Upload
resiseptiani
View
334
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
nnn
Citation preview
SPECIAL SENSE
Otitis Eksterna Maligna Aurikular DextraResi Septiani
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
No. Telp (021) 5694-2061
Email: [email protected]
Pendahuluan
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh
infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah
perubahan pH diliang telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa,
proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan
jamur mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma yang ringan ketika
mengorek telinga.1
Otitis eksterna maligna (OEM) atau otitis eksterna nekrotikans merupakan infeksi
telinga yang berpotensi menjadi kematian. Infeksi biasanya dimulai dari meatus akustikus
eksterna (MAE) sebagai otitis eksterna akut (OEA) yang tidak ada respon terhadap terapi.
Infeksi menyebar melalui fissura Santorini ke jaringan lunak dan pembuluh darah sekitarnya
sampai ke tulang dasar tengkorak. Penyebaran infeksi melalui sistem Haversian tulang padat
dapat menimbulkan osteomielitis, terbentuknya abses multiple, dan sequestra tulang nekrotik.
Infeksi dapat mengenai foramen stilomastoid sehingga terjadi paralisis nervus fasialis, jika
mengenai foramen jugularis akan terjadi paralisis N. IX, X, XI dan jika mengenai kanal
hipoglosus akan terjadi paralisis N XII.2
Anatomi
Telinga terdiri dai telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar terdiri
dari aurikula.Aurikula adalah bagian dari telinga luar, suatu tambahan yang melekat pada sisi
kepala dan dimaksudkan untuk menangkap suara. Dibentuk oleh kartilago dan dibagian
kaudal dari aurikula terdapat lobules aurikula. Meatus akustikus eksternus adalah suatu
1
saluran udara, panjang kira-kira 2-3 cm, arah ke medial sampai pada telinga tengah, berada
dalam pars petrosa ossis temporalis. Sepertiga bagian lateral dibentuk oleh kartilago dan 2/3
bagian medial dibentuk oleh tulang biasa. Pada ujung medial dari saluran tersebut terdapat
membrane timpani, yang terletak miring, memisahkan meatus akustikus eksternus daripada
kavum timpani. Letak dari membrane timpani adalah sedemikian rupa sehingga sisi luarnya
menghadap ke daerah ventral, kaudal dan lateral. Pada saluran ini terdapat mukosa yang
mengandung rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Hasil produksi dari kelenjar
disebut serumen.3
Gambar 1: Telinga Luar
Sumber: http://image.slidesharecdn.com
Analisis Masalah:
Seorang laki-laki usia 53 tahun datang ke klinik umum dengan keluhan telinga kanan
sakit dan keluar cairan sejak 5 hari yang lalu.
Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu tindakan untuk mengenalpasti keluhan utama pasien
disamping beberapa keluhan samping.Anamnesis yang benar dapat membantu dokter untuk
menegakkan diagnosis yang tepat.Pada kasus ini, anamnesis dapat dilakukan secara
autoanamnesis.Autoanamnesismerupakan anamnesis yang dilakukan dengan menanyakan
2
kepada pasien secara langsung.Bagi kasus ini, beberapa hal perlu diperhatikan saat
anamnesis.
Yang pertama adalah menanyakan identitas pasien seperti nama, alamat, pekerjaan,
tanggal lahir, jenis kelamin agama dan sebagai nya. Dalam kasus ini, pasiennya adalah
seorang laki-laki berusia 53 tahun. Identitas lain tidak disertakan. Seterusnya adalah
menanyakan keluhan utama pasien.Pada kasus ini, pasien menyatakan bahwa dia menderita
telinga kanan sakit, nyeri sekali, mulut mencong, telinga sering dikorek dan keluar sekret
kental.
Seterusnya, menanyakan riwayat penyakit sekarang bagi pasien.Pasien tidak
menyatakan riwayat penyakit sekarang seperti sudah berapa lama pasien mengalami nyeri di
telinga kanan, adakah mengalami riwayat penyakit lain, riwayat penyakit menahun seperti
diabetes milletus dan riwayat penggunaan obat-obatan.
