Upload
tranngoc
View
283
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM NOVEL
TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK
KARYA BUYA HAMKA
2015/2016
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
LIA DWI PURWANTI
NIM: 111-12-131
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
Imam Mas Arum, M.Pd.
Dosen IAIN Salatiga
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
KepadaYth.
Dekan FTIK IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh
Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka
naskah skripsi mahasiswa:
Nama : LIA DWI PURWANTI
NIM : 111-12-1131
Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM NOVEL
TENGGELMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA
BUYA HAMKA
Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga untuk ditujukan dalam siding munaqasyah. Demikian nota pembimbing
ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh
Salatiga,2 September 2016
Pembimbing,
Imam Mas Arum, M.Pd.
NIP. 19790507 201101 1008
iv
SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL
DALAM NOVEL TENGGELMNYA KAPAL VAN DER WIJCK
KARYA BUYA HAMKA
Disusun oleh
LIA DWI PURWANTI
NIM: 111-12-131
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 22 September 2016 dan telah dinyatakan
memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji :Mufiq, S.Ag, M.Phil
Sekretaris Penguji : Imam Mas Arum, M.Pd
Penguji I : Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd
Penguji II :Dr. Hj Lilik Sriyanti, M.Si
Salatiga, 22 September 2016
Dekan
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 10002
KEMENTRIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalan Lingkar Salatiga km.2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Emil; [email protected]
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Lia Dwi Purwanti
NIM : 111-12-131
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikuti atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Salatiga, September 2016
Penulis
Lia Dwi Purwanti
111-12-131
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”.
(Al Maa-idah: 2)
PERSEMBAHAN
Untuk orang tuaku ( Bapak Sumaryanto dan Ibu Supriyati)
Kakak dan adikku ( Eko Purnomo dan M. Khoirurrofik)
Orang setia menungguku (Saeful Anwar)
Teman-temanku semuanya yang tidak bisa saya sebut satu persatu
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya
Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di
hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN
SOSIAL DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK
KARYA BUYA HAMKA”
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari
bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku dekan FakultasTarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
viii
4. Bapak Imam Mas Arum, M. Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A., selaku pembimbing akademik.
6. Ayahku (Sumaryanto) dan ibuku (Supriyati) yang selalu memberikan
semangat dan dukungan serta tulus ikhlas dalam mendoakan agar perkuliahan
dan skripsi ini segera selesai.
7. Kakakku (Eko Purnomo) dan adikku (M. Khoirurrofik) yang selalu memberi
motifasi dan semangat kepada penulis.
8. Orang setia menungguku, menemaniku, dan memberi semangat (Saeful
Anwar).
9. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat dan seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Terima kasih atas segala bantuan dan doa‟nya.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga,31 Agustus 2016
Penulis
Lia Dwi Purwanti
NIM. 111-12-131
ix
ABSTRAK
Purwanti, Lia Dwi. 2016 “Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka” Skripsi.
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Imam Mas Arum, M. Pd.
Kata kunci: Nilai dan Pendidikan Sosial
Pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini lebih menekankan aspek
intelektual saja. Kepandaian otak ternyata belum cukup untuk membantu
anak didik menjadi manusia yang lebih utuh, bahkan bagi beberapa siswa
kepandaian otak malah membantu siswa berperilaku yang merugikan orang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah nilai-nilai pendidikan sosial
yang terdapat dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka.
Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah : (1).
Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. (2). Bagaimanakah karakter
tokoh utama yang patut diteladani dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck karya Hamka. (3). Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan sosial
yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka
pada PAI.
Penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan (library research),
sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis (descriptive
of analyze research). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan karya sastra, yaitu pendekatan pragmatik. Dalam pengumpulan
datanya menggunakan metode studi pustaka dan dokumentasi. Analisis data yang
digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (content analysis).
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai Pendidikan
sosial yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
diantaranya: Nilai pendidikan kasih sayang, tanggung jawab, dan keserasian
hidup. (2) karakter tokoh utama yang patut diteladani diantaranya: Sikap dan
perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan diri sendiri, keluarga,
masyarakat dan bangsa, alam sekitar. (3) implikasi pendidikan sosial dalam novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka pada PAI memberikan
kontribusi yang positif terhadap Pendidikan Agama Islam. Karena bentuk
pendidikan sosial dalam novel itu meliputi, kerjasaama, kepedulian, toleransi,
kekeluargaan, musyawarah, rasa empati, dan tolong menolong menjadi bagian
dari ajaran islam. Novel ini memiliki nilai edukasi sehingga pembaca diajak untuk
meresapi dan mengambil nilai yang terkandung termasuk sosial. Sehingga mampu
membuka pikiran pembaca dan mengimplementasikan dalam Pendidikan Agama
Islam. Dengan begitu akan menjadikan kita pribadi yang berkarakter dan akhlak
yang baik.
x
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
LEMBAR BERLOGO ................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
E. Metode Penelitian .......................................................................... 7
F. Penegasan Istilah ........................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 14
xi
BAB II BIOGRAFI NOVEL
A. Biografi Hamka .............................................................................. 16
B. Latar Belakang Penulisan Novel Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck ............................................................................... 19
C. Karakteristik Novel Hamka ........................................................... 21
D. Karya-karya Hamka ....................................................................... 23
E. Unsur-unsur Intrinsik Novel .......................................................... 27
F. Sinopsis Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ................... 42
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Nilai Sosial .................................................................................... 46
B. Karakter Tokoh Utama yang Patut Diteladani .............................. 58
BAB IV PEMBAHASAN
A. Nilai-Nilai Pendidikan Sosial ........................................................ 71
1. Pendidikan Kasih Sayang ........................................................ 71
2. Pendidikan Tanggung Jawab ................................................... 81
3. Pendidikan Keserasian Hidup ................................................. 84
B. Karakter Tokoh Utama yang Patut Diteladani .............................. 91
1. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Tuhan ......... 91
2. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Diri
Sendiri ..................................................................................... 95
3. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Keluarga .... 108
4. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Masyarakat
dan Bangsa .............................................................................. 110
xii
5. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Alam
Sekitar ..................................................................................... 112
C. Implikasi Nilai-nilai Pendidikan Sosial dalam Novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck pada PAI ..................... 116
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 118
B. Saran .............................................................................................. 119
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP PENULIS
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini lebih menekankan aspek
intelektual saja. Kepandaian otak ternyata belum cukup untuk membantu
anak didik menjadi manusia yang lebih utuh, bahkan bagi beberapa siswa
kepandaian otak malah membantu siswa berperilaku yang merugikan orang
lain (Soewandi, 2005: 107).
Pendidikan remaja, bukanlah hanya soal pendidikan dan
pengembangan pengetahuan, apalagi hanya otak. Hal itu tidak cukup,
karena hanya akan membawa orang mengerti, tetapi belum pasti bahwa
mereka dapat hidup berselaras dengan Tuhan, orang tua, dan orang lain
(Soewandi, 2005: 111)
Melihat realita sekarang ini rasa peduli antara satu dengan yang lain
sudah tidak ada. Manusia seperti tidak membutuhkan bantuan dari orang lain.
Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang
lain dalam kelangsungan hidup mereka sendiri. Tidak ada manusia di dunia
ini yang bisa hidup sendiri. Manusia satu dengan yang lain adalah bersaudara.
Jadi sangat diharuskan untuk saling membantu. Seperti dalam firman Allah
SWT:
2
"Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (Q.S Al
Hujuraat: 10).
Islam memandang bahwa bermasyarakat adalah suatu keharusan.
Mustahil manusia dapat hidup terpencil seorang diri. Setiap manusia memiliki
kelebihan dan kekurangan, sehingga sikap tolong menolong menjadi sebuah
keniscayaan. Bahkan setiap muslim diwajibkan untuk memikirkan keadaan
masyarakat disekitarnya. Meski disisi lain Islam mengakui hak individu
(HAM), bukan berarti seorang muslim boleh lepas tanggung jawab di dalam
kehidupan bersama. Islam sangat menekankan pentingnya menghormati dan
mencintai sesama.
Pendidikan sosial merupakan usaha yang dilakukan secara sengaja
oleh orang yang bertanggung jawab serta tindakan yang dilakukan secara
sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi atau
sumber daya instan menuju terbentuknya manusia seutuhnya, baik jasmani
maupun rohani dalam hubungannya dengan sesama manusia dengan adab
sosial yang baik dan dasar-dasar psikis yang mulai dan bersumber kepada
Akidah Islamiyah yang abadi dan perasaan keimanan yang mendalam
sehingga dapat tampil dalam pergaulan di masyarakat dengan adab yang baik
3
dan keseimbangan akal dan tindakan yang bijaksana berdasarkan ajaran
agama Islam.
Pendidikan sosial bukan hanya pengetahuan berupa hafalan saja, akan
tetapi pengetahuan yang dapat membawa tumbuhnya kesadaran pada peserta
didik mengenai pentingnya akhlak dan etika, adab serta norma-norma dalam
masyarakat yang baik dan mendorong untuk berkehendak melakukan
perbuatan yang penuh tanggung jawab.
Di era kemajuan teknologi yang sudah maju seperti zaman sekarang
ini pendidikan tidak hanya diperoleh dari pendidikan sekolah atau lembaga
formal lainnya. Namun pendidikan dapat diperoleh darimana saja, salah
satunya dari sebuah karya sastra yang bermutu dan berkualitas.
Sejalan dengan hal di atas seorang sastrawan Indonesia yang terkenal
dengan nama Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) menyampaikan
pesan atau nilai pendidikan sosial melalui karya sastranya yang berjudul
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Sastra ini mengisahkan persoalan adat
yang berlaku di Minangkabau dan juga perbedaan latar belakang sosial yang
menghalangi hubungan kisah cinta sepasang kekasih yang berakhir hingga
kematian.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Zainuddin. Ayahnya adalah
Orang buangan. Beliau bernama Pendeta Sultan, dibuang karena membunuh
mamaknya soal harta pusaka. Pendekar Sultan dibuang ke Cilacap, lalu
4
dikirim ke Makasar. Disini ia menikah dengan orang Makasar. Dari
pernikahan inilah lahir Zainuddin.
Setelah Zainuddin dewasa ia pergi ke Minangkabau. Ia ingin belajar di
Minangkabau, lalu berjumpalah ia dengan keluarga ayahnya. Pada mulanya ia
disambut dengan hangat, tetapi kemudian berangsul-angsur dingin, karena ia
dianggap sebagai orang asing (karena ibunya bukan orang Minangkabau).
Meskipun demikian Zainuddin tetap baik kepada keluarga dan masyarakat
sekitar. Karena Zainuddin adalah sosok pemuda yang baik hati, dan lebih
mementingkan orang lain atas dirinya sendiri. Seperti dalam kutipan novel
berikut ini:
“Zainuddin seseorang yang lemah lembut, didikan ahli seni, ahli
sya‟ir, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain”
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 27).
Pendidikan yang akan disampaikan kepada pembaca adalah tentang
kepedulian kepada orang lain melebihi kepedulian kita kepada diri kita
sendiri. Kutipan tersebutmengambarkan karakter tokoh utama, yaitu
Zainuddin. Kepedulian Zainuddin terhadap orang lain yang begitu besar.
Meskipun sebenarnya dia hidup dalam kesusahan dan memerlukan bantuan
dari orang lain.
Berdasarkan uraian di atas tentang novel Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijckyang penuh dengan makna, maka dari itu, penulis tertarik
melakukan penelitian mengenai NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL
DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK
5
KARYA BUYA HAMKA sebagai sebuah karya sastra yang sarat dengan
nilai-nilai pendidikan khususnya pendidikan Sosial.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan
yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup
keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi
dan pembatasan masalah ( Maslikhah,2013: 302)
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka?
2. Bagaimanakah karakter tokoh utama yang patut diteladani dalam novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka?
3. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung
dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka dalam
PAI?
C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana nilai-nilai pendidikan sosial yang
terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka.
6
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana karakter tokoh utama yang patut
diteladani dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka.
3. Untuk mendeskripsikan bagaimana implikasi nilai-nilai pendidikan sosial
yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka dalam PAI.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritik
Secara teoritik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan
terutama bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan baik umum maupun
pendidikan sosial melalui seni sastra. Serta untuk menambah wawasan
tentang keberadaan seni sastra( novel) yang memuat tentang pendidikan.
2. Manfaat praktis
Secara praktis, efektivitas penyampaian pesan melalui karya sastra ada
tiga, yaitu:
a. Bagi dunia sastra, diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan
pertimbangan dalam membuat sebuah karya, yaitu bukan hanya
memprioritaskan nilai jual dari sisi keindahannya namun juga
hendak memperhatikan isi dan pesan yang dapat diambil dari karya
seni tersebut.
7
b. Bagi dunia pendidikan, setidaknya dapat dikaji lagi pada aspek-aspek
lainnya secara mendalam sehingga lebih menginspirasi yang belum
diketahui oleh orang banyak.
c. Bagi civitas akademica, penelitian ini diharapkan agar dapat
digunakan sebagai salah satu acuan bagi pelaksanaan penelitian-
penelitian yang relevan dimasa yang akan datang.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan ( library research),
data mengenai penelitian ini diperoleh dari artikel dan buku-buku yang
terkait dengan penelitian ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Metode kualitatif( qualitative method) adalah suatu metode yang
digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individu maupun kelompok (Sukmadinata, 2008: 60).
2. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto,
2005:100). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian kepustakaan ini adalah sebagai berikut:
a. Studi Pustaka
8
Peneliti mengkaji novel Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck yang merupakan sumber data primer penelitian
dan menganalisis teks dalam novel tersebut yang mengandung
nilai-nilai pendidikan sosial serta buku-buku lain yang
relevan dengan pembahasan skripsi.
b. Metode Dokumentasi
Yaitu menggunakan bukti-bukti dan keterangan yang
diperoleh dari buku. Yang datanya berupa data primer dan data
sekunder. Data primernya adalah dokumentasi dari novel
“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka, dan data
sekundernya adalah data pustaka atau berbagai tulisan yang
memiliki berkaitan dengan masalah penelitian untuk dipilah dan
dipilih berdasarkan data untuk mempermudah dalam
menganalisisnya.
3. Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat
diperoleh(Arikunto,2006: 129). Dalam penulisan skripsi ini sumber data
yang digunakan adalah sumber yang relevan dengan pembahasan skripsi.
Adapun sumber data terdiri atas dua macam, yaitu:
a. Sumber Data Primer, merupakan sumber data utama yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu novel Tenggelamnya Kapal
9
Van Der Wijck karya Buya Hamka yang diterbitkan oleh Bulan
Bintang
b. Sumber Data Sekunder, yaitu berbagai literature yang
berhubungan dan relevan dengan objek penelitian, baik itu
berupa buku, dan website.
4. Metode analisis data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Isi
dalam metode analisis isi terdiri dari dua macam, yaitu isi laten dan isi
komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan
naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai
akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007:48).
Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis isi
adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif
memberikan perhatian pada situasi alamiah, maka dasar penafsiran dalam
metode analisis isi memberikan perhatian pada isi pesan. Oleh karena
itulah, metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat
isi. Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi,
memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa
komunikasi (Ratna, 2007:49).
Analisis ini digunakan untuk mengungkapkan nilai-nilai tertentu
yang terkandung dalam sebuah karya sastra dengan memperhatikan
konteks. Analisis isi berfungsi mengungkap makna simbolik dalam
10
sebuah karya sastra. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis
isi novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijckkarya Buya Hamka
Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data
adalah:
a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang berhubungan dengan
nilai-nilai pendidikan sosial.
b. Langkah interprestatif, yaitu menjelaskan teks-teks dalam novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang berhubungan dengan
nilai-nilai pendidikan sosial.
c. Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang berhubungan dengan
nilai-nilai pendidikan sosial.
d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan
dari novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang
berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan sosial.
F. Penegasan Istilah
Agar pembaca mudah untuk memperoleh pemahaman dan gambaran yang
pasti terhadap istilah tersebut, maka penulis akan menjabarkan terlebih dahulu
yaitu:
11
a. Nilai
Nilai dapat diartikan sifat-sifat( hal-hal) yang penting atau
berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminto, 1999: 667).
Dalam garis besarnya nilai hanya ada tiga macam, yaitu nilai
benar-salah, nilai baik-buruk, dan nilai indah-tidak indah. Nilai benar-
salah menggunakan kriteria benar atau salah dalam menetapkan nilai.
Nilai ini digunakan dalam ilmu ( sains), semua filsafat kecuali etika
mahzab tertentu. Nilai baik-buruk menggunakan kriteria baik atau
buruk dalam menetapkan nilai. Nilai ini digunakan hanya dalam etika.
Adapun menetapkan nilai seni, baik seni gerak, seni suara, seni lukis,
maupun seni pahat (Ahmadi, 2010: 50).
Dari beberapa pengertian dan pemikiran tokoh tentang nilai di
atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sifat-sifat atau hal-
hal yang melekat pada sesuatu yang sangat berguna bagi kehidupan
manusia yang dapat dijadikan sebagai petunjuk mengenai hal-hal
yang dianggap baik dan buruk, benar dan salah, indah dan tidak indah
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pendidikan Sosial
Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan
memberi latihan mengenai akhlak dan pikiran ( Tim Pengembangan
Ilmu Pendidikan,2007: 20). Pendidik adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
12
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuantan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, Bangsa dan Negara (Ensiklopedi pendidik,2009:
130)
Sosial adalah berasal dari kata latin sociates, yang mempunyai
arti masyarakat. Kata sociates dari kata socius yang artinya teman,
dan selanjutnya kata sosial berarti hubungan antara manusia yang satu
dengan manusia yang lain (Agus, 1983:248)
Sedangkan yang dimaksud pendidikan sosial adalah
pendidikan yang sejak kecil agar terbiasa mengerjakan dan
menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikis yang mulia
dan bersumber pada akidah Islamiyah yang abadi dan perasaan
keimanan yang mendalam, agar di dalam masyarakat nanti ia bias
tampil dengan pergaulan dan adab yang baik, berkesinambungan yang
matang dan tindakan yang bijaksana (Ulwan, 1981: 391).
Jadi nilai-nilai pendidikan sosial yang dimaksud adalah sesuatu
yang berguna pada kehidupan bermasyarakat untuk membina
kehidupan dengan lingkungannya.
Nilai-nilai pendidikan sosial ada dua yaitu interaksi sosial dan
hubungan sosial. Interaksi sosial didefinisikan sebagai interaksi
lembaga sosial, individu, dan tata hubungan yang dikendalikan oleh
13
hubungan tertentu. Sedangkan Soerjono Soekanto mendefinisikan
interaksi sosial sebagai hubungan timbal balik antara individu dengan
individu, individu dengan kelompoik, dan kelompok dengan antar
kelompok. Hubungan sosial adalah hubungan timbal antar individu
yang satu dengan individu yang lain, saling mempengaruhi dan
didasarkan pada kesadaran untuk saling menolong. Hubungan sosial
juga sering disebut dengan interaksi sosial ( Soerjono: 1987: 50).
c. Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang di tulis dan naratif
yang biasanya adalah bentuk cerita (Maslikhah,2013: 126). Novel
merupakan salah satu bentuk karya sastra prosa fiksi, mengandung
beberapa unsur pokok, yaitu: pengarang atau narator, isi penciptaan,
media penyampaian isi atau bahasa dan elemen-elemen fiksional atau
unsur-unsur intrinsik yang mengandung karya sastra. Pada sisi lain
dalam memaparkan isi, pengarang akan memaparkan melalui
beberapa cara, yaitu: dengan penjelasan atau komentar, dengan dialog
atau monolog, dan melalui action maupun perbuatan (Aminuddin,
1995: 66).
Dalam penelitian kali ini penulis akan meneliti isi dari novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka yang diterbitkan
oleh Bulan Bintang sebagai bahan penelitian yang mengandung nilai-
14
nilai pendidikan sosial dengan meneliti isi dan juga memperhatikan
unsur-unsur intrinsik pembangun novelnya.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi yang disusun terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian awal
bagian isi dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo
halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan
kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman moto dan persembahan,
halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar
lampiran.
Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima
bab yang rinciannya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan membahas mengenai: latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan
sistematika penulisan penelitian.
BAB II BIOGRAFI NOVEL
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai: Biografi Hamka, Latar
Belakang penulisan novel Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, karakteristik novel Hamka, karya-karya Hamka,
15
unsur-unsur intrinsik novel, sinopsis novel Tenggelamnya
Kapan Van Der Wijck
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN
Dalam bab ini akan diuraikan deskripsi pemikiran penulis
mengenai: Tentang nilai dalam novel Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck dan karakter tokoh yang patut diteladani dalam
novel Tenggelamya Kapal Van Der Wijck karya Hamka.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai: Nilai-
nilai pendidikan Sosial dalam novel Tenggelamya Kapal Van
Der Wijck, karakter tokoh utama dalam novel Tenggelamya
Kapal Van Der Wijck, dan implikasi nilai-nilai pendidikan
Sosial dalam novel Tenggelamya Kapal Van Der Wijck pada
PAI.
BAB V PENUTUP
Bab penutup berisi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
16
BAB II
BIOGRAFI NOVEL
A. Biografi Hamka
Haji Abdul Malik Karim Amarullah (HAMKA), lahir di Sungai
Batang, Maninjau Sumatera Barat pada hari Ahad, tanggal 17 Februari 1908
M./13 Muharam 1326 H dari kalangan keluarga yang taat agama. Beliau
adalah seorang ulama, aktivis politik dan penulis Indonesia yang amat
terkenal di alam Nusantara.
Ayahnya adalah Haji Abdul Karim Amarullah atau sering disebut Haji
Rasul bin Syekh Muhammad Amarullah bin Tuanku Abdullah Saleh. Haji
Rasul merupakan salah seorang ulama yang pernah mendalami agama di
Mekkah, pelopor kebangkitan kaum mudo dan tokoh Muhammadiyah di
Minangkabau. Ia juga menjadi penasehat Persatuan Guru-Guru Agama Islam
pada tahun 1920an, ia memberikan bantuannya pada usaha mendirikan
sekolah Normal Islam di Padang pada tahun 1931, ia menentang komunisme
dengan sangat gigih pada tahun 1920-an dan menyerang ordonansi guru pada
tahun 1920 serta ordonansi sekolah liar tahun 1932 (Noer, 1985:46).
