Upload
buidung
View
240
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam
era reformasi sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 63 tahun
yang lalu disambut dengan lahirnya sebuah konsepsi kenegaraan yang
sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila.
Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya.
Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan
ternyata merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa
selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan,
juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta
sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari,
dan yang jelas tadi telah diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara
Republik Indonesia.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat
Indonesia, terkecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1
Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD
1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor
12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan
yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak
mudah terombang-ambing oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan
bernegara, sudah barang tentu perlu memiliki dasar negara dan ideologi
negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan
rapuh.
1
Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai
bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam
pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang
lebih bermartabat dan berbudaya tinggi.
Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber acuan dalam menyusun etika
kehidupan berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia, maka Pancasila juga
sebagai paradigm pembangunan, maksudnya sebagai kerangka pikir,
sumber nilai, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu
perkembangan perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan mempunyai arti
bahwa Pancasila sebagai sumber nilai, sebagai dasar, arah dan tujuan dari
proses pembangunan. Untuk itu segala aspek dalam pembangunan nasional
harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila Pancasila dengan
mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten
berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia.
Dalam berbagai sudut pandang mengenai teori pancasila tidak
dapat dielakkan lagi bahwa pancasila merupakan pandangan hidup bangsa
indonesia, maka penulis merujuk pada kajian antologis, epistemologis, dan
aksiologi pancasila dalam menyusun beberapa kalimat yang tingkat
relevansinya mencapai topik makalah yang akan dibuat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka penulis merumuskan masalah
mengenai pendekatan ontologi terhadap sistem ekonomi pancasila.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem
Kata Sistem awalnya berasal dari bahasa Yunani (sustēma) dan
bahasa Latin (systēma). Berikut ini ada beberapa pengertian sistem yang
diambil dari berbagai sumber.
1. Pengertian dan definisi sistem adalah suatu kesatuan yang
terdiri atas komponen atau elemen yang saling berinteraksi,
saling terkait, atau saling bergantung membentuk keseluruhan
yang kompleks.
2. Kesatuan gagasan yang terorganisir dan saling terikat satu
sama lain.
3. Kumpulan dari objek atau fenomena yang disatukan bersama
untuk tujuan klasifikasi atau analisis.
4. Adanya suatu kondisi harmonis dan interaksi yang teratur.
Mengacu pada beberapa definisi sistem di atas, dapat juga
diartikan, sistem adalah sekumpulan unsur / elemen yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan
bersama untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam definisi yang paling umum, sebuah sistem adalah
sekumpulan objek/benda yang memiliki hubungan diantara mereka. Biar
3
lebih jelas, mari kita lihat contoh berikut ini. Contoh konkret dari sebuah
sistem diantaranya:
• Organ tubuh manusia yang membentuk beragam sistem. Sistem
pernafasan, sistem pencernaan, sistem eksresi, sistem saraf, sistem
kerangka, dll.
• Komponen elektronik komputer yang membentuk sistem
komunikasi, sistem perangkat lunak, sistem perangkat keras, sistem
jaringan, dll.
• Rakyat Indonesia yang membentuk beragam sistem di Negara
kita. Sistem pemerintahan, sistem keamanan, sistem hukum, sistem
kebudayaan, dll.
Sistem ekonomi adalah suatu susunan dari unsur-unsur ekonomi
yang saling berhubungan dan bekerja sama sebagai satu kesatuan untuk
mencapai tujuan bersama, yaitu terpenuhinya kebutuhan yang bersifat
materi. Tujuan dari system ekonomi adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat suatu Negara. Sistem ekonomi negara-negara di
seluruh tidaklah sama. mereka menerapkan sistem yang sesuai dengan
situasi dan kondisi negaranya masing-masing.
B. Pengertian Ekonomi Pancasila
Sistem ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi yang didasarkan
pada Pancasila, terutama sila ke 5, dan Undang-Undang Dasar pasal 33.
