Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
NILAI MORAL NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA
DAN SKENARIO PEMBELAJARAN
DI KELAS XI SMA
SKRIPSI
Disusun sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Diyah Sulistiyani
122110009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2016
ii
iii
iv
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
1. “Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena
kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang”
(QS. Al-Mukminun:11).
2. “Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu kaum sehingga mereka
merubah nasib mereka sendiri” (QS. Ar-Ra‟d: 11).
Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta bapak Mungalim
dan ibu Suratmi yang selalu memberikan
doa dan restunya;
2. Kakakku, Sarifatun dan Ida serta adikku
Miftah yang tiada lelah memberikan
motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Teman-teman FKIP Program Studi PBSI
angkatan 2012 yang telah mendukung.
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Nilai Moral Novel Ayah Karya Andrea Hirata dan Skenario Pembelajaran di
Kelas XI SMA” dengan lancar. Skripsi ini disusun dalam rangka penyelesaian
studi program Strata I Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo, yang telah memberikan
kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas
Muhammadiyah Purworejo;
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan
kesempatan menyelesaikan studi di FKIP;
3. Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan, dorongan,
dan motivasi kepada peneliti melakukan penelitian;
vii
viii
ABSTRAK
Sulistiyani, Diyah. 2016. “Nilai Moral Novel Ayah Karya Andrea Hirata dan
Skenario Pembelajaran di SMA Kelas XI SMA”. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik novel Ayah
karya Andrea Hirata, (2) nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata, (3) skenario
pembelajaran unsur intrinsik dan nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata di
kelas XI SMA.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini
adalah aspek nilai moral yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
Fokus penelitian ini berupa hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan diri sendiri serta skenario
pembelajaran di kelas XI SMA. Sumber data berupa novel, buku sastra, kutipan
langsung dan tidak langsung. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kartu
pencatat data. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
studi pustaka. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan analisis
isi.Teknik yang digunakan penulis untuk menyajikan hasil analisis adalah teknik
penyajian informal.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik
novel Ayah meliputi: (a) tema novel ini adalah kesabaran dalam menjalani
kehidupan rumah tangga serta ketulusan cinta, (b) tokoh utama adalah Sabari dan
tokoh tambahan antara lain Marlena, Markoni, Toharun, Tamat, Ukun, dan Zorro,
(c) alur yang digunakan adalah alur maju, (d) terdapat tiga macam latar, yaitu latar
tempat meliputi Belantik, ruang kelas, stasiun radio, bawah pohon akasia, ruang
sidang III, taman balai kota, masjid Baiturachman, dan pelabuhan, latar waktu
meliputi sore dan malam, latar sosial adalah status sosial, dan (e) sudut pandang
yang digunakan adalah pusat pengisahan persona ketiga serba tahu, (2) nilai
moral novel Ayah mencakup tiga aspek, yaitu: (a) hubungan manusia dengan
Tuhan meliputi beribadah dan bersyukur, (b) hubungan manusia dengan manusia
lain meliputi persahabatan, menepati janji, tolong menolong, dan kasih sayang,
(c) hubungan manusia dengan diri sendiri meliputi pantang menyerah dan
kejujuran, (3) skenario pembelajaran novel Ayah karya Andrea Hirata
menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT), yaitu: (a)
penyampaian motovasi dan penjelasan tujuan pembelajaran, siswa dapat
mengetahui unsur intrinsik novel, (b) pembagian kelompok, (c) kegiatan belajar
dalam kelompok, (d) presentasi kelompok.
Kata kunci: Unsur Intrinsik, Nilai Moral Novel Ayah, Skenario Pembelajaran
Novel.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
PERSETUJUAN ........................................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................ iii
PERNYATAAN ............................................................................................ iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
PRAKATA ..................................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 5
C. Batasan Masalah..................................................................... 6
D. Penegasan Istilah .................................................................... 6
E. Rumusan Masalah .................................................................. 8
F. Tujuan Penelitian ................................................................... 8
G. Manfaat Penelitian ................................................................. 9
H. Sistematika Skripsi ................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS ................... 12
A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 12
B. Kajian Teoretis ....................................................................... 16
1. Pengertian Novel ............................................................. 17
2. Unsur Instrinsik Novel ..................................................... 17
a. PengertianTema.......................................................... 18
b. Pengertian Tokoh dan Penokohan ……………. ........ 19
c. Pengertian Alur …………………………………... .. 20
d. Pengertian Latar ………………………………….. .. 21
e. Pengertian Sudut Pandang ......................................... 22
x
f. Hubungan Antarunsur ................................................ 23
3. Nilai Moral dalam Karya Sastra ……………………… . 24
a. Pengertian Moral …………………………………. .. 24
b. Moral dalam Karya Sastra ………………………... .. 25
c. Jenis Nilai Moral ………………………………….. 26
1) Hubungan Manusia denganTuhan ………….. ..... 26
2) Hubungan Manusia dengan Manusia Lain …... ... 27
3) Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri .............. 28
4. Skenario Pembelajaran Sastra ......................................... 28
a. Pengertian Pembelajaran Sastra ................................ 29
b. Tujuan Pembelajaran ................................................. 29
c. Manfaat Pembelajaran Sastra .................................... 30
d. Bahan Pembelajaran .................................................. 31
e. Langkah-langkah Pembelajaran ................................ 32
f. Sumber Belajar .......................................................... 38
g. Waktu ........................................................................ 38
h. Evaluasi ..................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 40
A. Objek Penelitian ..................................................................... 40
B. Fokus Penelitian ..................................................................... 40
C. Sumber Data ........................................................................... 41
D. Instrumen Penelitian............................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 41
F. Teknik Analisis Data .............................................................. 42
G. TeknikP enyajian Hasil Analisis ............................................ 43
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA .............................. 45
A. Penyajian Data ....................................................................... 45
1. Unsur Intrinsik Novel Ayah Karya Andra Hirata ............. 45
2. Nilai Moral Novel Ayah Karya Andrea Hirata ................ 46
3. Skenario Pembelajaran Novel Ayah Karya
Andrea Hirata ......................................................................... 47
B. Pembahasan Data ................................................................... 49
1. Unsur Intrinsik Novel Ayah Karya Andrea Hirata ........... 49
a. Tema .......................................................................... 49
b. Tokoh dan Penokohan ............................................... 59
c. Alur ........................................................................... 72
d. Latar .......................................................................... 82
e. Sudut Pandang ........................................................... 94
f. Hubungan Antarunsur ............................................... 96
2. Nilai Moral Pada Novel Ayah Karya Andrea Hirata ........ 103
a. Hubungan Manusia denganTuhan.............................. 103
b. Hubungan Manusia dengan Manusia Lain ................. 106
xi
c. Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri .................... 113
3. Skenario Pembelajaran Novel Ayah karya
Andrea Hirata di Kelas XI SMA ............................................ 117
a. Standar Kompetensi .................................................... 118
b. Kompetensi Dasar....................................................... 118
c. Indikator...................................................................... 118
d. Tujuan Pembelajaran ........................................................ 118
e. Materi Pembelajaran Sastra ............................................. 119
f. Model Pembelajaran .................................................. 120
g. Proses Belajar Mengajar ............................................. 122
h. Sumber Belajar ........................................................... 127
i. Alokasi Waktu ............................................................ 128
j. Evaluasi ...................................................................... 128
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 129
A. Simpulan ................................................................................... 129 B. Saran ......................................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Unsur Intrinsik Novel Ayah Karya Andrea Hirata …………….. 46
Tabel 2.Nilai Moral Novel Ayah Karya Andrea Hirata ………………… 47
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Sampul Novel Ayah Karya Andrea Hirata
Lampiran 2: Biografi Pengarang
Lampiran 3: Sinopsis Novel Ayah Karya Andrea Hirata
Lampiran 4: Daftar Tabel
Lampiran 5: Kartu Pencatat Data
Lampiran 6: Silabus
Lampiran 7: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 8: Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi
Lampiran 9: Kartu Bimbingan
14
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini, akan dikemukakan latar belakang masalah, penegasan istilah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika skripsi.
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra pada hakikatnya merupakan hasil refleksi atau evaluasi
terhadap pengarang dan kehidupan di sekitarnya. Kehidupan yang dituangkan
dalam karya sastra mencakup hubungan manusia dengan lingkungan dan
masyarakat, hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan dirinya,
dan hubungan manusia dengan Tuhan. Oleh karena itu, apa yang ditulis
pengarang tidak lepas dari kondisi masyarakat. Dengan demikian, karya sastra
merupakan ungkapan pengarang terhadap kehidupan sekitarnya.
Karya sastra merupakan bentuk imajinasi yang ditulis oleh
pengarangnya tentang pengalaman-pengalaman hidup, kondisi lingkungan
yang melingkupinya, dan menceritakan berbagai masalah kehidupan. Sebagai
sebuah karya imanijnatif, fiksi menawarkan berbagai masalah manusia dan
kemanusiaan, hidup dan kehidupan (Nurgiyantoro, 2013: 2). Karya sastra
diharapkan tidak hanya sebagai hiburan atau keindahan saja terhadap
pembacanya, melainkan karya sastra itu dapat memberikan sesuatu yang
memang dibutuhkan manusia pada umumnya, yakni berupa nilai-nilai sastra
seperti nilai pendidikan, moral, sosial, dan religius. Hal itu terjadi karena
1
15
karya sastra bersifat multi dimensi yang di dalamnya terdapat dimensi
kehidupan, contohnya saja jenis karya sastra berupa novel.
Novel adalah salah satu karya sastra yang di dalamnya berisi sebuah
cerita imajinatif, fiktif, mengandung daya cipta, serta keindahan yang
dominan. Melalui karyanya tersebut, seorang pengarang akan dapat
menuangkan ide dan gagasan yang ada dalam pikiran pengarang ke dalam
satuan cerita yang menarik bagi pembaca. Melalui kehidupan sehari-hari,
sastra berguna sebagai alat menyatukan perasaan, seperti cinta, marah, dan
benci. Sastra juga merupakan media komunikasi yang melibatkan tiga
komponen, yaitu: pengarang sebagi pengirim pesan, karya sastra sebagai
pesan itu sendiri, dan pembaca karya sastra sebagai penerima pesan. Prosa
fiksi yang berupa novel merupakan jenis karya sastra yang digemari oleh
pembacanya. Jenis karya sastra ini menceritakan berbagai masalah kehidupan
manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesaama interaksinya
dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan (Nurgiyantoro, 2013: 3).
Novel sebagai karya fiksi menawarkan sebuah dunia. Dunia yang
berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun
melalui berbagai unsur interaksinya seperti peristiwa, plot, tokoh, (dan
penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja
bersifat imajinatif (Nurgiyantoro, 2013: 5). Stanton (2012: 90) menyatakan
novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang
rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai
peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih detail.
16
Sebuah karya sastra di dalamnya terdapat nilai yang berisi tentang
suatu hal dan berkaitan dengan ajaran baik buruk yang dimiliki oleh manusia,
baik yang ditampilkan melalui tindakan manusia maupun dari pikiran
manusia. Darmadi (2012: 50) menyatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang
disenangi, diinginkan, dicita-citakan, dan disepakati. Nilai berada dalam hati
nurani dan pikiran sebagai suatu keyakinan atau kepercayaan. Nilai memiliki
arti yang sangat luas bila dihubungkan dengan unsur yang ada pada diri
manusia sebagai akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan. Sesuatu dikatakan
sebagai nilai apabila sesuatu itu berguna (nilai kegunaan), benar (nilai
kebenaran), indah (nilai estetis), baik (moral), dan sebagainya. Nilai
bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan
perilaku manusia, serta menjadi petunjuk bertingkah laku manusia dalam
kehidupan sehari-hari.
Istilah moral berhubungan dengan sikap yang dimiliki manusia secara
langsung dan mengikat pada tindakan serta pola pikir yang ada pada diri
manusia. Nilai moral adalah peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat
seseorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku, tata krama
yang menjunjung budi pekerti dan nilai susila (Waluyo, 2008: 6).
Salah satu pengarang novel yang mampu menarik perhatian pembaca
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam novelnya adalah Andrea Hirata.
Sejak tahun 2005 sampai 2015 Andrea Hirata produktif dalam menghasilkan
novel. Karya fenomenalnya antara lain, empat novel tergabung dalam tetralogi
Laskar Pelangi yaitu Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryah
17
Karpov. Dua novel tergabung dalam dwilogi Padang Bulan yaitu dua karya
Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas. Selain itu, juga ada novel Sebelas
Patriot dan novel terbarunya adalah novel Ayah.
Novel Ayah merupakan novel terbaru karya Andrea Hirata setelah
novel Sebelas Patriot. Novel ini merupakan novel pembangun jiwa, yang
menarik adalah kemampuan pengarang untuk menyisipkan pesan moral dalam
ceritanya. Pendidikan moral mempunyai peranan yang sangat penting di
sekolah, yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan pembentukan watak,
serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa, sehingga pembaca dapat memanfaatkan
novel Ayah untuk diambil nilai moralnya dan menerapkannya dalam
pembelajaran sastra.
Penelitian terhadap novel Ayah mengutamakan pada aspek nilai moral.
Untuk memahami isinya, perlu dipahami terlebih dahulu cerita yang disajikan
dengan mengetahui unsur-unsur strukturnya. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini digunakan teori struktural sebagai sarana untuk dapat memahami karya
sastra sebagai satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh. Berkaitan dengan
tujuan penelitian, dalam penelitian ini digunakan teori moral sastra.
Berdasarkan uaraian di atas, penulis memilih judul “Nilai Moral Novel
Ayah Karya Andrea Hirata dan Skenario Pembelajaran di Kelas XI SMA”,
sebagai bahan penelitian dengan alasan sebagai berikut ini:
1. Andrea Hirata merupakan seorang pengarang yang produktif dengan
karya-karyanya yang mengandung unsur positif bagi pembaca. Salah
18
satunya adalah novel Ayah yang menceritakan seorang laki-laki dengan
akhlak yang baik.
2. Setelah membaca novel Ayah karya Andrea Hirata, penulis menemukan
nilai moral dalam novel tersebut sehingga perlu dianalisis.
3. Novel Ayah sepengetahuan penulis belum ada yang meniliti pada aspek
nilai moral di Universitas Muhammadiyah Purworejo.
4. Novel Ayah baik dan menarik untuk bahan pembelajaran di kelas XI
SMA, dan dapat memberikan motivasi kepada siswa agar dapat memiliki
moral serta akhlak yang baik.
B. Identifikasi Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Karya sastra merupakan bentuk imajinasi yang ditulis oleh pengarangnya
tentang pengalaman-pengalaman hidup, kondisi lingkungan yang
melingkupinya, dan menceritakan berbagai masalah kehidupan.
2. Novel adalah satu karya sastra yang di dalamnya berisi sebuah cerita
imajinatif, fiktif, mengandung daya cipta, serta keindahan yang dominan.
Melalui karya sastra tersebut pengarang dapat menuangkan ide dan
gagasan yang ada dalam pikirannya ke dalam satuan cerita yang menarik
bagi pembaca.
19
3. Nilai moral adalah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tingkah
laku dan adat istiadat seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi
perilaku, tata karma yang menunjang budi pekerti dan nilai susila.
4. Novel Ayah karya Andrea Hirata merupakan salah satu novel pembangun
jiwa yang menaburkan pesan-pesan yang baik kepada pembaca. Pengarang
mampu membawa pembaca masuk dalam suasana yang diceritakan dalam
novel Ayah. Novel ini sebagai novel pembangun jiwa, yang menarik
adalah kemampuan pengarang untuk menyisipkan pesan moral dalam
ceritanya.
C. Batasan Masalah
Supaya penelitian ini lebih fokus dan terarah sesuai dengan apa yang
akan disampaikan, maka peneliti berupaya untuk membatasi masalah yang
akan dianalisis. Penelitian kualitatif lebih bersifat seni (kurang terpola), dan
disenut sebagai metode imperatif karena data hasil penelitian lebih berkenan
dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan (Sugiyono,
2015: 7). Berdasarkan pertimbangan hal tersebut, penelitian ini dibatasi pada
unsur intrinsik, nilai moral yang terkandung dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata, serta skenario pembelajaran di kelas XI SMA.
D. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penelitian ini antara penulis
dan pembaca mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam judul skripsi,
20
penulis perlu menjelaskan kembali arti istilah yang dipaparkan di bawah ini.
Judul penelitian “Nilai Moral Novel Ayah Karya Andrea Hirata dan Skenario
Pembelajaran di Kelas XI SMA”. Beberapa istilah yang perlu dijelaskan
sebagai berikut:
1. Nilai Moral
Nilai moral dalam karya sastra, yaitu menyangkut baik buruk yang
diterima secara umum dan berpangkal pada nilai-nilai kemanusiaan. Nilai
moral adalah peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat seseorang
individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku, tata krama yang
menjunjung budi pekerti dan nilai susila (Waluyo, 2008: 6)
2. Ayah
Ayah adalah judul novel karya Andrea Hirata (sebuah novel
pembangun jiwa) yang diterbitkan PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta,
cetakan Mei 2015, jumlah halaman 412.
3. Andrea Hirata adalah pengarang novel Ayah. Ia lahir di Belitung, 24
Oktober 1982.
4. Skenario Pembelajaran
Skenario adalah rencana berupa langkah demi langkah yang tertulis
secara terperinci yang digunakan sebagai acuan dalam proses interaksi
antara pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pendidikan (Sukirno, 2013:
228).
21
5. SMA adalah tingkatan satuan pendidikan menengah atas (depdikbud,
1994: 893).
Berdasarkan penegasan istilah di atas, makna judul “Nilai Moral
Novel Ayah Karya Andrea Hirata dan Skenario Pembelajaran di Kelas XI
SMA” adalah penelitian atau kajian mengenai unsur intrinsik, nilai moral
pada novel Ayah karya Andrea Hirata dan skenario pembelajaran di kelas
XI SMA.
E. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea Hirata?
2. Bagaimanakah nilai moral yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata?
3. Bagaimanakah skenario pembelajaran unsur intrinsik dan nilai moral
dalam novel Ayah karya Andrea Hirata di kelas XI SMA?
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:unsur intrinsik yang
terdapat dalam novel Ayah karya Andrea Hirata;
1. unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea Hirata;
2. nilai moral yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea Hirata;
22
3. skenario pembelajaran unsur intrinsik dan nilai moral novel Ayah karya
Andrea Hirata di kelas XI SMA.
G. Manfaat Penelitian
Ada dua macam kegunaan dalam penelitian pada novel Ayah karya
Andrea Hirata, kegunaannya dipaparkan sebagai berikut ini.
1. Segi Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan,
memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan sastra dalam hal pemilihan
bahan ajar dan penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam
mengkaji nilai moral yang terdapat pada karya sastra, khususnya novel.
2. Segi Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi guru maupun siswa dalam pembelajaran sastra. Bagi guru
diharapkan dapat menambah alternatif-alternatif bahan pembelajaran
sastra dalam menanamkan akan nilai-nilai moral kepada siswa.
Untuk siswa diharapkan dapat menjadi sebuah wawasan untuk
merangsang kepekaan siswa terhadap ajaran moral yang terdapat dalam
karya sastra, khususnya novel.
H. Sistematika Skripsi
Sistematika ini bertujuan untuk memberikan gambaran skripsi yang
disusun. Skripsi yang berjudul “Nilai Moral Novel Ayah Karya Andrea Hirata
23
dan Skenario Pembelajaran di Kelas XI SMA”. Skripsi ini terdiri dari lima
bab, pada bagian awal terdiri dari sampul, halaman judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan, pernyataan, moto dan persembahan, prakata,
abstrak, daftar isi, daftra tabel, dan daftar lampiran.
Skripsi yang berjudul “Nilai Moral Novel Ayah Karya Andrea Hirata
dan Skenario Pembelajaran di Kelas XI SMA” terdiri 5 bab, pada bagian awal
berisi persutujuan, pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, prakata,
abstrak, dan daftar isi. Pada bab I, penulis memaparkan alasan pemilihan
judul, penegasan istilah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, serta sistematika skripsi.
Pada bab II, penulis memaparkan tinjauan pustaka dan kajian teoretis.
Tinjauan pustaka berisi penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan
topik penelitian ini diantaranya Damayanti (2013), dan Safitri (2015). Kajian
teoretis berisikan teori-teori yang dijadikan landasan penelitian, yaitu teori
yang dikemukakan Nurgiyantoro, yaitu secara garis besar persoalan hidup dan
kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia
dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia dalam lingkup sosial
termasuk hubungannya dengan lingkungan alam sekitar, dan hubungan
manusia dengan Tuhannya.
Dalam bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian ini meliputi
objek penelitian, fokus penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik penyajian hasil analisis data. Bab ini
24
menjelaskan tentang metode yang digunakan penulis untuk meneliti karya
sastra.
Dalam bab IV berisi penyajian data dan pembahasan data hasil
penelitian. Dalam bab ini penulis menguraikan data penelitian yang diambil
dari novel Ayah karya Andrea Hirata berupa kutipan-kutipan langsung dan sub
bab pembahasan data yang membahas unsur intrinsik dan nilai moral novel
tersebut serta skenario pembelajaran di kelas XI SMA.
Dalam bab V berisi penutup. Dalam bab ini penulis menyajikan
simpulan dan saran-saran yang releva dengan kesimpulan tersebut. Selain itu,
penulis juga melampirkan sinopsis novel Ayah, biografi pengarang, daftar
tabel, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan daftar pustaka.
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
Pada bab ini, dikemukakan tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan
pustaka memuat beberapa hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan
yang diteliti oleh penulis. Kajian teoretis berisi tentang teori-teori yang relevan
dengan penelitian yang akan diteliti.
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap kajian
terdahulu sehingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian terdahulu
dengan kajian yang akan penulis lakukan. Beberapa kajian tentang nilai moral
tersebut berbentuk skripsi yang dilakukan oleh Eka Damayanti (2013), Patria
Endah Safitri (2015), dan Dewi Puspita Sari (2015)
1. Sari (2015)
Menulis skripsi berjudul “Nilai Moral Dalam Novel Rindu Karya
Tere Liye : Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasiny Dalam
Pembelajaran Sastra di SMA”. Permasalahan yang disajikan dalam
penelitian ini antara lain (1) latar sosio-historis Tere Liye, (2) struktur
novel Rindu karya Tere Liye meliputi tema, alur, karakter (penokohan),
dan lata, (3) nilai moral novel Rindu karya Tere Liye, yaitu kejujuran,
kesediaan untuk bertanggung jawab, kemandirian moral, keberanian
moral, dan kerendahan hati.
12
26
Penelitian ini menggunakan tinjauan psikologi sastra. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka, simak, dan catat.
Teknik analisis data menggunakan model pembacaan semiotik, yaitu
heuristik dan hermaneutik.
Penelitian yang telah dilakukan Sari mempunyai persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Kesamaannya,
keduanya membahas nilai moral novel, keduanya menganalisis nilai moral
untuk bahan ajar di SMA. Perbedaannya, terdapat pada subjek
penelitiannya, penelitian Sari mengambil subjek novel Rindu karya Tere
Liye, sedangkan penulis mengambil subjek novel Ayah karya Andrea
Hirata.
2. Damayanti (2013)
Menulis skripsi berjudul “Analisis Nilai Moral Novel Cinta Suci
Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy dan Skenario Pembelajarannya
di Kelas XI SMA”.Permasalahan yang disajikan pada penelitian ini antara
lain (1) unsur intrinsik dalam novel Cinta Suci Zahrana karya
Habiburrahman El Shirazy meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur,
latar, sudut pandang, dan hubungan antar unsur. Unsur-unsur intrinsik
yang terdapat dalam novel Cinta Suci Zahrana tersebut saling
berhubungan, (2) nilai moral dalam novel Cinta Suci Zahrana ada empat,
yaitu (a) nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri meliputi: niat
baik, berfikir cerdas, sabar, bijaksana, tanggung jawab, sikap sadar, kasih
sayang, intropeksi diri, sikap Pbijak, rela berkorban, pantang menyerah
27
dan berpendirian, (b) nilai moral hubungan manusia dengan manusia lain
meliputi: sikap tolong menolong, berbakti kepada orangtua, keakraban,
kerjasama, memuji, persahabatan, memberi semangat, persaudaraan,
menasehati, dan sikap kekeluargaan, nilai moral hubungan manusia
dengan alamsekitar meliputi: sayang binatang dan memuji keindahan
alam, (c) nilai moral hubungan manusia dengan Tuhannya meliputi:
beribadah, berdoa, bersyukur, dan memohon ampun kepada Allah.
Model pembelajaran yang digunakan dalam skenario pembelajaran
di SMA menggunakan model PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Teknik yang digunakan untuk
menganalisis data adalah teknik analisis isi.Teknik yang digunakan untuk
menyajikan hasil analisis adalah teknik penyajian informal.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Damayanti mempunyai
persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Kesamaannya, keduanya membahas nilai moral novel, keduanya
menganalisis nilai moral dengan skenario pembelajarannya di SMA.
Perbedaannya, terdapat subjek penelitian, penelitian Eka mengambil
subjek novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy,
sedangkan penulis mengambil subjek novel Ayah karya Andrea Hirata.
3. Safitri (2015)
Menulis skripsi berjudul “Nilai Moral Novel Pengantin Hamas
Karya Vanny Chrisma W. dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di
28
Kelas XI SMA”. Permasalahan yang disajikan dalam penelitian ini antara
lain pendeskripsian unsur intrinsik dalam novel Pengantin Hamas karya
Vanny Chrisma W. yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,
dan sudut pandang, pendeskripsian nilai moral dalam novel Pengantin
Hamas karya Vanny Chrisma W. yang meliputi persoalan hidup dan
kehidupan manusia yang dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia
dengan manusia lain dan lingkungannya, manusia dengan Tuhan, dan
hubungan manusia dengan diri sendiri.
Model pembelajaran yang dilakukan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran di SMA menggunakan model Group Investigation
(investigasi kelompok). Teknik yang digunakan untuk menganalisis data
adalah teknik analisis isi. Teknik yang digunakan digunakan penulis untuk
manyajikan hasil analisi adalah teknik penyajian informal.
Penelitian yang dilakukan oleh Safitri mempunyai persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Kesamaannya,
keduanya sama-sama membahas nilai moral yang terkandung dalam
sebuah novel dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA.
Perbedaannya, yaitu pada penelitian yang dilakukan Endah Safitri
menggunakan novel Pengantin Hamas karya Vanny Chrisma W.,
sedangkan penulis menggunakan novel Ayah karya Andrea Hirata.
Penelitian yang dilakukan Safitri menggunakan model pembelajaran
Group Investigation (Investigasi kelompok), sedang penulis menggunakan
model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
29
Pada penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2013) yang
menggunakan model pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, dan Efektif). Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh
Safitri (2015) dalam rencana pelaksanaan pembelajaran di SMA
menggunakan model pembelajaran Group Investigation (Investigasi
Kelompok), model pembelajaran ini merupakan model pembelajaraan
kooperatif yang menepatkan siswa ke dalam kelompok heterogen.
Pembaharuan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah model
yang pembelajaran yang digunakan penulis adalah model pembelajaraan
kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Pembelajaran kooperatif
tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meninkatkan penguasaan
akademik.
B. Kajian Teoretis
Kajian teori merupakan penjabaran dari kerangka yang memuat teori
yang dijadikan dalam membahas masalah yang diteliti. Dalam kajian teoretis
ini dibahas mengenai unsur intrinsik karya sastra, nilai moral dalam karya
sastra, dan pembelajaran sastra di SMA. Baribin (1985: 52) menyatakan unsur
pembangun fiksi terdiri dari tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang. Di
bawah ini adalah paparan mengenai teori-teori tersebut.
30
1. Pengertian Novel
Novel merupakan karya fiksi yang berbentu naratif. Kata novel
berasal dari bahasa Italia novella serta dari bahasa Jerman novelled yang
berarti sebuah kisah atau sepotong berita. Nurgiyantoro (2013: 3)
menyatakan bahwa fiksi atau novel menceritakan berbagai masalah
kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama,
interaksinya dengan dirinya sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan.
Istilah fiksi diterjemahkan dengan rekaan atau cerita khayalan.
Kebenarannya hanya ada dalam cerita tersebut sehingga tidak perlu dicari
di luar dunia rekaan. Tema, tokoh, alur, peristiwa, dan tempat yang
menjadi unsur cerita adalah imajinatif pengarang saja.
Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian
cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Debdikbud, 1994: 694).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa novel
merupakan sebuah karya sastra. Sebagai sebuah karya sastra novel
merupakan karya sastra berbentuk naratif yang di dalamnya menceritakan
tentang jalannya kehidupan serta konflik-konflik yang dialami tokoh-
tokohnya dikisahkan dengan imajinatif pengarang.
2. Unsur Intrinsik
Unsur intrisik adalah unsur-usur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur (yang secara
31
langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan unsur intrinsik menjadi
faktor pendukung sebuah novel dapat terwujud. Unsur-unsur tersebut
antara lain tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan
hubungan antarunsur.
a. Tema
Tema menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang dikandung
oleh sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2013: 114). Tema merupakan suatu
gagasan sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu
tulisan atau karya fiksi.Tema walaupun sulit ditemukan tetapi secara
pasti bukanlah makna yang disembunyikan. Tema merupakan makna
pokok sebuah karya sastra tidak disembunyikan justru hal inilah yang
ditawarkan kepada penikmat sastra. Namun, tema merupakan makna
keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya ia akan
tersembunyi dibalik cerita yang mendukungnya.
