12
Nuklir dan Bongkrek apa bedanya ? Percobaan kecil untuk memahami isi kepala pemerintah RI. Paper singkat untuk diskusi di KSS Bantala Banyu, SMA Negeri 1 Kutasari, Purbalingga Oleh : Leonardus Bagus 1 dan Dhani Armanto 2 Matahari bersinar cerah di sebuah kota. Bukan kota militer atau pusat pemerintahan, tetapi kota industri dengan penduduk lebih dari 200.000 jiwa. sesaat mejadi mendung ketika uranium sebesar bola dijatuhkan. Hanya dalam hitungan detik, kemegahan kota sudah rata dengan tanah, berikut 200.000 jiwa penghuninya. Selang beberapa hari di lain kota, giliran plutonium yang meluluhlantahkan ribuan bangunan, ratusan ribu jiwa tewan, terluka, terbakar, cacat. Hanya dalam hitungan detik ekonomi sebuah negara lumpuh. Dalam hitungan detik, kerusakan menyapu ribuan tahun hasil kerja peradaban. Dan Jepang menyerah kepada sekutu. Dari senjata ke sumber energi Kisah diatas bukanlah cerita pendek atau dongeng. Tapi kisah nyata yang terjadi sesudah Jepang menggempur pangkalan udara Pearl Harbour, dan kemudian Amerika membalasnya dengan mengebom Hiroshima dan Nagasaki. Bom berkekuatan besar yang dikenali sebagai bom nuklir ini pun menjadi senjata yang ampuh untuk menunjukan kekuatan militer. Dan dalam dunia yang semakin biadab ini, kekuatan militer sering menjadi dasar untuk membangun kekuatan ekonomi dan politik. Tak heran beberapa Negara mulai melengkapi militernya dengan persenjataan nulklir, sebut saja almarhum Uni Soviet, Iran, Irak dan Korsel. Bisa dipastikan, si kumal Einstein akan menangis, menyesali penemuannya sebagaimana Alfred Nobel menyesali dinamit temuannya lalu mencoba menebus dosa dengan memberikan hartanya sebagai hadiah Nobel. Ketika perang dunia ke-2 berakhir, kekuatan politik dan militer berada dalam genggaman sekutu. Pertikaian ideologi Komunisme dengan Kapitalisme saat ini secara langsung mendorong upaya penguasaan teknologi nuklir oleh banyak pihak. Sebagai kamuflase teknologi pembunuh, mulailah dikembangkan berbagai varian manfaat nuklir. Salah satunya adalah pemanfaatan nuklir sebagai sumber energi listrik. Sejak tahun 1950-an kekuatan nuklir mulai dikembangkan sebagai energi pembangkit listrik (PLTN). Tapi dampak yang terjadi terkait dengan masalah keekonomian (biaya mahal), keamanan, dan sampah (waste) nuklir, tidak sebanding dengan apa yang diharapkan. 1 Relawan Komunitas Peduli Slamet 2 Anggota Komunitas Peduli Slamet Halaman 1 dari 12

Nuklir Dan Bongkrek

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Opini tentang nuklir. Tulisan lama.

Citation preview

Tor diskusi lngkungan

Nuklir dan Bongkrek apa bedanya ?

Percobaan kecil untuk memahami isi kepala pemerintah RI.

Paper singkat untuk diskusi di KSS Bantala Banyu, SMA Negeri 1 Kutasari, PurbalinggaOleh : Leonardus Bagus dan Dhani Armanto

Matahari bersinar cerah di sebuah kota. Bukan kota militer atau pusat pemerintahan, tetapi kota industri dengan penduduk lebih dari 200.000 jiwa. sesaat mejadi mendung ketika uranium sebesar bola dijatuhkan. Hanya dalam hitungan detik, kemegahan kota sudah rata dengan tanah, berikut 200.000 jiwa penghuninya. Selang beberapa hari di lain kota, giliran plutonium yang meluluhlantahkan ribuan bangunan, ratusan ribu jiwa tewan, terluka, terbakar, cacat. Hanya dalam hitungan detik ekonomi sebuah negara lumpuh. Dalam hitungan detik, kerusakan menyapu ribuan tahun hasil kerja peradaban. Dan Jepang menyerah kepada sekutu.Dari senjata ke sumber energiKisah diatas bukanlah cerita pendek atau dongeng. Tapi kisah nyata yang terjadi sesudah Jepang menggempur pangkalan udara Pearl Harbour, dan kemudian Amerika membalasnya dengan mengebom Hiroshima dan Nagasaki. Bom berkekuatan besar yang dikenali sebagai bom nuklir ini pun menjadi senjata yang ampuh untuk menunjukan kekuatan militer. Dan dalam dunia yang semakin biadab ini, kekuatan militer sering menjadi dasar untuk membangun kekuatan ekonomi dan politik. Tak heran beberapa Negara mulai melengkapi militernya dengan persenjataan nulklir, sebut saja almarhum Uni Soviet, Iran, Irak dan Korsel.Bisa dipastikan, si kumal Einstein akan menangis, menyesali penemuannya sebagaimana Alfred Nobel menyesali dinamit temuannya lalu mencoba menebus dosa dengan memberikan hartanya sebagai hadiah Nobel.Ketika perang dunia ke-2 berakhir, kekuatan politik dan militer berada dalam genggaman sekutu. Pertikaian ideologi Komunisme dengan Kapitalisme saat ini secara langsung mendorong upaya penguasaan teknologi nuklir oleh banyak pihak. Sebagai kamuflase teknologi pembunuh, mulailah dikembangkan berbagai varian manfaat nuklir. Salah satunya adalah pemanfaatan nuklir sebagai sumber energi listrik.

Sejak tahun 1950-an kekuatan nuklir mulai dikembangkan sebagai energi pembangkit listrik (PLTN). Tapi dampak yang terjadi terkait dengan masalah keekonomian (biaya mahal), keamanan, dan sampah (waste) nuklir, tidak sebanding dengan apa yang diharapkan. Sumber energi atau sumber masalah ?

Penggunaan energi nuklir sebagai bahan bakar pembangkit listrik memiliki sejumlah resiko yang berbeda dengan teknologi lainnya. Teknologi lain boleh jadi lebih sering mengalami kecelakaan, namun jumlah warga yang menanggung resiko tidak sebesar jika PLTN mengalami kecelakaan.Ada sejumlah alasan penting yang menjadikan PLTN bukan merupakan sumber energi alternatif, baik sekarang maupun dimasa depan.

Diantaranya adalah:Sangat membayakan keselamatan. Ada beberapa ahli yang beranggapan bahwa PLTN itu sangat aman. Kutipan lengkapnya kira-kira :

Saya membandingkan sebuah PLTN dan Hulu ledak nuklir sebagai ssuatu yang berdampak sama jika keduanya diledakkan. Keduanya akan menimbulkan bahaya radiasi, panas,tenaga yang besar utuk menghancur objek yang ada dalam radius 10 km dari pusat ledakan......ini kenyataan...dari uji coba nuklir yang dilakukan oleh USA dan berapa kali mereka lakukan uji coba selama ini ....???? 1.016 kali...... ajaib bukan.....seribu enam belas kali uji coba nuklir sejak dijatuhkannya bom atom di Hirosima dan Nagasaki...... Apa yang bisa kita bayangkan....??? Apakah semenanjung alaska tenggelam dari muka bumi ...??? Apakah benua amerika hilang dalam peta dunia ...??? Pemahaman bahwa hulu ledak nuklir dalam persenjataan ini, amat sangat berbahaya sekali, itu yang harus kita pahami.

