10
1 GAMBARAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN REVITALISASI POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IMANDI KECAMATAN DUMOGA TIMUR Ni Wayan Cindy Silvia*, Christian Tilaar*, Ardiansa Tucunan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Latar Belakang: Posyandu merupakan tempat bagi ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilannya dan berada diurutan ke-3 setelah klinik praktik bidan dan Puskesmas.Untuk menjamin perkembangan pelaksanaan program Posyandu, sebaiknya tidak ditangani sendiri oleh petugas kesehatan Puskesmas tetapi dibantu oleh kader dan bekerjasama dengan stakeholder lainnya yang berkewajiban untuk meningkatkan pemahamannya tentang Posyandu dan turut secara aktif dalam setiap kegiatannya. Petugas Puskesmas selanjutnya mendukung terus upaya para kader dan tokoh masyarakat melalui penyelenggaraan pelayanan di masyarakat. Namun pada kenyataannya Posyandu pada akhir-akhir ini ternyata berjalan ditempat (tidak aktif) karena berbagai faktor yakni, kader dan aparat desa kurang aktif dan kurang semangatikut dalam kegiatan Posyandu, sarana yang tidak mencukupi sehingga beberapa kegiatan di Posyandu harus terhambat, tidak adanya inisiatif masyarakat untuk ke Posyandu, serta kurangnya pemberdayaan masyarakat, belum jelasnya siapa `pemilik' Posyandu dan pokja serta pokjanal Posyandu yang tidak berjalan. Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah telah mengambil langkah bijak, dengan telah menetapkan berbagai kebijakan di bidang kesehatan, salah satunya adalah kebijakan untuk merevitalisasi kembali Posyandu yang pernah diserukan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2006.Dengan melihat bahwa begitu pentingnya kebijakan untuk merevitalisasi Posyandu, maka telah dilakukan penelitian mengenai pelaksanaan revitalisasi Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Imandi Kecamatan Dumoga Timur yang bertujuan untuk melihat gambaran dari pelaksanaan revitalisasi di wilayah tersebut. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Informasi dikumpulkan dari Kepala Puskesmas Imandi, Lurah desa Imandi, Ketua PKK desa Imandi, Bidan desa Imandi, Kader desa Imandi, Sangadi desa Dumoga, Ketua PKK desa Dumoga, Bidan desa Dumoga, dan Kader desa Dumoga. Hasil:Pelaksanaan kegiatan Posyandu dilakukan oleh kader kesehatan yang berasal dari masyarakat setempat dan di bantu oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas dengan kegiatan utama yakni kegiatan 5 meja yang dilakukan sesuai jadwal yang ditetapkan, kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait mengenai ketersediaan sarana pendukung menyebabkan beberapa kegiatan yang harusnya dijalankan terhambat, pembinaan yang dilakukan masih terbatas pada para kader saja. Kesimpulan: Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kadar hemoglobin (Hb) dengan prestasi belajar siswa. Kata Kunci: Posyandu, Revitalisasi, Kebijakan. ABSTRACT Background: Posyandu represent place to mother in doing/conducting inspection of its pregnancy and reside in third sequence after clinic of praktik and midwife of Puskesmas. To guarantee growth of execution of program of Posyandu, shall not in handling by self by officer of health of Puskesmas but assisted by cadre and work along with other stakeholder which is obliged to improve its understanding about Posyandu and partake actively in each;every its activity. Officer of Puskesmas hereinafter support to continue effort all elite figure and cadre pass/through management of service in society. But practically Posyandu at recently in the reality walk in place is inactive because various factor namely, countryside government officer and cadre less active and less the spirit [of] following in activity of Posyandu, medium which fall short so that some activity in Posyandu have to be pursued, society initiative inexistence to to Posyandu, and also the lack of enableness of society, unclear of whose him ` owner' Posyandu and of pokja and also Posyandu pokjanal which [do] not walk. Condition attitude, government have is wise, as specifying various policy [in] health area, one of them is to policy for merevitalisasi return Posyandu which have been called upon by President Republic Of Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono in the year 2006. seen that important so policy him for the merevitalisasi of Posyandu, hence have been [done/conducted] by research concerning execution of Posyandu revitalisasi in region work Puskesmas Imandi District of Dumoga East with aim to to see picture of execution of revitalisasi in region. Method Research: This Research represent descriptive research type by using approach qualitative. Information collected from Head of Puskesmas Imandi, Chief Of Village Countryside of Imandi, Chief of PKK countryside of Imandi, Midwife Countryside of Imandi, Cadre Countryside of Imandi, Sangadi Countryside of Dumoga, Chief of PKK countryside of Dumoga, Midwife Countryside of Dumoga and Cadre Countryside of Domoga.

NI-WAYAN-CINDY-SILVIA1.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    GAMBARAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN REVITALISASI POSYANDU

    DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IMANDI KECAMATAN DUMOGA TIMUR Ni Wayan Cindy Silvia*, Christian Tilaar*, Ardiansa Tucunan*

    *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

    ABSTRAK

    Latar Belakang: Posyandu merupakan tempat bagi ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilannya dan berada diurutan ke-3

    setelah klinik praktik bidan dan Puskesmas.Untuk menjamin perkembangan pelaksanaan program Posyandu,

    sebaiknya tidak ditangani sendiri oleh petugas kesehatan Puskesmas tetapi dibantu oleh kader dan bekerjasama

    dengan stakeholder lainnya yang berkewajiban untuk meningkatkan pemahamannya tentang Posyandu dan turut

    secara aktif dalam setiap kegiatannya. Petugas Puskesmas selanjutnya mendukung terus upaya para kader dan

    tokoh masyarakat melalui penyelenggaraan pelayanan di masyarakat. Namun pada kenyataannya Posyandu

    pada akhir-akhir ini ternyata berjalan ditempat (tidak aktif) karena berbagai faktor yakni, kader dan aparat

    desa kurang aktif dan kurang semangatikut dalam kegiatan Posyandu, sarana yang tidak mencukupi sehingga

    beberapa kegiatan di Posyandu harus terhambat, tidak adanya inisiatif masyarakat untuk ke Posyandu, serta

    kurangnya pemberdayaan masyarakat, belum jelasnya siapa `pemilik' Posyandu dan pokja serta pokjanal

    Posyandu yang tidak berjalan. Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah telah mengambil langkah bijak, dengan

    telah menetapkan berbagai kebijakan di bidang kesehatan, salah satunya adalah kebijakan untuk merevitalisasi

    kembali Posyandu yang pernah diserukan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada

    tahun 2006.Dengan melihat bahwa begitu pentingnya kebijakan untuk merevitalisasi Posyandu, maka telah

    dilakukan penelitian mengenai pelaksanaan revitalisasi Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Imandi

    Kecamatan Dumoga Timur yang bertujuan untuk melihat gambaran dari pelaksanaan revitalisasi di wilayah

    tersebut.

    Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan

    kualitatif. Informasi dikumpulkan dari Kepala Puskesmas Imandi, Lurah desa Imandi, Ketua PKK desa Imandi,

    Bidan desa Imandi, Kader desa Imandi, Sangadi desa Dumoga, Ketua PKK desa Dumoga, Bidan desa Dumoga,

    dan Kader desa Dumoga.

    Hasil:Pelaksanaan kegiatan Posyandu dilakukan oleh kader kesehatan yang berasal dari masyarakat setempat

    dan di bantu oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas dengan kegiatan utama yakni kegiatan 5 meja yang

    dilakukan sesuai jadwal yang ditetapkan, kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait mengenai ketersediaan

    sarana pendukung menyebabkan beberapa kegiatan yang harusnya dijalankan terhambat, pembinaan yang

    dilakukan masih terbatas pada para kader saja.

    Kesimpulan: Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kadar hemoglobin (Hb) dengan prestasi

    belajar siswa.

    Kata Kunci: Posyandu, Revitalisasi, Kebijakan.

    ABSTRACT

    Background: Posyandu represent place to mother in doing/conducting inspection of its pregnancy and reside in

    third sequence after clinic of praktik and midwife of Puskesmas. To guarantee growth of execution of program of

    Posyandu, shall not in handling by self by officer of health of Puskesmas but assisted by cadre and work along

    with other stakeholder which is obliged to improve its understanding about Posyandu and partake actively in

    each;every its activity. Officer of Puskesmas hereinafter support to continue effort all elite figure and cadre

    pass/through management of service in society. But practically Posyandu at recently in the reality walk in place

    is inactive because various factor namely, countryside government officer and cadre less active and less the

    spirit [of] following in activity of Posyandu, medium which fall short so that some activity in Posyandu have to

    be pursued, society initiative inexistence to to Posyandu, and also the lack of enableness of society, unclear of

    whose him ` owner' Posyandu and of pokja and also Posyandu pokjanal which [do] not walk. Condition attitude,

    government have is wise, as specifying various policy [in] health area, one of them is to policy for

    merevitalisasi return Posyandu which have been called upon by President Republic Of Indonesia, Susilo

    Bambang Yudhoyono in the year 2006. seen that important so policy him for the merevitalisasi of Posyandu,

    hence have been [done/conducted] by research concerning execution of Posyandu revitalisasi in region work

    Puskesmas Imandi District of Dumoga East with aim to to see picture of execution of revitalisasi in region.

    Method Research: This Research represent descriptive research type by using approach qualitative.

    Information collected from Head of Puskesmas Imandi, Chief Of Village Countryside of Imandi, Chief of PKK

    countryside of Imandi, Midwife Countryside of Imandi, Cadre Countryside of Imandi, Sangadi Countryside of

    Dumoga, Chief of PKK countryside of Dumoga, Midwife Countryside of Dumoga and Cadre Countryside of

    Domoga.

  • 2

    PENDAHULUAN

    Empat dari seluruh komitmen yang dicetuskan

    oleh negara-negara PBB dalam Millenium

    Developmen Goals (MDGs) terkait erat dengan

    masalah kesehatanterutama tentang Kesehatan

    Ibu dan Anak.Program Kesehatan Ibu dan

    Anak menjadi sangat penting karena ibu dan

    anak merupakan unsur penting dalam

    pembangunan. Sampai saat ini Angka

    Kematian Ibu dan Anak yang merupakan

    indikator kesehatan umum dan kesejahteraan

    masyarakat masih menduduki peringkat

    tertinggi di Asia begitu juga di Indonesia,

    meskipun telah mengalami penurunan setiap

    tahun.

    Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam hal

    ini adalah dengan mendekatkan pelayanan

    kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas

    kepada masyarakat. Startegi utama yang

    diselenggarakan antara lain : (Prasetyawati,

    2012).

    1. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga,

    2. Mendorong keterlibatan masyarakat 3. Kerjasama lintas sektor, mitra lain

    termasuk pemerintah daerah dan lembaga

    legislatif, dan

    4. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan berkualitas.

    Menurut data Riskesdas 2010, Posyandu

    merupakan tempat bagi ibu dalam melakukan

    pemeriksaan kehamilannya dan berada

    diurutan ke-3 setelah klinik praktik bidan dan

    Puskesmas.Untuk menjamin perkembangan

    pelaksanaan program Posyandu, sebaiknya

    tidak ditangani sendiri oleh petugas kesehatan

    Puskesmas tetapi dibantu oleh kader dan

    bekerjasama dengan stakeholder lainnya yang

    berkewajiban untuk meningkatkan

    pemahamannya tentang Posyandu dan turut

    secara aktif dalam setiap kegiatannya. Petugas

    Puskesmas selanjutnya mendukung terus upaya

    para kader dan tokoh masyarakat melalui

    penyelenggaraan pelayanan di masyarakat.

    Secara umum, Posyandu pada akhir-akhir ini

    mengalami stagnasi (tidak aktif) karena

    berbagai faktor yakni, kader dan aparat

    desakurang aktif dan kurang semangat dalam

    kegiatan Posyandu, adanya pendekatan proyek

    yang melemahkan inisiatif masyarakat serta

    kurangnya pemberdayaan masyarakat, dan

    belum jelasnya siapa`pemilik' Posyandu dan

    pokja serta pokjanal Posyandu yang tidak

    berjalan. Menyikapi kondisi tersebut,

    pemerintah telah mengambil langkah bijak,

    dengan telah menetapkan berbagai kebijakan

    di bidang kesehatan seperti Posyandu.Salah

    satunya adalah kebijakan untuk merevitalisasi

    kembali Posyandu yang pernah diserukan oleh

    Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang

    Yudhoyono pada tahun 2006.Kebijakan ini

    sebelumnya telah ada semenjak diterbitkannya

    Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tahun

    2001 tentang Revitalisasi Posyandu. Sasaran

    dari Revitalisasi Posyandu diutamakan pada

    Posyandu dengan strata rendah, yakni

    Posyandu Pratama dan Posyandu Madya

    (Haryono, 2009).

    Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi

    Sulawesi Utara, Kabupaten Bolaang

    Mongondow terdiri dari 154 desa/kelurahan

    dan terdapat 14 Puskesmas, dengan 192 buah

    posyandu.Berdasarkan strata madya terdapat

    90 posyandu, purnama 99 posyandu dan

    mandiri 3 posyandu. Sedikitnya jumlah

    Posyandu berstrata mandiri di Kabupaten

    Bolaang Mongondow menjadikan Kecamatan

    Dumoga Timur tidak memiliki Posyandu

    mandiri.

    Berdasarkan data Profil Kesehatan Puskesmas

    Imandi yang terdiri dari 11 desa/kelurahan,

    terdapat 18 buah Posyandu, untuk Posyandu

    dengan strata madya ada 4 Posyandu, purnama

    14 Posyandu, namun untuk strata mandiri

    belum ada, sedangkan tenaga bidan di

    Puskesmas berjumlah 8 orang dan tenaga gizi

    berjumlah2 orang. Dengan melihat begitu

    pentingnya perkembangan Posyandu di

    wilayah kerjanya tergantung dari seberapa

    berpengaruhnya faktor-faktor yang

    mempengaruhi keadaan Posyandu tersebut,

    antara lain disebabkan karena pengaruh dari

    tenaga kesehatan dari Puskesmas, kemampuan

    kader, pembinaan dari unsur aparat desa dan

    lembaga terkait yang kemudian mengakibatkan

    rendahnya minat masyarakat untuk

    menggunakan Posyandu tersebut, selain itu

    juga keadaan sosiodemografi dari Posyandu

    tersebut juga dapat mempengaruhi keadaan

    dalam kegiatan penyelenggaraan Posyandu,

    antaralain disebabkan karena wilayah yang

    menjadi tempat penelitian merupakan daerah

  • 3

    rawan, dalam hal ini sering terjadi perseturuan

    antara desa di Kecamatan Dumoga Timur yang

    sebagian besar penduduknya merupakan

    imigrasi dari daerah lain, maka penulis tertarik

    untuk melakukan penelitian mengenai

    Gambaran Implementasi Kebijakan

    Revitalisasi Posyandu di Kabupaten Bolaang

    Mongondow, khususnya di wilayah kerja

    Puskesmas Imandi Kecamatan Dumoga Timur.

    METODE

    Jenis penelitian yang digunakan adalah

    penelitian deskriptif dengan menggunakan

    pendekatan kualitatif.Melalui pendekatan ini

    diharapkandapat menggali informasisecara

    lengkap dan mendalam tentang gambaran

    implementasi kebijakan revitalisasi Posyandu

    di wilayah kerja Puskesmas Imandi Kecamatan

    Dumoga Timur.

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-

    Mei 2013 di dua wilayah kerja Puskesmas

    Imandi, yakni Kelurahan Imandi dan Desa

    Dumoga.

    Informan dalam penelitian ini berjumlah 9

    orang, terdiri dari Kepala Puskesmas Imandi,

    Lurah desa Imandi, Ketua PKK desa Imandi,

    Bidan desa Imandi, Kader desa Imandi,

    Sangadi desa Dumoga, Ketua PKK

    desa Dumoga, Bidan desa Dumoga, dan Kader

    desa Dumoga.

    Instrumen Penelitian:

    Instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan

    penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu

    dengan instrumen tambahan berupa pedoman

    wawancara, alat perekam suara (voice

    recorder) dan alat tulis-menulis.

    Untuk menjaga kualitas dan keakuratan data

    dilakukan triangulasi.Triangulasi diartikan

    sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

    menggabungkan dari berbagai teknik

    pengumpulan data dan sumber data yang telah

    ada pada waktu tertentu. Triangulasi yang

    dilakukan adalah sebagai berikut:

    1. Triangulasi Sumber Triangulasi sumber dilakukan dengan

    caracross check data dengan fakta dari

    sumber lainnya. Sumber tersebut

    berasal dari informan yang berbeda

    yang terdiri dari beberapa sumber

    yaitu Kepala Puskesmas Imandi,

    Lurah desa Imandi, Ketua PKK desa

    Imandi, Bidan desa Imandi,

    Kader desa Imandi, Sangadi desa

    Dumoga, Ketua PKK desa Dumoga,

    Bidan desa Dumoga, dan Kader desa

    Dumoga untuk mengali topik

    yang sama dan membandingkan

    jawaban-jawaban dari para informan

    sehingga diperoleh kecocokan dan

    kesimpulan.

    2. Triangulasi Metode Selain melakukan wawancara

    mendalam dilakukan telaah dokumen

    dan observasi singkat.

    Pengolahan data, baik data primer yang

    didapat melalui wawancara mendalam dan data

    sekunder melalui telaah dokumen dan

    observasi singkat dilakukan melalui tahap

    sebagai berikut :

    1. Mengumpulkan data yang diperoleh dari informan melalui wawancara

    mendalam, telaah dokumen yang

    terkait dan observasi singkat

    2. Data yang dikumpulkan kemudian dibuat transkrip data yaitu mencatat

    data yang diperoleh seperti apa adanya

    tanpa dibuat kesimpulan

    3. Pemilahan data dengan mengelompokkan data kedalam sub

    topik atau variabel

    4. Menyajikan ringkasan data dalam bentuk matriks atau table

    Teknik analisis data yang digunakan adalah

    deskriptif naratif. Dimana teknik ini diterapkan

    melalui tiga alur menurut Miles dan Hubermen

    dalam Sugiyono (2009:246), yaitu:

    1. Reduksi data yaitu, proses memilih hal-hal yang pokok,

    memfokuskan pada hal-hal yang

    penting, dicari tema dan polanya.

    2. Penyajian data yaitu, penyajian informasi untuk memberikan

    kemungkinan adanya penarikan

    kesimpulan dan pengambilan

    tindakan.

    3. Penarikan Kesimpulan/verifikasi yaitu, proses penarikan

    kesimpulan dari data yang telah

    dianalisis.

    Informasi yang terkumpul dikelompokkan ke

    dalam kategori yang sama sesuai dengan topik

    penelitian. Pertama, data yang berhasil

    dikumpulkan kemudian dilakukan pemisahan-

    pemisahan, pengkategorian, atau

    pengklasifikasian, sehingga memudahkan

    peneliti melakukan aktivitas berikutnya.Kedua,

    data yang sudah dikelompokan, dipilih untuk

    segera diolah sehingga dapat dengan

    mudah ditafsirkan.

  • 4

    Penyajian data akan dikembangkan dengan

    bentuk tekstular dan tabel. Bentuk teks

    digunakan dalam penyajian kutipan hasil

    wawancara dengan para informan.Sedangkan

    bentuk table digunakan untuk penyajian hasil

    jawaban yang telah dikategorisasikan, dalam

    hal ini disebut tabel matrix wawancara.

    HASIL

    Puskesmas Imandi di Kecamatan Dumoga

    Timur merupakan salah satu Puskesmas yang

    ada di Kabupaten Bolaang Mongondow

    Sulawesi Utara, dengan luas wilayah 81,560

    Km2, dan memiliki wilayah kerja yang

    berjumlah 11 desa /kelurahan, di antaranya

    yaitu Desa Dumoga dan Kelurahan Imandi

    yang menjadi wilayah lokasi penelitian.

    Profil Puskesmas Imandi tahun 2011,

    menunjukan bahwa Posyandu di seluruh

    wilayah kerja Puskesmas Imandi belum

    mengalami perkembangan sampai padastrata

    mandiri. Terdapat 4 desa yang masih tergolong

    dalam tingkatan Posyandu strata madya, yaitu

    Kelurahan Imandi, Desa Dumoga, Desa

    Siniung dan Desa Mogoyunggung. Namun

    dalam penelitian ini peneliti hanya melakukan

    penelitian di 2 desa, saja, yaitu Kelurahan

    Imandi dan Desa Dumoga. Hal ini di

    karenakan kedua desa tersebut adalah wilayah

    yang lebih luas dan lebih banyak jumlah

    penduduknya, di mana untuk wilayah Dumoga

    memiliki luas wilayah 9.160.0 Km2 dengan

    jumlah penduduk 3.852 jiwa, sedangkan untuk

    Kelurahan Imandi memiliki luas wilayah

    15.400.0 Km2 dengan jumlah penduduk 4.042

    jiwa sebagai suatu Kelurahan, di mana letak

    dari Puskesmas Imandi sendiri bertempat di

    Kelurahan Imandi dan memiliki cakupan

    kunjungan bayi yang lebih banyak

    dibandingkan desa lain di wilayah kerja

    Puskesmas Imandi.

    Dilihat dari data jumlah Posyandu

    menurut strata di Profil Puskesmas Imandi,

    Tingkatan strata Posyandu di Desa Dumoga,

    untuk strata madya terdapat 1 Posyandu, strata

    purnama terdapat 1 Posyandu, sedangkanstrata

    mandiri belum ada Posyandu. Tingkatan strata

    Posyandu di Kelurahan Imandi, untuk strata

    madya terdapat 1 Posyandu, strata Purnama

    terdapat 2 Posyandu, dan strata mandiri belum

    terdapat Posyandu.Dengan demikian kedua

    desatersebut sama-sama masih memiliki

    Posyandu dengan strata rendah yaitu madya

    dan belum memiliki Posyandu dengan strata

    mandiri.

    PEMBAHASAN

    Kualitas Kemampuan dan Keterampilan

    para Kader Posyandu

    1. Sumber Daya Manusia

    Pada penelitian yang dilakukan, SDM yang

    menjadi informan adalah orang-orang yang

    terkait dalam kegiatan Posyandu di wilayah

    kerja Puskesmas Imandi di dua desa yang

    dipilih, yakni Kepala Puskesmas Imandi,

    Lurah Desa Imandi, Sangadi Desa Dumoga,

    Ketua PKK Desa Imandi, Ketua PKK Desa

    Dumoga, Bidan dan Kader yang menangani

    Posyandu di dua wilayah kerja Puskesmas

    Imandi.

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

    oleh peneliti, SDM yang biasanya hadir dalam

    setiap kegiatan Posyandu adalah Bidan, Kader

    dan Perawat/juru imunisasi.Tugas dari masing-

    masing SDM sebagaimana yang dijelaskan

    oleh para informan, yaitu bidan bertugas untuk

    memeriksa kehamilan, pendeteksian ibu

    beresiko, serta pelayanan untuk ibu hamil,

    kader bertugas untuk menimbang, serta untuk

    pengisian buku KMS, perawat sebagai juru

    imunisasi bertugas untuk pemberian imunisasi

    kepada bayi.

    Hasil penelitian di lapangan juga menunjukkan

    bahwa untuk tenaga Dokter, selama peneliti

    ikut dalam kegiatan pelaksanaan Posyandu,

    Dokter tidak pernah turut serta, hal ini

    dikarenakan tenaga dokter di Puskesmas hanya

    berjumlah satu orang saja dan tidak pernah

    terlibat langsung dalam kegiatan Posyandu.

    Oleh sebab itu Petugas kesehatan yang turut

    serta dalam kegiatan Posyandu di lapangan

    hanyalah tenaga bidan dan perawat.

    Dari hasil observasi peneliti selama mengikuti

    kegiatan hari buka Posyandu di Kelurahan

    Imandi, memang pihak Aparat tersebut tidak

    ikut serta di dalamnya dan menyerahkan

    Posyandu beserta kegiatannya kepada pihak

    Puskesmas dan kader yang ada.Padahal dalam

    kegiatan pelaksanaan Posyandu seharusnya ada

    beberapa pihak yang turut serta, dalam hal ini

    Aparat desa, yaitu Lurah/Sangadi, Tim

    Pengerak PKK serta Tokoh Masyarakat.

    Diketahui juga bahwa Ketua PKK di dua

    desa/kelurahan tersebut memiliki pekerjaan

    serta jabatan di luar Posyandu, yaitu menjabat

    sebagai Kepala Sekolah dengan pendidikan

    terakhir S1.Dalam hal ini Ketua PKK memiliki

    tugas rangkap, selain sebagai Ketua PKK juga

    sebagai Pegawai Negeri.Aparat masing-masing

    desa tersebut juga sama-sama berpendidikan

    terakhir S1 dengan lama kerja 4 tahun.Bidan

  • 5

    yang turun di wilayah kerja memiliki

    pendidikan terakhir D3 dan kader dengan

    pendidikan terakhir SMA dan lama kerja 3-4

    tahun.Diketahui juga bahwa kader desa Imandi

    sering berganti-ganti disebabkan pergantian

    Ketua PKK, di mana kader dipilih langsung

    oleh Ketua PKK sendiri.

