Upload
ian-pratama
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
GAMBARAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN REVITALISASI POSYANDU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IMANDI KECAMATAN DUMOGA TIMUR Ni Wayan Cindy Silvia*, Christian Tilaar*, Ardiansa Tucunan*
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
ABSTRAK
Latar Belakang: Posyandu merupakan tempat bagi ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilannya dan berada diurutan ke-3
setelah klinik praktik bidan dan Puskesmas.Untuk menjamin perkembangan pelaksanaan program Posyandu,
sebaiknya tidak ditangani sendiri oleh petugas kesehatan Puskesmas tetapi dibantu oleh kader dan bekerjasama
dengan stakeholder lainnya yang berkewajiban untuk meningkatkan pemahamannya tentang Posyandu dan turut
secara aktif dalam setiap kegiatannya. Petugas Puskesmas selanjutnya mendukung terus upaya para kader dan
tokoh masyarakat melalui penyelenggaraan pelayanan di masyarakat. Namun pada kenyataannya Posyandu
pada akhir-akhir ini ternyata berjalan ditempat (tidak aktif) karena berbagai faktor yakni, kader dan aparat
desa kurang aktif dan kurang semangatikut dalam kegiatan Posyandu, sarana yang tidak mencukupi sehingga
beberapa kegiatan di Posyandu harus terhambat, tidak adanya inisiatif masyarakat untuk ke Posyandu, serta
kurangnya pemberdayaan masyarakat, belum jelasnya siapa `pemilik' Posyandu dan pokja serta pokjanal
Posyandu yang tidak berjalan. Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah telah mengambil langkah bijak, dengan
telah menetapkan berbagai kebijakan di bidang kesehatan, salah satunya adalah kebijakan untuk merevitalisasi
kembali Posyandu yang pernah diserukan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada
tahun 2006.Dengan melihat bahwa begitu pentingnya kebijakan untuk merevitalisasi Posyandu, maka telah
dilakukan penelitian mengenai pelaksanaan revitalisasi Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Imandi
Kecamatan Dumoga Timur yang bertujuan untuk melihat gambaran dari pelaksanaan revitalisasi di wilayah
tersebut.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Informasi dikumpulkan dari Kepala Puskesmas Imandi, Lurah desa Imandi, Ketua PKK desa Imandi,
Bidan desa Imandi, Kader desa Imandi, Sangadi desa Dumoga, Ketua PKK desa Dumoga, Bidan desa Dumoga,
dan Kader desa Dumoga.
Hasil:Pelaksanaan kegiatan Posyandu dilakukan oleh kader kesehatan yang berasal dari masyarakat setempat
dan di bantu oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas dengan kegiatan utama yakni kegiatan 5 meja yang
dilakukan sesuai jadwal yang ditetapkan, kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait mengenai ketersediaan
sarana pendukung menyebabkan beberapa kegiatan yang harusnya dijalankan terhambat, pembinaan yang
dilakukan masih terbatas pada para kader saja.
Kesimpulan: Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kadar hemoglobin (Hb) dengan prestasi
belajar siswa.
Kata Kunci: Posyandu, Revitalisasi, Kebijakan.
ABSTRACT
Background: Posyandu represent place to mother in doing/conducting inspection of its pregnancy and reside in
third sequence after clinic of praktik and midwife of Puskesmas. To guarantee growth of execution of program of
Posyandu, shall not in handling by self by officer of health of Puskesmas but assisted by cadre and work along
with other stakeholder which is obliged to improve its understanding about Posyandu and partake actively in
each;every its activity. Officer of Puskesmas hereinafter support to continue effort all elite figure and cadre
pass/through management of service in society. But practically Posyandu at recently in the reality walk in place
is inactive because various factor namely, countryside government officer and cadre less active and less the
spirit [of] following in activity of Posyandu, medium which fall short so that some activity in Posyandu have to
be pursued, society initiative inexistence to to Posyandu, and also the lack of enableness of society, unclear of
whose him ` owner' Posyandu and of pokja and also Posyandu pokjanal which [do] not walk. Condition attitude,
government have is wise, as specifying various policy [in] health area, one of them is to policy for
merevitalisasi return Posyandu which have been called upon by President Republic Of Indonesia, Susilo
Bambang Yudhoyono in the year 2006. seen that important so policy him for the merevitalisasi of Posyandu,
hence have been [done/conducted] by research concerning execution of Posyandu revitalisasi in region work
Puskesmas Imandi District of Dumoga East with aim to to see picture of execution of revitalisasi in region.
Method Research: This Research represent descriptive research type by using approach qualitative.
Information collected from Head of Puskesmas Imandi, Chief Of Village Countryside of Imandi, Chief of PKK
countryside of Imandi, Midwife Countryside of Imandi, Cadre Countryside of Imandi, Sangadi Countryside of
Dumoga, Chief of PKK countryside of Dumoga, Midwife Countryside of Dumoga and Cadre Countryside of
Domoga.
2
PENDAHULUAN
Empat dari seluruh komitmen yang dicetuskan
oleh negara-negara PBB dalam Millenium
Developmen Goals (MDGs) terkait erat dengan
masalah kesehatanterutama tentang Kesehatan
Ibu dan Anak.Program Kesehatan Ibu dan
Anak menjadi sangat penting karena ibu dan
anak merupakan unsur penting dalam
pembangunan. Sampai saat ini Angka
Kematian Ibu dan Anak yang merupakan
indikator kesehatan umum dan kesejahteraan
masyarakat masih menduduki peringkat
tertinggi di Asia begitu juga di Indonesia,
meskipun telah mengalami penurunan setiap
tahun.
Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam hal
ini adalah dengan mendekatkan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas
kepada masyarakat. Startegi utama yang
diselenggarakan antara lain : (Prasetyawati,
2012).
1. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga,
2. Mendorong keterlibatan masyarakat 3. Kerjasama lintas sektor, mitra lain
termasuk pemerintah daerah dan lembaga
legislatif, dan
4. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan berkualitas.
Menurut data Riskesdas 2010, Posyandu
merupakan tempat bagi ibu dalam melakukan
pemeriksaan kehamilannya dan berada
diurutan ke-3 setelah klinik praktik bidan dan
Puskesmas.Untuk menjamin perkembangan
pelaksanaan program Posyandu, sebaiknya
tidak ditangani sendiri oleh petugas kesehatan
Puskesmas tetapi dibantu oleh kader dan
bekerjasama dengan stakeholder lainnya yang
berkewajiban untuk meningkatkan
pemahamannya tentang Posyandu dan turut
secara aktif dalam setiap kegiatannya. Petugas
Puskesmas selanjutnya mendukung terus upaya
para kader dan tokoh masyarakat melalui
penyelenggaraan pelayanan di masyarakat.
Secara umum, Posyandu pada akhir-akhir ini
mengalami stagnasi (tidak aktif) karena
berbagai faktor yakni, kader dan aparat
desakurang aktif dan kurang semangat dalam
kegiatan Posyandu, adanya pendekatan proyek
yang melemahkan inisiatif masyarakat serta
kurangnya pemberdayaan masyarakat, dan
belum jelasnya siapa`pemilik' Posyandu dan
pokja serta pokjanal Posyandu yang tidak
berjalan. Menyikapi kondisi tersebut,
pemerintah telah mengambil langkah bijak,
dengan telah menetapkan berbagai kebijakan
di bidang kesehatan seperti Posyandu.Salah
satunya adalah kebijakan untuk merevitalisasi
kembali Posyandu yang pernah diserukan oleh
Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono pada tahun 2006.Kebijakan ini
sebelumnya telah ada semenjak diterbitkannya
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tahun
2001 tentang Revitalisasi Posyandu. Sasaran
dari Revitalisasi Posyandu diutamakan pada
Posyandu dengan strata rendah, yakni
Posyandu Pratama dan Posyandu Madya
(Haryono, 2009).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Utara, Kabupaten Bolaang
Mongondow terdiri dari 154 desa/kelurahan
dan terdapat 14 Puskesmas, dengan 192 buah
posyandu.Berdasarkan strata madya terdapat
90 posyandu, purnama 99 posyandu dan
mandiri 3 posyandu. Sedikitnya jumlah
Posyandu berstrata mandiri di Kabupaten
Bolaang Mongondow menjadikan Kecamatan
Dumoga Timur tidak memiliki Posyandu
mandiri.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Puskesmas
Imandi yang terdiri dari 11 desa/kelurahan,
terdapat 18 buah Posyandu, untuk Posyandu
dengan strata madya ada 4 Posyandu, purnama
14 Posyandu, namun untuk strata mandiri
belum ada, sedangkan tenaga bidan di
Puskesmas berjumlah 8 orang dan tenaga gizi
berjumlah2 orang. Dengan melihat begitu
pentingnya perkembangan Posyandu di
wilayah kerjanya tergantung dari seberapa
berpengaruhnya faktor-faktor yang
mempengaruhi keadaan Posyandu tersebut,
antara lain disebabkan karena pengaruh dari
tenaga kesehatan dari Puskesmas, kemampuan
kader, pembinaan dari unsur aparat desa dan
lembaga terkait yang kemudian mengakibatkan
rendahnya minat masyarakat untuk
menggunakan Posyandu tersebut, selain itu
juga keadaan sosiodemografi dari Posyandu
tersebut juga dapat mempengaruhi keadaan
dalam kegiatan penyelenggaraan Posyandu,
antaralain disebabkan karena wilayah yang
menjadi tempat penelitian merupakan daerah
3
rawan, dalam hal ini sering terjadi perseturuan
antara desa di Kecamatan Dumoga Timur yang
sebagian besar penduduknya merupakan
imigrasi dari daerah lain, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai
Gambaran Implementasi Kebijakan
Revitalisasi Posyandu di Kabupaten Bolaang
Mongondow, khususnya di wilayah kerja
Puskesmas Imandi Kecamatan Dumoga Timur.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif.Melalui pendekatan ini
diharapkandapat menggali informasisecara
lengkap dan mendalam tentang gambaran
implementasi kebijakan revitalisasi Posyandu
di wilayah kerja Puskesmas Imandi Kecamatan
Dumoga Timur.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-
Mei 2013 di dua wilayah kerja Puskesmas
Imandi, yakni Kelurahan Imandi dan Desa
Dumoga.
Informan dalam penelitian ini berjumlah 9
orang, terdiri dari Kepala Puskesmas Imandi,
Lurah desa Imandi, Ketua PKK desa Imandi,
Bidan desa Imandi, Kader desa Imandi,
Sangadi desa Dumoga, Ketua PKK
desa Dumoga, Bidan desa Dumoga, dan Kader
desa Dumoga.
Instrumen Penelitian:
Instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan
penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu
dengan instrumen tambahan berupa pedoman
wawancara, alat perekam suara (voice
recorder) dan alat tulis-menulis.