Benar sekali, 1.016 kali uji coba nuklir Amerika memang seolah tidak berdampak besar bagi bumi, ekosistem apa lagi manusia. Tapi ada yang terlupakan. Uji coba nuklir dilakukan di tempat yang jaraknya rata-rata lebih dari 1.000 km dari pemukiman terdekat. Itupun kebanyakan dilakukan di bawah tanah, sampai lebih dari 5 km.

Hal ini sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan PLTN. PLTN dibangun di daerah yang memang harus dekat dengan manusia, industri dan perkotaan. Bayangkan jika PLTN dibangun begitu jauh dari kota, berapa biaya kabelnya saja ? Dan sekali lagi, proses ledakan bpom nuklir berbeda jauh dengan kebocoran radiasi seperti PLTN. Bom nuklir memiliki 2 metode penghancuran : kekuatan ledakan dan kekuatan rediasinya. Hal ini jauh berbeda dengan PLTN. Potensi ledakan nuklir PLTN menjadi seperti bom nuklir sangat kecil. Tetapi efek radiasinya sama saja.

Ada angat banyak akibat kebocoran reaktor nuklir. Perubahan pada gen, menyebabkan kanker, gangguan sistem syaraf, dan gangguan pada organ tubuh lain. Hal ini dapat berlangsung lama dan bahkan dapat diwariskan kepada keturunan. Beberapa kasus kecelakaan nuklir :

Mile Island AS (1979): Sebanyak 3500 anak-anak dan perempuan hamil harus dievakuasi dan 400.000 orang meninggalkan tempat tinggal mereka.

Chernobyl (April 1986), membuat 40.000 orang meninggal karena kanker, disamping banyak lagi yang menderita penyakit kanker yang tidak fatal, kerusakan otak, atau gen yang tidak normal. Seratur ribu lebih orang harus diungsikan, wilayah seluas 3000 km2 harus dikosongkan. Tokai Mura Jepang 1999, kecelakan terjadi akibat tiga pekerja (mati terkontaminasi) melakukan percobaan yang tidak dilaporkan ke regulator karena yakin tidak akan disetujui. Ratusan orang terkontaminasi.

Inggris (2000), kecelakaan nuklir terjadi pada perusahaan BNFL yang berulang kali memalsukan data penting tentang keamanan atas bahan baker yang mereka buat.

Swedia (Juli 2006), negeri yang dikenal memiliki standar pengamanan tinggi juga mengalami kecelakaan nuklir. Jepang (9 agustus 2007), empat pekerja tewas, sekitar 18 orang lain cedera berat dan dalam kondisi kritis, setelah terjadi kebocoran pada uap pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Mihama, Fukui, sekitar 320 km (200 mil) barat laut Tokyo. Insiden yang terjadi tepat di hari peringatan jatuhnya bom atom di atas kota Nagasaki pada 9 Agustus 1945 itu, dipastikan memicu kekurang-percayaan publik pada industri nuklir di Jepang. Perdana Menteri (PM) Jepang Junichiro Koizumi berjanji akan melakukan investigasi sepenuhnya pada kejadian tersebut. Jepang juga akan menekankan kembali pentingnya unsur keselamatan bagi 52 pembangkit tenaga nuklir yang menutup 30 persen kebutuhan listrik di Jepang.Pembiayaan yang tinggi. Dalam lima puluh tahun ke depan, sumber uranium yang dekat permukaan akan habis. Untuk bisa bersaing dengan energi terbarukan lain, tenaga nuklir harus disubsidi agar murah. Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan telah mengumumkan hasil pengamatannya tentang biaya dan mamfaat ekonomi relatif suatu pembangkit tenaga listrik. Menurut laporan itu, biaya pembangunan pusat pembangkit tenaga listrik demikian sangat bergantung pada berbagai faktor. Antara lain:

(1). Biaya pinjaman uang untuk pembangunan

(2). Dampak inflasi

(3). Lama masa perencanaan, perizinan dan pembangunan

(4). Biaya bahan bakar dan pemeliharaannya

(5). Biaya tindakan perlindungan untuk keamanan operasionalnya

(6). Biaya pengolahan limbah

(7). Biaya pembongkaran pabrik setelah habis masa operasinya.