Pemeriksaan
Pemeriksaan harus dilakukan ke atas pasien bagi membantu menegakkan diagnosis
dengan tepat. Pemeriksaan yang tidak benar akan menyebabkan salah diagnosis dan akhirnya
dapat berakibat kepada salahnya pengobatan dan penatalaksanaan.Terdapat dua jenis
periksaan yang harus dilakukan oleh dokter yaitu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang boleh serta rutin dilakukan ke atas semua pasien adalah
pemeriksaan tanda-tanda vital yang terdiri dari tekanan darah, kadar respirasi, nadi dan
suhu. Pada inspeksi, ditemukan adanya kulit yang mengalami inflamasi, hiperemis, udem
dan tampak jaringan granulasi pada dasar meatus akustikus eksternus.Selain itu,
ditemukan pus yang keluar dari liang telinga yang sudah nekrosis. Kelihatan aurikula
membengkak dan kehilangan bentuk di daerah yang terdiri dari kartilago.Biasanya
disertai dengan kelumpuhan saraf fasial, dan perlu memeriksa saraf kranial V – XII.
3
Gambar 2: Gambaran Otitis Eksterna Maligna
Sumber: http://www.aafp.org/afp/2006/1101/afp20061101p1510-f4.jpg
2. Pemeriksaan Penunjang
Laboratotium
Pada pemeriksaan laboratorium, dapat ditemukan adanya peningkatan jumlah leukosit,
laju endap darah dan gula darah sewaktu. Pemeriksaan kultur yang diperoleh dari sekret liang
telinga sangat diperlukan untuk sensitivitas antibiotik. Penyebab utamanya adalah P.
aeruginosa (95%). Organisme ini merupakan bakteri aerob, dan gram negatif. Pseudomonas
sp. mempunyai lapisan yang bersifat mukoid yang digunakan pada saat fagositosis.
Eksotoksin dapat menyebabkan jaringan mengalami nekrosis dan beberapa golongan lainnya
menghasilkan neurotoksin yang dapat menimbulkan neuropati.4
Radiologi
Pemeriksaan tambahan dapat berupa foto X-ray mastoid (foto Schuller). Pada foto X-ray
ini ditemukan adanya perselubungan air cell mastoid dan destruksi tulang.
4
Gambar 3: Foto Schuller kanan tampak gambaran mastoiditis kronik
Sumber: http://ispub.com/IJORL/4/1/11897
CT-Scan dapat menunjukkan adanya dekstruksi tulang di sekitar dasar tulang
tengkorak dan meluas ke intrakranial. Pemeriksaan dengan teknik nuklir baik digunakan pada
stadium awal. Scan Technetium (99Tc) methylene diphosphonate menunjukkan area yang
mengalami osteogenesis dan osteolisis. Sedangkan Gallium (67Ga) menunjukkan jaringan
lunak yang mengalami inflamasi.
Gambar 4: CT-Scan kepala yang menunjukkan kerusakan jaringan lunak pada MAE kiri,
tulang mastoideus kiri, fossa infra-temporalis dan dasar tulang tengkorak (anak panah)
Sumber: http://ispub.com/IJORL/4/1/11897
Histopatologi
Mekanisme invasi liang telinga berhubungan dengan nekrosis tulang. Proses infeksi meluas
ke submukosa dan terdapat destruksi tulang pada gambaran histologi juga dapat terlihat
rusaknya jaringan menunjukkan luasnya nekrosis pada lapisan epidermis dan dermis disertai
5
infiltrate PMN. Kartilago dikelilingi oleh jaringan inflamasi dan tampak destruksi. Pada
dinding pembuluh darah menunjukkan hialinisasi. Tulang mastoid menunjukkan adanya sel –
sel inflamasi akut.5
Pemeriksaan biopsi granulasi MAE perlu dilakukan untuk membedakan dengan otitis
eksterna maligna dengan keganasan meatus akustikus eksterna atau osteomielitis karena
Aspergillus. Pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas dilakukan untuk mengetahui kuman
penyebab dan menentukan jenis antibiotik yang tepat.
Diagnosis Kerja: Otitis Eksterna Maligna
Definisi
Otitis eksterna maligna didefinisikan sebagai infeksi difus di liang telinga luar dan
struktur lain di sekitarnya yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Biasanya
terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes melitus.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding merupakan antara penyakit yang berkemungkinan mempunyai gejala yang
serupa seperti diagnosis kerja.
