Upload
vonhi
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN HIBAH BERSAING
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI RANTAI
PENDINGINAN SEDERHANA UNTUK
MEMPERTAHANKAN MUTU SAYURAN DATARAN
TINGGI DI BALI SELAMA PENDISTRIBUSIANNYA
Tahun ke-2 dari rencana 3 tahun
Oleh : Ida Ayu Rina Pratiwi Pudja, STP., MP. NIDN : 0020037408
Dr. Ir. I Wayan Widia, MSIE NIDN : 0019076201
Dr. Ir. Ida Bagus Putu Gunadnya, MS. NIDN : 0023026107
Dibiayai dari Dana RM Universitas Udayana dengan surat Penugasan
Penelitian No : 104.52/UN14.2/PNL.01.03.00/2014 tanggal 3 Maret 2014
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 164 / Mekanisasi Pertanian
RINGKASAN
Telah diketahui bahwa sayuran segar sudah menjadi bagian dari makanan
manusia sejak mulainya sejarah manusia itu sendiri. Akan tetapi, pentingnya nutrisi
dari sayuran secara penuh baru dicermati hanya beberapa waktu belakangan. Status
sayuran sangat diuntungkan dari kecendrungan international yang mengarah pada
makanan alami segar, yang dipandang lebih baik dibandingkan dengan makanan
olahan yang mengandung bahan kimia tambahan. Hal ini penting bagi industri
hortikultura untuk menjaga mutu kesegaran alami dengan meminimalkan
penggunaan bahan kimia sintetik selama produksi dan penanganan pascapanennya.
Setelah panen, produk hortikultura mengalami kemunduran mutu, terlebih lagi
jika mengalami penundaan dalam pendistribusian ke konsumen yaitu penyimpanan
sementara produk lebih dari satu hari. Hal ini dikarenakan sayuran yang telah
dipanen, masih melangsungkan aktivitas hidupnya seperti respirasi, dan transpirasi.
Dari sinilah maka kehilangan substrat dan air tidak dapat diganti dan mulailah terjadi
proses kemunduran atau deteriorasi, yaitu terjadinya pelayuan produk hortikultura.
Pelayuan pada produk ini menyebabkan bahan menjadi kurang menarik dengan
tekstur yang kurang baik, dengan kandungan vitamin C-nya jauh lebih kecil
dibandingkan dengan sayuran yang masih segar, sehingga kualitas produk menjadi
rendah dan menyebabkan nilai pasar menjadi menurun. Kehilangan karena proses
pelayuan dan pembusukan pada sayur-sayuran daun dilaporkan sangat tinggi terlebih
dinegara-negara sedang berkembang yang dapat mencapai 40 - 50% (Kader, 2002).
Perusahaan di bidang pemasaran, dalam usaha untuk mencapai tujuan dan
sasaran maka setiap perusahaan melakukan kegiatan penyaluran. Penyaluran
merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ke tangan pemakai atau konsumen
pada waktu yang tepat. Peranan mata rantai saluran distribusi umumnya lebih
ditekankan pada kegiatan pemilihan dan penugasan masing-masing lembaga
penyaluran tersebut.Permasalahan yang diutamakan adalah kelancaran penyampaian
dan pemindahan barang serta hak milik atas penugasan produk tersebut, mulai dari
pedagang besar, pedagang menengah, dan pengecer sampai akhirnya ke tangan
konsumen.Saluran distribusi menyangkut aliran produk dan hak milik atau penugasan
atas produk tersebut.
Penetapan tingkat jalur distribusi sangat penting sebab dapat mempengaruhi
kelancaran penjualan, tingkat keuntungan modal, resiko dan lain
sebagainya.Keputusan mengenai saluran distribusi dalam pemasaran adalah
merupakan salah satu keputusan yang paling kritis yang dihadapi manajemen.
Saluran yang dipilih akan mempengaruhi seluruh keputusan pemasaran yang lainya.
Dalam rangka untuk menyalurkan barang dan jasa dari produsen kepada konsumen
maka perusahaan harus benar-benar memilih atau menyeleksi saluran distribusi yang
akandigunakan, sebab kesalahan dalm pemilihan saluran distribusi ini menghambat
bahkan dapat memacetkan usaha menyalurkan barang atau jasa tersebut.
Rantai pendinginan yang baik sangat diperlukan untuk mempertahankan mutu
produk agar tetap baik ketika sampai ke konsumen. Rantai pendinginan yang baik
diawali dengan perlakuan pra-pendinginan atau pre-cooling dan pendinginan
selanjutnya akan sangat menentukan mutu produk tersebut ketika sampai ke
konsumen. Selama masa pendistribusian, rantai pendinginan memegang peranan
penting untuk mengendalikan metabolisme produk dan juga mengendalikan
pertumbuhan mikroba perusak (Utama dkk., 2002). Pre-cooling dimaksudkan untuk
menghilangkan dengan cepat panas lapang sebelum pengangkutan atau penyimpanan,
sehingga suhu yang dicapai pada saat pendinginan bisa optimum (Soersasono, 1981).
Perlakuan pendinginan dapat menurunkan suhu bahan dan menekan penguapan
sekaligus mengurangi susut pasca panen sehingga dapat memperpanjang umur
simpan. Beberapa cara pendinginan yang dilakukan antara lain dengan memasukkan
bahan yang didinginkan dalam ruang pendingin (room cooling), menggunakan
hembusan udara (force air cooling), pendinginan menggunakan air (hydrocooling),
pendinginan dalam ruang hampa (vacuum cooling), dan pendinginan menggunakan
es (icing). Pada penelitian ini metode tersebut dilakukan dengan harus
mempertimbangkan beberapa hal, antara lain jenis bahan yang didinginkan, sifat
fisiologis bahan, biaya, dan juga fasilitas yang tersedia sehingga dapat dilakukan
pemilihan metode pendinginan yang tepat. Sehingga tujuan akhir dari penelitian ini
diperoleh mutu sayuran yang baik dengan teknik rantai pendinginan yang tepat
selama distribusi dan pemasarannya melalui evaluasi efisiensi dan efektifitas dari
rantai pendinginan dari segi biaya, susut bahan dan keberlangsungannya. Pada
akhirnya, target khusus dari penelitian ini bahwa sayuran dapat dipertahankan
kesegarannya melalui teknik rantai pendinginan sederhana selama
pendistribusiannya.
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya laporan kemajuan penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
Penelitian ini berjudul “Pengembangan Teknologi Rantai Pendinginan Sederhana
Untuk Mempertahankan Mutu Sayuran Dataran Tinggi Di Bali Selama
Pendistribusiannya” yang dilaksanakan sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan
Tinggi, dengan sumber dana BOPTN DIKTI Tahun Anggaran 2014.
Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tentunya berkat kerjasama dari
berbagai pihak. Untuk itu kami haturkan terima kasih kepada Direktorat Pendidikan
Tinggi (DIKTI) selaku pemberi dana, tim pelaksana, Ketua LPPM UNUD dan staf,
Kepala Desa Candi Kuning beserta perangkat desa, petani Desa Candi Kuning, dan
semua pihak yang juga ikut mendukung penelitian ini.
Kami menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan laporan ini masih jauh
dari sempurna. Namun demikian kami berharap bahwa pelaksanaan penelitian dan
laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Denpasar, 21 Agustus 2014
Tim Pelaksana
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................
RINGKASAN ...............................................................................
PRAKATA ....................................................................................
ii
iii
v
DAFTAR ISI .................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................
vi
vii
viii
ix
RINGKASAN ............................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3
2.1. Sayuran Berdaun .................................................................... 3
2.2. Mutu Produk Segar ................................................................
2.3. Distribusi ................................................................................
4
4
2.4. Pengaturan Suhu ..................................................................... 5
2.5. Peta Jalannya Penelitian (Roadmap Penelitian) ……………. 6
BAB III.
BAB IV.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ................................
METODE PENELITIAN ..............................................................
7
16
4.1. Bahan Penelitian ..................................................................... 16
4.2. Tempat Penelitian ................................................................... 17
4.3. Perlakuan dan Rancangan Percobaan ..................................... 17
4.4. Penyiapan Sayuran ................................................................. 18
1. Penyiapan Bahan ................................................................... 19
2. Sortasi ..................................................................................... 19
3. Pencucian ............................................................................... 20
4. Penimbangan .......................................................................... 20
4.5. Persiapan Proses Pendinginan dengan teknik top icing.......... 20
4.6. Penyimpanan dalam Kemasan Styrofoam Box ……………... 21
4.7. Design Kemasan Styrofoam Box …………………………… 22
4.8. Variabel Pengamatan ………………………………………. 22
1. Suhu Produk Selama Penyimpanan ....................................... 23
2. Berat Produk Selama Penyimpanan ....................................... 23
3. Uji Organoleptik ..................................................................... 23
4.9. Analisa Statistika .................................................................... 25
4.10. Fishbone Diagram ................................................................ 25
4.11. Transportasi Pemasaran ....................................................... 26
4.12. Rencana Distribusi Pemasaran ............................................. 26
BAB. V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 27
BAB. VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA .................................... 30
BAB. VII. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 33
LAMPIRAN .................................................................................. 35
BAB. V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 22
BAB. VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA .................................... 30
BAB. VII. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 33
LAMPIRAN .................................................................................. 35
BAB. V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 22
BAB. VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA .................................... 30
BAB. VII. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 33
LAMPIRAN .................................................................................. 35
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Data penjualan sayuran daun di beberapa supermarket kota
Denpasar (kg) pada bulan Mei 2003 ............................................
3
Tabel 2. Uji organoleptik…………………………………………………. 26
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Tahap-tahapan pelaksanaan penelitian jalur distribusi produk
sayuran .........................................................................................
Tahapan-tahapan pelaksanaan rantai pendinginan (top-icing)
......................................................................................................
Tahapan pelaksanaan penelitian evaluasi, efisiensi dan
efektifitas dari rantai pendinginan ...............................................
13
14
15
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Fishbone diagram penelitian ........................................................
Transportasi langsung bak terbuka ...........................................
Transportasi dengan bak tertutup ................................................
Design Styrofoam box .................................................................
23
24
24
26
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Foto-Foto Produk .........................................................................
Publikasi dan Makalah Senastek Unud…..…..............................
Biodata Tim Peneliti dan Kualifikasinya ……………………….
Penggunaan Anggaran Biaya……………………………………
35
48
55
65
1
BAB I. PENDAHULUAN
Komuditas holtikultura merupakan salah satu usaha agribisnis dalam sektor
pertanian, yang ditunjang oleh permintaan pasar dalam negeri maupun ekspor yang
semakin meningkat. Dipihak lain, sumber alam yang tersedia masih mendukung
untuk meningkatkan agribisnis holtikultura khususnya sayur-sayuran. Sayuran
merupakan salah satu sumber vitamin, mineral dan zat gizi yang dibutuhkan
manusia dalam menu makanan sehari-hari. Selain itu sayuran berfungsi sebagai
sumber karbohidrat dan protein (Anon, 1992).
Setelah panen, produk hortikultura mengalami kemunduran mutu, terlebih
lagi jika mengalami penundaan dalam pendistribusian ke konsumen yaitu
penyimpanan sementara produk lebih dari satu hari. Hal ini dikarenakan sayuran
yang telah dipanen, masih melangsungkan aktivitas hidupnya seperti respirasi, dan
transpirasi. Dari sinilah maka kehilangan substrat dan air tidak dapat diganti dan
mulailah terjadi proses kemunduran atau deteriorasi, yaitu terjadinya pelayuan
produk hortikultura. Pelayuan pada produk ini menyebabkan bahan menjadi kurang
menarik dengan tekstur yang kurang baik, dengan kandungan vitamin C-nya jauh
lebih kecil dibandingkan dengan sayuran yang masih segar, sehingga kualitas
produk menjadi rendah dan menyebabkan nilai pasar menjadi menurun. Kehilangan
karena proses pelayuan dan pembusukan pada sayur-sayuran daun dilaporkan sangat
tinggi terlebih dinegara-negara sedang berkembang yang dapat mencapai 40 - 50%
(Kader, 2002).
Perusahaan di bidang pemasaran, dalam usaha untuk mencapai tujuan dan
sasaran maka setiap perusahaan melakukan kegiatan penyaluran. Penyaluran
merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ke tangan pemakai atau konsumen
pada waktu yang tepat. Peranan mata rantai saluran distribusi umumnya lebih
ditekankan pada kegiatan pemilihan dan penugasan masing-masing lembaga
penyaluran tersebut. Permasalahan yang diutamakan adalah kelancaran
penyampaian dan pemindahan barang serta hak milik atas penugasan produk
tersebut, mulai dari pedagang besar, pedagang menengah, dan pengecer sampai
akhirnya ke tangan konsumen. Saluran distribusi menyangkut aliran produk dan hak
milik atau penugasan atas produk tersebut.
Penetapan tingkat jalur distribusi sangat penting sebab dapat mempengaruhi
kelancaran penjualan, tingkat keuntungan modal, resiko dan lain sebagainya.
2
Keputusan mengenai saluran distribusi dalam pemasaran adalah merupakan salah
satu keputusan yang paling kritis yang dihadapi manajemen. Saluran yang dipilih
akan mempengaruhi seluruh keputusan pemasaran yang lainya. Dalam rangka untuk
menyalurkan barang dan jasa dari produsen kepada konsumen maka perusahaan
harus benar-benar memilih atau menyeleksi saluran distribusi yang akan digunakan,
sebab kesalahan dalm pemilihan saluran distribusi ini menghambat bahkan dapat
memacetkan usaha menyalurkan barang atau jasa tersebut.
System distribusi suatu produk adalah tahapan-tahapan bagaimana produk
tersebut dipindahkan dari tempat tumbuhnya sampai ke konsumen. Jumlah tahapan
adalah bervariasi sesuai dengan produk dan pasar. Selama pendistribusiannya
melalui tahapan-tahapan tersebut rantai pendinginan memegang peranan penting
untuk mengendalikan metabolisme produk dan juga mengendalikan pertumbuhan
organisme perusak. Sehingga selama penanganan pada tahapan-tahapan distribusi
hendaknya disediakan fasilitas bagaimana pendinginan dapat dilakukan. Rantai
pendinginan yang baik sangat diperlukan untuk mempertahankan mutu produk agar
tetap baik ketika sampai ke konsumen. Rantai pendinginan yang baik diawali
dengan perlakuan pra-pendinginan atau pre-cooling dan pendinginan selanjutnya
akan sangat menentukan mutu produk tersebut ketika sampai ke konsumen (Utama,
dkk., 2002). Pre-cooling dimaksudkan untuk menghilangkan dengan cepat panas
lapang sebelum pengangkutan atau penyimpanan, sehingga suhu yang dicapai pada
saat pendinginan bisa optimum (Soersasono, 1981).