Ketujuh faktor ini bervariasi sangat besar dan bergantung pada peraturan pendanaan dan perizinan, di samping prosedur birokrasi berbagai negara. Karena itu, perbandingan sukar dan generalisasi sulit diadakan.Menurut publikasi Komisi Dunia tersebut, pada dasawarsa terakhir ini biaya-biaya yang berkaitan dengan pembangkit tenaga nuklir meningkat sangat tajam mengingat upaya-upaya pengamanannya. Hal ini menyebabkan biayanya selama masa operasionalnya malah semakin mahal. Belum lagi meningkatnya biaya pengolahan limbah dan penutupan PLTN pada akhir masa operasionalnya. Karena itu, dianjurkan agar pemerintah yang menginginkan alternatif tenaga nuklir benar-benar mempertimbangkan pembandingan biaya semacam ini secara sangat seksama, agar memperoleh mamfaat sebesar-besarnya tanpa sedikit pun resiko bagi kelangsungan hidup manusia sekarang dan beberapa ratus tahun depan termasuk konservasi lingkungan.

Jadi, dari segi biaya pembangunan dan pemeliharaan pembangkit listrik tenaga nuklir sudah sangat sukar dan komplikatif, apalagi mengingat risiko kesehatan. Berdasarkan hitung-hitungan para ahli, kalau energi listrik dari nuklir bisa dijual 7 sen dollar/kwh, maka panas bumi 6 sen dollar/kwh, batubara 4,2 sen dollar/kwh,dan gas 5 sen dollar/kwh. Ini masih lebih rendah dari nilai jual pembangkit listrik swasta (semisal Paiton) yang 8,2 sen dollar/kwh. Kwh adalah kilowatthour untuk menghitung satuan energi listrik.

Tingkat Ketergantungannya sangat tinggi. Untuk negara seperti Indonesia tingkat ketergatungan akan meningkat tajam. Mulai penyediaan SDM, dana, peralatan dan reaktor, pengadaan bahan baku, pembuangan limbah hingga ketika PLTN itu sendiri di hentikan dan dibongkar.

Untuk dapat mengoperasikan sebuah PLTN, dibutuhkan uranium yang telah melalui proses pengkayaan. Sampai saat ini hanya 8 negara yang diijinkan untuk melakukan pengayaan uranium dan sekaligus memiliki fasilitas pengayaannya. Jadi, seumur-umur Indonesia akan impor uranium, yang harganya tentu saja mahal, lebih mahal dari pada kedele.

Pembongkaran fasilitas nuklir (decomissioning) akan menghasilkan limbah radioaktif dalam jumlah besar. Banyak lokasi nuklir di dunia ini yang masih memerlukan proses monitoring dan pengamanan (dan tentu saja biaya tinggi) walaupun sudah tidak aktif. Sebagai tambahan, ada beberapa contoh lokasi pembuangan untuk limbah nuklir dengan tingkat radiasi rendah yang sudah ada saat ini yang mengalami kebocoran radiasi ke lingkungan di sekitarnya. Contohnya antara lain: Drigg di Inggris dan CSM di Le Hague, Prancis.Sampai saat ini, tidak ada yang bisa menjamin bahwa limbah nuklir tidak akan terlepas ke lingkungan untuk jangka waktu puluhan sampai ratusan ribu tahun yang akan datang. Limbah PLTN bukan hanya limbah bahan bakar sisa reaksi fisi dalam reaktor (spent fuel). Setelah masa pakainya kurang lebih 40-50 tahun, seluruh tubuh reaktor pembangkit listrik menjadi limbah karena dinding-dinding yang terkontaminasi radioaktif.

Yang lain udah bubar kok kita malah mau bikin ?

Seorang kawan di suratnya ketika memberi kabar tentang kecelakaan PLTN di Jepang dengan gemas berkomentar : Pemerintah kita itu ngawurnya nggak karuan. Lha wong di tempat lain teknologi ini udah mau dimuseumkan, kok di sini malah mau di bangun.Bertahun lalu Jerman sudah serius untuk tidak akan lagi menggunakan pembangkit listrik tenaga nuklir. Dalam kesepakatan yang dicapainya dengan pelbagai perusahaan listrik, Kanselir Jerman Gerhard Schrder menyatakan bahwa 19 buah PLTN akan ditutup. Tetapi tidak ditetapkan batas definitif kapan penutupan PLTN itu akan dilakukan.Kesepakatan untuk mengakhiri penggunaan tenaga nuklir sebagai pembangkit listrik di Jerman ini akhirnya dicapai setelah proses selama dua tahun. Dalam kesepakatan ini dicantumkan bahwa 19 PLTN Jerman hanya akan beroperasi selama 32 tahun, dihitung sejak tanggal operasinya. Itu berarti bahwa penutupan PLTN pertama akan berlangsung pada 2002 mendatang. Sedangkan PLTN terakhir Jerman baru akan ditutup pada 2021.

Haruskan PLTN di Indonesia ?Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan telah menandatangani kontrak untuk pembangunan PLTN di Indonesia. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bekerjasama dengan Korean Hydro Nuclear Power Co. LTD, (KHNP) telah menandatangani kesepakatan kerjasama terkait rencana pembangunan PLTN Muria. Korean Hydro Nuclear Power (KHNP) Co Ltd, yang diajak bekerja sama oleh Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) dalam rencana pembangunan PLTN Muria itu pun ternyata telah banyak membuat kasus kebocoran dari 16 reaktor nuklir yang dimilikinya.Sebelumnya sejak tahun 80-an pihak NewJEC, sebuah anak perusahaan dari Mitsubitshi Heavy Industries, di Osaka, Jepang, telah menandatangani kontrak untuk membangun dan melakukan studi kelayakan di Jepara. Perkembangan selanjutnya pihak KHNP yang sebetulnya adalah anak perusahaan dari KEPCO Korea mendapatkan kontrak untuk melakukan feasibility study (studi kelayakan) dan pembangunan PLTN di Jepara. PLTN Muria menurut rencana akan dibangun mulai tahun 2011 dengan kapasitas 6000 MW. PLTN ini menggunakan teknologi yang saat ini banyak dipakai di dunia yaitu PWR (Pressurized Water Reactor) yang sementara ini dinilai aman oleh beberapa pihak. Sementara ini, BATAN sedang mengusahakan untuk membuat regulasi yang mengacu pada UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaga-Nukliran.

Pada tanggal 10 Oktober 2001 BATAN bersama KAERI (Korean AtomicEnergy Research Institute) telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) sebesar 200 juta dollar untuk studi kelayakan (feasibility study) berkaitan dengan rencana pembangunan PLTN Madura tahun 2008 yang diharapkan beroperasi pada tahun 2015.

PLTN yang akan dikembangkan di Madura adalah PLTN SMART (System Modular Advanced Reactor) 2 unit @ 100 MW. PLTN ini menggunakan teknologi desalinasi (proses penyulingan air laut menjadi air tawar) yang akan menghasilkan listrik 200 MW, air bersih 4000 m3/hariKok maksa ?Indikasi bahwa PLTN di Indonesia adalah mega proyek yang dipaksakan dan tidak berdasar begitu banyaknya. Tidak sulit untuk menemukan alasan penolakan PLTN di Indonesia. Justru sebaliknya, begitu sulit untuk menemukan apa manfaat PLTN (yang benar-benar tidak ada alternatif sumbernya selain PLTN yang lebih aman). Ada berbagai aspek pemaksaan PLTN. Mulai politik, ekonomi, sosial hingga ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan tidak tanggung-tanggung, lembaga internasionalpun ikut andil dalam penipuan berjamaah ini.Pemerintah Indonesia begitu bangga ketika Indonesia diterima menjadi anggota IAEA (International Atomic Energy Agency). Pemerintah dan para ahlinya semakin bangga lagi ketia IAEA memerikan lampu hijau untuk pembangunan PLTN di Indonesia. Dengan lampu hijau itu, dianggap Indonesia sudah memiliki kemampuan dari segi ekonomi, teknologi, keselamatan reaktor, SDM, pengawasan dan pengamanan lainnya. Benarkah ?

Yaaa iyaaa laaah Lha wong IAEA itu isinya cuma alat politik aja kok. Coba liat kasus Irak, Iran, dan Korea Utara. Kebalikannya pada kasus Indonesia. Ndilalah negara ini penurut, dan ditambah punya bengitu banyak duit, yaaa dikasih aja ijin PLTN itu. Lha kebetulan, teknologi PLTN yang dinegara aslinya udah nggak kepake jadi bisa di jual di sini Aspek risiko. Studi kelayakan yang dilakukan sebagai landasan pembangunan PLTN ini terkesan sangat subjektif. Selain pelaksana studi kelayakan yang sebenarnya adalah anak perusahaan yang nantinya akan membangun PLTN, studi tidak banyak melibatkan masyarakat dan berbagai kalanan lainnya.

Studi yang dilakukan oleh NewJEC maupun nantinya oleh KHNP, tidak memperhitungkan posisi Indonesia sebagai bagian dari ring of fire. Kondisi bahwa Indonesia adalah daerah tempat silaturahminya sirkum pasifik dan mideterania, gerakan lempeng bumi, daerah vulkanik aktif dan sebagainya. Risiko bencana yang begitu tinggi sama sekali tidak dimasukan dalam kalkulasi studi kelayakan.Belum lagi kalkulasi risiko human error. Di negara-negara lain yang pengalamannya atas nuklir begitu banyak, risiko seperti kegagalan fungsi manusia tetap tinggi. Apa lagi di negara Indonesia yang human errornya kadang malah disengaja.Aspek sosial. Daerah calon tapak proyek pembangunan PLTN Muria terletak di area perkebunan kakao di Ujung Lemah Abang, Ujung Watu dan Ujung Genggrengan di Kecamatan Bangsri dan Keling kabupaten Jepara Jawa Tengah. Lokasi calon tapak proyek terletak di tanah milik negara. Hal ini sengaja dilakukan untuk menghindari penolakan dari masyarakat sekitar terhadap proses ganti rugi yang selama ini selalu merugikan masyarakat.Terjadi disinformasi besar-besaran kepada rakyat yang dilakukan oleh para calo perusahaan nuklir internasional yang sudah pada mau bangkrut. Hingga kini tidak ada penjelasan sama sekali atas dampak radiasi dan limbah radioaktif akibat dibangunnya PLTN Madura. Sosialisasi PLTN Madura yang dilakukan Batan bersama Lembaga Penelitian Masyarakat (LPM) Universitas Brawijaya serta empat perguruan tinggi di Madura lebih banyak menyampaikan manfaat nuklir dan menutupi bahaya PLTN.