Waluyo (2011: 7) menyatakan bahwa tema adalah gagasan pokok
dalam cerita fiksi. Tema cerita mungkin dapat diketahui oleh pembaca
melalui judul atau petunjuk setelah judul, namun yang banyak ialah
melalui proses pembacaan karya sastra yang mungkin perlu dilakukan
beberapa kali, karena belum cukup dilakukan dengan sekali baca.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
tema adalah dasar atau makna sebuah sebuah cerita. Tema adalah suatu
pokok pikiran atau dasar pikiran yang dipakai oleh pengarang dalam
penyusunan sebuah karangan atau karya sastra.
32
b. Tokoh dan Penokohan
Aminudin (2014: 79) memaparkan bahwa tokoh adalah pelaku
yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu
mampu menjalin suatu cerita. Tokoh sebagai pelaku dalam sebuah
cerita sangata berkaitan dengan jalannya cerita, tanpa tokoh cerita itu
tidak akan berkembang.
Waluyo (2011: 18) menyatakan bahwa tokoh dan penokohan
memiliki hubungan yang sangat erat. Tokoh-tokoh itu memiliki watak
yang menyebabkan terjadi konflik dan konflik itulah yang kemudian
menghasilkan cerita.
Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan
yang berbeda-beda. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya
tokoh dalam suatu cerita tokoh dibagi menjadi menjadi dua, yaitu
tokoh utama (central character, main character) dan tokoh tambahan
(peripheral character). Tokoh utama adalah tokoh yang tergolong
penting dan dimunculkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi
sebagian cerita, dan sebaliknya ada tokoh yang hanya dimunculkan
sekali atau beberapa kali dalam cerita dan itupun mungkin dalam porsi
penceritaan yang relatif pendek adalah tokoh tambahan (Nurgiyantoro,
2013: 258).
33
c. Alur (Plot)
Aminudin (2013: 83) berpendapat bahwa alur adalah rangkaian
cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin
suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
Waluyo (2011: 9) mengemukakan bahwa alur atau plot adalah
jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu yang menunjukkan
hubungan sebab dan akibat dan memiliki kemungkinan agar pembaca
menebak-nebak peristiwa yang akan datang. Plot memliki fungsi untuk
membaca ke arah pemahaman cerita secara rinci dan menyediakan
tahap-tahap tertentu bagi pengarang utuk melanjutkan cerita
berikutnya.
Alur atau plot menurut Stanton adalah cerita yang berisi urutan
kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab
akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya
peristiwa yang lain (Nurgiyantoro, 2013: 167).
Tasrif membedakan tahapan alur menjadi lima bagian, yaitu: (1)
tahap penyituasian (situation), tahap ini berisi pelukisan dan
pengenalan situasi (latar) dan tokoh-tokoh cerita; (2) tahap
pemunculan konflik (generating circumstances), tahap ini berisi
maslah-maslah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya
konflik mulai dimunculkan; (3) tahap peningkatan konflik (rising
action), tahap ini berisi konflik yang telahdimunculkan pada tahap
sebelumnya semakin berkembang; (4) tahap klimak (climax), tahap ini
34
berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada tokoh cerita
mencapai titik puncak; (5) tahap penyelesaian (denouement), tahap ini
berisi penyelesaian dari konflik yang sedang terjadi(dalam
Nurgiyantoro, 2013: 209).
Berdasarkan kriteria urutan waktu, ada tiga macam alur, yaitu:
(1) alur maju, alur maju ini berisi peristiwa-peristiwa tersusun secara
kronologis, artinya peristiwa pertama diikuti peristiwa kedua, dan
selanjutnya. Cerita umum dimulai dari tahap awal sampai tahap akhir;
(2) alur sorot balik, alur ini berisi peristiwa-peristiwa yang dikisahkan
tidak kronologis (tidak runtut ceritanya); (3) alur campuran, alur ini
peristiwanya gabungan dari plot progresif dan regresif (Nurgiyantoro,
2013: 213-214).
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alur adalah
struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun untuk menandai
urutan bagian-bagian dalam keseluruhan cerita. Rangkaian kejadian
yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita, dibentuk oleh tahapan-
tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita. Oleh karena itu, alur
merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga
membentuk kerangka utama cerita yang dimulai dari pengenalan
hingga pemecahan konflik.
d. Latar (Setting)
Latar atau setting adalah tempat kejadian cerita. Tempat kejadian
cerita dapat berkaitan dengan aspek fisik, aspek sosiologi, dan aspek
35
psikis. Namun, setting juga dapat dikaitkan dengan tempat dan waktu
(Waluyo, 2011: 23)
Nurgiyantoro (2013: 314) membedakan unsur latar ke dalam tiga
unsur pokok, yaitu: (1) latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya desa,
gunung, kota, hotel, rumah, dan sebagainya; (2) latar waktu
berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya tahun, siang,
malam, dan jam; (3) latar sosial menunjuk pada hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu
tempat yang diceritakan dalam karya fiksi, misalnya kebiasaan hidup,
tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan bersikap.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa latar
merupakan tempat, waktu, dan sosial saat peristiwa itu berlangsung.
Latar tempat mengacu pada tempat terjadinya peristiwa di dalam
cerita, latar waktu mengacu pada kapan peristiwa dalam cerita itu
terjadi, sedangkan latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku kehidupan sosial.
e. Sudut Pandang (Point of view)
Abraham menyatakan bahwa sudut pandang adalah cara yang
digunakan oleh pengarang untuk menyajikan tokoh, tindakan latar, dan
sebagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi
kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2013: 338).
36
Ada dua metode dalam pusat pengisahan, yaitu (1) metode orang
pertama tunggal (aku), pengarang menceritakan kisah aku.“Aku”
kemungkinan pengarangnya, tetapi dapat pula hanya narator
(pencerita), dan (2) metode orang kedua (dia), yaitu pengarang
menceritakan kisah dia atau mereka.Dalam hal ini, pengarang menjadi
seseorang yang serba tahu. Kedudukan pengarang dapat sebagai tokoh
utama akan tetapi dapat juga sebagai tokoh tambahan (bukan tokoh
utama) (Nurgiyantoro, 2013: 346).
Dari pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sudut
pandang (Point of View) merupakan penyebutan kata ganti nama untuk
tokoh-tokoh dalam cerita, dan posisi narator dalam sebuah cerita.
f. Hubungan antarunsur
Antarunsur pembanngun sastra pada novel Ayah karya Andrea
Hirata terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut
pandang ada jalinan yang erat atau koherensi. Dalam bab ini penulis
menguraikan keterkaitan antarunsur yaitu: (a) hubungan tema dengan
alur, (b) tema dengan tokoh, (c) tema dengan latar, ( d) alur dengan
tokoh, (e) alur dengan latar, dan (f) tokoh dengan latar.
37
3. Nilai Moral dalam Karya Sastra
a. Pengertian Moral
Pengertian moral secara umum lebih menyaran pada pengertian
tentang ajaran baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban
dan sebagainya (Dekdikbud, 1994: 665)
Seorang dikatakan bermoral apabila memiliki kesadaran moral
yaitu dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk, hal-hal yang boleh
dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak etis (Budiningsih, 2013: 5).
Moral sering disinonimkan dengan istilah etika, maksudnya nilai moral
merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang
dianggap penting dan bermanfaat dalam pembentukan sikap, akhlak,
dan budi pekerti yang mulia. Zuriah (2015: 22) menyatakan bahwa
aspek pendidikan moral adalah suatu program pendidikan (sekolah dan
luar sekolah) yang mengorganisasikan dan menyederhanakan sumber-
sumber moral dan disajikan dengan memperhatikan pertimbangan
psikologis untuk tujuan pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa moral
merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan ajaran yang baik
buruk mengenai perbuatan, sikap, dan budi pekerti seseorang serta
moral dapat membentuk pribadi-pribadi yang memiliki perkembangan
positif dan kesadaran moral yang dapat membedakan yang baik dan
buruk, hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Pendidikan
moral merupakan sesuatu yang baik maupun buruk yang berguna bagi
38
kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses perubahan sikap dan
tingkah laku dalam upaya mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran.
b. Moral dalam Karya Sastra
Karya sastra pada hakikatnya merupakan media komunikasi
pengarang dalam menyampaikan pendapat, pandangan dan
penilaiannya terhadap sesuatu kepada pembaca. Sesuatu yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca yang bersifat nilai-nilai
positif yang mengajarkan sesuatu hal dikenal dengan istilah moral.
Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup
pengarang yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai
kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca
(Nurgiyantoro, 2013: 430).
Pengertian moral dalam karya sastra itu sendiri berbeda dengan
pengertian moral secara umum, yaitu menyangkut nilai baik buruk
yang diterima secara umum dan berpangkal pada nilai-nilai
kemanusiaan. Moral dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai
petunjuk dan saran yang bersifat praktis bagi pembaca dalam
kehidupan sehari-hari (Nurgiyantoro, 2013: 430).
Keberadaan moral dalam karya sastra tidak lepas dari pandangan
pengarang tentang nilai-nilai kebenaran yang dianutnya. Ajaran moral
tersebut pada hakikatnya merupakan sarana atau petunjuk agar
pembaca memberikan respon atau mengikut pandangan pengarang.
39
Ajaran moral yang dapat diterima pembaca biasanya bersifat universal,
dalam arti menyimpang dari kebenaran dan hak manusia. Pesan moral
sastra lebih memberat pada sifat kodrati manusia yang hakiki, bukan
pada aturan yang dibuat, ditentukan, dan bertentanagan dengan ajaran
agama (Nurgiyantoro, 2013: 431).
c. Jenis Nilai Moral
Jenis moral dalam karya sastra sebagai variasi dan tidak terbatas
jumlahnya baik persoalan hidup maupun persoalan yang menyangkut
harkat dan martabat manusia dan dapat diangkat sebagai ajaran moral
dalam karya sastra. Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan
manusia dapat dibedakan ke dalam persoalan: hubungan manusia
dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup
sosial dan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan diri sendiri
(Nurgiyantoro, 2013: 441).
1) Hubungan Manusia dengan Tuhan
Hubungan manusia dengan Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa
sebagai dimensi taqwa yang pertama, menurut ajaran Ketuhanan
Yang Maha Esa merupakan Prima Causa hubungan-hubungan
yang lain. Oleh karena itu, hubungan inilah yang seyogyanya
diutamakan dan secara tertib diatur tetap dipelihara. Dengan
menjaga hubungan dengan Allah, manusia akan terkendali tidak
melakukan kejahatan terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan
lingkungan hidup. Segala perintah dan semua larangan Allah
40
ditetapkan bukan untuk kepentingan Allah sediri, tetapi untuk
keselamtan manusia.
Ketaqwaan atau pemeliharaan hubungan dengan Allah,
Tuhan Yang Maha Esa itu, dapat dilakukan antara lain: (1) beriman
kepada Allah menurut cara-cara yang diajarkan melalui waktu
yang sengaja diturunkan untuk menjadi petunjuk dan pedoman
hidup manusia, (2) beribadah kepada-Nya dengan jalan
melaksanakan sholat lima waktu sehari semalam, menunaikan
zakat, berpuasa, melakukan ibadah haji menurut cara-cara yang
ditetapkan-Nya, (3) mensyukuri nikmat-Nya dengan jalan
menerima, mengurus, memanfaatkan semua pemberian Allah
kepada manusia, (4) bersabar menerima cobaan dari Allah dlam
makna tabah, tidak putus asa, (5) memohon ampun atas segala dosa
dan tobat dlam mkana sadar untuk tidak lagi melakukan segala
perbuatan yang tercela.
2) Hubungan Manusia dengan Manusia Lain
Selain memelihara komunikasi dan hubungan tetap dengan
Allah dan diri sendiri, dimensi taqwa yang ketiga adalah membina
hubungan baik dengan sesama manusia. Hubungan antarmanusia
ini dapat dipelihara dengan mengembangkan cara dan gaya hidup
yang selaras dengan nilai norma yang disepakati bersama dalam
masyarakat.
41
Hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat
dapat dipelihara antara lain dengan (1) tolong menolong, (2) suka
memaafkan orang lain, (3) menepati janji, (4) lapang dada, (5)
menegakkan keadilan dan berlaku adil terhadap diri sendiri dan
orang lain. Selain hubungan manusia dengan manusia, ada juga
hubungan manusia dengan alam atau lingkungan sekitar yang dapat
dikembangkan memelihara dan menyayangi binatang, tumbuh-
tumbuhan, tanah, air, udara, serta semua alam semesta yang
sengaja diciptakan oleh Allah Swt. untuk kepentingan manusia dan
makhluk lainnya.
3) Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri
Hubungan manusia dengan diri sendiri sebagai dimensi
taqwa dapat dipelihara dengan jalan menghayati benar patokan-
patokan akhlak. Hubungan manusia dengan diri sendiri diantaranya
(1) sabar, (2) pemaaf, (3) adil, (4) ikhlas, (5) berani, (6) memegang
amanah, (7) mawas diri, dan (mengembangkan semua sikap yang
terkandung dalam akhlak atau budi pekerti yang baik.
4. Skenario Pembelajaran Sastra
Skenario adalah rencana berupa langkah demi langkah yang tertulis
secara terperinci yang digunakan sebagai acuan dalam proses interaksi
antara pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pendidikan (Sukirno, 2013:
228). Berikut ini akan dipaparkan mengenai skenario pembelajaran sastra,
42
yaitu: pengertian pembelajaran sastra, tujuan pembelajaran, manfaat
pembelajaran sastra, bahan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,
sumber belajar, waktu, dan evaluasi.
a. Pengertian Pembelajaran Sastra
Hamalik (2011: 57) memaparkan pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran sastra di samping berbicara tentang sejarah sastra
dan teori sastra, perlu diarahkan pada pembinaan apresiasi sastra yang
mencakup adanya pemberian kesempatan untuk berekreasi, mencoba
sendiri menciptakan karya sastra. Oleh karena itu, pembelajaran yang
dilakukan dengan benar akan menyediakan kesempatan untuk
mengembangkan keterampilan sehingga memungkinkan timbulnya
proses belajar pada diri siswa.
b. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan
guru itu sendiri. Pendidik adalah suatu proses dalam rangka
mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin
terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan
perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi
secara adekuat dalam kehidupan masyarakat. Pengajaran bertugas
43
mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai
sebagaimana yang diinginkan (Hamalik, 2015: 79).
c. Manfaat Pembelajaran Sastra
Rahmanto (1988: 16) menyatakan bahwa pembelajaran sastra
dapat membantu pendidikan yang cakupannya meliputi empat manfaat:
(1) membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan pengetahuan
budaya, (3) meningkatkan cipta dan rasa, (4) menunjang pembentukan
watak, sebagai berikut ini.
1. Membatu keterampilan berbahasa
Pembelajaran sastra akan membantu siswa berlatih
kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada
pembelajaran sastra, siswa dapat melatih keterampilan menyimak
dengan mendengarkan suatu karya yang dibacakan oleh guru,
teman, atau rekaman. Siswa dapat melatih keterampilan berbicara
dengan ikut berperan dalam suatu drama. Siswa juga dapat
meningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi
atau prosa. Siswa juga dapat meningkatkan keterampilan menulis
dengan sebuah karya sastra seperti cerpen atau puisi.
2. Meningkatkan pengetahuan budaya
Setiap karya sastra menghadirkan sesuatu dan menyajikan
banyak hal yang apabila dihayati akan semakin menambah
pengetahuan orang yang menghayatinya. Pembelajaran sastra dapat
44
mengantar para siswa untuk mengetahui budaya-budaya yang ada
dalam suatu masyarakat.
3. Menciptakan cipta dan rasa
Pembelajaran sastra dapat membantu mengembangkan
kecakapan dan bersifat penalaran, perasaan, dan kesadaran sosial.
Pembelajaran sastra akan membantu siswa berlatih memecahkan
masalah dan berfikir logis. Selain itu, pembelajaran sastra dapat
menghadirkan berbagai problem atau situasi yang merangsang
tanggapan perasaan atau emosional yang memungkinkan kita
tergerak untuk mengembangkan perasaan kita sesuai dengan kodrat
kemanusiaan kita. Sastra juga dapat digunakan untuk
menumbuhkan kesadaran pemahaman kesadaran orang lain yaitu
dengan menumbuhkan rasa simpati terhadap masalah yang
dihadapi seseorang.
4. Menunjang pembentukan watak
Pembelajaran sastra mempunyai kemungkinan untuk
mengantar siswa mengenal seluruh rangkaian kehidupan manusia
seperti kabahagian, kebebasan, kesetiaan, kabanggaan diri, dan
keputusan. Pembelajaran sastra dapat memberikan bantuan dalam
mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa.
d. Bahan Pembelajaran
Untuk memilih bahan pembelajaran sastra bagi siswa, tidak
mudah dilakukan oleh seorang guru. Kemampuan untuk memilih
45
bahan pembelajaran sastra ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
berapa banyak karya sastra yang disediakan di perpustakaan sekolah,
kurikulum yang harus diikuti, dan persyaratan bahan yang harus
diberikan. Pembelajaran sastra di SMA dapat menggunakan novel.
Bahan pembelajaran sastra meliputi fungsi novel dan pengertian nilai
moral.
e. Langkah-langkah Pembelajaran
1) Standar Kompetensi
Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan.
2) Kompetensi Dasar
7.2 Menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia.
3) Indikator
Indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang
dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian
pembelajaran. Indikator berfungsi sebagai tanda-tanda yang
menunjukkan terjadinya perubahan perilaku siswa. Dalam
indikator mempunyai tujuan sebagai berikut:
a) menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata;
b) menjelaskan nilai moral dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata.
46
4) Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran sastra harus diarahkan kepada pembinaan
apresiasi sastra agar siswa memiliki kesanggupan untuk
memahami, menikmati, dan menghargai suatu karya sastra. Tujuan
pokok yang perlu dicapai dalam pembelajaran novel adalah sebagai
berikut:
a) siswa dapat menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah
karya Andrea Hirata;
b) siswa dapat menjelaskan nilai moral dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata.
5) Materi Pembelajaran
pembelajaran sastra harus sesuai dengan materi yang sudah
disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa
agar siswa lebih tertarik dan mudah menerima materi. Materi
dalam pembelajaran sastra mencakup sebagai berikut:
a) novel Ayah karya Andrea Hirata
b) unsur intrinsik novel Ayah karya Andrea Hirata yang meliputi,
tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut pandang.
c) Nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata yang meliputi,
hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan
manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam
sekitar, hubungan manusia dengan dririnya sendiri.
47
6) Metode Pembelajaran
Tata cara penyajian yang perlu dipertimbangkan oleh guru
dalam memberikan pembelajaran antara lain sebagai berikut:
a) pelacakan pendahuluan
Dalam pelacakan pendahuluan langkah-langkah yang
ditempuh sebagai berikut:
(1) sebelum siswa membaca novel Ayah karya Andrea Hirata,
guru memberikan penjelasan mengenai pengarang novel
tersebut;
(2) guru menugaskan siswa membaca novel Ayah karya Andrea
Hirata dengan teliti;
(3) setelah membaca siswa dapat mengetahui apa yang ingin
disampaikan pengarang dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata;
(4) guru memberikan sedikit penjelasan mengenai isi cerita
dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
b) penentuan sikap praktis
Dalam penentuan sikap praktis langkah-langkah yang
ditempuh sebagai berikut:
(1) guru menyampaikan kepada murid mengenai identitas
novel Ayah karya Andrea Hirata;
48
(2) guru menugaskan siswa mencatat tokoh-tokoh yang ada
dalam novel Ayah karya Andrea Hirata, supaya siswa
mudah dalam menemukan nilai moral.
c) introduksi
Dalam introduksi langkah-langkah yang ditempuh adalah
sebagai berikut:
(1) guru mengucapkan salam, kemudian guru bertanya
mengenai novel Ayah karya Andrea Hirata;
(2) guru memberikan komentar mengenai judul novel Ayah
karya Andrea Hirata;
(3) guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok;
(4) guru menugaskan siswa membaca novel Ayah karya Andrea
Hirata;
(5) guru memberi tugas pada tiap-tiap kelompok untuk
berdiskusi mencari unsur-unsur intrinsik dan nilai moral
dalam novel Ayah karya Andrea Hirata;
(6) siswa menyampaikan hasil diskusi di depan kelas;
(7) guru menyimpulkan hasil diskusi.
d) penyajian
Dalam penyajian langkah-langkah yang ditempuh sebagai
berikut:
(1) guru menyiapkan daftar pertanyaan untuk pembahasan bab
1 dan 2 novel Ayah karya Andrea Hirata
49
Pertanyaan-pertanyaan tersebut kurang lebih sebagai
berikut ini.
1. Pada bagian mana sebenarnya cerita itu dimulai?
2. Pelukisan latarnya bagaimana?
3. Siapa tokoh utamanya siapa?
4. Bagaimana keadaan tokoh utama waktu itu?
5. Peristiwa apa yang terjadi pada awal cerita?
(2) setelah menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan itu. Guru
menyuruh siswa untuk melanjutkan membaca bab 3 sampai
selesai dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
e) diskusi
Dalam diskusi langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
(1) setelah siswa membaca novel Ayah karya Andrea Hirata,
guru menyuruh siswa untuk berdiskui mengenai novel
tersebut;
(2) guru memandu jalannya diskusi dan menyiapkan daftar
pertanyaan untuk didiskusikan.
Di bawah ini contoh panduan diskusi dalam bentuk
pertanyaan.
(a) Bagaimana pendapat Anda terhadap tokoh dan
penokohan dalam novel Ayahkarya Andrea Hirata?
(b) Sebutkan aspek nilai moral yang ada dalam novel
Ayahkarya Andrea Hirata?
50
(c) Nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan dalam
novel Ayah karya Andrea Hirata mencakup apa saja?
(d) Nilai moral hubungan manusia dengan manusia lain
dalam novel Ayah karya Andrea Hirata mencakup apa
saja?
(e) Nilai moral hubungan manusia dengan alam sekitar
dalam novel Ayah karya Andrea Hirata mencakup apa
saja?
(f) Nilai moral hubungan manusia dengan dirinya
sendiridalam novel Ayah karya Andrea Hirata
mencakup apa saja?
(3) Siswa melakukan diskusi bersama kelompok masing-
masing;
(4) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi di
depan kelas;
(5) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi.
f) Pengukuhan
Dalam pengukuhan langkah-langkah yang ditempuh
sebagai berikut:
(1) guru menyuruh siswa membuat catatan kecil singkat
tentang apa yang telah mereka baca;
(2) siswa membuat catatan mengenai kesan-kesan tentang buku
yang mereka baca;
51
(3) guru memberikan saran dan tanggapan untuk
menyempurnakan catatan tersebut.
f. Sumber Belajar
Sumber belajar yang dipakai adalah hasil karya sastra, pribadi
guru serta buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Hasil karya
sastra misalnya penggalan novel secara keseluruhan, baik unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik. Adapun novel yang dianalisis adalah novel
Ayah karya Andrea Hirat, yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada
tahun 2015, merupakan cetakan kesembilan (2015) dan terdiri dari 412
halaman. Buku pelajaran yang sengaja disiapkan dan berkenaan
dengan sastra.Misalnya buku-buku tentang sastra, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, buku paket pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
di SMA.
g. Waktu
Alokasi waktu berkaitan dengan cara mengatur waktu bagi guru
dalam menyampaikan materi. Seseorang guru harus bisa mengatur dan
menggunakan waktu yang tepat dengan keluasan dan kedalaman
materi.
Dalam pengajaran novel Ayah karya Andrea Hirata, waktu yang
digunakan adalah dua kali pertemuan, satu jam pelajaran 45 menit,
satu kali pertemuan dua jam pelajaran 90 menit, jadi dua kali
pertemuan memerlukan waktu 180 menit.
52
h. Evaluasi
Dlam pembelajaran sastra, evaluasi dibagi menjadi evaluasi yang
berhubungan dengan aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik
(keterampilan), dan afektif (sikap). Aspek kognitif berhubungan
dengan akal pikiran dalam mengerjakan soal tes dan substansi tugas,
penilaian dalam aspek psikomotorik berupa keterampilan bahasa siswa
(dapat dievaluasi dari penggunaan bahasa dalam mengerjakan tugas),
sedangkan penilaian dalam aspek afektif berhubungan dengan
perubahan sikap sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa.
53
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini, penulis membahas tujuh subbab. Tujuh subbab itu adalah
objek penelitian, fokus penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis. Tujuh
subbab tersebut akan diuraikan secara rinci sebagai berikut.
A. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sasaran atau obyek yang menjadi pokok
pembicaraan dalam penelitian (Arikunto, 2014: 141). Objek penelitian ini
adalah aspek nilai moral yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan domain tunggal atau beberapa yang
terkait dari situasi sosial (Sugiyono, 2015: 209). Fokus penelitian adalah pusat
dari objek penelitian. Fokus penelitian ini adalah nilai moral yang ada dalam
novel Ayah karya Andrea Hirata yang meliputi hubungan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan lingkungan sekitar, hubungan
manusia dengan dirinya sendiri dan skenario pembelajaran di kelas XI SMA.
40
54
C. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data itu diperoleh (Arikunto,
2014: 172). Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Ayah karya Andrea
Hirata yang diterbitkan oleh PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta, 2015, yang
terdiri dari 412 halaman, sampul warna coklat. Data berupa kutipan-kutipan
baik kutipan langsung maupun kutipan tak langsung.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu dan fasilitas yang digunakan
oleh penulis dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah, hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cepat, lengkap dan sistematis sehingga lebih muda
diolah (Arikunto, 2014: 203). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah peneliti sendiri sebagai instrumen serta menggunakan buku teori sastra,
buku teori moral, kertas pencatat data beserta alat tulisnya, dan novel Ayah
karya Andrea Hirata.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan oleh peneliti
dalam pengumpulan data penelitiannya (Arikunto, 2014: 160). Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi
pustaka. Teknik studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-
catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
55
dipecahkan (Nazir,1988: 111). Dalam penelitian ini teknik studi pustakanya
adalah dengan membaca seluruh teks novel Ayah karya Andrea Hirata secara
teliti. Selain menggunakan teknik studi pustaka, pengumpulan data dalam
penelitian ini juga menggunakan teknik observasi dengan bertumpu pada teori
struktural dan ekstrinsik sastra terutama pada nilai moral. Langkah-langkah
yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut ini:
a. setelah ditemukan objek penelitian, kemudian objek tersebut dibaca secara
kritis dan teliti oleh penulis;
b. mengidentifikasi aspek-aspek nilai moral, yaitu menentukan kutipan-
kutipan yang merupakan aspek nilai moral. Kemudian penulis mencari
hubungan aspek-aspek nilai moral yang ada dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata;
c. mencatat data penelitian ke dalam nota pencatat.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menenmukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2010: 248). Penelitian yang penulis
lakukan dalam novel Ayah karya Andrea Hirata merupakan penelitian
deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik contect analysis atau metode
analisis isi. Metode analisis isi adalah lebih mengenai sebuah strategi
56
penelitian dari pada sekadar sebuah metode analisis teks tunggal (Tischer,
2009: 94). Artinya penulis membahas dan mengkaji novel Ayah karya Andrea
Hirata berdasarkan aspek nilai moral.
Langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam analisis data adalah
sebagai berikut ini:
1. menganalisis data mengenai unsur intrinsik yang terdapat dalam novel
Ayah karya Andrea Hirata;
2. menganalisis aspek-aspek nilai moral yang terdapat dalam novel Ayah
karya Andrea Hirata, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan
manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan
hubungan manusia dengan alam sekitar;
3. data yang sesuai dengan yang dibahas selanjutnya diambil dan dijadikan
bahan pembahasan dalam skripsi kemudian simpulan diambil berdasarkan
komponen-komponen hasil analisis tersebut.
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis
Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif
adalah penelitian yang menggumpulkan data dan dalam memberikan
penafsiran terhadap hasil tidak menggunakan angka, menekankan pada
deskripsi. Teknik yang digunakan untuk menyajikan hasil analisis data adalah
teknik penyajian informal. Teknik penyajian informal adalah perumusan
dengan menggunakan kata-kata biasa tanpa menggunakan tanda dan lambang
(Sudaryanto, 2015: 145). Jadi, teknik penyajian hasil analisis unsur intrinsik,
57
nilai moral, dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA dalam novel Ayah
karya Andrea Hirata dengan kata-kata tanpa menggunakan tanda dan
lambang-lambang.
58
BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
Dalam bab ini, penulis membahas dua hal paparan pokok, yaitu (1)
penyajian data dan (2) pembahasan data. Pembahasan data merupakan hasil
penelitian yang terdiri dari unsur intrinsik, nilai moral, dan skenario pembelajaran.
A. Penyajian Data
Dalam novel Ayah karya Andrea Hirata yang akan penulis teliti, (1)
unsur intrinsik yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan
sudut pandang, (2) nilai moral yang meliputi persoalan hidup dan kehidupan
manusia yang dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri
sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial
termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia
dengan Tuhannya, dan (3) skenario pembelajaran sastra di kelas XI SMA.
