Upload
others
View
11
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
POLA PEMBINAAN KEAGAMAAN ANAK DALAM
KELUARGA SINGLE PARENT DI KELURAHAN
TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO
KOTAMADYA SALATIGA TH. 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh
ENI LESTARI
NIM 11108145
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
MOTTO
“Ibu adalah sekolah yang jika engkau telah mempersiapkanya, berarti engkau
telah mempersiapkan suatu bangsa yang mempunyai akar-akar yang baik”
(Abdullah Nashih Ulwan).
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh karena itu mereka
bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucap perkataan
yang benar” (Q.S. An-Nisa:9).
PERSEMBAHAN
Dengan Ketulusan Hati Dan Segenap Rasa Syukur dan Atas rahmat
dan ridho Allah SWT, karya skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Ayahanda Suheri (Alm) dan Ibunda Suparti yang tiada henti-hentinya
memanjatkan do’a ke hadirat Illahi, memohon keselamatan dan
kesuksesan anak-anaknya.
2. Suamiku tercinta Muhammad Imron dan Anakku terkasih Muhammad
Dzaky Misbahuddin Amin yang tiada henti-hentinya , memanjatkan
do’a pernah lelah selalu berjuang untuk mama dan memohon.
3. Ibu Dra.Djamiatul Islamiyah, M.Ag selaku pembimbing skripsi yang
telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh
kearifan dan keikhlasan dan kesabaran kepada penulis dalam
bimbingan dan penulisan
4. Semua teman-teman seperjuangan jurusan Tarbiyah progdi PAI khusus
untuk PAI E angkatan 2008.
5. Sahabat-sahabat ku terbaik (Ana Syarifah dan Nurul Hasanah)
terimakasih atas persahabatAn yang begitu indah dan senantiasa
memberi warna baru disaat penulis jenuh dan lelah dengan semuanya.
6. Ibu Dra. Djami’atul Islamiyah, M.ag selaku dosen pembimbing yang
telah mencurahkan perhatian dan waktunya untuk membimbing
menyelesaikan skripsi saya.
7. Para dosen yang telah memberikan begitu banyak ilmu.
ABSTRAK
Lestari, Eni.2015. Pola Pembinaan Keagamaan Anak Dalam Keluarga Single
Parent Di Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo
Kotamadya Salatiga Th. 2015. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Djamiatul
Islamiyah, M.Ag.
Kata Kunci : Pembinaan keagmaan, anak-anak keluarga single parent.
Pada tataran ideal, struktur keluarga biasanya terdiri dari ayah, ibu dan
anak, namun pada tataran praktis tidak setiap anak memiliki struktur keluarga
yang lengkap secara ideal. Sebagian mereka hanya hidup bersama ayahnya
saja atau sebaliknya dibesarkan oleh ibunya sendiri (single parent). Apalagi
mengingat tidak mudahnya bagi orangtua single parent untuk mendidik dan
membina anak-anak mereka seorang diri. Pertanyaan utama yang ingin
dijawab lewat pertanyaan ini adalah (1) Bagaimana pola pembinaan
keagamaan anak dalam keluarga single parent di kelurahan Tegalrejo
Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga tahun 2015 ? (2) Apa kendala
serta apa faktor pendukung dalam pembinaan keagamaan anak dalam keluarga
single parent di Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya
Salatiga tahun 2015? Serta bagaimana solusinya?.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan
menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan teknik
trianggulasi sumber.
Dalam temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa (1) Pola pembinaan
anak dalam keluarga single parent di Kelurahan Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo adalah menggunakan beberapa cara yaitu cara keteladanan, cara
nasehat, cara perhatian, carae pembiasaan, dan cara hukuman(2) serta faktor-
faktor penghambat yang mempengaruhi pembinaan keagamaan anak dalam
keluarga single parent antara lain: keterbatasan waktu, kondisi pendidikan
yang beragam dari orangtua single parent, terbatasnya pendapatan (financial)
dalam kehidupan sehari-hari, seringkali anak keluarga single parent kurang
bersemangat dalam proses pembinaan keagamaan, faktor-faktor pendukung
antara lain: adanya masjid, adanya persepsi yang kuat tentang konsep doa
anak sholeh/sholehah bagi orangtuanya yang telah meninggal, adanya harapan
yang snagat kuat dari orangtua agar kehidupan anak-anak lebih baik dari
orangtuanya dan kedekatan yang lebih kuat dengan anak (sebagai akibat dari
kondisi keluarga single parent) memduahkan dalam pembinaan keagamaan.
Serta solusinya antara lain : memberikan waktu ekstra kepada anak,
keberagaman jenjang pendidikan orangtua single parent dapat dimanfaatkan
dengan saling tukar pikiran, mengolah faktor psikologis anak-anak single
parent dan memperbaiki ekonomi dengan upaya lebih dari satu
profesi/pekerjaan.
KATA PENGANTAR
بسم الله الر حمن الر خيم
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta nikmat-Nya sehingga atas kehendak-Nya penulisa
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pola Pembinaan Keagamaan Anak Dalam
Keluarga Single Parent Di Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya
Salatiga Tahun 2015”. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi
Muhammad SAW, yang selalu dinantikan syafa’atnya di hari kiamat kelak.
Skripsi ini terwujud berkat bantuan dari berbagai pihak baik berupa moril, materil
maupun spiritual, yang dengan penuh keihklasan hati memberi penjelasan, saran dan
bimbingan. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimaksih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.
3. Bapak Rasimin, M.Pd selaku Ketua Program Studi PAI.
4. Ibu Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag selaku pembimbing skripsi yang telah
banyak membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kearifan dan
keikhlasan dan kesabaran kepada penulis dalam bimbingan dan penulisan
skripsi ini.
5. Segenap Dosen dan karyawan STAIN Salatiga.
6. Ayahanda Suheri (Alm) dan Ibunda Suparti yang tiada henti-hentinya
memanjatkan do’a ke hadirat Illahi, memohon keselamatan dan kesuksesan
anak-anaknya.
7. Suami ku tercinta Muhammad Imron dan Anakku terkasih Muhammad Dzaky
Misbahuddin Amin yang tiada henti-hentinya, memanjatkan do’a pernah
lelah selalu berjuang untuk mama dan memohon.
8. Sahabat-sahabat ku terbaik (Ana Syarifah dan Nurul Hasanah) terimakasih
atas persahabatn yang begitu indah dan senantiasa memberi warna baru disaat
penulis jenuh dan lelah dengan semuanya.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak mungkin
penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan dan kemampuan dan pengetahuan
penulis. Sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dalam skripsi
ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan skripsi ini.
Salatiga, 12 Maret 2015
Penyusun,
Eni Lestari
11108145
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... ii
DEKLARASI ........................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................. iv
MOTTO ................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................. vii
ABSTRAK ............................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 6
E. Penegasan Istilah ........................................................................... 7
F. Metode Penelitian .......................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan Skripsi ....................................................... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pola Pembinaan Keagamaan Anak Dalam Keluarga Single Parent ................ 18
1. Pengertian Pola Pembinaan .................................................................... 18
2. Keagamaan Anak ............................................................................ 19
a. Arti Agama ............................................................................... 19
b. Pengertian Keberagamaan ........................................................ 23
3. Pengertian Anak ............................................................................. 24
4. Pengertian Keluarga ....................................................................... 26
5. Pengertian Single Parent ................................................................. 29
6. Pola Pembinaan Keagamaan Anak ................................................. 30
B. Faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Keagamaan Anak ............... 32
1. Faktor Cara .................................................................................... 32
2. Faktor Sarana ................................................................................. 33
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kelurahan Tegalrejo ............................................... 35
1. Letak Geografis ............................................................................... 35
2. Keadaan Demografis ..................................................................... 35
3. Keadaan Penduduk Masyarakat .................................................... 37
4. Keadaan Sosial Ekonomi .............................................................. 38
5. Keadaan Sosial Keagamaan .......................................................... 40
6. Keadaan Orangtua Tunggal ........................................................... 41
B. Temuan Data Single Parent dan Profil Informan .............................. 42
C. Dasar Pembinaan Keagamaan Anak Keluarga Single Parent ........... 61
D. Tujuan Pembinaan Keagamaan Anak Keluarga Single Parent ......... 68
E. Materi pembinaan keagamaan .......................................................... 72
1. Pembinaan Aqidah dan Ibadah ................................................ 72
2. Pembinaan Akhlak .................................................................. 80
F. Cara dan Sarana dalam Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan .......... 86
G. Faktor Penghambat dan Pendukung serta Solusi .............................. 93
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pola Pembinaan Keagamaan Anak Keluarga Single Parent di
Tegalrejo RT03/RW03 ..................................................................
96
B. Faktor Penghambat dan Pendukung serta Solusi .......................... 109
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 132
B. Saran .............................................................................................. 135
C. Penutup .......................................................................................... 136
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Batas Wilayah Kelurahan Tegalrejo ............................................ 35
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin .................................. 36
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga (KK) ................... 36
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia ......................... 37
Tabel 3.5 Keadaan Pendidikan Kelurahan Tegalrejo .................................. 38
Tabel 3.6 Jenis Pekerjaan Penduduk ........................................................... 39
Tabel 3.7 Keadaan Keagamaan Penduduk .................................................. 40
Tabel 3.8 Sarana Peribadatan Penduduk ..................................................... 41
Tabel 3.9 Jumlah Single Parent ................................................................... 41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada tataran ideal, struktur keluarga biasanya terdiri dari ayah, ibu dan
anak, namun pada tataran praktis tidak setiap anak memiliki struktur keluarga
yang lengkap secara ideal. Sebagian mereka hanya hidup bersama ayahnya saja
atau sebaliknya dibesarkan oleh ibunya sendiri (Single Parent).
Implikasi keluarga single parent terhadap daya juang mereka pun
beragam. Sebagian keluarga ini dapat menghasilkan anak yang berhasil semua
dalam hal pendidikan, keagaaman dan ekonomi, namun tidak jarang pula
diantara single parent ini menghadapi berbagai problem dan kendala dalam
membesarkan anak-anak mereka, bukan hanya problem ekonomi semata,
namun juga berkaitan dengan problem psikologis maupun sosiologis.
Problem psikologis misalnya berkenaan dengan perasaan “kurang
nyaman” karena ketiadaan sosok figur ayah atau suami sebagai pelindung
secara fisik maupun psikis keluarga. Sementara problem sosiologis biasanya
berkaitan dengan pandangan masyarakat yang “kurang sempurna“ terhadap
ibu yang single parent, terutama yang akibat perceraian. Problem tersebut tentu
akan mewarnai kehidupan para ibu single parent dalam proses panjang
membesarkan anak-anak mereka, tidak terkecuali juga dalam hal pendidikan
agama mereka. Oleh karena itu menarik dikaji bagaimana upaya yang
dilakukan ibu single parent ini dalam hal pendidikan keagamaan putra putri
mereka.
Pada hakekatnya, peran orangtua mempunyai harapan agar anak-anak
mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tahu membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk, serta tidak mudah terjerumus dalam
perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri. Hal ini akan berjalan
dengan baik ketika peranan orangtua sangat maksimal (Gunarsa, 1995:60).
Pola pembinaan keagamaan orangtua dalam keluarga menjadi salah satu
contoh pendidikan keagamaan yang diajarkan orangtua pada anak, karena anak
akan secara alami menyerap apa yang dilakukan orangtua. pembinaan
keagamaan dikatakan pendidikan non formal tetapi akan sangat membekas
pada diri anak. Maka sangat sulit ketika orangtua mendidik anak sendirian
karena memaksa orangtua tunggal tersebut harus berperan ganda dalam
keluarga untuk sang anak.
Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat untuk membesarkan
anak karena didalamnya anak mendapat pendidikan yang pertama kali.
Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil akan tetapi merupakan
lingkungan yang paling kuat dalam membesarkan anak terutama pada anak
yang belum masuk pada pendidikan formal. Keluarga yang baik maka akan
berpengaruh positif pada perkembangan anak, sedangkan keluarga yang
bermasalah akan berpengaruh negatif pada anak (Sudarsono, 1995:125).
Kebiasaan yang baik maupun positif yang telah tertanam kuat pada jiwa
anak tidak akan hilang begitu saja pada masa depannya. Pengalamanan
keagamaan pada masa anak-anak akan tergores kuat pada hati seseorang seperti
ukiran diatas batu. Jiwa yang polos apabila diisi dengan pembinaan
keagamaan, maka yang diterimanya itu akan melekat kuat. Anak akan
melakukan apa yang telah diterimanya disinilah letak pentingnya orangtua
dalam membina anak.
Pada sisi lain kenakalan anak sering terjadi karena perceraian keluarga
atau perpisahan orangtua, karena disebabkan tidak intensnya salah satu
orangtua membuat anak merasa hidupnya tidak normal seperti anak-anak lain.
Kondisi semacam ini membuat anak tersebut kurang percaya pada orangtua
dan selalu mencari jalan keluar setiap masalahnya sendiri, bisa jadi mereka
terlibat dalam pergaulan yang tidak sepantasnya (buruk). Karena itu akan
menjadi perbedaan proses perkembangan keagamaan pada anak dalam korban
perceraian. Kenakalan anak yang disebabkan karena broken home (perceraian)
dapat diataasi/ditanggulangi dengan cara-cara tertentu, seperti tanggung
jawabnya orangtua dalam memelihara anak-anaknya seharusnya mampu
memberikan kasih sayang sepenuhnya, sehingga anak tersebut merasa seolah-
olah tidak pernah kehilangan ayah atau ibunya. Keperluan anak secara
jasmaniah (makan, minum, pakaian, dan sarana-sarana lainya) harus dipenuhi
pula sebagaimana layaknya sehingga anak tersebut terhindar dari perbuatan
yang melawan hukum misalnya, pencurian, penggelapan, penipuan,
gelandangan dan penyalahgunaan obat-obat terlarang. Ketika keagamaan anak
sudah jatuh maka akan sulit untuk mengembalikan menjadi anak yang baik
(Sudarsono, 1995:126).
Perilaku menyimpang yang dilakukan anak tidak jauh karena kurangnya
perhatian orangtua atau salah satu orangtua yang tidak ikut mendidik anak
dalam keluarga, karena anak akan merasa kehilangan salah satu figur teladan
yang seharusnya menjadi peraturan dalam keagamaan. Pada keluarga single
parent menuntut peran ganda dari orangtua tunggal untuk selalu
memperhatikan pendidikan psikologi keagamaan anak, sehingga anak tidak
kehilangan pegangan dalam hidupnya dalam bersikap.
Tidak sedikit pada keluarga single parent menjadikan anak lebih cepat
dewasa dalam hal pemikirannya karena anak di tuntut lebih mengerti kondisi
keluarga tunggal, ketidak adanya salah satu figur dalam single parent membuat
tidak sedikit anak akan menyesuaikan peran yang bisa sedikit membantu beban
orangtuanya. Misalnya dalam keluarga single parent dimana hanya ada figur
ayah maka anak mencoba mengurus kebutuhan keluarga seperti menyiapkan
makanan untuk ayahnya. Kemandirian anak dalam single parent ini
dipengaruhi dalam sebab ketidak adanya salah satu figur dalam keluarga
karena dalam perceraian dan kematian menjadi pengaruh yang berbeda pada
anak.
Pembinaan keagamaan dalam keluarga sangatlah penting, karena
dengan adanya pembinaan tersebut seorang anak dapat meningkatklan
kualitasnya, pemahamanya dan pengamalan dari ajaran-ajaran islam yang
dapat dijadikan pedoman dalam hidupnya kelak. Dalam proses pembinaan
ajaran agama tersebut orangtua melakukan proses usaha untuk mendidik,
mengarahkan, dan memberi bekal kepada anaknya agar mereka hidup sesuai
ajaran islam.
Meningkatkan pertumbuhan keluarga yang berorangtua (single parent)
tunggal saat ini merupakan fenomena yang berlangsung terus di Indonesia,
baik itu dikarenakan kasus perceraian atau kematian orangtua. Selain itu
banyak juga contoh kasus dibarat, yang sering kita saksikan ditelevisi
menunjukan bahwa ketidak lengkapan orangtua memang mempengaruhi
kepribadian anak sehingga masyarakat kita masih menganggap bahwa keluarga
single parent kurang menciptakan suasana keluarga untuk peningkatan prestasi
anak. Beberapa kesulitan ini dapat dituduhkan langsung atau tidak langsung
kepada status orangtua tunggal.
Berdasarkan hal-hal tersebut peneliti mengajukan judul penelitian yang
berjudul:“Pola Pembinaan Keagamaan Anak Dalam Keluarga Single
Parent di Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya
Salatiga Tahun 2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan diteliti
adalah:
1. Bagaimana pola pembinaan keagamaan anak single parent di Kelurahan
Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga tahun 2015?
2. Apa faktor penghambat serta apa faktor pendukung dalam pembinaan
keagamaan anak single parent di Kelurahan Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo Kotamadya Salatiga Tahun 2015? Serta bagaimana solusinya?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pola pembinaan keagamaan anak single parent di kota
salatiga di Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga
tahun 2015.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat yang dihadapi dalam pembinaan
keagamaan anak single parent di kota Salatiga serta untuk mengetahui faktor
pendukung dalam pembinaan keagamaan anak single parent di Kelurahan
Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga tahun 2015 Serta
untuk mengetahui bagaimana solusinya.
D. Kegunaan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, penulis
membagi manfaat penelitian ini menjadi dua poin, yaitu:
1. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan tentang pembinaan keagamaan pada anak
dalam keluarga single parent.
b. Memberi gambaran langsung mengenai bagaimana pola yang digunakan
dalam pembinaan keagamaan pada anak dalam keluarga single parent.
c. Sebagai saran pengembangan pola pikir peneliti dalam bidang ilmu
pengetahuan.
2. Bagi Lembaga
a. Sebagai sarana kajian dalam ilmu pengetahuan.
b. Sebagai saran kajian pertimbangan bagi lembaga formal maupun non
formal.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat memberi manfaat secara teoritis tentang pola pembinaan
keagamaan pada anak dalam keluarga single parent.
E. Penegasan Istilah
1. Pola
Pola diartikan sebagai model, cara, metode atau sebuah sistem
yang digunakan dalam suatu hal. Dalam lingkup ini pola yang dimaksud
adalah model, metode atau cara yang digunakan masyarakat kelurahan
Tegalrerjo kecamatan Argomulyo kotamadya Salatiga dalam
melaksanakan pembinaan keagamaan pada anak setempat.
2. Pembinaan Kegamaan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pembinaan diartikan
pembangunan atau usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara
efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik
(Purwadarminta, 2004:19). Sedangkan keagamaan adalah sifat-sifat yang
berada di agama, segala sesuatu yang berada di agama. Agama yang
dimaksud dalam penelitian adalah agama Islam. Jadi, pembinaan
keagamaan adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara efisien dan efektif dalam membangun perilaku keagamaan.
Pembinaan keagamaan yang dimaksud disini adalah pembinaan
keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat kelurahan Tegalrerjo
kecamatan Argomulyo kotamadya Salatiga dalam melaksanakan
pembinaan keagamaan pada anak setempat. Dalam hal ini yang penulis
maksudkan adalah peran orang tua secara individual dan masyarakat
secara umum.
Dengan meminjam analisis”religion commitment” dari Glock dan
Stark (1965:18-38), keberagamaan muncul dalam lima dimensi:
ideologis, intelektual, eksperinsial, ritualistik, dan konsekuensial
(Abdullah dan Karim, 1989:92-94). Oleh karena itu penulis akan
membahas penelitian ini dengan dimensi ritualistik dan dimensi
intelektual. Penulis melakukan penelitian tentang hal yang merujuk pada
ritus-ritus keagamaan yang dianjurkan oleh agama dan atau dilaksanakan
oleh para pengikutNya berdasarkan pada dimensi ritualistik sedangkan
berdasarkan dimensi intelektual penulis melakukan penelitian yang
mengacu pada pengetahuan agama, apa yang tengah atau harus diketahui
orang tentang ajaran-ajaran agamaNya. Pada dimensi ini, penelitian dapat
diarahkan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat melek agama (religious
literacy) para pengikut agama yang diteliti; atau tingkat ketertarikan
mereka untuk mempelajari agamanya. Dimensi ini meliputi pedoman-
pedoman pokok pelaksanaan ritus dan pelaksanaan ritus tersebut dalam
kehidupan sehari-hari serta meliputi pengetahuan tentang agamanya..
3. Anak
Imam Ghazali seorang tokoh Islam yang terkenal dengan gelar
Hujjatul Islam menegaskan bahwa anak adalah :
“Anak itu amanaah Allah Swt bagi orangtuanya. Hatinya bersih
bagai mutiara yang indah, bersahaja, bersih dari setiap lukisan dan gambar.
Ia menerima bagi setiap yang dilukiskan, cenderung kepada arah apa saja
yang diarahkan kepadanya. Kedua orangtuanya, semua gurunya,
pengajarnya, serta yang mendidiknya sama-sama menerima pahala”
(Darajat,1993:5).
Seorang anak yang baru dilahirkan sesungguhnya memiliki
kesiapan alamiah untuk mempoercayai Tuhan dan mengesakan-Nya.
Hanya saja, kesiapan alamiah ini membutuhkan pengajaran, pengarahan
dan bimbingan dari berbagai pihak yang peduli memperhatikan pendidikan
anak sehingga kesiapan alamiah ini tumbuh dan berkembang dengan baik.
Tentunya lingkungan yang mengenalkan anak dalam beragama yang
pertama adalah orangtuanya. Anak yang dimaksud dalam penelitian ini,
adalah anak yang berusia 2-12 tahun.
4. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat untuk
membesarkan anak karena didalamnya anak mendapat pendidikan yang
pertama kali. Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil akan
tetapi merupakan lingkungan yang paling kuat dalam membesarkan anak
terutama pada anak yang belum masuk pada pendidikan formal. Keluarga
yang baik maka akan berpengaruh positif pada perkembangan anak,
sedangkan keluarga yang bermasalah akan berpengaruh negatif pada anak
(Sudarsono, 1995:125).
5. Single Parent
Single parent adalah orangtua satu-satunya (poerwodarminto,
1976:132). Orangtua satu-satunya dalam konteks ini adalah keluarga
dengan orangtua tunggal sehingga dalam mengasuh dan membesarkan
anak-anaknya sendiri tidak dengan bantuan pasanganya, karena istri/suami
mereka meninggal dunia atau sudah berpisah/cerai. Adapun yang menjadi
subyek dalam penelitian ini adalah keluarga single parent (janda/duda) di
Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga, tepatnya
di RT 03/RW 03 dan dikarena jumlah keluarga single parent di RT 03
tersebut sedikit (9) jiwa. Penulis hanya mengambil 8 keluarga saja dengan
prioritas yang mudah diajak komunikasi dan masih memiliki anak usia
tidak melebihi 12 tahun agar sesuai dengan orientasi dalam penelitian ini,
yaitu lebih menekankan pada pola pembinaan anak ( yang belum
menginjak remaja ) pada keluarga single parent. Sedangkan 1 keluarga
single parent lainnya tidak diikutsertakan dalam penelitian ini
dikarenakan, keluarga single parent tersebut tidak termasuk dalam
kategori penelitian anak single parent yang masih memiliki anak usia 2-12
tahun.
F. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena merupakan
cara yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang dimaksud. Metode ini
diperlukan guna mencapai tujuan yang sempurna dan memperoleh hasil secara
optimal.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research),
dimaksudkan untuk mengetahui data responden secara langsung di
lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
mengenai studi mendalam mengenai suatu unit sosial, dalam hal ini adalah
keluarga single parent di Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo
Kota madya Salatiga.
Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan peneliti
merupakan kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian
laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara,
catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadio, catatan atau memo,
dan dokumen resmi lainnya ( Moloeng, 2009:11).
2. Kehadiran peneliti
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian maka
peneliti hadir secara langsung dilokasi penelitian sampai memperoleh
data-data yang diperlukan.
3. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan dilingkungan masyarakat Salatiga di
Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota madya Salatiga tepatnya
peneilitan tentang keluarga Single Parent dilaksanakan di RT 03 RW 03.
4. Sumber Data
Data yang dikumpulkan meliputi berbagai macam data yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembinaan keagamaan anak pada
keluarga single parent. Secara umum, data yang dikumpulkan teridri dari
data primer dan sekunder.
a. Data Primer
Data primer dan jenis data primer penelitian ini adalah kata-kata
dan tindakan subyek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman dari
subyek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interprestasi data.
Data atau informasi tersebut diperoleh secara langsung dari orang-orang
yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia
memberi data atau informasi yang diperlukan. Sedangkan untuk
pengambilam data dilakukan dengan bantuan catatan lapangan, dan
dengan bantuan rekaman suara handphone.Sementara itu observasi
dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung segala aktivitas
di lingkungan masyarakat RT 03/ RW 03 Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo Kotamadya Salatiga yang diperoleh berdasarkan wawancara
terhadap single parent yang menjadi subyek penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dari
sumber-sumber lain selain data primer.diantaranya buku-buku literatur
yang berhubungan dengan internet, dokumen pribadi dan dokumen yang
terkait dengan penelitian ini serta data yang didapatkan dari anak,
keluarga/kerabat, dan tokoh masyarakat.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam rangka untuk memperoleh data, penulis menggunakan
metode pengumpulan data dalam memudahkan jalannya penelitian.
Adapun macam untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu objek dengan
sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan sesaat
atau berulang (sukandarrumidi, 2004:69). Metode ini penulis gunakan
sebagai alat bantu dalam penelitian.penulis mengadakan observasi ke
Tegalrejo, RT 03/ RW 03 Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga
khususnya melakukan observasi kerumah-rumah subyek dan lingkungan
keagamaan misalnya; keberadan masjid atau mushola, keberadaan TPA,
keberadaan TPQ, Selanjutnya penulis mencatat hasil observasi dengan
sistematik.
b. Metode wawancara
Metode wawancara adalah komunikasi dua arah antara
pewawancara dan terwawancara secara langsung (Yunus, 2010:357).
Wawancara mendalam digunakan dalam rangka untuk mengetahui
pembinaan keagamaan anak pada keluarga Sinlge Parent di Tegalrejo,
RT 03/ RW 03 Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga yang
berjumlah sebanyak 8 keluarga. Dalam wawancara tersebut penulis
rekam dan ditulis ulang pada transkip wawancara. Sedangkan yang
menjadi objek interview ini adalah pejabat setempat, orangtua, anak dan
kerabat.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk lisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang (Sugiono, 2009:240). Metode ini penulis gunakan untuk
memperoleh data yang sudah tertulis dan terwujud dokumentasi. Seperti
halnya foto-foto kegiatan, materi dan profil maupun tujuan yang sudah
tertulis. Dalam hal ini adalah dokumen dari kelurahan, dokumen data
penduduk khususnya data penduduk di Tegalrejo, RT 03/RW 03
Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga.
6. Analisis data
Dalam analisis data, penulis menggunakan teknik analisis data
dengan menguraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis
transkip-transkip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar
dapat menyajikan hasil penelitian.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data memerlukan beberapa teknik
yang harus digunakan, dalam hal ini peneliti menggunakan teknik
”Trianggulasi”.
Teknik trianggulasi adalah pemeriksaan keabsahan data yang
memenfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Pada dasarnya ada
tiga macam tianggulasi: (1) Memanfaatkan penggunaan sumber, (2)
Metode penyidik, dan (3) Teori. (Moleong, 2009 : 178)
Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan Trianggulasi
sumber Yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu data (informasi) yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Untuk
kepentingan ini dilakukan dengan cara membandingkan data hasil
wawancara dengan keluarga single parent dengan hasil observasi dan
membandingkan data hasil wawancara bersama single parent dengan data
hasil wawancara dengan anak, keluarga/kerabat dan tokoh masyarakat.
Pemeriksaan keabsahan data dilakukan atas kriteria-kriteria
tertentu. Kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan (credibility),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Moleong,
2009:324).
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang skripsi ini, maka
dibuat sistematika penulisan skripsi. Adapun wujud dari sistematika yang
dimaksud adalah:
BAB I: Pendahuluan Meliputi:
Latar Belakang Masalah, Rumusan masalah, Tujuan Penelitian,
kegunanaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian dan Sistematika
penulisan skripsi.
BAB II: Kajian Pustaka Meliputi:
Pola Pembinaan keagamaan anak dalam keluarga single parent yang
pembahasannya meliputi:
1) Pengertian pola pembinaan keagamaan anak dalam keluarga
single parent..
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan keagamaan anak
single parent.
BAB III: Paparan Data dan Temuan Penelitian
A. Paparan Data:
1) Letak geografis
2) Keadaan demografi
3) Keadaan pendidikan masyarakat
4) Keadaan sosial ekonomi.
5) Keadaan sosial keagamaan
6) Keadaan orangtua tunggal.
B. Temuan data tentang single parent dan profil informan.
C. Dasar pembinaan keagamaan anak dalam keluarga single parent
D. Tujuan pembinaan keagamaan anak dalam keluarga single parent
E. Materi pembinaan keagamaan
F. Cara dan sarana dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan
G. Faktor-faktor penghambat dan pendukung serta solusi
BAB IV: Pembahasan yang berisi tentang:
A. Pola Pembinaan keagamaan anak dalam keluarga single parent
B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat serta solusi pembinaan
keagamaan anak dalam keluarga single parent
BAB V: Penutup, meliputi:
A. Kesimpulan.
B. Saran.
C. Penutup.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
C. Pola Pembinaan Keagamaan Anak Dalam Keluarga Single Parent
7. Pengertian Pola Pembinaan
Kamus besar bahasa indonesia mengartikan pola adalah model, sistem,
metode, cara kerja, atau sesuatu yang diterima seseorang dan dipakai sebagai
pedoman, sebagaimana diterimanya dari masyarakat sekelilingnya. Pola adalah
bentuk atau model (atau, lebih abstrak, suatu peraturan) yang bisa dipakai untuk
membuat menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu (Arifin, 2013:18).
Pola dapat diartikan sebagai model, cara, metode, atau sebuah sistem yang
digunakan dalam suatu hal. Dalam lingkup ini pola yang dimaksud adalah model,
metode atau cara yang digunakan masyarakat.
“Metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian, cara
yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Sehingga metode berarti cara
yang paling tepat dan cepat, maka urutan kerja dalam suatu metode harus
diperhitungkan benar-benar secara ilmuiah” (Tafsir, 2008:9).
“Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembinaan berarti usaha, tindakan,
dan kegiatan yang diadakan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk
memperoleh hasil yang lebih baik (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1990:37).
Pembinaan dapat diartikan sebagai “pembangun atau usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih
baik” (Purwadarminta, 2004:19).Namun dalam “pembinaan seseorang tidak hanya
dibantu untuk memperoleh pengetahuan, tetapi bagaiamana pengetahuan itu
dilaksanakan dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari” (Syafaat dan Sohari,
2008:153). Sehingga pembinaan adalah “meperbaiki moral yang telah rusak, atau
membina moral kembali dengan cara yang berbeda dari pada yang pernah dilaluinya
dulu” (Daradjat, 1975:63).
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pola pembinaan adalah suatu
usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan apa yang sudah ada kepada
yang lebih baik (sempurna) baik dengan melalui pemeliharaan dan bimbingan
terhadap apa yang sudah ada (yang sudah dimiliki). Serta juga dengan mendapatkan
hal yang belum dimilikinya yaitu pengetahuan dan kecakapan yang baru.
8. Keagamaan Anak
a. Arti Agama
“Agama pada dasarnya diyakini berasal dari Tuhan yang diturunkan melalui
utusan-Nya untuk pedoman bagi umat manusia. Nilai kebenarannya bersifat
absolut. Nilai agama yang sebenarnya adalah sekumpulan norma atau kaidah
yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia baik dalam hubungan Tuhan
maupun hubungan antar manusia dan lingkungannya” (DEPAG, 2003:2).
Sehingga pembinaan dapat diartikan sebagai usaha atau kegiatan yang
dilakukan untuk meningkatkan apa yang sudah ada untuk lebih baik, melalui
pemeliharaan dan arahan untuk memperoleh pengetahuan dan kecakapan baru
yang belum dimiliki. Sedangkan keagamaan adalah sifat-sifat yang berada di
agama, segala sesuatu yang berada di agama.
Dalam pengarahan agama kepada anak diperlukan sebuah pembinaan sejak
kecil agar mereka memperoleh pengalaman-pengalaman keagamaan sejak kecil
agar kualiatas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tetap
terpelihara dengan baik, serta untuk meningkatkan kesadaran dan peran anak
akan tangung jawab mereka ketika dihadapan Allah. “Menurut R.H. Thouless
memberikan definisi agama yaitu “religion is felt practical relationship with what
is believed in as a superhuman being or beings”. Agama adalah suatu hubungan
praktis yang dirasakan dengan apa yang diyakini sebagai dzat atau dzat-dzat yang
serupa insani” (Islamiyah, 2013: 102).
“Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti segenap kepercayaan
terhadap Tuhan. Jadi, keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat di dalam
agama” (syafaat dan Sohari, 2008:154). Karena “agama adalah kebutuhan jiwa
(psykhis) manusia yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan
hidup, kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah” (Daradjat, 1975:47).
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 256 yaitu :
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.
“Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman
dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Seseorang yang
pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada
masa dewasanya nanti, ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam
hidupnya. Lainhalnya dengan orang yang diwaktu kecilnya mempunyai
pengalaman-pengalaman agama” (Daradjat, 1970:35). Karena “agama adalah
aturan bagi umat manusia yang sudah ditentukan dan dikomunikasikan oleh
Allah swt. melalui orang-orang pilihan-Nya yang dikenal sebagai utusan-utusan,
rasul-rasul, atau nabi-nabi. Agama mengajarkan manusia untuk beriman kepada
adanya keesaan, dan supremasi Allah yang Maha tinggi dan berserah diri secara
spiritual, mental, dan fisikal kepada kehendak Allah, yakni peran Nabi yang
membimbing kepada kehidupan dengan cara yang dijelaskan Allah” (Syafaat,
2008:14-15). Sehingga fungsi agama adalah untuk “memberikan bimbingan
dalam hidup, menolong dalam menghadapi kesukaran, menenteramkan batin”
(Daradjat, 1995:56), dan “agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan”
(Islamiyah, 2013:21). Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai
berikut:
“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar
dan mengamankan mereka dari ketakutan” (Q.S. Al-Quraisy:4).
Agama mempunyai peranan yang sangat penting karena “agama sebagai
sistem nilai harus dipahami dan diamalkan oleh setiap individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara” (DEPAG,
2003:1). Untuk itu diperlukan pembinaan atau pendidikan agama bagi anak
karena anak adalah generasi penerus bangsa. Dalam pembinaan atau pendidikan
agama “haruslah dilakukan secara intensif, ilmu dan amal supaya dapat dirasakan
oleh si anak dalam kehidupan sebagai anak. karena apabila pendidikan agama
diabaiakan atau diremehkan” (Daradjat, 1975:43) oleh orang tua maka anak
cenderung akan berbuat sekehendaknya tidak akan memikirkan rasa takut atas
perbuatan yang mereka lakukan. Karena ketika anak dilahirkan mereka masih
suci dan belum berisi apa-apa. Untuk mengisi kekosongan tersebut orang tua
hendaknya mengisi dengan hal-hal yang baik sejak mereka masih kecil untuk
membentuk karakter dan kepribadian anak yang berakhlak mulia.
