Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL
MENURUT SYEKH JA’FAR AL-BARZANJI
(STUDI ANALISIS TENTANG KITAB AL-BARZANJI)
SKRIPSI
Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
MUHAMMAD MIFTAKHUDDIN
111 11 101
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA 2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
“Bangsa Yang Beradab Adalah Bangsa Yang Bermoral”
PERSEMBAHAN
1. Kedua orang tua tersayang Ibu Komiyah dan Bapak Sukiyat yang selalu
mencurahkan kasih sayang, dukungan serta doa yang tiada pernah ada
hentinya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Segenap keluarga (Nenek, Kakak, Pakde, Bude, Paman, Bibi, Saudara)
yang selalu mendukung dan membimbing setiap langkahku.
3. Sahabat-sahabati satu barisan dan satu cita, satu angkatan dan satu jiwa
(PMII, TLS, SALAMS, IPNU, DEMA, PAI).
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Solawat serta salam
penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, Inspirator dalam setiap langkah.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Ruchayati, M. Ag. Selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama
Islam IAIN Salatiga.
4. Prof. Dr. Mansur, M.Ag Selaku dosen pembimbing yang selalu sabar
dalam membimbing penulis.
5. Dr. Hj. Lilik Sriyati, M.SI. selaku dosen pembimbing akademik selama
kuliah di IAIN Salatiga.
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah menjadi perantara ilmu.
7. Ibu, Ayah, Kakak, beserta keluarga yang selama ini selalu memberikan
do‟a, serta selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
viii
8. Sahabat-sahabati satu barisan dan satu cita, satu angkatan dan satu jiwa
(PMII, TLS, SALAMS, IPNU, DEMA, PAI).
9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya penulis
sendiri dan umumnya bagi para pembaca. Dan pada akhirnya penulis sadar bahwa
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.
ix
ABSTRAK
Miftakhuddin, Muhammad. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Moral Menurut Syekh
Ja‟far Al-Barzanji (Studi Analisis Tentang Kitab Al-Barzanji). Skripsi.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Prof. Dr. Mansur,
M.Ag
Kata kunci : Nilai Pendidikan Moral, Kitab Al-Barzanji
Perayaan maulid Nabi dianggap sangat penting oleh umat Islam, selain
untuk mengenang jasa-jasa Nabi, juga sebagai upaya untuk menjadikannya suri
teladan. Dalam merayakannya biasanya msyarakat membaca teks-teks puitis yang
berisi sejarah dan puji-pujian atas keutamaan Nabi Muhammad SAW. Teks-teks
puitis yang dibaca itu salah satunya adalah Maulid Al-Barzanji, yang merupakan
kutipan dari kitab „Iqd al-Jawahir karya Syaikh Ja‟far ibn Hasan Al-Barzanji.
Akan tetapi yang sangat disayangkan dalam upacara pembacaan Kitab Al-
Barzanji tersebebut yaitu kenyataan bahwa sebagian besar orang yang turut hadir
dalam majelis tersebut tidak mengetahui nilai-nilai pendidikan moral yang
terkandung dalam kitab tersebut. Agar mereka yang ikut andil dalam acara
pembacaan Kitab Al-Barzanji tersebut dapat dengan mudah mengambil nilai-nilai
pendidikan moral yang ada di dalam kitab tersebut dan dapat mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari, penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian
terhadap Karya Syekh Ja‟far Al-Barzanji ini dengan rumusan masalah berikut:
Apa sajakah Nilai-nilai pendidikan moral yang terkandung dalam kitab karya
Syekh Ja‟far Al-Barzanji dan Bagaimana nilai-nilai pendidikan moral bagi
masyarakat umum dalam Kitab Al-Barzanji.
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi, dalam arti menelaah dokumen-dokumen tertulis, baik primer
maupun skunder. Analisis atas data-data diawali dengan proses reduksi (seleksi
data) untuk mendapatkan informasi yang lebih fokus pada rumusan persoalan
yang ingin dijawab, kemudian disusul dengan proses deskripsi, yakni menyusun
data itu menjadi sebuah teks naratif kemudian dilakukan analisis data dan
penyimpulan.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan moral yang
terdapat dalam kitab Al-Barzanji seperti: Kanaah, Pemalu, Tawaduk,
Mendamaikan Orang yang Bersengketa, Pemaaf, Tidak gentar menghadapi para
raja, Marah karena Allah, Berbicara Seperlunya, Mulai memberi salam, Berbicara
Kebenaran, Menghormati orang utama. Dengan mengetahui nilai pendidikan
moral tersebut diharapkan agar masyarakat umum dapat dengan mudah
memahaminya, dilaksanakan dalam kehidupan kesehariannya serta mengajarkan
pada lingkungan sosialnya khususnya kepada anak-anaknya.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... I
HALAMAN LOGO.......................................................................................... Ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................... Iii
PENGESAHAN............................................................................... ................ Iv
PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................... V
MOTTO dan PERSEMBAHAN....................................................................... Vi
KATA PENGANTAR....................................................................................... Vii
ABSTRAK........................................................................................................ Ix
DAFTAR ISI..................................................................................................... X
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 8
D. Kegunaan Penelitian.............................................................................. 9
E. Metode Penelitian.................................................................................. 10
F. Penegasan Istilah................................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan............................................................................ 13
BAB II BIOGRAFI
A. Biografi Pengarang................................................................................ 14
B. Karya-karya Ja‟far Al-Barzanji............................................................. 17
C. Isi Kitab Ja‟far Al-Barzanji................................................................... 18
D. Kitab Al-Barzanji di Indonesia............................................................. 21
BAB III PENDIDIKAN MORAL MENURUT AL-BARZANJI
A. Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Moral............................................... 23
B. Nilai-nilai Pendidikan Moral Yang Terdapat Dalam Kitab Al-
Barzanji................................................................................................
24
1. Kanaah............................................................................................ 24
2. Pemalu...........................................................................................
3. Tawaduk.........................................................................................
25
26
xi
4. Mendamaikan Orang yang Bersengketa........................................ 27
5. Pemaaf............................................................................................ 27
6. Tidak Gentar Menghadapi Para Raja..............................................
7. Marah Karena Allah........................................................................
28
29
8. Berbicara Seperlunya......................................................................
9. Memulai Salam..............................................................................
29
29
10. Berbicara Kebenaran.....................................................................
11. Menghormati Orang Yang Utama.................................................
30
30
BAB IV PEMBAHASAN
A. Nilai-nilai Pendidikan Moral yang Terkandung Dalam Kitab Karya
Syekh Ja‟far Al-Barzanji......................................................................
31
1. Kanaah............................................................................................. 31
2. Pemalu...........................................................................................
3. Tawaduk.........................................................................................
34
36
4. Mendamaikan Orang yang Bersengketa........................................ 39
5. Pemaaf............................................................................................. 42
6. Tidak Gentar Menghadapi Para Raja..............................................
7. Marah Karena Allah........................................................................
45
46
8. Berbicara Seperlunya......................................................................
9. Memulai Salam..............................................................................
47
49
10. Berbicara Kebenaran.....................................................................
11. Menghormati Orang Yang Utama.................................................
50
52
B. Nilai-nilai Pendidikan Moral Bagi Masyarakat Umum Dalam Kitab
Al-Barzanji...........................................................................................
54
1. Kanaah............................................................................................. 54
2. Pemalu.............................................................................................
3. Tawaduk.........................................................................................
56
57
4. Mendamaikan Orang yang Bersengketa........................................ 58
5. Pemaaf............................................................................................. 60
6. Tidak Gentar Menghadapi Para Raja..............................................
7. Marah Karena Allah........................................................................
62
63
xii
8. Berbicara Seperlunya......................................................................
9. Memulai Salam..............................................................................
64
65
10. Berbicara Kebenaran.....................................................................
11. Menghormati Orang Yang Utama.................................................
66
68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 71
B. Saran...................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW (maulid Nabi)
merupakan salah satu dari perayaan umat islam, yang ketenarannya hampir
menyamai dua hari raya Islam yang mempunyai ketentuan hukum agama,
yakni Idul Fitri dan Idul Adha. Meski tidak memiliki landasan hukum
secara qat‟i, namun peringatannya telah dirayakan di hampir seluruh dunia
Islam. Tak terkecuali oleh umat Islam di negeri non-muslim, seperti di
Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat.
Perayaan maulid Nabi dianggap sangat penting oleh umat Islam,
selain untuk mengenang jasa-jasa Nabi dalam menyebarkan ajaran agama,
juga sebagai upaya untuk menjadikannya suri teladan. Maulid Nabi
biasanya dirayakan pada tanggal 12 rabi‟ul-Awwal (Jawa: Mulud) yang
diyakini sebagian besar umat islam sebagai hari kelahiran Nabi SAW.
akan tetapi, ada juga yang menyelenggarakannya di luar tanggal tersebut,
yang penting masih dalam bulan Rabi‟ul-Awwal.
Seperti umat islam di negeri lain, umat Islam Indonesia pun
mengadakan perayaan maulid Nabi, meskipun dengan nuansa yang
berbeda. Di Indonesia, perayaan maulid Nabi diadakan dihampir seluruh
pelosok negeri, mulai lembaga-lembaga formal, non-formal, organisasi-
organisasi tertentu, dan majlis-majlis ta‟lim di tingkat desa, kecamatan,
kabupaten sampai ditingkat nasional. Bahkan, negara pun secara resmi
2
mengadakan perayaan ini, yang kadang-kadang diselenggarakan di istana
negara. Biasanya, pola yang dipakai dalam perayaan ini adalah pola-pola
pengajian akbar. Rangkaian acaranya diawali dengan pembacaan ayat-ayat
suci Al-Qur‟an, kemudian beberapa kata sambutan dari tokoh masyarakat,
dan diakhiri dengan uraian hikmah sejarah hidup Nabi atau tema-tema
keagamaan lainnya.
Hal ini berbeda dengan masyarakat umum khususnya warga
nahdliyyin yang mempunyai tradisi dan pola tersendiri dalam merayakan
maulid Nabi. Selain menggunakan pola pengajian akbar di atas, biasanya
mereka juga membaca teks-teks puitis yang berisi sejarah dan puji-pujian
atas keutamaan Nabi Muhammad SAW. Teks-teks puitis ini pada
umumnya dibaca sejak tanggal 1 sampai 12 Rabi‟ul-Awwal. Tetapi, ada
juga yang membacanya pada setiap malam Jum‟at dan malam Senin
sepanjang tahun. Teks-teks puitis yang dibaca itu adalah kitab Maulid ad-
Diba‟i, Maulid Syaraf al-Anam, ataupun Maulid Al-Barzanji, yang
merupakan kutipan dari kitab „Iqd al-Jawahir karya Syaikh Ja‟far ibn
Hasan Al-Barzanji. Tampaknya, kitab maulid yang disebut paling akhir
inilah yang paling banyak dibaca oleh umat Islam di Indonesia (Muthohar,
2011: 1-4).
Memperingati hari lahir Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga
NU. Hari Senin, 12 Rabi‟ul Awal (Mulud), sudah dihapal luar kepala oleh
anak-anak warga NU. Acara yang disuguhkan dalam peringatan hari
kelahiran Nabi ini amat variatif, dan diselenggarakan sampai hari-hari
3
bulan Rabi‟ as-Tsany (Bakdo Mulud). Biasanya, ada yang hanya
mengirimkan masakan-masakan sepesial untuk dikirimkan ke beberapa
tetangga kanan dan kiri; ada yang menyelenggarakan upacara sederhana di
ruma masing-masing; ada yang agak besar seperti yang diselenggarakan
dimushala dan masjid-masjid, bahkan ada juga yang menyelenggarakan
secara besar-besaran, dihadiri puluhan ribu umat islam.
Muludan ini biasanya hanya pembacaan Berjanji atau Diba‟ yang
isinya tidak lain adalah biografi dan sejarah kehidupan Rasulullah. Bisa
juga ditambah dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti menampilkan
kesenian Hadrah atau pengumuman hasil berbagai lomba, sedang
puncaknya ialah mau‟izhah hasanah dari muballigh kondang (Fattah,
2011: 293-294).
Menurut Munawir Abdul Fattah (2011: 294-295) dalam bukunya
Tradisi Orang-orang NU, amaliah ini berdasarkan pada dalil-dalil berikut:
Dalil Pertama:
عالو ي وم القيامة. قال صلى اهلل عليو وسلم من عظم مولدى كنت شفي
Rasulullah bersabda: Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku
akan memberikan syafa‟at kepadanya di Hari Kiamat.
4
Dalil kedua:
مام الافظ المسند الدكت رالبيب عبد اهلل بن عبدالقادربافقيو بأن و قال الستاذال
عالو ي وم القيامة ماروه ابن ق ولو صلى اهلل عليو و سلم من عظم مولدى كنت شفي
ىب صحيح إسناده. ي و قال الذ فة ست ل صحي عساكرف التاريخ ف الزءالو
Ustadz Imam al-Hafizh al-Musnid DR. Habib Abdullah Bafaqih
mengatakan bahwa hadits “man „azhzhama maulidy kuntu syafi‟an
lahu yaum al-Qiyamati” seperti diriwayatkan Ibnu Asakir dalam
kitab Tarikh, Juz I, hlm 60, menurut Imam Dzahaby sahih
sanadnya.
Dalil ketiga:
مولدالنب صلى اهلل عليو و قال عمررضي اهلل عنو من عظم
سلم. وسلم ف قدأحياال
Umar mengatakan: Siapa menghormati hari lahir Rasulullah sama
artinya menghidupkan Islam.
Adapun dalil Al-Qur‟an yang menunjukkan dasar untuk bershalawat
serta salam atas Nabi SAW, Menurut Quraish Shihab (2009: 507), terdapat
dalam Al-Qur‟an surat Al-Ahzab ayat 56 berikut:
5
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu
untuknya dan bersalamlah yang sempurna”
Menurut M. Quraish Sihab (2009: 526) ayat dan perintah Allah ini
sungguh unik. Tidak ada satu perintahpun yang diperintahkan Allah swt,
akan tetapi sebelum memerintahkan Allah swt menyampaikan bahwa Dia
pun melakukan apa yang diperintahkannya itu. tidak ada satu yang
demikian, kecuali salawat kepada Nabi Muammad SAW. Perintah Allah
swt kepada orang-orang yang beriman ini yang sebelumnya menyatakan
bahwa diri-Nya dan para malaikat bershalawat, adalah untuk
menggambarkan bahwa penghuni langit dari para malaikat mengagungkan
Nabi Muhammad SAW. Maka, hendaknya kaum muslimin yang
merupakan penghuni bumi mengagungkan beliau SAW pula.