Sebelum penulis membahas data penelitian tentang novel Ayah karya
Andrea Hirata melalui kajian nilai moral sastra, terlebih dahulu penulis
menyajikan data. Data-data dalam penyajian ini merupakan gambaran
mengenai masalah-masalah yang akan penulis bahas dalam pembahasan data.
1. Unsur intrinsik novel Ayah karya Andrea Hirata
Unsur intrinsik yang penulis analisis dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata antara lain meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,
dan sudut pandang.
45
59
Tabel 1
Unsur Intrinsik Novel Ayah Karya Andrea Hirata
No Unsur Pembentuk karya Sastra Penyajian Data
1. Tema
a. Masalah percintaan 3, 170
b. Masalah keluarga 178, 181, 182
c. Masalah Persahabatan 188, 295
d. Masalah Kegagalan
Pernikahan
206, 212
2. Tokoh dan Penokohan
a. Tokoh Utama 39, 149, 164
b. Tokoh Tambahan
3, 113, 163, 170, 188, 228,
260, 295, 304, 357,394
3. Alur
a. Tahap Penyituasian 3, 13
b. Tahap Pemunculan Konflik 178, 181, 182
c. Tahap Peningkatan Konflik 206, 212
d. Tahap Klimaks 228, 237
e. Tahap Penyelesaian 381,383
4. Latar
a. Latar Tempat 2, 30, 77, 97, 111, 212, 228,
304, 381
b. Latar Waktu 121, 180, 222, 224
c. Latar Sosial 114, 160
5. Sudut Pandang 9, 106
2. Nilai moral dalam Novel Ayah Karya Andrea Hirata
Nilai moral yang penulis analisis dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata adalah (1) hubungan manusia dengan Tuhan, (2) manusia dengan
manusia lain, (3) hubungan manusia dengan alam sekitar, dan (4)
hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
60
Tabel 2
Nilai Moral Novel Ayah Karya Andrea Hirata
No Nilai Moral Data Data dalam
Halaman
1. Hubungan manusia
dengan Tuhan
a. Beribadah 9, 305
b. Bersyukur 382, 383
2. Hubungan manusia
dengan manusia lain
a. Persahabatan 295, 299
b. Tolong menolong 295, 299
c. Kasih sayang 182, 183, 191
d. Menepati janji 381, 383
3. Hubungan manusia
dengan diri sendiri
a. Pantang menyerah 149, 373
b. Kejujuran 162, 164
3. Skenario Pembelajaran Novel Ayah karya Andrea Hirata
a. Standar Kompetensi
Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan
b. Kompetensi Dasar
7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia
c. Indikator
Dalam pembelajaran novel indikator mempunyai tujuan sebagai
berikut ini:
1) menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata;
2) menjelaskan nilai moral dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
61
d. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pokok yang harus dicapai dalam pembelajaran novel
adalah sebagai berikut ini:
1) siswa dapat menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata;
2) siswa dapat menjelaskan nilai moral dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata.
e. Materi Pembelajaran
Materi dalam pembelajaran sastra mencakup sebagai berikut:
1) novel Ayah;
2) unsur intrinsik;
3) nilai moral.
f. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang dipakai dalam kegiatan pembelajaran
disesuaikan dengan materi yang disajikan, keadaan murid dan suasana
kelas.
g. Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan buku-buku pelajaran yang
diwajibkan, media elektronik, kamus, dan buku lengkap yang sesuai
digunakan dalam belajar.
62
h. Waktu
Waktu yang disediakan untuk pembelajaran sastra dapat diatur
sesuai dengan keleluasaan dan kedalaman materi. Sesuai silabus, satu
minggunya pembelajaran sastra terdapat dua kali pertemuan dengan
sekali pertemuan waktunya 2 jam (2 x 45 menit).
i. Evaluasi
Evaluasi identik dengan penilaian. Penilaian dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan materi.
B. Pembahasan Data
1. Unsur Intrinsik Novel Ayah Karya Andrea Hirata
Dalam skripsi ini penulis menganalisis unsur intrinsik novel Ayah
karya Andrea Hirata yang meliputi: (a) tema, (b) tokoh dan penokohan, (c)
alur, (d) latar, (e) sudut pandang, dan (f) hubungan antarunsur.
a. Tema
Tema berasal dari masalah-masalah yang ada dalam suatu karya
sastra. Sebelum menentukan tema, terlebih dahulu diuraikan masalah-
masalah yang ada dalam karya sastra tersebut. Masalah-masalah yang
ada dalam novel Ayah meliputi masalah percintaan, masalah keluarga,
masalah persahabatan, masalah kegagalan pernikahan.
1) Masalah Percintaan
Masalah percintaan pada novel ini terjadi saat Sabari mulai
mencintai Marlena, sejak pertemuan pertamanya dengan Marlena
disebuah tempat ujian masuk SMA. Hingga Sabari merasa tidak
63
ada perempuan lain selain Marlena yang dicintainya. Hal tersebut
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Marlena, oh, Marlena, perempuan yang telah membuat
Sabari senewen karena kasmaran. Cinta pertamanya,
belahan jiwanya, segala-galanya. Sayang seribu sayang, tak
sedikit pun Marlena mengacuhkannya.” (hal: 3)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa tokoh utama
novel ini, yaitu Sabari. Cintanya kepada Marlena seorang wanita
yang dia kenal dan mulai dia ketahui sejak ujian masuk SMA.
Cinta kepada Marlena begitu besar. Marlena adalah cinta pertama
Sabari, bagi Sabari Marlena adalah segala-galanya. Akan tetapi
tidak habis pikir, Sabari hanya mencintai Marlena atau lebih
tepatnya hanya terpaku dengan satu wanita saja yaitu Marlena. Hal
itu terbukti pada kutipan di bawah ini.
“Maka, Sabari gelisah, lalu kecewa, kemudian menderita.
Tentu kemudian khalayak ramai tak habis pikir melihat
seorang lelaki hanya terpaku pada satu perempuan, tak
dapat dibelok-belokkan ke perempuan lain, seolah dunia ini
hanya selebar saputangan Lena.” (hal: 3)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Sabari mulai
gelisah dan kemudian dia menderita karena Marlena, perempuan
yang dia kagumi dan cintai. Hingga banyak khalayak ramai tidak
habis pikir kepada Sabari yang hanya terpaku pada satu perempuan
saaj. Sampai-sampai dia tidak bisa dibelokkan kepada perempuan
lain, selain Marlena. Seolah-olah dunia hanya selebar sapu tangan
Marlena saja. Hingga dia tidak bisa untuk mencinta perempuan lain
selain Marlena. Sebenarnya Sabari tahu jika Marlena tidak pernah
64
mencintainya. Akan tetapi, cinta Sabari terhadap Marlena begitu
besar dan tulus. Hingga suatu ketika Sabari menawarkan dirinya
untuk menikahi Marlena yang telah hamil. Hal tersebut terlihat
pada kutipan di bawah ini.
“Siang itu Markoni memanggil Sabari dan menawarinya
untuk menikahi Lena. Lena ada di situ, duduk membatu
menghadapi meja. Markoni meninggalkan mereka. Sabari
gemetar. Sinar matahari menembus celah tirai keong,
terpantul di atas dulang tembaga di tengah meja, tempias
menampar wajah Lena. Tak berkedip Lena menatap lelaki
buruk rupa yang dengan gagah berani menumbalkan diri
untuknya.” (hal: 170)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Sabari
bersedia menikah dengan Marlena yang telah hamil entah dengan
siapa dia hamil. Siang itu Markoni memanggil Sabari dan
menawarinya untuk menikahi Marlena. Karena Markoni sudah
tahu kalau Sabari begitu mencintainya Marlena. Sabari tidak dapat
menjawab pertanyaan dari Markoni tersebut, meski Sebenarnya dia
mau menikahi Marlena, hal tersebut membuat Sabari senang
karena bisa menikahi Marlena. Berbeda dengan Marlena, dia hanya
diam membatu dan tidak berkedip menatap Sabari yang dengan
berani menumbalkan dirinya untuk menikahi Marlena yang telah
hamil. Marlena tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh
Sabari yang mau menumbalkan dirinya untuk Marlena, perempuan
yang sangat membenci Sabari.
Berdasarkan tiga kutipan dalam tema masalah percintaan
dapat disimpulkan bahwa Sabari mulai jatuh cinta kepada Marlena
65
sejak mereka berdua bertemu saat mengikuti seleksi masuk SMA.
Sabari begitu terlena kepada Marlena sampai-sampai tak bisa
dibelokkan ke wanita lain. Dia begitu mencintai Marlena. Hingga
pada suatu ketika diketahuilah bahwa Marlena hamil dan hamilnya
Marlena entah dengan siapa. Sampai akhirnya Sabari
mengorbankan dirinya untuk menikahi Lena. Meski Lena tak
pernah mencintai dirinya dan Sabari pun tak peduli jika Marlena
telah hamil. Meski sebenarnya Marlena tidak mau dan tidak
bersedia menikah dengan Sabari.
2) Masalah Keluarga
Masalah keluarga dalam novel ini bermula setelah Sabari
menikah dengan Marlena. Setelah menikah dengan Sabari, Marlena
tidak mau tinggal bersama Sabari, dia tetap tinggal bersama
orangtuanya. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Rumah tangga Sabari dimulai dengan sangat unik. Yaitu
Lena tetap tinggal di rumah orangtuanya dan Sabari di
rumah orangtuanya juga. Tak pernah hanya sehari, apa lagi
semalam, Lena tinggal dengan Sabari.” (hal: 178)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa rumah
tangga Sabari dan Marlena dimulai dengan kehidupan yang begitu
unik. Dimana Marlena tinggal dengan orangtuanya dan Sabari juga
demikian dia tinggal dengan orangtuanya. Meski demikian Sabari
berharap Lena tinggal dengannya, oleh sebab itu sabari
membangun sebuah rumah. Berbulan-bulan Sabari membangun
rumah itu dengan tanggannya sendiri. Dibayangkannya setelah
66
Marlena melahirkan, mereka akan tinggal bersama. Betapa
bahagianya Sabari, Marlena telah melahirkan. Lena dan bayinya
tinggal bersama Sabari. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Akhirnya, semua yang diidamkan Sabari satu per satu
menjadi kenyataan. Lena dan bayi lucu itu pindah dari
rumah Markoni ke rumah yang baru dibangunnya. Keluarga
kecil, rumah kecil, kebahagian besar, begitu perasaan
Sabari.” (hal: 181)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa kegembiraan
yang selama ini diimpikan oleh Sabari terwujud juga. Marlena
akhirnya melahirkan, seorang bayi yang lucu. Sabari sangat
bahagia dengan kehadiran bayi lucu itu. Dan bahagianya lagi
Marlena dan bayi kecil lucu itu tinggal bersama Sabari di rumah
keci yang baru saja dibangun olehnya. Sebuah rumah kecil dengan
kebahagian yang besar, begitulah yang dirasakan oleh Sabari.
Akan tetapi Marlena tidak merasakan kebahagian seperti yang
dirasakan oleh Sabari. Marlena kembali ke hobi atau kebiasaan
lamanya yang sering pergi bahkan kadang tidak pulang. Hal
tersebut terbukti dalam kutipan di bawah ini.
“Sayangnya perasaan Lena berbeda dengan Sabari. Dia
segera kembali ke hobi lamanya. Mulai dia pergi sebentar,
lalu pergi lama, lalu menginap, lalu tak pulang-pulang.
Untuk membuat cerita panjang menjadi pendek. Dia tak
bahagia. Jiwanya terlalu rebelious, penuh pemberontakan,
untuk terikat kepada seorang suami dan anak. Apalagi,
suami itu tak pernah diinginkannya. Baginya, tak ada hal
yang lebih mengerikan di dunia selain terjebak dalam
pernikahan yang tak bahagia.” (hal: 181-182)
67
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Marlena
tidak merasakan kebahagian seperti yang dirasakan oleh Sabari.
Sabari begitu menyayangi Zorro dengan tulus meski Zorro bukan
anak kandungnya. Berbeda dengan Marlena yang kembali ke
kebiasaan lamanya, yaitu yang suka pergi sebentar, lalu pergi lama
dan menginap bahkan sampai tidak pulang. Karena bagi dirinya dia
merasa tertekan dan jiwanya yang terlalu rebellious. Karena bagi
dirinya tidak ada hal yang lebih mengerikan kecuali terjebak di
dalam pernikahan. Apalagi karena dia sudah sejak remaja hidup
bebas dengan senang bepergian, dia adalah anak yang
pembangkang dan susah diatur.
Berdasarkan kutipan dalam tema permasalahan keluarga
dapat disimpulkan bahwa, kehidupan rumah tangga Sabari dengan
Marlena dimulai dengan kehidupan yang sangat unik. Setelah
menikah meeka berdua belum pernah tinggal serumah. Mereka
tingga dirumah orang tua masing-masing. Hingga akhirnya Sabari
dengan telaten membangun sebuah rumah kecil. Berharap setelah
melahirkan Marlena mau tinggal bersamanya. Apa yang
dianggankan Sabari terwujud, Marlena melahirkan lalu dia tinggal
bersama Sabari. Betapa bahagianya Sabari dan Sabari juga begitu
menyayangi bayi tersebut. Akan tetapi, berbeda dengan Marlena,
dia kembali kekebiasaan lamanya yang sering pulang terlambat.
68
3) Masalah Persahabatan
Dalam novel ini Sabari mempunyai sahabat yang begitu
akrab dengannya. Kedua sahabatnya yaitu Tamat dan Ukun.
Hingga suatu ketika Sabari menggenalkan anaknya yang masih
kecil kepada kedua sahabatnya tersebut. Hal tersebut terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Ukun dan Tamat sering ke Belantik karena mereka pun
telah jatuh hati kepada anak itu.
Ini Pak cik Ukun, Sabari mengenalkan Ukun kepada Zorro.
Om Ukun, kata Ukun mengoreksi.
Sabari menoleh kepada Tamat. Om Tamat?
Dengan bersemangat Sabari bercerita bahwa pada umur
lima bulan anaknya sudah bisa duduk, umur enam bulan
sudah bisa merangkak.
Bagaimana logikanya?, tanya Tamat.
Anak kecil duduk dulu, baru merangkak.” (hal: 188)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Sabari
mempunya kedua Sahabat yang begitu akrab dengan dirinya.
Kedua sahabatnya, yaitu Tamat dan Ukun. Sabari juga
memperkenalkan kedua sahabatnya tersebut pada anaknya Zorro.
Sabari juga menceritakan tentang Zorro pada kedua sahabatnya itu
dengan semangat hingga mereka beradu argument. Beruntungnya
Sabari memiliki sahabat yang begitu baik dan peduli kepadanya.
Saat dia kehilangan anaknya, karena anaknya diambil paksa oleh
Marlena. Betapa mulianya kedua sahabat Sabari tersebut, karena
mau mencari Lena dan Zorro. Semua itu mereka lakukan demi
Sabari, agar Sabari tidak menjadi orang sinting. Hal itu terlihat
pada kutipan di bawah ini.
69
“Jadi, kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar Sabari
tidak jadi orang sinting? Itu baru namanya kawan, sungguh
mulia!.” (hal: 295)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Sabari
merasa beruntung memiliki kedua sahabat seperti Tamat dan Ukun.
Kedua sahabatnya itu berniat atau mempunyai niatan untuk
mencari Lena dan Zorro demi sahabatnya Sabari, supaya dia tidak
menjadi sinting. Betapa baiknya kedua sahabat Sabari tersebut dan
mulianya mereka mau mencari Lena dan Zorro demi Sabari.
Berdasarkan kedua kutipan diatas pada tema persahabatan
dapat disimpulkan bahwa Sabari sangatlah beruntung mempunyai
dua sahabat yaitu Tamat dan Ukun. Mereka berdua juga telah
menyayangi Zorro anak dai Marlena yang dirawat oleh Sabari.
Selain itu, ketika Sabari kehilangan Zorro karena Zorro diambil
secara paksa oleh Marlena. Mereka rela dan mau berkorban demi
Sabari. Mereka membantu Sabari mencari Zorro demi Sabari agar
Sabari tidak stres dikarenakan kepergian Zorro.
4) Masalah Kegagalan Pernikahan
Kesabaran Sabari memang benar-benar diuji. Baru saja dia
merasakan kebahagiannya, tinggal bersama Zorro dan Marlena.
Setelah Zorro lahir Marlena kembali pada hobi lamanya, akan
tetapi sabari tetap sabar. Hingga suatu ketika kesabarannya benar-
benar diuji. Dimana Marlena menggugat cerai Sabari. Hal itu
terlihat pada kutipan di bawah ini.
70
“Baca ini, surat panggilan pihak-pihak yang berperkara,
dalam kurung, relaas, nomor 4352, garis miring, pdgt strip
rhsjy setrip hdgu, garis miring BLGT, telah memanggil
Marlena binti Markoni dan Sabari bin Insyafi.
Jadi?
Kau kena gugat! Tamat gemas.
Gugat apa?
Gugat cerai!
Mulut Sabari ternganga.
Siapa yang mengugatku cerai?
Ajudan bupati. Ya, Lena! Ukun pun tak sabar.
Tidak mungkin!
Mengapa tidak mungkin?
Sabari mengalihkan pandangan ke padang ilalang.
Itu tak mungkin, kata Sabari pelan. Matanya berkaca-kaca.
Ukun dan Tamat tahu Sabari tak sanggup menerima
kenyataan. Oleh karena itu, dia tak mau memahami maksud
surat itu.” (hal: 206)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa awal
kehancuran rumah tangga Sabari dan Marlena. Meski sebelumnya
Sabari merasakan kesedihan karena Marlena yang lebih sering
pergi dari pada di rumah untuk mengurus anak dan suaminya.
Sabari merasa bingung mendapatkan surat yang diantar oleh juru
antar. Tamat sahabat Sabari membaca surat yang diterima olehnya.
Lalu memberitahukan apa isi dan maksud dari surat yang diterima
olehnya. Setelah Tamat membaca isi dan maksud dari surat
tersebut kemudian dia memberitahukan kepada Sabari bahwa surat
itu adalah surat panggilan dari pengadilan. Surat itu adalah surat
panggilan untuk menghadiri sidang perceraian. Sabari begitu
terkejut mengetahui isi dan maksud dari surat itu. Dan Sabari tak
sanggup menerima kenyataan oleh karena itu dia tak mau
memahami isi dan maksud dari surat tersebut. Betapa hancurnya
71
Sabari dan dia benar-benar tidak sanggup menerima kenyataan
tersebut. Kenyataan dia harus berpisah atau bercerai dengan
Marlena. Betapa hancurnya hati Sabari seperti diguntung-gunting
melihat buku nikahnya digunting di ruang persidangan. Hal
tersebut terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Persidangan tak berlangsung lama. Hati Sabari seperti
digunting melihat panitera pengadilan menggunting buku
nikahnya dan nikah Lena. Yang Mulia mengetuk palu.
Majelis menutup pengadilan.” (hal: 212)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa betapa
sedihnya Sabari dan betapa hancurnya hatinya saat melihat buku
nikahnya dengan Marlena digunting oleh panitera pengadilan.
Dengan demikian resmi sudahlah Marlena dan Sabari bercerai.
Sabari sangat sedih dan tidak dapat menerima semua kenyataan
tersebut.
Berdasarkan kedua kutipan pada tema masalah kegagalan
pernikahan dapat disimpulkan bahwa, Sabari merasa hati dan
perasaannya begitu hancur. Dia digugat cerai oleh Marlena, wanita
yang begitu dia cintai. Semakin hancur hati dan perasaannya
setelah melihat buku nikahnya dengan marlena digunting oleh
panitera pengadilan setelah sidang gugatan cerai Marlena kepada
Sabari selesai.
Berdasarkan masalah-masalah di atas dapat disimpulkan
bahwa tema dalam novel Ayah adalah kesabaran dalam menjalani
kehidupan rumah tangga serta ketulusan cinta.
72
b. Tokoh dan penokohan
1) Tokoh
Jenis tokoh dibagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan.
(a) Tokoh utama
Tokoh utama adalah tokoh yang berhubungan dengan
setiap peristiwa dan diutamakan penceritaannya di dalam novel
yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, di dalam novel
Ayah ini tokohnya adalah Sabari. Tokoh ini lebih sering
dimunculkan oleh pengarang dalam setiap bab dan tokoh ini
merupakan penggerak konflik cerita.
Sabari adalah seoarang anak yang setia. Dia mencintai
seorang perempuan yang bernama Marlena sejak SMA, sampai
dia hafal telah berapa lama mencintai Marlena. Dan tidak akan
pernah bisa berpindah pada perempuan lain. Sabari merupakan
orang yang tidak pantang menyerah. Ia mencari cara untuk bisa
tetap dekat dengan Marlena. Hingga dia bekerja di pabrik
batako milik ayah Marlena, Markoni. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Sabari tak terpengaruh oleh suara-suara yang
mengecilkan hati itu. Baginya itu bunyi distorsi radio,
menguing-nguinglah, sesuka kalian. Dia fokus kepada
Lena. Dia tak mau dan tak dapat pindah ke frekuensi
lain.” (hal: 39-40)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa hati Sabari
tidak akan pernah bisa berpaling kepada selai Marlena, dia
73
tetap fokus kepada Lena. Sabari tidak dapat berpindah ke lain
hati. Dia sudah begitu mencintai Marlena. Sabari adalah orang
yang setia, bukti dalam kutipan di atas. Selain itu dia juga
orang yang pantang menyerah, misal dalam hal cintanya
kepada Marlena. Berbagai cara dia lakukan agar bisa melihat
atau bahkan dekat dengan Marlena. Sampai-sampai dia bekerja
di pabrik batako milik ayah Marlena. Hal tersebut terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Sabari begitu gembira, apakah lantaran dia menerima
upah yang besar? Tidak juga. Apakah lantaran dia tiba-
tiba menjadi tampan? Mustahil. Semuanya tak lain tak
bukan karena Lena. Yaitu, sesuai dengan apa yang
dibayangkannya sebelum bekerja di pabrik itu, di sela-
sela pekerjaannya, sekali-sekali, meski hanya berkelebat
sepintas, macam tikus diuber meong, dia bisa melihat
Lena.” (hal: 149)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Sabari
merasa begitu senang dapat bekerja dipercetakan batako milik
ayah Marlena, tapi kegembiraannya itu bukan lantaran dia
mendapatkan upah yang besar, menjadi tampan itu juga bukan.
Semua itu karena Lena. Karena sebelum mulai bekerja atau
disela-sela pekerjaannya dia bisa melihat pujaan hatinya tidak
lain tidak bukan adalah Marlena. Selain setia dan pantang
menyerah Sabari juga orang yang jujur pula. Saat ditanya oleh
ayahnya Marlena, Sabari menjawab pertanyaan tersebut dengan
jujur meski agak bingung dan gemetar ketika akan menjawab.
Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
74
“Boi, sudah berapa lama kau suka sama Lena? Nada suara
Markoni turun dua oktaf.
11 bulan, 5 bulan, 4 hari, 3 jam …. 4 menit, Pak.
Markoni terpana.” (hal: 164)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Sabari
dengan jujur menjawab pertanyaan Markoni. Sabari menjawab
dengan lengkap telah berapa lama dirinya mncintai Marlena.
Mendengar jawaban Sabari, Markoni terpana lantaran Sabari
menjawab pertanyaannya dengan detail.
Berdasarkan ketiga kutipan diatas tentang tokoh utama,
dapat disimpulkan bahwa tokoh utama memiliki sifat yang
setia, itu terbukti bahwa Sabari tidak mau pindah ke lain hati.
Sabari juga orang yang pantang menyerah, dia berjuang supaya
bisa melihat Marlena setiap saat atau setiap waktu. Hal itu
terbukti dengan cara dia berjuang agar bisa bekerja ditempat
percetakan batako milik ayah Marlena. Selain itu, Sabari juga
orang yang jujur, hal itu terbukti pada kutipan saat dia ditanya
oleh ayah Marlena. Dengan jelas dan jujur dia menjawab
pertanyaan Markoni ayah Marlena.
(b) Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan dalam novel ini lebih banyak dibanding
dengan tokoh utama. Beberapa di antaranya adalah Marlena,
Markoni, Toharun, Tamat, Ukun, dan Zorro.
75
(1) Marlena
Marlena masuk ke dalam tokoh tambahan karena
dalam novel ini, terkadang tokoh ini memunculkan konflik.
Dapat terlihat ketika Marlena marah pada Sabari, karena
Sabari memberika buku pada Marlena sebagai hadiah
harapan tiga lomba menulis puisi. Marlena juga berwatak
keras seperti ayahnya, apa yang diinginkannya harus
terwujud, seperti mengambil Zorro dari Sabari secara
paksa. Peristiwa tersebut dapat menimbulkan konflik untuk
peristiwa-peristiwa selanjutnya. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Siapa yang menyuruhmu mengambilnya?! Siapa?! Aku
bisa mengambilnya sendiri!”
Padahal Sabari menyerahkannya tak kurang khidmat dari
cara Paskibra Kabupaten menyerahkan bendera.” (hal: 3)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan kemarahan
Marlena kepada Sabari ketika Sabari mengambilkan buku.
Dia sangat marah kepada Sabari, padahal Sabari sudah
dengan khidmat menyerahkan buku tersebut untuk
Marlena. Marlena memang mempunyai sikap yang keras.
Selain itu Marlena orangnya juga kejam, seperti saat dia
mengambil paksa Zorro dari Sabari. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Lena maraih Zorro, langsung menggendongnya
dan bergegas pergi. Zorro meronta. Sabari
mendekat, dua pria tadi menghalanginya. Lena
76
bergegas pergi. Zorro memberontak dan
memanggil-manggil aya! aya! Tanggannya
menggapai-gapai. Semuanya terjadi dengan sangat
cepat. Tahu-tahu Lena dan Zorro telah berada di
seberang jalan, lalu masuk ke mobil dan langsung
meluncur.” (hal: 228-229)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa
Marlena benar-benar orang keras dan tega. Dia dengan
paksa mengambil Zorro saat bersama dengan Sabari di
taman kota. Meski Zorro meronta-ronta dan memanggil
Sabari dengan sebutan aya dan tanggannya mengapai-
gapai. Akan tetapi, saat Sabari mencoba untuk mendekat
dia dihalangi oleh kedua pria yang bersama dengan
Marlena. Betapa teganya Marlena memisahkan Zorro
dengan Sabari.
Berdasarkan kedua kutipan diatas dapat
disimpulkan bahwa tokoh Marlena adalah orang yang
galak, hal itu terbukti saat dia memarahi Sabari hanya
karena Sabari mengambilkan buku untuknya. Selain itu, dia
juga orang yang keras dan tega, itu terbukti pada kutipan
diatas ketika Marlena dengan paksa mengambil Zorro dari
Sabari.
(2) Markoni
Markoni masuk dalam tokoh tambahan karena ia
memperkuat alur cerita ini. Markoni sebagai ayah dari
Marlena digambarkan sebagai sosok yang keras dan mudah
77
emosi. Ketika Buncai bertemu dengan Markoni, lalu
Buncai membisiki Markoni tentang siapa sebenarnya lelaki
buruk rupa, berkening lutung, bergigi tupai, bernama Sabari
itu. Tentang maksud sebenarnya Sabari bekerja di pabrik
batako miliki Markoni. Keesokan harinya Markoni
memanggil Sabari dengan maksud dan tujuan bertanya
apakah benar dia bekerja di pabrik batako milik Markoni
hanya karena ingin mendekati Marlena. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Kau bekerja di sini karena mau bertemu dengan
Lena?!
Ya, Pak.
Tertangkap basah kau!
Ya, Pak.
Aih, licik sekali muslihatmu ya, sampai terpilih
menjadi karyawan teladan segala. Kau itu serigala
berbulu domba, lihai macam intel Melayu, tapi aku
adalah mata-mata KGB! Aku lebih lihai daripada
kau! Kau sangka bisa mengelabuiku Boi?!”
(hal: 163)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa
Markoni juga orang yang keras dan tegas. Apalagi ketika
dia tahu kalau niatan Sabari bekerja di pabrik batako
miliknya adalah agar bisa mendekati Marlena. Mengetahui
hal tersebut Markoni menjadi marah. Tak selang lama dia
lalu memanggil Sabari dan menayakan hal tersebut.
Mendengar jawaban Sabari, Markoni lalu menjadi emosi.
78
Berdasatkan kutipan diatas dapat disimpulkan
bahwa Markoni atau ayah dari Marlena tersebut orang yang
sangat tekas dan mudah emosi. Hal itu terbukti saat dia
mengetahui niatan Sabari yang sebenarnya. Kenapa Sabari
ingin bekerja di pabrik batako miliknya. Setelah
mengetahui hal tersebut Markoni murka lalu dia
memanggil Sabari dan langsung menanyakan hal tersebut.
(3) Toharun
Toharun masuk ke dalam tokoh tambahan karena
tokoh ini dapat memperkuat alur cerita. Dalam novel Ayah,
Toharun sebagai sahabat tokoh utama, yakni Sabari. Hal itu
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Toharun berpamitan kepada mereka, tetapi tak
memberi tahu mau merantau kemana. Mungkin ke
Bangka, Palembang, atau Jakarta untuk mengejar
cita-citanya menjadi Menteri Olahraga Republik
Indonesia. Setelah berpamitan, lelaki yang besar
seperti lemari itu tak ada kabar beritanya.”
