Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM KITAB TAHLIYAH WA-TARGHIB
KARYA SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.)
Oleh:
RIF’A MUAFIA
NIM: 111 14 271
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
نا لقماف الحكمة أف اشكر للو ومن يشكر فإنما يشكر ولقد آتػيػ
لنػفسو ومن كفر فإف اللو غني حميد
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada
Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa
yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji". ( QS. Luqman:12[31])
vii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur yang mendalam kepada Allah swt, maka
skripsi yang telah penulis susun ini dipersembahkan untuk:
Allah swt yang telah memberikan kesempatan umur sampai detik
ini sebagai wujud kasih sayang Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Bapak ( Nasori), Mamak ( Mariyatun) yang selalu membimbingku,
memberikan do’a, nasihat dalam kehidupanku, yang telah begitu
ikhlas dan sabar membesarkan, mendidik, memberikan kasih
sayang kepadaku sampai saat ini.
Suamiku, mas Nur Khamim yang selalu memberikan semangat
sampai terselesainya skripsi ini, dan adekku ( Muhammad Ilham
Nadhir) saudaraku satu-satunya, yang menjadi semangatku.
Romo Kyai As’ad Haris Nasution dan Ibunda Nyai Fatihah Ulfah,
dan seluruh keluarga besar Pengasuh pp. Al-Manar yang dengan
sabar dan tulus mendidikku.
Pengurus Putra Putri Al-Manar khususnya Ning Latif (Mbg Umi,
Ummah, Dek Anggi, Dek Yeyen, Dek Mia, Dek Robi’ah, Eva).
Terima kasih telah memberikan banyak hal, meberikan dukungan,
Umumnya kepada keluarga Al-Manar.
Sahabat dan teman dekatku yang selalu memberikan motivasi
kepadaku dan membantu memberikan semangat menyelesaikan
skripsi ini.
Teruntuk teman-teman seperjuanganku angkatan 2014 dan
khususnya Jurusan PAI.
Teman-teman PPL dan KKN yang telah memberikan banyak
pelajaran tentang arti kebersamaan.
Semua yang telah mendo’akan aku yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu.
viii
KATA PENGANTAR
Bismiahirrahmanirrohim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam
wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam semoga
senantiasa terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidup manusia dan yang
menjadi cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad SAW).
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaika tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor Institut Agama
Islam Negeri ( IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
3. Ibu Rukhayati, M.Ag. selauku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam
4. Bapak Dr. M. Gufron, M.Pd. selaku pembiming akademik
5. Bapak Rovi‟in, M.Ag. Selaku pembimbig dalam penulisan skripsi
ini.
6. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh karyawan IAIN Salatiga yang selalu
memberikan Ilmu kepada penulis.
7. Bapak, ibu tercinta dan seluruh keluargaku yang memberikan do‟a
restu bagi keberhasilan penulis.
ix
x
ABSTRAK
Rif‟a Muafia. 2014. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tahliyah wa Targhib
Karya Sayyid Muhammad Al-Maliki. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Rovi‟in, M.Ag.
Kata kunci: Nilai Pendidika Akhlak, Sayyid Muhammad Al-Maliki.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
apa nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tahliyah Wa Targhib karya Sayyid
Muhammad Al-Maliki dan bagaimana relevansi nilai Pendidikan Akhlak kitab
Tahliyah Wa Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki dalam kehidupan zaman
sekarang.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library
research). Sumber data primer adalah kitab Tahliyah Wa Targhib, sumber
sekundernya adalah terjemahannya dan sumber tersiernya adalah kitab-kitab dan
buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian. Adapun teknis
analisis data menggunakan metode induktif, content analysis dan reflektif thinking.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, nilai pendidikan akhlak yang ada
dalam kitab Tahliyah Wa Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki yang
tercantum di dalamnya sangat relevan apa bila diterapkan dalam pendidikan akhlak
sekarang, dan sangat dibutuhkan untuk membenahi perilaku para pelajar yang saat
ini masih berakhlak buruk, menjadi pribadi yang mempunyai pekerti yang baik.
Pendidikan akhlak dalam kitab Tahliyah Wa Targhib bisa dibilang sangat praktis
dan tetap berpegang teguh dengan Al-Qur‟an dan Hadis. Diantara nilai-niali
pendidikan akhlak yang dapat diterapkan untuk para pelajar dalam kitab Tahliyah
Wa Targhib penulis kelompokkan menjadi tiga yakni akhlak terhadap individu,
yang meliputi akhlak terhadap guru, terhadap orang tua, terhadap pemimpin dan
terhadap saudara atau teman. Akhlak terhadap diri sendiri, meliputi dalam menjaga
kebersihan badan, akhlak ketika makan, dalam berpakaian, dan ketika olahraga.
Dan akhlak terhada masyarakat, yang meliputi akhlak ketika mengunjungi teman,
ketika menjenguk orang sakit, ketika berta‟ziyah dan menghadiri walimah.
xi
DAFTAR ISI
1. JUDUL .................................................................................................. i
2. LOGO IAIN .......................................................................................... ii
3. NOTA PEMBIMBING ......................................................................... iii
4. PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................... iv
5. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................ v
6. MOTTO ................................................................................................ vi
7. PERSEMBAHAN ................................................................................. vii
8. KATA PENGANTAR .......................................................................... viii
9. ABSTRAK ............................................................................................. ix
10. DAFTAR ISI ......................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 6
C. Tujuan Penelilitian ............................................................ 7
D. Kegunaan Penelitian .......................................................... 7
E. Penegasan Istilah ............................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ....................................................... 11
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Nilai Pendidikan Akhlak ................................................... 12
1. Pengertian Nilai ............................................................. 12
2. Pengertian Pendidikan ................................................... 13
3. Pengertian Akhlak ......................................................... 16
xii
B. Dasar Pendidikan Akhlak ................................................ 21
C. Tujuan Pendidikan Akhlak .............................................. 22
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ..................................... 24
B. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 24
1. Sumber Primer .......................................................... 24
2. Sumber Sekunder ...................................................... 25
3. Sumber Tersier .......................................................... 25
C. Metode Pengumpulan Data .......................................... 25
D. Teknik Analisis Data ..................................................... 25
1. Metode Induktif ....................................................... 25
2. Metode Content Analysis .......................................... 25
3. Metode Reflektif Thinking ........................................ 26
BAB IV. NILAI PENDIDIKAN MENURUT SAYYID MUHAMMAD AL-
MALIKI
A. Biografi Sayyid Muhammad Al-Maliki .......................... 27
B. Pendidikan Sayyid Muhammad Al-Maliki ...................... 31
C. Murid dan Karya Sayyid Muhammad Al-Maliki ............ 32
D. Gambaran Umum Kitab Tahliyah Wa Targhib ............... 35
1. Latar Belakang Kitab Tahliyah Wa Targhib ............ 35
2. Karakteristik Kitab Tahliyah Wa Targhib ................ 36
3. Urgensi Kitab Tahliyah Wa Targhib ........................ 39
E. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Tahliyah Wa Targhib ... 41
xiii
BAB V. RELEVANSI NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB
TAHLIYAH WA TARGHIB TERHADAP PENDIDIKAN
AKHLAK ZAMAN SEKARANG
A. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tahliyah
Wa Targhib ....................................................................... 58
1. Akhlak terhadap Individu ............................................. 59
2. Akhlak terhadap Diri Sendiri ........................................ 62
3. Akhlak terhadap Masyarakat ......................................... 65
B. Relevansi Nilai Pendidikan Akhlak Kitab Tahliyah
Wa Targhib dalam Kehidupan Sekarang ........................... 68
BAB VI. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 72
B. Saran .................................................................................. 73
11. DAFTAR PUSTAKA
12. LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini pengaruh globalisasi tidak dapat dihindari, hal ini
tentunya membawa dampak positif dan negatif dalam kehidupan. Dampak
positifnya mempermudah kehidupan manusia dengan memanfaatkan
teknologi komunikasi dan transportasi, memperpendek jarak yang jauh.
Salah satu dampak negatif dari kemajuan ilmu dan teknologi serta
globalisasi, ialah munculnya pola hidup hedonisme, yang berpandangan
bahwa tujuan kehidupan adalah untuk mencapai segala kenikmatan fisik
setinggi mungkin dengan cara apapun tanpa memperhitungkan konsekuensi
yang dialami ( team penulis rosda, 1995:135)
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia.
Karena dengan suatu pendidikan yang telah diberikan dapat membantu
mengembangkan pengetahuan dan perilaku seorang anak. Sejarah
menunjukkan bahwa kebahagian yang ingin dicapai dengan menjalankan
syariat agama yang dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik.
Akhlak bukanlah sekedar sopan santun, tata krama yang bersifat lahiriyah
dari seseorang terhadap orang lain, melainkan lebih dari itu.
Keadaan memperlihatkan bahwa pembinaan akhlak sangat
dibutuhkan terutama pada zaman sekarang yang semakin banyak tantangan
dan godaan sebagai dampak dari kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Melihat keadaan di sekitar lingkungan kita, banyak hala-hal
2
buruk yang dilakukan remaja, bahkan anak-anak kecil di zaman sekarang
lebih menyukai gagdet (dewasa sebelum waktunya).
Pendidikan akhlak dalam ajaran agama Islam merupakan kaidah
untuk mengerjakan perbuatan baik yang tertera dalam al-Qur‟an dan al-
Hadits. Abuddin Nata mengatakan bahwa “inti dari ajaran Islam adalah
akhlak mulia yang bertumpu pada hubungan yang harmonis dan seimbang
antara manusia dan Tuhan, dan antara manusia dengan manusia. Demikian
ajaran yang dibawa Rasulullah saw, pada intinya adalah menyempurnakan
akhlak yang mulia.
( Abudin Nata, 2003:8)
Agama Islam yang diperkenalkan Rasulullah berhasil dianut oleh
bermilyar orang hingga hari ini karena Rasulullah mengerti bagaimana cara
memperkenalkannya agar dapat meluluhkan hati yang membatu. Selain
karena campur tangan dari Allah, peran akhlak terpuji yang selalu
ditunjukkan Nabi dalam segenap sisi kehidupannya membuat agama ini
lebih mudah dan cepat menyebar memasuki hati manusia dari ufuk timur
sampai ufuk barat. (Irham Sya‟roni, 2010: 42)
Dalam konteks penanaman dan pembinaan akhlak, Syeikh Musthafa
Al-Ghayalayni, menekankan bahwa pendidikan adalah menanamkan akhlak
yang utama, budi luhur pekerti yang serta didikan yang mulia dalam jiwa
remaja yang menyiraminya dengan penyejuk dan nasehat yang berguna,
sehigga menjadi sifat yang tertanam dalam jiwa. Sehingga tampaklah
buahnya yaitu berupa amal perbuatan yang utama, kebaikan dan kesenangan
bekerja untuk kepentingan tanah air dan bangsa.
3
Pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan
Islam, posisi ini terlihat dari kedudukan al-qur‟an sebagai referensi paling
penting tentang akhlak bagi kaum muslimin: individu, keluarga,
masyarakat, dan umat. Akhlak merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi
manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi
baik. Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan
masyarakat. Tanpa akhlak, masyarakat manusia tidak akan berbeda dari
kumpulan binatang. (Munzier, 2008: 89).
Dengan demikian setiap orang tua berharap dan berkeinginan agar
anak-anak mereka menjadi anak shalih dan berakhlak mulia. Tetapi untuk
terwujudnya harapan tersebut hanya bisa dicapai apabila diterapkan cara
yang benar dan lingkungan yang mendukung yang diciptakan semenjak
dini. Sangat penting untuk diperhatikan bahwa pendidikan ruhaniyah jauh
lebih penting dari pada pendidikan jasmaniyah. (Maulana Musa, 2015: 83)
Menurut Damanhuri (2014:4-5) ajaran akhlak dalam Islam lahir
sejalan dengan lahirnya agama ini, yang diketahui bahwa misi utama
diutusnya nabi Muhammad adalah untuk membina manusia dengan akhlak
mulia, Islam sangat menjunjung tinggi aspek akhlak ini yang pada
prinsipnya adalah untuk mengangkat harkat dan martabat manusia, menjaga
hak-hak sesama dan menjaga batasan-batasannya, meraih ketenangan lahir
dan batin.
Jika orang tua baik, maka anak-anaknya juga akan baik, dan jika
orang tua bertaqwa, maka anak-anaknya akan dijaga dan diberi rizki setelah
orangtua mereka meninggal, insya Allah. Sebagaimana Firman Allah swt:
4
( ز لهم ا وكاف أبوىما صالحاوكاف تحتو كنػ (
Artinya:“ Dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka
berdua, sedang ayah keduanya adalah seorang yang shalih.” (Q.S. Al-
Khahfi:82)
Oleh karena itu, orang tua harus lebih memperhatikan anak-anaknya
dalam soal pendidikan umum maupun pendidikan agama, terutama dalam
pendidikan akhlak. Supaya anak-anak tidak terpengaruh dengan keadaan
lingkungan yang kurang baik. Karena pada masa yang akan datang, mereka
akan menjadi penerus-penerus perjuangan yang memiliki tingkah laku yang
baik, menjadi penerus bangsa dan negara, dan juga Agama.
Akhlak dimaknai sebagai sifat yang dilakukan dengan kesadaran,
tanpa pemaksaan, tanpa berfikir panjang, karena sudah tertanam dalam diri
seseorang, seperti yang diungkapkan oleh al-Jurjani, berpendapat bahwa
akhlak adalah suatu sifat yang tertanam pada diri manusia, yang terlahir dari
perbuatan-perbuatan yang mudah dan ringan, tanpa perlu berfikir dan
merenung.
(Mahmud, 2004:81)
Pendidikan akhlak sebagaimana yang dirumuskan oleh Ibn
Miskawaih, merupakan upaya ke arah terwujudnya sikap batin/ sikap yang
tertanam dalam jiwa yang mampu mendorong secara spontan lahirnya
perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari seseorang. Dalam pendidikan
akhlak ini, kriteria benar dan salah untuk menilai perbuatan yang muncul
merujuk kepada Al-Qur‟an dan Sunnah sebagai sumber tertinggi ajaran
5
Islam. Dengan demikian maka pendidikan akhlak dapat diartikan sebagai
pendidikan moral dalam kursus pendidikan Islam.
Dengan pendidikan akhlak, seseorang dapat mengetahui batas mana
yang baik dan yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuai dengan
tempatnya. Orang yang berakhlak dapat memperoleh pertolongan dan
petunjuk sehingga dapat bahagia dunia akhirat. Hidup bahagia merupakan
hidup sejahtera dan mendapat ridha dari Allah swt, dan selalu disenangi
oleh sesama makhluk. (FIP-UPI, 2007:18)
Salah seorang ulama‟ yang mengkaji dan memberikan pendidikan
akhlak secara mendalam adalah Sayyid Muhammad Al-Maliki. Beliau juga
berkecimpung lasun menjadi praktisi pendidikan. Ia akti mengajar di
beberapa Madrasah-madrasah. Hal ini menunjukkan bahwa Ia merupakan
ulama yang juga praktisi. Dalam konteks penanaman dan pembinaan akhlak
di atas, Sayyid Muhammad Al-Maliki dengan ilmu dan pengalamannya
melalui kitab Tahliyah Wa Targhib ingin memberi bimbingan kepada
segenap muslim agar menjadi indivdu yang bersih dari sifat-sifat yang tidak
terpuji, berakhlak mulia dan mengerti bagaimana seharusnya ia bersikap
menhadapi segala peristiwa yang dialami bangsanya.
