Upload
hacong
View
239
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
OPTIMASI KONSENTRASI POLIVINIL PIROLIDON K-30 (PVP K-30)
SEBAGAI POLIMER HYDROCOLLOID MATRIX DIABETIC WOUND
HEALING DENGAN ZAT AKTIF PIROKSIKAM
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Disusun oleh:
Benedicta Fidelia Putranti
NIM: 138114068
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
OPTIMASI KONSENTRASI POLIVINIL PIROLIDON K-30 (PVP K-30)
SEBAGAI POLIMER HYDROCOLLOID MATRIX DIABETIC WOUND
HEALING DENGAN ZAT AKTIF PIROKSIKAM
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Disusun oleh:
Benedicta Fidelia Putranti
NIM: 138114068
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan teristimewa untuk Tuhan Yesus Kristus
“Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku” - (Filipi 4:13)
Ayah Tran, Ibu Arini, Adik Dio
Sahabat-sahabat, dan orang tercinta
Alamamater Universitas Sanata Dharma
Terima kasih atas kasih, semangat, cinta, doa, dan dukungan yang diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat, kasih dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian
penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Optimasi Konsentrasi Polivinil
Pirolidon K-30 (PVP K-30) sebagai Polimer Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound
Healing dengan Zat Aktif Piroksikam” dengan baik.
Skripsi ini disusun dengan tujuan memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) sebagai mahasiswa program studi Farmasi
Universitas Sanata Dharma. Penulis berharap, skripsi ini dapat memberikan
kontribusi untuk pengembangan penelitian selanjutnya. Penulis menyadari
banyaknya hambatan dan masalah yang penulis hadapi dalam pembuatan skripsi
ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang mendukung terselesaikannya skripsi penulis:
1. Ibu Aris Widayati, M. Sc., Ph. D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
2. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt., selaku Dosen Pembimbing Skripsi,
yang telah mendampingi, membimbing, dan memberi semangat kepada
penulis selama proses pembuatan skripsi
3. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M. Sc., Apt., selaku Dosen Penguji serta
Kepala Penanggung Jawab Laboratorium Fakultas Farmasi, yang telah
memberi kritik dan saran yang sangat membangun, serta yang telah
memberikan izin dalam penggunaan laboratorium serta fasilitas yang
mendukung kepentingan penelitian
4. Ibu Beti Pudyastuti, M. Sc., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan berbagai masukan dan saran, serta bimbingan yang sangat
membangun untuk penelitian ini
5. Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto, M. Sc., selaku Dosen
Pembimbing Akademik, yang telah membimbing selama perkuliahan
dan telah memberi masukan dan saran untuk penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
6. Bapak Agung, Bapak Musrifin, Bapak Kayatno, Bapak Wagiran, Bapak
Ratijo, Bapak Parlan, Bapak Kunto, Bapak Bimo, dan Bapak Mukmin,
selaku Laboran, yang telah membantu penulis selama penelitian skripsi
7. DP2M DIKTI, yang telah memberikan grant penelitian untuk
mendukung sebagian pendanaan penelitian ini, berdasarkan kontrak
Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah No. 010/HB-LIT/III/2016 tanggal
15 Maret 2016
8. Keluarga besar Suradji, dan keluarga tercinta Ayah Markus Tranmiyadi,
Ibu Stanisla Arini Budi Susanti, Adik Georgius Ariyadi Nugroho, yang
selalu memberi semangat dan memberikan doa, dan kasih sayang
kepada penulis
9. Teman-teman “Skripsoy”, Gracia Elwy Nona Sanjivany, Ignasia
Handipta Mahardika dan Michael Ryanda Estianto Hadi, teman senasib
sepenanggungan dan seperjuangan bersama, yang sangat luar biasa,
terima kasih atas bantuan dan semangat, serta kerja sama selama ini
10. Teman-teman “Kuluk-kuluk Family”, Kenny Kowira, Lalitya Adhiati,
Bernardus Dhuta, Kirana Andranilla, Ivana Tunggal, dan Hesti
Fajriyanti, yang telah membantu dan memberi semangat selama ini
11. Bernardino Realino Revandy Baskara Jati, atas segala dukungan,
semangat, perhatian dan kesabaran yang luar biasa hingga tersusunnya
skripsi ini
12. Sahabat tercinta, “Sisa-sisa Kebahagiaan” Fidelia Sresti Kasita,
Michael Wahyu Paribasagita Samuel, Cyrillia Prima Arthami, Maria
Assumpta Denovita Febriani, Rafael Andrean dan Antonius Wisnu
Aditya, yang telah memberi semangat dan keceriaannya selama ini
13. Teman-teman FSM B 2013, FST 2013 dan Keluarga Besar Farmasi
2013, Marcellina Dwinanda Dewanti, Natasha Queen Ferdinand,
Hernalhis Esanda, Fenny Marisza, Regina Asri, Fransisca Puspa Jelita,
Asti Aprilia, Edwin Tesalonika, Catharina Rency, terima kasih atas
kebersamaan selama ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
14. Teman-teman “Van Lith-Farmasi” Gracia Elwy, Ignasia Handipta,
Trensia Neovelina Imel, Eva Angelista, Yolanda Tyas, Richardus
Yudistira, terima kasih atas semangat dan kebersamaan selama ini
15. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberi semangat serta dukungan, dan yang telah membantu penulis
hingga terselesaikannya naskah skripsi ini.
Pepatah mengatakan bahwa “tiada gading yang tak retak”, dan penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, dengan
kerendahan hati, penulis mengharapkan dan menerima adanya kritik dan saran yang
dapat bermanfaat dan membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap,
semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 13 Januari 2016
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRAK
Hydrocolloid matrix piroksikam dapat menjadi salah satu alternatif
pengobatan ulkus kaki diabetik yang dapat menghantarkan obat secara terkontrol,
di mana bergantung pada polimer. Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi
PVP K-30 yang optimal dengan rentang konsentrasi 1,5% - 2,5% sebagai polimer
pada formula sediaan hydrocolloid matrix diabetic wound healing dengan zat aktif
piroksikam. Organoleptis, bobot, ketebalan, moisture content, moisture absorption,
pH, ketahanan pelipatan, kandungan obat dan pelepasan obat piroksikam dari
matriks selama 6 jam dievaluasi secara statistik menggunakan software R dengan
taraf kepercayaan 95%. Formula optimal diaplikasikan pada luka eksisi tikus jantan
terinduksi aloksan dan tidak terinduksi, setiap 24 jam. Hasil penelitian
menunjukkan formula PVP 2 dengan konsentrasi PVP K-30 sebesar 2%, dengan
kombinasi HPMC konsentrasi 4,5% merupakan formula optimal, di mana memiliki
warna merata, homogen, dengan moisture content 5,166%, moisture absorption
8,980%, memiliki DE360 sebesar 53,87%, serta stabil pada suhu 37oC dan 45oC, dan
hasil uji aktivitas menunjukkan bahwa efektivitas formula PVP 2 tidak berbeda
signifikan dengan kontrol.
Kata kunci: MMP-9, hydrocolloid matrix, diabetic wound healing, piroksikam,
PVP K30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
Hydrocolloid matrix piroxicam might become an alternative treatment of
diabetic foot ulcers that could control the delivery of the drugs, which depends on
the polymer. The aim of this study is to determine the concentration of PVP K-30
with range of 1.5% - 2.5% as a polymer in the formula hydrocolloid matrix dosage
diabetic wound healing with piroxicam as an active ingredient. Organoleptic,
weight, thickness, moisture content, moisture absorption, pH, folding endurance,
drug content and drug release of piroxicam for 6 hours were evaluated statistically
using the software R with a level of 95%. Optimal formula then was applied to the
wound excision of male rats induced by alloxan and not induced, every 24 hours.
The results showed the formula PVP 2, which concentration of PVP K-30 amounted
to 2%, and a combination of HPMC concentration of 4.5% became a formula
optimal, which has a color uniform, homogeneous matrix, with a moisture content
5,166%, moisture absorption 8.980%, DE360 amounted to 53.87% and the stability
is suitable at temperatures of 37oC and 45oC, and activity test results showed that
the effectiveness of PVP formula 2 did not differ significantly compared with the
control.
Key word: MMP-9, hydrocolloid matrix, diabetic wound healing, piroxicam,
PVP K30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .........................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...........................................
PRAKATA ......................................................................................................
ABSTRAK ......................................................................................................
ABSTRACT ......................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
PENDAHULUAN............................................................................................
METODE PENELITIAN ................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................
KESIMPULAN ...............................................................................................
UCAPAN TERIMA KASIH ...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................................
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
x
xi
xii
xiii
xiv
xv
1
2
7
16
17
17
19
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Formula hydrocolloid matrix piroksikam ..........................................
Tabel II. Rata-rata hasil evaluasi sifat fisika kimia sediaan hydrocolloid
matrix piroksikam .............................................................................
Tabel III. Hasil uji iritasi basis hydrocolloid matrix piroksikam ....................
Tabel IV. Hasil uji aktivitas dan uji histopatologi ..........................................
3
11
13
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hasil uji sterilitas ...........................................................................
Gambar 2. Grafik waktu vs %release hydrocolloid matrix piroksikam .........
8
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Proposal Penelitian .....................................................................
Lampiran 2. Ethical Clearance Penelitian ......................................................
Lampiran 3. Certificate of Analysis Piroksikam .............................................
Lampiran 4. Certificate of Analysis PVP K-30 ...............................................
Lampiran 5. Certificate of Analysis HPMC ....................................................
Lampiran 6. Data Sifat Fisik Hydrocolloid Matrix Piroksikam ......................
Lampiran 7. Data Perhitungan Dosis dan Kandungan Obat Hydrocolloid
Matrix Piroksikam .....................................................................
Lampiran 8. Data Uji Pelepasan In Vitro Sediaan Hydrocolloid Matrix
Piroksikam ..................................................................................
Lampiran 9. Data Uji Stabilitas Sediaan Hydrocolloid Matrix Piroksikam ....
Lampiran 10. Data Uji Iritasi Hydrocolloid Matrix Piroksikam .....................
Lampiran 11. Data Persen (%) Wound Closure ..............................................
Lampiran 12. Hasil Statistik Penelitian ...........................................................
Lampiran 13. Hasil Uji Histopatologi .............................................................
Lampiran 14. Dokumentasi Foto Penelitian ....................................................
19
46
48
49
51
52
55
59
64
81
83
85
114
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang, disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah secara terus menerus
(kronis) akibat kekurangan insulin baik kuantitatif maupun kualitatif (Tapan, 2005).
Prevalensi penderita DM di Indonesia menurut International Diabetes Federation (2015)
sebesar 6,2%, dengan rentang umur antara 20-79 tahun yang merupakan umur produktif
orang Indonesia.
Ulkus kaki diabetik sebagai komplikasi kronis DM, akan dialami sebanyak 15-25%
penderita DM dalam hidupnya (Singh et al. 2005). Penderita diabetes mengalami reaksi
inflamasi yang memanjang akibat peningkatan MMP-9, yang bertanggung jawab pada
degradasi matriks ekstraseluler (kolagen) (McLennan and Yue, 2008; Dinh et al. 2012).
Penelitian oleh Mazumder et al. (2014) mengatakan dalam studinya bahwa piroksikam
memiliki sifat neuroprotektif dengan menghambat dan downregulation MMP-2 dan MMP-
9. Berdasarkan sifat dan mekanisme tersebut, piroksikam berpotensi untuk dikembangkan
sebagai obat untuk mempercepat penyembuhan ulkus kaki diabetik.
Hydrocolloid merupakan salah satu jenis wound dressing patch, di mana materialnya
didesain agar menciptakan sifat oklusif, mampu menjerat eksudat di dalam balutan dan
mampu menghidrasi luka (Hilton et al. 2004). Hydrocolloid yang diaplikasi langsung pada
area terinfeksi, di mana bagian stratum corneum dari kulit sudah rusak, seperti ulkus kaki
diabetik, memiliki efek terapi lebih baik dan berfungsi sebagai wound healer (Toshkhani et
al. 2013).
Keefektifan suatu wound dressing patch seperti hydrocolloid matrix untuk
menyembuhkan luka, bergantung dari polimer, yang berfungsi sebagai matrix former.
Hydrocolloid merupakan sediaan yang disarankan sebagai salah satu pilihan dalam wound
management, salah satu contohnya adalah Tegaderm Hydrocolloid yang mengandung
polimer poliuretan, juga Comfeel yang mengandung polimer CMC dan Na alginat.
Hydrocolloid yang banyak ditemukan, sebagian besar menggunakan polimer alami, maka,
pada penelitian ini digunakan polivinil pirolidon K-30 (PVP K-30) sebagai polimer sintetik.
Polimer sintetik dapat menunjukkan kekuatan mekanis yang lebih superior dibandingkan
polimer alami karena memiliki ikatan cross-link yang meningkatkan sifat mekanis dari
sediaan (Francesko et al. 2015). Komponen polimer sintetik hidrofilik seperti PVP K-30
dapat meningkatkan laju pelepasan obat pada suatu sediaan, sehingga yang menghasilkan
laju disolusi yang tinggi dengan pembentukan pori dan mencegah kristalisasi obat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
matriks (Kandavilli et al. 2002; Pudyastuti dkk. 2014). Diketahui bahwa piroksikam
merupakan analgesik dan obat anti-inflamasi yang tergolong dalam BCS kelas II yang
memiliki kelarutan yang kecil, selain itu, memiliki karakteristik polimorfisme (Park et al.
2014; Dhawan et al. 2016), sehingga diharapkan semakin besar konsentrasi PVP K-30, laju
pelepasan piroksikam dari matrix semakin besar. HPMC sebagai sistem matriks wound
dressing patch mampu menghasilkan penghantaran obat yang larut maupun sukar larut air
secara terkontrol (Liu et al. 2014).
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui konsentrasi PVP K-30 optimal pada
sediaan hydrocolloid diabetic wound healing matrix dengan zat aktif piroksikam dan untuk
mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi PVP K-30 terhadap sifat dan stabilitas fisika
kimia sediaan, dan dalam aktivitasnya mempercepat penyembuhan ulkus kaki diabetik.
Hipotesis dari penelitian ini adalah konsentrasi polimer PVP K-30 tertentu menghasilkan
hydrocolloid piroksikam diabetic wound healing matrix yang optimal serta peningkatan
konsentrasi polimer PVP dapat memberikan pengaruh terhadap sifat dan stabilitas fisika
kimia sediaan dan dalam aktivitasnya mempercepat penyembuhan ulkus kaki diabetik.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental murni. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah piroksikam (Nantong Jinghua Pharmaceutical) sebagai zat aktif
sediaan hydrocolloid matrix, PVP K-30 (BASF) sebagai polimer, Hypromellose 2910
(HPMC; 6 mPa.s) (Shin-Etsu Chemical) sebagai polimer, propilen glikol (DOW) sebagai
platicizer, etanol 96% (Aldrich) sebagai ko-solven, metanol (Merck) sebagai ko-solven,
acetone (Merck) sebagai pelarut obat, akuades (Tirta Investama) sebagai pelarut polimer,
PBS pH 6,4 sebagai medium disolusi, membran Milipore (Milipore) digunakan sebagai
membran disolusi, krim depilatori digunakan untuk mencukur bulu tikus, kapas Medisoft®
Cotton Ball, aloksan monohidrat (Sigma) digunakan sebagai induktor diabetes pada tikus,
alkohol 70% diguanakan untuk sterilisasi ruangan, ketamin digunakan sebagai anestesi dan
euthanasia tikus, Nutrient Agar (Oxoid) digunakan sebagai media uji sterilitas, larutan
formalin 10% untuk mengawetkan jaringan kulit tikus, reagen dan standar Glucose GOD-
FS (Diasys), heparin (Inviclot) digunakan sebagai antikoagulan darah dan akuabides
(Ikapharmindo Putramas) digunakan sebagai blanko dalam pengukuran gula darah.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas beker, spuit injeksi, jarum
suntik, tube eppendorf, sentrifugator (Thermo), MicroLab-200 (Merck), Spektrofotometer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
UV-Vis (Shimadzu), pH meter (Ohaus), Franz Diffusion Cell (Logan) timbangan analitik
(Kern), autoklaf, oven, kabinet LAF, Climatic Chamber (Memmert), aluminium foil, batang
pengaduk, gelas ukur, cawan petri, bunsen, hotplate magnetic stirrer (Cenco), stirrer, jangka
sorong, mikropipet (Socorex), vortex (Wilten), pinset, gunting, biopsy punch, kaca objek
dan kaca penutup, pipet tetes, plastic wrap, kaca bundar, dan mikroskop cahaya (Olympus).
Penelitian ini menggunakan tikus jantan Wistar yang diperoleh dari Laboratorium
Imono Universitas Sanata Dharma, yang memiliki tubuh sehat dan belum pernah digunakan
untuk penelitian lain, tidak ada kelainan pada bagian tubuh, memiliki usia 2 bulan dengan
bobot 160-200 g.
Sterilisasi Ruang, Alat, dan Bahan
Kabinet LAF dibersihkan dengan menggunakan etanol 70% kemudian lampu UV
dinyalakan selama 24 jam. Proses ini dilakukan sebelum proses pembuatan hydrocolloid
matrix piroksikam. Cawan petri disterilisasi dengan uap air menggunakan autoklaf dengan
suhu 121oC selama 15 menit. Sterilisasi sediaan dilakukan setelah proses pembuatan sediaan
yang disterilisasi secara terminal dengan menggunakan autoklaf dengan suhu 115oC selama
15 menit.
Pembuatan Matrix Hydrocolloid Piroksikam Diabetic Wound Healing
Dasar dari pemilihan formula dalam penelitian ini adalah formula transdermal oleh
Pudyastuti, dkk. (2014) yang telah dimodifikasi, sesuai dengan Tabel I. HPMC dilarutkan
dalam akuades dan etanol hingga terbentuk gel dan didiamkan. Piroksikam dilarutkan dalam
asetone. PVP K-30 dilarutkan dengan larutan obat piroksikam, kemudian ditambahkan
propylene glycol. Larutan HPMC ditambahkan ke dalam larutan PVP K-30 dan diaduk
hingga homogen. Campuran gel dituang ke dalam cawan petri sebanyak 12,5 gram.
Tabel I. Formula hydrocolloid matrix piroksikam
Formula Basis 1 Basis 2 Basis 3 PVP 1 PVP 2 PVP 3
Piroksikam - - - 5% 5% 5%
PVP K-30 1,5% 2% 2,5% 1,5% 2% 2,5%
HPMC 4,5% 4,5% 4,5% 4.5% 4,5% 4,5%
Propylene glycol 10% 10% 10% 10% 10% 10%
Asetone 4,5 ml 4,5 ml 4,5 ml 4,5 ml 4,5 ml 4,5 ml
Etanol 1:1 1:1 1:1 1:1 1:1 1:1
Akuades
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Campuran kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 45°C selama 48 jam.
Hydrocolloid matrix kering kemudian dicetak dengan diameter 1 cm dan disimpan dalam
aluminium foil yang diletakkan pada wadah plastik dengan penambahan silica gel pada suhu
ruang.
Uji Sterilitas
Uji sterilitas dilakukan dengan meletakkan sediaan berdiameter 1 cm ke media
Nutrien Agar pada cawan petri. Tiap petri kemudian dibungkus plastic wrap dan diinkubasi
terbalik selama 24 jam.
Uji Organoleptis
Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati dan meneliti warna, kejernihan dan
kehalusan dari hydrocolloid matrix piroksikam yang telah dibuat (Shirsand et al. 2012).
Uji Keseragaman Bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 10 hydrocolloid matrix
piroksikam berdiameter 1 cm dari masing-masing formula satu persatu (British
Pharmacopoeia, 1993).
Uji Ketebalan
Uji ketebalan hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1 cm dihitung pada 5 titik
berbeda (keempat sudut dan bagian tengah) dengan jangka sorong (El-Gendy et al. 2009).
Uji pH Larutan Sediaan
Uji pH larutan sediaan dilakukan dengan merendam setiap formula hydrocolloid
matrix piroksikam berdiameter 1 cm dalam 20 mL akuades pada suhu 36,5oC- 37,5oC selama
24 jam (British Pharmacopoeia, 1993).
Uji Persentase Moisture Content
Uji persentase moisture content dilakukan dengan mengondisikan setiap
hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1 cm dalam sebuah desikator berisi silika
selama 24 jam, kemudian ditimbang (Toshkhani et al. 2013).
Uji Persentase Moisture Absorption
Uji persentase moisture absorption dilakukan dengan meletakkan sediaan dari uji
persentase moisture content dalam dalam Climatic Chamber dengan suhu 28oC, RH 85%
selama 24 jam. Sediaan kemudian diambil dan ditimbang kembali (Toshkhani et al. 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Uji Ketahanan Pelipatan (Folding Endurance)
Uji ketahanan pelipatan dilakukan dengan melipat sediaan hydrocolloid matrix
piroksikam berdiameter 1 cm secara berulang pada posisi yang sama hingga rusak (Shirsand
et al. 2012).
Uji Keseragaman Kandungan Obat dalam Matrix
Matrix berdiameter 1 cm dilarutkan dalam 15 mL metanol dan di-ad dengan PBS pH
6,4 dalam labu ukur 50 mL. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 354 nm
menggunakan spektrofotometer UV (Garg et al. 2014). Kadar ditentukan menggunakan
persamaan kurva baku piroksikam. Evaluasi kadar piroksikam dalam matrix dihitung
sebagai persen kadar piroksikam terukur terhadap kadar piroksikam teoritis dalam formula
(U.S. Pharmacopeial Convention, 2006).
Uji Pelepasan Obat secara In Vitro
Uji pelepasan piroksikam dari sediaan dilakukan menggunakan Franz Diffusion Cell
pada suhu 37 ± 1oC. Sebanyak 15 mL campuran metanol dan PBS pH 6,4 (3:7) dimasukkan
pada sel difusi sebagai kompartemen aseptor. Membran Millipore sebelumnya direndam
dalam larutan aseptor selama 1 jam, kemudian hydrocolloid berdiameter 1 cm dipasang pada
sel difusi. Pada tiap waktu tertentu kompartemen aseptor disampling dan diukur absorbansi
sampel dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 354 nm. Kadar obat ditentukan
dengan plot kurva baku piroksikam. Nilai dissolution efficiency dihitung sampai waktu ke-
360 menit (DE360) (Pudyastuti dkk. 2014).
Uji Stabilitas Hydrocolloid Matrix Piroksikam
Setiap formula hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1 cm disimpan dalam
paparan suhu 37°C dan 45°C selama 4 minggu. Analisis fisik dan analisis kandungan obat
pada hydrocolloid matrix dilakukan setiap akhir minggu (Amjad et al. 2011).
Uji Iritasi Kulit
Uji iritasi kulit dilakukan dengan menggunakan kelinci albino dengan bobot 1,8–2,2
kilogram. Punggung tiga ekor kelinci dicukur 24 jam sebelum pengujian. Dalam satu
punggung diaplikasikan 1 kontrol positif etil asetat, 1 kontrol negatif dan 3 basis
hydrocolloid matrix yang ditutup dengan hypafix selama 4 jam. Pengamatan dilakukan pada
jam ke-4, 24, 48 dan 72 jam terhadap eritema dan udema yang terjadi pada kulit yang
terpapar (BPOM, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Dasar Pemilihan Formula Optimal
Formula optimal dipilih berdasarkan hasil evaluasi yang menunjukkan steril,
organoleptis baik, nilai moisture content, moisture absorption, keseragaman kandungan dan
DE360 yang tinggi, dan stabilitas yang baik.