(hal: 113)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa
Toharun adalah sahabat Sabari yang setalah lulus SMA dia
pergi. Dia berpamitan kepada teman-temannya meski dia
tidak mengatakan mau pergi kemana. Dia ingin mengejar
cita-citanya menjadi Menteri Olahraga Republik Indonesia.
Lama tak ada kabar Toharun akhrnya kembali ke Belanti,
Belitong, dia tidak menjadi Menteri Olahraga Republik
79
Indonesia. Kini dia menjadi guru olahraga. Dia juga yang
melatih Sabari saat akan mengikuti lomba maraton. Meski
latihan darinya begitu berat dan kejam menurut Sabarai.
Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Sungguh kejam latihan dari Toharun, tetapi nyata
kemajuan yang dirasakan Sabari. Maka, dia tak
pernah mengeluh, lagi pula piala marathon itu
begitu manis untuk menjadi hadiah selamat datang
bagi anaknya nanti. Karena latihan super keras itu,
Sabari semakin yakin dia akan menggondol juara
pertama. Penat tubuhnya lenyap jika Sabari
membayangkan menyerahkan piala itu kepada Zorro
di pelabuhan nanti.” (hal: 357)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa
Toharun melatih Sabari dengan sungguh-sungguh. Meski
menurut Sabari latihan dari Toharun begitu kejam, tetapi
Sabari merasakan perubahan dan kemajuan selama dilatih
oleh Toharun. Maka Sabari tidak akan pernah mengeluh
lagi. Dia ingat kepada Zorro kalau nanti dia menang dia
akan mempersembahkan piala hasil lombanya kepada
Zorro.
Berdasarkan kedua kutipan diatas dapat
disimpulkan bahwa tokoh Toharun adalah teman Sabari.
Setelah lulus SMA dia pergi merantau tapi entah dimana
dia merantau. Hingga suatu ketika dia pulang dan melatih
Sabari lari maraton. Dikarenakan Sabari akan mengikuti
perlombaan lari maraton.
80
(4) Tamat
Tamat masuk ke dalam tokoh tambahan karena
tokoh ini dapat memperkuat alur cerita. Dalam novel ini,
tokoh Tamat adalah sahabat Sabari yang selalu setia pada
Sabari. Dia membantu Sabari mencari Lena dan Zorro,
supaya Sabari tidak menjadi orang sinting. Hal itu terlihat
dalam kutipan di bawah ini.
“Kawan dekat Sabari, yakni Maulana Hasan
Magribi lahir saat azan Magrib biasa dipanggil
Ukun dan Mustamat Kalimat, biasa dipanggil
Tamat, berkali-kali mengingatkan Sabari bahwa dia
bisa berakhir di Pantai Rehabilitasi Gangguan Jiwa
Amanah di bawah pimpinan Dra. Ida Nuraini,
apabila kepalanya yang ditumbuhi rambut keriting
bergumpal-gumpal itu hanya dipenuhi bayangan
Lena. Sabari bergidi. Dia pula sering mengingatkan
dirinya sendiri akan hal itu” (hal: 4-5).
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa
Tamat dan Ukun adalah sahabat Sabari yang setia
kepadanya. Berkali-kali juga dia mengingatkan Sabari
karna nanti bisa-bisa dia berakhir di Pantai Rehabilitasi
Gangguan Jiwa Amanah di bawah pimpinan Dra. Ida
Nuraini, karena terlalu sering memikirkan Marlena dan
selalu setiap harinya dikepalanya dipenuhi dengan pikiran
tentang Marlena. Tamat juga yang membantu Sabari
mencari Marlena. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Astaga, apa yang terjadi kepadamu, Boi? Tanya
Tamat.
Lihatlah, rupamu macam iblis.
81
Sabari tersenyum pahit lalu menunduk.
Tamat mengatakan bahwa esik sore mereka akan ke
Sumatra untuk mencari Lena dan Zorro. Jika
berjumpa, mereka akan membujuknya agar pulang
ke Belitong. Sabari tak berkata-kata.” (hal: 299)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa
Tamat berpamitan kepada Sabari, dia dan Ukun akan pergi
ke Sumatra untuk mencari Lena dan Zorro. Jika nanti
mereka bertemu dengan Lena dan Zorro, mereka akan
membujuknya agar mau pulang ke Belitong.
Berdasarkan kedua kutipan diatas dapat
disimpulkan bahwa Tamat sahabat dari Sabari adalah
seorang yang mengerti akan keadaan temannya. Dia tidak
ingin nasib temannya berakhir disebuah tempat rehabilitasi.
Oleh karena itu dia akan mencari Zorro dan Lena demi
Sabari. Supaya Sabari tidak menjadi sinting atau gila
karena berpisah n selalu merindukan Zorro dan Lena.
(5) Ukun
Ukun masuk ke dalam tokoh tambahan karena
tokoh ini dapat memperkuat alur cerita. Dalam novel ini,
tokoh Ukun adalah sahabat Sabari yang selalu setia pada
Sabari. Dia juga ikut membantu Sabari mencari Lena dan
Zorro, supaya Sabari tidak menjadi orang sinting. Hal itu
terlihat dalam kutipan di bawah ini.
“Kawan dekat Sabari, yakni Maulana Hasan
Magribi lahir saat azan Magrib biasa dipanggil
82
Ukun dan Mustamat Kalimat, biasa dipanggil
Tamat, berkali-kali mengingatkan Sabari bahwa dia
bisa berakhir di Pantai Rehabilitasi Gangguan Jiwa
Amanah di bawah pimpinan Dra. Ida Nuraini,
apabila kepalanya yang ditumbuhi rambut keriting
bergumpal-gumpal itu hanya dipenuhi bayangan
Lena. Sabari bergidi. Dia pula sering mengingatkan
dirinya sendiri akan hal itu.” (hal: 4-5)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa
Tamat dan Ukun adalah sahabat Sabari yang setia
kepadanya. Berkali-kali juga dia mengingatkan Sabari
karna nanti bisa-bisa dia berakhir di Pantai Rehabilitasi
Gangguan Jiwa Amanah di bawah pimpinan Dra. Ida
Nuraini, karena terlalu sering memikirkan Marlena dan
selalu setiap harinya dikepalanya dipenuhi dengan pikiran
tentang Marlena. Sama halnya dengan tamat, ukun sebagai
sahabat Sabari, dia juga membantu Sabari untuk mencari
Lena dan Zorro. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Karena itu, Boi, kata Ukun, tolong jangan gila
dulu. Biarlah kami mencari Lena dan Zorro dulu.
Kalau kami gagal, silakan kalau kau mau menjadi
gila, tak ada keberatan dariku dan Tamat sebagai
kawan-kawanmu. Untuk sementara ini, tahan dulu.
Sabari diam saja. Diam macam kuburan.”
(hal: 299)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Ukun
meminta kepada Sabari jangan gila dulu. Karena dia dan
tamat akan mencari Lena dan Zorro. Jika bertemu mereka
akan membujuk Lena dan Zorro untuk pulang.
83
Berdasarkan kutipan pada tokoh Ukun dapat
disimpulkan bahwa tokoh Ukun sama halnya dengan
Tamat. Dia juga sangat mengerti keadaan temannya. Dia
juga mau membantu Sabari, supaya Sabari tidak menjadi
sinting atau gila karena kehilangan Zorro dah Marlena.
Maka, Ukun beserta Tamat akan berusaha mencari Zorro
dan Lena, mereka juga berjanji akan membawa Zorro dan
Lena pulang.
(6) Zorro (Amiru)
Di dalam novel Ayah, Zorro merupakan tokoh
tambahan karena dapat memperkuat alur cerita. Zorro
merupakan anak Marlena, yang sejak bayi dirawat oleh
Sabari. Bahkan Marlena tak pernah peduli dengannya saat
masih bayi. Setelah bercerai dengan Sabari, Marlena
mengambil Zorro dengan paksa. Zorro adalah anak yang
pintar. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Cerdas dan banyak sekali tahu kata-kata, jauh di
atas rata-rata anak-anak seusianya. Apakah dia
diajari kata-kata di rumah?
Jon dan Lena menggeleng sambil tersenyum geli.
Zorro naik ke kelas dua menduduki peringkat
pertama.” (hal: 255)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Zorro
tumbuh menjadi anak yang cerdas. Dia banyak mengetahui
kata-kata yang belum tentu orang lain tahu. Lena terkagum
dengan kecerdasan Zorro dan dia tak tahu dari mana
84
anaknya bisa tahu banyak kata-kata itu. Selain itu, Zorro
juga juara dalam mengikuti lomba. Dia bercerita tentang
keluarga langit saat mengikuti lomba. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Zorro menjadi juara lomba. Di rumah Lena
bertanya, bagaimana dia bisa mengarang kisah
keluarga langit itu? Zorro menatap ibunya. Dia tak
bisa menjawab karena dia sendiri heran bagaimana
dia bisa bercerita seperti itu.” (hal: 260)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Zorro
menjadi juara perlombaan. Lena heran dari mana anaknya
bisa mengarang keluarga langit, Zorro sendiri juga bingung
dan heran bagaimana dia bisa bercerita tentang keluarga
langit itu. Sebenarnya dulu sejak dia masih kecil Sabari
sering bercerita tentang keluarga langit.
Berdasarkan kutipan pada tokoh Zorro dapat
disimpulkan bahwa tokoh Zorro adalah anak yang cerdas.
Kecerdasannya membuat semua orang terkagum-kagum.
Terutama saat dia maju kedepan lalu bercerita tentang
keluarga langit. Zorro sendiri juga bingung dan tidak tahu
bagaimana dia bisa bercerita tentang hal tersebut.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pengarang novel ini menggambarkan penokohan
secara analitik. Penokohan secara analitik adalah pelukisan
85
tokoh cerita dengan memberi deskripsi, uraian, atau
penjelasan secara langsung.
c. Alur
Tasrif (dalam Nurgiyantoro, 2013: 149) membedakan tahapan
alur menjadi lima bagian, yaitu:
1) Tahap Penyituasian (situation)
Pada bagian pertama digambarkan ketika Sabari yang
sangat terlena dengan Marlena. Bahwa Marlena adalah cinta
pertamanya. Meskipun Lena tidak mengacuhkan cintanya. Hal itu
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Marlena, oh, Marlena, perempuan yang telah membuat
Sabari senewen karena kasmaran. Cinta pertamanya,
belahan jiwanya, segala-galanya. Sayang seribu sayang, tak
sedikitpun Lena mengacuhkannya. Gambar-gambar hitam
putih, karena sudah lama tentu saja, silih berganti melayang
dalam kepala lelaki lugu yang melankonis itu. Gambar
waktu Sabari mengambil saputangan Lena yang jatuh di
lapangan upacara.” (hal: 3)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa sebelum
adanya konflik Sabari merasa benar-benar terlena dengan Marlena,
meski Marlena tak peduli dengannya. Dijelaskan bahwa Sabari
menganggap Lena sebagai cinta pertamanya. Perempuan yang
membuat Sabari kasmaran. Setelah kejadian ditempat ujian masuk
SMA, Sabari terus mengenggam pensil yang dipakai oleh Marlena
saat mencontek jawaban milik Sabari. Hal tersebut terbukti pada
kutipan dibawah ini.
86
“Usai ujian itu, sepanjang sore dan malam, Sabari terus
menggenggam pensil pemberian anak perempuan yang tak
dikenalnya itu. Tak pernah sedetik pun melepaskannya.
Keesokannya dia terbangun, pensil itu masih berada dalam
genggamannya.” (hal: 13)
Berdasarkan kutipan diatas dijelaskan bahwa Sabari
merasakan sesuatu yang membuatnya bahagia, seperti telah jatuh
hati kepada anak perempuan itu. Sampai-sampai dia tak mau
melepaskan pensil yang digenggamnya. Tidur pun pensil tersebut
tetap dia genggam.
Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan awal mula
Sabari jatuh hati kepada Marlena. Marlena wanita yang telah
membuat Sabari hati Sabari berbunga-bunga. Tetapi, sayang
Marlena tak menghiraukan Sabari. Marlena benar-benar sosok
wanita yang dipuja oleh Sabari. Pensil yang pernah dipakai oleh
Marlena pun selalu berada dalam genggaman Sabari.
2) Tahap Pemunculan Konflik (generating circumstances)
Pada tahap ini mengambarkan perasaan Sabari yang begitu
sedih. Karena, semenjak menikah dengan Marlena, Sabari dan
Marlena tidak tinggal satu rumah. Marlena tinggal bersama kedua
orangtuanya dan Sabari juga demikian tetap tinggal bersama
dengan orangtuanya. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Rumah tangga Sabari dimulai dengan sangat unik. Yaitu
Lena tetap tinggal di rumah orangtuanya dan Sabari di
87
rumah orangtuanya juga. Tak pernah meski hanya sehari,
apalagi semalam, Lena tinggal dengan Sabari.” (hal: 178)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa semenjak
menikah dengan Lena tak pernah sekalipun mereka tinggal satu
rumah. Mereka tinggal di rumah masing-masing bersama dengan
orang tua masing-masing. itulah yang menjadi awal dari
permasalahan yang ada didalam rumah tangga Sabari dengan
Marlena. Namun, akhirnya Sabari merasa lega dan bahagia karena
setelah melahirkan, Marlena mau tinggal bersama Sabari. Meski
akhirnya Sabari merasa sedih lagi karena Lena kembali pada
kebiasaan lamanya. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Akhirnya, semua yang diidamkan Sabari satu per satu
menjadi kenyataan. Lena dan bayi kecil lucu itu pindah dari
rumah Markoni ke rumah yang baru dibangunnya. Keluarga
kecil, rumah kecil, kebahagian besar, begitu perasaan
Sabari.
Sayangnya perasaan Lena berbeda dengan Sabari. Dia
segara kembali ke hobi lamanya. Mulanya dia pergi
sebentar, lalu pergi lama, lalu menginap, lalu tak pulang-
pulang. Untuk membuat cerita panjang menjadi pendek.
Dia tak bahagia. Jiwanya terlalu rebellious, penuh
pemberontakan, untuk terikat kepada seorang suami dan
abak. Apalagi, suami itu tak pernah diinginkannya.
Baginya, tak ada hal yang lebih mengerikan di dunia ini
selain terjebak dalam pernikahan yang tak bahagia.”
(hal: 181-182)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Sabari
perlahan-lahan merasakan kebahagian, setelah Marlena
melahirkan, dia dan bayi mungilnya tinggal di rumah yang Sabari
bangun. Meski pada akhirnya timbullah permasalahan dalam
rumah tangganya, dimana setelah melahirkan Marlena kembali ke
88
kebiasaan lamanya yang suka pergi-pergi. Bahkah dia tidak pernah
mengurus anaknya. Sabari yang selalu mengurus anaknya. Karena
bagi Marlena terjebak dalam pernikahan dan mengurus anak adalah
hal yang lebih mengerikan di dunia. Apalagi ini adalah pernikahan
yang tidak dia kehendaki, menikah dengan pria yang tidak dia
cintai.
Berdasarkan kutipan pada tahap pemunculan konflik dapat
disimpulkan bahwa, awal mula permasalahan yang timbul dalam
rumah tangga Sabari adalah sejak menikah dengan Marlena mereka
berdua tidak pernah tinggal bersama. Akan tetapi, setelah Marlena
melahirkan mereka kemudian tinggal satu rumah. Akan tetapi,
setalah melahirkan Marlena kembali pada kebiasaannya dulu. Dia
sering pergi dan telat pulang bahkan sampai tidak pulang. Sabari
yang mengurus Zorro sendirian.
3) Tahap Peningkatan Konflik (rising action)
Keadaan ini melukiskan peristiwa bahwa Sabari harus
menerima kenyataan yang begitu menyakitkan. Setelah dia
menerima surat panggilan dari pengadilan agama. Surat tersebut
menjelaskan atau berisi gugatan cerai Marlena kepada Sabari. Hal
itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Baca ini, surat panggilan pihak-pihak yang berperkara,
dalam kurung, relaas, nomor 4352, garis miring, pdgt strip
rhsjy setrip hdgu, garis miring BLGT, telah memanggil
Marlena binti Markoni dan Sabari bin Insyafi.
89
Jadi?
Kau kena gugat! Tamat gemas.
Gugat apa?
Gugat cerai!
Mulut Sabari ternganga.
Siapa yang mengugatku cerai?
Ajudan bupati. Ya, Lena! Ukun pun tak sabar.
Tidak mungkin!
Mengapa tidak mungkin?
Sabari mengalihkan pandangan ke padang ilalang.
Itu tak mungkin, kata Sabari pelan. Matanya berkaca-kaca.
Ukun dan Tamat tahu Sabari tak sanggup menerima
kenyataan. Oleh karena itu, dia tak mau memahami maksud
surat itu.” (hal: 206)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Sabari harus
menerima kenyataan dimana dia digugat cerai oleh Marlena. Dia
menerima surat panggilan dari penggadilan, dia dipanggil untuk
menghadiri persidangan. Sabari tidak sanggup menerima kenyataan
tersebut. Oleh karena itu, dia tidak mau memahami isi dan maksud
surat yang dia terima. Sabari tidak habis pikir Marlena benar-benar
menggugat cerai dirinya.
Hati Sabari terasa lebih sakit lagi, saat melihat panitera
pengadilan menggunting buku nikahnya dengan Marlena. Setelah
persidangan perceraian selesai buku nikahnya lalu digunting. Hal
itu terbukti dalam kutipan dibawah ini.
“Persidangan tak berlangsung lama. Hati Sabari seperti
digunting melihat panitera pengadilan menggunting buku
nikahnya dan buku nikah Lena. Yang Mulia mengetuk palu.
Majelis menutup sidang.” (hal: 212)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa Sabari
merasa sangatlah sedih setelah dia dinyatakan bercerai dengan
90
Lena. Hati Sabari seakan dicabik-cabik melihat apa yang telah
dilakukan oleh panitera pengadilan. Buku nikahnya dan buku nikah
Lena telah terpotong-potong.
Berdasarkan kedua kutipan di atas dapat disimpulkan
bahwa betapa hancurnya hati dan perasaan Sabari. Dia seakan-kan
tidak bisa menerima semua kenyataan tersebut. Kenyataan dia dan
Lena telah bercerai. Hati Sabari semakin hancur seperti buku nikah
yang telah digunting oleh panitera pengadilan.Sabari hanya bisa
melihat kejadian tersebut dengan muka yang lesuh.
4) Tahap Klimaks (climax)
Pemaparan klimaks pada novel Ayah adalah setelah
perceraian Sabari dengan Marlena. Pada suatu sore di taman balai
kota. Saat Sabari mengajak Zorro jalan-jalan di taman kota.
Sesampainya di taman balai kota Sabari dan Zorro duduk.
Kemudian Sabari bangkit dan berjalan untuk membelikan Zorro
balon gas. Ketika Sabari berbalik usai membeli balon gas, Sabari
melihat Zorro dibawa Marlena dengan paksa. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Sesampainya di taman balai kota, kedua anak beranak itu
duduk di bangku taman. Zorro sibuk mengunyah kembang
gula berwarna pink, makanan aneh yang kribo itu. Sabari
bangkit dan berjalan untuk membeli balon gas yang
jaraknya hanya beberapa langkah dari tempat duduk
mereka. Usai membeli balon gas, begitu berbalik dilihatnya
beberapa orang telah mengelilingi Zorro. Orang-orang
91
itulah Lena, lelaki terpelajar yang dilihatnya di pengadilan
agama itu, dan dua lelaki lainnya.
Lena meraih Zorro, langsung menggendongnya dan
bergegas pergi. Zorro meronta. Sabari mendekat, dua pria
tadi menghalanginya. Lena bergegas pergi. Zorro
memberontak dan memanggil-manggil, Aya! Aya!
Tanggannya mengapai-gapai. Semuanya terjadi dengan
sangat cepat. Tahu-tahu Lena dan Zorro telah berada di
seberang jalan, lalu masuk mobil dan langsung meluncur.”
(hal: 228-229)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Marlena
mengambil Zorro secara paksa dari Sabari. Hal itu terjadi ketika
sore hari dimana Zorro dan Sabari sedang berada di taman kota.
Saat itu Zorro sedang duduk sementara sabari sedang pergi
membelikan Zorro balon gas. Tidak lama kemudian Lena datang
dengan kedua laki-laki. Saat Sabari berbalik arah akan kembali ke
tempat Zorro duduk, Zorro sudah berada dalam gendongan
Marlena. Saat Sabari akan mendekat dia dihalangi oleh dua pria
tersebut. Zorro memberontak kejadian itu terjadi begitu cepat.
Betapa sedihnya Sabari harus dipisahkan dengan Zorro, meski
Zorro bukanlah anaknya tapi Sabari sangat menyayanginya.
Sepulang dari taman balai kota, hujan sangat lebat.
Ditengah perjalanan pulang Sabari kehujanan, dia tetap berjalan
tidak peduli badannya telah basah karena air hujan. Betapa
sedihnya Sabari setelah dia bercerai dengan Lena kini dia juga
harus berpisah dengan Zorro. Sabari selalu mengingat kejadian
sore itu saat Lena mengambil Zorro darinya. Hal tersebut terbukti
pada kutipan di bawah ini.
92
“Sabari takkan pernah lupa, hujan lebat, bulan September,
saat itulah Lena mengambil Zorro darinya. Dua minggu
setelah itu ibunya meninggal. November, Marleni hilang,
tetangga melihat kucing itu kabur bersama seekor kucing
garong”
“Sabari mengalami situasi sudah jatuh tertimpa tangga, lalu
menginjak paku dan pakunya karatan, mengandung bahaya
tetanus. Semua orang telah pergi naik kapal nabi Nabi Nuh,
dia tinggal sendiri, tak diajak. Yang tertinggal hanya dua
orang, dia dan sepi.” (hal: 237)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaska bahwa, Sabari
akan selalu ingt akan kejadia saat Lena mengambil Zorro dari
dirinya. Dia mengalami cobaan yang begitu besar dan bertubi-tubi.
Dia bercerai dengan Lena wanita yang sangat dia sayangi dan
cintai, kemudia dia harus kehilangan Zorro, anak yang ia sayangi
sepenuh hati, meski Zorro bukanlah anak kandungnya. Begitu
beratnya cobaan yang Sabari saat itu.
Berdasarkan kedua kutpan di atas dapat disimpulkan
bahwa, Lena benar-benar mengambil Zorro dari Sabari. Cara Lena
mengambil Zorro dari Sabari sangatlah keji. Dia memisah anak
dengan sang ayah dengan paksaan. Hal tersebut membuat Sabari
sangat terpukul. Setelah bercerai dia harus kehilangan Zorro juga.
Dia bagaikan orang yang kehilangan segala-galanya. Sampai-
sampai dia tetap ingat akan kejadian saat Lena mengambil Zorro
secara paksa dari Sabari.
93
5) Tahap Penyelasian (denouement)
Berbagai masalah hidup dan penderitaan yang telah
dihadapi Sabari. Mulai dari pernikahannya dengan Lena yang tidak
diharapkan oleh Lena, perceraiannya dengan Lena, dan harus
berpisah dengan Zorro, anak yang dia sayangi. Meski Zorro
bukanlah anak kandungnya. Setelah bertahun-tahun berpisah
dengan Zorro, Sabari dapat bertemu kembali dengan Zooro, berkat
bantuan dari kedua sahabatnya, yaitu Tamat dan Ukun. Yang telah
lama berkeliling Sumatra dan akhirnya menemukan Zorro dan
dibawalah pulang Zorro untuk bertemu dengan Sabari. Dan
Marlena pun mengizinkan Zorro untuk tinggal Bersama Sabari.
Betapa bahagianya Sabari, setiap hari Sabari mensyukuri hal itu.
Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Amiru pun langsung mengenali laki-laki yang berdiri di
samping sepeda memegang piala itu.dia berlari
menyongsongnya, Aya! Aya! panggilnya.
Zorro, Zorro! panggil Sabari, tetapi tak ada suara yang
dapat keluar dari mulutnya.
Amiru memeluk ayahnya erat-erat. Dia mencium bau yang
selalu menjadi misteri baginya, bau yang selalu
menyayangi dan melindunginya. Dia kini tahu, bau itu
adalah bau ayahnya. Dipeluknya ayahnya semakin erat. Air
mata anak dan ayah itu berlinang-linang.” (hal: 381)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Sabari
akhirnya bertemu kembali dengan Zorro yang telah lama berpisah
dengannya. Pertemuannya dengan Zorro berkat bantuan kedua
Sahabatnya yaitu Tamat dan Ukun. Saat tiba di pelabuhan Zorro
langsung mengenali pria yang berdiri di samping sepeda, dia
94
adalah Sabari ayahnya, lalu Zorro memanggilnya. Lalu mereka
berdua berpelukan. Betapa bahagianya Sabari bisa bertemu
kembali dengan anaknya, yaitu Zorro. Bahagianya lagi Marlena
mengizinkan Zorro untuk tinggal bersama Sabari. Hal itu terlihat
pada kutipan di bawah ini.
“Merlena mengizinkan Amiru tinggal bersama Sabari.
Setiap waktu Sabari mensyukuri hal itu. Ayah dan anak
itulangsung tak terpisahkan seperti dahulu. Mereka pun
kembali ke kebiasaan lama, Sabari bercerita dan berpuisi
menjelang Zorro tidur. Bedanya, sekarang Amiru juga bisa
bercerita dan berpuisi untuk ayahnya.” (hal: 383)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Sabari
merasa sangat bahagia bisa bertemu dan berkumpul kembali
bersama Zorro. Dan bahagianya lagi Marlena mengizinkan Zorro
untuk tinggal bersamanya. Setiap hari Sabari tak henti-hentinya
selalu mensyukuri hal tersebut.
Pada kedua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tahap
penyelesaian dari semua masalah yang dihadapi oleh Sabari selama
bertahun-tahun adalah kembalinya Zorro kepadanya. Akan tetapi,
ada yang kurang, yaitu Lena tidak ikut pulang bersama dengan
Zorro. Rasa bahagia dirasakan oleh Sabari saat bertemu dengan
Zorro yang telah berpisah bertahun-tahun. Kebahagiannya
bertambah lengan karena Lena mengizinkan Zorro untuk tinggal
bersama Sabari.
95
Berdasarkan kriteria urutan waktu, novel Ayah mengalami
alur maju. Dikatakan alur maju karena alur sesuai dengan urutan
peristiwa berdasarkan kronologis.
d. Latar
Unsur latar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu latar tempat, latar
waktu, dan latar sosial. Untuk mendapat gambaran secara lengkap
mengenai latar tempat, latar waktu, dan latar sosial dalam novel Ayah
sebagai berikut:
1) Latar Tempat
Dalam novel Ayah, latar tempat terdiri lebih dari satu tempat.
a) Belantik
Sebuah desa tempat dimana Sabari dan kawan-kawannya
tinggal. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Di kampung lain, Belantik, Sabari juga gelisah menunggu
hasil ujian itu, bukan hanya karena dia ragu bisa diterima di
SMA negeri, melainkan lebih karena perempuan misterius
yang telah memberinya pensil dan membuat badannya
panas dingin. Layaknya orang yang kena sambar cinta
pertama, dia serbasalah, susah tidur. Miring ke kiri salah,
ke kanan salah. Telentang, dia malu, karena cicak-cicak
mengejeknya.” (hal: 30)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar tempat
yang digunakan adalah desa Belantik. Dimana tempat tnggal
Sabari dan teman-temannya. Saat itu Sabari tengah gelisah
menunggu hasil ujian.
96
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Sabari serta teman-temannya tinggal di sebuah kampung dan
kampung tersebut bernama Belantik. Sebuah kampung tempat
dimana Sabari dilahirkan hingga dia tumbuh besar dan
mengenal seorang anak perempun. Anak perempuan tersebut
yang akhirnya membuat Sabari jatuh cinta.
b) Ruang Kelas
Tempat dimana Sabari dan Marlena mengikuti pelajaran
saat sekolah. Hal itu terlihat dalam kutipan di bawah ini.
“Saat itu kelas Lena sedang pelajaran Bahasa Indonesia. Bu
Norma melemparkan pertanyaan.
“Kalimat majemuk!” teriak Sabari.
“Cerdas!” kata bu Norma, tanpa menyadari bahwa jawaban
berasal dari kelas sebelah yang tengah belajar Biologi.
Sampai usai pelajaran. Sabari disuruh guru Biologi berdiri
dengan kaki sebelah di pojok kelas, sambil menjewer
telinganya sendiri. Seisi kelas terpingkal-pingkal
melihatnya.” (hal: 77-78)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa pada kutipan
tersebut latar tempat yang digunakan adalah di dalam ruangan
kelas. Dimana saat Sabari dan Marlena mengikuti pelajaran di
sekolahnya. Terjadi sebuah kejadian dimana kelas Sabari
sedang pelajaran biologi dan kelas Lena pelajaran bahasa
Indonesia. Sabari dihukum karena menjawab pertanyaan dari
kelas sebelah yang bukan pelajaran yang sedang diajarkan
dikelasnya.
97
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa latar
tempat yang digunakan adalah ruang kelas. Hal itu terbukti
bahwa dalam latar tempat disebut Sabari harus berdiri di pojok
kelas .
c) Stasiun Radio
Di stasiun radio ini Sabari manyampaikan maafnya kepada
Lena dan Bogel, sekaligus mempersembahkan lagu untuk
Marlena. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Ukun menyarankan agar Sabari meminta maaf kepada
Lena dan Bogel secara terbuka sekaligus
mempersembahkan sebuah lagu untuk Lena melalui acara
organ tunggal live show radio itu.” (hal: 95)
“Penyiar memintanya bersiap-siap. Sabari mendekatkan
mulut ke mik. Dia gugup karena tahu seisi kampong akan
mendengar suaranya.
