenderung melanggar aturan

Menghormati kehadiran guru dan orang tua

5. Teori Ekologi dan Kontekstual oleh Bronfenbrenner

Bronfenbrenner mengembangkan teori perkembangan anak yang dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang mencakup kehidupan manusia. Ringkasnya teori ini mengatakan

bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh konteks mikrosistem (keluarga, sekolah

dan teman sebaya), konteks mesosistem (hubungan keluarga dan sekolah, sekolah

dengan sebaya, dan sebaya dengan individu), konteks ekosistem (latar sosial orang

tua dan kebijakan pemerintah), dan konteks makrosistem (pengaruh lingkungan

budaya, norma, agama, dan lingkungan sosial di mana anak dibesarkan.

Teori Bronfenbrenner ini membantu memberikan penjelasan kepada para

pendidik untuk memahami berbagai risiko yang dapat mempengaruhi proses

perkembangan anak secara negatif misalnya masalah kemiskinan, kekerasan pada

anak, dan konflik dalam keluarga. Seorang guru akan menjalin hubungan dengan

anak yang memiliki latar negatif dengan memberikan perhatian khusus yang tidak

didapatkan anak dari lingkungannya.

B. PENDIDIKAN BERORIENTASI PERKEMBANGAN (DEVELOPMENTALLY

APPRORIATE PRACTICE)

Salah satu penyebab utama dalam kesalahan mendidik adalah banyak para orangtua

dan guru yang kurang menyadari cara-cara mendidik yang patut. Pada awal tahun 80-

an mulai bermunculan berbagai kritikan terhadap kurikulum yang dianggap telah

mematikan semangat dan kecintaan anak untuk belajar. National Association for the

Young Children (NAEYC) sebuah organisasi yang muncul pada tahun 1980-an di AS

merupakan gerakan yang berusaha mematut terhadap berbagai miskonsepsi dalam

dunia pendidikan anak usia dini. Di sini berhimpun para pakar pendidik anak usia

dini, dimotori Sue Bredekamp membuat petisi melalui “konsep DAP”. Terjemahan

bebas konsep DAP (Developmentally Approriate Practice) merupakan pendidikan

yang patut berorientasi tahap perkembangan anak. Setiap anak yang berusia 0-8 tahun

Page 9: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

9

memiliki pola perkembangan yang dapat diprediksi sehingga memudahkan dalam

upaya memberikan pelayanan pendidikannya.

Penerapan konsep DAP dalam pendidikan anak usia dini memungkinkan para

pendidik melayani anak sebagai individu yang utuh (The Whole Child), yang

melibatkan empat komponen dasar yang dimiliki anak, yaitu Pengetahuan,

Ketrampilan, Sifat Alamiah, dan Perasaan yang bekerja secara bersamaan dan saling

berhubungan. Oleh karena itu jika sistem pembelajaran dapat melibatkan semua

aspek ini secara bersamaan maka perkembangan kepribadian anak akan tumbuh

secara berkelanjutan.

Hasil Studi Tentang Keberhasilan DAP

Menurut para pendukung DAP, metode ini memberikan lingkungan belajar yang

senantiasa mendorong anak bereksplorasi, kreatif, dan menumbuhkan rasa ingin tahu

yang besar. Dampak terhadap perkembangan sosial-emosi menunjukkan bahwa anak

usia dini yang dilayani dengan metode DAP mempunyai tingkat stress yang rendah

dibandingkan anak-anak yang dilayani tanpa metode DAP. Sebuah studi lain juga

melaporkan bahwa anak-anak usia dini yang berada dalam kelas non DAP memiliki

tekanan dalam proses pendidikan karena mereka senantiasa diminta mengisi lembar

kerta kerja yang kurang patut dan kurang menyenangkan anak.

Sementara dampak terhadap perkembangan kognitif juga menunjukkan hal yang

menggembirakan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa anak-anak yang

mendapatkan kurikulum DAP lebih kreatif, lebih percaya diri, unggul dalam

kemampuan berbahasa. Uniknya lagi kemampuan membaca dan berhitung mereka juga

meningkat. Dampak pelaksanaan DAP bagi pelaksanaan pendidikan anak suai dini

berpengaruh pada jangka panjang. Anak-anak ketika usia dini mendapat pelayanan

pendidikan dengan metode DAP memiliki kemampuan membaca dan berhitung lebih

tinggi saat mereka duduk di SD kelas 1 dibandingkan anak-anak yang tidak

mendapatkan pelayanan pendidikan dengan metode DAP saat di pendidikan usia dini.

Page 10: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

10

C. PANDANGAN HOLISTIK (PENDIDIKAN ANAK SEUTUHNYA)

Menghadapi tantangan abad ke 21 ini pendidikan mesti mampu mengubah

paradigmanya dari yang fragmented menjadi pendekatan holistik yang menempatkan

pendidikan dalam sebuah konteks lingkungan yang saling terkait (Holistic approach).

Kata HOLISTIC memiliki arti menyeluruh yang terdiri dari kata HOLY and

HEALTHY. Pandangan holistik bermakna membangun manusia yang utuh dan sehat,

dan seimbang terkait dengan seluruh aspek dalam pembelajaran; seperti spiritual,

moral, imajinasi, intelektuan, budaya, estetika, emosi, dan fisik.

Terjadinya berbagai bencana kerusakan di lingkungan semesta diakibatkan

ulah-ulah manusia, menyadarkan kita bahwa pendidikan kita kurang mampu

mewujudkan keseimbangan antara kehidupan manusia di alam semesta. Memberikan

kesadaran kepada para siswa akan kehidupan di abad ke 21 yang diwarnai oleh

kehidupan masyarakat yang sangat heterogen dan permasalahan yang luar biasa

terkait dengan lingkungan hidup yang semakin tercemar, konflik, peperangan, dan

kemiskinan merupakan sebuah kemestian.

Sebuah kesepakatan global yang disebut GATE (Global Alliance for

Transforming Education) mencanangkan perlunya transformasi pendidikan dari yang

terkotak-kotak menjadi sebuah konsep yang utuh. Tujuan pendidikan menurut konsep

yang utuh ini adalah untuk membangun manusia seutuhnya. Hal ini seperti yang juga

termaktub dalam tujuan pendidikan nasional kita. Seluruh aspek yang dimiliki anak

melalui pandangan holistik ini (The whole child education) akan berkembang dengan

patut termasuk kesadaran bahwa ia adalah bagian dari anggota keluarganya, sekolah,

lingkungan, masyarakat, dan komunitas global.

Krishnamurti mengatakan bahwa kegagalan sistem pendidikan untuk

menjadikan manusia berwawasan holistik disebabkan pendidikan modern lebih

bertumpu pada dunia sekuler, terlepas dari makna spiritual. Bagi Krishnamurti

kesatuan integral adalah sakral dan segala sesuatu adalah bagian dari kesatuan

integral. Oleh sebab itu segala sesuatu mesti memiliki makna yang sakral. Manusia

perlu diberikan perangkat untuk mencapai pemahaman makna spiritual. Masalahnya

sistem pendidikan modern sangat terspesialisasi dan telah memecahbelah keseluruhan

menjadi bagian-bagian yang terpisah yang tidak lagi saling bermakna. Dalam

Page 11: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

11

kegiatan pendidikan konvensional seluruh potensi manusia yang dilibatkan hanya

sebatas pada kognitif dan pisik semata, tanpa melibatkan aspek emosi dan spiritual.

