18
Kasus Anak laki-laki usia 13 tahun dengan BB 52kg, TB 143cm dibawa kakaknya ke dokter. Kakaknya mengeluh bahwa setiap tidur adiknya suka mendengkur. Adiknya juga memberi tahu kakaknya bahwa dia sering sesak napas saat tidur dan nyeri pada lututnya jika berjalan terlalu lama. Pada pemeriksaan fisik ditemukan : TD 130/85 mmhg, nadi 110x/menit, suhu 37,8 o C. Pemeriksaan lab menunjukan tidak ada kelainan. Terdapat riwayat obesitas pada kedua orang tuanya. Kata Kunci Anak laki-laki usia 13 tahun Mendengkur saat tidur Sesak napas saat tidur dan nyeri pada lutut bila berjalan terlalu lama BB 52 kg, TB 143cm Pemeriksaan Fisik : o TD : 130/85 mmHg o Nadi : 110x/menit o Suhu :37,8 o C Pemeriksaan lab tidak ada kelainan Terdapat Riwayat Obesitas pada kedua orang tuanya Masalah Dasar Anak laki-laki usia tiga belas tahun dengan riwayat obesitas pada kedua orang tuanya, dating dengan keluhan mendengkur dan sesak napas saat tidur, serta nyeri lutut saat berjalan terlalu lama Pembahasan Anamnesis 1. Menanyakan identitas pasien 2. Menanyakan keluhan yang pasien alami

Obesitas.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Obesitas.docx

Kasus

Anak laki-laki usia 13 tahun dengan BB 52kg, TB 143cm dibawa kakaknya ke dokter. Kakaknya mengeluh bahwa setiap tidur adiknya suka mendengkur. Adiknya juga memberi tahu kakaknya bahwa dia sering sesak napas saat tidur dan nyeri pada lututnya jika berjalan terlalu lama. Pada pemeriksaan fisik ditemukan : TD 130/85 mmhg, nadi 110x/menit, suhu 37,8o C. Pemeriksaan lab menunjukan tidak ada kelainan. Terdapat riwayat obesitas pada kedua orang tuanya.

Kata Kunci Anak laki-laki usia 13 tahun Mendengkur saat tidur Sesak napas saat tidur dan nyeri pada lutut bila berjalan terlalu lama BB 52 kg, TB 143cm Pemeriksaan Fisik :

o TD : 130/85 mmHgo Nadi : 110x/menito Suhu :37,8oC

Pemeriksaan lab tidak ada kelainan Terdapat Riwayat Obesitas pada kedua orang tuanya

Masalah Dasar

Anak laki-laki usia tiga belas tahun dengan riwayat obesitas pada kedua orang tuanya, dating dengan keluhan mendengkur dan sesak napas saat tidur, serta nyeri lutut saat berjalan terlalu lama

Pembahasan

Anamnesis1. Menanyakan identitas pasien2. Menanyakan keluhan yang pasien alami3. Menanyakan pola makan pasien4. Berapakah pasien makan sehari5. Makanan apa yang sering pasien konsumsi6. Apakah pasien sering merasakan lelah7. Apakah pasien mengalamai gangguan tidur dan aktivitas8. Bagaimana pola olah raga pasien9. Apakah orang tua pasien ada riwayat obese

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

Page 2: Obesitas.docx

Pengukuran antropometri dapat dilakukan untuk mengetahui status gizi. Dengan penghitungan BMI (Body Mass Indez) dapat diketahui golongan dari kondisi tubuh sesorang. Rumus yang dapat digunakan:

BMI = BB

(TB)2

BB = Berat Badan (dalam kg)

TB = Tinggi badan (dalam m)

(Guyton, A.C., John E. Hall, 1997)

NO BMI Klasifikasi

1 < 18,5 Underweight

2 18,5 – 24,9 Normal

3 25 – 29,9 Overmeight

4 20 – 34,9 Obese gr I

5 35 – 39,9 Obese gr II

6 > 39,9 Extremely obese

3. Pemeriksaan penunjang :

Analisis diet, laboratoris, radiologis, ekokardiografi dan tes fungsi paru (jika ada tanda-tanda kelainan).

4. Pemeriksaan antropometri :

Page 3: Obesitas.docx

Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan berat badan ideal (BBI). BBI adalah berat badan menurut tinggi badan ideal. Disebut obesitas bila BB > 120% BB Ideal.

Body Mass Index = BMI

Sebagai bagian dari perawatan anak sehat, dokter akan menghitung index massa tubuh (Body Mass Index = BMI) dan menentukan dimana posisinya pada tabel pertumbuhan sesuai usia. Indeks masa tubuh menunjukkan bila anak mengalami kelebihan berat untuk usia dan tinggi badannya.

Untuk menghitung index massa tubuh anak anda, bagi beratnya dengan tinggi badannya yang dipangkat 2, atau BB/TB2 = kg/meter2.

Cara yang lebih mudah untuk mendapatkan indeks massa tubuh adalah dengan menggunakan kalkulator indeks massa tubuh. Bila telah dietahui indeks massa tubuh anak, kemudian diplot ke tabel indeks massa tubuh yang sudah baku.

Dengan menggunakan tabel pertumbuhan, dokter dapat menentukan persentil anak, artinya bagaimana perkembangan anak tersebut dibandingkan dengan anak lain dengan usia dan jenis kelamin yang sama.

Penghitungan dalam tabel pertumbuhan ini, dibuat oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika (Center for Disease Control and Prevention = CDC). Anak akan dimasukkan dalam salah satu dari 4 kategori berikut :

BMI – berdasarkan usia dibawah persentil 5 – kekurangan berat BMI – berdasarkan usia antara persentil 5-85 – berat normal BMI – berdasarkan usia antara persentil 85-95 – memiliki risiko kelebihan berat BMI – berdasarkan usia di atas persentil 95 – kelebihan berat

BMI bukanlah pengukuran lemak tubuh yang paling sempurna karena ada beberapa keadaan dimana penghitungan BMI dapat menimbulkan kesan yang salah. Contohnya, orang yang sangat berotot seringkali memiliki angka BMI yang tinggi walaupun tidak mengalami kelebihan berat (karena otot tambahan dapat menambah berat badan seseorang tapi tidak menambah lemak). Sebagai tambahan, BMI seringkali sulit untuk dijelaskan masa pubertas dimana seorang anak mengalami periode pertumbuhan yang sangat cepat. Penting untuk diingat bahwa BMI biasanya adalah indikator yang baik (tapi bukan pengukuran secara langsung) kadar lemak dalam tubuh. Dokter juga akan memperhitungkan pertumbuhan dan perkembangan anak dalam penilaian berat secara keseluruhan. Ini akan membantu untuk menentukan apakah berat badan anak membutuhkan perhatian medis.

Page 4: Obesitas.docx

Sebagai tambahan selain BMI dan memposisikan berat badan pada tabel pertumbuhan, dokter juga akan mengevaluasi :

Sejarah obesitas dalam keluarga dan masalah kesehatan yang berhubungan dengan berat badan, seperti diabetes

Kebiasaan makan dan asupan kalori anak Tingkat aktivitas anak Kondisi kesehatan lain yang mungkin dimiliki oleh anak

Untuk lebih akurat dalam menentukan tebalnya lapisan lemak adalah:

Ukuran tebal lipat kulit pada trisep dan subscapula:dengan menggunakan alat skinfold calipers.

Dual X-ray absorbtiometry : biasanya dipergunakan untuk riset dan dilakukan untuk menentukan secara tepat komposisi tubuh anak.

Pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Obesitas bila IMT P > 95 kurva IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin dari CDC-WHO.

Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan kulit/TLK). Obesitas bila TLK Triceps P > 85.

Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri

Secara keseluruhan, pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan meliputi:

Hematologi Rutin dan Gambaran Darah Tepi Cholesterol Total, Cholesterol LDL, Cholesterol HDL, dan Trigliserida Apo B hs-CRP Asam Urat Glukosa Darah Puasa Ureum dan Kreatinin SGOT dan SGPT Tekanan Darah Lingkar Perut, Berat Badan dan Tinggi Badan

Diagnosis

Page 5: Obesitas.docx

Untuk menentukan obesitas diperlukan kriteria yang berdasarkan pengukuran antropometri dan atau pemeriksaan laboratorik, pada umumnya digunakan :

1. Pengukuran berat badan (BB) yang dibandingkan dengan standar dan disebut obesitas bila BB > 120% BB standar.

2. Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/TB). Dikatakan obesitas bila BB/TB > persentile ke 95 atau > 120%  atau Z-score ≥ + 2 SD.

3. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan kulit/TLK). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85.

4. Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri dsb. yang tidak digunakan pada anak karena sulit dan tidak praktis. DXA adalah metode yang paling akurat, tetapi tidak praktis untuk dilapangan.

5. Indeks Massa Tubuh (IMT), > persentil ke 95 sebagai indikator obesitas.

Etiologi

Faktor Lingkungan :

Hampir seluruh obesitas anak sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik tingkat aktivitas fisik yang rendah atau asupan kalori yang terlalu besar. Waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi berhubungan langsung dengan angka obesitas anak dan remaja, dan efek ini dapat terus berlanjut ke usia dewasa. Dalam dua studi, waktu menonton televisi pada usia 5 tahun ke atas memiliki korelasi dengan meningkatnya BMI pada usia 26-30 tahun. Satu studi lain menunjukkan bahwa efek televisi terhadap obesitas terutama disebabkan perubahan dalam asupan energi. Mengurangi waktu menonton televisi dan bermain komputer selama 2 tahun pada anak usia 4-7 tahun yang overweight terbukti efektif untuk mengurangi BMI dan asupan energi tanpa perubahan dalam aktivitas fisik. Video game yang memerlukan aktivitas fisik interaktif dari pemainnya, walaupun terbukti meningkatkan pemakaian energi selama permainan, tidak memiliki efek jangka panjang terhadap obesitas dan penggunaannya menurun tajam seiring waktu.

Penelitian juga menunjukkan hubungan antara waktu tidur yang kurang dengan obesitas atau resistensi terhadap insulin. Mekanisme hubungan ini diperkirakan berhubungan dengan perubahan kadar leptin dan ghrelin dalam serum, atau tersedianya waktu yang lebih banyak untuk mengkonsumsi makanan pada anak yang tidur lebih sedikit.

Faktor Genetik :

Studi yang ada menunjukkan bahwa keturunan berperan dalam 30-50% variasi akumulasi jaringan lemak, namun polimorfisme genetik untuk hal ini belum ditemukan.

Page 6: Obesitas.docx

Beberapa sindrom spesifik dan kelainan gen tunggal yang terkait dengan obesitas anak telah ditemukan. Semua ini adalah penyebab yang sangat jarang untuk obesitas anak, hanya mencakup kurang dari 1% obesitas anak yang dijumpai di pusat-pusat penelitian. Selain obesitas, anak dengan sindrom genetik ini umumnya memiliki temuan karakteristik dalam pemeriksaan fisik.

Faktor Endokrin :

Faktor endokrin sebagai penyebab ditemukan hanya dalam kurang dari 1% obesitas anak dan remaja, beberapa di antaranya adalah hipotiroid, kelebihan kortisol (penggunaan kortikosteroid, Cushing syndrome), defisiensi hormon pertumbuhan, dan lesi hipotalamus (infeksi, malformasi vaskular, neoplasma, atau trauma). Anak dengan masalah endokrin umumnya berpostur pendek dan/atau mengalami hypogonadism.