“Siap?”
“Insa Allah, Bang.”
Ngeng, lampu merah bertulisan on air menyala. Penyiar
menyapa pendengar lalu menyapa Sabari.” (hal: 97)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar tempat
yang digunakan adalah stasiun radio. Tempat yang dijadikan
untuk menyampaikan permintaan maaf Sabari kepada Marlena
dan Buncai secara terbuka dan sekaligus mempersembahkan
sebuah lagu untuk Marlena.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa latar
tempatnya berada di sebuah stasiun radio. Hal itu dibuktikan
dengan adanya kata “penyiar”, karena kata penyiar biasa untuk
penyiar radio bukan penyiar berita.
98
d) Bawah Pohon Akasia
Sebuah pohon yang terletak di dekat gerbang sekolah.
Tempat dimana biasanya dia menunggu Marlena. Hal itu
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Dia melamun di bawah pohon akasia dekat gerbang
sekolah, tempat dia biasa menunggu Lena dan kecanduan
akan kelebat ajaib perempuan itu naik sepeda. Lima detik
tak lebih, lalu segala hal sepanjang hari itu akan berlinag
madu.” (hal: 111)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa tempat yang
digunakan dalam cerita tersebut adalah bawah pohon akasia.
Sebuah tempat yang biasanya digunakan Sabari untuk
menunggu Lena dan untuk demi melihat Lena. Sabari selalu
duduk di bawah pohon akasia tersebut.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa latar
tempatnya berada di bawah pohon akasia. Sebuah tempat yang
biasa digunakan Sabari menunggu kedatangan Lena. Sambil
menunggu kedatangan Lena, Sabari yang menunggu di bawah
pohon akasia tersebut sambil melamun.
e) Ruang Sidang III
Sebuah ruangan di pengadilan agama, di mana Sabari dan
Marlena menghadiri sidang perceraian mereka. Hal itu terlihat
pada kutipan di bawah ini.
“Persidangan tak berlangsung lama. Hati Sabari seperti
digunting melihat panitera pengadilan menggunting buku
nikahnya dan buku nikah Lena. Yang Mulia mengetuk palu.
Majelis menutup sidang.
99
Terdengar panggilan bagi pasangan lain untuk memasuki
Ruang Sidang III. Seorang petugas meminta Sabari keluar.
Sabari bangkit, berjalan keluar menyusul Ukun dan Tamat.
Dia sempat menoleh ke belakang, melihat tempat Lena
duduk tadi. Begitu cepat semuanya berlangsung, lalu dia
merasa kosong. Di dunia nan fana ini, cinta bersemi dan
terempas tiada tara.” (hal: 212-213)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar tempat
yang digunakan dalam cerita tersebut adalah ruang sidang III.
Dimana saat itu sedang ada sidang perceraian Sabari dengan
Marlena orang yang sangat dicintai oleh Sabari. Betapa
hancurnya hati Sabari saat melihat buku nikahnya dengan
Marlena digunting oleh panitera sidang. Sidang selesai, seorang
petugas meminta Sabari untuk keluar. Begitu cepat semua itu
terjadi. Kini resmilah sudah Sabari bercerai dengan Marlena.
Pada kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa latar
tempatnya berada di ruang sidang III. Hal tersebut terbukti
bahwa latar tempatnya berada di ruang sidang III adalah adanya
Majelis yang menutup sidang, Yang Mulia mengetuk palu yang
bertanda bahwa persidangan telah selesai.
f) Taman Balai Kota
Sebuah tempat di mana Sabari dan Zorro selalu datang
sekadar untuk duduk dan main-main setiap sore. Hal itu terlihat
pada kutipan di bawah ini.
“seperti biasa, setiap sore, Sabari mengajak Zorro ke taman
balai kota. Masuk September, hujan hampir setiaphari.
Sebelum berangkat, disiapkannya tas punggung kecil
kesayangan anaknya, yang kemudian dipakai Zorro dengan
100
gagah. Di dalam tas itu ada topi, jas hujan, sarung tangan,
baju ganti. Sabari pun memasukkan kemeja ganti untuknya
sendiri kalau-kalau nanti kehujanan.” (hal: 228)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar tempat
yang digunakan adalah di taman balai kota. Tempat dimana
setiap sore Sabari selalu mengajak Zorro ke tempat itu. Tempat
tersebut yang menjadi saksi saat Marlena mengambil Zorro dari
Sabari. Kejadian yang begitu menyakitkan setelah
perceraiannya dengan Marlena adalah diambilnya Zorro dari
Sabari ketika mereka sedang di taman balai kota.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa latar
tempat berada di taman balai kota. Tempat tersebut adalah
sebuah tempat yang setiap sore Sabari kunjungi bersama Zorro.
Tempat tersebut juga merupakan saksi dimana Lena mengambil
Zorro dari Sabari secara paksa.
g) Masjid Baiturachman
Tempat pertama kali yang di kunjungi oleh Tamat dan
Ukun sesampainya mereka di Aceh. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Perjalanan itu begitu menakjubkan bagi mereka. Di kapal
Ukun rajin mempraktikkan bahasa Indonesia dan senang
banyak kenalan baru. Tiga hari kemudian orang-orang
kampung itu sudah berdiri tertegun dengan napas tertahan
di haribaan Masjid Baiturochman.
“Inilah tujuan kita ke Aceh, Boi,” kata Tamt sambil
memeluk pundak Ukun.
“Alangkah megahnya, Boi, jauh lebih megah dari yang
kulihat di almanak. Alangkah beruntungnya kita pernah
101
melihat langsung masjid yang hebat ini.” Mata Ukun basah.
Dia memang lebih sentimental daripada Tamat.”
(hal: 304)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar tempat
yang digunakan adalah di Masjid Baiturachman. Tempat
pertama kali yang Ukun dan Taman sambangi ketika sampai di
Aceh ketika mereka mencari Lena dan Zorro. Mereka sangat
senang bisa berada ditempat tersebut. Mereka juga senang bisa
melihat langsung dan menginjakkannya kaki di masjid tersebut.
Pada kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa msjid
Baiturachman adalah tempat yang pertama kali disinggahi olh
Uun dan Tamat dalam perjalannya mencari Zorro dan Lena.
Mereka di masjid tersebut menyempatkan untuk melaksanakan
ibadah shalat jumat. Mereka berdua sangat beruntung dan
senang dapat singgah di masjid yang menurut mereka
menakjubkan.
h) Pelabuhan
Tempat Sabari menanti kedatangan anak yang telah lama
pergi dari dirinya karena ikut bersama ibunya, yaitu Zorro. Hal
itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Anak buah kapal melemparkan tambang yang disambut
seorang kuli pelabuhan. Tambang diikatkan di tambatan
kapal. Pintu lambung kapal terbuka. Kuli pelabuhan tadi
menjulurkan keeping-keping papan yang akan menjadi
titian para penumpang dari kapal ke dermaga.
Tak lepas Sabari menatap penumpang yang keluar satu per
satu melalui pintu itu. Umumnya mereka orang-orang
dewasa, lelaki dan perempuan. Tak lama kemudian
102
dilihatnya seorang anak melangkah keluar. Dia terpana
karena langsung mengenali kemeja yang dikenakan anak
itu. Sabari merasa kakinya tak menginjak bumi.
Amiru pun langsung mengenali laki-laki yang berdirindi
samping sepeda memegang piala itu.dia berlari
menyongsongnya, Aya! Aya! panggilnya.
Zorro, Zorro! panggil Sabari, tetapi tak ada suara yang
dapat keluar dari mulutnya.
Amiru memeluk ayahnya erat-erat. Dia mencium bau yang
selalu menjadi misteri baginya, bau yang selalu
menyayangi dan melindunginya. Dia kini tahu, bau itu
adalah bau ayahnya. Dipeluknya ayahnya semakin erat. Air
mata anak dan ayah itu berlinang-linang.” (hal: 381)
Berdasarkan kuitipan di atas, dijelaskan tempat yang
digunakan adalah di pelabuhan. Tempat bertemunya kembali
dengan Zorro. Meski menunggu sangat lama di pelabuhan
akhirnya Sabari dapat melihat, bertemu dan memeluk anaknya
kembali seperti dulu.
Pada kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa latar tempat
berada di sebuah pelabuhan. Tempat tersebut adalah tempat
dimana Sabari dan Zorro bertemu kembali. Hal yang
membuktikan jika kutipan di atas latar tempatnya berada di
pelabuhan adalah adanya anak buah kapal dan pintu lambung
kapal yang terbuka.
2) Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan “kapan” terjadinya suatu
peristiwa. Latar waktu yang terjadi dalam novel Ayah berupa sore
dan malam.
103
a) Sore
Waktu yang menunjukkan Sabari menghabiskan waktunya
di taman balai kota. Hal itu terlihat pada kutipan bawah ini.
“Setiap Sabtu sore Sabari menghabiskan waktu di taman
balai kota karena kata orang Sabtu sore Marlena dan
sekongkol-sekongkolnya suka nongkrong di taman balai
kota. Seperti masih SMA dulu, Ukun dan Tamat gemas,
benci sekaligus kasihan dengan Sabari. Adakalanya, Ukun
mengancam, “Jiwamu sudah dikecoh cinta. Waspada, Ri,
bisa-bisa kau kena gangguan iwa, masuk Panti Amanah
pimpinan Doktoranda Ida Nuraini!.” (hal: 121)
Pada kutipan di atas dijelaskan bahwa latar waktunya
adalah sore hari, dimana saat Sabari selalu menghabiskan sore
hari di taman balai kota bersama Zorro. Hampir setia sore
Sabari mengajak Zorro jalan-jalan ke taman balai kota.
Waktu dimana Sabari melihat ibu mertuanya tergopoh-
gopoh mendatangi Sabari, memberi tahunya kalau Marlena
sakit perut (akan melahirkan). Hal itu terlihat pada kutipan di
bawah ini.
“Di tengah kegembiraan itulah, sore Minggu itu Sabari
terperanjat melihat ibu mertuanya tergopoh-gopoh
mendatanginya. Sabari menyongsongnya. Kata ibu
mertuanya, di rumah sedang tidak ada siapa-siapa dan Lena
harus segera dibawa ke klinik karena sakit perut.”
(hal: 120)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar
waktnya sore. Sore dalam kutipan di atas saat Sabari sedang
duduk-duduk di depan rumahnya. Dari jauh dia melihat ibu
104
mertuanya berlari menuju rumahnya ntuk memberitahukan
bahwa Marlena akan melahirkan
Berdasarkan kedua kutipan di atas, disimpulkan bahwa latar
waktu yang digunakan adalah sore hari. Latar waktu yang
digunakan sama namun dengan peristiwa yang berbeda dan
membuat konflik semakin bervariasi.
b) Malam
Waktu yang menunjukkan ketika Sabari tidur sambil
memeluk Zorro, karena dia takut kalau Zorro akan di bawa
pergi jauh. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Saban malam Sabari tidur sambil memeluk Zorro. Kalau
terlintas dalam pikirannya anaknya akan dibawa pergi jauh
ke Pulau Bangka, tubuhnya gemetar. Kalau terbangun
cepat-cepat dilihatnya Zorro, kalau-kalau sudah tak ada.
Zorro pun semakin tak terpisahkan dari ayahnya. Bocah
kecil dapat merasakan apa yang terjadi. Dia selalu minta
digendong ayahnya.” (hal: 222)
Pada kutipan di atas dijelaskan bahwa satiap malam
sebelum dirinya tidur, Zorro selalu dipeluk oleh Sabari. Sabari
takut kehilangan Zorro. Bahkan Zorro dapat merasakan apa
yang dirasakan oleh Sabari, sampai-sampai dia juga tidak mau
jauh dari Sabari.
Setiap malam Zorro meminta ayahnya untuk menyanyikan
puisi merayu awan. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Zorro terpana. Setiap malam dia selalu meminta ayahnya
untuk menyanyikan lagu merayu awan itu. Setelah
beberapa waktu, dia sendiri mulai pandai menyanyikannya,
meski terbata-bata.” (hal: 224)
105
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa betapa
Zorro terpana saat mendengarkan Sabari menyanyikan lagu
merayu awan. Hingga setiap malam Sabari menyanyikan lagu
awan tersebut. Sampai pada akhirnya Zorro bisa menyanyikan
lagu tersebut meski dengan nadaatau suara yang kurang tepat,
karena dia belum bisa berbicara dengan jelas.
Berdasarkan kedua kutipan di atas, disimpulkan bahwa latar
waktu yang digunakan selain sore hari juga digunakan latar
waktu pada malam hari. Latar waktu pada malam hari
dikutipan tersebut menggunakan latar waktu yang dengan
kejadian atau peritiwa yang berbeda.
3) Latar Sosial
Latar sosial-budaya menunjuk pada hal-hal yang
berhubungan dengan prilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu
tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan
sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang
cukup kompleks. Dapat berupa (a) kebiasaan hidup, (b) adat
istiadat, (c) tradisi, (d) keyakinan, pandangan hidup, dan (e) cara
berfikir dan bersikap. Latar sosial-budaya juga berhubungan
dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah,
menengah, atau atas (Nurgiyantoro, 2013: 322).
Dalam novel Ayah, latar sosial yang dibahas di dalam novel
ini tentang status sosial tokoh. Status sosial tokoh Sabari, yaitu
106
berada didalam status sosial bawah hal itu terbukti bahwa Sabari
sebagai seorang kuli bangunan sebelum dia bekerja di pabrik
percetakan batako milik ayah Marlena, Markoni. Sabari merupakan
orang yang pekerja keras dan rajin. Ayahnya seorang pensiunan
guru SD, bidang studi Bahasa Indonesia. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Maka, bekerjalah Sabari sebagai kuli dan sungguh tinggi
dedikasinya. Tak kenal lelah dia. Juli lain mencuri-curi
waktu agar bisa bermalas-malasan, dia sebaliknya. Yang
tak disurih dikerjakannya, apalagi yang disuruh. Orang lain
minta libur, dia minta masuk kerja. Kerap mandor
menyetopnya karena terlalu banyak mengaduk semek,
memaku sesuatu yang seharusnya tak dipaku, memasang
yang bukan untuk dipasang, dan mengangkat yang
seharusnya tak diangkat.” (hal: 114)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa kehidupan
yang di alami oleh tokoh utama merupakan kehidupan yang selalu
bekerja keras dan pantang menyerah. Meski dia hanya bekerja
sebagai kuli bangunan, tetapi semangatnya untuk bekerja sangatlah
besar.
Sabari memang orang yang pekerja keras. Selain itu, dia
juga masih menyempatkan waktunya untuk mengurus ibu dan
ayahnya meski hanya dengan mendorong kursi roda ayahnya dan
mnegobrol dengan ibunya. Hal itu terbukti dalam kutipan di bawah
ini.
“Selebihnya, semua berlangsung seperti sediakala. Sabari
bangun subuh, mengurus kambing, bekerja, merasa
beruntung jika sekilas saja dapat melihat Lena, pilang
mengurus kambing lagi, ngobrol dengan ibunya,
107
mendorong kursi roda ayahnya ke dermaga, saling bercerita
dan berbalas puisi sambil menyaksikan matahari terenam di
muara, malamnya duduk di beranda, menyaksikan cahaya
bulan jatuh di padang ilalang. Dia merindukan Lena hingga
jatuh tertidur sambil menggegnggam pensil. Keesokan
terbangun, dia masih menggenggam pensil itu.” (hal: 160)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa selain
orang yang pekerja keras, dia juga orang yang sayng kepada kedua
orangtuanya. Dia selalu menyempatkan waktu untuk kedua
orangtuanya, meski hanya sekedar mengobrol ibunya dan
mengajak jalan-jalan ayahnya saja.
Berdasarkan kedua kutipan di atas dapat disimpulkan
bahwa Sabari memang orang yang pekerja keras dan berjiwa
pantang meyerah. Sabari juga penyanyang keluarga, dia selalu
menyempatkan waktunya untuk kedua orang tuanya.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang dalam novel Ayah, pengarang menggunakan
pusat pengisahan persona ketiga serba tahu. Pengarang menjadi
narrator, yaitu seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan
tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata gantinya ia, dia ,
dan mereka. Dengan mengkombinasikan metode dramatik-ironik
dengan metode objektif. Pencerita tahu segala hal mengenai peristiwa,
sikap, pikiran, dan perasaan tokoh. Hal itu terlihat pada kutipan di
bawah ini.
108
“Dulu dia tak ubahnya anak-anak lain di Belantik, kampung
paling ujung, di pinggir laut Belitong sebelah timur. Pulang
sekolah dia langsung mengalungkan ketapel, mengantonbi
duku muda untuk pelurunya, bersandal cunghai, melempari
buah sagu, mengejar layangan, berlari-lari di padang, dan
berenang di danau galain tambang. Kulit kelam terbakar
matahari, luka-luka seantero kaki, pulang ke rumah
dimarahi Ibu demi melihat baju penuh bercak getah buah
hutan, lalau pontang-panting berlalri ke masjid agar tak
terlambat dan dimarahi guru mengaji. Di masjid tertawa,
bersorak, berebut, bertengkar, menangis.
Soal cinta? Sabari tak kenal dan tak suka. Cinta adalah kata
yang asing. Cinta adalah racun manis penuh tipu muslihat.
Cinta adalah burung merpati dalam topi pesulap. Cinta
adalah tempat yang jauh, sangat jauh, dan urusan konyol
orang dewasa.” (hal: 9-10)
“Dia sedikit limbung sebab telah enam tahun cita-citanya
itu pingsan. Dia mau menjadi dokter hewan sejak kelas
enam SD, sejak melihat dokter hewan membantu sapi
beranak dalam buku komik.waktu itu ayanya masih
berjaya. Selama enam tahun itu, baru kali ini dia berani
mengatakan lagi bahwa dia mau menjadi dokter hewan. Dia
mengatakannya karena Sabari mengatakan bahwa dia mau
menjadi guru Bahasa Indonesia. Tanpa diketahui Sabari,
dia telah membangkitkan lagi cita-cita Izmi.” (hal: 106)
Berdasarkan kedua kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa sudut
pandang yang digunakan pada novel Ayah adalah sudut pandang
persona ketiga serba tahu. Hal itu dikarenakan dalam menceritakan
tokohnya pengarang atau penulis novel tersebut menyebut tokoh-
tokohnya dengan sebutan “ia, dia, dan mereka”, terkadang juga
menyebutkan namanya secara langsung.
Berdasarkan kutipan di atas, disimpulkan bahwa pengarang
menempatkan posisi sebagai orang yang berada di luar cerita. Ia tidak
terlibat secara langsung, akan tetapi pengarang mengetahui kejadian-
109
kejadian yang dialami oleh tokoh-tokoh dan berusaha untuk
menceritakan kembali kepada pembaca dengan bahasanya sendiri.
f. Hubungan Antarunsur
Berdasarkan analisis unsur intrnsik tampak adanya kesatuan
yang utuh antarunsur pembangun sastra pada novel Ayah karya Andrea
Hirata. Dari tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang ada jalinan
yang erat. Di bawah ini penulis mengurai hubungan antarunsur novel
Ayah.
a. Hubungan Tema dengan Plot
Tema adalah ide pokok atau gagasan utama yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca. Untuk menyampaikan
idea tau gagasan, pengarang harus menggunakan media yakni
pengarang harus menciptakan cerita yang terdiri dari berbagai
peristiwa yang terjalin dalam hubungan sebab akibat. Sebaliknya,
untuk menemukan tema dapat dilihat melalui konflik-konflik yang
menonjol yang termasuk bagian dari plot.
Tema novel Ayah adalah kesabaran dalam menjalani
kehidupan rumah tangga dan ketulusan cinta. Setelah sekian lama
Sabari mengagumi dan mencintai Marlena, meski Marlena tak
pernah mencintainya. Akhirnya mereka berdua menikah, meski tak
tinggal serumah. Sabari begitu sabar dalam menjalani
kehidupannya selama menikah dengan Marlena. Dan pada
akhirnya Marlena melahirkan seorang bayi laki-laki, meskipun
110
bayi tersebut bukan anak kandung Sabari, Sabari tulus mencintai
dan menyayangi anak tersebut. Namun, dari hal itu muncul
masalah-masalah yang membuat cerita terus bergerak di dalam
novel Ayah.
Konflik di dalam novel Ayah berawal dari Sabari yang kagum
terhadap Marlena semenjak peristiwa saat ujian akan masuk SMA.
Saat Marlena merebut lembar jawaban milik Sabari. Semenjak itu
Sabari mulai mengagumi Marlena dan terlena padanya. Sabari
menganggap Lena sebagai cinta pertamanya. Akibat dari peristiwa
itu muncul konflik berurutan. Mulai dari sikap Marlena yang tidak
mengacuhkan cinta Sabari. Karena bagi Lena Sabari orang yang
aneh dan menyebalkan. Marlena juga tidak peduli dengan apa yang
dilakukan Sabari untuk menarik perhatiannya. Sampai Sabari
bekerja di pabrik percetakan batako milik ayah Marlena, dan
Marlena tetap tidak peduli meski Sabari mendapat medali
penghargaan sebagai karyawan teladan. Pada suatu ketika Sabari
menikah dengan Marlena, dan Marlena tak habis pikir mau-
maunya Sabari menumbalkan dirinya untuk menikahi Marlena.
Muncul konflik lagi, setelah Sabari menikah dengan Lena mereka
berdua tidak pernah tinggal serumah, itu membuat Sabari sangat
sedih. Namun, Sabari tetap sabar dengan keadaan tersebut. Tetapi
Sabari akhirnya merasa senang karena setelah Marlena melahirkan,
mereka tinggal serumah, akan tetapi berbeda dengan Marlena, dia
111
tidak merasa bahagia seperti yang dirasakan Sabari. Sabari
merasakan kesedihan, karena Lena kembali ke hobby lamanya,
Lena yang suka pergi sebentar lalu pergi lama lalu menginap
bahkan tak pulang sama sekali. Akan tetapi Sabari tetap sabar,
dengan semua itu, demi Zorro dia rela keluar dari tempatnya
bekerja untuk mengurus Zorro anak Marlena. Masalah demi
masalah silih berganti datang dikehidupan Sabari. Sabari mencoba
untuk sabar. Namun, pada akhirnya dia menyerah dan terperuk
menjadi seperti orang gila setelah Zorro diambil oleh Marlena dan
berpisah dengannya. Berkat bantuan kedua sahabatnya akhirnya
Sabari bertemu kembali dengan Zorro dan bersama-sama tinggal
dengan Zorro. Marlena juga mengizinkan Zorro untuk tinggal
bersama Sabari. Betapa bahagianya Sabari.
Jadi, tema dan alur mempunyai hubungan erat. Alur dapat
membantu menetukan tema dan begitu pula sebaliknya tema dapat
memberi gambaran pada alur.
b. Hubungan Tema dengan Tokoh dan Penokohan
Untuk menyampaikan idea tau gagasan utama, diperlukan
pembawa gagasan berupa pelaku atau tokoh-tokoh cerita.
Biasanya, pembawa gagasan utama adalah tokoh-tokoh utama,
sementara tokoh lain merupakan tokoh latar yang memperkuat
penokohan tokoh utama dan gagasan yang dibawanya.
112
Tema dalam novel Ayah adalah kesabaran dalam menjalani
kehidupan rumah tangga dan ketulusan cinta. Dari tema tersebut,
Sabari menjadi tokoh Utama dalam novel Ayah. Sabari mempunyai
kepribadian yang baik, setia, orang yang tidak pantang menyerah,
pekerja keras, dan orang sabar. Hal itu terlihat ketika dia diuji
kesetiaannya dalam menunggu Marlena, dia tidak mau mencintai
wanita lain, meski dia sudah bercerai dia berharap agar Lena
kembali lagi kepadanya. Dia juga diuji kesabarannya dalam
menjalani kehidupan rumah tangganya yang penuh dengan ujian.
Namun, dia tetap sabar dalam menghadapi semua itu, semua itu
karna Zorro yang selalu membuatnya semangat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan antara
tokoh dalam novel Ayah memiliki hubungan erat. Hal itu terbukti
antara unsur satu dengan yang lainnya saling mendukung dan
melengkapi.
c. Hubungan Tema dengan Latar
Seperti yang telah disebutkan bahwa tema pada novel Ayah
adalah kesabaran dalam menjalani kehidupan rumah tangga dan
ketulusan cinta. Latar tempat dalam novel Ayah berada di
Indonesia tepatnya di desa Belantik, Belitung, Bangka Belitung.
peristiwa dimana sering dialami oleh tokoh utama dalam novel ini.
Oleh karena itu latar tempat yang sering muncul yaitu desa
Belantik.
113
Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan antara
tema dan latar cerita mempunyai hubungan yang erat dengan
peristiwa yang terjadi pada tokoh-tokohnya. Hal tersebut dapat
membentuk tema yang sesuai dengan latar cerita.
d. Hubungan Alur dengan Tokoh dan Penokohan
Hubungan alur dengan tokoh dalam novel Ayah dapat dilihat
ketika Sabari mulai bekerja di pabrik batako milik Markoni ayah
Marlena. Alasan Sabari bekerja di pabrik batako milik Markoni
adalah agar dia bisa menjaga ayahnya dan agar dia bisa setiap hari
melihat Marlena. Saat ia mulai bekerja di pabrik batako milik
Markoni, Markoni tahu alasan mengapa Sabari mau bekerja di
pabrik batako miliknya. Alasannya adalah agar dia bisa melihat
dan dekat dengan Marlena. Tahu alasan tersebut Markoni sangat
marah dan marah, hingga suatu ketika Markoni memanggil Sabari
dan bertanya tetang kebenaran hal tersebu. Sabari pun berkata
dengan jujur. Meski demikian, Sabari tetap bekerja dengan giat
hingga akhirnya dia bisa memperoleh medali sebagai karyawan
teladan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa alur
cerita dengan tokoh mempunyai hubungan yang erat. Alur cerita
dalam novel Ayah menggambarkan watak tokoh utama dalam
menghadapi masalah yang terjadi dan sebaliknya, dengan adanya
tokoh, alur cerita itu menjadi berkembang.
114
e. Hubungan Alur dengan Latar
Hubungan antara alur dengan latar salaing berkaitan. Alur
akan menceritakan suatu kejadian yang terjadi dalam suatu latar.
Latar akan menjadi sebuah rangkaian cerita yang membentuk alur.
Di dalam novel Ayah diceritakan berbagai peristiwa, latar tempat
dan waktu. Hubungan alur dan latar sangat berpengaruh dalam
pembentukan jalinan cerita.
Sabari lahir dan dibesarkan oleh ayahnya di desa Belantik,
kota Belitung, Bangka Belitung. Dari dia kecil hingga SMA dia
juga berada di Belitung. Setelah lulus SMA dia bekerja di luar kota
Belitung. Segala peristiwa yang Sabari alami dalam novel ini
sebagian besar berada di desa Belantik, Belitung, Bangka Belitung.
Dari uraian di atas, dpat penulis simpulkan bahwa alur cerita
dengan latar mempunyai hubungan erat. Alur cerita mempengaruhi
perubahan latar tempat dan waktu. Begitu pula latar sosial terdapat
pada novel ini, berkaitan dengan alur cerita.
f. Hubungan Latar dengan Tokoh dan Penokohan
Tokoh-tokoh dalam sebuah cerita memerlukan ruang, waktu,
dan keadaan sosial tempat mereka melakukan atau mengalami
sesuatu. Ruang, saat dan keadaan sosial tersebut berpengaruh pula
pada tokoh dan penokohan.
Tokoh utama dalam novel Ayah adalah Sabari. Tokoh ini
menjadi kunci segala peristiwa yang diceritakan. Selain itu juga
115
terdapat tokoh-tokoh pendukung lainnya. Mereka adalah Marlena,
Markoni, Toharun, Tamat, Ukun, dan Zorro atau Amiru. Sabari
berlatar sosial sebagai seorang kuli bangunan sebelum dia bekerja
di pabrik percetakan batako milik ayah Marlena, Markoni. Sabari
merupakan orang yang pekerja keras dan rajin. Ayahnya seorang
pensiunan guru SD, bidang studi Bahasa Indonesia.
Latar waktu yang berpengaruh terhadap tokoh utama, yaitu
ketika bulan Agustus. Sabari mengikuti perlombaan maraton dalam
rangka perayaan Kemerdekaan. Jika dia menang nanti piala
kejuaraan lomba maraton tersebut akan dia persembahkan untuk
Zorro. Di bulan September kedua sahabat Sabari, yaitu Tamat dan
Ukun pulang dari mencari Zorro. Mereka berdua pulang dengan
membawa Zorro. Betapa senangnya Sabari bisa bertemu dengan
Zorro lagi, selain itu Marlena juga mengizinkan Zorro untuk
tinggal bersama Sabari.
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa dalam
novel Ayah latar dalam cerita mempunyai hubungan erat dengan
tokoh dan penokohan. Lingkungan tempat tinggal tokoh utama
membentuk watak tokoh utama.
116
2. Nilai Moral pada Novel Ayah karya Andrea Hirata
a. Hubungan Manusia dengan Tuhan
Hubungan manusia dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa sebagai
dimensi takwa pertama, menurut ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hubungan manusia dengan Tuhan merupakan prima causa hubungan-
hubungan yang lain. Oleh karena itu, hubungan ini yang seyogianya
diutamakan dan secara tertib diatur dan dipelihara. Hubungan manusia
dengan Tuhan dalam novel Ayah, yaitu beribadah, mengaji, dan
bersyukur .