Al-Qur‟an Suarat Al-Ahzab ayat 56 tersebut diatas menunjukkan
bahwa seseorang bukan saja dituntut untuk tidak merendahkan Nabi
Muhammad SAW, lebih dari itu, dia dituntut untuk mengagungkan beliau
dan mengakui jasa-jasanya. karena kalau kita tidak mampu mengakui dan
memberi penghormatan kepada para tokoh, kepada siapa lagi
penghormatan itu kita berikan? Kalau kita enggan memberi hak-hak
manusia agung, mungkinkah kita bersedia memberi hak orang-orang
kecil? Karena jasa dan pengorbanan Rasul SAW serta atas dasar
pemberian hak penghormatan itulah sehingga Allah SWT, mencurahkan
rahmat dan para malaikat memohon maghfirah untuk beliau serta
menganjurkan umat islam untuk menyampaikan shalawat dan salam
6
sejahtera kepada Nabi Muhammad dan segenap keluarga beliau. Perintah
Allah ini juga diamalkan oleh Rasulullah SAW, walaupun ini berkaitan
dengan diri beliau. Putri yang paling mirip wajahnya dengan beliau lagi
paling dicintai beliau menginformasikan bahwa Rasulullah SAW, apabila
masuk kemasjid, beliau bershalawat dan bersalam sambil berucab, “Ya
Allah, ampunilah dosaku dan bukalah bagiku pintu-pintu anugerah-Mu.”
(HR. At-Tirmidzi) (Shihab, 2009: 527).
Berdasarkan dalil Hadis dan Al-Qur‟an di atas maka jelaslah
bahwa memperingati hari lahir Rasulullah SAW dan bershalawat atas-nya
merupakan perkara yang sangat dianjurkan. Maka dari itu, kita sebagai
umat beliau SAW harus senantiasa bersalawat kepada beliau SAW dalam
keadaan apapun dan selalu bergembira ketika datang hari kelahiran beliau
Rasulullah SAW. Banyak sekali cara untuk kita memperingati hari
kelahiran Beliau SAW, salah satunya yaitu dengan cara memabaca kitab
Al-Barzanji baik secara individu maupun berjamaah seperti tersebut di
atas.
Akan tetapi yang sangat disayangkan dalam upacara pembacaan
Kitab Al-Barzanji tersebebut yaitu kenyataan bahwa sebagian besar orang
yang turut hadir dalam majelis tersebut tidak mengetahui nilai-nilai
pendidikan moral yang terkandung dalam kitab tersebut. Padahal di dalam
kitab tersebut terdapat nilai-nilai pendidikan moral yang dapat dijadikan
pembelajaran bagi umat manusia. Agar mereka yang ikut andil dalam
acara pembacaan Kitab Al-Barzanji tersebut dapat dengan mudah
7
mengambil nilai-nilai pendidikan moral yang ada di dalam kitab tersebut
dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, penulis
berinisiatif untuk melakukan suatu penelitian terhadap Karya Syekh Ja‟far
Al-Barzanji ini dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL
MENURUT SYEKH JA’FAR AL-BARZANJI (STUDI ANALISIS
TENTANG KITAB AL-BARZANJI)”.
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, akhirnya penulis merumuskan
permasalahan dalam beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Apa sajakah Nilai-nilai pendidikan moral yang terkandung dalam
kitab karya Syekh Ja‟far Al-Barzanji?
2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan moral bagi masyarakat umum dalam
Kitab Al-Barzanji?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Nilai-nilai pendidikan moral yang terkandung dalam kitab
karya Syekh Ja‟far Al-Barzanji.
2. Mengetahui nilai-nilai pendidikan moral bagi masyarakat umum dalam
Kitab Al-Barzanji
9
D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
a. Memperkaya khasanah pengetahuan tentang kitab Al-Barzanji
melalui Nilai-nilai pendidikan moral yang terkandung dalam kitab
Al-Barzanji karya Syekh Ja‟far Al-Barzanji.
b. Menambah pemahaman ajaran islam sebagai agama yang
Rahmatan lil „alamin melalui Nilai-nilai pendidikan moral yang
terkandung dalam kitab Al-Barzanji karya Syekh Ja‟far Al-
Barzanji.
2. Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan salah satu bentuk pelatihan bagi
peneliti dalam menganalisa isi kandungan khususnya nilai-nilai
pendidikan moral yang terkandung dalam kitab Al-Barzanji untuk
dijadikan sebagai salah satu karya ilmiah (Skripsi).
b. Bagi Masyarakat Umum
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam
pembuatan karya ilmiah dan sebagai sumber pembelajaran yang
berkaitan dengan pendidikan moral yang terkandung dalam kitab
Al-Barzanji.
10
E. Metode Penelitian
1. Pengumpulan Data
Menurut Muhyar Fanani (2010: 11), metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi,
dalam arti menelaah dokumen-dokumen tertulis, baik primer maupun
skunder. Kemudian dikumpulkan untuk selanjutnya dimasukkan
kedalam penelitian ini.
2. Sumber Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan sumber primer
berupa kitab majmu‟ terbitan semarang yang sering dipakai
masyarakat umum dalam pembacaan Al-Barzanji. Di samping itu,
juga didukung dengan sumber-sumber sekunder yang dapat
menyempurnakan skripsi ini.
3. Analisis Data
Menurut Muhyar Fanani (2010: 12), analisis atas data-data
dilakukan setelah proses pengumpulan data selesai. Diawali dengan
proses reduksi (seleksi data) untuk mendapatkan informasi yang lebih
fokus pada rumusan persoalan yang ingin dijawab oleh penelitian ini,
kemudian disusul dengan proses deskripsi, yakni menyusun data itu
menjadi sebuah teks naratif. Pada saat penyusunan data menjadi sebuah
teks naratif inilah dilakukan analisis data dan kemudian dilakukan
penyimpulan.
11
F. Penegasan Istilah
Skripsi ini Berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Moral Menurut Syekh
Ja‟far Al-Barzanji (Studi Analisis Tentang Kitab Al-Barzanji)” Untuk
menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam penafsiran judul yang
di maksudkan, ada beberapa istilah yang perlu di jelaskan disini:
1. Nilai
Menurut Risieri Frondizi dalam bukunya Pengantar Filsafat
Nilai (2001: 7), nilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri, setidak-
tidaknya di dunia ini; ia membutuhkan pengemban untuk berada. Oleh
karena itu, nilai nampak pada kita seolah-olah hanya merupakan
kualitas dari pengemban nilai ini: keindahan dari sebuah lukisan,
kebagusan dari sepotong pakaian, kegunaan dari sebuah peralatan.
Jadi yang dimaksud nilai pada judul ini adalah embanan dari
pendidikan moral yang terdapat pada kitab karya Syekh Ja‟far Al
Barzanji.
2. Pendidikan
Menurut Suwarno (2006: 19), Dalam bahasa Inggris,
pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral
dan melatih intelektual. Jadi pendidikan yang di maksud pada judul ini
adalah suatu hal yang terdapat dalam karya Syekh Ja‟far Al Barzanji
yang dapat memperbaiki moral dan melatih intelektual.
12
3. Moral
Menurut Budiningsih (2004: 24), kata moral berasal dari
kata mores (Bahasa Latin) yang berarti tatacara dalam kehidupan atau
adat istiadat. Jadi moral yang di maksud pada judul ini yaitu tata cara
kehidupan atau adat istiadat yang terkandung di dalam kitab Al-
Barzanji.
4. Syekh Ja‟far Al-Barzanji
Syekh Ja‟far Al-Barzanji adalah nama pengarang kitab Al-
Barzanji.
5. Studi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1093), studi
adalah penelitian ilmiah, kajian, telaahan. Jadi yang di maksud studi
pada jdul ini adalah penelitian secara ilmiah, kajian atau telaahan
terkait kitab Al-Barzanji.
6. Analisis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 43), analisis
yaitu penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb)
untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab-musabab, duduk
perkaranya, dsb). Jadi yang di maksud analisis pada judul ini adalah
penyelidikan tentang isi kandungan kitab Al-Barzanji untuk di ketahui
pendidikan moral yang terkandung di dalamnya.
13
7. Al-Barzanji
Al-Barzanji disini adalah nama kitap yang di karang oleh
Syekh Ja‟far Al-Barzanji.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dan pemahaman serta dalam
menganalisis permasalahan yang akan dikaji, maka disusun sistematika
penulisan sebagai berikut :
Bab Pertama: Pendahuluan yang memuat : Latar belakang masalah,
Rumusan masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan penelitian, Metode
Penelitian, penegasan istilah, dan Sistematika Penulisan.
Bab Kedua: Biografi yang memuat: Biografi Pengarang, karya-
karyanya, isi kitab Al-Barzanji dan kitab Al-Barzanji di Indonesia.
Bab Ketiga: Deskripsi pemikiran yang memuat: nilai-nilai
pendidikan moral yang terdapat dalam Kitab Al-Barzanji.
Bab Keempat: Pembahasan yang memuat: Nilai-nilai pendidikan
moral yang terkandung dalam kitab karya Syekh Ja‟far Al-Barzanji,
nilai-nilai pendidikan moral bagi masyarakat umum.
Bab Kelima: Penutup yang memuat : Kesimpulan dan Saran.
14
BAB II
BIOGRAFI
A. Biografi Pengarang
Ja‟far ibn Hasan ibn Abd al-Karim ibn Muhammad (1690-1764). Ia
dilahirkan, dan menghabiskan seluruh usianya di Madinah. Sejumlah karya
yang sangat populer, dan di seluruh dunia Islam ditulisnya. Karya yang
sekarang dikenal sebagai “Al-Barzanji” adalah buku maulidnya yang
diberi judul al-Iqd al-Jawahir (Muthohar, 2011: 57). Nasabnya sampai
kepada Imam Ja‟far Sodiq bin muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin
bin Husain bin Ali „Alayhima min Allah Al-Salaam.
Imam Al Murodi dalam kitab “Salaku Al-Durar” menyifati Imam
Al-Barzanji bahwa beliau adalah “orang yang bermadzhab syafi‟i. Seorang
guru yang sangat memiliki keutamaan ilmu, ahli ibadah, dan ahli fatwa.
Beliau adalah salah satu pimpinan dalam madzhab syafi‟iyah dikota
Madinah dan beliau adalah satu dari orang hebat pada zaman tersebut.”
Imam Jafar bin Hasan Al-Barzanji dilahirkan di Madinah
munawarah pada tahun 1128 dari hijrahnya Rasulullah SAW. dan dia
hidub dilingkungan yang sangat bagus. Beliau menghafalkan Qur‟an
kepada Syekh Ismail Al-Yamani. dan kemudian beliau memperdalam
qira-at kepada Syekh Yusuf Asso‟idi. kemudian beliau melanjutkan untuk
mencari ilmu-ilmu akal (logika) dan ilmu-ilmu naqli (riwayah) kepada
beberapa guru yang merupakan ulama di Masjid Nabawi sehingga beliau
bisa menguasai dalam banyak ilmu bahkan dikatakan lebih mendalam
15
daripada guru-gurunya. Kemudian beliau memberikan pelajaran di Masjid
Nabawi dan pada saat itu umurnya baru tiga puluh satu tahun yaitu pada
tahun 1159 H. Beliau mengajarkan tentang hadis, tafsir, fiqih, ushul fiqih,
hukum, sejarah Rasulullah, nahwu saraf, mantiq, ilmu ma-ani, ilmu bayan,
ilmu badi‟, ilmu faraiq, ilmu tulis menulis, ilmu berhitung, filsafat, ilmu
hikmah ilmu sosial, teknologi atau pembangunan dan ilmu bahasa.
Beliau juga sangat meguasai dalam bidang percakapan. Kemudian
beliau menjadi seorang imam dan menjadi Khotib di Masjid Nabawi
setelah beliau mengajar disitu. beliau adalah orang yang sangat luas
pandangannya dalam berbagai macam ilmu. Beliau pandai dalam berdebat,
bermusyawarah, berpandangan, mengetahui banyak bahasa. dan
masyarakat mengetahui tentang keilmuannya, keutamaannya, kemudian
mereka berkumpul untuk belajar kepadanya yang mereka berasal dari
berbagai negara yang berbeda-beda. Dan beliau termasuk ulama yang
berfatwa dimadinah terhadab semua madzhab (Tsabit, 2013: 143-144).
Nama Al-Barzanji dibangsakan kepada nama penulisnya, yang juga
sebenarnya diambil dari tempat asal keturunannya yakni daerah Barzinj
(Kurdistan). Nama tersebut menjadi populer di dunia Islam pada tahun
1920-an ketika Syekh Mahmud Al-Barzanji memimpin pemberontakan
nasional kurdi terhadap Inggris yang pada waktu itu menguasai Irak. Kitab
Al-Barzanji ditulis dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaan kepada
Nabi Muhammad SAW dan agar umat Islam meneladani kepribadiannya,
sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur‟an surah al-Ahzab ayat 21:
16
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Ensiklopedi
Islam, 1994: 241).
Imam Sayid Ja‟far Al-Barzanji wafat pada tahun 1177 dan
umurnya adalah 49 tahun. Dan ada yang mengatakan pada umur 51 tahun.
Walaupun beliau wafat pada keadaan yang masih muda akan tetapi beliau
memiliki kewarakan yang sangat tinggi (Tsabit, 2013: 144-145).
Dari biografi Imam Sayid Ja‟far Al-Barzanji di atas, kita dapat
mengetahui bahwa nama Al-Barzanji sebenarnya diambil dari tempat asal
keturunannya yakni daerah Barzinj (Kurdistan). Selain itu kita juga dapat
melihat sosok beliau yang mulia nasabnya, memiliki keutamaan ilmu, ahli
ibadah, ahli fatwa, dan beliau merupakan sosok yang memiliki kewaraan
yang sangat tinggi walaupun beliau wafat dalam keadaan masih muda.
