80
OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION (MAE) SEBAGAI BIOSORBEN LOGAM TIMBAL (KAJIAN LAMA EKSTRAKSI DAN RASIO PELARUT ETANOL:BAHAN) SKRIPSI Oleh: TIARA RAHMANIA YUNISA 135100107111006 JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

  • Upload
    others

  • View
    34

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata

Laurentii) DENGAN METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION (MAE)

SEBAGAI BIOSORBEN LOGAM TIMBAL

(KAJIAN LAMA EKSTRAKSI DAN RASIO PELARUT ETANOL:BAHAN)

SKRIPSI

Oleh:

TIARA RAHMANIA YUNISA

135100107111006

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

1

OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata

Laurentii) DENGAN METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION (MAE)

SEBAGAI BIOSORBEN LOGAM TIMBAL

(KAJIAN LAMA EKSTRAKSI DAN RASIO PELARUT ETANOL:BAHAN)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

Oleh:

TIARA RAHMANIA YUNISA

135100107111006

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

i

Page 4: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

ii

Page 5: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

iii

RIWAYAT HIDUP

Penyusun dilahirkan di Jember pada tanggal 27 Mei

1995. Penyusun merupakan anak tunggal dengan ayah

bernama M. Musa Ali dan ibu bernama Yuni Hermawati.

Penyusun menyelesaikan pendidikan taman kanak-

kanak di TK Baitul Amin Jember dan lulus pada tahun

2001. Kemudian penyusun menyelesaikan pendidikan

sekolah dasar di SDN Jember Lor 3 pada tahun 2007,

kemudian melanjutkan ke sekolah menengah pertama di

SMPN 3 Jember dengan kelulusan pada tahun 2010, lalu melanjutkan ke

sekolah menangah atas di SMAN 1 Jember hingga tahun 2013. Penyusun

melanjutkan pendidikan S1 di Perguruan Tinggi pada tahun 2013 di Jurusan

Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Tekonologi Pertanian Universitas Brawijaya

Malang dengan Program Studi Ilmu Teknologi Pangan dan berhasil

menyelesaikan pendidikan tersebut pada tahun 2017. Selama menempuh

pendidikan di Universitas Brawijaya, penyusun pernah mengikuti kepanitiaan

yaitu anggota divisi Dana Transkoper OPJH (Orientasi Pengenalan Jurusan dan

Himpunan) tahun 2014, serta menjadi asisten praktimum Evaluasi Gizi Pangan.

Selain itu penulis juga aktif dalam dalam komunitas Earth Hour Malang dari

tahun 2015 hingga tahun 2017.

Page 6: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

iv

Page 7: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

v

Tiara Rahmania Yunisa. 135100107111006. Optimasi Ekstraksi Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Laurentii) Dengan Metode Microwave Assisted Extraction (MAE) Sebagai Biosorben Logam Timbal (Kajian Lama Ekstraksi Dan Rasio Pelarut Etanol:Bahan). Skripsi. Pembimbing: Prof. Dr. Teti Estiasih, S.TP., MP.

ABSTRAK

Pesatnya pembangunan industri dan penggunaan berbagai kendaraan bermotor dapat berdampak negatif karena besarnya resiko terpapar logam berat, seperti timbal (Pb) yang bersifat toksik dalam dosis atau konsentrasi tertentu. Salah satu solusi untuk mereduksi kandungan timbal adalah dengan biosorpsi menggunakan ekstrak daun lidah mertua (Sansevieria) yang mengandung berbagai senyawa bioaktif sebagai adsorben. Salah satu metode ekstraksi untuk mengekstraksi bahan aktif dari lidah mertua, yaitu dengan Microwave Assisted Extraction (MAE) yang memanfaatkan radiasi gelombang mikro. Selama ini

belum ada penelitian mengenai lama ekstraksi dan rasio pelarut:bahan optimum dalam ekstraksi daun lidah mertua menggunakan metode MAE.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh lama ekstraksi dan rasio pelarut:bahan dengan metode MAE terhadap penyerapan logam timbal (Pb) serta mengetahui titik optimal penyerapan logam timbal (Pb) oleh ekstrak daun lidah mertua. Penelitian ini menggunakan Response Surface Methodology

(RSM) dengan rancangan komposit terpusat faktorial 22. Terdapat dua faktor dalam penelitian ini yaitu lama ekstraksi (X1) yaitu 60 detik, 120 detik, dan 180 detik, serta rasio pelarut:bahan (X2) yaitu 8:1, 10:1, dan 12:1. Pengamatan respon penyerapan timbal dengan ekstrak daun lidah mertua dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) serta dilakukan uji fitokimia pada perlakuan optimum. Pengolahan data hasil uji dilakukan dengan menggunakan software Design Expert DX 7.1.5 untuk mendapatkan kondisi

optimum dari kedua faktor tersebut. Hasil penelitan optimasi ekstraksi daun lidah mertua dengan metode

Microwave Assisted Extraction (MAE) menunjukan interaksi faktor lama ekstraksi

dan rasio pelarut:bahan berpengaruh terhadap respon penyerapan timbal serta senyawa kimia pada daun lidah mertua (total fenol, flavonoid, tanin, dan saponin). Kondisi optimum ekstraksi daun lidah mertua dengan MAE pada penelitian didapatkan model terpilih yaitu model kuadratik dengan lama ekstraksi 60 detik dan rasio pelarut:bahan sebesar 12:1 yang menghasilkan respon penyerapan timbal hasil verifikasi sebesar 78,46%. Secara umum kadar senyawa kimia (total fenol, flavonoid, tanin, dan saponin) pada ekstrak daun lidah mertua hasil ekstraksi MAE lebih besar dibandingkan daun lidah mertua segar dan sebuk daun lidah mertua. Setelah biosorpsi timbal, kadar senyawa kimia pada ekstrak etanol mengalami penurunan dibandingkan ekstrak etanol sebelum biosorpsi timbal yang diduga karena berikatan dengan logam timbal.

Kata kunci: Biosorpsi, Lidah Mertua, Microwave Assisted Extraction, Timbal

Page 8: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

vi

Tiara Rahmania Yunisa. 135100107111006. Optimization of Microwave

Assisted Extraction (MAE) of Snake Plant (Sansevieria trifasciata Laurentii)

As Lead Ion Biosorbent (Study of Extraction Time and Ethanol Solvents

Ratio). Thesis. Thesis Advisor: Prof. Dr. Teti Estiasih, S.TP., MP.

ABSTRACT

The rapid industrial development and the use of various transportaton give negative impacts because of the risk of exposure to heavy metals, such as lead (Pb) which are toxic in doses or specific concentration. One of the solution to reduce the lead content is by biosorption using snake plant leaves (Sansevieria) extract which contains a variety of bioactive compounds as adsorbent. One of the extraction methods to extract the active ingredients from the plants by using Microwave Assisted Extraction (MAE) that utilizes microwave radiation. There has been no research on the optimum of extraction time and ethanol solvent ratio in the extraction of the snake plant leaves using MAE method.

The purpose of this research is to determine the effect of extraction time and ethanol solvent ratio with MAE method to absorption of lead metal (Pb), and optimal condition of absorption of lead metal (Pb) by snake plant extract. This study used Response Surface Methodology (RSM) with a central composite factorial design. There were two factors in this research, extraction time (X1) there were 60 seconds, 120 seconds and 180 seconds, and the ethanol solvents ratio (X2) there were 8:1, 10:1, and 12:1. The observations of absorption response was performed using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) and the phytochemical test conducted on the optimum treatment. Data processing of test result was done by using Design Expert DX 7.1.5 software to get the optimum condition from both factors.

The results from optimization of extraction of snake plant with Microwave Assisted Extraction (MAE) showed that interaction between extraction time and the ethanol solvents ratio gave significant effect on the response of lead absorption and chemical compounds in the leaves (total phenols, flavonoids, tannins and saponins). The optimum condition of extraction of leaves of the snake plant with MAE in the study showed the selected model was a quadratic model with 60 seconds of extraction time and ethanol solvent ratio 12:1, which produced the response of lead absorption of 78,46%. In general, the levels of chemical compounds (total phenols, flavonoids, tannins, and saponins) of the leaves extract using MAE extraction was greater than the fresh leaves. After lead biosorption, the levels of chemical compounds in the ethanol extract decreased, compared to leaves extract before lead biosorption. It was suspected due to binding of the chemical compound with lead ion.

Keywords: Biosorption, Lead, Microwave Assisted Extraction, Snake Plant

Page 9: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah S.W.T yang telah memberikan berkat dan

hikmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Tugas Akhir yang berjudul “Optimasi Ekstraksi Daun Lidah Mertua

(Sansevieria trifasciata Laurentii) Dengan Metode Microwave Assisted

Extraction (MAE) Sebagai Biosorben Logam Timbal (Kajian Lama Ekstraksi

Dan Rasio Pelarut Etanol:Bahan)”.

Dalam penulisan laporan tugas akhir ini, penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Kedua Orang tua yaitu ayah M. Musa Ali dan mama Yuni Hermawati,

serta segenap keluarga yang banyak memberi dukungan moril maupun

materiil.

2. Prof. Dr. Teti Estiasih, S.TP., MP. selaku dosen pembimbing I dan Ketua

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Universitas Brawijaya, Malang yang telah memberikan bimbingan,

arahan, saran, nasehat, ilmu dan pengetahuan kepada penyusun.

3. Ibu Nur Ida Panca, S.TP., MP. selaku dosen pembimbing II yang juga

telah memberikan bimbingan, arahan, saran, nasehat, ilmu dan

pengetahuan kepada penyusun selama penelitian.

4. Teman-teman kost Bu Djarot, Ilma Hanifah, Luh Putu Premayoni, Metin

Dyah, Mita Khasanah, Verniaputri, Alify Yanura, Briliandani Kirara, dan

Wenny Anintya, rumah kedua yang selalu memberi dukungan selama di

Malang.

5. Teman-teman di Earth Hour Malang, Rizky Ashyanita, Nogie Wikarsa,

Amanda Magdalena, Frido Wahyu, Emeraldo Latief, Dimas Putra, Aldike

Wandari, Salsabila, M. Fikri, Fauzan Fakhrurrozi, Fu’ad Hasan, M. Fachri

Aditya, Galih Darmawan, serta teman-teman lain di Earth Hour Malang.

Khususnya divisi Fund Raising untuk bantuan, jokes receh, hiburan,

support, pengalaman dan kebersamaannya selama 2 tahun ini.

6. Teman-teman KCRT, Natalia Sari Susanto, Martha Kusuma, Putri

Widiyastuti, Febrianny Noeryatillah, Hana Susanti, Sekar Vianty, Aldio

Sutawan, Eko Brasil, dan Ananta Prasetio, selalu menjadi tempat

berkeluh kesah dan bersenda gurau selama 4 tahun di kampus.

Page 10: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

viii

7. Okta Eka Suryani dan Sherly Octaviana Sari yang walaupun jauh dimata

tapi dekat dihati, partner in crime no matter how far we are.

8. Fitria, Rahma, Wanodya, Bagus, Rizha, dan Ulum yang juga telah banyak

memberi dukungan selama penyusunan skripsi.

9. Teman-teman THP 2013 yang telah menjadi teman selama 4 tahun di

FTP UB Malang.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

11. And last, I wanna thank myself, for those tiring days, sleepless nights, and

lonely moments while missing home. After all the dramas, struggles, ups

and downs. You finally made it to the finish line!

Malang, Juli 2017

Penulis

Page 11: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................. Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... i

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK .......................................................................................................... v

ABSTRAK .......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

I. PENDAHULUAN ............................................. Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang .......................................... Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah .................................... Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan ....................................................... Error! Bookmark not defined.

1.4 Manfaat ..................................................... Error! Bookmark not defined.

1.5 Hipotesis ................................................... Error! Bookmark not defined.

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................... Error! Bookmark not defined.

2.1 Daun Lidah Mertua (Sansevieria) .............. Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Kandungan Daun Lidah Mertua ........... Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Manfaat Lidah Mertua .......................... Error! Bookmark not defined.

2.2 Logam Timbal (Pb) ..................................... Error! Bookmark not defined.

2.3 Ekstraksi .................................................... Error! Bookmark not defined.

2.4 Ekstraksi Microwave Assisted Extraction (MAE) Error! Bookmark not

defined.

2.5 Etanol ......................................................... Error! Bookmark not defined.

2.6 Biosorpsi .................................................... Error! Bookmark not defined.

2.7 Response Surface Methodology (RSM) ..... Error! Bookmark not defined.

2.8 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) ....... Error! Bookmark not defined.

III. METODOLOGI PENELITIAN .......................... Error! Bookmark not defined.

3.1 Tempat dan Waktu ..................................... Error! Bookmark not defined.

3.2 Alat dan Bahan ........................................... Error! Bookmark not defined.

3.2.1 Alat ....................................................... Error! Bookmark not defined.

Page 12: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

x

3.2.2 Bahan ................................................... Error! Bookmark not defined.

3.3 Metode Penelitian....................................... Error! Bookmark not defined.

3.4 Prosedur Penelitian .................................... Error! Bookmark not defined.

3.4.1 Pembuatan Serbuk Daun Lidah Mertua Error! Bookmark not defined.

3.4.2 Ekstraksi Daun Lidah Mertua dengan Metode MAE Error! Bookmark

not defined.

3.4.3 Pembuatan Larutan Timbal 500 ppm .... Error! Bookmark not defined.

3.4.4 Biosorpsi Timbal dengan Ekstrak Daun Lidah Mertua Error! Bookmark

not defined.

3.4.5 Optimasi Ekstraksi MAE Serbuk Daun Lidah Mertua Error! Bookmark

not defined.

3.5 Pengamatan dan Analisa Data ................... Error! Bookmark not defined.

3.6.1 Pembuatan Serbuk Daun Lidah Mertua Error! Bookmark not defined.

3.6.2 Ekstraksi Daun Lidah Mertua dengan MAE Error! Bookmark not

defined.

3.6.3 Analisa Biosorpsi .................................. Error! Bookmark not defined.

3.6.4 Optimasi Ekstraksi Daun Lidah Mertua . Error! Bookmark not defined.

3.6.5 Verifikasi Hasil Optimasi Ekstraksi daun lidah mertua Error! Bookmark

not defined.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................... Error! Bookmark not defined.

4.1 Karakterisasi Bahan Baku .......................... Error! Bookmark not defined.

4.2 Proses Ekstraksi MAE Daun Lidah Mertua . Error! Bookmark not defined.

4.3 Hasil Optimasi Lama Ekstraksi dan Rasio Pelarut:Bahan Error! Bookmark

not defined.

4.4 Hasil Analisis Permukaan Respon .............. Error! Bookmark not defined.

4.4.1 Evaluasi Model Respon ........................ Error! Bookmark not defined.

4.4.2 Hasil Analisis Ragam dari Permukaan Respon Error! Bookmark not

defined.

4.4.3 Kurva Pengaruh Lama Ekstraksi dan Rasio Pelarut:Bahan .......... Error!

Bookmark not defined.

4.5 Penentuan Titik Optimum Penyerapan Timbal Error! Bookmark not

defined.

4.6 Verifikasi Hasil Optimasi F .......................... Error! Bookmark not defined.

4.7 Senyawa Bioaktif Ekstrak Daun Lidah Mertua Optimum Error! Bookmark

not defined.

Page 13: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

xi

4.7.1 Kandungan Total Fenol Ekstrak Daun Lidah Mertua Optimum ..... Error!

Bookmark not defined.

4.7.2 Kandungan Flavonoid Ekstrak Daun Lidah Mertua Optimum ....... Error!

Bookmark not defined.

4.7.3 Kandungan Tanin Ekstrak Daun Lidah Mertua Optimum .............. Error!

Bookmark not defined.

4.7.4 Kandungan Saponin Ekstrak Daun Lidah Mertua Optimum.......... Error!

Bookmark not defined.

V. PENUTUP ....................................................... Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ................................................ Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran ......................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA............................................. Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN .......................................................... Error! Bookmark not defined.

Page 14: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Metode MAE dengan Metode Ekstraksi Lain ........ Error!

Bookmark not defined.

Tabel 3.3 Matriks Rancangan Komposit Terpusat Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.1 Analisa Kadar Air (%b/b) Daun Lidah Mertua Error! Bookmark not

defined.

Tabel 4.2 Hasil Uji Fitokimia Bahan Baku ............ Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.3 Rancangan Desain Komposit Terpusat Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.4 Data Hasil Analisis Respon Penyerapan Logam Timbal .............. Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.5 Data Hasil Pemilihan Model Berdasarkan Jumlah Kuadrat Respon .......

Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.6 Data Hasil Analisis Pemilihan Model Berdasarkan Pengujian

Ketidaktepatan Respon ................... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.7 Data Hasil Analisis Pemilihan Model Berdasarkan Ringkasan Statistik

Respon ............................................. Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.8 Hasil Analisa Ragam (ANOVA) Model Kuadratik Error! Bookmark not

defined.

Tabel 4.9 Solusi Titik Optimum ............................ Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.10 Hasil Verifikasi Respon ...................... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.11 Kadar Total Fenol Sampel Daun Lidah Mertua Error! Bookmark not

defined.

Tabel 4.12 Kadar Flavonoid Sampel Daun Lidah Mertua Error! Bookmark not

defined.

Tabel 4.13 Kadar Tanin Sampel Daun Lidah Mertua Error! Bookmark not

defined.

Tabel 4.14 Kadar Saponin Sampel Daun Lidah Mertua Error! Bookmark not

defined.

Page 15: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

xiii

Page 16: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sansevieria cylindrical ..................... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.2 Sansevieria hahnii ........................... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.3 Sansevieria trifasciata Laurentii ...... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.4 Sansevieria trifasciata Futura .......... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.5 Sansevieria patens.......................... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.6 Struktur Tanin ................................. Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.7 Struktur Saponin ............................. Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.8 Struktur Flavonoid ............................ Error! Bookmark not defined.

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Serbuk Lidah Mertua Error! Bookmark

not defined.

Gambar 3.2 Diagram Alir Ekstraksi Daun Lidah Mertua Dengan MAE ........ Error!

Bookmark not defined.

Gambar 3.3(a) Diagram Alir Pembuatan Larutan Timbal Error! Bookmark not

defined.

Gambar 3.3(b) Diagram Alir Biosorpsi Timbal ..... Error! Bookmark not defined.

Gambar 3.4 Diagram Alir Optimasi Ekstraksi Daun Lidah Mertua ............... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 3.5 Diagram Alir Verifikasi Hasil Optimasi Error! Bookmark not

defined.

Gambar 4.1 Grafik Kontur Plot Respon Penyerapan Timbal Error! Bookmark

not defined.

Gambar 4.2 Grafik 3D Faktor terhadap Respon Penyerapan Timbal .......... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 4.3 Kurva Normal Plot of Residuals terhadap Error! Bookmark not

defined.

Gambar 4.4 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov . Error! Bookmark not defined.

Page 17: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

1

Page 18: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagi negara berkembang seperti Indonesia, pembangunan industri sangat

esensial untuk meningkatkan perekonomian negara. Namun, pesatnya

pembangunan industri dan penggunaan berbagai kendaraan bermotor dapat

berdampak negatif yang dapat membahayakan lingkungan dan masyarakat

sekitar. Hal ini dapat terjadi karena besarnya resiko terpapar logam berat yang

bersifat toksik dalam dosis atau konsentrasi tertentu. Salah satu logam berat

yang dapat mencemari lingkungan akibat dari industrialisasi dan penggunaan

kendaraan bermotor adalah logam timbal (Pb). Bahkan di kota-kota besar di

Indonesia, seperti Jakarta, konsentrasi timbal bisa 100 kali dari ambang batas

yang diijinkan (Ali, 2010).