Uji Aktivitas Hydrocolloid Matrix Piroksikam
Enam tikus dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 3 tikus perlakuan diabetes yang
memiliki kadar gula darah di atas 250 mg/dL dan 3 tikus kontrol tidak diabetes. Setiap tikus
dicukur bulunya dan diberi olesan krim depilatori pada bagian punggungnya dan didiamkan
selama 5 menit, lalu dibilas dengan kapas yang dibasahi air bersih hingga tampak kulit
punggung tikus. Tikus dibiarkan selama 48 jam sebelum diberi luka eksisi. Tikus dianestesi
dengan menambahkan ketamin dosis 40-50 mg/kgBB secara intramuscular pada bagian
paha. Tiga puluh menit setelah disuntikkan ketamin, kulit punggungnya dibasahi dengan
etanol 70%. Pada tiap tikus diberi 5 luka eksisi menggunakan biopsy punch dengan diameter
5 mm pada punggung tikus yang sudah dicukur (hari ke-0). Perlakuan berbeda diberikan
pada masing-masing luka eksisi pada tikus, yaitu 1 kontrol, 2 basis dan 2 formula. Pemberian
sediaan dilakukan tiap 24 jam sampai luka menutup. Luka eksisi kemudian dimonitor dan
area luka dihitung. Setelah luka sembuh, tikus dieutanasia dengan injeksi ketamin dengan
dosis 100 mg/kgBB. Kulit punggung diambil dengan ukuran 2x2 cm dan disimpan dalam
pot berisi formalin 10% untuk dilanjutkan dengan uji histopatologi.
Uji Histopatologi Pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE)
Sampel yang digunakan adalah sampel kulit dari uji aktivitas yang memiliki %wound
closure sebesar 100%. Sampel diuji dengan pengecatan hematoxylin-eosin, dan dilihat di
bawah mikroskop cahaya Olympus tipe BH-2 yang terhubung dengan kamera OptiLab v.2.1
(Micronos, Indonesia) untuk melihat ada tidaknya perubahan struktur kulitnya. Uji
hematoxylin-eosin dilakukan oleh Laboratorium Patologi Anatomi Universitas Gadjah
Mada.
Tata Cara Analisis Hasil
Analisis Kuantitatif
a. Persentase moisture content:
Moisture content (%) = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑥 100% (Toshkhani et al. 2013).
b. Persentase moisture absorption:
Moisture absorption (%) = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100% (Toshkhani et al. 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
c. Nilai dissolution efficiency (DE) pada uji pelepasan obat:
𝐷𝐸𝑡(%) = 𝑦𝑑𝑡
𝑦100 𝑥 𝑡 𝑥 100% (Fudholi, 2013).
d. Kecepatan penyembuhan luka pada tikus:
Wound closure (%) = area luka pada hari ke−0−area luka pada hari ke−n
area luka pada hari ke−0 x100% (Thu et al. 2012).
e. Data hasil tiap uji pengukuran diuji statistik menggunakan software R for statistic ver.
3.2.3.
Analisis Kualitatif Pengamatan histopatologi akan memberikan perbandingan hasil secara
mikroskopis antara struktur kulit penyembuhan luka eksisi dan struktur kulit normal tikus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Hydrocolloid Matrix Piroksikam
Formula sediaan hydrocolloid matrix merupakan modifikasi dari formula sediaan
transdermal pada penelitian yang dilakukan oleh Pudyastuti dkk. (2014), di mana pada
penelitian terdahulu digunakan zat aktif pentagamavunon, sedangkan pada penelitian ini
digunakan zat aktif piroksikam. Sediaan hydrocolloid matrix divariasi pada salah satu
polimernya yaitu PVP K-30, yang memiliki variasi 1,5%, 2% dan 2,5%.
Uji Sterilitas Sediaan Hydrocolloid Matrix Piroksikam
Uji sterilitas dilakukan untuk melihat kesterilan sediaan yang diproduksi. Sediaan
yang digunakan untuk pengobatan ulkus kaki diabetik harus steril untuk meminimalisir
terjadinya infeksi pada area luka. Hasil uji sterilitas pada Gambar 1 menunjukkan bahwa
sediaan hydrocolloid matrix dari setiap formula steril, karena tidak menunjukkan adanya
pertumbuhan bakteri. Bintik-bintik yang terlihat pada gambar merupakan bintik-bintik uap
air yang mengembun pada kaca cawan petri.
Uji Sifat Fisik
Uji sifat fisik yang dilakukan adalah uji organoleptis, uji keseragaman bobot, uji
ketebalan, uji larutan pH sediaan, uji persentase moisture content, uji persentase moisture
absorption, dan uji ketahanan pelipatan. Formula PVP 1 dan PVP 2 memiliki karakteristik
organoleptis yaitu warna kuning merata, dengan zat aktif piroksikam yang terdispersi
homogen, dan halus. Formula PVP 3 memiliki karakteristik tekstur tidak rata, dan agak
lengket yang mungkin disebabkan karena masih terdapatnya sisa-sisa air atau pelarut yang
tidak menguap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Gambar 1. Hasil uji sterilitas: (a) Kontrol negatif; (b) Basis; (c) PVP 1; (d) PVP 2; (e)
PVP 3; O = tempat meletakkan sediaan
Pembuatan formula hydrocolloid matrix dilakukan dengan metode penguapan
pelarut atau solvent casting (Pudaystuti dkk. 2014), sehingga dibutuhkan pengeringan yang
baik, untuk dapat menghilangkan pelarut yang digunakan. Formula PVP 3 dengan
konsentrasi PVP K-30 paling besar, memiliki sifat lengket pada sediaannya dibandingkan
dengan formula lain. Hal ini juga dapat disebabkan karena sifat PVP K-30 yang higroskopis
yang mudah menyerap kelembaban udara di sekitarnya sehingga permukaan matriks
menjadi basah, lebih mudah lembab dan menjadi lengket (Pudyastuti dkk. 2014). Hal ini
dapat diminimalisir dengan membalik sediaan setelah pengeringan 2 hari sehingga sediaan
dapat kering merata, namun, harus dipastikan pula sterilitasnya dengan melakukan
pembalikan sediaan di LAF.
Hydrocolloid matrix yang dibuat memiliki bobot dan ketebalan yang seragam,
walaupun terdapat matriks yang lebih tipis dalam satu cawan petri yang sama. Hasil uji sifat
fisik keseragaman bobot sediaan ditunjukkan pada Tabel II. Formula PVP 1 dan PVP 2
masing-masing menunjukkan bahwa sediaan memiliki bobot yang seragam, ditunjukkan dari
kecilnya nilai standard deviation dan memiliki CV yang kurang dari 10% (British
1
3
2
3
2 1
3
2 1
3
2 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Pharmacopoeia, 1993) yaitu 3,50% dan 3,25% kecuali pada formula PVP 3 yang memiliki
CV sebesar 13,84%, yang menunjukkan adanya variasi bobot (Shirsand et al. 2012),
dikarenakan sifat lengket yang dimiliki formula tersebut, di mana masih terdapat sisa-sisa
air yang menyebabkan bobot sediaan bertembah. Ketebalan sediaan yang ditemukan dalam
penelitian ini berada di antara 0,16 mm sampai 0,29 mm, di mana tidak lebih dari 0,69 mm
(Thu et al. 2012). Sediaan memiliki nilai pH masing-masing formula adalah 6,9, 6,8 dan 6,9
yang sesuai dengan range pH kulit, yaitu 4-7 (British Pharmacopoeia, 1993).
Uji moisture content dilakukan dengan tujuan melihat berapa kandungan air yang
terdapat dalam sediaan, sedangkan moisture absorption untuk melihat seberapa besar daya
serap sediaan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan sediaan dalam menyerap cairan,
terutama eksudat pada ulkus kaki diabetik. Pada basis, nilai moisture content diurutkan dari
yang terendah adalah Basis 1 < Basis 2 < Basis 3, hal ini sudah sesuai dengan teori, di mana
basis dengan proporsi PVP K-30 paling tinggi, banyak mengandung air, karena sifat PVP K-
30 yang higroskopis, sehingga mampu menarik lembab, namun, dapat disebabkan karena
sediaan kurang kering sehingga masih terdapat air yang belum menguap yang
mempengaruhi moisture content sediaan. Formula diurutkan dari yang terendah adalah PVP
3 < PVP 1 < PVP 2, hal tersebut tidak sesuai teori, di mana seharusnya PVP 3 memiliki
moisture content paling tinggi, karena kurangnya pengendalian pengacau seperti suhu dan
RH pada desikator, sehingga sulit dikontrol penyerapan airnya.
Hasil uji moisture absorption basis diurutkan dari yang terendah yaitu Basis 3 < Basis
2 < Basis 1, sedangkan pada formula diurutkan dari yang terendah adalah PVP 1 < PVP 3 <
PVP 2, baik basis dan formula belum sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa proporsi
PVP tertinggi menghasilkan moisture absorption tertinggi. Hal ini dapat terjadi karena
penyerapan sediaan bergantung dari moisture content, di mana sediaan yang memiliki
moisture content tinggi akan cenderung menarik air lebih sedikit. Dari data uji moisture
absorption, didapatkan data kecepatan moisture absorption dari setiap basis dan formula,
basis 1 dan formula 2 memiliki kecepatan yang paling besar dalam menyerap kelembaban
di lingkungan sekitar.
Uji ketahanan pelipatan dilakukan untuk mengevaluasi fleksibilitas dari setiap
formula. Nilai ketahanan pelipatan yang ditemukan dalam penelitian ini memiliki range 25-
77. Menurut penelitian transdermal film yang dilakukan oleh Pudyastuti dkk. (2014), sediaan
transdermal film memiliki nilai ketahanan pelipatan lebih dari 300, dinyatakan elastis. Maka
dapat disimpulkan, sediaan hydrocolloid matrix yang dibuat, kurang fleksibel dan elastis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Uji Keseragaman Kandungan Obat
Uji keseragaman kandungan obat dilakukan pada setiap formula, dan didapatkan
kandungan obat masing-masing 0,612±0,064 mg, 0,642±0,125 mg, dan 0,559±0,073 mg.
Hasil tersebut didapatkan dengan mengonversikan nilai absorbansi yang didapat ke
persamaan kurva baku y = 0,0482 x + 0,0009 dengan nilai R 0,9998. Hasil dari uji
keseragaman kandungan dapat dilihat pada Tabel II. Masing-masing formula memiliki CV
10,458%, 19,485% dan 13,074%. Dari nilai SD dan CV tersebut menunjukkan bahwa
kandungan obat tidak homogen, karena nilai SD dan CV relatif besar.
Evaluasi kandungan obat dilihat pula dari kandungan obat terukur dibagi dengan
kandungan obat teoritis, dan didapatkan hasil masing-masing 89,726%, 95,174% dan
83,219% untuk formula PVP 1, PVP 2 dan PVP 3, di mana formula PVP 2 memiliki persen
kandungan obat paling tinggi, dan formula PVP 3 memiliki persen kandungan obat paling
rendah. Hal ini tidak sesuai teori di mana konsentrasi polimer paling banyak (PVP 3) dapat
mengikat lebih banyak zat aktif dibandingkan konsentrasi polimer paling sedikit (PVP), ini
dapat disebabkan karena ketidakhomogenan sediaan, di mana adanya variasi bobot pada
setiap potongan sediaan. Range penerimaan keseragaman kandungan obat menurut U.S
Pharmacopeial Convention (2006) adalah 85% - 115%.
Uji Pelepasan Obat secara In Vitro
Hasil pengujian pelepasan obat piroksikam dari matriks hydrocolloid dilakukan
selama 6 jam (DE360) menggunakan alat Franz Diffusion Cell. Hasil DE360 uji pelepasan obat
piroksikam dapat dilihat pada Tabel II. Uji pelepasan obat memiliki hasil data DE360
masing-masing sebesar 33,69±13,39%, 53,87±17,10%, dan 63,83±16,21%.
Gambar 2. Grafik waktu vs %release hydrocolloid matrix piroksikam
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 50 100 150 200 250 300 350 400
% R
ele
as
e
Waktu (Menit)
Grafik Waktu vs % Release Obat Piroksikam
Formula 1 Formula 2 Formula 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tabel II. Rata-rata hasil evaluasi sifat fisika kimia sediaan hydrocolloid matrix piroksikam
Keterangan: a=disimpan dalam suhu 37oC; b=disimpan dalam suhu 45oC; *=p-value < 0.05 (berbeda signifikan, tidak stabil)
For-
mula
Min
gg
u Organoleptis
Bobot ±
SD
(gram)
Kete-
balan
(mm)
pH
Moisture
Content ±
SD (%)
Moisture
Absorption
± SD (%)
Kecepatan
Moisture
Absorption
(g/jam)
Ketahanan
Pelipatan
Kandungan
Obat ± SD
(mg)
DE360
(%) Warna Kejernihan Kehalusan Lain
Basis
1 0
Tak
berwarna Jernih Halus
Tidak
Lengket
0,024±
0,003 0,25 6,9
3,042±
1,811
6,290±
3,881 4,583x10-5 24 - -
Basis
2 0
Tak
berwarna Jernih Halus
Tidak
Lengket
0,033±
0,003 0,32 6,9
4,805±
2,652
6,009±
3,765 1,833x10-5 45 - -
Basis
3 0
Tak
berwarna Jernih Halus Lengket
0,014±
0,001 0,18 6,9
4,972±
3,066
5,614±
4,414 2,250x10-5 44 - -
PVP
1
0 Kuning Terdispersi Halus Tidak
Lengket
0,012±
0,0004 0,16 6,9
4,085±
2,081
6,712±
3,251 4,083x10-5 77 0,612±0.064
33,69±
13,39 4a Kuning Terdispersi Halus
Tidak
Lengket
0,010±
0,002* 0,20 7,1
1,211±
0,870*
8,836±
3,937 3,750x10-5 25 0,571±0.056
4b Kuning Terdispersi Halus Tidak
Lengket
0,011±
0,003 0,15 7,2
1,010±
1,084*
3,572±
1,934 1,667x10-5 25
0,477±0.085
*
PVP
2
0 Kuning Terdispersi Halus Tidak
Lengket
0,016±
0,0005 0,28 6,8
5,166±
2,968
8,980±
3,608 7,250x10-5 50 0,642±0.125
53,87±
17,10 4a Kuning Terdispersi Halus
Tidak
Lengket
0,015±
0,003 0,20 7,0
3,326±
2,082
1,955±
0,859 2,750x10-5 25 0,655±0.088
4b Kuning Terdispersi Halus Tidak
Lengket
0,013±
0,002* 0,15 7,2
0,983±
1,013*
4,850±
3,037* 2,500x10-5 40 0,651±0.045
PVP
3
0 Kuning Terdispersi Halus Lengket 0,026±
0,0036 0,29 6,9
2,607±
1,386
7,621±
3,635 7,000x10-5 25 0,612±0.073
63,83±
16,21 4a Kuning Terdispersi Halus
Tidak
Lengket
0,010±
0,004* 0,10 7,0
8,695±
9,055
1,400±
1,774 3,334x10-6 25 0,533±0.034
4b Kuning Terdispersi Halus Tidak
Lengket
0,013±
0,004* 0,20 7,0
0,746±
0,787
3,806±
2,614 2,000x10-5 15 0,531±0.034
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Proses uji pelepasan obat dilakukan dengan penambahan metanol sebesar 30% pada
medium disolusi yaitu PBS dengan pH 6,4, hal tersebut dilakukan karena zat aktif
piroksikam yang sulit larut dalam air (Dhawan et al. 2016), sehingga dibutuhkan ko-solven
seperti metanol. Namun, adanya polimer PVP K-30 dapat pula meningkatkan kelarutan obat
karena adanya mekanisme pembentukkan pori dan mencegah kristalisasi obat dalam matriks
(Kadajji and Betageri, 2011), karena PVP K-30 merupakan polimer hidrofilik yang mudah
larut dalam cairan.
Mekanisme PVP K-30 dapat meningkatkan kelarutan piroksikam dan mencegah
kristalisasinya adalah dengan membentuk ikatan hidrogen antara gugus O-H dan satu gugus
N-H pada piroksikam dengan gugus karbonil pada PVP K-30 (Wu et al. 2008). Polimer
HPMC sendiri berfungsi sebagai pengontrol pelepasan obat sehingga dapat meningkatkan
disolusi obat dengan kelarutan yang buruk (Rowe et al. 2009). Grafik pelepasan obat
piroksikam dari sediaan hydrocolloid matrix ditunjukkan pada Gambar 2.
Pada uji pelepasan obat dapat diurutkan dari DE360 yang terendah yaitu PVP 1 < PVP
2 < PVP 3, hal tersebut dikarenakan penggunaan polimer hidrofilik seperti PVP K-30 dan
HPMC menyebabkan permeabilitas matriks meningkat, sehingga semakin tinggi proporsi
polimer hidrofilik, difusi obat melalui matriks juga lebih cepat (Kandavilli et al. 2002).
Formula PVP 3 memiliki proporsi polimer hidrofilik paling banyak, sehingga pelepasan
matriks lebih cepat pada formula PVP 3. Formula PVP 1 memiliki DE360 yang relatif kecil
disebabkan karena proporsi polimer yang paling sedikit, hal ini menyebabkan pori yang
terbentuk lebih sedikit, sehingga pelepasan matriks lebih lambat. Selain itu, matrix yang
terlihat seperti suspensi padat, diduga adalah kristal piroksikam yang tidak larut dan ketika
uji pelepasan, pelarut akan lebih mudah melarutkan polimer dalam matrix, dan tidak dapat
melarutkan kristal zat aktif.
Uji Stabilitas Hydrocolloid Matrix Piroksikam
Uji stabilitas dilakukan dengan menempatkan sediaan pada 2 suhu berbeda yaitu
37oC dan 45oC dan didiamkan selama 4 minggu. Uji ini juga dilakukan untuk melihat apakah
sediaan stabil secara fisik (dilihat dari nilai keseragaman bobot, moisture content, dan
moisture absorption) maupun secara kimia (dilihat dari kandungan obat) selama waktu
penyimpanan, dan pada suhu berapa sediaan sebaiknya disimpan. Hasil yang didapat dari
penelitian ini menunjukkan bahwa formula PVP 1 stabil secara kimia pada suhu 37oC,
namun tidak stabil secara fisik. Pada suhu 45oC, formula PVP 1 stabil secara fisik yang
ditunjukkan dengan nilai p-value uji keseragaman bobot dan moisture absorption > 0.05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Formula PVP 2 stabil secara fisik dan kimia pada suhu 37oC, dan stabil secara kimia pada
suhu 45oC, namun tidak stabil secara fisik pada suhu tersebut. Formula PVP 3 stabil secara
fisik (moisture content dan moisture absorption) dan kimia pada suhu 37oC dan 45oC, namun
tidak stabil secara keseragaman bobot. Hasil uji stabilitas dapat dilihat pada Tabel II.
Parameter kritis yang digunakan pada penelitian ini adalah keseragaman kandungan
obat, sehingga dapat disimpulkan bahwa formula PVP 1 stabil pada suhu 37oC, formula PVP
2 stabil pada suhu 37oC dan 45oC, dan formula PVP 3 stabil pada suhu 37oC dan 45oC.
Uji Iritasi Sediaan Hydrocolloid Matrix Piroksikam
Uji iritasi sediaan dilakukan dengan menggunakan basis tanpa obat untuk melihat
apakah sediaan yang dibuat akan mengiritasi penggunanya saat digunakan. Hasil
menunjukkan tidak terdapat iritasi berupa eritema maupun udema pada bagian penempelan
basis, dengan nilai indeks iritasi primer sebesar 0.0, sehingga dapat disimpulkan bahwa
sediaan dapat digunakan tanpa mengiritasi penggunanya (sangat ringan) (ISO 109939-10,
2002). Uji iritasi hanya menggunakan basis (tanpa zat aktif) karena piroksikam dinilai
memiliki sifat anti-inflamasi (Dhawan et al. 2016), sehingga kecil kemungkinan adanya
iritasi saat digunakan. Data ditunjukkan pada Tabel III.
Tabel III. Hasil uji iritasi basis hydrocolloid matrix piroksikam
Jam Kelinci Eritema Udema
Basis 1 Basis 2 Basis 3 Basis 1 Basis 2 Basis 3
24
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
48
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
72
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
Indeks Iritasi
Primer
1 0,0
2 0,0
3 0,0
Kesimpulan Sangat ringan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Dasar Pemilihan Formula Optimal
Kriteria formula optimal yang digunakan untuk uji aktivitas dilihat dari analisis fisik
dan kimia, serta uji stabilitasnya. Analisis statistik digunakan untuk melihat apakah ada
perbedaan yang signifikan antar formula.Analisis statistik menggunakan software R, dan
didapatkan nilai p-value. Pada uji sifat fisik, seperti moiusture content, dan moisture
absorption, memiliki nilai p-value > 0,05, yang berati tidak terdapat perbedaan signifikan
antara ketiga formula, begitu juga dengan uji sifat kimia yaitu kandungan obat dan pelepasan
obat yang memiliki p-value > 0,05, sehingga ketiga formula memiliki kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai formula optimal. Formula PVP 2 dipilih dengan pertimbangan
memiliki rata-rata moisture content, moisture absorption dan kecepatan absorpsi yang paling
tinggi, sehingga diharapkan dapat menyerap eksudat pada ulkus dengan baik. Selain itu,
formula PVP 2 memiliki rata-rata kandungan obat paling tinggi, dan memiliki DE360 yang
berada pada angka 53,87±17,10%.
Uji Aktivitas Hydrocolloid Matrix Piroksikam
Uji aktivitas ini dilakukan dengan menggunakan hewan uji tikus. Tikus yang
digunakan memiliki kriteria sebagai berikut: tikus spesies Rattus novergicus dengan galur
Wistar, berusia 2 bulan, memiliki bobot berkisar antara 160-200 gram.
Tabel IV. Hasil uji aktivitas dan uji histopatologi
Perla-
kuan
Hari Penyembuhan
(Rata-rata±SD (hari)) Keterangan
Tikus
Non
Diabetes
Tikus
Diabetes Tikus Non Diabetes Tikus Diabetes
Kontrol 15±0.577 17±0.577
(a) Kontrol Non Diabetes Belum terdapat serat kolagen, jaringan ikat
sudah terbentuk; Terdapat jaringan granulasi
dan pembuluh darah yang menunjukkan
proses penyembuhan luka mencapai tahap
proliferasi
(b) Kontrol Diabetes Belum terdapat serat kolagen. Terdapat
jaringan granulasi, dan terdapat jaringan ikat
yang menunjukkan proses penyembuhan luka
mencapai tahap proliferasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Tabel IV. (Lanjutan) Hasil uji aktivitas dan uji histopatologi
Basis 15±0.000 16±0.577
(c) Basis Non Diabetes Belum terdapat serat kolagen, lapisan
epidermis menutup sempurna; Terdapat
jaringan granulasi dan pembuluh darah
menunjukkan proses penyembuhan luka
mencapai tahap proliferasi
(d) Basis Diabetes Serat kolagen belum terlalu rapat dan teratur,
masih terdapat jaringan granulasi, dan
jaringan ikat belum terbentuk sempurna
menunjukkan proses penyembuhan luka
mencapai tahap remodelling
Formula 15±0.000 16±0.577
(e) Formula Non Diabetes Belum terdapat serat kolagen, terdapat
jaringan granulasi; Jaringan ikat belum
sempurna dan lapisan epidermis terbentuk
sempurna yang menunjukkan proses
penyembuhan luka mencapai tahap
proliferasi
(f) Formula Diabetes Serat kolagen masih belum rapat dan masih
terdapat jaringan granulasi; Lapisan
epidermis dan jaringan ikat sudah terbentuk
sempurna yang menunjukkan proses
penyembuhan luka mencapai tahap awal
remodelling
Tanpa
Perla-
kuan
- -
(g) Kulit Sehat Bagian-bagian struktur kulit tikus lengkap (tanpa jaringan granulasi), di mana terdapat
bagian epidermis, dan jaringan ikat, susunan kolagen sangat teratur, karena tidak mengalami
proses luka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Tabel IV. (Lanjutan) Hasil uji aktivitas dan uji histopatologi Keterangan:
1 = epidermis
2 = jaringan granulasi
3 = pembuluh darah
4 = folikel rambut
5 = jaringan ikat
6 = kolagen
Tikus yang digunakan berjumlah 6 ekor, yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu tikus
diabetes dan tikus non diabetes. Pemberian hydrocolloid matrix dilakukan setiap 24 jam
hingga luka sembuh. Luka dipantau setiap hari, dan dihitung %wound closure hingga didapat
wound closure 100%. Rata-rata luka mencapai %wound closure hingga 100% pada
kelompok tikus non diabetes adalah 15 hari, sedangkan pada kelompok tikus diabetes,
penutupan luka hingga 100% mencapai 16-17 hari.