Sementara ibunya bernama Siti Shafiyah Tanjung binti Haji Zakaria
(w. 1934) keturunan seniman di Minangkabau. Adapun kakek Hamka dari
17
ayahnya, yakni Muhammad Amrullah. Dikenal sebagai ulama pengikut
tarekat naqsyabandiyah (Samsul, 2008: 15)
Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam
maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat
menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki
Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain
Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis,
Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud,
Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti(
http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah, diakses tgl
12 mei 2016)
Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui organisasi
Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun
1925 untuk melawan khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang
Panjang. Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di
Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan
pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul
Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majlis
Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi
Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946.
18
Beliau menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-
31 di Yogyakarta pada tahun 1950.
Hamka mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau
sehingga kelas dua. Ketika usia HAMKA mencapai 10 tahun, ayahnya telah
mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka
mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah
mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama
terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur,
R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo (Dawam, 1993: 202).
Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di
Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padang Panjang pada
tahun 1929 (http://amir14.wordpress.com/tasawuf_hamka, diakses tgl 12 mei
2016 ). Hamka kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta
dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang dari tahun 1957 hingga
tahun 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi
Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951
hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh
Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno
menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam
politik Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).
19
Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional
dan antara bangsa seperti anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa,
Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan
Malaysia, 1974; dan gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari
pemerintah Indonesia ( Hamka,1987: 19).
Pada tanggal 24 Juli 1981, Hamka telah puang ke rahmatullah. Jasa dan
pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam
(http://vakho.multiply.com/journal/item/2/Biografi_HAMKA, diaksestgl 12
mei 2016 )Hamka bukan saja sebagai pujangga, wartawan, ulama, dan
budayawan, tapi juga seorang pemikir pendidikan yang pemikirannya masih
relevan dan baik untuk diberlakukan dengan zaman sekarang.
B. Latar Belakang Penulisan Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Hamka sangat gemar membaca, ia bahkan hampir setiap hari menyewa
buku di tempat penyewaan milik gurunya. Kemudian saat sudah tidak
mempunyai uang untuk membayar sewa buku maka ia bekerja di tempat
penyewaan milik gurunya itu dengan upah supaya dapat meminjam buku
secara gratis. Buku yang Hamka baca kemudian disalin menurut versi ia
sendiri. Kadang Hamka remaja mengirim surat cinta yang disadurnya dari
buku-buku kepada teman perempuan sebayanya. Dari sinilah ia mulai
menulis. Selain itu Hamka juga mengukuhkan tekatnya untuk meneruskan
cita-cita ayahnya dan dirinya sebagai sastrawan.
20
Setelah menunaikan ibadah haji dan tinggal di mekah selama tujuh
bulan ia pulang ke Tanah Air, atas perintah sang guru. Namun bukannya ia
kembali ke Padang Panjang melainkan ia tinggal di Medan. Di Medan Hamka
mulai mengirimkan tulisan-tulisannya untuk surat kabar pembela islam di
bandung dan berkorespondensi dengan tokoh pembaharu islam. Selain itu
Hamka juga bekerja di Harian Pelita Andalas dan menulis laporan-laporan
perjalanan, terutama perjalanannya ke Mekah.
Tulisannya diminati banyak orang, dan pada tahun 1928 keluarlah
buku romannya yang pertama dalam bahasa Minangkabau “Si Sabariyah”.
Kemudian muncul buku-buku lainnya. Salah satunya adalah novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Pada awalnya novel ini ditulis di
majalah pedoman masyarakat secara bersambung.
Karena banyak mendapat surat dari pembaca dan masukan dari
berbagai pihak maka cerita bersambung itu diterbitkan dalam bentuk novel.
Hamka menulis novel itu berdasarkan kisah nyata tentang kapal van der wijck
yang tenggelam di Laut Jawa, bagian Timur Semarang pada 21 Oktober 1936.
Walaupun peristiwa tenggelamnya kapal Van Der Wijck itu benar-benar
terjadi, kisah yang ditulis Hamka dalam novel itu tentu saja fiksi belaka.
Hamka pun mengolah tragedi yang memilukan itu dalam kisah fiksi yang
diberi badan peristiwa konkret dengan plot yang apik sehingga imajinasi
pembacanya memiliki pijakan di dunia faktual.
21
Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck bukan hanya berisi tentang
kisah cinta Zainuddin dan Hayati yang tidak dapat bersatu sampai ajal.
Namun Hamka juga mengkritik mengenai persoalan adat yang berlaku di
Minangkabau, seperti perlakuan terhadap orang berketurunan blasteran dan
peran perempuan dalam masyarakat.Hamka juga beranggapan bahwa
beberapa tradisi adat tersebut tidak sesuai dengan dasar-dasar Islam ataupun
akal budi yang sehat. Kemudian juga untuk mengenang peristiwa bersejarah
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang memakan korban.
Melalui novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Hamka ingin
memberitahukan tentang adat istiadat yang menyimpang dan penduduk
materialistis yang berada di Minangkabau, juga adat yang sangat menyimpang
dari ajaran Islam. Dan kenapa menggambil nama Van Der Wijck? adalah
untuk memberitahukan kepada pembaca mengenai peristiwa bersejarah itu.
Karena hanya sedikit orang yang tahu tentang sejarah dibalik monument Van
Der Wijck yang diambil dari kisah nyata.
C. Karakteristik novel Hamka
Ciri khas penulis bernama Haji Abdul Malik Bin Abdul Karim
Amrullah adalah setiap karya yang ia hasilkan merupakan tulisan dari
kehidupan yang ada di tanah kelahirannya. Tulisan yang dihasilkan
merupakan suatu tulisan yang benar-benar terjadi di lingkungannya, yakni
tanah Minangkabau.
22
Novel yang dihasilkan oleh Hamka berupa novel fiksi, meskipun
bersifat fiksi namun Hamka menambahkan suatu momen atau kejadian yang
benar-benar terjadi. Sebagaimana umumnya karya sastra yang baik dibangun
atas serpihan kejadian nyata. Novel Hamka dipaparkan secara terperinci dan
sangat detail, membuat pembaca merasa benar-benar mengetahui kejadian itu.
Karya-karya Hamka berisi tentang kritikan mengenai tradisi yang
berlaku di Minangkabau yang tidak sesuai dengan dasar-dasar Islam ataupun
akal budi yang sehat. Tradisi yang sering ia kritik melalui novelnya antara lain
mengenai diskriminasi sosial yang ditentukan masalah asal-usul dan
keturunan, selain itu juga mengenai nikah paksa. Dari sini Hamka ingin
memberikan pemahaman bahwa nilai seseorang itu bukan dari keturunan,
melainkan dari amal dan perbuatannya.
Begitulah karakteristik novel karya Hamka. Sederhana, sehingga
mudah dipahami oleh pembaca dan pesan yang ingin disampaikan dalam
novel tersampaikan dengan baik. Dan juga menginspirasi, sehingga
memberikan manfaat kepada para pembaca setelah membaca karya-karyanya.
Salah satu karyanya adalah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang
menjadi bahan penelitian ini. Novel dari seorang sastrawan dan juga seorang
ulama besar yang sangat terkenal. Novel fiksi yang disisipi dengan suatu kisah
nyata, yang diceritakan secara sederhana dengan kalimat yang menarik,
menyenangkan, mengharukan dan menginspirasi, penuh dengan keyakinan
dan serat akan nilai pendidikan khususnya pendidikan sosial.
23
D. Karya-karya Hamka
Sebagai seorang yang berpikiran maju, Hamka tidak hanya
merefleksikan kemerdekaan berpikirnya melalui berbagai mimbar dalam
cerama agama, tetapi ia juga menuangkannya dalam berbagai macam
karyanya berbentuk tulisan. Orientasi pemikirannya meliputi berbagai disiplin
ilmu, seperti teologi, tasawuf, filsafat, pendidikan Islam, sejarah Islam, fiqh,
sastra dan tafsir. Sebagai penulisyang sangat produktif, Hamka menulis
puluhan buku yang tidak kurang dari 103 buku. Beberapa diantara karya-
karyanya adalah sebagai berikut:
1. Tasawuf modern(1983), pada awalnya, karyanya ini merupakan
kumpulan artikel yang dimuat dalam majalah Pedoman Masyarakatantara
tahun 1937-1937. Karena tuntutan masyarakat, kumpulan artikel tersebut
kemudian dibukukan. Dalam karya monumentalnya ini, ia memaparkan
pembahasannya ke dalam XII bab. Buku ini diawali dengan penjelasan
mengenai tasawuf. Kemudian secara berurutan dipaparkannya pula
pendapat para ilmuwan tentang makna kebahagiaan, bahagia dan agama,
bahagia dan utama, kesehatan jiwa dan badan, harta benda dan bahagia,
sifat qonaah, kebahagiaan yang dirasakan rosulullah, hubungan ridho
dengan keindahan alam, tangga bahagia, celaka, dan munajat kepada
Allah. Karyanya yang lain yang membicarakan tentang tasawuf adalah
24
“Tasawuf; Perkembangan Dan Pemurniaannya”.Buku ini adalah
gabungan dari dua karya yang pernah ia tulis, yaitu “Perkembangan
Tasawuf Dari Abad Ke Abad” dan “Mengembalikan Tasawuf Pada
Pangkalnya”.
2. Lembaga Budi(1983). Buku ini ditulis pada tahun 1939 yang terdiri dari
XI bab. Pembicaraannya meliputi; budi yang mulia, sebab budi menjadi
rusak, penyakit budi, budi orang yang memegangpemerintahan, budi
mulia yang seyogyanya dimiliki oleh seorang raja (penguasa), budi
pengusaha, budisaudagar, budi pekerja, budi ilmuwan, tinjauan budi, dan
percikan pengalaman. secara tersirat, buku ini juga berisi tentang
pemikiran Hamka terhadap pendidikan Islam, termasuk pendidik.
3. Falsafah Hidup(1950). Buku ini terdiri atas IX bab. Ia memulai buku ini
dengan pemaparan tentang makna kehidupan. Kemudian pada bab
berikutnya, dijelaskan pula tentang ilmu dan akal dalam berbagai aspek
dan dimensinya. Selanjutnya ia mengetengahkan tentang undang-undang
alam atau sunnatullah. Kemudian tentang adab kesopanan, baik secara
vertikal maupun horizontal. Selanjutnya makna kesederhanaan dan
bagaimana cara hidup sederhana menurut Islam. Ia juga mengomentari
makna berani dan fungsinya bagi kehidupan manusia, selanjutnya tentang
keadilan dan berbagai dimensinya, makna persahabatan, serta bagaimana
mencari dan membina persahabatan. Buku ini diakhiri dengan
membicarakan Islam sebagai pembentuk hidup.
25
4. Lembaga Hidup(1962). Dalam bukunya ini, ia mengembangkan
pemikirannya dalam XII bab. Buku ini berisi tentang berbagai kewajiban
manusia kepada Allah, kewajiban manusia secara sosial, hak atas harta
benda, kewajiban dalam pandangan seorang muslim, kewajiban dalam
keluarga, menuntut ilmu, bertanah air, Islam dan politik, Al-Qur‟an untuk
zaman modern, dan tulisan ini ditutup dengan memaparkan sosok nabi
Muhammad. Selain Lembaga Budi dan Falsafah Hidup, buku ini juga
berisi tentang pendidikan secara tersirat.
5. Pelajaran Agama Islam(1952). Buku ini terbagi dalam IX bab.
Pembahasannya meliputi; manusia dan agama, dari sudut mana mencari
Tuhan, dan rukun iman.
6. Tafsir Al-AzharJuz 1-30. Tafsir Al-Azhar merupakan karyanya yang
paling monumental. Buku ini mulai ditulis pada tahun 1962. Sebagian
besar isi tafsir ini diselesaikan di dalam penjara, yaitu ketika ia menjadi
tahanan antara tahun 1964-1967. Ia memulai penulisan Tafsir Al-Azhar
dengan terlebih dahulu menjelaskan tentang i‟jaz Al-Qur‟an. Kemudian
secara berturut-turut dijelaskan tentang i‟jaz Al-Qur‟an, isi mukjizat Al-
Qur‟an, haluan tafsir, alasan penamaan tafsir Al-Azhar, dan nikmat Illahi.
Setelah memperkenalkan dasar-dasar untuk memahami tafsir, ia
barumengupas tafsirnya secara panjang lebar.
7. Ayahku; Riwayat Hidup Dr. Haji Amarullah dan Perjuangan Kaum
Agama di Sumatera(1958). Buku ini berisi tentang kepribadian dan sepak
26
terjang ayahnya, Haji Abdul Karim Amrullah atau sering disebut Haji
Rosul. Hamka melukiskan perjuangan umat pada umumnya dan
khususnya perjuangan ayahnya, yang oleh Belanda diasingkan ke
Sukabumi dan akhirnya meninggal dunia di Jakarta tanggal 2 Juni 1945
(Baihaqi, 2007:62).
8. Kenang-kenangan Hidup Jilid I-IV (1979). Buku ini merupakan
autobiografi Hamka.
9. Islam dan Adat Minangkabau(1984). Buku ini merupakan kritikannya
terhadap adat dan mentalitas masyarakatnya yang dianggapnya tak sesuai
dengan perkembangan zaman.
10. Sejarah umat Islam Jilid I-IV (1975). Buku ini merupakan upaya untuk
memaparkan secara rinci sejarah umat Islam, yaitu mulai dari Islam era
awal, kemajuan, dan kemunduran Islam pada abad pertengahan. Ia pun
juga menjelaskan tentang sejarah masuk dan perkembangan Islam di
Indonesia.
11. Studi Islam(1976), membicarakan tentang aspek politik dan kenegaraan
Islam. Pembicaraannya meliputi; syari‟at Islam, studi Islam,
danperbandingan antara hak-hak azasi manusia deklarasi PBB dan Islam.
12. Kedudukan Perempuan dalam Islam(1973). Buku membahas tentang
perempuan sebagai makhluk Allah yang dimuliakan keberadaannya
(Samsul, 2008:17).
27
13. Si Sabariyah (1926), buku roman pertamanya yang ia tulis dalam bahasa
Minangkabau. Roman ;Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck(1979),Di
Bawah Lindungan Ka‟bah (1936),Merantau Ke
Deli(1977),Terusir,Keadilan Illahi,Di Dalam Lembah
Kehidupan,Salahnya Sendiri,Tuan Direktur,Angkatan baru,Cahaya
Baru,Cermin Kehidupan.
14. Revolusi pikiran, Revolusi Agama, Adat Minangkabau Menghadapi
Revolusi, Negara Islam, Sesudah Naskah Renville, Muhammadiyah
Melalui Tiga Zaman, Dari Lembah Cita-Cita, Merdeka, Islam Dan
Demokrasi, Dilamun Ombak Masyarakat, Menunggu Beduk Berbunyi.
15. Di Tepi Sungai Nyl, Di Tepi Sungai Daljah, Mandi Cahaya Di Tanah
Suci, Empat Bulan Di Amerika, Pandangan Hidup Muslim (Hamka,
1987: 17).
16. Artikel Lepas; Persatuan Islam, Bukti Yang Tepat, Majalah Tentara,
Majalah Al-Mahdi, Semangat Islam, Menara, Ortodox Dan Modernisme,
Muhammadiyah Di Minangkabau, Lembaga Fatwa, Tajdid Dan Mujadid,
dan lain-lain.
E. Unsur-unsur intrinsik novel
Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun karya
sastra dari dalam. Adapun unsur-unsur intrinsik dalam novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah sebagai berikut:
28
1. Tema
Tema dalam novel ini tentang kasih tak sampai, Sangat kental dengan
budaya Minang yang sangat patuh akan peraturan adat. Mengisahkan
tentang sepasang pemuda yang bernama Zainuddin merupakan pemuda
tampan yang dulu ayahnya seorang bangsawan tetapi telah dibuang oleh
keluarganya. Hayati sendiri anak seorang bangsawan yang patuh akan
aturan-aturan. Keduanya harus menghadapi rintangan dan batas yang tak
bias dilewati, yang pada akhirnya harus merasakan kekecewaan. Kisah
cinta antara keduanya tidak bisa bersatu karena perbedaan dari segi
ekonomi dan latar belakang sosial, karena Hayati terlahir dari keluarga
yang berada dan memiliki kasta yang tinggi sedangkan Zainuddin
walaupun ayahnya adalah seorang yang terkenal dulunya tapi sudah tidak
bisa diandalkan karena sudah tiada, sehingga Zainuddin hidup sebatang
kara dan tidak dihargai oleh keluarga Hayati.
Kutipan novel :
“Apa yang dikerjakannya, padahal cinta adalah sebagai kemudi dari
bahtera kehidupan. Sekarang kemudi itu dicabut, kemana dia hendak
berlayar lagi, di mana ia hendak berlabuh, teroleng terhempas kian
kemari, daratan tak nampak, pulau tak kelihatan. Demikianlah nasib
anak muda yang maksudnya tiada sampai”. ( Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck, 1990 :123)
2. Penokohan
Berikut ini adalah tokoh-tokoh utama dalam Novel Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck :
29
a. Zainuddin
Seorang pemuda yang baik hati, alim, sederhana, memiliki
ambisi dan cita-cita yang tinggi, pemuda yang setia, sering putus
asa, hidupnya penuh kesengsaraan oleh cinta, tetapi memiliki
kepercayaan diri yang tinggi, mudah rapuh.
Kutipan novel :
“Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didikan ahli
seni, ahli sya‟ir, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan
orang lain”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 : 27)
b. Hayati
Hayati adalah perempuan yang sangat dicintai, penyemangat,
mutiara oleh Zainuddin. Perempuan yang baik, lembut, ramah dan
penurut adat. Perempuan yang pendiam, sederhana, dan memiliki
kesetiaan perempuan yang menghormati ninik mamaknya,
penyayang, memiliki belas kasihan, orang yang tulus, sabar dan
terkesan mudah di pengaruhi.
Kutipan novel :
“Bagaimana yang akan baik kata ninik-mamak saja saya
menurut!”(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :116).
c. Aziz
Aziz adalah suami Hayati. Dia Seorang laki-laki yang
pemboros, suka berfoya-foya, tidak setia,suka mengganggu rumah
tangga orang, orang kaya dan berpendidikan, orang yang tidak
30
beriman, tidak bertanggung jawab dan dalam hidup hanya
bersenang-senang, senang menganiyaya istrinya dan berputus asa.
Kutipan novel :
“Bilamana hari telah malam, dia pergi ke tempat pergurauan,
melepaskan nafsu mudannya. Yang lebih disukainya ialah
menghabiskan wang dengan orang yang tidak berketentuan.
Atau mempermainkan anak bini orang”. ( Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck, 1990 :91)
d. Khadijah
Khadijah adalah sahabat Hayati sekaligus adik dari suaminya,
yakni Aziz. Perempuan yang berpendidikan, berwatak keras,
senang mempengaruhi orang lain, orang kaya, penyayang teman,
merupakan orang kota, memiliki keinginan yang kuat.
Kutipan novel :
“Engkau puji-puji kebaikan Zainuddin, saya memuji pula
kebaikannya. Tetapi orang yang demikian, di zaman sebagai
sekarang ini tidak dapat dipakai. Kehidupan sekarang
berkehendak pada wang dan harta cukup. Jika berniaga,
perniagaannya maju jika makan gaji, gajinya cukup. Cinta
walaupun bagaimana sucinya semua bergantung pada wang!”
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 : 94)
e. Daeng Habibah
Daeng Habibah adalah ibu dari Zainuddin. Daeng Habibah
adalah orang yang sabar, lemah lembut serta keibuan, dan juga
sangat mencintai pendekar sultan ( ayah Zainuddin )
Kutipan novel :
31
“Ah Zainuddin!, ibumu, kalau engkau melihat wajah ibumu,
engkau akan melihat seorang perempuan yang lemah lembut,
yang dari sudut matannya terletak pengharapan ayahmu”.
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :18)
f. Datuk Mentari Labih
Datuk Mentari Labih adalah mamak dari pendekar sultan.
Datuk Mentari labih adalah orang yang serakah dan sama sekali
tidak memiliki rasa tanggung jawab. Selain itu dia memilikin sifat
yang boros.
Kutipan novel :
“Mamaknya itu, usahakan menukuk dan menambah, hanya
pandai menghabiskan saja. Harta benda, beberapa tumpuk
sawah, dan sebuah gong pusaka telah tergadai ketangan orang
lain. Kalau Pendekar Sutan mencoba menjual atau menggadai
pula, selalu mendapat bantahan. Selalu tidak mufakat dengan
mamaknya itu”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990
:11)
g. Mak Base
Mak Base adalah ibu angkat Zainuddin, yang merawat sejak
dia ditinggal oleh ibunya. Mak base memiliki sifat yang baik hati,
penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Selain itu dia juga
penuh dengan takhayul.
Kutipan novel :
“Tapi bukannya tidak sembarangan buka rupanya. Dia
seorang perempuan tua yang penuh takhayul, sebelum dibuka
dibakarnya dahulu kemenyan bercampur dengan setanggi
Makasar”(Tenggelamnya Kapal Van Der wijck, 1990 :21).
32
h. Muluk
Muluk adalah sahabat Zainuddin yang sekaligus telah dianggap
seperti keluarga, selain itu dia adalah asisten Zainuddin. Muluk
mempunyai sifat yang baik hati dan suka menolong.
Kutipan novel :
“Tetapi hatinya baik, barangkali dia bisa menolong
memberimu bicara, kalau pikiranmu tertumbuk”(
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :124).
i. Mak Tengah Limah
Mak Tengah Limah adalah mamak dari Hayati. Orang yang
satu-satunya menghargai perasaan Hayati. Dia memiliki sifat yang
baik hati, perhatian dan pengertian.
Kutipan novel :
“Mak-Tengah Limah menjawab bahwasanya cinta Hayati
masih lekat pada Zainuddin orang Makasar itu”. (
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :112)
j. Ahmad
Ahmad adalah adik Hayati yang berbakti terhadap kakaknya.
Dia selalu menemani Hayati untuk bertemu Zainuddin. Dia pulalah
yang berperan sebagai kurir pos surat-surat Hayati untuk
Zainduddin.
Kutipan novel :
“Maka berlari-larilah Ahmad mengejar Zainuddin,
didapatinya Zainuddin tengah duduk tersimpuh di tepi bandar
air yang akan dialirkan orang ke sawah. Dibimbingnya pulang
33
ke dangau itu kembali”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,
1990 :55).