Di Jepara, masyarakat yang disamping takut tergusur dari tanah pertaniannya, mereka juga mendapatkan kabar tidak resmi tentang dampak negatif PLTN. Pemerintah tidak fair soal dampak positif dan negatifnya PLTN. Masyarakat takut mengungkapkan penolakannya secara terbuka karena sosialisasi PLTN oleh pemerintah hanya mengungkapkan sisi positif nuklir di bidang pertanian, peternakan dan kesehatan, sedang dampak negatif radiasi nuklir tidak pernah dijelaskan.Aspek politik. Persoalan timbul karena dalam UU Ketenaga-Nukliran disebutkan bahwa segala keputusan tentang ketenaganukliran ada di tangan Presiden. Sementara saat ini peran pemerintah sangat dominan dalam pengambilan keputusan. Konflik kepentingan dan rancunya UU yang dibuat sebelum era otonomi daerah akan menjadi besar dalam beberapa tahun ke depan. Sementara itu, titik lemah dari otonomi daerah untuk proyek PLTN yang hanya mengacu pada keputusan daerah akan mengakibatkan bencana bawaan kepada daerah sekitar termasuk wilayah Indonesia. Apabila terjadi kecelakaan PLTN di Indonesia, maka radiasinya akan sampai ke negara-negara tetangga sehingga PLTN bukan hanya isu lokal tapi juga nasional bahkan internasional.Bayangkan saja, jika keputusan untuk perang saja harus atas persetujuan DPR, kok kebijakan yang berpotensi menghancurkan bangsa Indonesia malah hanya bersandar pada keputusan Presiden.Aspek ekonomi. Untuk memuluskan jalannya pembangunan PLTN, pemerintah membentuk sebuah tim. Tim Nasional yang beranggotakan Perusahaan Listrik Negara (PLN), Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi (LPE), Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) bidang energi itu mengkaji beberapa aspek kesiapan pembangunan PLTN. Di antaranya menyangkut aspek teknologi, SDM, ekonomi, sosial budaya, dan faktor kedaruratan alam yang mungkin terjadi.

Menurut kalkulasi tim ini, hitungan harga listrik dari PLTN per kilowatthour (kwh)-nya sekitar 3,5 hingga 4,5 sen dollar per kwh. Harga ini dinilai kompetitif dibandingkan dengan tenaga listrik lain. Padahal, angka standar internasional energi listrik yang bersumber dari PLTN bisa mencapai 7 sen dollar per kwh. Lalu bagaimana tim bisa menghitung harganya hanya 3,5 sampai 4 sen dollar saja ? Apakah biaya pengamanan tidak dimasukan ? Atau jangan-jangan biayanya diperkecil dengan menurunkan spesifikasi teknis kualitas bangunan dan material?Mana mungkin biaya energi nuklir yang sebagian besar berasal dari impor bisa murah di Indonesia ? Apalagi jika dibandingkan dengan batu bara yang kita punya tambangnya. Lebih lagi jika dibandingkan dengan tenaga air, angin, gelombang, yang gratisan.

Lalu apa hubungannya dengan bongkrek ?

Masalah energi dari PLTN sebenarnya sama dengan masalah bongkrek. Dimana persamaannya antara produk teknologi maju dunia barat dengan produk pangan warisan kemiskinan era kolonialisme ? Satu. Pada satu sisi PLTN dan bongkrek adalah sebab akibat. Jika PLTN dipaksakan, maka tarif energi listrik akan meningkat karena mahalnya nilai energi dari nuklir. Jika listrik sudah kadung mahal, ditambah tempe yang ikutan mahal (karena kedelenya juga impor), dan hidup kita sudah sangat tergantung dengan listrik, maka kita akan cenderung merelakan uang kita untuk ngempani tivi, hp, komputer, radio, penghangat nasi, lampu, pompa air, kulkas dan sebagainya. Akhirnya jatah uang belanja untuk makan akan berkurang. Dan sekali lagi bongkret menjadi pilihan para ibu.Dua. Coba, bagaimana pendapat anda dengan fakta berikut ini :

1. Indonesia adalah negara agraris : tapi hampir seluruh petaninya miskin dan kita harus selalu impor beras, kedele dan jagung.

2. Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan cadangan minyak bumi dan gas terbesar : tapi setiap tahun kita harus menaikan harga BBM dan setiap tahun kita harus impor BBM.

