Upload
nory
View
49
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS UTS
EMBRIOLOGI DAN REPRODUKSI TUMBUHAN
Disusun oleh:
Nory Shenta Dewi
K4314049
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
1. Pembentukan jaringan vaskular pada tumbuhan sudah dimulai sejak embriogenesis
dimulai. Benar atau salah?
Claim Benar, awal pembentukan jaringan vaskular pada tumbuhan dimulai
pada awal selama proses embriogenesis (Bert, 2013).
Data a) Selama embriogenesis awal, jaringan pembuluh vaskular yang
pertama ditentukan dari sejumlah sel awal provascular. Selanjutnya,
jaringan dibentuk oleh pembelahan sel yang berorientasi dan
akhirnya berkas vaskular akan berpola menjadi zona yang berbeda
termasuk xilem, floem dan intervensi sel kambium (Ohashi-Ito dan
Fukuda 2010, Scarpella and Helariutta 2010, Miyashima et al.
2013).
b) Pembentukan jaringan vaskular yang pertama terjadi pada tahap
globular. Pada tahap globular sel sebelah dalam akan membentuk
meristem dasar, sistem prokambium, hipokotil . Pada awal masa
globural gambaran anatomi keempat inner sel sebagai pendahuluan
pembentukan vaskular secara logika bertepatan dengan ekspresi
penanda spesifik vaskular pertama (Bert, 2013)
c) Spesifikasi awal dan pembentukan jaringan vaskular terjadi pada
embrio awal, tetapi tidak ada diferensiasi vaskular yang dapat
dilihat sampai setelah perkecambahan. Salah satu aspek yang paling
menarik dari pembentukan jaringan vaskular awal adalah ekspresi
gen xylem terbentuk lebih awal daripada floem selama
embriogenesis. Gambar 3D di bawah menunjukkan sel-sel
pembuluh vaskular di akar, hipokotil dan kotiledon dan menyoroti
akar meristem apikal dan helai vaskular di kotiledon. Perhatikan
absennya diferensiasi jaringan vaskular ditandai dengan penebalan
sekunder dinding sel (Bonke et al, 2003)
d) Indikasi pertama terlihatnya spesifikasi vaskular adalah munculnya
sel procambial, yang diidentifikasi dengan bentuk sel yang
sempit/tipis dan memanjang. Sel Procambial adalah asal mula
semua sel-sel pembuluh utama dan dapat dideteksi sangat awal pada
pembentukan organ pada tumbuhan (misalnya di primordia daun
kurang dari 40μm panjang). Tahap pengembangan sesaat sebelum
procambium disebut jaringan provascular. Sel Provascular sulit
untuk divisualisasikan dan diikuti perkembangannya, sehingga
mereka telah menjadi fokus dari beberapa penelitian (Simon Turner
dan Leslie, 2003).
Diferensiasi vaskular dalam perkembangan daun. Sebuah gambar
confocal dari daun yang berdiferensiasi. Dalam proses diferensiasi
pembuluh, penggoresan sesuai dengan elemen tracheary dinding sel
sekunder yang jelas terlihat. Berdampingan dan terhubung dengan
diferensiasi pembuluh, sel procambial memanjang juga terlihat
jelas.
e) Setelah pembuahan sel telur, zigot mengalami pembelahan
anticlinal asimetris terbentuk sel bagian atas kecil dan sel basal yang
lebih besar (Scheres et al. 1994). Lokalisasi asymmetric dari
transporter auksin mengalirkan protein PIN-FORMED 7 (PIN 7)
memastikan bahwa auksin secara maksimal dibentuk di atas sel.