Orang tua dapat mendidiknya sejak ia dilahirkan dengan memperdengarkan
adzan dan iqomat ketika lahir dan memeberi pembelajaran dengan bacaan
basmlah ketika akan melakukan sesuatu. Serta memberi pendidikan akhalak
sejak dini.
b. Pengertian keberagamaan/Pengalaman Beragama
Istilah “pengalaman” ialah suatu pengethauan yang timbul bukan pertama-
tama dari pikiran, melainkan terutama dari pergaulan yang praktis dengan dunia.
Pergaulan tersebut bersifat langsung, intuitif dan efektif. Gejala agama terdapat
pada manusia adalah gejala yang berisikan evaluatif. Keberagaman manusia tidak
terlepas dari zaman serta kebudayaan. Pada kebudayaan kuno keberagamaan
dianggap sebagai sesuatu yang biasa, spontan dan vital. Kehidupan sendirilah
yang membuka pintu kearah religiusitas. Perlunya perngalaman religius dan
bentuk bagaimanapun juga dapat disangkal. Dari lain pihak terdengar dari orang
beriman sendiri bahwa pengalaman religius tidak mencukupi untuk
mempertanggunggjawabkan iman mereka (Arifin, 2013:21).
Jadi pembinaan keagamaan (di sini adalah agama islam) adalah suatu usaha
atau kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengalaman atau pelaksanaan
ajaran agama islam agar mencapai kesempurnaan. Pembinaan keagamaan juga
merupakan pendidikan Islam yang sama membimbing, mendidik kearah yang
lebih baik.sedangkan pengertian pengalaman berasal dari kata “amal” yang
artinya perbuatan (baik atau buruk) yang mendapat awalan pe- dan akhiran –an,
yang berarti proses. Jadi pengalaman berarti proses perbuatan, melaksanakan,
pelaksanaan, penerapan (KBBI, 1993:25)
Yang dimaksud dengan pengalaman keagamaan di sini adalah bagaimana
mengamalkan atau mengaplikasikan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari seperti sholat, puasa, membaca dan meluis Al-Qur’an melalui sarana
TPQ /TPA.
9. Pengertian Anak
Dilihat dari segi usia, seorang anak akan memilki tahapan-tahapan dalam
perkembangan, dikatakan usia anak-anaka apabila mereka berusia 0-2 tahun, berusia
2-12 tahun dan ketika berusia 12-15 tahun.
Ketika anak berusia 0-2 tahun (bayi), anak belum mengalami atau belum
“memiliki kesadaran dan daya intelektual. Ia hanya mampu menerima rangsangan
yang bersifat biologis dan psikologis melalui air susu ibunya. Pada fase ini belum
dapat diterapkan interaksi edukasi secara langsung. Usia 2-12 tahun, tahap ini lazim
disebut sebagai fase kanak-kanak (al-thifl/shabi), yaitu mulai masa neonatus sampai
dengan masa mimpi basah (polusi). Pada tahap ini anak mulai memiliki potensi
biologis, pendagogis, dan psikologis, sehingga seorang anaksudah mulia dapat dibina,
dilatih, dibimbing, diberikan pelajaran dan pendidikan yang disesuaikan dengan
bakat, minat, dan kemampuannya. Usia 12-15 tahun (tahap psikologis), tahap ini
sering disebut juga fase tamyiz, yaitu fase dimana anak-anak mulai mampu
membedakan antara yang baik dan yang buruk, benar dan salah, dan fase baligh atau
tahap mukalaf” (Nata, 2010:175-176).
“Anak sebagai dambaan setiap orang tua di satu sisi, merupakan anugerah
Allah tetapi di sisi lain, merupakan amanah. Orang tua dimintai pertanggung
jawabnya” (Achmadi, 1992:90). Untuk itu orang tua “harus malakukan pembinaan
moral/mental agama, harus dilaksanakan terus-menerus sejak seseorang lahir
sampai matinya, terutama sampai usia pertumbuhannya sempurna” (Daradjat,
1975:60).
“Al-Ghazali berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan membawa fitrah
yang seimbang dan sehat. Kedua orangtuanyalah yang memberikan agama kepada
mereka. Demikian pula anak terpengaruh oleh sifat-sifat yang buruk. Ia mepelajari
sifat-sifat buruk dari lingkungan yang dihidupinya, dari corak hidup yang memberikan
peranan kepadanya dan dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya (Yusuf,
2001:10). Karena anak adalah seseorang “yang belum dewasa, yang memerlukan
usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagi umat manusia, sebagai
warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu”
(Ahmadi dan Nur, 1991:251).“Individu adalah seseorang yang belum diketahui
predikatnya sedangkan pribadi sudah mengalami predikat seseorang, baik mengenai
sikap mental maupun perilakunya yang membedakannya dengan orang lain”
(Achmadi, 1992:36).
Untuk itu ketika memperlakukan anak harus dengan penuh kasih sayang,
karena pada usia ini anak belum mengetahui pemahaman tentang konsep kehidupan
beragama. Melalui kasih sayang orang tua diharapkan anak menaruh sikap percaya
kepada orang tuanya, dengan pengaruh-pengaruh tersebut diharapkan anak akan
sadar terhadap sikap beragama dengan sendirinya dan pada diri anak akan
berkembang konsep bahwa agama itu adalah sesuatu yang menyenangkan. Karena
anaka “memiliki kemampaun mengimitasi penampilan atau perbuatan orang lain,
dalam hal ini adalah orang tuanya” (Yusuf, 2001:162).
Untuk itu “orang tua harus memperhatikan pendidikan anak-anaknya, justru
pendidikan yang diterima dari orang tualah yang akan menjadi dasar dari pembinaan
kepribadian si anak. dengan kata lain orang tua jangan sampai membiarkan
pertumbuhan si anak berjalan tanpa bimbingan, atau diserahkan kepada guru-guru
disekolah saja. Inilah kekeliruan yang banyak terjadi dalam masyarakat kita”
(Daradjat, 1975:43).
10. Pengertian Keluarga
“Keluarga merupakan bagian dari suatu unit sosial yang penting untuk
diperhatikan secara fitrah, naluri berkeluarga merupakan bagian terpenting dalam
kehidupan manusia” (Tony dkk, 1997:117). “Keluarga itu terdiri dari pribadi-pribadi,
tetapi merupakan bagian dari jaringan sosial yang lebih besar. Sebab itu kita selalu
berada di bawah pengawasan saudar-saudara kita, yang merasalan bebas untuk
mengkritik, menyarankan, memerintah, membujuk, memuji, atau mengancam agar
kita melakukan kewajiban yang telah dibebankan kepada kita” (Goode, 2007:4).
Keluarga merupakan kumpulan beberapa orang yang terikat oleh satu
turunan, atau yang disebabkan oleh perkawinan antara seorang pria dengan seorang
wanita yang bertujuan untuk memperoleh keturunan. Keluarga merupakan
persatuan antara suami dan isteri dengan anak atau tanpa anak. tujuan dari
berkeluarga adalah untuk memenuhi kebutuhan biologis, status sosial dan untuk
mendidik anak serta untuk mencari nafkah. Fungsi dari keluarga adalah untuk
memperoleh perlindungan dan pemeliharaan serta untuk pembinaan agama. Dalam
pemeliharaan pada keluarga diperlukan pemenuhan kebutuhan jasmani yang berupa
sandang, pangan dan papan, sedangkan untuk kebutuhan rohani yang berupa kasih,
sayang, perhatian, bimbingan, binaan, dan pengertian harus dilakukan dalam sebuah
keluarga untuk menciptakan keluarga yang harmonis.
Dalam kehidupan keluarga, yang menonjol adalah ketenangan dan
kebahagiaan, disertai dengan pengertian dan kemampuan mendidik anak, serta
menaati ajaran agama, maka bekal positif yang kuat dan sehat cukup banyak
terdapat dalam kepribadian anak yang sedang tumbuh berkembang. Karena dari
keluargalah anak didik pertama kali dalam membentuk kepribadian anak, dengan
pembiasaan dan latihan-latihan bertingkah laku secara baik, serta percontohan yang
dilakukan orang tua kepada anak. serta orang tuanya bertanggung jawab atas apa
yang dilakukannya karena “manusia yang bertanggung jawab ialah manusia yang
dapat mengatakan kepada diri sendiri bahwa tindakannya itu baik”(Poedjawijatna,
1983:132) dalam mencotohkannya kepada anaknya.
“Orang tua hendaklah dapat menjadi contoh yang baik dalam segala aspek
kehidupannya bagi si anak, karena anak-anak, terutama dibawah 6 tahun, belum
dapat memahami sesuatu pengertian (kata-kata) yang abstrak seperti benar, salah,
baik dan buruk” (Daradjat, 1975:42). Untuk itu orang tua harus “mengenalkan
konsep-konsep atau nilai-nilai agama kepada anak melalui bahasa, seperti pada saat
memberi makan atau menyusui, memandikan, membedaki, dan memakaikan pakaian
kepada anak, bacakanlah basmallah pada saat memulainya, dan backanlah hamdalah
pada ssat selesai. Pada saat menggendongnya atau meninabobokannya menjelah
tidur, bacalah kalimah-kalimah toyyibah, takbir, dan tahlil” (Yusuf, 2001:162). Karena
“keluarga merupakan penemuan sosial yang sebagian menangani persoalan merubah
suatu organisme biologis menjadi manusia. Apa yang dilakukan keluarga dan
bagaimana tindakannya, memberitahukan kita akan sumbangan atau ketegangan
yang ditimbulkan oleh sifat-sifat pisik manusia jika kesemuanya itu ditekan dalam
suatu corak” (Goode, 2007:22).
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat, sangat penting artinya
dalam pembinaan masyarakat bangsa. Apabila keluarga hidup tenteram dan bahagia,
maka dengan sendirinya masyarakat yang terdiri dari keluarga-keluarga yang
berbahagia itu akan bahagia dan aman tenteram pula” (Daradjat, 1975:66). Karena
“keluarga dibayangkan sebagai tempat yang mampu menyediakan kehangatan dan
keamanan itu maka ancaman dari luar harus diminimalkan” (Tony dkk, 1997:71).
Untuk itu diperlukan sebuah sosialisasi diantara orang tua dengan anak agar
tidak terjadi kerenggangan diantara keduanya. Karena “sosialisasi adalah proses yang
harus dilalui manusia muda untuk memperoleh nilai-nilai dan pengetahuan mengenai
kelompoknya dan belajar mengenai peran sosialnya yang cocok dengan
kedudukannya di situ” (Goode, 2007:20).
11. Pengertian Single Parent
Single perent atau orang tua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari pria
atau wanita yang mungkin karena perceraian, berpisah, ditinggal meninggal dan
memiliki anak. Sehingga dalam pengurusan anak tersebut dilakukannya seorang diri,
baik dalam memenuhi kebutuhan jasmaninya maupun kebutuhan rohaninya. Untuk
itu orang tua harus mampu membentuk kepribadian anak seoraqng diri dan orang
tua harus bersikap jujur kepada anak tentang situasi dan kondisi yang menyebabkan
ayah atau ibunya menjadi seorang diri dalam mengurusnya. Oleh karena itu orang
tua hendaknya:
a. “Bersikap jujur kepada anak-anak anda mengenai situasi yang menyebabkan
anda menjadi orang tua tunggal. Hal ini hanya da pat dilakukan dalam situasi
yang khusus dengan sedapat mungkin menghadirkan eks pasangan anda, dan
dalam suasana yang menyenangkan agar anak benar-benar memahami. Tidak
ada gunanya memberikan peringatan yang seba menakutkan tentang bekas
pasangan anda.
b. Bila situasinya menyangkut masalah perceraian atau talak, yakinkanlah anak
anda bahwa mereka tidak memikul beban tanggung jawab apa pun tentang
putusnya hubungan tersebut.
c. Jujurlah kepada diri sendiri karena hal itu akan menunjukkan kepada anak-anak
bahwa menyatakan perasaan adalah suatu hal yang baik. Setelah mereka
menyatakan perasaan, tindakan yang konstruktif harus dilakukan untuk
menyelesaikan situasi. Penting harus disadari bahwa rasa marah, cemas, dan
takut, merupakan reaksi yang berulang kali terjadi terhadap situasi tertentu.
Tetapi jika perasaan semacam itu melanda berkepanjangan, bantuan secara
profesional adalah cara pemecahan yang dianjurkan.
d. Sedapat mungkin usahakan memelihara keadaan dan lingkungan yang serupa
karena hal ini akan memberikan rasa aman kepada anak-anak bahwa segala
sesuatunya tidak berubah” (Balson, 1996:159-160.
Oleh karena itu, orang tua hendaknya memanfaatkan kesempatan untuk
memberikan pembelajaran kepada anaknya dengan sebaik-baiknya, dan
mendorong/memotivasi anak untuk berani menghadapi masa depan dengan kondisi
yang berbeda pada saat ini. Serta orang tua harus mempersiapkan anak untuk
mengahadapi peristiwa yang kan terjadi setelah orang tua mereka hanya seorang
saja.
Orang tua harus menekankan perhatiannya kepada anak tentang masa depan
dari pada tentang masa lalu. Membimbing anak untuk menatap masa depan yang
lebih indah. Membantu hubungan anak dengan orang lain agar anak mampu
berinteraksi dengan orang lain agar anak dapat terbuka dengan lingkugan yang baru.
Menghindarkan anak dari emosi atau pelampiasan kemarahan orang tuanya atas
peristiwa yang menimpa orang tuanya saat ini. Dan seharusnya orang tua
memanfaatkan situasi saperti ini sebagai kesempatan untuk mengembangkan rasa
tanggung jawab dalam mengurus anak yang lebih besar.
12. Pola Pembinaan Keagamaan Anak Dalam Keluarga Single Parent
Metode keteladan sebagian ditulis oleh ( Darajat, 1970:89 ) pola yang cukup
besar pengaruhnya dalam membina adalah cara pemberian contoh dan teladan.
Orangtua memiliki kewajiban dalam membina keagamaan anak-anaknya agar anak-
anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik, tetapi sebagai orangtua
yang mempunyai harapan besar terhadap anaknya dikehidupan mendatang baiknya
orangtua mendidik dan membina keagamaan anak dengan cara pemberian contoh
atau ketauladanan. Hal ini dikarenakananak-anak akan belajar melalui apa yang
mereka lihat di kehidupan sehari-harinya. Apakah orangtua memiliki akhlak mulia,
kedisiplinan dalam melakukan ibadah (sholat, puasa, membaca Al-Qur’an), cara
berbicara dan bertingkah laku. Pola ini juga digambarkan pada QS:Al-Ahzab:21 Yaitu :
“sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.
Pola menasihati sebagian ditulis oleh ( Munir, 2006:12 ) pola ini berisikan
tentang nasihat dan petuah, bimbingan atau pengajaran, kisah-kisah, kabar gembira
dan peringatan serta wasiat atau pesan-pesan positif.
Pola perhatian adalah cara yang paling tepat dalam memperbesar kapasitas
orangtua pada rasa cinta dan suasana positif yang sudah ada didalam keluarga
terutama terhadap anak. Karena “bagi anak-anak hidup adalah saat ini. Bagi mereka,
saat nanti masih sangat jauh, sehingga tak terpikirkan oleh mereka. Anak-anak hidup
untuk hari ini” (Biddulph, 2006 : 25 ).
Pola pembiasaan adalah cara orangtua dalam mendidik anak dengan
membiasakanya sejak kecil seperti “anak di minta untuk membiasakan diri
melakukan hal-hal berikut :
a.Memelihara, menyimpan, dan menggunakan sarana belajarnya dengan tertib.
b. Mematuhi kapan ia harus belajar, bermain, tidur siang, tidur malam, dan
bangun pagi” (Syafei, 2006:43).
Pola hukuman adalah untuk mendidik anak agar mereka bertanggung jawab atas
apa yang mereka lakukan serta untuk mendidik anak agar mereka disiplin. Disiplin
adalah “mengarahkana anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang
merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka bergantung pada disiplin diri”
(Rimm, 2003:47).
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Keagamaan Anak
1. Faktor Cara
Anak dengan usia 2-12 tahun, mulai memiliki potensi biologis, pendagogis,
dan psikologis, sehingga seorang anaksudah mulia dapat dibina, dilatih, dibimbing,
diberikan pelajaran dan pendidikan yang disesuaikan dengan bakat, minat, dan
kemampuannya. Dalam masa pertumbuhannya anak-anak masih sering
meninggalkan ibadahnya seperti sholat, berpuasa, dan membaa Al-Qur’an. Oleh
karena itu, maka anak yang telah mendapatkan didikan agama sejak usia dini, akan
lebih mudah menghadapi gejolak emosi se-usianya dikarenakan pada masa anak-
anak mereka masih asyik dengan dunia nya sendiri yaitu bermain dengan
kesibukannya sendiri atau bermain dengan teman-temannya.Dalam hal ini, anak
belum bisa membedakan mana hal yang baik dan man hal yang buruk oleh sebab itu
peran orangtua sangat penting dalam memberikan pembinaan keagamaan sesuai
dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Pembinaan orangtua tua kepada anak-anaknya,Yaitu
melalui pembinaan dengan cara keteladanan atau orangtua memberikan contoh-
contoh keagamaan dalam hal intelektual dan ritualistik, dan beberapa cara
pembinaan lainnya seperti : dengan cara perhatian, dengan cara pembiasaan, dengan
cara hukuman.
Hal ini perlu dilakukan agar ketika anak berusia 12-15 tahun (tahap
psikologis) anak-anak mulai mampu membedakan antara hal yang baik dan hal yang
buruk, mereka tidak salah dalam mengambil keputusan dan tidak salah mengambil
langkah. Faktor-faktor “cara “ ini bersifat intern yang hanya bisa didapat dan
diberikan oleh orangtua ataupun keluarga/kerabat seperti kake dan nenek. Keluarga
adalah lembaga pembinaan yang pertama dan utama dalam membina keagamaan
anak-anak. Pembinaan akhlak atau kepribadian dimulai sejak dalam kandungan,
kemudian pengalaman dan pendidikan yang diterima anak dari orangtua dalam
keluarga, baik pendidikan yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.
Karena semua pengalamana yang dilalui anak baik yang didengar, dilihat, dan
dirasakanya. Diantara faktor terpenting dalam lingkungan anak dalam keluarga single
parent adalah pengertian dari orangtua tunggalnya akan kebutuhan-kebutuhan
kejiwaan anak yang pokok, anatara lain rasa kasih sayang, rasa amandan rasa
diperhatikan.
2. Faktor Sarana
Sarana lembaga pendidikan,lembaga keagamaan dan masyarakat lingkungan
sekitar sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam hal sarana
pendidikan keagamana adalah sekolah, lembaga keagamaan seperti masjid,
TPA/TPQ, rumah-rumah ibadah.Pembinaan keagamaan seperti
sholat,mengaji,khataman, berpuasa dan mempelajari tentang ilmu aqidah/akhlak, hal
itu dapat diajarkan didalam lingkungan pendidikan keagamaan tersebut. Dalam hal
ini, peran masyarakat sangat diperlukan sebagai sarana anak-anak single parent
dalam melaksankan proses pembinaan keagamaan diluar lingkungan rumah dan
orangtuanya. Masyarakat dan lingkungan sekitar berpengaruh terhadap
perkembangan keagmaan anak, dimana mereka juga dituntut bersikap kooperatif
dalam membantu pelaksanaan pembinaan anak-anak single parent disekitarnya.
Peran masyarakat atau tokoh-tokoh masyarakat dapat diwujudkan dengan
memberikan cara perhatian kepada anak-anak single parent untuk mengajak
bersama-sama dalam melaksanakan ritual keagamaan seperti contoh; sholat
berjamaah di masjid/mushola, mengingatkan kebaikan dan mencegah keburukan
kepada mereka. Dengan memberikan cara-cara pembinaan, maka anak-anak
keluarga single parent akan memiliki rasabahwa hidupnya sangat berharga dan
memiliki kekuatan dalam mewujudkan masa depannya.
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
H. Gambaran Umum Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo
Kotamadya Salatiga
7. Letak Geografis
Tempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian ini adalah
Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga
merupakan salah satu bagian diwilayah Kotamadya Salatiga. Adapun batas
wilayah Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga
adalah sebagai berikut :
TABEL 3.1
Batas Wilayah Kelurahan Tegalrejo
NO NAMA ARAH MATA ANGIN NAMA KELURAHAN
1. Sebelah Utara : Kelurahan Kalicacing
2. Sebelah Selatan : Kelurahan Kumpulrejo
3. Sebelah Timur : Kelurahan Mangunsari
4. Sebelah Barat : Kelurahan Ledok
Luas keseluruhan Kelurahan Tegalrejo kecamatan Argomulyo kotamadya
Salatiga adalah 188.430 Ha. Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo
memiliki 56 RT dan 9 RW.
8. Keadaan Demografis
Wilayah Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya
Salatiga. Berdasarkan data kependudukan yang ada di Kelurahan Tegalrejo
Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga tahun 2015, secara keseluruhan
masyarakat Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya
Salatiga berjumlah 12.288 jiwa, dan berjumlah 3.946 KK (Kepala
Keluarga)yang dapat dirinci seperti dalam tabelberikut ini :
TABEL 3.2
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN
NO. KETERANGAN JUMLAH PENDUDUK
1. Laki-Laki 6.214 Jiwa
2. Perempuan 6.074 Jiwa
Jumlah 12.288 Jiwa
*Sumber di olah dari Data Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
Kelurahan Tegalrejo- Kecamatan Argomulto Kota Salatiga Bulan Januari
2015.
Jumlah pendudukKelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo
Kotamadya Salatiga, dapat dirinci sebagai berikut:
TABEL 3.3
Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga (KK)
NO KETERANGAN JUMLAH PENDUDUK
1. Jumlah KK : 3.946 Kepala Keluarga (KK)
2. Laki-Laki : 3.369 Jiwa
3. Perempuan : 577 Jiwa
Adapun tabel tentang keadaan penduduk berdasarkan komposisi umur di
wilayah Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga
dapat terlihat pada tabel berikut :
TABEL 3.4
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN KELOMPOK USIA :
NO. GOLONGAN
UMUR
LAKI-
LAKI PEREMPUAN KETERANGAN
1. 0- 4 Tahun 470 Jiwa 445 Jiwa 915 Jiwa
2. 5-9 Tahun 536 Jiwa 469 Jiwa 1005 Jiwa
3. 10-14 Tahun 443 Jiwa 421 Jiwa 864 Jiwa
4. 15-19 Tahun 385 Jiwa 406 Jiwa 791 Jiwa
5. 20-24 Tahun 461 Jiwa 405 Jiwa 866 Jiwa
6. 25-29 Tahun 669 Jiwa 609 Jiwa 1278 Jiwa
7. 30-34 Tahun 696 Jiwa 630 Jiwa 1326 Jiwa
8. 35-39 Tahun 541 Jiwa 524 Jiwa 1065 Jiwa
9. 40-44 Tahun 425 Jiwa 451 Jiwa 876 Jiwa
10. 45-49 Tahun 392 Jiwa 385 Jiwa 777 Jiwa
11. 50-54 Tahun 313 Jiwa 369 Jiwa 682 Jiwa
12. 60-64 Tahun 229 Jiwa 234 Jiwa 463 Jiwa
13. 65-69 Tahun 122 Jiwa 142 Jiwa 264 Jiwa
14. 70-74 Tahun 96 Jiwa 97 Jiwa 193 Jiwa
15. ≥ 74 Tahun 109 Jiwa 165 Jiwa 274 Jiwa
Jumlah 6.214 Jiwa 6.074 Jiwa 12.288 Jiwa
*Sumber di olah dari Data Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
Kelurahan Tegalrejo- Kecamatan Argomulto Kota Salatiga Bulan Januari
2015.
9. Keadaan Pendidikan Masyarakat
Untuk mencapai salah satu perjuangan bangsa indonesia yaitu
terwujudnya suatu bangssa yang adil dan makmur, materiil dan spiritual,
maka salah satu tugas negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang
dapat dicapai melalui jalan pendidikan. Sebab tingkat pendidikan sangat
berpengaruh pada pola berpikir serta bertindak seseorang, dan tingkat
pendidikan dapat mencerminkan kepekaan dan tingkat toleransi manusia
terhadap informasi dan penetrasi nilai-nilai modern. Adapun perincian
pendidikan masyarakat Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo
Kotamadya Salatiga adalah sebagai berikut :
TABEL 3.5
KEADAAN PENDIDIKAN KELURAHAN TEGALREJO
KECAMATAN ARGOMULYO KOTAMADYA SALATIGA
No. KETERANGAN JUMLAH
1. Tidak /belum Sekolah 1949 Jiwa
2. Tidak tamat SD/Sederajat 1225 Jiwa
3. Tamat SD 1245 Jiwa
4. SLTP 1634 Jiwa
5. SLTA 4210 Jiwa
6. Diploma I/II 119 Jiwa
7. Diploma III 514 Jiwa
8. Strata I/Diploma IV 1287 Jiwa
9. Strata 2 100 Jiwa
10. Strata 3 5 Jiwa
Jumlah 12.288 Jiwa
*Sumber di olah dari Data Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
Kelurahan Tegalrejo- Kecamatan Argomulto Kota Salatiga Bulan Januari
2015.
Dengan melihat data diatas dapat diketahui bahwa tingkat
pendidikan Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo kotamadya
Salatiga paling banyak adalah tingkat SLTA sebanyak 4.210 Jiwa.
10. Keadaan Sosial Ekonomi
Sebagian besar penduduk Kelurahan Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo kotamadya Salatiga memiliki mata pencaharian sebagai
karyawan swasta dan buruh harian lepas, disamping itu ada juga sebagian
penduduk yang berpencaharian TNI, PNS, POLRI, Pedagang, Guru, Dosen
dan Wiraswasta. Untuk lebih jelasnya mengenai pekerjaan penduduk
Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo kotamadya Salatiga dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
TABEL 3.6
JENIS PEKERJAAN PENDUDUK KELURAHAN TEGALREJO
KECAMATAN ARGOMULYO KOTAMADYA SALATIGA
NO. JENIS PEKERJAAN JUMLAH
1. Belum/tidak bekerja 2.275 Jiwa
2. Mengurus rumah tangga 1.590 Jiwa
3. Pelajar/Mahasiswa 2.443 Jiwa
4. Pensiunan 328 Jiwa
5. PNS 442 Jiwa
6. TNI 747 Jiwa
7. POLRI 32 Jiwa
8. Perdagangan 5 Jiwa
9. Petani/Pekebun 13 Jiwa
10. Peternak 6 Jiwa
11. Nelayan/ Perikanan 1 Jiwa
12. Kontruksi 5 Jiwa
13. Transportasi 8 Jiwa
14. Karyawan Swasta 2.044 Jiwa
15. Karyawan BUMN 62 Jiwa
16. Karyawan BUMD 20 Jiwa
17. Karyawan Honorer 60 Jiwa
18. Buruh harian lepas 759 Jiwa
19. Buruh tani perkebunan 8 Jiwa
20. Buruh peternakan 2 Jiwa
21. Pembantu rumah tangga 28 Jiwa
22. Tukang cukur 2 Jiwa
23. Tukang listrik 1 Jiwa
24. Tukang batu 20 Jiwa
25. Tukang kayu 4 Jiwa
26. Tukang sol sepatu 1 Jiwa
27. Tukang las/pandai besi 1 Jiwa
28. Tukang jahit 11 Jiwa
29. Tukang rias 3 Jiwa
30. Penata rambut 1 Jiwa
31. Mekanik 7 Jiwa
32. Seniman 8 Jiwa
33. Paraji 1 Jiwa
34. Pendeta 10 Jiwa
35. Pastur 2 Jiwa
36. Wartawan 2 Jiwa
37. Ustad/Mubalig 5 Jiwa
38. Juru masak 2 Jiwa
39. Anggota DPRD Kabupaten/Kota 1 Jiwa
40. Dosen 44 Jiwa
41. Guru 240 Jiwa
42. Pengacara 1 Jiwa
43. Arsitek 2 Jiwa
44. Dokter 16 Jiwa
45. Bidan 15 Jiwa
46. Perawat 18 Jiwa
47. Pelaut 6 Jiwa
48. Peneliti 2 Jiwa
49. Sopir 60 Jiwa
50. Pedagang 101 Jiwa
51. Wiraswasta 824 Jiwa
52. Lainnya 2 Jiwa
Jumlah 12.288 Jiwa
*Sumber di olah dari Data Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
Kelurahan Tegalrejo- Kecamatan Argomulto Kota Salatiga Bulan Januari
2015.
11. Keadaan Sosial Keagamaan
Dari data yang diperoleh serta didukung pengamatan selama
mengadakan observasi di lapangan dapat dikatakn bahwa mayoritas
penduduk Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga.
Adalah beragama islam yaitu, sebanyak 8.809 jiwa. Untuk lebih jelasnya
mengenai keadaan sosial keagamaan dan jumlah pemeluknya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
TABEL 3.7
KEADAAN KEAGAMAAN PENDUDUK
No. AGAMA JUMLAH PEMELUK
1. Islam 8.809 Jiwa
2. Kristen 2.493 Jiwa
3. Katholik 912 Jiwa
4. Hindu 26 Jiwa
5. Budha 40 Jiwa
6. Khongucu --
7. Lainnya 8 Jiwa
Jumlah 12.288 Jiwa
*Sumber di olah dari Data Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
Kelurahan Tegalrejo- Kecamatan Argomulto Kota Salatiga Bulan Januari
2015.
TABEL 3.8
SARANA PERIBADATAN PENDUDUK KELURAHAN
TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO KOTAMADYA
SALATIGA
NO. SARANA PERIBADATAN JUMLAH
1. MASJID 17 buah
2. MUSHOLA/LANGGAR -
3. VIHARA 1 buah
4. GEREJA 7 buah
5. PURA -
JUMLAH 25 buah
*Sumber di olah dari Data Lembaga/Organisasi Keagamaan.
Secara umum keadaan fisik bangunan tempat ibadah yang ada di
Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga dikatakan
baik dan cukup permanen. Rata-rata bangunan fisik tempat ibadah di
Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga lebih baik
daripada rumah penduduk pada umumnya. Hal ini setidaknya merupakan
indikasi bahwa perhatian mereka terhadfap masalah keagamaan cukup besar
dan baik.
12. Keadaan Orang tua tunggal
Berkaitan dengan topik yang diambil oleh peneliti, perlu juga
diketahui jumlah single parent atau orangtua tunggal di RT 03/RW 03
Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga. Jumlah
single parent dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.9
Jumlah Single Parent di RT 03/RW 03 Kelurahan Tegalrejo
Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga
No. Keterangan Jumlah
1. Jumlah Kepala Keluarga 360 KK
2. Jumlah Janda 7 Jiwa
3. Jumlah Duda 2 Jiwa
*Sumber di olah dari Data Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
Kelurahan Tegalrejo- Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Bulan Januari
2015.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah orangtua tunggal di
RT 03/RW 03 Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya
Salatiga jumlah janda lebih banyak daripada jumlah duda.
I. Temuan Data Tentang Single Parent dan Profil Informan
Single parent adalah orangtua satu-satunya (Poerwodarminto,
1976:132). Yaitu keluarga dengan orangtua tunggal, baik itu tanpa ayah
maupun tanpa ibu. Karena pada dasarnya kategori single parentmeliputi janda
ataupun duda baik karena kematian maupun perceraian. Dalam hal ini baik
seorang ibu maupun seorang ayah single parentmemiliki peran ganda, yaitu
jika seorang ibu maka mempunyai peran ganda yaitu sebagai ibu sekaligus
sebagai seorang ayah, dan sebaliknya peran seorang ayah single
parentberperan sebagai ayah dan seorang ibu bagi anak-anaknya.
Keluargasingle parentyang penulis akan teliti adalah 6 orang Janda dan
2 orang duda . Yaitu keluarga single parentyang memiliki peran sebagai ibu
sekaligus seorang ayah untuk anak-anaknya. Yang berdomisili di RT 03/ RW
03, Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga yang
diwakili oleh 8 keluarga single parent Keluarga tersebut mewakili dari usia 6-
12 tahun dan dilihat dari keluarga dengan jenjang ekonomi menengah kebawah
dan menengah ke atas. Keluarga single parenttersebut itu adalah keluarga Ibu
YN dengan seorang anak perempuan bernama DW ( 10 Tahun), keluarga ibu
KM dengan seorang anak laki-laki bernama FB ( 7 Tahun), keluarga ibu MY
dengan seorang anak laki-laki bernama AG (9 Tahun), keluarga ibu AG dengan
seorang anak laki-laki (14 tahun) dan perempuan bernama EG (9 Tahun),
keluarga ibu GL dengan anak laki-laki bernama ND (7 Tahun), keluarga bapak
SD dengan anaklaki-laki bernama RM (4 Tahun), keluarga ibu MN dengan
laki-laki bernama HD (11 Tahun), dan keluarga ibu RN dengan anak bernama
RH (11 Tahun) dan RF (8 Tahun).Adapun profil dari keluarga tersebut:
1. Ibu YN
Nama lengkapnya Ibu YNB. Merupakan anak bungsu dari 4
bersaudara. Lahir 35 tahun yang lalu di desa tegalrejo. Kedua orang tuanya
tinggal bersama dengan Ibu YN yaitu ibu SN dan seorang saudara laki-
lakinya Bapak SH dan keluarganya. Pada tahun 2004 ibu YN menikah
dengan seorang laki-laki yang bernama Bapak HY. Dari pernikahan tersebut
Ibu YN dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik yang diberi nama
DWH yang biasa dipanggil DW sekarang telah berumur 10 tahun.
Ibu YN menjadi single parent2 tahun yang lalu ketika DW berusia 8
tahun. Suami ibu YN pada waktu itu selingkuh dengan wanita lain. Suami
ibu YN adalah seorang pegawai swasta. Dan ibu YN mengetahui
perselingkuhan itu ternyata dengan teman sekantor dengan suaminya
tersebut. Sejak ketahuan suaminya selingkuh, rumah tangga ibu YN sering
diwarnai dengan ketidakcocokan dan pertengkaran. Berdasarkan pengakuan
dari ibu YN.
“Saya, sudah tidak kuat mba, melihat kelakuan ms YD, saya juga
cuma wanita seperti pada umumnya mba, saya gak mau diduakan dengan
wanita lain, bagaimanapun juga saya juga punya harga diri mba. Daripada
saya selalu bertengkar dengan ms YD lebih baik saya memilih cerai saja
mba. Saya juga masih sanggup membiayai anak saya sendiri mba,”
(wawancara dengan Ibu Yeni, tanggal 6 Februari 201 .)
Akhirnya Bapak HY menuruti kemauan istrinya itu dan
menceraikannya. Sekarang Bapak HY menikah dan tinggal bersama dengan
istri barunya.