17
B. Karya-karya Ja’far Al-Barzanji
Imam Ja‟far Al-Barzanji mengarang beberapa kitab yang sangat
bermanfaat diantarannya adalah kitab risalah yang dinamakan “Jaaliyatu
Al-Karbi bi Ashaabi Sayyidi Al-„Ajmi wa Al-„Arabi” yang mana dalam
kitab tersebut ditulis didalamnya tentang nama-nama para ahli badar dan
para ahli perang uhud. Menurut Muhamad Kholid Tsabit dalam bukunya
Taarikhul Ihtifaal bi Maulidi an-Naby Shalallahu Alaihi Wasallam wa
Madhaahirihu fii Al-„Aalam (2013:144-145) Imam Ja‟far Al-Barzanji juga
mempunyai beberapa kitab diantaranya:
1. Mukhtasharu Al-Dhaw-a Al-Wahaaj fi Qishati Al-Israa-a wa Al-
Mi‟raaj
2. Al-Ghushnu Al-Wardii fi Akhbaari Al-Sayid Al-Mahdii
3. Al-Nafhu Al-Farji fi Al-Fathi Al-Jatatijii
4. Ithaafu Al-Baraayaa Li‟idati Al-Ghazawaat wa Al-Sarayaa
5. Idhaa-atu Al-Daraarii Li-irsyaadu Al-Saarii „ala Shahiihi Al-
Bukhaarii
6. Al-Rawdhu Al-Ma‟thaar fiimaa Lisayid Muhammad bin Rasuuli Al-
Barzanjii yang merupakan kitab terjemah.
18
Imam Al-Zarkali menambahkan bahwa diantara karangan imam
Ja‟far Al-Barzanji adalah sebagai berikut:
1. Al-Bar-u Al-„Aajil bi Ijaabati Al-Syaykhi Muhammad Ghaafli
2. Al-Janiyu Al-Daani fii Manaaqibi Al-Syaikhi „Abdi Al-Qaadiri Al-
Jaylaanii
3. Al-Tiqaathu Al-Zuhri min Nataa-ij Al-Rihalati wa Al-Safari
Menurut Muhamad Kholid Tsabit dalam bukunya Taarikhul
Ihtifaal bi Maulidi an-Naby Shalallahu Alaihi Wasallam wa Madhaahirihu
fii Al-„Aalam (2013: 145), karangan Imam Ja‟far Al-Barzanji yang paling
terkenal secara umum yaitu kitab maulid yang beliau tulis dengan nama
“Iqd Al-Jawahir fi Mawlidi Al-Nabii Al-Azhar” yaitu kitab maulid yang
dibaca oleh orang-orang muslim di berbagai penjuru dunia yang mana
sangat sulit mencari kitab yang tingkatannya menyamai kitab itu kecuali
kitab maulid Al-Habsyii.
C. Isi Kitab Ja’far Al-Barzanji
Karyanya ini adalah buku tentang maulid yang paling populer, dan
di banyak tempat telah menjadi bagian ritual baku tarekat Qadariyah.
Sebagaimana dinyatakan oleh Trimigham, maulid tidak benar-benar
diterima secara universal oleh praktik keagamaan populer, tetapi di
Indonesia, maulid Barzanji merupakan teks keagamaan yang dikenal
secara luas sampai sekarang. Teks ini hadir di Indonesia dengan banyak
edisi yang berbeda-beda. Bahkan beberapa ulama Indonesia sudah
19
menerbitkan komentar-komentar serta menerjemahkannya kedalam bahasa
Sunda, Jawa, Melayu maupun Indonesia (Muthohar, 2011: 57-58).
Kitab maulid Al-Barzanji merupakan potongan dari kitab besar
yang berjudul al-Iqd al-Jawahir karya Ja‟far ibn Hasan ibn Abd al-Karim
Al-Barzanji (1690-1764). Kitab ini sengaja disusun untuk menceritakan
peri kehidupan Nabi SAW. sebagai suri teladan bagi umat Islam. Ia terdiri
atas 19 bagian yang setiap bagiannya dibatasi dengan suatu jeda (fashilat).
Penulis mengawali kitab Al-Barzanji ini dengan ungkapan “...surga
dan segala kenikmatannya merupakan kebahgiaan bagi orang yang
bersalawat dan memohon kesejahteraan serta berkah atas Nabi...” hal ini
dimaksudkan untuk mendorong para pembaca agar selalu membaca
salawat dan salam kepada Nabi SAW. sebagai ungkapan cinta atasnya.
Seperti kitab-kitab agama pada umumnya, penulis juga menyampaikan
ungkapan puji syukur kepada Allah, salawat-salam kepada Nabi SAW.,
keluarga dan para sahabatnya, serta diakhiri dengan memohon pertolongan
kepada Allah.
Secara umum, kitab ini ditulis dengan bentuk prosa berirama, yang
setiap kalimatnya diakhiri ta‟ marbuthah yang didahului ya‟ berharakat
fathah. Penulisnya menggunakan gaya personifikasi pada beberapa sisi,
dan memakai tasybih (penyerupaan) pada beberapa sisi yang lain. Di
antara contohnya adalah tatkala dia memberi fashilah (jeda) pada setiap
fragmen dalam prosanya, dengan ungkapan „ath-thirillahumma qabrahul
karim # bi „arfin syadziyyin min shalatiw wa taslim (Ya Allah, wewangian
20
pada kubur Nabi SAW. yang mulia, dengan salawat dan salam sejahtera
yang mewangi [dia meminjam makna salawat salam dari kata wangi])
(Muthohar, 2011: 60-61).
Menurut Ahmad Anas (2003: 91-92), di sini Al-Barzanji tidak
banyak menuliskan kasidah. Hanya ada empat bait puisi pada paragraf
kedua tentang keindahan nasab Nabi dan keterpeliharaannya generasi-
generasi yang menurunkannya dari perzinahan. Kemudian enam baris
dituliskan untuk perincian kelahiran beliau pada paragraf keempat.
Secara garis besar paparan Al-Barzanji dapat diringkas sebagai
berikut:
1. Silsilah Nabi Muhammad SAW adalah: Muhammad bin
Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin
Qusay bin Kilab bin Murrah bin Ka‟ab bin Fihr bin Malik bin
Nadar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin
Mudar bin Nizar bin Ma‟ad bin Adnan.
2. Pada masa kanak-kanaknya banyak kelihatan hal luarbiasa pada
diri Muhammad SAW, misalnya: malaikat membelah dadanya
dan mengeluarkan segela kotoran yang terdapat di dalamnya.
3. Pada masa remajanya, ketika berumur 12 tahun, ia dibawa
pamannya berniaga ke Syam (Suriah). Dalam perjalanan
pulang, seorang pendeta melihat tanda-tanda kenabian pada
drinya.
21
4. Pada waktu berumur 25 tahun ia melangsungkan
pernikahannya dengan Khadijah binti Khuwailid.
5. Pada saat berumur 40 tahun ia diangkat menjadi rasul. Mulai
saat itu ia menyiarkan agama Islam sampai ia berumur 62 tahun
dalam dua periode yakni Mekah dan Madinah, dan ia
meninggal dunia di Madinah sewaktu berumur 62 tahun setelah
dakwahnya dianggap sempurna oleh Allah SWT (Ensiklopedi
Islam, 1994: 241).
D. Kitab Al-Barzanji di Indonesia
Dalam Ensiklopedi Islam (1994: 242) diterangkan bahwa kitab Al-
Barzanji yang merupakan teks sering dihafalkan dan oleh beberapa ulama
di Indonesia telah dikomentari dalam bahasa Jawa, Indonesia, dan Arab,
antara lain oleh:
1. Nawawi al-Bantani (1813-1897), Madarij as-Su‟ud ila iktisa‟
al-Burud (Jalan Naik untuk Dapat Memakai Kain yang Bagus),
komentar dalam bahasa Arab dan telah diterbitkan beberapa
kali.
2. Abu Ahmad Abdul-hamid al-Kandali/Kendal, Sabil al-Munji
(Jalan bagi Penyelamat), terjemahan dan komentar dalam
bahawa jawa, diterbitkan oleh Menara Kudus.
3. Ahmad Subki Masyhadi, Nur al-lail ad-daji wa miftah bab al-
Yasar (Cahaya di Malam Gelap dan Kunci Pintu Kemuliaan),
22
terjemahan/komentar dalam bahasa Jawa, diterbitkan Hasan al-
Attas Pekalongan.
4. Asrari Ahmad, Munyat al-Martaji fi Tarjamah Maulid Al-
Barzanji (Harapan bagi Pengharap dalam Riwayat Hidup Nabi
Tulisan Al-Barzanji), terjemahan/komentar dalam bahasa Jawa,
diterbitkan Menara Kudus.
5. Mundzir Nadzir, Al-Qoul al-Munji „ala Ma‟ani Al-Barzanji
(Ucapan yang Menyelamatkan dalam Makna-Makna Al-
Barzanji), terjemahan/komentar bahasa Jawa, diterbitkan Sa‟ad
bin Nashir bin Habhan, Surabaya
6. M. Mizan Asrani Muhammad, Badr ad-Daji fi Tarjamah
Maulid Al-Barzanji (Purnama Gelap Gulita dalam Sejarah Nabi
yang ditulis Al-Barzanji), terjemahan Indonesia, penerbit Karya
Utama Surabaya (Ensiklopedi Islam, 1994: 242).
Jika kita lihat dari banyaknya ulama di Indonesia yang
menghafalkan dan mengomentari dalam bahasa Jawa, Indonesia, dan
Arab. Maka sangat jelaslah bahwa kitab tersebut merupakan kitab yang
tidak diragukan lagi kemasyhurannya dan sering dibaca oleh masyarakat di
Indonesia.
23
BAB III
PENDIDIKAN MORAL MENURUT AL-BARZANJI
A. Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Moral
Menurut Risieri Frondizi dalam bukunya Pengantar Filsafat
Nilai (2001: 7) nilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri, setidak-
tidaknya di dunia ini; ia membutuhkan pengemban untuk berada. Oleh
karena itu, nilai nampak pada kita seolah-olah hanya merupakan
kualitas dari pengemban nilai ini: keindahan dari sebuah lukisan,
kebagusan dari sepotong pakaian, kegunaan dari sebuah peralatan.
Jadi yang dimaksud nilai pada judul ini adalah embanan dari
pendidikan moral yang terdapat pada kitab karya Syekh Ja‟far Al
Barzanji.
Sedangkan pendidikan menurut Suwarno (2006: 19), Dalam
bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti
memperbaiki moral dan melatih intelektual. Jadi pendidikan yang di
maksud pada judul ini adalah suatu hal yang terdapat dalam karya
Syekh Ja‟far Al Barzanji yang dapat memperbaiki moral dan melatih
intelektual.
Moral menurut Budiningsih (2004: 24), kata moral berasal
dari kata mores (Bahasa Latin) yang berarti tatacara dalam kehidupan
atau adat istiadat. Jadi moral yang di maksud pada judul ini yaitu tata
cara kehidupan atau adat istiadat yang terkandung di dalam kitab Al-
Barzanji.
24
Berdasarkan pendapat para tokoh di atas, dapat disimpulkan
bahwasannya nilai-nilai pendidikan moral disini adalah embanan dari
kitab karya Syekh Ja‟far Al Barzanji yang dapat memperbaiki moral
(tata cara kehidupan atau adat istiadat).
B. Nilai-Nilai Pendidikan Moral Yang Terdapat Dalam Kitab Al-
Barzanji
Adapun nilai-nilai pendidikan moral yang terdapat dalam
kitab Al-Barzanji adalah sebagai berikut:
1. Kanaah
Kanaah, artinya mencukupkan apa yang ada. Tidak merasa
gelisah bila terdapat kekurangan. Rela makan nasi dengan garam
asal halal. Tidak perlu berhutang, menggadai atau menjual barang
miliknya. Dengan pendapat sekecilpun, asal itu didapat dengan cara
halal, ia akan berlapang dada. Itulah gambaran seorang yang
bersikap Kanaah (Ibrahim, 1990: 114-115).
Adapun sikap kanaah yang tercermin pada diri Rasulullah
SAW dalam kitab Al-Barzanji adalah sebagai berikut:
ول تشك ف صباه جوعا وال عطشا قط ن فسو البية
.(majmu‟, t.t: 40)
Semasa kecilnya, Beliau SAW. tidak pernah mengeluh lapar
dan dahaga keada orang lain (Najieh, 2009: 56).
25
د أوت مفاتيح الزائن وي عصب علي بطنو الجر من الوع وق
(majmu‟, t.t: 55).الرضية
Untuk menanggulangi rasa lapar, maka beliau acap kali
membungkus batu dengan kain yang diikatkan pada
perutnya. Padahal, kunci perbendaharaan bumi berada di
tangannya (Najieh, 2009: 122).
(majmu‟, t.t: 55).وراودتو البال بأن تكون لو ذىبا فأباه
Dan gunung-gunung menawarkan diri untuk dijadikan
gunung mas untuk keperluannya, tetapi ditolaknya (Najieh,
2009: 122).
2. Pemalu
Malu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 706),
adalah merasa tidak enak hati. Adapun yang menjelaskan tentang
sifat pemalu Rasulullah SAW dalam kitab Al-Barzanji adalah
sebagai berikut:
(majmu‟, t.t: 55).وكان صلي اهلل عليو وسلم شديد الياء
Beliau SAW. adalah seorang yang sangat pemalu (Najieh,
2009: 120).
26
3. Tawaduk
Tawaduk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:
1150), adalah rendah hati. Adapun yang menjelaskan tentang sifat
tawaduk Rasulullah SAW dalam kitab Al-Barzanji adalah sebagai
berikut:
واضع ي رة الت ر ف خدمة أىلو بسي صف ن علو وي رقع ث وبو ويلب شاتو ويسي
(majmu‟, t.t: 55).سرية
tawaduk, mau memperbaiki terompahnya sendiri, dan mau
menambal pakaiannya sendiri, mau memerah kambingnya
dan mau membantu keperluan dalam rumah tangganya
(Najieh, 2009: 120).
ر والفرس والب غلة وحارا ب عض الملوك إليو أىداه وي ركب البعي
.(majmu‟, t.t: 54-55)
Mau berkendara unta, kuda, bighol, dan himar (keledai) dari
hadiah sebagian raja-raja (Najieh, 2009: 122).