Hakikat dari pendidikan menurut Krishnamurti ini dikemas Scott Forbes dalam

tujuan pendidikan untuk mendidikan seluruh aspek yang dimiliki manusia (All part of

the person), mendidikan manusia sebagai kesatuan yang utuh (The person as the

whole), mendidikan manusia sebagai bagian dari keseluruhan (The person within the

whole), yaitu sebagai bagian dari masyarakat, komunitas manusia, dan alam semesta.

Carol Flake mengatakan bahwa dalam menghadapi tantangan global di abad 21

ini, maka pelayanan pendidikan mesti mampu mengubah paradigma dari yang

terkotak-kotak (fragmented) menjadi pendekatan ekologis. Melihat anak hanya dalam

aspek kognitis semata yang diselesaikan dengan tugas-tugas akademik yang steril dan

memberikan mereka mata pelajaran yang tidak saling berhubungan dengan relevan

dalam konteks kehidupan nyata tidak akan mampu menumbuhkan transformasi

kesadaran (consciousness). Transformasi kesadaran ini merupakan bagian dari proses

pendidikan yang akan mampu meredam segala carut-marut kondisi yang terjadi

dalam peradaban modern, seperti kerusakan lingkungan semesta, konflik antaretnis,

dan sebagainya.

Fitjrof Capra mengungkapkan bahwa betapa pengetahuan manusia tentang

sains, masyarakat, dan kebudayaan, telah terkotak-kotak sehingga manusia tidak

mampu lagi melihat gambar keseluruhan dari sebuah fenomena. Akibatnya banyak

solusi dilakukan manusia didekati secara terpisah sehingga membuat masalah

semakin terpuruk. Inti pemikiran dari Fitjrof adalah bagaimana upaya melihat segala

sesuatu secara utuh dan menyeluruh yang diistilahkannya dengan ”Multidisciplinary,

Holistic Approach to reality”. Kondisi ini diperkuat dengan pernyataan David Orr

bahwa akar permasalahan yang ada saat sekarang dikarenakan pemikiran manusia

dididik dengan sistem pendidikan yang terkotak-kotak yang kemudian membuat

manusia berfikir secara parsial.

Berdasarkan kajian di tas maka jelas bahwa pendidikan bukan semata-mata

menyiapkan manusia agar dapat berperan dalam salah satu dimensi kehidupan saja,

melainkan agar siap menjalani seluruh dimensi kehidupan. Untuk itu potensi anak

Page 12: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

12

usia dini yang perlu dikembangkan dalam proses pendidikannya sesuai dengan

prinsip holistik hendaknya terkait dengan:

1. Aspek Fisik

Terkait dengan perkembangan motorik halus, motorik kasar, termasuk

menjaga stamina, gizi dan kesehatan.

2. Aspek Emosi

Terkait dengan aspek kesehatan jiwa, mampu mengendalikan

tekanan/stress, mampu mengontrol diri dari perbuatan negatif, memiliki

rasa percaya diri,, berani mengambil risiko, dan memiliki empati.

3, Aspek Sosial

Menumbuhkan rasa senang melakukan pekerjaan, mampu bekerjasama,

pintar bergaul, peduli dengan masalah sosial, berjiwa sosial dan

dermawan, bertanggung jawab, menghormati orang lain, mengerti akan

perbedaan dan keunikan, mematuhi peraturan yang berlaku.

4. Aspek Kreativitas

Mendorong anak untuk mampu mengekspresikan diri dalam berbagai

kegiatan produktif seperti dalam dunia seni, berbahasa, berkomunikasi,

dan sebagainya.

5. Aspek Spritual

Mampu memaknai arti dan tujuan hidup dan bersikap taat terhadap

ajaran agama yang diyakini melalui perbuatan baik yang konsisten.

6. Aspek Akademik

Mampu berfikir logis, berbahasa, dan menulis dengan baik. Selain itu

dapat mengemukakan pertanyaan kritis dan menarik kesimpulan dari

berbagai informasi dengan cermat.

D. PANDANGAN KECERDASAN JAMAK

(MULTIPLE INTELLIGENCE)

Howard Gardner telah mengubah pandangan tradisional tentang belajar yang hanya

berfokus pada kemampuan kognitif dengan memunculkan konsep ”kecerdasan

Beragam” (Multiple Intelligence). Konsep ini mengenalkan bahwa manusia belajar

dan berhasil melalui berbagai bidang kemampuan kecerdasan yang tidak terukur

hanya melalui IQ. Menurut Ganrdner definisi cerdas adalah kemampuan memecahkan

Page 13: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

13

masalah atau kemampuan berkarya dan menghasilkan sesuatu yang berharga untuk

lingkungan sosial, budaya atau lingkungannya.

Setiap anak memiliki bakat, cara belajar, kemampuan kognitif berbeda dan unik

tergantung pada latar belakang sosial, dan budaya di mana mereka dibesarkan. Untuk

itu ada sembilan dimensi kecerdasan anak manusia yang mesti disentuh dalam proses

pendidikan anak usia dini, antara lain:

1. Kecerdasan Gambar (Picture Smart)

Kemampuan yang tinggi dalam memvisualisasikan fenomena kehidupan dalam

bentuk gambar. Kegiatannya tercakup dalam menggambar, menyenangi warna,

garis, bentuk, membangun balok, dan mebuat peta lokasi.

2. Kecerdasan Berbahasa (Word Smart)

Kemampuan yang tinggi dalam mengekspresikan diri secara verbal, mudah

mengingat dan menulis sesuatu, dan senang berdiskusi.

3. Kecerdasan Musik (Musical Smart)

Kemampuan yang tinggi dan peka dalam mendengarkan suara, bunyi, dan

tertarik mempelajari berbagai jenis musik, lagu dan memainkan alat-alat musik.

4. Kecerdasan Logika (Logical Smart)

Kemampuan yang tinggi dan ketertarikan dalam angka, membuat hipotesis.

5. Kecerdasan Bergaul (Social Smart)

Kemampuan yang tinggi dalam membangun hubungan dengan orang lain. Mereka

senang bekerja dengan orang banyak, berdiskusi dan sebagainya. Mereka peka

dalam bahasa tubuh, ekspresi wajah dan mampu membaca perasaan orang lain.

6. Kecerdasan Merenung (Self Smart)

Kemampuan yang tinggi dalam mengenali perasaan diri melalui renungan dan

berdialog dalam. Suka mengahayati puisi, drama, bermeditasi, menulis, dan

bercerita.

7. Kecerdasan Spritual (Spritual Smart)

Kemampuan berfikir yang dalam untuk menggali tentang hakikat hidup dan

kehidupan dan kaitannya dengan KeEsaan Tuhan.

Page 14: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

14

8. Kecerdasan Alam (Nature Smart)

Kemampuan yang cepat mempelajari fenomena alam terkait dengan biologi,

fauna dan flora, serta kegiatan berwawasan alam lainnya.

9. Kecerdasan Fisik (Body Smart)

Kemampuan yang cepat untuk mengusai kegiatan-kegiatan yang melibatkan fisik,

motorik halus, dan meotik kasar serta koordinasi antarbagian tubuh. Kegiatan ini

kelak akan dibutuhkan dalam dunia peran, atlit, penari, penyelam, akrobatik,

pendaki gunung, dan pekerjaan berbahaya lainnya.

Semua bidang kecerdasan di atas dapat dimiliki anak semuanya jika kepada mereka

diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan pelayanan pendidikan

yang patut. Melalui sistem pembelajaran terpadu (Integrated learning content) yang saat

ini dimunculkan dalam bentuk TEMATIS merupakan aplikasi dari pandangan kecerdasan

beragam ini.