Selanjutnya, sel bagian atas membelah periklinal (membentuk sel
tambahan). Tambahan pembelahan anticlinal menghasilkan embrio
tahap oktan dan masing-masing dari delapan sel mengalami
pembelahan oblique yang memisahkan protoderm dari inti jaringan
(tahap dermatoge) (Scheres et al. 1994). Terbukti, perkembangan
yang benar dari tahap 'prevascular' sangat penting untuk
memastikan bahwa pembentukan vaskular dimulai dari jumlah yang
tepat dari sel, dan pada posisi yang tepat. Beberapa gen yang
berperan selama (post-embrionik) pembentukan vascular sudah
diekspresikan pada tahap awal embriogenesis (Bonke et al, 2003).
Counterargument
Claim
Awal pembentukan jaringan vaskular pada tumbuhan tidak dimulai
pada awal proses embriogenesis.
Counterargument
Data
a) Xylem dan floem merupakan hasil aktivitas maristem apikal lewat
pembentukan prokambium. Xilem atau floem yang terbentuk dari
prokambium dinamakan xilem atau floem primer. Xylem atau floem
yang berasal dari jaringan sekunder disebut xylem atau floem
sekunder. Keduanya berasal dari satu sel yang sama
(Soerodikoesoemo, 1993)
b) Ikatan pembuluh (xylem dan floem) dibentuk oleh kambium
pembuluh yang termasuk maristem sekunder. Maristem ini adalah
maristem lateral karena terdapat di daerah lateral akar dan batang
(Campbell et al, 1999).
c) Jaringan pembuluh dihasilkan dari maristem sekunder. Meristem
Sekunder adalah meristem yang berkembang dari jaringan dewasa
yang sudah mengalami diferensiasi dan menjadi bersifat embrional
kembali. Contohnya adalah kambium intervasis. Kambium
interfasikuler berkembang dari parenkim akar/batang yang terletak
diantara xilem dan floem. Kambium intervasis ke arah dalam akan
menghasilkan xilem sekunder sedangkan ke arah luar akan
menghasilkan floem sekunder (Maria Agustin, 2009).
d) Jaringan pengangkut terbentuk dari jaringan dewasa yang terdiri
dari xylem dan floem. Floem tersusun oleh parenkim floem, serabut
floem, pembuluh tapis, sel pengiring. Berfungsi mengangkut hasil
fotosintesis dari daun keseluruh bagian tumbuhan. Xylem: tersusun
oleh parenkim xylem, serabut xylem, trake, trakeid, dan unsure
pembuluh. Berfungsi mengangkut air dan mineral dari dalam tanah
melalui akar sampai daun (Sri Mulyani E.S.2006).
e) Jaringan pengangkut termasuk jarngan dewasa, jaringan dewasa
adalah jaringan yang sudah berhenti melakukan totipotensi ,
jaringan ini hanya membelah tetapi tidak melakukan defrensiasi
membentuk jaringan lain. Jaringan pengangkut pada tanaman sering
disebut jaringan vaskular. Jaringan ini disebut jaringan vascular
karena sarana transportasi atau pengangkutannya berupa pembuluh
pembuluh (vaskuler).Pembuluh (vaskuler) itu untuk membawa air
dan larutan ke seluruh tanaman. Pembuluh itu meliputi xilem atau
pembuluh kayu berfungsi untuk membawa air sedangkan floem
pembuluh lapis/pembuluh kulit kayu membawa hasil fotosintesis
berupa larutan organik. Baik xilem maupun floem terdiri dari
beberapa tipe sel. Pada batang primer jaringan ini terletak pada
berkas pengangkut dimana floem di bagian luar dan xylem di bagian
dalam. Floem dan xilem dipisah oleh beberapa baris sel meristem
berdinding tipis yang disebut kambium (A.Fahn,1982: 165).
Rebuttal Claim Jaringan vascular terbentuk pada awal pembentukan embrio namun
belum terdapat diferensiasi xylem dan floem.
Rebuttal Data Jaringan pembuluh vaskular pertama dibentuk selama embriogenesis
sebagai diferensiasi jaringan procambial dalam bagian terdalam dari
embrio tanaman tertutup oleh epidermis dan lapisan jaringan dasar
(Esau 1977; Steeves dan Sussex 1989). Kemudian dalam
pengembangan, meristem lateral (kambium) berasal dari sel yang
berdiferensiasi menjadi jaringan dalam procambial antara floem dan
xilem .