Di lingkungan dengan kadar logam timbal yang tinggi, kontaminasi yang

terdapat di udara, makanan dan air dapat menyebabkan keracunan yang

berakibat buruk bagi kesehatan manusia (Ganiswarna, 1999). Kira-kira 5-10%

dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan 30%

dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran

pernafasan dan akan tertinggal di dalam tubuh (BPLHD, 2009 dalam Gusnita,

2012). Logam timbal di lingkungan dapat mencemari makanan sehingga dapat

terkonsumsi oleh manusia dan membahayakan kesehatan. Dalam penelitian oleh

Tuloly (2012) terhadap kadar logam timbal pada jajanan pinggir jalan di Kota

Gorontalo, ditemukan kandungan timbal pada gorengan pisang goreng dan tahu

isi, dengan kadar antara 0,65 ppm–3,86 ppm. Sedangkan menurut penelitian

Winarna (2015), ditemukan kandungan timbal sebesar 0,718 ppm pada buah

apel yang dijajakan di pinggir jalan Kota Palu.

Salah satu solusi untuk mereduksi kandungan timbal adalah dengan

biosorpsi menggunakan tanaman. Biosorpsi merupakan suatu teknologi untuk

menghilangkan ion logam dan polutan dengan menggunakan biomassa sebagai

adsorben (Arief et al. 2008). Keuntungan penggunaan proses biosorpsi adalah

biayanya yang relatif murah, ramah lingkungan, dapat diaplikasikan pada

konsentrasi limbah yang rendah serta kemudahan proses regenerasinya (Ashraf

et al., 2010). Salah satu jenis tanaman yang memiliki potensi sebagai biosorben

timbal adalah tanaman lidah mertua (Sansevieria).

Page 19: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

2

Tanaman lidah mertua (Sansevieria) merupakan salah satu jenis tanaman

hias yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari

sangat mudah ditemuinya tanaman lidah mertua di rumah-rumah, perkantoran,

maupun sebagai tanaman hias di pinggir jalan. Sansevieria mampu mengikat

polutan serta logam berbahaya seperti timbal (Pb), cadmium (Cd), kromium (Cr),

kholoform, benzene, Hal ini disebabkan karena tanaman ini mengandung bahan

aktif, seperti pregnane glikosid, ruscogenin, sansevierigenin, saponin, dan tanin.

Biosorpsi logam timbal oleh ekstrak lidah mertua terjadi melalui mekanisme

passive uptake dimana terjadi interaksi antara logam timbal dengan gugus

fungsional pada senyawa aktif dalam lidah mertua. Menurut penelitian Yuningsih

(2014), kondisi optimal biosorpsi timbal oleh serbuk Sansevieria trifasciata yaitu

pada pH 7, waktu kontak selama 240 min, dengan menggunakan 1.5 gram

biosorben.

Terdapat berbagai metode untuk mengekstraksi senyawa-senyawa kimia dari

lidah mertua, diantaranya yaitu dengan Microwave Assisted Extraction (MAE).

Ekstraksi MAE merupakan metode ekstraksi dengan memanfaatkan radiasi

gelombang mikro untuk memanaskan pelarut secara cepat. Kelebihan ekstraksi

MAE dibanding metode ekstraksi yang lain yaitu waktu ekstraksi pendek, proses

sederhana, serta kebutuhan pelarut rendah (Jain et al., 2009). Ekstraksi MAE

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis pelarut, volume pelarut, lama

ekstraksi, daya microwave, karakteristik matriks bahan, dan suhu ekstraksi.

Volume pelarut pada ekstraksi MAE berkaitan dengan rasio pelarut:bahan,

dimana diperlukan rasio yang sesuai untuk mendapatkan respon yang paling

optimum. Selama ini belum ada penelitian mengenai lama ekstraksi dan volume

pelarut optimum dalam ekstraksi daun lidah mertua menggunakan metode MAE.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai lama ekstraksi dan rasio

pelarut:bahan optimum pada ekstraksi daun lidah mertua.

Selama ini pemanfaatan lidah mertua dalam produk pangan masih belum

maksimal. Ekstrak lidah mertua diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif

pengkelat logam (sequestran) pada produk pangan untuk menggantikan

pengkelat logam sintetis. Selan itu ekstrak lidah mertua juga dapat ditambahkan

pada pengemas bahan pangan sebagai pengikat logam agar tidak mencemari

produk pangan. Selain bersifat sebagai pengikat logam, lidah mertua juga

memiliki sifat antibakteri

Page 20: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

3

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh faktor lama ekstraksi dan rasio pelarut

etanol:bahan dengan metode MAE terhadap penyerapan logam timbal

(Pb) oleh ekstrak daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata Laurentii)?

Bagaimana kondisi optimal penyerapan logam timbal (Pb) oleh ekstrak

daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata Laurentii) antara lama ekstraksi

dan rasio pelarut:bahan menggunakan metode MAE?

Bagaimana kandungan kimia dalam ekstrak daun lidah mertua

(Sansevieria trifasciata Laurentii) optimum?

1.3 Tujuan

Mengetahui pengaruh faktor lama ekstraksi dan rasio pelarut

etanol:bahan dengan metode MAE terhadap penyerapan logam timbal

(Pb) oleh ekstrak daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata Laurentii).

Mengetahui kondisi optimal penyerapan logam timbal (Pb) oleh ekstrak

daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata Laurentii) antara lama ekstraksi

dan rasio pelarut:bahan menngunakan metode MAE.

Menganalisa kandungan kimia dalam ekstrak daun lidah mertua

(Sansevieria trifasciata Laurentii) optimum.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi

daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata Laurentii) sebagai penyerap atau

biosorben logam timbal (Pb). Senyawa kimia aktif seperti saponin, tanin, dan

flavonoid dalam daun lidah mertua juga belum banyak diketahui dan

dimanfaatkan. Oleh karena itu kedepannya melalui penelitian ini tanaman lidah

mertua maupun senyawa di dalamnya dapat lebih dioptimalkan pemanfaatannya,

baik di industri pangan maupun lingkungan, khususnya berkaitan dengan

penyerapan logam timbal (Pb).

1.5 Hipotesis

Lama ekstraksi dan rasio pelarut:bahan dengan metode MAE berpengaruh

terhadap penyerapan logam timbal (Pb) oleh ekstrak daun lidah mertua

(Sansevieria trifasciata Laurentii).

Page 21: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

1

Page 22: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Lidah Mertua (Sansevieria)

Sansevieria mempunyai banyak nama, yaitu lidah mertua (mother in law

tongue), atau tanaman pedang-pedangan karena bentuk daunnya yang runcing

menyerupai pedang. Beberapa yang lain menyebutnya tanaman ular (snake

plant) karena pada beberapa jenis coraknya menyerupai sisik ular. Lidah mertua

merupakan tanaman yang sudah cukup dikenal di Indonesia. Tanaman ini

merupakan salah satu jenis tanaman hias karena warnanya yang menarik,

bentuknya yang unik, serta perawatannya relative mudah. Lidah mertua termasuk

keluarga Ruscaceae yaitu keluarga tanaman berbunga dengan bentuk daun

keras, tegak, dan ujung meruncing (Pramono, 2008).

Secara umum lidah mertua memiliki akar serabut serta batang pendek dan

beruas. Daun lidah mertua berbentuk pipih, ujung meruncing, lebar 4-9 cm, serta

panjang 15-150 cm, dengan warna hijau bernoda kuning atau putih, serta

bertekstur rata dan halus (Mahardika, 2014). Tanaman ini juga mudah dikenal

dari daunnya yang tebal dan banyak mengandung air (fleshy dan succulent)

sehingga tahan terhadap kekeringan (Pramono, 2008). Lidah mertua termasuk

golongan tanaman daerah kering (zerophytic) yang dapat tumbuh di daerah tropis

dengan kondisi lingkungan yang kering, kurang subur, kurang air, dan curah

hujan rendah (Purwanto, 2006).

Lidah mertua mempunyai banyak jenis, diantaranya yaitu (Purwanto, 2006):

1. Sansevieria cylindrical

Jenis ini memiliki daun berbentuk silinder, ujung meruncing, berwarna hijau

tua belang kelabu, permukaan daun tidak rata, dan tidak mengkilap.

Gambar 2.1 Sansevieria cylindrical (Flora Store, 2016)

Page 23: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

5

2. Sansevieria hahnii

Sansevieria hahnii berbentuk padat dan pendek. Daunnya sangat tebal,

membentuk lekukan setengah lingkaran dan berujung tumpul, sehingga

banyak diminati sebagai tanaman hias dalam pot kecil.

Gambar 2.2 Sansevieria hahnii (Glasshouse Works, 2017)

3. Sansevieria trifasciata

Jenis ini merupakan jenis yang paling umum ditemui di Indonesia. Varietas-

varietas dari Sansevieria trifasciata diantaranya:

a) Sansevieria trifasciata Golden hahnii

Penampilan fisiknya hampir sama dengan Sansevieria hahnii, tetapi

bedanya terletak pada warna daun yaitu hijau muda dengan kombinasi

warna kuning emas dan berbentuk pita pada bagian tepi daun.

b) Sansevieria trifasciata Laurentii

Jenis ini memiliki daun rata dan tumbuh tegak dengan tinggi 40-100 cm.

Bagian pinggir daun berwarna kuning, sedang di bagian tengahnya

berwarna kuning yang menyebar tidak beraturan. Pertumbuhannya paling

cepat dibandingkan dengan varietas lainnya.

Gambar 2.3 Sansevieria trifasciata Laurentii (MNN, 2016)

Page 24: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

6

c) Sansevieria trifasciata Bantel’s sensation

Daunnya tumbuh merapat dan tegak lurus. Antar helai daun

saling bertumpuk simetris dengan warna dasar putih, bercorak hijau.

Pertumbuhannya paling lambat dibandingkan dengan varietas lain.

d) Sansevieria trifasciata Futura

Ciri-cirinya mirip dengan laurentii, tetapi memiliki daun yang lebih lebar

dan lebih pendek. Corak dan warna daunnya lebih jelas dengan bentuk

menyerupai kelopak bunga mawar.

Gambar 2.4 Sansevieria trifasciata Futura (Pinterest, 2015)

e) Sansevieria trifasciata Prain

Spesies ini mempunyai daun panjang yang tajam, tebal dan keras,

dengan warna kelabu berbelang-belang hijau tua.

f) Sansevieria trifasciata Javanica

Tanaman ini merupakan salah satu Sansevieria yang berasal dari

Indonesia. Sansevieria Javanica memiliki karakter daun dengan warna

hijau mengkilat yang dihiasi dengan motif variasi warna silver yang

membujur dan melintang.

4. Sansevieria liberica

Jenis ini memiliki daun yang paling besar dan panjang, tumbuh kokoh ke atas

serta agak tebal. Jika diperhatikan warna daunnya, tampak kombinasi hijau

dan dominan putih.

5. Sansevieria patens

Jenis ini berasal dari Afrika Timur yang mempunyai rimpang tebal berserat,

liat dan lebih pendek dibanding dengan Sansevieria cylindrical. Daun tebal

berbentuk silinder berdiameter 1-2 cm berwarna hijau gelap dan panjang 15-

30 cm.

Page 25: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

7

Gambar 2.5 Sansevieria patens (Trio Nursery, 2016)

6. Sansevieria parva atau Kenya Hyacinth

Jenis ini memiliki rimpang tumbuh pendek didalam tanah dan anakan tumbuh

berimpit dengan tanaman induk. Daunnya tumbuh tegak memanjang dengan

panjang 20-40 cm, lebar 1-2 cm, berwarna hijau muda dengan corak hijau tua

melingkar menyerupai cincin di sepanjang daun.

7. Sansevieria downsii Chahinian

Jenis ini memiliki daun muda berbentuk bulat dan berwarna hijau keperakan

dan akan menjadi hijau tua setelah dewasa; panjang daun sekitar 30

cm, berbentuk meruncing dari ujung ke pangkal dan memiliki duri.

8. Sansevieria scabrifolia

Memiliki daun yang lebarnya 1,5 - 2,5 cm dan panjang 30 - 40 cm, berwarna

hijau muda dengan jumlah daun 10 - 15 helai. Daun relatif tipis dibanding

dengan jenis sansevieria lainnya dan bergelombang.

9. Sansevieria kirkii

Sansevieria kirkii memiliki beragam bentuk daun, tetapi mudah dikenali

karena daunnya tebal, sedikit mengandung air dan bentuknya sedikit

bergelombang. Panjang daun sekitar 30 cm dengan pinggir berwarna merah

marun dan akan mengering seiring dengan pertambahan umurnya.

10. Sansevieria canaliculata

Daun Sansevieria canaliculata berbentuk silinder halus berwarna hijau muda

dengan diameter 1,5 cm.

Page 26: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

8

2.1.1 Kandungan Daun Lidah Mertua

Berdasarkan penelitian Hariana (2007), Sansevieria mengandung banyak

senyawa metabolit sekunder. Bagian tanaman Sansevieria yang banyak

dimanfaatkan yaitu bagian daun dan rimpang atau batangnya. Menurut penelitian

yang dilakukan Philip et al. (2011), Sansevieria mengandung beberapa

antioksidan seperti tanin, saponin, flavonoid, dan alkaloid. Dalam uji fitokimia

yang dilakukan oleh Mimaki et al. (1997), tanaman ini juga mengandung

karbohidrat, glikosida, dan steroid. Komposisi kimia yang terkandung dalam

tanaman Sansevieria secara umum diantaranya adalah ruscogenin, 4-0 methyl

glucoronic acid, beta siti sterol, d-xylose, serat, hemiselulosa, neoruscogenin,

sanseverigenin, pregnane glikosid, saponin, dan tanin (Muhammadah et al.,

2011). Berikut penjelasan singkat mengenai senyawa kimia pada Sansevieria :

a) Tanin

Secara struktural tanin termasuk senyawa fenol yang memiliki berat

molekul besar yang terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang lain,

seperti karboksil untuk membentuk kompleks kuat efektif dengan protein dan

beberapa makromolekul (Horvart, 1981 dalam Palupi, 2013). Tanin dalam

jaringan tumbuhan terletak pada bagian tunas, daun (diatas epidermis

sebagai pelindung dari serangan predator), akar (dalam hypodermis), batang

(pada floem sekunder dan xilem) serta di lapisan antara epidermis dan

korteks (Kristianto, 2013).

Secara kimia, tanin memiliki sifat umum, yaitu memiliki gugus phenol dan

bersifat koloid, serta dapat larut dalam air, metanol, etanol, aseton dan pelarut

organik lainnya. Jika direaksikan dengan garam besi (FeCl3), memberikan

reaksi warna hijau dan biru kehitaman. Sedangan secara fisik, tanin memiliki

berat molekul tinggi, berwarna putih kekuning-kuningan sampai coklat terang,

berbentuk serbuk atau berlapis-lapis seperti kulit kerang, berbau khas dan

mempunyai rasa sepat (astrigent). Warna tanin akan menjadi gelap apabila

terkena cahaya langsung atau dibiarkan di udara terbuka. Tanin juga

mempunyai sifat atau daya bakterostatik, fungistatik dan merupakan racun

(Risnasari, 2002).

Page 27: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

9

Gambar 2.6 Struktur Tanin (Morreno-Arribas dan Polo, 2009)

b) Saponin

Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida ataupun glikosida

steroida yang merupakan senyawa aktif dan bersifat seperti sabun.

Keberadaan saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan

koloidal dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil.

Senyawa saponin dapat pula diidentifikasi dari warna yang dihasilkan dengan

pereaksi Liebermann-Burchard. Warna biru-hijau menunjukkan saponin

steroida, dan warna merah, merah muda, atau ungu menunjukkan saponin

triterpenoida (Harborne, 1996 dalam Gitasari, 2011). Saponin adalah

senyawa polar yang keberadaanya dalam tumbuhan dapat diekstraksi dengan

pelarut semi polar dan polar (Oesman et al., 2010). Saponin merupakan

senyawa dengan rasa pahit menusuk dan dapat menyebabkan bersin dan

bersifat racun bagi hewan berdarah dingin (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Menurut penelitian Mien et al., (2015), kadar saponin pada ekstrak methanol

lidah mertua (Sansevieria trifasciata var. Laurentii) yaitu sebesar 3,1258%.

Gambar 2.7 Struktur Saponin (Chapagain 2005)

Page 28: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

10

c) Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar.

Flavonoid merupakan salah satu kelas dari polifenol yang terdiri dari

beberapa sub kelas seperti flavone, flavonol, flavanonol, flavanon, flavan dan

antosianin Golongan flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum

dan terdapat pada seluruh tumbuhan mulai dari fungus sampai

angiospermae. Flavonoid mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat

tajam, dapat larut dalam air dan pelarut organik, serta mudah terurai pada

temperatur tinggi. Flavonoid mempunyai banyak fungsi, baik bagi tumbuhan

dan manusia. Flavonoid pada tumbuhan berfungsi sebagai pengatur

tumbuhan, pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus. Selain itu,

flavonoid juga dapat menjadi daya tarik serangga untuk melakukan

penyerbukan, karena flavonoid memiliki bau yang tajam serta memberi warna

menarik bagi tumbuhan. Sedangkan bagi manusia, flavonoid dapat berfungsi

sebagai antibiotik terhadap penyakit kanker dan ginjal, menghambat

perdarahan (Rahmat, 2009).

Gambar 2.8 Struktur Flavonoid (Silalahi, 2006)

2.1.2 Manfaat Lidah Mertua

Sansevieria diketahui memiliki keunggulan dibandingkan tanaman lain yaitu

resisten terhadap polutan. Tanaman ini dilaporkan mampu menyerap 107 jenis

polutan di daerah yang padat lalu lintas dan di dalam ruangan yang penuh asap

rokok (Tahir dan Sitanggang, 2008). Hal itu dikarenakan Sansevieria

mengandung berbagai bahan aktif yang mampu mereduksi polutan sehingga

polutan tersebut menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi manusia Mimaki et

al. (1997). Satu tanaman Sansevieria efektif menyerap polutan dalam ruangan

dengan luas 10 m2 (Lingga, 2005).

Page 29: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

11

Menurut penelitian Muhammadah, et al. (2011), semakin bertambah umur

tanaman maka tinggi dan lebar daun Sansevieria akan semakin bertambah, akan

semakin efektif daun tersebut dalam menyerap polutan di udara. Reduksi kadar

CO tertinggi terdapat pada lidah mertua umur 12 bulan dengan kerapatan 8 helai

daun yang mampu mereduksi CO sebesar 81,63 ppm dan reduksi terendah

terdapat pada tanaman lidah mertua umur 6 bulan dengan kerapatan 4 helai daun

yaitu sebesar 52,63 ppm. Berdasarkan penelitian lain yaitu oleh Arnold (2004),

reduksi tertinggi terdapat pada tanaman Sansevieria dengan tinggi 100 cm dan

dapat mereduksi CO sebesar 84,18%. Penelitian menunujukkan bahwa lima helai

daun Sansevieria mampu menetralisir ruangan tercemar yang diakibatkan oleh

nikotin, CO2 dan CO.

