4
1 Kanker Kolorektal: Status Mutasi KRAS dan Terapinya Oleh Farid Sastra Nagara Terapi kanker kolorektal selama ini meliputi bedah, radiasi, dan agen kemoterapi yang merusak sel normal selain sel kanker. Karena itu, sekarang dikembangkan berbagai terapi anti kanker yang bekerja mengeliminasi sel kanker tanpa merusak sel normal secara berlebih. Salah satu terapi dengan prinsip tersebut adalah terapi berbasis antibodi monoklonal yang mentargetkan penanda khusus yang diekspresikan sel kanker. Antibodi monoklonal yang telah diijinkan penggunaannya oleh FDA untuk indikasi kanker kolorektal adalah cetuximab. Cetuximab bekerja mentargetkan gen Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR) yang diekspresikan berlebih oleh sel kanker. Aktivasi gen EGFR secara berlebih akan meningkatkan tingkat proliferasi sel dengan menginduksi aktivitas gen lainnya, salah satunya adalah aktivitas MAPK (Mitogen Activated Protein Kinase) yang melibatkan gen ras. Mutasi pada gen ras akan menyebabkan perubahan konformasi protein sehingga protein Ras (GTPase) selalu aktif. Pada kanker kolon, 30-50% mutasi terjadi pada gen KRAS. Mutasi gen KRAS umumnya dijumpai pada kodon 12, 13, dan 61. Namun, mutasi pada kodon 61 jarang ditemui. Dari 213 pasien kanker kolorektal yang diperoleh Kalgen hingga bulan Maret 2011 menunjukkan persentase mutasi gen KRAS secara keseluruhan berkisar antara 35%. Hasil ini cukup konsisten dengan data literatur sebelumnya. Beberapa studi klinis melaporkan perbedaan respon terhadap terapi anti EGFR pada pasien kanker kolorektal yang terbagi menurut status mutasi gen KRAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutasi gen KRAS memiliki NPV (Negative Predictive Factor) cukup tinggi sekitar 97%. Artinya, pasien yang memiliki mutasi gen KRAS akan sangat kecil kemungkinannya untuk mendapatkan manfaat klinis dari terapi anti EGFR. Pentingnya tes mutasi gen KRAS terbukti dengan terbitnya rekomendasi oleh FDA, NCCN, dan ASCO sebelum pemberian terapi cetuximab. Dengan demikian, metode diagnostik untuk mendeteksi mutasi gen KRAS menjadi penting sebagai bagian dari strategi terapi anti EGFR. 1. Roock WD. et al. 2010. JAMA 304: 16 2. Raponi M. et al. 2008. COP 8:413–418 Preparat kanker kolorektal sebagai sumber diagnostik deteksi mutasi gen KRAS (Courtesy: dr Toar JM Lalisang, SpB-KBD dan dr Indra S. Hutagalung, SpPA (K)) GENEFLASH Agustus-September 2011 Another personalized info GENEFLASH Official newsletter of KalGen Laboratory Advisory Board Prof I Made Nasar SpPA Prof Santoso Cornain DSc Editorial Board Ahmad R. Utomo PhD dr Virgi Saputra DR Hera Noviana Managing Editor Maria Melissa Kartawinata Staff Writers Farid Sastranagara Najmiatul Masykura Riris L.Puspitasari Dini Budhiarko Iffat L. Jenie Teguh Pribadi Putra Retno Setyaningsih Advertisement Mulyono Nano Yulia Contact us Phone: 02170381283 02147869756 Email: [email protected] Normal Mutasi codon 12 Mutasi codon 13 Others N = 213 27.23% 64.32% 7.51% 0.94% Data prevalensi mutasi KRAS (KalGen Lab 2010-2011)

Newsletter Vol.2 final - · PDF fileselama ini meliputi bedah, radiasi, dan agen kemoterapi yang ... diderita oleh mereka yang berusia di bawah 40 tahun,” ujarnya. Hal ini jelas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Newsletter Vol.2 final - · PDF fileselama ini meliputi bedah, radiasi, dan agen kemoterapi yang ... diderita oleh mereka yang berusia di bawah 40 tahun,” ujarnya. Hal ini jelas