Data hari %wound closure mencapai 100% yang ditunjukkan pada Tabel IV.
Analisis statistik dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara
%wound closure kelompok tikus diabetes dengan kelompok tikus non diabetes. Hasil
statistik antara kontrol dengan formula PVP 2 pada tikus diabetes menunjukkan bahwa
penyembuhan luka kontrol lebih lama dibandingkan dengan formula PVP 2, namun formula
PVP 2 tidak secara signifikan dapat mempercepat proses penyembuhan luka sehingga dapat
disimpulkan bahwa sediaan belum dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada
penderita diabetes.
Uji Histopatologi
Uji histopatologi dilakukan setelah penutupan luka mencapai 100%. Uji ini
dilakukan untuk melihat struktur kulit secara mikroskopis dan membandingkan struktur kulit
dari kelompok tikus diabetes dengan struktur kulit dari kelompok tikus non diabetes.
Interpretasi hasil uji histopatologi dapat dilihat pada Tabel IV. Dari hasil uji histopatologi,
kontrol, basis dan formula pada tikus non diabetes masih dalam proses proliferasi, hal ini
berarti bahwa luka sudah menutup, tetapi proses penyembuhan luka belum sempurna.
Kontrol pada tikus diabetes juga masih dalam proses proliferasi, sedangkan basis dan
formula pada tikus diabetes masuk dalam proses remodelling dan proses awal remodelling.
KESIMPULAN
Kombinasi polimer PVP K-30 dan polimer HPMC E6 sebesar 2% dan 4.5%
merupakan formula optimal dalam pembuatan matriks hydrocolloid piroksikam. Kombinasi
ini dapat menghasilkan matriks yang homogen, warna merata, dengan nilai moisture content
sebesar 5,166%, moisture absorption sebesar 8,980% dan DE360 sebesar 53,87%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Hydrocolloid matrix tidak mengiritasi, namun efektivitas matriks sebagai sediaan
penyembuhan luka tidak berbeda signifikan dengan kontrol. Saran untuk penelitian
selanjutnya adalah dilakukan pengujian moisture content dan moisture absoprtion lebih dari
24 jam dan keduanya dilakukan dengan climatic chamber sehingga didapatkan bobot
konstan yang lebih presisi. Saran lain dapat dilakukan optimasi konsentrasi obat piroksikam
agar sediaan yang terbentuk lebih jernih (bukan terbentuk suspensi padat) dan dapat
meningkatkan pelepasan obat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih ditujukan kepada PT. Dexa Medica yang telah memberi bantuan berupa
zat aktif piroksikam dan PT. Erela yang telah memberi bantuan berupa eksipien dalam
penelitian ini. Penelitian ini sebagian didanai dari grant penelitian DP2M DIKTI.
DAFTAR PUSTAKA
Amjad, M., Ehtheshamuddin, M., Chand, S., Hanifa, Sabreesh, M., Asia, R., and Kumar,
G.S., 2011. Formulation and Evaluation of Transdermal Patches of Atenolol. ARPB,
1(2), 109-119.
BPOM, 2014. Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo. Iritasi Akut Dermal.
Jakarta, BPOM RI, 69-76.
British Pharmacopoeia, 1993. British Pharmacopoeia Addendum.
Dhawan, B., Aggarwal, G., and Harikumar, SL., 2016. Enhanced Transdermal Permeability
of Piroxicam through Novel Nanoemulgel Formulation. International Journal of
Pharm. Investigation, 4(2), 65-76.
Dinh, T., Tecilazich, F., Kafanas, A., Doupis, J., Gnardellis, C., Leal, E., Tellechea, A.,
Pradhan, L., Lynos, T., Giurini, J., and Veves, A., 2012. Mechanisms Involved in the
Development and Healing of Diabetic Foot Ulceration. Diabetes, 61, 2937-2947.
El-Gendy, N. A., Abdelbary, G. A., El-Komy, M. H., and Saafan, A. E., 2009. Design and
Evaluation of a Bioadhesive Patch for Topical Delivery of Gentamicin Sulphate.
Current Drug Delivery, 6(1), 50-57.
Francesko, A., Fernandes, M., Rocasalbas, G., Gautier, S., and Tzanov, T., 2015. Advanced
Polymers in Medicine. Polymers in Wound Repair, Spain, Springer Publishing, 401-
431.
Fudholi, A., 2013. Disolusi dan Pelepasan Obat.
Garg, V., Singh, H., Singh, S. K., 2014. Development and Validation of A Sensitive UV
Method for Piroxicam: Application for Skin Permeation Studies. International
Journal of Recent Scientific Research, 5(5), 980-983.
Hilton, J. R., Williams, D. T., Beuker, B., Miller, D. R., and Harding, K. G., 2004. Wound
Dressing in Diabetic Foot Disease. Clinical Infectious Disease, 39, 100-103.
International Standard ISO 10993-10, 2002. Biological Evaluation of Medical Devices, Part
10 – Tests for Irritation and delayed-type hypersensitivity.
International Diabetes Federation, 2015. Indonesia, http://www.idf.org/membership
/wp/indonesia, diakses tanggal 24 Maret 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Kadajji, V., G., and Betageri, V., 2011. Water Soluble Polymers for Pharmaceutical
Applications. Polymers, 3, 1972-2009.
Kandavilli, S., Nair, V., and Panchagnula, R., 2002. Polymers in Transdermal Drug Delivery
Systems. Pharmaceutical Technology, 2002, 62-80.
Liu, Y., Min, D., Bolton, T., Nube, V., Twigg, S. M., Yue, D. K., and McLennan, S. V.,
2009. Increased Matrix Metalloproteinase-9 Predicts Poor Wound Healing in
Diabetic Foor Ulcers. Diabetic Care, 32(1), 117-119.
Mazumder, M. K., Battacharya, P., and Borah, A., 2014. Inhibition of Matrix
Metalloproteinase-2 and 9 by Piroxicam Confer Neuroprotection in Cerebral
Ischemia: An in silico Evaluation of The Hypothesis. Medical Hypothesis, 83, 697-
701.
McLennan, S. V., and Yue, D. K., 2008. Matrix Metalloproteinases and Their Roles in Poor
Wound Healing in Diabetes. Wound Practice and Research, 16(3), 116-121.
Park, C., Ma, K., Jang, S., Son, M., and Kang, M., 2014, Comparison of Piroxicam
Pharmacokinetics and Anti-Inflammatory Effect in Rats after Intra-Articular and
Intramuscular Administration. Biomol Ther., 22(3), 260-266.
Pudyastuti, B., Nugroho, A. K., dan Martono, S., 2014. Formulasi Matriks Transdermal
Pentagamavunon-0 dengan Kombinasi Polimer PVP K30 dan Hidroksipropil
Metilselulosa. Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 11(2), 44-49.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Shirsand, S.B., Ladhane, G.M., Prathap, S., and Prakash, P.V., 2012. Design and Evaluation
of Matrix Transdermal Patches of Meloxicam. RGUHS J Pharm Sci., 2(4), 58-65.
Singh, N., Armstrong, D. G., and Lipsky, B. A., 2005. Preventing Foot Ulcers in Patients
with Diabetes. Jama, 293, 217-28.
Tapan, E., 2005. Penyakit Degeneratif.
Thu H., Zulfakar, M. H., Ng, S., 2012. Alginate based bilayer hydrocolloid films as potential
slow-release modern wound dressing. International Journal of Pharmaceutics,
434(2012), 375-383.
Toshkhani, S., Shilakari, G., and Asthana, A., 2013. Advancements in Wound Healing
Biodegradable Dermal Patch Formulation Designing. Inventi Rapid: Pharm Tech.,
2013(3), 1-11.
U.S. Pharmacopeial Convention, 2006. General Chapter:<905>Uniformity of Dosage Unit
in U.S. Pharmacopeial Convention, USP 29–NF 24.
Wu, K., Li, J., Wang, W., and Winstead, D. A., 2008. Formation and Characterization of
Solid Dispersions of Piroxicam and Polyvinylpyrrolidone Using Spray Drying and
Precipitation with Compressed Antisolvent. Journal of Pharmaceutical Sciences,
98(7), 2422-2431.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
LAMPIRAN
Lampiran 1. Proposal Penelitian
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang, disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah secara terus menerus (kronis) akibat kekurangan insulin baik kuantitatif
maupun kualitatif (Tapan, 2005). Prevalensi penderita DM di Indonesia
menurut International Diabetes Federation (2015) sebesar 6,2%, dengan
rentang umur antara 20-79 tahun di maprauna merupakan umur produktif
orang Indonesia. Wild, et al. (2004) memprediksikan adanya kenaikan jumlah
penyandang DM di Indonesia, dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar
21,3 juta pada tahun 2030.
Peningkatan populasi penderita DM akan berdampak pada
peningkatan kejadian ulkus kaki diabetik sebagai komplikasi kronis DM,
dimana sebanyak 15-25% penderita DM akan mengalami ulkus kaki diabetik
di dalam hidup penderita (Singh, Armstrong and Lipsky, 2005). Risiko
infeksi dan amputasi masih cukup tinggi, yaitu 40-80% karena ulkus kaki
diabetik memiliki faktor risiko utama yaitu neuropati perifer yang memicu
terjadinya kerusakan kulit dan jaringan subkutan, serta infeksi bakteri
sehingga terjadi pembusukan luka dan proteolisis (Bernard, 2007; Jeffcoat
and Harding, 2003; Leung 2007).
Ulkus kaki, secara normal dapat sembuh melalui suatu proses
penyembuhan luka yang terjadi dalam beberapa tahap, namun menurut
Tellechea et al. (2010), terdapat gangguan proses penyembuhan luka pada
penderita diabetes. Penderita diabetes mengalami gangguan ekspresi dan
aktivasi MMP terutama MMP-9, karena tingginya kadar glukosa dalam
darah. MMP-9 merupakan enzim yang bertanggung jawab pada degradasi
matriks ekstraseluler (kolagen), protease ini mengalami peningkatan
sehingga penyembuhan luka berjalan lebih lambat (McLennan and Yue,
2008; Dinh et al., 2012).
Piroksikam merupakan golongan nonsteroidal anti-inflammatory
drugs (NSAID) dan tergolong dalam BCS kelas II di mana memiliki kelarutan
yang kecil, yang bekerja sebagai inhibitor sintesis prostaglandin yaitu
mediator nyeri untuk pengobatan rheumatoid arthritis dan osteoarthritis
(Aronson, 2009; Dhawan, Aggarwal and Harikumar, 2016). Mazumder,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Battacharya and Borah (2014) menambahkan dalam studinya bahwa
piroksikam juga memiliki sifat neuroprotektif dengan menghambat dan
downregulation MMP-2 dan MMP-9. Berdasarkan sifat dan mekanisme
tersebut, piroksikam berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat untuk
mempercepat penyembuhan ulkus kaki diabetik.
Wound dressing merupakan suatu bagian dalam manajemen
penanganan ulkus kaki diabetik. Secara ideal, wound dressing untuk ulkus
kaki diabetik dapat membuat pasien merasa nyaman, tidak membuat luka
menjadi lebih buruk, dapat menjaga kebersihan dan kelembaban luka, juga
dapat mengobati infeksi yang terjadi (Hilton et al., 2004; Hariani, dan
Perdanakusuma, 2008). Penggunaan balutan yang efektif dan tepat, dapat
membantu penanganan ulkus kaki diabetik, di mana ulkus banyak
mengeluarkan eksudat, sehingga pemilihan sediaan menjadi sangat penting
(Hilton et al., 2004).
Hydrocolloid yang merupakan salah satu jenis wound dressing patch,
di mana material hydrocolloid didesain agar menciptakan sifat oklusif,
mampu menjerat eksudat di dalam balutan dan mampu menghidrasi luka
(Hilton et al., 2004). Hydrocolloid yang diaplikasi langsung pada area
terinfeksi, di mana bagian stratum corneum dari kulit sudah rusak, seperti
ulkus kaki diabetik, memiliki efek terapi lebih baik dan berfungsi sebagai
wound healing (Toshkhani, Shilakari and Asthana, 2013).
Keefektifan suatu wound healing seperti hydrocolloid patch untuk
menyembuhkan luka, bergantung dari polimer patch tersebut, di mana
polimer merupakan bagian dari hydrocolloid patch yang berfungsi sebagai
matrix former. Komponen polimer hidrofilik seperti polivinil pirolidon (PVP)
dapat meningkatkan laju pelepasan obat pada suatu sediaan, sehingga yang
menghasilkan laju disolusi yang tinggi dengan pembentukan pori dan
mencegah kristalisasi obat dalam matriks (Kandavilli, Nair and Panchagnula,
2002; Pudyastuti, Nugroho dan Martono, 2014). Penggunaan PVP diketahui
untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi obat yang kelarutannya kecil,
dan dapat digunakan untuk meningkatkan laju disolusi obat NSAIDs yang
sukar larut (Saeed et al., 2006; Lyn, et al., 2011). Konsentrasi PVP sebagai
pembawa obat ditetapkan dengan range 10-25% (Rowe et al., 2009). PVP
merupakan polimer hidrofilik yaitu komponen pembentuk hidrogel yang
dapat digunakan sebagai matriks pembawa dalam sediaan yang kering, dan
akan mengembang selama terjadinya pelepasan obat (Hincal and Kas, 1998).
Hydrocolloid merupakan sediaan yang disarankan sebagai salah satu
pilihan dalam wound management, salah satu contohnya adalah Tegaderm
Hydrocolloid yang mengandung polimer poliuretan, juga Comfeel yang
mengandung polimer CMC dan Na alginat. Hydrocolloid yang banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
ditemukan, sebagian besar menggunakan polimer alami, maka, pada
penelitian ini digunakan PVP sebagai polimer sintetik. Polimer sintetik dapat
menunjukkan kekuatan mekanis yang lebih superior dibandingkan polimer
alami karena mereka memiliki ikatan cross-link yang meningkatkan sifat
mekanis dari sediaan (Francesko et al., 2015). Maka, perlu dilakukan
pengembangan hydrocolloid matrix piroksikam untuk ulkus kaki diabetik,
yang mampu menjerat eksudat dan menjaga kelembaban luka, serta
menghambat MMP-9 yang pemakaiannya juga dapat bertahan lama, sehingga
memudahkan dan membuat pasien nyaman.
Pemakaian hydrocolloid yang dapat bertahan lama bergantung dari
pelepasan serta penghantaran obatnya, yaitu dengan waktu aksi yang panjang
dan pelepasan obat yang terkontrol sehingga mempercepat penyembuhan
ulkus kaki diabetik. Keefektifan polimer dalam menghantarkan obat dari
sediaan untuk mencapai kadar efektif terapi perlu dioptimasi sehingga
diketahui konsentrasi optimalnya. Maka, dalam penelitian ini dilakukan
optimasi konsentrasi polimer polivinil pirolidon untuk memperoleh formula
yang paling optimal.
1.2 Rumusan Masalah
a. Berapa konsentrasi PVP optimal pada hydrocolloid matrix diabetic
wound healing dengan zat aktif piroksikam?
b. Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi PVP terhadap sifat dan
stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix diabetic wound healing
piroksikam?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui konsentrasi PVP optimal pada sediaan hydrocolloid matrix
diabetic wound healing dengan zat aktif piroksikam.
b. Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi PVP terhadap sifat dan
stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix diabetic wound healing
piroksikam.
1.4 Urgensi Penelitian
Penelitian ini berguna dalam pengembangan sediaan berbentuk
wound dressing patch piroksikam sebagai diabetic wound healing yang dapat
mempercepat proses penyembuhan luka pada penderita diabetes,
mempermudah penderita dalam menggunakan penyembuh luka (wound
dressing patch piroksikam) sehingga dapat mengurangi angka kejadian
amputasi akibat ulkus diabetik.
1.5 Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
perkembangan ilmu kefarmasian di Indonesia yang berkaitan dengan sediaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
wound dressing patch piroksikam sebagai penyembuh luka, yang secara
khusus ditujukan kepada penderita diabetes dengan ulkus.
1.6 Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah konsentrasi polimer
PVP yang optimal dalam sediaan hydrocolloid matrix piroksikam sebagai
diabetic wound healing yang mampu mempercepat proses penyembuhan luka
bagi penderita diabetes, serta pengaruh polimer PVP terhadap sifat dan
stabilitas fisis dan kimia hydrocolloid matrix piroksikam.
1.7 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu kefarmasian khususnya berkaitan dengan aktivitas piroksikam dalam
sediaan hydrocolloid matrix sebagai diabetic wound healing untuk
mempercepat penyembuhan luka pada penderita diabetes, dan dapat pula
dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara ilmiah
mengenai sediaan hydrocolloid matrix piroksikam sebagai diabetic
wound healing dalam mempercepat proses penyembuhan luka pada
penderita diabetes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Luka
Luka merupakan suatu kerusakan atau gangguan terhadap struktur dan
fungsi anatomi atau jaringan normal. Penyembuhan luka pada kondisi normal
memiliki beberapa fase, yaitu fase akut (hemostatis, inflamasi), fase
proliferatif (granulasi, epitalisasi) dan fase remodeling. Proses ini merupakan
respon fisiologi seluler normal yang menghasilkan suatu integritas anatomi
dan fungsional jaringan yang kembali normal (Lobmann, Schultz and
Lehnert, 2005; Gabriel, et al., 2015; Velnar, Bailey and Smrkolj, 2009).
Fase hemostatis, ditandai dengan terjadinya konstriksi vaskuler dan
pembentukan fibrin clot (fibrin beku). Bekuan dan jaringan ini akan
melepaskan sitokin pro-inflamasi dan growth factors. Sel-sel inflamasi akan
bermigrasi menuju daerah luka (kemotaksis) dan memicu fase inflamasi (Guo
and DiPietro, 2010).
Fase inflamasi ditandai dengan terjadinya infiltrasi dari neutrofil,
makrofag, dan limfosit. Neutrofil bertugas untuk membersihkan mikroba dan
debris seluler dalam luka. Makrofag bertugas dalam melepaskan sitokin yang
memicu terjadinya respon inflamasi, juga bertugas membersihkan sel-sel
apoptosis yang melakukan perbaikan, mendorong terjadinya regenerasi
jaringan, dan mendorong ke arah fase proliferasi. Limfosit yang berperan aktif
adalah limfosit T, yang akan mengalami puncak dalam fase proliferasi lanjut
atau remodeling awal (Guo and DiPietro, 2010).
Fase proliferasi ditandai dengan proliferasi epitel dan reepitelialisasi.
Proses ini mencakup munculnya fibroblas dan sel-sel endotel dan terjadinya
pertumbuhan kapiler, pembentukkan kolagen, dan jaringan granulasi, yang
terjadi di dalam dermis, sedangkan pada dasar luka, fibroblas akan
memproduksi kolagen, glikoaminoglikan dan proteoglikan, yaitu komponen
dari matriks ekstraseluler (Guo and DiPietro, 2010).
Fase remodeling yang ditandai dengan kembali normalnya luka karena
terjadi regresi kapiler. Fase ini tergolong fase yang paling kritis karena
terdapat proses remodeling matriks ekstraseluler untuk mencapai suatu
jaringan normal kembali (Guo and DiPietro, 2010).
2.2. Luka pada Penderita Diabetes
Ulkus kaki diabetikum adalah keadaan di mana ditemukannya suatu
infeksi, tukak atau destruksi ke jaringan kulit paling dalam pada kaki
penderita Diabetes Mellitus (DM). Infeksi yang terjadi dapat disebabkan
karena adanya abnormalitas saraf dan adanya gangguan pembuluh darah arteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
perifer (Roza, Afriant dan Edward, 2015). Keadaan hiperglikemia secara terus
menerus menyebabkan terjadinya hiperglisolia, yang merupakan keadaan sel
yang banyak mengandung glukosa. Hiperglisolia kronik yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan homeostatis biokimiawi sel yang
berpotensi terjadinya komplikasi kronik DM (Roza, Afriant dan Edward,
2015).
Ulkus kaki diabetikum terjadi karena adanya aksi simultan dari
beberapa faktor penyebab. Faktor utama penyebab terjadinya ulkus adalah
neuropati perifer dan iskemik dari gangguan vaskular perifer. Neuropati pada
pasien diabetes dimanifestasikan pada saraf motorik, otonomik, dan sensorik
(Pendsey, 2010). Neuropati motorik akan mempengaruhi otot-otot yang
terdapat pada kaki. Neuropati sensorik dialami dengan hilangnya sensasi nyeri
dan tekanan, juga propriosepsi atau sensasi dalam merasakan posisi kaki,
sedangkan neuropati otonom ditandai dengan keringnya kulit, tidak
berkeringat, meningkatnya pengisian kapiler sekunder yang dteruskan dengan
timbulnya fisura, kerak kulit dan rentannya kaki terhadap trauma yang
minimal (Singh, Armstrong and Lipsky, 2005). Secara iskemik, kaki
penderita diabetes akan terasa lebih dingin, tidak teraba pulsasi, kulit yang
tipis, halus dan tanpa rambut, dan tidak ada rest pain akibat neuropati
(Edmonds, 2006).
Wagner-Meggit (1986) mengklasifikasikan kelas-kelas luka diabetik
berdasarkan kedalaman luka yang dialami, yang dibagi dalam 6 kelas (grade).
Grade 0 merupakan tingkatan luka di mana kulit penderita masih terlihat utuh.
Grade 1 adalah luka yang tergolong masih dangkal, sedangkan grade 2
merupakan luka yang dalam hingga tendon, tulang maupun persendian. Grade
3 merupakan luka yang juga dalam dengan abses atau osteomielitis. Grade 4
ditandai dengan munculnya gangren sebagian, dan grade 5 ditandai dengan
munculnya gangren pada keseluruhan bagian.
Gangguan penyembuhan ulkus kaki diabetik tersebut, menurut
Tellechea et al. (2010) disebabkan karena empat faktor yaitu hiperglikemia
yang berlangsung terus menerus, lingkungan pro-inflamasi, penyakit arteri
perifer, serta neuropati perifer. Bagan pada Gambar 1. menjelaskan bahwa
pada penderita DM, timbul gejala-gejala seperti disebutkan di atas. Gejala-
gejala tersebut menyebabkan perubahan fungsi sel imun, respon inflamasi
yang kurang baik, disfungsi sel endotelial, dan gangguan neovaskularisasi.
Dalam hal ini, inflamasi dan neovaskularisasi merupakan hal penting dalam
penyembuhan luka, namun, pada penderita DM, proses respon inflamasi akut
dan angiogenesis terganggu, yang menyebabkan terjadinya penyembuhan
luka abnormal. Penyembuhan luka yang terhambat dikarakterisasi dengan
adanya peningkatan dari matriks metalloproteinase (MMP), penurunan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
tissue inhibitors of metalloproteinase (TIMP), dan penurunan dari beberapa
faktor pertumbuhan (Liu, et al., 2009).
Lobmann, Schultz and Lehnert (2005) menjelaskan hubungan
gangguan fungsi sel, ketidak seimbangan inflamasi, protease, sitokin, dan
faktor pertumbuhan. Pada ulkus kaki diabetik terjadi peningkatan apoptosis
fibroblas, dan penurunan proliferasi sel fibroblas, dan reaksi inflamasi
memanjang, serta adanya neutrofil granulosit dalam jumlah besar dalam luka.
Neutrofil granulosit dan sel inflamantori mensekresi sitokin proinflamasi
terutama TNF-α dan interleukin-1 β (IL-1β), di mana ketika dalam keadaan
berlebih, kedua sitokin ini menstimulasi produksi yang tinggi dan abnormal
dari matrix metaloproteinase (MMP) dan radikal bebas, yang merupakan
bahan bakar utama dalam proses terjadinya inflamasi (Lobmann, Schultz and
Lehnert, 2005; Gibson, et al., 2009). Radikal bebas, berfungsi sebagai
pembunuh bakteri dan bertugas untuk membersihkan luka, namun, jika
berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan jaringan (Gibson, et al., 2009).