Metabolic Programming :

Akhir-akhir ini telah ditemukan bahwa pengaruh lingkungan dan nutrisi selama masa kritikal dalam perkembangan dapat mempengaruhi predisposisi seseorang untuk menjadi obese atau mengalami penyakit metabolik. Penelitian juga membuktikan adanya hubungan antara berat lahir (sebagai refleksi nutrisi selama kehamilan) dengan diabetes, penyakit jantung, dan obesitas di usia dewasa. Studi lain juga menunjukkan hubungan konsisten antara laju pertambahan berat badan selama masa kanak-kanak dengan obesitas di usia remaja atau dewasa, laju pertambahan yang diinginkan adalah yang moderat. Beberapa faktor endokrin maternal juga mempengaruhi obesitas anak. Dalam satu penelitian, usia menarche yang lebih muda adalah prediktor status obesitas anak. Laju pertumbuhan anak dari ibu dengan menarche di usia muda juga lebih cepat dalam 2 tahun pertama kehidupan

Epidemiologi

Prevalensi obesitas meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Berdasarkan SUSENAS, prevalensi obesitas (>120% median baku WHO/NCHS) pada balita mengalami peningkatan baik di perkotaan maupun pedesaan. Di perkotaan pada tahun 1989 didapatkan 4,6% laki-laki dan 5,9% perempuan, meningkat menjadi 6,3% laki-laki dan 8% perempuan pada tahun 1992 dan di pedesaan pada tahun 1989 didapatkan 2,3% laki-laki dan 3,8% perempuan, meningkat menjadi 3,9% laki-laki dan 4,7% perempuan pada tahun 1992.

Patofisiologi

Page 7: Obesitas.docx

Secara umum obesitas dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori, yangdiakibatkan asupan energy yang jauh melebihi kebutuhan tubuh. Pada bayi (infant ), penumpukan lemak terjadi akibat pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini,terutama apabila makanan tersebut memiliki kandungan karbohidrat, lemak, dan protein yangtinggi. Pada masa anak-anak dan dewasa, asupan energy bergantung pada diet seseorang. Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen(obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder)akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%). Pengaturankeseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu:pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi, dan regulasisekresi hormon.Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringanadipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasalapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dansinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, sertaberhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankanoleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjangdiperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dankeseimbangan energi.Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposameningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudianmerangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide – Y(NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhanenergi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadirangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsumakan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginyakadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.

Patogenesis

Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi (energy expenditures) sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Asupan dan pengeluaran energi tubuh diatur oleh mekanisme saraf dan hormonal. Pada saat asupan makanan meningkat, konsumsi kalorinya juga ikut

Page 8: Obesitas.docx

meningkat, begitupun sebaliknya. Karena itu, berat badan dipertahankan secara baik dalam cakupan yang sempit dalam waktu yang lama. Diperkirakan, keseimbangan yang baik ini dipertahankan oleh internal set Point atau lipostat, yang dapat mendeteksi jumlah energi yang tersimpan (jaringan adiposa) dan semestinya meregulasi asupan makanan supaya seimbang dengan energi yang dibutuhkan.

Skema yang dapat dipakai untuk memahami mekanisme neurohormonalyang meregulasi keseimbangan energi dan selanjutnya mempengaruhi berat badan, ada 3 komponen pada sistem tersebut :

1. Sistem aferen, menghasilkan sinyal humoral dari jaringan adipose (leptin), pankreas (insulin), dan perut (ghrelin).

2. Central processing unit, terutama terdapat pada hipotalamus, yang mana terintegrasi dengan sinyal aferen.

3. Sistem efektor, membawa perintah dari hypothalamic nuclei dalam bentuk reaksi untuk makan dan pengeluaran energi.

Skema Ringkas dari Jalur yang Mengatur Keseimbangan Energi :

Pada keadaan energi tersimpan berlebih dalam bentuk jaringan adipose dan individu tersebut makan, sinyal adipose aferen (insulin, leptin, ghrelin) akan dikirim ke unit proses sistem saraf pusat pada hipotalamus. Di sini, sinyal adipose menghambat jalur anabolisme dan mengaktifkan jalur katabolisme. Lengan efektor pada jalur sentral ini kemudian mengatur keseimbangan energi dengan menghambat masukan makanan dan mempromosi pengeluaran energi. Hal ini akan mereduksi energi yang tersimpan. Sebaliknya, jika energi tersimpan sedikit, ketersedian jalur katabolisme akan digantikan jalur anabolisme untuk menghasilkan energi yang akan disimpan dalam bentuk jaringan adiposa, sehingga tercipta keseimbangan antara keduanya.

Pada sinyal aferen, insulin dan leptin mengontrol siklus energi dalam jangka waktu yang lama dengan mengaktifkan jaras katabolisme dan menghambat jaras anabolisme. Sebaliknya, ghrelin secara dominan menjadi mediator dalam waktu yang singkat. Hormon ghrelin menstimulasi rasa lapar melalui aksinya di pusat makan di hipotalamus. Sintesis ghrelin terjadi dominan di sel-sel epitel di bagian fundus lambung. Sebagian kecil dihasilkan di plasenta, ginjal, kelenjar pituitari, dan hipotalamus. Sedangkan reseptor ghrelin terdapat di sel-sel pituitari yang mensekresikan hormon pertumbuhan, hipotalamus, jantung, dan jaringan adiposa. Konsentrasi ghrelin dalam darah paling rendah terjadi setelah makan dan meningkat ketika puasa sampai waktu makan berikutnya. Gambar 2.4 berikut ini menunjukkan pola kadar plasma ghrelin pada satu hari.13

Page 9: Obesitas.docx

Kadar Plasma Ghrelin dalam Satu Hari

Walaupun insulin dan leptin sama-sama berpengaruh dalam siklus energi, data yang ada menyatakan bahwa leptin mempunyai peran yang lebih penting daripada insulin dalam pengaturan homeostatis energi di sistem saraf pusat. Sel-sel adiposa berkomunikasi dengan pusat hypothalamic yang mengontrol selera makan dan pengeluaran energi dengan cara mengeluarkan leptin, salah satu jenis sitokin. Jika terdapat energi tersimpan yang berlimpah dalam bentuk jaringan adiposa, dihasilkan leptin dalam jumlah besar, melintasi sawar darah otak, dan berikatan dengan reseptor leptin. Reseptor leptin menghasilkan sinyal yang mempunyai dua efek, yaitu menghambat jalur anabolisme dan memicu jalur katabolisme melalui neuron yang berbeda. Hasil akhir dari leptin adalah mengurangi asupan makanan dan mempromosikan pengeluaran energi. Karena itu, dalam beberapa saat, energi yang tersimpan dalam sel-sel adipose mengalami reduksi dan mengakibatkan berat badan berkurang. Pada keadaan ini, equilibrium atau energy balance tercapai. Siklus ini akan terbalik jika jaringan adiposa habis dan jumlah leptin berada di bawah ambang batas normal.

Cara kerja leptin secara molekuler sangat kompleks dan belum dapat diuraikan secara lengkap. Secara garis besar, leptin bekerja melalui salah satu bagian jaras neural terintegrasi yang disebut leptin-melanocortin circuit, seperti diilustrasikan pada gambar 2.5. Pemahaman tentang sirkuit ini penting mengingat obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius dan pengembangan obat antiobesitas tergantung sepenuhnya pada pemahaman jaras

Manifestasi Klinis

Sesak napas (obstructive sleep apnea) :Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan gejala menggorok penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah dinding dada dan perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma sehingga terjadi penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban kerja otot pernapasan. Pada saat tidur terjadi penurunan tonus dinding dada yang disertai penurunan saturasi oksigen dengan peningkatan kadar CO2 serta penurunan tonus otot yang mengatur pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh ke arah dinding belakang faring yang mengakibatkan obstruksi saluran napas intermiten dan menyebabkan tidur.

Page 10: Obesitas.docx

Nyeri lututPada anak obesitas cenderung mengalami gangguan ortopedik yang disebabkan kelebihan berat badan yaitu tergelincirnya epifisis caput femoris yang menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul.

Penatalaksanaan

Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan obesitas seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga dalam proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah / modifikasi pola hidup.

1. Menetapkan target penurunan berat badanUntuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: umur anak, yaitu usia 2 -

7 tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta/komplikasi. Pada anak obesitas tanpa komplikasi dengan usia dibawah 7 tahun, dianjurkan cukup dengan mempertahankan berat badan, sedang pada obesitas dengan komplikasi pada anak usia dibawah 7 tahun dan obesitas pada usia diatas 7 tahun dianjurkan untuk menurunkan berat badan. Target penurunan berat badan sebesar 2,5 - 5 kg atau dengan kecepatan 0,5 - 2 kg per bulan.

2. Pengaturan dietPrinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan

RDA, hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan.5 Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile) dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah (very low calorie diet ). Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang 5:

Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal.

Page 11: Obesitas.docx

Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg per hari.

Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan penghitungan dosis menggunakan rumus: (umur dalam tahun + 5) gram per hari.

3. Pengaturan aktifitas fisikPeningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme.

Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan ketrampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.5

Contoh Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan : Jalan kaki 3 km/jam Jalan kaki 6 km/jam Joging 8 km/jam Lari 12 km/jam Dll

4. Mengubah pola hidup/perilakuUntuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai

komponen intervensi, dengan cara: Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan aktifitas

fisik serta mencatat perkembangannya. Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat

menyingkirkan rangsangan disekitar anak yang dapat memicu keinginan untuk makan.

Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan.

Memberikan penghargaan dan hukuman. Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang pada

umumnya lezat dan memilih makanan berkalori rendah.

5. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru.Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk

ahli gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet.

Page 12: Obesitas.docx

6. Terapi intensifTerapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai

komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah.

Indikasi terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan > 140% BB Ideal atau IMT > 97 persentile, dengan asupan kalori hanya 600-800 kkal per hari dan protein hewani 1,5 - 2,5 gram/kg BB Ideal, dengan suplementasi vitamin dan mineral serta minum > 1,5 L per hari. Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari dengan pengawasan dokter.

Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu: mempengaruhi asupan energy dengan menekan nafsu makan, contohnya sibutramin; mempengaruhi penyimpanan energi dengan menghambat absorbsi zat-zat gizi contohnya orlistat, leptin, octreotide dan metformin; meningkatkan penggunaan energi. Farmakoterapi belum direkomendasikan untuk terapi obesitas pada anak, karena efek jangka panjang yang masih belum jelas.

Terapi bedah di indikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal. Prinsip terapi ini adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat pengosongan lambung dengan cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini belum banyak penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi ini pada anak.

Komplikasi Gastrointestinal : Kolelitiasis, pankreatitis, hernia abdomen, GERD.

Metabolik-Endokrin : Metabolic syndrome, resistensi insulin, toleransi glukosa

terganggu, DM tipe II, dyslipidemia, sindrom ovarium polikistik.

Kardiovaskuler Hipertensi : Penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif,

aritmia, cor pulmonale, stroke iskemik, thrombosis vena dalam, emboli paru.

Respirasi Abnormalitas fungsi paru : Obstructive sleep apnea, sindrom hipoventilasi

obesitas

Muskuloskeletal : Osteoarthritis, gout arthritis, low back pain

Ginekologi : Menstruasi abnormal, infertilitas

Genitourinaria : Urinary stress incontinence

Ophtalmologi : Katarak

Page 13: Obesitas.docx

Neurologi : Hipertensi intrakranial idiopatik (pseudotumor cerebri)

Kanker : Esophagus, colon, empedu, prostat, payudara, uterus, cervix, ginjal

Pencegahan

Usia 1-3 TahunAnak dianjurkan untuk aktif bergerak lewat permainan-permainan yang aktif,

yang didalamnya termasuk gerakan berlari, melompat, dan memanjat. Mereka juga mulai dapat dilatih untuk melakukan gerakan motorik seperti menendang, menangkap, melempar, memukul, dan berguling-guling. Anda juga dapat mengajak anak untuk menari bersama agar dia tidak bosan.

Usia 3-5 tahunDi usia ini, anak sudah bisa melakukan banyak aktivitas. Selain aktivitas-

aktivitas seperti anak usia 1-3 tahun di atas, Anda sudah mulai bisa mengajarinya beraktivitas fisik yang melatih kestabilan dan kemampuan mengontrol gerakan seperti naik sepeda. Ajak si Kecil ke taman bermain agar dia bisa beraktivitas fisik sekaligus belajar bersosialisasi dengan teman-teman seusianya.

KesimpulanAnak laki-laki berusia 13 tahun didiagnosis mengalami obesitas