Sistem Ekonomi Komando, Sistem Ekonomi Pasar, dan Sistem Ekonomi
Campuran adalah tiga sistem ekonomi yang secara umum dikenal di
seluruh dunia. Bagaimana dengan sistem ekonomi yang berlaku di
Indonesia? Indonesia tidak menganut Sistem Ekonomi Komando, Sistem
4
Ekonomi Pasar, maupun Sistem Ekonomi Campuran. Sistem ekonomi
yang diterapkan di Indonesia adalah Sistem Ekonomi Pancasila, yang di
dalamnya terkandung demokrasi ekonomi maka dikenal juga dengan
Sistem Demokrasi Ekonomi.
Demokrasi Ekonomi berarti bahwa kegiatan ekonomi dilakukan
dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah pengawasan pemerintah hasil
pemilihan rakyat. Dalam pembangunan ekonomi masyarakat berperan
aktif, sementara pemerintah berkewajiban memberikan arahan dan
bimbingan serta menciptakan iklim yang sehat guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Salah satu ciri positif demokrasi ekonomi
adalah potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga negara
dikembangkan dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan
umum. Negara sangat mengakui setiap upaya dan usaha warga negaranya
dalam membangun perekonomian.
Dari berbagai penelusuran dan pengalaman di lapangan maka kami
memiliki pendapat bahwa, Sistem Ekonomi Pancasila adalah sistem
ekonomi yang mengandung nilai-nilai strategis budaya bangsa yaitu
kekeluargaan dan kemandirian sebagai ciri strategis budaya bangsa.
Ciri-ciri ekonomi pancasila:
1. Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah.
Contoh hajad hidup orang banyak yakni seperti air, bahan bakar
minyak / BBM, pertambangan / hasil bumi, dan lain sebagainya /
negara menguasai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya.
2. Peran negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu juga
dengan peranan pihak swasta yang posisinya penting namun tidak
mendominasi. Sehingga tidak terjadi kondisi sistem ekonomi liberal
maupun sistem ekonomi komando. Kedua pihak yakni pemerintah dan
5
swasta hidup beriringan, berdampingan secara damai dan saling
mendukung.
3. Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan produksi
dilakukan oleh semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh
anggota masyarakat.
4. Modal atau pun buruh tidak mendominasi perekonomian karena
didasari atas asas kekeluargaan antar sesama manusia.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Ekonomi Pancasila
Kelebihan :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan mengusasi hajat
hidup rakyat banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4. Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan
permuwakafan lembaga perwakilan rakyat serta pengawasan terhadap
kebijakannya ada pada lembaga perwakilan rakyat pula.
5. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang
dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang
layak.
6. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
7. Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara diperkembangkan
sepenuhnya dalam batas yang tidak merugikan kepentingan umum.
8. Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.
Kekurangan :
6
Adapun ciri negatif yang harus dihindari dalam sistem
perekonomian kita karena bersifat kontradiktif dengan nilai-nilai dan
kepribadian bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Sistem ”Free Fight Liberalism”, yang menumbuhkan eksploitasi
manusia dan bangsa lain.
2. Sistem ”Etatisme”, negara sangat dominan serta mematikan potensi dan
daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.
3. Pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam bentuk
monopoli yang merugikan masyarakat.
C. Pengertian Ontologi
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua
kata, yaitu ta onta berarti “yang berada”, dan logi berarti ilmu
pengetahuan atau ajaran. Maka ontologi adalah ilmu pengetahuan atau
ajaran tentang keberadaan.[1]
Namun pada dasarnya term ontologi pertama kali diperkenalkan
oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. untuk menamai teori tentang
hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembanganya Cristian
Wolff membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan
metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari
ontologi.[2]
Bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali, segala yang ada yang
mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai (yang
dicarinya ialah hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Nama lain untuk
teori hakikat ialah teori tentang keadaan. Hakikat ialah realitas, realitas
ialah kerealan, real artinya kenyataan yang sebenarnya, jadi hakikat adalah
kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan
sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang meberubah.[3]
7
Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara
fundamental dan cara yang berbeda dimana entitas (wujud) dari kategori-
kategori yang logis yang berlainan (objek-objek fisik, hal universal,
abstraksi) dapat dikatakan ada dalam rangka tradisional. ontologi dianggap
sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan
dalam hal pemakaianya akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori
mengenai apa yang ada.