Di dalam kitab Tahliyah Wa Targhib karya Sayyid Muhammad Al-
Maliki ini memiliki sifat umum, sifat umum yang sesuai untuk kaum
muslim baik usia anak-anak yang masih belajar maupun guru dan orang tua
yang ingin mengajarkan kitab ini kepada anak-anaknya agar mempunyai
akhlak mulia sejak dini. Kitab ini juga sangat padat dengan pembentukan
pendidikan akhlak yang perlu dimiliki dalam diri seseorang karena kitab ini
6
membahas beberapa bagian materi yang menuntun pada akhlak yang baik.
Bahasa dalam kitab ini secara umum adalah berkaitan dengan watak dan
sifat naluriah dan pembahasan-pembahasan mengenai menghargai manusia,
berempati terhadap sesama dan juga menumbuhkan pondasi sikap yng
diperbolehkan dan tidak dalam ajaran islam yang telah disandarkan pada Al-
Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad saw.
Salah satu alasan kenapa penulis mengambil penelitian dalam kitab
ini. Ketika membaca kitab ini yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan,yang
diharapkan akan adanya nilai/ sifat yang tertanam dalam diri sang pembaca.
Harapan selanjutnya, dapat mengetahui nilai-nilai yang diperlukan dalam
bermasyarakat dan menjalin hubungan yang sebagaiamn ketika di
masyarakat.
Karna pendidikan akhlak dalam kehidupan manusia, bukan hanya
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Karena pendidikan akhlak
jiwa yang bersih dari karakter-karakter hewani dan siap menapaki jalan
kesempurnaan. Di dalam kitab ini juga dicantumkan bagaimana ketika harus
berhadapan dengan orang yang lebih rendah dan tinggi drajatnya,
bagaimana ketika saat makan, dan bagaimana seharusnya dalam berpakaian,
dan lain sebagainya.
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menggali nilai
pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Tahliyah Wa Targhib, yang
memuat ulasan-ulasan pemikiran dari Sayyid Muhammad al-Maliki tentang
tata cara dalam kehidupan bermasyarakat dan tuntunan akhlak Islam
lainnya. Untuk itu, maka dalam penelitian ini penulis memberi judul: NILAI
7
PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAHLIYAH WA TARGHIB
KARYA SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Tahliyah
Wa Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki?
2. Bagaimana relevansi pendidikan akhlak dalam kitab Tahliyah Wa
Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki terhadap pendidikan
akhlak di zaman sekarang?
C. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab
Tahliyah Wa-Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki.
2. Mengetahui relevansi pendidikan akhlak dalam kitab Tahliyah Wa-
Targhib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki terhadap pendidikan
akhlak di zaman sekarang.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
8
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,
berupa pengetahuan tentang nilai pendidikan akhlak yang sangat
dibutuhkan.
2. Kegunaan Praktis
Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam. Diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan
pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalah pahaman
dalam mengartikan atau memahami tujuan, maka penulis mengemukakan
pengertian dan penugasan judul proposal ini sebagai berikut:
1. Nilai Pendidikan Akhlak
Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik, disukai, dan paling benar
menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga prefrensinya
tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan-perbuatannya. (Ensiklopedia
Pendidikan, 2009: 106).
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, bagi peranannya
di masa yang akan datang. (Hamalik, 2010: 14).
Akhlak adalah suatu bentuk yang kuat di dalam jiwa sebagai sumber
perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah atau jelek,
9
sesuai pembawaanya, ia menerima pengaruh pendidikan kepadanya, baik
maupun jelek kepadanya. (Al-Jaza‟iri, tt: 223).
Dengan demikian Nilai Pendidikan Akhlak adalah adalah sesuatu
yang dianggap baik untuk diusahakan dalam membimbing dan
mengarahkan seseorang supaya mencapai suatu kondisi jiwa (akhlak) yang
baik, serta menjadikannya sebagai suatu kebiasaan dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Kitab Tahliyah Wa-Targhib
Kitab ini ditulis oleh Sayyid Muhammad Al-Maliki Tahliyah Wa-
Targhib merupakan kitab yang berisikan bab-bab, pada bagian bab nya
terdapat beberapa subab didalamnya. Seperti pada romawi pertama dan
kedua yang mana saling berkaitan, bab pertama mengenai pergaulan
manusia dengan orang yang lebih tinggi, setingkat dan lebih rendah.
Dimana dalam bab pertama hanya menjelaskan mengenai manusia
dalam kehidupannya yang tidak bisa terlepas dari hidup bersosial dan
perlunya hidup bermasyarakat,sedangkan mengenai orang-orang yang kita
pergauli dijelaskan dalam bab selanjutnya beserta macam-macam tingkatan
orang baik dalam tingkatan yang disebutkan dalam bab pertama, siapa
mereka, bagaimana harus bersikap dan kenapa harus memperlakukan
mereka demikian akan dijelaskan dalam bab dua. Bab tiga sampai bab
delapan akan menyampaikan yang perlu ada dalam diri seoarang mengenai:
kesopanan dan pergaulan yang baik. Memelihara kesehatan badan.
Makanan, waktu makan dan tujuannya. Pakaian, model dan tujuannya.
Rumah sebagai tempat tinggal dan tujuannya. Serta senam dan olahraga.
10
Dalam bab sepuluh sampai dua belas menjelaskan mengenai beberapa
sarana yang dapat memperbaiki kondisi perekonomian. Tata cara
mengunjungi teman. Tata cara menjenguk orang sakit dan ta‟ziyah.
Walimah atau pesta, sehingga dalam bab ini dapat memahami mengenai tata
cara berkehidupan dalam bermasyarakat.
3. Sayyid Muhammad Al-Maliki
Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki adalah seorang tokoh ulama
Ahlussunnah Wal Jama‟ah kaliber Internasional. Beliau merupakan pewaris
keluarga al-Maliki al-Hasani di Makkah. Sayyid Muhammad adalah
keturunan Rasulullah saw, melalui cucu baginda Rasulullah al-Imam Hasan
bin Ali bin Abi Thalib ra. Keturunan al-Imam Hasan termasuk keturunan
yang langka dan jarang, sedangkan keturunan terbanyak adalah keturunan
yang bersambung kepada al-Imam Husein seperti kebanyakan para habaib
di Tanah Air. (Abdul Qadir Umar, 2013:280).
Beliau dilahirkan di kota yang mulia, Makkah al Mukarramah pada
tahun 1367 H sekitar 1947 M tepatnya dikawasan Bebus Salam tempat
kediaman ayahnya. Ayah beliau As-sayyid Alawi Al- Maliki adalah sosok
tokoh yang populer dari sekian banyak ulama yang mengajar di halaqah
Masjid Haram.
Sayyid Muhammad yang biasa dipanggil Abuya Maliki oleh para
murid dan pencintanya yang menyapanya. Sayyid Muhammad bin Alawi al-
Maliki merupakan sosok ulama yang memiliki kedekatan hubungan
emosional dikalangan umat Islam di Indonesia. Muridnya berdatangan dari
11
berbagai penjuru dunia, namun kebanyakan dari mereka berasal dari
Indonesia. (Abdul Qadir Umar, 2013:279)
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini yang penulis maksudkan
adalah sistematika penyususnan secara terinci dari bab ke bab yang lain.
Sehingga skripsi ini dapat dipahami secara baik dan benar serta
memahamkan bagi pembacanya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini
sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan, menguraikan tentang: latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,
dan sistematika penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi
ini.
Bab II: Landasan Teori, menguraikan tentang: pengertian nilai
pendidikan akhlak.
Bab III: Metode Penelitian, menguraikan tentang: Jenis Penelitian,
Teknik Pengumpulan data, dan Teknik Analisis Data.
Bab IV: Nilai Pendidikan Akhlak Menurut Sayyid Muhammad Al-
Maliki, menguraikan tentang: biografi pengarang, pendidikan Sayyid
Muhammad Al-Maliki, gambaran tentang kitab Tahliyah wa Targib, Nilai
Pendidikan Akhlak di Dalam Kitab Tahliyah wa Targib.
Bab V: Pembahasan, menguraikan relevansi pemikiran dengan
pendidikan akhlak sekarang.
Bab VI: Penutup, menguraikan kesimpulan, saran.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Nilai Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Nilai
Nilai berasal dari bahasa Latin Vale‟re yang artinya berguna,
mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu
yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan
seseorang atas kelompok orang. Nilai adalah kualitas sesuatu hal yang
itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat
orang yang menghayati menjadi bermartabat.
Menurut Steeman ( Eka Darmaputera, 1987:65) nilai adalah
sesuatu yang memberi makna pada hidup, yang memberi acuan, titik
tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang
dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari
sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan tindakan,
sehingga ada hubungan yang amat erat antara nilai dan etika. (
Adisusilo, 2013: 56)
Nilai akan selalu berhubungan dengan kebaikan, kebajikan dan
keluhuran budi serta akan menjadi sesuatu yang dihargai dan dijunjung
tinggi serta dikejar oleh seseorang sehingga ia merasakan adanya
sesuatu kepuasan, dan ia merasa menjadi manusia yang sebenarnya. (
Adisusilo, 2013: 57)
Nilai tidak selalu sama bagi seluruh warga masyarakat, karena
dalam suatu masyarakat sering terdapat kelompok-kelompok yang
13
berbeda secara sosio-ekonomis, politik, agamis, budaya, di mana
masing-masing kelompok sering memiliki sistem nilai yang berbeda-
beda. Konflik dapat muncul antara pribadi, atau antarkelompok karena
sistem nilai yang tidak sama berbenturan satu sama lain. Oleh karena
itu, jika terjadi konflik, dialog merupakan salah satu solusi terbaik
sebab dalam dialog terjadi usaha untuk saling mengerti, memahami dan
menghargai. ( Adisusilo, 2013: 57)
2. Pengertian Pendidikan
Dalam buku kapita selekta pendidikan Islam, bahwa untuk
memahami pengertian pendidikan dengan benar, pendidikan dapat
dibedakan dari dua pengertian, pengertian yang bersifat filosofis dan
pengertian yang bersifat pendidikan dalam arti praktis. ( Nata,
3003:210)
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan, bagi
peranannya di masa yang akan datang. (Hamalik, 2010: 14)
Pengertian pendidikan dalam arti teoritik filosofis adalah
pemikiran manusia terhadap masalah-masalah kependidikan untuk
memecahkan dan menyususn teori-teori baru dengan mendasakan pada
pemikiran normatif.
( Nata, 2003: 14)
Pendidikan dalam arti praktis adalah suatu proses pemindahan
pengetahuan ataupun pengembangan pengembangan potensi-potensi
yang dimiliki subyek didik untuk mencapai perkembangan secara
14
optimal serta membudayakan manusia melalui proses transformasi
nilai-nilai utama. ( Nata, 2003: 211)
Pendidikan dalam Bahasa Arab biasa disebut dengan istilah
tarbiyah yang berasal dari kata rabba. ( Raqib, 2009:14). Dalam bahasa
Arab, kata tarbiyah memiliki tiga akar kebahasaan yaitu rabba,
yarubbu, tarbiyah yang memiliki makna memperbaiki, menguasai
urusan, memelihara, merawat, memperindah, memberi makna,
mengasuh, tuan, memiliki, mengatur, dan menjaga kelestarian maupun
eksistensinya. ( Mujib dan Mudzakkir, 2010:11). Pengertian ini juga
didasarkan
QS. Asy-Syuara: 18, yaitu:
يدا ولبثت فينا من عمرؾ سنين قاؿ ألم نػربك فينا ول
“Firaun menjawab: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara
(keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal
bersama kami beberapa tahun dari umurmu”. (QS. Asy-Syuara: 18)
Artinya, pendidikan ( tarbiyah) merupakan usaha untuk
memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur
kehidupan peseta didik, agar ia dapat survice lebih baik dalam
kehidupannya. (Mujib dan Mudzakkir, 2010:11)
Menurut Musthafa al-Maraghi yang membagi aktivitas tarbiyah
dengan dua macam: ( a) tarbiyah khalqiyyah, yaitu pendidikan yang
terkait dengan pertumbuhan jasmani manusia, agar dapat dijadikan
sebagai sarana dalam mengembangkan rohaninya. ( b) tarbiyah
15
diniyyah tahdzibiyyah, yaitu pendidikan yang terkait dengan pembinaan
dan pengembangan akhlak dan agama manusia untuk kelestarian
rohaninya. (Mujib dan Mudzakkir, 2010:17)
Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari kegelapan,
kebodohan dan pencerahan pengetahuan. Dalam arti luas pendidikan
baik formal maupun informal meliputi segala hal yang memperluas
pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia tempat
mereka hidup.
( Abdullah, 2007: 21-23)
Pendidik merupakan kunci kesuksesan dalam menjelaskan
kehidupan, baik berkeluarga, bermasyarakat, maupun berbangsa dan
bernegara. Jadi, pendidikan itu merupakan suatu yang mendasar bagi
manusia yang harus diberikan.
3. Pengertian Akhlak
Akhlak dari sudut kebahasaan berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tabi‟at ( kelakuan atau watak dasar), kebiasaan atau
kelaziman dan peradaban yang baik. Kata akhlak merupakan jamak dari
khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlak
sebagaimana telah disebutkan di atas. Kata akhlak dan khuluq keduanya
dapat dijumpai pemakaiannya dalam QS. Al-Qalam: 4. ( Yusuf,
2003:174)
وإنك لعلى خلق عظيم
16
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Menurut Al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tetanam dalam jiwa
yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. ( Al-
Ghazali,tt.:99)
Dari beberapa definisi di atas penulis mengambil kesimpulan
bahwa Akhlak adalah satu bentuk yang kuat di dalam jiwa sebagai
sumber perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah
atau jelek, sesuai pembaannya, ia menerima pengaruh pendidikan
kepadanya, baik maupun jelek.
Bila bentuk di dalam jiwa ini dididik tegas mengutamakan
kemuliaan dan kebenaran, cinta kebajikan, gemar berbuat baik, dilatih
mencintai keindahan, membenci keburukan sehingga manjdi wataknya,
maka keluarlah darinya perbuatan-perbuatan yang indah dengan mudah
tanpa keterpaksaan, inilah yang dimaksud dengan akhlak yang baik. (
Al-Jaza‟iri, tt: 223)
Perbuatan indah yang keluar dari kekuatan jiwa tanpa paksaan itu
disebut Akhlak yang baik, seperti kemurahan hati, lemah lembut, sabar,
teguh, mulia, berani, adil, dan akhlak-akhlak mulia serta kesempurnaan
jiwa lainnya. (Al-Jaza‟iri, tt: 223)
Menurut Dr. M. Abdullah Daraz, perbuatan-perbuatan manusia
dapat dianggap sebagai akhlak apabila memenuhi dua syarat sebagai
berikut: pertama, perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulangkali
sehingga perbuatan-perbuatan itu menjadi kebiasan, kedua, perbuatan-
17
perbuatan itu dilakukan dengan kehendak sendiri bukan karena adanya
tekanan-tekanan yang datang dari luar seperti ancaman dan paksaan
atau sebaliknya melalui bujukan atau rayuan. ( Assegaf, 2014:42)
Kedudukan akhlak dalam pendidikan Islam amat penting,
sebagaimana disebutkan dalam Hadits Rasulullah saw: “ Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia” ( HR. Bukhari).