Perlakuan pendingin dapat menurunkan suhu bahan dan menekan penguapan
sekaligus mengurangi susut pasca panen sehingga dapat memperpanjang umur
simpan. Beberapa cara pendinginan yang dilakukan antara lain dengan memasukkan
bahan yang didinginkan dalam ruang pendingin (room cooling), menggunakan
hembusan udara (force air cooling), pendinginan menggunakan air (hydrocooling),
pendinginan dalam ruang hampa (vacuum cooling), dan pendinginan menggunakan
es (icing). Pada penelitian ini metode tersebut dilakukan dengan harus
mempertimbangkan beberapa hal, antara lain jenis bahan yang didinginkan, sifat
fisiologis bahan, biaya, dan juga fasilitas yang tersedia sehingga dapat dilakukan
pemilihan metode pendinginan yang tepat. Sehingga tujuan akhir dari penelitian ini
diperoleh mutu sayuran yang baik dengan teknik rantai pendinginan yang tepat
selama distribusi dan pemasarannya melalui evaluasi efisiensi dan efektifitas dari
rantai pendinginan dari segi biaya, susut bahan dan keberlangsungannya.
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sayuran Berdaun
Sayuran merupakan tanaman atau bagian tanaman yang dapat dimakan atau
dilalap untuk makanan utama, pelengkap, atau sekedar untuk pembangkit selera
tetapi ada juga dimanfaatkan sebagai hiasan. Daun berfungsi sebagai penghasil
senyawa karbon melalui proses fotosintesis, disamping itu daun juga berfungsi
mengontrol transpirasi dari tanaman. Sayuran daun termasuk dalam jenis sayuran
yang mudah sekali mengalami kerusakan karena bentuk morfologisnya yang sangat
mudah terkoyak oleh sentuhan alat maupun tangan manusia. Setelah panen sayuran
daun tidak mendapat suplai air dari tanaman induknya, sehingga tidak dapat
menggantikan kandungan airnya yang hilang melalui transpirasi. Kehilangan air
dari daun setelah panen akan mengurangi umur simpan. Sayuran daun yang dikenal
dipasaran, misalnya: sawi, selada, bayam, kangkung, petsai, dan kubis, yang
memiliki nilai komersial tinggi (Kays, 1991).
Permintaan pasar terhadap sayuran berdaun cukup tinggi, ini dapat
ditunjukkan dari tingkat penjualan beberapa jenis sayuran daun, yang dijual di
empat supermarket yang ada di Kota Denpasar, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data penjualan sayuran daun di beberapa Supermarket Kota Denpasar (kg)
pada Bulan Mei 2003
Supermarket Sawi Kangkung Selada Bayam
Tiara Dewata 4500 2250 450 2250
Matahari Duta 145 112 85 120
Ramayana Bali
Mall
90 58 76 85
Hero-Libi 155 75 95 130
Sumber : Survei Bayu S. Wibowo, (2004).
2.2. Mutu Produk Segar
Kerusakan mekanis saat pemanenan dan serangan hama penyakit pada saat
tanaman masih di lahan akan sangat berpengaruh pada mutu produk. Sayuran yang
telah layu, kering, dan telah berubah warna biasanya tidak diminati oleh konsumen.
Keadaan yang demikian lebih ditandai dengan berakhirnya umur simpan produk
(Kairupan, dkk., 2002). Untuk mencegah penurunan mutu dari suatu produk dapat
dilakukan dengan mengatur kondisi penyimpanan, yaitu dengan menggunakan
penyimpanan dingin. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara
4
menghindarkan sayuran dan buah-buahan dari sinar matahari langsung (Thompson,
1996).
Mutu merupakan suatu kajian yang subyektif yang didefinisikan sebagai
kumpulan dari karakteristik dan atribut yang memberikan nilai terhadap produk itu
sendiri, sehingga menyebabkan suatu komoditi memiliki nilai yang dikehendaki
bagi pengguna akhir (Kader, 1985). Mutu sayuran sangat komplek tergantung dari
tujuan penggunaan dan siapa atau ditingkat mana kita menentukan mutu sayuran.
Faktor faktor yang mempengaruhi terhadap laju kemunduran mutu buah dan sayuran
meliputi suhu, kelembaban, dan komposisi atmosfer.
Komponen mutu yang menjadi bahan pertimbangan penting dalam
menentukan mutu dapat berupa karakteristik yang terlihat maupun yang tidak
terlihat. Karakteristik terlihat seperti ; ukuran, warna, bentuk dan adanya cacat
secara bersama-sama memberikan kenampakan produk. Komponen mutu yang tidak
terlihat seperti ; cita rasa, tekstur, nilai nutrisi, tidak adanya kerusakan fisiologi dan
mekanis secara internal akan menentukan apakah produk dapat dijual kembali atau
tidak.
2.3. Distribusi
Menurut Nitisemito dalam Arlina (2004), saluran distribusi adalah lembaga-
lembaga distributor atau lembaga-lembaga penyalur yang mempunyai kegiatan
untuk menyalurakan barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen.
Menurut Walters dalam Arlina (2004), saluran distribusi adalah sekelompok
pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik
dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu.
Lembaga pemasaran adalah orang atau perusahaan yang secara langsung
terlibat dalam mengalirnya barang dari produsen ke konsumen. Pada dasarnya
perantara pedagang (merchant middlemen) ini bertanggung jawab terhadap
pemilikan semua barang yang dipasarkanya. Adapun lembaga-lembaga yang
termasuk dalam golongan perantara pedagang adalah: pedagang pengumpul,
pedagang besar (wholesaler) dan pengecer (retailer), (Kotler dan Amstrong, 2001).
a. Pedagang Pengumpul
Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli hasil-hasil pertanian dari
petani (produsen), kemudian hasil itu dikumpulkan pada ssuatu tempat atau pada
5
beberapa tempat dan kemudian dijual atau dipasarkan kembali dalm partai besar
kepada pedangang-pedagang lain.
b. Pedagang Besar
Istilah pedagang besar ini hanya digunakan pada perantara pedangan yang
terikat dengan kegiatan perdagangan besar dan biasanya tidak melayani
penjualan eceran kepada konsumen akhir. Pedagang besar adalah sebuah unit
usaha yang membeli dan menjual kembali barang-barang kepada pengecer dan
pedagang lain dan/atau kepada pemakai industri, pemakai lembaga dan pemakai
komersial yang tidak menjual dalam volume yang sama kepada konsumen akhir.
c. Pedagang pengecer
Perdagangan eceran meliputi semua kegitan yang berhubungan secara langsung
dengan penjulan barang atau jasa kepada konsumen akhir untuk keperluan
pribadi (bukan untuk keperluan usaha). Tidak tertutup kemungkinan adanya
penjualan secara langsung dengan para pemakai industri karena tidak semua
barang industri selalu di beli dalam jumlah besar. Pengecer adalah sebuah
lembaga yang melakukan kegiatan usaha menjual barang kepada konsumen
akhir untuk keperluan pribadi.
2.4. Pengaturan Suhu
Pengaturan suhu sangat diperlukan dalam memperpanjang umur simpan
sayuran. Menurut Setyowati, dkk., (1992) salah satu upaya yang biasa dilakukan
adalah menyimpan produk pada ruangan yang bersuhu rendah. Suhu yang rendah
diharapkan dapat menekan kegiatan penuaan maupun kegiatan mikroba perusak. Di
dalam penyimpanan bersuhu rendah, kondisi yang harus dipertimbangkan adalah
suhu, kelembaban, komposisi udara, dan tekanan. Pada produk hortikultura, suhu
pendinginan diatas titik bekunya dapat memperpanjang umur simpan.
Proses pendinginan yang baik dapat dibagi menjadi dua fase. Pertama adalah
fase pendinginan untuk melepaskan panas lapang bahan, dan fase yang kedua adalah
pendinginan untuk menjaga produk pada suhu optimum selama penyimpanan dan
pendistribusiannya. Suhu optimum akan bervariasi untuk masing-masing jenis
produk (Utama, dkk., 2002).
Menurut Wills, et al., (1981) pengaturan suhu yang baik dimulai dengan
menghilangkan panas lapang produk secepatnya pada saat produk dipanen.
Beberapa metode yang biasa digunakan antara lain : hydrocooling, pemberian es
6
dalam kemasan, pemberian es di atas bahan (top icing), pendinginan evaporasi,
pendinginan dalam ruangan pendingin, pendinginan dalam udara mengalir, dan
pendinginan vakum. Penurunan suhu merupakan cara yang paling penting untuk
mengurangi kerusakan bahan. Suhu yang tinggi umumnya dapat merusak jaringan
hidup, sedang suhu yang rendah dapat menghambat metabolisme. Penyimpanan
pada suhu rendah tidak saja menghambat kecepatan respirasinya melainkan juga
menghambat kehidupan mikroorganisme (Fennema, 1976).
Pengelolaan suhu yang baik sangat penting untuk suksesnya pemasaran buah
dan sayuran segar. Pengeluaran panas lapang dengan beberapa metode pendinginan
adalah tahap awal di dalam pengelolaan suhu. Panas lapang menunjukkan kebutuhan
pendinginan untuk menurunkan suhu bahan yang dibawa dari lapangan saat dipanen
hingga mencapai suhu penyimpanan yang aman dalam jangka waktu tertentu
(Thompson, 1996).
Penyimpanan produk dengan kontak es (contact ice) atau timbun es (top ice)
dapat memberikan pendinginan yang efektif, baik dengan cara menaburkan
hancuran es sehingga terjadi kontak dengan produk maupun menaruhnya di atas
tumpukan peti kemas. Pendinginan dengan air (hydrocooling) adalah cara
pendinginan yang populer. Jika dilakukan secara baik, mungkin cara ini yang paling
cepat dan efektif untuk menghilangkan kalor. Untuk mendapatkan hasil yang baik,
suhu air seharusnya mendekati titik beku (Soesarsono, 1981).
Air merupakan konduktor yang baik dari energi panas dibandingkan dengan
udara. Hydrocooling bisa berlangsung lebih cepat bila kontak air dengan produk
lebih banyak dan suhu yang ada sebisa mungkin mendekati 0 ºC. Di negara-negara
maju, hydrocooling dilakukan dengan cara menempatkan produk pada konveyor
yang dilewatkan di bawah shower yang menyemprotkan air dingin. Hydrocooling
dapat juga membersihkan produk dari sisa-sisa kotoran setelah proses pemanenan,
akan tetapi metode ini juga bisa menimbulkan kontak antara produk dengan
mikroorganisme pengganggu. Hal ini biasa terjadi bila produk masih bercampur
dengan tanah atau masih dalam keadaan yang kotor. Keuntungan lain dari
pendinginan hydrocooling ini adalah kecilnya kehilangan berat bahan selama proses
(Mitchell dalam Kader , 2002).
Es bisa digunakan untuk pendinginan dengan cara meletakkannya berdekatan
atau kontak langsung dengan produk yang digunakan. Es yang telah dihancurkan
atau telah berbentuk serpihan dapat ditambahkan pada saat pengemasan.
7
Penggunaan es hanya bisa dilakukan pada produk yang tidak sensitif terhadap suhu
rendah (seperti wortel, jagung manis, selada (lettuce), bayam, lobak, brokoli, dan
daun bawang), toleran terhadap air, dan menggunakan pengemas yang juga toleran
terhadap air (fiberboard yang dilapisi lilin, plastik, styrofoam dan polypropylene /
poam polystyrene) (Kitinoja, et al., 1995).
2.5. Peta Jalannya Penelitian (Roadmap Penelitian)
Selama 3 (tiga) tahun penelitian ini, direncanakan :
Tahun
pertama
Mutu Sayuran Jalur Distribusi Sayuran
Kerusakan sayuran
selama distribusi
Luaran:
Model Jalur
distribusi dan
kehilangan mutu
sayuran selama
distribusi
Tahun
kedua
Teknik Pendinginan
dengan pre-cooling
Perlakuan
Klorin
Luaran :
Teknik pre-
cooling dan
konsentrasi
klorin terbaik
Tahun
ketiga
1. Analisis Biaya
Biaya inventaris
barang
Biaya transportasi
dan BBM
Biaya produksi
Analisis
pendapatan
Analisis
Keuntungan
2. Susut bahan
Menimbang bahan
sebelum transportasi
Menimbang bahan
setelah sampai pasar
Luaran :
Evaluasi
terhadap
efisiensi dan
efektivitas
dari rantai
pendinginan
Gambar 1. Road Map Penelitian
8
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk:
Tahun pertama :
a. Menemukan jalur distribusi sayuran.
b. Menemukan loses sayuran selama distribusi.
c. Menguji mutu fisik sayuran.
Tahun Kedua :
d. Menemukan teknik pendingin yang tepat dalam mempertahankan kesegaran
bunga melati selama penyimpanan.
e. Menguji mutu fisik sayuran selama penyimpanan.
f. Untuk mengetahui efektifitas proses pendingin dalam meningkatkan mutu
fisik kesegaran dan seberapa lama proses ini mampu memperpanjang
kesegaran dari sayuran dibandingkan dengan tanpa proses tersebut.
Tahun ketiga :
g. Menentukan teknik rantai pendinginan yang tepat selama pendistribusian dan
pemasaran sayuran.
h. Evaluasi efisiensi dan efektifitas dari rantai pendinginan dari segi biaya,
susut bahan dan keberlangsungannya.
Manfaat dari penelitian adalah :
1. Penetapan tingkat jalur distribusi sangat penting sebab dapat mempengaruhi
kelancaran penjualan, tingkat keuntungan modal, resiko dan lain sebagainya.
Keputusan mengenai saluran distribusi dalam pemasaran adalah merupakan
salah satu keputusan yang paling kritis yang dihadapi manajemen. Saluran yang
dipilih akan mempengaruhi seluruh keputusan pemasaran yang lainya.
Menyalurkan barang dan jasa dari produsen kepada konsumen maka perusahaan
harus benar-benar memilih atau menyeleksi saluran distribusi yang akan
digunakan, sebab kesalahan dalm pemilihan saluran distribusi ini menghambat
bahkan dapat memacetkan usaha menyalurkan barang atau jasa tersebut.
2. Pemilihan metode pendinginan yang tepat akan diperoleh mutu sayuran yang
baik dengan teknik rantai pendinginan yang tepat selama distribusi dan
pemasarannya melalui evaluasi efisiensi dan efektifitas dari rantai pendinginan
dari segi biaya, susut bahan dan keberlangsungannya.