3. Alur
Menggunakan Alur maju-mundur, karena di dalam Novel tersebut
banyak mengulang kisah masa lalu dari kehidupan Zainuddin. Seperti
contoh dari awal cerita novel tersebut, terdapat bagian cerita tentang
perjalanan hidup ayah Zainuddin yang diceritakan oleh Mak Base. Cerita
dari Muluk tentang karya Zainuddin yang terakhir kalinya sebelum dia
meninggal. Selebihnya menceritakan tentang masa depan kehidupan
Zainuddin dan Hayati. Ada lima tingkatan alur yaitu :
a. Penyituasian ( situation )
Tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan
pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan
tahap pembukaan cerita, memberikan informasi awal dan lain-lain.
Kutipan novel :
“Di tepi pantai, di antara kampung Baru dan kampung Mariso
berdiri sebuah rumah bentuk makasar, yang salah satu jendelanya
menghadap ke laut. Di sanalah seorang anak muda yang berusia
kira-kira 19 tahun duduk termenung seorang diri menghadapkan
mukanya ke laut. Meskipun matanya terpentang lebar, meskipun
begitu asyik dia memperhatikan keindahan alam di lautan Makasar,
rupanya pikiranya telah melayang jauh sekali, ke balik yang tak
tampak di mata, dari lautan dunia pindah ke lautan
khayal”(Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk, 1990 :10).
b. Konflik
Tahap pemunculan konflik, masalah-masalah dan peristiwa-
34
peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi
tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu
sendiri akan berkembang atau dikembangkan menjadi konflik-konflik
pada tahab berikutnya.
Kutipan novel :
“Sesungguhnya persahabatan yang rapat dan jujur diantara
kedua orang muda itu, kian lama kian tersiarkan dalam dusun kecil
itu. Di dusun, belumlah orang dapat memandang kejadian ini
dengan penyelidikan yang seksama dan adil. Orang belum kenal
percintaan suci. Yang terdengar sekarang, yang pindah dari mulut
ke mulut, ialah bahwa Hayati, kemenakan Dt……..telah ber
“intaian” bermain mata, berkirim-kirim surat dengan anak orang
Makasar itu. Gunjing, bisik dan desus perkataan yang tak berujung
pangkal, pun ratalah dan pindah dari satu mulut ke mulut yang
lain, jadi pembicaran dalam kalangan anak muda-muda yang
duduk di pelatar lepau petang hari. Sehingga akhirnya telah
menjadi rahasia umum.
Orang-orang perempuan berbisik-bisik di pancuran tempat
mandi, kelak bila kelihatan Hayati mandi di sana, mereka pun
berbisik dan mendaham, sambil melihat kepadanya dengan sudut
mata. Anak-anak muda yang masih belum kawin dalam kampung
sangat naik darah. Bagi mereka adalah perbuatan demikian
merendahkan derajat mereka seakan-akan kampung tak
berpenjaga. Yang terutama sekali dihinakan orang adalah
persukuan Hayati, terutama mamaknya sendiri Dt…yang dikatakan
buta saja matanya melihat kemenakannya membuat malu,
melangkahi kepala ninik–mamak”. (Tenggelamnya Kapal Van Der
Wicjk, 1986:57)
c. Tahap Peningkatan Konflik
Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya
semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Tahap
peningkatan konflik terjadi ketika Zainuddin dan Aziz sama-sama
mengirimkan surat kepada orang tua Hayati. Dari lamaran kedua
35
pemuda itu, ternyata lamaran Aziz yang diterima karena orang tua
Hayati mengetahui latar belakang pemuda yang kaya raya itu,
sedangkan lamaran Zainuddin ditolak karena orang tua Hayati tidak
ingin anaknya bersuamikan orang miskin.
Kutipan novel :
“Kalam dia tertolak lantaran dia tidak ber-uang maka ada tersedia
uang Rp.3000,- yang dapat dipergunakan untuk menghadapi
gelombang kehidupan sebagai seorang makhluk yang tawakkal”.
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :118)
d. Klimaks
Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh (tokoh utama)
yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.
tahap klimaks terjadi ketika Aziz meminta supaya Zainuddin menikahi
Hayati. Meskipun dalam hati Zainuddin masih mencintai Hayati.
Zainuddin menolak permintaan Aziz. Bahkan Zainuddin
memulangkan Hayati ke kampung halamannya dengan menggunakan
Kapal Van Der Wijck.
Kutipan novel :
“Bila teringat akan itu, terus dia berkata: “Tidak Hayati! kau mesti
pulang kembali ke Padang! Biarkanlah saya dalam keadaan begini.
Pulanglah ke Minangkabau! Janganlah hendak ditumpang hidup
saya, orang tak tentu asal ….Negeri Minangkabau
beradat!.....Besok hari senin, ada kapal berangkat dari Surabaya ke
Tanjung Periuk, akan terus ke Padang! Kau boleh menumpang
dengan kapal itu, ke kampungmu”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der
Wicjk, 1990 :198).
36
e. Penyelesaian
Tahap penyelasaian ketika Zainuddin mendapat kabar bahwa
Kapal yang ditumpangi Hayati tenggelam, sedangkan dia dirawat di
Rumah Sakit Tuban. Dengan ditemani Muluk sahabatnya, Zainuddin
menengok wanita yang sangat dicintainya itu. Rupanya pertemuan
mereka itu adalah pertemuan yang terakhir karena Hayati
menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukan Zainuddin.
Kejadian itu membuat Zainuddin merasakan penyesalan yang
berkepanjangan. Hingga Zainuddin jatuh sakit dan meninggal dunia.
Zainuddin dimakamkan di sebelah makam Hayati.
Kutipan novel :
“Dia telah kuburkan di dekat pusara orang yang menjadi
angan-angannya selama hidupnya, kubur itu senantiasa
dibelai dan diperbaikinya, ke sana selalu dia ziarah di
waktu hari baik bulan purnama, dan disana dia kerap kali
bermenung. Di sana dia kuburkan, karena di sana baru hatiku
puas. Supaya kuburan dua sesaing itu dapat menjadi lukisan tamsil
dan ibarat bagi orang yang datang kemudian”. ( Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck, 1986:222)
4. Sudut Pandang
Pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka
menggunakan sudut pandang orang ketiga tunggal karena menyebutkan
dan menceritakan secara langsung karakter pelakunya secara gamblang.
Kutipan novel :
37
“Mula-mula datang, sangatlah gembira hati Zainuddin telah sampai
ke negeri yang selama ini jadi kenang-kenagannya.”( 1990 :26)
5. Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka menggunakan kalimat yang sangat kompleks karena menggunakan
bahasa melayu yang baku.
Kutipan novel :
“Lepaskan Mak, jangan bermenung juga,” bagaimana Mamak tidak
akan bermenung, bagaimana hati mamak tidak akan berat. Dari kecil
engkau kubesarkan, hidup dalam pangkuanku” (1990 :22)
6. Latar atau Setting
Latar adalah keterangan mengenai ruang, waktu serta suasana
terjadinya peristiwa-peristiwa di dalam suatu karya sastra. Jenis atau
macam-macam latar diantaranya sebagai berikut:
a. Latar waktu
Yaitu saat dimana tokoh atau pun si pelaku melakukan sesuatu
pada saat kejadian peristiwa dalam cerita yang sedang telah terjadi.
a) Waktu senja
Kutipan novel :
“Di waktu senja demikian kota makasar kelihatan
hidup“.(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :9)
b) Waktu Sore
Kutipan novel :
38
“Matahari telah hampir masuk ke dalam peraduannya.
Dengan amat perlahan, menurutkan perintah dari alam
gaib, berangsur turun ke dasar lautan yang tidak
kelihatan ranah tanah tepinya”. (Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck, 1990 :9)
c) Senin, 19 Oktober 1936
Kutipan novel :
“Pagi-pagi hari senin, 19 hari bulan oktober 1936
kapal van der wijck yang menjalani ijin K.M.P dari
Mengkasar telah berlabuh di tanjung perak”.(
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :200)
d) Selasa, 20 Oktober
Kutipan novel :
“Besoknya hari selasa 20 Oktober, barulah Zainuddin
kembali dari Malang, dia masuk kedalam umah dengan
wajah muram., terus ke kamar tulisnya”.
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :204)
b. Latar Tempat
Yaitu di mana tempat tokoh atau si pelaku mengalami kejadian
atau peristiwa didalam cerita.
a) Makasar
Makasar adalah tempat di mana Zainuddin dilahirkan.
Dan juga tempat Zainuddin di besarkan oleh pengasuhnya mak
Base.
Kutipan novel :
“Sempit rasanya alam saya, mak Base, jika saya masih tetap
jiga di Mengkasar ini. Ilmu apakah yang akan saya dapat di
sini”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :22).
39
b) Dusun Batipuh
Batipuh adalah tempat dimana Hayati tinggal dan juga
tempat pertama kali Zainuddin dan Hayati bertemu.
Kutipan novel :
“Sudah hamper 6 bulan dia tinggal di dusun Batipuh,
bilamana dia pergi duduk-duduk ke lepau tempat anak-anak
muda bersenda gurau, orang bawa pula ia bersenda gurau”
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :27).
c) Padang Panjang
Padang Panjang adalah tempat setelah Zainuddin
berpindah dari Batipuh, tempat Zainuddin menuntut ilmu,
tempat tinggal Khadijah dan juga tempat diadakannya pacuan
kuda.
Kutipan novel :
“Dipilihnya tempat tinggal di kampung silaing, penurunan
akan menuju kota padang, yang dari sana dapat dilihat kaki
singgalang dengan bukit-bukitnya yang penuh ditumbuhi
tebu.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :69).
d) Jakarta/ Batavia
Tempat Zainduddin dan temannya Muluk pertama kali
pindah ke Jawa.
Kutipan novel :
“Ditinggalkannya pulau Sumatera, masuk ke tanah Jawa,
perjuangan penghidupan yang luas. Sesampai di Jakarta,
disewanya sebuah rumah kecil di suatu kampung yang sepi,
40
bersama sahabatnya Muluk”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, 1990 :155)
e) Surabaya
Tempat Zainuddin tinggal dan menjadi penulis, tempat
pindahan kerja Aziz dan Hayati.
Kutipan novel :
“Oh, tuan Aziz ! dan Rangkayo Hayati ! sudah lama tinggal di
Surabaya ini ?” tanyanya sambil membungkukkan kepalanya
member hormat.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990
:169)
c. Latar suasana
Yaitu situasi apa saja yang terjadi ketika saat si tokoh atau si
pelaku malakukan sesuatu
a) Mengharukan
Saat Hayati menerima cinta Zainuddin ketika
Zainuddin menyatakan lewat surat dan bertemu di bentang
sawah milik Datuk.
Kutipan novel :
“Saya cinta akan dikau, biarlah hati kita sama-sama
dirahmati Tuhan. Dan saya bersedia menempuh segala
bahaya yang akan menimpa dan sengsara yang
mengancam”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990
:55).
b) Menyenangkan
Saat pertama Zainuddin bercakap-cakap dengan Hayati.
41
Kutipan novel :
“Alangkah beruntungnya mukanya amat jernih, matanya
penuh dengan rahasia kesucian dan tabiatnya gembira”.
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :31)
c) Menyedihkan dan Kecewa
Ketika Zainuddin hidup dengan sengsara, permintaan
Zainuddin di tolak oleh keluarganya Hayati melalui surat ,dan
juga ketika Hayati meninggal dunia.
Kutipan novel :
“Surat orang muda telah kami terima dan mafhum kami apa
isinya. Tetapi karena negeri minangkabau beradat, bulat
kata dengan mufakat, maka kami panggilan kaum keluarga
hayati hendak memusyawarahkan hal permintaan orang
muda itu. Rupanya bulat belum segolong, picak belum
setapik di antara kami semuanya, artinya belum sepakat.
Oleh sebab kayu yang bercabang tidak boleh dihentakkan,
maka kami tolaklah permintaan orang muda, dengan
mengatakan terus terang bahwa permintaan ini tidak dapat
kami kabulkan”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,
1990 :117)
7. Amanat
Dalam novel ini mengandung nilai moral yang tinggi. Ini terlihat dari
para tokoh yang ada seperti Zainuddin.
Kutipan novel :
“Demikian penghabisan kehidupan orang besar itu. Seorang di
antara Pembina yang menegakkan batu pertama dari kemuliaan
bangsanya; yang hidup didesak dan dilamun oleh cinta. Dan sampai
matipun dalam penuh cinta. Tetapi sungguhpun dia meninggal namun
riwayat tanah air tidaklah akan dapat melupakan namanya dan
tidaklah akan sanggup menghilangkan jasanya. Karena demikian
42
nasib tiap-tiap orang yang bercita-cita tinggi kesenangannya buat
orang lain. Buat dirinya sendiri tidak”. (tenggelamnya kapal van der
wijck, 1990 :223)
F. Sinopsis novel Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck
Zainuddin adalah anak orang buangan. Ayahnya yang bernama pendekar
sultan, dibuang karena membunuh mamaknya soal harta pusaka. Pendekar
sultan dibuang ke Cilacap, lalu dikirim ke Makasar. Di sini dia menikah
dengan orang Makasar. Dari pernikahan inilah lahir Zainuddin.
Setelah Zainuddin dewasa, ia pergi ke Minangkabau. Ia ingin belajar di
Minangkabau, lalu berjumpalah ia dengan keluarga ayahnya. Pada mulanya ia
disambut dengan hangat, tetapi kemudian beragsur-angsur dingin, karena ia
dianggap sebagai orang asing (karena ibunya dianggap bukan orang
Minangkabau)
Di sini ia berkenalan dengan Hayati, kembang desa dari Batipuh, Pandang
Panjang. Pada mulanya mereka saling simpati dan berkembang menjadi saling
jatuh cinta. Mereka saling mengutarakan perasaan hati lewat surat-surat, tetapi
kemudian hubungan itu jadi tersiar dan menjadi bahan gunjingan orang-orang.
Bukan oleh hal-hal yang melewati batas-batas susila, tetapi karena Hayati
kemenakan (bangsawan Minangkabau )berpacaran dengan seorang anak orang
Makasar.
Bangsawan Minangkabau itu akhirnya menemui Zainuddin, menegur dan
mengingatkan hubunganya dengan Hayati. Dikatakan bahwa perbuatan
43
Zainuddin itu telah membuat malu ia dan keluarganya serta kaumnya.
Zainuddin diminta untuk meninggalkan Batipuh oleh sang Datuk. Zainuddin
betul-betul terpukul jiwanya, yang halus dan penghiba. Sesudah ia menggusir
Zainuddin, Datuk itu juga mendatangi Hayati. Ia juga mengingatkan bahwa
hubungannya dengan Zainuddin bukan saja mustahil untuk dilaksanakan
bahkan untuk disebut saja tidak pantas. Hayati mencoba membela hubungan
mereka. Namun, mamaknya itu tetap tidak tergoyahkan.
Keesokan harinya Zainuddin meninggalkan negeri Batipuh dengan hati
yang remuk rendam. Di tepi jalan menuju Padang Panjang Hayati sudah
menunggu. Hayati menyampaikan perasaan hatinya dan bersumpah akan tetap
setia pada Zainuddin. Zainuddin meminta tanda mata yang akan dijadikan
azimat dalam kehidupannya kelak. Hayati memberi selendang dan beberapa
helai rambutnya.
Zainuddin menetap di Padang Panjang. Walaupun jarak Padang Panjang
dan Batipuh tidak jauh, tetapi ia tidak pernah lagi ke sana. Ia masih
berhubungan dengan Hayati melalui surat-menyurat. Pada mulanya Padang
Panjang adalah kota perniagaan, tetapi berubah menjadi kota pendidikan,
pusat pendidikan agama di Minangkabau. Di sinilah tempatnya sekolah
Diniyah, Sumatera Thowalid, Sekolah Normal, di samping beberapa pesantren
lainnya. Di sinilah Zainuddin menuntut ilmu.
Pada suatu kesempatan pacuan kuda di Padang Panjang Hayati datang
dengan romongan teman-temannya. Zainuddin sudah menantikan untuk
44
bertemu dengan Hayati ditempat pacuan kuda seperti yang mereka janjikan.
Namun Zainuddin diejek oleh teman-teman Hayati. Sebaliknya dimata
Zainuddin dalam diri hayati telah ada perubahan.
Di saat-saat yang demikianlah masuk orang lain dalam kehidupan Hayati.
Orang lain itu adalah Aziz, kakak sahabatnya Khadijah. Keluarga Aziz datang
untuk meminang Hayati. Meskipun ada beberapa keberatan, tetapi berkat
tekanan Datuk lamaran itu diterima. Hal ini disampaikan kepada Hayati.
Ternyata, meskipun dengan berat hati, Hayati menerimanya.
Sebelumnya Zainuddin juga telah mengirimkan surat resmi kepada Datuk
yang berisi pinangan untuk meminta Hayati akan menjadi istrinya. Surat itu
telah dibalas resmi pula oleh keluarga Hayati yang berisi penolakan terhadap
pinangan itu. Sejak itu dan setelah diberitahu bahwa Hayati telah menikah
dengan orang lain, Zainuddin jatuh sakit. Dalam sakitnya itu ia didampingi
oleh Muluk. Zainuddin minta kepada Muluk untuk menyelidiki siapa Aziz,
suami Hayati. Setelah diketahui siapa Aziz, Zainuddin mengirim surat
beberapa kali kepada Hayati. Balasan Hayati adalah sebuah surat pendek, agar
Zainuddin dapat mencari wanita lain untuk menjadi istrinya serta
melupakannya.
Sakit Zainuddin semakin parah. Untunglah ada Muluk mendampinginnya
dan memberi semangat serta fatwa-fatwa. Dengan bantuan Muluk, Zainuddin
pulih kembali dan punya semangat baru. Ia mulai memasuki dunia karang-
mengarang. Ia pindah ke Jakarta bersama Muluk. Zainuddin mulai terkenal
45
sebagai seorang pengarang, kemudian ia pindah ke Surabaya. Zainuddin telah
menjadi seorang pengarang yang terkenal, pencahariannya pun telah maju. Ia
betul-betul telah berubah.
Sementara itu rumah tangga Hayati dan Aziz mulai goyah. Aziz ternyata
tidak berubah sifat jeleknya yang lama, yaitu suka berjudi dan mabuk-
mabukan. Aziz jatuh bangkrut. Zainuddin ikut membantu keluarga itu.
Akhirnya Aziz meninggal, bunuh diri. Sebelum meninggal, ia mengirim surat
masing-masing kepada Hayati dan Zainuddin. Isinya adalah agar mereka
berdua bisa menikah.
Meskipun Hayati tinggal di rumah Zainuddin, tetapi mereka tetap
berjauhan. Zainuddin tidak bersedia menikahi Hayati, meskipun dia dan
Hayati masih saling mencintai. Zainuddin tidak dapat melupakan hinaan yang
dilemparkan ninik-mamak Hayati. Selain itu ada anggapan masyarakat adalah
pantang seorang pemuda makan sisa.
Akhirnya, dengan hati yang pedih Hayati meninggalkan Surabaya menuju
Ranah Minang dengan menumpang Kapal Van Der Wijck. “ Untunglah”
kapal itu tenggelam dan kesedihan Hayati berakhir, karena ia meninggal
bersama tenggelamnya Kapal itu. Tidak beberapa lama sebelum Hayati
meninggal Zainuddin menyusul dengan perasaan sedih dan menyesal. Ia
meninggal pula karena sedih dan sesal
46
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Nilai Sosial
Kehidupan manusia tak lepas dari nilai, dan nilai itu selanjutnya perlu
diintitusikan. Intituasional nilai yang terbaik adalah melalui nilai pendidikan
(Muhaimin dan Mujib, 1993 : 124)
Nilai sosial merupakan sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-citakan
dan dianggap penting atau berarti oleh masyarakat. Nilai sosial memberikan
gambaran tentang tindakan yang perlu dan penting untuk dilakukan oleh
anggota masyarakat dan tindakan apa yang tidak perlu dan tidak penting untuk
dilakukan. Misalnya, orang-orang yang menganggap penting kesegaran
jasmani akan berolahraga secara teratur dan menjaga menu makan dan
minuman secara ketat, sebaliknya ia akan menghindari makanan yang
berlemak dan minuman yang beralkohol. Dengan demikian nilai mengarahkan
perilaku dan pertimbangan seseorang. Jadi nilai sosial dapat diartikan sebagai
nilai yang dianut oleh suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan
apa yang dianggap buruk oleh masyarakat ( Harton, 1987: 71).
Maka dari itu, nilai sosial sering kali menjadi pegangan hidup
oleh masyarakat luas dalam menentukan sikap di kehidupan sehari-hari, juga
menjadi nilai hidup manusia dalam berinteraksi dengan manusia yang lainnya.
47
Nilai-nilai sosial tidak diperoleh begitu saja saat ia lahir, namun dengan
sistem nilai yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya dengan
penyesuaian sana-sini. Setiap individu saat ia dewasa membutuhkan
sistem yang mengatur atau semacam arahan untuk bertindak guna
menumbuh kembangkan kepribadian yang baik dalam bergaul dan
berinteraksi dengan masyarakat (Elizabeth, 1994: 45).
Nilai sosial terdiri atas beberapa sub nilai, diantaranya ialah
a. Kasih Sayang ( Loves ), yang terdiri atas:
1. Pengabdian
2. Tolong Menolong
3. Kekeluargaan
4. Kesetiaan
5. Kepedulian
b. Tanggung Jawab ( Responsibility),
1. Nilai Rasa Memiliki
2. Empati
c. Keserasian Hidup ( Life Harmony).
1. Toleransi
2. Kerjasama
3. Musyawarah (Zubaedi, 2006: 18).
48
Dari penjelasan di atas, maka penulis akan menjabarkan nilai-nilai
pendidikan sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya
Buya Hamka sebagai berikut :
a. Kasih sayang
1. Pengabdian
(1) “,,Hayati!” kata muluk. ,,Sebenarnya tak sampai hatiku
hendak melepas engkau berlayar seorang diri. Saya pun
telah hendak ingin pula pulang ke kampung. Tetapi
apakah akan dayaku keadaan belum mengizinkan. Sebab
itu berilah saya maaf dan janganlah kau berkecil hati”
Lama sekali Hayati baru dapat menjawab perkataan
Muluk , lantaran air matanya terus cucuran bagai hujan
lebat dengan tangis isak baru dia berkata:,,sampai hati
betul Zainuddin menyuruhku pulang, bang Muluk…”
,,kuatkan hatimu, hai perempuan muda! Jangan Tuhan kau
lupakan, dia akan senantiasa sayang akan hambaNya!”