Bahkan, dikatakan bahwa definisi agama adalah berakhlak mulia,
sebagaiamana Hadits Rasulullah saw: “ Rasulullah ditanya: “Apakah
agama itu? Beliau menjawab: „Agama adalah akhlak mulia”. ( Al-
Hadis). Berakhlak mulia adalah bukti kesempurnaan iman, sebagaimana
Hadits Rasulullah saw,: “ Sesungguhnya orang Mukmin yang paling
mulia adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baiknya kalian
adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya”. ( Al-Hadis). Berakhlak
mulia menjadi penyebab masuk surga dan selamat dari api neraka,
sebagaimana Hadist Rasulullah saw: “ Sesungguhnya Rasulullah saw,
ditanya tentang ( penyebab) banyaknya orang masuk surga, beliau
menjawab:” Bertaqwalah kepada Allah swt, dan berakhlak mulia”. Dan
beliau ditanya tentang ( penyebab) banyaknya orang masuk neraka,
beliau menjawab: “mulut dan kemaluan akhlak tercela.”
( HR. Tirmidzi). (Assegaf, 2014:43)
Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Jika kita
mengatakan bahwa si A misalnya sebagai orang yang berakhlak
dermawan, maka sikap dermawan tersebut telah mendarah daging,
18
kapan dan dimanapun sikapnya akan dibawanya, sehingga menjadi
identitas yang membedakan dirinya dengan orang lain. Jika si A
tersebut kadang-kadang dermawan, dan kadang-kadang bathil, maka si
A tersebut belum dapat dikatakan sebagai orang yang dermawa.
Demikian juga jika si B kita mengatakan bahwa ia termasuk orang yang
taat beribadah, maka sikap taat beribadah tersebut telah dilakukannya di
manapun ia berada.
Dari beberapa pengertian akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa manusia sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana
diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih
dahulu, serta tidak ada dorongan dari luar. Jadi pada hakekatnya
akhlaka adalah sutu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa
dan menjadi kepribadian.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
akhlak diartikan sebagai latihan mental dan fisik yang menghasilkan
manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan
tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah swt. pendidikan
akhlak juga menumbuhkan kepribadian dan menanamkan tanggung
jawab. ( Abdullah, 2007: 22)
Pendidikan akhlak merupakan suatu proses mendidik,
memelihara, memebentuk, dan memberikaan latihan mengenai akhlak
dan kecerdasan berfikir baik yang bersifat formal maupun informal
yang didasarkan pada ajaran-ajaran Islam. Pada sistem pendidikan
Islam ini khusus memberikan pendidikan tentang akhlak dan moral
19
yang bagaimana yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim agar
dapat mencerminkan kepribadian seorang muslim. ( FIP-UPI, 2007: 39)
Beberapa hikmah yang dapat diraih apabila pendidikan akhlak
menanamkan pada anak antara lain: pertama, pendidikan akhlak
mewujudkan kemajuan rohani. Kedua, pendidikan akhlak menuntun
kebaikan. Ketiga, pendidikan akhlak mewujudkan kesempurnaan iman.
Keempat, pendidikan akhlak memberikan keutamaan hidup di dunia
dan kebahagiaan di hari kemudian. Kelima, pendidikan akhlak akan
membawa kepada kerukunan rumah tangga, pergaulan di masyarakat
dan pergaulan umum.
Jadi, pendidikan akhlak adalah suatu usaha mengembangkan diri
sesuai kebutuhan yang diyakini benar oleh seseorantg atau kelompok
sehingga menjadi kebiasaan yang terbentuk dengan sendirinya tanpa
dipikirkan dan tanpa direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian
akan tercapailah tatanan kehidupan dunia yang damai dan sejahtera
antara penghuninya saling mengasihi, menghormati, juga melindungi
serta mengajak ke arah perilaku yang diridhoi Allah dan utusannya.
Bila bentuk dalam jiwa ini dididik tegas mengutamakan
kemuliaan dan kebenaran, cinta kbajikan, gemar berbuat baik, dilatih
mencintai keindahan, membenci keburukan sehingga mnjadi wataknya,
maka keluarlah darinya perbuatan-perbuatanyang indah dengan mudah
tanpa keterpaksaan, inilah yang dimaksud dengan akhlak yang baik. (
Al-Jaza‟iri, tt:223)
20
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
akhlak merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan
kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan
cita-cita Islam karena nila-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai
corak kehidupan. Pendidikan akhlak berwatak akomodatif kepada
tuntutan kemajuan zaman yang ruang lingkupnya berada di dalam
kerangka acuan norma-norma kehidupan Islam. Pendidikan akhlak
merupakan suatu proses mendidik, memelihara, membentuk dan
memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan berfikir baik yang
bersifat formal maupun informal yang didasarkan kepada ajaran-ajaran
Islam.
Setelah dijelaskan secara terpisah dari pengertian nilai, pengertian
pendidikan, dan pengertian akhlak di atas maka dapat disimpulkan
bahwa nilai pendidikan akhlak adalah sesuatu yang dipandang baik
dalam pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan
kekuatan jiwa yang berasal dari dalam jiwa yang harus dimiliki dan
dijadikan kebiasaan seseorang. Seseorang tumbuh dan berkembang
dengan berpijak pada landasan Iman kepada Allah swt dan terdidik
untuk selalu kuat, ingat bersandar, meminta pertolongan dan berserah
diri kepada-Nya, maka ia akan memiliki potensi dan respon dalam
menerima suatu keutamaan dan kemuliaan. Disamping terbiasa
melakukan akhlak mulia.
21
B. Dasar Pendidikan Akhlak
Dasar pendidikan akhlak dalam Islam bersumber pada Al-Qur‟an
dan hadits karena akhlak merupkan sistem moral yang bertitik pada ajaran
Islam (Ahmad dan Salimi, 1994:199). Al-qur‟an merupakan dasar utama
dalam Islam yang memberikan petunjuk di jalan kebenaran dan
mengantarkan pada pencapaian kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dasar
pendidikan akhlak terdapat dalam surat Ali Imron ayar 104:
هوف عن المنكر وأولئك ىم المفلحوف ولتكن منكم أمة يدعوف إلى الخير ويأمروف بالمعروؼ ويػنػ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. ( QS. Ali
Imron, 3:104)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah swt, menganjurkan hamba-
Nya untuk dapat menasehati, mendidik, dan membimbing sesamanya
dalam hal melaukan kebajikan dan meninggalkan keburukan. Dengan
demikian Allah telah memeberikan dasar yang jelas mengenai pendidikan
akhlak yang merupakan suatu usaha untuk mebimbing dan mengarahkan
manusia supaya berakhlak mulia.
Dasar pendidikan akhlak dalam hadits dijelaskan Rasulullah dalam
sabda beliau:
م مكارـ الخلاؽ انما بعثت لتم
“ Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak”.
( HR. Ahmad dan Baihaqi) ( Imam Ahmad Inb Hanbal, 1991:504)
22
Dari ayat Al-Qur‟an dan hadits di atas menunjukkan bahwa dasar
pendidikan akhlak adalah Al-Qur‟an dan hadits, dari dasar tersebut dapat
diketahui bahwa kriteria suatu perbuatan itu bersifat baik atau buruk.
Selain menyebutkan pentingnya pendidikan akhlak, Al-Qur‟an pun
menunjukkan siapa figur yang harus dicontoh dan dijadikan sebagai
uswatun hasanah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Ahzab:21,
yang artinya:
“ Sungguh, telah ada pada ( diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu ( yaitu) bagi orang yang mengharapkan ( rahmat) Allah dan (
kedatngan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.
Ayat tersebut menunjukka bahwa Rasulullah merupakan figur utama
sebagai manusia dan utusan Allah yang patut dijadikan panutan dalam
menjalani kehidupan di dunia ini.
C. Tujuan Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak merupakan upaya untuk melahirkan manusia
berkepribadian muslim yang mudah untuk melaksanakan ketentuan hukum
dan ketetapan syari‟at yang diperintahkan, atau dengan kata lain tujuan
pendidikan akhlak yaitu membentuk karakter muslim yang taat dan
mempunyai akhlak al-karimah ( Syafri, 2014)
Sebagaimana akhlak mulia yang terdapat pada Nabi Muhammad
saw, yang mana dari situlah akhlak mulai dapat dicontoh dan senatiasa
berada dalam kebenaran serta berjalan di jalan yang lurus. Perintah untuk
menjadikan Nabi Muhammad saw, sebagai teladan terdapat pada firman
Allah swt, Surat al-Ahzab ayat 21:
23
اف يػرجو اللو واليػوـ الآخر وذكر اللو كثيرالقد كاف لكم في رسوؿ اللو أسوة حسنة لمن ك
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” ( QS. Al-
Ahzab, 33:21)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah saw, merupakan figur
utama sebagai utusan Allah swt, yang patut dijadikan panutan dalam
menjalani kehidupan di dunia dan mencapai kehidupan di akhirat. Maka,
dapat diketahui bahwa tujuan utama pendidikan akhlak yaitu agar manusia
berada dalam kebenaran dan selalu berada di jalam yang lurus, jalan yang
digariskan oleh Allah swt. Inilah yang mengantarkan manusia pada
kebahagiaan dunia dan akhirat. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika
perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur‟an.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah library research, jenis penelitian ini data-
datanya diambil dari perpustakaan yang artinya penelitian literature yang
dilakukan dengan penelitian menggali dan menganalisis data dari bahan-
bahan tertulis di perpustakaan yang relevan dengan masalah-masalah yang
diangkat. (Warsito, 1993:10)
Penelitian kepustakaan dilakukan karena sumber-sumber datanya,
baik yang utama maupun pendukungnya, berasal dari karya tulis yang
dipublikasi. (Nasir, 1985:3)
Dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber
data primer dan data sekunder, maka dilakukan penelaah secara sistematis
dalam hubungannya dengam masalah yang diteliti, sehingga diperoleh
data/informasi untuk bahan penelitian. Maka penelitian menggunakan
teknik yang diperoleh dari perpustakaan dan dikumpulkan dari kitab-kitab
dan buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode library research (penelitian
kepustakaan). Maka peneliti menggunakan teknik yang diperoleh dari
perpustakaan dan dikumpulkan dari kitab-kitab dan buku-buku yang
berkaitan dengan objek penelitian. Yang terdiri dari tiga sumber:
25
a. Sumber Primer, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan
permasalahan yang didapat yaitu: kitab Tahliyah Wa-Targhib.
b. Sumber sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung
untuk memperjelas data primer, yaitu Terjemah kitab Tahliyah Wa
Traghib.
c. Sumber Tersier, dalam penelitian ini, data tersiernya penulis mengambil
dari kitab-kitab, buku-buku, dan media elektronik seperti internet yang
mendukung objek penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlkan dalam kajian ini, penulis
menggunakan kajian kepustakaan ( library research). Adapun langkah yang
dilakukan adalah:
1. Membaca buku ataupun data yang didapat dari sumber data primer dan
sekunder.
2. Mengkaji serta memahami isi atau pembahasan terdapat dalam sumber
tersebut.
3. Menganalisis kemudian menklasifikasi untuk dimasukkan sesuai
dengan kajian yang dikerjakan.
D. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data yang ada, penulis menggunakan tiga
metode yaitu:
1. Metode Induktif
Metode induktif yaitu metode yang berangkat dari fakta-
fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa konkrit, kemudian dari
26
fakta-fakta dan peristiwa yang konkrit ditarik menjadi generalisasi
yang bersifat umum.
( Hadi, 1990:26) Metode ini mengetahui fakta-fakta dan peristiwa
yang khusus kemudian ditarik kesimpulan menjadi umum. Metode
ini penulis gunakan untuk menganalisis data tentang nilai
pendidikan akhlak menurut Sayyid Muhammad Al-Maliki yang
tertuang dalam kitab Tahliya Wa Targhib.
2. Metode Content Analysis
Metode Content Analysis (analisis isi) menurut Weber
sebagaimana dikutip oleh Soejono dalam bukunya yang berjudul:
Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah:
“metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur
untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau
dokumen”. (Soejono, 2005: 13). Dengan teknik analisis ini penulis
akan menganalisis terhadap makna atau pun isi yang terkandung
dalam ulasan-ulsan kitab Tahliyah Wa-Targhib dan kaiatanya
dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.
3. Metode Reflektif Thinking
Metode Reflektif thinking yaitu berfikir yang prosesnya
mondar-mandir antara yang empiri dengan yang abstrak. Empiri
yang khusus dapat saja menstimulasi berkembangnya yang abstrak
yang luas, dan menjadikan mampu melihat relevansi empiri
pertama dengan empiri-empiri yang lain yang termuat dalam
abstrak baru yang dibangunnya. (Muhadjir, 1991: 66-67). Metode
27
ini digunakan untuk melihat relevansi antara kitab Tahliyah Wa-
Targhib dan nilai-nilai pendidikan akhlak kontemporer.
28
BAB IV
NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
MENURUT SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI
A. Biografi Sayyid Muhammad Al-Maliki
Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki adalah seorang tokoh ulama
Ahlussunnah Wal Jama‟ah kaliber Internasional. Beliau merupakan warisan
keluarga al-Maliki al-Hasani di Makkah. Sayyid Muhammad adalah
keturunan Rasulullah saw, melalui cucu baginda Rasulullah al-Imam Hasan
bin Ali bin Abi Thalib ra. Keturunan al-Imam Hasan termasuk keturunan
yang langka dan jarang, sedangkan keturunan terbanyak adalah keturunan
yang bersambung kepada al-Imam Husein seperti kebanyakan para habaib
di Tanah Air. (Abdul Qadir Umar, 2013:280). Sayyid Muhammad adalah
syeikh al-Imam al‟Allamah, muhadits al Hijaz, salah satu keturunan
Rasulullah saw, Sayyid Muhammad bin As Sayyid bin Abdul Aziz al Maliki
al Makki al Hasani. Bersambung terus nasab mulia ini sampai kepada
Sayyidina Idris al Azhari bin Idris al Akbar bin Abdullah bin Kamil bin al
Hasan al Mutsanna bin al Hasan as Sibth bin al Imam Ali bin Abi Thalib
suami as Sayyidah Fatimah az Zahra putri Baginda Rasulullah Muhammad
saw. (Ba‟alawi, 2009:03)
Sayyid Muhammad menyebutkan syair untuk menjelaskan keluarga
beliau yang berbunyi:
سيد عا لم أبي ثم جدي ىكذا ىكذا إلى المحتار
29
Artinya: Sayyid (keluarga Rasulullah) yang „alim, itulah ayah dan
kakekku.