E. HASIL MUTAKHIR TENTANG RISET OTAK

Sistem alami terhadap bekerjanya otak agar potensi yang dimiliki anak dapat

dikembangkan seoptimal mungkin tanpa terbentur dengan struktur dan fungsi otak

merupakan hasil mutakhir dari riset otak. Sistem pendidikan yang menentang hakikat dari

prinsip alami dari otak ini telah banyak merugikan kehidupan anak.

Riset Otak oleh Paul McLean menunjukkan bahwa ada tiga bagian otak yang

fungsinya berbeda dalam mempengaruhi proses belajar(three in one). Kondisi ini sangat

bergantung pada bagian otak mana yang mendominasi anak. Ketiga otak tersebut adalah :

1. Brainstem

Brainstem ini diartikan sebagai batang otak yang berfungsi menyerang dan

menyelamatkan diri atau dengan kata lain sebagai otak yang bereaksi cepat.

Pengaruh dari bagian otak ini akan mendominasi jika seseorang dalam kondisi

terancam, sedih, marah, takut, dan sebagainya. Inilah yang membuat manusia

mempertahankan dirinya, yang sehari-hari dapat dilihat dalam perilaku seperti

berdebat, menangkis pukulan jika diserang. Kondisi ini tidak menguntungkan

dalam proses pembelajaran.

Page 15: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

15

2. Cerebral Cortex

Bagian ini terkait dengan kulit otak. Walau pun ada juga kulit otak kecil

”cerebellum”, namun cerebral cortex selalu berkaitan dengan otak berfikir. Di

otak besar cortex cerebri ini berperan dalam proses berfikir tingkat tinggi, seperti

berbhasa, memori, emosi, menganalisa, kreativitas, dan spiritualitas. Sementara di

otak kecil cerebral cortex berfungsi memainkan peran sebagai pengatur gerakan

dan kesimbangan tubuh.

Kesalahan paling besar yang sering dilakukan dalam proses pendidikan usia

dini adalah menganggap cerebral cortex ini sebagai keseluruhan otak yang

berfungsi sebagai berfikir semata. Padahal berfikir hanyalah salah satu fungsi

otak. Komponen lain dari fungsi otak terkait dengan emosi sering dianggap

bagian lain di luar otak.

Menurut Erich Fromm Cerebral cortex ini ia istilahkan sebagai penanda

lahirnya manusia modern. Oleh karena rasionalitas manusia berpusat pada

cerebral cortex ini yang membuat manusia berfikir dan melakukan banyak hal

dalam kehidupannya.

Judson Herrick, sebagai seorang neuroanatomist mendukung Erich Fromm

dengan menyatakan bahwa cerebral cortex akan melahirkan peradaban “ cortex

cerebri is the organ of civilization”. Oleh karena cerebral cortex mampu

melakukan fungsinya untuk “mengetahui, berfikir, dan aktivitas intelektual

lainnya”. Korbinian Broddman selanjutnya mengklasifikasikan kulit otak

berdasarkan penelitian arsitektur sel-sel di kulit otak atas 52 wilayah. Ia kemudian

menandainya dengan angka, misalnya wilayah 3,2, dan 1 sebagai daerah pengatur

sensasi, tubuh, wilayah 4,5, dan 6 sebagai pengatur gerakan, dan wilayah 41 dan

42 untuk mengatur pendengaran, dan lain-lain. Wilayah ini saling berhubungan

melalui serabut-serabutnya yang prosesnya tidak lebih dari satu menit. Kecepatan

dan ketepatan otak dalam mencerna informasi merupakan keunggulan otak

manusia yang tak tertandingi.

Page 16: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

16

3. Sistem Limbik

Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera.

Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa

cinta dan kejujuran (seat of love). Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai ”Alam

Bawah Sadar” atau ketaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik

seperti menolong orang, dan perilaku tulus lainnya. LeDoux memngistilah sistem

limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya

cinta, respek dan kejujuran.

Beberapa prinsip sebagai bentuk kecerdasan emosi yang diperankan sistem

limbik perlu dipahami oleh pendidik antara lain:

Mempengaruhi sistem belajar manusia.

Sistem limbik ini mengontrol kemampuan daya ingat, kemampuan

merespon segala informasi yang diterima pancaindera.

Mengontrol setiap informasi yang masuk.

Sistem limbik ini mengontrol setiap informasi yang masuk dan memilih

informasi yang berharga untuk disimpan dan yang tidak berharga akan

dilupakan. Oleh karena itu sistem limbik menentukan terbentuknya daya

ingat jangka panjang yang berguna dalam pelayanan pendidikan anak.

Otak tidak akan memberikan perhatian jika informasi yang masuk

mengabaikan sistem limbik. Suasana belajar yang membosankan membuat

sistem limbik mengkerut dan kehilangan daya kerjanya. Oleh karena itu

suasana belajar yang menyenangkan akan memberi pengaruh positif pada

kerja sistem limbik.

Page 17: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

17

BAB III

STANDAR PERKEMBANGAN DAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (draf)

A. STANDAR PERKEMBANGAN

Anak usia dini merupakan individu yang unik yaitu antara anak yang satu dengan

yang lainnya berbeda. Beberapa ahli, Piaget, Vygotsky, dan Erickson, berpendapat bahwa

anak tumbuh sesuai dengan tahap perkembangan dan memiliki karateristik tersendiri

sesuai dengan tahap usianya. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakam masa keemasan

(golden age) dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan selanjutunya. Perlu disadari

bahwa masa-masa awal kehidupan anak merupakan masa terpenting dalam rentang

kehidupan seorang anak. Pada masa ini perkembangan otak sedang mengalami masa

yang sangat pesat (eksplosif).

Mengingat pentingnya masa ini, maka peran stimulasi berupa penyediaan

lingkungan yang kondusif harus disiapkan oleh para pendidik, baik orang tua, guru,

pengasuh ataupun orang dewasa lain yang ada disekitar anak, sehingga anak memiliki

kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensinya ( Teori konstruktivisme ). Potensi

yang dimaksud meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan

kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif,k fisik/motorik, dan seni.

Selama ini karakteristik perkembangan anak usia dini sering dilihat dari segi

kemampuan kognitif, sosial-emosional, moral dan nilia-nilai agama, fisik, bahasa dan seni.

Padahal pendapat ahli tentang kemampuan anak sekarang makin berkembang dengan adanya

teori kecerdasan jamak ( multiple intelligencies ) dari Gardner, dimana seorang anak

sebenarnya memiliki lebih dari satu kecerdasan.

Dengan demikian, perlu dirumuskan suatu standar perkembangan bagi anak usia dini

yang dikembangakan berdasarkasn karakteristik perkembangan anak yang meliputi aspek-

aspek perkembangan: moral dan nilia-nilai agama, sosial-emosional dan kemandirian bahasa

kognitif, fisik motorik dan perkembangan seni, agar dapat digunakan oleh para pendidik anak

usia dini dalam mengembangkan seluruh potensi anak..

1. Perkembangan moral dan nilai-nilai agama

Page 18: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

18

Perkembangan moral dan nilai-nilai agama berkaitan dengan pengembangan nilai-

nilai kehidupan dan spiritual anak. Pengemnagan nilai-nilai dan moral ini dapat ditumbuhkan

melalui pembiasaan dan keteladanan.