1

Kanker Kolorektal: Status Mutasi KRAS dan TerapinyaOleh Farid Sastra Nagara

Terapi kanker kolorektal selama ini meliputi bedah, radiasi, dan agen kemoterapi yang merusak sel normal selain sel kanker. Karena itu, sekarang dikembangkan berbagai terapi anti kanker yang bekerja mengeliminasi sel kanker tanpa merusak sel normal secara berlebih. Salah satu terapi dengan prinsip tersebut adalah terapi berbasis antibodi monoklonal yang mentargetkan penanda khusus yang diekspresikan sel kanker.

Antibodi monoklonal yang telah diijinkan penggunaannya oleh FDA untuk indikasi kanker kolorektal adalah cetuximab. Cetuximab bekerja mentargetkan gen Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR) yang diekspresikan berlebih oleh sel kanker. Aktivasi gen EGFR secara berlebih akan meningkatkan tingkat proliferasi sel dengan menginduksi aktivitas gen lainnya, salah satunya adalah aktivitas MAPK (Mitogen Activated Protein Kinase) yang melibatkan gen ras.

Mutasi pada gen ras akan menyebabkan perubahan konformasi protein sehingga protein Ras (GTPase) selalu aktif. Pada kanker kolon, 30-50% mutasi terjadi pada gen KRAS. Mutasi gen KRAS umumnya

dijumpai pada kodon 12, 13, dan 61. Namun, mutasi pada kodon 61 jarang ditemui.

Dari 213 pasien kanker kolorektal yang diperoleh Kalgen hingga bulan Maret 2011 menunjukkan persentase mutasi gen KRAS secara keseluruhan berkisar antara 35%. Hasil ini cukup konsisten dengan data literatur sebelumnya.

Beberapa studi klinis melaporkan perbedaan respon terhadap terapi anti EGFR pada pasien kanker kolorektal yang terbagi menurut status mutasi gen KRAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutasi gen KRAS memiliki NPV (Negative Predictive Factor) cukup tinggi sekitar 97%. Artinya, pasien yang memiliki mutasi gen KRAS akan sangat kecil kemungkinannya untuk mendapatkan manfaat klinis dari terapi anti EGFR.

Pentingnya tes mutasi gen KRAS terbukti dengan terbitnya rekomendasi oleh FDA, NCCN, dan ASCO sebelum pemberian terapi cetuximab.

Dengan demikian, metode diagnostik untuk mendeteksi mutasi gen KRAS menjadi penting sebagai bagian dari strategi terapi anti EGFR.

1. Roock WD. et al. 2010. JAMA 304: 16

2. Raponi M. et al. 2008. COP 8:413–418

Preparat kanker kolorektal sebagai sumber diagnostik deteksi mutasi gen KRAS (Courtesy: dr Toar JM Lalisang, SpB-KBD dan dr Indra S. Hutagalung, SpPA (K))

GENEFLASHA

gus

tus-

Sep

tem

ber

201

1 Another personalized info

GENEFLASH Official newsletter of KalGen Laboratory

Advisory Board

Prof I Made Nasar SpPA

Prof Santoso Cornain DSc

Editorial Board

Ahmad R. Utomo PhD

dr Virgi Saputra DR Hera Noviana

Managing Editor Maria Melissa Kartawinata

Staff Writers

Farid SastranagaraNajmiatul Masykura

Riris L.Puspitasari Dini Budhiarko

Iffat L. Jenie Teguh Pribadi PutraRetno Setyaningsih

Advertisement

MulyonoNano

Yulia

Contact us

Phone: 02170381283 02147869756Email: [email protected]

NormalMutasi codon 12Mutasi codon 13Others

N = 21327.23%64.32%

7.51%

0.94%

Data prevalensi mutasi KRAS (KalGen Lab 2010-2011)

Page 2: Newsletter Vol.2 final - · PDF fileselama ini meliputi bedah, radiasi, dan agen kemoterapi yang ... diderita oleh mereka yang berusia di bawah 40 tahun,” ujarnya. Hal ini jelas

2

Menyambut bulan suci Ramadhan, KalGen Lab mengkhususkan edisi kali ini untuk membahas mengenai kanker kolorektal khususnya untuk pemeriksaan mutasi gen KRAS.