Begitulah dan begitulah seterusnya, hingga bersambung pada
manusia terpilih (Rasulullah saw). ( Ba‟alawi, 2009:05)
Beliau dilahirkan di kota yang mulia, Makkah al Mukarramah pada
tahun 1367 H sekitar 1947 M tepatnya dikawasan Bebus Salam tempat
kediaman ayahnya. Ayah beliau adalah sosok tokoh yang populer dari
sekian banyak ulama yang mengajar di halaqah Masjid Haram. As-sayyid
Alawi Al- Maliki telah mengajar di Masjid Haram lebih dari 40 tahun
lamanya, dari tahun 1347-1391 H.( Ba‟alawi, 2009:04) As-Sayyid
Muhammad Al Maliki hidup sedari kecil dalam lingkungan ilmu dan
ibadah, keluarga yang sholeh dan penuh keberkahan telah mengarungi
kehidupan. Sehingga beliau berkembang dalam perjalanan hidup yang baik
diatas jalan para salaf-salafnya dengan tuntunan dan bimbingan langsung
dari ayahnya.
Sayyid Muhammad yang biasa dipanggil Abuya Maliki oleh para
murid dan pencintanya yang menyapanya. Abuya merupakan kata sapaan
yang menunjukkan kedekatan hubungan antara anak dan ayah. Sayyid
Muhammad bin Alawi al-Maliki merupakan sosok ulama yang memiliki
kedekatan hubungan emosional dikalangan umat Islam di Indonesia.
Muridnya berdatangan dari berbagai penjuru dunia, namun kebanyakan dari
mereka berasal dari Indonesia. (Abdul Qadir Umar, 2013:279) Hal demikian
juga dikenakan ayah abuya yaitu Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki, seorang
alim ulama terkenal dan ternama di kota Makkah dan salah satu guru dari
30
ulama-ulama sepuh Indonesia, seperti Syaikh K.H. Hasyim Asy‟ari, K.H.
Abdullah Faqih Langitan, K.H. Maimun Zubair dan lain-lain. Selama
menjalankan tugas da‟wah, Sayyid Alwi bin Abbas Al Maliki selalu
membawa kedua putranya Muhammad dan Abbas. Mereka berdua selalu
mendampinginya kemana saja ia pergi dan berceramah baik di Makkah atau
di luar kota Makkah. Adapun yang meneruskan perjalanan da‟wah setelah
wafat beliau adalah Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki dan Sayyid
Abbas selalu berurusan dengan kemaslahatan kehidupan ayahnya.
Sayyid Muhammad merupakan pendidik Ahlus Sunnah wal
Jama‟ah, seorang „alim kontemporer dalam ilmu hadits, „alim musafir
(penafsir) Qur‟an, Fiqh, doktrin („aqidah), tasawuf, dan biografi Nabawi
(sirah). Sayyid Muhammad al Maliki merupakan seorang „alim yang
mewarisi kegiatan da‟wah ayahandanya, membina para santri dari berbagai
daerah dan negara di dunia Islam di Makkah al Mukarramah.
Setelah sekian lama Sayyid Muhammad mengabdikan dirinya untuk
berdakwah dan mendidik murid-muridnya dengan penuh tanggung jawab
dan keikhlasan, beliau di panggil Allah swt berpulang ke Rahmat-Nya pada
fajar hari Jum‟at tanggal 15 Ramadhan 1425 H yang bertepatan dengan
tanggal 29 Oktober 2004 M di rumah kediaman beliau jalan al Maliki distrik
Rushaifah setelah sebelumnya sempat dirujuk kerumah sakit al-Rafi‟ di
Makkah karena sakit yang datang tiba-tiba. ( Ba‟alawi, 2003:99) Sebelum
menghembuskan nafas terakhir Sayyid Muhammad masih menunaikan
shalat subuh di kediamannya. Jenazah almarhum dimakamkan di
pemakaman Ma‟la di Makkah, berdekatan dengan makam Sayidatina
31
Khadijah, istri pertama Rasulullah saw. Harian Arab Saudi Okaz sengaja
mengetengahkan tiga halaman surat kabarnya untuk memuat kegiatan,
aktivitas, dan biografi almarhum. Umat Islam sangat kehilangan tokoh dan
ulama besar yang masih keturunan Rasulullah dari garis keturunan
Sayyidina Hasan bin Ali atau Fathimatuz Zahra. ( Ba‟alawi, 2003:117)
Sayyid Muhammad meninggalkan tujuh putra dan beberapa putri.
Putra-putra beliau adalah, Sayyid Abdul Wahab, Sayyid Ahmad. Sayyid
Abdullah, Sayyid Alawi, Sayyid Ali, Sayyid Hasan dan Sayyid Husein. Dari
putra-putra beliau, kini yang menjadi khalifah (pengganti) untuk
melanjutkan jejak sang ayah sebagai pemimpin pondok pesantren adalah
putra beliau yang bernama Sayyid Ahmad lulusan Universitas Ummul
Quran Makkah. ( Ba‟alawi, 2003:117)
B. Pendidikan Sayyid Muhammad Al-Maliki
Pendidikan pertama beliau adalah Madrasah Al-Falah, Makkah,
dimana ayah beliau Sayyid Alawi bi Abbas al Maliki sebagai guru agama di
sekolah tersebtu yang juga merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram
Makki yang tempatnya sangat masyhur dekat Bab as-Salam. Kecerdasan
Sayyid Muhammad Alawi sudah ketara mulai sejak kecil. Sudah dapat
menghafal al-Qur‟an ketika masih berusia 7 tahun dan sudah menghafal
kitab hadits al-Muwatha‟ karya Imam Malik saat beliau berumur15 tahun.
Dan pada saat beliau berumur 25 tahun, beliau meraih gelar doktor ilmu
hadits dengan predikat mumtaz (excellent) di bawah bimbingan ulama besar
Mesir, Prof. Dr. Muhammad Abu Zahrah. Raihla ilmiyyah beliau cukup
panjang dan luas di bawah bimbingan ulama-ulama shalihin.
32
Usia ke-26, Sayyid Muhammad di kukuhkan sebagai guru besar ilmu
hadits pada Universitas Ummul Quran, Makkah, Arab Saudi. Dan pada
tanggal 2 Safar 1421/6 Mei 2000 beliau dianugrahi gelar ustadziyyah atau
professor dari Universitas al-Azhar Kairo Mesir. Beliau kemudian
melakukan perjalanan dalam rangka mengejar studi Hadits ke Afrika Utara,
Timur Tengah, Turki, Yaman, dan juga anak benua Indo-Pakistan, dan
memperoleh sertifikat mengajar (ijazah) dan sanad dari Imam Habib Ahmad
Mashur al Haddad, Syaikh Hasanayn Makhluf, Ghumari bersaudara dari
Maroko, Syekh Dya‟uddin Qadiri di Madinah, Maulana Zakariyya
Kandihlawi, dan banyak lainya.
C. Murid-murid dan Karya-karya Sayyid Muhammad Al-Maliki
Sayyid Muhammad al-Maliki mendirikan tidak kurang 30 buah
pesantren dan sekolah di Asia Tenggara. Karangannya mencapai puluhan
kitab mengenai ushuluddin, syariah, fikih dan sejarah Nabi Muhammad
saw. Ratusan murid yang menampa pendidikan di pesantrennya, biaya
makan dan pemondokan ditanggungnya, alias gratis.
Menurut Habib Abdurrahman A Basurrah, wakil sekjen Rabithah
Alawiyah yang lama mungkin di Arab Saudi, di Indonesia di antara murid-
murid al-Maliki banyak yang menjadi ulama terkenal dan pendiri dari
berbagai pesantren. Murid-muridnya itu diantaranya Habib Abdulkadir
Alhadad, pengurus Al-Hawi di Condet, Jakarta Timur, Habib Hud Baqir
Alatas pimpinan majelis taklim as-Shalafiah, Habib Saleh bin Muhammad
Alhabsi, Habib Naqib bin Syekhbubakar yang memimpin majlis taklim di
Bekasi, Novel Abdullah Alkaff yang membuka pesantren di Parangkuda,
33
Sukabumi. Di antara ulama Betawi lainnya yang pernah menimba ilmu di
Makkah adalah K.H. Abdurrahman Nawi, yang kini memiliki tiga buah
madrasah atau pesantren masing-masing di Tebet, Jakarta Timur, dan dua di
Depok. Masih belasan pesantren dan madrasah di Indonesia yang pendirinya
adalah alumni dari al-Maliki. Seperti K.H. Ihya Ulumuddin yang memiliki
pesantren di Batu, Malang. Demikian pula pesantren Riyadul Shalihin di
Ketapang (Probolinggo), dan pondok pesantren Genggong, juga di
Probolinggo.
Disamping tugas beliau yang da‟i, pengajar, pembimbing, dosen,
penceramah dan segala bentuk kegiatan yang bermanfaat untuk agama,
beliau adalah seorang pujangga besar dan penulis yang produktif dan
unggul. Diantara kitab-kitab karya Sayyid Muhammad dalam berbagai
disiplin ilmu antara lain:
( Ba‟alawi, 2009:77-82)
1. Dalam Ilmu Aqidah
a) Mafahim Yajibu an Tusahhah
b) Manhajus As-salaf Fi Fahmi An-Nusus Wat-Tahbiq
c) Qul Hazdihi Sabili
2. Dalam Ilmu Hadits
a) Anwarul Masalik Ila Riwayati Muwath-thai Malik
b) Tahqiq Muwath-tahi-Malik-riwayah Imam Ibn Qasim
c) At Thali‟us Sa‟id fi Mukahtashar Asanid
d) Al‟Uqudul Lu‟luiyyah bil Asanid „Ulwiyyah
34
3. Dalam Ilmu Sirah Nabawiyah.
a) Muhammad (Sallallahu Alaihi Wasallam) al-Insanul Kamil
b) Tarikh Hawadits wal Ahwal an Nabawiyyah
c) Al Busyra fi Manaqib As Sayyidah Khadijah Al Kubra
d) Haulah Ihtifal bi Zikra Maulid Nabi An Nabawi Asy Syarif
4. Dalam Ilmu Ushul Fiqh.
a) Al Qawa‟idul Asasiyatu fi Ushulil Fiqh
b) Syarah Madzumat al-Waraqat fi Ushul al-Fiqh
5. Dalam Ilmu Fiqh.
a) al-Risalah al-Islamiyyah Kamaluha wa Khuluduha wa
„Alamiyyatuha
b) Shawariq al-Anwar min Ad‟iyat al-Sadah al-Akhyar
c) Al-Mukhtar min Kalam al-Akhyar
6. Dalam bidang haji dan sejarah kota Makkah.
a) Al Hajju, Fadhail Wa Ahkam
b) Fi Rihab Baitillah Al Haram
c) Labbaika Allahumma Labbaik
7. Lain-lain.
a) At-tahliyatu Wa At-Targib Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdib
b) Al-Mustashiriqun Bayn al-Insaf wa al-„Asabiyyah (Kajian Berkaitan
Orientalis).
c) Nazrat al-Islam ila al-Riyadah (Suku dalam Islam)
d) Al-Qudwah al-Hasanah fi Manhaj al-Da‟wah ila Allah (Teknik
Da‟wah)
35
D. Gambaran Umum Kitab Tahliyah wa Targhib
1. Latar Belakang Kitab Tahliyah Wa Targhib
Dalam pengarang kitab Tahliyah wa Targhib telah disebutkan
mengenai tujuan adanya kitab Tahliyah wa Targhib suatu hal yang
pasti dan jelas bahwa memandang pendidikan generasi muda
menurut berbagai fasilitas dan sarana yang dapat mengantar mereka
pada keselamatan jasmani, pemeliharaan dan pertumbuhan serta
jaminan segala sarana yang dapat melahirkan orang yang
berpendidikan, dengan membiasakan generasi muda untuk berfikir
secara teliti, sehingga dapat membedakan antara perkara yang
bermanfaat dan yang membahayakan, antara baik dan jelek. Dengan
demikian sehingga dapat membatasi kecenderungan dan
keinginannya.
Agar dapat mengendalikan kecenderungan dan kemauannya itu
harus dengan memperbaiki tingkah laku, kebiasaan dan keinginan-
keinginan hatinya. Sehingga akan menjadi orang yang bebas dan
teguh pendiriannya, terdidik mentalnya, tulus dalam pengabdiannya,
baik budi pekertinya, tekun dalam bekerja, disiplin dalam ucapan
dan perbuatannya, jika demikian dia adalah orang yang berguna bagi
dirinya sendiri dan untuk orang sekitarnya.
Mengingat pendidikan dengan tujuan seperti tersebut di atas,
merupakan masalah terpenting yang harus mendapar perhatian
penuh dan perlu mendapat arahan yang baik, maka rasa tanggung
36
jawab dan kewajiban saya terhadap negara dan umat manusia
mendorong Musonef menulis sebuah kitab yang diberi nama Kitab
Tahliyah Wa Targhib yang memuat berbagai saran untuk menjaga
jasmani dan mendidik jiwa dengan penuh harapan dapat bermanfaat.
( an-Nadwi, 1999:10)
2. Karakteristik Kitab Tahliyah Wa Targhib
Karakteristik yaitu ciri-ciri yang menonjol dari Kitab Tahliyah
wa Targib yang tentunya karakternya tersebut dapat membedakan
dengan karakteristik kitab yang lainnya. Perbedaan tersebut paling
tidak dapat dilihat dari unsur-unsur yang dapat membngun jiwa dan
juga isi dari kitab yang peneliti kaji.
Dalam kitab Tahliyah wa Targhib merupakan kitab yang
berisikan bab-bab, pada babnya terdapat beberapa subbab
didalamnya. Seperti pada romawi pertama dan kedua yang mana
saling berkaitan, bab pertama mengenai pergaulan manusia dengan
orang yang lebih tinggi, setingkat dan lebih rendah. Dimana
didalamnya hanya menjelaskan mengenai manusia dalam
kehidupannya tidak bisa terlepas dari hidup bersosial dan perlunya
hidup bermasyarakat, sedngkan mengenai orang-orang yang kita
pergauli dijelaskan dalam bab selanjutnya beerta macam-macam
tingkatan orang baik dalam tingkatan yang disebutkan dalam bab
pertama, siapa mereka, bagaimana harus bersikap dan kenapa harus
memperlakukan mereka demikian akan dijelaskan dalam bab dua.
37
Bab tiga sampai bab delapan menjelaskan yang perlu ada
dalam diri seseorang mengenai: kesopanan dan pergaulan yang baik,
memelihara kesehatan badan, makanan, waktu makan dan tujuannya,
pakaian, model dan tujuannya, rumah sebagai tempat tinggal dan
tujuannya, serta senam dan olahraga. Dalam bab sepuluh sampa bab
dua belas menjelaskan mengenai beberapa sarana yang dapat
memperbaiki kondisi perekonomian, tata cara mengunjungi teman,
tata cara menjenguk orang sakit dan ta‟ziyah, walimah atau pesta,
sehingga dalam bab ini dapat memahami mengenai tatacara dalam
kehidupan bermasyarakat.