Untuk menjaga kualitas dan keakuratan data
dilakukan triangulasi.Triangulasi diartikan
sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada pada waktu tertentu. Triangulasi yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Triangulasi Sumber Triangulasi sumber dilakukan dengan
caracross check data dengan fakta dari
sumber lainnya. Sumber tersebut
berasal dari informan yang berbeda
yang terdiri dari beberapa sumber
yaitu Kepala Puskesmas Imandi,
Lurah desa Imandi, Ketua PKK desa
Imandi, Bidan desa Imandi,
Kader desa Imandi, Sangadi desa
Dumoga, Ketua PKK desa Dumoga,
Bidan desa Dumoga, dan Kader desa
Dumoga untuk mengali topik
yang sama dan membandingkan
jawaban-jawaban dari para informan
sehingga diperoleh kecocokan dan
kesimpulan.
2. Triangulasi Metode Selain melakukan wawancara
mendalam dilakukan telaah dokumen
dan observasi singkat.
Pengolahan data, baik data primer yang
didapat melalui wawancara mendalam dan data
sekunder melalui telaah dokumen dan
observasi singkat dilakukan melalui tahap
sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data yang diperoleh dari informan melalui wawancara
mendalam, telaah dokumen yang
terkait dan observasi singkat
2. Data yang dikumpulkan kemudian dibuat transkrip data yaitu mencatat
data yang diperoleh seperti apa adanya
tanpa dibuat kesimpulan
3. Pemilahan data dengan mengelompokkan data kedalam sub
topik atau variabel
4. Menyajikan ringkasan data dalam bentuk matriks atau table
Teknik analisis data yang digunakan adalah
deskriptif naratif. Dimana teknik ini diterapkan
melalui tiga alur menurut Miles dan Hubermen
dalam Sugiyono (2009:246), yaitu:
1. Reduksi data yaitu, proses memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya.
2. Penyajian data yaitu, penyajian informasi untuk memberikan
kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
3. Penarikan Kesimpulan/verifikasi yaitu, proses penarikan
kesimpulan dari data yang telah
dianalisis.
Informasi yang terkumpul dikelompokkan ke
dalam kategori yang sama sesuai dengan topik
penelitian. Pertama, data yang berhasil
dikumpulkan kemudian dilakukan pemisahan-
pemisahan, pengkategorian, atau
pengklasifikasian, sehingga memudahkan
peneliti melakukan aktivitas berikutnya.Kedua,
data yang sudah dikelompokan, dipilih untuk
segera diolah sehingga dapat dengan
mudah ditafsirkan.
4
Penyajian data akan dikembangkan dengan
bentuk tekstular dan tabel. Bentuk teks
digunakan dalam penyajian kutipan hasil
wawancara dengan para informan.Sedangkan
bentuk table digunakan untuk penyajian hasil
jawaban yang telah dikategorisasikan, dalam
hal ini disebut tabel matrix wawancara.
HASIL
Puskesmas Imandi di Kecamatan Dumoga
Timur merupakan salah satu Puskesmas yang
ada di Kabupaten Bolaang Mongondow
Sulawesi Utara, dengan luas wilayah 81,560
Km2, dan memiliki wilayah kerja yang
berjumlah 11 desa /kelurahan, di antaranya
yaitu Desa Dumoga dan Kelurahan Imandi
yang menjadi wilayah lokasi penelitian.
Profil Puskesmas Imandi tahun 2011,
menunjukan bahwa Posyandu di seluruh
wilayah kerja Puskesmas Imandi belum
mengalami perkembangan sampai padastrata
mandiri. Terdapat 4 desa yang masih tergolong
dalam tingkatan Posyandu strata madya, yaitu
Kelurahan Imandi, Desa Dumoga, Desa
Siniung dan Desa Mogoyunggung. Namun
dalam penelitian ini peneliti hanya melakukan
penelitian di 2 desa, saja, yaitu Kelurahan
Imandi dan Desa Dumoga. Hal ini di
karenakan kedua desa tersebut adalah wilayah
yang lebih luas dan lebih banyak jumlah
penduduknya, di mana untuk wilayah Dumoga
memiliki luas wilayah 9.160.0 Km2 dengan
jumlah penduduk 3.852 jiwa, sedangkan untuk
Kelurahan Imandi memiliki luas wilayah
15.400.0 Km2 dengan jumlah penduduk 4.042
jiwa sebagai suatu Kelurahan, di mana letak
dari Puskesmas Imandi sendiri bertempat di
Kelurahan Imandi dan memiliki cakupan
kunjungan bayi yang lebih banyak
dibandingkan desa lain di wilayah kerja
Puskesmas Imandi.
Dilihat dari data jumlah Posyandu
menurut strata di Profil Puskesmas Imandi,
Tingkatan strata Posyandu di Desa Dumoga,
untuk strata madya terdapat 1 Posyandu, strata
purnama terdapat 1 Posyandu, sedangkanstrata
mandiri belum ada Posyandu. Tingkatan strata
Posyandu di Kelurahan Imandi, untuk strata
madya terdapat 1 Posyandu, strata Purnama
terdapat 2 Posyandu, dan strata mandiri belum
terdapat Posyandu.Dengan demikian kedua
desatersebut sama-sama masih memiliki
Posyandu dengan strata rendah yaitu madya
dan belum memiliki Posyandu dengan strata
mandiri.