1) Beribadah
Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada
Allah Swt. yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya. Ibadah yang dilakukan tokoh dalam novel
Ayah karya Andrea Hirata adalah mengaji dan melaksanakan
Shalat Jumat di masjid Baiturachman. Hal itu terlihat pada kutipan
di bawah ini.
“Kulit kelam terbakar matahari, luka-luka seantero kaki,
pulang ke rumah dimarahi Ibu demi melihat baju penuh
bercak getah buah hutan, lalu pontang-panting berlari ke
masjid agar tak terlambat dan dimarahi guru mengaji.” (hal:
9)
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa wujud
nilai moral seperti beribadah dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata adalah mengajarkan bahwa dalam keadaan apapun kita
sebagai makhluk yang beragama mempunyai kewajiban untuk
117
menyembah sang pencipta. Ibadah yang dilakukan oleh tokoh
dalam novel Ayah karya Andrea Hirata adalah mengaji, salah satu
tanda bukti berbakti kepada Allah Swt. anak-anak mengaji, dengan
mengaji nantinya mereka akan diajari untuk melakukan solat.
Selain kutipan di atas, beribadah yang dilakukan oleh para tokoh
juga tampak dalam kutipan di bawah ini.
“Suasana shalat Jumat di masjid ini tak dapat dilukiskan
dengan kata-kata. Saat engkau shalat rasanya ribuan
malaikat menungguimu. Suara muazin merdu sekali. Begitu
megah, begitu agung masjid ini sehingga kuakui semua
dosaku, yang terkecil sekalipun.” (hal: 305)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa kewajiban
sebagai seorang muslim adalah melaksanakan solat. Dalam
keadaan apapun kita sebagai makhluk yang beragama mempunyai
kewajiban untuk menyembah Sang Pencipta. Selain itu, dengan
kita melaksanakan ibadah solat hati kita menjadi damai dan tenang
dan shalat juga merupakan sarana untuk kita mendekatkan diri
kepada Allah. Pada kutipan di atas, tokoh melaksanakan shalat
Jumat, shalat Jumat itu hukumnya wajib bagi laki-laki.
Berdasarkan kedua kutipan di atas, dapat disimpulkan
bahwa wujud nilai moral yang terdapat dalam novel Ayah seperti
beribadah. Beribadah merupakan nilai moral hubungan manusia
dengan Tuhan, dalam novel ini terdapat dua macam beribadah
yang dilakukan oleh para tokohnya, yaitu shalat dan mengaji.
118
2) Bersyukur
Syukur adalah merasa senang dan berterima kasih atas
nikmat yang diberikan Allah Swt. nikmat yang dikaruniakan Allah
kepada manusia sungguh banyak dan tidak dapat terhitung
jumlahnya. Allah menyebutkan dalam surat An-Nahl ayat 18, yang
artinya “ dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya
kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Perintah
bersyukur ini mengajarkan kepada umat Islam agar menjadi insane
yang pandai berterima kasih kepada Allah Swt. Manusia harus
selalu bersyukur kepada Allah sebagai bukti ibadah kepada Allah
secara total. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.
“Juru antar bersyukur semuanya telah berlangsung dengan
baik. Dia kembali ke motornya. Diengkolnya motor itu
berkali-kali, gagal.” (hal: 382)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa rasa
bersyukur yang diungkapkan oleh salah satu tokoh, yaitu ketika
melihat tokoh Sabari dapat bertemu kembali dengan anaknya yang
telah lama berpisah dengannya. Dia bersyukur semua perjuangan
Sabari mengikuti lomba dan berharap untuk bertemu kembali
dengan anaknya berlangsung dengan baik. Selain kutipan di atas,
ungkapan rasa syukur terhadap Allah juga tampak dalam kutipan di
bawah ini.
“Marlena mengizinkan Amiru tinggal bersama Sabari.
Setiap waktu Sabari mensyukuri hal itu. Ayah dan anak itu
119
langsung tak terpisahkan seperti dulu. Mereka pun kembali
ke kebiasaan lama, Sabari bercerita dan berpuisi menjelang
Zorro tidur. Bedanya sekarang, Amiru juga bisa bercerita
dan berpuisi untuk ayahnya.” (hal: 383)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Sabari
sangat senang bisa bertemu dengan Zorro dan yang membuatnya
lebih senang lagi adalah ketika Marlena mengizinkan Zorro tinggal
bersama sabari. Setiap waktu Sabari selalu bersyukur atas semua
ini.rasa syukur tersebut dia panjatkan kepada Allah atas apa yang
dia alami sekarang ini, yaitu bertemu kembali dengan anaknya.
Berdasarkan kedua kutipan di atas, dapat disimpulkan
bahwa nilai moral hubunga manusia dengan Tuhan selain
beribadah, yaitu bersyukur atau rasa syukur. Bersyukur dalam noel
Ayah ini adalah rasa syukur yang diucapkan oleh tokoh-tokohnya.
Rasa syukur yang mereka ucapakan karena tokoh Sabari pada
akhirnya dapat bertemu kembali dengan anaknya, yaitu Zorro dan
rasa syukur lainnya adalah diizinkannya Zorro tinggal dengan
Sabari oleh Lena.
b. Hubungan Manusia dengan Manusia lain
Manusia tidak dapat lepas dari kehidupan sosial karena
kehidupan tidak akan terjadi tanpa ada orang lain. Maksudnya,
seseorang tidak mungkin hidup tanpa ada bantuan dari orang lain,
mereka saling membutuhkan. Hubungan timbal balik dengan
lingkungan sosial dan masyarakat ini berhubungan erat dengan rasa
120
ingin bersatu dan rasa rindu yang mencakup bagaimana seseorang
memperlakukan orang lain dengan baik, kesadaran untuk
menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi sesama dan
masyarakatnya, menolong sesama manusia yang memerlukan bantuan
dan pertolongan, serta sikap dan kepedulian sosial yang lainnya.
Hubungan manusia dengan manusia lain dalam novel Ayah, yaitu
persahabatan, menepati janji, tolong menolong, dan kasih sayang.
1) Persahabatan
Persahabatan yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata merupakan persahabatan yang terjalin Sabari, Tamat, dan
Ukun. Hal ini ditunjukkan ketika Tamat dan Ukun berniat mencari
Zorro dan Marlena demi Sabari, agar dia tidak menjadi gila. Hal
tersebut terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Jadi, kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar Sabari
tidak jadi orang sinting? Itu baru namanya kawan, sungguh
mulia!” (hal: 295)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Sabari
menjalin persahabatan yang baik dengan Tamat dan ukun. Tamat
dan Ukun tidak ingin melihat sahabatnya menjadi gila, maka
mereka rela demi sahabatnya untuk pergi mencari Zorro dan
Marlena. Selain itu, persahabatannya dengan Ukun, persahabatan
yang lain juga ditunjukkan pada Tamat yang memberitahu Sabari
tentang niatannya mencari Zorro dan Marlena. Hal itu terlihat pada
kuripan di bawah ini.
121
“Tamat mengatakan bahwa esok sore mereka akan ke
Sumatra untuk mencari Lena dan Zorro. Jika berjumpa,
mereka akan membujuknya agar pulang ke Belitong, Sabari
tak berkata-kata.” (hal: 299)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Tamat
berpamitan kepada Sabari karena Tamat akan pergi mencari Lena
dan Zorro. Sebagai sahabatnya Tamat tak mau bertindak gegabah,
maka karna itu dia berpamitan dengan Sabari terlebih dahulu.
Berdasarkan kedua kutipan di atas, disimpulkan nilai moral
hubungan manusia dengan manusia lain, yaitu persahabatan.
Persahabatan dalam cerita di novel Ayah ini adalah persahabatan
Sabari dengan Tamat dan Ukun. Tamat dan Ukun adalah sahabat
Sabari yang paling mengerti keadaannya. Mereka berdua rela
berkorban untuk mencari Zorro dan Lena demi Sabari. Mereka
berdua berjanji akan membawa pulang Zorro dan Lena jika nanti
mereka bertemu. Semua itu mereka berdua lakukan supaya Sabari
tidak menjadi sinting atau gila.
2) Menepati Janji
Ada satu jenis bumbu dalam pergaulan sehari-hari yang
disebut “janji”. Janji sering digunakan oleh orang yang akan
mengadakan pertemuan. Dalam beberapa ayat Al-Quran, Allah
menetapkan kewajiban orang yang beriman untuk menepati janji.
Dalam Qs. Al-Isra ayat 34, yang artinya “Dan janganlah kamu
mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik
(bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji, sesungguhnya
122
janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya”. Perintah untuk
menepati janji itu mengajarkan kepada umat Islam agar menjadi
insan yang suka menepati janji. Hal itu terlihat pada kutipan di
bawah ini.
“Amiru pun langsung mengenali laki-laki yang berdiri di
samping sepeda sambil memegang piala itu. Dia berlari
menyongsongnya, Aya! Aya! panggilnya.
Zorro, Zorro! Panggil Sabari, tetapi tak ada suara yang
dapat keluar dari mulutnya.” (hal: 381)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Sabari dapat
bertemu kembali dengan Zorro karena Tamat dan Ukun. Mereka
berdua menepati janjinya, jika bertemu dengan Lena dan Zorro
akan dibujuk untuk pulang ke Belitong. Tetapi mereka berdua
hanya membawa pulang Zorro. Setidaknya mereka berdua telah
menepati janjinya pada Sabari membawa pulang Zorro untuk
Sabari. Agar Sabari tidak menjadi gila. Selain itu, menepati janji
juga ditunjukkan oleh tokoh Sabari kepada Zorro. Hal itu terdapat
pada kutipan di bawah ini.
“Salah satu hal pertama yang dilakukan Sabari adalah
mengajak Amiru ke Restoran Modern. Dipesannya
makanan dari menu yang dulu diceritakannya untuk
pengantar tidur anaknya itu, nasi goreng luar negeri
terutama. Beban berat terlepas dari pundaknya karena janji
lamanya kepada Zorro telah tunai.” (hal: 383)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Sabari
menepati janjinya kepada Zorro membawanya ke Restorant
Modern. Dulu saat Zorro masih kecil Sabari hanya bisa
menceritakan tentang menu-menu dari Restorant Modern tersebut.
123
Kini Sabari telah mengajak Zorro menikmati makanan yang dulu
pernah dia ceritakan saat Zorro masih kecil. Dan kini lunaslah janji
Sabari kepada Zorro.
Berdasarkan kedua kutipan di atas, dapat disimpulkan
bahwa menepati janji adalah hubungan manusia dengan manusia
lain. Menepati janji itu merupakan hal yang wajib, karena janji
adalah hutang. Dalam kutipan di atas disebutkan bahwa Tamat dan
Ukun telah menepati janjinya kepada Sabari untuk membawa
pulang Zorro meski mereka tidak bisa membawa pulang Marlena.
Selain itu, menepati janji pada kutipan di atas dibuktikan dengan
diajaknya Zorro atau Amiru ke Restoran Modern oleh Sabari,
karena Sabari pernah berjanji akan mengajak Zorro ke restoran
tersebut.
3) Tolong Menolong
Islam sangat memperhatikan dimensi horizontal antar
manusia, antara lain ditunjukkan oleh sikap tolong menolong.
Interaksi sosialnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang
lain. Oleh karena itu, sikap tolong menolong sangat diperlukan.
Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.
“Jadi, kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar Sabari
tidak jadi orang sinting? Itu baru namanya kawan, sungguh
mulia!” (hal: 295)
“Tamat mengatakan bahwa esok sore mereka akan ke
Sumatra untuk mencari Lena dan Zorro. Jika berjumpa,
mereka akan membujuknya agar pulang ke Belitong. Sabari
tak berkata-kata.” (hal: 299)
124
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Tamat,
Ukun, dan Sabari bersahabat sejak lama. Mereka saling tolong
menolong. Seperti yang ditulis pada kutipan di atas, Tamat dan
Ukun yang berniat menolong Sabari untuk mencari Lena dan
Zorro. Jika bertemu nanti, Tamat dan Ukun akan membujuk
mereka untuk pulang ke Belitong.
Berdasarkan kedua kutipan di atas, dapat disimpulkan
tolong menolong hal yang wajib dilakukan sesama manusia.
Manusia adalah makhluk sosial dimana mereka hidup dengan
saling melengkapi satu sama lain, salah satunya adalah dengan
tolong menolong. Manusia hidup didunia ini juga membutuhkan
makhluk hidup lainnya. Tolong menolong yang ada dalam novel
Ayah ditunjukkan oleh Tamat dan Ukun, mereka berniat mencari
Zorro untuk menolong Sabari. Mereka menolong Sabari untuk
mencari Zorro dan Lena, sampai mereka berkeliling Sumatra demi
menolong Sabari supaya Sabari bisa hidup normal kembali tidak
seperti orang sinting atau gila.
4) Kasih Sayang
Kasih sayang yang terdapat dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata adalah bentuk perlakuan sayang terhadap orang lain,
meskipun tidak diungkapkan dengan kata-kata, namun melalui
tindakan juga sudah memperlihatkan perlakuan sayang terhadap
125
orang lain.seperti perlakuan Sabari kepada Zorro bocah bayi yang
dilahirkan oleh Marlena. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Sabari membelikan anak itu boneka Zorro. Si kecil
menggenggamnya, tak pernah mau melepaskannya. Jadilah
Sabari menyebut Zorro, anak itu menoleh-noleh mencari
sumber suara, lalu tergelak-gelak. Di telinga Sabari
tawanya seperti air hujan yang berjatuhan di danau.”
(hal: 182)
“Betapa Sabari menyayangi Zorro. Ingin dia memeluknya
sepanjang waktu. Dia terpesona melihat makhluk kecil
yang sangat indah dan seluruh kebaikanyang terpancar
darinya. Diciuminya anak itu dari kepala sampai ke jari
jemari kakinya yang mungil.” (hal: 183)
Berdasarkan kutipan di atas, menjelaskan bahwa kasih
sayang yang diberikan Sabari kepada Zorro merupakan kasih
sayang yang tulus, layaknya sang ayah kepada anaknya. Meski
Zorro bukan anak kandung Sabari. Sabari menjaga dan
menyayangi Zorro seperti anaknya sendiri. Selain itu, rasa kasih
sayang Sabari kepada Zorro semakin besar dan sampai-sampai
Sabari takut kehilangan Zorro. Hal itu terlihat pada kutipan di
bawah ini.
“Sejak kabar itu beredar. Zorro tak pernah lepas dari
pandangannya. Jika Zorro tidur siang,dia menutup jendela
dan pintu rapat-rapat. Hatinya lega jika melihat Zorro masih
ada di situ, tidur melengkung di dipan. Zorro dapat
merasakan kecemasan ayahnya. Dia tak mau tidur jika tak
dipeluk ayahnya. Semua semakin menghancurkan hati
Sabari.” (hal: 191)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa setelah
Sabari mendengar berita yang beredar jika Marlena akan
menceraikan dirinya. Membuat Sabari takut akan kehilangan Zorro
126
dan berpisah dengannya. Sabari begitu menyayangi Zorro,
sehingga dia tak mau sampai berpisah jauh dengan Zorro. Zorro
juga merasakan kegelisahan yang dirasakan oleh ayahnya.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kasih sayang juga merupakan bagian dari nilai moral hubungan
manusia dengan manusia lain. Kasih sayang yang terdapat pada
novel Ayah ini diperlihatkan oleh Sabari. Betapa Sabari sangat
menyayangi Zorro, meski Zorro bukanlah anak kandungnya. Akan
tetapi, Sabari sangat menyayangi Zorro hingga dia takut
kehilangannya. Setelah perceraiannya dengan Lena, beredar kabar
bahwa Lena akan mengambil Zorro dari dirinya. Betapa takutnya
Sabari, jika itu benar-benar terjadi. Dia harus berpisah dengan anak
yang benar-benar dia sayangi.
c. Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri
Hubungan manusia dengan diri sendiri adalah hubungan yang
menghubungan perasaan manusia dengan diri sendiri. Wujud nilai
religi hubungan manusia dengan diri sendiri pada novel Ayah karya
Andrea Hirata adalah hubungan tokoh-tokoh dalam novel ini dengan
diri sendiri.
1) Pantang Menyerah
Pantang menyerah merupakan upaya keras untuk terus
berusaha mencapai sesuatu. Pantang menyerah dilakukan
127
seseorang apabila mempunyai tujuan tertentu guna mendapatkan
yang diinginkan. Hal iti terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Sabari begitu gembira, apakah lantaran dia menerima upah
yang besar? Tidak juga. Apakah lantaran dia tiba-tiba
menjadi tampan? Mustahil. Semuanya tak lain tak bukan
karena Lena. Yaitu, sesuai dengan apa yang
dibayangkannya sebelum bekerja di pabrik itu, di sela-sela
pekerjaannya, sekali-sekali, meski hanyaberkelebat
sepintas, macam tikus diuber meong, dia bisa melihat Lena,
dan hal itu lebih dari cukup untuk membuatnya berangkat
tidur dalam keadaan tersenyum simpul, tidur dalam
keadaan tersenyum lebar, dan bangun tertawa.” (hal: 149)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa sikap yang
dimiliki Sabari adalah sikap yang pantang menyerah. Demi melihat
pujaan hatinya setiap hari, dia rela bekerja di pabrik batako milik
Markoni ayah Marlena. Setiap hari Sabari bekerja dengan giat,
semua itu demi Marlena. Dia selalu berjuang demi pujaan hatinya.
Selain itu terdapat juga kutipan yang menunjukkan sikap pantang
menyerah dari tokoh utama. Hal itu terdapat pada kutipan di bawah
ini.
“Matahari mengendap. Malam menjelang. Telapak kaki
Sabari melepuh, lalu berdarah. Bercak-bercak darah
tertinggal di aspal. Meski kakinya perih dan napasnya
tersengal-sengal, meski sampai finis malam nanti, Sabari
bertekad untuk terus berlari karena dia teringat akan
anaknya. Dia tak mau menyerah demi Zorro. Seorang ayah,
tak boleh menyerah demi anaknya, begitu kata hati Sabari.”
(hal: 373)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Sabari
menunjukkan sikap pantang menyerah saat mengikuti perlombaan
lari maraton meski kakinya terluka. Dia tetap berlari menuju garis
128
finis meski malam baru sampai di garis finis. Dia tak mau
menyerah demi Zorro. Karena dia ingat dan dia tahu bahwa
seorang ayah tak boleh menyerah demi anaknya. Semua
perjuangannya dalam mengikuti lomba lari maraton itu demi
Zorro. Dia ingin mempersembahkan sebuah piala untuk Zorro saat
dia kembali ke Belantik nanti.
Dalam kedua kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa
sikap pantang menyerah memang haruslah dimiliki pada diri setiap
individu. Jika kita ingin mendapatkan sesuatu yang kita ingin maka
kita harus terus berusaha dan pantang menyerah. Hal itu dibuktikan
atau dicontoh oleh tokoh Sabari. Dia berusaha dan pantang
menyerah agar setiap harinya bisa melihata Lena pujaan hatinya.
Dia berusaha supaya bisa bekerja di pabrik batako milik Markoni
ayah Lena, dengan demikian setiap hari dia bisa melihat dan
berjumpa dengan Lena. Sikap pantang menyerah Sabari juga
dibuktikan saat mengikuti lomba maraton. Meski sudah menjelang
petang dan dia sudah jelas-jelas kalah dia tetap berlari untuk
sampai di garis finis supaya dia bisa mendapatkan piala yang
nantinya aan dipersembahkan untuk Zorro.
2) Kejujuran
Perbuatan jujur atau benar seperti yang diungkapkan oleh
tokoh utama dalam novel ini merupakan lawan dari sikap dusta
atau bohong. Kejujuran dalam novel ini ditunjukkan oleh Sabari
129
sebagai tokoh utamanya. Hal tersebut terlihat dalam kutipan di
bawah ini.
“Aku memanggilmu karena Lena!
Sabari kaget.
Mengapa Lena, Pak?
Jangan kura-kura dalam perahu!
Baiklah, Pak.
Kau suka sama Lena, ya?
Sabari kaget lagi, tetapi dengan cepat menguasai diri.
Ya, Pak.
Nah, ketahuan belangmu!
Ya, Pak.
Kau bekerja di sini karena mau bertemu dengan Lena?
Ya, Pak.” (hal: 162)
“Boi, sudah berapa lama kau suka sama Lena? Nada suara
Markoni turun dua oktaf.
Sabari melirik jam bulat yang menempel di dinding.
11 tahun, 5 bulan, 3 jam … 4 menit, Pak.
Markoni terpana.
Apakah Marlena suka sama kau, Boi?
Sabari tersenyum-senyum simpul.” (hal: 164)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa sebagai umat
Islam kejujuran sangatlah penting bagi setiap manusia. Dengan kita
bersikap jujur, kita bisa dipercaya oleh orang lain. Sabari telah
membuktikan kejujurannya kepada Markoni ayah dari Marlena.
Dia mengakui maksud dan tujuannya bekerja di pabrik milik
Markoni, saat Markoni tentang hal tersebut Sabari menjawab
dengan jujur tentang maksudnya bekerja di pabrik batako milik
Markoni. Dan ketika Markoni bertanya sudah berapa lama Sabari
menyukai Lena anaknya, Sabari pun menjawabnya dengan jujur
sudah berapa lama dirinya menyukai Marlena.
130
Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai
moral hubungan manusia dengan diri sendiri adalah kejujuran.
Kejujuran juga suatu sikap yang harus dimiliki oleh setiap
individu. Kejujuran dalam novel Ayah ini ditunjukkan oleh Sabari
ketika dia ditanya oleh Markoni ayah Marlena. Sabari menjawab
semua pertanyaan dari ayah Marlena dengan jujur, meski dia takut.
3. Skenario Pembelajaran Novel Ayah karya Andrea Hirata di Kelas XI
SMA
Dalam pembelajaran sastra, seorang guru tidak hanya mengajarkan
teori-teori saja. Selain teori-teori sastra yang diajarkan, seorang guru harus
mengenalkan karya sastra dan menerapkan teori-teori tersebut untuk
mengapresiasi karya sastra. Dengan mengapresiasi karya sastra, dapat
melatih siswa mempertajam perasaa, penalaran, dan daya khayal serta
kepekaan terhadap masyarakat, budaya, agama, dan lingkungan hidup.
Pengalaman siswa dalam mengkaji dan mengapresiasi karya sastra akan
berdampak positif dan berpengaruh terhadap kepekaan, moral, dan nalar
siswa, misalnya nilai-nilai positif dalam karya sastra seperti yang
dicontohkan dalam karya sastra (novel Ayah).
Bahan pembelajaran sastra yang guru ajarkan harus memperhatikan
latar belakang siswa. Seorang siswa akan tertarik dengan karya sastra yang
mengena pada kehidupan siswa, baik tokoh, alur, latar cerita, atau pun
yang lainnya. Ayah karya Andrea Hirata tepatdiajarkan pada siswa SMA
131
karena secara psikologi siswa sudah mampu meneladani nilai moral dalam
novel yang ceritanya berlatar perjuangan untuk menghadapi sebuah
cobaan.
a. Standar Kompetensi
Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan
b. Kompetensi Dasar
7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia
c. Indikator
Indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang
dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran.
Indikator berfungsi sebagai tanda yang menunjukkan terjadinya
perubahan perilaku siswa. Dalam pembelajaran novel indikator
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1) menceritakan isi novel Ayah karya Andrea Hirata;
2) menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata;
3) menjelaskan nilai moral dalam novel Ayah karya Andra Hirata.
d. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pokok yang harus dicapai dalam pembelajaran novel
sebagai berikut:
1) siswa mampu menceritakan isi novel Ayah karya Andrea Hirata;
132
2) siswa mampu menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata;
3) siswa mampu menjelaskan nilai moral dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata.
e. Materi Pembelajaran Sastra
Materi dalam pembelajaran sastra mencakup sebagai berikut:
1) Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang melekat langsung pada
bagian pokok dari karya sastra. Unsur intrinsik yang penulis
analisis dalam novel Ayah karya Andrea Hirata meliputi tema,
tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut pandang.
2) Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang secara tidak langsung
melekat dan membangun suatu karya sastra, terlepas dari yang
diceritakan. Unsur ekstrinsik meliputi: (a) latar belakang kehidupan
pengarang dan kondisi zaman saat karya sastra diciptakan; (b)
status sosial; (c) budaya; (d) agama; (e) dan lain-lain. Unsur
ekstrinsik yang menjadi materi dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata, yakni berkaitan dengan nilai moral di dalam kehidupan.
Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia
itu dapat dibedakan ke dalam persoalan manusia dengan Tuhannya,
manusia dengan manusia lain, manusia dengan diri sendiri.
133
f. Model Pembelajaran
Mengajarkan suatu karya sastra (novel) penulis harus memilih
metode pembelajaran yang tepat. Berdasarkan kebutuhan dan materi
pembelajaran sastra, metode pembelajaran sastra yang masih
menunjang untuk dipakai dalam pembelajaran sastra adalah
menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Head
Together. Perencanaan dengan tipe Numbered Head Together adalah
kelompok dibentuk oleh guru dengan anggota 3-5 orang, setalah dibagi
kelompok oleh guru siswa kemudian mengerjakan tugas dari guru
secara kerjasama. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan
atau meyampaikan hasil dikusi dari kelompoknya didepan kelas, untuk
saling tukar pendapat dengan kelompok lain.
1) Tahapan Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together
(NHT)
Adapun tahapan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran
model Numbered Head Together (NHT) yaitu:
a) penyampaian motivasi dan tujuan pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, seorang
pendidik harus memberikan motivasi dan tujuan dari
pembelajaran.
134
b) pembagian kelompok
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan siswa dalam
masing-masing kelompoknya mendapatkan nomor urut. Setiap
kelompok beranggotakan 3-5 orang. Selain itu, guru
menjelaskan tentang tugas dan cara mengerjakan.
c) kegiataan belajar dalam kelompok
Setelah guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakan permasalahannya. Tiap kelompok
mendiskusikannya bersama. Kelompok memutuskan jawaban
yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggotanya
mengetahui jawaban tersebut.
d) presentasi kelompok
Guru memanggil salah satu nomor secara random dan siswa
yang bernomor tersebut maju untuk melaporkan jawabannya.
Tiap kelompok yang nomornya dipanggil harus siap
memberikan jawaban mereka. Siswa dari kelompok lain
dipersilakan memberikan tanggapan apabila jawaban kelompok
lain kurang tepat.
2) Adapun Kelebihan dan Kelemahan Model Numbered Head
Together (NHT)
Kelebihan dari model pembelajaran Numbered Head
Together (NHT), yaitu:
a) Setiap murid menjadi siap semua;
135
b) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh;
c) Murid yang pandai dapat mengajari murid yang kurang pandai;
d) Terjadinya interaksi yang tinggi antara siswa dalam menjawab
soal;
e) Tidak ada murid yang mendominasi dalam kelompok, karena
adanya nomor yang membatasi.
Setiap memiliki kelebihan, suatu model pembelajaran pasti
memiliki kelemahan juga. Begitu juga dengan model pembelajaran
Numbered Head Together (NHT) juga memiliki beberapa
kelemahan, yaitu:
a) Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena
membutuhkan waktu yang lama;
b) Tidak semua anggota jelompok dipanggil oleh guru. Karena
kemungkinan waktu yang terbatas.
g. Proses Belajar Mengajar
Pembelajaran novel dengan materi nilai moral pada novel Ayah
karya Andrea Hirata berfokus pada aspek membaca. Sehubungan
dengan hal itu penulis memaparkan skenario pembelajaran berupa
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terlampir. Di bawah ini
disajikan langkah-langkah pembelajaran novel dengan materi nilai
moral novel Ayah di kelas XI SMA.
136
1) Pertemuan pertama dengan alokasi waktu 2 x 45 menit
a) Pendahuluan (5 menit)
Dalam pendahuluan langkah-langkah yang ditempuh
sebagai berikut ini:
(1) guru mengucapkan salam dan berdoa;
(2) guru mempresensi dan mengkondisikan kelas agar siswa
siap dalam mengikuti kegiatan belajar;
(3) guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran;
(4) guru memberikan apresiasi dan memotivasi siswa tentang
pelajaran yang akan dilaksanakan.
b) Kegiatan inti dengan alokasi waktu 80 menit
Dalam kegiatan inti meliputi tiga tahap, yaitu:
(1) eksplorasi (25 menit)
Dalam eksplorasi langkah-langkah yang ditempuh
sebagai berikut:
(a) siswa diberi kesempatan untuk mencari materi sesuai
dengan kompetensi dasar pembelajaran yang berupa
teori unsur intrinsik dan aspek nilai moral novel;
(b) siswa menyampaikan hasil pencarian materinya di
depan kelas.
137
(2) Elaborasi (45 menit)
Dalam elaborasi langkah-langkah yang ditempuh
sebagai berikut:
(a) beberapa siswa maju ke depan untuk menjawab
pertanyaan guru. Pertanyaan tersebut dapat berupa,
“Sebutkan tiga macam alur berdasarkan urutan waktu?”