    Sumber daya manusia dalam penyelengaraan

    kegiatan revitalisasi Posyandu memegang

    peranan penting.Oleh sebab itu diperlukan

    partisipasi seluruh pihak dalam setiap kegiatan

    Posyandu di wilayah kerjanya dalam hal ini

    pihak kesehatan, Pemerintah Desa, Tokoh

    masyarakat serta masyarakat itu sendiri.

    2 Struktur Organisasi

    Struktur organisasi Posyandu ditetapkan oleh

    musyawarah masyarakat pada saat

    pembentukan Posyandu.Struktur organisasi

    tersebut bersifat fleksibel, sehingga dapat

    dikembangkan sesuai dengan kebutuhan,

    kondisi, permasalahan dan kemampuan

    sumberdaya yang disepakati dalam

    Unit/Kelompok Pengelola Posyandu bersama

    masyarakat setempat (Kemenkes RI, 2011).

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

    peneliti, struktur untuk pelaksanaan kegiatan

    Posyandu menurut beberapa informan sudah

    ada, di mana menurut pernyataan mereka

    bahwa selaku penanggung jawab dari

    kesehatan adalah Kepala Puskesmas sedangkan

    dari pihak Kelurahan adalah Aparat Desa.

    Sebagai berikut :

    Tentunya kalu penanggung jawab di Posyandu itu dari kesehatan itu tentunya

    Kapus noh, kalu Kelurahan Pak lurah noh

    yang bertanggung jawab Berdasarkan hasil penelitian tersebut,

    menyatakan bahwa Lurah hanya sebagai

    pemantau dan pembina, sedangkan dari

    petugas kesehatan hanya memfasilitasi

    kegiatan Posyandu, dan kader sebagai

    pelaksana kegiatan. Hal ini agak berbeda

    dengan konsep dari Sembiring (2004), dimana

    disebutkan bahwa pengelola Posyandu di

    tingkat desa/kelurahan adalah sebagai berikut :

    1. Penanggung jawab umum : Kepala desa/Lurah

    2. Penanggung jawab operasional : Tokoh Masyarakat

    3. Ketua Pelaksana : Ketua Seksi 10 LKMD atau Ketua Tim PKK

    4. Pelaksana : Kader PKK, yang dibantu Petugas Kesehatan

    Menurut Lurah desa Imandi, yang biasanya

    turut dalam kegiatan Posyandu adalah PKK,

    Aparat Kelurahan dalam Posyandu hanya

    sebagai pembina dan jarang turun langsung ke

    Posyandu karena Posyandu sudah dilaksanakan

    secara rutin sesuai jadwal oleh Puskesmas.

    Padahal bidan dan kader desa Imandi

    mengharapkan pihak Lurah dan PKK untuk

    turut dalam kegiatan Posyandu karena selama

    ini mereka tidak terlibat di Posyandu, bahka

    tidak memberikan pembinaan seperti fungsi

    yang seharusnya dilakukan oleh Aparat Desa

    dan PKK.

    Pengelolaan Dalam Pelayanan Posyandu

    1. Penyelenggaraan Kegiatan

    Dari hasil wawancara oleh para informan,

    diketahui bahwa penyelengaraan kegiatan di

    Posyandu wilayah kerja Puskesmas Imandi

    sudah berjalan sesuai dengan agenda dan

    jadwal yang ditetapkan dengan kegiatan utama

    yakni kegiatan 5 meja.Hasil observasi di

    lapangan juga menunjukkan bahwa pelayanan

    yang diberikan oleh petugas berupa pelayanan

    standar yaitu pelayanan kesehatan yakni

    pemberian imunisasi, pemeriksaan kehamilan

    oleh bidan dan penyuluhan, namun untuk

    kegiatan tambahan belum dilaksanakan.

    Pada hasil observasi di lapangan oleh peneliti,

    ditemukan bahwa untuk penyelenggaraan

    Posyandu, awalnya para ibu yang datang ke

    Posyandu mendaftar pada kader, dan sebagian

    besar kader sudah melaksanakan peran

    sertanya di meja I yaitu melaksanakan

    pendaftara balita dalam buku bantu pencatatan

    balita. Apabila balita sudah mempunyai KMS,

    berarti bulan lalu balita sudah ditimbang,

    dimana pencatatan nama balita pada secarik

    kertas diselipkan pada KMS, kemudian ibu

    balita membawa anaknya menuju ke tempat

    penimbangan. Untuk kegiatan di meja II

    dilakukan penimbangan bayi/balita oleh kader,

    yang perlu diperhatikan yaitu apakah dacin

    sudah siap, kemudian anak ditimbang, lalu

    hasil penimbangan berat anak dicatat pada

    secarik kertas, setelah ditimbang ibu menuju

    ke meja selanjutnya yaitu meja III untuk

    pengisian hasil timbangan pada KMS

    bayi/balita tersebut, hanya saja pada kedua

    Posyandu yang di teliti, yang melakukan

    pengisian KMS adalah petugas kesehatan

    Puskesmas bukan kader. Hal tersebut bertolak

    belakang dengan tugas pada meja III yang

    seharusnya dilakukan oleh kader di Posyandu,

    di mana petugas kesehatan bertugas di meja

  • 6

    V untuk pelayanan kesehatan.Begitupula untuk

    meja VI, dimana kader Posyandu kurang

    melaksanakan peran sertanya dalam hal

    penyuluhan perorangan sesuai dengan

    permasalahan yang ditemukan dan hanya

    sebatas informasi hasil timbangan saja pada

    ibu balita. Untuk meja V dalam hal pemberian

    imunisasi pada bayi dan balita dilakukan juga

    oleh petugas Puskesmas yakni juru imunisasi

    atau perawat, di mana dengan

    mempertimbangkan status kesehatan balita, di

    lain pihak bidan juga melakukan pelayanan

    kepada ibu hamil yang datang.

    Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

    ditemukan bahwa pelaksanaan kegiatan

    Posyandu menurut para informan sudah sesuai

    dengan jadwal yang ditetapkan, apabila

    bertepatan tanggal merah atau hari libur, maka

    jadwal diatur sedemikian rupa sesuai situasi

    dan kondisi sebelumnya agar tidak saling

    bertabrakkan antara jadwal kegiatan Posyandu

    satu dan Posyandu yang lain dengan

    memberitahukan sebelumnya pada para

    pelaksana kegiatan Posyandu.

    Melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti,

    didapati bahwa selama dalam kegiatan

    Posyandu tidak pernah ada dokter yang ikut

    serta, pihak Aparat Desa juga tidak turut

    terlibat, serta tempat dari penyelengaraan

    kegiatan Posyandu tersebut tidaklah

    memungkinkan, terutama di Posyandu

    Kelurahan Imandi. Pada Posyandu di

    Kelurahan Imandi, kegiatan dilakukan di balai

    desa yang keadaannya cukup memperihatinkan

    dan tidak ada tempat untuk pemeriksaan

    kehamilan yang sesuai, hal tersebut

    mengakibatkan kegiatan Posyandu yang

    dijalankan menjadi terpisah tempatnya, yakni

    untuk penimbangan bayi/balita di balai desa

    dan untuk pemeriksaan kehamilan di rumah

    warga dekat balai desa, sedangkan untuk

    Posyandu yang dilaksanakan di desa Dumoga

    juga masih meminjam rumah salah seorang

    warga di karenakan balai desa untuk

    pelaksanaan kegiatan Posyandu masih dalam

    tahap pembangunan.

    2. Cakupan Program di Posyandu

    Dari hasil pernyataan oleh Kepala Puskesmas

    Imandi, Posyandu di dua wilayah kerja

    tersebut sudah memiliki program tambahan

    selain 5 meja, seperti telah melaksanakan

    Posyandu Manula/Lansia dan program

    pemberian makanan tambahan (PMT) sehingga

    pelayanan di Posyandu menjadi 6 meja.

    Namun untuk pelaksanaan Posyandu Lansia,

    seperti yang dinyatakan oleh Ketua PKK desa

    Imandi bahwa para lansia hanya pada awal

    dibentuk Posyandu Lansia sering datang

    memeriksa, setelah lama-kelamaan mereka

    sudah tidak lagi ikut dalam kegiatan Posyandu,

    meskipun hingga sekarang Posyandu Lansia

    masih ada.

    Begitupula dengan pemberian makanan

    tambahan yang diakui oleh kader desa Imandi,

    karena terdapatnya kendala dalam hal ini

    keterbatasan pendanaan maka untuk program

    makanan tambahan terpaksa dihentikan,

    padahal menurut para kader kegiatan tersebut

    dapat menjadikan para ibu yang memiliki bayi

    lebih tertarik dan semangat untuk datang di

    Posyandu.

    Berdasarkan observasi peneliti dilapangan saat

    pelaksanaan Posyandu, Petugas kesehatan dan

    para kader hanya melakukan kegiatan

    pelayanan minimal yaitu dengan pelayanan 5

    meja saja pada Ibu hamil dan balita, tidak ada

    pelayanan Posyandu Lansia ataupun kegiatan

    pemberian makanan tambahan.

    Berdasarkan hasil wawancara oleh para

    informan mengenai rutinitas penyelenggaraan

    kegiatan Posyandu di wilayah kerja masing-

    masing sudah berjalan dengan baik, di mana

    kegiatan rutin tiap bulannya walaupun dengan

    masih adanya kendala dalam pelaksanaan

    Posyandu namun menurut semua informan

    Posyandu sudah berjalan secara rutin meski

    hanya berupa pelayanan standar.

    Pemenuhan Kelengkapan Sarana Prasarana

    1. Anggaran

    Berdasarkan hasil penelitian mengenai

    pendanaan di Posyandu wilayah kerja

    Puskesmas Imandi, ditemukan bahwa hampir

    semua informan menyatakan kalau dana untuk

    pelaksanaan kegiatan Posyandu hanya di dapat

    dari hasil pendaftaran dengan jumlah yang

    sangat terbatas. Menurut beberapa informan

    juga menyebutkan bahwa mereka memperoleh

    insentif dari pihak Puskesmas dari dana BOK

    namun hanya berupa biaya transportasi dengan

    jumlah yang minim. Sedangkan dari pihak

    Pemerintah tidak menyediakan dana khusus

    untuk Posyandu, sehingga berbagai kegiatan di

    Posyandu yang telah ada terhambat bahkan

    sudah tidak berjalan lagi, seperti program

    pemberian makanan tambahan (PMT).

    Berdasarkan informasi dari Kepala Puskesmas

    Imandi, dana di Posyandu untuk desa sudah

    masuk di ADD (Anggaran Dasar Desa), tetapi

  • 7

    untuk kelurahan tidak ada, dan dana di

    Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Imandi

    hanya berasal dari uang pendaftaran saja.

    Menurut Kepala Puskesmas sendiri dana untuk

    bidan dan kader diambil dari dana BOK,

    sedangkan dana untuk kegiatan Posyandu

    hanya berasal dari pendaftaran masyarakat.

    2 Sarana

    Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

    oleh peneliti, di mana menurut Kepala

    Puskesmas Imandi biasanya yang menjadi

    kendala di Posyandu mengenai sarana adalah

    ketersediaan vaksin yang tidak mencukupi

    untuk kegiatan Posyandu, di mana Dinas

    Kesehatan seringkali mengeluh pada pihak

    Puskesmas bahwa sarana vaksin untuk mereka

    juga terbatas disebabkan permintaan oleh

    Puskesmas lain.

    Oleh sebab itu dalam pelaksanaan Posyandu

    untuk kegiatan penyuntikkan vaksin masih

    menjadi masalah di karenakan kekurangan

    tersebut. Kepala Puskesmas menyebutkan

    bahwa pelaksanaan Posyandu tetap dilakukan

    meskipun hanya untuk kegiatan penimbangan

    balita saja, walaupun dengan demikian

    masyarakat tetap akan datang dalam setiap ada

    kegiatan Posyandu berikutnya sebab sudah

    menjadi kebutuhan bagi bayi mereka untuk

    mendapatkan imunisasi, maka meskipun untuk

    bulan ini belum ada vaksin yang cukup

    tersedia, tetap ibu-ibu yang memiliki

    bayi/balita akan datang untuk menerima vaksin

    di bulan selanjutnya.

    Menurut Ketua PKK desa Imandi, kendala

    yang terdapat di Posyadu-nya, yaitu dana dan

    tempat pelaksanaan Posyandu yang

    sebelumnya telah diusulkan untuk pindah ke

    tempat yang lebih strategis didekat Kantor

    Kelurahan, namun hal ini belum di

    sosialisasikan ke masyarakat setempat

    sehingga belum mendapat kesepakatan

    bersama di wilayah tersebut.