Gambar 1. Gangguan penyembuhan luka pada penderita diabetes
(Tellechea, et al., 2010).
Studi telah mengemukakan bahwa hiperglikemia sendiri memiliki efek
yang merusak pada tahap penyembuhan luka dengan adanya formasi dari
advance glycation end-products (AGEs) yang menginduksi produksi molekul
inflamantori (TNF-α, IL-1β) dan gangguan pada sintesis kolagen (Tsourdi, et
al., 2013). Advance glycation end-products (AGEs) merupakan modifikasi
dari protein atau lipid yang secara non-enzimatik terglikosilasi dan teroksidasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
setelah adanya kontak dengan gula (aldosa). AGE merupakan molekul
berfloresen, memproduksi ROS, berikatan spesifik dengan reseptor sel yang
spesifik, dan membentuk cross-links (Goldin, et al., 2006).
Matriks metalloproteinase (MMP) merupakan famili dari enzim
pendegradasi matriks ekstraseluler. MMP-9 merupakan biomarker pro-
inflamasi, yang merupakan famili dari endoproteinase yang mengandung
zinc, yang berimplikasi pada remodeling sel kronis, migrasi, adhesi dan
apoptosis. MMP-9 diproduksi karena aktivasi dari sel inflamantori seperti
neutrofil polimorfonuklear dan makrofag serta sel luka, seperti sel epitel,
fibroblas, dan sel endotelial vaskuler (Sachwani, et al., 2016; Gibson, et al.,
2009).
MMP merupakan protease utama yang terlibat dalam regulasi
remodeling matriks ekstraseluler. MMP secara normal memiliki peran dalam
penyembuhan luka seperti membersihkan matriks ekstraseluler yang rusak
dan membersihkan bakteri pada tahap inflamasi, mendegradasi membran
yang mengelilingi kapiler sehingga sel endotelial vaskuler dapat bermigrasi
menuju luka dan menciptakan pembuluh darah baru pada luka (angiogenesis),
serta mensintesis kontraksi parut matriks ekstraseluler, dan membentuk
matriks ekstraseluler yang baru (Gibson, et al., 2009). Namun, walaupun
MMP memiliki peranan penting dalam penyembuhan luka, ketika MMP
(terutama MMP-9) ditemukan dalam kadar yang tinggi, dalam waktu yang
lama dan pada tempat yang tidak tepat, protease ini akan mulai mendegradasi
protein lain yang bukan substratnya. Penyimpangan sintesis dari MMP dan
perubahan keseimbangan dari enzim/inhibitor menunjukkan adanya
kekacauan dari matriks ekstraseluler. Penyimpangan ini menyebabkan
kerusakan dari protein-protein seperti faktor pertumbuhan, dan protein
matriks ekstraseluler yang berperan penting dalam penyembuhan luka dan
akhirnya menghasilkan luka yang tidak sembuh (Muller, et al., 2008; Gibson,
et al., 2009).
Luka kronis mungkin disebabkan karena terjadinya fase inflamasi yang
berlebihan, ini didukung dengan adanya studi yang menyatakan bahwa MMP
banyak ditemukan pada eksudat dari luka kronis dibandingkan luka akut (Liu,
et al., 2009). Mekanisme peningkatan sekresi MMP-9 belum diketahui secara
tepat, namun, dikaitkan dengan peningkatan inflamasi, hal itu terjadi karena
MMP-9 diekspresikan kemungkinan besar oleh neutrofil dan makrofag, di
mana kedua tipe sel ini penting dalam respon inflamasi. Peningkatan level
MMP-9 meperlihatkan variasi luka kronis yang sulit disembuhkan, termasuk
ulkus kaki diabetes (Dinh, et al., 2012; Liu, et al., 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2.3. Piroksikam
Gambar 2. Struktur Molekul Piroksikam (Redasani, Shinde and
Surana, 2014).
Piroksikam (4- hydroxy-2- methyl-N-2- pyridinyl- 2H- 1,2-
benzothiazine-3 carboxamide 1,1-dioxide ; PX) merupakan salah satu obat
NSAID dan berasal dari kelas oksikam. Piroksikam memiliki rumus molekul
C15H13N3O4S, dan berbentuk kristalin solid berwarna putih (International
CHEMTREC, 2015). Piroksikam dikenal sebagai analgesik dan obat anti-
inflamasi dan secara luas diketahui sebagai treatment untuk penyakit
rheumatic. Penelitian terbaru mengatakan bahwa Piroksikam juga dikenal
sebagai kemoterapetik kanker (Park, et al., 2014; Dkhil, 2011; Mealey, 2013).
Piroksikam bekerja secara tidak selektif pada enzim cyclooxygenase-1
(COX-1) dan COX-2. Siklooksigenase (COX) merupakan suatu enzim kunci
proinflamasi yang mengonversi asam arakidonat menjadi prostaglandin.
Interaksi antara piroksikam dengan enzim siklooksigenase, ditunjukkan
dengan adanya ikatan hidrogen antara gugus karboksamida dari piroksikam
dan residu Serin530 dan dan residu Tirosin355 dari enzim COX-1, sedangkan
pada enzim COX-2 ditunjukkan dengan adanya ikatan hidrogen antara gugus
benzotiazine dari piroksikam dengan residu Arginin120 dan Tirosin355 dari
enzim. Dari analisis ini, interaksi-interaksi yang terbentuk memiliki binding
energy yang sama, di mana menyatakan bahwa piroksikam merupakan obat
yang tidak selektif terhadap enzim COX-1 maupun COX-2 (Campione, et al.,
2015). Prostaglandin (PGE2) berkontribusi terhadap rasa sakit dan berbagai
penyakit inflamasi (Chiong et al., 2013). Selain itu, PGE2 juga dapat
meningkatkan regulasi dari MMP-9 dengan menginduksi ekspresi dan sekresi
dari MMP-9 (Yen, Khayrullina, and Winstead, 2008). Piroksikam memiliki 2
nilai pKa yaitu 1,8 dan 5,2 tergantung dari gugus piridil dan enol, dan
bergantung dari pH-nya, maka obat dapat berbentuk kationik, netral maupun
anionik. Transport pasif dari piroksikam melewati kulit mamalia relatif
rendah (Wahtoni, Pamudji dan Darijanto, 2012).
Piroksikam merupakan obat yang tergolong dalam BCS kelas II di mana
memiliki kelarutan yang kecil, selain itu memiliki karakteristik polimorfisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Strukturnya mengandung satu gugus O-H dan satu gugus N-H yang dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan gugus karbonil pada polimer PVP
(Dhawan, Aggarwal and Harikumar, 2016; Wu, et al., 2008). Piroksikam
memiliki massa molekul 331,35 g/mol, dan titik lebur sebesar 199o C.
Piroksikam merupakan molekul yang sukar larut dalam air dingin, dan
kelarutannya dalam etanol hangat sebesar 5 mg/ml. Piroksikam memiliki logP
sebesar 1,8 (Santa Cruz Biotechnology, 2016; International CHEMTREC,
2015).
Dalam studi terbaru, potensi inhibisi MMP-2 dan MMP-9 dari
Piroksikam telah diselidiki, dari ikatan inhibitor pada daerah endopeptidase
yang aktif. Piroksikam membentuk ikatan hidrogen dengan residu Prolin421,
Tirosin432, Leusin188, dan alanin189 pada sisi aktif MMP-9, di mana
memiliki energi ikatan yang tinggi, namun dari semua interaksi tersebut,
ikatan dengan residu Prolin421 merupakan interaksi yang paling kritis karena
dapat membentuk dua ikatan hidrogen sekaligus. Piroksikam menunjukkan
dapat memberikan efek neuroproteksi dengan menghambat MMP-2 dan
MMP-9, sehingga menghambat remodeling matriks ekstraseluler dan
mengurangi gangguan barier sawar darah otak (Mazumder, Battacharya and
Borah, 2014).
2.4. Sediaan Penyembuh Luka
Sediaan penyembuh luka merupakan bagian penting dalam suatu
pelayanan farmasi. Fungsi utamanya adalah untuk menjaga luka tetap kering
dengan membuat eksudat luka menguap dan mencegah masuknya bakteri
jahat masuk ke dalam luka. Pengobatan luka modern ini, secara dasar,
dilakukan dengan menciptakan sebuah keadaan lingkungan lembab untuk
luka, sirkulasi oksigen yang baik agar sel dan jaringan dapat beregenerasi, dan
mencegah masuknya bakteri, sehingga sel dapat tetap bergerak, demi
tercapainya perawatan luka yang baik (Boateng et al., 2007).
Sebuah sediaan penyembuh luka yang ideal harus memiliki sifat
lembab. Dengan menjaga luka tetap lembab dengan penggunaan sediaan
penyembuh luka, dapat dikaitkan dengan peningkatan laju penyembuhan,
mengurangi nyeri, mengurangi infeksi, namun dapat tetap terjangkau oleh
masyarakat. Sediaan juga harus mampu menyembuhkan dengan menyerap
eksudat. Hal tersebut dibutuhkan karena dalam beberapa kasus, luka akan
memproduksi banyak eksudat, sehingga dibutuhkan sediaan yang dapat
menyerap eksudat tersebut. Sediaan yang dibutuhkan adalah yang memiliki
kapasitas besar untuk dapat mengambil eksudat tersebut, dan diharapkan
semakin kecil frekuensi untuk mengganti sediaan dengan yang aplikasi yang
baru. Sediaan penyembuh luka juga harus mampu menjaga hidrasi. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
tersebut dibutuhkan karena pada fase penyembuhan, dibutuhkan sediaan yang
dapat menjaga kelembaban luka dalam pembentukkan kembali jaringan baru,
karena ketika eksudat meningkat, maka absorbent akan cenderung
mendehidrasi luka/jaringan yang luka (Ovington, 2007).
Hilton et al. (2004) mengatakan bahwa sebuah sediaan penyembuh
luka atau wound dressing yang ideal untuk penderita ulkus kaki diabetik
adalah sediaan yang sederhana sehingga tidak memakan banyak ruang,
terutama jika penderita mengenakan alas kaki. Sediaan juga harus dapat
bekerja secara optimal terutama di tempat tertutup, dan banyak mengalami
gesekan, sediaan juga tidak menambah infeksi, dan dapat menyerap eksudat
luka, atau bahkan dapat mengeringkan luka. Berkaitan dengan kenyamanan
pasien, sediaan sebaiknya dapat diganti secara periodik tertentu dan mudah
diaplikasi.
Bentuk penyembuh luka atau balutan memiliki karakteristik tersendiri
yang penggunaannya disesuaikan dengan luka. Bentuk nonadherent atau low-
adherence dressings merupakan perawatan standar untuk ulkus kaki diabetik.
Balutan ini didesain untuk luka atraumatik dan untuk menyediakan suasana
lembab untuk luka. Jenis balutan luka ini tidak didesain secara spesifik untuk
luka infeksi tetapi dapat digunakan secara aman sebagai rangkaian perawatan
menggunakan antibiotik.
Bentuk hydrocolloids merupakan balutan semipermeabel, bersifat
oklusif untuk eksudat luka, dan absorben. Balutan tipe ini merupakan sebuah
lapisan absorben pada sebuah film atau foam. Material hydrocolloid didesain
agar menciptakan sifat oklusif, mampu menjerat eksudat di dalam balutan dan
mampu menghidrasi luka dan menciptakan lingkungan yang lembab.
Penggunaan balutan ini pada luka yang banyak mengeluarkan eksudat dapat
menyebabkan kulit di sekitarnya menjadi basah. Balutan ini cocok digunakan
untuk luka infeksi. Namun, balutan ini mungkin lebih tepat digunakan sebagai
sediaan preventif daripada untuk pengobatan terutama untuk luka infeksi.
Bentuk lain yaitu hydrogels. Balutan jenis ini mirip dengan
hydrocolloid, di mana digunakan untuk memfasilitasi autolisis pada jaringan
yang nekrosis, tetapi memiliki perbedaan, di mana, jenis ini mampu
memberikan lembab, maksudnya, lembab berasal dari balutan, untuk luka
yang kering, sehingga dapat membuat luka menjadi basah. Penggunaannya
pada pasien ulkus kaki diabetik dapat menjadi tambahan dalam pengobatan
pada kondisi nekrosis atau jaringan yang mati. Bentuk foam merupakan salah
satu perawatan yang memiliki area yang luas untuk absorbsi, mampu
membuat suatu isolasi suhu, dan mudah untuk dibentuk (dalam aplikasinya).
Jenis ini dapat menjadi pilihan dalam pengobatan karena sifat absorben dan
kenyamanannya dalam aplikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Bentuk alginates adalah absorben yang baik, di mana penggunaannya
dengan meletakkan alginate pada luka, yaitu pada luka yang berlubang.
Balutan ini akan menciptakan kondisi hemostatis, dan atraumatik dalam
perubahannya. Dalam penggunaannya, jika diperlukan penggantian atau
pengobatan telah selesai, maka sangat penting untuk memastikan bahwa
semua alginate telah dimabil dari lubang luka, karena jika tidak, dapat
menyebabkan timbulnya luka atau infeksi baru. Balutan ini mungkin dapat
bersifat bakteriostatik, dan secara aman dapat digunakan pada ulkus kaki yang
terinfeksi.
Bentuk lain adalah iodine preparations yang biasanya digunakan
sebagai antiseptik dan diaplikasikan pada luka infeksi lokal, yang dikombinasi
dengan antibiotik sistemik. Balutan ini tersedia dalam 2 preparasi yaitu
cadexomer-iodine dan povidone-iodine, di mana iodine bersifat barkerisidal.
Balutan iodine merupakan absorben yang baik, dan berfungsi dalam
mencegah baretan pada kulit yang lukanya mengeluarkan eksudat. Bentuk
silver-impregnated dressings digunakan untuk penggunaan topikal, yang
bersifat antimikroba, yang sistem penghantarannya dengan silver nitrate atau
silver sulfadiazine. Silver nitrate memiliki efek sitotoksik pada sel host,
balutan sering digunakan untuk perawatan jaringan yang mengalami
hipergranulasi, namun aplikasinya dapat membuat tidak nyaman. Silver
sulfadiazine juga memiliki aksi antimikroba, banyak digunakan pada luka
bakar kronis (Hilton et al., 2004).
2.5. Sediaan Hydrocolloid Wound Dressing
Sediaan yang dapat digunakan untuk luka sangat banyak ditemui,
namun, setiap luka memiliki karakteristiknya tersendiri, sehingga dibutuhkan
sediaan yang sesuai untuk menyembuhkan luka. Patch merupakan sebuah
sistem penghantaran yang memiliki backing adhesive, elastomer, dan gelling
agents yang biasanya diaplikasikan pada bagian luar tubuh. Komposisi patch,
secara pasif berdifusi atau secara aktif melakukan transport dari bagian patch
ke bagian tubuh tempat aplikasi sediaan tersebut. Patch sering disebut juga
extended release film/system dan dapat digunakan sebagai wound dressing
(Food and Drug Administration, 2009).
Hydrocolloid patch merupakan sediaan dengan formula yang
mengandung elastomer, adhesive, dan gelling agents. Sediaan atau balutan
hydrocolloid patch bersifat tahan air, dan mampu membuat nyaman
pemakainya, dan fleksibel. Hydrocolloid patch bertujuan agar cairan luka
(eksudat) dapat dijerat dan diserap, dan nantinya hydrocolloid matrix akan
membentuk massa viskos, gel koloidal pada lapisan luka, di mana akan
meningkatkan kelembaban pada daerah luka, mekanisme tersebut yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
menyebabkan hydrocolloid matrix secara cepat menjadi lebih lembut dan
bermassa spongy pada daerah luka. Gel yang terbentuk bersifat kohesif,
sehingga sediaan akan tetap utuh. Pada tahap awal, balutan akan menahan uap
air untuk keluar dari luka, tetapi lama kelamaan hydrocolloid matrix akan
lebih permeabel dan luka akan secara bertahap menjadi lebih kering (Bryant
and Nix, 2016; Woodford, 2008). Hydrocolloid patch banyak digunakan
sebagai manajemen pengobatan pressure ulcer yang sudah mencapai kategori
atau stage II dan III, di mana pada pada stage II kulit terluar dari luka melepuh
sebagian, dan pada stage III, di mana kulit pada luka sudah melepuh semua
bagian, dan terlihat bagian lemaknya (Fletcher et al., 2011).
Pelepasan obat dari suatu formulasi yang mengandung polimer, dapat
melalui satu atau beberapa proses, yaitu (a) hidrasi polimer oleh cairan
eksudat, dengan adanya kontak antara sediaan yang kering dengan eksudat
yang berpenetrasi ke dalam polimer dan (b) pengembangan dan
pembentukkan gel, di mana gel akan bertindak sebagai barrier pada saat obat
berdifusi, (c) difusi obat melalui gel yang mengembang tersebut, dilakukan
oleh aktivitas hidrolitik dari enzim yang terdapat di eksudat luka dan (d) erosi
akhir dari polimer gel (Boateng et al., 2008).
Hydrocolloid patch bekerja dengan menciptakan lingkungan yang
optimal untuk penyembuhan luka. Hydrocolloid patch menciptakan
lingkungan luka yang lembab, dan dapat mendorong terjadiya angiogenesis,
dan meningkatkan fibroblas, menstimulasi produksi jaringan granulasi dan
sintesis kolagen. Selain itu, hydrocolloid patch juga membantu rehidrasi
jaringan yang nekrosis. Hydrocolloid patch yang tahan terhadap air dan
bersifat adhesive dapat menjadi barrier bagi virus dan bakteri, sehingga
balutan tetap utuh dan tidak cacat, dan melindungi dari kerusakan yang lebih
parah (Fletcher et al., 2011). Ukuran yang tepat untuk balutan hydrocolloid
patch harus dapat membentang utuh sampai menutupi periwound atau bagian
sekitar luka yang masih dalam keadaan baik (Bryant and Nix, 2016).
Hydrocolloid patch dapat diaplikasikan pada daerah luka hingga 7 hari
(Nazzarko, 2002).
2.6. Polimer Polivinil Pirolidon (PVP)
Administrasi dari sebuah pengobatan topikal untuk luka, merupakan
hal yang penting dalam sejarah pengobatan. Penggunaan polimer merupakan
suatu hal yang menarik, di samping zat aktifnya, karena berfungsi untuk
melindungi area yang terinfeksi atau area yang mengalami luka, seperti luka
trauma, diabetik, maupun luka statis vena. Selain itu, berfungsi untuk
mengaktivasi proliferasi sel, dan menstimulasi proses penyembuhan (Valenta
and Auner, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Polimer yang digunakan harus biokompatibel dan kompatibel secara
kimia dengan obat dan komponen lainnya. Polimer dapat digunakan sebagai
matriks dalam sebuah patch dan wound dressing dan digunakan sebagai skin
adhesives pada sistem penghantaran transdermal (Valenta and Auner, 2004).
Polimer dapat digunakan dalam sistem penghantaran transdermal dan
dermal, di mana pada penelitian ini bagian yang dibuat adalah matrix, di mana
pemilihan polimer perlu diperhatikan terutama untuk membuat sediaan
bekerja efektif. Tantangan yang ada adalah desain dari matriks polimer,
dengan optimasi dari penambahan obat, tidak hanya dilihat dari pelepasan
obatnya tetapi juga sifat adhesi dan kohesinya, sifat fisika kimia, dan
kompatibilitas dan stabilitas dari komponen lainnya dengam kulit. Monolithic
solid-state sering digunakan dalam sistem pasif transdermal. Contoh
polimernya adalah PVP-EC, HPMC, organogels, matriks asam akrilat
(Kandavilli, Nair and Panchagnula, 2002).
Polivinil pirolidon (PVP) merupakan polimer larut air yang memiliki
berat molekul dengan range 40.000 sampai dengan 360.000. PVP disintesis
dengan polimerisasi vinilpirolidon dalam air atau isopropanol (Kadajji and
Betageri, 2011). Berikut adalah struktur PVP:
Gambar 3. Struktur Molekul PVP (Kadajji and Betageri, 2011).
PVP memiliki struktur molekul (C6H9O)n, yang berbentuk padatan
serbuk berwarna putih pucat (International CHEMTREC, 2015). PVP
memiliki gugus karbonil pada setiap monomernya, dan berulang pada
keseluruhan polimernya. Gugus karbonil ini nantinya akan berikatan secara
ikatan hidrogen dengan gugus O-H dan N-H pada piroksikam sehingga dapat
meningkatkan kelarutannya (Wu et al., 2008). Kebanyakan dari zat aktif
adalah senyawa dengan kelarutan yang kecil, termasuk piroksikam, di mana
menyebabkan bioavailabilitasnya rendah. Cara yang mudah untuk
meningkatkan disolusinya adalah dengan menambahkan agen solubilitas
seperti PVP (Kadajji and Betageri, 2011).
PVP merupakan polimer hidrofilik, atau polimer water souble, yang
merupakan komponen pembentuk hidrogel, di mana hidrogel ini dapat
menyerap air lebih dari 30% bobotnya. Hidrogel yang terbentuk, dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
digunakan sebagai matriks pembawa dalam sediaan yang kering, dan akan
mengembang selama terjadinya pelepasan obat, sehingga PVP dapat
digunakan sebagai polimer pembentuk matriks untuk obat hidrofobik. Suatu
sistem matriks dengan pelepasan obat yang terkontrol, obat akan tersuspensi,
dan terperangkap dalam suatu membran polimer. Obat dan polimer
membentuk suatu microcapsule atau hollow fibre, sehingga obat yang lepas
dikontrol oleh sifat masing-masing microcapsule atau hollow fibre. Pelepasan
obat juga tergantung dari laju pengembangan polimer matriks, seperti pada
Gambar 4 dan 5 (Hincal and Kas, 1998).
PVP memiliki massa molekul 111,14 g/mol, titik didih 90o C, dan titik
leleh 13,9o C. PVP mudah larut dalam air, etanol dan kloroform (International
CHEMTREC, 2015). PVP adalah salah satu dari sekian banyak bahan
tambahan dalam bidang kefarmasian yang dapat digunakan secara luas
(Buhler, 2005). Menurut Rowe et al. (2009) fungsi PVP sebagai pembawa
obat berada pada range konsentrasi 10-25% dari seluruh bobot sediaan.
Semua kelas dari PVP dapat digunakan sebagai polimer hidrofilik
untuk menstabilkan suspensi yang terbentuk. Fungsi yang paling penting dan
utama polimer dalam suspensi adalah sebagai pelindung koloid, di mana akan
menghidrofil partikel solid yang tunggal dan memisahkannya secara sterik.
Selain itu, PVP mencegah kristalisasi zat aktif sehingga dapat meningkatkan
kelarutannya (Kadajji and Betageri, 2011). PVP K-30 digunakan karena
memiliki fungsi secara khusus sebagai film-forming agent dibanding PVP K-
15, PVP K-60, maupun PVP K-90 (GreenCo Group, 2011).
2.7. Polimer Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC)
Gambar 4. Struktur Molekul HPMC (Rowe et al. 2009).
HPMC banyak digunakan sebagai polimer dalam formulasi sediaan
topikal karena sifatnya yang tidak beracun, tidak mengiritasi, dan kompatibel
dengan berbagai macam bahan obat ataupun eksipien. Fungsi HPMC antara
lain sebagai bioadhesive material, agen pelepasan terkontrol dan agen
penstabil, dapat mendukung sistem penghantaran obat dalam hydrocolloid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Selain itu, HPMC juga berfungsi sebagai dissolution enhancer sehingga dapat
meningkatkan disolusi obat-obatan dengan kelarutan dalam air yang buruk,
seperti piroksikam (Rowe et al. 2009).