Ibu YN adalah seorang single parentyang cukup sukses. Ibu YN
memiliki toko pakaian dipasar tegalrejo dan juga mempunyai warung yang
menyediakan kebutuhan sehari-hari didepan rumahnya. Sebagai seorang
single parent, Ibu YN tidak mau terlalu membebani orang tuanya, apalagi
usia Ibu YN masih terhitung muda, maka Ibu YN akan bekerja sesuai
dengan kemampuannya. Walaupun tinggal dengan orang tua dan
saudaranya. Ibu YN berusaha untuk tidak menggantungkan hidup pada
mereka. Alasan kenapa Ibu YN masih tinggal bersama orang tuanya karena
dengan status janda yang melekat pada diri Ibu YN setidaknya menghindari
pembicaraan-pembicaraan miring tentang status janda tersebut. Apalagi
umur Ibu YN yang masih muda tidak bisa lepas dari lirikan laki-laki nakal,
walaupun dikatakan trauma tapi tidak menutup kemungkinan untuk
menikah lagi, ujar ibu YN.
“ya kalau masalah itu belum kepikiran mba, tapi setidaknya saya
juga msih butuh seseorang yang bisa saya jadikan sandaran mba,dengan
status saya yang seperti ini mba,tapi untuk saat ini saya mau focus dengan
anak dulu mba, jika Allah masih memberikan jodoh kepada saya ya bisa
dipikir nanti mba,”( wawancara dengan Ibu YN, tanggal 6 Februari 2015 )
Anak Ibu YN yang bernama DW sekarang ini sekolah kelas 4 SD di
SD N 3 Tegalrejo. DW merupakan anak yang yang berparas cantik
merupakan anak yang penurut dan juga anak yang pintar. Ibu YN sangat
menyayangi anak satu-satunya, maka dari itu Ibu YN sangat memperhatikan
langsung pertumbuhan dan perkembangan anakya tersebut. Sejak kecil DW
sudah diajarkan untuk mandiri dan membantu ibunya ataupun neneknya,
sesuai kemampuan yang bisa DW lakukan, seperti setelah sepulang sekolah
DW membantu nenek menjaga toko Didepan rumahnya sambil belajar,
setelah sore Ibu YN mengantar DW untuk ngaji di TPA dimasjid dekat
rumag Ibu YN. Ibu YN selalu mengingatkan anaknya tersebut tentang
disiplin untuk selalu menjalankan kewajibanya yaitu belajar dan mengaji
agar kelak dimasa depan mempunyai bekal baik ilmu umum maupun agama,
serta menjadi anak yang berbudi pekerti baik.
Sebagai seorang ibusingle parentserta dengan perpisahan yang
belum lama itu membuat DW selalu bertanya tentang Bapaknya, mungkin
bagi Ibu YN belum saatnya memberitahukan kepada DW hal yang membuat
orang tuanya berpisah, karena Ibu YN takut jika hal itu akan berpengaruh
kepada perkembangan psikologi DW mungkin ketika DW sudah bisa
memahami Ibu YN akan memberitahukan kepada DW. Dengan peran ganda
yang harus dilakukan oleh Ibu YN maka oleh Ibu YN selalu mengajak DW
berdialog dan berusaha menjadi orang tua yang baik bagi anaknya.
Walaupun Ibu YN belum memberitahukan kepada DW penyebab
perpisahan orangtuanya Bapah HY masih sering telefon ataupun mampir
kerumah Ibu YN untuk sekedar bertemu dengan DW dan memberikan uang
kepada YN, jadi hubungan antara DW Bapaknya masih baik sehingga DW
masih bisa merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
2. Ibu KM
Nama lengkapnya adalah Ibu SKM, saat ini berusia 27 tahun, Ibu
KM merupakan janda cerai dan mempunyai seorang putri yaitu FB
(7tahun). Dalam kesehariannya ibu KM bekerja disalah satu warung makan
Bu NN pendidikan terakhir Ibu KM adalah Sekolah Menengah Pertama.
Pada tahun 2008 Ibu KM menikah dengan seorang laki-laki yang
masih tetangga desanya sendiri, dan juga karena perjodohan dari
orangtuanya. Dari awal menikah Ibu KM tidak suka dengan suaminya
tersebut tetapi Karena itu adalah pilihan orang tuanya maka dengan perasaan
yang sedikit berat Ibu KM menikah dengan laki-laki yang bernama Bapak
HT. Setelah menikah Ibu SY diajak oleh suaminya pergi merantau ke
Jakarta, mengadu nasib di kota metropolitan, lambat laun pun Ibu KMmulai
sayang dengan suaminya tersebut, dan kebahagiaan itupun semakin lengkap
dengan dikaruniai seorang putri yang cantik dan lucu. Setelah sekitar 1
tahun dijakarta Ibu KM dan suaminya memutuskan untuk pulang
kekampung halaman, setidaknya dikampung masih mempunyai ladang
untuk bisa bertani, akhirnya setelah kembali kekampung halaman dan hidup
bersama dengan mertua Ibu KM sudah merasa tidak nyaman, akan tetapi Ibu
KM tetap bertahan, seperti keinginannya hidup didesa lebih nyaman akan
tetapi malah sebaliknya, mertua yang dulunya baik-baik sekarang mulai
berubah, setiap kata-kata selalu ingin menyalahkan Ibu KM. Akhirnya
suami Ibu KM yaitu Bapak HT selalu membela Ibu KM, Tanpa alasan yang
jelas mertua Ibu KM menyuruh Bapak HT untuk menceraikan Ibu
KMpadahal waktu itu putrinya FB masih berumur 3 tahun.
Setelah talak itu dijatuhkan oleh Bapak HT, dalam hati Ibu KM
masih ingin memperbaiki hubunganya dengan suaminya tersebut karena
melihat FB putri yang masih berusia sangat kecil. Tetapi niatan baik Ibu
KM tidak mendapat tanggapan baik dari mertuanya, Suami Ibu KM adalah
seorang laki-laki yang tidak memiliki ketegasan.
“iya mba, mas HR itu orangnya penurut banget, dan orangnya itu
tidak punya pendirian sendiri, aku dah berusaha ngajak baik to mba, malah
mas HR pergi ke Jakarta lagi, saya berusaha menunggu untuk etikat baik
dari suami dan mertua saya mba agar bisa berkumpul kembali, demi anak
mba. Tapi nyatannya ditunggu tidak juga datang. Akhirnya saya yang
menggugat cerai mba, dan akhinya tahun 2013 saya resmi bercerai mba.”(
Wawancara dengan ibu KM pada tanggal 6 Februari 2015).
Sekarang Ibu KM tinggal bersama keluarganya dan juga putrinya.
Dan sekarang putri Ibu KM sudah sekolah TK B, mungkin karena masih
kecil jadi belum tahu yang sebenarnya terjadi antara kedua orang tuanya.
Maka dengan keadaan itu Ibu KM sebagai orang tua tunggal dari FB harus
berperan ganda sebagai Ibu dan juga sebagai Ayah bagi FB, itulah kenapa
Ibu KM memberikan perhatian sepenuhnya buat anaknya tersebut dengan
menyekolahkan ditempat yang terbaik dan juga selalu mengajarinya untuk
ikut belajar ngaji supaya pendidikan agama tertanam sejak dini. Sehingga
menjadi anak yang sesuai harapan orang tuanya. Walaupun keadaan Ibu KM
yang termasuk menengah kebawah mempunyai harapan yang besar agar
kelak anaknnya bisa sekolah yang setinggi-tingginya.
“karena saya sudah bodoh mba, saya tidak mau anak saya juga
mengalami hal yang sama dengan saya mba, semoga kelak anak saya
menjadi anak yang sholehah mba, bisa berguna buat keluarga, dan saya
juga tetap mengajari untuk bisa selalu bersikap baik dengan ms HR mba,
saya harus jadi contoh karena anak saya yang masih kecil.”(Wawancara
dengan ibu KM pada tanggal Februari 2015).
Walaupun Ibu KM merasa sakit dengan sikap mertuanya, Ibu KM
belajar untuk tetap ikhlas, bahkan kadang ketika hari minggu mertua Ibu
KM mengajak FB untuk sekedar di ajak kepasar atau hanya untuk melepas
rindu, Ibu KM juga tidak melarang mertuanya untuk bisa dekat dengan
anaknya, bagaimanapun juga FB adalah cucu dari mertua Ibu KM. Dan
setelah resmi bercerai suami Ibu KM sudah menikah lagi dengan wanita
pilihan Ibunya, walaupun begitu ketika bapak HR ingin bertemu FB, Ibu
KM pun tidak bisa melarang, mungkin itulah salah satu cara Ibu KM
mendidik anaknya untuk tidak membenci orang yang yang telah menyakiti
hati.
3. Ibu MY
Nama lengkapnya adalah Ibu MY, umur 34 tahun, Pendidikan
terakhir Ibu MY hanya tamatan sekolah dasar, Beliau adalah janda cerai
dengan seorang anak laki-laki yang bernama AG dengan suaminya yang
bernama MG. Ibu MY hanya seorang buruh dipasar dan sekarang masih
tinggal bersama ayahnya yang juga berstatus Duda.
Anak Ibu MY yang bernama AG memiliki kekurangan yaitu
kelulpuhan otak, sejak kelahiran AG dengan kekurangan itu, suami Ibu MY
mulai berubah, mungkin suami Ibu MY malu mempunyai anak yang cacat,
tetapi bagi Ibu MYadalah harta yang berharga untuk dirinya. Tetapi semakin
hari dan semakin lama Bapak MG pergi meninggalkan Ibu MY dengan
alasan ingin pergi mengadu nasib ke Jakarta dan sampai sekarang tidak
memberi kabar kepada Ibu MY, karena sejak pernikahan Ibu MY dan Bapak
MG tidak didasarkan saling suka tetapi lebih kepada perjodohan, karena
orangtua Ibu MY dan Bapak MG masih ada hubungan saudara, setelah 3
tahun Ibu MY menerima surat dari pengadilan untuk tanda tangan surat
cerai dan sekarang AG berusia 8 tahun, Maka setelah melewati beberapa
proses maka Ibu MYresmi menjadi janda.
“iya mba, bagaimanapun juga AG adalah satu-satunya harta saya
mba, jadi semampu saya untuk merawat dan membesarkannya. Saya sudah
tidak peduli lagi dengan Bapaknya AG, mungkin dia malu mba mempunyai
anak yang tidak normal.makanya dia pergi dengan alasan ingin mencari
uang yang banyak di Jakarta tetapi malah tidak kembali lagi
mba.”(wawancara dengan ibu MY pada tgl 6 Februari 2015).
Karena keadaan ekonomi Ibu MY yang menengah kebawah, dan
pekerjaan yang menuntut Ibu MY untuk mencari nafkah untuk anaknya dan
ayahnya yang sudah tua, maka untuk waktu menyekolahkan anaknya ke
Sekolah Luar biasa. Ibu MY belum sempat karena harus menunggu waktu
sekolah, disisi lain Ibu MYharus tetap bekerja, karena sebagai tulang
punggung keluarga, walaupun saudara-saudara Ibu MY juga membantu.
Tetapi Ibu MY tidak lepas tangan begitu saja dan tidak mengantungkan
belas kasihan dari saudaranya.
Walaupun bagaimana keadaan anaknya Ibu MY tetap ingin selalu
mengajarkan hal yang terbaik yang bisa dia ajarkan kepada anaknya, seperti
mencuci tangan sebelum makan, berdoa, selalu mengajak sholat bersama-
sama dan mengajarkan kebaikan sesuai kemampuan anaknya, dan sekalipun
Ibu MYtidak pernah membentak anaknya walaupun terkadang anaknya
bertingkah sangat tidak wajar, Ibu MY menyadari akan kekurangan fisik
dan psikis anaknya. Ibu MY hanya ingin mengajari anaknya untuk bisa
mandiri dengan kekurangan yang dimiliki anaknya.
Dengan kekurangan yang dimiliki oleh AG tidak menutup
kemungkinan untuk menayakan bapaknya, tetapi Ibu MY tetap sabar
menghadapi keadaan diri dan anak serta keluarganya. Banyak sekali hal
yang Ibu MYrasakan dan hadapi dalam kehidupan ini, tetapi kekuatan itu
muncul ketika melihat ayahnya sehat dan AG anaknya bisa kersenyum dan
tertawa bahagia, walaupun Ibu ST menahan rasa sakit yang begitu pahit
dengan umur Ibu ST yang masih termasuk muda. Dan tidak memikirkan
untuk menikah lagi, seperti pernyataan ibuMY
“walah mba, lebih baik saya itu mikir anak saya dan bapak mba,
aku tidak kepikiran untuk menikah lagi mba, ya walaupun tetangga dan
teman-teman dipasar yuruh saya untuk nikah lagi, tapi bagi saya itu hal
yang sangat sulit mba, belum tentu orang lain mau menerima keadaan anak
saya mba, jadi lebih baik saya fokuskan untuk kerja untuk membiayai
kehidupan kami mba,”(wawancara dengan ibu MY pada tanggal 6 Februari
2015).
4. Bapak AG
Bapak AG adalah seorang duda berusia 40 tahun dan memiliki dua
orang anak, anak laki-laki yang bernama RV yang berusia 14 tahun dan
anak permpuan yang bernama EG yang berusia 9 tahun.bapak AG adalah
seorang teknisi komputer dan laptop yang membuka praktek dirumahnya.
Bapak AG menjadi seorang duda semenjak tahun 2012 dikarenakan
istrinya ibu RT meninggal karena sakit komplikasi. Pada hari dimana
menjadi hari kepergian istri bapak AG, bahwasanya istri bapak AG
meninggal dengan keadaan mendadak. Sewaktu di pagi hari istri bapak AG
masih membuat kue pesanan dan masih terlihat baik-baik saja walaupun
wajahnya terlihat letih. Bapak AG akhirnya memutuskan kembali tinggal
bersama orangtuanya karena alasan anak-anak agar ada yang merawat.
Bapak AG memiliki anak-anak yang mudah di arahkan dan di nasehati
sehingga memudahkan bapak AG dalam membina keagamaan
mereka.bapak AG masih fokus pada perkembangan anak-anaknya RV dan
EG.
Dengan memberikan pendidikan formal dan pendidikan keagamaan
kepada EG adalah salah satu upaya bapak AG dalam membina akhlak dan
intensitas dalam ritus keagamaan seperti sholat lima waktu, mengaji di TPQ
yang ada di sekolah dan lingkungan rumahnya.Bapak AG memberikan
kepercayaan pendidikan keagamaan EG kepada pihak sekolah dan rumah
ibadah di lingkungan tempat tinggalnya. Selain itu bapak AG juga
memantau seberapa banyak pemahaman tentang beribadah, aqidah dan
akhlak kepada EG dengan memberikan contoh, perhatian dan nasehat.
“biasanya EG ikut ngaji di masjid deket rumah mbak, tapi
sekolahnya juga udah bagus di KURMA, jadi saya wes mantep madhep
mba,kalo puasa romadhan ya sudah belajar sesuai usia nya dia, kadang
puasa penuh kadang setengah hari,”(wawancara dengan bapak AG pada
tanggal 8 Februari 2015).
5. Ibu GL
GL adalah nama lengkap dari janda yang berumur 36 tahun, janda
muda ini memiliki putra tampan yang bernama ND (7 tahun). Buah cinta
dengan mantan suaminya. Ibu GL bekerja sebagai karyawan swasta di
daerah Karangjati. Setiap hari nya ibu GL berangkat kerja pukul 06.00 wib
dan pulang kerja pukul 19.00 wib tetapi di sela-sela pekerjaan dan waktu
yang tersisa untuk berkumpul bersama anaknya, ibu GL tetap meluangkan
waktu untuk mengajarkan dan memberi contoh dengan mengajak sholat
subuh berjemaah di rumah walaupun tidak bisa memberikan contoh di
semua ibadah sholat lima waktunya, tetapi ibu GL sudah merasa bahagia
bisa memberikan sisa waktu terbaiknya disela-sela kesibukannya
mencarinafkah namun juga harus memberikan pendidikan pada ND. Awal
mula sebelum menikah dengan bapaknya ND, ibu GL menganut agama
islam tetapi setelah menikah ibu GL menganut agama non islam, tetapi pada
akhirnya ketika perceraian anak ibu GL yaitu ND meminta pada ibu GL
untuk mengajarkan bacaan sholat, mengaji dan keagamaan lainnya, dari
kejadian itu ibu GL pun kembali memeluk agam islam. Ibu GL menjadi
seorang janda pada tahun 2011 lalu, dikarenakan suaminya selingkuh
dengan wanita lain sampai suaminya memiliki anak dengan
selingkuhannya.Awalnya suami ibu GL dipertemukan oleh keluarga besar
untuk mempertanyakan perihal hubungan suaminya dengan wanita lain
yang pernah mengisi masa lalu mantan suaminya. Dari jawaban mantan
suami ibu GL, dapat disimpulkan jawaban bahwa sudah tidak ada hubungan
khusus. Akhirnya mereka melanjutkan hubungan ke jenjang perkawinan
mereka. Saat ibu GL hamil 2 bulan, suaminya pergi tanpa ada kabar
meninggalkan ibu GL tanpa pernah memberi nafkah sedikitpun dan selama
pernikahan ini, ibu GL hanya sekali saja menerima nafkah lahir dari manta
suaminya itu. Suami ibu GL lebih memilih wanita lain dan tinggal bersama
dengan wanita idamannya itu, namun dengan berjalannya waktu suami ibu
GL sempat meminta untuk rujuk kembali dan memulai hubungan lagi
dengan ibu GL. Hal itu dikarenakan, suami ibu GL merasa wanita yang
sekarang menjadi istrinya itu tidak lebih baik dari ibu GL, tetapi ibu GL
menolak ajakan mantan suaminya itu untuk rujuk kembali karena ibu GL
sudah merasa sangat tersakiti dengan kejadian pernikahan masa lalunya itu
dan memang keadaanya waktu itu sudah sangat kacau. Ibu GL juga
memikirkan perasaan istri dari mantan suaminya itu, ibu GL pun tidak mau
nantinya di madu dan disakiti untuk yang kesekian kalinya. Seperti yang
disampaikan dari hasil wawancara kepada ibu GL :
“nduk, gimana kalo kita rujuk kembali, kita memulai hidup baru lagi
dan memperbaiki hubungan kita yang sudah porak-poranda kata manta
suamiku mba,tetapi saya nda mau diajak rujukan karena sudah semrawut
keadaanya dan saya juga nda mau menyakiti perasaan istrinya sekarang,
tidak mungkin saya mau untuk di madu,” (wawancara dengan ibu GL pada
tanggal 8 Februari 2015).
Sejak perceraian itu, Ibu GL hanya tinggal bersama dengan
anaknya tetapi pada saat ibu GL bekerja, ND dititipkan kepada orangtua ibu
GL yang kebetulan rumahnya berjarak tidak jauh dengan rumah ibu GL.
Awalnya ibu GL masih trauma terhadap pernikahan dan perkawinan, tetapi
dengan berjalannya waktu ibu GL memikirkan masa depan ND, dimana
nanti ND akan menjadi seorang kepala rumah tangga dan dia harus memiliki
figur ayah untuk masa depan ND.
“kalo dulu mba, saya masih trauma untuk mengenal laki-laki, tetapi
saya mikirke ND. Kedepannya dia akan jadi kepala keluarga dia harus
melihat bagaimana sosok ayah agar dia bisa memimpin rumahtangganya
mba”, (wawancara dengan ibu GL pada tanggal 8 Januari 2015)”.
Perceraian adalah sesuatu hal yang yang merugikan beberapa pihak
dan terutama pihak yang tersakiti adalah anak, bagaimanapun juga anak
adalah darah daging kedua orang tuanya, jadi jika kedua orang tuanya
berpisah maka tidak lengkap kasih sayang yang akan didapat oleh anak.
Disinilah single parentberperan ganda dalam mendidik anaknya, ketika
tanggung jawab sebagai Ibu dan juga harus berperan dalam mendidik
karakter dan bisa menjadi sesosok Ayah bagi anaknya, itulah yang di alami
Ibu GLkarena hanya dengan anaknyalah Ibu GL tinggal jadi bagaimanapun
juga peran seorang Ayah sangat dibutuhkan oleh putra semata wayangnya
itu.
“iya mba, pendidikan itu sangat penting mba, apalagi pendidikan
agama, sekarang ja ND dah kelas SD mba, dan paling penting saya akan
ajarkan sebisa saya mba, kayak doa mau makan, menjawab salam, ya
pokoknya yang kecil kecil dulu mba, tapi bisa menjadi dasar mba. Ini sudah
mulai ikut ikut kemasjid untuk ngaji TPQ mba, itu adalah dasar pokoknya
mba, semoga menjdi anak yang sholeh dan berguna untuk bangsa dan
agama mba,”( wawancara dengan ibu GL pada tanggal 8 Februari 2015)”.
Tidak lepas dari tanggung jawab dan peran dalam mendidik anak,
bahkan Ibu GL sangat protektif dan mengajari dalam hal keagamaan dasar
tentu sesuai dengan kemampuan Ibu GL seperti berdoa sebelum makan,
setelah makan, selalu mengucapkan salam dan lain-lain. Dengan usia yang
masih kecil mungkin belum mengerti tentang sesuatu perpisahan antara
kedua orang tuanya, tetapi ibu GL tetap memberi pengertian bahwasanya
kedua orangtuanya sudah tidak bersama lagi.
6. Bapak SD
SD adalah nama lengkap Duda berusia 32 tahun, pekerjaan pak SD
adalah seorang karyawan TU di beliau merupakan duda cerai mati dengan
seorang anak laki-laki bernama RM (4 tahun) dan sekolah TK kecil. Saat
ini bapak SDtinggal sendirian di rumahnya, karena anaknya dititipkan di
rumah ibu mertuanya di Solo dan biasanya bapak SD setiap hari sabtu-
minggu berkunjung untuk menengok RM., bapak SD menjadi seorang duda
karena istrinya meninggal akibat penyakit komplikasi yang di deritanya
selama 2 tahun.
“istri saya sakit komplikasi mba, terutama sakit di lambung nya, dia
sakit selama 2 tahun dan dirawat instens selama 1 tahun tapi yo keluar
masuk rumah sakit”.(wawancara dengan bapak HM pada tanggal 8
Februari 2015).
Selama ini RM juga tinggal bersama neneknya di Solo itu
dikarenakan pak SD kesulitan dalam mendidik, merawat dan mencari
nafkah seorang diri, sedangkan orangtua bapak SD juga tidak sanggup lagi
secara tenaga untuk menjaga RM karena, ibunya bapak SD sudah mengasuh
3 orang cucunya. Selama di Solo RM bisa dikatakan kurang mendapatkan
pembinaan keagamaan karena, neneknya RM di Solo menganut agama non
islam. Sedangkan di usia RM yang seharusnya mendapatkan ajaran-ajaran
islam itu tidak didapatkan oleh RM, yang lebih menyedihkan lagi RM
sering di bawa oleh neneknya ke gereja itu karena neneknya menganut
agama non islam. Namun bapak SD tetap memiliki keinginan kuat bahwa
suatu saat setelah RM lulus sekolah TK, RM akan di bawa dan di asuh lagi
oleh bapak SD. Di usia bapak SD yang masih muda, beliau mempunyai
keinginan untuk menikah lagi itu dikarenkan juga memikirkan masa depan
RM, agar RM memiliki sosok ibu dan bisa dirawat dengan penuh kasih
sayang serta dapat mendidik RM dengan dasar-dasar keagamaan yang kuat.
Dengan pekerjaan bapak SD sebagai seorang honorer karyawan TU di salah
satu SMA di Salatiga beliau merasa kekurangan dari segi finansial, tetapi
sejauh ini bapak SD tidak mengandalkan orangtua nya ataupun sanak
saudara lainnya.
“kalo masalah ekonomi jelas saya kekurangan mba, apalagi saya
hanya karyawan honorer, penghasilan saya gag seberapa, tapi kan saya
juga harus hidup dan menghidupi RM juga mempersiapkan masa depannya,
jadi kalo kekurangan biasanya ya pinjam dulu ke teman atau
saudara,”(wawancara dengan bapak SD pada tanggal 8 Februari 2015).
7. Ibu MN
MN adalah nama lengkap janda berusia 39 tahun, profesi keseharian
ibu MN adalah seorang wiraswasta. Ibu MN memiliki 2 orang anak yaitu
anak perempuan yang bernama RA (18 tahun) kelas 3 SMK dan anak laki-
laki yang bernama HD (11 tahun) kelas 5 SD. Ibu MNmenjadi janda sejak
tahun 2012 atau sekitar tiga (3) tahun yang lalu suami ibu MN meninggal
dunia dikarenakan sakit diabetes. Ibu MN mempunyai usaha mie ayam di
lingkungan tempat tinggalnya, di Tegalrejo sejak 7 tahun silam dimana
usaha mie ayam ini adalah usaha yang dirintis bersama suami dimasa
hidupnya dulu.
Menurut ibu MN tidak mudah bagi seorang single parent dalam
mendidik anak-anaknya dalam perihal keagamaan, dikarenakan keadaan
yang menuntut ibu MN harus membagi waktunya dalam mencari nafkah
yang berperan ganda sebagai figur seorang ayah dan disamping itu ibu MN
harus memberikan perhatian yang lebih terhadap anak-anaknya. Ibu MN
beragama islam sejak lahir dikarenakan faktor orangtua yang juga beragama
islam, tetapi ibu MN kurang pandai dalam hal agama maka itu, ibu MN
memberikan pendidikan kepada anak dengan cara menitipkan anak-anak ibu
MN di lingkungan sekolah dan di TPQ setempat. ibu MNtidak bisa Baca
Tulis Al-Qur’an (BTQ), tetapi HD yang mendapatkan pendidikan Baca
Tulis Al-Qur’an (BTQ) di lingkungan sekolah dan di desa sangat senang
karena HD bisa mengajarkan Baca Tulis Al-Qur’an ( BTQ) kepada ibunya.
Walaupun HD terkadang malas dalam melaksanakan ibadah sholat wajib
karena faktor lupa “asyik bermain“ dengan teman-temannya hingga lupa
waktu beribadah. Melihat HD yang suka lalai dalam ibadahnya, maka ibu
MN juga membimbing anak-anaknya dalam mendirikan sholat wajib
dengan cara selalu mengingatkan kepada HD agar selalu tepat waktu dalam
melaksanakan ibadah shalat fardlu dan menunaikan ibadah puasa ramadhan
walaupun usia HD baru 11 tahun tapi HD selalu menjalankan puasa
Ramadhan dengan konsisten. Ibu MN pun tidak begitu kesulitan dalam
mendidik HD dikarenakan HD adalah seorang anak yang patuh kepada
orangtua, serta HD seorang anak yang memahami keadaan orangtuanya
yaitu, Ibu MN. HD senang sekali mengikuti kegiatan ritual keagamaan
seperti TPQ, Maulid Nabi, Khataman dan pesantren kilat di lingkungannya,
karena HD senang mendapat teman baru melalui kegiatan tersebut dan
memiliki pengalaman spiritual dengan mengikuti kegiatan ritual keagamaan
tersebut.
“alhamdulillah mb, warga disini juga membantu saya mendidik HD
, mengarahkan pada kegiatan keagamaan mb, ya seperti TPQ, mauludan,
khataman dan kalau ada kegiatan pesantren kilat HD suka mengikuti
kegiatannya di sekolahnya”.(wawancara dengan ibu MN pada tanggal 8
Februari 2015).
Ibu MN mendidik anak-anaknya dengan memanfaatkan fasilitas
sekolah, lingkungan dan orangtua agar RN dan HD tumbuh menjadi pribadi
yang baik untuk diri sendiri dan masyarakat serta ibu MNmempunyai
harapan agar RN dan HD kelak menjadi orang yang sukses dunia dan
akhirat.
8. Ibu RN
RN adalah nama lengkap janda yang berusia 42 tahun, penddikan
terkhir ibu RN adalah SI dan profesi ibu RN saat ini adalah seorang
wiraswasta pemilik toko alat-alat jahit di Salatiga. Selain beliau pemilik
toko alat-alat jahit, ibu RN adalah seorang tentor sempoa. Ibu RN memiliki
3 (tiga) orang anak , anak yang pertama bernama FR berusia 17 tahun dan
masih duduk dibangku SMA kelas tiga (3) yang memiliki cita-cita sebagai
perawat. Anak yang kedua bernama RN berusia 11 tahun dan masih duduk
dibangku SD kelas 5. Sedangkan anak yang ketiga, bernama RF berusia 8
tahun dan masih duduk dibangku SD kelas 3. Ibu RN menjadi seorang
single parent sejak tahun 2010. Ibu RN menggugat cerai terlebih dahulu
karena berawal dari “proses awal” ibu RN salah memilih pasangan
hidupnya, yanga awalnya ibu RN mengira sosok suaminya akan penuh
tanggung jawab tetapi ternyata dalam perjalanan hidup ibu RN, ibu RN
merasa lebih menjadi ”kakak” dan lebih menjadi “kepala keluarga”
walaupun sebenarnya didalam hati kecil ibu RN, beliau tidak mau menerima
keadaan tersebut. Dengan berjalanya waktu, ibu RN selalu memberikan
harapan kepada suaminya bahwasanya suatu saat orang pasti dapat berubah,
maka ibu RN memberikan kesempatan-kesempatan kepada suaminya.
Sampai akhirnya, ibu RN berpikiran, “ yawes lah aku seng ngalah ,
kalo emang ndak bisa berubah aku saja yang berubah, tetapi kenyataanya
bukan menjadi lebih baik bahkan sebaliknya. Kesabaran manusia itu ada
batasnya akhirnya banyak kekecewaan yang menumpuk dari hari kehari
terkadang tak luwehke mba,”.(wawancara denga ibu RN pada tanggal 8
Februari 2015).
Bagi Ibu RN tidak mudah menjadi seorang single parent, harus
berperan ganda dalam mendidik anak-anak, dan Ibu RN memberikan
kepercayaan pendidikan di sekolah SDIT karena di sana anak-anak sudah
mendapatkan pendidikan yang baik dan ada program TPQ, jadi anak-anak
pulang sekolah sore hari dimana itu juga menguntungkan Ibu Rini dalam
perhitungan waktu. Yangmana Ibu RN bisa melakukan aktifitas gandanya
sebagai seorang ayah untuk mencari nafkah tanpa harus khawatir terhadap
keadaan anak-anak mereka sepulang sekolah. Ibu RN dan anak-anak pun
tidak konsumsi televisi, alhasil ibu RN dan anak-anak membudidayakan
membaca buku dan keluarga ibu RN sering berdialog. Ibu RN membimbing
anak-anak agar melaksanakan sholat fardlu dengan melakukan sholat
berjemaah dan membiasakan mengutamakan ibadah sholat fardlu daripada
kepentingan lainnya. Anak-anak (RH dan RF) juga sudah menjalankan
puasa Romadhan sejak dini dan terkadang anak-anak belajar puasa sunnah
(puasa senin-kamis). Ibu RN dan anak-anak (RH dan RF) sering mengkaji
Al-Qur’an dan Hadist secara bersama-sama, dimana mereka membaca per-
ayat dan membaca arti dari ayat tersebut. RH dan RF senang sekali
mengikuti kegiatan ritual keagamaan seperti Maulid Nabi, Khataman dan
pesantren kilat di lingkungannya, karena RH dan RF senang mendapat
teman baru melalui kegiatan tersebut dan memiliki pengalaman spiritual
dengan mengikuti kegiatan ritual keagamaan tersebut. Ibu RN membimbing
dan mendidik mereka karena, suatu saat Ibu RN tidak akan selamanya
bersama mereka dimana ngaji, sholat, puasa tidak harus diingatkan terlebih
dahulu dan agar mereka berada didekat Allah Swt. Ibu RN mengajarkan RH
dan RF untuk mengenal sisi hitam dan sisi putihnya dunia, agar mereka
terarah dalam kehidupan masa depannya. Ibu RN sibuk mencari nafkah, tapi
satu sisi harus memantau mereka sedangkan tuntutan ekonomi semakin
meningkat dan bila anak-anak pulang sekolah lebih awal, Ibu RN merasa
sedih karena salah satu menghambat kegiatan Ibu RN mencari nafkah. RH
dan RF adalah anak-anak yang patuh kepada orangtua dan tidak pernah
menuntut keadaan orangtua. Faktor pendukung lainnya yang memudahkan
Ibu RN dalam membina keagamaan anak-anak adalah mempunyai teman
banyak, adalah aset bagi Ibu RN, selain itu lingkungan dan Salatiga
J. Dasar Pembinaan Keagamaan Dalam Keluarga Single Parent
Sebelum dideskripsikan tentang pelaksanaan pembinaan keagamaan
pada anak dalam keluarga single parent didesa Tegalrejo Rt 03/ RW 03 Kec.
Argomulyo Kel. Tegalrejo Salatiga, maka terlebih dahulu akan diuraikan
tentang dasar pembinaan agama yang dilakukan oleh orangtua single
parentkhususnya dilingkungan keluarga.
Agar pembinaan keagamaan Islam dapat terlaksana maka didalam
keluarga diperlukan adanya dasar. Dasar-dasar pembinaan keagamaan adalah
mutlak penting, sebab dasar adalah pondasi awal untuk bisa membangun suatu
gedung yang berdiri kokoh, maka harus mempunyai pondasi yang kuat, seperti
halnya manusia jika pondasi keimanannya kuat maka tidak akan gampang
terjatuh ataupun masuk ke dalam perangkap syetan.
Menyadari akan pentingnya Dasar pembinaan keagamaan, maka
berdasarkan wawancara dengan semua narasumber maka dapat diketahui,
bahwa dasar pembinaan yang dipakai oleh orangtua tunggal didesa Tegalrejo
Rt 03/ RW 03 Kec. Argomulyo Kel. Tegalrejo Salatiga adalah Al Qur’an dan
Hadist sebagai Dasar pelaksanaan pembinaan Agama Islam. Menurut Ibu YN
bahwa:
“Mendidik anak merupakan kewajiban setiap orangtua karena itu
adalah amanah yang diberikan oleh Allah kepada setiap orangtua, maka
sudah menjadi kewajiban orantua untuk mendidik anaknya, dengan dasar
Agama yang baik, saya memberikan dasar agama kepada anak saya supaya
kelak menjadi anak yang berbudi pekerti baik dan menjadikan pedoman
disetiap langkahnya,”(wawancara dengan ibu YN pada tanggal 6 Februari
2015).
Dasar itulah yang dijadikan Ibu YN untuk mendidik anaknya Dewi
dalam pembinaan keagamaan. Pendidikan Agama merupakan modal awal
untuk bisa menjadikan dan tercapainya tujuan Ibu YN yaitu menjadi anak yang
berbudi pekerti baik dan lainnya. Pemahaman yang baik yang didapatkan dari
pembinaan yang baik pula akan mendapatkan hasil yang baik juga, sehingga
berdampak dalam kehidupan sehari-hari dam masa depannya kelak.
Dasar yang Ibu YN lakukan selama mendidik dan Pembina DW adalah
dasar agama yang Ibu YN dapat dari pengajian-pengajian rutin dimasjid dan
disekitar lingkungan tentang nilai-nilai agama, dan pokok dasar ajaran agama
islam.