Tujuan perkembangan moral dan nilai-nilai agama adalah:

a. Anak mengenal dan percaya akan ciptaan tuhan

b. Anak melakukan ibadah menurut agamanya

c. Anak mencintai dan menghargai sesama

2. Perkembangan sosial-emosional

Perkembangan soscial-emosional anak berkaitan dengan cara anak ketika berin

teraksi dengan temannya, berinteraksi dengan mainannya, dan berinteraksi dengan orang

dewasa dilingkungannya. Perkembangan sosilla-emosional anak juga merupakan suatu

proses dimana anak belajar tentang nilai-nilai dan perilaku yang diterima oleh masyarakat.

Adapun tujuan perkembangan sosial-emosional anak adalah:

a. Anak memiliki konsep diri yang positif, yaitu anak mengetahui tentang dirinya

dan cara berinteraksi dengan orang lain

b. Anak bertanggung jawab pada dirinya dan pada orang lain, yaitu anak mau

mengikuti aturan yang sudah disepakati dengan kegiatan rutin yang dilakukan

sehari hari, menghormati orang lain dan berinisiatif.

c. Anak beprilaku yang mendukung interaksi sosial, yaitu anak menunjukan

empati, dan berinteraksi dengan duniannya melalui berbagi dan mengambil

giliran.

3. Perkembangn fisik/motorik

Perkembangn fisik anak meliputi perkembangn keterampilan motorik kasar halus.

Orang sering beranggapan bahwa perkembangan fisik anak dapat dicapai secara otomatis,

artinya tidak perlu dilatih. Namun dari hasil penelitian diketahui bahwa anggapn tersebut

tidak tepat, bahkan disebut bahwa kader/ guru/ orang dewasa lai9n perlu melatih anak agar

anak memiliki kammpuan motorik kasar dan halus yang kuat.

Tujuan perkembangan fisik anak adalah:

Page 19: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

19

a. Anak anak mampu mengendalikan gerakan kasar yaitu menggerakkan otot-

otot besar tubuh khususnya pada tangan dan kaki. Anak-anak belajar

keseimbangan dan stabil, misalnya melalui lari, melompat, menendang,

melempar dan menangkap.

b. Anak mampu mengendalikan gerakan halus yaitu menggunakan dan

mengkoordinasikan otot- –otot kecil ditangan. Disini anak belajar

mengembangkan ketrampilan menolong diri sendiri dan memaninpulasi benda -

\benda kecil seperti mememgang gunting dan alat-alat tulis.

4. Perkembangan kognitif

Perkembang kognitif meliputi cara anak berpikir, cara anak melihat duniannya dan

tentang cara anak menggunakan alat dan bahan main untuk belajar

Tujuan perkembangan kognitif anak adalah:

a. Anak dapat belajar dan memecahkan masalah

b. Anak dapat berpikir logis

c. Anak dapat berpikir simbolik yaitu anak-anak disediakan banyak pengalaman

\main dengan bermacam macam mainan agar anak dapat berpindah dari berpikir

konkrit ke berpikir simbolik

5. Perkembangan bahasa meliputi pemahaman dan kemampuan anak

untuk mengkomunikasikan melalui ucapan dan tulisan.

Tujuan perkembang bahasa anak adalah :

a. Anak mampu mendengarnkan dan berbicara, yaitu anak memahami suatu

percakapan dan dapat menggunakan bahasa lisan secara tetap untuk

berkomunikasi dengan orang lain.

b. Anak mampu memmbaca dan menulis, yaitu mempunyai pengetahuan tentang

huruf-huruf (alphabet) dan dapat menulisakan huruf dan kata.

Page 20: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

20

B. PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINIAUD

Anak usia dini memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda dengan anak-anak

usia yang lebih tua. Ini memberikan implikasi bahwa kurikulum dan pembelajaran yang

akan diimplementasikan harus disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak

tersebut. Pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik perkembangan anak,

dengan sendirinya akan menghambat dan merusak perkembangan anak. Sesuai dengan

karakteristik perkembangannya yang bersifat holistik, maka jenis kurikulum yang relevan

untuk anak usia dini adalah kurikulum terpadu (integrated curriculum), artinya

kurikulum harus diupayakan untuk memfasilitasi seluruh aspek perkembangan anak yang

meliputi aspek estetis, afektif, kognitif, bahasa, fisik motorik, dan sosial dan emosi. Ini

sesuai dengan yang diungkapkan (Kostelnik (1999) bahwa kurikulum anak usia dini

meliputi tujuan umum, tujuan khusus, materi, strategi yang ditujukan untuk

mengembangkan semua aspek perkembangan dan belajar anak, serta evaluasi untuk

menilai perkembangan anak. Atas dasar itu maka pembelajaran yang relevan untuk anak

usia dini adalah pembelajaran terpadu. Siti Aisah (2006:1) mengemukakan bahwa

pembelajaran terpadu adalah pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran

dengan mengintegrasikan kegiatan ke dalam semua bidang pengembangan, meliputi

aspek kognitif, sosial-emosional, bahasa, moral dan nilai-nilai agama, fisik-motorik, dan

seni.

Semua kegiatan dalam pembelajaran terpadu melibatkan pengalaman langsung (hands on

experience bagi anak serta memberikan berbagai pemahaman tentang lingkungan sekitar

anak. Artinya anak-anak belajar melalui badan mereka dengan cara melihat, mendengar,

menyentuh, mencicipi, mencium sesuatu yang secara fisik hadir di hadapannya. Kegiatan

yang dilakukan pun memungkinkan anak untuk memadukan pengetahuan dan

keterampilannya dari pengalaman satu ke pengalaman lainnya (Eliason dan Jenkins,

1994). Di samping itu kegiatan pembelajaran terpadu mengintegrasikan semua bidang

pengembangan. Pembelajaran terpadu juga memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengembangkan seluruh potensi dan keterampilan yang dimilikinya secara optimal.

1. Karakteristik Pembelajaran terpadu

Kostelnik (1991) mengemukakan beberapa karakteristik pembelajaran terpadu, yaitu:

a. Menyediakan pengalaman langsung tentang obje-objek nyata bagi anak. Melalui

pengalaman langsung anak-anak membangun pengetahuannya dengan cara

memanipulasi objek, mengamati peristiwa atau kejadian, berinteraksi dengan

manusia, dan lingkungan sekitarnya.

b. Menciptakan kegiatan sehingga anakmenggunakan pemikirannya

c. Mengembangkan kegiatan sekitar minat-minat anak

d. Membantu anak-anak membangun pengetahuan dan keterampilan baru yang

didasarkan atas hal-hal yang telahmereka ketahui sebelumnya.

e. Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang ditujukan untuk mengembangkan

semua aspek perkembangan

f. Mengakomodasi kebutuhan anak untuk melakukan aktifitas fisik, interaksi sosial,

kemandirian

Page 21: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

21

g. Menyediakan kesempatan melalui bermain untuk membangun konsep. Melalui

bermain anak melakukan proses belajar yang menyenangkan, sukarela, dan

spontan.

h. Menghargai perbedaan individu, latar belakang budaya, dan keluarga anak.

i. Dapat melibatkan keluarga anak.

2. Bahan Ajar Untuk Anak Usia Dini

Sesuai dengan karakteristik perkembangan anak dan karakteristik pembejarannya

yang terintegrasi atau terpadu, maka bahan ajar untuk anak usia dini harus

dikemas dan disajikan dalam bentuk tema. Tema adalah ide-ide pokok atau ide-

ide sentral tentang bahan ajar yang berkaitan dengan anak dan lingkungannya.