Tes mutasi gen KRAS sendiri merupakan pemeriksaan pertama yang di-launching oleh KalGen Lab pada awal mulanya dan telah mendapatkan sertifikasi internasional. Status mutasi gen KRAS yang berhubungan erat dengan pemberian terapi cetuximab menjadikan

pemeriksaan ini sangat penting dan perlu dilakukan. Kebutuhan akan tes mutasi KRAS ini pun dirasakan perlu tidak hanya dari pasien, tetapi para dokter pun berpendapat

serupa.Menyadari pentingnya tes mutasi gen KRAS, tes ini pun akhirnya masuk ke dalam ASKES sejak tahun ini. Selain itu, Merck pun memberikan voucher pemeriksaan gratis kepada pasien yang memerlukan tes mutasi gen KRAS.Melalui GENEFLASH edisi kedua ini, dari segenap tim KalGen mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi umat yang merayakan dan selamat membaca untuk semuanya.

Happy reading!

“Fokus untuk GENEFLASH edisi kedua ini adalah kanker kolorektal dan khususnya pemeriksaan mutasi gen KRAS yang berkaitan dengan pemberian terapi target cetuximab.”

LABNOTESOleh Maria Melissa Kartawinata

GE

NE

FLA

SH

Ag

ustu

s-S

epte

mb

er 2

011

WHOSAYSDr. dr. Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FACPOleh dr Virgi Saputra

Dengan berkemeja putih, dokter bertubuh tinggi besar ini menemui kami di Departemen Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Sebagai dokter ahli onkologi medik, beliau menyebutkan kanker kolorektal, kanker payudara, dan kanker prostat sebagai area yang menjadi minatnya.

Kanker kolorektal adalah bidang yang paling awal digelutinya sekaligus merupakan bidang penelitian S3-nya. Patofisiologi yang jelas disertai dengan pengobatan yang terbukti merupakan alasan dr. Aru untuk mendalami kanker

kolorektal. “Selain itu, di Indonesia insidensnya makin meningkat dan 35% diderita oleh mereka yang berusia di bawah 40 tahun,” ujarnya.Hal ini jelas merupakan tantangan besar baginya. Menurutnya, tantangan terbesar adalah upaya mengedukasi dokter supaya dapat mengedukasi masyarakat mengenai deteksi dini. “Dokternya sendiri belum mempunyai kesadaran untuk menggalakkan upaya deteksi dini, yang

paling sederhana saja deh, tes darah samar di feses,” katanya. Idealnya, tes ini merupakan tes rutin yang masuk dalam medical check up. Tapi saat ini, dokter baru meminta tes ini saat timbul keluhan dari pasien. “Itu bukan lagi deteksi dini namanya,” katanya. Selain itu, tantangannya adalah

pengobatan yang mahal, sedangkan penderita kanker kolorektal kebanyakan berasal dari kalangan masyarakat bawah.

Dr. Aru salut dengan kontribusi perusahaan besar seperti Kalbe yang tidak hanya berjualan obat tetapi juga memberikan jasa tes seperti KalGen yang mungkin tidak menguntungkan pada awalnya. KalGen juga melakukan tes berkualitas yang dilakukan oleh tim yang berdedikasi. Akan tetapi, beliau mengkritik bahwa aktivitas marketing KalGen saat ini masih sangat kurang. Beliau menganjurkan agar KalGen lebih banyak aktivitas edukasi dengan mengadakan roadshow ke beberapa kota seperti yang dilakukan sebuah perusahaan farmasi besar. “Memang budgetnya lumayan besar, tapi tentunya nantinya dapat meningkatkan penjualan,” usulnya.

Baik dr. Aru, terima kasih banyak atas perhatian dan sarannya untuk KalGen.