Sedangkan pembinaan agama yang dilakukan oleh Ibu KM juga
berdasarkan pada nilai-nilai agama islam sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pembinaan agama terhadap anaknya harus dilakukan sejak dini, serta
pembinaan yang dilakukan diluar keluarga seperti mengaji di TPA. seperti
pendapat dari Ibu KM:
“saya mendidik anak saya itu sesuai kemampuan saya, dan saya yakin
jika anak sejak kecil sudah dibiasakan dengan hal-hal yang baik dan yang
jelas sesuai dengan nilai-nilai agama yang baik, insyallah anak saya akan
tumbuh menjadi anak yang sholehah. Karena saya sudah terlanjur bodoh,
maka saya akan tetap berusaha untuk memberikan pendidikan dan pembinaan
agama kalaupun saya tidak mampu maka saya akan antar anak saya untuk
ngaji TPA atau selalu mengikuti pengajian-pengajian keagamaan yang rutin
dilakukan setiap satu bulan sekali.”(wawancara dengan ibu KM pada tanggal
6 Februari 2015).
Ibu MY lebih sederhana ketika menjelaskan tentang dasar pembinaan
agama yang dilakukannya, yaitu pembinaan agama yang mengarahkan anak
untuk bisa mandiri dan menjadi lebih baik.
“Bagaimanapun keadaan AG, dia tetap darah daging saya, jadi saya
berkewajiban untuk mendidik dan menyekolahkannya, sebagai orangtua yang
tahu akan kekurangan yang dimiliki maka semua itu saya lakukan dengan
harapan agar AG menjadi lebih baik, sholeh dan tentunya bisa
mandiri,”(wawancara dengan ibu MY pada tanggal 6 Februari 2015).
Waktu bersama anaknya adalah hal yang sangat berharga bagi bapak
AG maka untuk memberikan pembinaan keagamaan kepada putrinya, maka
bapak AG selalu mengajak berkomunikasi tentang pentingnya kasih sayang,
serta memberikan contoh yang baik untuk anaknya, serta keterbatasan waktu
untuk selalu mengawasi anaknya bapak AG selalu mendispilnkan waktu
ibadah, seperti penuturan bapak AG :
“saya berharap, anak saya tidak membenci Bapaknya, karena
bagaimanapun juga EG sudah mengerti tentang keadaan yang terjadi didalam
keluarga, jadi yang bisa lakukan hanya selalu mengajaknya berbicara dan
memberikan pengertian agar bersedih atas kepergian ibunya, dengan bekal
kedisiplinan yang saya ajarkan, dengan harapan EG menjadi anak sholehah
nantinya.alhamdulah, shalat, ngaji tidak pernah EG tinggalkan,”(wawancara
dengan bapak AG pada tanggal 8 Februari 2015).
Berikut ini adalah pernyataan tokoh masyarakat tentang kegiatan
keagamaan seperti mengaji dan sholat yang ada di masjid Al-Ikhlas, menurut :
Bapak SP (Ketua TPQ) :
“namanya juga anak-anak mba, kan dunia mainnya lebih besar
daripada seriusnya, tapi selama ini anak-anak bersemangat ngaji disini paling
ya telat datangnya mba”.
Bapak JI (Ketua RT) :
“kalau warga disini antusias dengan keberadaan masjid apalagi ada
kegiatan TPA/TPQ mba, tapi kalo anak-anak kan masih seneng dolanan mba,
kadang yow lalai nda ikut sholat berjemaah di masjdi,”.
Sedangkan menurut Ibu GL, pembinaan keagamaan yang Ibu GL
terapkan untuk anaknya yang kecil adalah pembiasaan yang baik seperti doa
mau makan, doa setelah makan, dan hal hal yang bisa dikerjakan oleh anak
seumuran ND. Berikut penjelasan Ibu GL:
“iya mba, pendidikan itu sangat penting mba, apalagi pendidikan
agama, sekarang ja ND dah tak masukkan ke SD mba, dan paling penting
saya akan ajarkan sebisa saya mba, kayak doa mau makan, menjawab salam,
ya pokoknya yang kecil kecil dulu mba, tapi bisa menjadi dasar mba. Ini sudah
mulai ikut ikut kemasjid untuk ngaji TPQ mba, itu adalah dasar pokoknya mba,
semoga menjdi anak yang sholeh dan berguna untuk bangsa dan agama
mba,”(wawancara dengan ibu GL pada tanggal 8 Februari 2015)”.
Sedangkan penjelasan bapak SDtentang dasar pembinaan keagamaan
yang diberikan untuk anaknya, adalah dasar agama yang paling dasar yaitu
doa-doa sehari-hari selalu mengajarkan bagaimana berbicara yang sopan, serta
pendidikan formal yang wajib diberikan,:
“ Yang paling penting untuk dasar pembinaan agama itu buat saya
adalah dasar Al Qur’an dan Hadist mba, tetapi dengan usia anak saya yang
masih kecil maka saya akan memberikan contoh bagaimana berkata yang
sopan, bertingkah laku yang baik serta selalu membimbing untuk selalu
menerapkan doa sehari-hari itu, dan yang tidak kalah penting lagi yaitu
pembinaan dalam hal ibadah mba, sejak kecil harus selalu dididik untuk shalat
dll,”(wawancara dengan bapak SD pada tanggal 8 Februari 2015).
Sedangkan penjelasan ibu MN tentang pembinaan keagamaan yang
diberikan untuk anaknya yang bernama HD, adalah dasar agama paling dasar
yaitu membimbing anak-anaknya dalam mendirikan sholat wajib dengan cara
selalu mengingatkan kepada HD agar selalu tepat waktu dalam melaksanakan
ibadah shalat fardlu dan menunaikan ibadah puasa ramadhan. Serta HD
belajar mengaji di TPQ dilingkungan rumahnya.
“Ya, namanya juga anak-anak mba, terkadang masih sering lalai
dalam ibadah sholatnya, wong kita yang dewasa juga sering lalai mba.
Biasanya saya mengingatkan HD biar gak lali ibadahnya. Kakaknya, RN juga
sering mengingatkan HD mba, kami saling mengingatkan agar melaksanakan
ibadah sholat fardlu, sedang kalau ibadah puasa ramadhannya HD,
Alhamdulillah menjalankan puasa penuh dari fajar sampai magrib mba.
Insyallah, kalau wong sembahyang kiw mesti eling karo seng kuoso mba, gawe
tuntunan urip”. Ya kalau ngaji, HD ikut TPQ di Masjid mba dan di masjid
juga banyak kegiatan-kegiatan keagmaan yang HD ikuti mba, seperti
khataman, mauludan, kadang kalau idul fitri ya ikut takbiran (wawancara
dengan ibu MN pada tanggal 8 Februari 2015)”.
Sedangkan penjelasan ibu RN tentang pembinaan keagamaan yang
diberikan untuk anak-anaknya yaitu RH dan RF Ibu RNmembimbing anak-
anak agar melaksanakan sholat fardlu dengan melakukan sholat berjemaah dan
membiasakan mengutamakan ibadah sholat fardlu daripada kepentingan
lainnya. Anak-anak (RH dan RF) juga sudah menjalankan puasa Romadhan
sejak dini dan terkadang anak-anak belajar puasa sunnah (puasa senin-kamis).
Ibu RN dan anak-anak (RH dan RF) sering mengkaji Al-Qur’an dan Hadist
secara bersama-sama, dimana mereka membaca per-ayat dan membaca arti dari
ayat tersebut. RH dan RF senang sekali mengikuti kegiatan ritual keagamaan
seperti Maulid Nabi, Khataman, dan pesantren kilat di lingkungannya, karena
RH dan RF senang mendapat teman baru melalui kegiatan tersebut dan
memiliki pengalaman spiritual dengan mengikuti kegiatan ritual keagamaan
tersebut .Ibu RN membimbing dan mendidik mereka karena, suatu saat Ibu RN
tidak akan selamanya bersama mereka dimana ngaji, sholat, puasa tidak harus
diingatkan terlebih dahulu dan agar mereka berada didekat Allah Swt. Ibu RN
mengajarkan RH dan RF untuk mengenal sisi hitam dan sisi putihnya.
“Ya kita sudah hampir 6 tahun tidak mengkonsumsi TV, jadi kegiatan
saya dan anak-anak selgi luang adalah membaca buku. Kami pergi ke
perpustakaan, kadang hanya memhabiskan waktu dengan membaca buku
disana atau kami pinjam buku lalu membacanya dirumah dan sesekali kami
membeli buku di toko buku mba. Kami sering berdialog, berkumpul bersama-
sama untuk mengkaji ayat-ayat Al-Qur’andengan membaca perayat lalu kami
membaca artinya, apabila waktu sholat tiba kami sering melakukan sholat
berjemaah, dan anak-anak RH dan RF memang saya titipkan di sekolah SDIT,
agar mereka juga padat aktifitasnya serta di sekolahan mereka setiap selesai
jam belajar mengajar diadakan kegiatan TPQ, jadi mereka tidak terlalu
banyak waktu yang terbuang mba. Dan untuk kegiatan keagamaan lainnya di
lingkungan rumah, anak-anak sering ikut seperti mauludan, kalau pas waktu
lebaran ya ikut takbiran, tapi kalau hari-hari biasa RH dan RF ini terbatas
sekali karena kembali lagi masalah waktu, anak-anak pulang sekolah saja
sudah sore hari (wawancara dengan ibu RN pada tanggal 8 Februari 2015)”.
Segala macam pendidikan dan dari segala aspek pendidikan baik
pendidikan agama maupun pendidikan umum dan juga tentang aspek
kehidupan semua berpedoman kepada Al Qur’an dan Hadist yang Allah SWT
berikan kepada Nabi Muhammad dan untuk diajarkan kepada kaumnya,
dengan pendidikan agama islam yang berpedoman kepada Al Qur’an dan
Hadist maka manusia dapat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Seperti firman Allah dalam surat At-Tahrim ayat 6 :
....
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka” ( Departemen Agama RI. Al Qur’an. Al Karim
dan terjemahannya, hal 448 ).
Berdasarkan firman Allah SWT, maka orangtua berkewajiban untuk
memberikan pendidikan yang bisa dijadikan pedoman untuk menjadi manusia
yang Akhlakul Karimah. Dan Hadist yang menjelaskan tentang pendidikan
adalah:
ا نه )روام س ج ا نه و يم ر ين ص و د انه و اه يه ة ف ا ب و يو ل د ع ل ى الفطر و لو د الا ه ا من م
البخا ري(
Artinya : “Tiada manusia yang dilahirkan kecuali dalam keadaan
fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, dan
Majusi.” (HR. Bukhori).
Dari Hadist diatas dapat diartikan bahwa setiap manusia telah dibekali
fitrah oleh Allah SWT, baik laki-laki maupun perempuan, maka tugas orang
tua adalah sebagai pendidik dalam sebuah keluarga untuk memelihara,
mengembangkan, dan menyelamatkan fitrah tersebut agar menjadi fitrah yang
baik dan bermanfaat serta menyelamatkan dari pemiliknya.
Agama Islam menjadikan Al Quran dan Hadist sebagia pedoman hidup
seluruh umat islam baik dalam perbuatan, perkataan maupun tingkah laku.
Dasar yang pertama yang digunakan adalah Al Qur’an serta Hadist yang
memperkuat tentang sesuatu hal pokok dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari
sinilah sumber pokok ilmu pengetahuan yang bisa dijadikan pedoman hidup
bagi seluruh umat manusia, serta pendidikan yang bisa diterapkan dalam
pembinaan pendidikan dasar keagamaaan keluarga.
K. Tujuan Pembinaan Keagamaan Dalam Keluarga Single Parent
Semua hal yang dilakukan oleh manusia pasti memiliki tujuan tertentu
yang ingin dicapai, begitu pula dengan adanya pelaksanaan pembinaan
keagamaan pada suatu keluarga, baik itu keluarga yang utuh maupun keluarga
yang tidak utuh alias single parent. Pelaksanaan pendidikan yang dilaksanakan
haruslah dapat meningkatkan derajat atau kesusilaan anak didik, karena
pendidikan tidak dinamakan kalau tidak mempunyai tujuan untuk mencapai
kebaikan anak di dalam arti sebenarnya, (Sutari Imam Barnabid,pengantar Ilmu
Sistematis :37).
Sama halnya dengan dengan pelaksanaan pendidikan dalam keluarga
single parent, dimana orangtua mempunyai tujuan-tujuan tertentu dalam
mendidik anak. Semua orangtua yang beragama baik agama apapun meyakini
akan kebenaran agamanya, sudah menjadi hal yang wajib bagi orang tua untk
melaksanaan pembinaan keagamaan serta senantiasa memperhatikan dan
mengusahakan dengan sebaik-baiknya.
Salah satu perhatian dan usaha yang dilakukan orang tua untuk
mendidik anaknya dalam hal keagamaan adalah memberikan contoh dan selalu
membiasakan anak dalam mengamalkan atau menerapkan ajaran-ajaran agama
Islam.
Dalam keadaan seperti ini keluarga adalah lingkungan pertama yang
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan agama anak,
meskipun tidak hanya lingkungan keluarga saja bahkan lingkungan lain yang
merupakan faktor yang juga dapat mempengaruhi perkembangan anak, baik
perkembangan Jasmani maupun Rohani.
Tercapainya tujuan secara optimal harus memiliki kunci keberhasilan
yang bisa ditentukan oleh beberapa pihak dalam membimbing serta
mengarahkannya, itu menandakan bahwa orangtua mempunyai harapan yang
harus dipenuhi oleh anak-anaknya. Harapan ini bisa diwujudkan oleh anak
dalam bentuk potensi yang dimiliki masing-masing anak, dan seharusnya
harapan orangtua itu sejalan dengan potensi fitrah yang ada pada masing-
masing anak
Dengan mengangkatnya kasus pada keluarga single parent, maka
berkaitan pula dengan apa tujuan yang dilakukan dalam pembinaan
keagamaan pada anak dari orangtua single parentadalah yaitu Ibu YN:
“Dengan pendidikan dan bekal agama yang didapat oleh anak saya,
dan tentunya saya menaruh harapan agar bekal itu dapat dijadikan sebagai
pedoman untuk kehidupan masa depannya sehingga anak saya menjadi anak
yang sholehah dan menjadi muslimah yang berbakti kepada orangtua serta
takut kepada Allah, sehingga masa depannya menjadi lebih tertata dengan
benar, serta dengan dasar itu dapat menjaga dari pergaulan dilingkungan”
(Wawancara dengan Ibu YN, pada tanggal 6 Februarii 2015 )
Disamping tujuan yang ingin dicapai, ada juga harapan orangtua dari
anak-anaknya, sedangkan tujuan pembinaan keagamaan menurut ibu KM :
“sebagai orangtua, saya berharap agar kelak anak saya bisa menjadi
wanita yang kuat, dan menjadi anak yang sholehah, berbakti kepada
orangtuanya, sehingga masa depannya menjadi penuh barokah, serta ilmu
agama yang sudah dan yang akan didapat semoga bermanfaat dan
menjadikanya berguna untuk dirinya sendiri dan agama, karena saya tidak
mau anak saya menjadi seperti ibunya,”(wawancara dengan Ibu KM, tanggal
6 Februari 2015).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu MY, walaupun anaknya AG
memiliki kekurangan yang belum tentu orang lain mampu menjalaninya, Ibu
MY juga memiliki harapan terhadap anaknya tersebut, serta harapan yang
berkaitan dengan tujuan dilaksanakannya pembinaan keagamaan terhadap
anaknya :
“semoga AG menjadi anak yang sholeh sesuai dengan namanya,
mempunyai pengetahuan tentang agama, sopan santun dan kemandirian yang
paling penting berguna untuk dirinya sendiri, orangtua dan masyarkat
sekitarnya, Toh banyak orang yang cacat yang bisa berkarya,” (wawancara
dengan Ibu MY tanggal 6 Februari 2015).
Tidak jauh berbeda dengan apa yang diharapkan dari beberapa
orangtua, bapak AG juga mempunyai harapan dari anaknya yang sudah
beranjak dewasa, yang kaitannya dengan tujuan pembinaan keagamaan
terhadap anaknya.
“saya cuma berharap agar anak saya EG tidak pernah membenci
ayahnya, bagaimanapun juga saya harus tetap member pendidikan dari hati ke
hati mba, selain saya juga selalu mendisplinkan EG untuk selalu ngaji, agar
kelak mempunyai dasar dan dijadikan pedoman dalam masa depannya nanti,
serta dapat menjadikan pribadi muslimah yang kuat dan mandiri, bermanfaat
terutama untuk keluarga serta bagi agama,” ( wawancara dengan Ibu JJ, pada
tanggal 8 Februari 2015).
Tujuan yang sama juga diungkapkan oleh Ibu GL, walaupun anak Ibu
GL yaitu ND masih berusia 7 tahun ibu GL sudah memberikan pembinaan
agama yang bertujuan agar dalam perkembangan menuju dewasa ND sudah
mempunyai ilmu dasar agama, seperti penjelasan Ibu GL berikut ini,
“iya mba, saya cuma bisa berharap dan berdoa agar kelak anak saya
bisa tumbuh menjadi laki-laki yang bertanggung jawab, dengan bekal agama
yang diajarkan sejak kecil, insyallah ND bisa menjadi anak yang sholeh serta
berguna untuk keluarga serta masyarakat, dan saya akan memberikan
pendidikan yang baik pula mba, nanti setelah lulus dari SD saya mau
masukkan ke MTS mba,” (wawancara dengan Ibu GL, pada tanggal 8
Februari2015).
Bapak SD adalah responden dengan nama status yang berbeda yaitu
duda, seorang dudapun punya kewajiban yang sama dalam memberikan
pendidikan, dan inilah tujuan Bpk SD memberikan pembinaan agama pada
anaknya masih kecil yaitu RM.
“seusia RM, adalah dimana ingin dimanja-manja dengan ibunya, tetapi
keadaanlah yang harus dihadapi oleh anak saya mba, walaupun begitu saya
akan tetap memberikan kasih sayang sepenuhnya untuk RM, sehingga
walaupun dibilang pincang saya berharap perkembanganya tetap baik dan
selalu saya tanamkan dasar-dasar pokok agama, sehingga rasa mandiri dan
mengenal agama dimulai sejak dini, bahkan neneknya pun juga memberikan
kasih sayang yang penuh supaya RM tumbuh menjadi anak yang kuat serta
menjadi anak yang sholehah, menjadi kebanggaan saya dan
keluarga,”(wawancara dengan Bpk SD tanggal 8 Februari 2015).
Ketika Ibu MN memberikan penjelasan tentang tujuannya dalam
pembinaan agama, dengan tegas Ibu MN mengatakan,
“bahwa pembinaan agama dengan dasar pokok adalah tujuan yang
utama dalam memberikan bekal kepada anak-anaknya, apalagi saya punya
anak 2 anak mba, jadi untuk pembinaan keagamaan seringkali kakaknya juga
memberikan contoh, saya berharap agar kelak masa depan anak-anak saya
lebih baik dari saya, semenjak ditinggal Bapaknya setiap malam jumat
kakaknya selalu mengajak kemakam secara tidak langsung itu adalah bentuk
pembinaan, agar kelak jika saya mati saya juga didoakan oleh anak-anak saya
mba, dan semoga anak saya menjadi anak yang sholehah,”( wawancara
dengan Ibu MN, pada tanggal 09 Februari 2015).
Tujuan yang Ibu RN utaraka tidak jauh berbeda dengan tujuan dari
beberapa responden, karena pada dasarnya tujuan utama dalam melaksanakan
pembinaan keagamaan kepada anak adalah wajib dan harus dilakukan agar
kelak anak mempunyai pedoman sebagai pegangan hidup, seperti penuturan
Ibu RN tentang tujuan pembinaan,
“kewajiban orangtua itu tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik saja
mba, akan tetapi kebutuhan rohaniah itu juga tidak kalah penting, karena jika
memeberikan fondasi yang kuat maka kehidupan anak kita kelak akan jauh
lebih baik dari kita sekarang, maka saya juga menaruh harapan yang besara
kepada anak saya supaya kelak menjadi anak yang bisa berguna bagi dirinya,
keluarga, serta masyarakat pada umumnya, serta menjadi manusia yang
bahagia dunia dan akhirat,”(wawancara dengan Ibu Rn, pada tanggal 8
Februari 2015).
Anak merupakan amanah dari Allah yang harus orangtua jaga serta
memberikan pendidikan yang sebaik-baiknya dengan dasar ajaran Agama
Islam. Dengan demikian, dengan adanya pembinaan keagamaan bagi anak-
anak mereka, diharapkan anak mencapai pengetahuan, pengalaman serta
kepribadian yang baik yang sesuai dengan dasar dan pedoman yaitu Al Qur’an
dan Hadist yang merupakan cerminan dari nilai-nilai agama islam. Serta
mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh setiap orang tua, yang berharap
agar anak-anaknya jauh lebih baik dari kehidupan orang tuanya. Sehingga
tujuan pembinaan keagamaan yang dimulai sejak dini dapat tercapai dengan
hasil yang memuaskan serta menjadikan tabungan surg bagi orangtua.
L. Materi Pembinaan Keagamaan
1. Pembinaan Aqidah dan Pembinaan Ibadah
Aqidah adalah kepercayaan, dalam hal ini mencangkup Rukun Iman
yang enam yaitu percaya kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari
Kiamat, Qodho dan Qodar. Yang semua itu adalah percaya dengan hal yang
ghoib yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata, sehinnga untuk bisa
menanamkan kepercayaan itu dibutuhkan pendidkan yang harus dimulai
sejak dini agar keimanan itu dapat tertanam didalam jiwa anak. Pendidikan
agama bagi anak merupakan fondasi pokok yang harus dan wajib
ditanamkan dan merupakan tingkat pertama dari fondasi keimanan bagi
anak.
“Dimensi aqidah ini mengungkap masalah keyakinan manusia
terhadap rukun iman (iman kepada Allah, malaikat, kitab, nabi, hari
pembalasan, serta qadha dan qadar), kebenaran agama dan masalah-masalah
ghoib yang diajarkan agama” (Nashori,2002:78).
Pembinaan Ibadah adalah penyempurnaan dari pembinaan aqidah,
karena pendidikan aqidah yang didapatkan oleh anak-anak akan menambah
keyakinan. Begitu pula dengan ibadah, pendidikan ibadah juga harus
diberikan secara rutin diajarkan setiap saat, karena pendidikan awal adalah
di dalam keluarga, sehingga anak-anak terbiasa dengan ibadah yang
dilakukan secara berulang-ulang
“Ibadah atau praktek agama (syariah) merupakan peraturan-
peraturan yang mengatur hubungan langsung seorang hamba dengan
khaliknya dan sesama manusia, yang menunjukkan seberapa patuh
tingkat ketaatan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual
keagamaan yang diperintahkan dan dianjurkan. Dimensi ibadah (ritual)
berkaitan dengan frekuensi, intensitas, pelaksanaan ibadah
seseorang”(Nashori, 2002:78).
Pendidikan keimanan sama halnya yang dilakukan oleh luqman
kepada anaknya, karena menyadari seberapa penting pendidikan keimanan
tersebut, yang termuat dalam Al Qur’an Surat Luqman ayat 13,
bahwasannya luqman mengajarkan kepada anaknya untuk mengenal Allah
SWT dan memperkenalkan bermacam-macan ciptaan Allah. Pendidikan
tauhid adalah pendidikan dasar yang harus diberikan kepada anak sejak dini
dan sebagai bekal untuk masa depannya. Serta pendidikan Ibadah yang
dijadikan suatu kebiasaan yang rutin yang dilakukan oleh anak, agar
pendidikan Tauhid serta pendidikan tentang beribadah menjadi sempurna.
Sehingga terwujudlah cita-cita orangtua agar anaknya menjadi anak yang
berbajti keapada orangtua serta mampu menjadi pribadi yang soleh dan
solehah serta berakhlah baik. Dengan ini penulis akan mengetahui
bagaimana pola pembinaan keagamaandengan Aqidah anak pada keluarga
single parentdidesa Tegalrejo RT 03/RW 03 Kecamatan Argomulyo
Kotamadya Salatiga, melalui hasil wawancara dan observasi.
Informasi yang pertama dari hasil wawancara adalah Ibu YN, Beliau
adalah seorang single parentyang mempunyai seorang Putri yang bernama
DW dan sekarang sudah berusia 10 tahun. Beliau berpendapat bahwa
pembinaan aqidah anak sangat penting ditanamkan sejak dini supaya anak
tau siapa sebenarnya Tuhan yang wajib disembah dan dimana tempat untuk
meminta pertolongan, karena untuk seusia DW, hal yang bersifat ghoib
sudah mulai bisa dijelaskan dengan memberikan contoh serta penjelasan
yang tidak membuat anak semakin binggung, sehingga kelak anaknya
mempunyai bekal untuk masa depannya, serta dalam pembinaan dalam
beribadah Ibu YN sangat disiplin, karena menurut Ibu YN shalat adalah
wajib.
“saya yakin dengan apa yang saya berikan kepada anak saya
adalah hal yang baik, karena pembinaan aqidah yang sudah ajarkan sejak
kecil, dan menyekolahkannya disekolah yang insyallah baik juga
memberikan efek yang baik pula, serta selalu mendisiplinkan waktu shalat
adalah hal yang harus saya pantau terus mba, selain itu saya juga
mengajak sholat berjamaah kalo pas bisa barengan sholat mba, dan kalo
romadhan saya juga mengajarkan puasa sama DW, kalo soal ngaji saya
serahkan ke TPQ deket rumah mba, karna saya takut salah ngajarin DW” (
wawancara dengan Ibu YN, pada tanggal6 Februari2015).
Dengan usia DW yang sudah beranjak dewasa Ibu YN selalu
membiasakan kedisiplinan dalam beribadah, Dengan begitu aqidah yang
ditanamkan sejak kecil akan menjadi kebiasaan ketika dewasa nanti.
Pembinaan aqidah yang dijelaskan oleh Ibu KM, tentang pendidikan
aqidah bagi anaknya FB tidak berbeda jauh dengan Ibu YN, yaitu dalam
menanamkan aqidah anak. Selain aqidah Ibu KM juga selalu mengajarkan
ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap muslim, seperti shalat lima waktu
ibadah sunnah lainnya,
“sejak kecil mulai masuk TK, FB sudah saya ajarkan tentang
percaya kepada Allah mba, seperti kalau berbuat jahat pada temannya
nanti dilihat oleh Allah lo… terus nanti Allah marah. Ya walaupun
terkadang FB selalu bertanya “Allah itu kayak apa to bu,,?? Saya jawab
juga sebisa saya mba, Allah itu sembunyi dulu sebelum FB menjadi anak
yang sholehah, anak yang pintar, dll. Dan saya sudah menyekolahkan
disekolah yang baik juga mba, nanti kalau FB sudah jadi anak yang baik
terus shalatnya tidak bolong-bolong Allah akan tambah sayang sama FB,
jadi FB harus jadi anak yang tidak nakal dengan teman-teman, tidak
melawan ibu” (wawancara dengan Ibu KM, pada tanggal6Februari
2015).
Ibu KM selalu mengajak putrinya berkomunikasi, dengan banyak
berbicara maka akan selalu timbul keingintauan anak, dan menjadikan anak
lebih semangat dalam beribadah.
Janda yang berumur 34 tahun yang bernama MY, dengan seorang
putra yang memiliki kekurangan yang bernama AG, maka Ibu MY berusaha
dalam menanamkan tentang Aqidah tidak menambah beban anaknya, maka
Ibu MY hanya memberikan ajaran dasar aqidah seperti kalau mau
beraktivitas selalu berdoa, kalo Ibu MY shalat AG selalu diajak, walaupun
keterbatasan AG tidak bisa sempurna, setidaknya hal itulah yang bisa Ibu
MY lakukan untuk anaknya.
“saya hanya memberikan sebatas yang saya bisa saja mba, seperti
kalau mau melakukan aktivitas apapun harus membaca doa,” ms AG kalau
mau makan harus baca bismillah biar setannya tidak ikut makan, ms AG
jadi kenyang, kalau ibu shalat ms AG juga ikut shalat ya, biar Allah tambah
sayang dengan ms AG”, itulah yang bisa saya lakukan mba,” ( wawancara
dengan Ibu MY, pada tanggal 06 Februari 2015).
Ibu MY akan selalu berusaha mengajaknya berbicara, dan hanya
core dan malam adalah waktu yang bisa Ibu MY gunakan untuk bisa
memberikan kasih sayang yang penuh, karena tuntutan ekonomi.
Sedang bagi bapak AG, pembinaan aqidah anak juga sangat penting
ditanamkan sejak kecil, karena menurut bapak AG anaknya EG sudah cukup
dewasa dan cukup tahu tentang aqidah dan kepercayaan dalam beragama,
karena EG juga sudah ikut TPA dan pelajaran disekolahnya, serta EG juga
sudah tau tanggung jawabnya tentang ibadah kepada Allah yang sudah
menjadi kewajiban setiap muslim.
“saya sudah merasa tenang karena pembinaan aqidah yang selalu
saya ajarkan sejak kecil sampai sekarang masih terus dilakukan, ditambah
lagi EG juga sudah ngaji di TPAdimasjid rumah dan disekolahnya di
KURMA, kepercayaan dengan yang ghoib mulai EG pahami seperti adanya
setan, malaikat, peri dll, tetapi semua itu tetap ciptaan Allah SWT, serta
saya harus ekstra mengingatkan akan kewajibanya untuk ibadah sholat,
karena itu adalah dasar pokok menjadi pribadi yang mulia” ( wawancara
dengan bapak AG, pada tanggal8 Februari 2015 .)
Bagi bapak AG pendidikan di TPA juga memberikan manfaat yang
baik untuk anaknya, semakin rajin dalam beribadah. Dan hal ini juga tidak
jauh berbeda dengan ibu GL dalam memberikan pendidikan dan pembinaan
aqidah anak, dan dengan usia anak ibu GLyang masih kecil maka sejak
itulah akan ditanamkan aqidah sebagai fondasi awal dan pedoman di masa
depannya, serta memberikan contoh dalam beribadah, seperti sholat,
pengajian.
“Dengan usia anak saya yang masih kecil, maka sejak saat ini pula
penanaman aqidah pada anak sudah saya berikan sedikit sedikit, seiring
bertambah usia dan kedewasaaan anak saya, saya berharap bisa
memberikan yang terbaik untuk saya dan anak saya, dan saya harus mampu
menjdi contoh yang baik untuk anak saya mba, ” ( wawancara dengan Ibu
GL, pada tanggal 8 Februari 2015).
Fondasi sudah Ibu GL tanamkan sejak usia anaknya masih kecil dan
selalu membiasakan hal-hal yang baik pula sebagai dasar aqidanya serta
contoh dalam kedisiplinan beribadah.
Bapak SD, adalah duda akan tetapi dalam mendidik anak adalah hal
aqidah tidak jauh berbeda dengan janda-janda dengan perbedaan itu tidak
menghalangi Bapak SD untuk memberikan kasih sayang sepenuhnya
kepada RM anaknya. Serta selalu mengajaknya shalat berjamaah.
“walaupun saya seorang duda, akan tetapi dalam pembinaan
aqidah saya sedikit cerewet juga mba, walaupun anak saya masih kecil saya
harus membiasakan untuk ketegasan,seperti berdoa-doa pendek tapi saya
lakukan kalo pas saya ke solo seminggu sekali mba, biarlah sementara
seperti ini karna sikon mba” (wawancara dengan Bpk RM, pada tanggal 8
Februari 2015).
Bapak SD dalam mendidik anak tetap melibatkan orangtuanya,
karena BapakSDjuga sibuk dengan pekerjaannya, tetapi semua itu tidak
mengurangi kasih sayangnya yang harus diberikan kepada putranya.
Apalagi mengingat mertuanya beragama non islam, jadi hal itu dilakukan
bapak SD setiap satu minggu sekali.
Ibu MN adalah janda dengan 2 anak yang satu sudah dewasa
sedangkan yang 1 masih kecil, kan tetapi dalam pembinaan aqidah islam Ibu
MN tidak membedakan Cuma caranya yang berbeda, apalagi dalam hal
ibadah
“ saya sudah yakin dengan penanaman aqidah untuk anak saya
yang sudah besar, serta sudah punya tanggung jawab untuk kewajibannya
dalam beribadah bahkan tidak hanya shalat lima waktu tetapi sudah
ditambah dengan shalat sunnah ssperti tahajud dll, akan tetapi untuk anak
saya yang masih butuh dampingan maka saya sedikit cerewet mba,
ditambah lagi anak saya yang kecil itu cerewet,saya harus mampu menjadi
contoh bagi anak saya mba,” ( wawancara dengan Ibu MN, pada tanggal 8
Februari 2015).
Menurut Ibu MN penanaman aqidah sangatlah penting sehingga
menjadi dasar dan pegangan bagi anak-anaknya kelak menuju kedewasaan.
Serta kebiasaan beribadah yang harus terus dipantau oleh Ibu MN.
Janda terakhir adalah Ibu RN, dengan 3 anak yang sangat
membutuhkan ekstra perhatian, karena aqidah keagamaan sangatlah penting
ditanamkan sejak kecil, anak yang satu sudah pasti mengerti dan paham
akan aqidah dan kepercayaannya serta tanggung jawab dalam beribadah
agar sempurna pula ilmu tauhid yang didapatkannya karena sudah belajar
disekolah dan di TPA akan tetapi untuk kedua anaknya yang masih
membutuhkan perhatian yang lebih maka, Ibu RN lebih cenderung selalu
menyuruh ketika tiba waktu beribadah.
“saya sudah percaya dengan anak saya yang gede mba dalam
pendidikan aqidahnya, tetapi untuk anak saya yang masih kecil saya harus
tetap mamantau dan terus membimbingnya, karena masa anak-anak adalah
masa emas, dimana anak dengan mudah menangkap apa yang diajarkan
orangtuanya seperti jika berbuat baik nanti masuk surge tapi kalu berbuat
jahat akan masuk neraka, apalagi kalau shalatnya bolong-bolong, Allah
pasti marah pada kita,” (wawancara dengan ibu RN, pada tanggal8
Februari 2015).
Pembinaan aqidah pada anak adalah hal yang wajib diberikan sejak
kecil, yang bertujuan untuk membentuk kepribadian anak yang didalamnya
tertanam nilai-nilai keimanan dan selanjutnya dijadikan sebagai pengendali
tingkah laku, serta menjadikan anak berpikir untuk bisa memilih hal-hal
yang terbaik (sesuai dengan ketentuan Allah SWT). Tujuan umum adalah
perlu dijabarkan disekolah sebagai rukun iman. Orangtua perlu
memperkenalkan kepoada anak nilai-nilai yang terkandung di dalam rukun
iman yang enam itu (iman kepada Allah, malaikat, rasul, kitab-kitabnya,
hari akhir, qodho dan qodhar). Pengungkapan tersebut diungkapkan pada
waktu dan situasi yang tepat, ( Zakiah Dharadjat, hal 112 )
Tidak hanya pembinaan dalam hal aqidah saja, tetapi pembinaan
dalam ibadahpun jauh lebih penting, karena aqidah dan ibadah adalah dua
komponen yang bersatu menjadi kesatuan akhlak yang baik sehingga
pembinaan pada pribadi anak akan tertanam nilai-nilai yang berdasarkan
pada aqidah islam serta manusia akhlaqul karimah.