    Menurut bidan desa Imandi adalah tempat

    pelayanan Posyandu khusus untuk

    pemeriksaan ibu hamil yang selama ini hanya

    meminjam rumah warga.Permasalahan tempat

    pelaksanaan Posyadu ini sudah diusulkan ke

    pihak Kelurahan hanya saja belum mendapat

    tanggapan apa-apa.

    Menurut bidan desa Dumoga, kendala dalam

    Posyandu di wilayah kerjanya juga adalah

    tempat pelayanan Posyandu yang belum tetap,

    serta sarana prasarana belum cukup memadai

    sehingga upaya yang harusnya dilakukan

    menurut bidan tersebut adalah dari pihak

    Aparat pemerintah berusaha untuk

    menyelesaikan masalah yang masih menjadi

    kendala dalam pelaksanaan Posyandu di

    wilayah kerjanya terlebih lagi untuk

    pembangunan sarana Posyandu.

    Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat

    Untuk Kesinambungan Posyandu

    1. Keaktifan Tokoh Masyarakat dan Kader. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

    peneliti, didapati bahwa masih banyak Tokoh

    masyarakat yang enggan untuk membantu

    pelaksanaan Posyandu, tetapi ada juga yang

    ikut terlibat pada hari buka Posyandu misalnya

    Sangadi desa Dumoga yang datang di

    Posyandu.

    Dari hasil wawancara, menurut pernyataan dari

    informan lain, bahwa selama ini baru kader

    yang berperan dalam setiap kegiatan Posyandu,

    sedangkan dari pihak Tokoh masyarakat belum

    turut terlibat.Hal ini disebabkan pihak Aparat

    menyerahkan semua urusan Posyandu kepada

    para kader yang ada dan telah dipilih oleh

    Ketua PKK.Padahal sesungguhnya peran dari

    Aparat setempat juga sangat dibutuhkan untuk

    menggerakan masyarakat dalam kemajuan

    Posyandu di wilayah kerjanya.

    Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

    peneliti mengenai jumlah Kader dan Tokoh

    masyarakat yang biasa hadir dalam kegiatan

    Posyandu, ditemukan bahwa jumlah kader

    yang ada ditiap-tiap Posyandu ada 5 orang,

    namun mereka biasa tidak hadir semua dalam

    kegiatan pelaksanaan Posyandu.

    Kader di tiap Posyandu ada 5 tapi laeng kali hadir, laeng kali mereka tak hadir

    karna mereka juga ada halangan, laeng

    kali cuma 4-3 tapi banyak kali hadir

    nohsamua Menurut bidan desa Imandi, selama ini hanya

    kader yang berperan secara aktif dalam

    kegiatan Posyandu dengan jumlah 4 sampai 5

    orang ditiap pos tapi terkadang hanya 4 orang

    yang hadir, sedangkan untuk tokoh masyarakat

    belum pernah hadir dalam Posyandu, menurut

    bidan tersebut tokoh masyarakat tidak hadir

    karena menganggap di Posyandu sudah ada

    kader yang terpilih maka semua tergantung

    oleh kader sehingga yang diberdayakan di

    Posyandu hanyalah kader.

    2 Pemantapan Lembaga Posyandu

    Perkembangan Posyandu di masing-masing

    desa di wilayah kerja Puskesmas Imandi tidak

  • 8

    sama, dengan demikian pembinaan yang

    dilakukan untuk masing-masing Posyandu juga

    berbeda, namun tetap untuk satu tujuan yang

    sama yaitu untuk pengembangan Posyandu.

    Dalam hasil penelitian mengenai upaya yang

    dilakukan dalam menjadikan Posyandu lebih

    maju atau mandiri, di temukan kesamaan

    pendapat dari semua informan, yakni dengan

    melakukan kerjasama antara berbagai pihak,

    baik pihak dari Dinas Kesehatan, Kecamatan,

    pihak Puskesmas, pihak Pemerintah Desa

    sampai keseluruh masyarakat setempat. Dalam

    hal ini kerjasama yang tentunya dapat

    diaplikasikan dan diterapkan sampai pada

    kegiatan Posyandu itu sendiri.

    Seperti dalam penelitian sebelumnya di mana

    salah satu upaya yang perlu dilakukan agar

    Posyandu aktif adalah dengan memberikan

    pelayanan makanan tambahan untuk balita

    serta pelayanan ini merupakan pelayanan yang

    diharapkan oleh pengguna yang diberikan di

    Posyandu. Apabila Posyandu di wilayah kerja

    Puskesmas Imandi telah melaksanakan

    cakupan kegiatan lebih dari 50%, memiliki

    program-progam tambahan, memiliki

    pembiayaan yang berasal dari dana sehat,

    tingkat aktivasi Pemerintah, tokoh masyarakat

    dan kader tinggi serta seluruh masyarakat desa

    ikut terlibat dalam kegiatan Posyandu, maka

    Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Imandi

    sudah bisa menjadi Posyandu dengan strata

    mandiri.

    Fungsi Pendampingan dan Kualitas

    Pembinaan Posyandu

    1. Pembinaan

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

    oleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas

    Imandi, ditemukan bahwa beberapa informan

    pernah mengikuti pelatihan yang biasanya

    dilakukan oleh Dinkes, Puskesmas dan

    BKKBN, sedangkan dari Aparat Desa tidak

    pernah ada pembinaan.

    Kader desa Imandi, menyatakan bahwa sudah

    pernah mengikuti pelatihan akan tetapi

    pelatihan tersebut sudah sangat lama dilakukan

    oleh Kecamatan dan sampai sekarang sudah

    tidak pernah dilakukan pelatihan lagi, menurut

    kader untuk ikut dalam pelatihan harus melalui

    undangan dari Kecamatan terlebih dahulu dan

    sampai saat ini mereka belum menerima

    pemberitahuan tentang adanya pelaksanaan

    pelatihan lagi, sedangkan pembinaan dari

    pihak Aparat desa tidak pernah dilakukan.

    Berdasarkan hasil observasi pada penelitian di

    dua wilayah kerja Puskesmas Imandi, petugas

    kesehatan selalu hadir dalam kegiatan

    Posyandu yang dilakukan pada hari buka

    Posyandu, di mana selain mendamping kader

    dalam pelaksanaan Posyandu juga sebagai

    pemberi layanan kesehatan dalam yang bersifat

    kuratif.