1. Otitis Eksterna Difusa
Definisi:
Biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Tampak kulit liang telinga
hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya golongan
Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebabnya adalah Staphylococcus albus,
Escherichia coli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis
media supuratif kronis.
Manifestasi klinis:
Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar
getah bening membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak
mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.1
6
2. Otitis Eksterna Sirkumskripta
Definisi:
Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti
folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat terjadi
infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebab biasanya
Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.
Manifestasi klinis:
Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini
disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya,
sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul
spontan pada waktu membuka mulut(sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga
gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.1
3. Otomikosis
Definisi:
Infeksi jamur diliang telinga dipermudah dengan kelembaban yang tinggi didaerah
tersebut. Yang tersering adalah Pityrosporum dan Aspergillus. Kadang-kadang ditemukan
juga Candida albicans atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan terbentuknya sisik yang
menyerupai ketombe dan merupakan predisposisi otitis eksterna bakterialis.
Manifestasi klinis:
. Gejala biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tapi sering pula
tanpa keluhan.1
Tabel 1: Perbandingan Diagnosis Differensial bagi Otitis Eksterna Maligna
Penyakit Definisi Gejala Klinis
Otitis Eksterna
Maligna
Radang liang telinga akut
maupun kronis yang disebabkan
oleh infeksi bakteri, jamur dan
virus.
Rasa gatal dan nyeri yang hebat di
liang telinga, sekret yang banyak,
liang telinga tertutup oleh jaringan
granulasi yang cepat tumbuhnya.
7
Saraf fasialis dapat terkena,
sehingga menimbulkan paresis atau
paralisis fasial.
Otitis Eksterna
Difusa
Biasanya mengenai kulit liang
telinga dua pertiga dalam.
Tampak kulit liang telinga
hiperemis dan edema yang tidak
jelas batasnya.
Nyeri tekan tragus, liang telinga
sangat sempit, kadang kelenjar
getah bening membesar dan nyeri
tekan, terdapat sekret yang berbau.
Otitis Eksterna
Sirkumskripta
Kulit di sepertiga luar liang
telinga yang mengandung
adneksa kulit, seperti folikel
rambut, kelenjar sebasea dan
kelenjar serumen dapat terjadi
infeksi pada pilosebaseus,
sehingga membentuk furunkel.
Nyeri yang hebat, tidak sesuai
dengan besar bisul. Nyeri dapat
juga timbul spontan pada waktu
membuka mulut(sendi
temporomandibula). Ada gangguan
pendengaran, bila furunkel besar
dan menyumbat liang telinga.
Otomikosis Infeksi jamur diliang telinga
dipermudah dengan kelembaban
yang tinggi didaerah tersebut.
Yang tersering adalah
Pityrosporum dan Aspergillus.
Rasa gatal dan rasa penuh di liang
telinga, tapi sering pula tanpa
keluhan.
Epidemiologi
Otitis eksterna maligna lebih sering terjadi pada iklim yang hangat dan
lembap.Penyakit ini juga lebih sering terkena pada laki-laki dibanding perempuan dan lebih
sering pada pasien yang usianya di atas 60 tahun.6
Etiologi
Organisme penyebab otitis eksterna maligna adalah Pseudomonas aeruginosa
menempati 80-85%. Organisma penyebab yang lainnya seperti Streptococcus aureus,
golongan Proteus, serta golongan Aspergillus.
8
Gejala Klinis
Gejala biasanya dimulai dengan rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat akan
diikuti dengan rasa nyeri yang hebat dan sekret yang banyak dan pembengkakan liang
telinga. Penyakit ini sering terjadi unilateral. Rasa nyeri akan menjadi semakin hebat dan bila
tumbuh jaringan granulasi yang banyak akan menyebabkan liang telinga akan tertutup. Saraf
fasialis dapat terkena sehingga menimbulkan paralisis fasial seperti yang terjadi pada pasien
ini. Kelainan patologik yang penting adalah osteomyelitis yang progresif.7,8
Penebalan endotel yang mengiringi diabetes mellitus yang berat, kadar gula darah
yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif, menimbulkan kesulitan
pengobatan yang adekuat. Pada beberapa kasus pernah dilaporkan terdapat gejala pusing,
sakit kepala, dan trismus.