Ontologi sering diindetikan dengan metafisika yang juga disebut
proto-filsafia atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang
bahasanya adalah hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab akibat,
realita, atau Tuhan dengan segala sifatnya.[4]
Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang
filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau dalam dari segala
sesuatu yang ada.
Para ahli memberikan pendapatnya tentang realita itu sendiri,
diantaranya Bramel. Ia mengatakan bahwa ontologi ialah interpretasi
tentang suatu realita dapat bervariasi, misalnya apakah bentuk dari suatu
meja, pasti setiap orang berbeda-beda pendapat mengenai bentuknya,
tetapi jika ditanyakan bahanya pastilah meja itu substansi dengan kualitas
materi, inilah yang dimaksud dari setiap orang bahwa suatu meja itu suatu
realita yang kongkrit. Plato mengatakan jika berada di dua dunia yang kita
lihat dan kita hayati dengan kelima panca indra kita nampaknya cukup
nyata atau real.
Adapun mengenai objek material ontologi ialah yang ada, yaitu ada
individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada
mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian
maupun sumber segala yang ada. Objek formal ontologi adalah hakikat
seluruh realitas, bagi pendekatan kualitif, realitas tranpil dalam kuantitas
atau jumlah, telaahnya menjadi telaah monism, paralerisme atau
plurarisme.[5]
8
Fungsi dan manfaat mempelajari ontologi sebagai cabang filsafat ilmu
antara lain:
Pertama : berfungsi sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang garapan,
konsep-konsep, asumsi-asumsi dan postulat-postulat ilmu. Di antara
asumsi dasar keilmuan antara lain:
(1) dunia ini ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar-
benar ada.
(2) dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia dengan pancaindera.
(3) fenomena yang terdapat di di dunia ini berhubungan satu dengan
lainnyasecara kausal.
Kedua: Ontologi membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan dunia
yang integral, komphrehensif dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya
mengkaji hal-hal yang khusus untuk dikaji secara tuntas yang pada
akhirnya diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang objek
telaahannya, namun pada kenyataannya kadang hasil temuan ilmiah
berhenti pada simpulan-simpulan yang parsial dan terpisah-pisah. Jika
terjadi seperti itu, ilmuwan berarti tidak mampu mengintegrasikan
pengetahuan tersebut dengan pengetahuan lain.
Ketiga: Ontologi memberikan masukan informasi untuk mengatasi
permasalahan yang tidak mampu dipecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.
Pembagian objek kajian ilmu yang satu dengan lainnya kadang
menimbulkan berbagai permasalahan, di antaranya ada kemungkinan
terjadinya konflik perebutan bidang kajian, misalnya ilmu bioetika itu
masuk disiplin etika atau disiplin biologi. Kemungkinan lain adalah justru
terbukanya bidang kajian yang sama sekali belum dikaji oleh ilmu apa pun.
Dalam hal ini ontologi berfungsi membantu memetakan batas-batas kajian
ilmu. Dengan demikian berkembanglah ilmu-ilmu yang dapat diketahui
manusia itu dari tahun ke tahun atau dari abad ke abad.