9
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1. Bahan dan Alat Penelitian
Dalam penelitian ini bahan yang digunakan adalah sayuran bunga, buah, dan
sayuran daun yang diperoleh dari kebun petani Desa Candi Kuning, Kecamatan
Baturiti, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali. Dasar pertimbangan pengambilan lokasi
penelitian karena di Desa Candi Kuning Kabupaten Tabanan merupakan pusat
penghasil sayur-sayuran terbesar di Provinsi Bali. Sayuran yang dipilih adalah
sayuran dengan kualitas ekspor yakni brokoli, tomat, dan bawang prey (Rukmana,
1994). Selain itu bahan pendukung lainnya adalah es curah untuk pendingin dan
plastisin untuk laju respirasi. Klorin dan air untuk bahan pencuci sayuran.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cold storage,
styrofoam box yang berukuran (31 x 21 x 28) cm, pocket thermometer merk MDEL
5371, digital thermometer TM-900, truk pengangkut, timbangan digital merk Bonzo
model 393, timbangan (merk five goats), chamber, colorimeter, gas analyzer, dan
sealer selotape.
4.2.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pascapanen, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Udayana terhadap perancangan bahan kemasan styrofoam box
dan analisis mutu meliputi perubahan berat, laju respirasi, perubahan warna, dan
mutu visual (warna, tingkat kesegaran, tekstur dan mutu visual secara keseluruhan).
4.3. Perlakuan dan Rancangan Percobaan
Pada Penelitian tahun pertama, telah dilakukan penelitian terhadap jalur
distribusi dan kehilangan mutu sayuran berdasarkan metode survey dengan
penyebaran kuisioner kepada petani, pengepul/pedagang besar dan
pengusaha/eksportir melalui teknik purposive sampling, yaitu pemilihan
berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tertentu (Singarimbun dan Effendi, 1989).
Selama jalur distribusi kehilangan mutu yang paling mendasar adalah kehilangan
berat dan terjadi pelayuan pada sayuran. Disamping itu, selama pengangkutan
sayuran didistribusikan menggunakan keranjang bambu yang menyebabkan sayuran
mengalami luka lecet, memar dan patah, yang dapat memicu masuknya mikroba
pembusuk sehingga mempercepat kemunduran mutu sayuran. Untuk itu pada
10
penelitian tahun kedua dilakukan teknik pre-cooling dalam styrofoam box untuk
memperlambat laju kemunduran mutu dan memperpanjang kesegaran sayuran.
Pada penelitian tahun kedua, dilakukan rancangan percobaan menggunakan
Rancangan Percobaan Acak Kelompok yaitu percobaan teknik pendinginan dalam
styrofoam box untuk memperlambat laju kemunduran mutu dan memperpanjang
kesegaran sayuran. Teknik pendinginan ini terdiri dari 3 (tiga) level, yaitu :
P1 = Pendinginan dengan jumlah es 50%
P2 = Pendinginan dengan jumlah es 75%
P3 = Pendinginan dengan jumlah es 75%
Konsentrasi klorin, terdiri dari 3 (tiga) level, yaitu :
K0 = 0 ppm
K1 = 75 ppm
K2 = 150 ppm
Percobaan diulang tiga kali. Penyimpanan dilakukan selama 11 hari dan pengamatan
terhadap parameter penelitian dilakukan setiap 48 jam penyimpanan.
4.4.Penyiapan Sayuran
1. Penerimaan Bahan
Dalam penelitian ini bahan yang digunakan adalah tiga jenis sayuran (brokoli,
bawang prey, dan wortel) sesuai dengan hasil survey penelitian tahun pertama,
yang diperoleh dari kebun petani Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti,
Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali.
2. Sortasi
Sortasi dilakukan dari sayuran yang tidak memenuhi kriteria mutu pasar yang
dituju, seperti sayuran yang terlalu kecil atau terlalu besar, sayuran yang
mengalami malformasi, sayuran dengan luka mekanis, rusak, cacat, busuk, dan
terinfeksi penyakit.
3. Pencucian
Setelah proses sortasi, dilakukan pencucian dengan menambahkan klorin dalam
air pencuci sesuai perlakuan. Pencucian dilakukan dengan mencelupkan sayuran
sesuai perlakuan sambil dibersihkan dari kotoran-kotoran yang mungkin terbawa
saat pemanenan, Tahap berikutnya sayuran ditiriskan untuk beberapa saat
11
sehingga air yang ada pada sela-sela daun atau bunga berkurang (kurang lebih
satu menit).
4. Penimbangan
Tahapan terakhir persiapan sayuran sebelum didinginkan adalah penimbangan.
sayuran yang digunakan dalam penelitian. Setelah diberi perlakuan pencucian
dengan klorin, sayuran kembali ditimbang, berat inilah yang selanjutnya
dijadikan berat awal bahan.
5. Persiapan proses pendinginan dengan teknik top icing
Teknik pendinginan dilakukan dengan mengisi es dalam Styrofoam box
kemudian sayuran dimasukkan dalam Styrofoam box dan ditimbun es selama
penyimpanan. Produk dengan kontak es (contact ice) atau timbun es (top ice)
dapat memberikan pendinginan yang efektif, baik dengan cara menaburkan
hancuran es sehingga terjadi kontak dengan produk maupun menaruhnya di atas
tumpukan peti kemas.
12
Tahun III
Penanganan bahan sesuai dengan hasil terbaik penelitian tahun I dan sesuai
dengan perlakuan penelitian tahun II
Luaran Tahun III : Evaluasi terhadap efisiensi dan efektivitas dari rantai
pendinginan meliputi :
1. Analisis Biaya
Biaya inventaris barang
Biaya transportasi dan BBM
Biaya produksi
Analisis pendapatan
Analisis Keuntungan
2. Susut bahan
Menimbang bahan sebelum transportasi
Menimbang bahan setelah sampai pasar
3. Analisis Keberlangsungan rantai pendinginan
Monitoring 1 bulan setelah selesai penelitian (memonitoring dari panen
sampai pendistribusian dan pemasaran ke konsumen)
Pendampingan setiap 1 bulan selama 1 tahun (memonitoring dari panen
sampai pendistribusian dan pemasaran ke konsumen)
Selesai
Gambar 3. Tahapan pelaksanaan penelitian evaluasi efisiensi dan
efektifitas dari rantai pendinginan
4.5.Penyimpanan dalam Kemasan Styrofoam Box
Setelah dicuci, sayuran ditiriskan selanjutnya dimasukkan ke dalam
styrofoam box yang sebelumnya telah diisi es sesuai perlakuan. Es curah dan air es
yang digunakan untuk mendinginkan sayuran harus bisa menutup seluruh
permukaan sayuran. Perbandingan sayuran dengan jumlah es yang digunakan adalah
1 : 3. Tahapan terakhir dalam proses penelitian ini adalah penutupan box
menggunakan sealer selotape. Pada penelitian ini jumlah box yang digunakan
sebanyak 60 buah, yang mana setiap 48 jam dari perlakuan pendinginan akan dibuka
satu box untuk diamati. Setelah diamati sayuran tersebut tidak akan diikutkan lagi
dalam pengamatan selanjutnya.
13
Pengamatan terhadap sayuran dilakukan sampai hari ke-11 penyimpanan.
Selain itu untuk menekan peningkatan suhu dalam box dan memperpanjang umur
simpan sayuran, setiap 48 jam dilakukan penggantian es. Berat es yang ditambahkan
pada penggantian ini sama dengan diawal penyimpanan. Penggantian es ini
dilakukan dengan membuang es atau air es dalam box selanjutnya diganti dengan es
yang baru. Setelah proses penggantian ini selesai box segera ditutup kembali.
Parameter pengamatan sayuran adalah perubahan berat, perubahan warna, laju
respirasi dan uji organoleptik yang dilakukan terhadap warna, tekstur, tingkat
kekeringan, dan penerimaan mutu visual sayuran secara keseluruhan.
4.6.Design Kemasan Styrofoam Box
Selama pendistribusian kemasan yang digunakan untuk pendinginan adalah
styrofoam box. Box pendingin ini dirancang sebagai box pendingin untuk
mempertahankan suhu dingin selama pendistribusian sayuran (Kitinoja, et al.,
2002).
4.7. Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi perubahan
berat, perubahan warna, laju respirasi dan uji organoleptik yang terdiri dari
pengujian warna, tingkat kekeringan, tekstur, dan penerimaan visual secara
keseluruhan. Pengamatan terhadap sayuran dilakukan setiap 48 jam selama 7 hari.
Tutup styrofoam box
untuk pre-cooling
styrofoam box untuk
pre-cooling
Gambar 4. Design kemasan styrofoam box
14
1. Berat Produk Selama Penyimpanan
Pada penelitian ini berat bahan diketahui dengan menimbang sayuran (brokoli,
tomat dan bawang prey) pada setiap pengamatan dari hari ke-0, 1, 2, 3, 5, 7, 9 dan
11. Sedangkan berat produk pada hari ke-0 ditimbang sebelum produk didinginkan.
Timbangan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan merk Bonzo
model 393.
2. Perubahan Warna
Pengukuran warna pada permukaan buah sawo menggunakan alat colorimeter.
Tahapan penggunaan alat colorimeter adalah sebagai berikut: alat colorimeter
dihubungkan ke perangkat komputer lalu alat dan computer dinyalakan. Software
“Accu Win 32” dibuka dan disetting sesuai perlakuan. Sampel diambil dan
dilakukan pengukuran pada 3 titik yang diinginkan lalu tombol ditekan untuk mulai
mengukur. Pengukuran warna buah sawo dilakukan 2 hari sekali dan tiap ulangan
diambil 1 buah sawo. Data yang diperoleh merupakan hasil rata-rata dari tiap
ulangan. Kemudian perubahan yang di peroleh di tuangkan dalam bentuk grafik.
Standar warna yang digunakan adalah L, a, b. Warna L menggambarkan warna
terang atau gelap (range 0 – 100; angka bertambah besar berarti lebih terang), warna
a menggambarkan warna merah atau hijau (range (- 128) – 127; + warna lebih
merah: - warna lebih hijau), dan warna b menggambarkan warna kuning atau biru
(range (- 128) – 127; + warna lebih kuning : - warna lebih biru) (Anon, 2013e).
3. Laju Respirasi
Pengukuran laju respirasi pada sayuran menggunakan alat gas Analyzer
(model 902D DualTrak), yang dilakukan secara statis. Sayuran dimasukkan ke
dalam chamber plastik, kemudian diukur konsumsi O2 dan produksi CO2. Perubahan
yang terjadi pada produk brokoli di amati secara terus menerus dua hari sekali
sampai sayuran mengalami kerusakan.
Tahapan penggunaan alat gas Analyzer adalah sebagai berikut : pertama
hidupkan dengan cara dihubungkan ke stop kontak standar 220 Volt untuk pengisian
atau terus beroprasi, selanjutnya aktifkan alat dengan cara menekan “power”
selanjutnya pasang jarum suntik pada selang yang akan menghubungkan alat dengan
kemasan dan menempelkan karet pada kemasan plastik dimana fungsinya sebagai
tempat untuk menyuntikkan jarum pada saat akan dilakukan pengukuran konsentrasi
15
O2, agar kemasan tidak mengalami kerusakan pada saat ditusukkan jarum. Setelah
itu dilanjutkan dengan menyuntikkan jarum ke karet pada kemasan hingga jarum
masuk keseluruhan kedalam kemasan. Selanjutnya tekan “pump”, dimana pompa
elektrik akan menarik dalam jumlah yang tepat dari sampel yang diperlukan untuk
analisis, dan kemudian mati sendiri setelah waktu pengambilan sampel pra-set (5
hingga 10 detik). Konsentrasi O2 dibaca pada layar dalam waktu 20-25 detik, dalam
satuan presentase (%). Selanjutnya laju produksi gas O2 (ml.kg-1.jam-1) dihitung
dengan persamaan yang dikembangkan oleh Mannapperuma dan singh (1987)
sebagai berikut.
R = 𝑉
𝑊 𝑥
𝑑𝑥
𝑑𝑡………………………………(1)
Dimana
R = laju respirasi (ml O2 /kg. jam)
V = volume bebas wadah (ml)
W = berat bahan (kg)
Dx/dt = laju perubahan komposisi O2 (%/jam)
Pengukuran laju perubahan konsentrasi O2 dilakukan pada rentan waktu satu
jam, dua jam, 3 jam dan 4 jam dari dimulainya percobaan awal, dan pengukuran
dilakukan setia pdua hari sampai sayuran mengalami kerusakan.
4. Uji Organoleptik
Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara subyektif (organoleptik) yang
dilakukan terhadap penampakan warna, tingkat kesegaran, tekstur, dan penerimaan
visual keseluruhan sayuran. Penilaian uji organoleptik ini dilakukan oleh panelis
terhadap produk yang telah diberi perlakuan. Penilaian penelis didasarkan pada
pertanyaan dan kriteria yang ditentukan.
1. Penilaian terhadap sayuran brokoli
a. Warna
Untuk mengetahui perubahan warna brokoli, digunakan uji skor yang dapat
dilihat pada Tabel 2 (Soekarto, 1985).
16
Tabel 2. Kriteria dan skala numerik untuk uji skor warna
Kriteria Skala Numerik Hijau segar 5
Hijau 4
Agak hijau 3
Hijau agak kekuningan 2
Hijau kekuningan 1
b. Tingkat Kesegaran
Untuk mengetahui tingkat kesegaran pada permukaan brokoli, digunakan uji
skor (Soekarto, 1985). Kriteria dan skala numerik untuk uji skor tingkat kesegaran
sayuran dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kriteria dan skala numerik uji skor tingkat kesegaran
Kriteria Skala Numerik Sangat segar 5
Segar 4
Agak segar 3
Sedikit segar 2
Layu 1
c. Tekstur
Penilaian terhadap perubahan tekstur brokoli yang diteliti meggunakan uji skor
(Soekarto, 1985). Kriteria dan skala numerik untuk uji skor tekstur brokoli dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kriteria dan skala numerik uji skor tekstur
Kriteria Skala Numerik
Tegar berisi (pada bagian bunga dan tangkai) 5
Tegar dan agak pucat 4
Agak layu (dipasarkan terbatas) 3
Layu/lembek (bunga sebagian membusuk) 2
Sangat layu dan tidak bisa digunakan 1
d. Mutu Visual secara Keseluruhan
Penilaian terhadap penerimaan mutu visual secara keseluruhan pada brokoli
yang diteliti meggunakan uji skor (Soekarto, 1985).
Kriteria dan skala numerik untuk uji skor mutu visual brokoli dapat dilihat pada
Tabel 5.
17
Tabel 5. Kriteria dan skala numerik uji skor mutu visual secara keseluruhan
Kriteria Skala Numerik
Sangat baik, kenampakan segar 5
Baik 4
Biasa 3
Kurang baik 2
Tidak bisa digunakan 1
2. Penilaian terhadap sayuran tomat
a. Warna
Untuk mengetahui perubahan warna tomat, digunakan uji skor yang dapat
dilihat pada Tabel 6. (Soekarto, 1985).