PEMBAHASAN
Kualitas Kemampuan dan Keterampilan
para Kader Posyandu
1. Sumber Daya Manusia
Pada penelitian yang dilakukan, SDM yang
menjadi informan adalah orang-orang yang
terkait dalam kegiatan Posyandu di wilayah
kerja Puskesmas Imandi di dua desa yang
dipilih, yakni Kepala Puskesmas Imandi,
Lurah Desa Imandi, Sangadi Desa Dumoga,
Ketua PKK Desa Imandi, Ketua PKK Desa
Dumoga, Bidan dan Kader yang menangani
Posyandu di dua wilayah kerja Puskesmas
Imandi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti, SDM yang biasanya hadir dalam
setiap kegiatan Posyandu adalah Bidan, Kader
dan Perawat/juru imunisasi.Tugas dari masing-
masing SDM sebagaimana yang dijelaskan
oleh para informan, yaitu bidan bertugas untuk
memeriksa kehamilan, pendeteksian ibu
beresiko, serta pelayanan untuk ibu hamil,
kader bertugas untuk menimbang, serta untuk
pengisian buku KMS, perawat sebagai juru
imunisasi bertugas untuk pemberian imunisasi
kepada bayi.
Hasil penelitian di lapangan juga menunjukkan
bahwa untuk tenaga Dokter, selama peneliti
ikut dalam kegiatan pelaksanaan Posyandu,
Dokter tidak pernah turut serta, hal ini
dikarenakan tenaga dokter di Puskesmas hanya
berjumlah satu orang saja dan tidak pernah
terlibat langsung dalam kegiatan Posyandu.
Oleh sebab itu Petugas kesehatan yang turut
serta dalam kegiatan Posyandu di lapangan
hanyalah tenaga bidan dan perawat.
Dari hasil observasi peneliti selama mengikuti
kegiatan hari buka Posyandu di Kelurahan
Imandi, memang pihak Aparat tersebut tidak
ikut serta di dalamnya dan menyerahkan
Posyandu beserta kegiatannya kepada pihak
Puskesmas dan kader yang ada.Padahal dalam
kegiatan pelaksanaan Posyandu seharusnya ada
beberapa pihak yang turut serta, dalam hal ini
Aparat desa, yaitu Lurah/Sangadi, Tim
Pengerak PKK serta Tokoh Masyarakat.
Diketahui juga bahwa Ketua PKK di dua
desa/kelurahan tersebut memiliki pekerjaan
serta jabatan di luar Posyandu, yaitu menjabat
sebagai Kepala Sekolah dengan pendidikan
terakhir S1.Dalam hal ini Ketua PKK memiliki
tugas rangkap, selain sebagai Ketua PKK juga
sebagai Pegawai Negeri.Aparat masing-masing
desa tersebut juga sama-sama berpendidikan
terakhir S1 dengan lama kerja 4 tahun.Bidan
5
yang turun di wilayah kerja memiliki
pendidikan terakhir D3 dan kader dengan
pendidikan terakhir SMA dan lama kerja 3-4
tahun.Diketahui juga bahwa kader desa Imandi
sering berganti-ganti disebabkan pergantian
Ketua PKK, di mana kader dipilih langsung
oleh Ketua PKK sendiri.
Sumber daya manusia dalam penyelengaraan
kegiatan revitalisasi Posyandu memegang
peranan penting.Oleh sebab itu diperlukan
partisipasi seluruh pihak dalam setiap kegiatan
Posyandu di wilayah kerjanya dalam hal ini
pihak kesehatan, Pemerintah Desa, Tokoh
masyarakat serta masyarakat itu sendiri.
2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi Posyandu ditetapkan oleh
musyawarah masyarakat pada saat
pembentukan Posyandu.Struktur organisasi
tersebut bersifat fleksibel, sehingga dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan,
kondisi, permasalahan dan kemampuan
sumberdaya yang disepakati dalam
Unit/Kelompok Pengelola Posyandu bersama
masyarakat setempat (Kemenkes RI, 2011).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti, struktur untuk pelaksanaan kegiatan
Posyandu menurut beberapa informan sudah
ada, di mana menurut pernyataan mereka
bahwa selaku penanggung jawab dari
kesehatan adalah Kepala Puskesmas sedangkan
dari pihak Kelurahan adalah Aparat Desa.
Sebagai berikut :
Tentunya kalu penanggung jawab di Posyandu itu dari kesehatan itu tentunya
Kapus noh, kalu Kelurahan Pak lurah noh
yang bertanggung jawab Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
menyatakan bahwa Lurah hanya sebagai
pemantau dan pembina, sedangkan dari
petugas kesehatan hanya memfasilitasi
kegiatan Posyandu, dan kader sebagai
pelaksana kegiatan. Hal ini agak berbeda
dengan konsep dari Sembiring (2004), dimana
disebutkan bahwa pengelola Posyandu di
tingkat desa/kelurahan adalah sebagai berikut :
1. Penanggung jawab umum : Kepala desa/Lurah
2. Penanggung jawab operasional : Tokoh Masyarakat
3. Ketua Pelaksana : Ketua Seksi 10 LKMD atau Ketua Tim PKK
4. Pelaksana : Kader PKK, yang dibantu Petugas Kesehatan
Menurut Lurah desa Imandi, yang biasanya
turut dalam kegiatan Posyandu adalah PKK,
Aparat Kelurahan dalam Posyandu hanya
sebagai pembina dan jarang turun langsung ke
Posyandu karena Posyandu sudah dilaksanakan
secara rutin sesuai jadwal oleh Puskesmas.