Selain sebagai penyerap gas beracun, Sansevieria mampu menyerap

polutan-polutan berbahaya di udara seperti timbal, kholoform, benzene, xylene,

dan trichloroethylene (Fatmawati, 2010). Lidah mertua mampu menyerap logam

berat seperti timbal dan kromium dikarenakan lidah mertua memiliki gugus

hidroksil dan karbonil yang dapat mengikat logam berat melalui ikatan ion-ion

atau ion polar dan ikatan kovalen dengan gugus karbonil (Dewi dan Fachraniah,

2011). Berdasarkan penelitian Yuningsih (2014), hasil analisis elemen dengan

SEM, serbuk lidah mertua mengandung karbon, oksigen, kalsium dan aluminium

yang merupakan komponen utama dalam selulosa, hemiselulosa dan lignin. Hasil

analisis serbuk lidah mertua dengan FTIR juga memperlihatkan bahwa lidah

mertua mengandung hemiselulosa, gugus karboksil (O-H) dan gugus amida (N-

H). Gugus-gugus fungsi tersebut yang berperan dalam adsorpsi logam. Selain itu

menurut penelitian yang sama oleh Yuningsih (2014), kondisi optimal biosorpsi

timbal oleh serbuk Sansevieria trifasciata yaitu pada pH 7, waktu kontak selama

240 min, dengan menggunakan 1.5 gram biosorben. Sedangkan menurut

penelitian Mahdang (2014), diketahui bahwa semakin tua umur lidah mertua,

maka penyerapan timbal akan semakin baik. Dimana dari data yang didapatkan,

penyerapan timbal pada tanaman lidah mertua umur 6 bulan adalah sebesar

154,3 ppm, umur 1 tahun sebesar 274,3 ppm, umur 3 tahun sebesar 453,7 ppm,

umur 5 tahun sebesar 652,9 ppm, dan umur 7 tahun sebesar 965 ppm. Penelitian

lain oleh Yusuf (2015), menunjukkan bahwa tanaman lidah mertua dapat

mengurangi kandungan timbal (Pb) yang terkandung dalam tanah, yaitu mampu

menyerap 56.63% timbal pada konsentrasi 400 ppm.

Page 30: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

12

Manfaat lain dari tanaman Sansevieria, yaitu sebagai tanaman obat untuk

menyembuhkan penyakit diare, tekanan darah tinggi, influensa, batuk dan lain-

lain, serta sebagai elemen taman dan dekorasi, serta bahan alternatif serat tekstil

(Hariana, 2007). Selain itu menurut penelitian Lambogia (2016), ekstrak daun

lidah mertua (Sansevieria trifasciata) mempunyai daya hambat terhadap

pertumbuhan bakteri E. coli dan Streptococcus sp.

2.2 Logam Timbal (Pb)

Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat yang sering juga disebut

dengan istilah timah hitam. Timbal termasuk dalam logam transisi dengan

golongan IVA, mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,20. Titik leleh

timbal adalah 1740oC dan memiliki massa jenis 11,34 g/cm3 (Widowati, 2008).

Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang

aktif sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul

perkaratan. Timbal bersifat lunak dengan warna abu-abu kebiruan mengkilat

(Sunarya, 2006). Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal sangat rapuh dan

mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas, dan air asam.

Timbal dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat, dan asam sulfat pekat (Palar,

2008).

Timbal (Pb) secara alami terdapat di dalam kerak bumi. Logam Pb di alam

tidak dapat didegradasi atau dihancurkan, yang disebut juga sebagai non

essential trace element yang paling tinggi kadarnya. Namun, timbal juga bisa

berasal dari kegiatan manusia bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih

banyak dibandingkan Pb alami. Logam Pb banyak digunakan dalam industri

baterai, kabel, penyepuhan, pestisida, sebagai zat antiletup pada bensin, zat

penyusun patri atau solder, serta sebagai formulasi penyambung pipa. Asap

rokok juga merupakan sumber pemaparan timbal, dimana orang yang merokok

dan menghirup asapnya akan terpapar timbal pada level yang lebih tinggi

daripada orang yang tak terpapar asap rokok. Rokok mengandung 2,4 µg timbal

dan 5% nya terdapat pada asap rokok (Gajawat et al., 2006). Logam Pb juga

terdapat di perairan, baik secara alamiah maupun sebagai dampak dari aktivitas

manusia (Palar, 2008).

Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi

makhluk hidup karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai

Page 31: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

13

dalam jangka waktu lama dan toksisitasnya tidak berubah (Brass dan Strauss,

1981). Akumulasi logam timbal dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai

gangguan kesehatan, seperti osteoporosis, kerusakan organ reproduksi,

kerusakan otak, serta keracunan akut di system syaraf dan peredaran darah.

Timbal masuk ke dalam tubuh manusia melalui penyerapan makanan (65%), air

(20%), dan udara (15%) (Yuningsih, 2014). Selain itu proses masuknya timbal ke

dalam tubuh dapat melalui penetrasi pada kulit. Penyerapan lewat kulit ini dapat

disebabkan karena senyawa ini dapat larut dalam minyak dan lemak. WHO

menetapkan kadar timbal pada darah anak 10 µg/l, dan dewasa 50 µg/l. Timbal

yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman, masuk ke saluran

pencernaan dan akan diikutkan dalam proses metabolisme tubuh (Naria, 2005).

Sedangkan timbal melalui udara masuk ke saluran pernafasan akan terserap dan

berikatan dengan darah paru-paru kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan

organ tubuh (Palar, 2008). Timbal yang diabsorbsi oleh tubuh akan mengikat

gugus aktif enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidratase), dimana enzim ini

berfungsi pada sintesa sel darah merah, sehingga keberadaan logam Pb akan

mengganggu kerja enzim mensintesis sel darah merah. Pada jaringan dan organ

tubuh, logam Pb akan terakumulasi pada tulang karena logam ini berbentuk ion

(Pb2+) mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat pada

jaringan tulang (Fardiaz, 1992 dalam Diana, 2013).

Dampak paparan timbal pada orang dewasa berpengaruh pada tekanan

darah tinggi, keguguran, pria yang kurang subur, gagal ginjal, kehilangan

keseimbangan, gangguan pendengaran, ketulian, dan rusaknya saraf seperti

lambat dalam beraksi. Pada wanita hamil timbal dapat melewati plasenta

kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin yang

menyebabkan janin dalam kandungannya ikut terpapar, sehingga dapat

menyebabkan kelahiran prematur, dan timbal akan dikeluarkan bersama dengan

air susu ibu. Wanita hamil yang terpapar timbal berat badan bayinya rendah,

mengalami toksisitas dan bahkan kematian. Adanya timbal yang berlebihan

dalam tubuh anak akan mengakibatkan kejadian anemia yang terus menerus,

dan akan berdampak pada penurunan intelegensia. Anak dapat menyerap tiga

kali dosis lebih besar dibandingkan orang dewasa karena memiliki perbandingan

permukaan penyerapan dan volume yang lebih besar (Nasution, 2007).

Cemaran logam timbal pada makanan sudah banyak ditemui, baik yang

masih dalam batas aman maupun yang sudah melebihi batas aman yang

Page 32: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

14

ditetapkan BPOM, sehingga dapat membahayakan kesehatan. Batas maksimum

cemaran logam dalam makanan yang telah ditetapkan oleh Dirjen POM dalam

keputusan Dirjen POM Nomor HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009 yaitu 0,25 ppm.

Menurut penelitian oleh Tuloly (2012) terhadap kadar logam timbal pada jajanan

pinggir jalan di Kota Gorontalo, ditemukan kandungan timbal pada gorengan

pisang goreng dan tahu isi, dengan kadar antara 0,65 ppm – 3,86 ppm. Menurut

penelitian Samin et al. (2007), cemaran logam timbal ditemukan pada beberapa

ikan air tawar, yaitu ikan nila, ikan lele, dan ikan mas, meskipun masih dalam

batas aman. Sedangkan menurut penelitian Supriatno dan Lelifajri (2009),

cemaran logam timbal juga ditemukan dalam batas aman pada sampel ikan dan

kerang di Banda Aceh. Menurut penelitian Winarna (2015), ditemukan kandungan

timbal sebesar 0,718 ppm pada buah apel yang dijajakan di pinggir jalan Kota

Palu.

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu metode operasi yang digunakan dalam proses

pemisahan suatu komponen dari campuran dengan menggunakan sejumlah

pelarut (solvent) sebagai tenaga pemisah. Solute merupakan istilah untuk bahan

terlarut yang ingin dipisahkan. Sedangkan hasil dari proses ekstraksi disebut

ekstrak dan biasanya merupakan bahan alam (Dewi, 2005). Ekstrak adalah

sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari tanaman

dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Voight, 1995 dalam Windianingrum,

2015).

Pada dasarnya prinsip ekstraksi adalah melarutkan dan menarik senyawa

dengan menggunakan pelarut yang tepat. Proses pengekstraksian komponen

kimia dalam tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan

masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif kemudian akan

ikut terlarut ke dalam pelarut organik dan berdifusi keluar sel. Proses ini akan

berulang terus hingga terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di

dalam dan di luar sel (Mandal et al., 2007).

Prinsip lain yang utama dalam proses ekstraksi berkaitan dengan kelarutan,

yaitu senyawa polar mudah larut dalam pelarut polar, dan senyawa non polar

mudah larut dalam pelarut non polar (Maulida dan Zulkarnaen, 2010). Selain

memperhatikan kelarutannya, pelarut juga harus memenuhi beberapa syarat yaitu

Page 33: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

15

daya larut terhadap solute cukup besar, tidak melarutkan diluen, memiliki titik

didih yang berbeda dengan solute, tidak beracun, tidak bereaksi dengan solute

maupun diluen, dan murah serta mudah didapat (Emilan et al., 2011). Pemilihan

pelarut mempertimbangkan beberapa faktor diantaranya selektivitas, kelarutan,

viskositas, kesesuaian dengan solute, dan titik didih (Fauzi, 2012).

Menurut Emilan et al., (2011), terdapat beberapa metode untuk melakukan

ekstraksi, diantaranya yaitu :

a) Berdasarkan energi yang digunakan, terbagi menjadi ektraksi cara panas dan

cara dingin.

b) Berdasarkan bentuk fase, ekstraksi dilbagi menjadi ekstraksi cair-cair dan

ekstraksi cair padat.

2.4 Ekstraksi Microwave Assisted Extraction (MAE)

Ekstraksi MAE merupakan metode ekstraksi yang memanfaatkan radiasi

gelombang mikro untuk memanaskan pelarut secara cepat sehingga proses

ekstraksi dapat dilakukan secara cepat, efisien, dan selektif. Gelombang mikro

dalam proses ekstraksi berperan sebagai vektor energi yang mampu menyerap

energi elektromagnetik dan mengubahnya menjadi panas (Jain et al., 2009).

Mekanisme dasar dari pemanasan gelombang mikro disebabkan adanya agitasi

molekul-molekul polar atau ion-ion yang bergerak (oscillate) yang berorientasi

karena adanya gerakan magnetik atau elektrik. Pergerakan partikel-partikel

tersebut dibatasi oleh gaya pembatas, yaitu interaksi antar partikel dan ketahanan

dielektrik yang akan menyebabkan gerakan partikel tertahan dan menjadi

gerakan acak sehingga menghasilkan panas (Taylor, 2005). Panas radiasi

gelombang mikro memanaskan dan menguapkan air sel bahan. Tekanan pada

dinding sel meningkat, akibatnya sel membengkak (swelling), kemudian

mendorong dinding sel dari dalam, meregangkan, dan memecah sel (Calinescu et

al., 2001 dalam Nisa, 2014). Rusaknya matriks bahan mempermudah senyawa

target keluar dan terekstraksi (Jain et al., 2009).

Pemanasan gelombang mikro melibatkan tiga konversi energi, yaitu konversi

energi listrik menjadi energi elektromagnetik, lalu konversi energi elektromagnetik

menjadi energi kinetik, dan kemudian konversi energi kinetik menjadi energi

panas. Pemanasan oleh gelombang mikro berbeda dengan pemanasan

konvensional. Pemanasan gelombang mikro terjadi melalui interaksi langsung

Page 34: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

16

antara material dengan gelombang mikro yang mengakibatkan transfer energi

berlangsung lebih cepat dan berpotensi meningkatkan kualitas produk (Zhang et

al., 2011).

Kelebihan ekstraksi MAE adalah waktu ekstraksi pendek, proses sederhana,

serta kebutuhan pelarut rendah (Jain et al., 2009). Beberapa jenis bahan dapat

diekstrak secara simultan dengan waktu lebih singkat dibanding metode ekstraksi

soxhlet dan menghasilkan rendemen yang menyerupai hasil ekstraksi fluida

superkritis. Ekstraksi MAE cocok digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tidak

tahan terhadap cahaya. Gelombang mikro yang digunakan dalam ekstraksi MAE

juga mengurangi aktivitas enzimatis yang dapat merusak senyawa yang

diekstrak. Hal ini disebabkan karena pemanasan menggunakan gelombang mikro

berdasarkan tumbukan langsung dengan material polar yaitu pelarut dan diatur

oleh dua fenomena yaitu konduksi ionik dan rotasi dipol yang berlangsung

simultan (Salas et al., 2010 dalam Nisa, 2014).

Perbandingan metode MAE dengan metode ekstraksi lainnya dapat dilihat

pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perbandingan Metode MAE dengan Metode Ekstraksi Lain

Parameter Soxhlet

Ultrasonic Assisted

Extraction (UAE)

Microwave Assisted

Extraction (MAE)

Supercritical Fluid

Extraction (SFE)

Berat sampel (gram) 5-10 5-30 0,5-1 1-10 Pelarut Tergantung

sampel Tergantung

sampel Heksana /

Etanol CO2

Volume pelarut (ml) >300 300 10-20 5-25 Suhu (oC) Titik didih Suhu ruang 40-70 50-200 Waktu 16 jam 30 menit 30-45 detik 30-60 menit Tekanan (atm) Normal Normal 1,0-5,0 150-650 Konsumsi energi relatif 1,00 0,05 0,05 0,025 Sumber: Jain et al. (2009)

Menurut penelitian Purwanto (2010), minyak jahe hasil ekstraksi

menggunakan proses MAE memiliki kadar zingiberene yang lebih besar dari

kadar zingiberene yang dihasilkan dari proses ekstraksi dengan pemanasan

konvesional. Metode ekstraksi dengan MAE merupakan metode yang efektif

dibandingkan dengan maserasi karena menghasilkan rendemen senyawa yang

lebih tinggi, suhu yang lebih rendah, dan waktu yang singkat pada ekstraksi

senyawa fenol (Rafiee et al., 2011). Menurut penelitian Mahardika (2014),

rendemen pada ekstraksi Sansevieria trifasciata menggunakan metode MAE

memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu sebesar 6,2% dibandingkan rendemen

ekstraksi Sansevieria trifasciata menggunakan metode PEF yaitu sebesar 5,9%.

Page 35: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

17

Hal ini disebabkan karena pada proses peradiasian menggunakan gelombang

mikro, komponen polar dapat terpisah dan terlarut dalam etanol dengan mudah

dan waktu radiasi dengan gelombang mikro lebih lama dibanding metode PEF.

Menurut penelitian lain oleh Haddadi-Guemghar (2014), ekstraksi MAE pada

buah plum selama 2 menit menghasilkan total fenol dan aktivitas antioksidan

lebih besar dibandingkan metode maserasi selama 24 jam serta metode

soxhletasi selama 24 jam. Sedangkan menurut penelitian oleh Pan et al. (2003),

perbandingan ekstraksi polifenol dari teh dengan maserasi selama 20 jam,

ultrasonik 90 menit, refluks 45 menit dan MAE 4 menit, diperoleh polifenol yang

pada MAE lebih tinggi dibanding metode lainnya.

Proses ektraksi dengan MAE juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a) Jenis Pelarut

Pelarut dipilih berdasarkan kelarutan senyawa target, interaksi antara pelarut

dengan matriks bahan, serta kemampuan pelarut dalam menyerap energi

gelombang mikro (Mandal et al., 2007).

b) Volume Pelarut

Volume pelarut harus cukup untuk memastikan bahwa bahan telah tercelup

seluruhnya ke dalam pelarut selama proses ekstraksi. Pada proses ekstraksi

konvensional, semakin banyak volume pelarut dapat meningkatkan perolehan

ekstrak. Namun pada ekstraksi dengan gelombang mikro, volume pelarut

yang lebih banyak dapat menghasilkan rendemen yang lebih rendah (Mandal

et al., 2007).

c) Lama Ekstraksi

Secara umum, semakin lama ekstraksi, maka jumlah analit terekstrak akan

semakin tinggi. Namun pada ekstraksi dengan gelombang mikro,

membutuhkan waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan metode ekstraksi

lain. Lama ekstraksi juga dipengaruhi oleh nilai dielektrik pelarut. Pelarut

seperti air, methanol, dan etanol yang dipanaskan dengan waktu pemaparan

yang lama akan beresiko merusak senyawa yang tidak tahan panas (Mandal

et al., 2007).

d) Daya Microwave

Daya microwave dan lama ekstraksi merupakan dua faktor yang saling

mempengaruhi. Kombinasi daya yang rendah atau sedang dengan waktu

yang lebih lama akan memberi hasil yang lebih baik karena kombinasi

tersebut dapat menghindari degradasi termal (Gao dan Liu, 2005).

Page 36: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

18

e) Karakteristik Matriks Bahan

Ukuran partikel bahan pada umumnya dalam kisaran 100 mm hingga 2 mm.

Serbuk halus (fine powder) dapat meningkatkan proses ekstraksi karena luas

permukaan yang lebih besar, sehingga mempermudah kontak matriks bahan

dan pelarut. Partikel halus akan memudahkan penetrasi gelombang mikro ke

dalam matriks bahan (Mandal et al., 2007).

f) Suhu Ekstraksi

Semakin tinggi suhu, akan meningkatkan pengeluaran senyawa dari matriks

bahan karena rusaknya sel (Mandal et al., 2007). Saat suhu semakin tinggi,

pengeluaran senyawa dari bagian aktif akibat kerusakan sel juga semakin

meningkat (Jain et al., 2009). Namun suhu tinggi yang berlebihan juga dapat

menyebabkan degradasi termal pada senyawa target.

2.5 Etanol

Etanol atau etil alkohol adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam

kehidupan sehari-hari karena tidak beracun dan emisi CO2 rendah sehingga

ramah lingkungan (Joen, 2007). Dalam kondisi kamar etanol berwujud cairan

yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, mudah larut dalam air,

dan tembus cahaya. Sifat fisik dan kimia etanol bergantung pada gugus hidroksil

(Rizani, 2000). Etanol memiliki titik didih yang rendah dan cenderung aman.

Kelemahan penggunaan pelarut etanol adalah larut dalam air, dan juga

melarutkan komponen lain seperti karbohoidrat, resin, dan gum (Phaza dan

Ramadhan, 2010).

Kelebihan etanol yaitu merupakan pelarut yang paling baik digunakan untuk

mengekstrak bahan-bahan alami yang komponen terbesarnya berupa senyawa-

senyawa polar. Hal ini disebabkan karena etanol memiliki polaritas yang cukup

tinggi, sehingga dapat melarutkan senyawa resin, lemak, minyak, asam lemak,

dan senyawa organik lainnya (Phaza dan Ramadhan, 2010). Etanol cocok

digunakan dalam ekstraksi daun lidah mertua sebab lidah mertua mengandung

beberapa senyawa bersifat polar seperti saponin, tanin, flavonoid, dan glikosida.

Selain itu etanol dipertimbangkan sebagai pelarut karena lebih selektif kapang,

netral, tidak beracun, absorbsinya baik, serta dapat bercampur dengan air

(Dadang, 2008).