Tabel 6. Kriteria dan skala numerik untuk uji skor warna
Kriteria Skala Numerik Merah kehijauan segar 5
Merah kehijauan 4
Merah kekuningan 3
Merah 2
Merah sekali 1
b. Tingkat Kesegaran
Untuk mengetahui tingkat kesegaran pada permukaan tomat, digunakan uji skor
(Soekarto, 1985). Kriteria dan skala numerik untuk uji skor tingkat kesegaran
sayuran dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kriteria dan skala numerik uji skor tingkat kesegaran
Kriteria Skala Numerik Sangat segar 5
Segar 4
Agak segar 3
Sedikit segar 2
Layu 1
c. Tekstur
Penilaian terhadap perubahan tekstur tomat yang diteliti meggunakan uji skor
(Soekarto, 1985). Kriteria dan skala numerik untuk uji skor tekstur bawang prey
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kriteria dan skala numerik uji skor tekstur
Kriteria Skala Numerik
Tegar berisi 5
Tegar dan agak pucat 4
Agak layu (dipasarkan terbatas) 3
Layu/lembek (sebagian membusuk) 2
Sangat layu dan tidak bisa digunakan 1
18
d. Mutu Visual secara Keseluruhan
Penilaian terhadap penerimaan mutu visual secara keseluruhan pada tomat yang
diteliti meggunakan uji skor (Soekarto, 1985).
Kriteria dan skala numerik untuk uji skor mutu visual tomat dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Kriteria dan skala numerik uji skor mutu visual secara keseluruhan
Kriteria Skala Numerik
Sangat baik, kenampakan segar 5
Baik 4
Biasa 3
Kurang baik 2
Tidak bisa digunakan 1
3. Penilaian terhadap sayuran bawang prey
a. Warna
Untuk mengetahui perubahan warna bawang prey, digunakan uji skor yang
dapat dilihat pada Tabel 10 (Soekarto, 1985).
Tabel 10. Kriteria dan skala numerik untuk uji skor warna
Kriteria Skala Numerik Hijau segar 5
Hijau 4
Agak hijau 3
Hijau agak kekuningan 2
Hijau kekuningan 1
b. Tingkat Kesegaran
Untuk mengetahui tingkat kesegaran pada permukaan bawang prey, digunakan
uji skor (Soekarto, 1985). Kriteria dan skala numerik untuk uji skor tingkat
kesegaran sayuran dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Kriteria dan skala numerik uji skor tingkat kesegaran
Kriteria Skala Numerik Sangat segar 5
Segar 4
Agak segar 3
Sedikit segar 2
Layu 1
19
c. Tekstur
Penilaian terhadap perubahan tekstur bawang prey yang diteliti meggunakan uji
skor (Soekarto, 1985). Kriteria dan skala numerik untuk uji skor tekstur bawang
prey dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Kriteria dan skala numerik uji skor tekstur
Kriteria Skala Numerik
Tegar berisi (pada bagian daun dan tangkai) 5
Tegar dan agak pucat 4
Agak layu (dipasarkan terbatas) 3
Layu/lembek (daun sebagian membusuk) 2
Sangat layu dan tidak bisa digunakan 1
d. Mutu Visual secara Keseluruhan
Penilaian terhadap penerimaan mutu visual secara keseluruhan pada bawang
prey yang diteliti meggunakan uji skor (Soekarto, 1985).
Kriteria dan skala numerik untuk uji skor mutu visual bawang prey dapat dilihat
pada Tabel 13.
Tabel 13. Kriteria dan skala numerik uji skor mutu visual secara keseluruhan
Kriteria Skala Numerik
Sangat baik, kenampakan segar 5
Baik 4
Biasa 3
Kurang baik 2
Tidak bisa digunakan 1
4.8. Analisis Statistika
Data yang diperoleh dianalisa dengan sidik ragam dan apabila terdapat
pengaruh nyata antara masing-masing perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji BNT
(Steel dan Torrie, 1993). Pengujian organoleptik terhadap warna, tektur, tingkat
kekeringan, dan penerimaan mutu visual secara keseluruhan dilakukan oleh 10
orang panelis dengan uji skor skala numerik (Soekarto, 1985).
20
4.9. Fishbone Diagram
Gambar 5. Fishbone Diagram Penelitian
4.10. Transportasi Pemasaran
Pada penelitian tahun ke-ketiga akan dilakukan transportasi ke pasar yaitu :
1. Transportasi dengan tertutup (bak terbuka yang ditutup terpal)
Produk sayuran yang didinginkan dalam styrofoam box langsung
ditempatkan dalam bak terbuka kemudian ditutup terpal (Gambar 6).
2. Transportasi bak terbuka
Produk sayuran yang didinginkan dalam styrofoam box langsung
ditempatkan dalam mobil bak terbuka (Gambar 7).
Gambar 6. Transportasi langsung Gambar 7. Transportasi dengan
Ditutup terpal mobilbak terbuka
Indikator capaian yang terukur
bahwa dengan rantai pendinginan
sederhana diperoleh mutu
sayuran yang baik selama distribusi dan pemasarannya
melalui evaluasi efisiensi dan
efektifitas dari rantai pendinginan
dari segi biaya, susut bahan dan
keberlangsungannya.diperoleh
masa simpan sayuran lebih lama.
21
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.Sayuran Bawang Prey
1. Perubahan Berat
Hasil pengamatan perubahan berat bawang prey disajikan pada Tabel 14a,
dan grafik perubahan berat bawang prey selama penyimpanan dapat dilihat pada
Gambar 8a.
Tabel 14a. Perubahan Berat Bawang Prey Selama Penyimpanan (gram)
Perlakuan
Hari
ke-0
Hari
ke-1
Hari
ke-3
Hari
ke-5
W0 50 52.0 52.3 55.0 57.0
W0 75 33.2 33.7 35.3 37.0
W0 100 32.7 32.7 34.3 36.0
WB 50 28.3 28.3 29.7 31.0
WB 75 28.0 28.0 29.7 31.0
WB 100 52.3 54.0 57.0 59.0
WP1 50 50.0 50.3 53.0 55.0
WP1 75 55.3 56.3 60.0 62.0
WP1 100 27.3 27.3 28.7 30.0
WP2 50 61.0 61.3 64.3 66.3
WP2 75 70.3 72.0 76.7 78.7
WP2 100 61.7 63.0 67.0 69.0
Tabel 14a. menunjukkan bahwa selama penyimpanan terjadi peningkatan berat
bawang prey karena adanya air dari es yang diserap oleh bawang prey selama
penyimpanan.
Gambar 8a. Grafik Perubahan Berat Bawang Prey Selama Penyimpanan
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
W0 50
W0 75
W0 100
WB 50
WB 75
WB 100
WP1 50
WP1 75
WP1 100
WP2 50
WP2 75
WP2 100
Hari ke-0
Hari ke-1
Hari ke-3
Hari ke-5
22
Gambar 8a. menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berat pada bawang
prey pada semua perlakuan selama penyimpanan. Peningkatan berat bawang prey
selama penyimpanan disebabkan karena adanya penyerapan air dari es yang
digunakan untuk pendinginan oleh bawang prey. Sesuai dengan prinsip pengolahan
pangan bahwa terjadi pengisian ruang kosong antara bahan dan media hantaran,
dimana dalam hal ini ruang kosong yang ada pada bawang prey diisi oleh air dari
media pendingin es sampai produk bawang prey rusak.
2. Perubahan Warna
Hasil pengamatan perubahan warna (L-kecerahan) bawang prey selama
penyimpanan disajikan pada Tabel 15a, dan grafik perubahan warna (L-kecerahan)
bawang prey selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 10a.
Tabel 15a. Perubahan Warna bawang Prey Selama Penyimpanan
Perlakuan
Hari
ke-0
Hari
ke-1
Hari
ke-3
Hari
ke-5
W0 50 2173.7 2615.3 2928.7 3029.7
W0 75 2572.0 2765.7 2655.3 2756.7
W0 100 2045.0 2825.0 2554.7 2658.3
WB 50 1616.7 2747.3 2868.0 2971.3
WB 75 1984.3 2552.3 2533.0 2639.0
WB 100 2281.0 2688.0 2609.7 2715.7
WP1 50 2164.7 2733.0 2900.0 3002.7
WP1 75 1966.3 2672.7 2630.0 2734.3
WP1 100 2078.7 2890.3 2625.7 2730.3
WP2 50 1536.0 2741.0 2879.0 2983.3
WP2 75 1887.3 2599.7 2554.7 2660.0
WP2 100 1886.3 2830.3 2547.3 2649.7
Tabel 15a. menunjukkan bahwa semakin lama disimpan kecerahan warna
bawang prey mengalami perubahan semakin lama semakin meningkat dimana warna
bawang prey hijau segar menjadi kuning karena semakin tingginya laju respirasi
bawang prey.
23
Gambar 10a. Perubahan Warna (L-kecerahan) Bawang Prey selama
Penyimpanan
Gambar 10a. menunjukkan bahwa perubahan warna (L-kecerahan) pada
bawang prey dari awal penyimpanan mengalami penurunan kemudian peningkatan
dan kembali lagi mengalami peningkatan kemudian mengalami penurunan dan
mengalami peningkatan diakhir penyimpanan. Perubahan ini terjadi karena
penggantian es dilakukan setiap 2 hari sekali selama penyimpanan dimana sangat
mempengaruhi rentang suhu yang terjadi yaitu kisaran suhu saat baru diisi es antara
0-15oC sedangkan kisaran suhu selama penyimpanan antara 17-22
oC. Perubahan
warna bawang prey dari yang berwarna hijau segar menjadi berwarna kuning saat
produk bawang prey rusak.
5.2.Sayuran Tomat
1. Perubahan Berat
Hasil pengamatan perubahan berat tomat disajikan pada Tabel 14b, dan
grafik perubahan berat tomat selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 8b.
0.0
500.0
1000.0
1500.0
2000.0
2500.0
3000.0
3500.0
W0 50
W0 75
W0 100
WB 50
WB 75
WB 100
WP1 50
WP1 75
WP1 100
WP2 50
WP2 75
WP2 100
Hari ke-0
Hari ke-1
Hari ke-3
Hari ke-5
24
Tabel 14b. Perubahan Berat Tomat Selama Penyimpanan (gram)
Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7
Km 0 50 105.8 110.9 117.5 121.1 123.1
Km 0 75 101.1 106.9 113.9 117.6 121.3
Km 0 100 102.9 108.7 114.5 118.0 121.5
Kb 0 50 90.3 96.6 103.9 107.6 116.0
Kb 0 75 88.4 94.9 101.7 105.5 109.3
Kb 0 100 98.5 100.8 108.5 112.4 116.2
Kb 1 50 80.1 86.2 92.8 98.5 101.4
Kb 1 75 89.8 95.7 105.7 109.3 111.3
Kb 1 100 88.4 94.5 100.3 103.9 107.0
Kb 2 50 98.7 104.1 111.3 115.0 117.0
Kb 2 75 95.8 101.9 108.6 112.2 114.7
Kb 2 100 103.8 109.7 116.1 119.8 122.7
Tabel 14a. menunjukkan bahwa selama penyimpanan terjadi peningkatan
berat tomat karena adanya air dari es yang diserap oleh tomat selama penyimpanan.
Gambar 8b. Grafik Perubahan Berat Tomat Selama Penyimpanan
Gambar 8b. menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berat tomat pada
semua perlakuan selama penyimpanan. Peningkatan berat tomat selama
penyimpanan disebabkan karena adanya penyerapan air dari es yang digunakan
untuk pendinginan oleh tomat. Sesuai dengan prinsip pengolahan pangan bahwa
terjadi pengisian ruang kosong antara bahan dan media hantaran, dimana dalam hal
ini ruang kosong yang ada pada tomat diisi oleh air dari media pendingin es sampai
produk tomat rusak.
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
140.0
Km 0 50
Km 0 75
Km 0
100
Kb 0 50
Kb 0 75
Kb 0 100
Kb 1 50
Kb 1 75
Kb 1 100
Kb 2 50
Kb 2 75
Kb 2 100
Hari ke-0
Hari ke-1
Hari ke-3
Hari ke-5
Hari ke-7
25
2. Perubahan Warna
Hasil pengamatan perubahan warna (L-kecerahan) tomat selama
penyimpanan disajikan pada Tabel 15b, dan grafik perubahan warna (L-kecerahan)
tomat selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 10b.
Tabel 15b. Perubahan Warna Tomat Selama Penyimpanan
Perlakuan Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7
Km 0 50 1315.0 1665.0 2756.7 2856.7 2955.0
Km 0 75 1264.0 1830.7 2732.7 2833.0 2931.7
Km 0 100 1473.3 1939.3 2733.7 2834.3 2933.0
Kb 0 50 1393.0 1702.0 2743.0 2846.0 2944.7
Kb 0 75 1910.0 1773.3 2723.7 2825.3 2923.7
Kb 0 100 1181.0 1851.0 2718.7 2820.0 2918.7
Kb 1 50 1431.0 1851.0 2741.3 2844.0 2572.0
Kb 1 75 1501.7 1855.7 2665.7 2779.0 2868.7
Kb 1 100 1631.0 1775.0 2693.7 2800.0 2878.3
Kb 2 50 1486.7 1807.0 2748.7 2850.7 2949.0
Kb 2 75 2255.7 1582.0 2699.3 2805.7 2274.0
Kb 2 100 1364.3 1735.3 2719.7 2825.0 2923.7
Tabel 15b. menunjukkan bahwa semakin lama disimpan kecerahan warna
tomat mengalami perubahan semakin lama semakin meningkat dimana warna tomat
merah kehijauan segar menjadi merah sekali karena semakin tingginya laju respirasi
tomat.
Gambar 10b. Perubahan Warna (L-kecerahan) Tomat Selama
Penyimpanan
0.0
500.0
1000.0
1500.0
2000.0
2500.0
3000.0
3500.0
Km 0 50
Km 0 75
Km 0 100
Kb 0 50
Kb 0 75
Kb 0 100
Kb 1 50
Kb 1 75
Kb 1 100
Kb 2 50
Kb 2 75
Kb 2 100
Hari ke-0
Hari ke-1
Hari ke-3
Hari ke-5
Hari ke-7
26
Gambar 10b. menunjukkan bahwa perubahan warna (L-kecerahan) pada tomat dari
awal penyimpanan mengalami penurunan kemudian peningkatan dan kembali lagi
mengalami peningkatan kemudian mengalami penurunan dan mengalami
peningkatan diakhir penyimpanan. Perubahan ini terjadi karena penggantian es
dilakukan setiap 2 hari sekali selama penyimpanan dimana sangat mempengaruhi
rentang suhu yang terjadi yaitu kisaran suhu saat baru diisi es antara 0-15oC
sedangkan kisaran suhu selama penyimpanan antara 17-22oC. Perubahan warna
tomat dari yang berwarna hijau segar menjadi berwarna kuning saat produk tomat
rusak.
5.3.Sayuran Brokoli
1. Perubahan berat
Hasil pengamatan perubahan berat brokoli disajikan pada Tabel 14, dan grafik
perubahan berat brokoli selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 8.
Tabel 14. Perubahan Berat Brokoli Selama Penyimpanan (gram)
Tabel 14. menunjukkan bahwa selama penyimpanan terjadi peningkatan berat
brokoli karena adanya air dari es yang diserap oleh brokoli selama penyimpanan.
27
Gambar 8. Grafik Perubahan Berat Brokoli Selama Penyimpanan
Gambar 8. menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berat pada brokoli pada semua
perlakuan selama penyimpanan.Peningkatan berat brokoli selama penyimpanan
disebabkan karena adanya penyerapan air dari es yang digunakan untuk pendinginan
oleh brokoli. Sesuai dengan prinsip pengolahan pangan bahwa terjadi pengisian
ruang kosong antara bahan dan media hantaran, dimana dalam hal ini ruang kosong
yang ada pada brokoli diisi oleh air dari media pendingin es sampai produk brokoli
rusak.
Sedangkan perlakuan berbeda nyata terhadap perubahan berat brokoli pada
perlakuan P0K0, P1K1, P1K2, P2K0, P2K1, P2K2, P3K0, P3K1, P3K2 selama
penyimpanan ditunjukkan pada grafik Gambar 9.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
H0 H1 H3 H5 H7
Hari
Perlakuan P1K0
Perlakuan P1K1
Perlakuan P1K2
Perlakuan P2K0
Perlakuan P2K1
Perlakuan P2K2
Perlakuan P3K0
Perlakuan P3K1
Perlakuan P3K2
28
Gambar 9. Perubahan berat brokoli selama penyimpanan
Gambar 9. menunjukkan hasil paling rendah pada perlakuan P3K1 (kombinasi
perlakuan es 100% dengan konsentrasi klorin 75 ppm) dan hasil paling tinggi pada
perlakuan P2K0 (kombinasi perlakuan es 75% dengan konsentrasi klorin 0 ppm).
2. Perubahan Warna
Hasil pengamatan perubahan warna (L-kecerahan) brokoli selama penyimpanan
disajikan pada Tabel 15, dan grafik perubahan warna (L-kecerahan) brokoli selama
penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 10.
Tabel 15. Perubahan Warna Brokoli Selama Penyimpanan
0
500
1000
1500
2000
2500
P1K0 P1K1 P1K2 P2K0 P2K1 P2K2 P3K0 P3K1 P3K2
BER
AT
(GR
)
PERLAKUAN
Series1
29
Tabel 15. menunjukkan bahwa semakin lama disimpan kecerahan warna
brokoli mengalami perubahan semakin lama semakin meningkat dimana warna
brokoli hijau segar menjadi kuning karena semakin tingginya laju respirasi brokoli.
Gambar 10. Perubahan Warna (L-kecerahan) Brokoli selama Penyimpanan
Gambar 10. menunjukkan bahwa perubahan warna (L-kecerahan) pada
brokoli dari awal penyimpanan mengalami penurunan kemudian peningkatan dan
kembali lagi mengalami peningkatan kemudian mengalami penurunan dan
mengalami peningkatan diakhir penyimpanan. Perubahan ini terjadi karena
penggantian es dilakukan setiap 2 hari sekali selama penyimpanan dimana sangat
mempengaruhi rentang suhu yang terjadi yaitu kisaran suhu saat baru diisi es antara
0-15oC sedangkan kisaran suhu selama penyimpanan antara 17-22
oC. Perubahan
warna brokoli dari yang berwarna hijau segar menjadi berwarna kuning saat produk
brokoli rusak.
Sedangkan perlakuan berbeda nyata terhadap perubahan warna (L-kecerahan)
brokoli pada perlakuan P0K0, P1K1, P1K2, P2K0, P2K1, P2K2, P3K0, P3K1, P3K2
selama penyimpanan ditunjukkan pada grafik Gambar 11.
0
500
1000
1500
2000
2500
H0 H1 H3 H5 H7
Hari
Perlakuan P1K0
Perlakuan P1K1
Perlakuan P1K2
Perlakuan P2K0
Perlakuan P2K1
Perlakuan P2K2
Perlakuan P3K0
Perlakuan P3K1
Perlakuan P3K2
30
Gambar 11. Perubahan warna (L-kecerahan) brokoli selama penyimpanan
Gambar 11. menunjukkan hasil paling rendah pada perlakuan P2K1
(kombinasi perlakuan es 75% dengan konsentrasi klorin 75 ppm) dan hasil paling
tinggi pada perlakuan P1K0 (kombinasi perlakuan es 50% dengan konsentrasi klorin
0 ppm).
3. Laju Respirasi Konsumsi Oksigen
Hasil pengamatan laju respirasi konsumsi oksigen brokoli disajikan pada Tabel
16, dan grafik laju respirasi konsumsi oksigen brokoli selama penyimpanan dapat
dilihat pada Gambar 12.
Tabel 16. Perubahan Laju Respirasi Brokoli Selama Penyimpanan (ml/gr/jam)
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
P1K0 P1K1 P1K2 P2K0 P2K1 P2K2 P3K0 P3K1 P3K2
WA
RN
A (
L-K
ECER
AH
AN
)
PERLAKUAN
Series1
31
Tabel 16. menunjukkan bahwa laju respirasi berlangsung lambat dimana pada
awal penyimpanan laju respirasi cenderung stabil kemudian terjadi penurunan laju
respirasi sampai akhirnya meningkat pada akhir penyimpanan. Hal ini menunjukkan
bahwa dengan perlakuan penyimpanan dingin dapat memperlambat laju respirasi
brokoli selama penyimpanan.
Gambar 12. Hasil penelitian laju respirasi konsumsi oksigen brokoli selama
penyimpanan (ml/gr/jam)
Gambar 12. menunjukkan bahwa perubahan laju respirasi konsumsi oksigen
pada brokoli mengalami peningkatan sampai akhir penyimpanan disemua perlakuan.
Peningkatan laju konsumsi oksigen ini terjadi seiring dengan semakin lama
disimpan brokoli mengalami kerusakan. Penyimpanan brokoli dengan pendinginan
menggunakan es metode top icing dapat memperlambat laju peningkatan konsumsi
oksigen sehingga umur simpan brokoli dapat lebih lama.
Sedangkan perlakuan berbeda tidak nyata terhadap laju respirasi konsumsi
oksigen brokoli pada perlakuan P0K0, P1K1, P1K2, P2K0, P2K1, P2K2, P3K0,
P3K1, P3K2 selama penyimpanan ditunjukkan pada grafik Gambar 13.
0.0
0.1
0.1
0.2
0.2
0.3
0.3
0.4
H0 H1 H3 H5 H7
Hari
Perlakuan P1K0
Perlakuan P1K1
Perlakuan P1K2
Perlakuan P2K0
Perlakuan P2K1
Perlakuan P2K2
Perlakuan P3K0
Perlakuan P3K1
Perlakuan P3K2
32
Gambar 13. Perubahan laju respirasi konsumsi oksigen brokoli selama
penyimpanan
Gambar 13. menunjukkan hasil paling rendah pada perlakuan P3K0
(kombinasi perlakuan es 100% dengan konsentrasi klorin 0 ppm) dan hasil paling
tinggi pada perlakuan P1K0 (kombinasi perlakuan es 50% dengan konsentrasi klorin
0 ppm).
-300
-200
-100
0
100
200
300
P1K0 P1K1 P1K2 P2K0 P2K1 P2K2 P3K0 P3K1 P3K2BER
AT
(GR
)
PERLAKUAN
Series1
33
BAB VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Analisa statistik dilakukan terhadap data yang diperoleh dengan analisa sidik
ragam dan apabila terdapat pengaruh nyata antara masing-masing perlakuan, maka
dilanjutkan dengan uji BNT (Steel dan Torrie, 1993). Pengujian organoleptik
terhadap warna, tektur, tingkat kekeringan, dan penerimaan mutu visual secara
keseluruhan dilakukan oleh 10 orang panelis dengan uji skor skala numerik
(Soekarto, 1985).
Keberlanjutan untuk penelitian tahun ketiga terhadap penerapan teknik
pendinginan top-icing selama jalur distribusi dengan pick up bak terbuka untuk
mengetahui efektifitas dan efisiensi dari teknik pendinginan ditinjau secara ekonomi
selama pendistribusian sayuran.
34
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Penyimpanan dingin dengan metode top icing dapat memperpanjang umur
simpan sayuran brokoli, tomat dan bawang prey.
2. Sayuran brokoli dapat disimpan selama 6 hari, tomat dapat disimpan selama 10
hari dan bawang prey dapat disimpan selama 8 hari.
7.2. SARAN
Setelah diketahui efektifitas dan persentase jumlah es yang digunakan
sebagai pendinginan sayuran maka dapat dilakukan efisiensi pengangkutan
sayuran dengan pendinginan metode top icing selama pendistribusiannya di
tahun ke-3.
35
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1992. Sayur Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.
Arlina, N. L. 2004. Peranan Saluran Distribusi Dalam Pemasaran Produk dan Jasa.
http://digilib.usu.ac.id/download/fe/manajemen_arlina%20ib54.pdf. (akses
tanggal 25 Pebruari 2009)
Bayu S. Wibowo. 2004. Aktivitas Penanganan Pasca Panen dikaitkan dengan Faktor
Perilaku Konsumen terhadap Pembelian di Supermarket khususnya produk
Sawi Caisim (Brassica juncea, L) (Studi kasus di wilayah Kota Denpasar).
Skripsi Bagian Teknik Pertanian program Studi Teknologi Pertanian,
Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.
Fennema, O.R. (Editor), 1976. Principles of Food Science. Part I. Food Chemistry.
Marcel Dekker, Inc New York and Basel.
Ibrahim, Y. M. H. 1998. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta, Jakarta.
Kader, A.A. 1985. Postharvest Biology and Technology: An overview. In
Postharvest Technology of Horticultural Crops. Cooperative Extention.
University of California. Div. of Agriculture and Natural Resources,
California.
Kader, A.A. 2002. Postharvest Technology of Horticultural Crops. 3rd
Edition.
University of California. Div. of Agriculture and Natural Resources,
California.
Kays, S. J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. Van
Nostrand Reinhoid, New York.
Kitinoja, L., and Kader, A.A., 1995. Small-Scale Postharvest Handling Practices. A
Manual For Horticultural Crops. 3rd
Edition. Department of Pomology
University of California. Davis, California 956616.
Kairupan, S.M.E. and Lengkey, Ch.C.E., 2002. Faktor-faktor Penanganan
Pascapanen yang Mempengaruhi Mutu Buah dan Sayuran. Postharvest
Handling Workshop. Kerjasama Texas A&M University dengan Teknologi
Pertanian Fakultas Pertanian UNSRAT Manado.
Kotler, P. Dan G. Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi Kedelapan.
Erlangga, Jakarta.
Porter, M. E. 1985. Competitive Strategy.The Free Press, New York.
Rangkuti F. 2001. Riset Pemasaran. P.T. Gramedia, Jakarta.
Rukmana, R., 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Brokoli. Kanisius, Jakarta.
36
Singarimbun dan Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta.
Soekarto, S.T, 1985. Penilaian Organoleptik. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Soesarsono,W., 1981. Penyimpanan Buah-buahan, Sayur-sayuran, dan Bunga-
bungaan. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Setyowati, Niwan R. dan Budiarti., 1992. Pascapanen Sayur. PT. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu
Pendekatan Biometrik. Penerjemah B. Sumantri. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Swastha, B. 1996. Azas-Azas Marketing. Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Liberty,
Yogyakarta.
Thomson, A.K., 1996. Postharvest Teknology of Fruit and Vegetables. Blackwell
Science Ltd. Victoria, Australia.
Utama, M.S., Jeferson W.G dan Dewa G.M.P., 2002. Teknologi Pascapanen
Hortikultura. Program studi teknologi Pertanian UNUD Denpasar dan
ECFED Program Texas A&M University Texas, USA.
Widjaja, T. 2006. Analisis Rantai Nilai (Value Chain) dan Keunggulan Bersaing
(Competitive Advantage). Harvarindo, Jakarta.
Wills, R.H.H., Lee, T.H., Graham. D, Mc Glasson. W.B, and Hall. E.G, 1981.
Postharvest. An Introduction to The Physiology and Handling of Fruit and
Vegetables. New South wales University Press.
46
TEKNOLOGI PENDINGINAN SEDERHANA UNTUK
MEMPERTAHANKAN MUTU SAYURAN BROKOLI
SELAMA PENYIMPANAN
Ida Ayu Rina Pratiwi Pudja
1), Ida Bagus Putu Gunadnya
2) I Wayan Widia
3)
1Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Gedung GA
Kampus Bukit Jimbaran, Badung, 80362 Telp/Fax : (0361) 701801, E-mail : [email protected]
2 Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Gedung GA
Kampus Bukit Jimbaran, Badung, 80362 3 Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Gedung GA
Kampus Bukit Jimbaran, Badung, 80362
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari teknologi pendinginan sederhana
yang dapat mempertahankan mutu sayuran brokoli selama penyimpanan dan untuk
mengetahui teknologi pendinginan sederhana yang dapat memperpanjang
penyimpanan brokoli. Perlakuan penelitian ini menggunakan wadah styrofoam box
yang diisi es sebagai pendingin sederhana dan dikombinasikan dengan klorin.
Jumlah es yang digunakan sebanyak 50%, 75% dan 100%. Konsentrasi klorin yang
digunakan 0 ppm, 75 ppm dan 150 ppm. Penggantian es dan pengamatan dilakukan
setiap dua hari sekali. Parameter yang diamati meliputi perubahan berat, laju
respirasi dan warna brokoli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama
penyimpanan terjadi peningkatan berat brokoli pada semua perlakuan. Laju
respirasi yang dinyatakan sebagai konsumsi oksigen pada brokoli mengalami
peningkatan, tetapi laju respirasi karbondioksida mengalami penurunan selama
penyimpanan. Pada brokoli terjadi penurunan warna hijau menjadi kuning selama
penyimpanan. Perlakuan jumlah es 50% memperpanjang penyimpanan brokoli
selama 4 hari, sedangkan perlakuan jumlah es 75% dan 100% dapat
memperpanjang penyimpanan brokoli selama 6 hari. Kesimpulan dari penelitian ini
bahwa teknologi pendinginan sederhana yang digunakan pada perlakuan
penambahan es 75% dengan konsentrasi klorin 0 ppm memperpanjang
penyimpanan brokoli selama 6 hari.
Kata kunci: brokoli, teknologi pendinginan sederhana, klorin, respirasi, berat,
warna.
47
SIMPLE COOLING TECHNOLOGY FOR MAINTAINING THE
QUALITY OF BROCCOLI DURING STORAGE
Ida Ayu Rina Pratiwi Pudja
1), Ida Bagus Putu Gunadnya
2) I Wayan Widia
3)
1Agricultural Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Udayana University, Bukit
Jimbaran, Badung, 80362 Telp/Fax : (0361) 701801, E-mail : [email protected]
2 Agricultural Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Udayana University, Bukit
Jimbaran, Badung, 80362 3 Agricultural Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Udayana University, Bukit
Jimbaran, Badung, 80362
Abstract
The aims of this research were to study simple cooling technology that was
able to maintain the quality of broccoli during storage and to determine simple
cooling technology which capable to extend the shelf-life of this vegetable. The
treatments which used in this research were packaged the broccoli in a styrofoam
box plus ice as the simple cooling and combined with chlorine. The amount of ice
added were 50%, 75% and 100%. Concentration of chlorine that used were 0 ppm,
75 ppm and 150 ppm. Ice replacement and observations were done every two days.
The parameters observed were change of vegetable weight, respiration rate and
color change of broccoli. The research results showed that the weight of broccoli
increased during storage in all treatments. The respiration rate stated as oxygen
consumption increased, but carbon dioxide evolved reduced during storage. During
storage the green color of broccoli turned to yellow. The treatment of amount 50%
ice prolonged the storage of broccoli to 4 days, while the treatment of amount 75%
and 100% ice were able to extend the shelf-life of broccoli for 6 days. Conclusions
of this research was the simple cooling technology by 75% ice addition and 0 ppm
of chlorine concentration extended the storage of broccoli for 6 days.
Keywords: broccoli, simple cooling technology, chlorine, respiration, weight, color.
48
1. PENDAHULUAN
Komuditas holtikultura merupakan salah satu usaha agribisnis dalam sektor pertanian, yang
ditunjang oleh permintaan pasar dalam negeri maupun ekspor yang semakin meningkat.
Dipihak lain, sumber alam yang tersedia masih mendukung untuk meningkatkan agribisnis holtikultura khususnya sayur-sayuran. Sayuran merupakan salah satu sumber vitamin,
mineral dan zat gizi yang dibutuhkan manusia dalam menu makanan sehari-hari. Selain itu
sayuran berfungsi sebagai sumber karbohidrat dan protein (Anon, 1992).
Setelah panen, produk hortikultura mengalami kemunduran mutu, terlebih lagi jika
mengalami penundaan dalam pendistribusian ke konsumen yaitu penyimpanan sementara produk lebih dari satu hari. Hal ini dikarenakan sayuran yang telah dipanen, masih
melangsungkan aktivitas hidupnya seperti respirasi, dan transpirasi. Dari sinilah maka
kehilangan substrat dan air tidak dapat diganti dan mulailah terjadi proses kemunduran atau
deteriorasi, yaitu terjadinya pelayuan produk hortikultura. Pelayuan pada produk ini menyebabkan bahan menjadi kurang menarik dengan tekstur yang kurang baik, dengan
kandungan vitamin C-nya jauh lebih kecil dibandingkan dengan sayuran yang masih segar,
sehingga kualitas produk menjadi rendah dan menyebabkan nilai pasar menjadi menurun. Kehilangan karena proses pelayuan dan pembusukan pada sayur-sayuran daun dilaporkan
sangat tinggi terlebih dinegara-negara sedang berkembang yang dapat mencapai 40 - 50%
(Kader, 2002).
System distribusi suatu produk adalah tahapan-tahapan bagaimana produk tersebut
dipindahkan dari tempat tumbuhnya sampai ke konsumen. Jumlah tahapan adalah
bervariasi sesuai dengan produk dan pasar. Selama pendistribusiannya melalui tahapan-tahapan tersebut rantai pendinginan memegang peranan penting untuk mengendalikan
metabolisme produk dan juga mengendalikan pertumbuhan organisme perusak. Sehingga
selama penanganan pada tahapan-tahapan distribusi hendaknya disediakan fasilitas bagaimana pendinginan dapat dilakukan. Rantai pendinginan yang baik sangat diperlukan
untuk mempertahankan mutu produk agar tetap baik ketika sampai ke konsumen. Rantai
pendinginan yang baik diawali dengan perlakuan pra-pendinginan atau pre-cooling dan
pendinginan selanjutnya akan sangat menentukan mutu produk tersebut ketika sampai ke konsumen (Utama, dkk., 2002). Pre-cooling dimaksudkan untuk menghilangkan dengan
cepat panas lapang sebelum pengangkutan atau penyimpanan, sehingga suhu yang dicapai
pada saat pendinginan bisa optimum (Soersasono, 1981).
Perlakuan pendingin dapat menurunkan bahan dan menekan penguapan sekaligus
mengurangi susut pasca panen sehingga dapat memperpanjang umur simpan. Beberapa cara pendinginan yang dilakukan antara lain dengan memasukkan bahan yang didinginkan dalam
ruang pendingin (room cooling), menggunakan hembusan udara (force air cooling),
pendinginan menggunakan air (hydrocooling), pendinginan dalam ruang hampa (vacuum
cooling), dan pendinginan menggunakan es (icing). Pada penelitian ini metode tersebut dilakukan dengan harus mempertimbangkan beberapa hal, antara lain jenis bahan yang
didinginkan, sifat fisiologis bahan, biaya, dan juga fasilitas yang tersedia sehingga dapat
dilakukan pemilihan metode pendinginan yang tepat. Sehingga tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari teknologi pendinginan sederhana yang dapat mempertahankan
mutu sayuran brokoli selama penyimpanan dan untuk mengetahui teknologi pendinginan
sederhana yang dapat memperpanjang penyimpanan brokoli.
2. BAHAN DAN METODE
2.1 Bahan dan Alat Penelitian
Dalam penelitian ini bahan yang digunakan adalah sayuran brokoli yang diperoleh dari kebun petani Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali.
Dasar pertimbangan pengambilan lokasi penelitian karena di Desa Candi Kuning Kabupaten
49
Tabanan merupakan pusat penghasil sayur-sayuran terbesar di Provinsi Bali. Selain itu
bahan pendukung lainnya adalah es curah untuk pendingin dan plastisin untuk laju respirasi. Klorin dan air untuk bahan pencuci sayuran.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain styrofoam box yang berukuran (31 x 21 x 28) cm, pocket thermometer merk MDEL 5371, digital thermometer TM-900, truk
pengangkut, timbangan digital merk Bonzo model 393, timbangan (merk five goats),
chamber, colorimeter, gas analyzer, dan sealer selotape.
2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pascapanen, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Udayana terhadap perancangan bahan kemasan styrofoam box dan analisis mutu meliputi perubahan berat, laju respirasi, perubahan warna, dan mutu visual (warna, tingkat
kesegaran, tekstur dan mutu visual secara keseluruhan).
2.3 Perlakuan dan Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Percobaan Acak Kelompok yaitu
percobaan teknik pendinginan dalam styrofoam box untuk memperlambat laju kemunduran
mutu dan memperpanjang kesegaran sayuran. Teknik pendinginan ini terdiri dari 3 (tiga) level, yaitu :
P1 = Pendinginan dengan jumlah es 50%
P2 = Pendinginan dengan jumlah es 75% P3 = Pendinginan dengan jumlah es 100%
Konsentrasi klorin, terdiri dari 3 (tiga) level, yaitu :
K0 = 0 ppm
K1 = 75 ppm K2 = 150 ppm
Percobaan diulang tiga kali. Penyimpanan dilakukan selama 7 hari dan pengamatan
terhadap parameter penelitian dan penggantian es dilakukan setiap 48 jam penyimpanan.
2.4 Penyiapan sayuran
1. Penerimaan Bahan Dalam penelitian ini bahan yang digunakan adalah sayuran brokoli yang diperoleh dari
kebun petani Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali.
2. Sortasi
Sortasi dilakukan dari sayuran yang tidak memenuhi kriteria mutu pasar yang dituju, seperti sayuran yang terlalu kecil atau terlalu besar, sayuran yang mengalami malformasi, sayuran
dengan luka mekanis, rusak, cacat, busuk, dan terinfeksi penyakit.
3. Pencucian Setelah proses sortasi, dilakukan pencucian dengan menambahkan klorin dalam air pencuci
sesuai perlakuan. Pencucian dilakukan dengan mencelupkan sayuran sesuai perlakuan
sambil dibersihkan dari kotoran-kotoran yang mungkin terbawa saat pemanenan, Tahap
berikutnya sayuran ditiriskan untuk beberapa saat sehingga air yang ada pada sela-sela daun atau bunga berkurang (kurang lebih satu menit).
4. Penimbangan
Tahapan terakhir persiapan sayuran sebelum didinginkan adalah penimbangan. sayuran yang digunakan dalam penelitian. Setelah diberi perlakuan pencucian dengan klorin,
sayuran kembali ditimbang, berat inilah yang selanjutnya dijadikan berat awal bahan.
5. Persiapan proses pendinginan dengan teknik top icing Teknik pendinginan dilakukan dengan mengisi es dalam Styrofoam box kemudian sayuran
dimasukkan dalam Styrofoam box dan ditimbun es selama penyimpanan. Produk dengan
kontak es (contact ice) atau timbun es (top ice) dapat memberikan pendinginan yang efektif,
50
baik dengan cara menaburkan hancuran es sehingga terjadi kontak dengan produk maupun
menaruhnya di atas tumpukan peti kemas. Untuk jelasnya tahapan proses penelitian disajikan pada Gambar 1.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Perubahan Berat Brokoli selama Penyimpanan
Hasil penelitian terhadap perubahan berat brokoli selama penyimpanan disajikan pada
grafik Gambar 2.
Gambar 2. Hasil penelitian perubahan berat brokoli selama penyimpanan (gram)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
H0 H1 H3 H5 H7
Hari
Perlakuan P1K0
Perlakuan P1K1
Perlakuan P1K2
Perlakuan P2K0
Perlakuan P2K1
Perlakuan P2K2
Perlakuan P3K0
Perlakuan P3K1
Perlakuan P3K2
51
Sedangkan perlakuan berbeda nyata terhadap perubahan berat brokoli pada perlakuan P0K0,
P1K1, P1K2, P2K0, P2K1, P2K2, P3K0, P3K1, P3K2 selama penyimpanan ditunjukkan pada grafik Gambar 3.
Gambar 3. Perubahan berat brokoli selama penyimpanan
Gambar 2. menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berat pada brokoli pada semua perlakuan selama penyimpanan. Peningkatan berat brokoli selama penyimpanan disebabkan
karena adanya penyerapan air dari es yang digunakan untuk pendinginan oleh brokoli.
Sesuai dengan prinsip pengolahan pangan bahwa terjadi pengisian ruang kosong antara bahan dan media hantaran, dimana dalam hal ini ruang kosong yang ada pada brokoli diisi
oleh air dari media pendingin es sampai produk brokoli rusak. Sedangkan Gambar 3.
menunjukkan hasil paling rendah pada perlakuan P3K1 (kombinasi perlakuan es 100%
dengan konsentrasi klorin 75 ppm) dan hasil paling tinggi pada perlakuan P2K0 (kombinasi perlakuan es 75% dengan konsentrasi klorin 0 ppm).
3.2 Perubahan Warna
Hasil penelitian terhadap perubahan warna (L) brokoli selama penyimpanan disajikan pada
grafik Gambar 4.
Gambar 4. Hasil penelitian perubahan warna (L-kecerahan) brokoli selama penyimpanan
0
500
1000
1500
2000
2500
P1K0 P1K1 P1K2 P2K0 P2K1 P2K2 P3K0 P3K1 P3K2
BER
AT
(GR
)
PERLAKUAN
Series1
0
500
1000
1500
2000
2500
H0 H1 H3 H5 H7
Hari
Perlakuan P1K0
Perlakuan P1K1
Perlakuan P1K2
Perlakuan P2K0
Perlakuan P2K1
Perlakuan P2K2
Perlakuan P3K0
Perlakuan P3K1
Perlakuan P3K2
52
Sedangkan perlakuan berbeda nyata terhadap perubahan warna (L-kecerahan) brokoli pada perlakuan P0K0, P1K1, P1K2, P2K0, P2K1, P2K2, P3K0, P3K1, P3K2 selama
penyimpanan ditunjukkan pada grafik Gambar 5.
Gambar 5. Perubahan warna (L-kecerahan) brokoli selama penyimpanan
Gambar 4. menunjukkan bahwa perubahan warna (L-kecerahan) pada brokoli dari awal penyimpanan mengalami penurunan kemudian peningkatan dan kembali lagi mengalami
peningkatan kemudian mengalami penurunan dan mengalami peningkatan diakhir
penyimpanan. Perubahan ini terjadi karena penggantian es dilakukan setiap 2 hari sekali
selama penyimpanan dimana sangat mempengaruhi rentang suhu yang terjadi yaitu kisaran suhu saat baru diisi es antara 0-15
oC sedangkan kisaran suhu selama penyimpanan antara
17-22oC. Perubahan warna brokoli dari yang berwarna hijau segar menjadi berwarna kuning
saat produk brokoli rusak. Sedangkan Gambar 5. menunjukkan hasil paling rendah pada perlakuan P2K1 (kombinasi perlakuan es 75% dengan konsentrasi klorin 75 ppm) dan hasil
paling tinggi pada perlakuan P1K0 (kombinasi perlakuan es 50% dengan konsentrasi klorin
0 ppm).
3.3 Laju Respirasi Konsumsi Oksigen
Hasil penelitian terhadap laju respirasi konsumsi oksigen brokoli selama penyimpanan
disajikan pada grafik Gambar 6.
Gambar 6. Hasil penelitian laju respirasi konsumsi oksigen brokoli selama penyimpanan (ml/gr/jam)
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
P1K0 P1K1 P1K2 P2K0 P2K1 P2K2 P3K0 P3K1 P3K2
WA
RN
A (
L-K
ECER
AH
AN
)
PERLAKUAN
Series1
0.0
0.1
0.1
0.2
0.2
0.3
0.3
0.4
H0 H1 H3 H5 H7
Hari
Perlakuan P1K0
Perlakuan P1K1
Perlakuan P1K2
Perlakuan P2K0
Perlakuan P2K1
Perlakuan P2K2
Perlakuan P3K0
Perlakuan P3K1
53
Sedangkan perlakuan berbeda tidak nyata terhadap laju respirasi konsumsi oksigen brokoli
pada perlakuan P0K0, P1K1, P1K2, P2K0, P2K1, P2K2, P3K0, P3K1, P3K2 selama penyimpanan ditunjukkan pada grafik Gambar 7.