ب الفقراء والمساكي ويلس معهم وي عود مرضاىم ويشيع جنائزىم وي
را أدق عو الفقر وأشواه (majmu‟, t.t: 54). وال يقر فقي
Beliau menyukai orang fakir dan miskin, dan suka duduk
bersama-sama mereka, mau meninjau orang yang sakit di
antara mereka, mau mengantar jenazah mereka, dan tidak
mau menghina orang fakir, betapapun miskin dan
melaratnya orang itu (Najieh, 2009: 120).
27
(majmu‟, t.t: 54). دية ويشي مع االرملة وذوي العب و
Dan mau berjalan dengan orang-orang yang lemah dan
para budak belian (Najieh, 2009: 121).
4. Mendamaikan Orang yang Bersengketa
Adapun riwayat yang menunjukkan Rasulullah SAW
mendamaikan orang yang bersengketa dalam kitab Al-Barzanji
adalah sebagai berikut:
عا إل مرت قاه ي ف وضع الجر ف ث وب ث أمر أن ت رف عو القبائل ج
.(majmu‟, t.t: 44)
Akhirnya beliau meletakkan Hajar Aswad pada kain,
kemudian mereka disuruh mengangkatnya bersama-sama
menuju ketempat asalnya (Najieh, 2009: 73).
5. Pemaaf
Maaf dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 693),
adalah pembebasan seseorang dari hukuman (tuntutan, denda, dsb)
karena suatu kesalahan sedangkan pemaaf adalah orang yang rela
memberi maaf.
Adapun sikap pemaaf Rasulullah SAW yang terdapat
dalam kitab Al-Barzanji adalah sebagai berikut:
ف قال إن أرجو أن يرج اهلل من أصلبم من ي ت واله
.(majmu‟, t.t: 48)
28
Maka jawabannya, “Saya mengharap agar Allah
mengeluarkan dari diri mereka itu generasi berikutnya
yang mau beriman dan menghambakan diri kepada Allah
Ta‟ala.” (Najieh, 2009: 91).
(majmu‟, t.t: 51). اه ي ا و ح ن م ف ان م اال وسألو
Maka Suraqah minta ampun dan keselamatan kepada Nabi
Muhammad SAW. lantas Beliau SAW. mengampuninya
(Najieh, 2009: 106).
(majmu‟, t.t: 54). بل أحدا با يكره وي قبل المعذرة والي قا
Beliau suka memberi maaf, dan tidak pernah membalas
orang dengan yang tidak disukai (Najieh, 2009: 121).
6. Tidak Gentar Menghadapi Para Raja
Adapun sifat yang menunjukan bahwa Rasulullah SAW
tidak pernah gentar menghadapi para raja dalam kitab Al-Barzanji
adalah sebagai berrikut:
(majmu‟, t.t: 54).وال ي هاب الملوك
Beliau tidak pernah merasa gentar menghadapi para raja.
(Najieh, 2009: 121).
29
7. Marah Karena Allah
Adapun sifat yang menunjukan bahwa Rasulullah SAW
marah karena Allah dalam kitab Al-Barzanji adalah sebagai
berrikut:
(majmu‟, t.t: 54).وي غضب للو ت عايل
Beliau marah karena Allah (Najieh, 2009: 121).
8. Berbicara Seperlunya
Adapun perilaku Rasulullah SAW yang menunjukkan
bahwa Rasulullah SAW hanya berbicara seperlunya saja adalah:
(majmu‟, t.t: 55). و غ الل ل ق ي م ل س و و ي ل ع ي اهلل ل ص ان ك و
Beliau tidak suka bicara, melainkan seperlunya saja
(Najieh, 2009: 123).
9. Mulai Memberi Salam
Adapun perilaku Rasulullah SAW yang menunjukkan
bahwa Rasulullah SAW suka memulai memberikan salam kepada
orang-orang yang dijumpainya adalah:
لم (majmu‟, t.t: 55). وي بدؤ من لقيو بالس
Dan beliau suka mulai memberi salam kepada orang yang
dijumpainya (Najieh, 2009: 123).
30
10. Berbicara Kebenaran
Adapun perilaku Rasulullah SAW yang menunjukkan
bahwa Rasulullah SAW hanya berbicara kebenaran adalah:
(majmu‟, t.t: 55).اق ح ال إ ل و ق ي ال و
Dan beliau tidak pernah berbicara melainkan yang benar-
benar saja (Najieh, 2009: 124).
11. Menghormati Orang Yang Utama
Adapun perilaku Rasulullah SAW yang menunjukkan
bahwa Rasulullah SAW menghormati orang yang utama adalah:
(majmu‟, t.t: 55).ويكرم اىل الفضل
Menghormati orang yang utama (Najieh, 2009: 124).
Demikian nilai-nilai pendidikan moral yang dapat penulis ambil
dalam kitab Al-Barzanji.
31
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Nilai-nilai Pendidikan Moral Yang Terkandung Dalam Kitab Karya
Syekh Ja’far Al-Barzanji
Adapun nilai-nilai pendidikan moral yang terkandung dalam kitab
karya Syekh Ja‟far Al-Barzanji yang dapat penulis ambil adalah sebagai
berikut:
1. Kanaah
Kanaah, artinya mencukupkan apa yang ada. Tidak merasa
gelisah bila terdapat kekurangan. Rela makan nasi dengan garam asal
halal. Tidak perlu berhutang, menggadai atau menjual barang
miliknya. Dengan pendapat sekecilpun, asal itu didapat dengan cara
halal, ia akan berlapang dada. Itulah gambaran seorang yang bersikap
Kanaah (Ibrahim, 1990: 114-115).
Adapun sikap kanaah yang tercermin pada diri Rasulullah SAW
dalam kitab Al-Barzanji adalah sebagai berikut:
(majmu‟, t.t: 40).شك ف صباه جوعا وال عطشا قط ن فسو البية ي ول
Semasa kecilnya, Beliau SAW. tidak pernah mengeluh lapar
dan dahaga kepada orang lain (Najieh, 2009: 56).
د أوت مفاتيح الزائن وي عصب علي بطنو الجر من الوع وق
(majmu‟, t.t: 55).الرضية
32
Untuk menanggulangi rasa lapar, maka beliau acap kali
membungkus batu dengan kain yang diikatkan pada perutnya.
Padahal, kunci perbendaharaan bumi berada di tangannya
(Najieh, 2009: 122).
(majmu‟, t.t: 55).وراودتو البال بأن تكون لو ذىبا فأباه
Dan gunung-gunung menawarkan diri untuk dijadikan gunung
mas untuk keperluannya, tetapi ditolaknya (Najieh, 2009: 122).
Nilai pendidikan moral yang patut dicontoh oleh kita sebagai
umat beliau SAW. Dalam keadaan apapun sifat kanaah harus selalu
mengiringi setiap aktifitas keseharian kita. Seperti disebutkan dalam
kitab Al-Barzanji bahwa Rasulullah SAW adalah pribadi yang tidak
suka mengeluh, tidak suka bermewah-mewahan, menerima apa adanya
dan mensyukuri apa yang sudah diberikan oleh Allah kepada beliau.
Kita ketahui bersama, bahwasannya sifat kanaah Rasulullah
bukanlah karena beliau orang yang tidak berpunya atau orang yang
tidak mempunyai daya apa-apa. akan tetapi sifat kanaah beliau
memang benar-benar beliaulah yang memilih untuk menjalani
kehidupan seperti itu. Seperti tersebutkan oleh Najieh (2009: 122) di
atas dalam riwayatnya suatu ketika gunung-gunung menawarkan diri
untuk dijadikan gunung mas untuk keperluannya, tetapi ditolaknya.
Ahmad Abdul Hamid (1955: 80-81) dalam kitabnya Sabil Al-Munji
juga menyebutkan bahwa pernah malaikat Jibril berkata kepada Nabi
SAW: apakah kamu mau kiri kanan gunung sekeliling Makkah menjadi
emas? Nabi SAW menjawab tidak mau. Sebagaimana disebutkan
33
dalam kitab Sabil Al-Munji, bahwa sebenarnya yang menawarkan
untuk mengubah gunung untuk menjadi emas bukanlah gunung itu
sendiri melainkan malaikat jibril yang menawarkannya kepada
Rasulullah SAW kemudian Rasul SAW menolaknya karena sifat
kanaahnya. Sifat inilah yang harus kita teladani sebagai umat beliau
SAW.
Akan tetapi jika kita lihat hari ini, banyak sekali orang yang
melupakan teladan Rasul yang satu ini. dimana-mana orang lebih suka
memburu kekayaan materiil, padahal orang yang mempunyai sikap
kanaah itu sebenarnya yang orang kaya, karena kebutuhannya dapat
terkendali dan tidak perlu menadahkan tangan kepada orang lain. Kaya
secara batiniah itulah sebenarnya yang bisa disebut orang kaya. Sabda
Nabi SAW:
فس. )رواه البخاري ومسلم(ليس الغن عن كث رة الع رض ولكن الغن غن الن
Tidak dikatakan kaya orang yang kaya dengan harta benda,
tapi orang yang kaya ialah orang kaya jiwanya. (H.R. Bukhori
Muslim) (Ibrahim, 1990: 115).
Sebagai umat Beliau SAW, kita dianjurkan untuk meneladani
sifat kanaah tersebut agar kita tidak terburu oleh dunia. Dengan pola
kehidupan seperti itu, sebenarnya kita diajarkan oleh Rasulullah untuk
menjadi orang yang selalu bersyukur, merasa cukup atas apa yang telah
diberikanNya kepada kita, dan jika Allah menghendaki kita akan
menjadi orang yang kaya jiwanya seperti hadis di atas.
34
2. Pemalu
Malu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 706),
adalah merasa tidak enak hati. Adapun yang menjelaskan tentang sifat
pemalu Rasulullah SAW dalam kitab Al-Barzanji adalah sebagai
berikut:
(majmu‟, t.t: 55).وكان صلي اهلل عليو وسلم شديد الياء
Beliau SAW. adalah seorang yang sangat pemalu (Najieh,
2009: 120).
Menurut Ahmad Abdul Hamid (1955: 79) Nabi kita SAW
adalah orang yang sangat pemalu, mengalahkan wanita kecil yang
masih perawan. Hal tersebut sesuai dengan hadis Bukhari-Muslim
berikut:
أشد حياء من العذراء ف حذرىا ، فإذا رأى شيئا يكرىو عرف ناه ف وجهو
)متفق عليو(
Rasulullah lebih pemalu dari gadis pinyitan. Bila ada sesuatu
hal yang dapat membuat beliau malu, bisa diketahui dari air
muka beliau (Ibrahim, 1990: 109-110).
Rasulullah SAW merupakan orang yang sangat pemalu, bahkan
Rasulullah SAW lebih pemalu apabila dibandingkan dengan gadis
pinyitan. Tanda bahwa Rasulullah SAW sedang merasakan malu dapat
dilihat melalui keringat beliau. Malu merupakan nilai pendidikan moral
35
yang sangat mulia dan erat sekali kaitannya dengan iman. Sebagaimana
hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra berikut:
يان. اليان بضع وست ون شعبة والياء شعبة من ال
“Iman itu lebih dari enam puluh cabang dan malu adalah
cabang keimanan.” (At-Tuwaijiri, 2016: 384-385).
Orang yang mempunyai perasaan malu, tidak akan pernah
meninggalkan semua kewajibannya, baik kewajibannya kepada Allah,
kepada sesamanya, maupun kepada dirinya sendiri. Seorang muslim
yang baik hendaklah ia punya perasaan malu. Orang yang tak punya
malu akan jatuhlah martabatnya di hadapan Allah dan di mata orang
banyak. Sebaliknya, orang yang malu kepada Allah, malu kepada
manusia, dan malu kepada dirinya, kelak dia akan berbahagi di dunia
dan di akhiratnya.
Sabda Nabi SAW.:
استحيوا من اهلل ت عال حق الياء من استحيامن اللو حق الياءف لي فظ
الرأس وما وعى واليحفظ البطن وما حوى، وليذكر الموت والبل، ومن
ن ي ا، فمن ف عل ذلك ف قد استحيا من اهلل أراد اآلخرة ت رك زي نة الياة الد
حق الياء. )رواه احدوالرتمزى والاكم والبيهقى(
36
Malulah kalian kepada Allah SWT dengan sebenar-
benarnya malu. Barang siapa malu terhadap Allah,
hendaklah ia menjaga kepala dan isinya, hendaklah menjaga
perut dan isinya, dan hendaklah mengingat mati dan
kebusukan badan. Barang siapa menginginkan akhirat
hendaklah ia meninggalkan hiasan hidup dunia. Barang
siapa berbuat begitu, maka benar-benar ia telah malu
terhadap Allah dengan sebenar-benarnya malu. (H.S.R.
Ahmad, Turmudzi, Hakim, dan Baihaqi) (Ibrahim, 1990:
109-110).
Selain melaksanakan semua kewajibannya, seorang muslim
yang baik dan mempunyai perasaan malu, ia juga harus
meninggalkan semua perbuatan yang dilarang oleh Allah. Termasuk
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang hina, rendah, kurang
bagus, dan kurang sopan apabila dilakukan oleh manusia.
3. Tawaduk
Tawaduk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:
1150), adalah rendah hati. Adapun yang menjelaskan tentang sifat
tawaduk Rasulullah SAW dalam kitab Al-Barzanji adalah sebagai
berikut:
رة ر ف خدمة أىلو بسي واضع يصف ن علو وي رقع ث وبو ويلب شاتو ويسي الت
(majmu‟, t.t: 55).سرية
tawaduk, mau memperbaiki terompahnya sendiri, dan mau
menambal pakaiannya sendiri, mau memerah kambingnya
dan mau membantu keperluan dalam rumah tangganya
(Najieh, 2009: 120).
37
ر والفرس والب غلة وحارا ب عض الملوك إليو أىداه وي ركب البعي
.(majmu‟, t.t: 54-55)
Mau berkendara unta, kuda, bighol, dan himar (keledai) dari
hadiah sebagian raja-raja (Najieh, 2009: 122).