Kitab ini sangat padat dengan pembentukan pendidikan
karakter yang harus dimiliki dalam diri seseorang karena kitab ini
membahas beberapa bagian materi yang menuntun pada karakter
yang baik. Ketika membaca kitab ini yang penuh dengan nilai-nilai
yang baik diharapkan akan adanya nilai yang tertanam dalam diri
selain itu juga dapat mengetahui nilai yang diperlukan dalam
bermasyarakat dan menjalin hubungan dengan sosialnya. Ketika
mengkaji kitab ini dapat dirasakan keadaan sosial dan kehidupan
sehari-hari perlu diperhatikan agar dalam kehidupan sosial berjalan
dengan damai dan tentram juga dapat menjadi pedoman bagaimana
seseorang berperilaku dalam masyarakat.
Bahasa-bahasanya dalam kitab ini menggunakan bahasa yang
mudah dipahami dan juga syair yang dibuat pengarang sehingga ada
nuansa seni dalam bahasa kitab didalamnya. Kitab ini bersifat
38
umum, yaitu untuk siapa saja tingkatannya, untuk kaum muslim baik
untuk usia anaka-anak yang masih dalam belajar maupun guru dan
orang tua yang ingin mengajarkan kitab ini kepada anaka-anaknya
agar mempunyai karakter sejak dini. Bahasa dalam kitab ini secara
umum adalah berkaitan watak dan sifat naluriah dan pembahasan-
pembahasan mengenai menghargai manusia, berempati terhadap
sesama dan juga menumbuhkan pondasi sikap yang diperbolehkan
dan tidak dalam ajaran Islam yang telah disandarkan pada al-Qur‟an
dan sunnah Nabi Muhammad saw.
3. Urgensi Kitab Tahliyah wa Targhib
Dalam dunia pendidikan terlebih dalam pondok pesantren
kitab Tahliyah wa Targhib karya Sayyid Muhammad masih
digunakan dalam pengajaran-pengajarannya di pondok pesantren di
berbagai wilayah. Berbagai nilai karakter diharapkan dapat
menjadikan manusia-manusia yang berakhlakul-karimah. Kitab
Tahliyah wa Targhib tidak hanya dikaji di pondok pesantren saja,
tetapi di masukkan juga di dalam pendidikan formal.
Salah satu pondok pesantren yang mendapatkan status
mu‟adalah dari Dirjen Pendidikan Islam adalah Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren as-Salafy al-Fitrah Surabaya. Madrasah Aliyah ini
bersama dengan 32 madrasah lainnya telah mendapatkan pengakuan
mu‟adalah (penyetaraan) dari Dirjen Pendidikan Islam dengan
nomor: Dj. I/457/2008. Standar kompetensi yang digunakan
pedoman dalam pembelajaran di MA as-Salafi al-Fitrah telah dibuat
39
sendiri oleh tim penyususn. Standar kompetisi tersebut mengacu
kepada isi kitab-kitab yang dikaji. ( Mushollin, 2014:137-138)
Dalam kurikulum Madrasah Aliyah Mu‟adalah di Pondok
Pesantren al-Fitrah yang berada di lingkungan al-Fitrah yang telah
menggunakan kitab Tahliyah wa Targhib dalam aspek akhlak
sebagai pendidikan yang diajarkan kepada siswa-siswinya dalam
sekolah formal dengan standar kompetisi sebagai berikut: (
Mushollin, 2014:128)
a. Tertanam akhlak yang terpuji mulai taqwa sampai berbuat
adil.
b. Mampu memahami kebutuhan dan pentingnya berinteraksi
serta etika kepada semua orang.
c. Pendalaman tentang akhlak terpuji dan tercela.
B. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tahliyah wa Targib
Kitab Tahliyah wa Targhib merupakan kitab karya Sayyid
Muhammad Al-Maliki. Pada awal pembukaan kitab ini beliau
mengucapkan puji syukur kepada Allah serta tujuan dan harapannya
dengan membuat kitab tersebut. Adapun nilai pendidikan akhlak dalam
kitab Tahliyah wa Targhib sebagai berikut:
1. Konsep Tingkatan Pergaulan Manusia.
a. Manusia adalah sosial
Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia memiliki
kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi
dan berinteraksi dengan manusia lain. Dalam kitab Tahliyah Wa
40
Targhib dipaparkan sebagaimana manusia itu adalah makhluk
sosial bermasyarakat, sebagai berikut:
اعلم أف الانساف فى شدة الاحتياج لاف يجتمع بأبناء جنسو لانو لايمكنو اف يقوـ و حده بتحصيل
حاجاتو ومايلزـ لمادة حياتو من الاغذية والمساكن والملا بس وحظوظو النفسا نية العقلية.واختياجاتو ولذا تو المباحة
Artinya: Hendaklah diketahui, bahwa manusia adalah
makhluk yang memerlukan hidup bermasyarakat dengan
sesamanya. Karena, seseorang itu tidak mungkin dengan
sendirinya, tanpa bantuan orang lain dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya dan hal-hal yang diperlukan untuk
kelangsungan hidupnya, kesenangan-kesenangannya dan
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh mentalnya. ( An-
nadwi. 1999: 11)
Penggalan baris bait diatas menunjukkan akan konsep
manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan bantuan
orang lain, maka harus bergaul dan bermasyarakat dengan sesama
umat manusia meskipun oraang tersebut berbeda dalam adat,
kebiasaan, kesopanan, dan pangkatnya. Karakter yang terdapata
dalam bait tersebut kasih sayang, peduli, bekerja sama,
menghargai orang lain dan peduli lingkungan sosial.
b. Ibu
Manusia terlahir di dunia ini tidak bisa terhindar dari peranan
seorang ibu, ibu adalah seseorang yang memiliki peranan penting,
sebagaimana yang dituturkan dalam kitab Tahliyah Wa Targhib
peranan ibu dalam merawat anak sebelum maupun sesudah lahir.
41
اف امك قد كابدت المشقات الشديد ة والعنايات العديدة فى حملك تسعة اشهر مع ووضعك وارضا عك ونظافة ثيابك وخيا طتها وحفظاؾ من كل ما يضرؾ ويؤلمك
.شفقتها عليك ومحبتها Artinya: Sesungguhnya ibumu itu telah merasakan dan
menanggung berbagai kesengsaraan dan penderitaan yang
sanagt berat, sewaktu dia mengandungmu selama sembilan
bulan, melahirkan, menyusui, mencucikan pakaianmu, dan
menjahitnya serta melindungimu dari segala sesuatu
membahayakan dan menyakitimu. Dia melakukan semua itu
dengan perasaan penuh kasih sayang terhadapmu. ( An-Nadwi,
1999:12)
Sesuai dengan kalimat diatas, kasih sayang orang tua kepada
anaknya begitu tulus, ibu memperjuangkan, merawat, mendidik
dengan kkasih sayang. Sebagai anak berbakti kepada ibu
hukumnya wajib.
c. Ayah
Selain ibu, ayah juga berperan dalam menjaga dan
pendidikan anaknya. Selain itu juga ayah memenuhi semua
kebutuhan keluarga. Sayyid Muhammad Al-Maliki menguraikan
peranan ayah.
ك من صغر سنك اعتناء ابيك بشأنك وتعهده احوالك من المأكل انت تجد بطبيعتما فاساه والمشرب والملبس والتعليم وسائر لوازمك فيرتسم فى ذىنك من المهد
والدؾ المسثقات الشديدة في تربيتك روحا وبدنا فضلا عن كونو ىو السبب في ىده الدنيا
Artinya: Engkau dengan nalurimu sendiri sebenarnya dapat
mengetahui sejak kecilmu, tentang perhatian ayahmu terhadap
segala urusan dan kepentinganmu, berupa makanan, minuman,
pakaian, dan pendidikan serta kebutuhan-kebutuhan yang lain.
42
Dapatlah kiranya terbayang dalam pikiranmu, penderitaan
berat yang dirasakan oleh ayahmu dalam membina mental
maupun fisikmu, lebih-lebih karena ayah penyebab
keberuntunganmu didunia ini. ( An-Nadwi, 1999:14)
Peranan ayah dalam keluarga yang terurai dalam bagian
pemikiran Sayyid Muhammad di atas, bahwa selain ibu, ayah
juga berperan penting dalam tanggung jawab yang begitu besar
untuk menjaga, mengatur, dan mendidik keluarga.
d. Penguasa
Setiap pemerintahan memiliki tanggung jawab atas otonomi
pemerintahannya. Sayyid Muhammad Al-Maliki juga
menguraikan bagaimana peranan penguasa, sebagai berikut:
إف ولاة الامور ىم الذين بوا سطتهم ينصر الدين فتقاـ الحدود وتؤدى الفروض ويمتنع التعدى و تحقن الدماء وتحفظ الصحة وتنظم البلاد وتصنع الترغ والجسور
كل فريق ويبث الامن و القناطر والحصوف والقلاع وتؤلف الجند ويسهل مقاصدم وينشؤ العدؿ وغير ذلكعماد التربية والتعلي
Artinya: Penguasa sebenarnya adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap kejayaan agama, pelaksanaan
hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan,
dapat mencegah terjadinya permusuhan dan pertumpahan
darah, bisa menjaga kesehatan rakyat, membina angkatan
bersenjata, meletakkan dasar-dasar pendidikan dan pengajaran,
menegakkan keadilan, dan melaksanakan tindakan-tindakan
yang posistif lainnya. ( An-Nadwi, 1999:15)
Dengan mengetahui tanggung jawab yang diemban penguasa
tanah airnya dan masyarakat maka masyarakat dapat
43
menghormati dan mengambil nila-nilai dari pribadi penguasa
seperti nilai karakter bertanggung jawa, keadilan dan
kepemimpinan.
e. Guru
Dalam pembentukan mntal seorang individu selain kedua orang
tau guru meruppakan sosok yang begitu berpengaruh. Guru
adalah orang tua kedua setelah orang tua.
اف استاذؾ ىو الذى انقذؾ من مصيبة الجهل و بث فى فؤادؾ ما يصيرؾ انساناكا وؽ والواجبات نا فعا نفسك و ملا فاضلاعالما عارفا ما لك وما عليك من الحق
غيرؾ منصرفا عن الرذائل الى الفضا ئل محبوبا لجميع الناس منظورا اليك بعين الوقار والاتبار
Artinya: Sesungguhnya guru adalah orang yang
menyelamatkanmu dari kebodohan dan telah menanamkan di
dalam hati dan pikiranmu pelajaran-pelajaran yang dapat
menjadikan manusia mulia, bijaksana, berilmu, dan dapat
mengetahui hak-hak serta kewajiban-kewajibanmu. Juga
menjadi orang yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain,
dapat menghindari perbuatan-perbuatan hina, bisa melakukan
perbuatan-perbuatan terpuji, menjadi orang yang dicintai dan
disegani banyak orang. ( An-Nadwi, 1999:16)
Ibu, ayah dan guru adalah contoh orang-orang yang perlu
kita hormati karena jasa-jasa mereka yng besar dalam mendidik
jasmani dan rohani, Islam mengajarkan agar saling menghormati
sesama muslim dan juga muslim lainnya tak terkecuali dengan
orang-orang yang berjasa terhadap pendidikan. Karakter yang
terdapat dalam penggalan baris bait diatas rasa hormat, santun
44
pekertinya, kasih sayang, baik dan rendah hati serta berbakti
kepada orang tua.
f. Saudara dan Teman
Dalam peribahasa Indonesia tertulis” punya seribu teman
masih kurang banyak, punya satu musuh terlalu banyak”,
maksudnya janganlah membuat permusuhan dengan orang lain
selama hidup. Teman adalah harta tak ternilai harganya.
رؾ اخاؾ وزلة # اذا زلها أوشكتما أنػتػفرقا إذاأنت لم تػتػArtinya: “ Jika engkau tidak mau mengabaikan kekhalifahan
teman apabila dia melakukannya, maka engkau dan dia
terancam pisah.”
اخاؾ اف من لا اخالو# كساع الى الهيجا بغير سلاحاخاؾ
Artinya: “ janganlah engkau meninggalkan teman-temanmu,
karena sesungguhnya orang yang baikntidak mempunyai teman
itu laksana orang yang pergi ke medan perang tenpa membawa
senjata.
Mempunyai seribu teman adalah hal yang menyenangkan,
dengan memperbanyak teman bagaikan memiliki saudara-
saudara baru, sudah sepatutnya menjaga tali silaturrahmi perlu
dalam mengekalkan persaudaraan dan pertemanan. Karakter
yang terdapat dalam suyair bersahabat, bertoleransi, baik dan
rendah hati. ( An-Nadwi, 1999:17)
g. Orang yang lebih rendah pengetahuan dan kedudukannya.
Berhubungan dengan pergaulan, semua orang memiliki hak
untuk memilih teman, namun selain memilih juga harus pandai
dalam mensikapi suatu pergaulan.
45
تكثر معهم اللجاجة ولا تحا لطهم الا بقدر الحاجة فاف الخا لطة ينبغي اف لا تؤثروالطبع سرؼ والنظر الى الصوريورث اخلاقا وعقائد مناسبة لخلق المنظور اليو
وعقيد توArtinya: Dirimu harus bisa bersifat tegas terhadap orang-
orang yang pengetahuannya dan kedudukannya lebih rendah
daripadamu, dan setidaknya dirimu tidak terlalu banyak
bergaul dengan mereka, kecuali seperlunya saja, sebab
pergaulan itu dapat berpengaruh dan dapat menular.
Sesungguhnya melihat gambar-gambar itu dapat mempengaruhi
moral dan keyakinan, sesuai dengan perangai atau keyakinan
yang dilihat. ( An-Nadwi, 1999:18)
Dalam uraian di atas jelas bahwa selain memilih teman,
mensikapi pergaulan juga begitu penting, agar tidak terjerumus
dalam hal negatif. Jika kamu ingin tahu tentang perilaku
seseorang maka janganlah kamu bertanya kepadanya, tetapi
bertanyalah tentang temannya, sebab setiap teman mengikuti
orang yang ditemani.
2. Konsep kesopanan dan pergaulan yang baik.
a. Kesopanan dan pergaulan yang baik.