“...di Indonesia insiden kanker kolorektal meningkat dan 35% diderita oleh mereka yang berusia di bawah 40 tahun”

Pendapat dr. Aru yang menilai kerja tim KalGen berkualitas dan berdedikasi.

Tahukah Anda? Tes Mutasi KRAS GRATIS bagi peserta ASKES dengan syarat Rumah Sakit tempat Anda berobat menerima pasien ASKES dan telah menandatangani MOU dengan KalGen. Saat ini baru Departemen PA RSCM yang menjalin kerjasama dengan KalGen. Ayo menyusul rumah sakit-rumah sakit lainnya!

Bagi peserta ASKES yang belum dapat menikmati tes gratis tersebut, PT Merck Indonesia bekerjasama dengan KalGen memberikan harga khusus yaitu Rp. 925.000,- dengan menyertakan Voucher KRAS, fotokopi kartu ASKES dan fotokopi KTP.

Know your genes, take control!

PROMONEWStes mutasi KRASOleh dr Virgi Saputra

Tes Biomarker KalGen Laboratory

Tes mutasi KRAS, EGFR, BRAF

Tes epigenetik Metilasi MGMT

Ekspresi imunohistokimia EGFR, ER, PR, HER2, Ki67, TOPO2A, p53

Tes CISH Amplifikasi gen HER2

MAMMAPRINT 70-gen microarray

Tes HLA-Typing Molekuler

Tes LBC dan HPV Genotyping (NEW!)

Page 3: Newsletter Vol.2 final - · PDF fileselama ini meliputi bedah, radiasi, dan agen kemoterapi yang ... diderita oleh mereka yang berusia di bawah 40 tahun,” ujarnya. Hal ini jelas

3

GE

NE

FLA

SH

Ag

ustu

s-S

epte

mb

er 2

011

Ditemui di tempat kerjanya di PA FKUI, dr. Rini (begitu beliau biasa dipanggil) menyambut kami dengan ramah. Ceplas-ceplos, apa adanya dan penuh rasa ingin tahu adalah kesan kami terhadap dokter lulusan PA FKUI ini ketika berdiskusi. Rasa ingin tahunya inilah yang membawa beliau ke dunia spesialis PA. Pertama kali mengenal istilah Patologi Anatomi (PA), beliau mengira akan belajar mengenai proses terjadinya berbagai penyakit, termasuk penyakit hipertensi, jantung, dan lainnya. Setelah masuk, beliau terkejut karena yang dipelajari lebih banyak untuk membedakan antara keganasan dengan tumor jinak.

Seiring waktu, bidang PA pun berkembang dengan pesat. “Perkembangan yang pesat ini dipicu oleh penelitian-penelitian yang diadakan perusahaan farmasi karena mereka yang memiliki dana,” ujarnya. “Diawali dari mekanisme kerja obat, lalu jalur-jalur yang terlibat hingga marker-markernya, maka perkembangan ilmu biomolekular menjadi sangat cepat, termasuk ditemukannya gen KRAS sebagai faktor prediktif respons terhadap antibodi monoklonal anti EGFR.”

Sayangnya, di Indonesia penelitian masih terhambat oleh berbagai faktor, antara lain dana penelitian yang minim, akses yang kurang terinformasi, dan prosedur yang berbelit-belit. “Banyak hal yang harus dibenahi termasuk sistemnya,” kata lulusan Universitas Tarumanegara tahun 1986 ini.

Kehadiran KalGen dinilai sangat baik apalagi dengan adanya sertifikasi eksternal. “Untuk layanan, menurut saya sertifikasi itu sangat penting,” katanya. “KalGen juga selalu terbuka bagi orang luar yang ingin belajar disana,” tambahnya. Uniknya, dr. Rini memandang KalGen sebagai partner sekaligus kompetitor. “Partner karena KalGen merupakan laboratorium rujukan bagi tes-tes yang belum dapat dilakukan di PA FKUI/RSCM, tapi juga kompetitor untuk memacu Departemen PA FKUI/RSCM agar dapat melakukan yang

lebih baik atau minimal sama dengan KalGen,” ungkap dokter yang sedang

mengambil S3 ini. Beliau pun mengharapkan supaya KalGen dapat menekan harga tes sehingga semakin banyak yang dapat menikmati layanannya, range tes diperluas agar Indonesia

tidak tertinggal dari negara Asia Pasifik lainnya, dan adanya transfer ilmu dari dan/atau ke KalGen dengan RSCM.