Padahal bidan dan kader desa Imandi
mengharapkan pihak Lurah dan PKK untuk
turut dalam kegiatan Posyandu karena selama
ini mereka tidak terlibat di Posyandu, bahka
tidak memberikan pembinaan seperti fungsi
yang seharusnya dilakukan oleh Aparat Desa
dan PKK.
Pengelolaan Dalam Pelayanan Posyandu
1. Penyelenggaraan Kegiatan
Dari hasil wawancara oleh para informan,
diketahui bahwa penyelengaraan kegiatan di
Posyandu wilayah kerja Puskesmas Imandi
sudah berjalan sesuai dengan agenda dan
jadwal yang ditetapkan dengan kegiatan utama
yakni kegiatan 5 meja.Hasil observasi di
lapangan juga menunjukkan bahwa pelayanan
yang diberikan oleh petugas berupa pelayanan
standar yaitu pelayanan kesehatan yakni
pemberian imunisasi, pemeriksaan kehamilan
oleh bidan dan penyuluhan, namun untuk
kegiatan tambahan belum dilaksanakan.
Pada hasil observasi di lapangan oleh peneliti,
ditemukan bahwa untuk penyelenggaraan
Posyandu, awalnya para ibu yang datang ke
Posyandu mendaftar pada kader, dan sebagian
besar kader sudah melaksanakan peran
sertanya di meja I yaitu melaksanakan
pendaftara balita dalam buku bantu pencatatan
balita. Apabila balita sudah mempunyai KMS,
berarti bulan lalu balita sudah ditimbang,
dimana pencatatan nama balita pada secarik
kertas diselipkan pada KMS, kemudian ibu
balita membawa anaknya menuju ke tempat
penimbangan. Untuk kegiatan di meja II
dilakukan penimbangan bayi/balita oleh kader,
yang perlu diperhatikan yaitu apakah dacin
sudah siap, kemudian anak ditimbang, lalu
hasil penimbangan berat anak dicatat pada
secarik kertas, setelah ditimbang ibu menuju
ke meja selanjutnya yaitu meja III untuk
pengisian hasil timbangan pada KMS
bayi/balita tersebut, hanya saja pada kedua
Posyandu yang di teliti, yang melakukan
pengisian KMS adalah petugas kesehatan
Puskesmas bukan kader. Hal tersebut bertolak
belakang dengan tugas pada meja III yang
seharusnya dilakukan oleh kader di Posyandu,
di mana petugas kesehatan bertugas di meja
6
V untuk pelayanan kesehatan.Begitupula untuk
meja VI, dimana kader Posyandu kurang
melaksanakan peran sertanya dalam hal
penyuluhan perorangan sesuai dengan
permasalahan yang ditemukan dan hanya
sebatas informasi hasil timbangan saja pada
ibu balita. Untuk meja V dalam hal pemberian
imunisasi pada bayi dan balita dilakukan juga
oleh petugas Puskesmas yakni juru imunisasi
atau perawat, di mana dengan
mempertimbangkan status kesehatan balita, di
lain pihak bidan juga melakukan pelayanan
kepada ibu hamil yang datang.
Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti,
ditemukan bahwa pelaksanaan kegiatan
Posyandu menurut para informan sudah sesuai
dengan jadwal yang ditetapkan, apabila
bertepatan tanggal merah atau hari libur, maka
jadwal diatur sedemikian rupa sesuai situasi
dan kondisi sebelumnya agar tidak saling
bertabrakkan antara jadwal kegiatan Posyandu
satu dan Posyandu yang lain dengan
memberitahukan sebelumnya pada para
pelaksana kegiatan Posyandu.
Melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti,
didapati bahwa selama dalam kegiatan
Posyandu tidak pernah ada dokter yang ikut
serta, pihak Aparat Desa juga tidak turut
terlibat, serta tempat dari penyelengaraan
kegiatan Posyandu tersebut tidaklah
memungkinkan, terutama di Posyandu
Kelurahan Imandi. Pada Posyandu di
Kelurahan Imandi, kegiatan dilakukan di balai
desa yang keadaannya cukup memperihatinkan
dan tidak ada tempat untuk pemeriksaan
kehamilan yang sesuai, hal tersebut
mengakibatkan kegiatan Posyandu yang
dijalankan menjadi terpisah tempatnya, yakni
untuk penimbangan bayi/balita di balai desa
dan untuk pemeriksaan kehamilan di rumah
warga dekat balai desa, sedangkan untuk
Posyandu yang dilaksanakan di desa Dumoga
juga masih meminjam rumah salah seorang
warga di karenakan balai desa untuk
pelaksanaan kegiatan Posyandu masih dalam
tahap pembangunan.
2. Cakupan Program di Posyandu
Dari hasil pernyataan oleh Kepala Puskesmas
Imandi, Posyandu di dua wilayah kerja
tersebut sudah memiliki program tambahan
selain 5 meja, seperti telah melaksanakan
Posyandu Manula/Lansia dan program
pemberian makanan tambahan (PMT) sehingga
pelayanan di Posyandu menjadi 6 meja.
Namun untuk pelaksanaan Posyandu Lansia,
seperti yang dinyatakan oleh Ketua PKK desa
Imandi bahwa para lansia hanya pada awal
dibentuk Posyandu Lansia sering datang
memeriksa, setelah lama-kelamaan mereka
sudah tidak lagi ikut dalam kegiatan Posyandu,
meskipun hingga sekarang Posyandu Lansia
masih ada.