Tahap awal dan pembentukan jaringan vaskular terjadi pada embrio
awal, tetapi tidak ada diferensiasi vaskular yang dapat dilihat sampai
setelah perkecambahan. Salah satu aspek yang paling menarik dari
pembentukan jaringan vaskular awal adalah ekspresi gen xylem
terbentuk lebih awal daripada floem selama embriogenesis.
2. Embriogenesis somatik hanya bisa terjadi pada monokotil saja, benar atau salah ?
Claim Salah, embriologi somatik dapat terjadi pada monokotil, dikotil,
gymnospermae serta alga.
Data a) Pembentukan embrio endospermik sekunder (EES)
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan factor
perbanyakan embriogenesis mangga. Embrio yang
dihasilkan dapat digunakan untuk kegiatan perbanyakan
bibit secara klonal dan untuk keperluan transformasi
genetik. Tahapan perkembangan EES mangga Gedong
Gincu yang terbentuk dari EEP memiliki pola seperti tersaji
pada Gambar 1 yaitu fase proembyro (PE), embrio fase
globular (EG), embrio fase torpedo (ET), embrio fase hati
(EH), dan embrio fase kotiledon (EK), dan hasil analisis
sitologi fase embrio tersaji pada Gambar 2. Pola ini terjadi
juga pada mangga varietas Ratnagiri (Irni Furnawanthi,
dkk, 2014)
Gambar 1. Fase perkembangan embrio endospermik sekunder: (1A)
Proembryo; (1B) embrio fase globular; (1C) embrio fase hati; (1D)
embrio fase torpedo; (1E) embrio fase kotiledon
Gambar 2. Analisis histologi embrio endospermik sekunder: (2A)
Embrio fase globular; (2B) embrio fase hati; (2C) embrio fase torpedo;
(2D) embrio fase kotiledonari
b) Perkembangan kultur embrio kacang tanah dimulai dengan
pembesaran leaflet, pembentukan kalus, kalus embriogenik dan
embrio somatik (Gambar 1). Eksplan leaflet mulai membesar pada
umur ± 2 MST, selanjutnya membentuk kalus pada umur ± 4MST
dan mulai membentuk kalus embriogenik pada umur ± 6 MST.
Bentuk embrio somatik dua varietas kacang tanah yang dicoba
berbeda. Eksplan leaflet yang berasal dari varietas Kancil
menghasilkan embrio somatik berukuran besar dan relatif sedikit
pada setiap eksplan, sedangkan untuk eksplan leaflet yang berasal
dari varietas Singa menghasilkan embrio somatik berukuran kecil
dan bergerombol pada setiap eksplannya (Gambar 2) (Akary Edi
dkk, 2013)
c) Pertumbuhan filamen dan embrio somatik pada rumput laut K.
Alvarezii mengalami beberapa fase pertumbuhan, pada induksi
awal filamen yang terbentuk berwarna putih dan transparan
umumnya terinduksi pada bagian ujung eksplan yang segar.
Sedangkan filamen yang berwarna merah kecoklatan biasanya
terinduksi pada eksplan yang mengalami degradasi, filamen
bertumbuh pada permukaan eksplan hingga menutupi bagian
epidermis, pada rumput laut kadang-kadang induksi dapat
menghasilkan organ anakan yang belum sempurna (Emma Suryati,
2010).
d) Induksi embrio somatik Pinus merkusii perlu dioptimalkan
sehingga dapat menghasilkan prosentase induksi yang lebih tinggi.
Salah satu caranya yaitu dengan pendinginan eksplan. Pendinginan
dapat menyebabkan akumulasi amilum, sitokinin, gibbberellin.