(b) siswa menyebutkan tiga macam alur berdasarkan urutan
waktu;
(c) siswa yang lain memberikan tanggapan;
(d) guru memberikan materi mengenai unsur intrinsik novel
dan nilai moral yang terdapat dalam novel;
(e) guru menyarankan siswa untuk membuat kelompok;
(f) guru menyediakan subjek penelitian (novel Ayah) dan
guru menugaskan siswa untuk membaca novel. Waktu
yang dibutuhkan untuk mmbaca novel cukup lama,
sehingga siswa bisa melanjutkan di luar jam sekolah.
(3) konfirmasi (10 menit)
Dalam konfirmasi langkah-langkah yang ditempuh
sebagai berikut:
(a) guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan
di rumah. Tugasnya, yakni membaca kemudian
menganalisis unsur intrinsik dan nilai moral dalam
novel Ayah;
138
(b) guru membatasi waktu penyelesaian mengerjakan
tugasnya.
c) Penutup (5 menit)
Dalam kegiatan penutup langkah-langkah yang ditempuh
sebgai berikut:
(1) guru bersama siswa menyimpulkan kembali pembelajaran
yang telah dipelajari;
(2) guru mengucapkan salam penutup.
2) Pertemuan kedua dengan alokasi waktu 2 x 45 menit
a) Pendahuluan (10 menit)
Dalam pendahuluan langkah-langkah yang ditempuh
sebagai berikut:
(1) guru mengucap salam dan memimpin doa;
(2) guru mempresentasikan dan mengkondisikan kelas agar
siswa siap dalam mengikuti kegiatan belajar, supaya
tercipta kegiatan belajar mengajar yang tertib;
(3) guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya;
(4) guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran.
b) Kegiatan Inti (75 menit)
Dalam kegiatan ini mencakup tiga tahap pelaksanaan, yaitu:
(1) Eksplorasi (20 menit)
139
Dalam eksplorasi langkah-langkah yang ditempuh
sebagai berikut:
(a) guru menanyakan tugas pertemuan sebelumnya;
(b) guru sedikit mengulas kembali materi yang sudah
dibahas dengan tetap memantau keaktifan siswa;
(c) siswa membentuk kelompok.
(2) elaborasi (40 menit)
Dalam elaborasi langkah-langkah yang ditempuh
sebagai berikut:
(a) siswa mempresentasikan hasil dari mengkaji unsur
intrinsik dan nilai moral yang terdapat dalam novel
Ayah;
(b) kelompok yang tidak maju, menyimak dan
menaggapinya.
(3) Konfirmasi (15 menit)
Dalam konfirmasi langkah-langkah yang ditempuh
sebagai berikut:
(a) guru memberikan umpan balik terhadap keberhasilan
siswa dalam menerima materi dalam bentuk
penghargaan.
c) Penutup (5 menit)
Dalam kegiatan penutup langkah-langkah yang ditembuh
sebagai berikut:
140
(1) guru bersama siswa menyimpulkan kembali materi yang
sudah dipelajari;
(2) guru mengadakan evaluasi;
(3) guru mengakhiri proses pembelajaran dengan salam
penutup.
h. Sumber Belajar
Sumber belajar yang dipakai adalah hasil karya sastra, pribadi
guru, dan buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Hasil karya
sastra misalnya penggalan novel, siswa dapat secara langsung
mengkaji novel secara keseluruhan, baik unsur intrinsik maupun
ekstrinsiknya. Adapun novel yang dianalisi, yakni novel Ayah karya
Andrea Hirata, yang diterbitkan oleh oleh PT. Bentang Pustaka,
Yogyakarta, 2015, merupakan cetakan kesembilan (2015) dan terdiri
dari 412 halaman.
Sumber belajar atau media dalam pembelajaran sastra khususnya
novel Ayah karya Andrea Hirata diantara, yakni buku-buku referensi
berupa: (a) buku paket pelajaran bahasa Indonesia yang diwajibkan,
yaitu buku paket Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI tahun
2012 dan diterbitkan oleh Masmedia; (b) buku pelengkap, artinya buku
yang menunjang (buku acuan) bahan ajar atau materi pelajaran selain
buku wajib atau buku utama, yaitu buku LKS bahasa Indonesia. Dapat
juga berupa media cetak (surat kabar dan majalah). Media cetak
sebagai sumber belajar harus mengembangkan segi bahasa, estetika,
141
psikologi, materi dan tujuan belajar. Misalnya cerpen dan puisi yang
ada di surat kabar.
i. Alokasi Waktu
Waktu yang digunakan dalam pembelajaran dpat diatur sesuai
dengan keleluasaan dan kedalam materi. Sesuai silabus, pembelajaran
sastra dalam satu minggunya ada dua kali pertemuan dengan sekali
pertemuan waktunya 2 jam pelajaran (2 x 45 menit).
j. Evaluasi
Evaluasi dalam pembelajaran sastra ini meliputi evaluasi dalam
aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan afektif
(sikap). Evaluasi dalam aspek kognitif berhubungan dengan akal
pikiran dalam mengerjakan soal tes dan subtansi tugas, penilaian
dalam aspek psikomotorik berupa keterampilan bahasa siswa (dapat
dievaluasi dari penggunaan bahasa dalam mengerjakan tugas),
sedangkan penilaian dalam aspek afektif berhubungan dengan sikap
sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa.
142
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi jawaban singkat atas
masalah yang diteliti, sedangkan saran berisi masukan penulis yang berkaitan
dengan hasil penelitian.
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang terdapat pada Analisi Nilai Moral
Novel Ayah karya Andrea Hirata dan Skenario Pembelajaran di Kelas XI
SMA, peneliti mengambil simpulan berikut ini‟
1. Unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea Hirata mencakup lima
aspek, yaitu: (a) tema novel Ayah adalah kesabaran dalam menjalani
kehidupan rumah tangga serta ketulusan cinta, (b) tokoh utama novel ini
adalah Sabari, (c) berdasarkan kriteria urutan waktu, novel Ayah
mengalami alur maju, (d) unsur latar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: el
latar tempat, waktu, dan latar sosial, dan (e) sudut pandang dalam novel
Ayah, pengarang menggunakan pusat pengisahan persona ketiga serba
tahu.
2. Nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata mencakup tiga aspek, yaitu:
(a) hubungan manusia dengan Tuhan meliputi: bersyukur dan beribadah,
(b) hubungan manusia dengan manusia termasuk hubungan manusia
dengan alam sekitar meliputi: persahabatan, tolong menolong, kasih
129
143
sayang, dan menepati janji, (c) hubungan manusia dengan dirinya sendiri
meliputi pantang menyerah dan kejujuran.
3. Skenario Pembelajaran novel dengan materi nilai moral dalam novel Ayah
karya Andrea Hirata di kelas XI SMA meliputi (1) menyampaikan materi
pembelajaran tentang unsur intrinsik novel dan nilai moral yang terdapat
dalam karya sastra; (2) novel Ayah karya Andrea Hirata sebagai bahan
analisis peserta didik; (3) peserta didik mengidentifikasi dan menganalisis
unsur intrinsik dan nilai moral dalam novel Ayah secara kelompok; (4)
mendiskusikan hasil analisis kelompok dengan kelompok diskusi lain; (5)
melaporkan atau mempresentasikan hasil diskusi; (6) guru mengevaluasi
hasil kelompok peserta didik dan menyimpulkan hasil belajar. Evaluasi
diberikan dalam bentuk aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.
B. Saran
Berdasarkan penelitian nilai moral novel Ayah karya Andrea Hirata,
penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Dalam pembelajaran sastra di SMA, sebaiknya guru tidak hanya
memberikan pengetahuan tentang sastra. Namun, guru juga harus
memasukkan nilai-nilai moral yang ada kaitannya dengan sastra tersebut,
sehingga siswa dapat memahami dengan baik dan diharapkan siswa dpat
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga harus menyediakan
144
fasilitas berupa novel yang berbau sastra atau lainnya di perpustakaan
sekolah, sehingga siswa dapat dengan mudah membacanya.
2. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam
memahami unsur intrinsik dan nilai moral dalam novel. Selain itu, dapat
memberikan pelajaran mengenai nilai moral untuk diterapkan pada
kepribadian siswa dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bagi Pembaca
Dengan penelitian ini diharapkan pembaca dapat lebih mudah
memahami novel Ayah karya Andrea Hirata. Selain itu, pembaca juga
dapat menggunakan penelitian ini sebagai acuan dalam memahami karya
sastra dan ilmunya dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
145
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2013. Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Baribin, Raminah. 1985. Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Negeri
Semarang.
Budiningsih, C. Asri. 2013. Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta.
Damayanti, Eka. 2013. Analisis Nilai Moral Novel Cinta Suci Zahrana Karya
Habiburrahman El Shirazy dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI
SMA. Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Darmadi, Hamid. 2009. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta.
Dekdikbud. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hamalik, Oemar. 2015. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hirata, Andrea. 2015. Ayah. Yogyakarta: Bentang.
Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
karya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Safitri, Patria Endah. 2015. Nilai Moral Novel Pengantin Hamas Karya Vanny
Chrisma W. dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas XI SMA.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Sari, Dewi Puspita. 2015. Nilai Moral dalam Novel Rindu Karya Tere Liye:
Tinjauan Psikologi dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra
di SMA. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
146
Stanton, Robert. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukirno. 2013. Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Tim. 2015. Pedoman Penyusunan Skripsi. Purworejo: Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Tischer, Stefan dkk. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Waluyo, Herman J. 2008. Pengkajian Prosa Fiksi Teori dan Praktik. Surakarta:
UNS Press.
Waluyo, Herman J. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS
Press.
Zuriah, Nurul. 2015. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.
147
LAMPIRAN
148
Lampran 1
SAMPUL NOVEL
149
Lampiran 2
BIOGRAFI PENGARANG
Andrea Hirata Seman Said lahir di Belitung 24 Oktober 1982, atau yang
akrab di panggil dengan panggilan Andrea Hirata, anak keempat dari pasangan
Seman Said Harunnayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di desa miskin yang
cukup terpelosok yaitu di Pulau Belitong. Saat dia masih kecil, orang tuanya
mengubah namanya tujuh kali. Mereka akhirnya memberi nama Andrea, yang
nama Hirata diberikan oleh ibunya. Dia tumbuh dalam keluarga miskin yang tidak
jauh dari tambang timah milik pemerintah, yakni PN Timah (sekarang PT Timah
Tbk.) Andrea Hirata memulai pendidikan tinggi dengan gelar di bidang ekonomi
dari Universitas Indonesia Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah
ekonomi, ia amat menggemari sains--fisika, kimia, biologi, astronomi dan sastra.
Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker.
Sedang mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di Kye Gompa, desa di
Himalaya
Setelah menerima beasiswa dari Uni Eropa, dia mengambil program
master di Eropa, pertama di Universitas Paris, lalu di Universitas Sheffield Hallam
di Inggris tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan
dari universitas tersebut dan ia lulus cumlaude. Tesis itu telah diadaptasikan ke
dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi
pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai
referensi ilmiah. Andrea Hirata merilis novel Laskar Pelangi pada tahun 2005.
150
Novel ini ditulis dalam waktu enam bulan berdasarkan pengalaman masa kecilnya
di Belitung. Ia kemudian menggambarkannya sebagai "sebuah ironi tentang
kurangnya akses pendidikan bagi anak-anak di salah satu pulau terkaya di dunia.
Novel ini terjual lima juta eksemplar, dengan edisi bajakan terjual 15 juta lebih.
Karyanya banyak diminati tidak hanya di tanah air namun juga
mancanegara. Prestasi yang diraih yang belum lama ini oleh Andrea Hirata yaitu
penghargaan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa di bidang sastra dari
Universitas Warwick, Inggris karena kontribusinya di sastra internasional delapan
tahun belakangan. Andrea Hirata menghasilkan karya yaitu novel yang pertama
Laskar Pelangi (2005) , Sang Pemimpi (2006) , Edensor (2007), Maryah Kaprov
(2008), Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelasn (2010), Sebelas Patriot (2011),
Laskar Pelangi Soong Book (2012). Selain itu menghasilkan karya lain yaitu
novel Ayah yang terbit pada tahun 2015 dan hingga saat ini ia masih senang dan
gemar menulis novel.
151
Lampiran 3
SINOPSIS
Kisah cinta Sabari kepada Marlena, teman satu sekolahnya ketika SMA,
yang merupakan anak kampung tetangga. Sabari yang sebelumnya tidak terlalu
tertarik dengan kisah cinta dan wanita, mendadak berubah 180 derajat soal cinta,
sejak Marlena memberikan sebatang pensil kepadanya sebagai hadiah setelah
Marlena merebut paksa kertas jawaban Bahasa Indonesia Sabari pada saat ujian
masuk SMA. Berikutnya, Sabari yang lugu dan pandai berpuisi -yang diwarisi
dari ayahnya- selalu membuatkan puisi cinta untuk pujaan hatinya, Lena.
Sebanyak dia membuatkan puisi cinta, sebanyak itu pula Lena menolaknya,
bahkan menghinanya. Namun penolakan Lena tak membuat Sabari berkecil hati.
Sabari melakukan apa saja yang menurut Zuraida, temannya Lena, disukai oleh
Lena.
Kesetiaan Sabari yang demikian tulus tak lantas membuat Marlena luluh
hatinya. Sabari sama sekali buka tipe pria idaman Lena. Apa yang diinginkan oleh
Marlena tidak ada sedikitpun pada diri Sabari. Sekeras-kerasnya Lena menolak
dan menjauh, sekeras itu pula usaha Sabari mendekati Marlena. Hal itu yang
membuat Sabari memutuskan untuk bekerja di perusahaan batako ayahnya Lena.
Demi satu hal yakni mendekati Lena. Usaha yang keras itu tampak tak
membuahkan hasil sama sekali. Yang ada Sabari semakin mengetahui bahwa
Lena sering bergonta-ganti pasangan, sering bertengkar dengan ayahnya, sering
pulang larut malam, dan masih banyak hal yang diketahuinya soal Marlena.
152
Tapi rupanya, cinta Sabari kepada Lena adalah cinta yang tak pada
umumnya. Seburuk apapun citra Lena di masyarakat, Sabari tetap merindukan
kehadiran Marlena. Suatu hari, didengarnya pertengkaran hebat antara Marlena
dan ayahnya, Markoni. Konon, pertengkaran tersebut disebabkan karena terjadi
„hal yang tak diinginkan‟ dalam pergaulan Lena yang berganti-ganti pasangan itu.
Sabari yang mengetahui hal tersebut kemudian mengorbankan dirinya dengan
menikahi Marlena. Ayah Marlena setuju, mengingat Sabari adalah karyawan
terbaik dua tahun berturut-turut di perusahaan batako miliknya.
Zorro, adalah Amiru, adalah anak Lena dengan entah siapa, yang sejak
Lena menikah dengan Sabari menjadi anak laki-laki sabari yang amat sangat
dicintai oleh Sabari. Tindakan Lena yang tetap jarang pulang setelah menikah
dengan Sabari, membuat Sabari seorang diri membesarkan Zorro. Zorro berparas
tampan, mewarisi wajah ibunya yang rupawan. Zorro dibesarkan oleh Sabari
dengan puisi dan cerita-cerita. Suatu hari, ketika Zorro yang belum genap berusia
3 tahun, sedang bermain bersama Sabari di taman kota, dia diambil paksa oleh
ibunya sebagai konsekuensi atas keputusan sidang cerai yang diajukan Lena
kepada Sabari. Sejak saat itu, Sabari mulai -sedikit demi sedikit- kehilangan
semangatnya. Kecintaannya pada Zorro membuatnya tidak siap menghadapi
kehilangan yang begitu tiba-tiba.
Setelah bercerai dengan Sabari, Marlena menikah dengan tiga laki-laki
secara berturut-turut. Hal itu tidak terlalu sulit dilakukan oleh Marlena, mengingat
dirinya memang memiliki paras yang cantik dan dia termasuk orang yang akan
melakukan apa yang dia inginkan. Selama Marlena berpindah-pindah dan
153
menikah dengan beberapa laki-laki, selama itu pula Zorro, anak pintar yang
rupawan itu, menemani ibundanya, termasuk merasakan memiliki ayah berganti
ganti dan saudara tiri berganti-ganti. Namun rupanya, kelembutan hati dan
kebesaran jiwa Sabari menurun kepada Zorro. Anak itu menguatkan ibundanya
ketika ibundanya merasa sedih, dan tetap berbuat sedemikian baik kepada bapak
tirinya, salah satunya Amirza.
Sepeninggal Lena dan Zorro dari rumahnya membuat Sabari kehilangan
banyak hal yakni istrinya, anaknya, semangatnya, hartanya, dan pelan-pelan
kesadarannya. Saking putus asanya, Sabari pernah menyangkutkan sebuah pesan
di kaki penyu, yang kemudian penyu tersebut ditemukan oleh seorang nelayan di
Australia, 7 tahun kemudian. Hal tersebut membuat dua sahabatnya rela untuk
mencari Zorro dan Lena kemana pun mereka pergi. Setelah hampir mengaduk-
aduk Pulau Sumatera, dua sahabat Sabari, Tamat dan Ukun, berhasil membawa
Lena dan Zorro kepada Sabari. Bukan main senangnya Sabari. Anaknya yang dulu
diambil paksa oleh ibunya, saat usianya belum genap 3 tahun, kini kembali
kepadanya setelah terpisah 8 tahun 20 hari.
154
Lampiran 4
Daftar Tabel
Tabel 1
Unsur Intrinsik Novel Ayah karya Andrea Hirata
No Unsur Pembentuk karya Sastra Penyajian Data
1. Tema
a. Masalah percintaan 3, 170
b. Masalah keluarga 178, 181, 182
c. Masalah Persahabatan 188, 295
d. Masalah Kegagalan
Pernikahan
206, 212
2. Tokoh dan Penokohan
a. Tokoh Utama 39, 149, 164
b. Tokoh Tambahan 3, 113, 163, 170, 188, 228,
260, 295, 304, 357,394
3. Alur
a. Tahap Penyituasian 3, 13
b. Tahap Pemunculan Konflik 178, 181, 182
c. Tahap Peningkatan Konflik 206, 212
d. Tahap Klimaks 228, 237
e. Tahap Penyelesaian 381, 383
4. Latar
a. Latar Tempat 2, 30, 77, 97, 111, 212, 228,
304, 381
b. Latar Waktu 121, 180, 222, 224
c. Latar Sosial 114, 160
5. Sudut Pandang 9, 106
155
Tabel 2
Nilai Moral Novel Ayah karya Andrea Hirata
No Nilai Moral Data Data dalam
Halaman
1. Hubungan manusia
dengan Tuhan
a. Beribadah 9, 305
b. Bersyukur 382, 383
2. Hubungan manusia
dengan manusia lain
a. Persahabatan 295, 299
b. Tolong menolong 295, 299
c. Kasih saying 182, 183, 191
d. Menepati janji 381, 383
3. Hubungan manusia
dengan diri sendiri
a. Pantang menyerah 149, 373
b. Kejujuran 162, 164
156
Lampiran 5
KARTU PENCATAT DATA
Unsur Intrinsik Novel Ayah karya Andrea Hirata
Tema
No Data dalam Kutipan Halaman
1. Masalah Percintaan
“Marlena, oh, Marlena, perempuan yang telah membuat Sabari
senewen karena kasmaran.Cinta pertamanya, belahan jiwanya,
segala-galanya.Sayang seribu sayang, tak sedikit pun Marlena
mengacuhkannya.”(hal: 3)
“Maka, Sabari gelisah, lalu kecewa, kemudian menderita.Tentu
kemudian khalayak ramai tak habis pikir melihat seorang lelaki
hanya terpaku pada satu perempuan, tak dapat dibelok-belokkan
ke perempuan lain, seolah dunia ini hanya selebar saputangan
Lena.”( hal: 3)
“Siang itu Markoni memanggil Sabari dan menawarinya untuk
menikahi Lena.Lena ada di situ, duduk membatu menghadapi
meja.Markoni meninggalkan mereka.Sabari gemetar.Sinar
matahari menembus celah tirai keong, terpantul di atas dulang
tembaga di tengah meja, tempias menampar wajah Lena.Tak
berkedip Lena menatap lelaki buruk rupa yang dengan gagah
berani menumbalkan diri untuknya.”( hal: 170)
3
3
170
2. Masalah Keluarga
“Rumah tangga Sabari dimulai dengan sangat unik.Yaitu Lena
tetap tinggal di rumah orangtuanya dan Sabari di rumah
orangtuanya juga.Tak pernah hanya sehari, apa lagi semalam,
Lena tinggal dengan Sabari.”( hal: 178)
“Akhirnya, semua yang diidamkan Sabari satu per satu menjadi
kenyataan.Lena dan bayi lucu itu pindah dari rumah Markoni ke
rumah yang baru dibangunnya.Keluarga kecil, rumah kecil,
kebahagian besar, begitu perasaan Sabari.”( hal: 181)
“Sayangnya perasaan Lena berbeda dengan Sabari.Dia segera
kembali ke hobi lamanya.Mulai dia pergi sebentar, lalu pergi
lama, lalu menginap, lalu tak pulang-pulang.Untuk membuat
cerita panjang menjadi pendek.Dia tak bahagia.Jiwanya terlalu
rebelious, penuh pemberontakan, untuk terikat kepada seorang
178
181
181-182
157
suami dan anak.Apalagi, suami itu tak pernah
diinginkannya.Baginya, tak ada hal yang lebih mengerikan di
dunia selain terjebak dalam pernikahan yang tak bahagia.”( hal:
181-182)
3. Masalah Persahabatan
“Ukun dan Tamat sering ke Belantik karena mereka pun telah
jatuh kepada anak itu. Ini Pak cik Ukun, Sabari mengenalkan
Ukun kepada Zorro. Om Ukun, kata Ukun mengoreksi. Sabari
menoleh kepada Tamat.Om Tamat? Dengan bersemangat Sabari
bercerita bahwa pada umur lima bulan anaknya sudah bisa
duduk, umur enam bulan sudah bisa merangkak. Bagaimana
logikanya?, tanya Tamat. Anak kecil duduk dulu, baru
merangkak.”( hal: 188)
“Jadi, kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar Sabari tidak
jadi orang sinting?Itu baru namanya kawan, sungguh mulia!”
( hal: 295)
188
295
4. Masalah Kegagalan Pernikahan
“Baca ini, surat panggilan pihak-pihak yang berperkara, dalam
kurung, relaas, nomor 4352, garis miring, pdgt strip rhsjy setrip
hdgu, garis miring BLGT, telah memanggil Marlena binti
Markoni dan Sabari bin Insyafi. Jadi? Kau kena gugat! Tamat
gemas. Gugat apa? Gugat cerai! Mulut Sabari ternganga. Siapa
yang mengugatku cerai? Ajudan bupati. Ya, Lena! Ukun pun
tak sabar. Tidak mungkin! Mengapa tidak mungkin? Sabari
mengalihkan pandangan ke padang ilalang. Itu tak mungkin,
kata Sabari pelan.Matanya berkaca-kaca. Ukun dan Tamat tahu
Sabari tak sanggup menerima kenyataan.Oleh karena itu, dia tak
mau memahami maksud surat itu.”( hal: 206)
“Persidangan tak berlangsung lama.Hati Sabari seperti
digunting melihat panitera pengadilan menggunting buku
nikahnya dan nikah Lena.Yang Mulia mengetuk palu.Majelis
menutup pengadilan.( hal: 212)
206
212
158
Tokoh dan Penokohan
No Data dalam Kutipan Halaman
1. a. Sabari
“Sabari tak terpengaruh oleh suara-suara yang mengecilkan
hati itu. Baginya itu bunyi distorsi radio, menguing-
nguinglah, sesuka kalian. Dia fokus kepada Lena. Dia tak
mau dan tak dapat pindah ke frekuensi lain.” (hal: 39-40)
“Sabari begitu gembira, apakah lantaran dia menerima upah
yang besar?Tidak juga.Apakah lantaran dia tiba-tiba
menjadi tampan?Mustahil. Semuanya tak lain tak bukan
karena Lena. Yaitu, sesuai dengan apa yang
dibayangkannya sebelum bekerja di pabrik itu, di sela-sela
pekerjaannya, sekali-sekali, meski hanya berkelebat
sepintas, macam tikus diuber meong, dia bisa melihat Lena.(
hal: 149)
“Boi, sudah berapa lama kau suka sama Lena? Nada suara
Markoni turun dua oktaf. 11 bulan, 5 bulan, 4 hari, 3 jam
…. 4 menit, Pak. Markoni terpana.”( hal: 164)
b. Marlena
“Siapa yang menyuruhmu mengambilnya?!Siapa?!Aku bisa
mengambilnya sendiri!” Padahal Sabari menyerahkannya
tak kurang khidmat dari cara Paskibra Kabupaten
menyerahkan bendera.”( hal: 3)
“Lena maraih Zorro, langsung menggendongnya dan
bergegas pergi.Zorro meronta.Sabari mendekat, dua pria
tadi menghalanginya.Lena bergegas pergi. Zorro
memberontak dan memanggil-manggil aya!
aya!Tanggannya menggapai-gapai.Semuanya terjadi dengan
sangat cepat.Tahu-tahu Lena dan Zorro telah berada di
seberang jalan, lalu masuk ke mobil dan langsung
meluncur.”( hal: 228-229)
c. Markoni
“Kau bekerja di sini karena mau bertemu dengan Lena?! Ya,
Pak. Tertangkap basah kau! Ya, Pak. Aih, licik sekali
muslihatmu ya, sampai terpilih menjadi karyawan teladan
segala. Kau itu serigala berbulu domba, lihai macam intel
Melayu, tapi aku adalah mata-mata KGB! Aku lebih lihai
daripada kau! Kau sangka bisa mengelabuiku Boi?!” (hal:
163)
39-40
149
164
3
228-229
163
159
d. Toharun
“Toharun berpamitan kepada mereka, tetapi tak memberi
tahu mau merantau kemana.Mungkin ke Bangka,
Palembang, atau Jakarta untuk mengejar cita-citanya
menjadi Menteri Olahraga Republik Indonesia.Setelah
berpamitan, lelaki yang besar seperti lemari itu tak ada
kabar beritanya.”( hal: 113)
“Sungguh kejam latihan dari Toharu, tetapi nyata kemajuan
yang dirasakan Sabari. Maka, dia tak pernah mengeluh, lagi
pula piala marathon itu begitu manis untuk menjadi hadiah
selamat datang bagi anaknya nanti. Karena latihan super
keras itu, Sabarisemakin yakin dia akan menggondol juara
pertama. Penat tubuhnya lenyap jika Sabari membayangkan
menyerahkan piala itu kepada Zorro di pelabuhan nanti.”
(hal: 357)
e. Tamat
“Kawan dekat Sabari, yakni Maulana Hasan Magribi lahir
saat azan Magrib biasa dipanggil Ukun dan Mustamat
Kalimat, biasa dipanggil Tamat, berkali-kali mengingatkan
Sabari bahwa dia bisa berakhir di Pantai Rehabilitasi
Gangguan Jiwa Amanah di bawah pimpinan Dra. Ida
Nuraini, apabila kepalanya yang ditumbuhi rambut keriting
bergumpal-gumpal itu hanya dipenuhi bayangan Lena.
Sabari bergidi. Dia pula sering mengingatkan dirinya sendiri
akan hal itu.( hal: 4-5)
“Astaga, apa yang terjadi kepadamu, Boi? Tanya Tamat.
Lihatlah, rupamu macam iblis. Sabari tersenyum pahit lalu
menunduk. Tamat mengatakan bahwa esik sore mereka
akan ke Sumatra untuk mencari Lena dan Zorro. Jika
berjumpa, mereka akan membujuknya agar pulang ke
Belitong. Sabari tak berkata-kata.”( hal: 299)
f. Ukun
“Kawan dekat Sabari, yakni Maulana Hasan Magribi lahir
saat azan Magrib biasa dipanggil Ukun dan Mustamat
Kalimat, biasa dipanggil Tamat, berkali-kali mengingatkan
Sabari bahwa dia bisa berakhir di Pantai Rehabilitasi
Gangguan Jiwa Amanah di bawah pimpinan Dra. Ida
Nuraini, apabila kepalanya yang ditumbuhi rambut keriting
bergumpal-gumpal itu hanya dipenuhi bayangan Lena.
113
357
4-5
299
4-5
160
Sabari bergidi. Dia pula sering mengingatkan dirinya sendiri
akan hal itu.( hal: 4-5)
“Karena itu, Boi, kata Ukun, tolong jangan gila dulu.Biarlah
kami mencari Lena dan Zorro dulu.Kalau kami gagal,
silakan kalau kau mau menjadi gila, tak ada keberatan
dariku dan Tamat sebagai kawan-kawanmu.Untuk
sementara ini, tahan dulu. Sabari diam saja.Diam macam
kuburan.”( hal: 299)
g. Zorro (Amiru)
“Cerdas dan banyak sekali tahu kata-kata, jauh di atas rata-
rata anak-anak seusianya.Apakah dia diajari kata-kata di
rumah? Jon dan Lena menggeleng sambil tersenyum geli.
Zorro naik ke kelas dua menduduki peringkat pertama.”