Page 37: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

19

Etanol merupakan pelarut yang baik karena memiliki konstanta dielektrik

sebesar 24,3, lebih tinggi dibandingkan pelarut lain seperti aseton dan heksan,

sehingga merupakan pengabsorb salah satu terbaik pada gelombang mikro. Sifat

dielektrik dari pelarut mempengaruhi keberhasilan dan selektifitas dari ekstraksi

dengan gelombang mikro. Selain itu pelarut lain seperti heksan yang bersifat

kurang polar hanya akan melewatkan gelombang mikro sehingga tidak akan

menghasilkan panas pada ekstraksi MAE (Mandal et al., 2007).

Menurut penelitian Handayani (2014), rendemen ekstraksi MAE ampas teh

hijau menggunakan etanol lebih tinggi dibandingkan ekstraksi dengan pelarut

aquades. Begitupula dengan kadar polifenol pada ekstrak ampas teh hijau,

semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi etanol

dibandingkan dengan pelarut aquades. Hal ini disebabkan karena polifenol

bersifat polar sehingga lebih larut dalam pelarut yang polar.Dari penelitian lain

oleh Pratama (2010), rendemen ekstrak Sansevieria cylindrica paling besar

didapatkan dari ekstraksi menggunakan etanol 80%, yaitu sebesar 13.93%, diikuti

oleh metanol 12.74%, akuades 11.62%, dan terakhir aseton 10.94%. Menurut

penelitian oleh Sunilson et al. (2009), ekstraksi menggunakan etanol dari daun

Sansevieria trifasciata dapat memberikan efek analgesik dan antipiretik yang

signifikan pada tikus. Sedangkan dari penelitian Pradipta (2011), pelarut optimum

dalam mengekstrak daun lidah mertua terhadap Staphylococcus aureus IFO

13276 dan Pseudomonas aeruginosa IFO 12689 adalah etanol yang ditunjukkan

dengan luas zona penghambatan sebesar 0,215 cm2. Menurut penelitian lain oleh

Taha et al. (2011), etanol lebih direkomendasikan untuk digunakan dalam proses

MAE dibandingkan pelarut methanol dan aseton.

2.6 Biosorpsi

Penggunaan bahan-bahan biologis sebagai adsorben disebut sebagai

biosorpsi. Menurut Arief et al. (2008), biosorpsi merupakan suatu teknologi untuk

menghilangkan ion logam dan polutan dari limbah dengan menggunakan

biomassa sebagai adsorben. Biosorpsi menunjukkan kemampuan biomassa

untuk mengikat logam berat dalam larutan melalui langkah-langkah metabolisme

atau kimia-fisika, termasuk penghilangan racun dari bahan-bahan yang

berbahaya (Siburian, 2014). Biosorpsi memanfaatkan kemampuan pertukaran

Page 38: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

20

ion, pembentukan kompleks dan penyerapan mikroorganisme untuk menyerap

logam berat (Krisnawati dan Panji, 2007).

Keuntungan penggunaan proses biosorpsi adalah biaya yang relatif murah,

ramah lingkungan, dapat diaplikasikan pada konsentrasi limbah yang rendah

serta kemudahan proses regenerasinya (Ashraf, 2010). Keuntungan pemakaian

biosorben dalam industri adalah bahan baku yang melimpah, murah, proses

pengolahan yang efisien, minimalisasi lumpur yang terbentuk, serta tidak adanya

nutrisi tambahan dan proses regenerasi (Siburian, 2014).

Adsorben yang digunakan dalam proses biosorpsi disebut dengan biosorben.

Berbagai alternatif bahan-bahan biologis dapat digunakan sebagai bahan baku

biosorben, diantaranya adalah alga, fungi dan bakteri. Namun penggunaan

mikroorganisme memiliki beberapa kendala diantaranya yaitu sangat dipengaruhi

oleh kontaminan lain serta adanya kebutuhan perawatan seperti pemberian

nutrisi tambahan (Torresday et al., 2004). Alternatif bahan biologis lain yang

dapat digunakan sebagai bahan baku biosorben adalah produk-produk pertanian.

Komponen yang berperan dalam proses adsorpsi logam berat dengan

adsorben bahan-bahan biologis adalah keberadaan gugus aktif yang ada di

bahan tersebut. Gugus-gugus ini diantaranya adalah gugus acetamido pada kitin,

gugus amino dan phosphat pada asam nukleat, gugus amido, amino, sulphydryl

dan karboksil pada protein serta gugus hidroksil pada polisakarida (Ahalya et al.,

2003). Biosorben yang digunakan dalam biosorpsi umumnya mengandung β-D-

glukosa berulang sebagai komponen utama dinding sel (Miranti, 2012). Gugus-

gugus inilah yang akan menarik dan mengikat logam pada biomassa. Modifikasi

gugus fungsional dapat mengubah sifat-sifat permukaan yang pada akhirnya

akan mempengaruh kemampuan adsorpsi bahan. Untuk meningkatkan

kemampuan adsorpsi, biosorben dapat diaktivasi dengan metode aktivasi kimia

(menggunakan asam atau basa) atau aktivasi termal (dengan pemanasan)

(Tangio, 2013).

Proses biosorpsi logam berat dengan adsorben hayati merupakan proses

yang kompleks dan mekanismenya bisa bervariasi tergantung bahan baku

adsorbennya (Ahalya et al., 2003). Bila didasarkan pada metabolisme sel, maka

mekanisme biosorpsi dapat dibagi menjadi adsorpsi yang tergantung pada

metabolisme sel dan yang tidak tergantung pada metabolisme sel. Bila bahan

baku biosorpsi adalah dari bahan pertanian, maka mekanisme yang mungkin

adalah yang tidak tergantung pada metabolisme sel. Mekanisme biosorpsi pada

Page 39: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

21

bahan-bahan ini umumnya didasarkan pada interaksi kimia fisika antara ion

logam dengan gugus fungsional (Ahalya et al., 2003). Mekanisme ini melibatkan

proses passive uptake, dimana pada saat ion logam berat tersebar pada

permukaan sel, ion akan mengikat pada bagian permukaan sel berdasarkan

kemampuan daya afinitas kimia yang dimilikinya.

Passive uptake dikenal dengan istilah proses biosorpsi. Proses ini terjadi

ketika ion logam berat mengikat dinding sel dengan dua cara yang berbeda,

pertama pertukaran ion di mana ion monovalen dan divalen seperti Na, Mg, dan

Ca pada dinding sel digantikan oleh ion logam berat, dan kedua adalah formasi

kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus fungsional pada komposisi

kimianya seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi, fosfat, dan hidroksi-karboksil

yang berada pada dinding sel. Proses biosorpsi ini bersifat bolak balik dan cepat.

Proses bolak balik ikatan ion logam berat di permukaan sel ini dapat terjadi pada

sel mati dan sel hidup dari suatu biomassa (Suhendrayatna, 2001). Penyerapan

logam timbal oleh ekstrak lidah mertua yaitu melalui mekanisme passive uptake

dimana terjadi interaksi antara logam timbal dengan gugus fungsional pada

senyawa aktif yang terkandung dalam lidah mertua (Yuningsih, 2014).

2.7 Response Surface Methodology (RSM)

RSM merupakan kumpulan teknik statistik untuk mendesain percobaan,

membangun model, mengevaluasi efek dari masing-masing faktor dan mencari

kondisi optimum dari faktor-faktor yang ada untuk respon yang diinginkan.

Metode ini menganalisis beberapa variable bebas yang mempengaruhi variable

tak bebas atau respon serta bertujuan untuk mengoptimalkan respon tersebut

(Guilherme et al., 2007). Metode ini digunakan untuk menentukan nilai dari

peubah bebas yang memaksimalkan respon, mencari fungsi penduga yang tepat

untuk meramalkan respon yang didapat, serta menentukan level dari variable

input yang akan menghasilkan respon maksimal (Drapper dan Lin, 1996 dalam

Windiarsih, 2015).

Salah satu bentuk rancangan permukaan respon ordo kedua yang sering

digunakan dalam proses optimasi adalah rancangan komposit terpusat (Central

Composite Design). Rancangan komposit pusat merupakan suatu rancangan

faktorial 2k atau faktorial sebagian, yang biasanya diberi kode +1 dan -1 ditambah

dengan titik sumbu (0). Pada dasarnya rancangan komposit terpusat adalah

Page 40: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

22

rancangan ordo pertama (2k) yang diperluas melalui titik-titik penambahan

pengamatan pada pusat agar memungkinkan pendugaan koefisien parameter

permukaan respon ordo kedua. Fungsi persamaan matematika dari ordo kedua

dapat dijadikan sebagai kelebihan dalam penggunaan RSM karena

mempermudah dalam meramalkan respon yang akan datang. Penggunaan

rancangan komposit pusat dapat menghemat bahan percobaan karena data yang

diperlukan untuk membangun ordo kedua lebih sedikit (Gasperz, 1992 dalam

Windiarsih, 2015).

2.8 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) atau Spektrofotometri serapan atom

(SSA) merupakan salah satu spektrofotometri yang paling banyak digunakan

untuk analisis logam. Secara garis besar prinsip spektrofotometri serapan atom

sama dengan spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet, tetapi perbedaannya

terletak pada bentuk spektrum, cara pengerjaan sampel dan peralatannya

(Gandjar, 2007).

Metode analisis SSA ini menggunakan prinsip berdasarkan hukum Beer-

Lambert dimana energi yang diserap (absorbansi) sebanding dengan konsentrasi

logam (C) (Khopkar, 1990 dalam Winarna, 2015). Cara kerja spektrofotometri

serapan atom yaitu penguapan larutan sampel, yang kemudian logam yang

terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut

mengabsorpsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda

(Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan.

Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang

tertentu menurut jenis logamnya (Darmono, 1995 dalam Winarna, 2015).

Mekanisme yang terjadi yaitu elektron-elektron dari ion logam diatomisasi ke

orbital yang lebih tinggi dengan cara mengabsorbsi sejumlah energy, misalnya

energi cahaya pada panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang ini khusus

dan spesifik untuk transisi elektron bagi unsur logam tertentu, sehingga setiap

panjang gelombang hanya berkaitan dengan satu unsur logam (Lestari, 2007).

Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-

unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). SSA

memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung

pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk

Page 41: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

23

analisis logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi, analisisnya relatif

sederhana dan cepat, serta interferensinya sedikit (Gandjar, 2007). Metode ini

memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode spektrofotometri

konvensional. Metode serapan atom sangat spesifik, sebab logam-logam yang

membentuk campuran kompleks dapat langsung dianalisa, serta tidak

membutuhkan sumber energi yang besar (Khopkar, 1990 dalam Saputro, 2016).

Page 42: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

24

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan dan Rekayasa

Proses Pangan dan Hasil Pertanian, serta Laboratorium Kimia dan Biokimia

Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Malang. Pengujian biosorpsi timbal oleh ekstrak daun lidah mertua dilakukan di

Laboratorium Kimia Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Malang. Penelitian

dimulai pada bulan September 2016 hingga bulan Mei 2017.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan untuk pembuatan ekstrak daun lidah mertua antara

lain ayakan 40 mesh (W.S. Tyler), timbangan analitik (Denver M-310), pisau,

talenan, toples plastik, oven listrik (Memmert), rotary vacuum evaporator (Buchi

B-490), spektrofotometer (Labomed Inc), corong, baskom, spatula, dan berbagai

macam glassware (gelas beaker, erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur).

Sedangkan alat yang digunakan untuk analisa antara lain

Spektrofotometer Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) Selain itu juga

dibutuhkan alat-alat dalam uji fitokimia antara lain oven listrik (“Memmert”),

timbangan analitik, spektrofotometer UV-Vis, refluks, desikator, vortex, corong,

cawan alumunium, dan berbagai glassware (tabung reaksi, gelas beaker,

erlenmeyer, gelas ukur, pipet volume, dan lain-lain).

3.2.2 Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tanaman

lidah mertua (Sansevieria trifasciata) dengan tinggi 60-90 cm yang diperoleh dari

Pasar Bunga Splendid, Kota Malang. Daun lidah mertua tersebut kemudian

diserbukkan di Materia Medica Kota Batu, dengan pengeringan menggunakan

sinar matahari selama 6 hari. Bahan yang digunakan untuk memperoleh ekstrak

daun lidah mertua antara lain etanol dengan kemurnian teknis 96% yang

didapatkan dari toko bahan kimia “Makmur Sejati” Malang, aquades, tissue,

kertas saring, dan alumunium foil. Sedangkan bahan yang digunakan dalam

proses analisa antara lain larutan timbal standart yang didapatkan dari

Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan dan Hasil Pertanian, aquades, reagen

Page 43: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

25

Folin Denis, reagen Folin Ciocelteu, Na2CO3, asam galat, quercetin, asam tanat,

etil asetat, reagen vanillin, asam perklorat, larutan fenol murni, dan kertas saring.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Response Surface Methodology dengan

rancangan komposit terpusat (central composite design, CCD) faktorial 22.

Terdapat dua faktor dalam penelitian ini yaitu lama ekstraksi (X1) yaitu 60 detik,

120 detik, dan 180 detik, serta rasio pelarut (X2) yaitu 8:1, 10:1, dan 12:1,

keduanya membentuk kode (-1.414, -1, 0, +1, +1.414) dimana nilai -1 sebagai

nilai minimal, nilai 0 sebagai nilai tengah dan nilai +1 sebagai nilai maksimal dari

faktor. Nilai -1.414 dan +1.414 dihasilkan dari perbandingan nilai kedua faktor.

Dalam penelitian ini terdapat 13 perlakuan yang setiap perlakuan mengikuti

rancangan percobaan CCD yang ditunjukkan oleh Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Matriks Rancangan Komposit Terpusat Dalam Rancangan Percobaan

Kode Aktual Respon

Std Run X1 X2 Lama ekstraksi

(detik)

Rasio pelarut (ml)

Penyerapan timbal, %)

11 1 -1.00 -1.00 60.00 8.00

10 2 1.00 -1.00 180.00 8.00

3 3 -1.00 1.00 60.00 12.00

4 4 1.00 1.00 180.00 12.00

7 5 -1,41 0.00 35.16 10.00

2 6 1,41 0.00 204.84 10.00

9 7 0.00 -1,41 120.00 7.17

6 8 0.00 1,41 120.00 12.83

1 9 0.00 0.00 120.00 10.00

12 10 0.00 0.00 120.00 10.00

13 11 0.00 0.00 120.00 10.00

8 12 0.00 0.00 120.00 10.00

5 13 0.00 0.00 120.00 10.00

Page 44: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

26

3.4 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap, yaitu tahap pembuatan serbuk

lidah mertua, tahap ekstraksi daun lidah mertua, tahap pembuatan larutan timbal,

dan tahap biosorpsi timbal dengan ekstrak daun lidah mertua hasil optimasi

ekstraksi MAE.

3.4.1 Pembuatan Serbuk Daun Lidah Mertua

1. Daun lidah mertua segar disortasi untuk mendapat daun dengan ukuran

yang seragam, serta dipisahkan dari bagian yang kering dan kecoklatan,

kemudian dipotong dan diiris dengan ukuran seragam (±2x2 cm) .

2. Pengeringan dalam rumah kaca dengan sinar matahari selama 6 hari di

Materia Medica Kota Batu agar hasil seragam.

3. Serbuk lidah mertua diayak dengan ayakan 40 mesh untuk mendapatkan

serbuk lidah mertua halus.

4. Serbuk lidah mertua yang telah diayak, disimpan dalam dengan silica gel

dalam toples plastik yang dibungkus dengan alumunium foil.

3.4.2 Ekstraksi Daun Lidah Mertua dengan Metode MAE (Modifikasi Zou

et.al., 2012)

1. Serbuk lidah mertua ditimbang sebanyak 25 gram, lalu dimasukkan dalam

erlenmeyer dan ditambahkan pelarut etanol dengan volume sesuai

rancangan percobaan (v/b).

2. Erlenmeyer diletakkan di atas magnetic stirrer selama 15 menit untuk

memberi waktu penetrasi pelarut ke dalam bahan.

3. Erlenmeyer dimasukkan dalam microwave oven dengan suhu diatur 30oC

dan lama ekstraksi sesuai rancangan percobaan (detik).

4. Setelah proses ekstraksi dengan MAE selesai, sampel didinginkan pada

suhu ruang.

5. Supernatan lalu dipisahkan dari filtrate dengan dilewatkan pada kertas

saring sehingga diperoleh filtrat lidah mertua bebas ampas.

6. Filtrat lidah mertua yang didapatkan kemudian dipekatkan dengan rotary

vacuum evaporator dengan suhu 50OC, kecepatan 65 rpm, sehingga

didapatkan konsentrat pekat ekstrak daun lidah mertua.

7. Konsentrat ekstrak daun lidah mertua disimpan dalam botol dan

diletakkan dalam lemari pendingin hingga siap dianalisa.

Page 45: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

27

3.4.3 Pembuatan Larutan Timbal 500 ppm

Larutan induk timbal 1000 ml dipipet sebanyak 50 ml lalu dimasukkan ke

dalam gelas ukur 100 ml. Setelah itu ditambahkan aquades hingga tanda

batas sehingga dihasilkan larutan timbal dengan konsentrasi 500 ppm.

3.4.4 Biosorpsi Timbal dengan Ekstrak Daun Lidah Mertua

1. Larutan timbal konsentrasi 500 ppm dimasukkan ke dalam erlenmeyer

kemudian ditambahkan 1 gram konsentrat ekstrak daun lidah mertua.

2. Erlenmeyer diletakkan di atas magnetic stirrer selama 10 menit dengan

kecepatan skala 9 (maksimum).

3. Larutan didiamkan selam 240 menit untuk memberi waktu ekstrak daun

lidah mertua kontak dengan timbal.

4. Perhitungan penyerapan timbal yaitu sebagai berikut :

% penyerapan timbal =𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 (𝑝𝑝𝑚)

500 𝑝𝑝𝑚 × 100%

3.4.5 Optimasi Ekstraksi MAE Serbuk Daun Lidah Mertua

1. Analisa ekstrak daun lidah mertua dengan MAE kemudian dianalisis lebih

lanjut dengan software Design Expert 7.0 untuk melihat respon persen

penyerapan timbal optimum hasil analisa AAS serta mendapatkan lama

ekstraksi dan rasio pelarut:bahan yang optimum terhadap respon

penyerapan timbal.

2. Hasil analisa dengan software Design Expert 7.0 kemudian diverifikasi

dengan melakukan ekstraksi MAE serbuk daun lidah mertua

menggunakan lama ekstraksi dan rasio pelarut:bahan optimum yang

didapatkan, serta membandingkan respon yang didapat dengan hasil

analisis sotware Design Expert 7.0.

3.5 Pengamatan dan Analisa Data

Pengamatan penyerapan timbal dengan ekstrak daun lidah mertua,

dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

(Modifikasi SNI 06-6989.8-2004) untuk analisa biosorpsi ekstrak daun lidah

mertua terhadap logam timbal. Selain itu juga dilakukan uji total fenol (De Aguiar

et al., 2015), uji flavonoid (Atanassova et al., 2011) uji saponin (Ben et al., 2014)),

serta uji tanin (Andriyani et al., 2010).

Setelah didapatkan data, kemudian dilakukan pengolahan data hasil uji

optimasi dengan menggunakan software Design Expert DX 7.0.0 untuk

Page 46: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

28

mendapatkan kondisi optimum dari kedua respon tersebut dan metode deskriptif

dengan menggunakan Microsoft Excel serta ditampilkan dalam bentuk tabel.

Diperlukan verifikasi sebagai pengecekan apakah nilai respon optimum

dari kombinasi perlakuan dua variable bebas (lama ekstraksi dan rasio

pelarut:bahan) hasil perhitungan dengan Design Expert DX 7.0.0 telah sesuai

dengan nilai yang dihasilkan dalam analisa penelitian serta dapat memberikan

respon yang optimal. Proses verifikasi dilakukan sebaiknya dilakukan minimal tiga

kali ulangan dengan tingkat kesalahan kurang dari 5% untuk memastikan

keakuratan data.