Begitupula dengan pemberian makanan
tambahan yang diakui oleh kader desa Imandi,
karena terdapatnya kendala dalam hal ini
keterbatasan pendanaan maka untuk program
makanan tambahan terpaksa dihentikan,
padahal menurut para kader kegiatan tersebut
dapat menjadikan para ibu yang memiliki bayi
lebih tertarik dan semangat untuk datang di
Posyandu.
Berdasarkan observasi peneliti dilapangan saat
pelaksanaan Posyandu, Petugas kesehatan dan
para kader hanya melakukan kegiatan
pelayanan minimal yaitu dengan pelayanan 5
meja saja pada Ibu hamil dan balita, tidak ada
pelayanan Posyandu Lansia ataupun kegiatan
pemberian makanan tambahan.
Berdasarkan hasil wawancara oleh para
informan mengenai rutinitas penyelenggaraan
kegiatan Posyandu di wilayah kerja masing-
masing sudah berjalan dengan baik, di mana
kegiatan rutin tiap bulannya walaupun dengan
masih adanya kendala dalam pelaksanaan
Posyandu namun menurut semua informan
Posyandu sudah berjalan secara rutin meski
hanya berupa pelayanan standar.
Pemenuhan Kelengkapan Sarana Prasarana
1. Anggaran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
pendanaan di Posyandu wilayah kerja
Puskesmas Imandi, ditemukan bahwa hampir
semua informan menyatakan kalau dana untuk
pelaksanaan kegiatan Posyandu hanya di dapat
dari hasil pendaftaran dengan jumlah yang
sangat terbatas. Menurut beberapa informan
juga menyebutkan bahwa mereka memperoleh
insentif dari pihak Puskesmas dari dana BOK
namun hanya berupa biaya transportasi dengan
jumlah yang minim. Sedangkan dari pihak
Pemerintah tidak menyediakan dana khusus
untuk Posyandu, sehingga berbagai kegiatan di
Posyandu yang telah ada terhambat bahkan
sudah tidak berjalan lagi, seperti program
pemberian makanan tambahan (PMT).
Berdasarkan informasi dari Kepala Puskesmas
Imandi, dana di Posyandu untuk desa sudah
masuk di ADD (Anggaran Dasar Desa), tetapi
7
untuk kelurahan tidak ada, dan dana di
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Imandi
hanya berasal dari uang pendaftaran saja.
Menurut Kepala Puskesmas sendiri dana untuk
bidan dan kader diambil dari dana BOK,
sedangkan dana untuk kegiatan Posyandu
hanya berasal dari pendaftaran masyarakat.
2 Sarana
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti, di mana menurut Kepala
Puskesmas Imandi biasanya yang menjadi
kendala di Posyandu mengenai sarana adalah
ketersediaan vaksin yang tidak mencukupi
untuk kegiatan Posyandu, di mana Dinas
Kesehatan seringkali mengeluh pada pihak
Puskesmas bahwa sarana vaksin untuk mereka
juga terbatas disebabkan permintaan oleh
Puskesmas lain.
Oleh sebab itu dalam pelaksanaan Posyandu
untuk kegiatan penyuntikkan vaksin masih
menjadi masalah di karenakan kekurangan
tersebut. Kepala Puskesmas menyebutkan
bahwa pelaksanaan Posyandu tetap dilakukan
meskipun hanya untuk kegiatan penimbangan
balita saja, walaupun dengan demikian
masyarakat tetap akan datang dalam setiap ada
kegiatan Posyandu berikutnya sebab sudah
menjadi kebutuhan bagi bayi mereka untuk
mendapatkan imunisasi, maka meskipun untuk
bulan ini belum ada vaksin yang cukup
tersedia, tetap ibu-ibu yang memiliki
bayi/balita akan datang untuk menerima vaksin
di bulan selanjutnya.
Menurut Ketua PKK desa Imandi, kendala
yang terdapat di Posyadu-nya, yaitu dana dan
tempat pelaksanaan Posyandu yang
sebelumnya telah diusulkan untuk pindah ke
tempat yang lebih strategis didekat Kantor
Kelurahan, namun hal ini belum di
sosialisasikan ke masyarakat setempat
sehingga belum mendapat kesepakatan
bersama di wilayah tersebut.
Menurut bidan desa Imandi adalah tempat
pelayanan Posyandu khusus untuk
pemeriksaan ibu hamil yang selama ini hanya
meminjam rumah warga.Permasalahan tempat
pelaksanaan Posyadu ini sudah diusulkan ke
pihak Kelurahan hanya saja belum mendapat
tanggapan apa-apa.
Menurut bidan desa Dumoga, kendala dalam
Posyandu di wilayah kerjanya juga adalah
tempat pelayanan Posyandu yang belum tetap,
serta sarana prasarana belum cukup memadai
sehingga upaya yang harusnya dilakukan
menurut bidan tersebut adalah dari pihak
Aparat pemerintah berusaha untuk
menyelesaikan masalah yang masih menjadi
kendala dalam pelaksanaan Posyandu di
wilayah kerjanya terlebih lagi untuk
pembangunan sarana Posyandu.
Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat
Untuk Kesinambungan Posyandu
1. Keaktifan Tokoh Masyarakat dan Kader. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
peneliti, didapati bahwa masih banyak Tokoh
masyarakat yang enggan untuk membantu
pelaksanaan Posyandu, tetapi ada juga yang
ikut terlibat pada hari buka Posyandu misalnya
Sangadi desa Dumoga yang datang di
Posyandu.
Dari hasil wawancara, menurut pernyataan dari
informan lain, bahwa selama ini baru kader
yang berperan dalam setiap kegiatan Posyandu,
sedangkan dari pihak Tokoh masyarakat belum
turut terlibat.Hal ini disebabkan pihak Aparat
menyerahkan semua urusan Posyandu kepada
para kader yang ada dan telah dipilih oleh
Ketua PKK.Padahal sesungguhnya peran dari
Aparat setempat juga sangat dibutuhkan untuk
menggerakan masyarakat dalam kemajuan
Posyandu di wilayah kerjanya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti mengenai jumlah Kader dan Tokoh
masyarakat yang biasa hadir dalam kegiatan
Posyandu, ditemukan bahwa jumlah kader
yang ada ditiap-tiap Posyandu ada 5 orang,
namun mereka biasa tidak hadir semua dalam
kegiatan pelaksanaan Posyandu.
Kader di tiap Posyandu ada 5 tapi laeng kali hadir, laeng kali mereka tak hadir
karna mereka juga ada halangan, laeng
kali cuma 4-3 tapi banyak kali hadir
nohsamua Menurut bidan desa Imandi, selama ini hanya
kader yang berperan secara aktif dalam
kegiatan Posyandu dengan jumlah 4 sampai 5
orang ditiap pos tapi terkadang hanya 4 orang
yang hadir, sedangkan untuk tokoh masyarakat
belum pernah hadir dalam Posyandu, menurut
bidan tersebut tokoh masyarakat tidak hadir
karena menganggap di Posyandu sudah ada
kader yang terpilih maka semua tergantung
oleh kader sehingga yang diberdayakan di
Posyandu hanyalah kader.
2 Pemantapan Lembaga Posyandu
Perkembangan Posyandu di masing-masing
desa di wilayah kerja Puskesmas Imandi tidak
8
sama, dengan demikian pembinaan yang
dilakukan untuk masing-masing Posyandu juga
berbeda, namun tetap untuk satu tujuan yang
sama yaitu untuk pengembangan Posyandu.
Dalam hasil penelitian mengenai upaya yang
dilakukan dalam menjadikan Posyandu lebih
maju atau mandiri, di temukan kesamaan
pendapat dari semua informan, yakni dengan
melakukan kerjasama antara berbagai pihak,
baik pihak dari Dinas Kesehatan, Kecamatan,
pihak Puskesmas, pihak Pemerintah Desa
sampai keseluruh masyarakat setempat. Dalam
hal ini kerjasama yang tentunya dapat
diaplikasikan dan diterapkan sampai pada
kegiatan Posyandu itu sendiri.
Seperti dalam penelitian sebelumnya di mana
salah satu upaya yang perlu dilakukan agar
Posyandu aktif adalah dengan memberikan
pelayanan makanan tambahan untuk balita
serta pelayanan ini merupakan pelayanan yang
diharapkan oleh pengguna yang diberikan di
Posyandu. Apabila Posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Imandi telah melaksanakan
cakupan kegiatan lebih dari 50%, memiliki
program-progam tambahan, memiliki
pembiayaan yang berasal dari dana sehat,
tingkat aktivasi Pemerintah, tokoh masyarakat
dan kader tinggi serta seluruh masyarakat desa
ikut terlibat dalam kegiatan Posyandu, maka
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Imandi
sudah bisa menjadi Posyandu dengan strata
mandiri.
Fungsi Pendampingan dan Kualitas
Pembinaan Posyandu
1. Pembinaan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas
Imandi, ditemukan bahwa beberapa informan
pernah mengikuti pelatihan yang biasanya
dilakukan oleh Dinkes, Puskesmas dan
BKKBN, sedangkan dari Aparat Desa tidak
pernah ada pembinaan.
Kader desa Imandi, menyatakan bahwa sudah
pernah mengikuti pelatihan akan tetapi
pelatihan tersebut sudah sangat lama dilakukan
oleh Kecamatan dan sampai sekarang sudah
tidak pernah dilakukan pelatihan lagi, menurut
kader untuk ikut dalam pelatihan harus melalui
undangan dari Kecamatan terlebih dahulu dan
sampai saat ini mereka belum menerima
pemberitahuan tentang adanya pelaksanaan
pelatihan lagi, sedangkan pembinaan dari
pihak Aparat desa tidak pernah dilakukan.
Berdasarkan hasil observasi pada penelitian di
dua wilayah kerja Puskesmas Imandi, petugas
kesehatan selalu hadir dalam kegiatan
Posyandu yang dilakukan pada hari buka
Posyandu, di mana selain mendamping kader
dalam pelaksanaan Posyandu juga sebagai
pemberi layanan kesehatan dalam yang bersifat
kuratif.
Posyandu sebagai suatu lembaga pelayanan
kesehatan bagi masyarakat sudah selayaknya
jika terus dibina oleh pihak-pihak yang
berkompeten baik itu pihak Pemerintah
Daerah. Pembinaan dapat dilakukan dengan
cara memberikan pendampingan melalui
petugas Puskesmas maupun melalui
pendidikan/pelatihan bagi para kader. Selain
itu para pendamping juga terus berusaha untuk
memberikan motivasi kepada para kader agar
melaksanakan kegiatan posyandu secara rutin
dan lancar.Dengan adanya pembinaan ini para
kader Posyandu bisa bertahan cukup lama
walaupun tanpa adanya imbalan material
maupun financial yang mencukupi.Adapun
pembinaan dari pihak pemerintah baik
pemerintah tingkat Kecamatan maupun tingkat
desa untuk hal pembinaan ini belum dapat
direalisasikan.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
maka kesimpulan dari penelitian ini sebagai
berikut:
1. Kualitas Kemampuan dan Keterampilan para Kader Posyandu
1.) Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang berperan dalam
pelaksanaan kegiatan Posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Imandi adalah
Bidan, kader serta Juru imunisasi.Untuk
dari pihak Pemerintah selaku Lurah dan
Tim PKK, kurang serta berpartisipasi dalam
kegiatan Posyandu.
2.) Struktur Organisasi
Struktur Organisasi dalam pelaksanaan
Posyandu sudah ada, dan dijalankan
disetiap desa/kelurahan, dimana ada dari
pihak Puskesmas dan dari pihak
pemerintah.
2. Pengelolaan Dalam Pelayanan Posyandu 1.) Penyelenggaraan Kegiatan
Proses penyelegaraan kegiatan utama dalam
pelaksanaan revitalisasi Posyandu secara
umum di wilayah kerja Puskesmas Imandi
sudah mencakup program kegiatan 5 meja
9
dan dilaksanakan sesuai jadwal yang
ditetapkan.
2.) Cakupan Program di posyandu
Cakupan Program di Posyandu wilayah
kerja Puskesmas Imandi, selain kegiatan 5
meja sudah ada program kegiatan Posyandu
Lansia dan Pemberian makanan tambahan,
namun belum berjalan dengan baik
disebabkan terbatasnya dana dari berbagai
pihak.
3. Pemenuhan Kelengkapan Sarana Prasarana
1.) Anggaran
Anggaran untuk pelaksanaan revitalisasi
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Imandi bisa dikatakan masih terbatas,
karena biasanya hanya berasal dari uang
pendaftaran masyarakat saja.
2.) Sarana
Keadaan sarana dalam pelaksanaan
kegiatan Posyandu di wilayah kerja
menyangkut dana yang masih terbatas,
kurang tersedia vaksin dan obat-obatan,
kurangnya meja untuk kegiatan Posyandu
serta keadaan tempat pelaksanaan kegiatan
Posyandu yang tidak memungkinkan.
4. Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat Untuk Kesinambungan
Posyandu
1.) Keaktifan Tokoh Masyarakat dan Kader. Pemberdayaan oleh Tokoh masyarakat
dalam pelaksanaan revitalisasi Posyandu
masih kurang karena kesibukan mereka
diluar Posyandu, sedangkan untuk kader
sudah sangat membantu dalam pelaksanaan
kegiatan Posyandu, dapat dilihat dari
keaktifan mereka dalam setiap kegiatan
Posyandu.
2.) Pemantapan Lembaga Posyandu Untuk Posyandu di desa Dumoga dan
Kelurahan Imandi masih berada ditingkatan
strata madya. Oleh sebab itu upaya para
pihak dalam pemantapan Posyandu
diwilayah kerjanya adalah dengan
melakukan kerjasama antara berbagai
pihak, baik pihak dari Dinkes, Kecamatan,
pihak Puskesmas, pihak pemerintah desa
sampai keseluruh masyarakat setempat.
5. Fungsi Pendampingan dan Kualitas Pembinaan Posyandu
1.) Pembinaan
Pembinaan dan pelatihan telah dilakukan
oleh para pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan revitalisasi Posyandu baik dari
Dinas Kesehatan maupun tingkat
Puskesmas Kecamatan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat
dikemukakan beberapa saran terkait dengan
tujuan dan manfaat penelitian, antara lain:
1. Pihak Aparat Desa maupun tokoh masyarakat diharapkan untuk turut terlibat
dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu
diwilayahnya. Serta membuat komitmen
resmi untuk membantu pelaksanaan
Posyandu di wilayahnya.
2. Melakukan kerjasama dan koordinasi antara berbagai pihak, baik pihak dari
Kecamatan, pihak Puskesmas, pihak
Aparat desa sampai keseluruh masyarakat
setempat dalam penerapan Posyandu
diwilayahnya.
3. Melakukan pembinaan secara rutin bagi para pelaksana kegiatan Posyandu.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Dalam Negeri RI dan Otonomi
Daerah. 2001. Surat Edaran Menteri
Dalam Negeri No.411.3/1116/SJ,
Tentang Pedoman Umum Revitalisasi
Posyandu. Jakarta.
http://www.ristek.go.id/referensi/huku
m/prop/html. Diakses pada tanggal 30
Januari 2013.
Haryono, S. 2009. Revitalisasi dan
Pengembangan Posyandu
Mandiri.Jakarta : Yayasan Dana
Sejahtera Mandiri.
Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2011.
PedomanUmum Pengelolaan
Posyandu. Jakarta : Kemenkes RI
Prasetyawati, A.E. 2012.KesehatanIbu
Dan Anak Dalam MDGs.
Yogyakarta : Nuha Medika. Hlm
41-48.
Sembiring, N. 2004.Posyandu Sebagai
Saran, Peran Serta Masyarakat Dalam
Usaha Peningkatan Masyarakat.
Artikel, Pustaka Universitas Sumatra
Utara. Medan.
10