Baik Dok. Terima kasih Dok untuk kepercayaannya. Sukses!

WHOSAYSdr. Diah Rini Handjari, SpPA(K)Oleh dr Virgi Saputra

“KalGen selalu terbuka bagi orang luar yang ingin belajar disana”

Komentar dr. Rini yang memandang KalGen sebagai partner sekaligus kompetitor untuk memacu lab lain supaya lebih baik atau minimal sama dengan KalGen.

Minggu yang cerah bertempat di hotel Santika Bogor, diadakan acara Round Table Discussion oleh PABI Bogor (Perhimpunan Ahli Bedah Indonesia Wilayah Bogor) dengan tema “The Management Update of Metastatic Colorectal Cancer” yang diadakan oleh PT. Merck Indonesia, Tbk. sebagai produsen obat Erbitux (cetuximab) bekerja sama dengan Kalgen Laboratorium sebagai laboratorium diagnostik dengan menghadirkan tiga pembicara, yaitu dr. Fajar Firsyada, SpB KBD, dr. Denny Joko Purwanto, SpB.Onk, dan Ahmad R Utomo, Ph.D.

Cetuximab merupakan salah satu obat terapi target pada kasus kanker kolorektal yang bekerja menghambat ekspresi EGFR pada permukaan membran sel kanker. Efektifitas antibodi monoklonal ini sangat bergantung pada status mutasi gen KRAS. Karenanya, pemeriksaan status mutasi KRAS menjadi penting sebelum cetuximab diaplikasikan ke pasien.

Pada acara tersebut, dr. Fajar menyampaikan manfaat pemeriksaan mutasi gen KRAS sebagai faktor prediktif pada pasien sebelum diterapi dengan cetuximab. Beliau juga mengatakan bahwa prevalensi mutasi gen KRAS pada kasus

kanker kolorektal adalah sebanyak 30% lebih dan sisanya sekitar 60% adalah normal atau wild type.

Di kesempatan yang sama, dr. Denny memberikan presentasi mengenai mutasi gen KRAS yang terjadi pada kanker head and neck (SCCHN). Pada kasus kanker head and neck, sebesar 95 % gen KRAS adalah normal sehingga pemeriksaan mutasi gen KRAS belum diperlukan. Namun, menurut DR. Ahmad, walaupun hanya 5% yang termutasi, akan lebih baik apabila pasien tetap diperiksa status mutasi KRAS-nya sebagai tindakan prediktif awal.

DR. Ahmad sendiri menyampaikan alasannya mengapa pemeriksaan mutasi gen KRAS sangat penting. Menurut beliau, walaupun EGFR pada membran sel kanker sudah dihambat oleh obat, tidak menjamin efektivitasnya. Beliau mengibaratkan laksana seorang direktur yang patuh tapi belum tentu seorang manajer atau bawahannya juga patuh. Beliau juga menyampaikan bahwa pemeriksaan mutasi gen KRAS sudah masuk dalam ASKES termasuk juga dengan obatnya sehingga pasien akan lebih diringankan beban biayanya.

EVENTSPOTLIGHTPABI 2011Oleh Mulyono

Page 4: Newsletter Vol.2 final - · PDF fileselama ini meliputi bedah, radiasi, dan agen kemoterapi yang ... diderita oleh mereka yang berusia di bawah 40 tahun,” ujarnya. Hal ini jelas

4

WHOSAYSdr. Benny Philippi, SpB-KBD Oleh dr Virgi Saputra

Berpindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya merupakan rutinitas yang tiap hari dijalani oleh dr. Benny. Dokter senior di bidang Bedah Digestif ini banyak menangani terutama pasien kanker usus besar. Ketertarikannya pada bidang tersebut dipicu oleh berkembang pesatnya metode dan peralatan bedah yang mendukung penanganan pasien kanker usus besar serta terapi penunjangnya.