3. Dengan cadangan sumber daya alamnya, Indonesia adalah negara terkaya di dunia : tapi dengan kebodohan kita sendiri SDA kita berikan pada perusahaan asing dan kita bangga dengan komisi 10%.

4. Sumber masalah energi listrik kita adalah kerusakan sumber daya air, inefisiensi operasional (korupsi), dan mahalnya pasokan listrik swasta (kolusi dengan Paiton) : tapi solusi dari pemerintah bukan rehabilitasi sumber daya air, pemberantasan korupsi dan pemutusan kontrak swasta, tapi malah menaikan tarif listrik, bahkan mau bikin PLTN yang jauh lebih mahal.5. Di negara lain, PLTN pada ditutup, eeeh di Indonesia malah dibilang barang bagus.Kita punya banyak hal yang benilai, tetapi kita tinggalkan dan ambil yang beracun. Kita punya angin, air, gelombang lautan, tapi kita pilih nuklir sebagai pembangkit energi. Logika ini mirip dengan bongkrek. Ada tempe (walaupun mahal), ada gembus, ada tahu, ada gereh dan sebagainya. Tapi seringkali (entah apapun alasannya) kembali bongkrek menjadi pilihan. Sudah rasanya biasa saja, berpotensi beracun lagi. Sudah banyak yang jadi korban, tetap saja di produksi dan di makan.

Jadi pertanyaan yang menjadi bagian dari judul paper ini saya kira sudah terjawab. Kesimpulan

1. Lebih dari 80% wilayah Indonesia adalah rawan bencana. Dengan tambahan 2 PLTN di Jepara dan Madura, maka angkanya akan berubah menjadi 100%.

2. Masalah PLTN bukan masalah yang cukup dihadapi hanya dengan pertimbangan ilmiah, diskusi dan sosialisasi semata. Masalah nuklir adalah masalah bagaimana hak politik dan hak azasi rakyat Indonesia dilindungi dengan menolak PLTN.

3. Nuklir = bongkrek. Di tempat aslinya sudah akan di museumkan. PLTN pada di gusur.

4. Jadi kalo pejabat pemerintah senengnya mikir nuklir dan PLTN, berarti isi kepalanya =Sumber :http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/10/utama/1201273.htmhttp://www.kompas.com/kompas-cetak/0303/19/Inspirasi/192997.htmhttp://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2004081001161403http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2004081001135310http://www.sains.org/energi/utama.cgi?artikel&1085241675http://www.rnw.nl/ranesi/html/pltn_jerman.htmlhttp://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/03/11/0053.htmlhttp://www.ecolo.org/archives/archives-nuc-en/Harian Umum Suara Pembaruan, 8 Oktober 1994.

GATRA - RUU Ketenaganukliran: Lahir dari Ruangan Kosong Nomor 16/III, 8 Maret 1997

Database Kompleet

Kompleet (Komunitas Peduli Slamet) adalah sebuah organisasi yang berbentuk perkumpulan dan bersifat terbuka. Dengan visi untuk mendorong Terwujudnya keadilan dan keberlanjutan dalam pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam, Komplet bekerja menyelamatan kawasan Gn. Slamet bersama masyarakat. Selama bukan anggota TNI / POLRI dan tidak pernah melakukan atau terlibat dalam perusakan lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat, pelanggaran hak azasi atau kejahatan kemanusiaan, serta kejahatan ekonomi, maka anda dapat bergabung bersama kami menyelamatkan bumi, menyelamatkan masa depan kita.

Sekretariat : Jl. Karang Kobar, Gg. Gunung Gede No. 12 Bancar Kembar, Purwokerto. Banyumas, Jawa Tengah. I N D O N E S I A | t. +62 281 630 383 | e. [email protected] | www.kompleet.org

Relawan Komunitas Peduli Slamet

Anggota Komunitas Peduli Slamet

PAGE Halaman 7 dari 7