ب الفقراء والمساكي ويلس معهم وي عود مرضاىم ويشيع جنائزىم وي
را أدق عو الفقر وأشواه (majmu‟, t.t: 54). وال يقر فقي
Beliau menyukai orang fakir dan miskin, dan suka duduk
bersama-sama mereka, mau meninjau orang yang sakit di
antara mereka, mau mengantar jenazah mereka, dan tidak
mau menghina orang fakir, betapapun miskin dan
melaratnya orang itu (Najieh, 2009: 120).
(majmu‟, t.t: 54). وذوي العب ودية ويشي مع االرملة
Dan mau berjalan dengan orang-orang yang lemah dan
para budak belian (Najieh, 2009: 121).
Rasulullah SAW adalah orang yang sangat tawaduk. Sifat
tawaduk Beliau SAW, dapat dilihat ketika Rasulullah SAW mau
memperbaiki terompahnya sendiri, dan mau menambal pakaiannya
sendiri, mau memerah kambingnya dan mau membantu keperluan
dalam rumah tangganya. Dalam riwayat lain Rasulullah SAW juga
mau berkendara unta, kuda, bighol, dan himar (keledai) dari hadiah
sebagian raja-raja.
38
Dalam pergaulan beliau SAW mau berjalan bersama, duduk
bersama, menjenguk orang sakit, dan mau mengantarkan jenazah
orang fakir miskin betapapun miskin dan melaratnya orang itu
seperti dalam kitab Al-Barzanji di atas. Akan tetapi hal tersebut
sudah sangat jarang sekali kita temukan pada diri pemimpin-
pemimpin kita diera modern seperti sekarang ini. Entah karena
zamannya yang memang sudah berbeda atau entah karena alasan
lain, akan tetapi sebagai umat Beliau SAW seharusnya pemimpin-
pemimpin kita harus bisa meneladani sifat tawaduk Rasulullah SAW
agar para pemimpin kita masuk dalam golongan orang yang
dimuliakan Allah SWT sebagaimana dalam hadis berikut:
. )رواه مسلم(اهلل و ع ف ال ر إ لو ل د ح أ ع اض و ا ت م و
Orang yang tawaduk (rendah hati) akan menjadi mulia
karena Allah akan memuliakannya. (R. Muslim)
Firman Allah:
...
(36 )الفرقان
dan hamba-hamba Allah yang baik dari Allah yang Maha
Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di bumi
dengan rendah hati (tawaduk). (Surat Al-Furqan ayat 63).
39
Orang yang tawaduk juga tidak marah bila dikritik dan
menghormati orang-orang yang kurang ilmu. Mau menerima
kebenaran dari siapa saja. Membelanjakan harta untuk urusan taat.
Semua manusia dianggapnya sama, kecuali dalam hal ketakwaannya
kepada Allah (Ibrahim, 1990: 108-109).
Sebagai umat Beliau SAW, kita dianjurkan untuk
meneladani sifat tawaduk beliau dalam hal keimanan kepada Allah,
kebaikan sesama manusia dan alam sekitar. Agar tercipta situasi
sosial yang religius, harmonis, dan beradab. Tidak akan ada lagi
kasta yang membedakan derajat manusia karena hakekatnya semua
manusia baik itu pemimpin, rakyat jelata, kaya, ataupun miskin
semua itu sama dihadapan Allah SWT kecuali ketakwaanya.
4. Mendamaikan Orang yang Bersengketa
Adapun riwayat yang menunjukkan Rasulullah SAW
mendamaikan orang yang bersengketa dalam kitab Al-Barzanji
adalah sebagai berikut:
عا إل مرت قاه ي ف وضع الجر ف ث وب ث أمر أن ت رف عو القبائل ج
.(majmu‟, t.t: 44)
Akhirnya beliau meletakkan Hajar Aswad pada kain,
kemudian mereka disuruh mengangkatnya bersama-sama
menuju ketempat asalnya (Najieh, 2009: 73).
Peristiwa tersebut terjadi ketika Beliau SAW berusia tiga
puluh lima tahun, ketika itu kaum Quraisy hendak membangun
40
kakbah yang rusak karena banjir yang berasal dari lembah Abthoh.
Disitu terjadi persengketaan dalam hal meletakkan Hajar Aswad
dikarenakan setiap golongan merasa berhak untuk mengangkat dan
meletakkan kembali Hajar Aswad tersebut pada tempatnya.
Dikarenakan fanatisme suku yang semakin menguat,
pertengkaranpun semakin menjadi dan hampir saja terjadi
peperangan antara golongan tersebut.
Kemudian mereka mencari jalan keluar dengan kesepakatan
siapa saja yang pertamakali memasuki pintu tirai juru kunci kakbah
itulah orang yang berhak menjadi hakim dalam persoalan tersebut.
Ternyata Rasulullah SAW yang pertama kali memasukinya.
Kemudian mereka bersepakat untuk menyerahkan persoalan
tersebut kepada Rasulullah SAW. Kemudian untuk mendamaikan
semua golongan agar tidak ada pihak yang merasa diuntungkan
ataupun dirugikan maka Rasulullah SAW meletakkan Hajar Aswad
tersebut pada kain, kemudian mereka disuruh mengangkatnya
secara bersamaan menuju ke sudut kakbah dan diletakkan kembali
oleh Rasulullah ditempat semula sampai sekarang.
Nilai pendidikan moral yang sangat luarbiasa dicontohkan
oleh Rasulullah SAW. Dalam mendamaikan persengketaan, jangan
sampai ada salah satu pihak atau golongan yang merasa dirugikan
atau diuntungkan agar terjadi kemaslahatan bersama. Sebagaimana
yang dicontohkan Rasulullah SAW tersebut, apa bila ada
41
persengketaan ataupun permusuhan antara dua orang muslim,
hendaklah muslim pihak ketiga berupaya mendamaikannya,
sehingga mereka kembali bersaudara dengan rukun dan damai.
Firman Allah:
... الجرات(
01)
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. karena
itu damaikanlah antara kedua saudara (yang bersengketa).
(surat Al-Hujurat ayat 10) (Ibrahim, 1990: 126).
Mendamaikan orang yang bersengketa merupakan sedekah
yang paling utama. Karena efeknya akan menimbulkan banyak
sekali kebaikan dan kemaslahatan bagi umat manusia. Sabda Nabi
SAW:
أفضل الصدق ة إص لح ذات الب ي ن. )رواه الطربىن(
Seutama-utama sedekah ialah mendamaikan orang yang
bersengketa. (H.R. Thabrani) (Ibrahim, 1990: 127).
Sebagai umat Beliau SAW kita dituntut untuk peka ketika
ada persengketaan yang harus segera diselesaikan. Dalam
penyelesaian persengketaan, kita dituntut sebisa mungkin jangan
sampai ada salah satu pihak atau golongan yang merasa dirugikan
atau diuntungkan agar terjadi kemaslahatan bersama. Sebagai orang
yang menyelesaikan persengketaan kita akan mendapatkan pahala
selayaknya pahala sedekah. Karena mendamaikan orang yang
42
bersengketa merupakan sedekah yang paling utama seperti hadis
tersebut di atas.
5. Pemaaf
Adapun sikap pemaaf Rasulullah SAW yang terdapat
dalam kitab Al-Barzanji adalah sebagai berikut:
ف قال إن أرجو أن يرج اهلل من أصلبم من ي ت واله
.(majmu‟, t.t: 48)
Maka jawabannya, “Saya mengharap agar Allah
mengeluarkan dari diri mereka itu generasi berikutnya
yang mau beriman dan menghambakan diri kepada Allah
Ta‟ala.” (Najieh, 2009: 91).
(majmu‟, t.t: 51). وسألو االمان فمنحو اياه
Maka Suraqah minta ampun dan keselamatan kepada Nabi
Muhammad SAW. lantas Beliau SAW. mengampuninya
(Najieh, 2009: 106).
(majmu‟, t.t: 54). الي قابل أحدا با يكره وي قبل المعذرة و
Beliau suka memberi maaf, dan tidak pernah membalas
orang dengan yang tidak disukai (Najieh, 2009: 121).
Sifat pemaaf Rasulullah SAW dalam kitab Albarzanji yang
pertama disebut diatas terjadi ketika Rasulullah SAW pergi ke
Thaif untuk menyerukan Islam kepada kaum Bani Tsaqif. Akan
tetapi sambutan mereka tidak menyenangkan bahkan mereka
ramai-ramai mengusir Beliau SAW dengan segala ucapan-ucapan
43
yang kotor lagi keji. Mereka melontari batu kepada Beliau SAW
sehingga kasutnya berlumuran darah. Lalu malaikat penjaga
gunung memohon kepada Beliau SAW untuk menghancurkan
mereka. Namun Rasulullah SAW menjawab: Saya mengharap agar
Allah mengeluarkan dari diri mereka itu generasi berikutnya yang
mau beriman dan menghambakan diri kepada Allah Ta‟ala.
Selanjutnya dalam riwayat kedua diatas disebutkan ketika
Rasulullah hendak berhijrah ke Madinah dan di tengah jalan
dihadang oleh Suraqah. Kemudian Rasulullah SAW berdoa untuk
keselamatannya. Tiba-tiba, keempat kaki kendaraan Suraqah
terbenam kedalam bumi yang keras. Maka Suraqah minta ampun
dan keselamatan kepada Nabi Muhammad SAW. lantas Beliau
SAW mengampuninya.
Sungguh nilai pendidikan moral yang sangat mulia
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Walaupun Beliau disakiti,
dihina, dan dibenci Beliau tetap memaafkan mereka bahkan
mendoakan mereka. Karena baik memberi maaf ataupun meminta
maaf, keduanya merupakan budi pekerti yang sangat mulia. Dan
bagi orang yang mau memberi maaf ataupun meminta maaf Allah
akan menambah kemuliaan kepadanya. Seperti dalam hadis riwayat
Muslim berikut:
رواه مسلم(ما زاد اهلل عبدآ بعفو إال عزا. )
44
Tidaklah seseorang memaafkan melainkan Allah tambah
kemuliaannya. (H.R. Muslim) (Ibrahim, 1990: 111).
Dalam Al-Qur‟an juga diterangkan bahwasannya Allah
maha penganpun dan maha penyayang seperti firman Allah Ta‟ala
berikut:
“dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada.
Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-
Nur: 22) (At-Tuwaijiri, 2016: 383).
Dalam memaafkan seseorang juga harus dilakukan dengan
cara yang baik pula, agar tidak ada lagi yang merasa disakiti.
Sebagaimana firman Allah Ta‟ala berikut:
“Dan Sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang,
Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.” (QS.
Al-Hijr: 85)
45
Dalam firmanNya yang lain:
“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun:
14) (At-Tuwaijiri, 2016: 384).
Sebagai umatnya kita juga harus bisa meneladani sifat
pemaaf beliau. Dengan saling memaafkan kita akan hidup dengan
tenang, damai, dan harmonis dengan tidak pernah merasa berdosa
atau merasa benci kepada orang lain. Karena dengan sifat tersebut
Allah akan menambah kemuliaan kita seperti dalam hadis di atas.
Selain itu dalam firman Allah di atas juga diterangkan
bahwasannya Allah maha pengampun lagi maha penyayang, maka
betapa angkuhnya kita ketika kita tidak mau memaafkan kesalahan
orang lain dan tidak mau menyayangi orang lain.
6. Tidak Gentar Menghadapi Para Raja
Adapun sifat yang menunjukan bahwa Rasulullah SAW
tidak pernah gentar menghadapi para raja dalam kitab Al-Barzanji
adalah sebagai berrikut:
(majmu‟, t.t: 54).وال ي هاب الملوك
Beliau tidak pernah merasa gentar menghadapi para raja.
(Najieh, 2009: 121).
46
Nilai pendidikan moral yang patut kita tiru bahwasannya
tidak ada yang perlu kita takutkan untuk menghadapi siapa saja
walaupun dia adalah raja sekalipun. Karena sesungguhnya semua
orang itu sama dihadapan Allah. Maka dari itu takutlahh hanya
kepada Allah, seperti dalam firman Allah berikut:
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang
menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-
orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu
benar-benar orang yang beriman. (QS. Ali Imran: 175)
(At-Tuwaijiri, 2016: 381).
Bagi orang tidak takut kepada apapun dan siapapun kecuali
hanya kepada Allah, maka balasan baginya adalah surga seperti
firman Allah berikut:
“Dan bagi orang yang takut saat menghadap Rabbnya ada
dua syurga.” (QS. Ar-Rahman: 46) (At-Tuwaijiri, 2016:
381).
Dengan meneladani nilai pendidikan moral tersebut mudah-
mudahan kita akan mendapatkan balasan Surga dan dapat
digolongkan sebagai umat beliau SAW.
47
7. Marah Karena Allah
Adapun sifat yang menunjukan bahwa Rasulullah SAW
marah karena Allah dalam kitab Al-Barzanji adalah sebagai
berrikut:
(majmu‟, t.t: 54).وي غضب للو ت عايل
Beliau marah karena Allah (Najieh, 2009: 121).
Hal tersebut sesuai dengan hadis Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Abu Daud berikut.
.ل اأفضل العمال: الب ف اهلل والب غض ف اهلل ت ع
Seutama-utam amal ialah cinta karena Allah dan benci
karena Allah Taala. (H.R. Abu Daud) (Ibrahim, 1990: 138).
Jika kita cermati hadis di atas maka jelaslah bagi kita umat
Rasulullah SAW untuk meneladani sifat beliau ketika kita marah
karena suatu hal, batasannya tiadalain haruslah karena Allah SWT
semata. Apabila bukan karena Allah SWT, maka tiada alasan untuk
kita marah untuk hal tersebut.
48
8. Berbicara Seperlunya
Adapun perilaku Rasulullah SAW yang menunjukkan
bahwa Rasulullah SAW hanya berbicara seperlunya saja adalah:
(majmu‟, t.t: 55).وكان صلي اهلل عليو وسلم يقل اللغو
Beliau tidak suka bicara, melainkan seperlunya saja
(Najieh, 2009: 123).