2. Pembinaan Akhlak
Pembinaan akhlak pada anak sangatlah penting dan wajib diberikan
oleh semua orangtua, baik itu keluarga utuh maupun yang tidak utuh (single
parent), sesuai dengan nilai-nilai agama islam yang tercantum dalam Al
Quran dan Hadist nabi, tauladan yang wajib dicontoh adalah Nabi
Muhammad SAW, sedangkan Nabi Muhammad diutus oleh Allah SWT
untuk menyempurnakan akhlak manusia, Rasulullah bersabda yang artinya
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak“ (HR, Ahmad
dan Hakin Baihaqi)
Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar – dasar moral,
terutama moral keagamaan yang bisa dijadikan anak sebagai kebiasaan yang
baik untuk masa depannya.
Berbicara tentang moral, pasti langsung berpikir tentang tingkah
laku, karena pada dasarnya moral itu sendiri tidak bisa lepas dari pendidikan
agama, dengan berlandaskan ajaran agama, sebagian besar pasti akan
memberikan ilmu tentang berakhlak yang baik, baik itu kepada oprangtua,
tetangga, guru bahkan teman sebayapun pasti ada ajaran akhlaknya untuk
mencapai tujuan dari pembinaan akhlak tersebut. Karena dengan pendidikan
agama setidaknya kita mampu mengetahui ukuran kebaikan dan keburukan
seseorang dilihat dari moralnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan kepada Ibu YN
tentang pembinaan akhlak, beliau menjelaskan bahwa pembinaan akhlak
pada anak sangatlah penting bahkan sangat penting sekali, Ibu YN
berkeyakinan bahwa jika orangtua yang mendidik anaknya dengan akhlak
yang baik maka akan terbentuk akhlak yang baik serta kepribadian yang
baik pula. Hal yang Ibu YN lakukan antara lain : Selalu menasehati untuk
selalu menghormati orangtua, Guru, Ustadzah, bahkan teman-teman
sebayanya, karena dengan melatih anaknya sejak kecil maka ketika tumbuh
dewasa tumbuhlah menjadi anak yang berakhlak baik, dan tidak lupa Ibu
YN selalu memberikan contoh kepada DW anaknya.Dalam pembinaan
akhlak Ibu YN selalu mengajak DW berbicara,
“ saya sering bertanya ada kejadian apa saja tadi sekolah, atau tadi
dimasjid ngaji apa saja, pokonya yang memancing DW untuk bercerita
mba, pada dasrnya juga DW itu suka bercerita apa saja yang terjadi baik
disekolah maupun dimana saja, dengan begitu saya kan akan memberikan
pengertian seperti waktu disekolah ada temannya yang bertengkar, maka
saya pancing, DW kalau ada teman bertengkar itu seharusnya bagaimana,
bertengkar itu baik apa tidak??.” (wawancara dengan Ibu YN, pada
tanggal6 Februari 2015).
Dalam perkembangan keagamaan anak maka wajib adanya
pemantauan dari orantuanya msing-masing. Informan yang kedua yaitu Ibu
KM, ketika kami melakukan wawancara tentang pembinaan akhlak terhadap
keluarga Ibu KM, beliau berpendapat bahwa pembinaan akhlah memang
sangat penting, akan tetapi dengan anak yang usianya masih dalam masa
kanak-kanak perlu adanya contoh yang setiap saat dapat dilihat, serta
nasehat-nasehat yang setia hari harus Ibu KM berikan serta pembinaan
akhlak ditempat anaknya mengaji dan disekolahnya. Maka yang wajib Ibu
KM lakukan hanya mengulang pelajaran yang diajarkan dari TPA maupun
disekolah serta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ibu sutiyah
selalu memberikan nasehat untuk bisa menghormati guru, ustadz ataupun
teman-temannya itu semua Ibu KM lakukan karena Ibu KM mempunyai
harapan terhadap anaknya agar kelak anaknya menjadi anak yang
mempunyai akhlak yang baik, dan disayangi oleh guru serta teman-
temannya.
“ saya hanya berharap dengan usia FB yang masih terbilang kecil,
saya mampu menananmkan fondasi serta dasar akhlak yang baik, sehingga
perkembangannya selalu diiringi dengan ilmu yang baik, serta saya juga
harus mampu menjadi contoh yang baik untuk anak saya,” ( wawancara
terhadap Ibu KM, pada tanggal 6 Februari 2015).
Dengan usia anak Ibu KM yang masih perlu adanya perhatian lebih
maka yang Ibu KM lakukan adalah selalu mengajaknya disetiap kegiatannya
misalnya pengajian, ataupun kegiatan PKK sehingga, selalu dapat
memantau tingkah laku anaknya. Dan neneknya juga ikut menasehati jika
FB akan berangkat sekolah ataupun berangkat ngaji.
Dan yang ketiga adalah Ibu MY, menurut beliau dalam melakukan
pembinaan akhlak terhadap anaknya AG yang memiliki kekurangan, bahkan
bisa dikatakan tidak normal biasanya Ibu MY hanya mengajaknya makan
bersama-sama, melarangnya untuk ngamuk jika keinginannya tidak
terpenuhi, atau ingin main tetapi selalu jadi bahan tertawaan bagi teman-
temannya, maka Ibu MY lebih baik AG main didalam rumah dan disekitar
rumah saja, dibawah pengawasan Ibu MY maupun neneknya.
“saya memang melarang AG untuk bermain jauh-jauh dari rumah,
karena saya khawatir terjadi apa-apa maka lebih baik mainnya disekitar
rumah saja mba, makanya dalam pembinaan akhlak tidak bisa saya lakukan
seperti anak pada umumnya, bagi saya AG manut saja saya sudah senang
mba.” ( wawancara terhadap Ibu MY, pada tanggal6 Februari 2015).
Menurut nenek AG, “AG itu sebenarnya jika sabar dalam mengajak
berbicara dan telaten, AG akan paham apa yang dikatakan oleh orang
berbicara dengannya,”(wawancara terhadap nenek AG, pada tanggal6
Februari2015).
Dengan kekurangan yang AG miliki tidah mengurangi Ibu MY dan
keluarganya untuk memberikan rasa kasih sayangnya kepada AG. Dan
informan selanjutnya adalah bapak AG dengan anaknya yang bernama EG,
beliau menerangkan tentang pembinaan akhlak yang diterapkan oleh bapak
AG sangatlah disiplin dengan melihat usia EG yang sudah beranjak dewasa
maka pembinaan akhlak yang bapak AG lakukan yaitu selalu menasehati
dan serta mengajarkan bagaimana bersikap dengan orang yang lebih tua
serta berusaha mengulang pelajaran dan pelajaran yang berhubungan dengan
akhlak serta pelajaran yang didapat dari TPA , dengan keterbatasan waktu
hanya sore menjelang malam saja bapak AG dapat memperhatikan langsung
tingkah laku anaknya tersebut.
“walaupun saya juga sibuk dengan pekerjaan, saya harus tetap
memperhatikan anak saya, terutama dalam hal pembinaan akhlaknya, jika
pembinaan dengan akhlak yang bagus maka hasilnya ketika anak saya
dewasa menjadi pribadi yang baik pula,”(wawancara terhadap Ibu JJ,
pada tanggal 8 Februari 2015).
EG adalah anak yang sopan satun dan juga anak yang pintar, ketika
penulis melakukan observasi dan melakukan wawancara dengan bapak AG,
EG yang terlihat sudah tumbuh menjadi anak yang cantik baik dan ramah
pula EGmengajak mengobrol penulis dengan sopan.
“bapak itu sedikit banyak cerewet mba, apa-apa kalu tidak sesuai
pasti nasehatinya tidak berhenti-henti, tetapi saya juga senang mba, karena
ketika saya melakukan kesalahan bapak langsung menegurnya dan
menjelaskan efek dari tingkah laku yang tidak sesuai,”(wawancara dengan
EG, pada tanggal 8 Februari 2015).
Bahkan bapak AG juga sedikit memberikan penjelasan terhadap
EGuntuk bisa memahami status bapaknya sebagai duda, maka lambat laun
EG mampu dan bisa menyesuaikan diri tanpa sesosok bapak.
Selanjutnya adalah ibu GL, janda anggun ini menerangkan bahwa
dalam melaksanakan pembinaan terhadap akhlak anaknya yang masih
berusia 7 tahun ibu GL menjelaskan bahwa,pembinaan akhlak anak sangat
wajib dilakukan dan diterapkan sejak kecil, berikut penjelasan ibu GL,
“Pendidikan akhlak itu harus ditanamkan sejak kecil karena fondasi
itu akan kuat jika ditanamnya sejak awal dibangun suatu gedung, begitu
juga dengan anak mba, jika pendidikan akhlak itu diberikan sejak kecil
maka besarnya nanti menjadi manusia yang berguna untuk dirinya sendiri,
keluarga, serta masyarkat,”(wawancara dengan ibu GL pada tanggal 8
Februari 2015).
Karena anak ibu GL masih kecil maka perlu adanya sesosok yang
menjadi contoh karena usia ND masih taraf mencontoh dan meniru. Maka
ibu GL akan berusaha untuk menjadi Ibu sekaligus Ayah yang baik untuk
anaknya.
Dalam pembinaan akhlak pada anak, bapak SD, tidak jauh berbeda
dengan Ibu GL, dimanapola pembinaan akhlak yang bapak SD berikan
hampir sama dengan Ibu GL yaitu memberikan contoh yang baik untuk
anaknya, seperti penjelasan bapak SD berikut ini,
“Pembinaan akhlak yang saya terapkan kepada RM yaitu selalu
menasehati agar RM jika bermain jangan nakal dengan teman-temannya,
serta saya sendiri yang harus berusaha untuk bisa menjadi yang terbaik
untuk RM, karena dari sayalah pembinaan RM dimulai,”(wawancara
dengan bapak SD pada tanggal8 Februari 2015).
Informan yang selanjutnya adalah janda dengan 2 anak yaitu Iu MN,
beliau menerangkan dalam pembinaan akhlak anak-anaknya, beliau
berpendapat bahwa pendidikan akhlak dimulai dari dalam rumah, mungkin
kedua anak Ibu MN berbeda karena untuk anak yang pertama dalam
mendidik akhlaknya keluarganya masih utuh sedangkan untuk anaknya
yang kedua kasih sayang seorang bapak kurang dirasakan, seperti penuturan
Ibu MN berikut ini.
“Pendidikan akhlak yang didapat oleh anak-anak saya antara anak
yang satu dan no dua sedikit berbeda mba, karena pada anak saya yang no
satu dulu sering bercerita dengan bapaknya tentang apapun juga,
sedangkan anak yang no dua tidak terlalu banyak bicara mba, apalagi saya
juga tidak terlalu bisa bercerita mba, jadi sekarang kakaknya yang gentian
mengajak adiknya bercerita,”(wawancara dengan Ibu MN pada tanggal 8
Februari2015).
informan yang terakhir adalah Ibu RN, janda dengan 3 anak ini,
menjelaskan bahwa pola pembinaan akhlak pada anak sangat penting, dan
dilakukan dengan pembiasaan contoh dan nasehat, bagi anak Ibu RN yang
sudah dewasa pembinaan akhlak yang mungkin sudah banyak didapatkan
disekolah serta TPA, akan tetapi bagi anaknnya yang masih kecil contoh
dan nasehat adalah cara yang bisa Ibu RN lakukan untuk melaksanakan
pembinaan akhlak terhadap anak-anaknya. Seperti penuturan Ibu RN
berikut,
“yang bisa saya lakukan adalah selalu mensehati dan memberikan
contoh hal-hal yang baik baik mba, seperti cara berbicara yang sopan
terhadap orang yang lebuh tua, serta selalu mesehati ketika anak-anak akan
berangkat sekolah,” ( wawancara dengfan Ibu RN pada tanggal8
Februari2015).
Berikut ini adalah pernyataan beberapa keluarga dan tokoh
masyarakat tentang orangtua single parent dalam :
Kakak bapak SD (ibu GL) :
“ya mbak, biasanya memang SD itu setiap sabtu minggu jenguk
anaknya di Solo. Saya melihat memang waktu untuk berkumpul dengan RM
sangat kurang, tapi SD masih bersemangat buat memberikan perhatian dan
kasihsayangnya. Dimaklumi karena kondisi ya mba,”.
Bapak SP (Ketua TPQ) :
“kalau single parent disini, memang rata-rata bekerja dan
menghabiskan waktu seharinya dengan mencari nafkah, tetap[i saya
melihat mereka tetap memberikan pendidikan agama yang baik untuk anak-
anaknya seperti di titipkan belajar ngaji di TPQ Al-ikhlas ini, atau kadang
juga ada beberapa anak-anak mereka yang ikut sholat berjemaah disini
masjid sini”.
Bapak JI (Ketua RT) :
“saya melihat mereka para orangtua single parent yang kerja ekstra
dimana harus mencari nafkah dan memang pandai mengelola waktu kumpul
dengan anak, ya walaupun ada sebagian yang harus dititipkan ke nekenya
saat ditinggal kerja,”.
M. Cara Dan Sarana Dalam Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan
Cara dan sarana yang diterapkan dalam pelaksanaan pembinaan
keagamaan guna mendidik anak-anak single parent dengan
memberikanpendidikan yang dapat diterapkan oleh seorang pendidik atau
orangtua dalam memberikan pembinaan keagamaan bagi anak-anaknya
sehingga tercapai tujuan pembinaan tersebut.
Berikut ini adalah penjelasan tentang cara dan sarana yang diterapkan
oleh para orangtua tunggal (single parent) untuk melakukan pembinaan
keagamaan yang dilakukan pada anaknya adalah sebagai berikut:
1. Keluarga Ibu YN
cara yang digunakan keluarga Ibu YN adalah cara keteladanan serta
selalu cara menasehati setiap apa yang bisa Ibu YN jelaskan kepada
anaknya.serta memberikan contoh dalam berbicara yang sopan terhadap
orang yamg lebih tua.
Cara keteladanan ini memerlukan sesosok yang secara nyata yang
dapat dilihat, diamati dan dirasakan oleh anak.sehingga mereka akan
menirunya. Cara ini sering dilakukan lebih banyak kepada hal-hal
perbuatan, tingkah laku seperti berkata-kata yang baik, menghormati yang
lebih tua serta lebih kepada hal yang bersifat akhlak seperti penjelasan yang
Ibu YN berikut ini:
“saya sebagai orang yang setiap hari dia lihat maka saya berusaha
menjadi yang lebih baik, karena saya yakin apa yang saya lakukan pasti
dilihat dan ditiru oleh anak saya, seperti pada saat saya berbicara dengan
neneknya, ketika saya selalu menggunakan kata-kata yang sopan maka
akan sayapun juga pasti akan menirukan apa yang saya lakukan,”
Serta cara perhatian yang wajib dan akan selalu Ibu YN berikan
untuk anaknya. Perhatian yang Ibu YN berikan kepada DW anaknya tidak
hanya perhatian dalam hal-hal keseharian tetapi juga perhatian terhadap
pendidikannya, seperti harapan yang diungkapkan oleh Ibu YN beriku ini:
“saya akan memberika apa yang bisa saya berikan mba, seperti halnya
pendidika, terutama pendidikan agama dan umum, maka akan saya
masukkan kemadrasah mba, agar pendidikan agama dan umumnya
seimbang,”
Serta Ibu YN juga menerapkan cara hukuman sebagai akibat dari
penyimpangan tingkah laku yang tidak pantas. Meskipun Ibu YN
menggunakan cara hukuman bukan berarti setiap kesalahan yang dilakukan
oleh DW selalu mendapat hukuman, sepertu halnya kalau kesalahan yang
fatal seperti mencuri atau hal-hal yang sangat berat maka Ibu YN akan
memberikan hukuman itu.
2. Keluarga Ibu KM
Sementara itu menurut ibu KM, cara yang digunakan sering sering
diajaknya berdialog bercerita tentang teman-temannya, dengan usia yang
masih sangat membutuhakn bimbingan secara langsung maka cara yang
digunakan Ibu KM adalah seringnya diajak berdialog, dan juga Ibu KM
selalu memberikan perhatian agar anaknya tidak merasakan kurangnya
perhatian dari orangtunya walaupun orangtuanya tidak lengkap.
“saya akan memberkan seluruh perhatian saya kepada anak saya mba,
karena itulah harta yang paling berharga, dengan usia FB yang masih kecil
maka metode yang saya gunakan dalam pembinaan akhlaj yaitu
keteladanan dan perhatian mba, karena dengan contoh dia dapat melihat
serta menirunya, ditambah dia sudah sekolah pasti tambah teman-
temannya, sehingga perhatian saya lebih ditambah lagi,” (wawancara
dengan Ibu KM, pada tanggal 6 Februari 2015).
Kedua cara ini akan selalu diperhatikan oleh Ibu KM sehingga
harapan orangtua akan terwujud dengan penerapan metode itu.
3. Keluarga Ibu MY
Dengan keterbatasan yang dimiliki oleh AG, maka Ibu MY
menggunakan cara yang kedekatan serta metode perhatian denagn kasih
sayanglah serta dialog yang dilakukan secara terus menerus.
“dengan melihat kekurangan yang dimiliki AG saya hanya berharap
kelak dia bias dan mampu mandiri, jadi kalau ditanya metode pembinaan
saya hanya bias memberika contoh, sering diajak berbicara dan tentunya
perhatian dan kesabaran,”(wawancara dengan Ibu MY, pada tanggal 6
Februari2015).
4. Keluarga bapak AG
cara yang digunakan oleh bapak AGdalam pembinaan akhlah untuk
anaknya adalah cara keteladanan serta cara keterbukaan yang diterapkan
oleh bapak AGterhadap anaknya, ketrebukaan disini adalah adanya dialogis
anatar orangtua dan anak. Orangtua sering menayakan kebutuhan anak dan
bias menjadi tempat bercerita bagi anak. Sedangkancara keteladanan adalah
memberi contoh secara langsung baik dalam hal ibadah maupun dalam
akhlak tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam kehidupan
sehari-hari seperti mencuci baju, menyapu, merapikan tempat tidur dll,
“saya sebagai orang yang paling dekat dengan anak saya, dan
walaupun hanya bertemu seminggu sekali saya mengajarkan RM dengan
cara keteladanan, perhatian, pembiasaan dan kedisiplinan mba”
(wawancara dengan bapak AG, pada tanggal 8 Februari2015).
5. Keluarga bapak AG
bapak AG menggunakan cara perhatian dan keteladanan karena usia
anak bapak AG yang yang masih kecil maka cara keteladanan yang baru
bapak AG bisa berikan dan tidak meninggalkan cara perhatian, melihat usia
anak bapak AG yang masih usia anak dan sudah masuk sekolah SD, maka
segala apa yang dilihatnya pasti membuat dia ingin melakukannya pula,
seperti apa yang dilakukan oleh teman sebayannya disekolah pasti dia juga
melakukannya dirumah, seperti bermain ataupun kata-kata yang yang
didengar disekolah,
“saya takutnya kalau sampai kurang perhatian, malah takutnya nanti
mencari perhatian diluar rumah, maka dngan selalu mengajak berbicara
maka apa yang dia inginkan akan saya berikan sesuai dengan kemampuan
saya, dan juga keteladanan yang perlu adanya kesadaran pada diri saya
juga mba, sebagai orangtua tunggal yang harus membesarkan anak saya
sendiri,” (wawancara dengan bapak AG, pada tanggal 8 Februari 2015).
6. Keluarga bapak SD
Sebagai seorang duda bapak SDmenggunakan cara keteladan dan
cara perhatian serta cara hukuman. Sebagai seorang duda, pasti cara dalam
menerapkan pendidikan dengan keteladanan, tidak begitu tepat karena anak
dari bapak SDseorang putra tampan, maka untuk keteladan hanya dalam
akhlak sedangkan dalam kegiatan setiap hari seperti apa yang dilakukan
seorang Ibu akan sangat berbeda,apalagi RM tinggal bersama neneknya
berbeda agamanya saat ini, akan tetapi itu semua tidak mengurangi rasa
perhatian bapak SD terhadap anaknya RM. Dengan sikap yang dimiliki oleh
seorang ayah jika anak melakukan kesalahan pasti adanya hukuman yang
trekadang bapak SDberikan kepada anaknya.
“terkadang untuk pekerjaan sehari-hari kan dikerjakan oleh ibu saya, jadi
mungkin anak saya melihat dan meniru apa yang dilakukan oleh neneknya,
kalau saya akan saya ajarkan adalam hal beribadah walaupun semnggu
sekali, seperti saya ajak iqro, ngaji, tetapi karena saya terkadang terbawa
suasana dan entah bagaimana jika RMitu berbuat salah kadang saya
hukum, ntah itu saya bilang tidak akan membelikan apa atau apa gitu, biar
anak juga mempunyai rasa takut terhadap anaknya, serta tidak
manja.”(wawancara dengan bapak SD, pada tanggal 8 Februari2015).
7. Keluarga Ibu MN
Janda dengan 2 anak ini selalu menerapkan cara kedisiplinan serta
tidak meninggalkan cara yang pokok yaitu cara keteladanan, cara perhatian,
keterbukaan serta cara hukuman
Dengan adanya anak yang sudah dewasa maka Ibu MN dalam
menerapkan cara pembinaan, maka adanya keterbukaan yang sudah bersifat
pribadi, untuk bisa melatih anak agar mau bercerita maka, Ibu MN
membiasakan untuk selalu bercerita dengan anak-anaknya, sejak anak Ibu
MN yang pertama masih kecil dan sampai mempunyai adik dan berpisah
dengan suaminya, dalam hal mendidik anak tidak pernah membeda-bedakan
anatara anak yang satu dengan anak yang satunya. Semua memperoleh hak
yang sama yaitu kasih sayang serta perhatian dari Ibu HM.
“saya tidak pernah membeda-bedakan mba, dalam mendidik anak, apalgi
caranya berbeda, yang terpenting adalah saya ajarkan untuk terbuka
dengan saya, serta saya selalu mengajarkan untuk pembiasaan yang baik,
seperti membantu pekerjaan rumah, serta kebiasaan yang baik seperti
mengaji, karena dengan dimulai pembiasaan itu akan terlatih dan
memberikan rasa tanggung jawab terhadap dirinya kelak,“(wawancara
dengan Ibu MN pada tanggal 8 Februari2015).
8. Keluarga Ibu RN
cara yang digunakan oleh janda dari 3 anak ini adalah tidak berbeda
dengan yang lain, caraketeladanan serta cara perhatianpun tidak bisa
dipisahan serta cara hukuman adalah bentuk kasih sayangnya agar anak-
anaknya tidak mudah untuk melakukan penyelewengan akhlak.
“dalam keadaan saya yang sekarang ini dengan mengurus tiga
anak, bukanlah pekerjaan yang mudah, akan tetapi saya akan berusaha
dengan sebaik-baiknya untuk menjadi Ibu sekaligus Ayah untuk anak-anak
saya, dengan memperhatikan metode yang baik dan sesuai untuk usia
anak saya, karena dengan metode kedekatan, serta keteladanan anak bias
langsung lihat saya sebagai orang yang paling dekat, tapi tidak menutup
kemungkinan, pengaruh dari lingkungan luar sangat cepat juga, dengan
memberikan dasar agama yang kuat serta pendidikan yang baik, saya
yakin anak-anak akan tumbuh menjadi anak yang kuat, mandiri serta
berakhlak mulia, serta tidak jarang saya harus menggunkan kata-kata
yang keras agar anak-anak juga tumbuh mejadi anak yang mandiri serta
tidak manja,”(wawancara dengan ibu RN pada tanggal 8 Februari 2015).
Cara yang digunakan secara umum adalah cara Keteladanan,
nasehat, perhatian, pembiasaan serta hukuman. Tetapi dalam prakteknya
beberapa cara yang ditekankan dalam penggunannya, hal itu semua tidak
digunakan oleh keluarga single parent. Ada yang hanya menggunakan
beberapa cara saja dalam satu keluarga single parent.
G. Faktor Faktor Penghambat dan Pendukung Serta Solusi
Berdasarkan hasil wawancara maka terdapat bebrapa faktor yang
menjadi pendukung dalam arti memudahkan proses pelaksanaan pembinaan
keagamaan bagi anak keluarga single parent. hal itu bisa dimaklumi karena
proses pembinaan tersebut tentu sangat berkaitan dengan berbagai hal dan
kondisi disekitar. Faktor penghambat tersebut adalah :
1. Keterbatasan waktu dalam hal itu dikarenakan peran ganda yang di sandang
oleh orangtua single parenttentu berbeda dengan orangtua lengkap, karena
adanya kewajiban untuk mencari nafkah disamping fungsi lain seperti,
pengawasan dan pendidikan.
Seperti yang dipaparkan oleh beberapa informan seperti ibu
2. Kondisi pendidikan yang beragam dari orangtua single parent sehingga
berimplikasi pada pengetahuan tentang pentingnya pendidikan agama.
3. Faktor ekonomi akibat lain dari kondisi single parent adalah terbatasnya
pendapatan (financial) dalam kehidupan sehari-hari sehingga melibatkan
keluarga lain yang ikut membantu.
4. Seringkali anak keluarga single parent kurang bersemangat dalam proses
pembinaan keagamaan tersebut. Hal itu berkaitan dengan faktor psikologis
mereka.
Adapun yang menjadi faktor pendukung dalam proses pembinaan
keagamaan adalah sebagai berikut :
1. Adanya masjid di daerah penelitian, dimana tempat tersebut sebagai
aktivitas keagamaan orangtua, remaja, anak-anak seperti untuk pengajian,
untuk TPA, untuk buka bersama, mauludan, dan khataman.
2. Adanya persepsi yang kuat tentang konsep doa anak sholeh/sholehah bagi
orangtuanya saat kedua orangtuanya telah meninggal dunia, sehingga
mereka berusaha kuat melakukan pembinaan keagamaan.
3. Adanya harapan yang sangat kuat dari orangtua agar kehidupan anak-anak
lebih baik dari orangtuanya baik kehidupan materi maupun rohani.
4. Kedekatan yang lebih kuat dengan anak, (sebagai akibat dari kondisi
keluarga single parent) memudahkan dalam pembinaan keagamaan.
Adapun yang menjadi solusi dalam proses pembinaan keagamaan
adalah sebagai berikut :
a. Memberikan waktu ekstra kepada anak untuk melakukan komunikasi
dengan baik serta berkumpul bersama anak pada saat hari libur kerja dan
hari libur sekolah. Dengan demikian orangtua single parent dapat
memberikan perhatian dan mencurahkan kasih sayang kepada anak agar
anak tidak merasa kurang akan perhatian dan kasih sayang orangtua.
Komunikasi yang baik akan mempererat ikatan antara orangtua dan anak
menjadi lebih hangat yang berdampak pada rasa nyaman. Dalam
kesibukan sepekan akan terasa ringan dan menghilangkan penat saat
mencari nafkah dengan meluangkan waktu ekstra pada saat liburan akhir
pekan.
b. Keberagaman jenjang pendidikan orangtua single parent dapat
dimanfaatkan dengan saling tukar pikiran untuk bertukar pengalaman
dalam melaksanakan pembinaan keagamaan pada anak-anak mereka.
c. Mengolah faktor psikologis anak-anak single parent agar mereka
menjadi pribadi yang melek terhadap agama dan antusias pada saat
pelaksanaan pembinaan keagamaan dalam keluargasingle parent.
Dengan memberi semangat, motivasi atau inspirasi keagamaan agar
anak-anak sadar akan ilmu agama tentang pentingnya beribadah dan
memahami ilmu keagamaan.
d. Memperbaiki ekonomi dengan upaya lebih dari satu profesi atau lebih
dari satu perkejaan sehingga memiliki penghasilan tambahan.
Mengajarkan kepada anak-anak untuk membantu orangtua single parent
dengan cara berjualan kecil-kecilan seperti berjualan kue atau es untuk
dibawa ke sekolah atau TPA/TPQ.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pola Pembinaan Keagamaan Anak Single Parent di Tegalrejo RT 03 RW
03 kec. Argomulyo
Kehidupan keluarga sekarang pada umumnya lebih banyak terperdaya
oleh tipu daya duniawi.Mengaku beragama islam tetapi tidak atau kurang
pandai membaca Al-Qur’an. Memiliki Al-Qur’an bukanya dibaca, tetapi hanya
dijadikan pajangan. Bahkan Al-Qur’an itu berdebu, karena lama tersimpan, tak
pernah di baca. Inilah potret keluarga yang miskin tradisi keagamaan. hal ini
terjadi dalam lingkup keluarga lengkap pada umumnya, bagaimana orangtua
single parentmenyikapi potret yang miskin akan tradisi keagamaan, oleh sebab
itu peneliti melakukan penelitian dalam beberapa keluarga single parentpada
masyarakat Tegalrejo Rt 03 Rw 03 Kecamatan Argomulyo melalui pembinaan
keagamaandengan menggunakana beberapa metode. Orangtua single
parentharus menyadari dan mengembalikan fungsi keluarga di bidang
pendidikan agama yang selama ini terabaikan. Pendidikan ibadah shalat,
pendidikan membaca Al-Qur’an harus menjadi tradisi dalam kehidupan
keluarga khususnya pada anak-anak mereka yang harus sudah tertanam sejak
dini dengan pendekatan menggunakan beberapa pola atau metode.
Pola pembinaan dalam Islam adalah semua cara yang digunakan dalam
upaya mendidik anak sehingga dapat tercapai kematangan kepribadian serta
tingkah laku yang sesuai dengan dasar agama yaitu Al Qur’an serta Al Hadist
yang dijadikan dasar dalam pembinaan keagamaan anak-anak mereka. Dengan
berpedoman pada dasar Al-Qur’an dan Hadist, para orangtua single parent
mempunyai tujuan dalam melakukan pembinaan keagamaan pada anak mereka
yaitu agar anak-anakbertumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang
sholeh/sholehah serta menjadi pribadi yang mulia. Selain bertujuan untuk
menjadikan anak sebagai anak yang mempunyai kepribadian yang mulia,
tujuan pembinaan keagamaan juga sebagai perkembangan menuju kedewasaan,
sebagai pedoman hidup dan sebagai bekal masa depan yang bahagia dunia dan
akhirat.Tentunya dasar dan tujuan pembinaan keagamaan tidak lepas dari
materi pembinaan keagamaan Yaitu : pembinaan aqidah dan pembinaan ibadah
serta pembinaan akhlak. Dalam hal ini, pembinaan ibadah adalah penyempurna
daripada pembinaan aqidah, dimana ritus keagamaan harus berdasarkan pada
pengetahuan keagamaan agar tidak tersesat dalam pelaksanaan beribadah.
Dalam menanamkan nilai kepercayaan pada hal ghaib terhadap anak-anak,
tentunya tidak mudah oleh sebab itu pembinaan materi aqidah dan akhlak harus
ditanamkan mulai sejak dini. Materi yang diajarkan pada anak disampaikan
oleh gurunya didalam kegiatan mengajar, dikarenakan kesibukan orangtua dan
latar belakang poendidikan orangtua single parent itu menmbuat mereka harus
pandai mengatur waktu untuk tetap mengajarkan pembinaan aqidah dan akhlak
melalui pendidikan formal ataupun melalui pendidikan non formal seperti
sekolah, TPA/TPQ.
Pola pembinaan keagamaan anak single parent di Tegalrejo rt 03/rw 03
Kec. Argomulyobahwa pada dasarnya orangtua single parent mendidik anak-
anaknya dengan penerapan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.Walaupun
mereka menjadi orangtua single parent, mereka tidak lupa mencurahkan
perhatian terhadap tumbuh kembang anaknya melalui komunikasi yang
dilakukan orangtua ketika menemani anak membaca buku, mengaji, bermain
dalam mengenal lingkungannya.
Orangtua single parent selain memberikan perhatian kepada anaknya
juga membiasakan anak untuk hidup mandiri namun tetap dalam arahan
orangtuanya.Seperti ketika mengajarkan anak untuk sholat lima waktu maupun
sholat berjamaah. Serta membimbing dalam melaksanakan puasa baik puasa
ramadhan maupun puasa sunnah, seta mengajarkan anak untuk membaca Al-
Qur’an. Dan mengajak anak ikut serta dalam mengikuti Maulid nabi, khataman
ataupun TPQ.Walaupun ketika mengajarkan kebiasaan anak, orangtua
mengalami kendala namun kendala tersebut sebaiknya dijadikan motivasi
dalam membentuk kepribadian keagamaan anak.
Berikut adalah kesimpulandari polayang digunakan oleh para orangtua
tunggal (single parent) dengan 8 (Delapan )informan yang terdiri dari 7 janda
dan 1 duda. Dan dimana para orangtua berusaha untuk melakukan pembinaan
keagamaan yang ditujukan untuk anak-anak mereka sehingga apa yang
diharapkan oleh para orangtua dapat tercapai. Karena pada dasarnya pola
pembinaankeagamaan yangdilakukan oleh para orangtua single parentadalah
sama seperti apa yang dilakukan oleh orangtua yang lengkap. Hanya saja ada
hal yang membedakan dimana unsur kelengkapan orangtua sangat berpengaruh
terhadap perkembangan pribadi anak, sehingga butuh intensitastertentu dalam
proses pembinaan tersebut.Berikut ini penulis akan menguraikan pola yang
paling sering digunakan oleh informan.
Pola keteladanan misalnya diungkapkan oleh informan Ibu GL dan Bapak
SD sebagai berikut :
“Iya mba, pendidikan itu sangat penting mba, apalagi pendidikan
agama, sekarang ja ND dah kelas SD mba, dan paling penting saya akan
ajarkan sebisa saya mba, kayak doa mau makan, menjawab salam, ya
pokoknya yang kecil kecil dulu mba, tapi bisa menjadi dasar mba. Ini
sudah mulai ikut ikut kemasjid untuk ngaji TPA mba, itu adalah dasar
pokoknya mba, semoga menjadi anak yang sholeh dan berguna untuk
bangsa dan agama mba,kalo sholat ya saya ngajak jemaah pas subuhan
mba, soalnya waktu saya kan terbatas dan memang bisanya memberikan
contoh pas subuhan itu,”(wawancara dengan ibu GL pada tgl 8 Februari
2015).