2.8. Landasan Teori
Luka adalah keadaan di mana ditemukannya suatu infeksi, tukak atau
destruksi ke jaringan kulit paling dalam. Secara normal, tubuh akan
memproses luka melalui suatu proses yang dapat membuat kulit kembali
normal dengan 4 fase, namun penyakit diabetes dapat menyebabkan
gangguan terhadap penyembuhan luka, di mana menghambat fase proliferasi
dan remodelling. Faktor utama penyebab ulkus kaki diabetik adalah
neuropati perifer (gangguan saraf sensorik, motorik dan otonom) dan
iskemik, yang menyebabkan terjadinya gangguan ikatan kolagen atau
collagen cross-linking, gangguan fungsi matriks metalloproteinase, dan
gangguan imunologi dan penderita diabetes memiliki sifat kulit yang mudah
mengelupas dan mengalami infeksi.
Pada ulkus kaki diabetik terjadi peningkatan apoptosis fibroblas, dan
penurunan proliferasi sel fibroblas, reaksi inflamasi memanjang, dan adanya
neutrofil granulosit dalam jumlah besar dalam luka. Neutrofil granulosit
mensekresi sitokin proinflamasi terutama TNF-α dan interleukin-1 β (IL-1β),
di mana kedua sitokin ini merangsang sintesis matrix metaloprotease (MMP)
terutama MMP-9, yang menyebabkan degradasi matriks protein dan faktor
pertumbuhan sehingga penyembuhan luka menjadi terputus dan tidak
terkoordinasi. Selain itu, sekresi mediator inflamasi PGE2 juga
meningkatkan sekresi MMP-9. Mekanisme ini juga menyebabkan sekresi
eksudat yang berlebihan pada ulkus.
Piroksikam dapat memberikan efek neuroproteksi dengan menghambat
MMP-2 dan MMP-9, sehingga menghambat remodeling matriks
ekstraseluler. Penghambatan MMP-9 oleh piroksikam diharapkan dapat
mempercepat proses penyembuhan ulkus kaki diabetik pada pasien DM.
Selain itu, penghambatan enzim COX oleh piroksikam mengakibatkan
terhambatnya sistesis prostaglandin (PGE2), serta dapat mengurangi skresi
MMP-9.
Hydrocolloid patch merupakan salah satu jenis wound dressing yang
aplikasinya langsung pada kulit dan langsung mengenai luka dan cocok
digunakan untuk ulkus kaki diabetik, di mana memiliki stratum corneum
yang sudah rusak, dapat menghasilkan efek terapi yang baik dan dapat
membuat luka menjadi sembuh. Hydrocolloid patch mendorong terjadiya
angiogenesis, dan meningkatkan fibroblas, menstimulasi produksi jaringan
granulasi dan sintesis kolagen. Selain itu, hydrocolloid patch juga membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
rehidrasi jaringan yang nekrosis, sehingga penyembuhan luka akan berjalan
lebih cepat.
Hydrocolloid patch memiliki bagian bernama matrix yang dapat
menjerat eksudat yang dikeluarkan oleh luka dan memberi kelembaban
untuk ulkus kaki diabetik serta dapat memberikan proteksi pada luka selama
penggunaan. Selain itu, hydrocolloid matrix akan menahan uap air yang
keluar dari luka, sehingga tetap menjaga kelembaban luka. Hydrocolloid
matrix juga dapat menghantarkan obat selama periode waktu yang
diinginkan, jika digunakan polimer yang sesuai, di mana dapat
menghantarkan obat secara terkontrol dan juga berfungsi sebagai pelindung
yang mencegah hilangnya obat, dan lapisan dalam bertugas sebagai adhesive
yaitu pengontrol laju.
HPMC sebagai sistem matriks wound dressing mampu menghasilkan
penghantaran obat yang larut maupun sukar larut air secara terkontrol. PVP
merupakan sebuah polimer hidrofilik yang beraksi sebagai carrier drugs
yang memainkan peranan penting dalam meningkatkan kelarutan obat dalam
matriks. Kelarutan obat menjadi tinggi yang dapat dilihat dari penetrasi obat
dalam medium disolusi, sehingga dapat memperpanjang waktu aksi obat dan
mengontrol pelepasannya. Konsentrasi PVP yang optimal sebagai polimer
hydrocolloid matrix akan meningkatkan penghantaran piroksikam pada luka.
Dengan adanya sediaan ini, diharapkan pasien lebih mudah menggunakan
sediaan dan meningkatkan kepatuhan pasien sehingga dapat mengurangi
prevalensi amputasi ulkus kaki diabetik.
2.9. Hipotesis
a. Konsentrasi polimer PVP tertentu menghasilkan hydrocolloid matrix
piroksikam diabetic wound healing yang optimal.
b. Peningkatan konsentrasi polimer PVP memberikan pengaruh terhadap
sifat dan stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix piroksikam diabetic
wound healing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang berjudul “Optimasi Konsentrasi Polivinil Pirolidon
(PVP) sebagai Polimer Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound Healing dengan
Zat Aktif Piroksikam” ini termasuk penelitian eksperimental murni.
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas: variasi konsentrasi polivinil pirolidon (PVP) dalam
sediaan hydrocolloid matrix diabetic wound healing.
b. Variabel tergantung: Sifat dan stabilitas fisika kimia sediaan
hydrocolloid matrix diabetic wound healing.
c. Variabel pengacau:
1) Variabel pengacau terkendali: produsen obat dan bahan
kimia untuk formula, prosedur pembuatan dan pengujian,
kondisi penyimpanan, serta wadah penyimpanan
hydrocolloid matrix.
2) Variabel pengacau tak terkendali: kondisi ruangan selama
pembuatan dan pengujian sediaan.
3.2.2. Definisi Operasional
a. Hydrocolloid matrix piroksikam: sediaan yang mengandung PVP,
HPMC, etanol, propilen glikol, acetone, dan akuades sebagai basis
yang kemudian ditambahkan zat aktif piroksikam lalu dibentuk
hydrocolloid film.
b. PVP: polimer yang ditambahkan ke dalam hydrocolloid matrix
piroksikam dengan tiga konsentrasi berbeda yaitu sebesar 1,5%;
2%; dan 2,5%.
c. Sifat fisika kimia hydrocolloid matrix: parameter kualitas fisik
matrix yang meliputi organoleptis, keseragaman bobot matrix,
ketebalan matrix, pH, persentase moisture absorption, ketahanan
pelipatan (folding endurance), keseragaman kandungan obat dalam
matrix, pelepasan obat dari matrix, dan iritabilitas matrix.
d. Stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix: parameter kestabilan
hydrocolloid matrix meliputi, perubahan fisik dan kandungan obat
setelah diberi perlakuan suhu yang berbeda selama penyimpanan.
e. Sterilitas hydrocolloid matrix piroksikam: uji mikrobiologi yang
menunjukkan bahwa hydrocolloid matrix yang dibuat steril.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
f. Organoleptis: uji penampakan fisik hydrocolloid matrix
piroksikam, yang memiliki warna seragam, keruh, dan halus.
g. Keseragaman bobot sediaan: uji terkait variasi bobot hydrocolloid
matrix piroksikam yang menunjukkan hasil homogen dengan nilai
CV < 10%.
h. Ketebalan sediaan: uji terkait variasi ketebalan hydrocolloid matrix
piroksikam yang menunjukkan hasil homogen dengan target
ketebalan 0,5 mm.
i. pH larutan sediaan: uji terkait pH larutan hydrocolloid matrix
piroksikam yang berada pada range pH 4-7.
j. Persentase moisture content sediaan: uji terkait kelembaban yang
terkandung dalam hydrocolloid matrix piroksikam, ditunjukkan
dengan nilai persentasi moisture content terendah dipertimbangkan
sebagai formula optimal.
k. Persentase moisture absorption sediaan: uji terkait penyerapan
kelembaban oleh hydrocolloid matrix piroksikam sampai mencapai
titik jenuh yang ditunjukkan dengan nilai persentase moisture
absorption. Formula dengan nilai persentase moisture absorption
tertinggi dipertimbangkan sebagai formula optimal.
l. Folding endurance sediaan: uji untuk mengetahui fleksibilitas
hydrocolloid matrix piroksikam ditunjukkan oleh formula dengan
nilai ketahanan pelipatan sampai 300 kali.
m. Keseragaman kandungan obat dalam hydrocolloid matrix: uji untuk
mengetahui keseragaman dan dispersi obat dalam sediaan,
ditunjukkan dengan nilai CV < 2%.
n. Pelepasan obat dari hydrocolloid matrix piroksikam: uji untuk
mengetahui pelepasan obat dari sediaan, ditunjukkan oleh formula
optimal dengan nilai pelepasan obat paling mendekati 100% dalam
waktu uji tertentu.
o. Iritabilitas sediaan: uji untuk mengetahui iritabilitas hydrocolloid
matrix piroksikam yang menunjukkan bahwa sediaan tidak
mengiritasi kulit yaitu dengan tidak terdapatnya eritema atau edema
pada kulit.
p. Formula hydrocolloid matrix optimum: merupakan hydrocolloid
matrix yang memenuhi kriteria semua sifat dan stabilitas fisika
kimia.
q. Tikus putih galur Wistar jantan terinduksi aloksan: merupakan
tikus putih galur Wistar jantan yang menderita diabetes dengan
kadar glukosa darah >250 mg/dL akibat diinduksi aloksan
sebanyak 125 mg/kgBB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
r. Uji aktivitas hydrocolloid matrix piroksikam: uji yang
menunjukkan bahwa sediaan memiliki aktivitas diabetic wound
healing, dilihat dari kecepatan penyembuhan luka dengan nilai
wound closure 100% dan dihitung lamanya waktu penyembuhan
pada luka eksisi tikus diabetes setelah diaplikasikan sediaan
hydrocolloid matrix piroksikam dibandingkan dengan tikus yang
tidak diinduksi aloksan dan diberi perlakuan yang sama dengan
tikus diabetes.
s. Uji histopatologi: pengamatan morfologi kulit tikus hasil perlakuan
dan kulit tikus kontrol secara mikroskopik menggunakan
mikroskop cahaya dengan bantuan zat pewarna.
3.3. Subjek dan Bahan Penelitian
3.3.1. Subjek Penelitian
a. Populasi: tikus putih galur Wistar jantan yang terinduksi aloksan,
dan yang tidak terinduksi aloksan, serta kelinci albino jantan.
b. Sampel: 3 ekor tikus putih galur Wistar jantan yang terinduksi
aloksan dan 3 ekor tikus putih galur Wistar jantan tidak terinduksi
aloksan dengan berat badan 150-180 g, serta 3 ekor kelinci albino
jantan dengan berat badan 1,8-2,2 kg.
3.3.2. Bahan Penelitian
Piroksikam yang diperoleh dari PT. Sanbe Farma, etanol 96%,
PVP, propilen glikol, etanol, acetone, akuades, silika gel, PBS pH 6,4,
krim Veet®, kapas Medisoft® Cotton Ball, membran Milipore, aloksan,
etanol 70%, alkohol 70%, ketamin, Nutrient Agar (Oxoid), larutan
formalin, larutan Harris Hematoxylin, larutan acid alkohol, larutan
ammonium, larutan stok Eosin alkohol 1%, larutan working Eosin,
injeksi fenobarbital.
3.4. Alat Penelitian
Gelas beker, spuit injeksi, jarum suntik, tube eppendorf, sentrifugator,
MicroLab, Spektrofotometer UV-Vis, Universal Testing Machine, pH meter,
timbangan, mortir, stamper, aluminium foil, batang pengaduk, gelas ukur,
autoklaf, oven, kabinet LAF, cawan petri, bunsen, jarum ose, hotplate
magnetic stirrer, stirrer, jangka sorong, termometer, pinset, gunting, biopsy
punch, kaca objek dan kaca penutup, pipet tetes, plastic wrap, kaca bundar,
dan mikroskop cahaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3.5. Skema Kerja Penelitian
3.6. Tata Cara Penelitian
3.6.1. Sterilisasi Ruang, Alat, dan Bahan
Kabinet LAF dibersihkan dengan menggunakan etanol 70%
kemudian lampu UV dinyalakan selama 24 jam. Proses ini dilakukan
sebelum proses pembuatan hydrocolloid matrix piroksikam. Cawan
petri disterilisasi dengan uap air menggunakan autoklaf dengan suhu
212oC selama 15 menit. Proses selanjutnya adalah pembuatan sediaan
hydrocolloid matrix. Sediaan yang telah dibuat disterilisasi secara
terminal dengan menggunakan autoklaf dengan suhu 115oC selama 15
menit.
3.6.2. Pembuatan patch hydrocolloid piroksikam diabetic wound healing
Dasar dari pemilihan formula dalam penelitian ini adalah
formula transdermal oleh Pudyastuti, Nugroho dan Martono, (2014)
sebagai berikut:
Tabel 1. Formula Hydrocolloid Film
Formula Hydrocolloid
Film
Pentagamavunon 7,32 mg
PVP 300 mg
HPMC 675 mg
Propylene glicol 1,5 mL
Etanol 2,15 mL
Akuades 2,15 mL
(Pudyastuti, Nugroho dan Martono, 2014).
Sterilisasi Ruangan Bahan dan Alat
Pembuatan hydrocolloid matrix piroksikam diabetic
wound
Uji Sterilitas sediaan hydrocolloid matrix piroksikam diabetic
wound
Uji Sifat dan Stabilitas Fisika Kimia
hydrocolloid matrix piroksikam diabetic
wound
Uji Aktivitas Formula Optimal hydrocolloid
matrix piroksikam diabetic wound
Tata Cara Hasil Analsis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Modifikasi formula yang dilakukan pada penelitian kali ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Formula hydrocolloid matrix Piroksikam Hasil Modifikasi
Formula PIR 1 PIR 2 PIR 3
Piroksikam 0,09 g 0,09 g 0,09 g
PVP 0,375 g 0,5 g 0,625 g
HPMC 1,125 g 1,125 g 1,125 g
Propylene glycol 2,5 g 2,5 g 2,5 g
Acetone 3,51 g 3,51 g 3,51 g
Etanol 8,7 g 8,65 g 8,6 g
Akuades 8,7 g 8,65 g 8,6 g
PVP dan HPMC ditimbang sesuai dengan formula. HPMC
dilarutkan dalam akuades dan etanol dan diaduk dengan stirrer hingga
terbentuk gel dan kemudian didiamkan. Piroksikam ditimbang
sebanyak 0,09 gram dan dilarutkan dalam 4,5 mL acetone. PVP
dilarutkan dengan larutan obat piroksikam dan diaduk dengan stirrer,
kemudian ditambahkan propylene glycol. Larutan HPMC
ditambahkan ke dalam larutan PVP dan diaduk hingga homogen.
Campuran gel tersebut kemudian dituang ke dalam cawan petri
sebanyak 12,5 gram. Gel tersebut kemudian dikeringkan dalam oven
pada suhu 45°C selama 48 jam. Hydrocolloid matrix yang terbentuk
kemudian disimpan dalam suhu ruang (Pudyastuti, Nugroho dan
Martono, 2014).
3.6.2. Uji Sterilitas
Kabinet LAF dibersihkan dengan menggunakan etanol 70%
lalu disinari lampu UV selama 24 jam. Proses ini dilakukan selama 24
jam sebelum proses pembuatan hydrocolloid matrix piroksikam.
Peralatan yang akan digunakan juga disterilkan sebelumnya
menggunakan autoklaf pada 121oC selama 15 menit. Nutrient Agar
(Oxoid) sebanyak 21 gram ditambah 750 mL akuades diaduk homogen
dengan batang pengaduk. Media dipanaskan dengan hotplate magnetic
stirrer sampai tercampur homogen. Media dituangkan ke dalam tabung
reaksi masing-masing sebanyak 15 mL, kemudian seluruh media dalam
tabung reaksi disterilkan dengan autoklaf selama 15 menit dengan
tekanan 1 kgf/cm2 dan suhu 121oC. Media yang telah steril kemudian
dituang ke cawan petri dan dibiarkan memadat. Hydrocolloid matrix
piroksikam disiapkan, kemasannya dibersihkan dengan menggunakan
alkohol 70%. Hydrocolloid matrix piroksikam diambil dari wadah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
penyimpanannya secara aseptis dekat nyala bunsen, kemudian
diletakkan di permukaan media agar. Tiap petri diberi label dan
dibungkus plastic wrap, lalu diinkubasi terbalik dalam LAF selama 24
jam.
3.6.3. Uji Organoleptis
Dilakukan dengan mengamati dan meneliti warna, kejernihan
dan kehalusan dari hydrocolloid matrix piroksikam yang telah dibuat
(Shirsand et al. 2012).
3.6.4. Uji Keseragaman Bobot
Sebanyak 10 hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1x1
cm dari masing-masing formula satu persatu ditimbang dan dihitung
rata-rata bobot sediaan (British Pharmacopoeia, 1993).
3.6.5. Uji Ketebalan
Ketebalan hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1 cm
dihitung pada 5 titik berbeda (keempat sudut dan bagian tengah)
dengan jangka sorong, kemudian dihitung rata-ratanya (El-Gendy et al.
2009).
3.6.6. Uji pH Larutan Sediaan
Setiap formula hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1
cm direndam dalam 20 mL akuades pada suhu 36,5oC- 37,5oC selama
24 jam, kemudian pH larutan tersebut diukur dengan pH meter (British
Pharmacopoeia, 1993).
3.6.7. Uji Persentase Moisture Content
Setiap hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1 cm
dikondisikan dalam sebuah desikator berisi silika selama 24 jam.
Setelah itu masing-masing hydrocolloid matrix ditimbang sampai
didapatkan bobot yang tetap dan konstan (Toshkani et al. 2013).
3.6.8. Uji Persentase Moisture Absorption
Setiap hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1 cm yang
sudah diuji moisture content-nya diletakkan dalam desikator berisi 100
mL larutan jenuh kalium klorida yang setara dengan 80-90% RH
selama 24 jam. Sediaan kemudian diambil dan ditimbang kembali
(Toshkani et al. 2013).
3.6.9. Uji Ketahanan Pelipatan (Folding Endurance)
Hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1 cm dilipat
secara berulang pada posisi yang sama hingga rusak. Jumlah
pengulangan pelipatan tanpa merusak sediaan merupakan nilai dari
ketahanan pelipatan (Shirsand et al. 2012).
3.6.10. Pembuatan Kurva Baku Piroksikam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Sebanyak 20 mg piroksikam ditimbang seksama, dimasukkan
ke dalam labu takar 100 mL dan dilarutkan dalam 15 mL metanol.
Kemudian ditambah dengan PBS pH 6,4 untuk memperoleh
konsentrasi 200 µg/mL. Dari larutan stok tersebut diambil 10 mL dan
dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL, lalu dilarutkan dengan
pelarut yang sama untuk memperoleh konsentrasi 20 µg/mL. Dari
larutan intermediet tersebut, diambil 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 6,0; 7,0; 8,0;
dan 9,0 mL, dipindahkan ke dalam labu takar 10 mL dan dilarutkan
dengan pelarut yang sama untuk memperoleh konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10,
12, 14, 16, 18 µg/mL. Panjang gelombang maksimal ditentukan dari
larutan intermediet (konsentrasi 20 µg/mL) yang dibaca menggunakan
spektrofotometer UV pada rentang 200-400 nm. Kemudian seluruh
larutan seri dianalisis pada panjang gelombang maksimal (Garg et al.
2014).
3.6.11. Uji Keseragaman Kandungan Obat dalam Patch
Sebanyak 3 hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1 cm
dari masing-masing formula dilarutkan dalam 15 mL metanol dan 35
mL PBS pH 6,4. Kemudian absorbansi larutan diukur pada panjang
gelombang 230 nm menggunakan spektrofotometer UV. Blanko yang
digunakan sebagai pembanding adalah methanol (Shirsand et al. 2012).
3.6.12. Uji Pelepasan Obat secara In Vitro
Uji pelepasan piroksikam dari sediaan dilakukan menggunakan
Franz Diffusion Cell pada suhu 37 ± 1oC. Sebanyak 15 mL metanol dan
15 mL PBS pH 6,4 dimasukkan pada sel difusi sebagai kompartemen
aseptor. Membran Millipore 0,45 mm sebelumnya direndam dalam
larutan aseptor selama 1 jam, kemudian hydrocolloid berdiameter 1 cm
dipasang pada sel difusi. Pada tiap waktu tertentu kompartemen aseptor
disampling dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 230 nm. Kadar obat ditentukan dengan plot kurva
baku piroksikam. Nilai dissolution efficiency dihitung sampai waktu
ke-360 menit (DE360) (Pudyastuti, Nugroho dan Martono, 2014).
3.6.13. Uji Stabilitas Hydrocolloid Matrix Piroksikam
Setiap formula hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1
cm disimpan dalam paparan suhu 37°C dan 45°C selama 4 minggu.
Analisis fisik dan analisis kandungan obat pada hydrocolloid matrix
dilakukan setiap akhir minggu. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali
(Amjad et al. 2011).
3.6.14. Uji Iritasi Kulit
Uji iritasi kulit dilakukan dengan menggunakan 3 kelinci albino
dengan bobot 1,8–2,2 kilogram. Hydrocolloid matrix yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
mengandung obat adalah yang digunakan dalam uji iritasi kulit.
Larutan etil asetat diaplikasikan pada permukaan dorsal kiri pada tikus,
di mana sediaan yang akan diuji diletakkan di permukaan kanan dorsal.
Sediaan dilepas setelah 24 jam dengan bantuan alkohol. Kemudian
kulit diperiksa apakah terdapat eritema/edema (Shirsand et al., 2012).
3.6.15. Uji Aktivitas Hydrocolloid Matrix Piroksikam
Enam ekor tikus putih jantan umur 2-3 bulan dengan berat 150-
180 gram, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan
terdiri dari 3 ekor tikus diabetes dengan kadar gula darah > 250 mg/dL
dan 3 ekor tikus tidak diabetes sebagai kelompok kontrol. Tikus
diabetes diperoleh dengan menginjeksi aloksan monohidrat secara
intraperitoneal dengan dosis 150 mg/kgBB. Setiap tikus diberi olesan
krim Veet® pada bagian punggungnya dan didiamkan selama 5 menit.
Lalu dibilas dengan kapas yang dibasahi air bersih. Tikus dibiarkan
selama 48 jam sebelum diberi luka eksisi. Kemudian tikus dianestesi
dengan ketamin 0,5 mL/kgBB secara intramuskular pada bagian paha.
Setelah 30 menit, kulit punggung tikus dibasahi dengan etanol 70% dan
dibuat 5 luka eksisi menggunakan biopsy punch berdiameter 5 mm ke
punggung tikus yang sudah dicukur sebelumnya (hari ke-0). Kelima
luka eksisi pada 1 ekor tikus diberi perlakuan berbeda, yaitu: kontrol
tanpa perlakuan, hydrocolloid matrix (HPMC) tanpa piroksikam,
hydrocolloid matrix (PVP) tanpa piroksikam, hydrocolloid matrix
(HPMC) piroksikam, dan hydrocolloid matrix (PVP) piroksikam.
Hydrocolloid matrix dengan atau tanpa piroksikam berdiameter 1 cm
dilekatkan pada luka eksisi dengan batuan plester hypavix. Penggantian
sediaan dilakukan setiap 24 jam sampai luka menutup. Luka eksisi
kemudian dimonitor dan area luka dihitung. Setelah luka sembuh, tikus
dieutanasia dengan injeksi ketamin dosis letal 100 mg/kgBB. Kulit
punggung diambil dengan ukuran 2x2 cm dan disimpan dalam pot
berisi formalin 10%.