Menurutnya, kejadian kanker usus besar di Indonesia banyak terjadi di usia muda, berbeda dengan pola di negara Barat. Karenanya, terdapat 2 puncak usia yaitu antara 35 – 45 tahun dan 55 – 65 tahun dimana kasusnya banyak terjadi di kelompok sosial ekonomi rendah. Penyebabnya belum diketahui pasti, kemungkinan berkaitan dengan genetik dan juga pola makan.

Peran status mutasi KRAS terhadap respons terapi juga menjadi perhatian dokter yang merupakan ayah dari 3 anak

dan kakek dari 3 cucu ini. Berdasarkan pengamatan dr. Benny, apabila status gen KRAS masih normal (wild type) maka

respons terapi terhadap terapi target cetuximab dan survival rate-nya lebih baik. Namun, beliau belum dapat memastikan persentasenya berdasarkan data yang ada.

KalGen, sebagai lab pertama di Indonesia yang dapat melakukan tes mutasi KRAS, memberikan pelayanan yang dinilai memuaskan oleh beliau. “Beberapa kali pernah dibuktikan sampel yang sama dikirimkan juga ke Singapore, hasilnya ternyata sama,” ujarnya sambil tersenyum. “Jalur pemeriksaan juga tidak ada masalah karena kerja sama yang baik dengan Bagian PA.”

Hasil yang diperoleh dari KalGen sangat membantu beliau dalam memberikan terapi ke pasiennya.Sebelum menutup pembicaraan, beliau berpesan agar masyarakat

lebih waspada terhadap kanker usus besar. “Deteksi dini dan pencegahan itu penting,“ katanya. “Banyaklah makan makanan berserat dan hindari makanan berlemak,” begitu katanya. ”Untuk dokter garda depan seperti dokter umum, dokter puskesmas, tingkatkan deteksi dini terutama bagi mereka yang mempunyai riwayat keluarga menderita kanker. Buang air besar berdarah jangan selalu dikaitkan hanya dengan wasir, tapi selalu pikirkan juga terhadap keganasan,” pesannya bijak.

Akan selalu kami ingat pesannya Dok!

GE

NE

FLA

SH

Ag

ustu

s-S

epte

mb

er 2

011

KalGen dinilai memberikan pelayanan yang memuaskan oleh beliau.

“Beberapa kali pernah dibuktikan sampel yang sama dikirimkan juga ke Singapore, hasilnya ternyata sama”

BREAKTIME

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang dinanti oleh umat Muslim di seluruh dunia, ttermasuk di Indonesia. Salah satu sajian ciri khas di bulan ini yang disukai mulai dari anak-anak hingga dewasa adalah kolak. Kolak merupakan sejenis makanan yang terbuat dari pisang, ubi, dan sejenisnya yang direbus dengan santan dan gula. Sebagai menu khas berbuka puasa, kolak sangat dianjurkan karena mengkonsumsi makanan manis dapat mempercepat peningkatan kadar glukosa darah yang menurun selama berpuasa.

Sebagai makanan berserat tinggi, kolak diyakini dapat memelihara kesehatan organ tubuh dari bahaya penyakit termasuk kanker kolorektal. Banyak informasi menyatakan penyebab utama kanker ini adalah akibat kurangnya konsumsi makanan berserat. Kekurangan serat akan mempengaruhi

kelancaran proses pencernaan yang berujung pada gangguan saluran pencernaan dan dapat menimbulkan kanker kolon. Dengan berpuasa di bulan Ramadhan, pola makan

harian diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan bergizi, sehat dan seimbang.

Berdasarkan penelitian, menu makanan sehat dikombinasikan dengan aktivitas fisik dan mental yang teratur, dapat meningkatkan kualitas hidup, terutama bagi lansia. Dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang maka aktivitas fisik tetap dapat dilakukan selama berpuasa.

HEALTHYTIPSMari Berbuka dengan Kolak!Oleh Iffat L Jenie