Distribusi air antar sel menjadi lebih mudah karena adanya
peningkatan permeabilitas membran (Adi Rahmat, 2005).
e)
Perkembangan kalus embriogenik menjadi embrio somatik pada
Shorea pinanga merupakan aktivitas dari beberapa faktor. Dalam
perkembangannya kalus embriogenik melalui beberapa fase yaitu
fase globuler, jantung, torpedo dan kotiledon. Kalus embriogenik
yang umumnya mempunyai bentuk isodiametrik berwarna putih
kekuningan, secara perlahan berubah bentuk menjadi globular
dengan permukaan sel yang lebih halus. Selain itu ukuran sel
menjadi lebih besar dan berwarna hijau. Perubahan yang terjadi
pada kalus embriogenik dapat dilihat setelah 7 hari dibudidayakan.
Semua kalus tersebut berubah warna menjadi hijau setelah
dibudidayakan selama 14 hari. Permukaan kalus terlihat halus dan
mengkilat. Waktu tersebut merupakan saat mulai terbentuknya
embrio somatik fase globular yang berkembang sampai fase
kotiledon (Yelnititis, 2013)
Counterargument
Claim
Embriogenesis somatik hanya bisa terjadi pada monokotil saja.
Counterargument
Data
a) Embrio somatic pada tebu diperoleh dari media proliferasi,
diperbanyak dengan cara ditumbuhkan ke dalam media
perbanyakan (regenerasi). Satu botol kultur ditanam satu embrio
somatik dewasa. Tinggi rendahnya persentase kalus embriogenik
dipengaruhi oleh konsentrasi hormon auksin sintetik yang
berfungsi untuk menginduksi kalus embriogenik. Kalus
embriogenik merupakan kumpulan sel yang dicirikan dengan
struktur bipolar yaitu mampu membentuk dua meristem sekaligus
diantaranya meristem tunas dan meristem akar.
Gambar kalus embriogenik dan nonembriogenik pada tanaman tebu
Var. NXI 1-3 secara makroskopis. EC = kalus embriogenik; NEC =
kalus non-embriogenik.
b) Induksi kalus embrionik dari umbi keladi tikus terjadi pada minggu
ke 2 setelah tanam. Induksi kalus dapat terjadi pada kedua media
yang dicobakan baik dengan penambahan zat pengatur tumbuh
CPPU maupun BAP. Kalus viabel dari umbi keladi tikus yang
terbentuk berwarna kekuningan dengan bentuk remah dan mudah
hancur.
c) Pada kedelai bahwa penggunaan jenis auksin yang berbeda pada
medium kultur akan menyebabkan perbedaan morfologi kalus.
Embrio somatik yang diinduksi pada media yang mengandung 2,4-
D cenderung mempunyai tekstur friabel/remah, berwarna kuning-
hijau transparan, mempunyai struktur embrio globular atau torpedo.
Sedangkan embrio yang diinduksi pada media NAA mempunyai
tekstur kompak, berwarna hijau muda dan lebih buram / tak tembus
cahaya. Pada penelitian ini digunakan media MSIA dan MSIB
yang sama-sama mengandung auksin 2,4-D, sehingga kalus
mempunyai morfologi yang hampir sama. Selain itu diduga karena
embrio masih dalam stadia awal sehingga perbedaan morfologi
embrio akibat perbedaan jenis auksin yang digunakan belum jelas
terlihat.
d) Pada Phalaenopsis sp.hasil pengamatan pada percobaan proliferasi
menunjukkan bahwa perkembangan kalus yang diperoleh dari
proses inisiasi memiliki respon yang beragam terhadap medium
proliferasi. Dalam proses proliferasi kalus, kalus membentuk kalus
globuler yaitu kalus yang permukaannya membentuk bulatan-
bulatan mengkilap, atau kalus non globuler yaitu kalus yang
permukaannya rata atau bergerigi halus.
e) Dari hasil penanaman daun tembakau diperoleh dua perlakuan
interaksi antara ZPT BAP dan IAA yang baik untuk pertumbuhan
kearah somatic embriogenesis yakni perlakuan B2I2 dan B3I2.