Gambar 5. Pola Perlakuan Luka pada Punggung 2 Kelompok Tikus
c
b
a d
e
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 3. Keterangan Pola Luka pada Punggung 2 Kelompok Tikus
Keterangan Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Cad D Cad ND
a Kontrol
HM
(HPMC)
Pxm
HM
(PVP)
Pxm
Basis
HM
(PVP)
Basis
HM
(HPMC)
b
Basis
HM
(HPMC)
HM
(PVP)
Pxm
Kontrol
HM
(HPMC)
Pxm
Basis
HM
(PVP)
c
Basis
HM
(PVP)
Kontrol
Basis
HM
(HPMC)
HM
(PVP)
Pxm
HM
(HPMC)
Pxm
d
HM
(HPMC)
Pxm
Basis HM
(HPMC)
Basis
HM
(PVP)
Kontrol
HM
(PVP)
Pxm
e
HM
(PVP)
Pxm
Basis HM
(PVP)
HM
(HPMC)
Pxm
Basis
HM
(HPMC)
Kontrol
3.6.16. Uji histopatologi – pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE)
Sampel berupa jaringan kulit dari perlakuan diambil, kemudian
dilakukan pengecatan dengan hematoxylin-eosin, lalu dilihat dibawah
mikroskop untuk melihat perubahan histopatologisnya.
a. Trimming. Pemotongan tipis jaringan dengan skalpel.
b. Dehidrasi. Dilakukan untuk mengeluarkan air yang terkandung
dalam jaringan dengan menggunakan reagen pembersih, lalu
dilakukan impregnasi (penetrasi parafin ke dalam jaringan).
c. Embedding dan cutting. Jaringan yang sudah didehidrasi diletakkan
di atas sebuah balok kayu (embedding) sebagai alas pemotongan
jaringan dengan pisau mikrotom (cutting).
d. Staining. Rangkaian pewarnaannya adalah sebagai berikut: xylol I
(5 menit); xylol II (5 menit); xylol III (5 menit); alkohol absolut I
(5 menit); alkohol absolut II (5 menit); akuades (1 menit); Harris
Hematoxylin (20 menit); akuades (1 menit); acid alkohol (2-3
celupan); akuades (1 menit); akuades (15 menit); eosin (2 menit);
alkohol 96% I (3 menit); alkohol 96% II (3 menit); alkohol absolut
III (3 menit); alkohol absolut IV (3 menit); xylol IV (5 menit); dan
xylol V (5 menit).
e. Mounting. Menutup kaca objek dengan kaca penutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
f. Pembacaan slide dengan mikroskop. Pengamatan histopatologi
dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya (Olympus tipe
BH-2, Olympus Corp., Jepang).
3.6.17. Tata Cara Analisis Hasil
Data yang akan diperoleh pada penelitian ini adalah data sifat fisik
dan stabilitas hydrocolloid marix piroksikam diabetic wound healing,
dan data kecepatan penyembuhan luka pada tikus. Beberapa uji
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Persentase moisture content:
Moisture content (%) = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑥 100%
b. Persentase moisture absorption:
Moisture absorption (%) = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100%
c. Nilai dissolution efficiency (DE) pada uji pelepasan obat dihitung
dengan persamaan:
𝐷𝐸 = 𝐴𝑈𝐶
𝑦100 𝑥 (𝑡2 − 𝑡1) 𝑥 100
d. Kecepatan penyembuhan luka pada tikus:
Wound closure (%) = area luka pada hari ke − 0 − area luka pada hari ke − n
area luka pada hari ke − 0 x100%
e. Data hasil tiap uji pengukuran diuji statistik menggunakan
software R for statistic ver. 3.2.3 dengan penggunaan uji tertentu,
yaitu:
1. Uji T-Berpasangan dilakukan pada taraf kepercayaan 95%,
untuk membandingkan data sebelum dan sesudah
dilakukannya uji stabilitas. Uji normalitas data diakukan
dengan menggunakan Shapiro test, sedangkan uji homogenitas
data tidak dilakukan karena data hanya 1 variasi.
2. Uji ANAVA dan Post Hoc test dilakukan pada taraf
kepercayaan 95% untuk membandingkan ada / tidaknya
perbedaan pada tiap data beberapa uji (Uji keseragaman bobot,
moisture content, keseragaman kandungan, pelepasan obat,
dan uji aktivitas). Uji normalitas data diakukan dengan
menggunakan Shapiro test, kemudian dilakukan pengujian
homogenitas variansi data menggunakan Levene’s test.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Lampiran 2. Ethical Clearance Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Lampiran 3. Certificate of Analysis Piroksikam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Lampiran 4. Certificate of Analysis PVP K-30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Lampiran 5. Certificate of Analysis HPMC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Lampiran 6. Data Sifat Fisik Hydrocolloid Matrix Piroksikam
1. Data Uji Sterilitas
Formula Sterilitas
Basis 1 √
Basis 2 √
Basis 3 √
PVP 1 √
PVP 2 √
PVP 3 √
√: Steril
2. Data Uji Organoleptis
Formula Warna Kejernihan Kehalusan Kelengketan
Basis 1 Bening Jernih Halus -
Basis 2 Bening Jernih Halus -
Basis 3 Bening Jernih
Agak kasar
(ada
gelembung)
Agak lengket
(basah)
PVP 1 Kuning Terdispersi Halus -
PVP 2 Kuning Terdispersi Halus -
PVP 3 Kuning Terdispersi
Agak kasar
(ada
gelembung)
Agak lengket
(basah)
3. Data Uji Keseragaman Bobot
Basis 1 Basis 2 Basis 3 PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.0216 0.0366 0.0127 0.0124 0.0156 0.0302
2 0.0245 0.0364 0.0144 0.0127 0.0157 0.0294
3 0.0264 0.0362 0.0123 0.0119 0.0158 0.0201
4 0.0200 0.0351 0.0142 0.0128 0.0154 0.0301
5 0.0210 0.0322 0.0131 0.0118 0.0155 0.0271
6 0.0268 0.0315 0.0105 0.0122 0.0160 0.0232
7 0.0291 0.0285 0.0124 0.0130 0.0167 0.0222
8 0.0222 0.0315 0.0149 0.0116 0.0167 0.0223
9 0.0233 0.0330 0.0158 0.0124 0.0165 0.0283
10 0.0214 0.0316 0.0158 0.0125 0.0168 0.0289
�̅� 0.02363 0.03326 0.01361 0.01233 0.01607 0.02618
SD 0.00282 0.00257 0.00162 0.00043 0.00052 0.00362
CV 11.95% 7.71% 11.89% 3.50% 3.25% 13.84%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
4. Data Uji Ketebalan
Basis 1 Basis 2 Basis 3 PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.25 0.30 0.20 0.15 0.25 0.25
2 0.25 0.35 0.20 0.15 0.30 0.30
3 0.25 0.30 0.20 0.20 0.25 0.30
4 0.25 0.30 0.15 0.15 0.30 0.30
5 0.25 0.35 0.15 0.15 0.30 0.30
�̅� 0.25 0.32 0.18 0.16 0.28 0.29
SD 0.00 0.03 0.03 0.02 0.03 0.02
CV 0.00% 8.56% 15.21% 13.98% 9.78% 7.71%
5. Data Uji pH Sediaan
pH
Basis 1 6.9
Basis 2 6.9
Basis 3 6.9
PVP 1 6.9
PVP 2 6.8
PVP 3 6.9
Kontrol: 6.8
6. Data Uji Moisture Content dan Moisture Absorption
Bobot
awal
Bobot
akhir
Bobot
akhir'
MC
(%)
�̅�
MC SD
CV
(%)
MA
(%)
�̅�
MA SD
CV
(%)
B1 1 0.0079 0.0075 0.0082 5.333
3.042 1.811 59.55
9.333
6.290 3.881 61.69
2 0.0347 0.0332 0.0358 4.518 7.831
3 0.0117 0.0115 0.0118 1.739 2.609
4 0.0181 0.0179 0.0182 1.117 1.676
5 0.0164 0.0160 0.0176 2.500 10.000
B2 1 0.0066 0.0063 0.0070 4.762
4.805 2.652 55.19
11.111
6.009 4.021 66.92
2 0.0102 0.0098 0.0103 4.082 5.102
3 0.0068 0.0066 0.0072 3.030 9.091
4 0.0164 0.0150 0.0155 9.333 3.333
5 0.0219 0.0213 0.0216 2.817 1.408
B3 1 0.0111 0.0103 0.0113 7.767
4.972 3.066 61.65
9.709
5.614 4.414 78.62
2 0.0098 0.0096 0.0103 2.083 7.292
3 0.0088 0.0086 0.0094 2.326 9.302
4 0.0113 0.0104 0.0105 8.654 0.962
5 0.0129 0.0124 0.0125 4.032 0.806
P1 1 0.0194 0.0187 0.0199 3.743 4.085 2.081 50.93 6.417 6.712 3.251 48.43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
2 0.0135 0.0128 0.0140 5.469 9.375
3 0.0087 0.0086 0.0095 1.163 10.465
4 0.0240 0.0232 0.0238 3.448 2.586
5 0.0226 0.0212 0.0222 6.604 4.717
P2 1 0.0218 0.0212 0.0234 2.830
5.166 2.968 57.45
10.377
8.980 3.608 40.17
2 0.0260 0.0257 0.0285 1.167 10.895
3 0.0172 0.0161 0.0179 6.832 11.180
4 0.0207 0.0193 0.0198 7.254 2.591
5 0.0153 0.0142 0.0156 7.746 9.859
P3 1 0.0251 0.0239 0.0262 5.021
2.220 1.719 77.41
9.623
9.352 0.459 4.90
2 0.0266 0.0265 0.0291 0.377 9.811
3 0.0161 0.0158 0.0173 1.899 9.494
4 0.0265 0.0261 0.0285 1.533 9.195
5 0.0225 0.0220 0.0239 2.273 8.636
7. Data Uji Ketahanan Pelipatan
Frekuensi
Basis 1 24
Basis 2 45
Basis 3 44
PVP 1 77
PVP 2 50
PVP 3 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Lampiran 7. Data Perhitungan Dosis dan Kandungan Obat Hydrocolloid
Matrix Piroksikam
1. Data Perhitungan Dosis Piroksikam dalam Setiap Sediaan Siap Pakai
Diameter sediaan = 1 cm
Diameter petri = 9.5 cm
Luas lingkaran sediaan = 𝜋𝑟2
= 𝜋4.752
= 70.911 cm2
Luas lingkaran petri = 𝜋𝑟2
= 𝜋0.52
= 0.786 cm2
Dosis obat yang dimasukkan dalam setiap formula:
P1 = 184.70 mg
P2 = 182.70 mg
P3 = 182.00 mg
Dari setiap formula dapat dibuat menjadi 3 petri, maka dosis setiap petri:
P1 = 184.70 𝑚𝑔
3 = 61.657 mg
P2 = 182.70 𝑚𝑔
3 = 60.900 mg
P3 = 182.00 𝑚𝑔
3 = 60.667 mg
Perbandingan:
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑡𝑟𝑖
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑡𝑟𝑖=
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 (𝑥)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
P1 =𝟔𝟏.𝟔𝟓𝟕 𝒎𝒈
𝟕𝟎.𝟗𝟏𝟏 𝒄𝒎𝟐 𝒙 𝟎. 𝟕𝟖𝟔 𝒄𝒎𝟐 = 0.682179 mg = 682.179 𝝁g
P2 = 𝟔𝟎.𝟗𝟎𝟎 𝒎𝒈
𝟕𝟎.𝟗𝟏𝟏 𝒄𝒎𝟐 𝒙 𝟎. 𝟕𝟖𝟔 𝒄𝒎𝟐 = 0.674792 mg = 674.792 𝝁g
P3 =𝟔𝟎.𝟔𝟔𝟕 𝒎𝒈
𝟕𝟎.𝟗𝟏𝟏 𝒄𝒎𝟐 𝒙 𝟎. 𝟕𝟖𝟔 𝒄𝒎𝟐 = 0.672207 mg = 672.207 𝝁g
2. Data Perhitungan Larutan Baku Piroksikam
C = 20 mg
100 𝑚𝐿 = 0,2 mg/mL = 200 𝜇g/mL
3. Data Perhitungan Larutan Intermediet Piroksikam
10 mL x 0,2 mg/mL = C2 x 100 mL = 0.02 mg/mL = 20 𝜇g/mL
4. Konsentrasi Larutan Seri Piroksikam
Seri 1 1.0 mL x 0.02 mg/mL = C1 x 10 mL
C1 = 2 𝜇g/mL
Seri 2 2.0 mL x 0.02 mg/mL = C1 x 10 mL
C1 = 4 𝜇g/mL
Seri 3 3.0 mL x 0.02 mg/mL = C1 x 10 mL
C1 = 6 𝜇g/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Seri 4 4.0 mL x 0.02 mg/mL = C1 x 10 mL
C1 = 8 𝜇g/mL
Seri 5 5.0 mL x 0.02 mg/mL = C1 x 10 mL
C = 10 𝜇g/mL
Seri 6 6.0 mL x 0.02 mg/mL = C1 x 10 mL
C1 = 12 𝜇g/mL
Seri 7 7.0 mL x 0.02 mg/mL = C1 x 10 mL
C1 = 14 𝜇g/mL
Seri 8 8.0 mL x 0.02 mg/mL = C1 x 10 mL
C1 = 16 𝜇g/mL
Seri 9 9.0 mL x 0.02 mg/mL = C1 x 10 mL
C1 = 18 𝜇g/mL
Seri 10 10.0 mL x 0.2 mg/mL = C1 x 100 mL
C1 = 20 𝜇g/mL
5. Kurva Kalibrasi Piroksikam
Konsentrasi Abs �̅� Abs SD CV (%)
(µg/ml) 1 2 3
0.2 0.010 0.008 0.009 0.0090 0.0010 11.111
0.4 0.018 0.021 0.016 0.0183 0.0025 13.727
0.6 0.035 0.034 0.033 0.0340 0.0010 2.941
0.8 0.040 0.039 0.039 0.0393 0.0006 1.468
1 0.045 0.046 0.045 0.0453 0.0006 1.274
1.2 0.058 0.058 0.059 0.0583 0.0006 0.990
1.4 0.066 0.067 0.067 0.0667 0.0006 0.866
1.6 0.075 0.076 0.076 0.0757 0.0006 0.763
1.8 0.084 0.083 0.084 0.0837 0.0006 0.690
2 0.101 0.099 0.099 0.0997 0.0012 1.159
4 0.198 0.197 0.188 0.1943 0.0055 2.834
6 0.297 0.296 0.290 0.2943 0.0038 1.286
8 0.387 0.391 0.385 0.3877 0.0031 0.788
10 0.488 0.491 0.475 0.4847 0.0085 1.755
12 0.582 0.588 0.590 0.5867 0.0042 0.710
14 0.682 0.686 0.673 0.6803 0.0067 0.979
16 0.778 0.784 0.774 0.7787 0.0050 0.646
18 0.867 0.867 0.860 0.8647 0.0040 0.467
20 0.963 0.963 0.944 0.9567 0.0110 1.147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Gambar 1. Kurva Kalibrasi Piroksikam
6. Linearitas dan Sensitivitas Metode
Parameter Nilai
λ (Panjang Gelombang) Max. 354
Rentang Linearitas 0.2 – 2.0 µg/mL
Slope 0.0009
Intercept 0.0482
Correlation Coefficient (R2) 0.9998
LOD (µg/mL) 0.0897
LOQ (µg/mL) 0.2719
7. Data Kandungan Obat Sediaan Hydrocolloid Matrix Piroksikam
Persamaan kurva kalibrasi: y = 0.0482x + 0.0009
X = kadar ; Y = AUC
Tabel Kandungan Obat Piroksikam dalam Sediaan
Formula Abs
Kadar
Terukur
(µg/mL)
Q Obat
(µg)
Q
Obat
(mg)
�̅� Q
Obat SD
CV
(%)
Q Obat
Teoritis
(mg)
Recovery
(%)
PVP
1
1 0.683 14.151 707.573 0.708
0.612 0.064 10.458 0.682 89.726
2 0.567 11.745 587.241 0.587
3 0.590 12.222 611.100 0.611
4 0.601 12.450 622.510 0.623
5 0.513 10.624 531.224 0.531
PVP
2
1 0.528 10.936 546.784 0.547
0.642 0.125 19.485 0.675 95.174 2 0.635 13.156 657.780 0.658
3 0.558 11.558 577.905 0.578
4 0.824 17.077 853.838 0.854
y = 0.0482x + 0.0009R² = 0.9998
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
1.0000
1.2000
0 5 10 15 20 25
Ab
sorb
ansi
Kosentrasi (µg/ml)
Kurva Kalibrasi Piroksikam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
5 0.556 11.517 575.830 0.576
PVP
3
1 0.645 13.363 668.154 0.668
0.559 0.073 13.074 0.672 83.219
2 0.481 9.961 498.029 0.498
3 0.484 10.023 501.141 0.501
4 0.512 10.604 530.187 0.530
5 0.578 11.973 598.651 0.599
8. Data Presisi Kandungan Piroksikam dalam Matriks Hidrokoloid
a. Intraday
Hari
ke-
Konsentrasi
(µg/ml) Abs
�̅�
Abs
C
terukur
(µg/ml)
�̅� C
ukur
(µg/ml)
Recovery
(%)
�̅� Rec
(%) SD
CV
(%)
No
adisi
1 5.312 0.263
0.265
5.438
5.472
102.367
103.018 0.813 0.789 2 5.312 0.267 5.521 103.930
3 5.312 0.264 5.459 102.758
Adisi
1
1 7.312 0.326
0.328
6.745
6.779
71.641
73.370 1.585 2.160 2 7.312 0.329 6.807 74.753
3 7.312 0.328 6.786 73.715
Adisi
2
1 9.312 0.430
0.433
8.902
8.972
89.762
91.491 2.559 2.796 2 9.312 0.431 8.923 90.281
3 9.312 0.439 9.089 94.430
Adisi
3
1 11.312 0.510
0.511
10.562
10.576
87.504
87.735 0.200 0.228 2 11.312 0.511 10.583 87.850
3 11.312 0.511 10.583 87.850
b. Interday
Hari
ke-
Konsentrasi
(µg/ml) Abs
�̅�
Abs
C
terukur
(µg/ml)
�̅� C
ukur
(µg/ml)
Recovery
(%)
�̅� Rec
(%) SD
CV
(%)
No
adisi
1 5.343 0.225
0.249
4.649
5.154
87.018
95.738 7.654 7.995 2 5.468 0.268 5.541 101.344
3 5.333 0.255 5.272 98.852
Adisi
1
1 7.343 0.350
0.348
7.243
7.208
94.987
91.341 4.257 4.661 2 7.468 0.348 7.201 86.662
3 7.333 0.347 7.180 92.375
Adisi
2
1 9.343 0.409
0.429
8.467
8.882
78.095
87.510 10.028 11.459 2 9.468 0.431 8.923 86.381
3 9.333 0.447 9.255 98.055
Adisi
3
1 11.343 0.560
0.538
11.600
11.150
104.276
96.146 7.193 7.481 2 11.468 0.535 11.081 93.549
3 11.333 0.520 10.770 90.612
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 8. Data Uji Pelepasan In Vitro Sediaan Hydrocolloid Matrix
Piroksikam
1. Data Uji Pelepasan In Vitro
a. Replikasi 1
Formula PVP 1
Waktu
(menit) Abs
Kadar
sebenarnya
(µg/mL)
Q obat
3 mL
(µg)
Q obat
15 mL
(µg)
Q kum
(µg) %
release AUC % DE
15 0.018 0.355 1.064 5.322 5.322 0.870 34.564
19.214
30 0.071 1.454 4.363 21.815 22.880 3.739 98.048
45 0.167 3.446 10.338 51.691 57.118 9.334 182.815
60 0.246 5.085 15.255 76.276 92.041 15.041 542.030
90 0.316 6.537 19.612 98.060 129.081 21.094 655.723
120 0.283 5.853 17.558 87.790 138.423 22.621 1342.632
180 0.217 4.483 13.450 67.251 135.442 22.134 1363.442
240 0.197 4.068 12.205 61.027 142.668 23.314 1364.114
300 0.135 2.782 8.346 41.732 135.579 22.156 1333.661
360 0.111 2.284 6.853 34.263 136.456 22.299
AUC 6917.029
Luas Area 100% 36000
Formula PVP 2
Waktu
(menit) Abs
Kadar
sebenarnya
(µg/mL)
Q obat
3 mL
(µg)
Q obat
15 mL
(µg)
Q kum
(µg) %
release AUC % DE
15 0.067 1.371 4.114 20.571 20.571 3.202 106.603
59.022
30 0.215 4.442 13.326 66.629 70.743 11.012 236.321
45 0.368 7.616 22.849 114.243 131.683 20.498 369.744
60 0.466 9.649 28.948 144.741 185.029 28.802 1045.718
90 0.623 12.907 38.720 193.600 262.836 40.913 1397.726
120 0.733 15.189 45.566 227.832 335.788 52.269 3562.537
180 0.880 18.239 54.716 273.579 427.102 66.483 4383.975
240 0.976 20.230 60.691 303.454 511.693 79.650 4967.951
300 0.911 18.882 56.645 283.226 552.156 85.948 5177.277
360 0.743 15.396 46.189 230.944 556.519 86.628
AUC 21247.853
Luas Area 100% 36000
Formula PVP 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Waktu
(menit) Abs
Kadar
sebenarnya
(µg/mL)
Q obat
3 mL
(µg)
Q obat
15 mL
(µg)
Q kum
(µg) %
release AUC % DE
15 0.029 0.583 1.749 8.745 8.745 1.564 85.902
45.257
30 0.173 3.571 10.712 53.558 55.307 9.890 205.284
45 0.275 5.687 17.060 85.301 97.761 17.481 328.506
60 0.379 7.844 23.533 117.666 147.187 26.319 967.897
90 0.517 10.707 32.122 160.612 213.666 38.207 1254.909
120 0.544 11.268 33.803 169.015 254.191 45.454 2965.311
180 0.578 11.973 35.919 179.595 298.575 53.390 3324.309
240 0.535 11.081 33.243 166.214 321.112 57.420 3484.977
300 0.452 9.359 28.077 140.384 328.525 58.746 3675.361
360 0.452 9.359 28.077 140.384 356.602 63.766
AUC 16292.456
Luas Area 100% 36000
b. Replikasi 2
Formula PVP 1
Waktu
(menit) Abs
Kadar
sebenarnya
(µg/mL)
Q obat
3 mL
(µg)
Q obat
15 mL
(µg)
Q kum
(µg) %
release AUC % DE
15 0.098 2.015 6.044 30.218 30.218 4.938 111.993
45.622
30 0.178 3.674 11.023 55.114 61.158 9.994 196.607
45 0.265 5.479 16.438 82.189 99.255 16.220 314.939
60 0.400 8.280 24.840 124.201 157.705 25.772 905.753
90 0.494 10.230 30.691 153.454 211.799 34.612 1147.146
120 0.538 11.143 33.429 167.147 256.183 41.865 2843.599
180 0.648 13.425 40.276 201.380 323.844 52.922 3377.344
240 0.651 13.488 40.463 202.313 365.054 59.656 3686.204
300 0.591 12.243 36.728 183.641 386.844 63.217 3840.359
360 0.504 10.438 31.313 156.566 396.498 64.795
AUC 16432.944
Luas Area 100% 36000
Formula PVP 2
Waktu
(menit) Abs
Kadar
sebenarnya
(µg/mL)
Q obat
3 mL
(µg)
Q obat
15 mL
(µg)
Q kum
(µg) %
release AUC % DE
15 0.074 1.517 4.550 22.749 22.749 3.541 102.752
67.799 30 0.196 4.048 12.143 60.716 65.266 10.159 205.439
45 0.303 6.268 18.803 94.015 110.707 17.233 427.221
60 0.707 14.649 43.948 219.741 255.237 39.730 1249.465
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
90 0.645 13.363 40.089 200.446 279.890 43.568 1515.439
120 0.803 16.641 49.923 249.616 369.149 57.462 4004.908
180 0.616 21.268 63.803 319.015 488.471 76.035 5043.171
240 0.692 23.882 71.645 358.226 591.485 92.070 5757.068
300 0.650 22.429 67.288 336.442 641.346 99.832 6102.129
360 0.943 19.546 58.637 293.185 665.378 103.572
AUC 24407.592
Luas Area 100% 36000
Formula PVP 3
Waktu
(menit) Abs
Kadar
sebenarnya
(µg/mL)
Q obat
3 mL
(µg)
Q obat
15 mL
(µg)
Q kum
(µg) %
release AUC % DE
15 0.200 4.131 12.392 61.961 61.961 11.080 263.781
75.096
30 0.394 8.156 24.467 122.334 134.726 24.091 465.551
45 0.565 11.703 35.110 175.550 212.409 37.982 568.406
60 0.449 9.297 27.890 139.450 211.419 37.805 1638.849
90 0.964 19.981 59.944 299.720 399.579 71.451 2339.384
120 0.604 20.853 62.558 312.790 472.593 84.508 5173.993
180 0.867 17.969 53.907 269.533 491.894 87.959 5368.050
240 0.748 15.500 46.500 232.500 508.768 90.976 5529.386
300 0.641 13.280 39.840 199.201 521.969 93.337 5687.049
360 0.565 11.703 35.110 175.550 538.158 96.232
AUC 27034.450
Luas Area 100% 36000
c. Replikasi 3
Formula PVP 1
Waktu
(menit) Abs
Kadar
sebenarnya
(µg/mL)
Q obat
3 mL
(µg)
Q obat
15 mL
(µg)
Q kum
(µg) %
release AUC % DE
15 0.124 2.554 7.662 38.309 38.309 6.260 181.488
36.244
30 0.329 6.807 20.421 102.106 109.768 17.938 325.375
45 0.411 8.508 25.525 127.624 155.707 25.445 417.923