3.6 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

3.6.1 Pembuatan Serbuk Daun Lidah Mertua

Penyerbukan oleh Materia Medica Kota Batu

Pengayakan dengan ayakan 40 mesh

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Serbuk Lidah Mertua

3.6.2 Ekstraksi Daun Lidah Mertua dengan MAE

Timbang sebanyak 25 gram

Masukkan dalam Erlenmeyer

Ekstraksi dengan microwave oven suhu 30oC

selama 35,16, 60, 120, 180, 204.84 detik

Penyaringan dengan kertas saring

Daun Lidah Mertua segar

Bubuk Daun Lidah Mertua

Pelarut etanol, rasio pelarut:bahan (8:1, 10:1, 12:1, 7,17:1, 12,83:1)

(v/b)

Bubuk daun Lidah Mertua

Supernatan

Ampas

Analisa: Kadar Air Flavonoid Total Fenol Saponin Tanin

Page 47: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

29

Evaporasi dengan rotary evaporator suhu 50OC, 65 rpm, 200mBar

Gambar 3.2 Diagram Alir Ekstraksi Daun Lidah Mertua Dengan MAE

(Modifikasi Zou et.al.,2012)

3.6.3 Analisa Biosorpsi

a) Persiapan Larutan Timbal 500 ppm

Dipipet sebanyak 25 ml

Dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml

Ditambah aquades hingga tanda batas

Gambar 3.3(a) Diagram Alir Pembuatan Larutan Timbal

Konsentrat ekstrak daun lidah mertua

Larutan timbal standar

Larutan timbal 500 ppm

Supernatan

Analisa:

Flavonoid

Total Fenol

Saponin

Tanin

Page 48: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

30

b) Biosorpsi Timbal dengan Ekstrak Daun Lidah Mertua

Ambil 25 ml

Masukkan dalam erlenmeyer

Pengadukan dengan magnetic stirrer

kecepatan skala 9 selama 10 menit

Biosorpsi selama 240 menit

Penyaringan dengan kertas saring

Gambar 3.3(b) Diagram Alir Biosorpsi Timbal dengan Ekstrak Daun Lidah Mertua

(Modifikasi Yuningsih, 2014)

3.6.4 Optimasi Ekstraksi Daun Lidah Mertua

Analisa dengan software Design Expert 7.0

Gambar 3.4 Diagram Alir Optimasi Ekstraksi Daun Lidah Mertua

Konsentrasi Pb hasil biosorpsi dengan ekstrak daun lidah mertua X1 = 60 detik; X2 = 8:1 X1 = 180 detik; X2 = 8:1 X1 = 60 detik; X2 = 12:1 X1 = 180 detik; X2 = 12:1 X1 = 35,16 detik; X2 = 10:1 X1 = 204,8 detik; X2 = 10:1

X1 = 120 detik; X2 = 7,17:1 X1 = 120 detik; X2 = 12,83:1 X1 = 120 detik; X2 = 10:1

Ekstrak daun lidah mertua dengan % penyerapan Pb optimal

Larutan timbal 500 ppm Ekstrak daun lidah

mertua

X1 = 60 detik; X2 = 8:1

X1 = 180 detik;

X2 = 8:1

X1 = 60 detik; X2 = 12:1

X1 = 180 detik;

X2 = 12:1

X1 = 35,16 detik;

X2 = 10:1

X1 = 204,8 detik; X2 = 10:1

X1 = 120 detik;

X2 = 7,17:1

X1 = 120 detik; X2 = 12,83:1

X1 = 120 detik;

X2 = 10:1

Ekstrak daun lidah mertua setelah biosorpsi timbal

Analisa SSA

λ = 283,3 nm

untuk mengetahui

% penyerapan Pb

Page 49: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

31

3.6.5 Verifikasi Hasil Optimasi Ekstraksi daun lidah mertua

Timbang sebanyak 25 gram

Masukkan dalam Erlenmeyer

Pengadukan dengan magnetic stirrer selama 15 menit

Ekstraksi dengan microwave oven suhu 30oC

dengan lama ekstraksi optimal

Pendinginan pada suhu ruang

Penyaringan dengan kertas saring

Evaporasi dengan rotary evaporator suhu 50OC, 65 rpm, 200mBar

Timbang sebesar 0,25 gram

Tambahkan ke dalam 25 ml larutan timbal

Pengadukan dengan magnetic stirrer kecepatan skala 9 selama 10 menit

Biosorpsi selama 240 menit

Penyaringan dengan kertas saring

Gambar 0.5 Diagram Alir Verifikasi Hasil Optimasi

Ekstraksi Daun Lidah Mertua dengan MAE

Bubuk Daun Lidah Mertua

Pelarut etanol,

rasio pelarut:bahan

optimal

Supernatan

Ekstrak daun lidah mertua optimal

Ampas

Analisa:

Konsentrasi Pb

Flavonoid

Total Fenol

Saponin

Tanin

Ekstrak daun lidah mertua hasil verifikasi optimasi dengan

biosorpsi Pb optimal

Page 50: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakterisasi Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun lidah

mertua segar dengan panjang daun antara 60-90 cm. Daun lidah mertua

didapatkan dari Pasar Bunga Splendid, Kota Malang, Jawa Timur. Daun lidah

mertua yang didapat, disortir lalu dikeringkan dengan sinar matahari selama 6

hari. Daun lidah mertua segar yang telah dikeringkan kemudian dilakukan

pengahalusan sehingga didapatkan daun lidah mertua dalam bentuk serbuk.

Serbuk daun lidah mertua hasil pengeringan, diayak dengan ayakan 40 mesh

untuk mendapatkan serbuk dengan ukuran seragam, serta memiliki karakteristik

serbuk berwarna hijau pucat dan berbau khas daun kering.

Selanjutnya dilakukan karakterisasi bahan baku daun lidah mertua yang

dengan melakukan analisa kadar air bahan. Pengukuran kadar air bahan baku ini

meliputi analisa kadar air awal daun lidah mertua segar dan serbuk daun lidah

mertua setelah pengeringan. Hasil pengukuran kadar air daun lidah mertua segar

dan serbuk daun lidah mertua seperti yang disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Analisa Kadar Air (%b/b) Daun Lidah Mertua

a. Gitasari, 2011

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kadar air daun lidah mertua

segar sebesar 92,68%. Sedangkan menurut penelitian oleh Gitasari (2011), kadar

air daun lidah mertua segar (Sansevieria trifasciata var. Prain) sebesar 90,60%.

Hasil penelitian tidak jauh berbeda dengan literatur tersebut, dimana perbedaan

yang terjadi dapat disebabkan karena perbedaan varietas daun lidah mertua yang

digunakan. Kemudain kadar air daun lidah mertua dalam bentuk serbuk yaitu

sebesar 10,83%. Menurut Winarno (2004), kadar air yang baik adalah kurang dari

10%, karena pada tingkat kadar air tersebut waktu simpan sampel relatif lebih

lama. Namun, kadar air serbuk daun lidah mertua yang didapat memiliki kadar air

Sampel Hasil Analisa Kadar Air (%) Literatur Kadar Air (%)

Daun Lidah Mertua 92,68 ± 0,52 90,60a

Serbuk Daun Lidah Mertua 10,83 ± 0,63 -

Keterangan : 1) Setiap data hasil analisa merupakan rerata dari 2 ulangan ± standar deviasi a = Gitasari (2011)

Page 51: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

33

lebih dari 10%, sehingga serbuk daun lidah mertua memiliki daya simpan yang

tidak lama. Kadar air dapat mempengaruhi sifat-sifat fisik (kekerasan dan

kekeringan) dan perubahan kimia (kerusakan mikrobiologis dan perubahan

enzimatis).

Selain itu dilakukan juga uji fitokimia meliputi perhitungan kadar total fenol,

kadar flavonoid, kadar tanin, dan kadar saponin pada daun lidah mertua segar

serta serbuk daun lidah mertua. Hasil uji fitokimia daun lidah mertua segar daun

serbuk daun lidah mertua disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Uji Fitokimia Daun Lidah Mertua dan Serbuk Daun Lidah Mertua

Sampel Total Fenol

(mg/g sampel)

Flavonoid

(mg/g sampel)

Tanin

(mg/g sampel)

Saponin

(mg/g sampel)

Daun Lidah Mertua 3,85 ± 0,21 0,07 ± 0,02 0,17 ± 0,01 38,85 ± 3,1

Serbuk Daun Lidah

Mertua

5,12 ± 0,11 1,40 ± 0,07 5,49 ± 0,03 29,74 ± 5,6

Dari hasil pengujian fitokimia, secara umum didapatkan bahwa kadar total

fenol, total flavonoid, dan kadar tanin pada sampel daun lidah mertua lebih kecil

dibandingkan serbuk daun lidah mertua. Kadar total fenol, total flavonoid, dan

kadar tanin daun lidah mertua secara berurutan yaitu 3,85 mg/g sampel, 0,07

mg/g sampel, dan 0,17 mg/g sampel. Sedangkan pada serbuk daun lidah mertua

secara berurutan yaitu 5,12 mg/g sampel, 1,40 mg/g sampel, dan 5,49 mg/g

sampel. Kadar saponin pada daun lidah mertua segar sebesar 3,85 mg/g sampel

dan pada serbuk daun lidah mertua sebesar 29,74 mg/g sampel. Daun lidah

mertua yang telah dikeringkan menjadi serbuk mempermudah pelarut untuk

kontak dengan senyawa pada bahan. Hal ini sesuai dengan literatur yang

menyebutkan bahwa pengeringan jaringan tanaman bertujuan untuk

mempertahankan kandungan metabolit dalam tanaman sehingga proses

metabolisme terhenti, menurukan aktivitas enzim yang dapat menguraikan

senyawa aktif, serta untuk merusak sel-sel tanaman sehingga mempermudah

kerja pelarut (Mursito, 2002). Selain itu peningkatan kadar senyawa aktif setelah

pengeringan dapat disebabkan karena menurunnya kadar air pada bahan

sehingga kadar senyawa dan padatan lain pada bahan meningkat.

Keterangan : 1) Setiap data hasil analisa merupakan rerata dari 2 ulangan ± standar deviasi

Page 52: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

34

4.2 Proses Ekstraksi MAE Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata var.

Laurentii)

Bahan yang digunakan dalam proses ekstraksi ini adalah daun lidah

mertua segar yang telah dikeringkan dan diayak sehingga didapatkan sampel

daun ldah mertua dalam bentuk serbuk. Serbuk daun lidah mertua tersebut

diekstrak dengan metode Microwave Assisted Extraction (MAE).

Ekstraksi merupakan suatu metode pemisahan dengan tujuan untuk

menarik komponen yang diinginkan dari suatu bahan. Sampel daun lidah mertua

yang diekstraksi dalam bentuk serbuk karena ukuran partikel yang lebih kecil

akan meningkatkan kelarutan bahan dalam pelarut sehingga diharapkan kadar

senyawa bioaktif yang terekstrak juga akan semakin meningkat. Menurut Treybal

(1981), tanaman memiliki dinding sel yang akan menghambat laju difusi ekstraksi,

sehingga perlu dilakukan pengecilan ukuran sebelum dilakukan proses ekstraksi

untuk merusak dinding sel tersebut agar pelarut lebih mudah berdifusi ke dalam

bahan.

Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi dengan bantuan gelombang

mikro yaitu dengan metode Microwave Assisted Extraction (MAE). Radiasi

gelombang mikro dapat memanaskan pelarut secara cepat dan efisien sehingga

ekstraksi dapat dilakukan dengan cepat untuk mengekstrak senyawa secara

selektif dari bahan (Jain, 2009). Alat microwave yang digunakan dalam penelitian

ini telah dimodifikasi dengan penambahan komponen pendingin atau kondensor

serta pompa vakum. Modifikasi alat MAE ini diharapkan dapat mencegah agar

bejana tidak cepat mengering serta mencegah kerusakan komponen yang rentan

terhadap suhu tinggi. Selain itu, dengan adanya pompa vakum dapat mengurangi

kehadiran oksigen saat proses ekstraksi berlangsung sehingga dapat mencegah

degradasi senyawa bioaktif yang rentan terhadap oksigen (Xiao et al., 2012).

Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol teknis 96%.

Etanol adalah salah satu turunan dari senyawa hidroksil dengan rumus kimia

C2H5OH (Hambali, 2008). Pemilihan pelarut yang digunakan pada ekstraksi MAE

berdasarkan kelarutan senyawa target yang ingin diekstrak, interaksi antara

pelarut dan matriks bahan, serta penyerapan energi gelombang mikro pelarut

(Xiao et al., 2012). Menurut penelitian terdahulu oleh Taha et al. (2011), etanol

lebih direkomendasikan untuk digunakan dalam proses MAE dibandingkan

pelarut methanol dan aseton. Menurut penelitian oleh Rahim (2016) mengenai

karakterisasi ekstrak kering daun lidah mertua, kadar senyawa yang larut dalam

Page 53: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

35

etanol lebih besar yaitu 39,2397%. Dibandingkan kadar senyawa yang larut

dalam air sebesar 11,547%.

Serbuk daun lidah mertua diekstrak dengan menggunakan MAE-

modififikasi dengan lama ekstraksi dan rasio pelarut:bahan sesuai rancangan

percobaan. Hasil ekstraksi yang didapatkan lalu disaring dengan kertas saring

halus untuk memisahkan filtrat dari residu. Filtrat yang didapat dari proses

penyaringan kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator

vakum kecepatan 65 rpm suhu 50oC. Penentuan titik akhir proses pemekatan

ekstrak adalah pada saat sudah tidak ada pelarut yang menetes. Ekstrak pekat

yang didapatkan kemudian disimpan dalam wadah dan diletakkan dalam lemari

pendingin bersuhu 4oC sebelum dianalisa lebih lanjut untuk menjaga agar

senyawa bioaktif dalam sampel tidak cepat mengalami kerusakan.

4.3 Hasil Optimasi Lama Ekstraksi dan Rasio Pelarut:Bahan terhadap

Penyerapan Logam Timbal

Optimasi lama ekstraksi dan rasio pelarut:bahan dilakukan menggunakan

Response Surface Methodology (RSM) dengan desain komposit terpusat (central

composite design) pada software Design Expert 7.1.5. Batas atas faktor lama

ekstraksi pada penelitian ini yaitu 180 detik, dengan titik tengah 120 detik, dan

batas bawah 60 detik. Sedangkan batas atas faktor rasio pelarut:bahan yaitu

12:1, dengan titik tengah 10:1, dan batas bawah 8:1. Rancangan penelitian

dengan desain komposit terpusat dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Rancangan Desain Komposit Terpusat

Faktor Satuan -1 +1 -alpha +alpha

Lama ekstraksi detik 60 180 35,15 204,85

Rasio pelarut ml 8 12 7.17 12.83

Hasli analisis penyerapan logam timbal oleh ekstrak daun lidah mertua

ditunjukkan oleh persen penyerapan timbal dalam % dan berkisar antara 6.25%-

80.35% Data hasil analisis respon penyerapan logam timbal dapat dilihat pada

Tabel 4.4 untuk menemukan titik optimal penyerapan logam timbal oleh ekstrak

daun lidah mertua.

Page 54: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

36

Tabel 4.4 Data Hasil Analisis Respon Penyerapan Logam Timbal

Std Run Variabel

Kode (X1)

Variabel

Kode (X2)

Lama

ekstraksi

(detik)

Rasio

Pelarut (ml)

Respon

Penyerapan

Timbal (%)

11 1 0.00 0.00 120.00 10.00 31.11

10 2 0.00 0.00 120.00 10.00 23.78

3 3 -1.00 1.00 60.00 12.00 80.35

4 4 1.00 1.00 180.00 12.00 16.00

7 5 0.00 -1.41 120.00 7.17 42.43

2 6 1.00 -1.00 180.00 8.00 70.68

9 7 0.00 0.00 120.00 10.00 20.50

6 8 1.41 0.00 204.85 10.00 20.35

1 9 -1.00 -1.00 60.00 8.00 6.25

12 10 0.00 0.00 120.00 10.00 29.82

13 11 0.00 0.00 120.00 10.00 23.06

8 12 0.00 1.41 120.00 12.83 51.06

5 13 -1.41 0.00 35.15 10.00 37.86

Pada Tabel 4.4 menunjukan faktor lama ekstraksi dan rasio pelarut:bahan

ekstraksi MAE daun lidah mertua berpengaruh terhadap penyerapan logam

timbal. Penyerapan logam timbal tertinggi pada variabel lama ekstraksi 60 detik

dan rasio pelarut 12:1, sedangkan penyerapan logam timbal terendah pada

variabel lama ekstraksi 60 detik dan rasio pelarut 8:1. Data hasil analisis yang

telah dimasukan ke dalam Design Expert 7.1.5, selanjutnya akan didapatkan hasil

analisa ragam, prediksi model persamaan yang diperoleh, dan penentuan titik

optimum pada respon.

4.4 Hasil Analisis Permukaan Respon

4.4.1 Evaluasi Model Respon

Pemilihan model dilakukan dengan 3 tahap yaitu berdasarkan jumlah

kuadrat dari urutan model (Sequential Model Sum of Squares), berdasarkan

pengujian ketidaktepatan model (lack of fit), dan berdasarkan ringkasan model

statistik (Summary of Statistic). Pemilihan model berdasarkan jumlah kuadrat dari

urutan model (Sequential Model Sum of Squares) didasarkan pada nilai P kurang

dari 5% atau p-value < 0,05. Hasil pemilihan model urutan jumlah kuadrat respon

penyerapan timbal dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Page 55: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

37

Tabel 4.5 Data Hasil Pemilihan Jumlah Kuadrat Respon Penyerapan Logam Timbal

Sumber

Keragaman

Jumlah

kuadarat

Derajat

Bebas

Kuadrat

tengah

F

hitung

p-value

(Prob>F)

Keterangan

Mean 15802.74 1 15802.74

Linear 201.17 2 100.59 0.19 0.8321

2FI 4146.07 1 4146.07 30.43 0.0004

Quadratic 1000.57 2 500.29 15.51 0,0027 Suggested

Cubic 83.65 2 41.83 1.47 0,3142 Aliased

Residual 142.14 5 28.43

Total 21376.34 13 1644.33

Penentuan model didasarkan pada nilai P kurang dari 5%. Tabel 4.5

menunjukan hasil penelitian model berdasarkan jumlah kuadrat dari urutan

model. Model yang disarankan oleh Design Expert 7.1.5 adalah model kuadratik

dikarenakan nilai P pada model kuadratik kurang dari 5% yaitu sebesar 0,27% (p-

value 0,0027%). Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan model lain, sehingga

disarankan untuk menggunakan model kuadratik.

Pemilihan model berdasarkan pengujian ketidaktepatan model (lack of fit)

dianggap tepat apabila nilai P lebih dari 5% atau p-value > 0,05 yang

menandakan ketidaktepatan model berpengaruh tidak signifikan. Hasil pemilihan

model berdasarkan ketidaktepatan model dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Data Hasil Analisis Pemilihan Model Berdasarkan Pengujian Ketidaktepatan

(Lack of Fit) Respon Penyerapan Logam Timbal

Sumber

linear

Jumlah

kuadarat

Derajat

Bebas

Kuadrat

tengah

F

hitung

p-value

(Prob>F)

Keterangan

Linear 5288.51 6 881.42 42.01 0.0014

2FI 1142.44 5 228.49 10.89 0.0191

Quadratic 141.87 3 47.29 2.25 0.2243 Suggested

Cubic 58.21 1 58.21 2.77 0.1711 Aliased

Pure Error 83.93 4 20.98

Penentuan model didasarkan pada nilai P lebih dari 5%. Tabel 4.6

menunjukan hasil penelitian model berdasarkan ketidaktepatan model. Model

yang disarankan oleh Design Expert 7.1.5 adalah model kuadratik dikarenakan

Page 56: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

38

nilai P pada model kuadratik sebesar 22.43% (p-value 0,2243%). Nilai tersebut

lebih besar dibandingkan model lain.