Di sekitar kita tentu banyak sekali kita temui orang yang
sangat suka sekali berbicara dan bahkan apa yang dibicarakannya
tersebut terkadang tidak mengandung substansi yang mengandung
kemanfaatan, bahkan cenderung lebih banyak menggunjing dan
menghantarkan kepada kemaksiatan bagi dirinya sendiri dan orang
yang mendengarkannya. Hal tersebut jelas tidak sesuai dengan sifat
Rasulullah SAW dalam kitab Al-Barzanji di atas. Rasulullah adalah
pribadi yang selalu menjaga lisannya. Beliau tidak suka bicara
apabila tidak ada keperluan padanya. Berkata baik atau berbicara
ketika ada perlunya merupakan salah satu dari ciri orang yang
beriman kepada Allah dan hari akhir. Sebagaimana hadis
Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra berikut:
را أو ليصمت. من كان ي ؤمن باهلل والي وم اآلخر ف لي قل خي
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka
hendaklah berkata baik atau diam.” (At-Tuwaijiri, 2016:
385).
49
Sebagai umat Beliau SAW dan sebagai orang yang beriman
kepada Allah dan hari kiamat kita dianjurkan untuk selalu menjaga
lisan kita dari perkataan yang tiada kemanfaatan. Jangan sampai
kata-kata yang kita lontarkan menyakiti hati orang lain.
Sebagaimana disebutkan dalam peribahasa bahwasannya “mulutmu
adalah harimaumu”. Kita dapat menilai betapa besar efek yang
ditimbulkan hanya dengan kata-kata. Maka dari itu apabila kita
tidak mampu untuk berkata baik lebih baik kita diam seperti
disebutkan dalam hadis di atas.
9. Mulai Memberi Salam
Adapun perilaku Rasulullah SAW yang menunjukkan
bahwa Rasulullah SAW suka memolai memberikan salam kepada
yang dijumpainya adalah:
لم (majmu‟, t.t: 55). وي بدؤ من لقيو بالس
Dan beliau suka mulai memberi salam kepada orang yang
dijumpainya (Najieh, 2009: 123).
Nilai pendidikan moral tersebut sesuai dengan hadis dari
Abu Ummah ra, Ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda,
لم. إن أول الناس باهلل من بدأىم بالس
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah
adalah orang yang mengucapkan salam terlebih dahulu.”
(At-Tuwaijiri, 2016: 429).
50
Sebagai umat beliau SAW kita harus senantiasa
meneladani nilai pendidikan moral Rasulullah SAW tersebut agar
kita termasuk golongan orang yang paling mulia disisi Allah.
Betapa indah kehidupan ini bila semua orang berlomba-lomba
untuk memberi salam duluan, niscaya akan tercipta suasana yang
harmonis hingga baldatun toyibatun warabbun ghafur akan
tercipta di negri kita tercinta ini.
10. Berbicara Kebenaran
Adapun perilaku Rasulullah SAW yang menunjukkan
bahwa Rasulullah SAW hanya berbicara kebenaran adalah:
ا (majmu‟, t.t: 55).والي قول إال حق
Dan beliau tidak pernah berbicara melainkan yang benar-
benar saja (Najieh, 2009: 124).
Jujur, sama artinya dengan benar, dan ini adalah salah satu
dari sifat Rasulullah SAW yang sudah masyhur. Jadi orang yang
jujur atau benar, ialah orang yang pemikirannya bertolak dan
berlandaskan kebenaran itu sendiri, sehingga tidak ada lagi
perilakunya yang bertentangan dengan kebenaran itu. Salah satu
sifat yang akan bisa meraih kemenangan di surga, adalah jujur atau
benar. Dan sebaliknya bila curang berarti meraih kerugian, di
neraka. Bersabda Nabi SAW. kepada Ali Karamallahu Wajhah:
51
فعك ف االجل و ال تكذب يا على اصدق وان ضرك ف العاجل فانو ي ن
و ان ن فعك ف العاجل فانو يضرك ف االجل.
Hai, Ali! Jujurlah, walaupun kejujuran itu mencelakakan
kamu di dunia, karena bahwasannya kejujuran itu
bermanfaat bagimu di akhirat. Dan jangan kamu berdusta,
walaupun berdusta itu bermanfaat untukmu di dunia.
Karena sesungguhnya kedustaan kamu itu akan
mencelakakan kamu di akhirat (Ibrahim, 1990: 121-122).
Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas‟ud
ra dijelaskan bahwa kita di anjurkan untuk selalu berkata jujur.
karena kejujuran akan memberikan petunjuk kepada kebaikan.
Sedangkan kebaikan akan memberikan petunjuk kepada surga.
Sehingga orang yang senantiasa berkata jujur dan berusaha jujur
oleh Allah akan dituliskan sebagai orang yang sangat jujur. Begitu
pula sebaliknya kita dianjurkan untuk menjauhi perkataan dusta.
Karena kedustaan akan mengantarkan kepada kejelekan.
Sedangkan kejelekan akan mengantarkan kita kepada neraka.
Sehingga kepada orang yang selalu berkata dusta dan bersungguh-
sungguh dalam kedustaannya oleh Allah akan dituliskan sebagai
sang pendusta.
دق ي هدي إل الرب، وإن الرب ي هدي إل دق، فإن الص عليكم بالص
دق حت يكتب عند اللو النة، وما ي زال الرجل يصدق وي تحرى الص
52
يقا، وإياكم والكذب، فإن الكذب ي هد ي إل الفجور، وإن الفجور صد
ي هدي إل النار، وما ي زال الرجل يكذب، وي تحرى الكذب حت يكتب
ابا .عند اللو كذ
“Hendaklah kalian berkata jujur, sesungguhnya kejujuran
akan memberi petunjuk kepada kebaikan sedangkan
kebaikan akan memberi petunjuk kepada surga. Dan
seseorang senantiasa berkata jujur dan berusaha untuk
jujur sehingga Allah menuliskan disisi-Nya sebagai orang
yang sangat jujur. Jauhilah oleh kalian perbuatan dusta
karena kedustaan akan mengantarkan pada kejelekan
sedangkan kejelekan mengantarkan kepada neraka, dan
seseorang senantiasa berkata dusta dan bersungguh-
sungguh dalam kedustaannya sehingga Allah menuliskan di
sisinya sebagai sang pendusta.” (At-Tuwaijiri, 2016: 378-
379).
Kejujuran dewasa ini menjadi suatu hal yang sangat luar
biasa dikarenakan memang sudah jarang sekali kita temui orang
jujur di negeri kita tercinta ini. Hal tersebut dapat kita lihat melalui
berbagai macam kampanye secara nasional yang mengatakan
“Berani Jujur Hebat”. Kampanye tersebut sudah dengan jelas
menunjukah bahwa bangsa ini memang sudah krisis orang-orang
yang jujur. Maka dari itu sebagai umat beliau SAW kita tidak boleh
kehilangan jati diri kita sebagai umat Islam yang selalu
mengajarkan kejujuran dalam kesehariannya.
53
11. Menghormati Orang Yang Utama
Adapun perilaku Rasulullah SAW yang menunjukkan
bahwa Rasulullah SAW menghormati orang yang utama adalah:
(majmu‟, t.t: 55).ويكرم اىل الفضل
Menghormati orang yang utama (Najieh, 2009: 124).
Menurut Ahmad Abdul Hamid (1955: 81) yang di maksud
menghormati orang yang utama seperti disebutkan di atas adalah
memuliakan orang yang luhur budi pekertinya. Sifat Rasulullah
tersebut dapat kita lihat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Daud berikut.
وسى رضي اهلل عنو قال : قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وعن أب م
إن من إجلل اهلل ت عال إكرام ذي الشيبة المسلم ، وحامل : وسلم
لطا ن القرآن غي الغايل فيو, والاف عنو ، وإكرام ذى الس
المقسط,حديث حسن رواه اب وداود.
Dari Abu Musa ra. Berkata, Rasulullah SAW. bersabda:
“Sesungguhnya diantara mengagungkan Allah Ta‟ala yaitu
memuliakan orang Islam yang tua, orang yang pandai
masalah Al-Qur‟an yang tidak merasa sombong dan tidak
mengabaikannya, serta memuliakan penguasa yang adil”.
(Riwayat Abu Daud) (An-Nawawy, 2004: 199).
54
Pada hadis di atas disebutkan bahwa salah satu diantara
mengagungkan Allah SWT yaitu dengan memuliakan orang-orang
mulia (orang Islam yang sudah tua, orang yang pandai masalah Al-
qur‟an yang tidak merasa sombong dan tidak mengabaikannya, dan
penguasa yang adil) yang jelas mereka adalah orang yang luhur
budi pekertinya. Bagi mereka yang mau memuliakan orang-orang
tersebut sesungguhnya dia juga mengagungkan Allah Swt. maka
sebagai umat beliau SAW kita harus senantiasa memulyakan
mereka yang luhur budi pekertinya sehingga kita juga akan
medapatkan pahala mengagungkan Allah.
55
B. Nilai-nilai Pendidikan Moral Bagi Masyarakat Umum Dalam Kitab
Al-Barzanji
Rasulullah SAW merupakan sebaik-baik suri teladan, maka sudah
seharusnya bagi kita sebagai umatnya untuk meneladani sifat Rasulullah
SAW dan mengajarkan kepada anak-anak kita melalui nilai-nilai
pendidikan moral yang terkandung dalam kitab Al-Barzanji tersebut.
Adapun nilai-nilai pendidikan moral yang terdapat dalam kitab Al-
Barzanji yang harus diteladani oleh kita sebagai umat Beliau SAW adalah
sebagai berikut:
1. Kanaah
Sebagaimana dijelaskan oleh Ibrahim (1990: 114-115) bahwa
kanaah, artinya mencukupkan apa yang ada. Tidak merasa gelisah bila
terdapat kekurangan. Rela makan nasi dengan garam asal halal. Tidak
perlu berhutang, menggadai atau menjual barang miliknya. Maka dari
itu sebagai umat Beliau SAW kita harus meneladani pendidikan moral
dalam kitab Al-Barzanji (Kanaah), memberikan pemahaman kepada
lingkungan sekitar kita berkaitan dengan kanaah, dan mengajarkannya
kepada anak-anak kita agar menjadi pribadi yang senantiasa bersyukur
atas hasil dari pekerjaan yang telah dikerjakannya. Adapun hal-hal
yang dapat kita lakukan untuk meneladani nilai-nilai pendidikan moral
tersebut adalah sebagai berikut:
56
a. Berjuang sekuat tenaga dan menyerahkan semua hasil akhir
perjuangan kita kepada Allah SWT dengan senantiasa berdoa
agar kita diberikan hasil yang terbaik
b. Ikhlas menerima dan tidak pernah mengeluh atas hasil
pekerjaan yang kita rasa sudah sekuat tenaga mengerjakannya
c. Tidak merasa iri atas nikmat yang diberikan Allah SWT
kepada orang lain
d. Selalu bersyukur atas apa yang telah Allah berikan kepada
kita
e. Tidak mengeluh atas takdir yang diberikan Allah kepada kita
f. Tidak kecewa dan tidak putus asa dan selalu berprasangka
baik atas hasil yang telah kita kerjakan walaupun hasil
tersebut kurang memuaskan bagi kita.
g. Sederhana dan tidak bermewah-mewahan dalam menjalani
kehidupan.
Dengan pola kehidupan tersebut di atas, kita akan menjadi
orang yang selalu bersyukur, merasa cukup atas apa yang telah
diberikanNya kepada kita, dan jika Allah menghendaki kita akan
menjadi orang yang kaya jiwanya sebagaimana sabda Nabi SAW:
فس. )رواه البخاري ومسلم(لي س الغن عن كث رة العرض ولكن الغن غن الن
Tidak dikatakan kaya orang yang kaya dengan harta benda,
tapi orang yang kaya ialah orang kaya jiwanya. (H.R. Bukhori
Muslim) (Ibrahim, 1990: 115).
57
Sebagai umat beliau SAW, kita dianjurkan untuk meneladani
nilai pendidikan moral tersebut agar kita tidak terburu oleh dunia,
selalu bersyukur, dan tidak akan pernah merasa kekurangan menjalani
kehidupan ini.
2. Pemalu
Malu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 706),
adalah merasa tidak enak hati. Sedangkan malu dalam bahasa Arabnya
menurut Ibrahim (1990: 109) disebut haya. Adapun hal-hal yang
mengharuskan kita untuk merasakan malu adalah sebagai berikut:
a. Malu apa bila kita tidak melakukan kewajiban kita dalam
kehidupan keseharian kita
b. Malu apa bila kita mengerjakan sesuatu yang tidak pantas untuk
kita lakukan
c. Malu apa bila kita tidak mengamalkan apa yang sudah kita
ketahui
d. Malu apa bila kita tidak tepat waktu dalam mengerjakan apa yang
seharusnya menjadi kewajiban kita
e. Malu apa bila selalu meminta pertolongan kepada orang lain
sementara kita bisa mengerjakannya sendiri
f. Malu apa bila kita mengetahui ada orang yang membutuhkan
pertolongan akan tetapi kita tidak membantunya.
g. Malu apabila kita tidak melaksanakan nasehat yang baik dari
orang lain
58
h. Malu apa bila kita sombong dan tidak mau bergaul kepada
sesama
i. Malu apa bila kita selalu berlebihan dalam menjalani kehidupan
Hal-hal tersebut merupakan sesuatu hal yang kita apabila
melakukannya kita harus merasa malu. Orang yang mempunyai
perasaan malu, tidak akan pernah meninggalkan semua kewajibannya,
baik kewajibannya kepada Allah, kepada sesamanya, maupun kepada
dirinya sendiri. Perasaan malu memang muncul dari dalam diri kita
sendiri, sehingga untuk memberikan pemahaman kepada lingkungan
sosial kita setidaknya dengan menyebutkan hal-hal tersebut di atas.
Selain itu kita juga harus mengajarkannya kepada anak-anak kita sedini
mungkin, agar pendidikan ini dapat dipahami dengan baik.
3. Tawaduk
Sedangkan menurut Ibrahim (1990: 108) tawaduk dalam
Bahasa Indonesia adalah “rendah hati”, tapi bukan merasa rendah
diri/hina. Maka dari itu sebagai umat Beliau SAW kita harus
meneladani nilai pendidikan moral dalam kitab Al-Barzanji (Tawaduk).
Adapun hal-hal yang dapat kita lakukan untuk
mengimplementasikan nilai pendidikan moral yang berkaitan dengan
tawaduk adalah sebagai berikut:
a. Mandiri dalam menjalankan kehidupan keseharian
b. Mau membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan kita
59
c. Mau menerima pemberian berupa nasehat atau barang dari
orang lain yang bermanfaat
d. Ramah dan mau bergaul kepada siapa saja dan tidak membeda-
bedakan sesamanya
e. Rendah hati dan tidak sombong
f. Sederhana dalam hal apa saja
g. Menghormati dan menghargai sesamanya
Demikian hal-hal sederhana yang dapat kita implementasikan
dalam kehidupan keseharian kita, dan harapannya nilai pendidikan
moral tersebut tidak hanya kita terapkan untuk diri kita sendiri lebih
dari itu mari kita ajarkan kepada anak-anak kita, saudara, tetangga, dan
lingkungan sosial kita. Dengan nilai pendidikan moral tersebut, suasana
sosial yang harmonis akan menjadi sebuah keniscayaan.
4. Mendamaikan Orang yang Bersengketa
Mendamaikan orang yang bersengketa merupakan nilai
pendidikan moral yang harus dimiliki semua orang mukmin.
sebagaimana firman Allah:
... (01)الجرات
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. karena itu
damaikanlah antara kedua saudara (yang bersengketa). (surat
Al-Hujurat ayat 10) (Ibrahim, 1990: 126).
60
Ayat tersebut tertuju kepada orang-orang mukmin, maka dari
itu kita harus selalu peka untuk meredakan setiap konflik yang muncul
di lingkungan sekitar kita. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah
SAW, bahwa dalam menyelesaikan persengketaan kita juga harus
menggunakan cara yang baik dan sebisa mungkin kedua belah pihak
dapat menerimanya. Adapun langkah-langkah sederhana yang dapat
kita lakukan untuk mendamaikan persengketaan adalah sebagai
berikut:
a. Mengklarifikasi permasalahan tersebut kepada kedua belah pihak
b. Fahami pokok permasalahan
c. Cari jalan tengah yang sekiranya kedua belah pihak dapat
menerimanya.
Dengan langkah-langkah sederhana tersebut mudah-mudahan
kita dapat meminimalisir konflik tersebut dan mudah-mudahan kita
akan mendapatkan keutamaan pahala sedekah sebagaimana disebutkan
dalam hadis Nabi SAW:
أفضل الصدق ة إص لح ذات الب ي ن. )رواه الطربىن(
Seutama-utama sedekah ialah mendamaikan orang yang
bersengketa. (H.R. Thabrani) (Ibrahim, 1990: 127).
Dengan mendamaikan persengketaan kita akan mendapatkan
pahala selayaknya pahala sedekah, sebagaimana disebutkan pada
hadis tersebut bahwa mendamaikan orang yang bersengketa
merupakan seutama-utama sedekah. Mendamaikan orang yang
61
bersengketa ini juga merupakan nilai pendidikan yang harus kita
ajarkan kepada anak-anak kita sedini mungkin, agar mereka
memahami betapa buruknya perpecahan dan betapa indahnya
perdamaian.
5. Pemaaf
Pemaaf merupakan nilai pendidikan moral yang harus kita
teladani sebagai umat Beliau SAW, Karena baik memberi maaf
ataupun meminta maaf, keduanya merupakan nilai pendidikan moral
yang sangat mulia. Bagi orang yang mau memberi maaf ataupun
meminta maaf Allah akan menambah kemuliaan kepadanya. Seperti
dalam hadis riwayat Muslim berikut:
ما زاد اهلل عبدآ بعفو إال عزا. )رواه مسلم(
Tidaklah seseorang memaafkan melainkan Allah tambah
kemuliaannya. (H.R. Muslim) (Ibrahim, 1990: 111).
Dalam Al-Qur‟an juga diterangkan bahwasannya Allah maha
penganpun dan maha penyayang seperti firman Allah Ta‟ala berikut:
“dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada.
Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-
Nur: 22) (At-Tuwaijiri, 2016: 383).
62
Dalam memaafkan seseorang juga harus dilakukan dengan
cara yang baik pula, agar tidak ada lagi yang merasa disakiti.
Sebagaimana firman Allah Ta‟ala berikut:
“Dan Sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, Maka
maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.” (QS. Al-Hijr:
85)
Dalam firmanNya yang lain:
“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun: 14)
(At-Tuwaijiri, 2016: 384).
Adapun hal-hal yang perlu kita perhatikan ketika kita akan
meminta maaf maupun memberi maaf adalah:
a. Tampakkan bahasa tubuh dan mimik yang bersahabat
b. Berbicara dengan lemah lembut dan jelas
c. Sampaikanlah permintaan maaf kita dengan sepenuh hati
d. Tidak usah mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu
e. Yang sudah terjadi biarkanlah terjadi mari kita sambut masa
yang akan datang
Dengan saling memaafkan kita akan hidup dengan tenang,
damai, dan harmonis dengan tidak pernah merasa berdosa atau merasa
63
benci kepada orang lain. Selain itu dalam firman Allah di atas juga
diterangkan bahwasannya Allah maha pengampun lagi maha
penyayang, maka betapa angkuhnya kita ketika kita tidak mau
memaafkan kesalahan orang lain dan tidak mau menyayangi orang
lain. Bagi orang yang tidak terbiasa memaafkan, melakukannya akan
sangat sulit dan berat sekali. Maka dari itu nilai pendidikan moral
tersebut harus kita tanamkan kepada anak-anak kita sedini mungkin
agar mereka terbiasa baik meminta maaf maupun memberi maaf.
6. Tidak Gentar Menghadapi Para Raja
Nilai pendidikan moral yang patut kita tiru bahwasannya tidak
ada yang perlu kita takutkan untuk menghadapi siapa saja, bahkan raja
sekalipun karena sesungguhnya semua orang itu sama dihadapan
Allah. Maka dari itu takutlahh hanya kepada Allah, seperti dalam
firman Allah berikut:
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang
menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-
orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-
benar orang yang beriman. (QS. Ali Imran: 175) (At-
Tuwaijiri, 2016: 381).
64
Bagi orang tidak takut kepada apapun dan siapapun kecuali
hanya kepada Allah, maka balasan baginya adalah surga seperti
firman Allah berikut:
“Dan bagi orang yang takut saat menghadap Rabbnya ada
dua syurga.” (QS. Ar-Rahman: 46) (At-Tuwaijiri, 2016: 381).
Walau kita tidak dipebolehkan takut kepada siapapun akan
tetapi sebagai umat Belaiau SAW kita harus tetap menyayangi yang
lebih muda, menghormati yang lebih tua, takdzim terhadap guru kita
sepanjang tidak dalam hal kemungkaran. Terkadang ada yang salah
dengan pendidikan orang tua kepada anaknya, tak jarang anak di
takut-takuti entah itu binatang, benda, manusia, dll. Padahal yang
patut kita tanamkan kepada anak-anak kita untuk takut kepada satu
hal, yaitu Allah sang maha segalanya. Sehingga ketakutannya akan
menjadi ketakutan yang sejatinya pada tempatnya.
7. Marah Karena Allah
sebagaimana disebutkan dalam hadis Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Abu Daud berikut.
فضل العمال: الب ف اهلل والب غض ف اهلل ت عال.أ
Seutama-utam amal ialah cinta karena Allah dan benci karena
Allah Taala. (H.R. Abu Daud) (Ibrahim, 1990: 138).
65
Hadis tersebut mengajarkan kepada kita untuk tidak memberi
alasan apapun atas kemarahan kita, melainkan karena Allah. Maka
ketika kita marah hanya karena nafsu, karena ketidak sukaan pribadi
kita kepada sesuatu atau kepada oranglain, maka tiada alasan bagi kita
untuk marah karena hal terebut. kecuali jika kita melihat kemungkaran
yang tidak disukai oleh Allah maka boleh bagi kita marah untuk
menghentikan kemungkaran tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas
maka jelaslah bagi kita sebagai umat Belaiau SAW untuk meneladani
sifat Beliau SAW yang tak pernah marah kecuali karena Allah.
Pemahaman yang demikian juga harus kita sebar luaskan
dilingkungan sosial kita dan anak-anak kita. Dengan memberikan
pemahaman mana yang pantas untuk marah dan mana yang tidak,
lingkungan sosial kita dan anak-anak kita akan bisa belajar
membedakan untuk tidak marah kecuali karena Allah Swt atau karena
selain Allah Swt, sehingga akan tercipta lingkungan sosial damai,
aman, dan harmonis.
66
8. Berbicara Seperlunya
Rasulullah adalah pribadi yang selalu menjaga lisannya. Beliau
tidak suka bicara apabila tidak ada keperluan padanya. Berkata baik
atau berbicara ketika ada perlunya merupakan salah satu dari ciri
orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Sebagaimana hadis
Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra berikut:
را أو ليصمت. من كان ي ؤمن باهلل والي وم اآلخر ف لي قل خي
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka
hendaklah berkata baik atau diam.” (At-Tuwaijiri, 2016: 385).
Sebagai umat Beliau SAW dan sebagai orang yang beriman
kepada Allah dan hari kiamat kita dianjurkan untuk selalu menjaga
lisan kita dari perkataan yang tiada kemanfaatan. Jangan sampai kata-
kata yang kita lontarkan menyakiti hati orang lain. Sebagaimana
disebutkan dalam peribahasa bahwasannya “mulutmu adalah
harimaumu”. Kita dapat menilai betapa besar efek yang ditimbulkan
hanya dengan kata-kata. Maka dari itu apabila kita tidak mampu untuk
berkata baik, lebih baik kita diam seperti disebutkan dalam hadis di
atas. Hal tersebut harus sedini mungkin ditanamkan kepada anak-anak
kita, agar mereka terbiasa sejak dini untuk berbicara apa perlunya.
67
9. Mulai Memberi Salam
Nilai pendidikan moral tersebut sesuai dengan hadis dari Abu
Ummah ra, Ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda,
لم. إن أول الناس باهلل من بدأىم بالس
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah
orang yang mengucapkan salam terlebih dahulu.” (At-
Tuwaijiri, 2016: 429).
Sebagai umat beliau SAW kita harus senantiasa meneladani
nilai pendidikan moral Rasulullah SAW tersebut agar kita termasuk
golongan orang yang paling mulia disisi Allah. Betapa indah
kehidupan ini bila semua orang berlomba-lomba untuk memberi
salam duluan, niscaya akan tercipta suasana yang harmonis hingga
baldatun toyibatun warabbun ghafur akan tercipta di negri kita
tercinta ini. Pemahaman tersebut juga harus kita sebarkan
kelingkungan sekitar kita dan yang paling utama adalah anak-anak
kita agar mereka terbiasa mengucapkan salam terlebih dahulu sejak
dini.
68
10. Berbicara Kebenaran
Jujur, menurut Mahyuddin Ibrahim (1990: 121-122) sama
artinya dengan benar, dan ini adalah salah satu dari sifat Rasulullah
SAW yang sudah masyhur. Jadi orang yang jujur atau benar, ialah
orang yang pemikirannya bertolak dan berlandaskan kebenaran itu
sendiri, sehingga tidak ada lagi perilakunya yang bertentangan dengan
kebenaran itu. Salah satu sifat yang akan bisa meraih kemenangan di
surga, adalah jujur atau benar. Dan sebaliknya bila curang berarti
meraih kerugian, di neraka. Bersabda Nabi SAW. kepada Ali
Karamallahu Wajhah:
فعك ف االجل و ال تكذب و يا على اصدق وان ضرك ف العاجل فانو ي ن
ان ن فعك ف العاجل فانو يضرك ف االجل.
Hai, Ali! Jujurlah, walaupun kejujuran itu mencelakakan
kamu di dunia, karena bahwasannya kejujuran itu bermanfaat
bagimu di akhirat. Dan jangan kamu berdusta, walaupun
berdusta itu bermanfaat untukmu di dunia. Karena
sesungguhnya kedustaan kamu itu akan mencelakakan kamu
di akhirat.
Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas‟ud ra
dijelaskan bahwa kita sebagai umat Beliau SAW dianjurkan untuk
selalu berkata jujur. karena kejujuran akan memberikan petunjuk
kepada kebaikan. Sedangkan kebaikan akan memberikan petunjuk
kepada surga. Sehingga orang yang senantiasa berkata jujur dan
69
berusaha jujur oleh Allah akan dituliskan sebagai orang yang sangat
jujur. Begitu pula sebaliknya kita dianjurkan untuk menjauhi
perkataan dusta. Karena kedustaan akan mengantarkan kepada
kejelekan. Sedangkan kejelekan akan mengantarkan kita kepada
neraka. Sehingga kepada orang yang selalu berkata dusta dan
bersungguh-sungguh dalam kedustaannya oleh Allah akan dituliskan
sebagai sang pendusta.
دق ي هدي إل الرب، وإن الرب ي هدي إل النة، وما دق، فإن الص عليكم بالص
يقا، وإياكم ي زال الرجل يصدق وي تحرى الصدق حت يكتب عند اللو صد
ي إل الفجور، وإن الفجور ي هدي إل النار، وما والكذب، فإن الكذب ي هد
ابا .ي زال الرجل يكذب، وي تحرى الكذب حت يكتب عند اللو كذ
“Hendaklah kalian berkata jujur, sesungguhnya kejujuran
akan memberi petunjuk kepada kebaikan sedangkan kebaikan
akan memberi petunjuk kepada surga. Dan seseorang
senantiasa berkata jujur dan berusaha untuk jujur sehingga
Allah menuliskan disisi-Nya sebagai orang yang sangat jujur.
Jauhilah oleh kalian perbuatan dusta karena kedustaan akan
mengantarkan pada kejelekan sedangkan kejelekan
mengantarkan kepada neraka, dan seseorang senantiasa
berkata dusta dan bersungguh-sungguh dalam kedustaannya
sehingga Allah menuliskan di sisinya sebagai sang pendusta.”
(At-Tuwaijiri, 2016: 378-379).
Nilai pendidikan moral tersebut memang sulit untuk dilakukan
oleh orang yang sudah terbiasa berbohong, akan tetapi apakah
selamanya kita akan berbohong terus menerus? Dan maukah kita
70
diberi gelar oleh Allah Swt sebagai seorang pendusta? Tidak ada kata
terlambat untuk bertobat selagi bisa lakukanlah sekarang. Sehingga
kita akan dicatat disisiNya sebagai orang yang jujur. Maka dari itu
perilaku jujur ini memang harus di ajarkan sedini mungkin agar anak-
anak kita terbiasa dengan kejujuran.
