Nur Annisa Karina (G41130058)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

electronic health record survailance pre eclampsia

Citation preview

Tugas Electronic Health RecordAnalisis Hubungan Issue Survailance terhadap Indikator Sasaran Pembangunan Kesehatan tahun 2025

OlehNur Annisa Karina EG41130058Rekam Medik Gol.A

POLITEKNIK NEGERI JEMBER2015Survailance Kematian Ibu akibat Pre EclampsiaMenurut WHO, Surveilans adalah : Pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, serta desiminasi informasi tepat waktu kepada pihak pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.(Last, 2001 dalam Bhisma Murti, 2003 )Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan sendiri, diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar sektor dan antar program, sehingga perlu dikembangkan subsistem surveilans epidemiologi kesehatan yang terdiri dari Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular, Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan, dan Surveilans Epidemiologi Kesehatan MatraDalam indonesia sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersediannya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan lingkungan yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.Perilaku masyarakat yang didarapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar hukum, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman.

Sasaran Pembangunan KesehatanSasaran Pembangunan Kesehatan yang akan dicapi 2025 adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan Indikator Indonesia Sehat antara lain :1. Meningkatkan harapan hidup dari 69 tahun pada tahun 2025 menjadi 73,7 tahun pada tahun 20252. Menurunnya angka kematian bayi dari 32,3 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada 20253. Menurunnya angka kematian ibu dari 282 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 20254. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi 9,6% pada tahun 2025Pokok bahasan yang akan dianalisis dalam makalah ini adalah survailance kematian ibu merupakan suatu proses berkesinambungan untuk identifikasi kematian terkait kehamilan, mengkaji faktor-faktor penyebab kematian, menganalisis, dan menginepretasi informasi yang terkumpul dan betindak sesuai hasil yang adauntuk mengurangi kematian ibu di masa mendatang. Faktor yang beresiko terhadap kematian Ibu menurut(Panchalet all, 2002) adalah komplikasi obstetri seperti preeklamsi / eklamsi 22,2%, perdarahan post partum 22,2%, komplikasi pernapasan 14%, dan embolism 8,1%. (Sundaramet all,2005) juga menyatakan penyebab kematian ibu adalah perdarahan,embolism, infeksi dan hipertensi. (Spieset all, 1995) dalam penelitiannya menyatakan penyebab kematian ibu adalah penyebab langsung (71%) yaitu perdarahan, infeksi dan hipertensi dan penyebab tidak langsung (23%). (Gutierrezet all, 2007) menyatakan faktor yang berhubungan dengan kematian ibu adalah komplikasi obstetri.Dalam makalah ini akan dibahas kematian ibu karena kasus pre eklamsi. Beberapa tahun yang lalu, penyebab utama kasus kematian ibu adalah disebabkan oleh perdarahan. Namun, dewasa ini Pre-eklamsia telah menggeser perdarahan sebagai penyebab utama kematian Ibu. Oleh karena itu diagnosis dini pre-eklamsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklamsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan bayi (AKB). Preeklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuria, dan edema; yang kadang-kadang disertai kejang sampai koma (Mochtar, 1998). Frekuensi terjadinya preeklampsia dan eklampsia bertambah seiring dengan umur kehamilan, umumnya pada primigravida Triwulan III, umur > 35 tahun (Mochtar, 2002, p. 201).Preeklampsia berakibat buruk pada ibu maupun janin yang di kandungnya. Komplikasi pada janin berupa prematuritas, gawat janin, berat badan lahir rendah atau intra uterine fetal death (IUFD) (Wijayarini, 2002, p.11-12).Pada preeklampsia didapatkan resiko persalinan prematur 2,67 kali lebih besar, persalinan buatan 4,39 kali lebih banyak.Preeklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari hipertensi, proteinuria, dan edema; yang kadang-kadang disertai kejang sampai koma (Mochtar, 1998).. Frekuensi terjadinya preeklampsia dan eklampsia bertambah seiring dengan umur kehamilan, umumnya pada primigravida Triwulan III, umur > 35 tahun (Mochtar, 2002, p. 201). Preeklampsia berakibat buruk pada ibu maupun janin yang di kandungnya.Gejala gejala pre eclampsia antara lain :Sakit kepala yang parah

