Upload
rara-citra-widiapuri
View
115
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Obat Antivirus untuk HBV dan HCV
Interferon (IFN)
Merupakan protein, berperan sebagai sitokin yang memiliki efek antivirus,
imunomodulator dan antiproliferatif, yang diproduksi oleh tubuh dari berbagai
stimulus. Macam: alfa, beta, gamma. Sediaan natural dan rekombinan yang paling
banyak digunakan dalam klinis adalah IFN-α.
IFN-α dan IFN-β, merupakan family IFN tipe I, yang bersifat tahan asam dan
bekerja pada reseptor yang sama. IFN biasanya diinduksi oleh infeksi virus. IFN-γ
merupakan IFN tipe II yang tidak tahan asam dan bekerja pada reseptor yang
berbeda. IFN-γ biasanya dihasilkan oleh limfosit T.
Mekanisme Kerja
Setelah berikatan dengan reseptor selular spesifik, IFN mengaktivasi jalur
transduksisinyal JAK-STAT, menyebabkan translokasi inti kompleks protein
seluler yang berikatan dengan interferon-specific response element. Ekspresi
aktivasi transduksi sinyal ini adalah sintesis lebih dari dua lusin protein yang
berefek antivirus. Efek antivirus melalui hambatan penetrasi virus, sintesis mRNA
virus, translasi protein virus dan/atau assembly dan pelepasan virus. Virus dapat
dihambat oleh IFN pada beberapa tahap, dan tahapan hambatannya berbeda pada
tiap virus. Namun beberapa virus juga dapat melawan efek IFN dengan cara
menghambat kerja protein tertentu yang diinduksi oleh IFN. Salah satunya adalah
resistensi HCV terhadap IFN yang disebabkan oleh hambatan aktivitas protein
kinase oleh HCV.
Farmakokinetik
1. Setelah injeksi intramuskular atau subkutan, absorbsi IFN mencapai 80%.
Kadar plasma bergantung pada dosis. Kadar plasma puncak dicapai setelah 4-
8 jam dan kembali ke awal setelah 18-36 jam. Karena IFN menginduksi efek
biologis yang cukup panjang dari durasinya, aktivitas IFN tidak selalu dapat
diperkirakan dari sifat farmakokinetiknya.
2. Setelah pemberian intravena, konsentrasi plasma puncak dicapai dalam 30
menit. Setelah 4-8 jam setelah infus, IFN tidak lagi terdeteksi dalam plasma
karena mengalami klirens renal yang cepat.
3. Setelah terapi IFN dihentikan, IFN akan dieliminasi dari tubuh dalam waktu
18-36 jam.
4. Saat ini, efikasi IFN telah diperbaiki dengan mengganti IFN standar dengan
IFN terkonjugasi polietilen glikol (PEG-IFN, Pegylated-Interferon) yang lebih
lambat eliminasi IFN lewat ginjal sehingga meningkatkan waktu paruh,
menyebabkan konsentrasi plasma IFN lebih stabil, dan penurunan frekuensi
injeksi dari 3 x menjadi 1 x seminggu.
5. Saat ini terdapat 2 macam PEG-IFN yang berbeda kualitas dan kuantitas IFN
terkonjugasi: 12 kDa PEG linear untuk IFN 2b dan 40 kDa rantai cabang PEG
untuk IFN 2a.
6. PEG-IFN dua kali lebih baik dari pada non-PEG-IFN pada terapi HCV kronik.
7. Saat ini efikasi PEG-IFN sedang dievaluasi untuk terapi HBV kronik.
8. Dalam klinik. IFN digunakan pada berbagai kanker (melanoma, karsinoma sel
ginjal, leukemia mielositik kronik, hairy cell leukemia, dan kaposi’s sarcoma.
9. IFN-α dalam kombinasi dengan ribavirin digunakan pada HCV.
Indikasi
Dosis. Infeksi HBV. Dewasa: 5 MU/hari atau 10 MU/hari; anak 6 MU/m² 3
x/minggu selama 4-6 bulan.
Infeksi HCV. IFN-α 2b monoterapi (3 MU subkutan 3 x/minggu). Umumnya terapi
berlangsung 6 bulan, bahkan sampai 8-12 minggu untuk respon yang menetap.
PEG-IFN α 2a (180 µg selama 48 minggu) yang memberikan respon lebih baik dari
non-PEG-IFN. Efikasi PEG-IFN lebih baik jika ditambah ribavirin pada regimen
terapinya.
HIV. IFN juga menunjukkan efek anti-retrovirus. IFN-α (3 MU 3 x/minggu) efektif
untuk terapi trombositopenia oleh HIV yang disebabkan resistensi terhadap terapi
zidovudin.
Efek Samping
1. Pada IFN- α, flu-like symptoms, fatigue, leucopenia, dan depresi, anoreksia,
rambut rontok, gangguan mood, iritabilitas. Pasien dengan IFN-α harus
dimonitor dan dievaluasi tiap bulan. Kira-kira 30% pasien dengan IFN-α
membutuhkan penurunan dosis dan 5% menghentikan obat premature karena
efek samping.