ماوىب الله لامرئ ىبة # افضل من عقلو ومن أدبو ىماحياة الفتى فاءف فقدا # فاءف فػقدالحياة أليق بو
Artinya: “ Tidak ada pemberian Allah kepada seseorang
yang keutamaannya melebihi dan akhlaknya. Keduanya adalah
kehidupan bagi pemuda. Jika pemuda itu tidak memiliki akal
dan akhlak mulia, maka matinya lebih baik”. ( An-Nadwi,
1999:20)
46
Dalam syair diatas menerangkan pentingnya akhlak bagi
generasi penerus bangsa, akhlak yang menghiasi jiwa
pemudalah yang akan membawa bangsa tercapai pada tujuan
yang di cita-citakan, dalam syair diatas memiliki ketertarikan
dengan karakter mulia yang erat dengan nilai religius, taat dan
patuh dengan nilai agama.
b. Kejujuran
الصدؽ ىو الاخبار عن الشئ على ما ىوعليو وىووصف يدعو اليو الدين والعقل والمروءةوحب الثناء والاشتها ربا لكماؿ فلامزيةاجمل منو ولا سجية
Jujur adalah hal menyampaikan berita sesuatu kepada
seseorang sesuai dengan kenyataannya. Penyair berkata, yang
artinya: “ Jika engkau berfikir tentang sesuatu, maka engkau
tahu bahwa tidak ada sesuatu yang lebih jauh dari kehormatan
dan kemuliaan dari pada kebohongan. Ia sama sekali tidak
membawa kebaikan”. ( An-Nadwi, 1999:22)
Dari arti syair diatas terdapat peran penting nilai kejujuran,
dan peringatan akan nilai yang berlawanan dengan jujur yaitu
kebohongan, penegasan akhlak mulia jujur yang akan membawa
kepada kehormatan dan kemuliaan agar tidak sekali-kali
mengabaikan kejujuran.
Oleh sebab itu, kamu harus menjadikan kejujuran sebagai
kebiasaan dan watak yang melekat, karena kejujuran
menyebabkan kamu selamat, sukses mencapai ridho Allah swt.
serta dicintai orang banyak. Apabila kamu ditanya tentang
sesutu, sedangkan kamu tidak ingat, maka kamu harus berfikir
47
dengan hati-hati sebelum kamu menjawabnya, kemudian
jawablah pertanyaan itu sesuai dengan pengetahuanmu. Tetapi,
apabila kamu merasa ragu, maka janganlah menjawab dengan
mantap dan serius, namun jawablah dengan nada yang kurang
menyakinkan. ( An-Nadwi, 1999:22)
c. Budi pekerti yang baik
ىو اف تعامل الناس بالبشر ولين الجانب ولطف الحديث وطلاؽ الوجو وقلة النفورBudi pekerti yang baik ialah sikap pergaulanmu dengan
orang-orang tanpak penuh rasa senang, ramah, bertutur kata
halus dengan raut muka yang murah senyum dan tidak
menakutkan, sehingga kamu mudah dapat merebut hati mereka
dan menarik simpatinya. Dengn demikian teman-temanmu
menjadi banyak, musuhmu semakin sedikit, semua masalah
akan mudah terselesaikan, rezekimu semakin berkembang,
semua orang akan berusaha memaafkanmu. ( An-Nadwi,
1999:23)
d. Malu
ىو كف اللساف عن الالفاظ القبيحة المذموة عند الله و الناس ومنع النفس عن الافعاؿ السيئة المعيبة فعليك بالتمسك بالحياء وعدـ التساىل فى الاتصاؼ بوMalu adalah memelihara lisan dari ucapan-ucapan yang
kotor dan tidak terpuji dalam pandangan Allah swt. dan manusia
serta menjaga diri dari perbuatan-perbuatan jelek. Maka, kamu
harus mempertebal rasa malu dan tidak menyepelekannya, karena
sesungguhnya orang yang menyepelekan sifat malu adalah orang
yang tidak mengetahui sifat kesopanan. Kemudian dia terbiasa
48
tidak tahu malu, dan akhirnya bersikap acuh. Orang yang
demikian ini adalah jelek, hina dan tidak layak mendapatkan
kebaikan. ( An-Nadwi, 1999:24)
e. Macam-macam malu
حياؤؾ من الله تعالى, و حياؤؾ من الناس, وحياؤؾ من الحياء على ثلاثة انواع:
نفسك.
Artinya: “ sifat malu itu terbagi menjadi tiga macam: pertama,
adalah malu kepada Allah. Kedua, malu kepada sesama
manusia, dan yang terakhir adalah malu terhadap dirinya
sendiri.
Malu itu terdapat tiga macam, yaitu:
pertama, sikap malumu kepada Allah swt, artinya
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan
menyadari bahwa Allah swt. tidak mengharamkan sesuatu,
kecuali Dia menggantinya dengan sesuatu yang
diperbolehkannya.
Kedua, malu kepada orang lain, maksudnya kamu tidak
mengganggu atau menyakiti mereka, tidak berbuat jelek atau
bebuat yang tidak pantas terhadap orang lain dengan kata-kata
yang menyakiti persaan mereka.
Ketiga, rasa malu kepada diri sendiri, ialah menghindrai
perbuatan yang tidak disukai oleh orang pada waktu engkau
sendirian atau di tempat yang sepi. ( An-Nadwi, 1999:25-26)
49
f. Sabar
الحلم ىو اف تضبط نفسك عن ىيجاف الغضب باف ترحم الجاىل صيانو لك عن مشاكتو وتعفو عن عد وؾ مع قدرتك عليو
Sabar adalah sikap menahan diri dari luapan emosi, dengan
cara memaklumi orang yang tidak mengerti, untuk
menyelamatkan dirimu, agar tidak sama dengannya atau dengan
mengampuni orang yang memusuhimu, padahal engaku mampu
melawannya. ( An-Nadwi, 1999:28)
g. Tata berbicara
Dalam kehidupan ini kita tidak akan pernah terlepas dari
berkomunikasi ataupun bertutur sapa. Maka dari itu kita harus
memiliki adab berbicara, mendengarkan dan pembicaraan. Oleh
karena itu Sayyid Muhammad Al-Maliki menjelaskan dalam
kitabnya tata berbicara, yaitu:
ردت انت الكلاـ ينبغى لك انيكوف كلامك لجلب نفع اودفع ضرر والاكاف اف امرذولاقد اظهرت بو جهلك وابنت بو نقصك واف يقع موقع الانتفاع بو فى وقتو
لاقتو لاقبلو والاكاف عجلة وحمقا. ولا بعده والاكاف توانيا وعجزاApabila kamu ingin berbicara, maka pembicaraanmu harus
membawa manfaat atau menghilangkan bahaya. Hendaknya
pembicaaan itu disampaikan tepat pada waktu yang diperlukan.
Memilih kata-kata yang baik, yang enak didengar sesuai dengan
pembahasan. ( An-Nadwi, 1999:32)
h. Bermusyawarah
ل اف تستشيرفيو اخوانك الذين صفا فكرىم ينبغ لك اذااردت فعل عمل من الاعم وجاد فهمهم وقويت انفسهم
50
Apabila kamu akan mengerjakan suatu pekerjaan, maka
lebih baiknya kamu bermusyawarh atau meminta pertimbangan
kepada saudara dan teman-teman yang bersih pikirannya,
mempunyai pengalaman yang luas dalam berbagai bidang,
sehingga dapat mengetahui hal-hal yang dapat mendatangkan
resiko dan membawa manfaat. ( An-Nadwi, 1999:33)
Dan apabila kita menginginkan sesuatu pekerjaan hendaknya
dimusyawarahkan lebih dahulu dengan teman-teman yang
berfikir cemerlang, bagus pemahamannya, bersih hatinya bisa
dipercaya, bersih dari maksud tidak baik dalam hal, sehingga
mereka mengerti mana yang bermanfaat dan yang buruk, hal
mana mereka melihat suatu perbuatan dengan pandangan mata
hatinya.
i. Menyimpan rahasia
يت امرامن الامور التى تقع فى بيتك من امك اوابيك اواحد اخوتك وكاف فى اذا رأ اظهاره للناس واطلاعهم عليو
“ Jika kamu melihat suatu persoalan yang terjadi di rumah,
baik disebabkan oleh ibu atau ayahmu, atau saudaramu, yang
jika diketahui oleh orang-orang bisa membawa bencana yang
kembali kepadamu, maka kamu harus merahasiakan persoalan
tersebut dan janganlah memberitahukan kepada orang lain,
agar kamu selamat dari bahaya”.
Dalam bait syair yang artinya: “Orang yang menitipkan
rahasianya kepadaku, aku pasti menjamin terpeliharanya rahasia
51
itu, lalu aku titipkannya ditempat yang terbungkus, seolah
terkubur. ( An-Nadwi, 1999:34-35)
Karakter yang terdapat dalam syair adalah bertanggung
jawab, dapat dipercaya dan bersahabat, rahasia bagaikan amanat
yang harus diemban dari orang yang mempercayakan rahasianya,
banyak hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpan rahasia
agar tidak terjadi kesalah pahaman atau bahaya, pentingnya
menjaga rahasia harus ditanamkan agar menumbuhkan tanggung
jawab dalam menyimpan rahasia tersebut.
j. Cinta tanah air
لو طنك وانت صغير عبارة عن اف تنقاد وتمتثل بو والدؾ اومن تولى امرؾ من حبك ليمكنك فيما بعد اف تصل المنفافع والتأديب وطرؽ التعلم والترقيةامورالتربية
لوطنك"Kecintaan tanah air bagimu masih kecil itu berarti kamu
harus patuh melaksanakan perintah-perintah kedua orang tuamu
atau perintah orang yang mengusirmu dalam masalah pendidikan
dan pengajaran, cara belajar dan mencapai kemajuan, agar
setelah engkau menjadi besar dapat menyumbang jasa-jasa baik
pada tanah airmu". ( An-Nadwi, 1999:38)
Pendidikan untuk mencintai tanah air sudah seharusnya
diterapkan sejak kecil, peranan orang tua, guru, dan masyarakat
dalam memberikan bentuk-bentuk kecintaan kepada tanah air.
Karakter yang dapat diambil cinta tanah air atau patriotissme,
menghormati dan patuh kepada orang tua.
52
Karena cinta tanah air juga bela Negara termasuk dalam
iman, maka kewajiban sebagai peserta didik dan juga warga
Negara adalah menjaga dan menkhidmakan diri kita untuk
kebaikan negara kita.
3. Konsep Memelihara Kesehatan Badan
a. Hak-hak badan yang harus dipenuhi.
ىي اف تداوـ على نظافتو من الوسح والقذرونظافة طعامك وشرابك ومسكنك وملبسك مع
استعماؿ الرياضة الجسدية Dalam kitab Tahliyah wa Targhib menerangkan mengenai
tanggung jawab terhadap apa yang kita miliki, yaitu tubuh yang
harus dijaga, di rawat, dan bagaimana memperlakukannya.
“Hak-hak tubuh atau badan yang harus kita penuhi ialah
penjagaan terhadap kebersihannya dari berbagai kotoran,
penjagaan terhadap kebersihan maka, minum rumah dan pakaian
yang dipakai, disertai senam dan olahraga”. ( An-Nadwi,
1999:43)
Dengan seeseorang mengerti mengenai hak-hak yang
berkaitan dengan dirinya maka senantiasa menjaga jasmani dan
kesehariannya agar tetap dalam kebersihan, rasa tanggung jawab
akan tumbuh sebagai tanggung jawab kepada dirinya sendiri
disertai peduli, mandiri dan disiplin.
53
b. Kebersihan badan
اذااردت اف تلعب وتجلس يلزـ اف يكوف ذلك فى اماكن نظيفة فاف المواضع وثيبك فيصيرالجسمالقذرة توجبإلتساخ بدنك
“ Apabila kamu ingin bermain atau duduk, maka harus di
tempat-tempat yang bersih, sebab tempat-tempat yang kotor itu
menyebabkan tubuh dan pakaianmu kotor, sehingga menjadi
rawan penyakit dan jika seseorang mengetahui bahwa ada
penyakit ditubuhmu, dan penyakit yang ada ditubuhmu menular,
maka mereka enggan bergaul denganmu”. ( An-Nadwi, 1999:43)
Maka dari itu berusahalah dalam menjaga kebersihan tubuh,
wajah, kedua tanagn, dan kedua matamu daari kotoran dan
hindarilah mengusap kotoran mata dengan tangan serta cepat-
cepatlah mengusir lalat, apabila mengerumuni disekitarmu.
Menjaga kondisi kebersihan dan kesehatan tubuh merupakan hal
yang penting untuk dilakukan. Karena tanpa badan sehat,
kehidupan kita akan berantakan, sehingga kita merasa tidak enak
makan, minum, tidur dan istirahat. Maka kita perlu untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan badan.
4. Makanan, Waktu Makan dan Tujuan
a. Makan yang sesuai dengan kesehatan
يلزـ مك اف تتناوؿ الاطعمة مرة واحدة فى كلى خمس ساعاتاوست ليتم الهضم فاف الدسم فتنا ولها وقت الظهر واقلل من الاكلكانت كثيرة
Kamu harus makan makanan sekali dalam setiap lima atau
enam jam, agar pencernaan tetap normal. Apabila makanan yang
54
kamu makan mengandung banyak lemak, maka makanlah pada
waktu siang hari. Hindari makan pada waktu pagi dan malam
hari, dan janganlah makan pada waktu menjelang tidur.
Selain itu kamu juga harus mengatur waktu atau jam makan,
di samping menjaga makanan. Apabila kamu sakit, maka
makanlah makanan yang bergizi secara teratur dan memasak
makanan dengan baik dan sederhana. ( An-Nadwi, 1999:45)
b. Tata cara makan
اف للاكل ادابا يلزمك اف تراعيهاوتعمل بها منهااف تغسل يديك قبل الاكل ثم تسى رجليك وتنصب الاخرى وتاكل باليداليمنى وتضم الله تعالى وتجلس على احدى
زلة ولا تنفخ فى شفتيك ولا تلتفت يميناولا شمالا ولا تجلس فوؽ من ىوارفع منك منالطعاـ ولا تأكلو حارا ولا تتبع بصرؾ لقمة اخيك ولا تسرع فالاكل مع الا حتراس من
تفرؽ فتاب الخيروتلوث شئ من ثيابك “ Sesungguhnya ketika memakan sesuatu itu mempunyai
beberapa tata cara yang harus kamu ketahui, antara lain:
memcuci kedua tangan, لاmembaca basmallah, duduk dengan
cara menduduki kaki kiri dengan mengngkat kaki kanan,
menggunakan tangan kanan, tidak meniup makanan, tidak
memakan makanan yang masih panas, tidak tercecer dan
mengotori baju dan tidak berbicara ketika mulutmu sedang terisi
makanan” . ( An-Nadwi, 1999:46)
Seperti yang sudah dijelaskan dalam penggalan kitab diatas,
perlu diperhatikan tata cara sebelum dan sesudah makan. Dan
salah satu yang termasuk tata cara makan yang harus diperhatikan
adalah, sebaikanya kamu memakan makanan yang ada
55
didekatmu, mengecilkan suapan dan mengunyah dengan pelan.
Kemudian, setelah selesai makan, maka basuhlah tanganmu dan
mengucapkan Alhamdulillah.
5. Pakaian, Mode dan Tujuan
Tujuan dari pakaian ialah untuk menutup badan dan
melindungi dari pengaruh udara dingin dan panas serta pengaruh-
pengaruh lain yang ditimbulkan cuaca. Maka kita harus
memperhatiakan kebersihan pakaian dari kotoran dan debu.
الغرض منها سترالجسم وحفظو من تأثير البرد والحر وسائرالمؤثرات الجوية وحيث كاف ىذا ىو الغرض منها فيلزمك
“ Pakaian yang sesuai dengan kesehatan. Pakaian yang baik
sebaiknya sesuai denga ukurannya, tidak terlalu sempit dan ketat
menekan anggota badan, sehingga mengganggu peredaran darah.