Keberhasilan regenerasi melalui somatik embriogenesis
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lainformulasi media,
formulasi zat pengatur tumbuh serta jenis eksplan yang digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian pada gambar 2 dapat diketahui bahwa
perlakuan B3I2 menghasilkan jumlah tunas terbanyak. Perlakuan
ini menghasilkan rata-rata jumlah tunas 5.50. Keseimbangan antara
auksin dan sitokinin mampu mengontrol pembentukan tunas akar
dan kalus secara in vitro (Ali et al., 2007). Oleh karena itu untuk
mendapatkan hasil kultur jaringan tembakau yang optimal
diperlukan kombinasi komposisi ZPT berupa hormone auksin dan
sitokinin yang tepat .
Rebuttal Claim Embriogenesis somatik dapat dikembangkan pada berbagai jenis
tumbuhan karena menggunakan prinsip totipotensi.
Rebuttal Data Embriogenesis somatik atau embriogenesis aseksual adalah proses
ketika sel-sel soma berkembang menjadi embrio melalui tahap-tahap
morfologi yang khas tanpa melalui fusi gamet (Toonen dan de Vries,
1996 dalam Utami et al, 2007). Embriogenesis somatik adalah proses
suatu embrio tanaman terbentuk dan berkembang dari sel somatik. Sel
somatik adalah sel tanaman yang dalam keadaan normal tidak terlibat
dalam perkembangan embrio, contohnya jaringan daun tanaman.
Umumnya embrio somatik berkembang dari satu sel, yang kemudian
membelah dan berkembang menjadi kumpulan sel meristematis.
Kumpulan sel meristematis ini lalu terus berkembang hingga menjadi
embrio tanaman, yang disebut embrio somatik.
Berbagai bagian tanaman telah digunakan untuk menghasilkan embrio
somatik. Embrio somatik dapat berasal dari satu sel tunggal maupun
sekelompok sel eksplan yang digunakan adalah embrio zigotik yang
sudah memiliki kemampuan embriogenik, Pre-Embyrogenic
Determined Cells atau PEDCs. Sementara eksplan tanaman yang tidak
embriogenik harus didorong untuk menjadi embriogenik, disebut
Induced Embriogenically Determined Cells atau IEDCs. (Bhojwani,
S.S., and Woong-Young Soh, 2001). Sel tunggal dalam jaringan
IEDCs sangat sedikit, maka untuk mempermudah identifikasinya, sel
tersebut harus dipacu membentuk kalus embriogenik. Sedangkan
kelompok sel PEDCs hanya memerlukan kondisi yang sesuai untuk
memacu pembelahan dan perkembangan sel membentuk embrio
somatik. Sehingga dari kelompok sel PEDCs embrio somatik dapat
dihasilkan tanpa melewati proses pembentukan kalus. Kedua kelompok
sel ini yang membuat dikenalnya dua cara embriogenesis somatik,
yaitu embriogenesis langsung dan embriogenesis tidak langsung
(Taryono, 2012).
Tahap-tahap embriogenesis somatik menurut Bhojwani dan Razdan
(1989) yaitu: Tahap Perkembangan (Development Phase), embrio
somatik berkembang dari kumpulan sel meristematis menjadi bentuk
globural, bentuk hati, bentuk torpedo, dan kotiledon; Tahap Konversi
(Conversion Phase), setelah mencapai bentuk kotiledon, embrio
somatik berkecambah, ini yang disebut tahap konversi; Tahap Maturasi
(Maturation Phase), kemudian embrio somatik mengalami perubahan
biokimia dan menjadi keras. Pada tahap perkembangan, terdapat
perbedaan antara tanaman dikotil dan monokotil. Pada tanaman dikotil,
tahapan yang dapat teramati yaitu globural, jantung/hati dan torpedo.