“Yang paling penting untuk dasar pembinaan agama itu buat saya
adalah dasar Al Qur’an dan Hadist mba, tetapi dengan usia anak saya
yang masih kecil maka saya akan memberikan contoh bagaimana berkata
yang sopan, bertingkah laku yang baik serta selalu membimbing untuk
selalu menerapkan doa sehari-hari itu, dan yang tidak kalah penting lagi
yaitu pembinaan dalam hal ibadah mba, walaupun anak saya masih kecil
saya harus membiasakan untuk ketegasan, dan kadang juga sama
neneknya, apalgi kalu waktu shalat, kalau sabtu-minggusaya kan ke Solo
jadi pas di Solo RM saya ajarkan shalat, saya tuntun gerakannya
walaupun bacaannya belum bisa mba, ya karna si RM masih kecil, jadi
saya ajarkan sebisanya mba” (wawancara dengan bapak SD pada tanggal
8 Februari 2015).
“Mendidik anak yang berkenaan dengan kewajiban anak terhadap
agama, hendaknya orangtua dapat menciptakan satu kondisi yang agamis
dalam perilaku maupun suasana di dalam rumahnya. Tindakan pendidikan,
dalam bentuk memberi contoh, mengajak anak untuk secara bersama-sama
melaksanakan kewajiban agama merupakan pilihan yang tepat. Andai kata,
orangtua hanya meminta anak untuk melaksanakan kewajiban tersebut,
sementara orangtua sendiri tidak melakukannya, maka tujuan yang hendak
di capai akan jauh untuk bisa diraih.Khusus dalam kewajiban
melaksanakan ajaran agama ini, anak-anak lebih membutuhkan teladan
dari orangtuanya. Hendaknya orangtua tidak berperilaku seperti calo
penumpang kendaraan umum, dimana orangtua berteriak-teriak menyuruh
orang naik ke bus, tetapi saat bus itu berangkat orangtua itu sendiri tidak
ikut di dalamnya.Jangan pula orangtua berperilaku seperti calo penonton
bioskop, dimana orangtua berteriak-teriak, “Ayo,saudara-saudara
tontonlah film ini. Film ini bagus sekali. Anda akan menyesal jika tidak
menontonya. Ini karcisnya, belilah.” Akan tetapi, ketika film itu diputar,
sang calo tidak ikut menonton. Kiranya dengan “ibarat” yang dicontohkan
di atas, orangtua harus benar-benar mengambil sikap dan cara yang lebih
nyata dalam membimbing anak kita untuk dapat melaksanakan kewajiban
agamanya”(Syafei, 2006:54).
Metode keteladan sebagian ditulis oleh (Darajat, 1970:89 )polayang
cukup besar pengaruhnya dalam membina adalah cara pemberian contoh
dan teladan.
Pola keteladan adalah cara yang sangat pokok, dimana setiap
tingkah laku orangtua harus berhati-hati dan harus selalu memperhatikan
apa yang dilakukannya, karena setiap tingkah laku orangtua akan dilihat
oleh anak-anaknya. Kemudian anak-anaknya akan mengikuti apa yang
dilakukan oleh orangtuanya. Pola keteladanan ini sering dilakukan lebih
banyak kepada perbuatan tingkah laku seperti selalu berkata yang baik dan
menghormati orang lain, karena secara langsung dapat dilihat oleh anak
mereka yang usianya masih kecil, karena jika anak yang sudah berusia
dewasa setidaknya sudah banyak pengaruh dari luar seperti dilingkungan
sekolah maupun lingkungan teman.
Kedelapan informan yang penulis teliti dengan pola keteladanan
sangat berpengaruh kepada anak-anaknya, sehingga para informan harus
menjaga tingkah laku, ucapan serta perbuatan mereka, sehingga tujuan
pembinaan keagamaan pada anak akan tercapai dengan hasil yang baik
serta dapat memberi manfaat untuk masa depan anak-anaknya.
Pola berikutnya adalah melalui cara nasehat hal ini diungkapkan
oleh informan Ibu MN, Ibu KM, Ibu MY dan bapak AG.
“Ya, namanya juga anak-anak mba, terkadang masih sering lalai
dalam ibadah sholatnya, wong kita yang dewasa juga sering lalai mba.
Biasanya saya mengingatkan HD biar gak lali ibadahnya. Kakaknya, RN
juga sering mengingatkan HD mba, kami saling mengingatkan agar
melaksanakan ibadah sholat fardlu, sedang kalau ibadah puasa
ramadhannya HD, Alhamdulillah menjalankan puasa penuh dari fajar
sampai magrib mba. Insyallah, kalau wong sembahyang kiw mesti eling
karo seng kuoso mba, gawe tuntunan urip”. Ya kalau ngaji, HD ikut TPQ
di Masjid mba dan di masjid juga banyak kegiatan-kegiatan keagmaan
yang HD ikuti mba, seperti khataman, mauludan, kadang kalau idul fitri
ya ikut takbiran ”. .”(Wawancara dengan Ibu MN pada tanggal
8Februari 2015).
“sejak kecil mulai masuk TK, FB sudah saya ajarkan tentang
percaya kepada Allah mba, seperti kalau berbuat jahat pada temannya
nanti dilihat oleh Allah lo… terus nanti Allah marah. Ya walaupun
terkadang FB selalu bertanya “Allah itu kayak apa to bu,,?? Saya jawab
juga sebisa saya mba, Allah itu sembunyi dulu sebelum FB menjadi anak
yang sholehah, anak yang pintar, dll. Dan saya sudah menyekolahkan
disekolah yang baik juga mba, nanti kalau FB sudah jadi anak yang baik
terus shalatnya tidak bolong-bolong Allah akan tambah sayang sama FB,
jadi FB harus jadi anak yang tidak nakal dengan teman-teman, tidak
melawan ibu”(wawancara dengan Ibu KM, pada tanggal6 Februari
2015).
“saya hanya memberikan sebatas yang saya bisa saja mba, seperti
kalau mau melakukan aktivitas apapun harus membaca doa,” ms AG
kalau mau makan harus baca bismillah biar setannya tidak ikut makan, ms
AG jadi kenyang, kalau ibu shalat ms AG juga ikut shalat ya, biar Allah
tambah sayang dengan ms AG”, itulah yang bisa saya lakukan mba,”
(wawancara dengan Ibu MY pada tanggal6 Februari 2015).
“saya sudah merasa tenang karena pembinaan aqidah yang selalu
saya ajarkan sejak kecil sampai sekarang masih terus dilakukan, ditambah
lagi EG juga sudah ngaji di TPA dan disekolahnya, kepercayaan dengan
yang ghoib mulai EG pahami seperti adanya setan, malaikat, peri dll,
tetapi semua itu tetap ciptaan Allah SWT, serta saya harus ekstra
mengingatkan akan kewajibanya untuk ibadah sholat, karena itu adalah
dasar pokok menjadi pribadi yang mulia” ( wawancara dengan bapak AG
pada tanggal8 Februari2015).
Komunikasi orangtua dan anak sangat diperlukan dalam sebuah
hubungan yang harmonis, oleh sebab itu orangtua harus memberikan
perhatian kepada anaknya melalui nasehat-nasehat yang positif dan tidak
bersifat emosional sesaat yang berdampak negatif pada anak sehingga
anak cenderung memiliki sifat pemarah. Hendaknya ketika menasihati
anak dengan menggunakan bahasa yang baik dan intonasi yang halus.
Sebaiknya orangtua lebih sering berdialog dengan anak sehingga anak
memiliki sikap terbuka terhadap segala hal yang mereka alami dalam
kehidupan sehari-hari kepada orangtua.
Pola menasihati sebagian ditulis oleh (Munir, 2006:12 )pola ini
berisikan tentang nasihat dan petuah, bimbingan atau pengajaran, kisah-
kisah, kabar gembira dan peringatan serta wasiat atau pesan-pesan positif.
Pola nasehat atau dialog antara orangtua dan anak adalah pola
yang paling sering digunakan, karena dengan adanya dialog dan
komunikasi yang terjalin antara orangtua dan anak maka akan tercipta
ikatan batin yang sangat kuat sehingga dimana tujuan orangtua dalam
memberikan pembinaan keagamaan dapat tercapai dengan baik sehingga
anak akan tumbuh menjadi anak berkepribadian baik. Orangtua tidak
hanya sebagai orangtua yang harus dihormati dan ditakuti akan tetapi
orangtua dapat dijadikan teman dalam berdialog, sehingga anak -akan
tetap merasa nyaman bersama orangtuanya.
Dialog yang terjadi antara orangtua dan anak sangat berpengaruh
terhadaptingkah laku anak, apalagi jika orangtua tunggal itu adalah
seorang janda, maka lebih banyak dialog terhadap anak-anaknya dengan
dialog dari hal-hal yang sepele karena melihat usia anak-anak para
responden masih pada taraf balita maka dialog yang digunakan oleh
orangtua tunggal adalah dialog yang barkaitan dengan kehidupan sehari-
hari. Dari dialog yang selalu menanamkan nilai-nilai keagamaan maka
seiring tumbuh kembang anak maka akan tumbuh menjadi pribadi dengan
akhlakul karimah.
Pola berikutnya adalah melalui cara perhatian hal ini diungkapkan
oleh informan bapak AG, Ibu YN dan Ibu MN.
“Iya mba, sejak istri meninggal saya kembali kerumah orangtua
saya mba, tapi bagaimanapun juga saya harus tetap bekerja tanpa
mengesampingkan pendidikan anak saya mba, dengan selalu saya ajak
bicara, berdiskusi, selalu mendisiplinkan waktu belajar, mengaji dan
bermain, saya yakin EG akan tumbuh menjadi anak yang kuat dan
berguna bagi bangsa dan agama”(wawancara dengan bapak AG pada tgl
8 Februari 2015).
“alhamdulillah mb, warga disini juga membantu saya mendidik
HD, mengarahkan pada kegiatan keagamaan mb, ya seperti TPQ,
mauludan, khataman dan kalau ada kegiatan pesantren kilat HD suka
mengikuti kegiatannya di sekolahnya dan saya sudah yakin dengan
penanaman aqidah untuk anak saya yang sudah besar, serta sudah punya
tanggung jawab untuk kewajibannya dalam beribadah bahkan tidak hanya
shalat lima waktu tetapi sudah ditambah dengan shalat sunnah ssperti
tahajud dll, akan tetapi untuk anak saya yang masih butuh dampingan
maka saya sedikit cerewet mba, ditambah lagi anak saya yang kecil itu
cerewet,saya harus mampu menjadi contoh bagi anak saya mba,”
(wawancara dengan Ibu MN, pada tangga8 Februari2015).
“saya yakin dengan apa yang saya berikan kepada anak saya
adalah hal yang baik, karena pembinaan aqidah yang sudah ajarkan sejak
kecil, dan menyekolahkannya disekolah yang insyallah baik juga
memberikan efek yang baik pula, serta selalu mendisiplinkan waktu shalat
adalah hal yang harus saya pantau terus mba” (wawancara dengan Ibu
YN, pada tanggal 6 Februari 2015).
Walaupun menjadi orangtua tunggal dan memiliki kewajiban untuk
mencari nafkah, tetapi orangtua harus mengutamakan pendidikan anak
yang bersifat internal maupun eksternal. Pada dasarnya anak-anak yang di
asuh oleh orangtua Single Parent mempunyai kebutuhan perhatian yang
sama besarnya bahkan lebih daripada keluarga lengkap pada
umumnya.Orangtua juga harus mengutamakan kebutuhan perhatian anak
dari orangtuanya.
Pola perhatian adalah cara yang paling tepat dalam memperbesar
kapasitas orangtua pada rasa cinta dan suasana positif yang sudah ada
didalam keluarga terutama terhadap anak. Karena “bagi anak-anakhidup
adalah saat ini. Bagi mereka, saat nanti masih sangat jauh, sehingga tak
terpikirkan oleh mereka. Anak-anak hidup untuk hari ini” (Biddulph, 2006
: 25).
Pola perhatian adalah hal wajib yang harus diberikan oleh orangtua
terhadap anaknya, baik orangtua yang utuh maupun orangtua tunggal.
Perhatian akan selalu dibutuhkan oleh siapapun baik itu anak-anak,
dewasa, maupun orangtua.
Perhatian yang diberikan orangtua terhadap anaknya meliputi
banyak hal seperti perhatian terhadap kebutuhan sehari-hari,
memperhatikan pendidikan baik itu pendidikan umum maupun pendidikan
agama, karena pendidikan sangat penting sebagai bekal masa depan serta
pedoman untuk kebahagian dunia dan akhirat.
Polaberikutnya adalah melalui pembiasaan hal ini diungkapkan
oleh informan Ibu GL dan Ibu RN sebagai berikut :
“Iya mba, pendidikan itu sangat penting mba, apalagi pendidikan
agama, sekarang ja ND dah kelas SD mba, dan paling penting saya akan
ajarkan sebisa saya mba, kayak doa mau makan, menjawab salam, ya
pokoknya yang kecil kecil dulu mba, tapi bisa menjadi dasar mba. Ini
sudah mulai ikut ikut kemasjid untuk ngaji TPA mba, itu adalah dasar
pokoknya mba, semoga menjadi anak yang sholeh apalagi kedepannya dia
akan jadi kepala rumah tangga dan pemimpin.agarND berguna untuk
bangsa dan agama mba,kalo sholat ya saya ngajak jemaah pas subuhan
mba, soalnya waktu saya kan terbatas dan memang bisanya memberikan
contoh pas subuhan itu,”(wawancara dengan ibu GL pada tanggal 8
Februari 2015).
“ Ya kita sudah hampir 6 tahun tidak mengkonsumsi TV, jadi
kegiatan saya dan anak-anak selagi luang adalah membaca buku. Kami
pergi ke perpustakaan, kadang hanya memhabiskan waktu dengan
membaca buku disana atau kami pinjam buku lalu membacanya dirumah
dan sesekali kami membeli buku di toko buku mba. Kami sering berdialog,
berkumpul bersama-sama untuk mengkaji ayat-ayat Al-Qur’andengan
membaca perayat lalu kami membaca artinya, apabila waktu sholat tiba
kami sering melakukan sholat berjemaah, dan anak-anak RH dan RF
memang saya titipkan di sekolah SDIT, agar mereka juga padat
aktifitasnya serta di sekolahan mereka setiap selesai jam belajar mengajar
diadakan kegiatan TPQ, jadi mereka tidak terlalu banyak waktu yang
terbuang mba. Dan untuk kegiatan keagamaan lainnya di lingkungan
rumah, anak-anak sering ikut seperti mauludan, kalau pas waktu lebaran
ya ikut takbiran, tapi kalau hari-hari biasa RH dan RF ini terbatas sekali
karena kembali lagi masalah waktu, anak-anak pulang sekolah saja sudah
sore haritetapi saya sudah percaya dengan anak saya yang gede mba
dalam pendidikan aqidahnya, tetapi untuk anak saya yang masih kecil
saya harus tetap mamantau dan terus membimbingnya, karena masa
anak-anak adalah masa emas, dimana anak dengan mudah menangkap
apa yang diajarkan orangtuanya seperti jika berbuat baik nanti masuk
surge tapi kalu berbuat jahat akan masuk neraka, apalagi kalau shalatnya
bolong-bolong, Allah pasti marah pada kita,” (wawancara dengan ibu RN
pada tanggal8 Februari2015).
Sebagai orangtua wajib membiasakan anak sejak usia dini, seperti
mengajak anak membaca buku cerita anak atau buku cerita nabi.
Mengajarkan anak untuk mengaji, membiasakan anak berdoa sebelum
melakukan aktivitas dan berdoa sesudah melakukan aktifitas, serta
mengurangi aktifitas menonton televisi yang kurang mendidik anak, karena
anak belajar dari apa yang mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
itu orangtua harus menerapkan pola pembiasaan.
Pola pembiasaan adalah cara orangtua dalam mendidik anak dengan
membiasakanya sejak kecil seperti “anak di minta untuk membiasakan diri
melakukan hal-hal berikut :
c. Memelihara, menyimpan, dan menggunakan sarana belajarnya dengan
tertib.
d. Mematuhi kapan ia harus belajar, bermain, tidur siang, tidur malam, dan
bangun pagi” (Syafei, 2006:43).
Pembiasaan yaitu segala sesuatu yang dilakukan secara terus menerus
dan dilakukan setiap hari dan setiap saat. Pembiasaan yang selalu diterapkan
oleh para orangtua tunggal (Single Parent) akan selalu dikerjakan oleh anak-
anaknya jika pembiasaan itu juga dilakukan oleh orangtuanya, pembiasaan
ini merupakan hasil dari metode keteladanan sehingga apa yang dilihat oleh
anak akan selalu diikuti oleh anak, maka dengan ini orangtua sangat
diharapkan menjadi contoh yang baik untuk anak-anaknya sebagai pendidik
pertama dalam lingkungan keluarga seperti halnya ketika orangtua
melakukan shalat, maka secara langsung mengajarkan gerakan shalat
terhadap anak-anaknya, meskipun dalam ucapan atau doa belum bisa.
Perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh orangtua dan dicontoh
oleh anak-anaknya akan menjadi suatu kebiasaan yang baik sehingga
tingkah laku anak bias terkontrol dan mampu memberikan contoh yang baik
untuk anak-anaknya.
Pola berikutnya adalah melalui Hukuman hal ini diungkapkan oleh
informan Ibu YN dan ibu GL.
“Mendidik anak merupakan kewajiban setiap orangtua karena itu
adalah amanah yang diberikan oleh Allah kepada setiap orangtua, maka
sudah menjadi kewajiban orantua untuk mendidik anaknya, dengan dasar
Agama yang baik, saya memberikan dasar agama kepada anak saya supaya
kelak menjadi anak yang berbudi pekerti baik dan menjadikan pedoman
disetiap langkahnya,contohnya kalo anak saya tidak mau berangkat TPA
biasanya saya hukum dengan mengurangi uang saku”(wawancara dengan
ibu YN pada tanggal 6 Februari 2015).
“ya namanya anak kecil masih wajar suka nyeleweng main game
mbak, jadi pernah ND gag pergi TPQ trus dia malah main game dan uang
sakunya buat main game. Saya nasehatin mba, kalo ND masih main game,
bunda gag kasih ND uang suka selama seminggu dan akhirnya di hari
ketiga ND bilang sama saya, bunda ND gag main game lagi tapi bunda
kasih ND uang jajan lagi ya?”(wawancara dengan ibu GL tanggal 8
Februari2015).
Ketika mendidik anak merupakan kewajiban semua orangtua untuk
itu orangtua harus memperhatikan makna situasi pergaulan bagi anak seperti
orangtua mengajarkan sifat-sifat baik pada anak, agar anak mampu bersikap
baik terhadap orang lain. Apabila anak diberikan arahan untuk menuntut
ilmu di tempat TPA/TPQdan anak tidak patuh terhadap arahan dari
orangtuanya maka orangtua wajib memberikan hukuman. Tetapi hukuman
yang diberikan oleh orangtua adalah hukuman bersifat mendidik, bukan
hukuman yang berupa hukuman fisik.
Pola hukuman adalah untuk mendidik anak agar mereka bertanggung
jawab atas apa yang mereka lakukan serta untuk mendidik anak agar mereka
disiplin. Disiplin adalah “mengarahkana anak agar mereka belajar mengenai
hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka
bergantung pada disiplin diri” (Rimm, 2003:47).
Walaupun anak di tuntut untuk disiplin tetapi juga harus diberi
kebebasan, karena displin dan kebebsana merupakan dua hal yang tak
terpisahkan satu sama lain (Rimm, 2003:48).
Mendidik anak dengan pola disiplin bertujuan agar anak patuh
terhadap orangtuanya, tetapi jangan sampai orangtua salah dalam mendidik
anak karena orangtua mengharapkan kedisplinan yang ketat dari anak. Hal
itu hanya menjadikan sebuah kepatuhan yang salah, karena dapat
menjadikan anak sebagai orang yang pemalu, penakut dan tidak berani
berinisiatif bahkan tindakan ini dikhawatirkan apabila anak mengalami
depresi.
Pola dengan carahukuman, memang tidak semua orangtua
menggunakan cara ini, karena hukuman kepada anak tidak membuat anak
mengerti akan kesalahannya, bahkan bisa jadi dengan memberikan hukuman
anak menjadi lemah bahkan merasa minder. Tidak semua hukuman mampu
memberikan efek jera kepada anak malah justru sebaliknya dengan
hukuman terkadang anak malah menjadi tidak terkontrol.
Orangtua tunggal yang menggunakan pola hukuman biasanya juga bisa
dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab orangtua memberikan hukuman,
baik itu faktor dari orangtua itu sendiri maupun faktor dari anak yang ingin
diperhatikan lebih.
B. Faktor-Faktor Penghambat dan Pendukung Serta Solusi
1. Faktor Penghambat
Keterbatasan waktu dalam hal itu dikarenakan peran ganda yang
di sandang oleh orangtua single parenttentu berbeda dengan orangtua
lengkap, karena adanya kewajiban untuk mencari nafkah disamping
fungsi lain seperti, pengawasan dan pendidikan.. Waktu untuk mencari
nafkah dan waktu untuk bersama anaknya, perubahan status dari ibu
menjadi ayah, atau ayah menjadi ibu bukanlah pekerjaan yang mudah,
membutuhkan kesiapan mental serta pikiran sehingga waktu untuk anak
tetap ada.
Didalam keluarga Ibu YN berperan sebagai ayah yaitu mencari
nafkah untuk anaknya, beliau mengatakan bahwa,:
“perubahan dari ibu rumah tangga menjadi ibu yang harus
bekerja bukanlah hal yang gampang , akan tetapi itulah yang harus
saya hadapi agar kehidupan masa depan anak saya dapat tercukupi,”.
Sama halnya dengan Ibu KM, : ”saya harus berusaha untuk
mampu mencari nafkah untuk saya dan anak saya, dan tidak akan
bergantung kepada mantan suami,”
Dengan keadaan AG yang memerlukan banyak energi dan
waktu serta biaya maka Ibu MY berusaha sekuat dan semampung untuk
mencari nafkah, untuk kebutuhannya dan anaknya,:
” saya harus kuat dan mandiri sehingga anak saya bias
merasakan apa yang saya rasakan, perjuangan saya hanya untuk anak
saya,”
Sama halnya dengan bapak AG berpendapat tentang peran
ganda single parent yaitu,:
”dengan perubahan status maka berubah pula dalam kehidupan
serta saya harus berusaha mandiri untuk mencukupi kebutuhan keluarga,
saya dan juga anak saya,”
Tidak sedikit berbeda dengan ibu GL yang bisa mencari nafkah
sekaligus masih bisa memantau kegiatan beribadah anaknya, ND
walaupun dengan pekerjaannya yang dilakukan sebagai karyawan
swasta yang mengharuskan berangkat pagi pulang petang, tetapi Ibu GL
akan tetap berusaha untuk kehidupan yang lebih baik nantinya,:
”dengan pekerjaan yang mengharuskan saya wira-wiri Salatiga-
Karangjati sehingga dalam mencari nafkah tetapi saya masih bisa
memantau dengan waktu yang singkat disetiap harinya, walaupun saya
juga harus tetap berusaha karena kebutuhan juga semakin banyak
seiring bertumbuhnya anak menjadi dewasa,”.
Walaupun sebagai Duda dan ayah adalah kewajibannya untuk
mencari nafkah, akan tetapi selain mencari nafkah bapak SD tidak
mengesampingkan dalam memberikan perhatiannya kepada putrinya, :
”selain mencari nafkah saya juga harus tetap memberikan kasih
sayang saya terhadap anak saya, agar kedekatan kami tetap terjalin
dengan baik,”.
Begitu pula dengan Ibu MN dengan 2 orang anaknya, maka
kebutuhanpun semakin besar maka:
“saya akan tetap bekerja keras sesuai kemampuan ssaya untuk
mencukupi kebutuhan keluarga, agar anak-anak saya tumbuh menjadi
anak yang baik,”.
Seorang janda dengan 3 orang anak, adalah perjuangan yang
luar biasa untuk Ibu RN, bekerja dengan lebih satu profesi tetapi tetap
mengutamakan kasih sayang dan perhatian yang harus tetap diberikan
agar anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang bisa menghargai kerja
keras orangtuanya, beginilah pernyatan ibu RN, :
” walaupun saya sendiri yang mencari uang untuk anak-anak
saya, saya tetap harus kuat walaupun capek, itu tidak pernah saya
rasa, dengan melihat senyum anak-anak kekuatan itu selalu ada,
sehingga saya tetap berusaha menjadi yang terbaik untuk anak-
anaknya, itu semua saya lakukan untuk masa depannya anak-anak
mba,”.
Keterbatasan waktu untuk kumpul bersama anak karena bekerja.
Bagi orangtua yang pekerjaan bias dilakukan didalam rumah mungkin
itu adalah keberuntungan yang dimiliki oleh orangtua single parent
sehingga bisa selalu memantau perkembangan dan tingkah laku anak.
Jika seorang single parent yang harus bekerja diluar rumah adalah hal
yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan maka terkadang anak
akan merasa kesepian dirumah, kurangnya kasih sayang dari
orangtuanya.
Bagi ibu GL keberuntungan itulah yang dirasakan dikarenakan
disela kesibukannya, masih ada orangtuanya yang masih bisa
membantu menjaga anaknya ND, tetapi lain halnya bagi orangtua single
parent yang lain, sehingga waktu untuk berkumpul bersama keluarga
harus berkurang, karena tuntutan agar bisa mencari nafkah untuk
kebutuhan pribadi dan anak-anaknya, serta bagi masa depan anak-
anaknya, berikut penuturan dari responden tentang keterbatasan waktu
untuk berkumpul barsama anak-anaknya,:
Ibu YN : ”kalau saya bekerja setidaknya saya sedikit tenang
karena ada kakek dan neneknya yang masih kuat untuk menjaga dan
melihat DW,”.
Ibu KM : ”ketika saya bekerja, anak bersama bapak ibu mba,
jadi saya bias focus,”.
Ibu MY : ”walaupun tidak tega saya harus tetap bekerja, dan AG
diasuh oleh Ibu dirumah mba,”.
Bapak AG,: ”saya titipkan dan dijaga oleh bapak ibu mba, ketia
saya lagi kerja, lagian tidak seharian, jadi masih ada waktu juga,”.
Bapak SD: ”biasanya SF lebih suka sama neneknya daripada
sama saya mba, jadi saya bekerjanya pun jadi lebih tenang,”.
Ibu MN : ”kakaknya kan sudah besar jadi kalau pulang sekolah
gentian yang jaga adiknya, jadi saya lebih tenang jika saya tinggal
kerja,”.
Ibu RN : ”anak saya 3 mba, yang gede juga dah bisaa di
andalkan jika saya pasrahi untuk ngurus adik-adiknya, saya juga lebih
tenang, dan yang kecil sudah bias main sendiri-sendiri mba, walaupun
waktunya tidak bisa sesering jika menjadi ibu rumah tangga, yang
khusus mengurus anak dan pekerjaan rumah saja,”
Berikut ini adalah pernyataan beberapa keluarga dan tokoh
masyarakat :
Kakak bapak SD (ibu GL) :
“ya mbak, biasanya memang SD itu setiap sabtu minggu jenguk
anaknya di Solo. Saya melihat memang waktu untuk berkumpul dengan
RM sangat kurang, tapi SD masih bersemangat buat memberikan
perhatian dan kasihsayangnya. Dimaklumi karena kondisi ya mba,”.
Bapak SP (Ketua TPQ) :
“kalau single parent disini, memang rata-rata bekerja dan
menghabiskan waktu seharinya dengan mencari nafkah, tetapi saya
melihat mereka tetap memberikan pendidikan agama yang baik untuk
anak-anaknya seperti di titipkan belajar ngaji di TPQ Al-ikhlas ini,
atau kadang juga ada beberapa anak-anak mereka yang ikut sholat
berjemaah disini masjid sini”.
Bapak JI (Ketua RT) :
“saya melihat mereka para orangtua single parent yang kerja
ekstra dimana harus mencari nafkah dan memang pandai mengelola
waktu kumpul dengan anak,ya walaupun ada sebagian yang harus
dititipkan ke nekenya saat ditinggal kerja,”.
a. Kondisi pendidikan yang beragam dari orangtua single parentsehingga
berimplikasi pada pengetahuan tentang pentingnya pendidikan agama.
Berikut beberapa pernyataan dari informan :
Ibu MN : ”saya merasa nda sekolah mba, jadi saya juga nda bisa
baca Al-Qur’an jadi ya kalo urusan agama saya nitipin ke pengajian
sini mba”.
Ibu RN: ”saya lebih memilih sekolahan yang banyak kegiatan di
sekolahnya, karena pada saat anak-anak sekolah saya bisa tenang
bekerja diluar sana, kalo anak pulang awal malah saya bingung, jadi
saya memilih menyekolahkan anak-anak di SDIT karena setelah
kegiatan belajar selesai mereka ada kegiatan TPQ disekolah mba”.
Ibu KM : “karena saya sudah bodoh mba, saya tidak mau anak
saya juga mengalami hal yang sama dengan saya mba, semoga kelak
anak saya menjadi anak yang sholehah mba, bisa berguna buat
keluarga, dan saya juga tetap mengajari untuk bisa selalu bersikap
baik dengan ms HR mba,”.
Bapak SD : “ya, harapan saya anak saya RM kelak ora koyok
bapake mba, hehe.. walau saya bodoh, tapi RM harus luweh pinter dari
bapake yow pinter ngaji yow pinter sekolahnya mba,”.
Orangtua single parent di RT 03/Rw 03 Tegalrejo ini memiliki
latar belakang pendidikan yang beragam. Hal ini membuat mereka
sadar bahwa pendidikan adalah hal utama dalam membentuk
masadepan,baik mebentuk masa depan dunia maupun akhirat.Dengan
kesadaran mereka inilah, maka orangtua single parent tidak
menginginkan anak-anaknya mempunyai kehidupan sepertiorangtuanya
yaitu buta ilmu agama. Orangtua single parent di tegalrejo sudah sadar
akan pentingnya pendidikan, khususnya dalam pendidikan
agama.Dimana orangtua tidak menguasai ilmu agama secara mendalam,
maka hal ini memberikan antuasiasme pada orangtua dalam membina
keagamaan anaknya dengan menitipkan untuk belajar di TPQ setempat
maupun di TPQ yang ada di sekolah masing-masing, atau bahkan
belajar TPQ di kedua fasilitas tersebut yaitu di sekolah dan di masjid
Tegalrejo (masjid Al-Ikhlas).
b. Seringkali anak keluarga single parent kurang bersemangat dalam proses
pembinaan keagamaan tersebut. Hal itu berkaitan dengan faktor
psikologis mereka. Berikut ini adalah pernyataan beberapa informan :
Ibu MN :”ya, namanya anak-anak mba, kadang masih seneng
main sama temenya, jadi suka malas berangkat ngaji kalo sholat juga
sering telat, karena asyik main sama temenya ya kadang juga males”.
Ibu GL : “kalo pas lagi main game itu RM suka lupa waktu mba,
jadi keasyikan main game sama temen-temenya malah g berangkat
ngaji”,.
Berikut ini adalah pernyataan tokoh masyarakat :
Bapak SP (Ketua TPQ) :
“ namanya juga anak-anak mba, kan dunia mainnya lebih besar
daripada seriusnya, tapi selama ini anak-anak bersemangat ngaji disini
paling ya telat datangnya mba”.
Bapak JI (Ketua RT) :
“kalo anak-anak ngaji ya baik paling yow telat itu mba, dan
namanya juga anak-anak kan masih seneng dolanan mba,kadang yow
lalai nda ikut sholat berjemaah di masjid, biasanya ya kita dan warga
disekitar saling menasehati mba”.
Guru ngaji (WD) :
“kalo mood anak-anak yang TPQ disini sama saja mba, nda ada
bedanya anak keluarga lengkap/ anak single parent, ya namanya anak
kan masih seneng main, tapi sejauh ini mereka ngaji semua paling yow
telad mba, kalo ditanya kenapa telat? Jawabanya lupa, tadi abis main
game, atau main apalah mba ada saja alasannya,”.
Orangtua single parent sudah sadar terhadap kondisinya sebagai
orangtua tunggal yang memiliki kewajiban mencari nafkah dan
mendidik anaknya. Dalam hal ini orangtua menitipkan pendidikan
agama seperti belajar membaca dan menulis Al-Qur’an di TPQ masjid
setempat. Tetapi dalam membina keagamaan kepada anak yang
dilakukannya seorang diri para orangtua terkadang sering “kecolongan”
oleh anak-anaknya. Biasanya anak sepulang sekolah langsung pergi
bermain dengan teman-temanya sampai akhirnya lupa waktu karena
keasyikan bermain. Hal ini membuat anak single parentsering terlambat
datang ke TPQ dan jarang menunaikan sholat berjamaah di
masjid.walaupun tidak pernah membolos ngaji, tetapi membuat
orangtua resah karena ketidak disiplinan anaknya. Karena kelalaian
anaknya terkadang orangtua memberikan hukuman seperti tidak
memberikan uang saku pada anaknya agar membuat anak jera.
c. Faktor ekonomi akibat lain dari kondisi single parentadalah terbatasnya
pendapatan (financial) dalam kehidupan sehari-hari sehingga melibatkan
keluarga lain yang ikut membantu. Kurangnya segi pendapatan, sehingga
sering dibantu oleh keluarga lain seperti kakek, nenek atau kerabat
dekatnya. Pada keluarga yang utuh, pendapatan bisa diperoleh dari ayah
dan ibu yang bekerja, namun jika menjadi Single Parent maka beban
keluarga, harus dipikul satu orang, yaitu ibu saja ataupun ayah saja.
Berikut adalah pernyataan beberapa informan :
Bagi ibu YN, memang kadang masih dibantu tetapi masih dalam
batas kewajaran, :
”ya kadang masih minta bantuan, seperti mau kebutuhan yang
sediki besar, setidaknya saya pinjam dulu kepada saudara, tetapi status
pinjam, jka saya sudah punya gantinya saya berkewajiban
mengembalikannya,”.
Ibu KM : ”kadang dalam keseharian masih bareng-bareng
dengan bapk ibu, jadi kalu ada ya dimakan kalau tidak ada yang cari
bareng- bareng, atau pinjam teman atau saudara dan mengembalikan
jika saya sudah ada gantinya,”.
Ibu YM : “saya harus bersaha semampunya dulu mba, jika
terpaksa harus memnta bantuan, saya juga akan bilang kepada kakak
saya untuk mintabantuan,”.
Bapak AG, : ”ya stidaknya saya harus berusaha dulu mba,
namanya orang berusaha kadang juga ada halangannya maka ketika
ada saudara yang membantu saya akan terima juga mba,”.
Ibu GL : ”alhamdulillah, selama ini ada saja mba rejeki nya,
kalo lagi gag punya uang atau apa pasti ada saja rejeki ngalir”.
Bapak SD, : ”kalau buat saya bantuan mungkin dalam hal
mengurus anak, jika untuk kebutuhan laian saya yang harus
bertanggung jawab terhadap keluarga saya, bapak ibu saya juga,”.
Ibu MN : ”kadang saya juga minta bnatuan mba, ya ketia
sumbangan banyak, anak minta kebutuhan sekolah, mau tidak mau
saya juga memebutuhkan bantuan dari bapak ibu ataupun saudara
saya mba,”.
Ibu RN :” ya begitu mba, ketika pemayaran sekolah bareng
bareng, pusing mba, tetapi kadang dibantu dulu oleh kakak saya,
setelah ada uang baru saya kembalokan, namanay manusia pasti jga
jagong mba, kalau sudah begitu pasti saya larinya juga kesaudara
mba,”.