Muntah darah

Pembengkakan yang berlebihan pada kaki dan tangan

Jumlah urin yang sedikit atau tidak ada urin

Kencing disertai darah

Denyut jantung yang cepat

Pusing

Mual berlebihan

Telinga berdengung

Muntah berlebihan

Mengantuk

Demam

Penglihatan ganda

Penglihatan buram

Kebutaan tiba-tiba

Nyeri pada perut

Beberapa faktor resiko terjadinya pre-eklapmsi misalnya paritas, riwayat pre-eklampsi, ibu hamil dengan hipertensi, obesitas, ginjal dan DM, stress, kehamilan kembar, pembatasan terpapar sperma, primipaternitas, kehamilan remaja, mola hidatidosa, antibody antiposfolipid (Dekker dan Sucharoen, 2004). Ditambahkan lagi menurut Duckitt dan Harrington (2005), jarak kelahiran, Body Mass Index (BMI), usiaTrongstad dkk. ( 2001) menyebutkan bahwa wanita dengan jarak kelahiran lebih lama akan meningkatkan resiko pre-eklampsia dibandingkan pada wanita dengan kehamilan kedua yang jarak kelahiran 1-5 tahun setelah kelahiran anak pertama. Studi ini juga mengungkapkan bahwa pasangan yang berbeda pada kehamilan kedua menurunkan resiko pre-eklampsia bila jarak kelahiran pertama dengan kedua tidak terlalu panjang pada wanita tanpa riwayat pre-eklampsia. Resiko itu akan meningkat bila jarak kelahiran terlalu panjang. Sedangkan pada wanita dengan riwayat pre-eklampsia yang mempunyai pasangan berbeda resiko terjadinya pre-eklampsia akan menurun bila jarak kelahiran pertama dan kedua semakin panjang.Penelitian Skajaerven dkk (2002) menyebutkan bahwa resiko Pre-eklampsia selama kehamilan kedua ditemukan meningkat seiring dengan peningkatan jarak waktu pada kelahiran pertama apalagi bila jarak waktu setelah melahirkan anak pertama 10 tahun dengan kehamilan kedua, resiko itu akan meningkat lebih dari tiga kali lipat.Angka kejadian preeklampsia sebesar 5-15% dari seluruh kehamilan di dunia. Angka kejadian ini lebih banyak terjadi di negara berkembang dibanding pada negara maju, hal ini disebabkan oleh karena di negara maju perawatan prenatalnya lebih baik. Berdasarkan SDKI 2003, insiden preeklampsia di Indonesia 3,4-8,5%. Dinas kesehatan Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2006 mencatat angka kematian ibu akibat eklampsia sebesar 31,57%. Menurut Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta, berdasarkan persalinan dengan komplikasi tahun 2006, insiden eklampsia sebesar 0,48%, sedangkan preeklampsia sebesar 13,42% (Ryadi, 2008).Pada preeklampsia/eklampsia didapatkan resiko persalinan prematur 2,67 kali lebih besar, persalinan buatan 4,39 kali lebih banyak; dan mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan bayi dengan berat badan lahir rendah (Sudhaberata, 2001).

Pencegahan kasus pre eclampsiaPencegahan yang Harus Dilakukan untuk Menekan Angka Kematian pada Ibu :a. Persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan Persalinan harus dibantu tenaga kesehatan agar tidak terjadi kesalahan saat menangani persalinan, namun masih banyak ibu yang memilih menggunakan jasa dukun beranak. Hal ini disebabkan adanya faktor budaya, rendahnya tingkat pendidikan dan faktor kemiskinan. Kondisi geografis juga turut memberi andil, lantaran lokasi layanan bidan sulit dijangkau oleh ibu hamil.b. Pemenuhan gizi yang seimbang untuk menunjang fisik yang sehat dan optimalc. Persiapan anggota keluarga bila sewaktu - waktu diperlukan untuk donor darah.Kebutuhan darah pada ibu hamil tidak dapat diprediksi. Meskipun ibu hamil tampaknya sehat dan baik - baik saja selama kehamilan, kejadian perdarahan tak terduga bisa saja mengancam keselamatan jiwa. Oleh karena itu sebaiknya ada anggota keluarga yang sudah disiapkan untuk dapat mendonorkan darah bila sewaktu - waktu diperlukan.d. Segera menyusui bayi setelah bayi lahir, agar membantu kontraksi rahim ( proses mengecilnya kembali rahim ibu secara alami ) hisapan bayi pada puting susu ibu akan merangsang keluarnya hormon oksitosin yang membantu mencegah terjadinya perdarahan )e. Dianjurkan menunda hubungan suami istri( hubungan seksual ) sampai 40 hari . Hal ini bertujuan untuk menghindari perdarahan pada bekas luka jahitan jalan lahir dan memberi kesempatan pemulihan alat kandungan secara keseluruhan.f. Segera ikut program KB , agar perencanaan kehamilan dapat diatur dan jarak kelahiran antar anak tidak lebih dari 10 tahun karena beresiko 3 kali lipat terkena eclampsia

Dalam indikator Indonesia sehat 2025 pada poin ketiga yaitu Menurunnya angka kematian ibu dari 282 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025 dalam kasus kelahiran dengan pre eclampsia untuk memenuhi target pada tahun 2025 perlu dukungan dari berbagai pihak agar program Idonesia Sehat 2025 dapat berjalan sukses. Dukungan yang diperlukan antara lain Kesiapan mental dan fisik ibu dalam mempersiapkan kehamilan dan kelahiran, Pemenuhan fasilitas layanan kesehtan yang memadai di setiap lingkungan masyarakat, Adanya upaya promotif dari pemerintah dalam melakukan sosialisasi-sosialisasi kesehatan terutama mengenah kesehatan Ibu dan Anak penyuluhan-penyuluhan terkait pemenuhan gizi untuk kesehatan ibu dana anak. Seminar dan pelatihan untuk tenaga kesehatan bidan desa tentang kesehatan ibu dan anak agar dapat disampaikan langsung kepada Ibu-ibu yang ada di desa yang minim akan informasi.Berbagai dukungan di upayakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan usaha korektif untuk mencegah dan mengatasi preeklampsia agar tidak menjadi lebih berat dan dapat mencapai targer 74 per 100.000 kelahiran sesuai dengan program Indonesia Sehat 2025

.