2. IFN juga dapat memperburuk pengobatan penyakit autoimun (tiroiditis)
Efek Biologis IFN
IFN Diproduksi oleh
Waktu diproduksi setelah stimulasi
Efek Biologis
Alfa Leukosit 4-6 hari1. Antivirus,
2. Menghambat pertumbuhan sel normal dan maligna
3. Meningkatkan aktivitas sel NK
4. Meningkatkan ekspresi MHC kelas I
5. Mempengaruhi diferensiasi selBeta Fibroblast
Epitel
Makrofag
4-6 hari1. Antivirus,
2. Menghambat pertumbuhan sel normal dan maligna
3. Meningkatkan aktivitas sel NK
4. Meningkatkan ekspresi MHC kelas IGamma Limfosit 2-3 hari
1. Antivirus,
2. Menghambat pertumbuhan sel normal dan maligna
3. Meningkatkan aktivitas makrofag
4. Meningkatkan ekspresi MHC kelas I dan II
5. Menginduksi sekresi sitokin lain dan bersama sotokoin lain meningkatkan sintesis Ig
Lamivudin
Merupakan L-enantiomer analog deoksisitidin. Lamivudin dimetabolisme di
hepatosit menjadi bentuk trifosfat yang aktif. Lamivudin bekerja dengan cara
menghentikan sintesis DNA, secara kompetitif menghambat polymerase virus
(reverse transcriptase, RT). Lamivudin tidak hanya aktif terhadap HBV wikdtype
saja, namun juga terhadap varian precore/core promoter. Selain itu, terbukti
lamivudin dapat mengatasi hiperresponsivitas sel T sitotoksik pada pasien yang
terinfeksi kronik
Resistensi. Disebabkan adanya mutasi pada DNA polymerase virus.
Farmakokinetik. Bioavailabilitas oral lamivudin adalah 80%. C-max tercapai
dalam 0.5-1.5 jam setelah pemberian dosis. Lamivudin didistribusikan secara luas
dengan Vd setara dengan volume cairan tubuh. Waktu paruh plasma ± 9 jam dan
± 70% dosis diekskresikan dalam bentuk utuh di urin. sekitar 5% lamivudin
dimetabolisme menjadi bentuk tidak aktif. Pada insufisiensi ginjal sedang, dosis
perlu diturunkan. Trimetoprim menurunkan klirens renal lamivudin
Indikasi. Infeksi HBV
Dosis.
1. Dewasa: Peroral 100 mg/hari
2. Anak: 1 mg/kg, bila perlu ditingkatkan hingga 100 mg/hari
3. Lama terapi yang dianjurkan adalah 1 tahun pada pasien HBeAg (-) dan >1
tahun pada pasien HBe (+)
Efek Samping.
1. Umumnya ditoleransi baik. Efek samping seperti fatigue, sakit kepala dan
mual. Pada dosis yang lebih besar (300 mg, untuk HIV) kecuali terapi HBV,
timbul asidosis laktat dan hepatomegali
2. Peningkatan ALT dan AST dapat terjadi pada 30-40% pasien. Biasanya
peningkatan ALT dan AST berhubungan dengan munculnya mutan HBV yang
resisten terhadap lamivudin.
Obat Antivirus untuk Influenza
Ribavirin
Mekanisme Kerja. Merupakan analog guanosin yang cincin purinnya tidak
lengkap. Setelah mengalami fosforilasi intrasel, ribavirin trifosfat mengganggu
tahap awal transkripsi virus, seperti proses capping dan elongasi mRNA, serta
menghambat sintesis ribonukleoprotein.
Resistensi. Saat ini belum ada resistensi terhadap ribavirin, namun pada
percobaan dengan menggunakan sel, terdapat sel-sel yang tidak dapat mengubah
ribavirin menjadi bentuk aktifnya.
Spektrum aktivitas. Virus DNA dan RNA, khususnya orthomyxovirus (influenza A
dan B), paramyxovirus (cacar air, respiratory syncytial virus-RSV) dan arena virus
(Lassa, Junin, dll)
Indikasi. Terapi infeksi RSV pada bayi dengan risiko tinggi. Ribavirin digunakan
dalam kombinasi dengan IFN-α atau PEG-IFN-α pada terapi HCV
Dosis. Peroral, 800-1200 mg/hari untuk terapi HCV; atau dalam bentuk aerosol
(larutan 20 mg/ml)
Efek Samping.
1. Ribavirin aerosol, menyebabkan iritasi kongjungtiva ringan, ruam, mengi yang
bersifat sementara.
2. Ribavirin sistemik, menyebabkan anemia reversible yang tergantung dosis,
serta supresi sumsum tulang.
3. Kadar tinggi ribavirin trifosfat dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada
membran, yang menyebabkan eritrofagositosis oleh retikuloendotelial system.
4. Bolus interavena dapat menyebabkan rigor
5. Pada ± pasien HCV kronik yang mendapat kombinasi IFN-ribavirin
menghentikan terapi karena efek samping. Selain dari toksisitas IFN, ribavirin
oral dapat meningkatkan fatigue, batuk, ruam, pruritus, mual, insomnia,
dispnea, depresi dan anemia.
6. Pada studi preklinik, ribavirin bersifat teratogenik, embriotoksik, onkogenik
dan mungkin gonadotoksik
7. Ribaviriin mutlak dikontraindikasikan pada wanita hamil
Daftar Pustaka
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2009. Farmakologi dan Terapi
Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI