16
OBAT TRADISIONAL Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Jamu adalah obat tradisional Indonesia. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi. Sediaan galenik adalah hasil ekstraksi simplisia yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan. Obat tradisional dalam negeri adalah obat tradisional yang dibuat dan dikemas oleh industri di dalam negeri meliputi obat tradisional tanpa lisensi, obat tradisional lisensi dan obat tradisional kontrak. Obat tradisional lisensi adalah obat tradisional yang dibuat di Indonesia atas dasar lisensi. Obat tradisional kontrak, obat herbal terstandar kontrak dan fitofarmaka kontrak adalah produk yang pembuatannya dilimpahkan kepada industri obat tradisional lain atau industri farmasi berdasarkan kontrak. Obat tradisional impor adalah obat tradisional yang dibuat oleh industri di luar negeri, yang dimasukkan dan diedarkan di wilayah Indonesia (Anonim. 2005). Jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman empiris dimasyarakat (Anonim, 1989).

OBAT TRADISIONAL

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: OBAT TRADISIONAL

OBAT TRADISIONAL

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa

bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)

atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah

digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Jamu adalah

obat tradisional Indonesia.

Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah

dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik

dan bahan bakunya telah di standarisasi. Fitofarmaka adalah sediaan

obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara

ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya

telah di standarisasi. Sediaan galenik adalah hasil ekstraksi simplisia

yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan.

Obat tradisional dalam negeri adalah obat tradisional yang dibuat

dan dikemas oleh industri di dalam negeri meliputi obat tradisional tanpa

lisensi, obat tradisional lisensi dan obat tradisional kontrak. Obat

tradisional lisensi adalah obat tradisional yang dibuat di Indonesia atas

dasar lisensi.

Obat tradisional kontrak, obat herbal terstandar kontrak dan

fitofarmaka kontrak adalah produk yang pembuatannya dilimpahkan

kepada industri obat tradisional lain atau industri farmasi berdasarkan

kontrak. Obat tradisional impor adalah obat tradisional yang dibuat oleh

industri di luar negeri, yang  dimasukkan dan diedarkan di wilayah

Indonesia (Anonim. 2005).

Jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang

secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman empiris dimasyarakat (Anonim, 1989). Pengobatan dengan

menggunakan obat-obatan tradisional merupakan salah satu alternatif

dalam bidang pengobatan. Tujuan pengobatan dengan obat tradisional

antara lain: pencegahan (preventif), perawatan (promotif), dan

pengobatan (Anonim, 1989).

Page 2: OBAT TRADISIONAL

PENGUJIAN KLINIS

Prinsip-prinsip pengujian khasiat dan keamanan suatu bahan obat,

termasuk obat-obat bahan alam atau obat tradisional, selalu harus

dikerjakan secara sistematik mulai dari pengujian pada hewan sampai ke

penelitian klinik pada manusia. Kemudian sesudah suatu obat dipakai

secara luas di masyarakat, pemantauan akan timbulnya efek samping

yang langka harus dilakukan walaupun untuk bahan obat tradisional

umumnya relatif aman dibandingkan dengan obat-obat kimiawi. Upaya

pembuktian adanya kemanfaatan klinik, khasiat dan keamanan obat

maka disusun kerangka tahap-tahap pengembangan dan pengujian bahan

alam (fitofarmaka) terdiri dari:

1.    Tahap seleksi

Page 3: OBAT TRADISIONAL

Tahap pemilihan jenis-jenis bahan alam, dengan priorita meliputi:

bermanfaat untuk penyakit-penyakit utama, memberikan khasiat dan

kemanfaatan berdasarkan pengalaman pemakaian empiris sebelumnya,

obat tradisional merupakan alternatif pengobatan untuk penyakit-

penyakit yang belum ada.

2.    Tahap penyaringan biologi

Tahap untuk menyaring ada dan tidaknya efek farmakologik dan khasiat

terapetik yang dilakukan pada hewan percobaan, menyaring efek

keracunan (toksisitas akut) yaitu ada tidaknya efek akut pada hewan

sesudah pemberian dosis tunggal.

3.    Tahap penelitian farmakodinamik

Tahap untuk meneliti pengaruh obat tradisional terhadap masing-masing

sistem biologik organ tubuh pada hewan percobaan baik secara in

vitro (organ terpisan) maupun in vivo(keseluruhan sistem tubuh)

4.    Tahap pengujian toksisitas lanjut

Tahap pengujian untuk mengetahui efek toksik pada hewan sesudah

pemberian berulang (toksisitas subakut dan kronik). Pemberian berulang

dapat sampai 3 bulan pada tikus atau bahkan 6 bulan- 2 tahun pada

anjing. Tahap ini juga dikerjakan uji-uji yang lain seperti uji

teratogenesis, karsinogenesis maupun terhadap fungsi reproduksi.

5.    Tahap pengembangan sediaan (formulasi)

Dalam tahap ini dikembangkan bentuk-bentuk sediaan yang memenuhi

syarat mutu, keamanan dan estetika untuk pemakaian pada manusia.

6.    Tahap pengujian klinik pada manusia

Pengujian klinik calon obat pada manusia terbagi dalam beberapa fase,

yaitu:

* Fase I     : dilakukan pada sukarelawan sehat untuk melihat efek

farmakologik, sifat

farmakokinetik, serta hubungan dosis dan efek obat.

* Fase II   : dilakukan pada kelompok pasien secara terbatas untuk melihat

kemungkinan penyembuhan dan pencegahan penyakit atau gejala

penyakit.

Page 4: OBAT TRADISIONAL

* Fase III  : dilakukan pada pasien dengan metodologi uji klinik yang

memadai (adequate)

sehingga didapat kepastian ada dan tidaknya manfaat terapetik.

* Fase IV  : monitoring atau pemantauan pasca pemasaran untuk melihat

kemungkinan

terjadinya efek samping yang tidak terkenali pada waktu

pengujian praklinik

atau klinik (Anonim, 1993)

 TANAMAN YANG MEMILIKI EFEK FARMAKOLOGIS DAN

KHASIAT KLINIS

a.       Kunyit (Curcuma domestica Val.)

Kunyit diberikan secara internal dan juga secara eksternal untuk

luka dan gigitan serangga. Sebagian besar kerjanya disebabkan oleh

adanya kurkuminoid, meskipun beberapa komponen minyak atsiri juga

bersifat antiradang. Sifat ini teramati dalam berbagai model

farmakologis, dan sejumlah kecil penelitian klinis. Kurkumin telah diteliti

sebagai obat antikanker dan menghambat iNOS (inducible nitric oxide

synthase) baik secara in vitro maupun in vivo pada model tikus melalui

suatu mekanisme yang melibatkan faktor transkripsi pro-peradangan NF-

kB (Bremmer dan Heinrich, 2002). Selain itu, kunyit juga menghambat

aktivasi faktor transkripsi lainnya (AP-1), yang menunjukkan bahwa

kurkumin merupakan inhibitor non-spesifik NF-kB. Berbagai laporan juga

menyatakan penghambatan siklooksigenase dan kemampuan

menghilangkan radikal bebas sebagai target potensial. Kurkuminoid

memiliki aktivitas antioksidan, dan suatu peptida bersifat antioksidan

yang stabil terhadap panas juga telah berhasil diisolasi.

Page 5: OBAT TRADISIONAL

Kunyit dan kurkuminoid bersifat hepatoprotektif terhadap

kerusakan hati yang disebabkan oleh berbagai toksin, seperti

parasetamol, aflatoksin,  dan siklofosfamid. Kunyit melindungi terhadap

ulser lambung pada tikus, dan memiliki efek antispasmodik. Kunyit juga

bersifat hipoglikemik pada hewan dan efek hipokolesterolemik teramati

pada penelitian klinis terhadap hewan maupun manusia. Adanya aktivitas

imunostimulansia dikarenakan fraksi polisakaridanya juga telah terbukti,

dan juga efek antiasma bersama efek antimutagenik dan

antikarsinogenik. Selain itu, kunyit juga menunjukkan sifat antibakteri

dan antiprotozoa secara in vitro. Tanaman ini merupakan subjek

penelitian terbaru, tetapi sejauh ini bukti klinis masih sangat kurang.  

b.      Jahe

Penggunaan jahe secara modern beragam dan meliputi karminatif,

antiemetic, spasmolitik, antiflatulen, antitusif, hepatoprotektif, agregasi

antiplatelet, dan efek-efek hipolipidemik. Beberapa kerja ini diperkuat

oleh bukti farmakologis in vivo atau in vitro. Kerjanya yang paling

penting adalah penggunaannya untuk gejala-gejala GI pada mabuk

perjalanan dan mual pasca operasi, serta vertigo dan mual pagi hari pada

kehamilan, dan terdapat beberapa bukti klinis khasiat jahe pada kondisi

ini. Konsumsi jahe juga telah dilaporkan memiliki efek bermanfaat

meringankan nyeri dan frekuensi sakit kepala, migraine, dan penelitian

tentang kerjanya pada keadaan rematik menunjukkan efek yang agak

bermanfaat. Aktivitas anti ulser telah ditunjukkan pada hewan dan

dianggap dihasilkan oleh minyak volatile, terutama kandungan asam 6-

gingesulfonat. Efek hepatoprotektif telah teramati pada biakan hepatosit,

yakni gingerol lebih aktif daripada sogaol yang homolog. Kedua golongan

senyawa tersebut bersifat antioksidan dan memiliki aktivitas

penghilangan radikal bebas. Jahe terkenal menghasilkan efek

menghangatkan jika dimakan, dan sifat dasarnya yang berbau tajam

merangsang reseptor-reseptor termogenik. Selain itu, zingeron

menginduksi sekresi katekolamin dari medulla adrenal (Heinrich et al.

2010).

c.       Bawang Putih (Allium sativum L.)

Page 6: OBAT TRADISIONAL

Aktivitas hipolipidemik telah teramati pada hewan dengan ekstrak

bawang putih, hal ini berhubungan dengan S-alilsistein yang sangat

penting untuk aktivitas tersebut. S-alilsistein menghambat sintesis NF-kB

dan oksidasi lipoprotein densitas rendah (LDL-low density lipoprotein)

yang keduanya berkaitan dengan aterosklerosis. Alisin juga bersifat

antioksidan, dan ekstrak bawang putih melindungi sel endothelium dari

kerusakan LDL yang teroksidasi. Ajoen diketahui sebagai senyawa

antitrombosis yang poten, dan juga 2-vinil-4H-1,3-dtiin hingga kadar

tertentu. Manfaat untuk kardiovaskular didukung oleh aktivitas

antitrombosis, yang telah ditunjukkan dalam beberapa pengujian, dan

efek antiplatelet dibuktikan dengan ekstrak bawang putih yang lama

pada manusia.

Manfaat bagi kesehatan lainnya yang dihasilkan bawang putih

adalah memberikan efek antibakteri, antivirus, antijamur, dan yang lebih

penting adalah aktivitas kemopreventif terhadap karsinogenesis dalam

berbagai model percobaan. Dialilsulfida diketahui menghambat aktivasi

karsinogen melalui metabolism oksidatif diperantai sitokrom P-450, dan

bukti epidemiologis menyatakan bahwa makanan yang kaya akan bawang

putih akan mengurangi insiden kanker. Hepatoproteksi terhadap

kerusakan hati di induksi parasetamol telah diketahui dan berkaitan

dengan mekanisme yang mirip. Bukti mengenai manfaat mengkonsumsi

bawang putih bagi kesehatan umumnya baik meskipun mutu beberapa

uji buruk. Dosis lazim produk bawang putih setara dengan 600-900 mg

serbuk bawang putih per hari (Heinrich et al. 2010).

OBAT TRADISIONAL DAN POTENSI EKONOMI

Gerakan kembali ke alam dibuktikan dengan penggunaan obat

alami dalam masyarakat yang mulai berkembang pada dekade terakhir

dikarenakan efek samping yang hampir tidak ada jika digunakan secara

benar, hal ini kemungkinan disebabkan karena tanaman obat bersifat

kompleks dan organis yang cocok untuk tubuh yang juga bersifat

kompleks dan organis, sehingga tanaman obat dapat disetarakan dengan

makanan, suatu bahan yang dikonsumsi dengan maksud merekonstruksi

organ atau sistem yang rusak. Gerakan kembali ke alam memiliki sisi

positif yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk menggunakan dan

mengkonsumsi produk-produk alamiah yang diyakini tidak memiliki efek

Page 7: OBAT TRADISIONAL

samping dan harganya lebih terjangkau. Sisi positif ini dapat dijadikan

peluang pasar yang diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat.

Ketersediaan bahan baku untuk pembuatan jamu tradisional di

Indonesia cukup melimpah. Hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 30.000 tanaman

obat dari total 30.000 spesies yang ada diseluruh dunia. Walaupun

Indonesia baru memanfaatkan sekitar 180 spesies sebagai bahan baku

obat bahan alam dari sekitar 950 spesies yang berkhasiat sebagai obat.

Kenyataan ini mengindikasikan bahwa dari segi ketersediaan bahan

baku, industri jamu tradisional tidak memiliki ketergantungan impor

(Sunardi, 2009).

Penggunaan CAM (Complementary and Alternative Medicine)

diantara lebih dari 5000 orang dewasa di Inggris dilaporkan bahwa

hamper 20% dari sampel HMP (Herbal Medicinal Product) dibeli sebagai

obat OTC (over the counter) dalam tahun-tahun sebelumnya. Selain itu,

hamper 1% telah dikonsultasikan oleh herbalis (Thomas et al, 2001). Di

Eropa Barat maupun Amerika Serikat, konsumen menghabiskan

konsumsi HMP sampai berkisar 4 milyar US dollar per tahun. Di pasar

Inggris terjadi peningkatan konsumsi obat herbal yang diperkirakan £ 65

juta pada tahun 2000, suatu peningkatan sebesar 50% setelah 5 tahun

terakhir jika dibandingkan dengan berbagai negara Eropa, angka ini

masih rendah (Mintel International, 2001). Di Perancis dan Jerman, dua

pasar Eropa terbesar, total penjualan eceran HMP 2,9 milyar US dollar

pada tahun 1997 (Institute of Medical Statistic, 1998)

Penggunaan obat tradisional di Asia terus meningkat meskipun

banyak tersedia dan beredar obat-obat entitas kimia. Di RRC,

penggunaan TCM mencapai 90% penduduk. Di Jepang 60-70% dokter

meresepkan obat tradisional untuk pasien mereka. Di Malaysia obat

tradisional Melayu, TCM, dan obat tradisional India digunakan secara

luas oleh masyarakatnya. Sementara itu kantor regional WHO wilayah

Amerika (AMOR/PAHO) melaporkan 71% penduduk di Cili dan 40%

penduduk Kolombia menggunakan obat tradisional. Di Negara-negara

maju penggunaan obat tradisional sangat popular. Beberapa sumber

menyebutkan penggunaan obat tradisional oleh penduduk di Perancis

mencapai 49%, Kanada 70%, Inggris 40%, dan Amerika Serikat 42%. 

Pangsa pasar obat tradisional didalam negeri mencapai 210 juta dollar

AS per tahun (Sampurno, 2009)

Page 8: OBAT TRADISIONAL

Potensi penjualan jamu dan obat tradisional didalam negeri masih

sangat besar, nilainya bisa mencapai Rp. 50 Triliun. Pada tahun lalu

penjualan jamu dan obat tradisional sudah mencapai Rp. 8,5 Triliun.

Tahun ini diperkirakan penjualan bisa mencapai Rp. 10 Triliun, masing-

masing jamu sebesar Rp. 3 Triliun dan obat tradisional lainnya Rp. 7

Triliun. Pangsa pasar penjualan obat tradisional didalam negeri semakin

meningkat. Pada tahun 2003 masih 10,3%, namun pada tahun 2005 naik

menjadi 12%, dan tahun ini bisa meningkat lagi menjadi 14%. Untuk

pangsa pasar ekspor jamu dan obat tradisional Indonesia masih bisa

ditingkatkan menjadi Rp. 15-20 Triliun dari saat ini yang hanya Rp. 2

Triliun (Saerang, 2010).

Pengembangan obat alami ini memang patut mendapatkan

perhatian yang lebih besar bukan saja disebabkan potensi

pengembangannya yang terbuka, tetapi juga permintaan pasar akan

obat-obat tradisional ini terus meningkat untuk kebutuhan domestik

maupun internasional. Hal ini tentunya juga akan berdampak positif bagi

penyerapan tenaga kerja dibidang pengolahan tanaman obat

(Maheswari, 2002).

Page 9: OBAT TRADISIONAL

Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan

obat bagi industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin

mutu obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang

telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu suatu

obat tidak dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan produk akhir saja,

melainkan harus dibentuk kedalam produk selama keseluruhan proses

pembuatan. CPOB mencakup seluruh aspek produksi mulai dari

personalia, dokumentasi, bangunan, peralatan, manajemen mutu,

produksi, sanitasi dan higiene, pengawasan mutu, penanganan keluhan,

penarikan obat dan obat kembalian, analisis kontrak serta validasi dan

kualifikasi.

Industri obat-obat tradisional juga memiliki CPOB, yang biasa disebut

CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional Baik). CPOTB adalah bagian

Page 10: OBAT TRADISIONAL

dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat tradisional dibuat

dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang

sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar

dan Spesifikasi produk. Salah satu cakupan dari CPOTB adalah

pengawasan mutu.

Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOTB yang berhubungan dengan

pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,

dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian

yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang

belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan

tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan

memenuhi syarat. Setiap industri obat tradisional hendaklah mempunyai

fungsi pengawasan mutu. Fungsi ini hendaklah independen dari bagian

lain. Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk memastikan

bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara efektif

dan dapat diandalkan.

Persyaratan dasar dari pengawasan mutu adalah bahwa:

1. sarana dan prasarana yang memadai, personil yang terlatih dan

prosedur yang disetujui tersedia untuk pengambilan sampel,

pemeriksaan dan pengujian bahan awal,bahan pengemas, produk

antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk

pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan CPOTB;

Page 11: OBAT TRADISIONAL

2. pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara,

produk ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan

metode yang disetujui oleh pengawasan mutu;

3. metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila perlu);

4. pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat

selama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang

dipersyaratkan dalam prosedur pengambilan sampel, inspeksi dan

pengujian benar-benar telah dilaksanakan Tiap penyimpangan dicatat

secara lengkap dan diinvestigasi;

5. produk jadi berisi bahan atau ramuan bahan yang dapat berupa bahan

nabati, bahan hewani, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau

campuran dari bahan-bahan tersebut dengan komposisi kualitatif dan

kuantitatif sesuai dengan yang disetujui pada saat pendaftaran, serta

dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi label yang benar;

6. dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan

pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi secara

formal dinilai dan dibandingkan terhadap spesifikasi; dan

7. sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah

yang cukup untuk dilakukan pengujian ulang bila perlu. Sampel

produk jadi disimpan dalam kemasan akhir kecuali untuk kemasan

yang besar.

Pengawasan Mutu secara menyeluruh juga mempunyai tugas lain, antara

lain menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur

pengawasan mutu, mengevaluasi, mengawasi, dan menyimpan baku

pembanding, memastikan kebenaran label wadah bahan dan produk,

memastikan bahwa stabilitas dari zat aktif dan produk jadi dipantau,

mengambil bagian dalam investigasi keluhan yang terkait dengan mutu

produk, dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan lingkungan.

Semua kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan

prosedur tertulis dan jika perlu dicatat. Personil Pengawasan Mutu

hendaklah memiliki akses ke area produksi untuk melakukan

pengambilan sampel dan investigasi bila diperlukan.

Ketentuan umum dalam pengawasan mutu meliputi:

1. Sistem Pengawasan Mutu

Sistem pengawasan mutu harus dirancang dengan tepat, untuk menjamin

setiap OT (obat tradisional) yang diproduksi:

Page 12: OBAT TRADISIONAL

Mengandung bahan alami yang benar dan bersih,

Sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan,

Dibuat dalam kondisi yang tepat serta mengikuti prosedur tetap,

Tidak mengandung bahan kimia dan bahan baku obat.

Sehingga OT tersebut senantiasa memenuhi spesifikasi yang telah

ditetapkan untuk khasiat, mutu dan keamanannya.

2. Ruang Lingkup Pengawasan Mutu

Semua fungsi analisis yang dilakukan di laboratorium, termasuk :

Pengambilan contoh,

Pemeriksaan dan pengujian :

Bahan awal,

Produk antara,

Produk ruahan, dan

Produk jadi.

Program dan kegiatan lain yang terkait dengan mutu produk:

program uji stabilitas,

pemantauan lingkungan kerja,

pengkajian dokumen batch,

program penyimpanan contoh pertinggal,

penyusunan dan penyimpanan spesifikasi yang berlaku dari tiap bahan

dan produk, termasuk metode pengujian.

3. Sistem Dokumentasi dan Prosedur

Sistem dokumentasi dan prosedur pelulusan dilakukan oleh Bag.

Pengawasan Mutu. Hendaknya menjamin Pelulusan:

Pemeriksaan dan pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan;

Bahan awal, produk antara, produk ruahan tidak digunakan sebelum

dari hasil pemeriksaan dan pengujian mutu dinilai memenuhi

spesifikasi yang ditetapkan;

Produk jadi tidak didistribusikan atau dijual sebelum hasil

pemeriksaan dan pengujian mutu dinilai memenuhi spesifikasi yang

ditetapkan.

Page 13: OBAT TRADISIONAL

4. Bagian Pengawasan Mutu

Bagian Pengawasan Mutu merupakan bagian yang berdiri sendiri, bukan

subbagian dari Bagian Produksi. Wewenang Bagian Pengawasan Mutu :

Meluluskan/menolak Bahan awal yang akan digunakan untuk

produksi;

Meluluskan/menolak Produk antara dan produk ruahan untuk diproses

lebih lanjut;

Meluluskan/menolak Produk jadi yang akan distribusikan.

Tanggung jawab Bagian Pengawasan Mutu:

Di laboratorium : Menyelenggarakan fungsi analisis.

Di luar laboratorium : Berperan dalam pengambilan keputusan

terhadap hal-hal yg mempengaruhi mutu produk

Bagian Pengawasan Mutu juga bertanggung jawab:

memastikan apakah bahan awal telah memenuhi spesifikasi;

memastikan apakah tahapan produksi telah dilaksanakan sesuai

prosedur dan divalidasi sebelumnya

apakah pengawasan selama proses dan pengujian laboratorium

telah dilaksanakan,

apakah bets produk yang dihasilkan telah memenuhi spesifikasi

sebelum didistribusikan;

apakah produk diperedaran tetap memenuhi syarat mutu selama

waktu yang telah ditetapkan.

Kesimpulan

Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) adalah pedoman

pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk

menjamin mutu obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan

mutu yang telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Adapun untuk industri obat-obat tradisional juga memiliki CPOB, yang

biasa disebut CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional Baik).CPOTB

yang merupakan bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa

obat tradisional mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan

penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar. Salah satu cakupan dari

CPOTB adalah pengawasan mutu.

Page 14: OBAT TRADISIONAL

Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOTB yang berhubungan

dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan

organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa

pengujian yang diperlukan dan relevan.