11. Menghormati Orang Utama
Menurut Ahmad Abdul Hamid (1955: 81) yang di maksud
menghormati orang yang utama adalah memuliakan orang yang luhur
budi pekertinya. Sifat Rasulullah tersebut dapat kita lihat dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Abu Daud berikut.
عنو قال : قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم وعن أب موسى رضي اهلل
إن من إجلل اهلل ت عال إكرام ذي الشيبة المسلم ، وحامل القرآن غي
لطان المقسط,حديث حسن رواه الغايل فيو, والاف عنو ، وإكرام ذى الس
اب وداود.
Dari Abu Musa ra. Berkata, Rasulullah SAW. bersabda:
“Sesungguhnya diantara mengagungkan Allah Ta‟ala yaitu
memuliakan orang Islam yang tua, orang yang pandai
masalah Al-Qur‟an yang tidak merasa sombong dan tidak
mengabaikannya, serta memuliakan penguasa yang adil”.
(Riwayat Abu Daud) (An-Nawawy, 2004: 199).
Pada hadis di atas disebutkan bahwa salah satu diantara
mengagungkan Allah SWT yaitu dengan memuliakan orang-orang
71
mulia (orang Islam yang sudah tua, orang yang pandai masalah Al-
qur‟an yang tidak merasa sombong dan tidak mengabaikannya, dan
penguasa yang adil). Maka sebagai umat beliau SAW kita harus
selalu meneladaninya dan memberikan pemahaman ini kepada
lingkungan sosial kita dan yang paling penting adalah
mengajarkannya kepada anak-anak kita agar mereka terbiasa
menghormati orang sedini mungkin.
Adapun contoh dari perilaku menghormati orang yang mulia
dalam kehidupan sehari-hari kita adalah sebagai berikut:
a. Berkata yang baik terhadap orang yang utama
b. Sopan santun terhadap orang yang utama
c. Kasih sayang kepada orang yang utama
d. Memperhatikan apa yang disampaikannya kepada kita
e. Ikhlas dan sabar melaksanakan apa yang anjurkannya
kepada kita selama tidak pada kemungkaran
f. Langsung meminta maaf kepadanya sekiranya kita
mempunyai kesalahan
g. Meneladani setiap perbuatan yang sekiranya kita
mampu untuk melaksanakannyya selama tidak pada
kemungkaran
Demikian contoh sederhana dari menghormati orang utama
yang dapat penulis sampaikan. Sebagai umat Beliau SAW kita harus
selalu menghormati orang utama, sebagaimana disebutkan pada
72
contoh di atas dan jika Allah menghendaki kita akan memperoleh
balasan sesuai dengan apa yang kita lakukan.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian di atas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Adapun nilai-nilai pendidikan moral yang terkandung dalam kitab
karya Syekh Ja‟far Al-Barzanji yang dapat penulis ambil adalah
sebagai berikut: Kanaah, Pemalu, Tawaduk, Mendamaikan Orang
yang Bersengketa, Pemaaf, Tidak gentar menghadapi para raja,
Marah karena Allah, Berbicara Seperlunya, Mulai memberi salam,
Berbicara Kebenaran, Menghormati orang utama.
2. Nilai-nilai Pendidikan Moral Bagi Masyarakat Umum Dalam Kitab
Al-Barzanji adalah sebagai berikut:
a. Kanaah: artinya mencukupkan apa yang ada. Tidak merasa
gelisah bila terdapat kekurangan. Rela makan nasi dengan garam
asal halal.
b. Pemalu: Malu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:
706), adalah merasa tidak enak hati.
c. Tawaduk: menurut Ibrahim (1990: 108) tawaduk dalam Bahasa
Indonesia adalah “rendah hati”, tapi bukan merasa rendah
diri/hina.
d. Mendamaikan Orang yang Bersengketa: adapun langkah
sederhananya adala sebagai berikut, Mengklarifikasi
74
permasalahan tersebut kepada kedua belah pihak, Fahami pokok
permasalahan, Cari jalan tengah yang sekiranya kedua belah
pihak dapat menerimanya.
e. Pemaaf: baik memberi maaf maupun meminta maaf adalah
sama-sama perbuatan yang mulia, maka dari itu dalam meminta
maaf ataupun memberi maaf kita perlu memerhatikan hal-hal
berikut, Tampakkan bahasa tubuh dan mimik yang bersahabat,
Berbicara dengan lemah lembut dan jelas, Sampaikanlah
permintaan maaf kita dengan sepenuh hati, Tidak usah
mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu, Yang sudah terjadi
biarkanlah terjadi mari kita sambut masa yang akan datang.
f. Tidak gentar menghadapi para raja: Nilai pendidikan moral yang
patut kita tiru bahwasannya tidak ada yang perlu kita takutkan
untuk menghadapi siapa saja, bahkan raja sekalipun karena
sesungguhnya semua orang itu sama dihadapan Allah.
g. Marah karena Allah: kita hanya diperbolehkan marah apabila
melihat kemungkaran atau hal yang kira-kira Allah tidak
menyukainya.
h. Berbicara Seperlunya, merupakan tanda orang yang beriman
kepada Allah dan hari kiamat, apabila tiada bermanfaat
perkataan tersebut kita dianjurkan untuk lebih baik diam.
75
i. Mulai memberi salam, merupakan perilaku yang sangat mulia di
sisi Allah, untuk itu sebagai umat beliau SAW kita dianjurkan
untuk berlomba-lomba untuk memberi salam
j. Berbicara Kebenaran: Jujur, menurut Mahyuddin Ibrahim (1990:
121-122) sama artinya dengan benar, jadi orang yang jujur atau
benar, ialah orang yang pemikirannya bertolak dan berlandaskan
kebenaran itu sendiri, sehingga tidak ada lagi perilakunya yang
bertentangan dengan kebenaran itu. Maka berkata benarlah dan
Allah akan mencatat kita sebagai orang yang jujur.
k. Menghormati orang utama. Menurut Ahmad Abdul Hamid
(1955: 81) yang di maksud menghormati orang yang utama
adalah memuliakan orang yang luhur budi pekertinya. Adapun
contoh dari menghormati orang utama adala sebagai berikut:
Berkata yang baik terhadap orang yang utama, Sopan santun
terhadap orang yang utama, Kasih sayang kepada orang yang
utama, Memperhatikan apa yang disampaikannya kepada kita,
Ikhlas dan sabar melaksanakan apa yang anjurkannya kepada
kita selama tidak pada kemungkaran, Langsung meminta maaf
kepadanya sekiranya kita mempunyai kesalahan, Meneladani
setiap perbuatan yang sekiranya kita mampu untuk
melaksanakannyya selama tidak pada kemungkaran.
76
2. Saran
Bagi masyarakat yang rutin membaca kitab Al-Barzanji baik setiap
minggu, bulan, ataupun setiap tahunnya, agar jangan lupa pula untuk
mengkaji isi kandungan dari kitab ini beberapa menit sebelum atau sesudah
prosesi pembacaan kitab Al-Barzanji agar jamaah yang hadir dapat
mengetahui isi kandungan Kitab tersebut. Dengan mengetahui isi
kandungan kitab tersebut harapannya masyarakat dapat meneladaninya dan
mengajarkan dilingkungannya dan yang paling penting adalah kepada anak-
anaknya.
77
DAFTAR PUSTAKA
Al-Barzanji, Ja‟far. t.t. Majmu‟. Semarang: Pustaka „Alawiyah.
Anas, Ahmad. 2003. Menguak Pengalaman Sufistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
An-Nawawy, Abu Zakaria Yahya bin Syarf. 2004. Tarjamah Riyadhus Shalihin I.
Terj. Drs. Muchlis Shabir, MA. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah. 2016. Ensiklopedi Islam Al-
Kamil. Jakarta: Darus Sunnah Press.
Budiningsih, C. Asri. 2008. pembelajaran Moral berpijak pada karakteristik
siswa dan budayanya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Ensiklopedi Islam. 1994. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Fanani, Muhyar. 2010. Metode Studi Islam Aplikasi Sosiologi Pengetahuan
Sebagai Cara Pandang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fattah, Munawir Abdul. 2011. Tradisi Orang-orang NU. Yogyakarta: PT LKIS
Printing Cemerlang.
Frondizi, Risieri. 2001. Pengantar Filsafat Nilai. terj. Cuk Ananta Wijaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hamid, Ahmad Abdul. 1955. Sabil Al-Munji. Kudus: Menara Kudus.
Ibrahim, Mahyuddin. 1990. Seratus Delapan puluh Sifat Tercela dan Terpuji.
Jakarta: CV Haji Masagung.
Muthohar, Ahmad. 2011. Maulid Nabi Menggapai Keteladanan Rasulullah SAW.
Yogyakarta: PT LKIS Printing Cemerlang.
Najieh, Abu Ahmad. 2009. Terjemah Maulid Al-Barzanji. Surabaya: Mutiara
Ilmu.
Sihab, M. Quraish. 2009. Tafsir Al-Misbah jilid 10: pesan, kesan, dan keserasian
Al-Qur‟an. Jakarta: Lentera Hati.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
78
Tsabit, Muhammad Kholid. 2013. Taarikhul Ihtifaal bi Maulidi an-Naby
Shalallahu Alaihi Wasallam wa Madhaahiruhu fii Al-„Aalam. Mesir:
Darul Muqtam li Nasr Wat Tauzi‟.
79
80
81
82
83
DAFTAR SKK
Nama : M.Miftakhuddin
NIM : 111 11 101
Dosen PA : Dr. Hj. Lilik Sriyati, M.SI.
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
1. Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK) oleh
DEMA STAIN Salatiga
20-22 Agustus
2011
Peserta 3
2. Achievement Motivation Training
(AMT) oleh ITTAQO dan CEC
STAIN Salatiga
23 Agustus 2011
Peserta 2
3. Orientasi Dasar Keislaman (ODK)
oleh STAIN Salatiga
24 Agustus 2011 Peserta 2
4. Seminar Enterpreneurship dan
Koperasi oleh KOPMA dan KSEI
STAIN Salatiga
25 Agustus 2011 Peserta 2
5. User Education oleh UPT STAIN
Salatiga
20 September 2011 Peserta 2
6 Bedah Buku Super Teens Super
Leader
8 Oktober 2011 Peserta 2
7 Seminar Nasional Rahasia Kaya
Ilmu, Kaya Hati, Sehat dan Kaya
Raya
10 Oktober 2011 Peserta 8
8 Masa Penerimaan Anggota Baru
(MAPABA) oleh Komisariat Joko
Tingkir PMII Salatiga
23 Oktober 2011 Peserta 4
9 PAB JQHH Membangun Pribadi
Islam Dengan Nilai Qur‟an
2 Desember 2011 Peserta 4
10 Sertifikat SEMINAS dan kongres
PAI se Jawa, PAI Mencari Formulasi
Strategis Guna Menghadapi
Problematika Kebangsaan
17 Mei 2012 Peserta 4
11 Piagam Penghargaan Evaluasi
Kinerja Lembaga Menanggapi Publik
18 Juni 2012 Peserta 2
84
Hearing I
12 Seminar Nasional Ahlussunnah
Waljamaah dalam Perspektif
Indonesia
23 Maret 2013 Peserta 8
13 Seminar Nasional Penyesuaian Harga
BBM Bersubsidi
27 Juni 2013 Peserta 8
14 SK Ketua STAIN Salatiga KPUM
Tahun 2013
31 Oktober 2013 Ketua 8
15 SK Ketua STAIN Salatiga
PengangkatanPengurus DEMA
STAIN Salatiga Masa Bakti 2014
17 Februari 2014 Pengurus 4
16 Pembentukan PAC Kecamatan
Sumowono Menuju Generasi Muda
yang Mandiri, Loyal dan Militan
dalam BerAswaja dan Berbangsa
13 April 2014 Panitia 5
17 Sertifikat Membangun Mahasiswa
Cerdas, Peduli & Sadar Sebagai
Agen Of Change
23 mei 2014 Peserta 3
18 Jalan Sehat Memperingati Hari
Kelahiran Pancasila ke-69 Tahun
2014
14 Juni 2014 Panitia 3
19 SK Ketua STAIN Salatiga
Penyelenggaraan OPAK STAIN
Salatiga Tahun 2014
6 Agustus 2014 Panitia 3
20 Seminar Nasional Peran Mahasiswa
Dalam Mengawal Masa Depan
Indonesia Pasca PILPRES 2014
25 September 2014 Panitia 8
21 SP PP IPNU Susunan Pengurus PC
IPNU Kab Semarang Masa Khidmat
2014-2016
14 Februari 2015 Pengurus 8
22 SK PC PMII Kota Salatiga Susunan
PK Joko Tingkir 2014-2015
30 Mei 2015 Pengurus 4
23 Sertifikat Pemateri PKD
Implementasi NDP Sebagai
Konstruksi Karakter Kepemimpinan
Kader Dalam Situasi Global
30 Mei 2015 Pemateri 4
24 Public Hearing Meneliti Langkah
Baru IAIN Salatiga, Siapkah Kita
Menjadi IAIN?
13 Juni 2015 Peserta 2
85
25 SK Orientasi Pengenalan Akademik
dan Kemahasiswaan (OPAK) IAIN
Salatiga oleh DEMA IAIN Salatiga
2015
27 Juli 2015 Panitia 3
26 SK IAIN Bersholawat dan Orasi
Kebangsaan oleh DEMA IAIN
Salatiga 2015
30 Oktober 2015 Panitia 3
27 SK REKTOR IAIN SALATIGA
Perpanjangan Masa Bakti DEMA
IAIN Salatiga 2015
31 Desember 2015 Pengurus 4
28 SK Penyelenggaraan SEMINAS
DEMA IAIN Salatiga 2016
2 Pebruari 2016 Panitia 8
29 Seminar Nasional Implementasi
Nilai-Nilai Pancasila Sebagai
Benteng Dalam Menolak Gerakan
Radikalisme
10 Februari 2016 Panitia 8
30 SEMINAS Menghidupkan
Nasionalisme Dalam Keseharian
2 April 2016 Peserta 4
31 Sertifikat PC PMII Salatiga 2016-
2017
6 Agustus 2016 Pengurus 4
Jumlah 137