Sedangkan pada tanaman monokotil tahapan yang dapat teramati yaitu
globular, coleoptillar, dan scutellar.
DAFTAR PUSTAKA
Akari Edy, dkk. 2013. Pengaruh Periode Imbibisi Terhadap Induksi Embrio Somatik Dua
Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) Secara In Vitro. Jurnal Agrotropika 8(1): 8-
11, Januari-Juni 2013
Bhojwani, S.S. and M.K. Razdan. 1989. Plant tissue culture. Theory and Practise. Elsevier,
New York
Bonke M, Thitamadee S, Mahonen AP, Hauser MT, Helariutta Y (2003) APL regulates
vascular tissue identity in Arabidopsis. Nature 426: 181–186
Dan Peka Naungan
De Rybel, Bert et al, 2013. Prenatal plumbing – vascular tissue formation in the plant
embryo. Laboratory of Biochemistry, Wageningen University, Wageningen, 6703HA, the
Netherlands
Fahn,A.1982. Anatomi Tumbuhan jilid 3. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada
Handayani, Tri. 2008. Potensi Embriogenesis Beberapa Genotipe Kedelai Toleran
Hindaningrum, Irni Furnawanthi, dkk. 2014. Pembentukan Embrio Endospermik Sekunder
Mangga (Mangifera indica L.) Gedong Gincu Klon 289. J. Agron. Indonesia 42 (2) : 150 -
157 (2014)
Hutami, S., I. Mariska, R. Purnamaningsih, M. Herman, D. Damayanti, and I.R. Utami.
2001. Regeneration of papaya (Carica papaya L.) through somatic embryogenesis. In
Endang G. Lestari. 2011. Peranan zat pengatur tumbuh dalam perbanyakan tanaman melalui
kultur jaringan. Jurnal AgroBiogen 7(1): 63-68.
Ida, Juartina ,et al. 2012. Regenerasi Tanaman Obat Keladi Tikus (Thyponium flagelliform
L. Blume) Melalui Embriogenesis Somatik Secara In Vitro. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia Vol. 14, No. 1, April 2012 Hlm.44-49
Mulyani E.S,.2006.Anatomi Tumbuhan.penerbit Kanisius.Yogyakarta
Ningsih, et al. 2015. Induksi Somatic Embriogenesis Secara Langsung Dengan Modifikasi
Bap Dan Iaa Pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabaccum L) Varietas H-382. Berkala
Ilmiah PERTANIAN. Volume x, Nomor x, Bulan xxxx, hlm x-x.
Ohashi-Ito K, Fukuda H (2010) Transcriptional regulation of vascular cell fates. Curr Opin
Plant Biol 13: 670–676
Rianawati, Sri. 2009. Embriogenesis Somatik dari Eksplan Daun Anggrek Phalaenopsis sp
L. J. Agron. Indonesia 37 (3) : 240 – 248 (2009)
Soerodikoesoemo, Wibisono, dkk. 1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Penerbit
Universitas Terbuka: Depdikbud Jakarta
Soleha, wardatus et al. 2015. Induksi Embriogenesis Somatik Menggunakan 2,4-
Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4-D) dan Kinetin pada Eksplan Gulungan Daun Muda
Tanaman Tebu. Jurnal ILMU DASAR, Vol.16 No.1, Januari 2015:17-22
Suryati, Emma dkk. 2010. Keanekaragaman Morfologi Embrio Somatik pada Rumput Laut
(Kappaphycus alvarezii) Selama Pemeliharaan pada Media Cair dan Semi Solid yang
Diperkaya dengan IAA. Prosisding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur
Taryono. 2012. Pengantar Bioteknologi Tanaman. Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada.
Yelnititis. 2013. Induksi Embrio Somatik Shorea pinanga Scheff. Pada Kondisi Fisik Media
Berbeda. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 7 No. 2, September 2013, 73 – 84