Pemilihan model berdasarkan ringkasan model statistik (Summary of

statistic) didasari oleh niai R2 tertinggi, serta nilai PRESS dan standar deviasi

terendah. Nilai standar deviasi menunjukan tingkat keragaman data, semakin

rendah nilai standar deviasi rendah maka data makin seragam. Sedangkan

semakin kecil nilai PRESS (Prediction Error Sum of Squares) menunjukkan

kemungkinan kesalahan data semakin kecil (Santoso, 2008). Nilai R2 berkisar

antara 0-1, dimana semakin mendekati nilai 1 maka pengaruh variabel penduga

terhadap variabel tergantung semakin kuat (Nawari, 2010). Variabel penduga

pada penelitian ini yaitu lama ekstraksi dan rasio bahan:pelarut. Sedangkan

variabel tergantung adalah respon penyerapan timbal. Hasil pemilihan model

berdasarkan ringkasan model statistik dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Data Hasil Analisis Pemilihan Model Berdasarkan Ringkasan Statistik Respon

Penyerapan Logam Timbal

Sumber

linear

Standar

deviasi

R-

squared

Adjusted R-

squared

Predicted

r-squared PRESS

Keteranga

n

Linear 23.18 0.0361 -0.1567 -1.0334 11333.52

2FI 11.67 0.7800 0.7065 0.4098 3289.30

Quadratic 5.68 0,9595 0,9306 0,7955 1139.96 Suggested

Cubic 5.33 0,9745 0,9388 0,3080 3856.71 Aliased

Desain terbaik difokuskan pada nilai maksimal adjusted R2 dan predicted

R2 (Montgomery, 2016). Tabel 4.7 menunjukan hasil penelitian model

berdasarkan ringkasan statistik dari urutan model. Model yang disarankan oleh

Design Expert 7.1.5 adalah model kuadratik dikarenakan nilai R2, adjusted R2 dan

predicted R2 maksimal yaitu masing-masing sebesar 0.9306 dan 0.7955. Selain

itu, pemilihan model juga didasarkan nilai PRESS yang paling kecil yaitu sebesar

1139.96 dan standar deviasi sebesar 5.68. Model kuadratik dipilih karena pada

penelitian kali ini menggunakan 2 faktor, sedangkan model kubik tidak dihiraukan

karena tidak dapat digunakan jika faktor kurang dari 3.

Page 57: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

39

4.4.2 Hasil Analisis Ragam dari Permukaan Respon

Hasil analisis ragam (ANOVA) respon penyerapan logam timbal oleh

ekstrak etanol daun lidah mertua dapat ditinjau dari nilai p-value dan

ketidaktepatan (lack of fit) dengan nilai p-value < 0,05 (P < 0,05), dan nilai lack of

fit yang tidak signifikan. Hasil analisis ANOVA respon penyerapan timbal dapat

dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil Analisa Ragam (ANOVA) Pada Respon Penyerapan Logam Timbal Model

Kuadratik

Source Sum of

Squares df

Mean

Square F Value

p-value

Prob > F Statement

Model 5347.82 5 1069.56 33.16 < 0,0001 Signifikan

A-lama

ekstraksi 76.16 1 76.16 2.36 0.1683 Tidak Signifikan

B-rasio

pelarut:bahan

125.01 1 125.01 3.88 0.0897 Tidak Signifikan

AB 4146.07 1 4146.07 128.54 <0.0001 Signifikan

A2 65.75 1 65.75 2.04 0.1964 Tidak Signifikan

B2 984.16 1 984.16 30.51 0.0009 Signifikan

Residual 225.79 7 32.26

Lack of fit 141.87 3 47.29 2,25 0,2243 Tidak Signifikan

Pure error 83.93 4 20.98

Cor Total 5573.61 12

Tabel 4.8 menunjukan hasil analisa ragam (ANOVA) respon model

kuadratik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan logam

timbal. Hal tersebut ditujukan dengan nilai P kurang dari 5% (p-value < 0,05) yaitu

<0,0001 (0,01%), dengan demikian model kuadatik sesuai dalam menunjukan

pola nilai respon penyerapan logam timbal. Lama ekstraksi (A) dan rasio pelarut

etanol:bahan (B) tidak berpengaruh signifikan terhadap respon penyerapan timbal

karena p-value A sebesar 0,1683 dan p-value B sebesar 0,0897, dimana nilai

kedua p-value tersebut lebih dari 0,05 (p>0,05). Tabel ANOVA tersebut

menunjukkan bahwa interaksi antar faktor yaitu antara lama ekstraksi dan volume

pelarut etanol (AB) memberi pengaruh signifikan terhadap respon penyerapan

timbal yaitu dengan p-value <0,0001 (p<0,05).

Page 58: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

40

Berdasarkan hasil Analisa Ragam (ANOVA) pada respon rendemen

model kuadratik akan memberikan persamaan model yang diberikan oleh

program Design Expert 7.1.5. Berikut merupakan persamaan aktual dari model

yang terpilih terhadap respon penyerapan timbal yang dihasilkan:

Y = -0,23744 + 2,42654 X1 – 1,01199 X2 – 0,010732 X1X2 + 8,53958E-004 X12 +

4,75770E-003 X22

Keterangan: Y = Respon penyerapan timbal X1 = Lama ekstraksi X2 = Rasio pelarut etanol

Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui nilai respon

penyerapan timbal yang akan didapatkan jika lama ekstraksi dan rasio pelarut

etanol yang diperlukan berbeda atau sebaliknya.

Gambar 4.1 Grafik Kontur Plot Respon Penyerapan Timbal

Page 59: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

41

Gambar 4.2 Grafik 3D Faktor terhadap Respon Penyerapan Timbal

Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 merupakan grafik respon penyerapan timbal

oleh ekstrak daun lidah mertua. Titik optimum optimasi ditunjukkan dengan titik

(node) berwarna merah. Zona warna merah menunjukkan semakin optimum nilai

respon, sedangkan semakin mendekati zona biru menunjukkan nilai respon

semakin rendah. Grafik tersebut menunjukkan bahwa titik optimum respon

penyerapan timbal pada lama ekstraksi 60 detik dan rasio pelarut:bahan sebesar

12:1, yang ditunjukkan dengan zona berwarna merah terang.

Berdasarkan Gambar 4.2, menunjukkan bahwa faktor lama ekstraksi (A2)

membentuk kurva melengkung dan menunjukkan bahwa lama ekstraksi MAE

tidak berpengaruh signifikan terhadap respon penyerapan timbal. Hal ini dapat

disebabkan karena interval faktor lama ekstraksi yang digunakan terlalu kecil

sehingga peningkatan respon tidak signifikan. Selain itu Gambar 4.2 juga

menunjukkan bahwa faktor rasio pelarut:bahan (B2) membentuk kurva kuadratik

cembung yang menunjukkan bahwa B2 berpengaruh signifikan terhadap respon

penyerapan timbal. Jaynudin (2014) menyatakan semakin banyak pelarut akan

memperbesar luas area kontak antara pelarut dengan padatan yang terjadi

sehingga akan mempercepat difusi pelarut ke dalam bahan maupun sebaliknya.

Interaksi kedua faktor yaitu lama ekstraksi (A) dan rasio pelarut:bahan (B)

juga berpengaruh signifikan terhadap respon. Interaksi yang terjadi antara kedua

faktor berbanding terbalik, yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pada lama

ekstraksi yang tetap (60 detik), seiring dengan meningkatnya rasio pelarut:bahan,

respon penyerapan timbal semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dari perubahan

zona warna dari biru tua, hingga mencapai titik optimum pada zona berwarna

Page 60: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

42

merah. Sedangkan sebaliknya, pada lama ekstraksi 180 detik, seiring dengan

meningkatnya rasio pelarut:bahan, terjadi penurunan respon penyerapan timbal.

Semakin tinggi rasio pelarut:bahan dengan waktu ekstraksi yang semakin lama

akan menyebabkan larutan menjadi lebih cepat jenuh sehingga respon akan

menurun. Begitupun sebaliknya, saat rasio pelarut:bahan terlalu rendah dengan

lama ekstraksi yang singkat, tidak dapat memaksimalkan respon. Hal ini dapat

disebabkan oleh kelarutan senyawa terhadap pelarut telah mencapai kondisi

puncaknya sehingga penambahan rasio bahan:pelarut dengan lama ekstraksi

yang meningkat pula tidak meningkatan ekstrak yang dihasilkan (Yosephine,

2011).

Berdasarkan Tabel 4.8 kolom model ketidaktepatan (lack of fit)

menunjukan model kuadratik memiliki nilai sebesar 0,2243 atau (22,43%) yang

menandakan tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan). Hal ini menunjukan

bahwa model sesuai dengan seluruh rancangan. Menurut Shabbiri et. al. (2012)

lack of fit harus dalam kondisi tidak signifikan karena apabila dalam kondisi

signifikan maka model yang digunakan tidak cocok. Semakin besar nilai lack of fit,

semakin kecil kemungkinan error yang terjadi. Suatu model dianggap tepat jika

diuji ketidaktepatan model bersifat tidak nyata (insignificant) secara statistik dan

dianggap tidak tepat untuk menjelaskan suatu permasalahan dari suatu analisis

yang dikaji jika ketidaktepatan dari model bersifat nyata (significant) secara

statistic (Gasperz, 1995).

4.4.3 Kurva Pengaruh Lama Ekstraksi dan Rasio Pelarut:Bahan terhadap

Penyerapan Logam Timbal

Kurva normal plot of residuals dari model dapat digunakan untuk

mengetahui model kuadratik dari respon penyerapan timbal tersebut signifikan.

Jika rata-rata titik residual berada di sepanjang garis tengah, maka dapat

diasumsikan bahwa kenormalan model terpilih sudah tepat. Kurva normal plot of

residuals dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Page 61: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

43

.

Gambar 4.3 Kurva Normal Plot of Residuals

Pada Gambar 4.3 menunjukan bahwa rata-rata titik residual yang

terbentuk telah presisi dan tersebar di sepanjang garis, yang berarti respon

penyerapan logam timbal oleh ekstrak daun lidah mertua mempunyai model yang

baik dan terdistribusi secara normal. Hal ini sesuai dengan kriteria kurva Normal

Plot of Residuals sehingga kenormalan model terpenuhi. Menurut Kumari et al.,

(2008), titik-titik data yang semakin mendekati garis kenormalan menunjukan data

menyebar normal, yang berarti hasil aktual akan mendekati hasil yang diprediksi

oleh program.

Gambar 4.4 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov dengan Minitab 18

Page 62: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

44

Untuk memastikan normalitas data, dilakukan uji normalitas menggunakan

software Minitab 18 dengan metode Kolmogorov Smirnov. Pada Gambar 4.4

menunjukkan bahwa mean atau nilai tengah data yaitu 34,87 dengan standar

deviasi sebesar 21,55 dan P-value yang didapatkan sebesar >0,150. Nilai P-

value yang didapatkan lebih dari 5% (0,05) sehingga dapat diasumsikan bahwa

data telah terdistribusi normal atau telah mengikuti distribusi normal.

4.5 Penentuan Titik Optimum Penyerapan Timbal

Penentuan titik optimum pada faktor lama ekstraksi dan rasio

pelarut:bahan terhadap respon penyerapan timbal ditentukan berdasarkan nilai

tertinggi pada konsentrasi timbal yang terserap oleh ekstrak daun lidah mertua.

Hasil solusi titik optimum yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Solusi Titik Optimum Pada Faktor Lama Ekstraksi dan Rasio Pelarut:Bahan

terhadap Respon Penyerapan Timbal

Lama ekstraksi

(detik)

Rasio pelarut:bahan

(v/b)

Respon % Penyerapan Timbal (%)

Desirability Keterangan

60.00 12:1 79.86 0,993 Selected

Berdasarkan Tabel 4.9 hasil data analisis menurut Design Expert 7.1.5

didapatkan solusi dengan respon penyerapan timbal optimum. Solusi dipilih

berdasarkan derajat ketepatan atau nilai desirability serta nilai respon paling

tinggi. Respon penyerapan timbal tertinggi didapatkan pada lama ekstraksi 60

detik dan rasio pelarut:bahan sebesar 12:1 dengan nilai desirability cukup tinggi

yaitu 0.993 atau tngkat ketepatan sebesar 99,3%. Hal ini sesuai dengan literature

yang menyebutkan apabila nilai desirability semakin mendekati nilai 1

mengindikasikan bahwa respon the perfect case, tetapi apabila nilai desirability

mendekati 0 mengindikasikan bahwa respon harus dibuang (Laluce et al., 2009).

Hasil optimasi menunjukkan bahwa kombinasi lama ekstraksi minimum

dengan volume pelarut maksimum dapat memberikan respon penyerapan timbal

optimum. Hasil penelitian ini telah sesuai dengan pernyataan Elwin (2014) dalam

Kamaluddin (2014) bahwa semakin lama waktu ekstraksi, maka akan semakin

banyak energi elektromagnetik dirubah menjadi panas yang dihasilkan pada

pemanasan gelombang mikro. Semakin banyak panas yang dihasilkan dapat

menyebabkan kelarutan senyawa dalam pelarut semakin besar karena difusi

Page 63: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

45

pelarut ke dalam bahan yang terjadi juga semakin besar. Namun adanya panas

yang terlalu berlebih juga dapat menyebabkan kerusakan pada senyawa yang

terekstrak (Ibrahim, 2015).

4.6 Verifikasi Hasil Optimasi Faktor Lama Ekstraksi dan Rasio

Pelarut:Bahan terhadap Penyerapan Timbal

Setelah mendapatkan titik optimum, kemudian dilakukan verifikasi hasil

optimasi. Verifikasi model diperlukan untuk menguji keakuratan model serta untuk

membuktikan apakah prediksi titik optimum yang disarankan oleh program Design

Expert 7.1.5 telah sesuai dengan hasil penelitian. Hasil analisis verifikasi dapat

dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Verifikasi Respon Penyerapan Timbal Oleh Ekstrak Lidah Mertua

Faktor Respon

Lama ekstraksi (detik)

Rasio pelarut etanol:bahan (ml/g)

Penyerapan Timbal (%)

Prediksi* 60 12:1 79.86

Verifikasi** 60 12:1 78.45 ± 0,2

Selisih 1.41

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hasil rerata verifikasi

penyerapan timbal sebesar 78,45% dengan titik target yang disarankan, yaitu

79.86%. Respon penyerapan timbal oleh ekstrak daun lidah mertua telah sesuai

dengan target yang disarankan pada aplikasi Design Expert 7.1.5, dimana selisih

antara prediksi dan hasil verifikasi kurang dari 5%. Hal tersebut didukung literatur

menurut Budiandari (2014), apabila selisih hasil verifikasi kurang dari 5% maka

nilai prediksi, dan hasil analisis tidak berbeda jauh sehingga menunjukan

ketepatan model telah sesuai persyaratan.

4.7 Senyawa Bioaktif Ekstrak Daun Lidah Mertua Optimum

4.7.1 Kandungan Total Fenol Ekstrak Daun Lidah Mertua Optimum

Fenol merupakan suatu senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus

hidroksil (OH) yang terikat secara langsung dengan sebuah cincin aromatik

Keterangan : * Hasil dari software Design Expert 7.0.0 ** Data hasil penelitian aktual 1) Data hasil analisa merupakan rerata dari 2 ulangan ± standar deviasi

Page 64: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

46

(Vermerris dan Ralph, 2006). Menurut Michalak (2006), senyawa fenol

merupakan metabolit sekunder yang dapat berfungsi sebagai antioksidan karena

kemampuan mereka untuk menyumbangkan hidrogen serta dapat bertindak

menjadi pengkelat logam. Kandungan total fenol pada penelitian ini ditentukan

dengan menggunakan metode Folin-Ciocalteau. Selama reaksi belangsung,

gugus hidroksil bereaksi dengan pereaksi Folin Ciocalteu, membentuk kompleks

fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru yang dapat dideteksi dengan

spektrofotometer. Semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka semakin

banyak ion fenolik yang akan mereduksi asam heteropoli sehingga warna biru

yang dihasilkan semakin pekat (Singleton dan Rossi, 1965). Standar yang

digunakan pada analisis total fenol adalah asam galat, Berdasarkan hasil

penentuan absorbansi larutan standar asam galat (Lampiran 4) didapatkan

persamaan regresii y=0,0097x+0,0147 dengan R2 = 0,9992. Dari persamaan

tersebut kemudian didapatkan kadar total fenol sampel yang disajikan pada pada

Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Kadar Total Fenol Sampel Daun Lidah Mertua

Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa kadar total fenol pada sampel

daun lidah mertua segar sebesar 3,85 mg/g sampel dan kadar total fenol serbuk

daun lidah mertua sebesar 5,12 mg/g sampel. Hasil penelitian tersebut juga

diketahui bahwa kadar total fenol pada ekstrak daun lidah mertua lebih besar

dibandingkan kadar total fenol daun lidah mertua segar dan serbuk daun lidah

mertua. Menurut Chan et al., (2014) dalam Atika (2015) terjadinya pergerakan

molekuler dari energi gelombang mikro selama ekstraksi MAE akan menimbulkan

panas dan merusak dinding sel atau jaringan bahan, rusaknya dinding sel atau

jaringan ini akan mengakibatkan keluarnya senyawa bioaktif. Selain itu menurut

penelitian oleh Haddadi-Guemghar (2014), ekstraksi dengan MAE selama 2 menit

Sampel Kadar Total Fenol (mg/g sampel)

Daun lidah mertua 3,85 ± 0,21

Serbuk daun lidah mertua 5,12 ± 0,11

Ekstrak etanol* 24,05 ± 0,03

Ekstrak etanol setelah biosorpsi** 18,24 ± 1,29

Keterangan : 1) Setiap data hasil analisa merupakan rerata dari 2 ulangan ± standar deviasi * Ekstrak daun lidah mertua optimum sebelum biosorpsi timbal **Ekstrak daun lidah mertua optimum setelah biosorpsi timbal

Page 65: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

47

menghasilkan total fenol dan aktivitas antioksidan lebih besar dibandingkan

metode maserasi selama 24 jam serta metode soxhletasi selama 24 jam.

Pada ekstrak daun lidah mertua optimum sebelum dilakukan biosorpsi

timbal didapatkan kadar total fenol sebesar 24,05 mg/g sampel. Sedangkan kadar

total fenol pada ekstrak daun lidah mertua optimum setelah dilakukan biosorpsi

timbal yaitu sebesar 18,24 mg/g sampel. Kadar total fenol pada ekstrak daun

lidah mertua setelah dilakukan biosorpsi timbal mengalami penurunan sebesar

5,81 mg/g sampel dibandingkan kadar total fenol pada ekstrak daun lidah mertua

sebelum dilakukan biosorpsi timbal. Hal ini menunjukkan bahwa proses biosorpsi

timbal berpengaruh terhadap kadar total fenol pada ekstrak daun lidah mertua.

Diduga selama proses biosorpsi, senyawa fenol pada ekstrak daun lidah

mertua berikatan dengan logam timbal sehingga setelah proses biosorpsi

kadarnya akan menurun. Menurut penelitian oleh Yuningsih (2014), penyerapan

logam timbal oleh ekstrak lidah mertua melalui mekanisme passive uptake

dimana terjadi interaksi antara logam timbal dengan gugus fungsional pada

senyawa aktif dalam lidah mertua (Yuningsih, 2014). Komponen organik seperti

fenolik dan polifenol dapat berfungsi sebagai pengkelat logam, karena memiliki

gugus karboksil serta gugus hidroksil yang berdekatan sehingga dapat bereaksi

dengan ion logam membentuk kompleks stabil (Harborne, 1987). Gugus hidroksil

yang bermuatan negatif (OH-) akan berikatan dengan ion logam timbal yang

bermuatan positif (Pb2+). Gugus hidroksil yang berikatan dengan logam timbal,

maka tidak dapat bereaksi dengan pereaksi Folin Ciocalteu, membentuk

kompleks berwarna biru sehingga tidak terbaca pada spektrofotometer.

4.7.2 Kandungan Flavonoid Ekstrak Daun Lidah Mertua Optimum

Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder

yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman (Rajalakshmi dan

Narasimhan, 1985). Flavonoid dapat berperan sebagai antioksidan dengan

mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam

(Cuppett et al.,1954). Kandungan flavonoid pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan AlCl3. Prinsip penetapan kadar flavonoid dengan AlCl3 adalah

terjadinya pembentukan kompleks antara aluminium klorida dengan gugus keto

pada atom C-4 dan gugus hidroksi pada atom C-3 dan C-5 yang berdekatan

(Azizah et al., 2014). Berdasarkan hasil penentuan absorbansi larutan standar

Page 66: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

48

quercetin (Lampiran 5) didapatkan persamaan regresi y=0,0005x+0,011 dengan

R2 = 0,99709. Dari persamaan tersebut didapatkan kadar flavonoid pada sampel

seperti yang disajikan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Kadar Flavonoid Sampel Daun Lidah Mertua

Dari Tabel 4.12 didapatkan bahwa daun lidah mertua segar memiliki

kadar flavonoid sebesar 0,07 mg/g sampel dan kadar total flavonoid serbuk daun

lidah mertua sebesar 1,40 mg/g sampel. Kadar flavonoid simplisia kering daun

lidah mertua sedikit berbeda dengan hasil penelitian oleh Rahim (2016), bahwa

kadar flavonoid pada simplisia kering daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata

var. Prain) yaitu sebesar 0,054 mg/g sampel. Perbedaan ini dapat disebabkan

karena perbedaan varietas lidah mertua yang digunakan. Berdasarkan tabel

tersebut juga diketahui bahwa kadar flavonoid pada ekstrak daun lidah mertua

lebih besar dibandingkan kadar flavonoid daun lidah mertua segar dan serbuk

daun lidah mertua. Hal ini menunjukkan bahwa proses ekstraksi dengan

Microwave Assisted Extraction (MAE) dengan pelarut etanol dapat mengekstrak

senyawa flavonoid dari daun lidah mertua. Pemanasan dengan MAE

memanfaatkan gelombang mikro dimana pemanasan terjadi melalui interaksi

langsung antara bahan dengan gelombang mikro sehingga mengakibatkan

transfer energi berlangsung lebih cepat, dan berpotensi meningkatkan kualitas

produk, sehingga senyawa bioaktif dapat terekstrak dengan baik (Kurniasari,

2008).

Kemudian didapatkan pula kadar flavonoid ekstrak daun lidah mertua

optimum sebelum dilakukan biosorpsi timbal sebesar 10,66 mg/g sampel.

Sedangkan kadar flavonoid pada ekstrak daun lidah mertua optimum setelah

dilakukan biosorpsi timbal yaitu sebesar 7,13 mg/g sampel. Kadar flavonoid pada

ekstrak daun lidah mertua setelah dilakukan biosorpsi timbal mengalamii

penurunan sebesar 3,53 mg/g sampel dibandingkan kadar flavonoid sebelum

Sampel Kadar Flavonoid (mg/g sampel)

Daun Lidah Mertua 0,07 ± 0,02

Serbuk Daun Lidah Mertua 1,40 ± 0,07

Ekstrak etanol* 10,66 ± 0,34

Ekstrak etanol setelah biosorpsi** 7,13 ± 0,14

Keterangan : 1) Setiap data hasil analisa merupakan rerata dari 2 ulangan ± standar deviasi * Ekstrak daun lidah mertua optimum sebelum biosorpsi timbal **Ekstrak daun lidah mertua optimum setelah biosorpsi timbal

Page 67: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

49

dilakukan biosorpsi timbal. Hal ini menunjukkan bahwa proses biosorpsi timbal

berpengaruh terhadap kadar flavonoid pada ekstrak daun lidah mertua.

Diduga selama proses biosorpsi, flavonoid pada ekstrak lidah mertua

berikatan dengan timbal melalui interaksi kimia fisika antara ion logam dengan

gugus fungsional pada flavonoid. Pembentukan formasi kompleks dapat terjadi

iantara ion-ion logam berat dengan gugus fungsional pada komposisi kimia

tanaman seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi, fosfat, dan hidroksi-karboksil

(Suhendrayatna, 2001). Flavonoid merupakan senyawa kimia yang termasuk

dalam golongan senyawa fenolik. Komponen organik seperti fenolik dan polifenol

dapat berfungsi sebagai pengkelat logam, karena memiliki gugus fungsional

seperti gugus karboksil dan gugus hidroksil sehingga dapat bereaksi dengan ion

logam membentuk kompleks stabil (Harborne, 1987). Flavonoid memiliki dua

gugus hidroksil yang saling berdekatan pada atom C-3 dan C-5, dimana gugus

hidroksil yang bermuatan negatif (OH-) yang akan bereaksi dengan ion logam

timbal yang berumatan positif (Pb2+). Gugus hidroksil yang telah berikatan dengan

ion logam timbal, tidak dapat bereaksi dengan alumunium klorida sehingga tidak

dapat membentuk kompleks warna yang akan terbaca oleh spektrofotometer.

4.7.3 Kandungan Tanin Ekstrak Daun Lidah Mertua Optimum

Kandungan total fenol ditentukan dengan menggunakan metode Folin-

Ciocalteau. Standar yang digunakan pada analisis total fenol pada penelitian kali

ini adalah asam tanat, Berdasarkan hasil penentuan absorbansi larutan standar

asam tanat (Lampiran 6) didapatkan persamaan regresi y=0,0086x+0,0151

dengan R2 = 0,9982. Dari persamaan tersebut didapatkan kadar tanin pada

sampel seperti yang disajikan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Kadar Tanin Sampel Daun Lidah Mertua

Sampel Kadar Tanin (mg/g sampel)

Daun Lidah Mertua 0,17 ± 0,01

Serbuk Daun Lidah Mertua 5,49 ± 0,03

Ekstrak etanol* 13,85 ± 0,07

Ekstrak etanol setelah biosorpsi** 10,75 ± 0,58

Keterangan : 1) Setiap data hasil analisa merupakan rerata dari 2 ulangan ± standar deviasi * Ekstrak daun lidah mertua optimum sebelum biosorpsi timbal **Ekstrak daun lidah mertua optimum setelah biosorpsi timbal

Page 68: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

50

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa kadar tanin pada daun lidah mertua

segar sebesar 0,17 mg/g sampel dan kadar tanin serbuk daun lidah mertua

sebesar 5,49 mg/g sampel. Hasil penelitian sedikit berbeda dengan hasil

penelitian oleh Apriyani (2015), dimana daun lidah mertua (Sansevieria trfasciata

var. Laurentii) mengandung senyawa tanin sebesar 0.086 mg/g sampel. Selain itu

juga diketahui bahwa kadar tanin pada ekstrak daun lidah mertua lebih besar

dibandingkan kadar tanin daun lidah mertua segar dan serbuk daun lidah mertua.

Hal ini menunjukkan bahwa proses ekstraksi dengan Microwave Assisted

Extraction dapat mengekstrak senyawa tanin dari daun lidah mertua. Menurut

Chan et al., (2014) dalam Atika (2015) terjadinya pergerakan molekuler dari

energi gelombang mikro selama ekstraksi MAE akan menimbulkan panas dan

merusak dinding sel atau jaringan bahan, rusaknya dinding sel atau jaringan ini

akan mengakibatkan keluarnya senyawa bioaktif.

Pada ekstrak daun lidah mertua optimum sebelum dilakukan biosorpsi

timbal didapatkan kadar tanin sebesar 13,85 mg/g sampel. Sedangkan kadar

tanin pada ekstrak daun lidah mertua optimum setelah dilakukan biosorpsi timbal

yaitu sebesar 10,75 mg/g sampel. Kadar tanin pada ekstrak daun lidah mertua

setelah dilakukan biosorpsi timbal menurun sebesar 3,1 mg/g sampel

dibandingkan kadar tanin pada ekstrak daun lidah mertua sebelum dilakukan

biosorpsi timbal. Hal ini menunjukkan bahwa proses biosorpsi timbal berpengaruh

terhadap kadar tanin pada ekstrak daun lidah mertua.

Diduga selama proses biosorpsi, senyawa tanin pada ekstrak lidah mertua

berikatan dengan logam timbal. Menurut penelitian oleh Yuningsih (2014) dimana

penyerapan logam timbal oleh ekstrak lidah mertua yaitu melalui mekanisme

passive uptake yaitu interaksi antara logam timbal dengan gugus fungsional pada

senyawa aktif dalam lidah mertua (Yuningsih, 2014). Tanin termasuk dalam

golongan polifenol yang memiliki gugus lebih dari satu gugus hidroksil sehingga

memiliki kemampuan untuk membentuk kompleks dengan logam. Komponen

organik seperti fenolik dan polifenol memiliki gugus fungsional seperti gugus

karboksil dan gugus hidroksil sehingga dapat bereaksi dengan ion logam

membentuk kompleks stabil (Harborne, 1987). Tanin memiliki struktur yang

kompleks dengan bobot molekul yang tinggi dan memiliki banyak gugus hidroksil

dan beberapa gugus fungsional lain (Wisnubroto, 2002). Gugus hidroksil yang

bermuatan negatif (OH-) akan berikatan dengan logam timbal yang bermuatan

positif (Pb2+) membentuk struktur yang lebih stabil. Gugus hidroksil yang telah

Page 69: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

51

Keterangan : 1) Setiap data hasil analisa merupakan rerata dari 2 ulangan ± standar deviasi * Ekstrak daun lidah mertua optimum sebelum biosorpsi timbal **Ekstrak daun lidah mertua optimum setelah biosorpsi timbal

bereaksi dengan ion logam timbal, tidak dapat bereaksi dengan senyawa Folin

Ciocalteu membentuk kompleks warna sehingga tidak terbaca pada

spektrofotometer pada panjang gelombang 765 nm.

4.7.4 Kandungan Saponin Ekstrak Daun Lidah Mertua Optimum

Saponin adalah salah satu metabolit sekunder pada tanaman yang

merupakan senyawa golongan glikosida yang terdiri dari gugus aglikon dan

gugus gula. Penentuan kadar total saponin dilakukan menggunakan metode

kolorimetri (Xiang et al, 2001) dengan menggunakan standart oleanolic acid.

Berdasarkan hasil penentuan absorbansi larutan standar (Lampiran 7)

didapatkan persamaan regresi y=0,1171x+0,0632 dengan R2 = 0,9818. Dari

persamaan tersebut didapatkan kadar saponin pada sampel seperti yang

disajikan pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Kadar Saponin Sampel Daun Lidah Mertua

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa daun lidah mertua segar memiliki kadar

saponin sebesar 3,885% dan kadar saponin serbuk daun lidah mertua sebesar

2.974 mg/g sampel. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian

oleh Mien et al., (2015), bahwa kadar saponin pada ekstrak methanol daun lidah

mertua (Sansevieria trifasciata var. Laurentii) yaitu sebesar 31.258 mg/g sampel.

Penurunan kadar saponin pada sampel daun lidah mertua berbentuk serbuk

dapat disebabkan karena proses pengeringan dengan panas, sehingga kadar

saponin pada bahan menurun. Berdasarkan Tabel 4.14 juga diketahui bahwa

kadar saponin pada ekstrak daun lidah mertua lebih besar dibandingkan kadar

saponin daun lidah mertua segar dan serbuk daun lidah mertua. Hal ini

menunjukkan bahwa proses ekstraksi dengan Microwave Assisted Extraction

(MAE) dengan pelarut etanol dapat mengekstrak senyawa saponin dari daun

Sampel Kadar Saponin (mg/g sampel)

Daun Lidah Mertua 38,85 ± 3,1

Serbuk Daun Lidah Mertua 29,74 ± 5,6

Ekstrak etanol* 74.86 ± 6.2

Ekstrak etanol setelah biosorpsi** 70.34 ± 2.0

Page 70: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

52

lidah mertua. Pemanasan dengan MAE memanfaatkan gelombang mikro dimana

pemanasan terjadi melalui interaksi langsung antara material dengan gelombang

mikro sehingga mengakibatkan transfer energi berlangsung lebih cepat, dan

berpotensi meningkatkan kualitas produk, sehingga senyawa bioaktif dapat

terekstrak dengan baik (Kurniasari, 2008).

Kadar saponin pada ekstrak daun lidah mertua setelah dilakukan biosorpsi

Ekstrak daun lidah mertua optimum sebelum dilakukan biosorpsi timbal

mengandung kadar saponin sebesar 74,86 mg/g sampel. Sedangkan kadar

saponin pada ekstrak daun lidah mertua optimum setelah dilakukan biosorpsi

timbal yaitu sebesar 70,34 mg/g sampel. Kadar saponin pada ekstrak daun lidah

mertua setelah dilakukan biosorpsi timbal menurun sebesar 4,52 mg/g sampel

dibandingkan sebelum dilakukan biosorpsi timbal. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa proses biosorpsi timbal berpengaruh terhadap kadar saponin pada ekstrak

daun lidah mertua.

Diduga selama proses biosorpsi, saponin pada ekstrak lidah mertua

berikatan dengan timbal melalui interaksi kimia fisika antara ion logam dengan

gugus fungsional pada saponin. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh

Yuningsih (2014) dimana penyerapan logam timbal oleh ekstrak lidah mertua

yaitu melalui mekanisme passive uptake yaitu interaksi antara logam timbal

dengan gugus fungsional pada senyawa aktif dalam lidah mertua (Yuningsih,

2014). Pembentukan formasi kompleks dapat terjadi iantara ion-ion logam berat

dengan gugus fungsional pada komposisi kimia tanaman seperti karbonil, amino,

thiol, hidroksi, fosfat, dan hidroksi-karboksil (Suhendrayatna, 2001). Saponin

memiliki bobot molekul yang tinggi dengan struktur yang kompleks dimana

banyak mengandung gugus hidroksil dan gugus karboksil. Gugus hidroksil (OH-)

dan gugus karboksil (COOH-) bermuatan positif akan bereaksi dengan ion logam

timbal yang bermuatan positif (Pb2+) membentuk kompleks yang lebih stabil.

Page 71: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

53

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitan optimasi ekstraksi daun lidah mertua

dengan metode Microwave Assisted Extraction (MAE) menunjukan interaksi

antara faktor lama ekstraksi dan rasio pelarut etanol:bahan berpengaruh terhadap

respon penyerapan timbal. Kondisi optimum ekstraksi daun lidah mertua dengan

MAE pada penelitian didapatkan pada lama ekstraksi 60 detik dengan rasio

pelarut:bahan sebesar 12:1. Respon penyerapan timbal yang diharapkan sebesar

79,86%. Sedangkan hasil verifikasi optimasi menunjukkan respon penyerapan

timbal sebesar 78,45%.

Secara umum kadar senyawa kimia (total fenol, flavonoid, tanin, dan

saponin) pada ekstrak daun lidah mertua hasil ekstraksi MAE lebih besar

dibandingkan daun lidah mertua. Hal ini menunjukkan bahwa ekstraksi daun lidah

mertua dengan metode MAE menggunakan pelarut etanol dapat mengestraksi

senyawa kimia dari sampel. Setelah biosorpsi timbal, kadar senyawa kimia pada

ekstrak etanol mengalami penurunan dibandingkan sebelum biosorpsi timbal.

Penurunan paling besar setelah proses biosorpsi timbal yaitu pada senyawa fenol

sebesar 5,81 mg/g sampel dan senyawa saponin sebesar 4,52 mg/g sampel.

Diduga selama proses biosorpsi senyawa-senyawa kimia pada ekstrak etanol

daun lidah mertua optimum berikatan dengan logam timbal.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan ekstraksi daun lidah mertua metode Microwave Assisted

Extraction (MAE) dengan faktor yang berbeda, seperti jenis pelarut,

konsentrasi pelarut, daya microwave dan juga suhu ekstraksi.

2. Perlu penelitian dengan suhu biosorpsi yang berbeda untuk mengetahui

respon penyerapan timbal.

3. Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut, seperti dengan HPLC dan FTIR untuk

mengetahui komponen pada daun lidah mertua yang lebih lengkap.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi daun lidah mertua

pada produk pangan, dan pengikatannya dengan ion logam lain.

Page 72: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

54

DAFTAR PUSTAKA

Ahalya, N., Ramachandra, T. V., Kanamadi, R. D. 2003. Biosorption of Heavy Metal. Research Journal Of Chemical And Environment, 7(4): 71-79.

Andriyani, D., P. I. Utami, B. A. Dhiani. 2010. Penetapan Kadar Tanin Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L.) secara Spektrofotometri Ultraviolet Visibel. Journal Pharmacy, 7(2): 1-10.

Ali, M., dan Rina. 2010. Kemampuan Tanaman Mangrove Untuk Menyerap Logam Berat Merkuri (Hg) dan Timbal (Pb). Jurnal Ilmu Teknik Lingkungan,

2 (2): 28-36.

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of The Association of Analytical Chemist. Washington D.C.

Apriyani, F. 2015. Potensi Ekstrak Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata var. Hahnii medio picta) Untuk Mengendalikan Pertumbuhan Jamur (Collectotrichum capsici) Penyebab Antraknosa Pada Cabai Merah.

Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Arief, V. O. Kiki, T. Jaka, S. Nani, I. Suryadi. 2008. Recent Progress on Biosorption of Heavy Metals from Liquids Using Low Cost Biosorbents Characterization. Biosorption Parameters and Mechanism Studies, 36(12).

Arnold, M. A. 2004. Landscape Plants for Environment 3rd Edition. Texas:

Odenwald Inc.

Ashraf, M. A., M. J. Maah, I. Yusoff. 2010. Study of Banana peel (Musa sapientum) as a Cationic Biosorben. Journal Agriculture and Environment

Science, 8(1): 7-10.

Atanassova, M. 2011. Total Phenolic and Total Flavonoid Contents, Antioxidant Capacity and Biological Contaminant in Medical Herbs.

Journal of the University of Chemical Technology and Metallurgy 46 : 81-88

Azizah, N. D., E. Kumolowati, F. Faramayuda. 2014. Penetapan Kadar Flavonoid Metode Alcl3 Pada Ekstrak Metanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol 2(2): 45-49.

Ben, Y., Chaoyin, C., and Ying, R. 2014. Content determination of total saponins from Opuntia. Biotechnology an Indian Journal. 10: 18.

Brass, G.M., dan W. Strauss. 1981. Air Pollution Control. New York: John

Willey & Sons.

Budiandari, R. U. 2014. Optimasi Proses Pembuatan Lempeng Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) Sebagai Alternatif Pangan Masyarakat Pesisir.

Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2 (2): 10-18.