9
D. Pendekatan Ontologis Terhadap Sistem Ekonomi Pancasila
Aspek Ontologis
Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan keberadaan
(eksistensi) segala sesuatu: alam semesta, fisik, psikis, spiritual, metafisik,
termasuk kehidupan sesudah mati, dan Tuhan. Ontologi Pancasila
mengandung azas dan nilai antara lain:
Tuhan yang mahaesa adalah sumber eksistensi kesemestaan. Ontologi
ketuhanan bersifat religius, supranatural, transendental dan
suprarasional;
Ada – kesemestaan, alam semesta (makrokosmos) sebagai ada tak
terbatas, dengan wujud dan hukum alam, sumber daya alam yang
merupakan prwahana dan sumber kehidupan semua makhluk: bumi,
matahari, zat asam, air, tanah subur, pertambangan, dan sebagainya;
Eksistensi subyek/ pribadi manusia: individual, suku, nasional, umat
manusia (universal). Manusia adalah subyek unik dan mandiri baik
personal maupun nasional, merdeka dan berdaulat. Subyek pribadi
mengemban identitas unik: menghayati hak dan kewajiban dalam
kebersamaan dan kesemestaan (sosial-horisontal dengan alam dan
sesama manusia), sekaligus secara sosial-vertikal universal dengan
Tuhan. Pribadi manusia bersifat utuh dan unik dengan potensi jasmani-
rohani, karya dan kebajikan sebagai pengemban amanat keagamaan;
Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan kepribadian
manusia yang unggul. Baik kebudayaan nasional maupun universal
adalah perwujudan martabat dan kepribadian manusia: sistem nilai,
sistem kelembagaan hidup seperti keluarga, masyarakat, organisasi,
negara. Eksistensi kultural dan peradaban perwujudan teleologis
manusia: hidup dengan motivasi dan cita-cita sehingga kreatif,
produktif, etis, berkebajikan;
10
Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional, sistem
kenegaraan yang merdeka dan berdaulat, yang menampilkan martabat,
kepribadian dan kewibawaan nasional. Sistem kenegaraan yang
merdeka dan berdaulat merupakan puncak prestasi perjuangan bangsa,
pusat kesetiaan, dan kebanggaan nasional.
Secara garis besar, interelasi
eksistensi manusia sebagai
pribadi dan warganegara, yang
menghayati kedudukan dan
fungsinya, hak dan kewajibannya
untuk berbakti dan mengabdi
dapat digambarkan sebagai
berikut:
T Eksistensi Tuhan yang mahaesa sebagai sumber semua eksistensi,
sumber motivasi dan cita-cita kebajikan, puncak proses teleologis
eksistensi kesemestaan. Subyek manusia – sadar atau tidak – menuju
dan kembali kepada-Nya.
AS Eksistensi Alam Semesta, sebagai prawahana kehidupan manusia
dan makhluk semesta.
SM Eksistensi Subyek Manusia yang unik, mandiri, merdeka,
berdaulat, dengan potensi martabat dan kepribadian yang mengemban
amanat ketuhanan/ keagamaan, sosial, nasional dan kemanusiaan.
SB Eksistensi Sosio-Budaya sebagai kreasi, karya dan wahana
kehidupan manusia.
SK Eksistensi Sistem Kenegaraan sebagai perwujudan puncak
prestasi bangsa-bangsa; perwujudan identitas nasional, kemerdekaan,
kedaulatan dan kewibawaan nasional.
P Pribadi manusia, sebagai eksistensi tunggal, utuh dan unik, berada
dalam antarhubungan fungsional dengan semua eksistensi horisontal.
11
Artinya, pribadi berada di dalam, dipengaruhi dan untuk semua
eksistensi horisontal itu. Secara khusus dengan Tuhan yang mahaesa,
pribadi manusia menghayati hubungannya dengan Tuhan secara
secara vertikal sebagai sumber motivasi dan harapan, rohani, religius.
Ekonomi Pancasila disebut juga sebagai ekonomi yang berasaskan
kekekeluargaan, kegotong-royongan dan kerjasama. Ini adalah nilai-nilai
tradisional yang bersumber pada budaya Indonesia. Tapi asas kekeluargaan
ini, yang berdasarkan kepada solidaritas mekanis, telah ditransformasikan
menjadi solidaritas fungsional, dengan nilai-nilai individualita dalam
lembaga koperasi. Jika itu ciri Ekonomi Pancasila maka ini tergolong
dalam aliran Merah Muda atau Nordic. Lagi pula, sistem koperasi yang
dibawa oleh Hatta, dipelajarinya ketika ia berkunjung ke negara-negara
Skandinavia pada tahun 1926 bersamasama dengan Dr. Samsi. Selain itu,
pasal 33 UUD 1945, menyebutkan bahwa cabang-cabang penting
kebutuhan rakyat dikuasai oleh negara, sehingga melahirkan BUMN. Jika
ini juga ciri Ekonomi Pancasila, maka Ekonomi Pancasila mengikuti
model negara kesejahteraan Eropa Barat. Hal ini lebih menegaskan,
bahkan Ekonomi Pancasila tergolong ke dalam aliran Merah Muda.