Hindarilah mengencangkan dasi, kerah baju, ikat pinggang, dan
pakaian-pakaian dalam serta kaki, karena dapat menimbulkan rasa
sakit dan kelelahan”. ( An-Nadwi, 1999:47)
Pakaian itu lebih baik sesuai dengan pakaian-pakaian yang
dipakai oleh orang umumnya, dan jangan kamu memakai pakaian
yang menyebabkan kamu menjadi pembicaraan orang dan
mengundang perhatian.
6. Rumah Tempat Tinggal dan Tujuan
م لوازـ الصحة واذف الغرض منها حفظ الجسم من التأثيرات الجوية وشرالاعدافهي مناى يجب علينا اف نوجو العناية الى نظافتها وتفاوتهامماتحتوى عليو من الانجرة
Tujuan mendirikan tempat tinggal ialah untuk melindungi
badan dari pengaruh-pengaruh buruk cuaca. Rumah termasuk sarana
56
kesehatan yang paling penting. Karena itu, sudah menjadi tugas kita
ketika rumah kotor maka dibersihkan, yang ditimbulkan dari asap
atau bau-bau yang tidak sedap, serta hal-hal yang menyebabkan
polusi udara. ( An-Nadwi, 1999:49)
7. Olahraga
العصلات وتنبو المعدة وتزيد حرارة اف رياضة الجسم لها دخل مهم فى الصحة اذانها تقوى
البدف الطبيعيية
Olahraga merupakan cara utama dalam menyegarkan dan
menghidupkan badan dengan tanpa rasa sakit. Jika tidak ada
olahraga, maka manusia akan menjadi kurus, pucat dan lemah
pikirannya.
Adapun macam-macam dan jenis olahraga, yaitu: berjalan
kaki, berenang, berburu, berpidato, senam, dan mendayung. Jenis
olahraga senam inilah yang paling penting, sebab senam di samping
dapat menguatkan anggota-anggota badan dan menyegarkan tubuh,
juga tidak dikhawatirkan membawa resiko, selama dalam
pelaksaannya, di bawah pengawasan seseorang pembimbing dan di
tempat yang sesuai. ( An-Nadwi, 1999:50)
8. Tata Cara Mengunjungi Teman
ادااردت اف تزور احد اصدقائك اورفقائك فاستأذف قبل الدخوؿ ثم ابدأه بالسلاـ عملا
“ Apabila kamu ingin berkunjung ke rumah teman, maka
mintalah izin terlebih dahulu sebelum ke rumahnya, kemudian
ucapkan salam kepadanya. Jangan berprasangka jelek kepadanya,
57
ketika kamu tidak mendapatkan ijin dari temanmu”. . ( An-Nadwi,
1999:51)
Di antara tata cara berkunjung ke rumah temanmu, yaitu kamu
menampakkan rasa sedih dan prihatin dalam situasi kesedihan, dan
menampakkan rasa senang dalam situasi kegembiraan. Ketika kamu
ingin pulang, maka seharusnyakamu tidak mengajak bicara orang
dalam keadaan berdiri. Jangan berkunjung ke rumah temanmu pada
saat jam-jam makan, dan jangan terlalu lama duduk, jika kamu ingin
pulang, maka mintalah ijin atau pamit kepada temanmu
9. Menjenguk Orang Sakit dan Ta‟ziyah
كيف ادااردت اف تعود مريضا فينبغى لك اف تضع يديك على يده او جبهتو ثم تسألو قائلا امشيت واف تجهتد فى تسليتو و تقويتو على تحمل الم الداء ومعاناة الداء
Jika kamu ingin menjenguk orang sakit, maka kamu harus
meletakkan tanganmu di atas dahi, kemudian menanyakan
keadaannya. Kemudian, kamu menghibur dan menasehatinya, agar
tabah menahana rasa sakit dengan kata-kata yang lembut dan sopan.
Di antara bagian dari akhlak yang mulia ialah menghibur
keluarga orang yang telah meninggal dunia, dengan cara
menganjurkan kepada mereka supaya bersabar, dan mengungkapkan
hal-hal yang dapat mengurangi kesedihan serta meringankan
musibah. ( An-Nadwi, 1999:59)
a. Walimah atau Pesta
ىي ما يتخد من مأكوؿ اومشروب عند سرورحادث كعرس اوولادة اوختاف اوبناء اوعود من سفر
58
Walimah adalah jamuan makanan atau minuman yang
dibuat ketika ada peristiwa yang menggembirakan,
sebagaimana acara penganti, khitanan, selesainya bangunan
atau kedatangan dari berpergian jauh. Mendatangi undangan
walimah pesta perkawinan itu hukumnya wajib.
b. Undangan walimah
ينبغى اف تكوف الدعوة سابقة على الوليمة بزمن يمتكن فيو المدعو من معذرتو وانتكوف دعوة المساوى لك فى الرتبة والاقلالضوراوتقديم
Undangan sebaiknya disampaikan sebelum walimah itu
dilaksanakan dengan tenggang waktu yang memungkinkan
orang yang di undang dapat hadir atau mengajukan perminta
maaf, karena tidak dapat datang. Dan ketika orang yang tidak
diundang tidak dapat datang, maka memberitahukan kepada
orang yang mengundang dan menyampaikan dengan sopan
ketika brhalangan hadir. ( An-Nadwi, 1999:61)
10. Tata cara duduk dalam suatu pesta
بالدعوة لغناىم واف تكوف الدعوة فى لا يلزـ الا بشروط: منها انل لايخص الداعى الاغنياء اليوـ الاولى اف كانت الوليمة ثلاثة اياـ
Jika kamu akan duduk di depan hidangan makanan dalam
suatu pesta, maka cucilah tanganmu, kemudian duduklah dengan
mengambil jarak tidak terlalu dekat tidak terlalu jauh dari tempat
hidangan. Tidak mencium makanan dan tidak mendekatkan makanan
ke hidung, serta tidak mengeraskan kunyahan yang menampakkan
seolah-olah kamu benar menganggap enak terhadap makanan. ( An-
Nadwi, 1999:63)
59
Dan jika kamu ingin pulang, maka mintalah ijin dengan penuh
sopan dan hormat.
60
BAB V
RELEVANSI NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB
TAHLIYAH WA TARGHIB TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK ZAMAN
SEKARANG
A. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Tahliyah Wa Targhib
Islam sebagai petunjuk Illahi mengandung implikasi kependidikan
yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia menjadi pribadi
Muslim yang sempurna melalui tahapan-tahapan sesuai dengan ajarannya.
Islam sebagai salah satu agama samawi ( agama yang datang dari langit)
mengandung nilai-nilai sehingga proses pendidikan dapat berlangsung
secara konsisten dan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pendidikan hakikatnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang
yang bertanggung jawab, baik secara formal, informal, ataupun non formal,
dalam hal ini pendidikan akhlak bertujuan agar siswa memiliki ilmu
pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka berbuat baik sesama manuisa,
beribadah kepada Allah swt dan semakin dengan Allah swt, disamping itu
seseorang diharapkan tidak hanya belajar nilai-nilai akhlak saja, akan tetapi
dapat memeberi makna serta menerapkan nilai tersebut dalam kehidupan
sekarang. ( Machali, 2004:26-27)
Bedasarkan pemikiran Sayyid Muhammad Al-Maliki dalam kitab
Tahliyah Wa Targhib yang telah diuraikan sebelumnya. Kemudian
penulisan kelompokkan pendidikan Akhlak tersebut menjadi Tiga:
Pertama akhlak terhadap individu, Kedua akhlak terhadap diri sendiri,
Ketiga akhlak terhadap masyarakat.
61
1. Akhlak terhadap individu
Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi terhadap
orang lain dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya seperti yang tertulis dalam kitab Tahliyah Wa
Targib. Konsep manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan bantuan
orang lain maka ia harus bergaul dengan sesama manusia meskipun
orang itu berbeda adat, kebiasaan, kesopanan, dan pangkatnya
a. Akhlak terhadap orang tua
Mengingat jasa baik yang telah dilakukan oleh orang tua,
sudah sepatutnya bagi seorang anak berterima kasih kepada kedua
orang tuanya. Orang tua adalah orang yang memiliki ikatan darah
dengan kita, dalam artian umum orang tua adalah orang yang telah
melahirkan kita, orang yang mengasihi dan memelihara kita sedari
kita kecil. Orang tua yang selalu menyayangi kita, adapun cara
menghormati orang tua yaitu:
1) Mematuhi perintahnya dan menjauhi larangannya selama itu
tidak mengandung maksiat kepada Allah swt.
2) Merendahkan diri, menghormati dan memuliakan keduanya
dengan perkataan yang baik.
3) Berbuat baik kepada keduanya, misalnya: memberikan
makanan, memberikan pakaian, mengantarkan berobat ketika
sakit.
4) Menyambung hubungan keluarga atau silaturrahmi.
5) Tidak berkata cih atau hus kepada keduanya.
62
(Handono, dkk. 2012:3)
b. Akhlak terhadap guru
Guru kita Syaikhul Imam Sadidudddin Asy-Syairaziy
berakata: Guru-guru kami berucap: “ bagi orang yang ingin
putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan,
menganggungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli
agama yang tengah dalam pengembara ilmiahnya.
Termasuk dalam menghormati guru, yaitu jangan jalan
didepannya, jangan duduk di tempat duduknya, memulai mengajak
bicara kecuali atas perkenaan darinya, dan menanyakan hal-hal
yang membosankannya. Dan hal yang termasuk menghormati guru,
yaitu menghormati putra dan semua orang yang bersangkut paud
dengannya. ( tt. Kitab Ta‟limul Muta‟alim)
c. Akhlak terhadap pemimpin
Dalam suatu tatanan masyarakat harus ada seorang
pemimpinnya, hal itu karena adanya pemimpin akan memebrikan
pengaruh terhadap keamanan dalam masyarakat. Maka dari itu,
Sayyid Muhammad Al-Maliki juga menerangkan dalam kitabnya
bagaiamana sebaiknya akhlak seorang terhadap pemimpin
merupakan penanggung jawab tegaknya agama di suatu negara.
Sehingga sudah menjadi kewajiban kita untuk mencintai,
membantu terlaksana progam kerja, dan menaati mereka dengan
seiring ketaatan kita kepada Allah dan Rasulnya, sebagaimana
dalam Q.S. An-Nisa: 59, dijelaskan:
63
يا أيػها الذين آمنوا أطيعوا اللو وأطيعوا الرسوؿ وأولي المر منكم فإف تػنازعتم
للو واليػوـ الآخر ذلك خيػر وأحسن في شيء فػردوه إلى اللو والرسوؿ إف كنتم تػؤمنوف با
تأويلا
Artinnya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Para ulama ahli sunnah wal jama‟ah mengajarkan tentang
bagaimana sebaiknya akhlak terhadap para pemimpin: yaitu:
mendoakan pemimpin, menghormati dan memuliakannya,
menasehati dan meluruskan pemimpin dengan jalan rahasia tidak
didepan umum, membantu pekerjaanya, dan banyak beristigfar
ketika diberi pemimpin yang tidak baik.
d. Akhlak terhadap saudara atau teman
Seorang manusia tidak mungkin untuk hidup sendiri,
tentunya mereka membutuhkan seseorang di sampingnya, misalnya
seorang teman, saudara maupun sahabat baiknya. Akhlak terhadap
saudara atau teman:
1) Saling membina dalam rasa cinta dan kasih sayang
2) Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak
3) Membina hubungan silaturrahmi
64
4) Saling mengunjungi
5) Saling membantu dikala waktu senang ataupun susah
6) Saling menghindari permusuhan dan pertengkara.
( Ali, 1998: 358)
2. Akhlak terhadap diri sendiri
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah swt yang paling
sempurna yang dibekali akal dan nafsu, jika mereka menggunakan
akalnya dengan baik maka Allah akan mengangkat derajatnya melebihi
makhluk Allah yang selalu patuh dan tak pernah membangkangnya
yaitu malaikat. Sebaliknya apabila mereka mengunggulkan nafsunya
dan meninggalkan akal sehatnya dan selalu berbuat maksiat maka
derajatnya lebih hina daripada hewan.
Maka dari itu setiap diri sendiri harus dibekali pendidikan
akhlak di zaman sekarang yang semakin maju ini, untuk mngarahkan
dirinya kepada hal-hal yang baik, pendidikan akhlak kepada diri sendiri
yang harus ditanamkan yaitu:
a. Menjaga kebersihan badan
Kebersihan adalah sesuatu yang utama, sebab ketika akan
melaksanakan ibadah haruslah bersuci terlebih dahulu, dengan kata
lain harus membersihkan anggota badan dari hadas maupun najis.
Dalam kitab Taisirul Khalak telah dijelaskan bahwa kebersihan
merupakan bagian dari syariat. Selain itu setiap orang harus
membersihkan pakaiannya, dengan cara mencucinya, dengan air
atau dicampur dengan sabun. Kebersihan itu diperintahkan, demi
65
menjaga kesehatan, menghilangkan rasa sedih, menimbulkan
keriangan, menyenangkan teman dan untuk melahirkan nikmat
Allah SWT.
b. Akhlak saat makan
Kehidupan manusia di bumi tidak akan pernah lepas dari
kebutuhan pokok. Dalam hal ini manusia membutuhkan makan dan
minum untuk kelangsungan hidup. Akan tetapi perlu batasan dalam
mengonsumsinya. Makan ketika merasa lapar dan berhenti sebelum
kenyang. Dalam sabda Nabi Muhammad saw, : “Tidaklah anak
Adam (manusia) memenuhi suatu wadah itu lebih jelek dari pada
memenuhi wadah makanannya (perutnya).” ( Hadits Riwayat Imam
Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah).
Sebelum makan, cucilah tanganmu, bacalah “Basmallah”,
makanlah dengan pelan-pelan tidak tergesa-gesa, jangna
mengulurkan tanganmu untuk mengambil makanan yang jauh
darimu, memakai alat yang bersih, ketika selesai makan dan minum,
bacalah “Alhamdu lillah”. ( Sunarto, 2011: 74-78)
c. Akhlak dalam berpakaian
Pakaian merupakan sesuatu yang dipakai, seperti baju dan
celana, untuk menutupi aurot atau anggota tubuh lainnya. Pakaian
dalam pandangan Islam dikategorikan menjadi dua bentuk, yaitu
pakaian sebagai penutup aurot tubuh dan pakaian sebagai perhiasan.
Agama Islam memerintahkan kepada setiap orang untuk
berpakaian yang baik dan bagus. Berpakaian dengan baik berarti
66
sesuai dengan fungsi pakaian itu sendiri, yaitu menutup aurot.
Sedangkan berpakaian dengan bagus berarti serasi sebagai
perhiasan tubuh sesuai dengan kemampuan si pemakai untuk
memakainya. ( Handono, dkk. 2012:3)
d. Akhlak ketika Olahraga
Menjaga kesehatan tubuh itu diperlukan,anggap saja untuk
wujud dalam mensyukuri nikmat dari Allah yang diberikan kepada
kita. Karena terkadang seseorang tidak memiliki waktu yang
longgar untuk mereka melakukan olahraga di pagi hari atau di
waktu longgar mereka.