(hal: 255)
“Zorro menjadi juara lomba.Di rumah Lena bertanya,
bagaimana dia bisa mengarang kisah keluarga langit
itu?Zorro menatap ibunya.Dia tak bisa menjawab karena dia
sendiri heran bagaimana dia bisa bercerita seperti itu.”( hal:
260)
299
255
260
Alur
No Data dalam Kutipan Halaman
1. Tahap Penyituasian (Situation)
“Marlena, oh, Marlena, perempuan yang telah membuat Sabari
senewen karena kasmaran.Cinta pertamanya, belahan jiwanya,
segala-galanya.Sayang seribu sayang, tak sedikitpun Lena
mengacuhkannya.Gambar-gambar hitam putih, karena sudah
lama tentu saja, silih berganti melayang dalam kepala lelaki
lugu yang melankonis itu.Gambar waktu Sabari mengambil
saputangan Lena yang jatuh di lapangan upacara.”(hal: 3)
“Usai ujian itu, sepanjang sore dan malam, Sabari terus
menggenggam pensil pemberian anak perempuan yang tak
dikenalnya itu. Tak pernah sedetik pun melepaskannya.
Keesokannya dia terbangun, pensil itu masih berada dalam
genggamannya.” (hal: 13)
3
13
161
2. Tahap Pemunculan Konflik (generating circumstance)
“Rumah tangga Sabari dimulai dengan sangat unik.Yaitu Lena
tetap tinggal di rumah orangtuanya dan Sabari di rumah
orangtuanya juga.Tak pernah meski hanya sehari, apalagi
semalam, Lena tinggal dengan Sabari.”( hal: 178)
“Akhirnya, semua yang diidamkan Sabari satu per satu menjadi
kenyataan.Lena dan bayi kecil lucu itu pindah dari rumah
Markoni ke rumah yang baru dibangunnya.Keluarga kecil,
rumah kecil, kebahagian besar, begitu perasaan Sabari.
Sayangnya perasaan Lena berbeda dengan Sabari.Dia segara
kembali ke hobi lamanya.Mulanya dia pergi sebentar, lalu pergi
lama, lalu menginap, lalu tak pulang-pulang.Untuk membuat
cerita panjang menjadi pendek.Dia tak bahagia.Jiwanya terlalu
rebellious, penuh pemberontakan, untuk terikat kepada seorang
suami dan abak.Apalagi, suami itu tak pernah
diinginkannya.Baginya, tak ada hal yang lebih mengerikan di
dunia ini selain terjebak dalam pernikahan yang tak bahagia.”
(hal: 181-182)
178
181-182
3. Tahap Peningkatan Konflik (rising actions)
“Baca ini, surat panggilan pihak-pihak yang berperkara, dalam
kurung, relaas, nomor 4352, garis miring, pdgt strip rhsjy setrip
hdgu, garis miring BLGT, telah memanggil Marlena binti
Markoni dan Sabari bin Insyafi. Jadi? Kau kena gugat! Tamat
gemas. Gugat apa? Gugat cerai! Mulut Sabari ternganga. Siapa
yang mengugatku cerai? Ajudan bupati. Ya, Lena! Ukun pun
tak sabar. Tidak mungkin! Mengapa tidak mungkin? Sabari
mengalihkan pandangan ke padang ilalang. Itu tak mungkin,
kata Sabari pelan.Matanya berkaca-kaca. Ukun dan Tamat tahu
Sabari tak sanggup menerima kenyataan.Oleh karena itu, dia tak
mau memahami maksud surat itu.”( hal: 206)
“Persidangan tak berlangsung lama. Hati Sabari seperti
digunting melihat panitera pengadilan menggunting buku
nikahnya dan buku nikah Lena. Yang Mulia mengetuk palu.
Majelis menutup sidang.” (hal: 212)
206
212
4. Tahap Klimaks (climaxs)
“Sesampainya di taman balai kota, kedua anak beranak itu
duduk di bangku taman. Zorro sibuk mengunyah kembang gula
berwarna pink, makanan aneh yang kribo itu. Sabari bangkit dan
162
berjalan untuk membeli balon gas yang jaraknya hanya
beberapa langkah dari tempat duduk mereka.Usai membeli
balon gas, begitu berbalik dilihatnya beberapa orang telah
mengelilingi Zorro.Orang-orang itulah Lena, lelaki terpelajar
yang dilihatnya di pengadilan agama itu, dan dua lelaki lainnya.
Lena meraih Zorro, langsung menggendongnya dan bergegas
pergi.Zorro meronta.Sabari mendekat, dua pria tadi
menghalanginya.Lena bergegas pergi. Zorro memberontak dan
memanggil-manggil, Aya! Aya! Tanggannya mengapai-
gapai.Semuanya terjadi dengan sangat cepat.Tahu-tahu Lena
dan Zorro telah berada di seberang jalan, lalu masuk mobil dan
langsung meluncur.” (hal: 228-229)
“Sabari takkan pernah lupa, hujan lebat, bulan September, saat
itulah Lena mengambil Zorro darinya. Dua minggu setelah itu
ibunya meninggal. November, Marleni hilang, tetangga melihat
kucing itu kabur bersama seekor kucing garong. Sabari
mengalami situasi sudah jatuh tertimpa tangga, lalu menginjak
paku dan pakunya karatan, mengandung bahaya tetanus. Semua
orang telah pergi naik kapal nabi Nabi Nuh, dia tinggal sendiri,
tak diajak. Yang tertinggal hanya dua orang, dia dan sepi.” (hal:
237)
228-229
237
5. Tahap Penyelesaian (denoument)
“Amiru pun langsung mengenali laki-laki yang berdirindi
samping sepeda memegang piala itu.dia berlari
menyongsongnya, Aya! Aya!panggilnya. Zorro, Zorro!panggil
Sabari, tetapi tak ada suara yang dapat keluar dari mulutnya.
Amiru memeluk ayahnya erat-erat.Dia mencium bau yang selalu
menjadi misteri baginya, bau yang selalu menyayangi dan
melindunginya.Dia kini tahu, bau itu adalah bau ayahnya.
Dipeluknya ayahnya semakin erat.Air mata anak dan ayah itu
berlinang-linang.”( hal: 381)
“Merlena mengizinkan Amiru tinggal bersama Sabari.Setiap
waktu Sabari mensyukuri hal itu. Ayah dan anak itu langsung
tak terpisahkan seperti dahulu. Mereka pun kembali ke
kebiasaan lama, Sabari bercerita dan berpuisi menjelang Zorro
tidur.Bedanya, sekarang Amiru juga bisa bercerita dan berpuisi
untuk ayahnya.”( hal: 383)
381
383
163
Latar
No Data dalam Kutipan Halaman
1. Latar Tempat
a. Belantik
“Di kampung lain, Belantik, Sabari juga gelisah menunggu
hasil ujian itu, bukan hanya karena dia ragu bisa diterima di
SMA negeri, melainkan lebih karena perempuan misterius
yang telah memberinya pensil dan membuat badannya panas
dingin. Layaknya orang yang kena sambar cinta pertama, dia
serbasalah, susah tidur. Miring ke kiri salah, ke kanan
salah.Telentang, dia malu, karena cicak-cicak
mengejeknya.”( hal: 30)
b. Ruang Kelas
“Saat itu kelas Lena sedang pelajaran Bahasa Indonesia. Bu
Norma melemparkan pertanyaan. “Kalimat majemuk!”
teriak Sabari. “Cerdas!” kata bu Norma, tanpa menyadari
bahwa jawaban berasal dari kelas sebelah yang tengah
belajar Biologi. Sampai usai pelajaran.Sabari disuruh guru
Biologi berdiri dengan kaki sebelah di pojok kelas, sambil
menjewer telinganya sendiri.Seisi kelas terpingkal-pingkal
melihatnya.”( hal: 77-78)
c. Stasiun Radio
“Ukun menyarankan agar Sabari meminta maaf kepada Lena
dan Bogel secara terbuka sekaligus mempersembahkan
sebuah lagu untuk Lena melalui acara organ tunggal live
show radio itu.”( hal: 95)
“Penyiar memintanya bersiap-siap.Sabari mendekatkan
mulut ke mik. Dia gugup karena tahu seisi kampong akan
mendengar suaranya. “Siap?” “Insa Allah, Bang.” Ngeng,
lampu merah bertulisan on air menyala.Penyiar menyapa
pendengar lalu menyapa Sabari.”( hal: 97)
d. Bawah Pohon Akasia
“Dia melamun di bawah pohon akasia dekat gerbang
sekolah, tempat dia biasa menunggu Lena dan kecanduan
akan kelebat ajaib perempuan itu naik sepeda.Lima detik tak
lebih, lalu segala hal sepanjang hari itu akan berlinag
madu.”( hal: 111)
30
77-78
95
97
111
164
e. Ruang Sidang III
“Persidangan tak berlangsung lama. Hati Sabari seperti
digunting melihat panitera pengadilan menggunting buku
nikahnya dan buku nikah Lena. Yang Mulia mengetuk palu.
Majelis menutup sidang. Terdengar panggilan bagi pasangan
lain untuk memasuki Ruang Sidang III. Seorang petugas
meminta Sabari keluar. Sabari bangkit, berjalan keluar
menyusul Ukun dan Tamat. Dia sempat menoleh ke
belakang, melihat tempat Lena duduk tadi. Begitu cepat
semuanya berlangsung, lalu dia merasa kosong. Di dunia
nan fana ini, cinta bersemi dan terempas tiada tara.”( hal:
212-213)
f. Taman Balai Kota
“seperti biasa, setiap sore, Sabari mengajak Zorro ke taman
balai kota. Masuk September, hujan hampir setiap hari.
Sebelum berangkat, disiapkannya tas punggung kecil
kesayangan anaknya, yang kemudian dipakai Zorro dengan
gagah. Di dalam tas itu ada topi, jas hujan, sarung tangan,
baju ganti. Sabari pun memasukkan kemeja ganti untuknya
sendiri kalau-kalau nanti kehujanan.”( hal: 228)
g. Masjid Baiturachman
“Perjalanan itu begitu menakjubkan bagi mereka. Di kapal
Ukun rajin mempraktikkan bahasa Indonesia dan senang
banyak kenalan baru. Tiga hari kemudian orang-orang
kampung itu sudah berdiri tertegun dengan napas tertahan di
haribaan Masjid Baiturochman. “Inilah tujuan kita ke Aceh,
Boi,” kata Tamt sambil memeluk pundak Ukun. “Alangkah
megahnya, Boi, jauh lebih megah dari yang kulihat di
almanak. Alangkah beruntungnya kita pernah melihat
langsung masjid yang hebat ini.” Mata Ukun basah. Dia
memang lebih sentimental daripada Tamat.”( hal: 304)
h. Pelabuhan
“Anak buah kapal melemparkan tambang yang disambut
seorang kuli pelabuhan. Tambang diikatkan di tambatan
kapal. Pintu lambung kapal terbuka. Kuli pelabuhan tadi
menjulurkan keeping-keping papan yang akan menjadi titian
para penumpang dari kapal ke dermaga. Tak lepas Sabari
menatap penumpang yang keluar satu per satu melalui pintu
itu. Umumnya mereka orang-orang dewasa, lelaki dan
212-213
228
304
165
perempuan.Tak lama kemudian dilihatnya seorang anak
melangkah keluar. Dia terpana karena langsung mengenali
kemeja yang dikenakan anak itu. Sabari merasa kakinya tak
menginjak bumi. Amiru pun langsung mengenali laki-laki
yang berdirindi samping sepeda memegang piala itu.dia
berlari menyongsongnya, Aya! Aya!panggilnya. Zorro,
Zorro! panggil Sabari, tetapi tak ada suara yang dapat keluar
dari mulutnya. Amiru memeluk ayahnya erat-erat.Dia
mencium bau yang selalu menjadi misteri baginya, bau yang
selalu menyayangi dan melindunginya. Dia kini tahu, bau itu
adalah bau ayahnya. Dipeluknya ayahnya semakin erat.Air
mata anak dan ayah itu berlinang-linang.”( hal: 381)
381
2. Latar Waktu
a. Sore
“Setiap Sabtu sore Sabari menghabiskan waktu di taman
balai kota karena kata orang Sabtu sore Marlena dan
sekongkol-sekongkolnya suka nongkrong di taman balai
kota. Seperti masih SMA dulu, Ukun dan Tamat gemas,
benci sekaligus kasihan dengan Sabari.Adakalanya, Ukun
mengancam, “Jiwamu sudah dikecoh cinta. Waspada, Ri,
bisa-bisa kau kena gangguan jiwa, masuk Panti Amanah
pimpinan Doktoranda Ida Nuraini!”( hal: 121)
“Di tengah kegembiraan itulah, sore Minggu itu Sabari
terperanjat melihat ibu mertuanya tergopoh-gopoh
mendatanginya. Sabari menyongsongnya .Kata ibu
mertuanya, di rumah sedang tidak ada siapa-siapa dan Lena
harus segera dibawa ke klinik karena sakit perut.” (hal: 180)
b. Malam
“Saban malam Sabari tidur sambil memeluk Zorro. Kalau
terlintas dalam pikirannya anaknya akan dibawa pergi jah ke
Pulau Bangka, tubuhnya gemetar. Kalau terbanguncepat-
cepat dilihatnya Zorro, kalau-kalau sudah tak ada.Zorro pun
semakin tak terpisahkan dari ayahnya. Bocah kecil dapat
merasakan apa yang terjadi. Dia selalu minta digendong
ayahnya.”( hal: 222)
“Zorro terpana.Setiap malam dia selalu meminta ayahnya
untuk menyanyikan lagu merayu awan itu. Setelah beberapa
waktu, dia sendiri mulai pandai menyanyikannya, meski
terbata-bata.”( hal: 224)
121
180
222
224
166
3. Latar Sosial
“Maka, bekerjalah Sabari sebagai kuli dan sungguh tinggi
dedikasinya. Tak kenal lelah dia. Juli lain mencuri-curi waktu
agar bisa bermalas-malasan, dia sebaliknya. Yang tak disurih
dikerjakannya, apalagi yang disuruh. Orang lain minta libur, dia
minta masuk kerja. Kerap mandor menyetopnya karena terlalu
banyak mengaduk semek, memaku sesuatu yang seharusnya tak
dipaku, memasang yang bukan untuk dipasang, dan mengangkat
yang seharusnya tak diangkat.”( hal: 114)
114
Sudut Pandang
No Data dalam Kutipan Halaman
1. “Dulu dia tak ubahnya anak-anak lain di Belantik, kampung
paling ujung, di pinggir laut Belitong sebelah timur. Pulang
sekolah dia langsung mengalungkan ketapel, mengantonbi duku
muda untuk pelurunya, bersandal cunghai, melempari buah
sagu, mengejar layangan, berlari-lari di padang, dan berenang di
danau galain tambang. Kulit kelam terbakar matahari, luka-luka
seantero kaki, pulang ke rumah dimarahi Ibu demi melihat baju
penuh bercak getah buah hutan, lalau pontang-panting berlalri
ke masjid agar tak terlambat dan dimarahi guru mengaji.Di
masjid tertawa, bersorak, berebut, bertengkar, menangis. Soal
cinta? Sabari tak kenal dan tak suka. Cinta adalah kata yang
asing. Cinta adalah racun manis penuh tipu muslihat. Cinta
adalah burung merpati dalam topi pesulap. Cinta adalah tempat
yang jauh, sangat jauh, dan urusan konyol orang dewasa.”( hal:
9-10)
“Dia sedikit limbung sebab telah enam tahun cita-citanya itu
pingsan. Dia mau menjadi dokter hewan sejak kelas enam SD,
sejak melihat dokter hewan membantu sapi beranak dalam buku
komik.waktu itu ayanya masih berjaya. Selama enam tahun itu,
baru kali ini dia berani mengatakan lagi bahwa dia mau menjadi
dokter hewan. Dia mengatakannya karena Sabari mengatakan
bahwa dia mau menjadi guru Bahasa Indonesia. Tanpa diketahui
Sabari, dia telah membangkitkan lagi cita-cita Izmi.” (hal: 106)
9-10
106
167
Nilai Moral Novel Ayah Karya Andrea Hirata
No Data dalam Kutipan Halaman
1. Hubungan Manusia dengan Tuhan
a. Bersyukur
“Juru antar bersyukur semuanya telah berlangsung dengan
baik.Dia kembali ke motornya. Diengkolnya motor itu
berkali-kali, gagal. (hal: 382)
“Marlena mengizinkan Amiru tinggal bersama Sabari. Setiap
waktu Sabari mensyukuri hal itu. Ayah dan anak itu
langsung tak terpisahkan seperti dulu. Mereka pun kembali
ke kebiasaan lama, Sabari bercerita dan berpuisi menjelang
Zorro tidur. Bedanya sekarang, Amiru juga bisa bercerita
dan berpuisi untuk ayahnya.” (hal: 383)
b. Beribadah
“Kulit kelam terbakar matahari, luka-luka seantero kaki,
pulang ke rumah dimarahi Ibu demi melihat baju penuh
bercak getah buah hutan, lalu pontang-panting berlari ke
masjid agar tak terlambat dan dimarahi guru mengaji.” (hal:
9)
“Suasana shalat Jumat di masjid ini tak dapat dilukiskan
dengan kata-kata. Saat engkau shalat rasanya ribuan
malaikat menungguimu. Suara muazin merdu sekali. Begitu
megah, begitu agung masjid ini sehingga kuakui semua
dosaku, yang terkecil sekalipun.” (hal: 305)
382
382
9
305
2. Manusia dengan Manusia Lain
a. Persahabatan
“Jadi, kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar Sabari tidak
jadi orang sinting? Itu baru namanya kawan, sungguh
mulia!” (hal: 295)
“Tamat mengatakan bahwa esok sore mereka akan ke
Sumatra untuk mencari Lena dan Zorro. Jika berjumpa,
mereka akan membujuknya agar pulang ke Belitong, Sabari
tak berkata-kata.” (hal: 299)
b. Menepati Janji
“Amiru pun langsung mengenali laki-laki yang berdiri di
samping sepeda sambil memegang piala itu. Dia berlari
295
299
168
menyongsongnya, Aya! Aya! panggilnya. Zorro, Zorro!
Panggil Sabari, tetapi tak ada suara yang dapat keluar dari
mulutnya.” (hal: 381)
“Salah satu hal pertama yang dilakukan Sabari adalah
mengajak Amiru ke Restoran Modern. Dipesannya makanan
dari menu yang dulu diceritakannya untuk pengantar tidur
anaknya itu, nasi goreng luar negeri terutama. Beban berat
terlepas dari pundaknya karena janji lamanya kepada Zorro
telah tunai.” (hal: 383)
c. Tolong Menolong
“Jadi, kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar Sabari tidak
jadi orang sinting? Itu baru namanya kawan, sungguh
mulia!” (hal: 295)
“Tamat mengatakan bahwa esok sore mereka akan ke
Sumatra untuk mencari Lena dan Zorro. Jika berjumpa,
mereka akan membujuknya agar pulang ke Belitong. Sabari
tak berkata-kata.” (hal: 299)
d. Kasih Sayang
“Sabari membelikan anak itu boneka Zorro. Si kecil
menggenggamnya, tak pernah mau melepaskannya. Jadilah
Sabari menyebut Zorro, anak itu menoleh-noleh mencari
sumber suara, lalu tergelak-gelak. Di telinga Sabari tawanya
seperti air hujan yang berjatuhan di danau.” (hal: 182)
“Betapa Sabari menyayangi Zorro. Ingin dia memeluknya
sepanjang waktu. Dia terpesona melihat makhluk kecil yang
sangat indah dan seluruh kebaikan yang terpancar darinya.
Diciuminya anak itu dari kepala sampai ke jari jemari
kakinya yang mungil.” (hal: 183)
“Sejak kabar itu beredar. Zorro tak pernah lepas dari
pandangannya. Jika Zorro tidur siang, dia menutup jendela
dan pintu rapat-rapat. Hatinya lega jika melihat Zorro masih
ada di situ, tidur melengkung di dipan. Zorro dapat
merasakan kecemasan ayahnya. Dia tak mau tidur jika tak
dipeluk ayahnya. Semua semakin menghancurkan hati
Sabari.” (hal: 191)
381
383
295
299
182
183
191
3. Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri
a. Pantang Menyerah
“Sabari begitu gembira, apakah lantaran dia menerima upah
169
yang besar? Tidak juga. Apakah lantaran dia tiba-tiba
menjadi tampan? Mustahil. Semuanya tak lain tak bukan
karena Lena. Yaitu, sesuai dengan apa yang dibayangkannya
sebelum bekerja di pabrik itu, di sela-sela pekerjaannya,
sekali-sekali, meski hanya berkelebat sepintas, macam tikus
diuber meong, dia bisa melihat Lena, dan hal itu lebih dari
cukup untuk membuatnya berangkat tidur dalam keadaan
tersenyum simpul, tidur dalam keadaan tersenyum lebar, dan
bangun tertawa.” (hal: 149)
“Matahari mengendap. Malam menjelang. Telapak kaki
Sabari melepuh, lalu berdarah. Bercak-bercak darah
tertinggal di aspal. Meski kakinya perih dan napasnya
tersengal-sengal, meski sampai finis malam nanti, Sabari
bertekad untuk terus berlari karena dia teringat akan
anaknya. Dia tak mau menyerah demi Zorro. Seorang ayah,
tak boleh menyerah demi anaknya, begitu kata hati Sabari.”
(hal: 373)
b. Kejujuran
“Aku memanggilmu karena Lena!
Sabari kaget.
Mengapa Lena, Pak?
Jangan kura-kura dalam perahu!
Baiklah, Pak.
Kau suka sama Lena, ya?
Sabari kaget lagi, tetapi dengan cepat menguasai diri.
Ya, Pak.
Nah, ketahuan belangmu!
Ya, Pak.
Kau bekerja di sini karena mau bertemu dengan Lena?
Ya, Pak.”( hal: 162)
“Boi, sudah berapa lama kau suka sama Lena? Nada suara
Markoni turun dua oktaf.
Sabari melirik jam bulat yang menempel di dinding.
11 tahun, 5 bulan, 3 jam … 4 menit, Pak.
Markoni terpana.
Apakah Marlena suka sama kau, Boi?
Sabari tersenyum-senyum simpul.” (hal: 164)
149
373
162
164
170
SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Semester : 1
Standar Kompetensi : Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel
terjemahan
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Nilai Budaya
Dan Karakter
Bangsa
Kewirausahaan/
Ekonomi Kreatif Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pencapaian
Kompetensi Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber/
Bahan/ Alat
7.2
Menganalisis
unsur-unsur
ekstrinsik
novel
Indonesia.
Novel Indonesia
dan novel
terjemahan.
Unsur-unsur
intrinsik (alur,
tema, tokoh
penokohan,
sudut pandang
danlatar)
Unsur ekstrinsik
(nilai religius,
moral)
Bersahabat/
komunikatif
Kreatif
Kepemimpinan
Keorisinilan
Membaca novel
Indonesia dan
terjemahan
Menganalisis unsur-
unsur-unsur intrinsik
(alur, tema,
penokohan, sudut
pandang, dan latar)
novel Indonesia dan
terjemahan.
Membandingkan
unsur intrinsik dan
ekstrinsik novel
Indonesia dengan
novel terjemahan.
Menganalisis unsur-unsur
ekstrinsik (nilai moral) dan
intrinsik novel indonesia
(tema, tokoh penokohan,
alur, latar, dan sudut
pandang)
Menganalisis unsur-unsur
ekstrinsik dan intrinsik
novel terjemahan.
Membandingkan unsur
ekstrinsik dan intrinsik
novel terjemahan.
Jenis Tagihan:
tugas individu
tugas
kelompok
ulangan
Bentuk
Instrumen:
uraian bebas
pilihan ganda
jawaban
singkat
4
Novel
AyahKarya
Andrea
Hirata
Lam
pir
an
6
171
Mengetahui,
Kepala Sekolah ...................
...............................................
NIP / NIK :
......................., ............... 2016
Guru Bahasa Indonesia
...............................................
NIP / NIK :
172
Lampiran 7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/ Semester : XI / 1
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
A. Standar Kompetensi
7. Membaca: memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ terjemahan
B. Kompetensi Dasar
7.2. Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia
C. Indikator
1. Siswa mampu menceritakan isi novel Ayah karya Andrea Hirata.
2. Siswa dapat menjelaskan unsure intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata.
3. Siswa dapat menjelaskan nilai moral dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menceritakan isi novel Ayah karya Andrea Hirata.
2. Siswa dapat menjelaskan unsure intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata.
173
3. Siswa dapat menjelaskan nilai moral dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata.
E. Materi Pembelajaran
1. Pengertian novel adalah karangan prosa yang panjang yang mengandung
rangkaian cerita yang melukiskan kehidupan para tokoh secara imajinatif
berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dalam masyarakat.
2. Unsur intrinsik adalah unsur yang melekat langsung pada bagian pokok
dari karya sastra. Unsur intrinsik yang penulisan analisis dalam novel
Ayah karya Andrea Hirata meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,
dan sudut pandang.
3. Unsur ekstrinsik yang menjadi materi dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata, yaitu berkaitan dengan nilai moral di dalam kehidupan. Secara
garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan
kedalam persoalan hidup hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan
manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan diri sendiri.
F. Metode Pembelajaran
Kegiatan awal : ceramah dan diskusi
Kegiatan akhir : penugasan
Metode Pembelajaran : Numbered Head Together
G. Sumber Belajar
Novel Ayah karya Andrea Hirata yang diterbitkan PT. Bentang Pustaka,
Yogyakarta 2015, merupakan cetakan kesembilan (2015) dan terdiri dari 412
halaman. Buku pelajaran yang sengaja disiapkan dan berkenaan dengan sastra.
174
Misalnya, buku-buku tentang sastra, Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku
paket pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA.
H. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama
a. Pendahuluan
1) Guru mengucapkan salam dan berdoa.
2) Guru mempresensi dan mengkondisikan kelas agar siswa siap
dalam mengikuti kegiatan belajar.
3) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.
Guru memberikan apresiasi dan memotivasi siswa tentang
pelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
a) Siswa diberi kesempatan untuk mencari materi sesuai dengan
kompetensi dasar pembelajaran yang berupa teori unsur
intrinsik dan aspek nilai moral.
b) Siswa menyampaikan hasil pencarian materinya di depan kelas.
2) Elaborasi
a) Beberapa siswa maju kedepan untuk menjawab pertanyaan
guru. Pertanyaan dapat berupa “sebutkan tiga macam alur
berdasarkan urutan waktu?”
b) Siswa menyebutkan tiga macam alur berdasarkan urutan waktu.
c) Siswa yang lain memberikan tanggapan.
175
d) Guru memberikan materi mengenai unsur intrinsik novel dan
nilai moral yang terdapat dalam novel.
e) Guru menyuruh siswa membuat kelompok.
f) Guru menyediakan subjek penelitian (novel Ayah) dan guru
menyuruh siswa untuk membaca novel. Waktu yang
dibutuhkan untuk membaca novel cukup lama, sehingga siswa
bisa melanjutkan di luar jam sekolah.
3) Konfirmasi
a) Guru memberikan tugas kepada siswa untukd ikerjakan di
rumah. Tugasnya, yakni membaca kemudian menganalisis
unsur intrinsic dan nilai moral dalam novel Ayah.
b) Guru membatasi waktu penyelesaian mengerjakan tugasnya.
c. Penutup
1) Guru bersama siswa menyimpulkan kembali pembelajaran yang
telah dipelajari.
2) Guru mengucapkan salam penutup.
2. Pertemuan Kedua
a. Pendahuluan
1) Guru mengucap salam dan memimpin doa.
2) Guru mempresentasikan dan mengkondisikan kelas agar siswa siap
dalam mengikuti kegiatan belajar, supaya tercipta kegiatan belajar
mengajar yang tertib.
176
3) Guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang
sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
4) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
a) Guru menanyakan tugas pertemuan sebelumnya.
b) Guru sedikit mengulas kembali materi yang sudah dibahas
dengan tetap memantau keaktifan siswa.
c) Siswa membentuk kelompok.
2) Elaborasi
a) Siswa mempresentasikan hasil dari mengkaji unsure intrinsik
dan nilai moral yang terdapat dalam novel Ayah.
b) Kelompok yang tidak maju, menyimak dan menaggapinya.
3) Konfirmasi
a) Guru memberikan umpan balik terhadap keberhasilan siswa
dalam menerima materi dalam bentuk penghargaan.
c. Penutup
1) Guru bersama siswa menyimpulkan kembali materi yang sudah
dipelajari.
2) Guru mengadakan evaluasi.
3) Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan salam penutup.
177
I. Evaluasi
1. Evaluasi proses
Bacalah novel Ayah karya Andrea Hirata.
2. Evaluasi hasil
a. Jelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea Hirata?
b. Jelaskan nilai moral yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata?
Skor Penilaian
a. Penilaian Kognitif
No. Aspek yang dinilai Skor
1.
2.
Jelaskan pengertian novel?
Sebutkan unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik ?
Kriteria Skor:
Setiap jawaban lengkap (5 unsur atau lebih) =20
Jawaban kurang lengkap =10
Tidak ada jawaban = 0
b. Penilaian Psikomotorik
No. Aspek yang dinilai Skor
1. Mengidentifikasi unsur-unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik?
178
Kriteria Skor:
Sangat baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
c. Penilaian Afektif
No Nama
Siswa
Idikator Proses
Ketekunan Kerajinan Disiplin Kerjasama Tanggung
Jawab
KriteriaSkor:
Sangatbaik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang =1
Purworejo, Agustus 2016
Mengetahui/Menyetujui Guru Mata Pelajaran
Asriyah Diyah Sulistiyani
NIP. 19680212 200701 2 026 NIM. 122110009