    Posyandu sebagai suatu lembaga pelayanan

    kesehatan bagi masyarakat sudah selayaknya

    jika terus dibina oleh pihak-pihak yang

    berkompeten baik itu pihak Pemerintah

    Daerah. Pembinaan dapat dilakukan dengan

    cara memberikan pendampingan melalui

    petugas Puskesmas maupun melalui

    pendidikan/pelatihan bagi para kader. Selain

    itu para pendamping juga terus berusaha untuk

    memberikan motivasi kepada para kader agar

    melaksanakan kegiatan posyandu secara rutin

    dan lancar.Dengan adanya pembinaan ini para

    kader Posyandu bisa bertahan cukup lama

    walaupun tanpa adanya imbalan material

    maupun financial yang mencukupi.Adapun

    pembinaan dari pihak pemerintah baik

    pemerintah tingkat Kecamatan maupun tingkat

    desa untuk hal pembinaan ini belum dapat

    direalisasikan.

    Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,

    maka kesimpulan dari penelitian ini sebagai

    berikut:

    1. Kualitas Kemampuan dan Keterampilan para Kader Posyandu

    1.) Sumber Daya Manusia

    Sumber daya manusia yang berperan dalam

    pelaksanaan kegiatan Posyandu di

    wilayah kerja Puskesmas Imandi adalah

    Bidan, kader serta Juru imunisasi.Untuk

    dari pihak Pemerintah selaku Lurah dan

    Tim PKK, kurang serta berpartisipasi dalam

    kegiatan Posyandu.

    2.) Struktur Organisasi

    Struktur Organisasi dalam pelaksanaan

    Posyandu sudah ada, dan dijalankan

    disetiap desa/kelurahan, dimana ada dari

    pihak Puskesmas dan dari pihak

    pemerintah.

    2. Pengelolaan Dalam Pelayanan Posyandu 1.) Penyelenggaraan Kegiatan

    Proses penyelegaraan kegiatan utama dalam

    pelaksanaan revitalisasi Posyandu secara

    umum di wilayah kerja Puskesmas Imandi

    sudah mencakup program kegiatan 5 meja

  • 9

    dan dilaksanakan sesuai jadwal yang

    ditetapkan.

    2.) Cakupan Program di posyandu

    Cakupan Program di Posyandu wilayah

    kerja Puskesmas Imandi, selain kegiatan 5

    meja sudah ada program kegiatan Posyandu

    Lansia dan Pemberian makanan tambahan,

    namun belum berjalan dengan baik

    disebabkan terbatasnya dana dari berbagai

    pihak.

    3. Pemenuhan Kelengkapan Sarana Prasarana

    1.) Anggaran

    Anggaran untuk pelaksanaan revitalisasi

    Posyandu di wilayah kerja Puskesmas

    Imandi bisa dikatakan masih terbatas,

    karena biasanya hanya berasal dari uang

    pendaftaran masyarakat saja.

    2.) Sarana

    Keadaan sarana dalam pelaksanaan

    kegiatan Posyandu di wilayah kerja

    menyangkut dana yang masih terbatas,

    kurang tersedia vaksin dan obat-obatan,

    kurangnya meja untuk kegiatan Posyandu

    serta keadaan tempat pelaksanaan kegiatan

    Posyandu yang tidak memungkinkan.

    4. Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat Untuk Kesinambungan

    Posyandu

    1.) Keaktifan Tokoh Masyarakat dan Kader. Pemberdayaan oleh Tokoh masyarakat

    dalam pelaksanaan revitalisasi Posyandu

    masih kurang karena kesibukan mereka

    diluar Posyandu, sedangkan untuk kader

    sudah sangat membantu dalam pelaksanaan

    kegiatan Posyandu, dapat dilihat dari

    keaktifan mereka dalam setiap kegiatan

    Posyandu.

    2.) Pemantapan Lembaga Posyandu Untuk Posyandu di desa Dumoga dan

    Kelurahan Imandi masih berada ditingkatan

    strata madya. Oleh sebab itu upaya para

    pihak dalam pemantapan Posyandu

    diwilayah kerjanya adalah dengan

    melakukan kerjasama antara berbagai

    pihak, baik pihak dari Dinkes, Kecamatan,

    pihak Puskesmas, pihak pemerintah desa

    sampai keseluruh masyarakat setempat.

    5. Fungsi Pendampingan dan Kualitas Pembinaan Posyandu

    1.) Pembinaan

    Pembinaan dan pelatihan telah dilakukan

    oleh para pihak yang terlibat dalam

    pelaksanaan revitalisasi Posyandu baik dari

    Dinas Kesehatan maupun tingkat

    Puskesmas Kecamatan.

    Saran

    Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat

    dikemukakan beberapa saran terkait dengan

    tujuan dan manfaat penelitian, antara lain:

    1. Pihak Aparat Desa maupun tokoh masyarakat diharapkan untuk turut terlibat

    dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu

    diwilayahnya. Serta membuat komitmen

    resmi untuk membantu pelaksanaan

    Posyandu di wilayahnya.

    2. Melakukan kerjasama dan koordinasi antara berbagai pihak, baik pihak dari

    Kecamatan, pihak Puskesmas, pihak

    Aparat desa sampai keseluruh masyarakat

    setempat dalam penerapan Posyandu

    diwilayahnya.

    3. Melakukan pembinaan secara rutin bagi para pelaksana kegiatan Posyandu.

    DAFTAR PUSTAKA

    Departemen Dalam Negeri RI dan Otonomi

    Daerah. 2001. Surat Edaran Menteri

    Dalam Negeri No.411.3/1116/SJ,

    Tentang Pedoman Umum Revitalisasi

    Posyandu. Jakarta.

    http://www.ristek.go.id/referensi/huku

    m/prop/html. Diakses pada tanggal 30

    Januari 2013.

    Haryono, S. 2009. Revitalisasi dan

    Pengembangan Posyandu

    Mandiri.Jakarta : Yayasan Dana

    Sejahtera Mandiri.

    Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2011.

    PedomanUmum Pengelolaan

    Posyandu. Jakarta : Kemenkes RI

    Prasetyawati, A.E. 2012.KesehatanIbu

    Dan Anak Dalam MDGs.

    Yogyakarta : Nuha Medika. Hlm

    41-48.

    Sembiring, N. 2004.Posyandu Sebagai

    Saran, Peran Serta Masyarakat Dalam

    Usaha Peningkatan Masyarakat.

    Artikel, Pustaka Universitas Sumatra

    Utara. Medan.

  • 10