Page 73: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

55

Chan C, Yusoff R, Ngoh G dan Kung FW. 2011. Microwave Asssited Extraction of Active Ingredients from Plants. Journal of Chromatography A.1218 :

6213-6225

Chapagain, B.P. dan Wiesman, Z.2005. Larvicidal Activity of the Fruit Mesocarp Extract of Balanites aegyptiaca and its Saponin Fractions against Aedes aegypti, Dengue Bulletin , 29.

Dadang, D. P. 2008. Insektisida Nabati: Prinsip, Pemanfaatan, dan Pengembangan. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman IPB.

Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI

Press.

Desmiaty, Y., J. Ratnawati, dan P. Andini. 2009. Penentuan Jumlah Flavonoid Total Ekstrak Etanol Daun Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk.) Secara Kolorimetri Komplementer. Karya Tulis. Jurusan Farmasi.

Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.

Dewi, F. R. 2005. Pengaruh Jenis Asam Pendestruksi Terhadap Kadar Logam Berat Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) dalam Ikan. Skripsi. FMIPA

Universitas Negeri Yogyakarta.

Dewi, Ratni dan Fachraniah. 2014. Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion krom dan Tembaga dalam Air. Karya Ilmiah. Politeknik Negeri

Lhokseumawe. Nanggroe Aceh Darussalam.

Diana, N. 2013. Potensi Bakteri (Enterrobacteragglomerans) Sebagai Bioroben Logam Berat Timbal (Pb). Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi.

UIN Malik Ibrahim. Malang.

Elwin. 2014. Analisa Pengaruh Waktu Pretreatment dan Konsentrasi NaOH Terhadap Kandungan Selulosa, Lignin, dan Hemiselulosa Eceng Gondok pada Proses Preatretment Pembuatan Bioetanol. Universitas Brawijaya.

Malang.

Emilan. T., A. Kurnia, B. Utami, L. D. Nurlinda, dan Maulana. 2011. Konsep Herbal Indonesia: Pemastian Mutu Produk Herbal. Depok: FMIPA

Universitas Indonesia.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air & Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Fatmawati S. N. 2010. Penggunaan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria) Pada Media Campuran Kompos dan Pasir. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Fauzi, H. 2012. Ekstraksi Bitumen dari Bantuan Aspal Buton Menggunakan Gelombang Mikro dengan Pelarut N-Heksana, Toluena, dan Etanol.

Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Brawijaya. Malang.

Flora Store. 2016. Sansevieria Cylindrica Skyline. Diakses pada 22 Agustus

2017. <https://www.planten-kopen.com>.

Page 74: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

56

Gajawat, S., G. Sancheti, P.K. Goyal. 2006. Protection Againts Lead-Induced Hepatic Lesions in Swiss Albino Mice by Ascorbic Acid. Journal

Pharmacology Online, (1): 140-149.

Gandjar, I. G.. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ganiswarna, S. G. 1999. Farmakologi dan Terapi Ed. 4. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Gao, M., Liu, C. Z. 2005. Comparison of Techniques for The Extraction of Flavonoids from Cultured Cells of Saussurea medusa Maxim. Journal of

Microbiology and Biotechnology, 21(8-9).

Gasperz, V. 1995. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan 2. Bandung:

Tarsito

Gitasari, Y. D. 2011. Aktivitas Antibakteri Fraksi Aktif Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain). Skripsi. FMIPA. Institut Pertanian Bogor.

Glasshouse Works. 2017. Sansevieria trifasciata Hahnii. Diakses pada 22

Agustus 2017. <http://www.glasshouseworks.com/>.

Gupta, D. K., H. Tohoyama, M. Joho, M. Inouhe. 2004. Changes in The Levels of Phytochelatins and Related Metal-Binding Peptidesin Chickpea Seedlings Exposed to Arsenic and Different Heavy Metal Ions. Journal of

Plant Research.

Guilherme, A. S. Pinto, S. Rodrigues. 2007. Optimation of Trace Metal Concentration on Citric Acid Production by Aspergillus niger NRRL 2001.

Journal Food Bioprocess Technology, 1: p. 246-253.

Gunawan, D. dan S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I.

Jakarta: Penebar Swadaya.

Gusnita, D. 2012. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) di Udara dan Upaya Penghapusan Bensin Bertimbal. Berita Dirgantara, 13(3): 95-101.

Haddadi-Guemghar, H. 2014. Optimisation of Microwave-Assisted Extraction of Prune (Prunus Domestica) Antioxidants by Response Surface Methodology. Journal of Food Science and Technology, 49: 2158-2166.

Hambali, E. S. 2008. Teknologi Bioenergi. Jakarta: Penerbit Agromedia.

Handayani, D. 2014. Optimasi Ekstraksi Ampas Teh Hijau (Camellia sinensis) Menggunakan Metode Microwave Assisted Extraction Untuk Menghasilkan Ekstrak The Hijau. Traditional Medicine Journal, 19(1): 29-35.

Harborne. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, edisi II. ITB. Bandung

Hariana, Arief. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Page 75: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

57

Ibrahim, A. M. 2015. Pengaruh Suhu Dan Lama Waktu Ekstraksi Terhadap Sifat Kimia Dan Fisik Pada Pembuatan Minuman Sari Jahe Merah (Zingiber officinale Var. Rubrum) Dengan Kombinasi Penambahan Madu Sebagai Pemanis. Jurnal Pangan dan Agroindustri 3 (2): 530-541.

Jain, T., V. Jain, R. Pandey, A. Vyas, S. S. Shukla. 2009. Microwave Assisted Extraction for Phytoconstituents – An Overview. Asian Journal Research

Chemistry, 1(2): p. 19-25.

Jayanudin. 2014. Pengaruh Suhu Dan Rasio Pelarut Ekstraksi Terhadap Rendemen Dan Viskositas Natrium Alginat Dari Rumput Laut Cokelat (Sargassum sp). Jurnal Integrasi Proses 5: (1) 51 – 55.

Jeon, B. Y. 2007. Development of a Serial Bioreactor System for Direct Ethanol Production from Starch Using Aspergillus niger and

Saccharomyces cerevisiae. Biotechnology and Bioprocess Engineering, 12: p. 566-573.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.

Krisnawati, I., dan T. Panji. 2007. Biosorpsi Logam Zn Oleh Biomassa

Saccharomyces cerevisiae. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan.

Kristianto, A. 2013. Pengaruh Ekstrak Kasar Tanin dari Daun Belimbing Wuluh (Avverhoa blimbi L.) Pada Pengolahan Air. Skripsi. FMIPA.

Universitas Jember. Jember.

Kurniasari, L. 2008. Pemanfaatan Mikroorganisme dan Limbah Pertanian sebagai Bahan Baku Biosorben Logam Berat. Majalah Ilmiah. Fakultas

Teknik Universitas Wahid Hasyim. Semarang.

Lambogia, B. 2016. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Lidah Mertua (Sansevieriae Trifasciata Folium) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli dan Streptococcus Sp. Jurnal Biomedik, 4(1).

Lestari, F. 2007. Bahaya Kimia: Sampling dan Pengukuran Kontaminan Kimia di Udara. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Lingga, L. 2005. Panduan Praktis Budidaya Sanseviera. Depok: AgroMedia

Pustaka.

Mahardika, R. A. D. 2014. Ekstraksi Antioksidan dari Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain) Menggunakan Metode Microwave Assisted Extraction dan Pulsed Electric Field. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.

Universitas Brawijaya. Malang.

Mahdang, P. A. 2014. Pengaruh Umur Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria sp.) dalam Menyerap Timbal (Pb) di Udara. Skripsi. Fakultas Ilmu-Ilmu

Kesehatan dan Keolahragaan. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.

Mandal, V., Y. Mohan, S. Hemalatha. 2007. Microwave Assisted Extraction – An Inovative and Promising Extraction Tool for Medicinal Plant Research.

Pharmacognosy Review, 1(1): p. 10-18.

Page 76: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

58

Maulida, D., dan N. Zulkarnaen. 2010. Ekstraksi Antioksidan (Likopen) Dari Buah Tomat Dengan Menggunakan Solven Campuran n-Heksana, Aseton dan Etanol. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Dipenogoro. Semarang.

Michalak, A. 2006. Phenolic Compounds and Their Antioxidant Activity in Plants Growing Under Heavy Metal Stress. Journal of Environmental Study

15 : 523-530.

Mien D. J., W. A. Carolin, P. A. Firhani. 2015. Penetapan Kadar Saponin Pada Ekstrak Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain varietas S. Laurentii) Secara Gravimetri. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, 2(2).

Mimaki, Y., T. Inoue, M. Kuroda, Y. Sashida. 1997. Pregnan Glycosides from Sansevieria Trifasciata. Phytochemistry 44(1):p.107-111.

Miranti. 2012. Pembuatan Karbon Aktif dari Bambu dengan Metode Aktivasi Terkontrol Menggunakan Activating Agent KOH dan H3PO4. Skripsi.

Fakultas Teknik. Universitas Indonesia. Depok.

MNN. 2016. 15 Houseplants For Improving Indoor Air Quality. Diakses pada

22 Agustus 2017. <https://www.mnn.com/>.

Montgomery, C. D. 2016. Response Surface Methodology: Process and Product Optimization Using Designed Experiments, 4th Edition. New

Jersey. John Wiley & Sons.

Moreno-Arribas, Victoria dan C. Polo. 2009. Wine Chemistry and Biochemistry.

Spain: Springer.

Muhammadah, S. A., U. Nurullita, Mifbakhuddin. 2011. Pengaruh Umur dan Kerapatan Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria) Terhadap Kadar Karbonmonoksida (CO) di Udara. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Muhammadiyah. Semarang.

Mursito, B. 2002. Ramuan Tradisional UNtuk Pengobatan Jantung. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Naria, E.. 2005. Mewaspadai Dampak Pencemar Timbal (Pb) Di Lingkungan Terhadap Kesehatan. Jurnal Komunikasi Penelitian, 17(4): p. 69-70.

Nasution, F. A. 2007. Bahaya Timbal (Timah Hitam). Bandung: Departemen

Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Bandung.

Nisa, G. K. 2014. Ekstraksi Daun Sirih Merah (Piper crocatum) dengan Metode Microwave Assisted Extraction (MAE). Skripsi. Jurusan Keteknikan

Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Oesman, F., Murniana, M. Khairunnas, Saidi N. 2010. Antifungal Activity of Alkaloid from Bark of Cerbera odollam. Journal Natural.

Oktaviana, P. R. 2010. Kajian Kadar Kurkuminoid, Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) pada

Page 77: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

59

Berbagai Teknik Pengeringan dan Proporsi Pelarutan. Skripsi. Fakultas

Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta.

Palupi, R. D. 2013. Ekstraksi Senyawa Tanin dari Daun Ketapang (Terminalia catappa L.) dan Uji Aktivitasnya sebagai Inhibitor Korosi. Skripsi. FMIPA.

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Pan, Xuejun, G. Niu, dan H.Liu. 2003. Microwave-Assisted Extraction of Tea Polyphenols and Tea Caffeine from Green Tea Leaves. Chem. Engineering

& Processing (42): 129-133.

Phaza, H. A., dan Ramadhan A. E. 2010. Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu, dan Jumlah Stage Pada Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale Rosc) Secara Batch. Tugas Akhir. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro.

Semarang.

Philip, D., P. K. Kaleena, K. Valivittan, C. P. G. Kumar. 2011. Phytochemical Screening and Antimicrobial Activity of Sansevieria roxburghiana Schult. and Schult. F. Journal of Scientific Research, 10(4): 512-518.

Pinterest. 2015. Sansevieria trifasciata 'Futura Superba'. Diakses pada 22 Agustus 2017. <https://id.pinterest.com/>.

Pradipta A. 2011. Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sansevieria trifasciata Prain Terhadap Staphylococcus aureus IFO 13276 dan Pseudomonas aeruginosa IFO 12689. Skripsi. Fakultas Teknobiologi. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.

Pramono, S. 2008. Pesona Sansevieria. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Pratama, R. 2010. Potensi Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak Daun Sansevieria cylindrica. Skripsi. FMIPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Purwanto, A. 2006. Sansevieria: Flora Cantik Penyerap Racun. Yogyakarta:

Kanisius.

Purwanto, H. 2010. Pengembangan Microwave Assisted Extractor (MAE) Pada Produksi Minyak Jahe dengan Kadar Zingerberene Tinggi.

Momentum, 6(2): 9-16.

Rafiee, Z., S. M. Jafari, M. Alami, M. Khomeiri. 2011. Microwave Assisted Extraction of Phenolic Compounds from Olive Leaves: Comparison with Maceration. Journal of Animal & Plant Sciences, 21(4): p. 740-745.

Rahim, F. 2016. Karakterisasi dan Praformulasi Ekstrak Kering Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain). Jurnal Farmasi, 6(2): p. 115-121.

Rahmat, H. 2009. Identifikasi Senyawa Flavonoid Pada Sayuran Indigenous Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Page 78: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

60

Risnasari, I. 2002. Tanin. Karya Tulis. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera

Utara. Medan.

Rizani, K. Z. 2000. Pengaruh Konsentrasi Gula Reduksi dan Inokulum (Saccharomyces cereviseae) pada Proses Fermentasi Sari Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr) untuk Produksi Etanol. Skripsi. Jurusan Biologi.

FMIPA. Universitas Brawijaya. Malang.

Samin, Supriyanto, dan Z. Kamal. 2007. Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu, dan Cd Pada Ikan Air Tawar dengan Metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA). Yogyakarta: Seminar Nasional III.

Santoso, H. B. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Jakarta:

Agromedia Pustaka.

Saputro, A. D. 2016. Analisis Penurunan Kadar Logam Pb2+ dengan Bioadsorben Kulit Pisang. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas

Brawijaya. Malang.

Senter, S. D., Robertson, J. A., dan Meredith, F. I. 1989. Phenolic Compound of The Mesocarp of Cresthauen Peaches During Storage and Ripening.

Journal of Food Science, 54: 1259-1268.

Siburian, A.M. 2014. Pemanfaatan Adsorben dari Biji Asam Jawa (Tamarindus indica) untuk Menurunkan Kandungan Asam Lemak Bebas dan Bilangan Peroksida pada CPO (Crude Palm Oil). Skripsi. Fakultas

Teknik. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Kanisius. Yogyakarta.

Singleton, V. L. dan J. A. Rossi. 1965. Colorimetry of Total Phenolic with Phosphomolybdic-Phosphotungstic Acid Reagent. J. Enol. Vitic (16): 147.

SNI 06-6989.8-2004. 2004. Air dan Limbah – Bagian 8: Cara Uji Timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala. Jakarta: Badan

Standarisasi Nasional.

Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. 2010. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: LibertySuhendrayatna. 2001. Bioremoval Logam Berat dengan Menggunakan Mikroorganisme: Suatu Kajian Kepustakaan. Tokyo Institute of Technology.

Sunarya, I. Asri. 2006. Biosorpsi Cd(II) dan Pb(II) Menggunaka Kulit Jeruk Siam (Citrus Reticulata). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Sunilson, J. A. J., R. Suraj, G. Rejitha, K. Anandarajagopal, Kumari, P. Promwichit. 2009. In Vitro Antimicrobial Evaluation of Zingiber Officinale, Curcuma Longa and Alpinia Galanga Extracts as Natural Food Preservatives. American Journal of Food Technology, 4(5): 192-200.

Supriyatno dan Lelifajri. 2009. Analisis Logam Berat Pb dan Cd dalam Sampel Ikan dan Kerang Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Rekayasa

Kimia dan Lingkungan, 7(1): 5-8.

Page 79: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

61

Taha, F. S., G. F. Mohamed, S. H. Mohamed, S. S. Mohamed, M. M. Kamil. 2011. Optimization of The Extraction of Total Phenolic Compounds from Sunflower Meal and Evaluation of The Bioactivities of Chosen Extracts.

American Journal of Food Technology, 6(12): 1002-1020.

Tahir, M.I. dan M. Sitanggang. 2010. Sanseviera Ekslusif. Yogyakarta :

Agromedia Pustaka.

Tangio, S. J. 2013. Adsorpsi Logam Timbal (Pb) dengan Menggunakan Biomassa Enceng Gondol (Eichhorniacrassipes). Jurnal Entropi VIII(1).

Taylor, M. 2005. Developments in Microwave Chemistry. Evalueserve. All

Right Reserved.

Torresday, J. L. G., Rosa G., Videa J. R. P. 2004. Use of Phytofiltration Technologies in The Removal of Heavy Metals: A review. Pure Appl.

Chem. 76(4): 801-813.

Treybal, RE. 1981. Mass-Transfer Operations. Mc Graw-Hill Inc. Singapore.

Trio Nursery. 2016. Sansevieria Patens. Diakses pada 22 Agustus 2017.

<http://www.trionursery.com/>.

Tuloly, Z. 2012. Analisis Kandungan Timbal (Pb) Pada Jajanan Pinggiran Jalan Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo. Skripsi. Fakultas Ilmu-ilmu

Kesehatan dan Keolahragaan. Universitas Negeri Gorontalo.

Vermerris W dan Ralph N. 2006. Phenolic Compound Biochemistry. Springer.

Amerika Serikat.

Voight, R. 1995. Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendari Noerono,

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Widowati, W. 2008. Efek Toksikologi Logam. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Winarna. 2015. Analisis Kandungan Timbal Pada Buah Apel (Pyrus Malus L.) yang Dipajangkan Di Pinggir Jalan Kota Palu Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Journal of Natural Science, 4(1): 32-44.

Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Windianingrum, A. 2015. Pengaruh Lama Ekstraksi dan Konsentrasi Pelarut Etanol Terhadap Ekstraksi Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix D. C.) dengan Metode Microwave Assisted Extraction (MAE). Skripsi. Fakultas Teknologi

Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Windiarsih, C. 2015. Optimasi Pektin dari Kulit Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus) dengan Microwave Assisted Extraction (MAE) (Kajian Waktu Ekstraksi dan Konsentrasi Pelarut). Jurnal Bioproses Komoditas

Proses, 3(1): 39-49.

Page 80: OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria ...repository.ub.ac.id/3922/1/TIARA RAHMANIA YUNISA.pdfOPTIMASI EKSTRAKSI DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Laurentii) DENGAN

62

Wisnubroto, D. S. 2002. Pengolahan Logam Berat dari Limbah Cair Dengan Tanin. Banten: Pusat Pengembangan Pengolahan Limbah Radioaktif.

Xiao X, Wei S, Jiayue W, dan Gongke L. 2012. Microwave-Assisted Extraction Performed in Low Temperature and in Vacuo for the Extraction of Labile Compounds in Food Samples. Analityca Chimica Acta 712 : 83-93.

Yosephine, F. 2011. Pengaruh Rasio Biji Teh / Pelarut Air Dan Temperatur Pada Ekstraksi Saponin Biji Teh Secara Batch. Universitas Katolik

Parahyangan: Bandung.

Yuningsih, L. M. 2014. Sansevieria trifasciata Properties as Lead(II) Ion Absorbent. Journal Science, 18(2): 59-64.

Yusuf, M. 2015. Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Berat Pb dan Cd dengan Menggunakan Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata).

Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Zhang, H., X. Yang, Y. Wang. 2011. Microwave Assisted Extraction of Secondary Metabolites from Plants: Current Status and Future Directions. Trend in Food Science and Technology, 22: 672-680.

Zou, T., D. Wang, H. Guo, Y. Zhu, X. Luo, F. Liu, W. Ling. 2012. Optimization of Microwave Assisted Extraction of Anthocyanins from Mulberry and Identification of Anthocyanins in Extract Using HPLC-ESI-MS. Journal of

Food Science (71): 46-50.