Ada beberapa perilaku yang diperhatikan ketika berolahraga,
yaitu: memilih udara yang masih sejuk ( belum terlalu banyak
polusi), berjalan dengan santai, tidak tergesa-gesa dan tidak saling
dorong-mendorong ataupun tertawa. ( Sunarto, 2011: 59-60)
3. Akhlak terhadap masyarakat
Sebagaimana keterangan Sayyid Muhammad Al-Maliki,
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup
tanpa bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka
dari itu ia harus bergaul dengan bermasyarakat sesama umat manusia.
Hubungan bermasyarakat itu diperlukan karena bermacam-
macam sifat dan watak seseorang maka orang pelajar perlu mengetahui
akhlak ketika bermasyarakat supaya mereka bisa menyesuaikan dengan
lingkungan sekitar dan bisa menerima kita. Disini penulis akan
menguraikan akhlak yang harus diterapkan dalam bermasyarakat:
67
a. Akhlak mengunjungi teman
Mengunjungi teman merupakan sesuatu kebiasaan manusia
dalam besosialisasi dan bermasyarakat. Oleh karena itu, kita harus
mengetahui adab ketika mengunjungi teman. Adapun akhlak ketika
mengunjungi rumah teman yaitu:
1) Mengucapkan salam
2) Mengetuk pintu
3) Memberitahu maksud kedatangannya
4) Menginap selama tiga hari bagi yang berasal dari jauh.
( Handono, dkk. 2012: 12-13)
b. Akhlak menjenguk orang sakit
Menjenguk orang sakit merupakan kewajiban bagi setiap
muslim, terutama orang yang memiliki hubungan dengan kita,
seperti saudara yang senasab, tetangga, dan sahabat. Mengunjungi
orang sakit merupakan amal shaleh yang dicintai Allah swt.
Dari keterangan di atas penulis menyimpulkan bagaiaman
hendaknya seorang ketika menjenguk orang yang sedang sakit
yaitu dengan menghibur dia menggunakan ungkapan yang
menjadikan hatinya tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan
yang telah menimpanya, mendoakan orang yang sakit dengan
kesehatan dan kesembuhan. Tidak memberatkan orang yang
dijenguk.
68
c. Akhlak dalam takziyah
Salah satu kesunahan yang dikerjakan oleh Rasulullah saw,
semasa hidupnya ialah berta‟ziyah kepada ahlu mayit ( keluarga
yang ditinggal mati). Adapun akhlak ketika beta‟ziyah, yaitu:
mengingatkan bahwa musibah ini atas kehendak Allah swt,
menghibur keluarga yang ditinggal meninggal, serta mengatakan
hal-hal yang dapat menguatkan hati yang ditinggal dan memakai
pakaian yang sopan.
d. Akhlak ketika menghadiri walimah
Dalam suatu pesta resepsi atau ketika menghadiri walimah
tentunya tidak akan lepas dengan acara makan-makan atau jamuan
yang terdiri dari makanan dan minuman. Dan juga dianjurkan bagi
orang muslim ketika mendapatkan undangan untuk menghadiri
undangan tersebut. Adapun akhlak ketika memenuhi undangan
dalam acara walimah: niat ibadah memuliakan orang yang
mengundang, masuk rumah orang yang mengundang setelah
mendapatkan izin, tidak bersikap berlebihan ketika menghadiri
undangan, memperhatikan adab-adab dalam menyantap hidangan
dan mendoakan orang ang mengundang.
B. Relevansi Nilai Pendidikan Akhlak Kitab Tahliyah wa Targhib dalam
Kehidupan Sekarang
Dari uraian di atas begitu banyak nilai-nilai yang dapat kita ambil
dari kita Tahliyah wa Targhib dan dapat diterapkan kepada para pelajar
69
sekarang, untuk menata kehidupan mereka yang saat ini sedang dalam
kemerosotan moral.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali
mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan
cita-cita untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan
hidup mereka.
Tujuan dari pendidikan akhlak adalah untuk membentuk perilaku
lahir dan batin manusia menuju arah tertentu yang dikehendaki. Dengan
berakhlak yang baik, maka seseorang akan menjadi lebih bertaqwa kepada
Allah swt, dan kebaikannya akan terpancar dalam setiap tindak tanduknya.
Oleh sebab itu, kitab Tahliyah Wa Targhib sangat relevan untuk dijadikan
pedoman dalam berakhlakul karimah menghadapi tantangan zaman. Dalam
kitab ini dijelaskan berbagai nilai pendidikan akhlak terhadap diri sendiri,
nilai pendidikan akhlak terhadap orang tua, nilai pendidikan akhlak terhadap
masyarakat dalam menghadapi era globalisasi. ( Lubis, 1992:31)
Menurut Al-Ghozali tujuan dari perbuatan moral adalah kebahagiaan
yang identik dengan kebaikan utama dan kesempurnaan diri. Kebahagiaan
menurut Al-Ghozali terbagi menjadi dua macam: kebahagiaan ukhrowi dan
kebahagiaan duniawi. Menurutnya kebahagiaan ukhrowi adalah
kebahagiaan yang utama sedangkan kebahagiaan duniawi hanyalah
metamorfosis. Namun demikian apapun yang kondusif bagi kebahagiaan
atau kebaikan utama maka itu merupakan kebaikan juga. Bahkan itu
merupakan kebaikan juga.
70
Dalam konteks pendidikan secara umum, ternyata kemampuan
intelektual bukanlah segala-galanya. Ada sebuah kemampuan lain yang
layak diperhitungkan, yaitu kemampuan emosional. Karena disadari bahwa
keberadaan seseorang buakan hanya dilihat dari kemampuan kognitif yang
dicapainya, namun lebih dari itu memerlukan sisi emosional yang perlu
dikelola dengan baik. Dan posisi pendidikan karakter berada di dalam aspek
tersebut.
Berlatar belakang dari maraknya kasus-kasus kriminal, tindakan
asusila, dan tindakan kasus korupsi yang terjadi saat ini, kekerasan terhadap
anak dan lain sebagainya. Kemerosotan akhlak, etika, moral yang tengah
terjadi di negara ini menjadikan pendidik harus memiliki acuan-acuan
dalam pengajaran. Mengenai ini Kitab Tahliyah Wa Targhib ini
menjelaskan tentang nilai pendidikan akhlak yang bisa dijadikan rujukan
dalam proses pengajaran akhlak karena materi yang digunakan cocok
dengan keadaan pendidikan akhlak saat ini. seperti akhlak terhadap orang
yang memiliki kedudukan yang tinggi dari kita. Di Neagara Indonesia juga
demikian, terhadap orang yang lebih tua seseorang harus menjaga sopan
santun, tata krama, menghormati dan menjaga perkataan atau akhlak dalam
berbicara.
Begitu pula akhlak terhadap teman atau kepada orang yang status
sosialnya lebih rendah, seseorang harus bisa menjaga amarah, harus murah
senyum, menghormati juga, memberikan nasehat-nasehat yang sekiranya
diperlukan.
71
Oleh sebab itu, diperlukan solusi yang tepat untuk merubah sikap
tersebut yaitu dengan penyebarluaskan kembali motivasi-motivasi keilmuan
yang terdapat dalam kandungan Al-Qur‟an dan Al-Hadits, sehingga umat
Islam dapat berkembang dalam tuntunan ajaran Islam dan dapat berperan
secara dominan dengan memanfaatkan potensi diri dalam bimbingan nilai-
nilai akhlak Islam di semua bidang kehidupan manusia.
Dari keterangan di atas begitu banyak nilai-nilai akhlak yang dapat
diambil dari kitab Tahliyah Wa Targhib dan dapat diterapkan kepada para
pelajar dari taman kanak-kanak sampai remaja, maupun orang tua, untuk
memberikan perbaikan kepada mereka yang saat ini krisis moral.
Akhlak Islam adalah suatu keyakinan terhadap nilai-nilai ketuhanan
di dalam kehidupan nyata semata-mata untuk meraih ridho Allah swt.
akhlak merupakan aktivitas lahir sekalian batin. Aktifitas lahir nampak
dalam budi pekerti terpuji dan aktifitas batin nampak dalam bentuk
keteguhan dan kekuatan jiwa, menumbuhkan optimisme dan tekat yang
kuat. ( Mujib, 2009: 57)
Kesimpulan yang diambil oleh penulis mengenai relevansi dari kitab
Tahliyah Wa Targhib dengan keadaan di zaman sekarang sangat berkaitan,
karena di zaman yang semakin canggih ini tidak hanya membutuhkan
pemikiran yang cerdas saja, tetapi juga di perlukannya perilaku dan akhlak
yang baik. Terkadang seseorang akan merasa bangga dengan dirinya sendiri
akan kecerdasaannya, tetapi dia tidak memiliki perilaku yang baik terhadap
orang lain, dan terkadang dikalahkan oleh seseorang yang hanya pas-pasan
tetapi memiliki pekerti yang baik.
72
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil pembahasan penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam kitab Tahliyah Wa Targhib yang ditulis oleh Sayyid Muhammad
Al-Maliki, beliau memaparkan betapa pentingnya pendidikan pada segala
kehidupan. Manusia harus memiliki pendidikan sebagai pembeda dari
makhluk lain. Bahkan pentingnya pendidikan dalm Isam sampai
diibaratkan seperti dua isi dari sekeping mata uang, artinya Islam dan
pendidikan mempunyai hubungan filosofis yang sangat mendasar dan
tidak dapat dipisahkan. Pendidikan budi pekerti sering diartikan dengan
pendidikan akhlak. Budi pekerti da akhlak merupakan dua istilah yang
memiliki kesamaan esensi, walaupun akhlak memiliki pengertian watak,
sikap, sifat moral yang tercermin dalam tingkah laku yang baik dan
buruk yang di terukur oleh norma-norma sopan santun, tata karma da
adat istiadat. merupakan sebuah ajaran pendidikan akhlak terhadap diri
sendiri dan masyarakat. Nilai pendidikan akhlak dalam kitab Tahliyah
Wa Targhib tersebut sangat berperan penting dalam membangun
kepribadian seseorang untuk menjadikan individu seseorang yang baik
dan peradaban masyarakat yang luhur.
2. Relevansi pendidikan akhlak dalam kitab Tahliyah Wa Targhib karya
Sayyid Muhammad Al-Maliki dengan pendidikan di saat ini sangant
relevan dengan konteks pendidikan akhlak di era sekarang. Mengenai isi
73
kitab Tahliyah Wa Targhib ini menjelaskan tentang niali pendidikan
akhlak terhadap diri sendiri maupun masyarakat yang bisa dijadikan
rujukan dalam proses pengajaran akhlak karena materi yang dituliskan
sesuai dengan keadaan pendidikan akhlak di Indonesia. Sehingga seorang
pendidik mampu memeberikan pengalaman tentang pendidikan akhlak di
dalam kitab ini kepada mereka yang masih duduk di bangku belajar
dengan memberikan motivasi-mitivasi pembelajaran akhlak, tentang
bagaimana mereka menghormati orang tua, sanak saudara, bagaimana
seharusnya ketika mereka bertamu di rumah teman mereka , dan ketika
bagaiamana seharusnya ketika mereka berkumpul dengan masyarakat.
B. Saran
Pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan kita sebagai
manusia terutama pendidikan akhlak. Baik dalam hubungannya kepada
Sang Pencipta maupun makhluk-Nya bahkan di lingkungan sekitar kita.
Seseorang akan ditinggikan derajatnya apabila dia berilmu dan berakhlak.
Ilmu saja tidak cukup jika tidak dengan akhla. Karena ilmu merupakan alat
yang harus dituntun dengan akhlak. Ilmu tanpa akhlak bagaikan pedang di
tangan orang gila yang hanya akan menimbulkan kemadharatan dan tidak
memberikan manfaat sama sekali.
74
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qodir Umar Mauladdawilah, 2013, 17 habaib Berpengaruh di
Indonesia, Cet. Ke-11, Malang: Pustaka Bayan dan Pustaka Basna.
Abdullah, Yatimin, 2007, Studi Akhlak dalam Persepektif Al-Quran . Jakarta:
Amzah.
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2010, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana Prenada.
Ahmad, Abu dan Noer Salimi, 1994. Dasar-dasar Pendidikan Islam. Jakarta:
Bumi Aksara.
Al-Ghazali, Muhammad, Tt. Ihya‟ Ulumudin. Indonesia: Al-Haromain.
Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir Tt. Minhajul Muslim. Terjemah oleh Mustofa
Aini, Amir Hamzah Fachrudin, Kholif Mutaqin, Malang: PT. Megatama
Sofwa Pressindo.
Assegaf, Abd Rahman, 2014, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT.
Grafindo Persada.
Az-Zarnuji. Tt. T‟limul Muta‟alim. Surabaya: Darul Ilmi.
Damanhuri, 2014, Akhlak Persepektif Tasawuf Syekh Abdurrauf As-Sangkili,
Jakarta: Lentera Press.
Fadli Sa‟id An-Nadwi. 1999. Tt.Bimbingan Menuju Akhlak Mulia. Surabaya:
Al-Hidayah.
Hamalik, Oemar, 2010, Pendidikan Guru: Bedasarkan Pendekatan
Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara.
Handono, Aris Musthofa, Jamaludin, 2012. Akhlak Kelas XI Madrasah
Aliyah. Solo: PT. Wangsa Jatra Lestari.
Muhammad Sayyed, Kitab Tahliyah Wa Targhib.
Muhsin bin Ali Hamid Ba‟alawi, 2009. Mutiara Ahlu Bait Dari Tanah
Haram. Malang: Madinatul Ilmi bekerjasama dengan Ar-Roudho.
Muhadjir, Noeng. 1991. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake
Sarasin.
Machali, Imam, 2004. Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi.
Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
75
Mohammad Daud Ali, 1998, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raya
Grafindo Persada
M. Solly Lubis, 1992, Umat Islam Dalam Globalisasi, Jakarta: Gema Insani
Press.
Mushollin, 2014. “ Kurikulum Pondok Pesantran Mu‟adalah. “ Skripsi
Pendidikan Islam.
Munzier dan Ali, Heri Noer, 2008. Watak Pendidikan Islam . Jakarta Utara:
Friska Agung Insani.
Nata, Abudin, 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa.
Nasir, Muhammad, 1985. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Moh, Roqib, 2009, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan
Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat. Jogjakarta: Lks
Jogjakarta.
Sunarto, Achmad, 2011. Tt. Washoya Al-Abaa‟, Surabaya: Al-Miftah.
Soejono dan Abdurrahman. 2005. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan
Penerapan. Jakarta: PT. Bina Adiaksara. PT. Rineka Cipta.
Syafri, Ulil Amri, 2014. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur‟an. Jakarta:
Rajawali Pers
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan bagian I. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama.
Yusuf, Ali Anwar, 2003, Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum,
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Warsito, Hermawan, 1993, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
76
77
78
79
80
81