Gambar 7. Perubahan laju respirasi konsumsi oksigen brokoli selama penyimpanan
Gambar 6. menunjukkan bahwa perubahan laju respirasi konsumsi oksigen pada brokoli
mengalami peningkatan sampai akhir penyimpanan disemua perlakuan. Peningkatan laju konsumsi oksigen ini terjadi seiring dengan semakin lama disimpan brokoli mengalami
kerusakan. Penyimpanan brokoli dengan pendinginan menggunakan es metode top icing
dapat memperlambat laju peningkatan konsumsi oksigen sehingga umur simpan brokoli dapat lebih lama. Sedangkan Gambar 7. menunjukkan hasil paling rendah pada perlakuan
P3K0 (kombinasi perlakuan es 100% dengan konsentrasi klorin 0 ppm) dan hasil paling
tinggi pada perlakuan P1K0 (kombinasi perlakuan es 50% dengan konsentrasi klorin 0
ppm).
3.4. Kesimpulan
Selama penyimpanan terjadi peningkatan berat brokoli pada semua perlakuan
karena adanya air pada es yang terserap oleh brokoli. Laju respirasi yang dinyatakan sebagai
konsumsi oksigen pada brokoli mengalami peningkatan selama penyimpanan dimana dengan pendinginan menggunakan es dapat memperlambar laju respirasi brokoli. Pada
brokoli terjadi penurunan warna hijau menjadi kuning selama penyimpanan. Perlakuan
jumlah es 50% memperpanjang penyimpanan brokoli selama 4 hari, sedangkan perlakuan
jumlah es 75% dan 100% dapat memperpanjang penyimpanan brokoli selama 6 hari. Teknologi pendinginan sederhana yang digunakan pada perlakuan penambahan es 75%
dengan konsentrasi klorin 0 ppm memperpanjang penyimpanan brokoli selama 6 hari.
Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang mendukung penulisan
makalah ini terutama terima kasih kami haturkan kepada : • Penyandang dana BOPTN DIKTI
• Ketua LPPM UNUD dan staf
• Tim reviewer
• Anggota tim peneliti
• dan semua pihak yang juga ikut mendukung
-300
-200
-100
0
100
200
300
P1K0 P1K1 P1K2 P2K0 P2K1 P2K2 P3K0 P3K1 P3K2BER
AT
(GR
)
PERLAKUAN
Series1
54
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. (1992) Sayur Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kader, A.A. (1985) Postharvest Biology and Technology: An overview. In
Postharvest Technology of Horticultural Crops. Cooperative Extention.
University of California. Div. of Agriculture and Natural Resources,
California.
Kader, A.A. (2002) Postharvest Technology of Horticultural Crops. 3rd
Edition.
University of California. Div. of Agriculture and Natural Resources,
California.
Soesarsono,W., (1981) Penyimpanan Buah-buahan, Sayur-sayuran, dan Bunga-
bungaan. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Utama, M.S., Jeferson W.G dan Dewa G.M.P., (2002) Teknologi Pascapanen
Hortikultura. Program studi teknologi Pertanian UNUD Denpasar dan
ECFED Program Texas A&M University Texas, USA.
55
Lampiran 3. Biodata ketua dan anggota tim peneliti
4.1. Biodata Ketua Peneliti
CURRICULUM VITAE
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap (dengan gelar) Ida Ayu Rina Pratiwi Pudja, STP., MP.
Jenis Kelamin Perempuan
2. Pangkat/Gol/Jabatan
Fungsional
Penata Tk.I/IIId/Lektor
3. Jabatan Struktural -
4. NIP/NIK 197403202000032001
5. NIDN 0020037408
6. Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 20 Maret 1974
7. Alamat Rumah Jalan Turi No. 68 B, Banjar Ujung,
Kesiman, Denpasar
8. Nomor Telepon/Faks /HP 0361-229286/-/081237880533
9. Alamat Kantor Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Udayana,
Gedung GA, Kampus Bukit Jimbaran
10. Nomor Telepon/Faks 0361-701801/0361-701801
11. Alamat e-mail [email protected]
12. Lulusan yang telah dihasilkan S1 = 10 orang
13. Mata Kuliah yg diampu Teknik Pengolahan Hasil Pertanian
Thermodinamika dan Pindah Panas
Kimia Dasar
Teknologi Pengawetan Pangan
Teknik Pasca Panen Hortikultura
Fisiologi Pasca Panen
Instrumentasi dan Kontrol Otomatik
Teknik Pengolahan Pangan
Teknik Pengolahan Hasil Perkebunan
Satuan Operasi
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
S-1 S-2
Nama PT Universitas Udayana Universitas Gadjah Mada
Bidang Ilmu Teknologi Hasil Pertanian Mekanisasi Pertanian
Tahun Masuk 1992 2001
Tahun Lulus 1998 2003
Judul Skripsi/
Tesis/Disertasi
Pengaruh Cara Pelayuan dan
Sifat-sifat Bahan Pengemas
Kelobot Jagung Terhadap
Umur Simpan Dodol
Kajian Kinetika Tekstur
dan Serapan Minyak
Pada Kentang Selama
Penggorengan
Nama Pembimbing/
Promotor
Ir. I Made Anom S. Wijaya,
M.App.Sc., P.hD dan
Ir. P.K. Diah Kencana, MS.
Prof. Ir. Budi Rahardjo,
M.SAE dan Dr. Ir.
Suhargo, M.Eng. (Alm)
56
dan Prof. Ir. Y. K.
Marsono, MS.
C. PENGALAMAN PENELITIAN DALAM 5 TAHUN TERAKHIR
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber *) Jml (Juta Rp.)
1. 2007 Kajian Penyimpanan Buah Salak Bali
Segar Pada Pengemasan Plastik
Polyethylene Terperforasi Dalam
Atmosfer Termodifikasi (Anggota)
Dosen muda,
Dikti
Rp. 7.500.000,-
2. 2007 Penentuan Suhu Air Dan Lama
Perendaman Pada Proses Crisping Sawi
Caisim (Brassica juncea) Serta
Pengaruhnya Terhadap Mutu Fisik Dan
Masa Pajang (Anggota)
Dosen muda,
Dikti
Rp. 7.500.000,-
3. 2008 Pengaruh Suhu Dan Pengemasan Dalam
Plastik Polyethylene Terperforasi
Terhadap Sifat Fisik Dan Masa Simpan
Sawi Caisim (Brassica juncea)
(Anggota)
Dosen Muda,
Dikti
Rp. 7.500.000,-
4. 2009 Kajian Teknologi Atmosfer
Termodifikasi dan terkendali Serta
Pendinginan untuk Memperlambat
Penurunan Mutu Buah Mangga
Arumanis (Anggota)
Strategis
Nasional,
Dipa Unud
Rp.
100.000.000,-
5. 2009 Upaya Pengentasan Kemiskinan Petani
Rumput Laut di Desa Nusa Penida,
Kecamatan Nusa Penida Kabupaten
Klungkung (Anggota)
Strategis
Nasional,
Dipa Unud
Rp.
100.000.000,-
6. 2011 Pengembangan Teknologi Rantai
Pendinginan Sederhana untuk
Mempertahankan Kesegaran Bunga
Melati selama Pendistribusiannya
(Ketua)
Hibah
bersaing,
Dikti
RP.
30.000.000,-
7. 2011 Pengaruh Penambahan Sukrosa dan Zat
Antimikroba Melalui Teknik “Pulsing”
Terhadap Mutu Kesegaran Bunga
Mawar Potong Selama Penyimpanan
(Anggota)
Dosen Muda,
Dipa
Rp. 7.500.000,-
8. 2012 Pengaruh Ketebalan Kemasan Plastik
Polyethylene (PE) Terhadap Mutu Fisik
Sayur
Pak-Choy (Brassica Rapa Var
Chinensis) Selama Penyimpanan Suhu
Dingin
Dosen Muda,
Dipa FTP
Rp. 7.500.000,-
*) Tuliskan sumber pendanaan : PDM, SKW, Pemula, Fundamental, Hibah
Bersaing, Hibah Pekerti, Hibah Pascasarjana, Hikom, Stranas, Kerjasama Luar
Negeri dan Publikasi Internasional, RAPID, Unggulan Stranas atau sumber
lainnya.
57
D. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DALAM 5
TAHUN TERAKHIR
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pendanaan
Sumber *) Jml (Juta Rp.)
1. 2007 Kursus Singkat dan Pelatihan Pengolahan
Kedele Menjadi Tauco.
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
2. 2007 Kursus Singkat Pengolahan Buah Waluh
Menjadi Kue Mangkuk dan Kuaci di Desa
Mambal, Kecamatan Abiansemal,
Kabupaten Badung.
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
3. 2007 Kursus Singkat dan Pelatihan Pengolahan
Buah Psang Menjadi Cake di Desa
Gumbrih, Kecamatan
Pekutatan,Kabupaten Jembrana.
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
4. 2008 Pengolahan Jahe Instan dan Pengolahan
Kunyit Asem di Desa Petang, Kecamatan
Petang, Kabupaten Badung.
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
5. 2008 Penggunaan Alat Pencacah Jahe Dalam
Pembuatan Jahe Instan di Desa Petang,
Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
6. 2008 Pelatihan Pembuatan Cabe Kering dan
Cabe Bubuk di Desa Negari, Kecamatan
Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
7. 2008 Kursus Singkat dan Pelatihan Pengolahan
Pisang Menjadi Kripik Pisang Aneka Rasa
di Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan,
Kabupaten Klungkung.
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
8. 2009 Pelatihan Tentang Reformulasi Tomat dan
Cabai Pada Pembuatan Saos Sambal, di
Desa Songan, Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli.
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
9. 2009 Kursus Singkat Pelatihan Pengolahan
Buah Mangga Menjadi Manisan dan
Asinan di Desa Timuhun, Kecamatan
Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
10. 2009 Penyuluhan Tentang Pengetahuan
Makanan Sehat Untuk Lansia di Kota
Denpasar.
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
11. 2009 Kursus Singkat dan Pelatihan Pengolahan
Buah Waluh Menjadi Jam di Desa Negari,
Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten
Klungkung.
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
12. 2009 Kursus Singkat Pengolahan Ubi Jalar
Ungu Menjadi Kue Mangkuk di Desa
Negari, Kecamatan Banjarangkan,
Kabupaten Klungkung.
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
13. 2009 Pelatihan Pembuatan Selai Terung
Belanda (Cyphomandra batacea) Di Desa
Batur Utara, Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli.
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
58
14. 2010 Pengembangan Usaha Pengolahan
Siwalan (borassus flabellifer) Menjadi
Sirup dan Nata Di Desa Sukadana,
Kecamatan Kubu, Kabupaten
Karangasem
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
15. 2010 Kursus Singkat dan Pelatihan Pengolahan
Kripik Ubi Jalar di Desa Timuhun,
Kecamatan Banjarangkan, kabupaten
Klungkung
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
16. 2010 Penyuluhan Tentang Promosi dan
Pemasaran Produk Usaha Kecil dan
Menengah (UKM)
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
17. 2010 Pelatihan Pengolahan Ubi Jalar Ungu
Menjadi Dodol di Desa Pengotan,
Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
18. 2010 Pelatihan Pengolahan Ubi Jalar Ungu
Menjadi Selai di Desa Negari, Kecamatan
Banjarangkan, Kabupaten Klungkung
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
19. 2011 Introduksi Pengolahan Sari Buah Jambu
Biji di Desa Negari, Kecamatan
Banjarangkan, Kabupaten Klungkung
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
20. 2011 Pelatihan Pengolahan Dodol dari Tepung
Ubi Jalar Ungu Menjadi Selai di Desa
Negari, Kecamatan Banjarangkan,
Kabupaten Klungkung
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
21. 2011 Penyuluhan Pengemasan dan Labeling
Chip Keladi Di Desa Plaga, Kecamatan
Petang, Kabupaten Badung
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
22. 2011 Penyuluhan Pengemasan dan Labeling
Chip Sirup Ubi Jalar Ungu di Desa Plaga,
Kecamatan Petang, Kabupaten Badung
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
23. 2011 Kursus Singkat dan Pelatihan
Pemanfaatan Mesin Pemarut kelapa
Dalam Pembuatan VCO di Desa
Pengotan, Kecamatan Bangli, Kabupaten
Bangli
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
24. 2011 IbM Desa Kubu DalamPengembangan
Usaha Buah Semu Jambu Mete
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
25. 2011 Penyuluhan Tentang Pengetahuan
Makanan Sehat Untuk Lansia di Banjar
Abianangka Kaja, Kesiman Petilan,
Denpasar Timur
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
26. 2012 Kursus Singkat dan Pelatihan Pengolahan
Buah Mangga Menjadi Asinan di Desa
Timuhun, Kecamatan Banjarangkan,
Kabupaten Klungkung
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
27. 2012 Penyuluhan Tentang Promosi dan
Pemasaran Produk Usaha Kecil dan
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
59
Menengah Di Desa Mambal, Kecamatan
Abiansemal, Kabupaten Badung
20. 2012 Pelatihan Tentang Reformulasi Tomat dan
Cabai Menjadi Saos Sambal di Desa
Negari, Kecamatan Banjarangkan,
Kabupaten Klungkung
Dipa, Unud Rp. 4.000.000,-
*) tuliskan sumber pendanaan : Penerapan IPTEKS – SOSBUD, Vucer, Vucer
Multitahun, UJI, Sibermas, atau sumber dana lainnya
E. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL
DALAM 5 TAHUN TERAKHIR
No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal
1. Kursus Singkat dan Pelatihan Pengolahan
Buah Pisang Menjadi Pisang Sale Dan
Tepung Pisang Di Desa Gumrih,
Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana
(Penulis Pendamping)
Volume 5 no.1.
Tahun 2006.
Halaman 11-12.
Jurnal
Pengabdian
Kepada
Masyarakat
Udayana
Mengabdi.
2. Pengaruh Suhu Air Dan Lama Waktu
Perendaman Beberapa Jenis Sayuran Daun
Pada Proses Crisping (Penulis
Pendamping).
Vol. 26 No.3,
September 2007,
halaman : 117-
123.
Jurnal Agritop
3. Laju Respirasi dan Susut Bobot Buah Salak
Bali Segar Pada Pengemasan Plastik
Polyethylene Selama Penyimpanan Dalam
Atmosfer Termodifikasi (Penulis Utama)
Vol. 15, No. 1,
Pebruari 2009,
halaman 9-11.
Jurnal Agrotekno
4. Pengembangan Usaha Pengolahan
Siwalan(Borassus flabellifer) Menjadi
Sirup dan Nata di Kubu Karangasem
(Penuis Utama).
Vol 10, No. 1,
Tahun 2011,
halaman 34-40.
Jurnal Udayana
Mengabdi
F. PENGALAMAN PENYAMPAIAN MAKALAH SECARA ORAL
PADA PERTEMUAN/ SEMINAR ILMIAH DALAM 5 TAHUN
TERAKHIR
No. Nama Pertemuan ilmiah/
Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat
1. Seminar Nasional Penundaan Pre-cooling
Berpengaruh Terhadap Mutu
Brokoli (Brassica oleracea, L.)
Selama Penyimpanan Dalam
Styrofoam Box Yang Berisi Es
Curah (Penyaji Poster).