Anak-anak sangat memerlukan pendidikan dan pembinaan
keagamaan mereka juga ingin melanjutkan kehidupan masa depannya
seperti anak-anak pada umumnya yang memiliki orangtua lengkap,
setelah kehilangan salah satu figur orangtuanya, maka harus diupayakan
untuk tidak merasa kekurangan serta kehilangan, agar mereka tetap
berkembang menjadi anak yang mempunyai cita-cita yang tinggi serta
mulia.
Dukungan dan bantuan dan uluran tangan sanak kerabat akan
membuat kekuatannya bertambah sehingga akan mengembangkan
potensi dan bakat mereka, serta memberikan hal yang baik untuk
dirinya, keluarga serta masyarakat sekitar.
2. Faktor Pendukung yang ada dalam penelitian terhadap keluarga single
parentyang dilakukan oleh para orangtua single parentada beberapa yang
dapat disimpulkan sebagai faktor pendukung terlaksananya pembinaan
keagamaan anak dalam keluarga single parentdi RT 03/ RW 03, kelurahan
Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga, sebagai berikut :
a. Adanya masjid didaerah penelitian, dimana tempat tersebut sebagai
aktivitas keagamaan untuk orangtua, remaja dan anak-anak, seperti
untuk pengajian, untuk TPA.
Kehadiran masjid dilingkungan kelurahan Tegalrejo sangat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar, khususnya para orangtua
single parent menurut Ibu YN :
“dengan adanya masjid ditengah-tengah lingkungan ini, banyak
manfaatnya selain untuk tempat beribadah, masjid juga biasanya
digunakan untuk kegiatan positif, seperti pengajian dan juga TPA,
sehingga banyak ilmu yang bias didapat,” (wawancara dengan Ibu YN,
pada tanggal 6 Februari 2015).
Dengan adanya pengajian yang dilaksanakan dimasjid bertambah
pula ilmu keagamaan yang bisa digunakan oleh para orangtua untuk
bekal dalam mendidik dan membina ana-anaknya. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu KM :
“adanya masjid dan juga adanya kegiatan keagamaan yang
dilakukan didalam masjid, dan sebagai fasilitas yang bias dirasakan
oleh semua masyarakat mulai dari orangtua, remaja dan juga anak-
anak, bagi orangtua yang kesulitan dalam mengajarka keagamaan
terhadap anaknya, sehingga kegiatan yang ada dimasjid sangat
membantu para orangtua,”.
Bagi Ibu MY dengan anak yang memiliki keterbatasan, bagi Ibu
MY walaupun anaknya AG tidak bias merasakan secara langsung
manfaat masjid akan tetapi bagi Ibu MY pengajian yang diadakan
dimasjid dapat menambah ilmu serta kekuatan iman.
“walaupun AG tidak bias langsung merasakan manfaat masjid tapi
saya masjid adalah tempat saya menambah ilmu mba, dari pengajian
dari ceramah para kiyai akan semakin menambah ilmu agama serta
selalu bias menjadikan saya lebih bersabar dan selalu bersyukur,”.
Seperti yang diungkapkan oleh bapak AG berikut ini,:
“kehadiran masjid dengan kegiatan didalamnya sangat
mendukung bagi masyarakat disini, mulai dari para orangtua, remaja
dan juga anak-anak, sehingga sangat bermanfaat sekali,”.
Hal senada dinyatakan oleh Ibu GL,
“salah satu pendukung yang juga berpengaruh terhadap
pembinaan anak yaitu adanya kegiatan yang diadakan dimasjid, karena
dengan adanya kegiatan itu akan menambah ilmu pengetahuan para
orangtua,”.
Bagi Bapak SD, sangatlah banyak sekali manfaat:
“pendidikan yang secara tidak langsung didapatkan didalam
masjid melalui kegiatan keagamaan yang dilaksanakan didalam masjid,
sehingga sangat mendukung dalam mendidik kepribadian anak, selain
ilmu agama yang didapat sosialisasi antara teman sebaya akan selalu
terjalin dengan baik,”.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu MN dalam wawancara
tentang pendukung yang ada ketika dilkukanya pembinaan keagamaan :
“dengan adanya masjid pokonya sangat mendukung mba, karena
pasti diajarkan adalah hal-hal yang baik, pasti baik juga untuk
perkembangan anak,”.
Tidak berbeda dengan yang lain Ibu RN juga mejelaskan bahwa :
“pendidikan yang dimulai dari lingkungan yang baik pasti akan
menciptakan hasil yang baik pula, maka dengan adanya masjid tersebut
sangat membantu dan sangat diharapkan oleh para orangtua yang sibuk
untuk mencari nafkah,”.
Berikut ini adalah pernyataan tokoh masyarakat :
Bapak SP (Ketua TPQ) :
“bersyukur sekali di RT sini ada masjid yang hidup, ada kegiatan
rohani yang murup mba, jadi warga disini ya ikut berpartisipasi dan
antusias apalagi menyangkut bekal akhirat mba, ya anak-anaknya
ngaji,khataman, dan kegiatan tahunan kayak mauludan, buka puasa
bersama halal bi halal dll, ”.
Bapak JI (Ketua RT) :
“kalau warga disini antusias dengan keberadaan masjid apalagi
ada kegiatan TPA/TPQ mba, tapi kalo anak-anak kan masih seneng
dolanan mba, kadang yow lalai nda ikut sholat berjemaah di masjid,”.
Dari kedelapan informan mulai dari Ibu YN, Ibu KM, Ibu MY,
bapak AG, Ibu GL, Bapak SD, Ibu MN dan Ibu RN dalam wawancara
tentang faktor pendukung dengan adanya masjid ditengah-tengah
masyarakat di RT 03/RW 03, kelurahan Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo Kotamadya Salatiga ini pada umumnya sangat bermanfaat
bagi diri orangtua baik orangtua lengkap maupun bagi orangtua single
parent, serta bagi anak-anak dalam hal pembinaan keagamaan, karena
dengan adanya masjid akan menambah wawasan serta ilmu agama yang
sangat dibutuhkan oleh orangtua sebagai bekal dan pedoman dalam
mendidik dan menbimbing anak-anaknya menjadi anak yang berakhlak
baik serta berbudi pekerti luhur, sesuai dengan nilai-nilai yang tertanam
dalam ajaran agama islam
b. Adanya persepsi yang kuat tentang konsep doa anak sholeh/sholehah
bagi orangtuanya saat kedua orangtuanya telah meninggal dunia,
sehingga mereka berusaha kuat melakukan pembinaan keagamaan
merupakan amalan yang tidak akan terputus sampai nanti, maka
orangtua seharusnya berlomba-lomba untuk mendidik anaknya dengan
pendidikan yang baik.seperti pernyataan dari Ibu YN :
“saya hanya berharap dengan saya memberikan perhatian
terhadap pendidikan anak saya dengan pendidikan agama dan umum,
agar kelak ketika tumbuh dewasa akan tumbuh menjadi anak yang yanh
sholehah, serta mampu menjadi muslimah yang baik,”.
Ibu KM juga menyatakan bahwa :
”sebagai orangtua hanya berharap agar anaknya menjadi anak
yang sholehah serta berbakti kepada orangtuanya,”.
Ibu MY juga berpendapat tentang harapan terhadap anaknya yang
memiliki keterbatasan bahwa :
“Sebagai orangtua AG hanya berharap dengan kesabaran saya
dalam mebimbing kelak anak saya tumbuh menjadi anak yang berbakti
kepada orangtuanya, serta berguna bagi sekitarnya,”.
Sama halnya dengan bapak AG, berpendapat bahwa :
”harapan terbesar bagi orangtua adalah agar anak-anaknya
tumbuh menjadi anak yang sholehah dan menjadi anak yang berbakti
kepada orangtua,”
Begitu juga dengan ibu GL :
”saya berharap kelak ND bisa menjadi anak yang sholeh serta
tumbuh menjadi anak yang berakhlak baik, serta bias berbakti kepada
orangtua,”
Senada dengan pernyataan bapak SD bahwa :
“bagi orangtua hal yang membuat bangga jika kelak anak-
anaknya tumbuh menjadi anak yang soleh sholehah dan berbakti kepada
orangtua,”
Begitu halnya yang dikatakan oleh Ibu MN, :
”saya tidak berharap lebih yang penting anak-anak tumbuh
dengan berpedoman dasar agama islam sehingga tumbuh menjadi anak
yang sholehah sehingga kebahagiaan dunia akhirat dapat diambilnya
serta berbakti kepada orangtua,”
Hal yang sama dijelaskan oleh Ibu RN bahwa :
”hanya doa agar kelak anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang
sholehah, berkepribadian baik, bermartabat serta berbakti kepada
orangtua,”
Berikut ini adalah pernyataan beberapa keluarga dan tokoh
masyarakat :
ND, anak ibu GL :
“saya seneng ngaji di masjid mba, disana temenya banyak juga
ustadjah nya baik kalo dirumah bunda sibuk kerja jadi nda sempat
ajarin saya,”.
Bapak SP (Ketua TPQ) :
“masjid ini sebagai sarana untuk anak-anak, remaja, dan
orangtua berkumpul untuk beribadah dan menyambung tali
silahturahmi,”.
Bapak JI (Ketua RT) :
“masjid ini fasilitas untuk warga dalam melaksanakan kegiatan
agama mba, dan semua usia ada di masjid untuk sholat, ngaji, atau
acara tahunan lainnya,”.
Guru ngaji (WD) :
“kalau warga disini antusias dengan keberadaan masjid apalagi
ada kegiatan TPA/TPQ, mereka mempercayakan anak-anak mereka
untuk belajar agama disini ya belajar aqidah, akhlak, dan kegiatan
beribadah mba,.
Orangtua single parent di RT 03/RW 03 Tegalrejo sudah sadar
akan konsep anak yang sholeh/sholehah yang mendoakan orangtuanya ,
mereka mempunyai harapan ketika orangtua single parent sudah
meninggal dunia, maka anak-anaknya masih mau mendoakan
orangtuanya. Hal ini dilakukan oleh orangtua single parent karena
mereka sudah “melek” akan tiga perkara yang tidak akan pernah putus
amalanya, yaitu salah satunya adalah anak sholeh yang mendoakan
orangtuanya. Dimana hal itu pula akan menjadi bekal berupa amalan
yang masih mengalir walaupun orangtua sudah berada dikehidupan
yang kekal yaitu di akhirat nantinya.
c. Adanya harapan yang sangat kuat dari orangtua agar kehidupan anak-
anak lebih baik dari orangtuanya baik kehidupan materi maupun rohani.
Karena hasil penelitian keadaan ekonomi orangtua single parentada
pada golongan menengah jadi harapan orangtua untuk memberikan
pembinaan agama maupun memeberikan pendidikan yang lebih baik
sehingga anak akan mencapai masa depannya menjadi lebih baik dari
pendidikan orangtuanya. Baik itu pendidikan agama maupun pendidikan
umum. Sehingga kehidupan didunia dijadkan ladang untuk mencari
bekal untuk kehidupan akhirat.
Hal itu dikatakan oleh ibu YN :
“Mendidik anak merupakan kewajiban setiap orangtua karena itu
adalah amanah yang diberikan oleh Allah kepada setiap orangtua,
maka sudah menjadi kewajiban orangtua untuk mendidik anaknya,
dengan dasar Agama yang baik, saya memberikan dasar agama kepada
anak saya supaya kelak menjadi anak yang berbudi pekerti baik dan
sholeh dan menjadikannya pedoman disetiap langkahnya,”(wawancara
dengan ibu YN pada tanggal 6 Februari 2015).
Hal serupa juga disampaikan oleh ibu KM :
“saya mendidik anak saya itu sesuai kemampuan saya, dan saya
yakin jika anak sejak kecil sudah dibiasakan dengan hal-hal yang baik
dan yang jelas sesuai dengan nilai-nilai agama yang baik, insyallah
anak saya akan tumbuh menjadi anak yang sholehah. Karena saya
sudah terlanjur bodoh, maka saya akan tetap berusaha untuk
memberikan pendidikan dan pembinaan agama kalaupun saya tidak
mampu maka saya akan antar anak saya untuk ngaji TPA atau selalu
mengikuti pengajian-pengajian keagamaan yang rutin dilakukan setiap
satu bulan sekali.”(wawancara dengan ibu KM pada tanggal 6
Februari 2015).
Sama seperti lainnya, Ibu MY juga berpendapat :
“Bagaimanapun keadaan AG, dia tetap darah daging saya, jadi
saya berkewajiban untuk mendidik dan menyekolahkannya, sebagai
orangtua yang tahu akan kekurangan yang dimiliki maka semua itu saya
lakukan dengan harapan agar AG menjadi lebih baik, sholeh dan
tentunya bisa mandiri,”(wawancara dengan ibu MY pada tanggal 6
Februari 2015).
Hal itu juga disampaikan oleh bapak AG :
“saya berharap, anak saya tidak membenci Bapaknya, karena
bagaimanapun juga EG sudah mengerti tentang keadaan yang terjadi
didalam keluarga, jadi yang bisa lakukan hanya selalu mengajaknya
berbicara dan memberikan pengertian agar bersedih atas kepergian
ibunya, dengan bekal kedisiplinan yang saya ajarkan, dengan harapan
EG menjadi anak sholehah nantinya. alhamdulah, shalat, ngaji tidak
pernah EG tinggalkan,”(wawancara dengan bapak AG pada tanggal
8Februari 2015).
Hal itu dikatakan oleh ibu GL :
“iya mba, pendidikan itu sangat penting mba, apalagi pendidikan
agama, sekarang ja ND dah tak masukkan ke SD mba, dan paling
penting saya akan ajarkan sebisa saya mba, kayak doa mau makan,
menjawab salam, ya pokoknya yang kecil kecil dulu mba, tapi bisa
menjadi dasar mba. Ini sudah mulai ikut ikut kemasjid untuk ngaji TPQ
mba, itu adalah dasar pokoknya mba, semoga menjdi anak yang sholeh
dan berguna untuk bangsa dan agama mba,”(wawancara dengan ibu
GL pada tanggal 8 Februari 2015)”.
Hal senada pun dikatakan oleh bapak SD :
“harapan saya kedepannya, RM bisa menjadi anak yang soleh dan
berbakti sama orantuga juga bisa lebih baik dari saya mba, biar jadi
bekal untuk masa depan RM jadi pribadi yang baik dan kehidupan yang
bai,”(wawancara dengan bapak SD pada tanggal 8 Februari 2015).
Begitu halnya dikatakan oleh ibu MN :
“tentunya saya sebagai orangtua menginginkan HD menjadi anak
soleh dan nurut sama orangtua, juga bahagia dunia akhirat
mba”,(wawancara dengan ibu MN pada tanggal 8 Februari 2015).
Begitu juga pernyataan ibu RN :
“saya memang membiasakan anak-anak menjadi pribadi yang
mandiri, baik dan soleh berbakti pada orangtua, karena nantinaya
mereka akan sendirian kalo saya sudah nda ada. Harapanya anak-anak
jadi anak soleh/sholehah dan masa depannya akan cemerlang juga
bahagia di kehidupan dunia dan akhirat,”(wawancara dengan ibu RN
pada tanggal 8 Februari 2015).
Orangtua single parentrata-rata memiliki harapan kepada anak-
anaknya agar kehidupan di masa depan lebih baik dari orangtuanya baik
secara materi maupun rohani serta mampu membahagiakan kehidupan
dunia dan akhiratnya kelak.
d. Kedekatan yang lebih kuat dengan anak, (sebagai akibat dari kondisi
keluarga single parent) memudahkan dalam pembinaan keagamaan. Hal
ini di sampaikan oleh informan, bahwa memiliki hubungan yang baik
dengan keluarga/kerabat dapat membatu oarntua single parent dalam
melaksanakan pembinaan keagamaan pada anak-anak mereka juga dapat
melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam mencari nafkah, seperti
yang disampaikan oleh ibu YN berikut ini :
“alhamdulillah, walaupun tinggal bersama orangtua dan saudara
itu malah membantu saya dalam merawat dan mendidik anak saya mba,
karena saya juga harus bekerja mencari nafkah jadi nda mungkin anak
saya tinggal sendirian,”.
Ibu KM : “sejak bercerai saya tinggal bersama orangtua
walaupun saya nda mau ngrepotin mba, tapi hal itu membantu saya
dalam mendidik anak mba, karena dekat dengan ibu jadi saya juga bisa
sewaktu-waktu menitipkan cucu nya,”.
Ibu MY : “saya beruntung dekat dan bisa dibantu bapak saya
dalam merawat anak saya mba,”.
Bapak AG : “sejak istri meninggal, saya pindah kerumah orangtua
mba, karena sangat membantu saya untuk merawat dan mendidik
disamping saya mencari nafkah,”.
Ibu GL : “kalo saya kerja kan berangkat pagi lalu pulang malam
mba, jadi ND sama mbahe kebetulan mbahe juga deket. Itu kan bantu
saya buat jagain sama ndidik ND juga, jadi saya kerjanya nyaman nda
perlu khawatir sama ND mba,”.
Bapak SD : “jadi RM saya titipkan di Solo mba, disana dia
dirawat mertua saya soalnya kalo disini mbahe udah kebanyakan
dititipin cucu, tapi itu juga membantu saya karena saya lebih tenang
saat bekerja mba,”.
Hubungan yang baik antara anak, orangtua single parent dengan
keluarga/ kerabat menjadikan faktor pendukung untuk orangtua single
parent dalam membina keagmaannya sekaligus memberikan nafkah
kepada anak-anaknya dan memenuhi kebutuhan sehari-hari lainnya.
Ketka orangtua bekerja, maka anak-anaknya dititipkan kepada nenk,
kakek, ataupun saudara kandung lainnya. Hal ini tidak mungkin terjadi
apabila tidak ada kedekatan emosional(hubungan). Dengan adanya
kerabat/keluarga yang membantu dalam menjaga, merawat maupun
mendidik, maka orangtua single parentyang berada di RT 03/Rw03
dapat mencari nafkah tanpa harus khawatir terhadap keadaan anak
dirumah karena anak-anak sudah ada yang memantau.
3. Solusi
e. Memberikan waktu ekstra kepada anak untuk melakukan komunikasi
dengan baik serta berkumpul bersama anak pada saat hari libur kerja dan
hari libur sekolah. Dengan demikian orangtua single parent dapat
memberikan perhatian dan mencurahkan kasih sayang kepada anak agar
anak tidak merasa kurang akan perhatian dan kasih sayang orangtua.
Komunikasi yang baik akan mempererat ikatan antara orangtua dan anak
menjadi lebih hangat yang berdampak pada rasa nyaman. Dalam
kesibukan sepekan akan terasa ringan dan menghilangkan penat saat
mencari nafkah dengan meluangkan waktu ekstra pada saat liburan akhir
pekan.
Ibu MN:”ya,biasanya pas libur kita kumpul mba, kita “ngobrol
enak” biar anak-anak juga bisa cerita ada kejadian apa di sekolah”.
Ibu RN: ”kita sering kumpul saat libur hari minggu, disitu
kegiatan kita ya sharing, ngoborl masalah apapun termasuk
keagamaan, karena dari komunikasi yang baik akan berimbas pada
hubungan yang baik juga”.
Bapak SD: “karena anak di Solo, biasanya saya sabtu minggu
kesana mba, buat nengok RM. Saya juga kangen terus sabtu minggu itu
biasanya RM saya ajak jalan-jalan,”.
Ibu GL: “ya karna saya kerja pergi pagi dan pulang petang, waktu
kumpul terbatas mba, jadi biasanya pas hari minggu saya sama ND
pergi jalan-jalan pas kalo ND ngajak jalan, kalo nda ya dirumah ajah
kumpul-kumpul,”.
Tidak ada hal yang lebih baik daripada waktu kebersamaan dengan
keluarga. Usia anak hanya mengerti ungkapan kasih sayang itu adalah
berupa kebersamaan dengan keluarganya. Maka orangtua single parent
di RT 03/RW03 adalah pemberian waktu terbaiknya kepada anak-
anaknya walaupun hanya sekedar berkumpul santai bersama anaknya
atau meluangkan waktu kebersamaan mereka dengan lebih intens
membina keagamaan anaknya.
f. Keberagaman jenjang pendidikan orangtua single parent dapat
dimanfaatkan dengan saling tukar pikiran untuk bertukar pengalaman
dalam melaksanakan pembinaan keagamaan pada anak-anak mereka.
Ibu YN :”biasanya ya suka ngobrol sama saudara yang
pengalaman ndidik anak mba, dikasih tahu kalo ngaji di TPQ biar DW
pinter ngaji, atau ya disuruh kumpul-kumpul kegiatan di masjid lainnya
mba,”.
Ibu MY :”ya paling suka dikasih tahu pak RT mba, kalo anakku
suruh ngaji di TPQ aja, biar pinter ngaji mba,”.
Ibu KM: ”kadang temen mba, suka ingetin soal pendidikan
agamanya anakku, ya disuruh ikut TPQ mba,”.
Ibu RN :”karena disekolah si RF itu kan suka didengerin surat-
surat pendek di TPA nya disekolah, jadi RF yang biasanya susah
menghafal juz amma sekarang dia gampang buat menghafal surat
pendek mba,”.
Pendidikan adalah gerbang masa depan bagi manusia yang melek
akan pentingnya pendidikan terutama pendidikan agama. Namun
orangtua single parent yang memiliki latar belakang pendidikan yang
beragam ini, tidak menyurutkan semangat orangtua single parent
dalam membina keagamaan anaknya. Hal itu dapat dilihat dari hasil
penelitian bahwasanya orangtua single parent di RT 03/RW 03, yang
tidak pernah mengenyam pendidikan sekalipun mampu memberikan
pendidikan agama kepada anaknya melalui fasilitas-fasilitas keagmaan
dilingkungannya seperti; masjid,TPQ/TPA atau rumah ibadah lainnya.
Hal ini tidak lepas dari pertukaran pemikiran dan pengalaman orangtua
single parent atau warga umum disekitar lingkungannya.
g. Mengolah faktor psikologis anak-anak single parent agar mereka
menjadi pribadi yang melek terhadap agama dan antusias pada saat
pelaksanaan pembinaan keagamaan dalam keluarga single parent.
Dengan memberi semangat, motivasi atau inspirasi keagamaan agar
anak-anak sadar akan ilmu agama tentang pentingnya beribadah dan
memahami ilmu keagamaan.
Ibu MY:”saya suka ingetin anak saya mba, kalo nda suka berdoa
pas mau makan atau sesudah makan nanti Allah marah sama kita,ayo
kasihan ibu ya ,”.
Ibu KM: “biasanya saya saya suka kasih gambaran sama anakku
mba, kalo kamu nurut sama orangtua, berakhlak mulia nantinya kamu
hidup di surga, ada banyak buah gratis, daging gratis, juga nda panas
mba, biar dia semangat mba hehe,”.
Bapak AG: “saya kasih gambaran siksa kubur mba, biar anak saya
nda lalai ngaji sama sholatnya,”.
Ibu GL: “kan ada buku tentang surga neraka tow mba, biasanya
saya nunjukin gambar surga kalo kamu rajin sholat sama ngaji, tapi
gambar neraka kalo kamu lalai , jadi mau pilih yang mana?begitu
mba,”.
Ibu MN: “biasanya saya ngingetin gini mba, kalo HD males ngaji
dan sholat, nanti ibu yang dimarahin sama Allah, terus ibu disiksa di
akhirat, memangnya HD mau?,”.
Ibu RN:”saya bilang ke anak-anak jangan pernah lalai sholat
sama ngaji nanti Allah marah sama kamu juga sama ibu.
Menanamkan antusiasme kepada anak tidaklah mudah karena itu
bergantung pada kesadaran individu akan pentingnya ilmu agama
sebagai masa depan yang kekal nantinya. Orangtua single parent di
RT03/RW 03 menyadari bahwa kewajiban yang paling utamaadalah
membina keagamaan anaknya. Motivasi dapat digambarkan melalui hal-
hal yang bersifat ghoib seperti adanya penyiksaan api neraka apabila
manusia lalai dalam ibadahnya atau memberikan gambaran tentangnya
nikmatnya surga apabila manusia selalu menjalankan perintahNya dan
menjauhi larangaNya.
h. Memperbaiki ekonomi dengan upaya lebih dari satu profesi atau lebih
dari satu perkejaan sehingga memiliki penghasilan tambahan.
Mengajarkan kepada anak-anak untuk membantu orangtua single parent
dengan cara berjualan kecil-kecilan seperti berjualan kue atau es untuk
dibawa ke sekolah atau TPA/TPQ
Ibu YN:”DW sudah saya ajarin jualan mba, dia bawa kue ke
sekolahannya dijual disekolah, ya alhamdulillah mba buat ngajarin dia
mandiri dan nambah uang jajan dia,”.
Ibu RN:”biasanya kalo saya ngajar semantik atau ngajar les
privat, anak saya yang besar kadang yang menjaga toko jadi sama-
sama dapet mba,”.
Keterbatasan penghasilan orangtua single parent dalam mengais
rejeki bisa disiasati dengan melakukan upaya lain dalam mencari
penghasilan tambahan seperti bekerja lebih dari satu profesi seperti ibu
RN, beliau adalah seorang tentor semantik sekaligus merangkap sebagai
wiraswata. Hal ini dilakukan agar kebutuhan sehari-hari dapat berjalan
seperti layaknya dan dapat terpenuhi di jaman yang semakin sulit ini
dalam perekonomian. Hal serupa juga dilakukan oleh ibu YN. Dimana
ibu YN sudah mengajarkan anaknya dalam mengais rejeki secara
mandiri dengan berjualan kue di sekolah. Segala upaya dapat dilakukan
selama masih memiliki kemauan yang kuat dari dalam hati untuk
perubahan yang lebih baik sebagai bekal masa depan nantinya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pola pembinaan keagamaan pada anak dalam keluarga single parent di RT
03/RW 03 Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga
adalah orangtua tunggal (single parent) bersikap kooperatif pada anak
seperti halnya mengajak dialog, memberikan contoh, memberikan perhatian,
membiasakan anak melakukan ritus keagamaan serta memberikan hukuman
apabila anak-anaknya tidak melakukan ritus keagamaan dengan benar atau
baik. Pelaksanaan pembinaan pada keluarga single parent merupakan
kewajiban yang yang sudah menjadi amanat dari Allah untuk para orangtua
sehingga kewajiban orangtua untuk memberikan perhatian kasih saying
maupun perhatian pendidikanya. Dasar dalam melaksanakan pola
pembinaan keagamaan adalah berdasar pada Al-Qur’an dan Al-Hadist agar
proses pembinaan keagamaan anak single parent sesuai dengan ajaran-
ajaran islam. Sehingga tujuan dan harapan orangtua dapat tercapai dengan
hasil yang optimal dan menjadi anak yang sholeh dan sholehah, serta
berbakti kepada orangtuanya serta menjadi anak kebanggaan orangtua.
Pelaksanaan pembinaan keagamaan anak pada keluarga single parent tidak
berbeda dengan keluarga yang lengkap , Namun yang terlihat berbeda
hanyalah dari segi mengelola waktu untuk berkumpul bersama keluarga,
dimana waktu para orangtua sangat sedikit dikarenakan keterbatasan waktu
untuk bekerja mencari nafkah, serta kurangnya pemberian kasih sayang dan
perhatian, maka untuk itu masih membutuhkan perhatian yang lebih dari
keluarga lain seperti dari kakek, nenek, saudara. Tidak hanya kasih saying,
bahkan dalam hal kebutuhan sehari-hari pada keluarga single parent,
mereka juga turut membantu. Materi yang digunakan dalam melakukan
pembinaan keagamaan terdahap anak single parent meliputi aqidah, ibadah
dan akhlak. Pada masing-masing keluarga memberikan pembinaan sesuai
dengan usia anak, sehingga tujuan dan harapan orangtua dapat tercapai
sesuai dengan apa yang di inginkan oleh orangtua. Pelaksanaan yang
diterapkan dalam pembinaan keagamaan anak ditentukan oleh usia dan
keadaan anak, seperti yang dilakukan oleh ibu GL setiap melaksanakan
ibadah shalat subuh, dimana ibu GL selalu mengajak ND untuk shalat subuh
berjamaah. Walaupun ibu GL dituntut untuk mencari nafkah dan sekaligus
mendidik serta merawat ND. Ibu GL tetap membina keagamaan anaknya
dengan menjadi tauladan untuk melaksanakan ibadah sholat subuh
berjamaah itu dikarenakan ibu GL harus pergi pagi dan pulang kerja di
petang hari. Jadi ibu GL harus pandai mengelola waktu dalam mencari
nafkah dan mendidik ND. Tanpa adanya unsur paksaan sehingga anak akan
melaksanakannya dengan hati. Cara yang sering digunakan adalah cara
keteladanan, cara perhatian, cara pembiasaan serta cara hukuman, tapi lebih
sering digunakan adalah cara keteladanan, cara perhatian dan cara
pembiasaan.
2. Faktor-faktor penghambat dalam membina keagamaan anak pada keluarga
single parent adalah Keterbatasan waktu dalam hal itu dikarenakan peran
ganda yang di sandang oleh orangtua single parent tentu berbeda dengan
orangtua lengkap, karena adanya kewajiban untuk mencari nafkah
disamping fungsi lain seperti, pengawasan dan pendidikan serta kondisi
pendidikan yang beragam dari orangtua single parent sehingga berimplikasi
pada pengetahuan tentang pentingnya pendidikan agama dan faktor ekonomi
akibat lain dari kondisi single parent adalah terbatasnya pendapatan
(financial) dalam kehidupan sehari-hari sehingga melibatkan keluarga lain
yang ikut membantu. Seringkali anak kelurga single parent kurang
bersemangat dalam proses pembinaan keagamaan tersebut. Hal itu
berkaitan dengan faktor psikologis mereka.
3. Faktor-faktor pendukung keluarga single parent dalam pembinaan
keagamaan anak di RT 03 / RW 03 Kelurahan Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo Kotamadya Salatiga adalah Adanya masjid di daerah penelitian,
dimana tempat tersebut sebagai aktivitas keagamaan orangtua, remaja, anak-
anak seperti untuk pengajian, untuk TPA, untuk buka bersama, mauludan,
dan khataman. Adanya persepsi yang kuat tentang konsep doa anak
sholeh/sholehah bagi orangtuanya saat kedua orangtuanya telah meninggal
dunia, sehingga mereka berusaha kuat melakukan pembinaan keagamaan.
Adanya harapan yang sangat kuat dari orangtua agar kehidupan anak-anak
lebih baik dari orangtuanya baik kehidupan materi maupun Kedekatan yang
lebih kuat dengan anak, (sebagai akibat dari kondisi keluarga single parent)
memudahkan dalam pembinaan keagamaan.
4. Solusi dalam pembinaan keagamaan anak di RT 03/RW 03 Kelurahan
Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga adalah:
a. Memberikan waktu ekstra kepada anak untuk melakukan komunikasi
dengan baik serta berkumpul bersama anak pada saat hari libur kerja dan
hari libur sekolah.
b. Keberagaman jenjang pendidikan orangtua single parent dapat
dimanfaatkan dengan saling tukar pikiran untuk bertukar pengalaman
dalam melaksanakan pembinaan keagamaan pada anak-anak mereka.
c. Mengolah faktor psikologis anak-anak single parent agar mereka menjadi
pribadi yang melek terhadap agama dan antusias pada saat pelaksanaan
pembinaan keagamaan dalam keluarga single parent,
d. Memperbaiki ekonomi dengan upaya lebih dari satu profesi atau lebih dari
satu perkejaan sehingga memiliki penghasilan tambahan. Mengajarkan
kepada anak-anak untuk membantu orangtua single parent dengan cara
berjualan kecil-kecilan seperti berjualan kue atau es untuk dibawa ke
sekolah atau TPA/TPQ.
B. Saran-Saran
1. Sebagai orangtua single parent hendaknya harus memiliki pengetahuan
tentang bagaimana mendidik, ,membina serta mengarahkan anak agar apa
yang diharapkan oleh orangtua dapat tercapai secara maximal sehingga
masa depan anak akan semakin baik serta tercapailah tujuannya yaitu
bahagia didunia dan di akhirat, karena pendidikan agama sangatlah penting
sebagai pondasi awal dalam membangun suatu bangunan yang kokoh.
2. Bagi para pembaca maupun orang-orang yang berkepentingan serta para
praktisi maka sebaiknya dana penyuluhan serta sosialisasi agar pembinaan
keagamaan dapat berjalan dngan baik sehingga kesalahan orangtua dalam
mendidik anak dapat diminimalisir bahkan tujuan utama dalam pembinaan
agama pada anak single parent dapat tercapai.
C. Penutup
Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang
telah memberikan kekuatan, rahmat, taufiq dan hidayah-Nya. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini. Penulis menyadari
meskipun dalam penelitian ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun
dalam penulisan ini tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan. Hal itu semata-
mata merupakan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang kontruktif dari
berbagai pihak demi perbaikan yang akan datang untuk mencapai
kesempurnaan. Akhirnya penulis hanya berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi
sumbangsih kepada penulis, baik berupa tenaga maupun doa. Semoga
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 1992. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Media.
Ahmadi. Abu. Nur Uhbiyati.1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Balson. Maurice. 1996. Bagaimana Menjadi Orang Tua Yang Baik. Jakarta: Bumi
Akasara.
Daradjat. Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
1995. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta: PT
Gunung Agung.
1975. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta:
Bulan Bintang.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balia Pustaka.
Depatemen Agama RI. 2003. Pengawasan dengan Pendekatan Agama. Jakarta:
Proyek Penyebarluasan dan Kesadaran Pengawasan Melalui Jalur
Agama, Departemen Agama.
Goode. Willian J. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.
Islamiyah. Djami’atul. 2013. Psikologi Agama. Salatiga: STAIN Press.
Moleong. Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nasrori Fuad & Djamaludin Ancok. 2001. Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Nata. Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Poedjawijatna. 1983. Manusia dengan Alamnya (Filsafat Manusia). Jakarta: Bina
Aksara.
Purwadarminta. Wjs. 2004. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai
Pustaka.
Sugiyono. 2009. Metode Kualitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabet.
Sukandarrumidi. 2004. Metode Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti
Pemula. Yogyakarta: UGM Press.
Syfaat. Aat. Sohari Sahrani. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam
Mencegah kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency). Jakarta: Rajawali
Press.
Tafsi. Ahmad. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tony. Made. Budiawan. Darmanto Jatman. Dkk. 1997. Di Tengah Hentakan
Gelombang Agama Dan Keluarga Dalam Tantangan Masa Depan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yunus, Hadi Subari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yusuf. Syamsul. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Rosdakarya.
Arifin, Syamsul. 2013. Pola Pembinaan Keagamaan Remaja di DUSUn Krajan
Desa Grogol Kec. Karang Tengah Kab. Demak. Stain Salatiga.
Wawancara dengan keluarga single parent
Wawancara dengan keluaga single parent
Sarana dan prasarana di Masjid Al-Ikhlas sebagai pendukung dalam pelaksanaan
TPA?TPQ dan ritus-ritus keagamaan di lingkungan Tegalrejo
Kegiatan anak-anak TPQ ketika belajar mengaji bersama-sama
Tes kecerdasan kemampuan anak-anak TPQ
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Eni Lestari
NIM : 11108145
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dosen PA : Siti Rukhayati, M.Ag.
No Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan Keterangan Nilai
1.
OPAK 2008 25-27 Agustus 2008 Peserta 3
2.
Sarasehan Keagamaan “Aktualisasi
Nilai-nilai Spiritual Puasa di Bulan
Ramadhan” DEMA (Dewan
Mahasiswa)
09 September 2008 Peserta 3
3. “Indahnya Kebersamaan diBulan
Ramadhan” (KAMMI) Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia..
04 September 2008 Peserta 3
4. “Buka Taman Hati Gapai Ridlo Ilahi”
(HMI) Himpunan Mahasiswa Islam.
11 September 2008 Peserta 2
5. “Menjalin Silahturahmi, Mengeratkan
Ikatan Batin Menuju Kader Mandiri”
(PMII)Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia.
21 September 2008 Peserta 4
6. Pemantapan Provoost Se-Jawa dan
Bali Satuan Menwa UIN Kalijaga
Yogyakarta T.A 2008/2009.
31 Okctober 2008 -
2 November 2008
Peserta 3
7. Latihan PRADIKSAR (MENWA)
Resimen Mahasiswa 2008.
24-29 oktober 2008 Peserta 3
8. Surat Tanda Tamat Pelatihan
“Peningkatan Kemampuan
Pengamanan Kawasan Hutan Lindung
“(BANGPOLINMAS) Badan
Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat.
17-20 Mei 2009 Peserta 4
9. Bedah Buku “ Harmonisasi dan
Humanisasi Lingkungan Hidup”
karya: Dra. Maslikhah, M.Si.
25 Mei 2009 Peserta 2
10. Surat Keterangan “Fasilitasi
Pembinaan Anggota Hansip/Linmas
Dalam Rangka Pelaksanaan Tugas
Keamanan Lingkungan”.
(BANGPOLINMAS) ) Badan
Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat.
28-29 Mei 2009 Peserta 4
11.
Pelatihan
Kewirausahaan(Enterpreneurship) di
sentral oleh-oleh khas Bali “CAH
“AYU”
2010
Peserta 3
12. PRADIKSAR MENWA Sat. 953
Kalimosodo Stain Salatiga.
(MENWA) Resimen Mahasiswa.
26-31 Januari 2010 Satgas/Panita 3
13. PRAKTIKUM KEPRAMUKAAN 15-17 Februari 2010 Peserta 3
14. Surat Keterangan Baca Tulis Al-
Quran (BTQ) Stain Salatiga
20 Maret 2010 Peserta 2
15. Bedah Buku “Jalan Cinta Para
Pejuang” karya Salim A. Fillah.
(LDK) Lembaga Dakwah Kampus.
24 April 2010 Peserta 2
16. Membangun Demokrasi Kampus
yang Harmonis “Public Hearing”
15 Mei 2010 Peserta 2
17. Seminar Regional “Peran Pendidikan
Islam Dalam Membentuk Jati Diri
Mahasiswa” HMJ Tarbiyah Stain
Salatiga.
17 Mei 2010 Peserta 4
18. Seminar Nasional Pendidikan
“Membudidayakan sebuah
pendidikan berkarakter Ke-Indonesia-
an dalam pendidikan formal (Potret
Sekolah Alternatif)”
06 November 2010 Peserta 3
19. Surat keterangan “Pratikum Telaah
Kurikulum Pendidikan Agama Islam
” Stain salatiga.
25 November 2010 Peserta 2
20. Surat Keterangan “ Praktikum
Metodologi Pendidikan Agama Islam.
1 Desember 2010 Peserta 2
21. Bedah Buku “ Ijinkan aku Menikah
Tanpa Pacaran” karya Burhan Shodiq.
LDK ( Lembaga Dakwah Kampus )
13 Mei 2011 Peserta 2
22. “Seminar Keperempuanan”
menumbuhkan kembali jiwa
kekartinian dalam kampus (SEMA)
Senat Mahasiswa.
17 Mei 2011 Peserta 3
23. Sa
r
Sarasehan Keagamaan “Membedah
Pemikiran dan Gerakan” (DEMA)
Dewan Mahasiswa.
06 Juni 2011 Peserta 3
24. Seminar Regional “ Meningkatkan
Nasionalisme Ditengah Goncangan
Disintegrasi dan Pengikisan Ideologi
Nasional” MENWA STAIN
SALATIGA.
26 Okctober 2011 SATGAS/Sat
uan
Petugas/Panit
ia
4
25. Seminar Regional “ Meningkatkan
Nasionalisme Ditengah Goncangan
Disintegrasi dan Pengikisan Ideologi
Nasional” MENWA STAIN
SALATIGA.
26 Okctober 2011 Peserta 4
26. Workshop Nasional “ Bisa Ngomong
Inggris, Kuasai 500 Kosakata, Kuasai
Grammar” HE institute dan K-Rima
Institut
11 Desember 2011 Peserta 3
27. Workshop Dan Bussiness Macthing
Pengembangan Kualitas Kemasan
Produk Industri Antar Stakeholder
Angkatan II. PEMROV JATENG (
DISPERINDAG) Dinas Perindustrian
dan Perdagangan.
23-24 April 2012 Peserta 4
28. Bedah Buku “Dari Minder Jadi
Super” (LDK) Lembaga Dakwah
Kampus
17 Mei 2012 Peserta 2
29. OPAK STAIN SALATIGA 2012 “
Progesifitas Kaum Muda, Kunci
Perubahan Indonesia”
05 – 07 September
2012
Panitia 3
30. Seminar Regional “ INDONESIA
SATU” (MENWA) Resimen
Mahasiswa Stain Salatiga.
29 Okctober 2012
Peserta
4
31. Lomba Menembak Metal Silhouette
12 Meter Resimen Mahasiswa dan
Mahasiswa Umum se-Indonesia.
15 Desember 2012 Peserta
3
32. Surat Keterangan “SUPERVISOR”
PT. Herbalife Indonesia
26 Juni 2013 Peserta
3
33. Dialog Energi “ Dampak Kenaikan
Tarif Dasar Listrik Terhadap
Perekonomian Indonesia Solusi
Menciptakan Listrik Murah Untuk
Rakyat Kecil dan Industri Dalam
Negri(DEMA) Dewan Mahasiswa
12 Desember 2013 Peserta
3
34. SIBA_SIBI Training UAS Semeseter
Ganjil 2013-2014 (ITTAQO dan
CEC)
01 Januari 2014
Peserta
3
35. INTERNATIONAL SEMINAR “ On
The Inauguration of IAIN Salatiga) “
ASEAN Economic Community 2015:
Prospect And Challenges for Islamic
Higher Education”
28 Februari 2015 Peserta
7
JUMLAH
108
Salatiga, 02 Maret 2015
Wakil Ketua III
Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama
Moh Khusen M.
Ag.M.A
NIP.
197412121999031003
DATA INFORMAN
Nomer data : 08
Nama : Ibu RN
Usia : 33 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Hari/Tanggal : Kamis, 08-02-2015
Waktu/Jam : 19.30 WIB
P: Sejak kapan bapak/ibu menjadi single parent? Dan oleh sebab apa bapak/ibu menjadi
single parent?
I: sejak tahun 2010, karena cerai.
P: Bapak/Ibu memiliki berapa anak, yang berusia 2-12 tahun ada berapa?
I: anak saya ada 3 (tiga), namanya RN berusia 11 tahun ketiga bernama RF berusia 8
tahun.
P: Tentu tidak mudah menjadi single parent, bagaimana bapak/ibu mengajarkan anak
mengerjakan sholat, puasa, dan membaca Al-Qur’an? Kegiatan diatas dilakukan
oleh bapak/ibu senidri atau diserahkan kepada orang lain? Atau sendiri?
I: saya lakukan keduanya, dengan saya memberikan kepercayaan pendidikan di sekolah
SDIT karena di sana anak-anak sudah mendapatkan pendidikan yang baik dan ada
program TPQ, saya mengajarkan ke anak-anak untuk mengutamakan sholat.
P: Kegiatan ritual keagamaan apa saja yang sering diikuti oleh putra-putri bapak/ibu
(TPQ, Maulid Nabi, Khataman, Buka puasa bersama, shalat)?Mengapa itu bapak/ibu
lakukan ?
I: ya, TPQ, sholat, mauludan, puasa romadhan dan ada bukber nya juga biasanya, saya
dan anak-anak sering berjamaah dirumah, Kalo puasa ramadhan alhamdulillah
lancar semua sekarang mereka belajar puasa senin kamis juga, ya harapan saya
agar mereka punya bekal dimasa depan agar bahagia dunia akhirat.
P : Apa yang menjadi dasar dan tujuan bapak/ibu dalam membina keagamaan anak?
Dengan materi apa melaksanakan pembinaan agama? Dan dengan cara apa?
I : dasar orang islam ya Qur’an Hadist, kalo tujuan biar jadi anak soleh, pinter agamanya
dan bahagia dunia akhirat. Ya dengan cara perhatian,pembiasaan, hukuman kalo
salah.
P: Apa saja faktor pengambat yang bapak/ibu hadapi dalam melaksanakan pembinaan
keagamaan itu ?
I: saya sering keteteran waktu, karna peran ganda sebagai orangtua single parent,
dimana saya mencari nafkah saya juga punya kewajiban memberikan pendidikan
agama khususnya pada mereka, karna selain saya tentor semantik, juga privat, dan
juga menejemen toko alat jahit saya.
P: Disamping adanya faktor penghambat, adakah faktor pendukung yang memudahkan
bapak/ibu dalam membina keagamaan putra/putri ? serta apa solusinya?
I: dengan adanya rumah ibadah, masjid ,sekolah, perpus dan Salatiga itu sangat
membatu saya dalam mendidik agama mereka. saya punya harapan sama anak-
anak nantinya jadi anak sholeh dimana mereka selalu ingat orangtuanya dan
mendoakan orangtuanya jika saya sudah nda ada kelak, kan sebagai amalan yang
ndak putus tow mba, kita sering kumpul saat libur hari minggu, disitu kegiatan kita
ya sharing, ngoborl masalah apapun termasuk keagamaan, karena dari komunikasi
yang baik akan berimbas pada hubungan yang baik juga, saya bilang ke anak-anak
jangan pernah lalai sholat sama ngaji nanti Allah marah sama kamu juga sama ibu.
karena disekolah si RF itu kan suka didengerin surat-surat pendek di TPA nya
disekolah, jadi RF yang biasanya susah menghafal juz amma sekarang dia gampang
buat menghafal surat pendek mba, biasanya kalo saya ngajar semantik atau ngajar
les privat, anak saya yang besar kadang yang menjaga toko jadi sama-sama dapet
mba,”.
DATA INFORMAN
Nomer data : 01
Nama : Ibu YN
Usia : 35 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Hari/Tanggal : Selasa, 06-02-2015
Waktu/Jam : 15.30 wib
Hasil wawancara :
P: Sejak kapan bapak/ibu menjadi single parent? Dan oleh sebab apa bapak/ibu menjadi
single parent?
I: “saya jadi Single Parent 2 tahun yang lalu ketika DW berusia 8 tahun”. Gara-gara
suami saya selingkuh dengan wanita lain mba
P: Bapak/Ibu memiliki berapa anak, yang berusia 2-12 tahun ada berapa?
I: namanya DW usianya 10 Tahun.
P: Tentu tidak mudah menjadi single parent, bagaimana bapak/ibu mengajarkan anak
mengerjakan sholat, puasa, dan membaca Al-Qur’an? Kegiatan diatas dilakukan
oleh bapak/ibu senidri atau diserahkan kepada orang lain? Atau sendiri?
I: saya yakin dengan apa yang saya berikan kepada anak saya adalah hal yang baik,
karena pembinaan aqidah yang sudah ajarkan sejak kecil, dan menyekolahkannya
disekolah yang insyallah baik juga memberikan efek yang baik pula, serta selalu
mendisiplinkan waktu shalat adalah hal yang harus saya pantau terus mba, setelah
sore saya mengantar DW untuk ngaji di TPA dimasjid dekat rumah. saya selalu
mengingatkan anaknya tersebut tentang disiplin untuk selalu menjalankan
kewajibanya yaitu belajar dan mengaji agar kelak dimasa depan mempunyai bekal
baik ilmu umum maupun agama, serta menjadi anak yang berbudi pekerti baik”.
kegiatan itu saya lakukan sendiri juga bersama keluarga dan dibantu masyarakat
sekitar juga fasilitas sekitar rumah mba
P: Kegiatan ritual keagamaan apa saja yang sering diikuti oleh putra-putri bapak/ibu
(TPQ, Maulid Nabi, Khataman, Buka puasa bersama, shalat)?Mengapa itu bapak/ibu
lakukan ?
I: ya TPA, sholat, kalo yang tahunan juga ikut mba kayak ramadhan, mauludan dll.
P : Apa yang menjadi dasar dan tujuan bapak/ibu dalam membina keagamaan anak?
Dengan materi apa melaksanakan pembinaan agama? Dan dengan cara apa?
I : dasarnya ya Qur’an dan Hadist biar nda nikung mba jalannya ,biar anakku jadi anak
soleh dan bahagia di masa depannya. Dengan menanamkan nilai aqidah akhlak
mba, ya memberikan perhatian dan hukuman biar tau arah.
P: Apa saja faktor pengambat yang bapak/ibu hadapi dalam melaksanakan pembinaan
keagamaan itu ?
I: terbatasnya waktu kumpul dengan anak, saya juga nda sekolah mba, faktor ekonomi
karena Cuma satu pemasukan,
P: Disamping adanya faktor penghambat, adakah faktor pendukung yang memudahkan
bapak/ibu dalam membina keagamaan putra/putri ? serta apa solusinya?
I: ya, adanya masjid itu mendukung buat saya dan anak saya ngaji,sholat dan belajar
ilmu agama lainnya, karena saya pengen anak saya tumbuh jadi anak soleh,
berbakti pada orangtua,
DATA INFORMAN
Nomer data : 02
Nama : Ibu KM
Usia : 27 Tahun
Pekerjaan : Buruh
Hari/Tanggal : Selasa, 06-02-2015
Waktu/Jam : 13.00 WIB
Hasil wawancara :
P: Sejak kapan bapak/ibu menjadi single parent? Dan oleh sebab apa bapak/ibu menjadi
single parent?
I: tahun 2008 sudah pisah, tapi resmi cerai tahun 2013 mba, janda cerai karena dulu
nikah dijodohin dan akhirnya suami juga dihasud sama mertuaku biar ninggalin aku
mba,
P: Bapak/Ibu memiliki berapa anak, yang berusia 2-12 tahun ada berapa?
I: satu, namanya FB umur 7 tahun.
P: Tentu tidak mudah menjadi single parent, bagaimana bapak/ibu mengajarkan anak
mengerjakan sholat, puasa, dan membaca Al-Qur’an? Kegiatan diatas dilakukan
oleh bapak/ibu senidri atau diserahkan kepada orang lain? Atau sendiri?
I: saya juga menanmkan pendidikan agama sejak dini untuk FB seperti saya menitipkan
FB di sekolah terbaik dan selalu mengajarinya ngaji, karena saya sudah bodoh mba,
saya tidak mau anak saya seperti saya. Ya saya, ya sekolah atau TPQ.
P: Kegiatan ritual keagamaan apa saja yang sering diikuti oleh putra-putri bapak/ibu
(TPQ, Maulid Nabi, Khataman, Buka puasa bersama, shalat)?Mengapa itu bapak/ibu
lakukan ?
I: saya akan antar anak saya untuk ngaji TPA atau selalu mengikuti pengajian-pengajian
keagamaan yang rutin dilakukan setiap satu bulan sekali. sebagai orangtua, saya
berharap agar kelak anak saya bisa menjadi wanita yang kuat, dan menjadi anak
yang sholehah, berbakti kepada orangtuanya, sehingga masa depannya menjadi
penuh barokah, serta ilmu agama yang sudah dan yang akan didapat semoga
bermanfaat dan menjadikanya berguna untuk dirinya sendiri dan agama,
P : Apa yang menjadi dasar dan tujuan bapak/ibu dalam membina keagamaan anak?
Dengan materi apa melaksanakan pembinaan agama? Dan dengan cara apa?
I : dasarnya ya berpedoman sama Qur’an Hadist mba, biar nda tersesat jalannya, juga
saya mengajarkan sebisa saya nilai aqidah akhlah, ya dengan cara menasehati, dan
hukuman biar tau mana hal baik dan yang ndak baik.
P: Apa saja faktor pengambat yang bapak/ibu hadapi dalam melaksanakan pembinaan
keagamaan itu ?
I: waktu mbak, ekonomi mba yang paling susah ngaturnya.
P: Disamping adanya faktor penghambat, adakah faktor pendukung yang memudahkan
bapak/ibu dalam membina keagamaan putra/putri ? serta apa solusinya?
I : adanya masjid jadi bisa belajar di tpq, sholat jamaah, pengennya FB tumbuh menjadi
anak ynag soleh , baik dan selalu mendoakan orangtua nya. Kalo masalah uang
kurang ya paling tetp cari bantuan mba, trus kalo masalah pendidikan temen,
etangga, keluarga mau bagi pengalaman ilmu agama mba.
DATA INFORMAN
Nomer data : 03
Nama : Ibu MY
Usia : 34 Tahun
Pekerjaan : Buruh
Hari/Tanggal : Selasa, 06-02-2015
Waktu/Jam : 17.00 WIB
Hasil wawancara :
P: Sejak kapan bapak/ibu menjadi single parent? Dan oleh sebab apa bapak/ibu menjadi
single parent?
I: sejak AG umur 3 tahun, sekarang AG umur 8 tahun sekitar 5 tahun lalu, karena cerai
ditinggal suami katanya ke jakarta tapi ndak balik mba, mungkin malu dengan
keadaan AG.
P: Bapak/Ibu memiliki berapa anak, yang berusia 2-12 tahun ada berapa?
I: satu, umurnya 8 tahun AG.
P: Tentu tidak mudah menjadi single parent, bagaimana bapak/ibu mengajarkan anak
mengerjakan sholat, puasa, dan membaca Al-Qur’an? Kegiatan diatas dilakukan
oleh bapak/ibu senidri atau diserahkan kepada orang lain? Atau sendiri?
I: saya sada AG berkebutuhan khusus, sedang saya juga bodoh, jadi saya sekolahkan di
SLB, semoga AG menjadi anak yang sholeh sesuai dengan namanya, mempunyai
pengetahuan tentang agama, sopan santun dan kemandirian yang paling penting
berguna untuk dirinya sendiri, orangtua dan masyarkat sekitarnya, Toh banyak
orang yang cacat yang bisa berkarya. saya hanya memberikan sebatas yang saya
bisa saja mba, seperti kalau mau melakukan aktivitas apapun harus membaca doa,”
ms AG kalau mau makan harus baca bismillah biar setannya tidak ikut makan, ms
AG jadi kenyang, kalau ibu shalat ms AG juga ikut shalat ya, biar Allah tambah
sayang dengan ms AG”, itulah yang bisa saya lakukan mba
P: Kegiatan ritual keagamaan apa saja yang sering diikuti oleh putra-putri bapak/ibu
(TPQ, Maulid Nabi, Khataman, Buka puasa bersama, shalat)?Mengapa itu bapak/ibu
lakukan ?
I: sholat sama saya mba, ngaji, baca-baca doa pendek, dan tetap berakhlak mulia yang
saya ajarkan
P : Apa yang menjadi dasar dan tujuan bapak/ibu dalam membina keagamaan anak?
Dengan materi apa melaksanakan pembinaan agama? Dan dengan cara apa?
I :. dasarnya pedoman sama Qur’an dan Hadist mba biar lurus jalannya, saya ajarkan
kebaikan sesama temennya dan percaya sama Allah dan Rasulnya mba, ya aqidah
akhlak mba, saya biasakan dengan cara menasehati dan menhukumnya kalo nakal
mba.
P: Apa saja faktor pengambat yang bapak/ibu hadapi dalam melaksanakan pembinaan
keagamaan itu ?
I: biasanya waktu kurang mba, pendidikan saya juga Cuma lulusan smp, ilmu agama
saya minim mba, dan masalah umumnya ya ekonomi, wong saya Cuma buruh
warung yang penghasilannya pas mba.
P: Disamping adanya faktor penghambat, adakah faktor pendukung yang memudahkan
bapak/ibu dalam membina keagamaan putra/putri ? serta apa solusinya?
I : adanya masjid membuat saya bisa belajar trus saya ajarkan ke anak say mba, saya
pengen dengan keterbatasan Ag, dia tetap jadi anak soleh dan mau mendoakan
orangtua kalo saya sudah nda ada nantinya. Ya, walaupun hanya dengan bapak, tapi
sudah membantu menjaga AG. Solusi paling yow kalo uang yow utang mba, kalo
masalah agama saya suka tanya ke tetangga yang berpengalaman, atau pak ustad.
DATA INFORMAN
Nomer data : 04
Nama : Bapak AG
Usia : 40 Tahun
Pekerjaan : tekhnisi komputer
Hari/Tanggal : Kamis, 08-02-015
Waktu/Jam : 08.15 WIB
Hasil wawancara :
P: Sejak kapan bapak/ibu menjadi single parent? Dan oleh sebab apa bapak/ibu menjadi
single parent?
I: tahun 2012, istri saya meninggal karena sakit.
P: Bapak/Ibu memiliki berapa anak, yang berusia 2-12 tahun ada berapa?
I: anak 2, yang umurnya 9 tahun EG.
P: Tentu tidak mudah menjadi single parent, bagaimana bapak/ibu mengajarkan anak
mengerjakan sholat, puasa, dan membaca Al-Qur’an? Kegiatan diatas dilakukan
oleh bapak/ibu senidri atau diserahkan kepada orang lain? Atau sendiri?
I: menitipkan anak EG ke pendidikan yang baik, di KURMA EG diajarkan BTQ, dan
ibadahnya seperti sholat, puasa, dan ngaji dirumah juga. Saya sering ngajak sholat
jemaah. Ya di sekolah, masjid di lingkungan juga dirumah mba.
P: Kegiatan ritual keagamaan apa saja yang sering diikuti oleh putra-putri bapak/ibu
(TPQ, Maulid Nabi, Khataman, Buka puasa bersama, shalat)?Mengapa itu bapak/ibu
lakukan ?
I: ngaji, btq, sholat kalo yang tahunan ya pas romadhan itu mbak kalo ndak ya mauludan.
Ya harapan saya sebagai orangtua mereka menjadi anak soleh, berbakti pada
orangtua dan bahagia duniua akhiratnya kelak.
P : Apa yang menjadi dasar dan tujuan bapak/ibu dalam membina keagamaan anak?
Dengan materi apa melaksanakan pembinaan agama? Dan dengan cara apa?
I :.dasarnya orang muslim ya Qur’an dan Hadist jadi biar jalannya lurus di mantapkan
dengan membiasakan penanaman aqidah akhlaknya , memberi contoh, saya
nasehati juga tetap saya perhatikan biar mereka nda kurang kasih sayang.
P: Apa saja faktor pengambat yang bapak/ibu hadapi dalam melaksanakan pembinaan
keagamaan itu ?
I: masalah waktu mba, ya kadang ekonomi juga.
P: Disamping adanya faktor penghambat, adakah faktor pendukung yang memudahkan
bapak/ibu dalam membina keagamaan putra/putri ? serta apa solusinya? Adanya
masjid, tpq , pengennya EG jadi anak solehah dan selalu mendoakan almh.
Mamanya. Kalo waktu ya, kumpul pas lagi longgar dan kalo ekonomi ya minta
bantuan ke oranglain.
DATA INFORMAN
Nomer data : 05
Nama : Ibu GL
Usia : 36 Tahun
Pekerjaan : karyawan swasta
Hari/Tanggal : Kamis, 08-02-2015
Waktu/Jam : 10.30 WIB
P: Sejak kapan bapak/ibu menjadi single parent? Dan oleh sebab apa bapak/ibu menjadi
single parent?
I: sejak tahun 2011, karena cerai. Memilih wanita lain.
P: Bapak/Ibu memiliki berapa anak, yang berusia 2-12 tahun ada berapa?
I: ada satu, ND 7 tahun.
P: Tentu tidak mudah menjadi single parent, bagaimana bapak/ibu mengajarkan anak
mengerjakan sholat, puasa, dan membaca Al-Qur’an? Kegiatan diatas dilakukan
oleh bapak/ibu senidri atau diserahkan kepada orang lain? Atau sendiri?
I: sebisa waktu saya, seharinya ND sama neneknya sedang saya kerja pagi pulang petang,
tapi saya membiasakan sholat subuh berjamaah dengan ND. Kalo sore, dia ngaji
TPQ di Masjid Alikhlas mba, ya saya sendiri, dibantu ibu serta lingkungan mba.
P: Kegiatan ritual keagamaan apa saja yang sering diikuti oleh putra-putri bapak/ibu
(TPQ, Maulid Nabi, Khataman, Buka puasa bersama, shalat)?Mengapa itu bapak/ibu
lakukan ?
I: sholat, ngaji, kalo pas romadhan ya puasa, atau kegiatan mauludan, khataman, ya ND
aktif kok di masjid walau kadang suka telad datang ngajinya. Ya, saya ingin ND jadi
sosok kepala keluarga yang soleh nantinya untuk keluarganya, dan berbakti sama
orangtua. Juga bekal dunia akhirat mba.
P : Apa yang menjadi dasar dan tujuan bapak/ibu dalam membina keagamaan anak?
Dengan materi apa melaksanakan pembinaan agama? Dan dengan cara apa?
I :. Dasarnya pedoman dengan Qur’an dan Hadist lalu saya ajarkan aqidah akhlak mba,
biar ND jadi anak yang baik dan soleh. Caranya membiasakan dengan keteladanan,
pembiasaan, dan hukuman mba, contohnya, saya sering cerita pake buku
bergambar surga neraka, saya nunjuk surga kalo ND mau melakukan kebaikan,
perintahNya dan saya tunjuka neraka kalo ND nda mau nurut sama bunda. Saya
suruh milih mba.
P: Apa saja faktor pengambat yang bapak/ibu hadapi dalam melaksanakan pembinaan
keagamaan itu ?
I: waktu mba, sibuk cari nafkah trus kadang ND nda semangat diajarin agama, ya kayak
tpq nya telad datengnya,
P: Disamping adanya faktor penghambat, adakah faktor pendukung yang memudahkan
bapak/ibu dalam membina keagamaan putra/putri ? serta apa solusinya?
I: adanya masjid membantu buat ND belajar ngaji disana, ya biar ND tumbuh jadi anak
soleh berbakti sama orangtua, dan kelak kalo bundanya nda ada masih mau
mendoakan saya, deket sama ibu jadi saya bisa nitipin ND mba. Solusinya,
DATA INFORMAN
Nomer data : 06
Nama : Bapak SD
Usia : 32 Tahun
Pekerjaan : Karyawan TU
Hari/Tanggal : Kamis, 08-02-2015
Waktu/Jam : 14.30 WIB
Hasil wawancara :
P: Sejak kapan bapak/ibu menjadi single parent? Dan oleh sebab apa bapak/ibu menjadi
single parent?
I: sejak 2 tahun lalu, istri meninggal karena komplikasi.
P: Bapak/Ibu memiliki berapa anak, yang berusia 2-12 tahun ada berapa?
I: sati, RM 4 tahun.
P: Tentu tidak mudah menjadi single parent, bagaimana bapak/ibu mengajarkan anak
mengerjakan sholat, puasa, dan membaca Al-Qur’an? Kegiatan diatas dilakukan
oleh bapak/ibu senidri atau diserahkan kepada orang lain? Atau sendiri?
I: sejak ibu RM sakit, dia di Solo sama neneknya. Jadi saya ngajari agamanya ketemu dia
juga Cuma sabtu-minggu mba, sementara masih saya yang ngajarin, soalnya mertua
saya beragama non islam.
P: Kegiatan ritual keagamaan apa saja yang sering diikuti oleh putra-putri bapak/ibu
(TPQ, Maulid Nabi, Khataman, Buka puasa bersama, shalat)?Mengapa itu bapak/ibu
lakukan ?
I: karna baru 4 tahun ya masih doa-doa pendek mbak, kayak doa makan, tidur dan
kadang sholat sama saya. Kan neneknya disana non islam, dan disana juga pasti
diajarin agama selain islam, jadi saya nda mau kalo kalah start sama neneknya.saya
maunya dia jadi anak soleh, lebih baik dari saya. Dan berbakti sama orangtua mba,
juga mau mendoakan mendiang mamanya.
P : Apa yang menjadi dasar dan tujuan bapak/ibu dalam membina keagamaan anak?
Dengan materi apa melaksanakan pembinaan agama? Dan dengan cara apa?
I : dasarnya Qur’an dan hadist, ya menanmkan nilai aqidah akhlak aja mba dengan cara
teladan sesuai usianya sekarang.
P: Apa saja faktor pengambat yang bapak/ibu hadapi dalam melaksanakan pembinaan
keagamaan itu ?
I: waktu tentunya mbak, mau apalagi sementara seperti ini dulu, nanti kalo RM TK saya
ajak ke Salatiga lagi. Aya merasa bodoh jadi jangan sampai dia kayak saya nantinya,
ekonomi jelas mba, wong saya Cuma TU honorer
P: Disamping adanya faktor penghambat, adakah faktor pendukung yang memudahkan
bapak/ibu dalam membina keagamaan putra/putri ? serta apa solusinya?
I : adanya masjid mbak, pengen nantinya RM mendiang mendoakan mamahnya, jadi
anak soleh, dan adanya ibu bisa ditipkan RM walaupun agamanya beda. kalo
ekonomi lagi susah ya ngutang oranglain.
DATA INFORMAN
Nomer data : 07
Nama : Ibu MN
Usia : 39 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Hari/Tanggal : Kamis, 08-02-2015
Waktu/Jam : 15.300 WIB
Hasil wawancara :
P: Sejak kapan bapak/ibu menjadi single parent? Dan oleh sebab apa bapak/ibu menjadi
single parent?
I: . Saya jadi janda cerai mati sejak tahun 2012 atau sekitar tiga (3) tahun yang lalu
suami saya meninggal dunia dikarenakan sakit diabetes
P: Bapak/Ibu memiliki berapa anak, yang berusia 2-12 tahun ada berapa?
I: Saya punya 2 orang anak yaitu anak perempuan yang bernama RA ( 18 tahun ) kelas 3
SMK dan anak laki-laki yang bernama HD ( 11 tahun ) kelas 5 SD
P: Tentu tidak mudah menjadi single parent, bagaimana bapak/ibu mengajarkan anak
mengerjakan sholat, puasa, dan membaca Al-Qur’an? Kegiatan diatas dilakukan
oleh bapak/ibu senidri atau diserahkan kepada orang lain? Atau sendiri?
I: saya nitipin HD ke TPQ setempat agar dia bisa baca tulis Al Qur’an mba.di masjid dia
belajarnya, saya yang memantau mbak, dan mengingatkan biar di praktekan
dirumah.
P: Kegiatan ritual keagamaan apa saja yang sering diikuti oleh putra-putri bapak/ibu
(TPQ, Maulid Nabi, Khataman, Buka puasa bersama, shalat)?Mengapa itu bapak/ibu
lakukan ?
I: untuk pembinaan keagamaan seringkali kakaknya juga memberikan contoh, saya
berharap agar kelak masa depan anak-anak saya lebih baik dari saya, semenjak
ditinggal Bapaknya setiap malam jumat kakaknya selalu mengajak kemakam secara
tidak langsung itu adalah bentuk pembinaan, agar kelak jika saya mati saya juga
didoakan oleh anak-anak saya mba, dan semoga anak saya menjadi anak yang
sholehah. P : Apa yang menjadi dasar dan tujuan bapak/ibu dalam membina
keagamaan anak? Dengan materi apa melaksanakan pembinaan agama? Dan
dengan cara apa?
P : Apa yang menjadi dasar dan tujuan bapak/ibu dalam membina keagamaan anak?
Dengan materi apa melaksanakan pembinaan agama? Dan dengan cara apa
I : qur’an dan Hadist mba, saya sudah yakin dengan penanaman aqidah untuk anak saya
yang sudah besar, serta sudah punya tanggung jawab untuk kewajibannya dalam
beribadah
, tujuan yang utama dalam memberikan bekal kepada anak-anaknya. Menanmkan nilai
aqidah akhlak sejak dini mba, dengan menasehati, perhatian kepada anak biar nda
kurang kasih sayang.
P: Apa saja faktor pengambat yang bapak/ibu hadapi dalam melaksanakan pembinaan
keagamaan itu ?
I: masalahnya waktu mba, kan saya jualan jaga warung mie ayam. Saya juga nda sekolah
ndak bisa ngaji mba, namanya juga anak-anak mba, terkadang masih sering lalai
dalam ibadah sholatnya,
P: Disamping adanya faktor penghambat, adakah faktor pendukung yang memudahkan
bapak/ibu dalam membina keagamaan putra/putri ? serta apa solusinya?
I : keinginan saya agar kelak jika saya mati saya juga didoakan oleh anak-anak saya mba,
dan semoga anak saya menjadi anak yang sholehah. Adanya masjid juga
berpengaruh mba buat kebaikan anak saya.
TRANSKRIP WAWANCARA
Nomer data :
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Hari/Tanggal :
Waktu/Jam :
Hasil wawancara :
PEDOMAN WAWANCARA
1. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi single parent ?
2. Oleh sebab apa Bapak/Ibu menjadi single parent ?
3. Bapak/Ibu memiliki berapa anak, yang berusia 6-12 tahun ada berapa?
4. Tentu tidak mudah menjadi single parent, bagaimana Bapak/Ibu mengajarkan
anak sholat, membimbing agar tetap melaksanakan sholat, puasa dan membaca
Al-Qur’an ?
5. Kegiatan diatas dilakukan oleh Bapak/Ibu senidri atau diserahkan kepada orang
lain? Atau bahkan keduanya?
6. Kegiatan ritual keagamaan apa saja yang sering diikuti oleh putra-putri Bapak/Ibu
(TPQ, Maulid Nabi, Khataman, Buka puasa bersama, shalat berjemaah)?Mengapa
itu Bapak/Ibu lakukan ?
7. Apa yang menjadi dasar dan tujuan bapak/ibu dalam membina keagamaan anak?
Dengan materi apa melaksanakan pembinaan agama? Dan dengan cara apa
8. Apa saja faktor pengambat yang Bapak/Ibu hadapi dalam melaksanakan
pembinaan keagamaan itu ?
9. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengatasi kendala tersebut?
10. Disamping adanya faktor penghambat, adakah faktor pendukung yang
memudahkan Bapak/Ibu dalam membina keagamaan putra/putri ? serta
bagaimana solusinya?
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Eni Lestari
Tempat/Tanggal lahir : Ngawi, 10 Juni 1993
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Sraten-RT 02/RW 01 , Kec.Tuntang
KabupatenSemarang
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 02 PEGANSAAN 02 Kelapa Gading Jakarta Utara lulus tahun 2001
2. SMP N 2 GENENG Ngawi Jawa Timur lulus tahun 2004
3. SMK N 2 Ngawi Jawa Timur lulus tahun 2007
Demikian data ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 12 Maret 2015
Penulis
Eni Lestari
NIM. 111 08 145