Tema yang disajikan kepada anak harus dimulai dari hal-hal yang telah dikenal

anak menuju yang lebih jauh, dimulai dari yang sederhana menuju yang lebih

kompleks, dan dari hal yang kongkri menuju yang abstrak.

Dalam mengembangkan bahan ajar untuk anak usia dini, guru-guru memilih tema yang

relevan yang menjadi perhatian atau diminati anak, kemudian dijadikan ide sentral

pembelajaran yang direncanakan, serta dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan dalam

rangka mengembangkan semua aspek perkembangan anak.

Memilih tema kemudian mengembangkannya adalah langkah pertama yang harus

ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran terpadu. Para pendidik anak usia dini pun

dituntut untuk mampu memilih dan memutuskan tema apa yang paling relevan dengan

anak. Dalam memilih tema, guru tidak perlu terpaku pada tema-tema yang sudah ada di

dalam dokumen kurikulum, karena terdapat berbagai sumber ide untuk memilih dan

memutuskan tema sebagai bahan pembelajaran yang akan disajikan kepada anak,

sebagaimana dikemukakan oleh Soderman dan Whiren, 1999) sebagai berikut:

a. Minat anak

Sumber ide yang paling baik untuk tema adalah anak. Hal yang sering terjadi,

sering dibahas atau menarik minat anak adalah tema yang tepat untuk dipilih.

Guru dapat menemukan minat anak dengan cara berbicara secara informal dengan

mereka, mengamati anak, dan mendengarkan apa yang sering mereka bicarakan.

b. Peristiwa khusus

Peristiwa atau kejadian khusus yang dilihat atau dialami anak dapat menjadi

sumber ide untuk memilih tema.Contohnya peristiwa ulang tahun, rekreasi,musim

panen, dan sebagainya.

c. Kejadian yang tidak diduga

Kejadian yang tidak diduga sebelumnya dapat merangsang anak untuk

mengetahui lebih banyak tentang hal tersebut. Misalnya ketika anak-anak berada

di dalam kelas tiba-tiba ada seekor kupu-kupi masuk. Kejadian itu akan menarik

Page 22: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

22

perhatian anak dan mungkin akan menimbulkan pertanyaan bagi mereka,sehingga

pada suatu waktu guru memilih tema “Kupu-kupu”,

d. Materi atau bahan yang dimandatkan oleh lembaga.

Lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini tertentu biasanya punya misi dan

harapan tertentu untuk menyelenggarakan pendidikannya. Misalnya TK tertentu

memandatkan tentang perlunya keselamatan kebarkaran bagi anak-anak, sehingga

dipilih tema “Kebakaran”.

e. Orang tua dan guru

Ide tema dapat bersumber dari harapan orang tua dan guru sesuai dengan

kebutuhan lembaga dan orang tua. Misalnya kekhawatiran orang tua mengenai

kejahatan seksual bagi anak-anaknya dapat diakomodasi melalui tema

“Keselamatan diri”.

Dengan banyaknya sumber ide yang dapat dipilih, biasanya tema yang relevan akan

muncul. Ada lima kriteria yang harus dipertimbangkan guru dalam memilih tema, yaitu:

a. Relevansi tema dengan anak

b. Potensi tema untuk melibatkan anak dalam pengalaman langsung

c. Keragaman dan keseimbangan antar bidang kurikulum

d. Ketersediaan alat-alat dan sumber belajar yang berkaitan dengan tema

e. Potensi tema untuk dilaksanakan melalui kegiatan proyek

(Kostelnik, 1999).

3. Strategi Pembelajaran untuk Anak Usia Dini

Terdapat berbagai strategi dan metode pembelajaran yang dapat digunakan pada jenjang

pendidikan anak usia dini. Akan tetapi strategi pembelajaran apa pun yang digunakan

oleh pendidik penekanannya harus berorientasi pada perkembangan anak

(Developmentally Appropriate Practice). Pandangan pembelajaran yang berorintasi

perkembangan memberikan kerangka untuk memahami dan menghargai pertumbuhan

alami anak-anak usia dini. (Pamela Coughlin, 1997) mengemukakan bahwa pendekatan

perkembangan memandang anak-anak usia dini sebagai berikut:

a. Pebelajar aktif yang secara terus menerus mendapatkan informasi mengenai dunia

lewat permainan.

b. Mengalami kemajuan melalui tahapan-tahapan perkembangan yang dapat

diperkirakan

c. Bergantung pada orang lain berkenaan dengan pertumbuhan emosi dan kognitif

melalui interaksi sosial

d. Adalah individu yang unik yang tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang

berbeda.

Pendekatan perkembangan didasarkan pada teori Jean Piaget, Eric Erickson, dan L.S

Vygotsky.

Page 23: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

23

Pandangan pendekatan perkembangan tentang anak tersebut memberikan implikasi

bahwa para pendidik anak usia dini harus mampu menciptakan pembelajaran yang harus

melibatkan partisipasi aktif anak, mengembangkan kreativitas anak, menyenangkan, dan

dilakukan melalui bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain.

Bermain adalah dunia anak. Anak-anak bermain di rumah, di sekolah, dan di lingkungan

lainnya. Melalui bermain, anak-anak melakukan interaksi sosial dengan anak-anak dan

orang dewasa, melakukan berbagai peran sosial, membangun pengetahuan,

mengembangkan keterampilan fisik-motorik, mengembangkan kemandirian, kemampuan

berkomunikasi lisan, mengekspresikan emosi, mengembangkan kreativitas, serta aspek-

aspek perkembangan lainnya.

Kostelnik dkk., (1999) mengemukakan karakteristik bermain pada anak, ”Play is fun, not

serious, meaningful, active, voluntary, intrinsically motivated, rule governed”.

Selanjutnya Bergen (1988), mengemukakan terdapat empat kategori bermain, yaitu:

a. Bermain bebas (free play). Dalam bermain bebas, anak memilih apapun yang

dimainkannnya, bagaimana bermain, dan di mana mereka bermain. Bermain seperti

ini menuntut para pendidik untuk menyediakan lingkungan yang aman, menyediakan

berbagai peralatan dan bahan yang mendukung

b. Bermain terbimbing (guided play). Bermain terbimbing memiliki aturan, lebih sedikit

pilihan, dan adanya pengawasan dari orang dewasa.

c. Bermain yang diarahkan (directed play). Dalam bermain ini kegiatan bermain

ditentukan oleh orang dewasa.

d. Work disguised play. Bermain ini menggambarkan kegiatan diorientasikan pada tugas

tertentu, dan orang dewasa berusaha mentransformasikannya kedalam kegiatan

bermain terbimbing atau yang diarahkan.

Dalam mengimplementasikannya dalam pembelajaran, para pendidik anak usia dini dapat

mengintegrasikan pendekatan belajar melalui bermain tersebut dalam metode-metode

yang dapat digunakan misalnya bercakap-cakap, bercerita, karyawisata, sosiodrama atau

bermain peran, proyek, eksperimen, tanya jawab, demonstrasi, dan pemberian tugas.