60 0.424 8.778 26.334 131.670 185.278 30.278 978.222
90 0.431 8.923 26.770 133.849 213.790 34.937 1071.015
120 0.375 7.761 23.284 116.421 223.133 36.464 2259.263
180 0.347 7.180 21.541 107.707 237.703 38.845 2572.089
240 0.436 9.027 27.081 135.405 286.942 46.891 2601.443
300 0.210 4.338 13.015 65.073 243.691 39.823 2640.867
360 0.333 6.890 20.670 103.351 294.983 48.205
AUC 13047.683
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Luas Area 100% 36000
Formula PVP 2
Waktu
(menit) Abs
Kadar
sebenarnya
(µg/mL)
Q obat
3 mL
(µg)
Q obat
15 mL
(µg)
Q kum
(µg) %
release AUC % DE
15 0.076 1.558 4.674 23.371 23.371 3.638 126.876
34.780
30 0.260 5.376 16.127 80.633 85.307 13.279 249.982
45 0.348 7.201 21.604 108.019 128.820 20.052 344.530
60 0.399 8.259 24.778 123.890 166.295 25.885 881.646
90 0.464 9.608 28.824 144.118 211.301 32.891 1055.484
120 0.466 9.649 28.948 144.741 240.747 37.475 2396.736
180 0.475 9.836 29.508 147.541 272.496 42.417 2344.187
240 0.242 5.002 15.006 75.031 229.494 35.723 2296.288
300 0.299 6.185 18.554 92.770 262.239 40.820 2825.040
360 0.498 10.313 30.940 154.699 342.722 53.348
AUC 12520.769
Luas Area 100% 36000
Formula PVP 3
Waktu
(menit) Abs
Kadar
sebenarnya
(µg/mL)
Q obat
3 mL
(µg)
Q obat
15 mL
(µg)
Q kum
(µg) %
release AUC % DE
15 0.173 3.571 10.712 53.558 53.558 9.577 247.755
71.150
30 0.388 8.031 24.093 120.467 131.178 23.457 477.655
45 0.612 12.678 38.035 190.176 224.981 40.230 711.645
60 0.749 15.521 46.562 232.811 305.651 54.656 1859.717
90 0.863 17.886 53.658 268.288 387.691 69.326 2211.170
120 0.848 17.575 52.724 263.620 436.680 78.086 4819.402
180 0.759 15.728 47.185 235.923 461.707 82.561 5008.117
240 0.640 13.259 39.778 198.890 471.859 84.376 5147.416
300 0.563 11.662 34.985 174.927 487.674 87.204 5131.122
360 0.390 8.073 24.218 121.089 468.822 83.833
AUC 25613.998
Luas Area 100% 36000
d. Rata-rata Data Uji Pelepasan Obat
Waktu
(menit)
Formula
PVP 1
Formula
PVP 2
Formula
PVP 3
0 0 0 0
15 4.023 3.460 7.407
30 10.557 11.483 19.146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
45 17.000 19.261 31.898
60 23.697 31.472 39.593
90 30.214 39.124 59.661
120 33.650 49.068 69.349
180 37.967 61.645 74.637
240 43.287 69.148 77.591
300 41.732 75.533 79.762
360 45.100 81.183 81.277
DE360 33.693% 53.867% 63.834%
e. Grafik rata-rata % release vs waktu pelepasan obat piroksikam
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 50 100 150 200 250 300 350 400
% R
elea
se
Waktu (Menit)
Grafik Waktu vs % Release Obat Piroksikam
Formula 1 Formula 2 Formula 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 9. Data Uji Stabilitas Sediaan Hydrocolloid Matrix Piroksikam
1. Data Uji Stabilitas Sediaan
a. Stabilitas Minggu I Suhu 37oC
i. Uji Organoleptis
Formula Warna Kejernihan Kehalusan Kelengketan
PVP 1 Kuning Terdispersi Halus Kering
PVP 2 Kuning Terdispersi Halus Kering
PVP 3 Kuning Terdispersi Agak kasar (ada
gelembung) Kering
ii. Uji Keseragaman Bobot
PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.0140 0.0164 0.0048
2 0.0137 0.0155 0.0093
3 0.0100 0.0152 0.0072
4 0.0101 0.0187 0.0134
5 0.0111 0.0200 0.0157
6 0.0144 0.0114 0.0169
7 0.0110 0.0179 0.0163
8 0.0081 0.0161 0.0197
9 0.0113 0.0177 0.0192
10 0.0136 0.0173 0.0099
�̅� 0.01173 0.01662 0.01324
SD 0.00199 0.00223 0.00490
CV 16.97% 13.43% 37.04%
iii. Uji Ketebalan
PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.10 0.15 0.15
2 0.10 0.15 0.15
3 0.10 0.15 0.15
4 0.10 0.15 0.15
5 0.10 0.15 0.15
�̅� 0.10 0.15 0.15
iv. Uji pH Sediaan
pH
PVP 1 7
PVP 2 6.9
PVP 3 6.9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
v. Uji Moisture Content dan Moisture Absorption
Bobot
awal
Bobot
akhir
Bobot
akhir'
MC
(%)
�̅�
MC SD
CV
(%)
MA
(%)
�̅�
MA SD
CV
(%)
P1 1 0.0140 0.0138 0.0141 1.449
4.228 2.839 67.147
2.174
2.673 2.243 83.946
2 0.0137 0.0133 0.0134 3.008 0.752
3 0.0100 0.0092 0.0095 8.696 3.261
4 0.0101 0.0096 0.0102 5.208 6.250
5 0.0111 0.0108 0.0109 2.778 0.926
P2 1 0.0164 0.0149 0.0155 10.067
6.721 2.918 43.423
4.027
2.736 0.917 33.531
2 0.0155 0.0147 0.0150 5.442 2.041
3 0.0152 0.0139 0.0142 9.353 2.158
4 0.0187 0.0177 0.0183 5.650 3.390
5 0.0200 0.0194 0.0198 3.093 2.062
P3 1 0.0048 0.0045 0.0050 6.667
4.051 3.241 79.990
11.111
5.208 3.589 68.926
2 0.0093 0.0086 0.0091 8.140 5.814
3 0.0072 0.0071 0.0074 1.408 4.225
4 0.0134 0.0133 0.0136 0.752 2.256
5 0.0157 0.0152 0.0156 3.289 2.632
vi. Uji Ketahanan Pelipatan
Frekuensi
PVP 1 105
PVP 2 111
PVP 3 45
vii. Uji Kandungan Obat dalam Sediaan
Formula Abs
Kadar
Terukur
(µg/mL)
Q Obat
(µg)
Q
Obat
(mg)
�̅� Q
Obat SD
CV
(%)
Q Obat
Teoritis
(mg)
Recovery
(%)
P1
1 0.513 10.624 531.224 0.531
0.513 0.057 11.202 0.682 75.215
2 0.456 9.442 472.095 0.472
3 0.420 8.695 434.751 0.435
4 0.545 11.288 564.419 0.564
5 0.543 11.247 562.344 0.562
P2
1 0.593 12.284 614.212 0.614
0.560 0.073 12.978 0.675 83.034
2 0.549 11.371 568.568 0.569
3 0.559 11.579 578.942 0.579
4 0.585 12.118 605.913 0.606
5 0.420 8.695 434.751 0.435
P3 1 0.633 13.114 655.705 0.656
0.648 0.050 7.745 0.672 96.464 2 0.639 13.239 661.929 0.662
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
3 0.542 11.226 561.307 0.561
4 0.665 13.778 688.900 0.689
5 0.650 13.467 673.340 0.673
b. Stabilitas Minggu I Suhu 45oC
i. Uji Organoleptis
Formula Warna Kejernihan Kehalusan Kelengketan
PVP 1 Kuning Terdispersi Halus Kering
PVP 2 Kuning Terdispersi Halus Kering
PVP 3 Kuning Terdispersi Agak kasar (ada
gelembung) Kering
ii. Uji Keseragaman Bobot
PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.0128 0.0086 0.0088
2 0.0129 0.0105 0.0133
3 0.0126 0.0112 0.0092
4 0.0154 0.0094 0.0098
5 0.0162 0.0090 0.0112
6 0.0145 0.0100 0.0121
7 0.0163 0.0103 0.0053
8 0.0132 0.0109 0.0062
9 0.0113 0.0093 0.0112
10 0.0135 0.0106 0.0083
�̅� 0.01387 0.00998 0.00954
SD 0.00158 0.00082 0.00240
CV 11.39% 8.24% 25.16%
iii. Uji Ketebalan
PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.20 0.15 0.20
2 0.20 0.15 0.20
3 0.20 0.15 0.25
4 0.20 0.15 0.25
5 0.20 0.15 0.20
�̅� 0.20 0.15 0.22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
iv. Uji pH Sediaan
pH
PVP 1 6.9
PVP 2 7
PVP 3 7
v. Uji Moisture Content dan Moisture Absorption
Bobot
awal
Bobot
akhir
Bobot
akhir'
MC
(%)
�̅�
MC SD
CV
(%)
MA
(%)
�̅�
MA SD
CV
(%)
P1 1 0.0128 0.0127 0.0127 0.787
2.167 2.377 109.70
0.000
1.388 1.597 115.073
2 0.0129 0.0128 0.0130 0.781 1.562
3 0.0126 0.0123 0.0128 2.439 4.065
4 0.0154 0.0145 0.0146 6.207 0.690
5 0.0162 0.0161 0.0162 0.621 0.621
P2 1 0.0086 0.0082 0.0083 4.878
6.685 5.879 87.95
1.220
2.262 2.574 113.765
2 0.0112 0.0101 0.0102 10.891 0.990
3 0.0094 0.0082 0.0083 14.634 1.220
4 0.0100 0.0098 0.0099 2.041 1.020
5 0.0103 0.0102 0.0109 0.980 6.863
P3 1 0.0088 0.0083 0.0083 6.024
2.507 2.313 92.24
0.000
2.433 2.288 94.044
2 0.0092 0.0089 0.0090 3.371 1.124
3 0.0053 0.0052 0.0055 1.923 5.769
4 0.0062 0.0062 0.0063 0.000 1.613
5 0.0083 0.0082 0.0085 1.220 3.659
vi. Uji Ketahanan Pelipatan
Frekuensi
PVP 1 41
PVP 2 45
PVP 3 30
vii. Uji Kandungan Obat dalam Sediaan
Formula Abs
Kadar
Terukur
(µg/mL)
Q Obat
(µg)
Q
Obat
(mg)
�̅� Q
Obat SD
CV
(%)
Q Obat
Teoritis
(mg)
Recovery
(%)
P1
1 0.586 12.139 606.950 0.607
0.608 0.054 8.920 0.682 89.148
2 0.658 13.633 681.639 0.682
3 0.597 12.367 618.361 0.618
4 0.511 10.583 529.149 0.529
5 0.583 12.077 603.838 0.604
P2 1 0.454 9.400 470.021 0.470 0.478 0.075 15.657 0.675 70.770
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
2 0.447 9.255 462.759 0.463
3 0.579 11.994 599.689 0.600
4 0.381 7.886 394.295 0.394
5 0.446 9.234 461.722 0.462
P3
1 0.529 10.956 547.822 0.548
0.504 0.054 10.624 0.672 74.945
2 0.400 8.280 414.004 0.414
3 0.496 10.272 513.589 0.514
4 0.522 10.811 540.560 0.541
5 0.485 10.044 502.178 0.502
c. Stabilitas Minggu II Suhu 37oC
i. Uji Organoleptis
Formula Warna Kejernihan Kehalusan Kelengketan
PVP 1 Kuning Terdispersi Halus Kering
PVP 2 Kuning Terdispersi Halus Kering
PVP 3 Kuning Terdispersi Agak kasar (ada
gelembung) Kering
ii. Uji Keseragaman Bobot
PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.0116 0.0171 0.0087
2 0.0112 0.0123 0.0123
3 0.0115 0.0128 0.0083
4 0.0142 0.0119 0.0090
5 0.0124 0.0116 0.0092
6 0.0127 0.0119 0.0150
7 0.0127 0.0122 0.0137
8 0.0084 0.0111 0.0076
9 0.0141 0.0124 0.0117
10 0.0133 0.0117 0.0082
�̅� 0.01221 0.0125 0.01037
SD 0.00160 0.00160 0.00246
CV 13.12% 12.78% 23.76%
iii. Uji Ketebalan
PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.20 0.25 0.25
2 0.20 0.25 0.25
3 0.20 0.25 0.25
4 0.20 0.25 0.25
5 0.20 0.25 0.25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
�̅� 0.20 0.25 0.25
iv. Uji pH Sediaan
pH
PVP 1 7.4
PVP 2 7.4
PVP 3 7.4
v. Uji Moisture Content dan Moisture Absorption
Bobot
awal
Bobot
akhir
Bobot
akhir'
MC
(%)
�̅�
MC SD
CV
(%)
MA
(%)
�̅�
MA SD
CV
(%)
P1 1 0.0116 0.0114 0.0122 1.754
1.211 0.526 43.449
7.018
6.735 2.819 41.861
2 0.0112 0.0110 0.0112 1.818 1.818
3 0.0115 0.0114 0.0124 0.877 8.772
4 0.0124 0.0123 0.0133 0.813 8.130
5 0.0127 0.0126 0.0136 0.794 7.937
P2 1 0.0171 0.0170 0.0178 0.588
5.459 3.329 60.990
4.706
3.763 1.969 52.313
2 0.0123 0.0115 0.0120 6.957 4.348
3 0.0128 0.0123 0.0125 4.065 1.626
4 0.0119 0.0112 0.0119 6.250 6.250
5 0.0116 0.0106 0.0108 9.434 1.887
P3 1 0.0087 0.0086 0.0092 1.163
0.851 0.944 110.976
6.977
8.579 4.493 52.375
2 0.0123 0.0122 0.0138 0.820 13.115
3 0.0083 0.0083 0.0087 0.000 4.819
4 0.0090 0.0088 0.0100 2.273 13.636
5 0.0092 0.0092 0.0096 0.000 4.348
vi. Uji Ketahanan Pelipatan
Frekuensi
PVP 1 36
PVP 2 35
PVP 3 25
vii. Uji Kandungan Obat dalam Sediaan
Formula Abs
Kadar
Terukur
(µg/mL)
Q Obat
(µg)
Q
Obat
(mg)
�̅� Q
Obat SD
CV
(%)
Q Obat
Teoritis
(mg)
Recovery
(%)
P1
1 0.441 9.131 456.535 0.457
0.596 0.080 13.346 0.682 87.444 2 0.622 12.886 644.295 0.644
3 0.585 12.118 605.913 0.606
4 0.617 12.782 639.108 0.639
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
5 0.614 12.720 635.996 0.636
P2
1 0.794 16.454 822.718 0.823
0.747 0.132 17.704 0.675 110.635
2 0.504 10.438 521.888 0.522
3 0.815 16.890 844.502 0.845
4 0.781 16.185 809.232 0.809
5 0.710 14.712 735.581 0.736
P3
1 0.594 12.305 615.249 0.615
0.509 0.114 22.388 0.672 75.748
2 0.585 12.118 605.913 0.606
3 0.406 8.405 420.228 0.420
4 0.525 10.873 543.672 0.544
5 0.348 7.201 360.062 0.360
d. Stabilitas Minggu II Suhu 45oC
i. Uji Organoleptis
Formula Warna Kejernihan Kehalusan Kelengketan
PVP 1 Kuning Terdispersi Halus Kering
PVP 2 Kuning Terdispersi Halus Kering
PVP 3 Kuning Terdispersi Agak kasar (ada
gelembung) Kering
ii. Uji Keseragaman Bobot
PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.0113 0.0083 0.0104
2 0.0112 0.0088 0.0136
3 0.0082 0.0093 0.0049
4 0.0077 0.0092 0.0080
5 0.0100 0.0117 0.0190
6 0.0098 0.0080 0.0096
7 0.0121 0.0115 0.0060
8 0.0139 0.0118 0.0073
9 0.0105 0.0114 0.0121
10 0.0101 0.0112 0.0139
�̅� 0.01048 0.01012 0.01048
SD 0.00171 0.00145 0.00406
CV 16.33% 14.35% 38.75%
iii. Uji Ketebalan
PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.15 0.15 0.15
2 0.15 0.15 0.15
3 0.15 0.15 0.15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
4 0.15 0.15 0.15
5 0.15 0.15 0.15
�̅� 0.15 0.15 0.15
iv. Uji pH Sediaan
pH
PVP 1 7.1
PVP 2 7.1
PVP 3 7.3
v. Uji Moisture Content dan Moisture Absorption
Bobot
awal
Bobot
akhir
Bobot
akhir'
MC
(%)
�̅�
MC SD
CV
(%)
MA
(%) �̅� MA SD
CV
(%)
P1 1 0.0113 0.0112 0.0122 0.893
6.315 5.832 92.347
8.929
11.917 2.972 24.943
2 0.0112 0.0111 0.0122 0.901 9.910
3 0.0082 0.0076 0.0084 7.895 10.526
4 0.0077 0.0072 0.0083 6.944 15.278
5 0.0100 0.0087 0.0100 14.943 14.943
P2 1 0.0083 0.0082 0.0089 1.220
5.005 4.363 87.180
8.537
7.213 2.951 40.909
2 0.0088 0.0080 0.0084 10.000 5.000
3 0.0093 0.0092 0.0095 1.087 3.261
4 0.0092 0.0089 0.0097 3.371 8.989
5 0.0117 0.0107 0.0118 9.346 10.280
P3 1 0.0104 0.0103 0.0111 0.971
0.701 0.478 68.175
7.767
10.023 5.156 51.442
2 0.0136 0.0135 0.0146 0.741 8.148
3 0.0049 0.0049 0.0055 0.000 12.245
4 0.0080 0.0079 0.0093 1.266 17.722
5 0.0190 0.0189 0.0197 0.529 4.233
vi. Uji Ketahanan Pelipatan
Frekuensi
PVP 1 45
PVP 2 40
PVP 3 30
vii. Uji Kandungan Obat dalam Sediaan
Formula Abs
Kadar
Terukur
(µg/mL)
Q Obat
(µg)
Q
Obat
(mg)
�̅� Q
Obat SD
CV
(%)
Q Obat
Teoritis
(mg)
Recovery
(%)
P1 1 0.474 9.815 490.768 0.491
0.554 0.036 6.440 0.682 81.178 2 0.556 11.517 575.830 0.576
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
3 0.555 11.496 574.793 0.575
4 0.543 11.247 562.344 0.562
5 0.545 11.288 564.419 0.564
P2
1 0.521 10.790 539.523 0.540
0.540 0.024 4.397 0.675 80.022
2 0.518 10.728 536.411 0.536
3 0.501 10.376 518.776 0.519
4 0.560 11.600 579.979 0.580
5 0.508 10.521 526.037 0.526
P3
1 0.504 10.438 521.888 0.522
0.492 0.159 32.308 0.672 73.185
2 0.295 6.102 305.083 0.305
3 0.339 7.015 350.726 0.351
4 0.597 12.367 618.361 0.618
5 0.640 13.259 662.967 0.663
e. Stabilitas Minggu III Suhu 37oC
i. Uji Organoleptis
Formula Warna Kejernihan Kehalusan Kelengketan
PVP 1 Kuning Terdispersi Halus Kering
PVP 2 Kuning Terdispersi Halus Kering
PVP 3 Kuning Terdispersi Agak kasar (ada
gelembung) Kering
ii. Uji Keseragaman Bobot
PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.0128 0.0181 0.0125
2 0.0104 0.0176 0.0126
3 0.0124 0.0216 0.0078
4 0.0106 0.0209 0.0060
5 0.0105 0.0157 0.0082
6 0.0110 0.0138 0.0050
7 0.0110 0.0136 0.0111
8 0.0116 0.0154 0.0110
9 0.0120 0.0143 0.0068
10 0.0120 0.0121 0.0084
�̅� 0.01143 0.01631 0.00894
SD 0.000805 0.0030088 0.0025664
CV 7.04% 18.45% 28.71%
iii. Uji Ketebalan
PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.15 0.15 0.15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
2 0.15 0.15 0.15
3 0.15 0.15 0.15
4 0.15 0.15 0.15
5 0.15 0.15 0.15
�̅� 0.15 0.15 0.15
iv. Uji pH Sediaan
pH
PVP 1 7.2
PVP 2 7.2
PVP 3 7.2
v. Uji Moisture Content dan Moisture Absorption
Bobot
awal
Bobot
akhir
Bobot
akhir'
MC
(%)
�̅�
MC SD CV
MA
(%)
�̅�
MA SD CV
P1 1 0.0128 0.0125 0.0131 2.400
1.429 1.220 85.41
4.800
6.139 2.593 42.233
2 0.0104 0.0101 0.0111 2.970 9.901
3 0.0124 0.0123 0.0131 0.813 6.504
4 0.0106 0.0106 0.0113 0.000 6.604
5 0.0105 0.0104 0.0107 0.962 2.885
P2 1 0.0181 0.0176 0.0185 2.841
1.909 2.004 104.98
5.114
3.596 1.309 36.392
2 0.0176 0.0175 0.0183 0.571 4.571
3 0.0216 0.0215 0.0223 0.465 3.721
4 0.0209 0.0199 0.0203 5.025 2.010
5 0.0157 0.0156 0.0160 0.641 2.564
P3 1 0.0125 0.0119 0.0126 5.042
4.692 3.633 77.43
5.882
4.753 3.070 64.593
2 0.0126 0.0122 0.0127 3.279 4.098
3 0.0078 0.0076 0.0078 2.632 2.632
4 0.0060 0.0059 0.0060 1.695 1.695
5 0.0082 0.0074 0.0081 10.811 9.459
vi. Uji Ketahanan Pelipatan
Frekuensi
PVP 1 25
PVP 2 35
PVP 3 20
vii. Uji Kandungan Obat dalam Sediaan
Formula Abs
Kadar
Terukur
(µg/mL)
Q Obat
(µg)
Q
Obat
(mg)
�̅� Q
Obat SD
CV
(%)
Q Obat
Teoritis
(mg)
Recovery
(%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
P1
1 0.543 11.247 562.344 0.562
0.565 0.019 3.384 0.682 82.851
2 0.516 10.687 534.336 0.534
3 0.561 11.620 581.017 0.581
4 0.547 11.330 566.494 0.566
5 0.561 11.620 581.017 0.581
P2
1 0.586 12.139 606.950 0.607
0.599 0.028 4.699 0.675 88.781
2 0.535 11.081 554.046 0.554
3 0.596 12.346 617.324 0.617
4 0.604 12.512 625.622 0.626
5 0.572 11.849 592.427 0.592
P3
1 0.468 9.691 484.544 0.485
0.435 0.086 19.643 0.672 64.788
2 0.433 8.965 448.237 0.448
3 0.493 10.210 510.477 0.510
4 0.428 8.861 443.050 0.443
5 0.281 5.811 290.560 0.291
f. Stabilitas Minggu III Suhu 45oC
i. Uji Organoleptis
Formula Warna Kejernihan Kehalusan Kelengketan
PVP 1 Kuning Terdispersi Halus Kering
PVP 2 Kuning Terdispersi Halus Kering
PVP 3 Kuning Terdispersi Agak kasar (ada
gelembung) Kering
ii. Uji Keseragaman Bobot
PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.0097 0.0084 0.0078
2 0.0118 0.0112 0.0073
3 0.0116 0.0131 0.0072
4 0.0072 0.0125 0.0055
5 0.0112 0.0127 0.0141
6 0.0106 0.0088 0.0138
7 0.0107 0.0127 0.0157
8 0.0069 0.0075 0.0083
9 0.0113 0.0098 0.0123
10 0.0065 0.0065 0.0135
�̅� 0.00975 0.01032 0.01055
SD 0.0019734 0.0023108 0.0034837
CV 20.24% 22.39% 33.02%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
iii. Uji Ketebalan
PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.15 0.15 0.2
2 0.15 0.15 0.2
3 0.15 0.15 0.2
4 0.15 0.15 0.2
5 0.15 0.15 0.2
�̅� 0.15 0.15 0.2
iv. Uji pH Sediaan
pH
PVP 1 7.1
PVP 2 7.3
PVP 3 7.2
v. Uji Moisture Content dan Moisture Absorption
Bobot
awal
Bobot
akhir
Bobot
akhir'
MC
(%)
�̅�
MC SD
CV
(%) MA
�̅�
MA SD
CV
(%)
P1 1 0.0097 0.0096 0.0103 1.042
1.015 0.652 64.26
7.292
4.888 3.086 63.126
2 0.0118 0.0116 0.0122 1.724 5.172
3 0.0116 0.0116 0.0118 0.000 1.724
4 0.0072 0.0071 0.0077 1.408 8.451
5 0.0112 0.0111 0.0113 0.901 1.802
P2 1 0.0084 0.0083 0.0084 1.205
1.374 1.021 74.35
1.205
4.540 5.131 113.013
2 0.0112 0.0111 0.0126 0.901 13.514
3 0.0131 0.0128 0.0130 2.344 1.562
4 0.0125 0.0125 0.0130 0.000 4.000
5 0.0127 0.0124 0.0127 2.419 2.419
P3 1 0.0078 0.0077 0.0078 1.299
1.636 1.074 65.66
1.299
5.616 4.900 87.258
2 0.0073 0.0073 0.0083 0.000 13.699
3 0.0072 0.0070 0.0072 2.857 2.857
4 0.0055 0.0054 0.0056 1.852 3.704
5 0.0141 0.0138 0.0147 2.174 6.522
vi. Uji Ketahanan Pelipatan
Frekuensi
PVP 1 42
PVP 2 67
PVP 3 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
vii. Uji Kandungan Obat dalam Sediaan
Formula Abs
Kadar
Terukur
(µg/mL)
Q Obat
(µg)
Q
Obat
(mg)
�̅� Q
Obat SD
CV
(%)
Q Obat
Teoritis
(mg)
Recovery
(%)
P1
1 0.591 12.243 612.137 0.612
0.599 0.092 15.372 0.682 87.840
2 0.654 13.550 677.490 0.677
3 0.572 11.849 592.427 0.592
4 0.432 8.944 447.199 0.447
5 0.643 13.322 666.079 0.666
P2
1 0.515 10.666 533.299 0.533
0.498 0.065 13.132 0.675 73.721
2 0.480 9.940 496.992 0.497
3 0.420 8.695 434.751 0.435
4 0.567 11.745 587.241 0.587
5 0.421 8.716 435.788 0.436
P3
1 0.651 13.488 674.378 0.674
0.610 0.079 12.932 0.672 90.721
2 0.656 13.591 679.564 0.680