,,Insya Allah, bang Muluk!”
,,Sekarang saya turun, dan …selamat berlayar!”
,,Se…lamat…tinggal!” (Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, 1990 :202).
(2) “Setelah terjadi pertemuan itu, pulang juga sedikit
kesenangan hati Hayati. Karena rupanya masih ada di
dunia ini orang yang pernah mencintainya dahulu.
Dahulu!
Cuma yang diselidikinya meskipun hanya sekedar mau
tahu-menurut sifat yang ada pada tiap-tiap perempuan:
Apakah Zainuddin masih ingat kepadanya? Perkenalan
mereka itu membesarkan hatinya, dia hendak tahu pikiran
Zainuddin hanya sekedar tahu, lain tidak. Karena mungkin
kepada pertalian yang telah dibuhulkan oleh kalimat suci,
dia tak mau. Dia telah ditakdirkan Tuhan buat
bersengsara. Dia akan melalui takdir itu sampai Tuhan
sendiri pula yang membukakannya, yaitu dengan kafan
dan perkuburan” (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,
1990: 174).
49
2. Tolong menolong
(1) “Untuk menghilangkan muka kurang jernih, maka
bilamana orang pergi ke sawah, ditolongnya ke sawah,
bila orang ke ladang, dia pun ikut ke ladang.”
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :27) .
(2) “Tuan Zainuddin!
Bersamaan dengan Anak ini saya kirimkan payung yang
telah saya pinjam kemaren. Alangkah besar terima kasih
saya atas pertolongan itu, tak dapat disini saya nyatakan:
Pertama, di waktu hari hujan saya tak bersedia payung,
tuan telah sedia berbasah-basahan hanya untuk
memelihara diri seorang anak perempuan yang belum tuan
kenal. Kedua, kesyukuran saya lebih lagi dapat berkenalan
dan bersahutan mulut dengan tuan, orang yang selama ini
terkenal baik budi, sehingga bukan saja rupanya hujan
mendatangkan basah, tetapi juga mendatangkan rahmat.
Moga-moga pada suatu waktu kelak, dapatlah saya
membalas budi tuan” (Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, 1990 :33).
(3) “Sambil menggeleng-gelengkan kepala dokter berkata
:,, yang lebih baik, kita minta atas nama kemanusiaan
supaya perempuan itu datang kemari, walaupun sekali
saja! Agaknya dengan pertemuan itu dapatlah sakitnya
berkurang!”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990
:143).
(4) “Kalau sekiranya ada orang dagang anak Sumatera
atau anak Makasar yang terlantar di kota Surabaya dan
datang meminta tolong kepadanya, tidaklah mereka tidak
akan meninggalkan rumah itu dengan tangan kosong.”(
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :157)
(5) “Beberapa kali hutangnya kepada orang yang suka
menernakan uang, telah dapat dioleh Zainuddin,
sahabatnya yang kasihan kepadanya itu”. ( Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck, 1990 :179).
50
(6) “Dia selalu suka membantu orang yang melarat,
karena sebenarnya dia seorang yang melarat. Karena
sebenarnya dia orang melarat. Kerap kali datang
kepadanya anak-anak muda yang kekurangan ongkos buat
kawin, meminta bantu kepadanya, dia keluarkan uang
secukupnya untuk upacara itu. Karena katanya:,,saya
merasai sendiri bagaiman pengaruhnya atas diri saya
lantaran maksud tak sampai, biarlah anak muda itu tidak
menanggung apa yang pernah saya
tanggung”.(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990
:189).
(7) “Setelah menyiapkan tempatnya ditolong oleh
beberapa bacok Makasar yang baik hati itu .” (
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :203)
3. Kekeluargaan
(1) “Sehabis makan lohor, Mak Base mengeluarkan peti
kecil simpanan uang itu dari dalam almari, seraya berkata
kepada Zainuddin:,,Terimalah uang ini semuanya, inilah
hakmu, usaha dari ayahmu.” ( Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck, 1990 :23).
(2) “Ada seorang sahabatnya sama bersekolah, bernama
Khadijah, tinggal di Padang Panjang. Pada suatu hari
dikirimnya sepucuk surat kepada Khadijah yang pada
ketika membaca surat itu dapat diketahui bagaimana
perasaanya hatinya” ( Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, 1990 :38).
(3) “Persahabatan manusia yang didapat sesudah
menempuh sengsara adalah persahabatan yang lebih kekal
dari pada yang didapat di waktu gembira. Demikian
pulalah di antara Zainuddin dengan Muluk.” (
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :147).
(4) “Saya sudah pikirkan bahwa yang lebih maslahat bagi
diri saya dan bagi perjuangan yang akan ditempuh di
zaman depan, saya terpaksa pindah dari kota Padang
51
Panjang. Saya hendak ke tanah Jawa. Di tanah Jawa
nasehat bang Muluk itu lebih mudah dijalankan dari sini.
Lagi pula kalau Padang Panjang kelihatan juga, pikiran
yang lama-lama timbul-timbul juga!”
,,Sudah tetapkan keputusan demikian?”
,,Tetap!”
,,Saya mesti ikut!” kata Muluk,,saya tertarik dengan
guru. Sebab itu bawalah saya menjadi jongos, menjadi
pelayan, menjadi orang suruhan di waktu siang di dalam
pergaulan hidup, dan menjadi sahabat yang setia yang
akan mempertahankan jika guru ditimpa susah!”
Dengan muka sangat girang Zainuddin menentang
mata Muluk:,,Benarkah abang mau pergi dengan daku?”
,,Benar, sebab dari pada guru banyak kebaikan yang
akan saya contoh, saya hendak menuntut penghidupan
yang baru menanggalkan baju ,,perewa”saya. Saya
hendak tunduk dan kembali ke jalan benar, karena sejauh-
jauh tersesat, kepada kebenaran pula kita akan kembali.
,,Sayapun perlu berdampingan dengan abang, kita
tidak terpisah lagi, banyak pula kebaikan dan faham yang
dalam-dalam yang perlu saya ambil dari pada abang
Muluk.”
,,Sampai mati menjadi sahabat,” kata Muluk.
,,Sampai mati menjadi sahabat.” Kata Zainuddin pula,
sambil bersalam-salaman yang lama sekali,,” (
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,1990 :154).
(5) “Persahabatan itu telah karib. Cuma yang selalu
dielakkan benar oleh Zainuddin ialah bersua dengan
Hayati berdua-dua. Kalau dia bertemu dengan Hayati
senantiasa di dekat suaminya.” (Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck, 1990 :177).
(6) “Muluk bercerita :,,Tidak kusangka-sangka bahwa
guruku, sahabatku dan orang yang paling kucintai itu akan
selekas itu meninggalkan saya.” ( Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck, 1990 :221).
4. Kesetiaan
(1) “Pernah ia berkata: separoh dari hatinya dibawa
ibumu ke kuburan, dia tinggal di dunia ini dengan
52
hatiyang separo lagi. Betapa ia takkan begitu, ia cinta
kepada ibumu”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,
1990 :18).
(2) “,,Hayati,”ujar Zainuddin, amat besar perkataanmu itu
bagiku. Saya putus asa, atau saya timbul pengharapan
dalam hidupku yang belum tentu tujuannya ini, semua
bergantung bukan pada diriku, bukan pula kepada orang
lain, melainkan kepada engkau Hayati. Engkaulah yang
sanggup menjadikan saya seorang yang gagah berani,
tetapi engkau juga yang sanggup menjadikan saya
sengsara selamanya. Engkau boleh memutuskan
harapanku, engkaupun sanggup membunuhku.
,,Kalau demikian, hari inilah saya terangkan
dihadapanmu, di hadapan cahaya matahari yang baru
naik, di hadapan roh ibu bapa yang sudah sama-sama
berkalang tanah, saya katakana: Bahwa jiwaku telah di isi
sepenuh-penuhnya oleh cinta kepadamu. Cinta ku
kepadamu telah memenuhi isi hatiku, telah terjadi sebagai
badan dan nyawa adanya. Dan selalu akan berkata, biar
Tuhan yang mendengarkan, bahwa engkaulah yang akan
menjadi suamiku kelak, jika tidak sampai di dunia biarlah
di akhirat. Dan saya tiadakan khianat terhadap janjiku,
tidak akan berdusta dihadapan Tuhanku, dan dihadapan
arwah nenek moyangku,”ujar Hayati.
,,Berat sekali sumpahmu Hayati!”
,, Tidaklah berat, demikianlah yang sebenarnya, dan
jika engkau kekasihku, berjalan jauh atau dekat sekalipun,
entah tidak kembali dalam masa setahun, masa dua tahun,
masa sepuluh tahun, entah hitam negeri Batipuh ini baru
engkau kembali ke mari. Namun saya tetap
menunggumu.Carilah bahagia dan keberuntungan kita
kemana juapun namun saya tetap untukmu. Jika kita
bertemu pula, saya akan tetap bersih dan suci, untukmu,
kekasihku, untukmu.
Allah yang tahu bagaimana beratnya perasaan
hatiku hendak melepasmu berangkat pada hari ini, tapi
apa yang hendak kuperbuat selain sabar. Tuhan telah
memberi saya kesabaran, moga-moga kesabaran itu terus
menyelimuti hatiku, menunggu dimana masanya kita
53
menghadapi dunia ini dengan penuh kesyukuran kelak.”(
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 67).
(3) “ Dalam hatinya terbit dua perjuangan, pertama cinta
yang kekal kepada Hayati, kedua perasaan dendam yang
sukar mengikis lantaran mungkir Hayati kepada janjinya”
( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 177).
5. Kepedulian
(1) ,,Tuan Zainuddin”, ujar Hayati dengan tiba-tiba.
Perkataan itu walaupun halus laksana buluh perindu,
tetapi bagi Zainuddin sama rasanya denga ponis yang
ditunggu oleh seorang pesakitan yang menunggu
hukumannya di muka hakim, hukum bebas atau hukum
bunuh. Tetapi akan dibebaskan sangat tipis harapannya.
“ ,Hayati !”
,,Mengapa sudah 4 hari tuan tidak kelihatan, dari bila
bertemu di tengah jalan, tuan serupa melenggakkan
diri?”.( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :46).
(2) “Dia pun kembali pulang ke Padang Panjang, karena
tidak betul pula rupanya persangkaanya karena keindahan
alam dapat mengobati hati. Dia pulang dengan muka yang
lebih lesu, diletakkannya kopor kecil dan dia masuk
kedalam kamarnya dengan haluan yang tak tentu.
“,Sudah kembali Zainuddin,” kata perempuan tua
tempat ia menumpang itu .
,,Sudah mak!”
,,Mengapa mukamu lebih lesu ?”
,,Demam saya dalam perjalanan, mak!.”
( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :121).
(3) “Perempuan itu masuk dan bertanya :...Mengapa
engkau termenung saja anakku? Apa kabar di dalam
perjalanan sudah lebih 10 hari meninggalkan rumah,
indahkah negeri yang engkau lihat? Adakah puas mata
memandang?”
,,Semuanya indah „mak, memang negeri-negeri di
Minangkabau ini cantik dan menghidupkan semangat
semua”
54
,,Mengapa wajahmu agak berlain‟mak lihat? Kurang
sehat kan?
,,Tidak‟mak,, ,”ujar Zainuddin sambil berusaha
sedapat-dapat menyembunyikan kesedihan hatinya (
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :123).
b. Tanggung jawab
1. Nilai rasa memiliki
(1) “Jangan marah Hayati, kau hanya buat saya seorang,
bukan buat orang lain. Biarlah orang lain mengatakan kau
perempuan dusun, tak kenal kemajuan pakaian zaman kini,
kau Hayati,,,kau hanya untukku seorang,” ( Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck, 1990: 88)
(2) “Zainuddin, bangunlah kembangkanlah matamu.”kata
dokter,, ini Hayati telah datang menziarahimu!”
Dia masih diam saja!
Dengan separo berbisik dokter berkata kepada Hayati;
,,lebih baik engkau sendiri memanggilnya, semoga dia
terbangun.”
Mula-mula Hayati menoleh kebelakang, kepada
suaminya, muka Aziz kelihatan kerut saja.
Jika diwaktu sehat tuan-tuan benci kepadanya,
kasihanilah diwaktu dia sakit,”kata dokter dengan muka
agak marah.
,,Zainuddin !”kata Hayati
Mendengar suara yang merdu itu, yang dalam telinganya
laksana suara Nafitri dari dewa-dewa, Zainuddin pun
mengembangkan matanya yang cekung. Dia menoleh ke
kiri dan ke kanan mencari dari mana suara itu. Lalu
bertanya siapakah yang memanggil namaku?
,,Bangunlah Zainuddin, ini saya datang,” kata Hayati
Hayatikah itu? Suaranya ! saya kenal benar suaranya”
katanya; lalu dicobanya hendak bangun, tetapi badannya
masih lemah. Lalu ditolong mendudukkan oleh Muluk dan
ibunya. Punggungnya dikalang dengan bantal.
Terbit suatu cahaya yang hidup dan terang dari kedua
belah matanya yang telah kuyu itu.,,Mana Hayati?
Dicarinya Hayati dengan tangannya.
,,Oh, ya, Hayati! Kau datang tepat pada waktunya
telah saya sediakan rumah buat tempat tinggal kita. Sudah
55
saya cukupkan alat-alat yang perlu dalam rumah itu.
Nantilah saya ambil pakaian hitam saya,
pakaianpenganten, ini tuan Kadi ( sambil mengisyaratkan
matanya kepada dokter), sudah lama menunggu
kedatanganmu untuk melaksanakan ijab Kabul. Sehabis
nikah kita berangkat ke Makasar, kita akan melihat Butta
Jum Pandang, akan ziarah ke kuburan ayah bundaku! Kita
letakkan disana bunga karangan !
Cantiknya kau hari ini ! baju berkurung begini memang
sangat saya setujui. Bukankah dulu seketika kita bertemu
kau juga memakai baju berkurung juga ! ini selendang,
selendang sutra putih, memang ini pakaian penganten
model sekarang.
Muka Hayati selama Zainuddin berbicara itu sangat
pucat, apalagi muka Aziz. Dokter melihat si sakit dengan
menggeleng-gelengkan kepalanya. Ibu Muluk menitikkan
air mata” (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990
:144).
2. Empati
(1) “Saya kasihan melihat nasib anak muda itu, hanya
semata-mata kasihan, sahabat, lain tidak; jangan engkau
salah terima kepadaku. Karena memang sudah terbiasa
kita anak-anak gadis ini merasa kasihan kepada orang
yang malang.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,
1990 :38).
(2) “Dahulu, dia sangat belas kasihan melihat nasib
Zainuddin, dari belas kasihan mendakilah dia kepada
cinta. Maka pada ketika itu belas kasihan itu timbulah
pula kembali, sambil menarik nafas yang panjang dan
dalam, dia berkata : Kasihan nasibmu Zainuddin .”(
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :87) .
(3) “Terbangunlah perasaan kasihan dari hati sanubari
Hayati melihat nasib anak muda itu lalu di cobanya
hendak membarut kepala Zainuddin dengan tangannya
yang halus. Tiba-tiba sebelum terbarut, tangannya telah
direngkut oleh suaminya, dan dibimbingnya keluar”
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :146).
56
(4) “Saya sudi menjadi temannya, karena saya tahu betul
akan dia. Bukankah lebih setahun lamanya dia
menumpang dirumah ibuku di Padang Panjang? Dia
seorang muda yang melarat. Melarat dari sejak asal dan
keturunan, pusaka yang diterimanya sejak dari ayah
bundanya. Ayahnya terbuang jauh dari kampung halaman,
sampai mati dirantau setelah kembali dari buangan,
lantaran malu pulang ke kampung halaman. Lagi pula
meskipun pulang, bukankah ada pepatah:
,,Tak ada ranggas di Tanjung
Cumanak ampain kain.
Tak ada emas dikandung.
Dunsanak jadi „rang lain”.
Ibunya seorang Makasar, mati seketika dia masih
perlu kepada bujukan ibu. Hidupnya besar dalam
pangkuan orang lain. Ditempuhnya tanah Minangkabau
dengan cita-cita besar, cita-cita hendak menempuh tanah
bapa, tanah tempat dia dibangsakan menurut adat istiadat
dunia. Kiranya kedatangan ke sana, dipandang orang
laksana minyak dengan air saja. Dia tetap dipandang
orang Makasar, sebagaimana di Makasar dia tetap
dipandang orang Padang.”( Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck, 1990: 187).
3. Keserasian hidup
1. Toleransi
(1) “Saya tahu juga sedikit-sedikit adat negerimu yang
kokoh. Agaknya buruk saya berkirim surat ini dalam
pemandangan umum.”( Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, 1990: 41).
(2) “Karena kemuliaan budi dan kebaikan hatinya, yang
tiada suka mengganggu orang lain, lagi suka menghormati
pikiran orang lain, dalam sedikit masa pula, namanya
telah harum dalam perkumpulan ,,Anak Sumatera”.
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 158).
2. Kerjasama
57
(1) “Tadi banyak anak muda yang menolong, tetapi
lantaran pekerjaan ini sudah hampir selesai, mereka telah
minta izin pulang. Pekerjaan ini sudah 2 hari dikerjakan,
sekarang baru akan siap”( Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, 1990 :35).
(2) “Setelah harinya datang, ributlah orang dalam rumah
mengerjakan dan menyiapkan. Hayati riang tersenyum-
senyum saja”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,
1990 :141).
(3) “Tiap-tiap rembukan yang mengenai kepentingan
bangsa, menolong orang yang sengsara, pekerjaan amal,
senantiasalah Zainuddin atau Shabir jadi ikutan orang
banyak. Dan Muluk adalah sahabatnya yang setia” (
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,1990 :169).
3. Musyawarah
(1) “Di dalam rumah tangga Khadijah tidak lama orang
timbang menimbang, segera saja sepakat hendak
meminang Hayati untuk Aziz. Apalagi sudah berat pikiran
mereka kalau permintaan mereka akan terkabul. Sebab
semua syarat-syarat rasanya cukup, tidak ada yang
kurang. Uang ada pangkatpun ada, terpandang pula
dalam negeri, duduk sama rendah berdiri sama tinggi.
Bagai bulan dengan matahari.
Pada waktu yang telah disepakati, setelah genap
mufakat Aziz dengan keluarganya, disuruhlah orang
suruhan yang bijak menyampaikan permintaan kepada
kaum kerabat Hayati, membawa,,sirih nan secabik, pinang
nan segetap”. Sampai di Batipun diterima dengan bahasa
yang halus oleh kaum Hayati”.( Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck, 1990 :103).
(2) “Setelah hadir semuanya, mulailah Dt...membuka kata:
Demikianlah maka tuan-tuan saya hadirkan dalam rumah
nan gedang ini, yaitu elok kata dengan mufakat buruk kata
di luar mufakat, tahi mata tak dapat di buangkan, dengan
empu kaki.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990
:110).
58
B. Karakter Tokoh Utama yang Patut Diteladani
A. Pengertian karakter
Secara etimologis, kata karakter ( inggris: character) berasal dari
bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave”. Kata “
to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis memahatkan, atau
menggoreskan (Echols dan Shadily, 1987: 214).
Secara terminologis, makna karakter dikemukakan oleh Thomas
Lickona. Menurutnya karakter adalah “A relisble inner disposition to
respond to situations in a morally good way.” Selanjutnya Lickona
menambahkan, “character so conceived has three interrelated parts:
moral knowling, moral feeling, and moral behavior. Menurut Lickona,
karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan,
lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya
benar-benar melakukan kebaikan. Dengan kata lain karakter mengacu
pada serangkaian pemikiran (cognitive), perasaan (affectives) dan perilaku
(behaviors) yang sudah menjadi kebiasaan (habits) ( Lickona, 1991: 51).
Dalam Kamus Besar Bahas Indonesia kata “karakter “ diartikan
dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. Karakter juga bisa
59
berarti huruf, angka, ruang, simbul khusus yang dapat dimunculkan pada
layar dengan papan ketik ( Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 682).
Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat atau berwatak. Dengan makna seperti ini
berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian
merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,
misalnya keluarga pada masa kecil atau bawaan sejak lahir ( Koesoema,
2007: 80).
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter identik
dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai manusia yang
universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka
berhubungan dengan tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia,
maupun dengan lingkungannya yang terwujud dalam pikiran, perasaan,
dan perkataan serta perilaku sehari-hari berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
B. Pembagian karakter
Dari penjelasan di atas tentang karakter, maka dapat di
simpulkan bahwa karakter itu dibagi atas lima point, yaitu:
1. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan.
2. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri.
3. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga.
60
4. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan
bangsa.
5. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar.
Dari penjabaran di atas, maka penulis akan menjabarkan karakter
tokoh utama yang patut diteladani dalam novel Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck karya Buya Hamka sebagai berikut :
1. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan
1) Tawakal ( berserah diri kepada Allah )
(1) “Hatinya telah mulai jenuh, maka terbayanglah
kembali di ruang matanya kota Makasar, kota yang indah
dan penuh dengan peradaban, terbayang kembali lautan
dan ombaknya yang tenang, perahu mandar, kapal yang
sedang berlabuh sehingga mau dia rasanya segera
pulang, bertemu dengan Mak Basenya yang tercinta.
Tetapi ..kehendak yang maha kuasa atas dirinya berbeda
dengan kehendak manusia itu sendiri. Zainuddin telah
jemu di Minangkabau, dan dia tidak akan jemu lagi,
karena tarikh penghidupan manusia bukan manusia
membuatnya, dia hanya menjalani yang tertulis
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :28).
(2) “Adapun kesakitan yang mengenai hati, moga-moga
dapat disembuhkan Tuhan dengan berangsur-angsur” (
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 154).
(3) “Biarlah saya ditolak – kata Zainuddin – karena tidak
semua maksud itu di hasilkan Tuhan, asal Hayati tetap
cinta kepadaku”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,
1990: 120).
2) Husnudzan ( berprasangka baik terhadap Allah)
61
(1) “Kalau ada kepercayaanmu demikian, maka Tuhan
tidaklah akan menyia-nyiakan engkau. Sembahlah dia
dengan khusu‟, ingat dia diwaktu kita senang, supaya dia
ingat pula kepada kita di waktu kita sengsara. Dialah
yang akan membimbing tanganmu. Dialah yang akan
menunjukkan haluan hidup kepadamu. Dialah yang akan
menerangi jalan yang gelap. Jangan takut menghadapi
cinta. Ketahuilah bahwa Allah yang menjadikan matahari
dan memberinya cahaya. Allah akan menjadikan bunga
dan memberinya wangi. Allah yang menjadikan tubuh dan
memberinya nyawa. Allah yang menjadikan mata dan
memberikan penglihatan. Maka Allah pulalah yang
menjadikan hati dan memberinya cinta. Jika hati kau
diberi-Nya nikamt pula dengan cinta sebagaimana hatiku,
marilah kita pelihara nikamat itu sebaik-baiknya, kita
jaga dan kita pupuk kita pelihara supaya jangan dicabut
Tuhan kembali. Cinta adalah ibarat Tuhan, dikirimnya ke
dunia supaya tumbuh, kalau dia terletak di tanah yang
lekang dan tandus, tumbuhnya akan menyiksa orang lain.
Kalau dia datang kepada hati yang keruh dan kepada
budi yang rendah. Dia akan membawa kerusakan. Tetapi
kalau dia hinggap kepada hati yang suci, dia akan
mewariskan kemuliaan, keikhlasan dan tha‟at kepada
Illahi” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 53).
(2) “Beberapa jam pula setelah itu, orang dalam kapal
telah hening, itu hanya dipecahkan oleh suara mesin-mesin
kapal yang bekerja terus-terusan. Orang telah tidur,
dengan tak mempunyai syak wasangka apa-apa atas
kejadian yang telah ditentukan Allah di dalam azal” (
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :203).
2. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri
1) Jujur
(1) “Sahabatku Hayati
Gemetar, Encik! Gemetar saya tanganku ketika mula-
mula menulis surat ini hatiku memaksaku menulis, banyak
yang terasa, tetapi setelah kucecahkan penaku ke dawat,
62
hilang akalku tak tentu darimana harus kumulai. Sudah
hampir satu tahun saya tingal di negeri nenek moyangku
ini. Oh, saya telah dibuaikan oleh mimpi dahulunya, oleh
kuatnya bekas dendang dan nanyian ayahku seketika saya
masih dalam pangkuannya. Tanahmu yang indah, bahkan
tanahku juga, Minangkabau senantiasa berdiri dalam
semangatku sehingga sejak saya tau menyebut nama
negeri Padang, tanah ini telah terbayang dalam khayalku.
Angan-angan dan khayal yang demikianlah yang
menyampaikan langkahku kemari. Sebab di negeri
Makasar sendiri saya dianggap orang Padang, bukan
orang asli Bugis atau Makasar. Sebab itu di sana saya
rasa senantiasa dalam kesepian.
Sekarang saya datang ke mari, Hayati. Tak obahnya
dengan seorang musafir ditengah gurun yang luas
keputusan air, tiap-tiap langkah dilangkahkannya tampak
juga olehnya danau yang luas di mukannya. Demi, setelah
sampai kepada yang kelihatan itu, danau itupun hilanglah,
diganti dengan pasir yang semata-mata, hening dan
panas!
Hayati berulang saya menanggung perasaan begini,
seorang pun tak ada tempat saya mengadu. Saya tidur di
surau bersama-sama teman. Mereka ketawa bersenda
gurau, tetapi bilamana kuhening dan kupikirkan, emas
tidak juga dapat dicampurkan dengan Loyang, sutra
tersisih dari benang, saya telah mengerti segera bahasa
Mingangkabau meskipun dekat dengan mereka saya
seakan-akan tidak faham. Dari isyarat dan susun kata,
dapat juga kuketahui bahwa derajatku kurang adanya.
Bakoku sendiri tidak mengaku saya anak pisangnya, sebab
rupanya ayahku tidak mempunyai saudara yang karib,
mereka bawa saya menumpang selama ini karena
dipertalikan bukan oleh budi bahasa, tetapi oleh
wang;sekali lagi Hayati, oleh wang!
Mengapa hal ini saya adukan kepadamu hayati?
Itupun saya sendiri tidak tahu, cuma hati saya mengatakan
engkaulah tempat saya mengadu..”( Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck, 1990: 41).
(2) “Adikku Hayati !
Setelah sekian lamanya kita bercerai-cerai, masih
saja teringat olehku seketika kau melepasku pergi, di
63
penajunan, di batas antara negeri Batipuh dengan Ekor
Lubuk, diantara sawah yang berjenjang, ketika matahari
mulai naik. Masih terbayang muramnya muka kau,
bagaimana teguhnya sikap kau melepasnya. Masih
teringat, dan amat jelas, laksana detik suara jam
yang didengarkan oleh seorang yang matanya tak mau
tidur tengah malam, bagaimana kau menyuruhku sabar,
menyuruh saya teguh menempuh bahaya hidup. Jika
saya ingat semuanya itu, saya bacai pula surat-surat kita.
Maka tidaklah sepi rasanya diri saya bercerai-cerai
dan berjauhan tempat tinggal dengan kau....Pergaulan
kota telah mulai menjalar ke kampung-
kampung,kedamaian dan kerukunan hidup dalam kampung
telah mulai diusik oleh nafsi-nafsi orang kota. Banyak
orang tua-tua yang mengeluh dan merasa takut, kalau-
kalau ketentraman perempuan dalam adatnya dan
kedamaian pemuda dalam sopannya akan terganggu
oleh gelora zaman baru. Tapi berlain saya dengan mereka
itu selama ini terhadap dirimu. Saya percaya bahwa
engkau tak akan terpengaruh oleh segala keadaan
yang baru, tetapi akan tentram dalam lingkungan
adinda tinggal, kenal dalam kalangan keluarga siapa
adinda dilahirkan, kenal pula didikan agama yang
adinda terima, kenal pula bagaimana kerasnya engku
Dt....menjaga anak kemenakannya. (Tenggelamnya Kapal
Van Der wijck, 1990: 87).
(3) “Maafkan saya hayati, jika saya berbicara terus
terang, supaya jangan hatiku menaruh dosa walaupun
sebesar zarrah terhadap kepadamu. Cinta yang sejati,
adikku, tidaklah bersifat munafik, pepat di luar pancung di
dalam. Akan saya katakan perasaan hati terus terang,
walaupun lantaran itu saya akan kau bunuh misalnya,
bahagialah saya lantaran tanganmu”
“Hayati !...... Apa yang saya lihat kemaren ?
Mengapa telah berobah pakaianmu, telah berobah
gayamu ? Mana baju kurungmu? Bukankah adinda
orang dusun ! Saya bukan mencela bentuk pakaian
orang kini, yang saya cela ialah cara yang telah
berlebih-lebihan, dibungkus perbuatan,,terlalu ”dengan
nama,,mode”. Kemarin, adinda pakai baju yang
sejarang-jarangnya hampir separoh dada adinda
64
kelihatan, sempit pula gunting lengannya dan pakaian
itu yang dibawa ke tengah-tengah ramai”.(Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck, 1990: 88).
(4) “Bang Muluk! Terus terang kukatakan, bahwa hatiku
berperang sangat hebatnya, sejak akan melepas Hayati
pergi, sampai sekarang ini.” ( Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck, 1990 :204).
(5) “ Iya bang Muluk! Saya sudah salah, hati dendam saya
dahulukan dari ketentraman cinta. Terus terang saya
katakana kalau tidak ada Hayati di sini saya kan sengsara,
terus!”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :205).
2) Bersemangat
(1) “,,Jelas nian suara itu terdengar olehnya !
Direnggutkannya tali itu ke bawah, dan baru sekarang
tersenyum kecil tersungging di bibirnya” ( Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck, 1990: 107).
(2) “Benar segala perkataanmu bang Muluk, tidak ada
yang salah. Segala yang tersebut itu telah saya usahakan,
telah saya ketahui. Tapi itulah saya akui semangat saya
yang lemah yang tidak mencapai kemenangan di dalam
perjuangan mencari makna yang lebih benar. Tetapi saya
ingat pula bahwa segala kejadian itu meski kejadian,
kesusahan meski datang menimpa, dilukai mesti berdarah,
dipukul mesti sakit. Cuma sesudah luka mesti ada luka
sembuhnya, sesudah bengkak ada masa surutnya. Mulai
waktu ini saya akan berusaha memperbaiki jalan pikiran
saya kembali. Saya tidak akan menginggat dia lagi, saya
akan melupakan dia!”( Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, 1990: 153).
(3) “Dari sanalah dicobanya menyudahkan karangan-
karangan yang terbengkalai, terutama di dalam bagian
hikayat. Dikirimnya kepada surat-surat kabar harian dan
mingguan” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990:
155).
65
(4) “Jika dahulu dia sendiri yang pergi ke kantor surat
kabar mengantarkannya, diterima dengan dibolak-balik
lebih dahulu, sekarang redaksi surat kabar itulah yang
datang meminta karangan kepadanya. Beberapa mingguan
dan harian memberikan honorarium yang pantas. Bahkan
dalam masa yang tidak lama kemudian, direktur dari satu
surat kabar harian telah datang kerumahnya menawarkan
pekerjaan menjadi redaksi dalam surat kabar itu, special
mengatur ruangan hikayat, roman dan syair. Tetapi dia
tidak mau, karena ia mempunyai cita-cita lain.
Setelah dia tahu bahwa buah penanya telah menjadi
perhatian umum, mengertilah dia bahwa inilah tujuan
yang tetap dari hidupnya. Daripada bekerja dibawah
tangan orang lain, lebih suka dia mengeluarkan dan
membuka perusahaan sendiri. Oleh karena kota Surabaya
lebih dekat ke Makasar dan di sana penerbitan buku-buku
masih sepi, maka bermaksudlah ia hendak pindah ke
Surabaya, akan mengeluarkan buku-buku hikayat bikinan
sendiri dengan modal sendiri, dikirim ke seluruh
Indonesia.
Dengan kemauan yang tetap dia bersama Muluk
meninggalkan kota Jakarta, yang dikota itu ia telah
mendapatkan modal paling besar, yaitu letter ,,Z” yang
kelak akan dipergunakan mencoba nasib di kota Surabaya
itu”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 156).
(5) “Sebulan dua di belakang itu, Zainuddin masih tetap
berulang-ulang hampir tiap-tiap hari ke kubur Hayati.
Oleh karena dapat pemandangan dari Muluk, supaya
hidupnya tentram dan pikirannya jangan sampai
terganggu, hendaklah dia memulai melupakan kejadian
yang sedih itu, maka ada redalah pikiran itu sedikit dan
telah dimulainya mengarang dan menyusun hikayat, yang
isinya lebih mendalam dan meresap dari yang dahulu.
Tapi belum dikirimnya buat disiarkan.” ( Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck, 1990 :219).
3) Rendah hati
66
(1) “ Sudikah engkau jadi sahabatku Hayati? Saya
akui, saya orang dagang melarat dan anak orang
terbuang yang datang dari negeri jauh, yatim dan
piatu.Saya akui kerendahan saya, itu agak nyayang akan
menanguhkan hatimu bersahabat dengan daku. Tapi
Hayati, meskipun bagaimana, percayalah bahwa hatiku
baik. Sukar engkau akan bertemu dengan hati yang begini,
yang bersih lantaran senantiasa dibasuh dengan air
kemalangan sejak lahirnya ke dunia! ( Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck, 1990 :42).
(2) “Tak mau juga Zainuddin menerangkan dalam surat
itu bahwa dia telah kaya, telah sanggup menghadapi
kehidupan dengan uang bertaruh karena di Zaman
sekarang uang adalah sebagai garansi” ( Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck, 1990: 109).
4) Sabar
(1) “Dihadapinya orang-orang yang menungguinya itu
dengan muka yang tenang dan penuh senyuman. Lenggang
badannya, raut mukanya, kernih keningnya, semuanya
telah berubah, bukan Zainuddin yang penyedih hati yang
dahulu lagi, tetapi Zainuddin yang sabar, yang tenang,
cocok dengan namanya yang baru…Shabir!” (
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 168).
(2) “Zainuddin, “ujarnya, “telah banyak nian pembicaraan
orang yang kurang enak ku dengar terhadap dirimu dan
diri kemenakanku. Kata orang tua-tua, telah banyak
melakukan perbuatan yang buruk rupa, salah canda,
yang pantang benar didalam negeri yang beradat ini. Diri
saya percaya bahwa engkau tiada melakukan
perbuatan yang tidak senonoh dengan kemenakanku,
yang dapat merusakkan nama Hayati selama hidupnya.
Tetapi sekarang saya temui engkau untuk memberi
engkau nasehat, lebih baik sebelum perbuatan
berkelanjutan, sebelum merusakkan nama kami dalam
negeri, suku sako turun temurun, yang belum lekang di
panas dan belum lapuk dihujan, supaya engkau surut.”
67
Tercengang Zainuddin menerima pembicaraan yang
ganjil itu, bagai ditembak petus tunggal rasa kepalanya.
Lalu dia berkata: “mengapa engkau berbicara demikian
rupa kepada diriku ? sampai membawa nama adat dan
turunan?”
“Harus hal itu saya tanyai, karena didalam adat
kami di Minangkabau ini kemenakan di bawah
lindungan mamak. Hayati orang bersuku berhindu
berkaum kerabat, dia bukan sembarang orang.”
“Saya akui hal demikian, Engku. Tetapi itulah
kemalangan nasib saya mengapa dahulu saya
berkenalan dengan dia, mengapa maka hati saya
terjatuh kepadanya dan dia sambut kemalangan untung
ku dengan segenap belas kasihan. Cuma sehingga itu
perjalanan perkenalan kami selama kami hidup, lain
tidak!”.( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 58).
(3) “Ditariknya tangan Hayati ke dalam, disendengnya
Aziz dengan sudut matanya, sambil tersenyum. Aziz
pun tersenyum, kawan-kawannya yang lain tesenyum
pula. Mereka terus ke dalam tribune. Zainuddin tinggal
berdiri seorang dirinya. Jelas terdengar dan nampak
nyata olehnya anak-anak muda itu setelah jauh dari dia,
tertawa terbahak-bahak, hanya Hayati seorang yang
berjalan menekurkan muka sehingga lantaran
kebingungan hampir terlepas tas yang dipegangnya dari
tangannya.
Rasa-rasanya pusing kepala Zainuddin melihat
kejadian itu, mengalir keringat dingin dikeningnya. Dia
tegak termangu, suara hiruk pikuk sekelilingnya seakan-
akan tak didengarnya. Kuda yang baru dilepas telah
disorak-soraki orang berkali-kali. Sebentar kedengaran
“Agam...Agam”. sebentar kedengaran“Padang...Padang”
dan seterusnya, namun Zainuddin belum juga insaf
dimana dia sekarang.
Khadijah dan Aziz, dan kawan-kawannya yang lain
tersenyum-senyum saja melihat Hayati. Sambil
mengeluarkan senyuman yang agak pahit artinya,
Khadijah berkata, sambil melihat kepada Zainuddin yang
berdiri di tepi pagar itu: “itulah rupanya orang yang
engkau puji-puji itu, Hayati ?”
Seorang temannya bekata pula: “Rupanya alim betul
kenalanmu itu!”
68
“Orang banyak berpikir memang begitu,” kata yang
seorang pula.
”Tapi model pula saya lihat baju buka ditutupkan
ketelapaknya dan tidak memakai dasi, “kata yang lain.
“Sarungnya sarung Bugis, “kata yang seorang.
“Memang dia orang Makasar, “kata Khadijah pula.
“O, jadi bukan orang sini?” kata yang seorang.
Tiba-tiba datanglah seorang opas mengusir orang yang
tegak di tepi pagar, karena tak boleh terlalu dekat.
Zainuddin turut terusir dengan orang banyak..(
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 84).
5) Teguh dalam pendirian
“Setelah itu, dia diusir dari sana. Di usir dari tanah
asal keturunannya. Tetapi meskipun dia diusir, hatinya
tetap dan teguh, sebab ada seorang perempuan menurut
keterangannya sendiri yang telah memberi bujukan
kepadanya, yang telah berjanji akan menunggunya,
bilapun masanya dia pulang. Dia hidup di Padang
Panjang. Dituntutnya ilmu baik keduniaan ataupun ilmu
akhira, dengan pengharapan bahwa dengan itulah
bekalnya menempuh hayat, bersama perempuan yang
berjanji itu.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990:
187).
6) Cinta yang tulus
(1) “Encik… sebetulnya engku Zainuddin masih tetap cinta
kepada Encik. Tetapi sebagai seorang yang budiman di
hormati Encik sebagai istri yang telah mengaku
sahabatnya, meskipun orang itu telah mengecewaakan
hidupnya. Bukan makan main terharunya hatinya ketika
dia mengetahui kesengsaraan Encik bergaul dengan suami
Encik.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990:
189).
(2) “Seketika akan pulang, dihadapinya mejan pusaran itu
seraya berkata:,,Amat besar harapanku, supaya akupun
dapat berkubur di dekatmu kelak”. ( Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck, 1990 :218).
69
(3) “Ah Hayati, kalau kau tahu! Agaknya belum pernah
orang lain jatuh cinta sebagaimana kejatuhanku ini. Dan
bila kau alami kelak agaknya tidak juga akan kau dapati
cinta sebagaimana cintaku. Cintaku kepadamu lebih dari
cinta saudara kepada saudaranya, cinta ayah
kepadaanaknya. Kadang-kadang derajat cintaku sudah
amat naik, sehingga hanya dua yang menandingi kecintaan
itu, pertama Tuhan dan kedua mati” ( Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck, 1990: 130).
7) Bertanggung jawab
“Ongkos pulangmu biar saya yang mencarikan,
demikian pun dengan belanja sedangnya. Dan kalau saya
masih hidup, sebelum engkau beroleh suami pula;
InsyaAllah kehidupan selama di kampung akan saya
bantu.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,1990 :197).
3. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga
Birrul Walidain
“,,Ah dengan apakah jasa mamak kubalas,” ujar
Zainuddin.
,,balasanya hanya satu, bacakan surat Yasin tiap-tiap
malam jum‟at kalau mamak meninggal dunia pula” (
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 21).
4. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa
1) Itsar (melebihkan orang lain atas diri sendiri)
(1) “Zainuddin seseorang yang lemah lembut, didikan ahli
seni, ahli sya‟ir, yang lebih suka mengalah untuk
kepentingan orang lain” ( Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, 1990: 27).
(2) “,,Sukakah encik saya tolong?‟
,,Apakah gerangan pertolongan tuan itu ?‟
,,Berangkatlah encik lebih dahulu pulang ke Batipuh,
marah mamak dan ibu encik kelak jika terlambat benar
70
akan pulang, pakailah payung ini, berangkatlah sekarang
juga.
,,Terima kasih ! Jawab Hayati
,,Janganlah ditolak pertolongan itu,” kata orang lepau
dengan tiba-tiba,, orang hendak berbuat baik tidak boleh
di tolak.
,,Dan tuan sendiri bagaiman? Jawab Hayati pula,
sedang temanya yang seorang lagi menekur-nekur saja
kemalu-maluan.
,,Itu tak, usah encik susahkan, orang laki-laki semuanya
gampang baginya, pukul 7 atau pukul 8 malam pun saya
sanggup pulang, kalau hujan tak teduh juga. Berangkatlah
dahulu!” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990
:31).
2) Silaturrahmi
(1) “Dari beberapa anggota perkumpulan kita,,Club Anak
Sumatera. Kami beroleh kabar, bahwa telah 3 bulan tuan
pindah bekerja di kota Surabaya ini. Setelah sampai kabar
itu kepada kami inginlah kami berkenalan. Kami percaya
sungguh bahwa dalam gerakan sosial yang seperti ini,
tuan beserta istri tidak akan ketinggalan, terutama pula
club kita- sebagaimana tersebut dalam Anggaran Dasar
yang kami kirimkan beserta ini- adalah medan pertemuan
silaturrahim di antara kita anak-anak Sumatera yang
hidup di rantau ini.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, 1990 :166).
(2) “Dua hari setelah pertunjukan itu, Aziz membawa istrinya
ziarah ke rumah Zainuddin. Dan beberapa hari di
belakang Zainuddin bertandang pula ke rumah Aziz”. (
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :170).
5. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar
Menghormati Adat
“ Tapi, saya tidak akan mengganggu adatmu, tidak
akan mengganggu dirimu sendiri, tidak akan menyentuh
kebesaran dan sesunan rusam basi orang Minangkabau”.
( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :42).
71
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Nilai-Nilai Pendidikan Sosial
1. Kasih Sayang
1) Pengabdian
Memilih diantara dua alternative yaitu merefleksikan sifat-sifat
Tuhan yang mengarah menjadi pengabdi-pihak-lain (Ar-rahman
dan Ar-rahim) atau pengabdi diri sendiri. Pengabdian yang disini
adalah suatu pengabdian yang hanya tertuju kepada Allah semata.
Perwujudan pengabdian penyembahan kepada Allah yang lebih
dikenal dengan istilah “ Ibadah “. Salah satu contoh pengabdian ini
seperti ibadah salat. Seseorang dapat dikatakan telah melaksanakan
ibadah salat jika pelaksanaannya dilakukan sendiri dan tidak dapat
digantikan oleh orang lain. Pengabdian kepada Allah juga telah
perintahkan melalui firman-Nya yang berbunyi:
“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S Adz-Dzariyat: 56).
Dari ayat di atas dapat kita ketahui bahwasannya Allah
menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya. Tiada hal
lain selain untuk ibadah. Hendaklah kita sebagai manusia jangan hanya
72
mementingkan dunia saja. Namun juga harus ingat tujuan kita
diciptakan. Karena sesungguhnya Allah maha pemurah. Sehinga
seperti bekerja dan belajar bisa dinilai suatu ibadah, kalau dengan niat
untuk ibadah kepada-Nya. Selain itu firman Allah yang lainnya:
"Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku
dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” ( Q.S
Al-An‟am: 162).
Karena itu, penting dipahami bahwa seluruh aktifitas yang
dilakukan mesti bertujuan meraih keridhaan Allah tidak ada yang bisa
dilakukan didunia ini tanpa mendapat izin dari Allah. Melakukan
kebaikan pun pada dasarnya atas izin Allah.
“Sedang Zainuddin duduk menghafalkan pelajaran
yang baru diterima sehabis sembahyang Magrib, dia
dikejutkan oleh suara tukang antar surat, menyerukan, ,
pos!” ( Tenggelmnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 104).
Ibadah salat adalah suatu ibadah yang sangat besar pahalanya
dan menjadi kunci dari ibadah yang lain. Salat merupakan tiangnya
agama,jika seseorang itu rusak dalam salatnya maka rusak semua
amalan yang lainnya. Salat adalah penghubung antara hamba dengan
Robb-Nya. Kita umat yang beriman sudah seharusnya selalu taat
beribadah kepada Allah, dengan cara beribadah inilah media kita untuk
berkomunikasi langsung kepada Allah.
73
2) Tolong Menolong
Tolong menolong adalah termasuk persoalan-persoalan yang
penting dilaksanakan oleh seluruh umat manusia secara bergantian,
sebab tidak mungkin seorang manusia itu akan dapat hidup sendiri-
sendiri tanpa menggunakan pertukaran kepentingan dan kemanfaatan.
Antara seseorang dengan yang lain tentu saling hajat menghajatkan,
butuh-membutuhkan dan tolong-menolong.(Al Ghalayini, 1976: 223)
Seperti firman allah swt dalam Q.S Al Maa-idah ayat 2 sebagai
berikut:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”
Ayat ini sebagai dalil yang jelas akan wajibnya tolong
menolong dalam kebaikan dan takwa serta dilarang tolong-menolong
dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. Dalam ayat ini Allah Ta'ala
memerintahkan seluruh manusia agar tolong menolong dalam
mengerjakan kebaikan dan takwa yakni sebagian kita menolong
sebagian yang lainnya dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan
saling memberi semangat terhadap apa yang Allah perintahkan serta
74
beramal dengannya. Sebaliknya, Allah melarang kita tolong menolong
dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.
“Kalau sekiranya ada orang dagang anak Sumatera
atau anak Makasar yang terlantar di kota Surabaya dan
datang meminta tolong kepadanya, tidaklah mereka tidak
akan meninggalkan rumah itu dengan tangan kosong.”(
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :157)
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa tolong-menolong
merupakan suatu perilaku sosial yang wajib dilakukan oleh semua
orang. Karena apapun yang kita kerjakan membutuhkan pertolongan
dari orang lain. Tidak ada manusia seorang pun di muka bumi ini yang
tidak membutuhkan pertolongan dari yang lain. Karena kita diciptakan
sebagai makluk sosial yang membutuhkan orang lain.
3) Kekeluargaan
Kekeluargaan adalah interaksi antar manusia yang membentuk
rasa saling memiliki dan terhubung satu sama lain, walaupun
kekeluargaan memiliki banyak arti lain, dan hingga saat ini arti
sebenarnya dari kekeluargaan masih terus diperdebatkan oleh para
antropolog. Kekeluargaan juga dapat digunakan untuk menghubungkan
luasnya pergaulan manusia ke dalam satu sistem yang koheren yang
dapat membangun relasi dengan orang lain (Schneider, 1918: 61).
Seperti firman allah swt dalam Q.S Al Hujuraat ayat 10
sebagai berikut:
75
“orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu
itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.”
Ayat di atas menjelaskan pentingnya persaudaraan terhadap
sesama muslim. Karena muslim satu dengan yang lain adalah
bersaudara. Hal ini dapat sesuai dengan kutipan novel sebagai berikut:
“Sehabis makan lohor, mak base mengeluarkan peti
kecil simpanan wang itu dari dalam almari, seraya berkata
kepada Zainuddin:,,Terimalah wang ini semuanya, inilah
hakmu, usaha dari ayahmu.” ( Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck, 1990 :23).
Kutipan novel diatas menujukkan kekeluargaan yang sangat
kental. Kekeluargaan itu tidak hanya dengan seorang ayah, ibu atau
dengan ikatan pernikahan dan juga ikatan darah. Namun kekeluargaan
itu bisa dengan seseorang yang sudah bersama kita atau seseorang
yang sangat dekat dengan kita. Begitu juga Hamka menggambarkan
dari novel ini bahwa Zainuddin sudah menganggap Mak Base sebagai
keluarga sendiri. Bahkan Zainuddin menganggap bahwa Mak Base
sudah seperti ibu kandungnya sendiri. Karena Mak Base yang merawat
Zainuddin setelah bunda dan ayahnya meninggal dunia.
76
4) Kesetiaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesetiaan berasal dari
kata setia, yang arinya berpegang teguh pada janji, pendirian dan
sebagainya. Kemudian kesetiaan sendiri diartikan sebagai keteguhan
hati, ketaatan baik dalam persahabatan, penghambaan, percintaan dan
sebagainya.
“ Dalam hatinya terbit dua perjuangan, pertama cinta
yang kekal kepada Hayati, kedua perasaan dendam yang
sukar mengikis lantaran mungkir Hayati kepada janjinya”
( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 177).
Kutipan novel di atas menggambarkan kesetiaan Zainuddin
kepada Hayati. Meskipun Hayati sudah menikah dengan Aziz tetapi
Zainuddin tetap masih mencintai dia. Hanya Hayati seorang yang ada
di hati Zainuddin. Bahkan Zainuddin sampai tidak menikah dengan
wanita lain meskipun Hayati sudah meninggal dunia. Cinta Zainuddin
tetap abadi hanya untuk Hayati seorang.
Namun menurut pandangan saya, cinta yang tulus tidak seperti
itu. Kalau orang yang kita cintai sudah menikah dengan orang lain,
kita sebagai manusia harus menerima dan merelakan. Tidak menunggu
dan selanjutnya tidak menikahi orang lain. Karena islam tidak
mengajarkan seperti itu. karena apa yang terjadi pasti ada hikmah
dibalik kejadian itu dan Allah pasti akan menganti dengan yang lebih
77
baik. Jadi bentuk kesetiaan yang digambarkan hamka lewat tokoh
Zainuddin itu tidaklah baik menurut ajaran Islam.
Selain itu juga ada contoh kesetiaan kepada seorang sahabat.
,,Saya mesti ikut!” kata Muluk.,, saya tertarik dengan
guru, sebab itu bawalah saya menjadi jongos, menjadi
pelayan, menjadi orang suruhan di waktu siang di dalam
pergaulan hidup, dan menjadi sahabat yang setia yang
akan mempertahankan jika guru ditimpa susah !”(
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 154).
Dari kutipan novel di atas menggambarkan kesetiaan Muluk
kepada Zainuddin. Muluk selain sebagai sahabat juga sebagai asisten
Zainuddin. Zainuddin sudah dianggap sebagai keluarga sendiri juga
sebagai sang guru oleh Muluk. Muluk selalu setia menemani
Zainuddin kemanapun dia pergi. Menemani Zainuddin sampai dia
menjadi seorang penulis sastra yang sangat terkenal. Bahkan Muluklah
yang merawat Zainuddin saat dia jatuh sakit karena dihianati oleh
Hayati. Setelah Zainuddin meninggal Muluklah yang merawat rumah
dan meneruskan hasil karya Zainuddin yang belum tercetak.
Dari kutiapn novel di atas, Hamka ingin menyampaikan
kepada pembaca bahwasanya Kesetiaan merupakan poin utama untuk
membina sebuah hubungan yang sehat, baik dalam persahabatan
ataupun dalam keluarga. Setiap orang tentu pernah membuat kesalahan
78
pada suatu waktu, mengalami pasang surut kehidupan, bahkan
menampilkan perilaku yang tidak dapat dibangakan.
Ketika kita menemukan teman atau orang-orang terdekat yang
dapat memaafkan dan mendampingi kita dalam keadaan apa pun, kita
patut bersyukur. Jangan pernah menyia-nyiakan loyalitas yang
ditunjukkan oleh para sahabat dan hargailah selalu hal itu.
5) Kepedulian
Kepedulian sosial yaitu sebuah sikap keterhubungan dengan
kemanusiaan pada umumnya. Sebuah empati bagi setiap anggota
komunitas manusia. Kepedulian sosial adalah kondisi alamiah spesies
manusia dan perangkat yang mengikat masyarakat secara bersama-
sama (Adler, 1927). Oleh karena itu, kepedulian sosial adalah minat
atau ketertarikan kita untuk membantu orang lain. Allah telah
memerintahkan kita semuanya untuk peduli kepada keluarga dan
orang-orang yang kurang mampu. Anjuran tentang kepedulian sosial
telah dijelaskan dalam firmanNya:
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan
berkorbanlah”.( Q.S Al-Kausar:2)
79
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Itulah
orang yang menghardik anak yatim,dan tidak menganjurkan
memberi Makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang shalat, dari berbuat riya.dan enggan
(menolong dengan) barang berguna”. (Q.S Al maa‟uun:1-7).
Surat Al-Kausar ayat 2 dan Al maa‟uun adalah dua surat yang
memerintahkan kaum muslimin untuk peduli terhadap sesama. Kedua
surat ini menegaskan tentang ajaran islam yang sangat peduli dengan
lingkungan sosial. Dalam Al-Kausar mengajarkan tentang berkurban
adalah ibadah bernilai sosial tinggi. Dengan berkurban kaum muslimin
yang mampu dapat berbagi nikmat yang diperoleh dengan saudara-
saudaranya kaum muslim yang kurang mampu.
Dalam surat Al-maa‟uun, Allah menyebutkan bahwa para
pendusta agama adalah orang yang salat dengan penuh kelalaian dan
hanya ingin mendapat pujian dari orang lain. Orang yang menolak dan
menghardik anak yatim dengan keras, mereka tidak menganjurkan
kepada orang lain untuk memberi makan kepada anak yatim dan kaum
fakir miskin, mereka tidak pernah mau menolong orang lain yang
80
sangat membutuhkan. Setiap muslim hendaknya memiliki sifat
terhadap sesama dalam kehidupan bermasyarakat.
“Perempuan itu masuk dan bertanya :...mengapa
engkau termenung saja anakku? Apa kabar di dalam
perjalanan sudah lebih 10 hari meninggalkan rumah,
indahkah negeri yang engkau lihat? Adakah puas mata
memandang?”
,,Semuanya indah „mak, memang negeri-negeri di
Minangkabau ini cantik dan menghidupkan semangat
semua”
,,Mengapa wajahmu agak berlain‟mak lihat? Kurang
sehat kan?
,,Tidak‟mak,, ,”ujar Zainuddin sambil berusaha
sedapat-dapat menyembunyikan kesedihan hatinya (
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :123).
Kutipan novel di atas menunjukkan kepada kita bahwa rasa
peduli kepada orang lain itu sangatlah penting bagi kehidupan
bersosial bermasyarakat. Peduli kepada sesama itu sangat penting
karena sebenarnya manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai mahluk
sosial. Peduli kepada sesama itu akan menambahkan kerukunan dan
kebersamaan, dan akan terwujud persatuan dan kesatuan antar
masyarakat.
Dalam novel Hamka, mengambarkan kepedulian seperti yang
dilakukan oleh ibunya Muluk terhadap Zainuddin. Meskipun
Zainuddin itu bukan anak kandungnya. Ini menunjukkan bahwa
kepedulian terhadap sesama itu tidak mengenal keluarga, kerabat, atau
81
yang lainnya. Namun kepedulian itu bisa diberikan kepada semua
orang yang membutuhkan atau yang tidak membutuhkan.
2. Tanggung Jawab
1) Nilai Rasa Memiliki
Nilai rasa memiliki adalah suatu nilai rasa yang ada pada diri
manusia. Manusia itu merasa memiliki sehingga manusia itu sendiri
juga memiliki pertanggung jawaban untuk menjaga.
“Jangan marah Hayati, kau hanya buat saya seorang,
bukan buat orang lain. Biarlah orang lain mengatakan kau
perempuan dusun, tak kenal kemajuan pakaian zaman kini,
kau Hayati , , ,kau hanya untukku seorang,” (
tenggelamnya kapal van der wijck, 1990: 88)
Kutipan novel diatas menunjukkan rasa memiliki yang disertai
dengan pertanggung jawaban yang penuh. Dimana Zainuddin merasa
bahwa Hayati miliknya, meskipun belum sepenuhnya karena belum
adanya suatu ikatan pernikahan. Pada saat Hayati berubah ke dalam
sesuatu yang negatif, segera Zainuddin mengingatkan dan kembali
membimbing ke jalan yang lurus. Karena jalan yang ditempuh Hayati
adalah jalan yang sangat dibenci dan dimurkai oleh Allah, yaitu
menggumbar aurot. Sebagai seorang muslim menutup aurat itu sngat
penting. Karena membuka aurot itu sangat dibenci oleh allah dan
sangat dekat dengan kemaksiatan.
82
2) Empati
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, empati adalah
keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau
mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang
sama dengan orang atau kelompok lain.
Empati sangat penting bagi kehidupan sosial. Karena dengan
empati kita bisa merasakan apa yang sedang dialami oleh orang lain.
Selain penting bagi kehidupan sosial, empati juga sangat dianjurkan
dalam agama islam. Allah berfirman yang berbunyi:
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak
yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu
(sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang
baik.dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang
benar”. (Q.S An-Nisa:8-9).
Al-Qur‟an memberikan gambaran dalam ayat ini untuk
menumbuhkan empati masyarakat akan kondisi anak yatim. Al-Qur‟an
83
mengajak umat islam membayangkan bagaimana bila anak mereka
sendiri hidup dibawah pengawasan orang-orang yang kejam dan
sewenang-wenang dalam membelanjakan harta mereka. Allah
mengingatkan mereka bila menghawatirkan masa depan anak-anaknya
sepeninggal mereka, maka hal pertama yang dilakukan adalah takut
kepada Allah, tidak menzalimi, berperilaku terpujimengasihi dan
memenuhi kebutuhan material dan spiritual mereka.
“Saya sudi menjadi temannya, karena saya tahu betul
akan dia. Bukankah lebih setahun lamanya dia menumpang
dirumah ibuku di Padang Panjang? Dia seorang muda
yang melarat. Melarat dari sejak asal dan keturunan,
pusaka yang diterimanya sejak dari ayah bundanya.
Ayahnya terbuang jauh dari kampung halaman, sampai
mati dirantau setelah kembali dari buangan, lantaran malu
pulang ke kampung halaman. Lagi pula meskipun pulang,
bukankah ada pepatah:
,,Tak ada ranggas di Tanjung
Cumanak ampain kain.
Tak ada emas dikandung.
Dunsanak jadi „rang lain”.
Ibunya seorang Makasar, mati seketika dia masih
perlu kepada bujukan ibu. Hidupnya besar dalam
pangkuan orang lain. Ditempuhnya tanah Minangkabau
dengan cita-cita besar, cita-cita hendak menempuh tanah
bapa, tanah tempat dia dibangsakan menurut adat istiadat
dunia. Kiranya kedatangan ke sana, dipandang orang
laksana minyak dengan air saja. Dia tetap dipandang
orang Makasar, sebagaimana di Makasar dia tetap
dipandang orang Padang.”( Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck, 1990: 187).
84
Kutipan novel diatas menunjukkan sikap empati Muluk kepada
sahabat sekaligus sang guru. Dari kata-kata Muluk menunjukkan rasa
empati yang sangat mendalam mengenai keadaan Zainuddin.
Mengenai kemalangan-kemalangan yang dia alami sejak lahir, diusir
dari tanah kelahiran sang ayahnya, dihianati oleh Hayati orang yang
dicintainya, bahkan saat Zainuddin sudah kaya pun masih di timpa
kemalangan yang tiada henti.
Dari novel Hamka ingin menjelaskan bahwa berempati kepada
orang lain itu sangat penting, karena seperti yang kita ketahui bahwa
empati itu membuat kita menjadi lebih mengerti orang lain,
meningkatkan rasa cinta kasih dalam diri kita, rasa empati juga dapat
membuat kita merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, selain itu
rasa empati juga membuat kita menjadi lebih mudah berhubungan
dengan orang lain.
3. Keserasian Hidup
1) Toleransi
Toleransi adalah sikap atau sifat menenggang berupa
menghargai atau membolehkan suatu pendirian, pendapat,
kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian
sendiri (Porwadarminta, 1986: 1084).
85
Toleransi adalah suatu sikap seseorang atau kelompok
mayoritas dan minoritas untuk saling menjaga perasaan atau saling
menghormati. Sikap toleransi yang tumbuh dari masing-masing
individu memberikan nilai tersendiri apabila ia terjun ke masyarakat.
Tanpa adanya toleransi maka di masyarakat bisa sering terjadi
pertengkaran, perkelahian ataupun bisa saling mematikan kelompok
satu dengan kelompok lain. Toleransi memberikan perlindungan pada
kelompok mimoritas dari kelompok-kelompok mayoritas. Dan lingkup
toleransi tidak hanya pada satu bidang saja namun ada cukup banyak
bidang atau lingkup yang membutuhkan toleransi.
Konsep toleransi dibentuk oleh ajaran islam baik Al-Qur‟an
maupun Al-Hadits. Sedangkan toleransi barat dibentuk berdasarkan
sejarah maupun reaksi terhadap kondisi sosial maupun politik. Allah
SWT berfirman:
86
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku
adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena
agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku
adil.Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan
sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena
agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu
(orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa
menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah
orang-orang yang zalim". (Q.S Al-Mumtahanah: 8-9)
Ayat tersebut mengajarkan prinsip toleransi, yaitu hendaklah
seorang muslim itu berbuat baik kepada siapapun bahkan kepada non
muslim. Selama perbuatan baiknya itu tidak ada sangkut pautnya
dengan hal agama dan akidah. Berbuat baik kepada seseorang yang
tidak memerangi kita seperti berbuat baik kepada wanita atau orang
yang lemah diantara kita. Karena sesungguhnya allah sangat
menyukai orang-orang yang berbuat baik.
“Karena kemuliaan budi dan kebaikan hatinya, yang tiada
suka mengganggu orang lain, lagi suka menghormati
pikiran orang lain, dalam sedikit masa pula, namanya
telah harum dalam perkumpulan ,,Anak Sumatera”.
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 158).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa kita harus
mempunyai rasa toleransi terhadap orang lain. Kita sebagai pribadi
yang mempunyai jiwa sosial harus menghargai pendapat dan
menghormati orang lain. Jangan meremehkan orang lain karena status
87
sosial atau pendidikan. Karena semua manusia itu sama derajatnya di
mata Allah.
2) Kerja Sama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerjasama adalah
suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang
(masyarakat, lembaga, pemerintahan dsb) untuk mencapai suatu tujuan
bersama.
Kerjasama adalah sifat ketergantungan manusia
memungkinkan dan mengharuskan setiap insan atau kelompok sosial
untuk selalu berinteraksi dengan orang lain atau kelompok lain.
Hubungan dengan pihak lain yang dilaksanakan dalam suatu hubungan
yang bermakna adalah hubungan kerjasama. Hubungan kerjasama
bermakna bagi diri atau kelompok sosial sendiri, maupun bagi orang
atau kelompok yang diajak kerjasama. Makna timbal balik ini harus
diusahakan dan dicapai sehingga harapan-harapan, motivasi sikap dan
lainnya yang ada pada diri atau kelompok akan diketahui oleh orang
atau kelompok lain. Jadi kerjasama adalah saling mendekati untuk
mengurus kepentingan bersama dan tujuan bersama. (Yudha dan
Rudyanto,2005: 39)
“Tiap-tiap rembukan yang mengenai kepentingan
bangsa, menolong orang yang sengsara, pekerjaan amal,
senantiasalah Zainuddin atau Shabir jadi ikutan orang
88
banyak. Dan Muluk adalah sahabatnya yang setia” (
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,1990 :169).
Dari kutipan novel di diatas menunjukkan suatu bentuk
kerjasama yang sangat mulia yaitu untuk menolong orang-orang yang
sengsara, kepentingan bangsa dan suatu pekerjaan amal yang
dilakukan seseorang dengan orang banyak dan menjadi satu kelompok
dengan tujuan yang sama. Kerjasama sangat penting dilakukan dalam
kehidupan bermasyarakat. Karena dengan kerjasama akan
menciptakan dan melahirkan karya-karya luar bisa yang akan
dibutuhkan dalam menjalani kehidupan. Seperti yang telah kita ketahui
bersama, setiap individu membutuhkan kehadiran orang lain guna
menumbuhkan nilai-nilai persatuan serta kerukunan di tengah-tengah
masyarakat. Itulah alasan kita hidup berkelompok dan bermasyarakat.
Bekerja sama dalam kebaikan adalah suatu pekerjaan yang
dianjurkan oleh Allah. Contohnya bekerja sama dalam pekerjaan amal.
Pekerjaan amal adalah pekerjaan yang sangat mulia. Karena dengan
begitu akan membantu orang yang membutuhkan. Pekerjaan amal
kebaikan yang bahkan sangat dianjurkan oleh Allah. Firman Allah
dalam kebaikan ini berbunyi:
89
"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman
dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan
pahala yang besar”. (Q.S AL Maa-idah:9).
3) Musyawarah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, musyawarah diartikan
sebagai pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan atas
penyelesaian masalah bersama. Selain itu kata musyawarah juga
berarti musyawarah atau berembuk (Departemen Pendidikan Dan
Budaya, 1989: 603). Musyawarah juga diperintahkan oleh Allah:
“…Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.”
(Q.S Al-imron: 159).
Musyawarah sangat dianjurkan dalam memutuskan suatu hal
agar tidak menimbulkan masalah baru. Musyawarah harus
dilakukan dengan cara yang baik, tidak ada aksi yang di luar
batas. Ketika berdebat, maka berdebatlah dengan cara yang baik.
Karena sesuatu yang baik harus diputuskan dengan cara yang
baik pula. Apabila sudah mencapai suatu kesepakatan maka semua
pihak harus menerima dengan bertawakal kepada Allah. Selain Al
Imron ada juga ayat yang menjelaskan tentang mempergunakan jalur
musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap perkara, yaitu
Q.S Asy-syu‟araa‟ ayat 38:
90
“Lalu dikumpulkan Ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan
di hari yang ma'lum”.
Ayat ini selaras dengan kutipan novel Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck sebagai berikut:
“Setelah hadir semuanya, mulailah Dt...membuka kata:
demikianlah maka tuan-tuan saya hadirkan dalam rumah
nan gedang ini, yaitu elok kata dengan mufakat buruk kata
di luar mufakat, tahi mata tak dapat di buangkan, dengan
empu kaki.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990
:110).
Dari kutipan novel di atas menunjukkan suatu contoh
pentingnya musyawarah bersama untuk mencari sebuah keputusan
bersama yang terbaik. Disini dapat diketahui secara jelas bahwa fungsi
dari musyawarah itu adalah untuk memecahkan suatu masalah. Namun
masalah tersebut akan dipecahkan jika masing-masng peserta ingin
mengeluarkan pendapat, saran atau masukan. Karena tanpa adanya hal
tersebut musyawarah tidak akan tercapai. Atau dengan kata lain
masalah itu tidak dapat dipecahkan. Kemudian musyawarah sendiri
bertujuan untuk mememecahkan suatu masalah yang disertai melalui
kerendahan hati dan melalui keputusan bersama.
91
B. Karakter Tokoh Utama Yang Patut Diteladani
1. Sikap dan perilaku dalam hubunganya dengan tuhan
1) Tawakal
Tawakal (bahasa Arab:تو كم)atau tawakkul dari kata wakala
dikatakan, artinya, „menyerah kepada-Nya‟ (Abbdullah, 2006: 1).
Dalam agama islam tawakal berarti berserah diri sepenuhnya
kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan,
atau menanti akibat dari suatu keadaan.
Tawakal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan
hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam
tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya allah yang menciptakan
segala-galanya, pengetahuanNya maha luas, Dia yang menguasai dan
mengatur alam semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorong untuk
menyerahkan segala persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan
tentram serta tidak ada rasa curiga, karena Allah Maha mengetahui
dan Maha bijaksana.
Semua perintah dalam bertawakal, bisanya didahului oleh
perintah melakukan sesuatu. Firman Allah SWT:
92
“ (Tidak demikian) bahkan Barangsiapa yang menyerahkan
diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya
pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”.( Q.S
Al-Baqarah: 112).
Ayat di atas selaras dengan salah satu kutipan dalam novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dibawah ini.
“Hatinya telah mulai jenuh, maka terbayanglah kembali
di ruang matanya kota Makasar, kota yang indah dan penuh
dengan peradaban, terbayang kembali lautan dan ombaknya
yang tenang, perahu mandar, kapal yang sedang berlabuh
sehingga mau dia rasanya segera pulang, bertemu dengan
Mak Basenya yang tercinta. Tetapi ..kehendak yang maha
kuasa atas dirinya berbeda dengan kehendak manusia itu
sendiri. Zainuddin telah jemu di Minangkabau, dan dia tidak
akan jemu lagi, karena tarikh penghidupan manusia bukan
manusia membuatnya, dia hanya menjalani yang tertulis
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :28).
Dari kutipan novel di atas menjelaskan bahwa Sebagai seorang
hamba, yang wajib kita lakukan adalah berusaha dan berdoa.
Setelah itu, kita pasrahkan segala urusan kepada Allah SWT
semata. Karena segala keputusan adalah hak milik Allah. Kita harus
berserah diri kepada Allah tanpa bergantung kepada selain Dia.
2) Husnudzan
Husnudzan berarti berprasangka baik atau berpikir positif.
Berprasangka baik kepada Allah SWT, kepada orang lain, dan
berprasangka baik terhadap segala sesuatu yang terjadi. Dengan
berprasangka baik, hidup kita akan tenang karena tidak berpikir hal-
93
hal yang belum pasti. Orang yang husnudzan ialah orang yang selalu
berfikir positif dan tidak pernah berburuk sangka terhadap apa yang
dilakukan orang lain.
Husnudzan terhadap Allah artinya menerima semua yang
menjadi takdir dan keputusan-Nya. Sesuai dengan firman Allah:
" Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia
sedikitpun, akan tetapi manusia Itulah yang berbuat zalim
kepada diri mereka sendiri”. (Q.S Yunus: 44).
Sebenarnya Allah tidak menzalimi seorang hambanya, akan
tetapi manusia itu sendirilah yang berbuat zalim. Allah itu tidak
memberikan cobaan di luar kemampuan manusia itu sendiri. Karena
Allah mengetahui batas yang kemampuan setiap manusia. Semua yang
terjadi sebaiknya kita ambil hikmahnya. Husnudzan kepada Allah
dapat dilakukan dengan selalu bersyukur atas nikmat yang telah
diberikan oleh Allah dan bersabar atas cobaan dan juga ujian dari
Allah.
“Kalau ada kepercayaanmu demikian, maka Tuhan
tidaklah akan menyia-nyiakan engkau. Sembahlah dia
dengan khusu‟, ingat dia di waktu kita senang, supaya dia
ingat pula kepada kita di waktu kita sengsara. Dialah yang
akan membimbing tanganmu. Dialah yang akan
menunjukkan haluan hidup kepadamu. Dialah yang akan
menerangi jalan yang gelap. Jangan takut menghadapi
cinta. Ketahuilah bahwa Allah yang menjadikan matahari
94
dan memberinya cahaya. Allah akan menjadikan bunga
dan memberinya wangi. Allah yang menjadikan tubuh dan
memberinya nyawa. Allah yang menjadikan mata dan
memberikan penglihatan. Maka Allah pulalah yang
menjadikan hati dan memberinya cinta. Jika hati kau
diberi-Nya nikamat pula dengan cinta sebagaimana
hatiku, marilah kita pelihara nikamat itu sebaik-baiknya,
kita jaga dan kita pupuk kita pelihara supaya jangan
dicabut Tuhan kembali. Cinta adalah ibarat Tuhan,
dikirimnya ke dunia supaya tumbuh, kalau dia terletak di
tanah yang lekang dan tandus, tumbuhnya akan menyiksa
orang lain. Kalau dia datang kepada hati yang keruh dan
kepada budi yang rendah. Dia akan membawa kerusakan.
Tetapi kalau dia hinggap kepada hati yang suci, dia akan
mewariskan kemuliaan, keikhlasan dan tha‟at kepada
illahi” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 53).
Kutipan novel di atas mengajarkan kepada kita bahwa kita
harus selalu berprasangka baik kepada Allah SWT. Dalam situasi dan
kondisi apapun kita tetap harus berprasangka baik kepada Allah
SWT. Percayalah setiap yang terjadi pasti atas kehendakNya dan
dari setiap peristiwa ada pelajaran yang bisa dipetik.
Berprasangka baik kepada Allah adalah keniscayaan.
Karena Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Ketika kita
merasa dekat dengan Allah, Allah lebih dekat dengan kita. Begitu juga
ketika kita berdo‟a pada Allah kita harus yakin bahwa do‟a kita akan
dikabulkan dengan tetap melakukan sebab terkabulnya do‟a dan
menjauhi berbagai pantangan yang menghalangi terkabulnya do‟a.
Selain itu kita juga harus selalu menginggat Allah saat kita senang,
supaya saat kita dilanda kesusahan atau kesukaran Allah juga akan
95
selalu menginggat dan mengiba kepada kita. Jangan hanya saat susah
saja kita menginggat akan Allah.
2. Sikap dan perilaku dalam hubunganya dengan diri sendiri
1) Jujur
Dalam bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata
shidiq yang artinya benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain jujur
adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur
merupakan induk dari sifat-sifat terpuji. Jujur juga disebut dengan
benar atau sesuai dengan kenyataan. Jujur adalah mengatakan sesuatu
apa adanya, jujur lawannya dusta. Berdusta adalah mengatakan
sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya ( Rachmad,
2000: 77).
Orang yang jujur adalah orang yang berkata,
berpenampilan, dan bertindak apa adanya, tanpa dibuat-buat.
Orang yang jujur, hidupnya akan menjadi tentram, dan sebaliknya
orang yang berdusta hidupnya akan diliputi dengan kegelisahan. Allah
selalu memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk senantiaa
berbuat jujur. Sesuai dengan firman Allah:
96
"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah,
dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar".( Q.S
At-Taubah: 119)
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah memerintahkan agar
kita berkumpul dengan orang-orang jujur. Maksudnya adalah
lingkungan merupakan salah satu sarana yang dapat mempengaruhi
seseorang. Jadi ketika kita berkumpul dengan orang-orang baik dan
jujur, maka kita pun akan menjadi orang seperti itu dan sebaliknya.
Oleh karena itu kita diperintahkan untuk mencari lingkungan yang
baik dalam pergaulan. Supaya kita bisa menjadi baik dan akan tetap
baik. Kejujuran sangat banyak manfaatnya. Selain hidup akan tenang,
kejujuran juga akan diberi imbalan oleh Allah dengan diberi ampunan
atas dosa-dosa kita. hal ini sesuai dengan firman Allah:
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, niscaya Allah
memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni
bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan
Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar”. (Q.S Al-ahzab:70-17).
Ayat di atas adalah bukti bahwasanya dengan selalu berkata
jujur maka dosa-dosa kita akan diampuni oleh Allah dan juga akan
97
diperbaiki amalan-amalan kita yang telah lalu. Dengan kita menaati
perintah Allah dan Rasulullah maka kita akan mendapat suatu pahala
yang sangat besar terutama di akhirat kelak.
Gemetar, Encik! Gemetar saya tanganku ketika mula-
mula menulis surat ini hatiku memaksaku menulis, banyak
yang terasa, tetapi setelah kucecahkan penaku ke dawat,
hilang akalku tak tentu darimana harus kumulai. Sudah
hampir satu tahun saya tingal di negeri nenek moyangku
ini. Oh, saya telah dibuaikan oleh mimpi dahulunya, oleh
kuatnya bekas dendang dan nanyian ayahku seketika saya
masih dalam pangkuannya. Tanahmu yang indah, bahkan
tanahku juga, Minangkabau senantiasa berdiri dalam
semangatku sehingga sejak saya tau menyebut nama
negeri Padang, tanah ini telah terbayang dalam khayalku.
Angan-angan dan khayal yang demikianlah yang
menyampaikan langkahku kemari. Sebab di negeri
Makasar sendiri saya dianggap orang Padang, bukan
orang asli Bugis atau Makasar. Sebab itu di sana saya
rasa senantiasa dalam kesepian.
Sekarang saya datang ke mari, Hayati. Tak obahnya
dengan seorang musafir ditengah gurun yang luas
keputusan air, tiap-tiap langkah dilangkahkannya tampak
juga olehnya danau yang luas di mukannya. Demi, setelah
sampai kepada yang kelihatan itu, danau itupun hilanglah,
diganti dengan pasir yang semata-mata, hening dan
panas!
Hayati berulang saya menanggung perasaan begini,
seorang pun tak ada tempat saya mengadu. Saya tidur di
surau bersama-sama teman. Mereka ketawa bersenda
gurau, tetapi bilamana kuhening dan kupikirkan, emas
tidak juga dapat dicampurkan dengan Loyang, sutra
tersisih dari benang, saya telah mengerti segera bahasa
Mingangkabau meskipun dekat dengan mereka saya
seakan-akan tidak faham. Dari isyarat dan susun kata,
dapat juga kuketahui bahwa derajatku kurang adanya.
Bakoku sendiri tidak mengaku saya anak pisangnya, sebab
rupanya ayahku tidak mempunyai saudara yang karib,
mereka bawa saya menumpang selama ini karena
98
dipertalikan bukan oleh budi bahasa, tetapi oleh
uang;sekali lagi Hayati, oleh uang!
Mengapa hal ini saya adukan kepadamu Hayati?
Itupun saya sendiri tidak tahu, cuma hati saya mengatakan
engkaulah tempat saya mengadu..”( Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck, 1990: 41).
Kejujuran adalah hal yang paling utama. Karena kejujuran
selalu melahirkan kebajikan. Dengan kejujuran berarti kita
menghargai diri sendiri dan menghargai orang lain. Sebagai contoh
kejujuran yang dilakukan oleh Zainuddin. Dia jujur mengungkapkan
apa yang ada di dalam hati saat pertemananya disambut oleh Hayati.
Selain itu dia juga mengungkapkan siapa dia, dari mana asalnya,
termasuk latar belakang keluarganya. Dengan begitu tidak ada yang
ditutup-tutupi dari Hayati. Kita juga harus mencontoh apa yang
dilakukan Zainuddin kepada Hayati. Jangan kita berbicara yang tidak
sesuai dengan kenyataan yang ada, agar kita disenangi oleh orang lain
itu. Karena sebenarnya sahabat sejati adalah yang menerima kita apa
adanya.
2) Bersemangat
Bersemangat dalam pengertian umum, digunakan untuk
mengungkapkan minat yang menggebu dan pengorbanan untuk meraih
tujuan, dan kegigihan dalam mewujudkannya.
“Jika dahulu dia sendiri yang pergi ke kantor surat
kabar mengantarkannya, diterima dengan dibolak-balik
lebih dahulu; sekarang redaksi surat kabar itulah yang
99
datang meminta karangan kepadanya. Beberapa mingguan
dan harian memberikan honorarium yang pantas. Bahkan
dalam masa yang tidak lama kemudian, direktur dari satu
surat kabar harian telah datang kerumahnya menawarkan
pekerjaan menjadi redaksi dalam surat kabar itu, special
mengatur ruangan hikayat, roman dan syair. Tetapi dia
tidak mau, karena ia mempunyai cita-cita lain.
Setelah dia tahu bahwa buah penanya telah menjadi
perhatian umum, mengertilah dia bahwa inilah tujuan
yang tetap dari hidupnya. Daripada bekerja dibawah
tangan orang lain, lebih suka dia mengeluarkan dan
membuka perusahaan sendiri. Oleh karena kota Surabaya
lebih dekat ke Makasar dan di sana penerbitan buku-buku
masih sepi, maka bermaksudlah ia hendak pindah ke
Surabaya, akan mengeluarkan buku-buku hikayat bikinan
sendiri dengan modal sendiri, dikirim ke seluruh
Indonesia.
Dengan kemauan yang tetap dia bersama muluk
meninggalkan kota Jakarta, yang dikota itu ia telah
mendapatkan modal paling besar, yaitu letter ,,Z” yang
kelak akan dipergunakan mencoba nasib di kota Surabaya
itu”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 156).
Kutipan novel di atas adalah contoh semanggat yang membara pada
darah muda seperti Zainuddin. Semangat yang digunakan untuk
mencapai suatu tujuan yaitu menjadi seorang sasrtawan yang terkenal.
melalui berbagai rintangan untuk mencapai cita-cita besar. Karena
keberhasilan tidak akan tercapai tanpa adanya suatu kerja keras.
Karena tidak ada suatu keberhasilan yang bersifat instan. Tentulah ini
sangat pantas dicontoh oleh setiap orang untuk mencapai tujuan
masing-masing.
100
3) Rendah hati / tawadhu‟
Kata tawadhu‟ berasal dari kata wa-dha-„a yang berarti
merendahkan. Merendahkan di sini berarti menempatkan dirinya pada
posisi yang lebih rendah dari yang seharusnya dimiliki (Ahmadi,
2004:108). Lebih tepatnya tawadhu‟ diartikan sebagai sikap rendah
hati.
“ Sudikah engkau jadi sahabatku Hayati? Saya
akui, saya orang dagang melarat dan anak orang
terbuang yang datang darinegeri jauh, yatim dan piatu.
Saya akui kerendahan saya, itu agak nyayang akan
menanguhkan hatimu bersahabat dengan daku. Tapi
Hayati, meskipun bagaimana, percayalah bahwa hatiku
baik. Sukar engkau akan bertemu dengan hati yang begini,
yang bersih lantaran senantiasa dibasuh dengan air
kemalangan sejak lahirnya ke dunia! ( Tenggelamnya
kapal van der wijck, 1990 :42).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa seseorang yang
dikatakan sebagai orang yang rendah hati adalah orang yang tidak
merasa lebih baik dari orang lain. Karena orang yang rendah hati
menyadari bahwa ada zat yang lebih dari segala-galanya yang ada di
dunia ini, yaitu Allah SWT. Tawadhu‟ kepada sesama Muslim adalah
sifat mulia dan terhormat, dan sangat dicintai Allah SWT. Sebaliknya,
sikap takabur/sombong sangat dibenci oleh-Nya. Sebagaimana
firmanNya dalam surat Luqman ayat 18:
101
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri”.(Q.S Luqman:
18).
Kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT tidak sepantasnya
berlaku sombong di muka bumi ini. Karena segala yang kita
miliki merupakan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT semata.
4) Sabar
Kata shabr maknanya habs, yakni menahan. Makna kata
sabar dimaknai ”usaha menahan diri dari hal-hal yang tidak
disukai dengan sepenuh kerelaan dan kepasrahan” (Ahmadi,
2004:85).
Apabila seseorang telah belajar bersabar dalam menanggung
derita kehidupan dan bencana, bersabar dalam menahan cobaan dan
permusuhan, bersabar dalam menyembah dan menaati Allah dan
dalam melawan berbagai hawa nafsu dan dorongannya, bersabar
dalam bekerja dan berproduksi, maka ia menjadi seorang manusia
yang mempunyai kepribadian yang matang, seimbang, utuh, produktif,
102
dan aktif. Dia menjadi terhindar dari kegelisahan dan terlindung dari
berbagai gangguan kejiwaan (Usman, 1985: 325).
Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab,
dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya
adalah “Shobaro” yang membentuk infinitif menjadi “shabran” dari
segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna
seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur‟an.
“ Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang
yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan
mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan
dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya
telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti
hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati
batas”.(Q.S Al-Kahfi:28).
Ayat di atas selaras dengan kutipan novel Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck, yaitu:
“Zainuddin, “ujarnya, “telah banyak nian pembicaraan
orang yang kurang enak ku dengar terhadap dirimu dan
diri kemenakanku. Kata orang tua-tua, telah banyak
103
melakukan perbuatan yang buruk rupa, salah canda,
yang pantang benar didalam negeri yang beradat ini. Diri
saya percaya bahwa engkau tiada melakukan
perbuatan yang tidak senonoh dengan kemanakanku,
yang dapat merusakkan nama Hayati selama hidupnya.
Tetapi sekarang saya temui engkau untuk memberi
engkau nasehat, lebih baik sebelum perbuatan
berkelanjutan, sebelum merusakkan nama kami dalam
negeri, suku sako turun temurun, yang belum lekang di
panas dan belum lapuk dihujan, supaya engkau surut.”
Tercengang Zainuddin menerima pembicaraan yang
ganjil itu, bagai ditembak petus tunggal rasa kepalanya.
Lalu dia berkata: “mengapa engkau berbicara demikian
rupa kepada diriku ? sampai membawa nama adat dan
turunan?”
“Harus hal itu saya tanyai, karena didalam
adat kami di Minangkabau ini kemanakan di bawah
lindungan mamak. Hayati orang bersuku berhindu
berkaum kerabat, dia bukan sembarang orang.”
“Saya akui hal demikian, Engku. Tetapi
itulah kemalangan nasib saya mengapa dahulu saya
berkenalan dengan dia, mengapa maka hati saya
terjatuh kepadanya dan dia sambut kemalangan untung
ku dengan segenap belas kasihan. Cuma sehingga itu
perjalanan perkenalan kami selama kami hidup, lain
tidak!”.( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 58).
Kutipan novel di atas menunjukkan sifat sabar yang ada di
dalam diri Zainuddin dalam menghadapi suatu pembicaraan /
gunjingan mengenai dirinya. Sebenarnya setiap manusia itu memilki
keinginana, dan keinginan itu tentu tidak akan selalu mulus sesuai
yang kita inginkan. Pastinya cobaan akan kemungkinan ketidak
tercapainya keinginan akan ada. Disinilah pentingnya ada sifat sabar
yang harus dimiliki manusia dalam menjalani hidup. Bisa dikatakan
104
jika sabar merupakan satu titik suksesnya manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia ini.
Sabar bukan hanya karena manusia itu gagal. Namun jika
berhasil maka sabarlah yang akan menyelamatkan manusia agar
terhindar dari rasa sombong pada dirinya. Orang sabar adalah orang
yang paling beruntung. Itulah kiranya yang akan menjadikan manusia
mencapai tingkat kepuasan dalam hidupnya.
5) Teguh dalam pendirian / istikomah
Teguh artinya tidak berubah. Teguh pendirian artinya
keyakinan atau hati yang tetap tidak berubah. Orang yang teguh
pendirian adalah orang yang memiliki keyakinan atau pendirian yang
tidak berubah walaupun mendapat godaan, ancaman, ataupun
rintangan.
“Setelah itu, dia diusir dari sana. Di usir dari tanah
asal keturunannya. Tetapi meskipun dia diusir, hatinya
tetap dan teguh, sebab ada seorang perempuan-menurut
keterangannya sendiri- yang telah memberi bujukan
kepadanya, yang telah berjanji akan menunggunya,
bilapun masanya dia pulang. Dia hidup di Padang
Panjang. Dituntutnya ilmu baik keduniaan ataupun ilmu
akhira, dengan pengharapan bahwa dengan itulah
bekalnya menempuh hayat, bersama perempuan yang
berjanji itu.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990:
187).
Dalam kehidupan sehari-hari sikap teguh pendirian sangat
diperlukan. Tanpa sikap teguh pendirian orang akan terombang
105
ambing mengikuti berbagai godaan dan bujuk rayu yang datang silih
berganti. Sebagai contoh yang dialami oleh Zainuddin, dia tetap yakin
akan janji yang diucapkan oleh Hayati sebelum dia pergi
meninggalkan Batipuh karena diusir. Zainuddin tetap yakin bahwa
Hayati akan tetap kepulangannya. Bahkan dia rela menunggu sampai
sepuluh tahun pun.
6) Cinta yang tulus
Cinta yang tulus itu mencintai dengan menerima apa adanya,
mencintai dengan menerima masa lalu. Cinta yang tulus itu tanpa
pamrih, cinta yang tidak meminta untuk dibalas. Cinta yang tulus tidak
bisa dibeli dengan uang , tetapi dengan pengorbanan. Cinta yang tulus
tidak akan pernah menyakiti orang yang kita cintai dengan alasan
apapun.
“Ah Hayati, kalau kau tahu! Agaknya belum pernah
orang lain jatuh cinta sebagaimana kejatuhanku ini. Dan
bila kau alami kelak agaknya tidak juga akan kau dapati
cinta sebagaimana cintaku. Cintaku kepadamu lebih dari
cinta saudara kepada saudaranya, cinta ayah kepada
anaknya. Kadang-kadang derajat cintaku sudah amat naik,
sehingga hanya dua yang menandingi kecintaan itu,
pertama tuhan dan kedua mati” ( Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck, 1990: 130).
