OS Glaukoma Simpleks Kronik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BAB IV

Citation preview

BAB IVPEMBAHASANDiagnosis glaukoma simpleks kronik pada mata kiri pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien. Pada anamnesis, pasien mengeluh penglihatan menjadi kabur secara perlahan. Didapatkan pula keluhan berupa nyeri pada bola mata dan daerah di sekitar bola mata pasien. Pasien juga mengeluhkan merasa silau saat melihat cahaya pada siang hari dan melihat seperti pelangi bila melihat sumber cahaya. Pada pemeriksaan fisik, terdapat defek lapang pandang dan peningkatan TIO pada mata kiri pasien yang nilainya di atas normal (43,4 mmHg).Glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan intraokuler/tekanan bola mata yang menyebabkan kerusakan saraf optik yang diikuti gangguan pada lapang pandang. Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokular ini disebabkan oleh bertambahnya produksi cairan mata (aquos humor) oleh badan siliar dan berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata. Pada keadaan ini akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi serta degenerasi papil saraf optik yang dapat berakhir dengan kebutaan.Berdasarkan ada atau tidaknya penyebab, glaukoma dibedakan menjadi dua jenis. Jenis glaukoma yang diturunkan dan tidak diketahui sebabnya disebut glaukoma primer. Apabila dalam satu keluarga diketahui ada yang menderita glaukoma primer, maka keluarga terdekat mempunyai risiko yang besar menderita jenis ini juga. Glaukoma sekunder bisa disebabkan oleh banyak hal, antara lain trauma mata, peradangan, diabetes, perdarahan dalam mata dll bisa menyebabkan glaukoma. Glaukoma simpleks adalah glaukoma yang penyebabnya tidak diketahui. Merupakan suatu glaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik mata terbuka. Jenis glaukoma dengan penurunan penglihatan secara perlahan-lahan termasuk dalam kategori nonkongestif. Pada glaukoma simpleks terkadang tidak ditemukan gejala yang khas pada anamnesis. Kebanyakan penderita tidak memberikan gejala pada mata kecuali keadaan dimana terjadi gangguan penglihatan.Pada keadaan tekanan bola mata yang mendadak naik, maka akan terjadi keluhan penglihatan kabur, melihat gambaran halo atau pelangi serta nyeri yang hebat. Pemeriksaan TIO pada pasien ini diawali dengan palpasi dan tonometri schiotz. Sebelum dilakukan pengukuran TIO, pasien diberikan analgesik berupa pantocain sebanyak 4 tetes. Ditunggu hingga minimal 5 menit dan dilakukan pemeriksaan, diperoleh hasil TIO pasien melebihi batas normal sebesar 43,4 mmHg. Hal ini sebanding dengan hasil pemeriksaan menggunakan palpasi yang dirasakan tekanan bola mata kiri teraba lebih keras dibandingkan dengan bola mata kanan.Patofisiologi peningkatan tekanan intraokular disebabkan mekanisme sudut terbuka maupun tertutup sesuai dengan entitas penyakitnya. Efek peningkatan tekanan intraokular dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan besar peningkatan tekanan intraokular. Pada glaukoma sudut terbuka primer, tekanan intraokular biasanya tidak meningkat lebih dari 30 mmHg dan kerusakan sel ganglion terjadi setelah waktu yang lama setelah beberapa tahun.Pada glaukoma kronik sudut terbuka, hambatannya terletak pada jaringan trabekulum maka akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi. Pada glaukoma akut hambatan terjadi karena iris perifer menutup sudut bilik depan, hingga jaringan trabekulum tidak dapat dicapai oleh aqueus. Tujuan terapi glaukoma adalah menjaga fungsi penglihatan melalui penurunan TIO supaya tidak terjadi kerusakan saraf lebih lanjut. Pada pasien ini terapi yang diberikan bertujuan untuk menurunkan tekanan bola mata dengan menggunakan trias glukoma, yaitu acetazolamid, timolol maleat dan pilocarpine. Acetazolamid yang merupakan golongan karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan produksi cairan aquos humor. Cara kerja azetazolamid adalah menurunkan formasi bikarbonat pada epitel korpus siliaris (formasi pengikatan Na dan transpor cairan) sehingga menurunkan produksi aquos humor. Obat ini mampu menurunkan produksi aquos humor sebesar 40-60%. Selain itu diberikan pula timolol yang merupakan beta blocker non selektif dengan cara mengurangi produksi humor aquos. Selain itu pasien diberi terapi topikal larutan pilocarpin 0,25%. Obat ini dapat menurunkan TIO sebesar 15-25% melalui peningkatan pengeluaran cairan aquos humor dengan bekerja pada anyaman trabekular melalui kontraksi otot siliaris. Prognosis pasien akan baik apabila tekanan intraokularnya dapat dipertahankan dengan teratur kontrol.

BAB VKESIMPULANBerdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada Ny. B, 49 tahun di diagnosis OS glaukoma simpleks kronik. Kelainan ini harus segera mendapat perhatian khusus karena sangat mengganggu pasien dan dapat mengancam fungsi penglihatan pada mata kiri pasien. Pengobatan yang dilakukan harus teratur supaya tidak terjadi kenaikan tekanan bola mata. Perlu dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui jenis glaukoma yang dialami pasien apakah glaukoma sudut terbuka atau tertutup. Kelaianan yang dialami sudah termasuk kronis, sehingga penanganan bedah merupakan solusi terbaik untuk mengurangi tekanan intraocular mata kiri pasien untuk menghindari kerusakan sel saraf lebih lanjut.29