Peranan negara dalam wujud perencanaan pusat (central planning agency)
yang dilembagakan dalam Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) yang masih terus bekerja hingga sekarang, menunjukkan pula
bahwa Ekonomi Indonesia mengambil unsur Merah. Namun, Indonesia
juga mengakui peranan sektor swasta termasuk asing. Pada masa Ekonomi
Terpimpin (1960-1965) mulai berkembang perusahaan-perusahaan swasta
besar. Pada masa Orde Baru (1966-1998), sangat menonjol peranan
konglomerasi dan perusahaan-perusahaan multinasional hingga sekarang.
Indonesia juga menganut rezim devisa bebas dan perdagangan bebas
dengan luar negeri. Ini merupakan ciri aliran Biru. Tidak terlalu salah jika
Ekonomi Indonesia (yang sebagian menyimpang dari Pancasila) sebagai
12
realitas ekonomi, merupakan kombinasi dari aliran Merah dan Biru dan
Hijau sehingga menjadi aliran Merah Muda. Cuma dalam aliran Merah
Muda Galtung, warna-warna itu adalah warna-warna yang lemah atau
kombinasi yang lemah dari tiga warna itu.
Di sini kita melihat adanya kontradiksi antara Ekonomi Pancasila
dan realitas Ekonomi Indonesia. Itulah maka, Mubyarto, Sri-Edi Swasono
dan Sritua Arief, melakukan kritik yang tajam terhadap realitas Ekonomi
Indonesia yang bercorak kapitalis. Gambaran yang kontradiktif tersebut
menggambarkan kesulitan ontologis Ekonomi Pancasila. Hal yang perlu
dilakukan adalah penelitian, khususnya penelitian sejarah perekonomian
Indonesia, sehingga menghasilkan sejarah ekonomi Indonesia,
sebagaimana telah dihasilkan oleh Celso Furtado mengenai sejarah
ekonomi Brazil. Pengembangan teori dependensia di Amerika Latin
sebenarnya bisa dijadikan acuan. Pada mulanya, teori ketergantungan
dilontarkan dalam wujud kritik. Tapi hal ini dilanjutkan dengan studi
historis dan sosiologis mengenai perekonomian negara-negara Amerika
Latin. Itupun hingga sekarang belum ditemukan konsep pembangunan
ekonomi yang mandiri, apalagi diwujudkan. Banyak negara-negara
Amerika Latin masih bergantungdan didominasi oleh kekuatan ekonomi
kapitalis dari utara.
Jika tidak dilakukan penelitian historis-sosiologis terhadap perekonomian
Indonesia, maka kesan yang lebih menonjol adalah bahwa perekonomian
Indonesia sebenarnya adalah perekonomian kapitalis. Itulah sebabnya
banyak ekonom yang terlibat dalam analisis-analisis ekonomi Indonesia
kontemporer, tidak bisa melihat berbedaan Ekonomi Pancasila dan
Ekonomi Rakyat. Menurut Galtung aliran Merah sebenarnya bukanlah
ekonomi yang
berdasarkan pada teori Marxisme, melainkan reaksi dan negasi terhadap
aliran Biru melalui improvisasi-improvisasi (Sosialisme Uni Soviet lebih
merupakan Leninisme daripada Marxisme, sedangkan ekonomi Sosialis
13
Cina lebih merupakan Maoisme daripada Marxisme). Hal ini disebabkan
karena Marxisme lebih menonjolkan sebagai teori kritis terhadap
kapitalisme. Karena itu mereka hingga kini belum menghasilkan konsep
alternatif. Aliran Merah Muda justru lebih merupakan alternatif.
Sedangkan aliran Kuning adalah kombinasi aliran Biru dan Merah, sehinga
juga merupakan aliran alternatif yang berhasil, tetapi mengandung warna
Biru maupun Merah secara kuat. Kecenderungan ini diikuti oleh Indonesia
tetapi yang hanya secara lemah menyerap beberapa aliran itu.
Ekonomi Pancasila perlu mengambil pelajaran dari pengalaman,
dalam arti, tidak hanya merupakan kritik dan reaksi terhadap aliran Biru
dan akhirakhir ini terhadap aliran Merah. Ternyata model Kuning cukup
berhasil, karena dengan tegas dan tidak tanggung-tanggung menyerap
kekuatan unsur Biru dan Merah. Tapi dalam kenyataan, Ekonomi
Indonesia dalam realitas lebih dekat dengan aliran Merah Muda walaupun
secara lemah dan tanggung-tanggung menyerap berbagai unsur itu.
Melihat wacana Ekonomi Pancasila yang sekarang dilanjutkan melalui
Pusat Studi Ekonomi Pancasila (PUSTEP)-UGM, agaknya Ekonomi
Pancasila bertolak dari aliran Hijau. Buktinya, salah satu pusat kajian
Ekonomi Pancasila adalah perekonomian rakyat dan perekonomian daerah.
Namun untuk memperkuat jawaban ontologisnya, PUSTEP perlu
menyusun buku Sejarah Perekonomian Indonesia.
Studi-studi sejarah ini sebenarnya telah dilakukan, misalnya
mengenai perkebunan rakyat Sumatera Utara oleh Dr.Thee Kian Wie.
Ahir-akhir ini juga lahir sebuah disertasi dari UI, tentang sejarah Ekonomi
Indonesia di daerah (Sulawesi Selatan) juga tentang perkebunan oleh Dr.
Abdul Rasyid A. Anbo Sakka berjudul “Ekspansi dan Kontraksi Kopra
Makasar 1883-1958” (2003). Juga sudah banyak dilakukan studi yang
merupakan kerjasama antara Indonesia-Belanda dan pernah dibicarakan
dalam seminar-seminar internasional.
14
Studi sejarah itu perlu diikuti dengan studi-studi tentang gejala
kontemporer dengan pendekatan ekonomi-sosiologis, ekonomi-politik dan
antropologi ekonomi. Buku sejarah ekonomi-sosiologis itu sebenarnya
sudah diawali oleh Prof Burger yang pernah dikuliahkan di Fakultas
Hukum UI dan direkam oleh Prof. Prayudi menjadi dua jilid buku.
Masalah selanjutnya yang dihadapi dalam pengembangan Ekonomi
Pancasila adalah masalah epistemologis yang menyangkut metode
pemahaman dan praktek pengembangan Ekonomi Pancasila. Dalam debat
Ekonomi Pancasila tahun 1981, Arief Budiman mengajukan pertanyaan
mengenai asumsi konsep manusia dalam Ekonomi Pancasila yang sudah
jelas dalam teori ekonomi kapitalis, yaitu homo-economicus yang serakah,
dan dalam teori sosialis juga jelas, yaitu homo-socius yang cenderung
melakukan kerjasama dan mengutamakan masyarakat.
Pada waktu itupun sudah diberikan jawaban bahwa konsep manusia
dalam Ekonomi Pancasila, lebih merupakan homo-socius dan
homo-ethicus atau homo-religious. Dewasa ini sudah lebih banyak ditulis
teori mengenai manusia yang menghasilkan manusia-multidimensi yang
kompleks. Masalahnya sekarang adalah apakah temuan-temuan baru
mengenai teori manusia itu mempengaruhi konsep Ekonomi Pancasila ?
Misalnya ada konsep mengenai homo-faber dari Huizinga yaitu manusia
adalah suatu makhluk yang bermain dan yang berpotensi untuk
mengembangkan teknologi. Salah satu masalah yang dihadapi oleh
Ekonomi Pancasila adalah ketidak mampuan ekonom konvensional yang
mengikuti aliran Neoklasik itu untuk melihat gejala semacam ekonomi
rakyat. Salah seorang ekonom pernah menolak apa yang disebut “ekonomi
rakyat”. Baginya “ekonomi ya ekonomi”.
Kesimpulan ini disebabkan karena kacamata yang dipakai.
Kacamata Neoklasik memang tidak mampu melihat gejala ekonomi rakyat.