Kutipan novel diatas menunjukkan ketulusan yang dimiliki
oleh Zainuddin dalam mencintai. Ketulusan yang sangat jarang
dimiliki oleh orang lain yang menerima dengan sepenuh hati dan tidak
106
mengharapkan suatu balasan. Berbeda dengan laki-laki pada
umumnya. Mereka mengharapkan balasan dan tidak bisa menerima
pasangan apa adanya. Bahkan sekarang banyak yang menjerumuskan
pasangan kedalam hal-hal yang negatif, bukan menjaga dan membawa
kedalam jalan yang benar.
7) Bertanggung jawab
Tanggung jawab berarti kesadaran manusia untuk
menanggung atas perilaku atau perbuatannya, baik yang disengaja
maupun tidak sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sesuai
dengan perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi
bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani
dengan tanggung jawab. Dengan begitu tanggung jawab itu dapat
dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi
kepentingan pihak lain. Setiap orang memeiliki tanggung jawabnya
masing-masing. Rasulullah bersabda:
كهكم راع وكهكم مسئول عن رعيته
“Kamu semua adalah pemimpin, dan kamu semua
bertanggung jawab atas kepemimpinannya.”(HR. Bukhari dan
Muslim)
107
Dijelaskan bahwa kelak kita akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang pernah kita perbuat. Setiap
pribadi bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Sehingga kita harus
berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Jangan sampai kita
melakukan hal-hal yang tidak baik dan tidak bermanfaat.
“Ongkos pulangmu biar saya yang mencarikan,
demikian pun dengan belanja sedangnya. Dan kalau saya
masih hidup, sebelum engkau beroleh suami pula;
InsyaAllah kehidupan selama di kampung akan saya
bantu.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,1990 :197).
Kutipan novel di atas menunjukkan bahwasanya kita tidak
boleh meninggalkan suatu amanah yang diberikan oleh orang lain
kepada kita. Karena kita sudah sanggup untuk menerimanya maka kita
juga harus menjaganya. Bahkan resiko yang kita terima akan buruk,
namun kita harus berani bertanggung jawab.
Bahkan banyak orang yang mengelak tanggung jawab, karena
memang lebih mudah menggeser tanggung jawabnya. Daripada berdiri
dengan tegap dan mengatakan “ini adalah tanggung jawab saya”
banyak orang yang sanggat senang dengan melempar tanggung
jawabnya ke pundak orang lain.
108
3. Sikap dan perilaku dalam hubunganya dengan keluarga
Birrul walidain
Al Birr yaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah SAW. :
“Al Birr adalah baiknya akhlaq“. Birrul Walidain بر
merupakan kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh انواندين
seorang anak kepada kedua orang tuanya, kebaikan tersebut
mencakup dzahiran wa batinan dan hal tersebut didorong oleh nilai-
nilai fitrah manusia meskipun mereka tidak beriman. Mana
kata wajibatul walid(kewajiban orang tua) adalah untuk
mempersiapkan anak-anaknya agar dapat berbakti kepadanya.
Menurut Ibnu „Athiyah. Kita juga wajib menaati kedua orang
tua dalam hal-hal yang mubah (yang diperolehkan syari‟at) dan harus
mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya dan menjauhi apa-apa
yang dilarang (selama tidak melanggar batasan-batasan Allah swt)
(sanusi, 2013 :16).
Allah SWT menciptakan kita di dunia ini melalui orangtua kita
(ayah dan ibu). Dengan segala pengorbanannya, kita harus selalu
berbuat baik kepada mereka. Terutama kepada ibu yang telah susah
payah mengandung, melahirkan, dan menyapih kita. Allah berfirman:
109
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya
dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga
puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya
sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah
aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku
dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah
kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak
cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah
diri".(Q.S Al-Ahqaaf:15).
Dari ayat di atas, dapat dijelaskan bahwa perintah berbakti
kepada orang tua setelah perintah beribadah kepada Allah SWT tanpa
mempersekutukannya. Hal ini mengambarkan pentingnya berbakti
kepada orang tua. Allah menjelaskan bahwa berbakti kepada orang tua
merupakan bukti rasa syukur kepada Allah SWT, karena Allah
menciptakan semua manusia dari rahim orang tua.
“,,Ah dengan apakah jasa mamak kubalas,” ujar
Zainuddin.
110
,,balasanya hanya satu, bacakan surat Yasin tiap-tiap
malam jum‟at kalau mamak meninggal dunia pula” (
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 21).
Kutipan novel di atas menunjukkan salah satu bentuk birrul
walidain kita dengan selalu mendoakan orang tua kita setiap saat, baik
saat mereka masih bersama kita atau bahkan sudah tidak bersama kita.
meskipun orang tau itu bukan orang tua kandung dan hanya orang tua
angkat, tetapi kita juga harus tetap menghormati dan selalu mendoakan
mereka. Kita sebagai anak tidak boleh erkata kasar dan membentak
orangtua. Kita harus merendahkan suara ketika berbicara, jangan
sampai kita menyakiti hati mereka. Walaupun setelah dewasa, kita
bisa membahagiakan orangtua kita, kita tidak akan pernah bisa
membalas semua yang telah dilakukan dan diberikan oleh
orangtua kepada kita.
4. Sikap dan perilaku dalam hubunganya dengan masyarakat dan bangsa
1) Itsar
Itsar secara bahasa bermakna melebihkan orang lain atas
dirinya sendiri. Sifat ini termasuk akhlak mulia yang sudah mulai
hilang di masa kita sekarang ini, Padahal akhlak mulia ini adalah
puncak tertinggi dari ukhuwah islamiyah dan merupakan hal yang
sangat dicintai oleh Allah Ta‟ala dan juga dicintai oleh setiap
makhluk. Memang jika dilihat dari timbangan logika, hal ini
111
merupakan hal yang sangat berat, mengorbankan dirinya sendiri demi
kepentingan orang lain tanpa mendapatkan imbalan apapun. Akan
tetapi di dalam agama islam, hal ini bukanlah suatu hal yang mustahil.
Karena itsar merupakan perintah Allah. Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan
telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang
berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor)
tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa
yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka
sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang
dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang
yang beruntung”.(Q.S Al-Hasyr: 9)
Dengan mendahulukan kepentingan orang lain kita diajari untuk
tidak egois, dan menjadi orang yang pemurah. Seperti halnya,
Rasulullah saw mendidik istri-istrinya untuk mendahulukan orang lain,
memberikan makanan kepada orang lain meskipun terkadang makanan
tersebut tidak ada selainnya.
112
“Zainuddin seseorang yang lemah lembut, didikan ahli
seni, ahli sya‟ir, yang lebih suka mengalah untuk
kepentingan orang lain” ( Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, 1990: 27).
Kutipan novel diatas menunjukkan suatu contoh sifat
mementingkan orang lain daripada diri sendiri. Meskipun sejujurnya
ini sangat sulit untuk kita lakukan sebagai manusia biasa. Namun
seperti yang telah diuraikan di atas kalau mementingkan kepentingan
orang lain itu sangat besar pahalanya. Selain itu juga sangat baik bagi
kehidupan di masyarakat karena akan dicintai oleh manusia. Selain itu
juga akan mendapatkan kemudahan dalam segala urusan. Dan seperti
ini sangat baik untuk kita contoh. Bahkan sangat dianjurkan.
2) Silaturrahim
Silaturrahim atau hubungannya persaudaraan sudah menjadi
tradisi dalam masyarakat kita umumnya bangsa Indonesia. Selain
dengan kunjungan dalam hidup bertetangga dan bersaudara sering kali
dilakukan secara masal. Yang paling populer ialah yang kita kenal
dengan acara „Halal Bihalal” yang dilaksanakan setelah salat Idul Fitri
(Rais, 2002: 54).
Karena silaturrahim adalah tali persaudaraan, maka kita
sebagai seorang muslim dan juga makhluk sosial menyambung tali
silaturrahim sangat penting dan harus kita jaga. Karena silaturrahim
merupakan perintah Allah. Allah berfirman:
113
“..Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.( Q.S An-nisaa
:1).
Allah menyuruh menyambung hubungan silaturrahim setelah
memerintahkan bertaqwa kepada-Nya. Maka Allah mengingatkan
kepada manusia agar menyambung tali silaturrahim, karena mereka
sebenarnya berasal dari satu jiwa, dan untuk menunjukkan silaturrahim
karena mengharapkan ridha Allah merupakan salah satu pengaruh
taqwa kepada-Nya. Manusia yang paling menyambung silaturrahim
merupakan manusia yang paling sempurna iman dan paling bertaqwa
kepada Rabb-Nya.
“ Dua hari setelah pertunjukan itu, Aziz membawa istrinya
ziarah ke rumah Zainuddin. Dan beberapa hari di belakang
Zainuddin bertandang pula ke rumah Aziz”. ( Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck, 1990 :170).
Kutipan novel di atas menunjukkan kepada kita betapa
pentingnya menyambung tali silaturrahim. Sesungguhnya silaturrahim
itu tidak hanya dilakukan dalam saat Idul Fitri yakni dengan acara
halal bihalal. Namun silaturrahim bisa dilakukan kapan saya. Bahkan
silaturrahim merupakan amal shalih yang penuh berkah, dan
memberikan kepada pelakunya kebaikan di dunia dan akhirat,
114
menjadikannya diberkahi di manapun ia berada, Allah SWT
memberikan berkah kepadanya di setiap kondisi dan perbuatannya,
baik yang segera maupun yang tertunda.
Banyak sekali yang akan kita dapat jika kita menyambung tali
silaturrahim, begitu juga dengan sebaliknya. Terdapat azab yang
sangat pedih bagi orang yang memutuskan tali silaturrahim. salah satu
ganjaran yang akan kita dapat saat kita menyambung tali silaturrahim
adalah mendapatkan rahmat dari Allah. Karena silaturrahim itu adalah
kebaikan yang pahalanya lebih cepat. dan memutuskan tali
silaturrahim adalah suatu dosa yang azabnya lebih cepat dan tentunya
bisa dipastikan masuk neraka.
5. Sikap dan perilaku dalam hubunganya dengan alam sekitar
Menghormati adat istiadat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Adat istiadat adalah
tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi ke generasi
lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola
perilaku masyarakat.
Adat istiadat merupakan aturan tingkah laku yang dianut secara
turun temurun dan berlaku sejak lama. Adat istiadat termasuk aturan
yang sifatnya ketat dan mengikat. Adat istiadatyang diakui dan ditaati
115
oleh masyarakat sejak beradab-abad yang lalu dapat menjadi hukum
yang tidak tertulis yang disebut sebagai hukum adat. Hukum adat di
Indonesia adalah hukum yang tidak tertulis yang berlaku bagi sebagian
besar penduduk Indonesia.
Jadi menghormati adat istiadat adalah suatu sikap yang ada
pada diri manusia untuk menjaga dan melaksanakan suatu adat yang
berlaku di suatu tempat. Dan jika melanggar maka akan dikenakan
sanksi adat.
“ Tapi, saya tidak akan mengganggu adatmu, tidak
akan mengganggu dirimu sendiri, tidak akan menyentuh
kebesaran dan sesunan rusam basi orang Minangkabau”.
( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :42).
Kutiapan novel diatas menunjukkan rasa menghormati suatu adat
yang berlaku. Yaitu adat berkiriman surat antara seorang laki-laki dan
perempuan, adat dilarangnya berpacaran. Bahkan tidak diperbolehkan
menjalin suatu hubungan yang bukan keturunan atau asal tempat
tersebut juga termasuk derajatnya lebih rendah dari pada kita.
Kita sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan
hidup di Indonesia yang memiliki beragam adat atau kebudayaan,
namun tetap harus saling menghargai. Menghargai adat sangat penting
supaya tidak ada perpecahan di antara suku. Sehingga tetap tercipta
persatuan dan kesatuan.
116
C. Implikasi Nilai Pendidikan Sosial dalam PAI.
Pendidikan sosial dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
terdiri atas nilai pengabdian diri kepada Allah, kekeluargaan, kerjasama
dalam kebaikan, tolong menolong, kepedulian terhadap sesama, kesetiaan,
nilai rasa memiliki, empati, toleransi, musyawarah dalam kebaikan.
Bila dihubungkan dengan Pendidikan Agama Islam khusus pendidikan
formal (SD, SMP, dan SMA) nilai-nilai tersebut juga masuk dalam
hubungan yang terstruktur terhadap nilai-nilai sosial. Contohnya dalam
Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas 7
untuk SMP. Adapun isi dari silabus mulai dari Pengertian empati,
pentingnya empati, dalil naqli tentang empati dan artinya, hikmah empati
dalam kehidupan sehari-hari. Adapun contoh atau aktualisasi dari empati
sendiri antara lain hormat kepada kedua orang tua dan kepada guru.
Empati merupakan bagian dari kepedulian sosial dan menjadi dasar
dari sikap tolong menolong. Manusia sebagai makhluk sosial tidak
dibenarkan jika mementingkan dirinya sendiri, mereka harus tanggap
dengan lingkungan sekitarnya, merespon setiap permasalahan, dan
membantu kesulitan orang lain. Islam sebagai agama Rahmatan Lil
„Alamin menuntun umatnya agar mengasihi sesamanya tanpa memandang
kelas, strata ataupun harta.
Selain empati dalam silabus Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
untuk SMA kelas XI mengenai materi toleransi. Dalam silabus indikator
117
yang akan dicapai yaitu mampu memahami makna toleransi dan mampu
menampilkan contoh perilaku toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan yang akan dicapai dari indikator itu agar siswa mampu mengetahui
makna dan menampilkan perilaku toleransi di dalam kehidupannya.
Sosial menjadi kunci dalam keberlangsungan hidup, membantu kita
dalam berinteraksi, dan berbaur dengan manusia lain. Orang yang
kehidupan sosialnya tinggi akan lebih mudah diterima di masyarakat.
Kepekaan sosial dalam diri perlu ditumbuhkan, agar menghasilkan
manusia yang produktif dan mampu berkontribusi terhadap lingkungan
kemasyarakatannya.
Latar belakang Hamka sebagai ulama‟ menyajikan nilai religiusitas
dalam karya sastra. Selain mendiskripsikan kultur masyarakat Minang
baik dalam segi kebudayaan atau corak berpikirnya, Hamka menyajikan
nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diambil dalam karya sastra. Hal ini
mengindikasikan bahwa siswa-siswi mampu mengambil pelajaran atau
nilai kehidupan dalam karya sastra. Novel tidak hanya dimaknai sebagai
bacaan ringan semata, tetapi mengajak pembaca untuk memaknai nilai
kemanusiaan salah satunya pendidikan sosial.
Dengan demikian Nilai-Nilai Pendidikan Sosial di dalam novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka memiliki kontribusi
positif terhadap Pendidikan Agama Islam.
118
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian terhadap Novel Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck karya Hamka dengan kajian berupa nilai-nilai
pendidikan Sosial, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Interaksi sosial lebih ditekankan antar sesama manusia, baik dalam
hal tolong menolong, kepedulian, musyawarah dimana hal tersebut
membutuhkan interaksi secara langsung. Berdasarkan hal tersebut
Hamka ingin menekankan pentingnya Hablum Minannas
(hubungan sesama manusia) sebagai bagian dari pendidikan sosial.
Karena Tuhan menciptakan manusia tidak hanya satu, sehingga kita
dituntut untuk berbaur mengingat kita tidak bisa hidup sendiri tanpa
orang lain.
2. Karakter tokoh utama (Zainuddin) yang patut diteladani, dia
berkepribadian baik. Ini dibuktikan dengan sifatnya yang sabar,
bijaksana dan pantang menyerah. Hanya saja ia dipandang sebelah
mata oleh masyarakat karena kondisi dirinya yang lemah dari segi
materi dan strata. Hal tersebut tidak membuatnya dendam ataupun
119
benci. Dia melawan itu semua dengan menunjukkan karya dan
semangat dalam diri untuk mengangkat kedudukannya.
3. Implikasi nilai pendidikan sosial dalam novel pada PAI
Implikasi nilai-nilai pendidikan sosial dalam novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka memberikan
kontribusi yang positif terhadap Pendidikan Agama Islam.
Karena seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya,
bentuk pendidikan sosial dalam novel itu meliputi, kerjasaama,
kepedulian, toleransi, kekeluargaan, musyawarah, rasa empati, dan
tolong menolong menjadi bagian dari ajaran Islam. Novel ini
memiliki nilai edukasi sehingga pembaca diajak untuk meresapi dan
mengambil nilai yang terkandung termasuk sosial. Sehingga
mampu membuka pikiran pembaca dan mengimplementasikan
dalam Pendidikan Agama Islam. Dengan begitu akan menjadikan
kita pribadi yang berkarakter dan akhlak yang baik.
B. Saran
Setelah mengadakan kajian nilai-nilai pendidikan sosial dalam
novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka ada beberapa saran
yang peneliti sampaikan:
1. Bagi Masyarakat
Kepada masyarakat disarankan untuk meningkatkan kepedulian
terhadap sesama. Agar tercipta kerukunan dan kebersamaan. Karena
120
Pendidikan Sosial merupakan hal yang paling utama dalam kehidupan
bermasyarakat. Selain itu juga kita sebagai manusia sebagai makhluk
sosial.
2. Bagi dunia sastra
Dalam membuat sebuah karya, sebaiknya tidak hanya memuat
tentang keindahan dan hiburan semata sebagai daya jual namun juga
memperhatikan isi dan memasukkan pesan-pesan yang dapat diambil dari
karya sastra tersebut. Sehingga karya sastra tersebut menjadi lebih
bermakna.
3. Bagi dunia penelitian
Banyak hal yang masih perlu dikaji tidak hanya nilai Pendidikan
Sosial akan tetapi kita juga dapat mengkaji karya sastra ini dari sisi atau
aspek-aspek lain, sehingga semakin menginspirasi yang justru belum
banyak diketahui oleh banyak orang.
121
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Wahid, 2004. Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo
Eraintermedia
Al Ghalayini, Syeikh Mustofa, 1976. Bimbingan Menuju Keakhlak yang Luhur.
Semarang: CV Toha Putra
Aminuddin, 1995. Stilistika: Pemahaman Memahami Bahasa dan Karya Sastra.
Semarang: IKIP Semarang Press
Arikunto, Suharsimi, 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
_______________, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Baihaqi, Mif, 2007. Ensikopedia Tokoh Pendidikan: Dari Abendanon Hingga Imam
Zarkasyi. Bandung: Nuansa
Bin Umar, Abdullah, 2006. At-Tawakkal Allah Ta‟ala. Jakarta : PT Darul Falah
Darmawan, Deni. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Dawam, M. Rahardja, 1993. Intelektual Intelegensi dan Perilaku Politik Bangsa.
Bandung: Mizan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1898. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Elizabeth, K Nottingham, 1994. Agama dan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Hamka, 1987. Tasawuf Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas
______, 1990, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Jakarta: Bulan Bintang
Harton, paul B dan Chaster L Hunt, 1987. Sosiologi: Erlangga
122
Koesoema, A Doni, 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. Jakarta: Grasindo
Lickona, Thomas, 1991. Educating For Character: How Our School Can Trach
Respect And Responsibility. New York: Batam Books
Maslikhah, 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa.
Yogyakarta: Truns Media
Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis
dan Kerangka Dasar Oprasionalisasinya. Bandung: Trigenda Karya
Najati, Usman. 1985. Al-Quran Wa „Ilm Al-Nafs Trj. Ahmad Rifa‟i Usman: Al-
Qur‟an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Pustaka
Nashih Ulwan, Abdullah, 1981. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. Semarang:
Asy Syifah
Nizar, Samsul, 2008. Memperbincangkan Dinamika Intelektuak dan Pemikiran
Hamka Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Noer, Deliar, 1985. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES
Anggota IKAPI
Purwadarminta W.J.S, 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
_________________, 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Ratna Nyoman, Kutha. 2007. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Rois, Ahmad, 2002. Silaturrahmi dalam Kehidupan. Jakarta: Al Mawardi Labeiel-
Sultoni
Ryan, K Dan Bohlin, K.E, 1999. Building Character In School Practical Ways To
Bring Moral Introduction To Life. San Fransisco: CA Jossey-Bass
Samani, Muchlas dan Hariyanto, 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sanusi, Muh, 2013. Temankan Orang Tuamu di Atas Kepala Niscaya Mulia
Hidupmu. Yogyakarta: Diva Press
123
Sastrapratedja, M, 1993. “Pendidikan Nilai” dalam EM.K. Kaswardi, (Ed),
Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta: PT Grasindo
Schneider, David Murray. 1998. A Critigue Of The Study Of Kinship. Michigan:
Universitas Michigan Press
Soekanto, soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pres
Soewandi, dkk, 2005. Pelangi Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma
Suyanto, Agus, 1983. Psikologi Umum. Jakarta: Aksara Baru
Syafe‟I, Rachmat, 2000. Al-Hadis Akidah Akhlak dan Hukum. Bandung: Pustaka
Setia
Vembriarto, ST, 1975. Pendidikan Sosial. Yogyakarta: Yogyakarta Pendidikan
Paramita
Zubaedi, 2006. Pendidikan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Zuchdi, Darmayanti, dkk, 2013. Pendidikan Karakter: Konsep Dasar dan
Implementasi Di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press
Sugiyarbani, 2012. Teori psikologi individu alder online
(http://sugithewae.wordpress.com/ 2012/05/05/ teori-psikologi-individiu-alder
diakses pada tanggal 30 juni 2016
http:// muslim.or.id/ 10250-itsar-mendahulukan-saudaranya-dari-diri-sendiri diakses
pada tanggal 4agustus 2016
http://amir14.wordpress.com/ tasawuf-hamka/ diakses pada tanggal 12 mei 2016
http://id.wikipedia.org/wiki/haji-abdul -malik-karim-amrullah/ diakses pada tanggal
12 mei 2016
http vakho.multiply.com/jurnal/item/2/biografi-hamka/ diakses pada tanggal 12 mei
2016
124
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : LIA DWI PURWANTI
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tempat Tanggal Lahir : Magelang, 16 April 1994
Alamat : Dsn. Jetis RT. 11 RW.05 Desa Japan, kec.
Tegalrejo, kab. Magelang
No Hp / Email : 085726641884 / [email protected]
Pendidikan :
1. SD N JAPAN
2. SMP N 1 PAKIS
3. MAN 1 MAGELANG
Moto Hidup : Kesuksesan hanya dapat diraih dengan
segala upaya dan disertai dengan doa, karena
sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak
akan berubah dengan sendirinya tanpa
berusaha.
125
126
127
128
129