FTP, Universitas
Udayana pada
tanggal 21
September 2007.
2. Seminar Nasional Kajian Pengemasan Buah Salak
Bali Segar Pada Plastik
Polyethylene Selama
Penyimpanan Dalam Atmosfer
Termodifikasi (Penyaji
Makalah).
PERTETA
Cabang Mataram
pada tanggal 8-9
Agustus 2009.
60
3. Seminar Nasional Kajian Penyimpanan Buah Salak
Bali Segar Pada Pengemasan
Plastik Polyehhylene
Terperforasi Dalam Atmosfer
Termodifikasi (Penyaji
Makalah).
FTP, Universitas
Udayana pada
tanggal 19
Agustus 2009.
4. The International
Conference on
Biotechnology
Study Of Bali’s Snake Skin Fruit
Polyethylene Plastic Packaging
During Modified Atmosphere
Storage (Penyaji Poster)
The International
Conference on
Biotechnology for
a Sustainable
Future at
Udayana
University,
Denpasar-Bali on
September 15-16,
2009.
5. The 1st International
Conference on
Biotechnology
Study Of Respiration Rate And
Texture Of Bali Snake Fruit
Using Polyethylene Plastic
Packaging During Modified
Atmosphere Storage (Penyaji
Makalah)
International
Symposium
Agricultural
Engineering
Towards
Sustainable
Agriculture in
Asia at CREATA,
Bogor-Indonesian
on November 17-
19 2009.
6. Seminar Nasional
Hortikultura Indonesia
Aplikasi Model Serapan Minyak
Dan Pengaruh Suhu Pada
kentang Segar Selama
Penggorengan
Universitas
Udayana-Bali,
25-26 Nopember
2010.
7. The 2nd
International
Conference on Bioscience
and Biotechnology : Pave
The Way To A Better
Future
Weight Loss And Respiration
Rate of Salaca Fruit In Modified
Atmosphere Using Polyethyline
Plastic Packaging At Various
Perforation
Udayana
University-Bali,
on September 23-
24, 2010.
8. The 3rd
International
Conference on Bioscience
and Biotechnology
Changes of texture And
Respiration Rate of Salak Fruit
In Modified Atmosphere Using
Polyethyline Plastic Packaging
At Various Perforation
Udayana
University-Bali,
on September 21-
22, 2011.
9. The 4th
International
Conference on Bioscience
and Biotechnology :
Advancing Life Sciences for
Health and Food Security
Pulsing" Technique with
Addition of Sucrose and
Antimicrobial to Maintain the
Texture and Freshness of Cut
roses during Storage
Udayana
University-Bali,
on September 20-
21, 2012.
62
4.2. Biodata Anggota Peneliti
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) : Dr.Ir. Ida Bagus Putu Gunadnya, MS.
L
2 Jabatan Fungsional : Lektor
3 Jabatan Struktural : -
4 NIP/NIK/No. Identitas lainnya : 19610223 198703 1 001
5 NIDN : 0023026107
6 Tempat dan Tanggal Lahir : Klungkung, 23 Pebruari 1961
7 Alamat Rumah : Br. Takmung Kawan, Desa Takmung,
Kec. Banjarangkan, Kab. Klungkung,
Prov. Bali Semarapura – 80752
8 No Telepon/Faxs : 0366-5596143
9 Nomor HP : 083119821355
10 Alamat Kantor : PS. Teknik Pertanian, FTP Unud, Gedung
GA, Kampus Bukit Jimbaran
11 Nomor Telepon/Faks : 0361 701801
12 Alamat e-mail : [email protected]
13 Lulusan yang telah dihasilkan S1 = 15 orang; S-2 = orang; S3 =
orang
14 Mata Kuliah yg diampu 1. Elektronika
2. Instrumentasi dan Kontrol Otomatik
3. Pendinginan dan Pembekuan
4. Teknik Pengeringan
5. Energi dan Listrik Pertanian
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama PT IPB IPB UGM
Bidang Ilmu Teknologi Pangan dan
Gizi
Teknik Pascapanen Teknik Pertanian
Tahun Masuk 1980 1990 2001
Tahun Lulus 1985 1993 2009
Judul Skripsi/
Thesis/Diserta
si
Kajian Penyimpan-
an Salak Segar
(Salacca edulis
Reinw.) dalam Ke-
masan Film dengan
Modified
Atmosphere”
Sistem Pendingin-
an Nokturnal Hibri-
da untuk Penyim-
panan Dingin
Sayur-sayuran
Segar
Nama
Pembimbing/
Promotor
Dr.Ir. Srikandi Fardiaz
Ir. Winiati P. Rahayu
Dr.Ir. Hadi K.
Purwadaria
Dr.Ir. Dedi Fardiaz
Ir. Yang Yang
Setiawan, M.Sc
Prof.Dr.
Kamaruddin
Abdullah
Prof. Dr.
Armansyah H.T.
63
Dr. Ir. Y. Aris
Purwanto
Dr.Ir. M.A.M.
Oktaufik
C. Pengalaman Penelitian Dalam Lima Tahun Terakhir (Bukan Skripsi,
Tesis, maupun Disertasi)
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber
Jumlah (Juta
Rp)
1 2009 Pengembangan Model Bioremi-
diasi Menggunakan Kompos
pada Lahan Tercemar untuk
Meningkatkan Kualitas Produk
Hortikultura (Studi Kasus:
Kawasan Agrowisata Bedugul-
Bali)
Dikti – Hibah
Kompetitif
50.000.000
2 2010 Pengembangan Usaha Pertanian
Hortikultura Dataran Tinggi
untuk Meningkatkan Daya
Saing Produk di Era Pasar
Global melalui Kemitraan
Perguruan Tinggi, Pengusaha
dan Pemerintah
DP2M – Dikti
– HiLink
200.000.000
3 2011 Pengembangan Usaha Pertanian
Hortikultura Dataran Tinggi
untuk Meningkatkan Daya
Saing Produk di Era Pasar
Global melalui Kemitraan
Perguruan Tinggi, Pengusaha
dan Pemerintah
DP2M – Dikti
– HiLink
185.000.000
4 2011 Life Cycle Assessment of
Jatropha-based Biodiesel
Conversion Using the Non-
catalytic Process
JSPS - Dikti 45.000.000
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber
Jumlah (Juta
Rp)
1 2009 Survey Potensi Pendirian
Instalasi Biogas
Mandiri -
2 2009 Pelatihan Pengoperaisan Mesin
Pencacah Sampah Segar
Mandiri -
3 2010 Pembuatan Biogas dari Limbah
Peternakan
DIPA - Unud 4.000.000
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun
Terakhir
No Tahun Judul Artikel Volume/Nomor Nama jurnal
1 2008 Pendekatan analitik untuk
menduga koefisien pindah
22/1 Jurnal
PERTETA
64
panas konveksi
2 2008 Koefisien pindah panas
keseluruhan alat penukar panas
dalam pendinginan nokturnal
14/2 Jurnal
Agrotekno FTP
Unud
3 2009 Penentuan daerah Modified
Atmosphere (MA) untuk
penyimpanan salak Pondoh
segar
15/2 Jurnal
Agrotekno FTP
Unud
4 2011 Optimalisasi proses
bioremidiasi secara in-situ
pada lahan tercemar pestisida
kelompok Mankozeb
12/1 Jurnal Teknik
Industri/Jurusan
Teknik Industri
Universitas
Muhamadiyah
Malang
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan / Seminar
Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Artikel Tema Seminar Penyelenggara Tempat
1 2012 Penggunaan Giberelin
setelah Panen
mempengaruhi
Karakteristik Buah
Melon selama
Penyimpanan
Peran Keteknikan
Pertanian dalam
Pembangunan Industri
Pertanian
Berkelanjutan Berbasis
Kearifan Lokal
PERTETA Denpasar
2 2012 Optimalisasi
Produktivitas Kentang
Granola G3 dengan
Impplentasi
Teknologi Mulsa
Plastik dan Proses
Bioremidiasi secara
In-situ
Peran Keteknikan
Pertanian dalam
Pembangunan Industri
Pertanian
Berkelanjutan Berbasis
Kearifan Lokal
PERTETA Denpasar
3 2010 Bioremidisasi secara
In-situ pada Lahan
Tercemar Pestisida
Kelompok Mankozeb
dengan Mikroba dari
beberapa Jenis
Kompos (Studi Kasus
Kawasan Agrowisata
Bedugul)
Reorientasi Riset untuk
Mengoptimalkan
Produksi dan Rantai
Nilai Hortikultura
Perhorti Denpasar
4 2010 Optimasi Sistem
Pendingin Surya Pasif
Pengembangan Energi
Baru dan Terbarukan
yang Ramah
Lingkungan
F-MIPA Unpad Universi-
tas
Padjaja-
ran
Bandung
66
CURRICULUM VITAE
I. IDENTITAS DIRI
1.1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr.Ir.Wayan Widia, MSIE (Laki-laki)
1.2 Pangkat/Gol/Jabatan
Fungsional Penata Tk.I/III d./Lektor
1.3 NIP 19620719 198512 1001
1.4 Tempat dan tanggal lahir Gianyar, 19 Juli 1962
1.5 Alamat Rumah Jln. Ratna Gg. Siulan No.5 Denpasar-
Bali
1.6 Nomor Telp/Faks 0361-242346
1.7 Nomor HP 081332828-930
1.8 Alamat Kantor
Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian-UNUD
Kampus Bukit Jimbaran
1.9 Nomor Telp/Faks 0361-701801/701801
1.10 Alamat e-mail [email protected]
1.11 Lulusan yang telah dihasilkan S-1 = 52 orang S-2 = tidakada
S-3 = tidak ada
1.12 Mata kuliah yang diampu
Semester Ganjil :
1. Statistika dan Rancangan
Percobaan
2. Ekonomi Teknik
3. Manajemen Rantai Pasok
Semester Genap :
1. Sistem Manajamen Keteknikan
Pertanian
2. Sistem Manajemen Mutu
3. Riset Operasi
4. Kalkulus
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
S-1 S-2 S-3
Nama PT Insitut
Pertanian
Bogor
Insitut Teknologi
Bandung
Universitas
Airlangga
Bidang Ilmu Teknik Pangan Teknik dan
Manajemen
Industri
Ekonomi dan
Bisnis
Tahun Masuk-Lulus 1980-1984 1990-1992 2005-2009
Judul Tugas Akhir Mempelajari
pengaruh
penambahan
skim milk
kelapa,
konsentrasi
gula dan
mineral pada
pembuatan
Nata de coco
Pengaruh
karakteristik
orientasi bisnis
terhadap kinerja
perusahaan
Studi Kasus :
Industri
Manufaktur di
Wilayah Bandung
Pengaruh
pertumbuhan
pariwisata dan
pertanian
terhadap
elastisitas
kesempatan
kerja dan
ketimpangan
distribusi
67
pendapatan serta
kesejahteraan
masyarakat di
Provinsi Bali
Nama
pembimbing/promotor
Dr.Ir. Monang
Manulang,
MSc.
Prof. Mathias
Aroef,MSc,Ph.D
Pro. Suroso
Imam Zadjuli
dan Prof.
Effendie
III. PENGALAMAN PENELITIAN
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jml(Juta Rp)
1 2006 Analisis Skenario Implementasi
Kebijakan Subsitusi BBM
Kementrian Energi
dan Sumber Daya
Mineral
125
2 2007 Studi Kelayakan Pembangunan LNG Receiving Terminal untuk
Pasokan Gas Pulau Jawa
Ditjen Migas, Kementrian Energi
dan Sumber Daya
Mineral
150
3 2008 Penyempurnaan Sistem Distribusi
Minyak Tanah Nasional
Direktorat BBM
Badan Pengatur
Hilir Minyak dan
Gas Bumi
150
4 2009 Pengembangan Model Bisnis
Pengoperasian Infrastruktur Gas
Kota yang Dibangun Pemerintah di Kawasan Rungkut Surabaya
Ditjen Migas,
Kementrian Energi
dan Sumber Daya Mineral
200
5 2010 Analisis Konfigurasi Supplay
Chain Komoditi Cabe Merah di
Provinsi Bali
Dinas Pertanian
Tanaman Pangan-
Provinsi Bali
25
5 2011 Pengembangan Instrumen
Evaluasi dan Monitoring Status
Ketahanan Pangan Tingkat
Kecamatan di Provinsi Bali
DIPA-UNUD 7.5
6 2011 Development of Good
Agriculture Practices of Bamboo
Shoot
USAID-Tropical
Plant Curriculum
Project
25
Analysis Nutrient and Bio-active Compund of Bamboo shoot
USAID-Tropical Plant Curriculum
Project
25
IV. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT No. Tahun Judul Pendanaan
Sumber Jml (Juta RP)
1 2010 Pelatihan cara penanganan
Rebung tabah sebagai produk sayuran fresh-cut di Desa
Payangan-Gianyar
HKTI- Cabang Gianyar
5
2 2011 Pelatihan analisis kelayakan usaha dan pemasaran produk olahan
Rebung Bambu kepada Kelompok
Tani Rebung Bambu sekabupaten
Gianyar
Kementrian
Koperasi dan
UMKM Jakarta
25
V. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH
2010 Refining and Downstreaming Processing Proceeding Emerging
68
of Crude Coconut Oil Produced by Small-
Scale Industries in Bali. Paper presented
on International Seminar “
Issues and Technology
Development in Food and
Ingredient.
2010 The uniqueness of Nata de coco produced
by Acetobacter xylinum using sugar cane
molasses medium.
Proceeding International
Conference on Bioscience
and Biotechnology
2010 Pemetaan Proses Bisnis dan Analisis
Rantai Nilai Komoditi Cabe Merah di
Provinsi Bali.
Proceeding
PERHIMPUNAN
Hortikultura INDONESIA
VI. PENGALAMAN PENULISAN BUKU
No Tahun Judul Buku Jumlah
Halaman
Penerbit
1 2010 Panduan Aplikasi Matlab Untuk
Penyelesaian Kalkulus dan Analisis
Numerik
Modul 1 :
Modul 2 :
Modul 3 :
65
70
62
2 2010 Panduan Program Aplikasi POM-
QM for Windows 3 :
Quantitave Methods-Operation
Research and Management Science
47
3 2011 Modul Praktikum Statistika dan
Rancangan Percobaan dengan
SPSS Versi 19
108 -
4 2011 Praktek Baik Budidaya Rebung
Bambu Tabah
85
VII PENGALAMAN PEROLEHAN HKI
No Tahun Judul/Tema HKI Jenis Nomor P/ID
- - - - -
VIII PENGALAMAN MERUMUSKAN KEBIJAKAN
PUBLIK/REKAYASA SOSIAL LAINNYA
No Tahun Judul/Tema/Jenis Rekayasa
Sosial Lainnya yang Telah
Diterapkan
Tempat
Penerapan
Respon
Masyarakat
- - - - -