Gejala ini hanya bisa ditangkap lewat kacamata ekonomi-sosiologis atau
antropologi ekonomi. Karena itulah, dalam rangka advokasi Ekonomi
15
Pancasila Prof. Mubyarto pernah mengusulkan dipergunakannnya
pendekatan multi-disipilin dalam melihat gejala ekonomi. Sebenarnya
pendekatan ini sudah dipikirkan oleh Bung Hatta, ketika ia menulis buku
pengantar mengenai Ekonom-Sosiologi. Studi dengan pendekatan
antropologi kini sudah dimulai, termasuk studi disertasi. Buku “Ekonomi
Moral, Rasional dan Politik” adalah sebuah kumpulan esai-esai
antropologi-ekonomi yang disunting oleh Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra et.
al. yang memberikan gambaran mendalam mengenai ekonomi rakyat.
Demikian pula hasil penelitian disertasi Dr. Irwan Abdullah yang berjudul
“Muslim Businessmen of Jatinom”, sebuah hasil studi antropologi yang
informatif, mendalam dan menarik tentang perekonomian rakyat di kota
kecil di Klaten, Jawa Tengah. Dari daftar kepustakaan buku ini bisa
dikumpulkan hasil-hasil studi yang cukup luas dan mendalam mengenai
perekonomian rakyat. Buku-buku itu bisa menjadi bahan penyusunan buku
teks atau buku bacaan mengenai ekonomi rakyat, dengan pendekatan
sejarah dan multi-disiplin ilmu-ilmu sosial. Buku semacam itu akan sangat
membantu memecahkan masalah-masalah ontologi dan epistemologi
Ekonomi Rakyat.
Dari segi epistemologis masih belum banyak dirumuskan proses
bekerjanya Ekonomi Pancasila. Walaupun Prof. Mubyarto mengatakan
bahwa sangat mudah dijumpai Ekonomi Pancasila dalam praktek, yaitu
yang dapat dijumpai dari ekonomi pedesaan, ekonomi rakyat, ekonomi
koperasi, ekonomi daerah atau mungkin juga ekonomi keluarga (family
business), tapi realitas itu belum banyak ditulis. Malah yang banyak ditulis
adalah kelemaham-kelemahan dan kasus-kasus kegagalan, stagnasi,
marjinalisasi atau ketergantungan perekonomian rakyat. Baru-baru ini
terbaca berita di koran bahwa 50% koperasi buruk kinerjanya atau tidak
sehat. Advokasi Ekonomi Pancasila agaknya membutuhkan dukungan
informasi tentang model-model sukses di lapangan. Sebagai contoh,
ekonomi syari’ah meraih kredibilitas karena kisah sukses lembaga-
16
lembaga keuangan syari’ah. Walaupun demikian, tidak sedikit dijumpai
di lapangan kisah-kisah sukses koperasi, usaha kecil dan mikro, usaha
keluarga atau perkembangan ekonomi daerah. Namun kisah sukses itu
harus dibukukan menjadi bahan bagi ilmu manajemen ekonomi rakyat.
Barangkali diperlukan penilaian kinerja atau prestasi semacam ISO dalam
peruhaan-perusahaan swasta dan BUMN. PT. Pupuk Kaltim umpamanya,
telah berhasil meraih penghargaan ISO dan menjadi perusahaan kelas
dunia (world class company).
Berdasarkan jawaban ontologi dan epistemologi, Ekonomi
Pancasila harus sudah bisa dikuliahkan di perguruan tinggi. Persoalan
selanjutnya adalah masalah aksiologi. Masalah ini juga membutuhkan
kajian teoritis dan empiris guna mengetahui tujuan dan hasil akhir proses
Ekonomi Pancasila.Tapi wacana aksiologi ini sebenarnya tidak
mengandung banyak kesulitan, walaupun ternyata belum banyak
dilakukan. Namun Ekonomi Pancasila sudah sering disebut sebagai konsep
yang bersifat normatif, yaitu Ekonomi yang berorientasi pada nilai-nilai
Pancasila. Hanya saja dalam kenyataannya, suatu wacana aksiologis
Ekonomi Pancasila belum banyak dilakukan.