Patofisiologi
Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang meatus akustikus
eksternus dan juga tulang temporal. Organisme yang menjadi penyebabnya adalah
Pseudomonas aeruginosa, dan paling sering menyerang pasien diabetik usia lanjut dan pasien
dengan immunodefisiensi. Pada penderita diabetes, pH serumennya lebih tinggi berbanding
pH serumen yang normal.Hal ini menyebabkan penderita diabetes lebih rentan terhadap otitis
eksterna maligna ini.Sebenarnya bukan hiperglikemik yang menjadi faktor predisposisi
kepada penyakit OEM ini, tetapi mikroangiopati yang terjadi pada pasien diabetic yang
menjadi penyebabnya.
Mikroangiopati menyebabkan terjadinya hipoperfusi dalam kulit tulang temporal,
akhirnya menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi.Infeksi dimulai dengan otitis
eksterna yang progresif dan berlanjut menjadi osteomyelitis pada tulang temporal.
Penyebaran penyakit ini terjadi apabila bakteri Pseudomonas melakukan invasi
melalui fisura Santorini masuk ke dalam jaringan yang lebih dalam, tulang temporal, dan
dasar tulang tengkorak.Data histopatologi menunjukkan bahwa infeksi menyebar sepanjang
vaskuler, di bagian anterior dapat mempengaruhi fossa mandibula dan kelenjar parotis.Di
sebelah anteromedial infeksi dapat menyebar ke arteri karotis.Selain itu, infeksi juga dapat
menyebar melalui Tuba Eustachius untuk sampai ke fossa infratemporal dan
nasofaring.Hipestesia ipsilateral dapat terjadi jika saraf kelima terlibat dalam infeksi.
9
Penyebaran intracranial dapat menyebabkan meningitis, abses otak, kejang, dan
kematian.Bagian posteroinferior dapat menyebabkan flebitis dan thrombosis supuratif bulbus
juguler dan sinus sigmoid. Penyebaran secara inferior dapat menyebabkan paralisis saraf
glosofaringeal (IX), vagus (X), hipoglosus (XII), dan aksesorius (XI), menyebabkan disfagia,
aspirasi dan suara serak.
Tabel 2: Tahapan klinis radiologis Otitis Eksternal Maligna
Tahap 1 Infeksi saluran pendengaran eksternal dan jaringan lunak yang berdekatan
dengan sakit parah, dengan atau tanpa kelumpuhan saraf wajah
Tahap 2 Perluasan infeksi dengan osteitis dasar tengkorak dan tulang temporal, atau
beberapa neuropati saraf kranial
Tahap 3 Ekstensi intrakranial dengan meningitis, empiema epidural, subdural empiema
atau abses otak
Penatalaksanaan Medikamentosa
Pengobatan medikamentosa menggunakan antibiotic menjadi pilihan utama terapi
pada kasus OEM ini. Pengobatan harus cepat dilakukan sesuai dengan hasil kultur dan
resistensi. Mengingat kuman penyebab tersering adalah Pseudomonas aeruginosa, maka
diberikan antibiotika dosis tinggi sesuai dengan Pseudomonas aeruginosa. Sementara
menunggu hasil kultur dan resistensi, diberikan golongan fluoroquinolon seperti ciprofloxasin
dosis tinggi per oral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral
kombinasi dengan antibiotika golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6 - 8 minggu.6
Penggunaan ciprofloxasin secara monoterapi banyak dilaporkan berjaya menurut beberapa
literature.
Namun, ciprofloxasin dapat memberikan masalah apabila timbulnya resistensi
sepanjang pengobatan. Pada mulanya, pasien berespon baik dengan pengobatan tunggal
ciprofloxasin, namun setelah masuk minggu ke 8, kultur ulang yang dilakukan menunjukkan
terdapat bakteri Pseudomonas yang resisten terhadap ciprofloxasin. Oleh karena itu, lebih
aman jika dilakukan pengobatan dengan kombinasi antibiotika. Antibiotika yang sering
digunakan adalah ciprofloxasin, ticarcilin-clavulanat, piperacilin (dikombinasi dengan
10
aminoglikosida ), cefepime ( maxipime ), tobramisin ( kombinasi dengan aminoglikosida ),
gentamisin ( kombinasi dengan penicillin ).6,7
Penatalaksanaan Non Medikamentosa
Di samping antibiotika, sering kali diperlukan tindakan pembersihan luka atau
debridement secara radikal. Tindakan ini harus dilakukan dengan teliti dan steril, karena jika
tindakan debridement kurang bersih akan dapat menyebabkan makin cepatnya penjalaran
infeksi. Terdapat literatur yang mengatakan pembedahan tulang temporal dikontraindikasikan
dalam kasus OEM karena ia akan menyebabkan terbukanya ruang yang lebih luas untuk
penyebaran infeksi.9
Komplikasi
Oleh karena meatus akustikus externus berhubung letaknya berdekatan dengan
beberapa bagian lain pada kepala, ianya mempunyai komplikasi yang buruk jika tidak
ditangani dengan baik dan cepat.Infeksi dapat menyebar sepanjang vaskuler, di bagian
anterior dapat mempengaruhi fossa mandibula dan kelenjar parotis.Penyebaran intracranial
dapat menyebabkan meningitis, abses otak, kejang, dan kematian.Bagian posteroinferior
dapat menyebabkan flebitis dan thrombosis supuratif bulbus juguler dan sinus sigmoid.
Penyebaran secara inferior dapat menyebabkan paralisis saraf glosofaringeal ( IX ), vagus ( X
), hipoglosus ( XII ), dan aksesorius ( XI ), menyebabkan disfagia, aspirasi dan suara serak.8
Prognosis
Rekurensi penyakit dilaporkan sekitar 9 % - 27 %.OEM dapat kambuh kembali
setelah satu tahun pengobatan komplit.Berdasarkan penelitian yang dilakukan Chandler, rata
- rata kematian sekitar 50 % tanpa pengobatan.Dengan penemuan antibiotik yang cocok,
angka mortalitas berkurang kepada 20 %. Namun, mortalitas tetap tinggi pada pasien dengan
neuropati atau pasien yang mengalami komplikasi intracranial.9
Kesimpulan
Otitis eksterna maligna merupakan suatu infeksi yang ditandai dengan rasa gatal di
liang telinga yang dengan cepat diikuti dengan nyeri, sekret yang banyak serta
pembengkakan liang telinga, rasa nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup
oleh jaringan granulasi yang cepat tumbuhnya. Saraf fasialis dapat terkena, sehingga
11
menimbulkan paresis atau paralisis fasial.Otitis eksterna maligna yang tidak diobati dapat
menyebabkan pelbagai komplikasi.Laki-laki berusia 53 tahun yang datang dengan keluhan
telinga kanan sakit, nyeri sekali, mulut mencong, telinga sering dikorek dan keluar sekret
kental itu adalah disebabkan otitis eksterna maligna yang dialami.
Daftar Pustaka
1. Efiaty AS, Nurbaid I, Bashiruddin J. Otitis Eksterna In Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher, 6th Edition. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2010. p.63.
2. Irawati, Harmadji S. Penatalaksanaan Otitis Eksterna Maligna In Laporan Kasus Departemen
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya. Surabaya: Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya;
2007. p. 1-8.
3. Lululima JW. Telinga In Anatomi Umum, 2nd Edition. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2002. p. 123.
4. Foden N, Burgess C, Damato S, et al. Concurrent necrotizing otitis externa and
adenocarcinoma of the temporal bone: a diagnostic challenge. BMJ Case Rep. Nov 6
2014;2013:837169
5. Tandrous PJ. Diagnostic Criteris Handbook in Histopthology: A Surgical Pathology Vade
Mecum. England: John Wiley & Sons Ltd; 2007. p. 199.
6. Nawas MT, Daruwalla VJ, Spirer D, Micco AG, Nemeth AJ. Complicated necrotizing otitis
externa. Am J Otolaryngol. Nov-Dec 2013;34(6):706-9
7. Leonetti JP, Marzo SJ authors. Invasive fungal and bacterial infections of the temporal bone.
Laryngoscope. 2009;Vol. 113:1503–1507.
8. Grandis JR, Branstetter BF, Yu VL authors. The changing face of malignant external otitis:
clinical, radiological, and anatomic correlations. Lancet Infect Dis. 2010;Vol. 4:34–39.
9. Nadol JB, Mckenna MJ. Surgery of the ear and temporal bone. 2nd ed. USA: Lippincott
Williams and Wilkins; 2010. Pg 247-52.
12