4. Evaluasi Pembelajaran Anak Usia Dini

Evaluasi pembelajaran anak usai dini didefinisikan sebagai upaya dan proses memilh,

mengumpulkan, serta menafsirkan informasi tentang pertumbuhan, perkembangan,

kemajuan, perubahan, serta kemampuan yang menjangkau berbagai aspek perkembangan

(bidang pengembangan) (Ali Nugraha, 2005). Evaluasi pembelajaran anak usia dini harus

dilakukan melalui cara-cara yang tepat, akurat, terencana dan sistematis baik pada

dimensi proses maupun dimensi hasil. Melalui proses evaluasi yang dilakukannya

pendidik diharapkan mengetahui keunggulan dan kelemahan-kelemahan setiap anak,

yang pada gilirannya diharapkan dapat menemukan dan menentukan program

pembelajaran yang paling relevan dengan kebutuhan dan potensi anak. Ali Nugraha

(2005) mengemukakan prinsip-prinsip penilaian untuk pendidikan anak usia dini adalah:

a. Mengakui perbedaan individual setiap anak

b. Menghargai setiap tahapan perkembangan anak

c. Dilakukan berdasarkan tahapan perkembangan yang terjadi pada setiap anak

Page 24: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

24

d. Kesimpulannya adalah membantu perkembangan anak menuju pada kematangan dan

tahapan perkembangan yang semestinya, dan mengantarkan mereka untuk

berkembang secara optimal.

Jenis metode penilaian yang digunakan antara lain: observasi atau pengamatan, catatan

anekdot, percakapan atau interview, pemberian tugas dan dan portofolio (Sumiarti

Patmonodewo, 1998)

a. Observasi atau pengamatan

Observasi adalah cara pengumpulan data penilaian yang pengisiannya

berdasarkan pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak. Janice Beaty

(1994) mengemukakan bahwa observasi harus didasarkan pada kebaikan kekuatan

atau keunggulan yang diperlihatkan anak untuk mebantu perkembangannya,

bukan apa kesalahan yang dilakukan anak. Observasi harus dilakukan dalam

situasi yang natural atau tidak dibuat-buat.

b. Catatan Anekdot

Catatan anekdot atau anecdotal record adalah kumpulan catatan khusus tentang

sikap dan perilaku anak baik yang positif maupun yang negatif.Pencatatan

anekdot ini dapat digunakan oleh guru untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa

penting yang dialami anak dan dapat diketahui oleh orang tua mereka.

c. Percakapan atau interview

Percakapan adalah metode penilaian yang dilakukan melalui bercakap-cakap atau

wawancara antara anak dengan guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas

(Sumiarti Patmonodewo, 1998).

d. Pemberian tugas

Pemberian tugas adalah suatu metode penilaian di mana guru dapat

memberikannya setelah melihat hasil karya anak (Sumiarti Patmonodewo, 1998).

Pemberian tugas dapat dilakukan secara kelompok, berpasangan atau individual.

Di samping melihat hasilnya, guru pun dapat menilai prosesnya mellalui

observasi langsung.

e. Porto folio

Porto folio adalah metode penilaian dengan cara menghimpun koleksi sistematis

individu yang menggambarkan apa yang dilakukan anak di kelas atau selama ia

belajar dan berada di bawah tanggung jawab pengasuhan guru. Koleksi sistematis

ini dapat berupa rekaman percakapan anak, koleksi hasi karya anak, dan rekaman

kegiatan anak. Dalam penilaian portofolio, guru dapat memberikan kesemopatan

kepada orang tua anak untuk melihat secara langsung tentang perkembangan

anak-anaknya mellaui koleksi-koleksi anak.

BAB IV

Page 25: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

25

KEBUTUHAN DAN PERANAN MASYARAKAT

AKAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

A. Kebutuhan

Istilah kebutuhan digunakan dengan maksud yang berbeda-beda. Para pakar psikologi

menggunakan istilah kebutuhan dengan merujuk kebutuhan dasar. Menurut para

pakar kebutuhan dapat dipelajari. Kebutuhan dapat diberi arti sebagai sesuatu yang

harus dipenuhi. Ke dalam istilah “sesuatu” tersebut termasuk keinginan, kehendak,

harapan, atau keadaan.

Masyarakat sebagai mahluk sosial memiliki berbagai kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi. Menurut Maslow (1965) ada 5 hirarki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi

pada setiap manusia, yaitu 1) kebutuhan fisiologis/biologis, 2) kebutuhan rasa aman,

3) kebutuhan ingin dihargai/diterima, 4) kebutuhan ingin dicintai, 5) kebutuhan

aktualisasi diri. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang sangat vital pada

kehidupan manusia. Jika kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi secara komprehensif,

maka potensi dalam diri manusia akan terhambat dan tidak akan dapat berkembang

secara optimal.

Untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimanakah kebutuhan masyarakat terhadap

PAUD seperti Taman Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB), Satuan

PAUD Sejenis (SPS), Taman kanak-kanak/Raudhatul Athfal? Oleh karena itu perlu

dijelaskan mengenai pengertian kebutuhan masyarakat, masyarakat yang dimana?

Secara selintas agaknya kedua istilah ini masih terlalu umum. Namun persoalannya

kemudian apakah masyarakat sudah mengenal atau mengetahui tentang TPA, KB

SPS, TK, RA? Sampai sejauh mana pengetahuan mereka? Bagi masyarakat yang

sudah berpendidikan dan hidup di kota besar, mungkin tidak ada masalah. Persoalan

mereka terlibat atau tidak tentang TPA, KB, SPS, TK, RA mungkin karena persoalan

kondisi dan kemampuan seseorang.

Page 26: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

26

Kehidupan keluarga baik di kota kota besar maupun di desa berubah dengan semakin

kompleksnya permasalahan yang timbul mengenai pengasuhan anak usia dini. Orang

tua yang sibuk bekerja di luar rumah meninggalkan anaknya yang diasuh oleh

pembantu atau orang yang dekat dengan keluarga tersebut. Ibu-ibu yang tadinya

mengasuh anak dirumah, terpaksa harus bekerja untuk mendapatkan tambahan

pendapatan. Maka hubungan orang tua dan anakpun menjadi renggang. Komunikasi

antara anak-anak dan orang tua menjadi terbatas, yaitu ketika pulang kerja. Anak-

anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan lingkungan. Kondisi semacam ini jika

tidak terkontrol oleh orang tua, dapat diramalkan pertumbuhan anak tidak berjalan

secara optimal. Berangkat dari kondisi inilah kehadiran TPA, KB SPS, TK,RA sangat

menolong dan membantu orang tua mendidik anak-anaknya.

B. Peranan

Pendidikan anak usia dini adalah investment masa depan. Kesadaran tentang hal ini

telah meluas dan juga telah mencapai para pengambil keputusan. Anak-anak adalah

masa depan bangsa dan pemerintah mulai memimpin pengembangan program PAUD

dan perluasannya. Berbagai badan hukum mulai menyelenggarakan “social

investment”. Pendekatan seperti ini juga memiliki perhitungan ekonomis. Lebih

hemat menginvestasikan pembinaan anak untuk belajar baca, tulis, hitung, dan

program pencegahan narkoba, program kesehatan seperti imunisasi, dsb daripada

menyelenggarakan program memberantas buta huruf bagi orang dewasa, rehabilitasi

yang terkena narkoba dan memiliki tenaga kerja yang tidak sehat. Bahkan berbagai

perusahaanpun terlibat dalam program pembinaan anak bagi pegawai dan

karyawannya, melalui berbagai cara seperti membantu pengobatan kesehatan, dsb.

Pendekatan-pendekatan melalui keterlibatan berbagai unsur masyarakat secara

sinergis mengubah dan menyempurnakan konsep PAUD.

Masyarakat adalah juga pendidik. Sebagai pendidik hendaknya juga dapat menjadi

contoh teladan bagi lingkungan sekitarnya. Lingkungan sosial dalam hal ini pergaulan

dalam masyarakat adalah alat pendidikan. Anak adalah bagian dari masyarakat yang

juga terlibat interaksi langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dengan karakteristik

Page 27: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

27

anak yang suka meniru, segala perilaku yang ada dalam masyarakat dapat ditiru oleh

anak. Oleh karena itu masyarakat berperan aktif sebagai seorang pendidik antara lain:

1) masyarakat sebagai contoh teladan, 2) masyarakat sebagai fasilitator, 3)

masyarakat sebagai motivator, 4) masyarakat sebagai mediator. Dengan indikator ini,

maka masyarakat hendaknya berhati-hati dalam memunculkan perilaku dalam

kehidupan. Masyarakat juga hendaknya dapat menyediakan semua kebutuhan anak

sebagai mahluk fisiologis/biologis, mahluk sosial, mahluk religius, dan mahluk

individu.

Setiap warga masyarakat berhak untuk ikut serta dalam penyelenggaraan pendidikan,

termasuk pula dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Ini merupakan insan

berfikir bahwa seharusnya pengaturan tata cara pendirian lembaga pendidikan

hendaknya dipermudah, tanpa harus merugikan masyarakat pengguna layanan

pendidikan itu sendiri. Yang dimaksud dengan lembaga pendidikan anak usia dini di

sini adalah Taman Penitipan Anak, Pos PAUD, Posyandu terintegrasi Pendidikan,

BKB, Kelompok Bermain, TK/RA.

Dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan bagi anak usia dini terdapat rambu-

rambu yang harus diperhatikan oleh penyelenggara. Rambu-rambu dimaksud adalah:

1. Berorientasi pada Kebutuhan Anak. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini

harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak untuk mendapatkan layanan

pendidikan, kesehatan dan gizi yang dilaksanakan secara integratif dan holistik.

2. Belajar melalui Bermain. Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan

kegiatan pendidikan anak usia dini, dengan menggunakan strategi, metode,

materi/bahan, dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak. Melalui

bermain anak diajak untuk bereksplorasi (penjajakan), menemukan, dan

memanfaatkan benda-benda di sekitarnya.

3. Kreatif dan Inovatif. Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan melalui kegiatan-

kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak

untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.

Page 28: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

28

4. Lingkungan yang Kondusif. Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik

dan menyenangkan, dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak

dalam bermain.

5. Menggunakan Pembelajaran Terpadu. Model pembelajaran terpadu yang beranjak

dari tema yang menarik anak (center of interest) dimaksudkan agar anak mampu

mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran

menjadi bermakna bagi anak.

6. Mengembangkan Keterampilan Hidup. Mengembangkan keterampilan hidup

melalui pembiasaan-pembiasaan agar mampu menolong diri sendiri (mandiri),

disiplin, mampu bersosialisasi, dan memperoleh bekal keterampilan dasar yang

berguna untuk kelangsungan hidupnya.

7. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar. Media dan sumber belajar

dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja

disiapkan.

8. Pembelajaran yang Berorientasi pada Prinsip-prinsip Perkembangan Anak. Ciri-

ciri pembelajaran ini adalah: (1) anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila

kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tenteram secara

psikologis; (2) siklus belajar anak selalu berulang, dimulai dari membangun

kesadaran, melakukan penjelajahan (eksplorasi), memperoleh penemuan untuk

selanjutnya anak dapat menggunakannya; (3) anak belajar melalui interaksi sosial

dengan orang dewasa dan teman sebayanya; (4) minat anat dan keingintahuannya

memotivasi belajarnya; (5) perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan

perbedaan individual; (6) anak belajar dengan cara dari sederhana ke rumit, dari

konkrit ke abstrak, dari gerakan ke verbal, dan dari keakuan ke rasa sosial

9. Stimulasi Terpadu. Pada saat anak melalukan suatu kegiatan, anak dapat

mengembangkan beberapa aspek pengembangan sekaligus. Contoh: ketika anak

melakukan kegiatan makan, kemampuan yang dikembangkan antara lain; bahasa

(mengenal kosa kata tentang jenis sayuran, dan peralatan makan), motorik halus

(memegang sendok, menyuap makanan ke mulut), daya pikir (membandingkan

makan sedikit dan banyak), sosial-emosional (duduk rapih dan menolong diri

sendiri), dan moral (berdo’a sebelum dan sesudah makan).

Page 29: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

29

Tantangan yang dihadapi penyelenggara/pengelola pendidikan anak usia dini adalah

tuntutan masyarakat yang tidak jarang bertentangan dengan prinsip-prinsip

pembelajaran anak usia dini. Beberapa tuntutan masyarakat yang cukup sering

dilontarkan antara lain kemampuan membaca dan menulis, kemampuan berhitung,

penguasaan bahasa asing, pemanfaatan teknologi elektronika dan informasi, sampai

dengan cara anak belajar. Penguasaan kemampuan membaca, menulis, berhitung dan

bahasa asing pada anak usia dini telah dimungkinkan, karena sebagian besar anak

usia 4-6 tahun dewasa ini telah cukup siap/matang untuk menguasai keempat

kemampuan tersebut. Persoalan baru muncul pada saat metode pembelajaran yang

dipergunakan tidak tepat atau bahkan menjadikan anak stres. Pemanfaatan teknologi

elektronika dan informasi, yang memang sangat membantu pembelajaran pada anak

usia dini tergantung dari kemampuan finasial penyelenggara. Tuntutan atau campur

tangan masyarakat dalam hal cara anak belajar inilah yang harus disikapi dengan

bijaksana. Cara belajar dengan duduk menghadap meja belajar dengan setumpuk

buku ditambah dengan berbagai macam penugasan (baca PR) sambil mendengarkan

ceramah, masih dianggap sebagai cara belajar yang sebenarnya. Melalui sosialisasi

yang tepat, anggapan tersebut harus mulai dikikis. Masyarakat, dalam hal ini orang

tua perlu mendapatkan informasi yang tepat mengenai cara anak usia dini belajar.

Dimana anak belajar melalui seluruh indera yang dimiliki dengan cara bermain dan

kegiatan menyenangkan lainnya untuk mengeksplorasi lingkungannya. Inilah mantra

sakti untuk mengubah dunia, menyiapkan anak bangsa untuk memimpin dunia yang

berubah.

Membentuk Mitra PAUD dan menjalin kerjasama dengan lembaga Rujukan sangat

penting. Mitra PAUD merupakan sebuah badan/organisasi yang memberikan

pertimbangan, mendukung, mengontrol dan menjadi mediator lembaga pendidikan.

Unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam keanggotaan Mitra PAUD antara lain

orangtua peserta didik, tokoh masyarakat dan tokoh agama, Kepala SD/MI, tokoh

pendidikan, dunia usaha/industri, dan organisasi profesi tenaga kependidikan.

Lembaga rujukan adalah tenaga/lembaga profesional yang membantu pendidik

dan/atau pengasuh serta orangtua dalam mengatasi permasalahan anak. Lembaga

Page 30: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

30

rujukan dimaksud antara lain tenaga medis, psikolog anak, pekerja sosial, theraphys,

dan profesional lain sesuai dengan kasus yang ada. Jaringan kemitraan ini

diperlukan agar penyelenggaraan program berjalan efektif dan efisien serta menjamin

keberlangsungan program di masyarakat. Jaringan kemitraan hendaknya diarahkan

pada penciptaan situasi kondusif yang dapat menumbuhkembangkan komitmen

semua unsur dan "kepemilikan" oleh masyarakat terhadap program yang tawarkan.

Sasaran penerima informasi PAUD seperti

1 Keluarga

- orangtua

- sanak famili

- pengasuh,

- calon keluarga

kelompok sasaran ini yang secara langsung

menggunakan/ berkepentingan menerapkan

PAUD

mereka diharapkan memberikan stimulasi-

stimulasi psikososial pendidikan kepada

anaknya, baik yang dilakukan sendiri di

rumahnya/maupun memanfaatkan lembaga

PAUD yang telah ada di masyarakat

2 Tokoh Masyarakat. Kelompok sasaran ini adalah warga

masyarakat yang dianggap menjadi panutan di

lingkungan masyarakat setempat.

diharapkan dapat memotivasi dan memobilasi

masyarakat untuk menggunakan atau

melaksanakan program PAUD

3

Tenaga

Kependidikan

- Pengelola

- Pendidik

Kelompok ini secara langsung terlibat dalam

proses penyelenggaraan/pengelola kegiatan

PAUD dan proses kegiatan

bermain/pembelajaran

Sebagai motivator/fasilitator

4 Lembaga

Swadaya Masya-

rakat

Kelompok ini memiliki kepedulian di bidang

peningkatan SDM, termasuk PAUD

Dapat membantu memasyarakatkan &

meyakinkan masyarakat tentang pentingnya

Formatted: Font color: Auto

Formatted: Line spacing: 1.5 lines

Formatted: Font color: Auto, Swedish(Sweden)

Formatted: Line spacing: 1.5 lines

Formatted: Line spacing: 1.5 lines

Page 31: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

31

PAUD

Dapat berperan sebagai calon penyelenggara

PAUD

5 Aparat Pemerintah

- Pusat/Daerah

- Penyelengara

Kelompok sasaran ini merupakan perencana,

pelaksana kebijakan dan sekaligus berperan

sebagai pembina atau pelaksana Program

Memiliki tenaga yang terstruktur (Pusat s/d

daerah)

6 Anggota

Legistlatif

- Pusat/Daerah

Kelompok sasaran ini merupakan penentu

kebijakan

Informasi yang sebaiknya diterima oleh masyarakat merupakan informasi dari

program yang akan disosialisasikan. Agar pesan itu mudah ditangkap dan mudah

dipahami oleh sasaran maka perlu dikemas sedemikian rupa dengan memperhatikan

beberapa ketentuan, yaitu:

1. Informasi harus sederhana dan mudah dimengerti,

2. Informasi harus disajikan secara menarik, dengan mengetengahkan keuntungan

relatif yang dapat diperoleh sasaran/penerima program PAUD,

.Media Penyampaian Informasi (Saluran) untuk masyarakat, yaitu:

1. Alat atau media yang digunakan

2. Saluran tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) saluran, yaitu saluran

interpersonal dan saluran media massa.

3. Saluran interpersonal dilakukan melalui hubungan atau interaksi antara

petugas/pendidik dengan sasaran program PAUD secara langsung bertatap

muka.

4. Saluran media massa dilakukan dengan menggunakan media cetak atau non

cetak yang sifatnya tidak langsung.

Formatted: Font color: Auto, Swedish(Sweden)

Formatted: Line spacing: 1.5 lines

Formatted: Line spacing: 1.5 lines

Formatted: Line spacing: 1.5 lines

Page 32: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

32

Jenis Penyelenggaraan dapat dilaksanakan melalui:

1. Penyuluhan, Seminar dan Pelatihan

a. Penyuluhan adalah kegiatan pemasyarakatan yang dilakukan dengan cara

mendatangi langsung kelompok sasaran tertentu, baik yang dilakukan

secara khusus maupun dilakukan bersamaan dengan kegiatan lain.

b. Seminar termasuk kegiatan penyuluhan, yang dilaksanakan sesuai dengan

permintaan pasar dengan waktu lebih dari setengah hari.

c. orientasi atau pelatihan (ditujukan kepada segmen sasaran yang jelas

dengan tujuan yang jelas pula).

2. Kunjungan Rumah

Kunjungan dilakukan terutama kepada keluarga yang memiliki anak usia dini,

dengan kegiatan berbentuk ajakan maupun konsultasi.

3. Siaran Radio, Televisi dan terbitan Berkala (majalah/Koran)

Penyampaian informasi melalui media ini merupakan salah satu merupakan

media pemasyarakatan program pendidikan anak usia dini memiliki jangkauan

relatif luas.

4. Video Cassete

Sama seperti halnya siaran televisi, pemutaran film dan video dapat digunakan

sebagai media sosialiasi dan melalui unit keliling disukai masyarakat.

5. Pameran dan perlombaan

Kegiatan promotif atau promosi dapat berbentuk pameran, display atau

perlombaan yang bertujuan memperkenalkan keberadaan dan manfaat

program PAUD. Mengingat kegiatan ini tidak ditujukan kepada segmen

tertentu, sifat atau materi yang disajikan harus sangat umum.

Page 33: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

33

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar perkembangan adalah

konsep awal yang dikembangkan untuk menyusun bahan ajar dan standar

perkembangan anak usia dini berdasarkan pada kebutuhan anak usia dini.

Pendekatannya dapat dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan

anak usia dini. Semua unsur yang terkait dalam meningkatkan/mengembangkan

pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi faktor yang dapat

mempengaruhi/menentukan kemajuan/kemunduran perkembangan anak.

B. Implikasi

Naskah akademik ini hendaknya dapat dimplementasikan dalam pendidikan di

Indonesia secara komprehensif. Naskah ini hanya sebagai acuan dalam

mengembangkan pembelajaran dalam mengoptimalkan perkembangan anak. Sebagai

seorang pendidik hendaknya lebih kreatif dalam mengoperasionalkan naskah

akademik ini ke dalam pembelajaran yang bermakna bagi anak usia dini. Berbagai

model pembelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan anak usia dini dan

masyarakat.

C. Saran

Dengan adanya naskah akdemik, maka disarankan kepada:

1. Pemerintah

Diharapkan pemerintah dapat membuat kebijakan-kebijakan tentang PAUD yang

dapat diterapkan dengan mudah oleh masyarakat Indonesia.

2. Masyarakat

Diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi dan bekerjasama dengan berbagai

elemen dalam masyarakat dalam penyelenggaraan PAUD.

3. Akademisi

Page 34: NASKAH AKADEMIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN …file.upi.edu/.../PAUD/MATERI__PAUD/SI-PAUD/NASKAH_AKADEMIK_-N.0_OK.pdf · 1 naskah akademik pengembangan bahan ajar dan standar kompetensi

34

Diharapkan para akademisi dapat melakukan pengajaran, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat untuk mendukung PAUD.

4. Praktisi

Diharapkan para praktisi dapat mengaplikasikan PAUD berdasarkan pendekatan

perkembangan anak usia dini dan pendidikan multi budaya dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Kostelnik, Marjorie, et.al. (1999). Developmentally Appropriate Curiculum. New Jersey:

Merrill

Nugraha, Ali. (2005). Kurikulum Bahan Belajar TK. Jakarta: Universitas

Coughlin, Pamela. Alih bahasa Juwita, Kenny Dewi. (1998). Menciptakan Bahan Ajar

Yang Berpusat pada Anak. Jakarta: Children Resources International

Coughlin, Pamela. Alih bahasa Juwita, Kenny Dewi. (1998). Menciptakan Kelas Yang

Berpusat pada Anak. Jakarta: Children Resources International

Kostelnik, et.al. (1991). Teaching Young Children Using Themes.

Aisah Siti. ( )