Secara umum dikatakan bahwa tujuan sistem Ekonomi Pancasila
adalah keadilan sosial atau masyarakat yang adil dan makmur. Namun
bagaimana rincian dan bentuk kongkret masyarakat yang berkeadilan
sosial atau adil dan makmur itu belum banyak ditulis. Yang lebih banyak
ditulis adalah aspek negatif ekonomi kapitalis yang menciptakan
ketimpangan, ekploitasi, dominasi, ketergantungan, kemiskinan dan
keterbelakangan. Sebagai kesimpulan, mengikuti kerangka teori enam
aliran ekonomi di dunia menurut Johan Galtung, Ekonomi Pancasila
tergolong ke dalam ekonomi campuran ketiga. Pada dasarnya Ekonomi
Pancasila adalah aliran Hijau yang berasal dari Dunia Ketiga. Secara
ontologis keberadaan Ekonomi Pancasila perlu dibuktikan dengan buku
sejarah ekonomi Indonesia, khususnya ekonomi rakyat. Gambaran
17
mengenai ekonomi rakyat kontemporer diwujudkan dalam penelitian
multi-disiplin, khususnya ekonomi sosiologi dan antropologi ekonomi
yang mampu menangkap kelembagaan ekonomi rakyat, baik tradisional
maupun modern.
Secara epistemologis Ekonomi Pancasila perlu digambarkan dalam sebuah
deskripsi dan analisis mengenai Sistem Ekonomi Pancasila, yaitu sistem
ekonomi yang disusun berdasarkan UUD 1945, termasuk Pancasila,
khususnya berpedoman pada pasal 33. Sokoguru sistem ekonomi ini
adalah koperasi, khususnya model koperasi negara-negara Nordic yang
sudah cukup baku, baik dari aspek makro maupun mikro. Tapi koperasi
Indonesia adalah koperasi yang dibentuk di atas perekonomian rakyat yang
terdiri dari usaha keluarga (usaha mikro), usaha kecil dan menengah,
sebagaimana pernah digambatrkan oleh Bung Hatta.
Sebagai ekonomi campuran pula, Ekonomi Pancasila mengandung
unsur Biru yang diserap melalui model aliran Kuning yang mengandung
unsur pasar dan modal di satu pihak serta negara dan kekuasaan di lain
pihak. Hanya saja, jika pasar didefinisikan sebagai pasar-sosial atau pasar
yang berkeadilan, modal disini diartikan secara luas, yang mencakup
modal sosial, modal kultural, dan modal spiritual, sehingga perekonomian
terbebas dari sistem kapitalis. Akhirnya, secara aksiologis Ekonomi
Pancasila perlu ditegaskan sebagai perekonomian yang bertujuan untuk
mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan menghilangkan
ketimpangan, kesenjangan, ekspoitasi dan ketargantungan, melalui
partisipasi rakyat dalam kegiatan ekonomi sehingga tercapai suatu kondisi
masyarakat yang beradilan atau masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila. Karena itu rumusan normatif mengenai Ekonomi Pancasila
perlu disusun. Sebagaimana dikatakan oleh Bung Hatta, kita harus selalu
ingat kepada pedoman normatif dalam kegiatan ekonomi, yaitu Pancasila
yang perlu ditafsirkan secara sosial-ekonomi.
18
DAFTAR PUSTAKA
BUKUAlfian, 1991, “Pancasila sebagai Ideologi dalam Kehidupan Politik”, dalam Oetojo Oesman dan Alfian (penyunting), Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara, BP7 Pusat, Jakarta.Budiman, A., 1989, Sistem Perekonomian Pancasila dan Ideologi Ilmu Sosial di Indonesia, PT Gramedia, Jakarta,.Mubyarto dan Boediono (penyunting), 1981, Ekonomi Pancasila, BPFE, Yogyakarta.Salim, E. 1979, “Ekonomi Pancasila”, Prisma, Mei.INTERNEThttp://www.idafazz.com/pengertian-sistem.php diakses pada 26 May 2016http://kisaranku.blogspot.com/2010/10/pengertian-sistem-lengkap.htmldiakses pada 26 May 2016.http://edu-articles.com/ekonomi-pancasila/ diakses pada 26 May 2016.http://www.sumeks.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=7141:sisteekonomi-pancasila-&catid=75:opini&Itemid=123 diakses pada 12 Juni 2010.http://mirzaadany.blogspot.com/2010/06/sistemekonomipancasila.html?zx=55d9a3359deb01a8 diakses pada 26 May 2016.
19