3 0.596 12.346 617.324 0.617
4 0.469 9.712 485.581 0.486
5 0.571 11.828 591.390 0.591
g. Stabilitas Minggu IV Suhu 37oC
i. Uji Organoleptis
Formula Warna Kejernihan Kehalusan Kelengketan
PVP 1 Kuning Terdispersi Halus Kering
PVP 2 Kuning Terdispersi Halus Kering
PVP 3 Kuning Terdispersi Agak kasar (ada
gelembung) Kering
ii. Uji Keseragaman Bobot
PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.0048 0.0141 0.0054
2 0.0095 0.0123 0.0058
3 0.0110 0.0112 0.0152
4 0.0114 0.0188 0.0143
5 0.0103 0.0143 0.0092
6 0.0112 0.0129 0.0144
7 0.0123 0.0204 0.0166
8 0.0113 0.0147 0.0091
9 0.0110 0.0161 0.0068
10 0.0111 0.0172 0.0057
�̅� 0.01039 0.0152 0.01025
SD 0.001986 0.0027709 0.0042048
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
CV 19.12% 18.23% 41.02%
iii. Uji Ketebalan
PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.20 0.20 0.10
2 0.20 0.20 0.10
3 0.20 0.20 0.10
4 0.20 0.20 0.10
5 0.20 0.20 0.10
�̅� 0.20 0.20 0.10
iv. Uji pH Sediaan
pH
PVP 1 7.1
PVP 2 7
PVP 3 7
v. Uji Moisture Content dan Moisture Absorption
Bobot
awal
Bobot
akhir
Bobot
akhir'
MC
(%)
�̅�
MC SD
CV
(%)
MA
(%)
�̅�
MA SD
CV
(%)
P1 1 0.0048 0.0047 0.0048 2.128
1.211 0.870 71.808
2.128
8.836 3.937 44.560
2 0.0095 0.0094 0.0103 1.064 9.574
3 0.0110 0.0110 0.0120 0.000 9.091
4 0.0114 0.0113 0.0126 0.885 11.504
5 0.0103 0.0101 0.0113 1.980 11.881
P2 1 0.0141 0.0139 0.0143 1.439
3.326 2.082 62.579
2.878
1.955 0.859 43.953
2 0.0123 0.0119 0.0120 3.361 0.840
3 0.0112 0.0110 0.0112 1.818 1.818
4 0.0188 0.0182 0.0187 3.297 2.747
5 0.0143 0.0134 0.0136 6.716 1.493
P3 1 0.0054 0.0047 0.0048 14.894
8.695 9.055 104.140
2.128
1.400 1.774 126.739
2 0.0058 0.0048 0.0050 20.833 4.167
3 0.0152 0.0142 0.0142 7.042 0.000
4 0.0143 0.0142 0.0143 0.704 0.704
5 0.0092 0.0092 0.0092 0.000 0.000
vi. Uji Ketahanan Pelipatan
Frekuensi
PVP 1 25
PVP 2 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
PVP 3 15
vii. Uji Kandungan Obat dalam Sediaan
Formula Abs
Kadar
Terukur
(µg/mL)
Q Obat
(µg)
Q
Obat
(mg)
�̅� Q
Obat SD
CV
(%)
Q Obat
Teoritis
(mg)
Recovery
(%)
P1
1 0.570 11.807 590.353 0.590
0.571 0.056 9.888 0.682 83.763
2 0.484 10.023 501.141 0.501
3 0.560 11.600 579.979 0.580
4 0.517 10.707 535.373 0.535
5 0.627 12.990 649.481 0.649
P2
1 0.677 14.027 701.349 0.701
0.655 0.088 13.393 0.675 97.080
2 0.556 11.517 575.830 0.576
3 0.545 11.288 564.419 0.564
4 0.747 15.479 773.963 0.774
5 0.638 13.218 660.892 0.661
P3
1 0.509 10.541 527.075 0.527
0.533 0.034 6.394 0.672 79.298
2 0.551 11.413 570.643 0.571
3 0.493 10.210 510.477 0.510
4 0.545 11.288 564.419 0.564
5 0.475 9.836 491.805 0.492
h. Stabilitas Minggu IV Suhu 45oC
i. Uji Organoleptis
Formula Warna Kejernihan Kehalusan Kelengketan
PVP 1 Kuning Terdispersi Halus Kering
PVP 2 Kuning Terdispersi Halus Kering
PVP 3 Kuning Terdispersi Agak kasar (ada
gelembung) Kering
ii. Uji Keseragaman Bobot
PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.0130 0.0108 0.0099
2 0.0076 0.0127 0.0120
3 0.0113 0.0109 0.0157
4 0.0121 0.0118 0.0172
5 0.0107 0.0136 0.0151
6 0.0087 0.0145 0.0087
7 0.0055 0.0168 0.0160
8 0.0144 0.0172 0.0158
9 0.0111 0.0107 0.0081
10 0.0134 0.0126 0.0068
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
�̅� 0.01078 0.01316 0.01253
SD 0.0026332 0.0022509 0.0036813
CV 24.43% 17.10% 29.38%
iii. Uji Ketebalan
PVP 1 PVP 2 PVP 3
1 0.15 0.15 0.20
2 0.15 0.15 0.20
3 0.15 0.15 0.20
4 0.15 0.15 0.20
5 0.15 0.15 0.20
�̅� 0.15 0.15 0.20
iv. Uji pH Sediaan
pH
PVP 1 7.2
PVP 2 7.2
PVP 3 7
v. Uji Moisture Content dan Moisture Absorption
Bobot
awal
Bobot
akhir
Bobot
akhir'
MC
(%)
�̅�
MC SD
CV
(%)
MA
(%)
�̅�
MA SD
CV
(%)
P1 1 0.0130 0.0128 0.0133 1.562
1.010 1.084 107.339
3.906
3.572 1.934 54.155
2 0.0076 0.0076 0.0078 0.000 2.632
3 0.0113 0.0113 0.0116 0.000 2.655
4 0.0121 0.0118 0.0126 2.542 6.780
5 0.0107 0.0106 0.0108 0.943 1.887
P2 1 0.0108 0.0107 0.0109 0.935
0.983 1.013 103.055
1.869
4.850 3.037 62.624
2 0.0127 0.0127 0.0138 0.000 8.661
3 0.0109 0.0109 0.0112 0.000 2.752
4 0.0118 0.0116 0.012 1.724 3.448
5 0.0136 0.0133 0.0143 2.256 7.519
P3 1 0.0099 0.0099 0.0106 0.000
0.746 0.787 105.378
7.071
3.806 2.614 68.675
2 0.0120 0.0120 0.0126 0.000 5.000
3 0.0157 0.0155 0.0155 1.290 0.000
4 0.0172 0.0169 0.0174 1.775 2.959
5 0.0151 0.0150 0.0156 0.667 4.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
vi. Uji Ketahanan Pelipatan
Frekuensi
PVP 1 25
PVP 2 40
PVP 3 15
vii. Uji Kandungan Obat dalam Sediaan
Formula Abs
Kadar
Terukur
(µg/mL)
Q Obat
(µg)
Q
Obat
(mg)
�̅� Q
Obat SD
CV
(%)
Q Obat
Teoritis
(mg)
Recovery
(%)
P1
1 0.515 10.666 533.299 0.533
0.477 0.085 17.781 0.682 70.013
2 0.566 11.724 586.203 0.586
3 0.463 9.587 479.357 0.479
4 0.386 7.990 399.481 0.399
5 0.376 7.782 389.108 0.389
P2
1 0.648 13.425 671.266 0.671
0.651 0.045 6.883 0.675 96.496
2 0.552 11.434 571.680 0.572
3 0.641 13.280 664.004 0.664
4 0.655 13.571 678.527 0.679
5 0.648 13.425 671.266 0.671
P3
1 0.541 11.205 560.270 0.560
0.531 0.034 6.365 0.672 79.082
2 0.508 10.521 526.037 0.526
3 0.551 11.413 570.643 0.571
4 0.493 10.210 510.477 0.510
5 0.473 9.795 489.730 0.490
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 10. Data Uji Iritasi Hydrocolloid Matrix Piroksikam
1. Data Uji Iritasi Kulit
Kontrol Positif (Etil Asetat + Hypafix)
Kelinci 24 jam 48 jam 72 jam
Eritema Udem Eritema Udem Eritema Udem
1 2 0 2 0 2 0
2 3 0 3 0 3 0
3 2 0 2 0 2 0
Total 7 0 7 0 7 0
Indeks Iritasi Primer : 7.0
Kesimpulan : Iritan kuat
Kontrol Negatif (Kasa + Hypafix)
Kelinci 24 jam 48 jam 72 jam
Eritema Udem Eritema Udem Eritema Udem
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
Total 0 0 0 0 0 0
Indeks Iritasi Primer : 0.0
Kesimpulan : Sangat ringan
Basis 1
Kelinci 24 jam 48 jam 72 jam
Eritema Udem Eritema Udem Eritema Udem
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
Total 0 0 0 0 0 0
Indeks Iritasi Primer : 0.0
Kesimpulan : Sangat ringan
Basis 2
Kelinci 24 jam 48 jam 72 jam
Eritema Udem Eritema Udem Eritema Udem
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
Total 0 0 0 0 0 0
Indeks Iritasi Primer : 0.0
Kesimpulan : Sangat ringan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Basis 3
Kelinci 24 jam 48 jam 72 jam
Eritema Udem Eritema Udem Eritema Udem
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
Total 0 0 0 0 0 0
Indeks Iritasi Primer : 0.0
Kesimpulan : Sangat ringan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 11. Data Persen (%) Wound Closure
a. Tikus Diabetes
Hari
ke-
Basis 2 Formula PVP 2 Kontrol
Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3
0 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1 3.846 2.706 5.796 3.888 5.666 12.364 3.785 2.575 3.586
2 8.379 13.745 16.847 9.268 16.362 14.984 13.898 12.297 10.812
3 10.323 21.281 21.281 13.706 20.675 15.292 24.212 14.793 19.627
4 25.296 26.618 37.600 17.242 25.588 21.281 31.435 21.180 29.044
5 38.693 34.047 46.957 20.022 36.586 34.054 46.859 37.156 30.262
6 40.916 49.247 51.476 32.698 44.326 40.534 64.085 42.100 51.060
7 53.142 62.179 69.909 55.020 63.621 50.289 67.313 61.545 57.923
8 66.087 73.462 76.383 65.283 79.199 61.540 75.591 76.538 76.936
9 80.301 84.261 80.363 77.747 83.203 69.063 79.260 82.425 89.027
10 86.914 87.469 83.863 86.428 86.173 75.086 88.116 86.539 89.115
11 92.553 91.924 85.674 90.046 92.010 83.553 92.528 91.516 90.730
12 94.340 93.014 87.865 92.681 93.890 87.174 92.600 93.665 92.956
13 96.684 96.098 90.537 95.335 94.691 90.727 95.525 94.784 93.956
14 97.674 97.247 92.166 97.270 96.839 94.404 96.217 96.040 94.890
15 98.489 98.650 95.011 98.154 98.641 96.231 97.299 97.412 96.063
16 100.000 100.000 97.693 100.000 100.000 98.652 100.000 98.995 98.689
17 100.000 100.000 100.000 100.000
b. Tikus Non Diabetes
Hari
ke-
Basis 2 Formula PVP 2 Kontrol
Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3
0 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1 1.814 10.145 15.292 4.386 5.052 10.766 5.099 4.354 5.978
2 6.893 12.381 15.818 6.822 8.220 17.148 12.473 6.899 14.121
3 11.960 26.935 32.081 12.237 9.841 27.559 23.917 10.523 15.985
4 18.049 28.666 44.403 19.630 9.942 27.692 52.737 23.443 19.726
5 34.158 33.919 50.506 43.035 11.308 28.322 55.444 24.538 22.859
6 35.592 34.378 59.116 62.361 26.457 39.105 58.818 29.102 38.363
7 58.578 43.212 67.484 70.751 44.558 49.703 60.021 53.534 49.039
8 66.034 49.505 78.485 75.210 51.635 59.971 72.801 69.879 69.330
9 76.939 64.716 87.915 89.509 77.418 78.362 84.820 77.684 79.691
10 83.602 83.525 89.303 92.218 87.334 88.567 93.008 86.165 85.430
11 91.538 92.279 92.070 95.661 92.102 92.623 95.610 90.224 88.235
12 92.208 95.368 94.038 96.074 93.411 94.374 96.591 93.438 90.906
13 97.475 97.133 96.533 97.896 94.986 97.295 97.765 96.166 94.380
14 98.536 97.479 97.981 98.795 97.320 98.393 100.000 97.680 97.204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
15 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
c. Data Perhitungan Hari Penutupan Luka
Diabetes
Tikus Kontrol Basis Formula
1 16 16 16
2 17 16 16
3 17 17 17
�̅� 16.667 16.333 16.333
SD 0.577 0.577 0.577
CV (%) 3.464 3.535 3.535
Non Diabetes
Tikus Kontrol Basis Formula
1 14 15 15
2 15 15 15
3 15 15 15
�̅� 14.667 15.000 15.000
SD 0.577 0.000 0.000
CV (%) 3.936 0.000 0.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 12. Hasil Statistik Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Keseragaman Bobot
a. Basis
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Uji ANAVA
P-value di bawah 0.05 ada perbedaan yang signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
b. Formula
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Uji Kruskal Walis
P-value di bawah 0.05 ada perbedaan yang signifikan
2. Hasil Uji Statistik Moisture Content
a. Basis
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Uji ANAVA
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
b. Formula
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Uji ANAVA
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
3. Hasil Uji Statistik Moisture Absorption
a. Basis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Uji ANAVA
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
b. Formula
Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Uji Homogenitas
Uji Kruskal Walis
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
4. Hasil Uji Statistik Kandungan Obat
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Uji ANAVA
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
5. Hasil Uji Statistik Stabilitas Suhu 37oC Formula 1
a. Keseragaman Bobot
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
Uji Wilcoxon
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
b. Moisture Content
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Uji T-test
P-value di bawah 0.05 ada perbedaan yang signifikan
b. Moisture Absorption
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
c. Kandungan Obat
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
6. Hasil Uji Statistik Stabilitas Suhu 45oC Formula 1
a. Keseragaman Bobot
i. Minggu 0 – Minggu 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
b. Moisture Content
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di bawah 0.05 ada perbedaan yang signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
b. Moisture Absorption
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
c. Kandungan Obat
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Uji T-test
P-value di bawah 0.05 ada perbedaan yang signifikan
7. Hasil Uji Statistik Stabilitas Suhu 37oC Formula 2
a. Keseragaman Bobot
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
b. Moisture Content
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
c. Moisture Absorption
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Uji T-test
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
d. Kandungan Obat
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
8. Hasil Uji Statistik Stabilitas Suhu 45oC Formula 2
a. Keseragaman Bobot
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di bawah 0.05 ada perbedaan yang signifikan
b. Moisture Content
i. Minggu 0 – Minggu 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di bawah 0.05 ada perbedaan yang signifikan
c. Moisture Absorption
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
d. Kandungan Obat
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
9. Hasil Uji Statistik Stabilitas Suhu 37oC Formula 3
a. Keseragaman Bobot
i. Minggu 0 – Minggu 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
b. Moisture Content
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
c. Moisture Absorption
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
Uji Wilcoxon
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
d. Kandungan Obat
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Uji T-test
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
10. Hasil Uji Statistik Stabilitas Suhu 45oC Formula 3
a. Keseragaman Bobot
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di bawah 0.05 ada perbedaan yang signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
b. Moisture Content
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
c. Moisture Absorption
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Uji T-test
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
d. Kandungan Obat
i. Minggu 0 – Minggu 4
Uji Normalitas
Uji T-test
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
11. Hasil Uji Statistik Pelepasan Obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Uji ANAVA
P-value di atas 0.05 tidak ada perbedaan yang signifikan
12. Hasil Uji Statistik Aktivitas Obat pada Tikus
a. Gabungan Kontrol dan Formula Tikus Diabetes
Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Uji Homogenitas
Uji T dua sampel independen
b. Gabungan Kontrol dan Formula Tikus Non Diabetes
Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Uji Homogenitas
Uji T dua sampel independen
c. Gabungan Basis Tikus Diabetes dan Tikus Non Diabetes
Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Uji Homogenitas
Uji T dua sampel independen
d. Gabungan Kontrol Tikus Diabetes dan Tikus Non Diabetes
Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Uji Homogenitas
Uji T dua sampel independen
e. Gabungan Formula Tikus Diabetes dan Tikus Non Diabetes
Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Uji Homogenitas
Uji T Dua Sampel Independen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
2. Rekapituliasi Hasil Statistik
Jenis Evaluasi Nilai p-value
Keseragaman
Bobot
Basis 2.06 x 10-5
Formula 2.476 x 10-6
Moisture Content Basis 0.443
Formula 0.234
Moisture
Absorption
Basis 0.844
Formula 0.185
Kandungan Obat Formula 0.506
Pelepasan Obat Formula 0.132
Aktivitas Obat
Kontrol-Formula D 0.5185
0.7407*
Kontrol-Formula ND 0.4226
0.2113*
Gabungan Kontrol 0.01324
0.9934*
Gabungan Basis 0.05719
0.9714*
Gabungan Formula 0.05719
0.9714*
*= t.test alternative
Jenis Evaluasi Nilai p-value
Suhu 37 Suhu 45
Stabilitas
Formula 1
Keseragaman Bobot 0.005793 0.1415
Moisture Content 0.02904 0.0415
Moisture Absorption 0.4495 0.211
Kandungan Obat 0.6795 0.03939
Formula 2
Keseragaman Bobot 0.3431 0.002069
Moisture Content 0.2177 0.01993
Moisture Absorption 0.06641 0.09073
Kandungan Obat 0.2635 0.1694
Formula 3
Keseragaman Bobot 9.066 x 10-5 8.429 x 10-5
Moisture Content 0.1793 0.1079
Moisture Absorption 0.125 0.1617
Kandungan Obat 0.7474 0.7724
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 13. Hasil Uji Histopatologi
Kulit Normal Tanpa Perlakuan
Kulit Kontrol Tikus Diabetes
Kulit Basis Tikus Diabetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Kulit Formula Tikus Diabetes
Kulit Kontrol Tikus Non Diabetes
Kulit Basis Tikus Non Diabetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Kulit Formula Tikus Non Diabetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Lampiran 14. Dokumentasi Foto Penelitian
Pembuatan Kurva Baku
Uji Keseragaman Kandungan Obat
Uji Aktivitas Sediaan
Uji Ketahanan Pelipatan
Uji Iritasi Kelinci 1
Hasil Uji Iritasi Kelinci 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Uji Iritasi Kelinci 2
Uji Iritasi Kelinci 3
Sediaan Hydrocolloid Matrix
Piroksikam dalam Cawan Petri Besar
Hasil Uji Iritasi Kelinci 2
Hasil Uji Iritasi Kelinci 3
Uji pH Larutan Sediaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Sediaan Hydrocolloid Matrix
Piroksikam Diameter 1 cm
Uji Sterilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Optimasi Konsentrasi
Polivinil Pirolidon (PVP) sebagai Polimer Hydrocolloid
Matrix Diabetic Wound Healing dengan Zat Aktif
Piroksikam” memiliki nama lengkap Benedicta Fidelia
Putranti. Penulis lahir di Tangerang, 17 Mei 1995 dan
merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasangan
Markus Tranmiyadi dan Stanisla Arini Budi Susanti.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu TK
Strada Santa Maria Tangerang (2000-2001), pendidikan
sekolah dasar di SD Strada Santa Maria I Tangerang (2001-2007), pendidikan
Sekolah Menengah Pertama di SMP Strada Santa Maria I Tangerang (2007-2010),
pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan
(2010-2013). Seusai tamat SMA, penulis melanjutkan studi sarjana di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2013. Penulis cukup
aktif selama menjadi mahasiswa dengan mengikuti berbagai kepanitiaan antara lain
menjadi anggota divisi acara pada Panitia Pelepasan Wisuda (2013), anggota divisi
pendaftaran pada Panitia Pharmacy Performance Road to School (2014), dan
sekretaris pada Panitia Pharmacy Performance Road to School (2015). Penulis juga
salah satu anggota Paduan Suara Mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI