12
OTITIS MEDIA Otitis media merupakan inflamasi pada telinga bagian tengah dan terbagi menjadi otitis Media Akut,Otitis media Efusi dan Otitis Media Kronik. Infeksi ini banyak menjadi problem pada bayi dan anak-anak. Otitis media mempunyai puncak insiden pada anak usia 6 bulan-3 tahun dan diduga penyebabnya adalah obstruksi tuba Eustachius dan sebab sekunder yaitu menurunnya imunokompetensi pada anak. ETIOLOGI & PATOGENESIS TANDA, DIAGNOSIS & PENYEBAB Otitis media akut ditandai dengan adanya peradangan lokal. otalgia. otorrhea, iritabiiitas, kurang istirahat. nafsu makan turun serta demam. Otitis media akut dapat menyebabkan nyeri, hilangnya pendengaran. demam leukositosis. Manifestasi otitis media pada anak-anak kurang dari 3 tahun seringkali bersifat non-spesifik seperti iritabiiitas, demam, terbangun pada malam hari nafsu makan turun, pilek dan tanda rhinitisi konjungtivitis.Otitis media efusi ditandai dengan adanya cairan di rongga telinga bagian tengah tanpa disertai tanda peradangan akut. Manifestasi klinis otitis media kronik adalah dijumpainya cairan (Otorrhea) yang purulen sehingga diperlukan drainase. Otorrhea semakin meningkat pada saat infeksi saluran pernapasan atau setelah terekspose air. Nyeri jarang dijumpai pada otitis kronik, kecuali pada eksaserbasi akut. Hilangnya pendengaran disebabkan oleh karena destruksi membrana timpani dan tulang rawan. Pada kebanyakan kasus, otitis media disebabkan oleh virus, namun sulit dibedakan etiologi antara virus atau bakteri berdasarkan presentasi klinik maupun pemeriksaan menggunakan otoskop saja. Otitis media akut biasanya diperparah oleh infeksi pernapasan atas yang disebabkan oleh virus yang menyebabkan oedema pada tuba eustachius. Hal ini berakibat pada akumulasi cairan dan mukus yang kemudian terinfeksi oleh bakteri. Patogen yang paling umum menginfeksi pada anak adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzas, Moraxella catarrhalis. PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO Oleh karena sebagian besar otitis media didahului oleh infeksi pernapasan atas, maka metode penularan adalah sama seperti pada infeksi pernapasan tersebut. Faktor risiko untuk mengalami otitis

OTITIS MEDIA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: OTITIS MEDIA

OTITIS MEDIA

Otitis media merupakan inflamasi pada telinga bagian tengah dan terbagi menjadi otitis Media Akut,Otitis media Efusi dan Otitis Media Kronik. Infeksi ini banyak menjadi problem pada bayi dan anak-anak. Otitis media mempunyai puncak insiden pada anak usia 6 bulan-3 tahun dan diduga penyebabnya adalah obstruksi tuba Eustachius dan sebab sekunder yaitu menurunnya imunokompetensi pada anak. ETIOLOGI & PATOGENESIS TANDA, DIAGNOSIS & PENYEBAB Otitis media akut ditandai dengan adanya peradangan lokal. otalgia. otorrhea, iritabiiitas, kurang istirahat. nafsu makan turun serta demam. Otitis media akut dapat menyebabkan nyeri, hilangnya pendengaran. demam leukositosis. Manifestasi otitis media pada anak-anak kurang dari 3 tahun seringkali bersifat non-spesifik seperti iritabiiitas, demam, terbangun pada malam hari nafsu makan turun, pilek dan tanda rhinitisi konjungtivitis.Otitis media efusi ditandai dengan adanya cairan di rongga telinga bagian tengah tanpa disertai tanda peradangan akut. Manifestasi klinis otitis media kronik adalah dijumpainya cairan (Otorrhea) yang purulen sehingga diperlukan drainase. Otorrhea semakin meningkat pada saat infeksi saluran pernapasan atau setelah terekspose air. Nyeri jarang dijumpai pada otitis kronik, kecuali pada eksaserbasi akut. Hilangnya pendengaran disebabkan oleh karena destruksi membrana timpani dan tulang rawan. Pada kebanyakan kasus, otitis media disebabkan oleh virus, namun sulit dibedakan etiologi antara virus atau bakteri berdasarkan presentasi klinik maupun pemeriksaan menggunakan otoskop saja. Otitis media akut biasanya diperparah oleh infeksi pernapasan atas yang disebabkan oleh virus yang menyebabkan oedema pada tuba eustachius. Hal ini berakibat pada akumulasi cairan dan mukus yang kemudian terinfeksi oleh bakteri. Patogen yang paling umum menginfeksi pada anak adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzas, Moraxella catarrhalis. PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO Oleh karena sebagian besar otitis media didahului oleh infeksi pernapasan atas, maka metode penularan adalah sama seperti pada infeksi pernapasan tersebut. Faktor risiko untuk mengalami otitis media semakin tinggi pada anak dengan "otitis-prone" yang mengalami infeksi pernapasan atas.

KOMPLIKASI Komplikasi otitis media meliputi :• Mastoiditis• Paralisis syaraf ke-7• Thrombosis sinus lateral• Meningitis• Abses otak• Labyrinthitis.

RESISTENSI

Page 2: OTITIS MEDIA

Pola resistensi terhadap H. influenzae dan M. catarrhalis dijumpai di berbagai belahan dunia. Organisme ini memproduksi enzim a-laktamase yang menginaktifasi antibiotika betalaktam, sehingga terapi menggunakan amoksisilin seringkali gagal. Namun dengan penambahan inhibitor betalaktamase ke dalam formula amoksisilin dapat mengatasi permasalahan ini.

TERAPITujuan yang ingin dicapai adalah mengurangi nyeri, eradikasi infeksi, dan mencegah komplikasi. TERAPI POKOK Terapi otitis media akut meliputi pemberian antibiotika oral dan tetes bila disertai pengeluaran sekret. Lama terapi adalah 5 hari bagi pasien risiko rendah (yaitu usia > 2 th serta tidak memiliki riwayat otitis ulangan ataupun otitis kronik) dan 10 hari bagi pasien risikotinggi. Rejimen antibiotika yang digunakan dibagi menjadi dua pilihan yaitu lini pertama dan kedua. Antibiotika pada lini kedua diindikasikan bila:- antibiotika pilihan pertama gagal- riwayat respon yang kurang terhadap antibiotika pilihan pertama- hipersensitivitas- Organisme resisten terhadap antibiotika pilihan pertama yang dibuktikan dengan tes sensitifitas- adanya penyakit penyerta yang mengharuskan pemilihan antibiotika pilihan kedua. Untuk pasien dengan sekret telinga (otorrhea), maka disarankan untuk menambahkan terapi tetes telinga ciprofloxacin atau ofloxacin. Pilihan terapi untuk otitis media akut yang persisten yaitu otitis yang menetap 6 hari setelah menggunakan antibiotika, adalah memulai kembali antibiotika dengan memilih antibiotika yang berbeda dengan terapi pertama. Profilaksis bagi pasien dengan riwayat otitis media ulangan menggunakan amoksisilin 20mg/kg satu kali sehari selama 2-6 bulan berhasil mengurangi insiden otitis media sebesar 40-50%.

Antibiotika pada Terapi pokok Otitis MediaAntibiotika Dosis KeteranganLini Pertama Amoksisilin Anak: 20-40mg/kg/hari

terbagi dalam 3 dosis Dewasa:40mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis

Untuk pasien risiko rendah yaitu: Usia>2th, tidak mendapat antibiotika selama 3 bulan terakhir

Anak 80mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa:80mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis

Untuk pasien rlsiko tinggi

Lini Kedua Amoksisilin-klavulanat

Anak:25-45mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa:2x875mg

1 dosis untuk otitis media yang baru 3 hari terapi untuk otitis yang resisten

Page 3: OTITIS MEDIA

Kotrimoksazol Anak: 6-12mg TMP/30-60mg SMX/kg/hariterbagi dlm 2 dosis Dewasa: 2 x 1-2 tab

Cefuroksim Anak: 40mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa:2 x 250-500 mg dosis Dewasa: 2 x 200mg

Ceftriaxone

Anak: 50mg/kg; max 1 g; i.m.

Cefprozit Anak: 30mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa: 2 x 250-500mg

Cefixime Anak:8mg/kg/hari terbagi dlm 1-2 dosis Dewasa: 2 x 200mg

1 dosis untuk otitis media yang baru 3 hari terapi untuk otitis yang resisten

TERAPI PENUNJANG Terapi penunjang dengan analgesik dan antipiretik memberikan kenyamanan khususnya pada anak. Terapi penunjang lain dengan menggunakan dekongestan, antihistamin, dan kortikosteroid pada otitis media akut tidak direkomendasikan, mengingat tidak memberikan keuntungan namun justru meningkatkan risiko efek samping. Dekongestan dan antihistamin hanya direkomendasikan bila ada alergi yang dapat berakibat kongesti pada saluran napas atas. Sedangkan kortikosteroid oral mampu mengurangi efusi pada otitis media kronik lebih baik daripada antibiotika tunggal. Penggunaan Prednisone 2x5mg selama 7 hari bersama-sama antibiotika efektif menghentikan efusi. 2. SINUSITISSinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal. Peradangan ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa yang biasanya didahului oleh infeksi saluran napas atas. Sinusitis dibedakan menjadi sinusitis akut yaitu infeksi pada sinus paranasal sampai dengan selama 30 hari baik dengan gejala yang menetap maupun berat. Gejala yang menetap yang dimaksud adalah gejala seperti adanya keluaran dari hidung, batuk di siang hari yang akan bertambah parah pada malam hari yang bertahan selama 10-14 hari, yang dimaksud dengan gejala yang berat adalah di samping adanya sekret yang purulen juga disertai demam (bisa sampai 39°C) selama 3-4 hari. Sinusitis berikutnya adalah sinusitis subakut dengan gejala yang menetap selama 30-90hari. Sinusitis berulang adalah sinusitis yang terjadi minimal sebanyak 3 episode dalam kurun waktu 6 bulan atau 4 episode dalam 12 bulan. Sinusitis kronik didiagnosis bila gejala sinusitis terus berlanjut hingga lebih dari 6 minggu. Sinusitis bakteri dapat pula terjadi sepanjang tahun oleh karena sebab selain virus, yaitu adanya obstruksi oleh polip, alergi, berenang, benda asing, tumor dan infeksi gigi. Sebab lain adalah immunodefisiensi. abnormalitas sel darah putih dan bibir sumbing. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS TANDA, DIAGNOSIS & PENYEBAB

Page 4: OTITIS MEDIA

Tanda lokal sinusitis adalah hidung tersumbat, sekret hidung yang kental berwarna hijau kekuningan atau jernih dapat pula disertai bau. Nyeri tekan pada wajah di area pipi, di antara kedua mata dan di dahi. Tanda umum terdiri dari batuk, demam tinggi, sakit kepala/migraine, serta menurunnya nafsu makan, malaise. Sinusitis bakteri akut umumnya berkembang sebagai komplikasi dari infeksi virus saluran napas atas. Bakteri yang paling umum menjadi penyebab sinusitis akut adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae dan Moraxelta catarrhalis. Patogen yang menginfeksi pada sinusitis kronik sama seperti pada sinusitis akut dengan ditambah adanya keterlibatan bakteri anaerob dan S. aureus. PENULARAN DAN FAKTOR RISIKOPenularan sinusitis adalah melalui kontak langsung dengan penderita melalui udara. Oleh karena itu untuk mancegah penyebaran sinusitis, dianjurkan untuk memakai masker (penutup hidung), cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita. Faktor predisposisi sinusitis adalah sebagai benkut :• ISPA yang disebabkan oleh virus• Rhinitis oleh karena alergi maupun non-alergi• Obstruksi nasal• Pemakaian "nasogastric tube"

KOMPLIKASIKomplikasi yang timbul akibat sinusitis yang tidak tertangani dengan baik adalah :• Meningitis• Septikemia RESISTENSIResistensi yang terjadi pada sinusitis umumnya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae yang menghasilkan enzim beta-laktamase, sehingga resisten terhadap penicillin, amoksisilin, maupun kotrimoksazol. Hal ini diatasi dengan memilih preparat amoksisilin-Klavulanat atau fluoroquinolon. TERAPITujuan dari terapi adalah membebaskan obstruksi, mengurangi viskositas sekret, dan mengeradikasi kuman. Antibiotika yang dapat dipilih pada terapi sinusitis

Agen Antibiotika DosisSINUSITIS AKUT Lini pertama Amoksisilin/Amoksisilin-clav Anak: 20-40mg/kg/hari terbagi dalam 3

dosis /25-45mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa: 3 x 500mg/ 2 x 875 mg

Kotrimoxazol Anak: 6-12mg TMP/30-60mg SMX/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa: 2 x 2tab dewasa

Eritromisin Anak: 30—50mg/kg/hari terbagi setiap 6 jam Dewasa: 4 x 250-500mg

Page 5: OTITIS MEDIA

Doksisiklin Dewasa: 2 x 100mgLini kedua Amoksi-clavulanat Anak: 25-45mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis

Dewasa:2 x 875mg

Cefuroksim 2 x 500mgKlaritromisin Anak:15mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis

Dewasa: 2 x 250mg

Azitromisin 1 x 500mg, kemudian 1x250mg selama 4 hari berikutnya.

Levofloxacin Dewasa:1 x 250-500mgSINUSITIS KRONIKAmoksi-clavulanat Anak: 25-45mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis

Dewasa:2 x 875mg

Pengertian ISPAISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut (Indah, 2005):a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract)c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri dan riketsia serta jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus influensa, virus para-influensa dan virus campak), dan adenovirus. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium Diffteria (Achmadi, dkk, 2004).2. Penyakit ISPA pada Balitaa. Klasifikasi Penyakit ISPAPada tahun 1998 World Health Organization cit. Suyudi (2002) telah mempublikasikan pola baru tatalaksana penderita ISPA. Dalam pola baru ini di samping digunakan cara diagnosis yang praktis dan sederhana dengan teknologi tepat guna juga dipisahkan antara tatalaksana penyakit Pneumonia dan tatalaksana penderita penyakit infeksi akut telinga dan tenggorokan. Kriteria untuk menggunakan pola tatalaksana penderita ISPA adalah: balita, dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas. Pola tatalaksana penderita ini terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu :1). Pemeriksaan2). Penentuan ada tidaknya tanda bahaya

Page 6: OTITIS MEDIA

3). Penentuan klasifikasi penyakit4). Pengobatan dan tindakanPenentuan klasifikasi dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok untuk umur 2 bulan hingga < 5 tahun dan kelompok untuk umur < 2 bulan.b. Etiologi ISPAInfeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium Diffteria (Achmadi dkk., 2004). Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002).Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas. Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah (Siregar dan Maulany, 95).c. Faktor RisikoFaktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat ISPA adalah umur di bawah dua bulan, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, rendahnya tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan, lingkungan rumah imunisasi yang tidak memadai dan menderita penyakit kronis (Indah, 2005)d. Tanda dan GejalaSebagian besar anak dengan infeksi saluran nafas bagian atas memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas bagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat dan retraksi dada. Semua ibu dapat mengenali batuk tetapi mungkin tidak mengenal tanda-tanda lainnya dengan mudah (Harsono dkk., 1994). Selain batuk gejala ISPA pada anak juga dapat dikenali yaitu flu, demam dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 0 Celcius dan disertai sesak nafas (PD PERSI, 2002).Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu (Suyudi, 2002):1). ISPA ringan bukan pneumonia2). ISPA sedang, pneumonia3). ISPA berat, pneumonia beratKhusus untuk bayi di bawah dua bulan, hanya dikenal ISPA berat dan ISPA ringan (tidak ada ISPA sedang). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari dua bulan adalah bila frekuensi nafasnya cepat (60 kali per menit atau lebih) atau adanya tarikan dinding dada yang kuat. Pada dasarnya ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang atau ISPA berat jika keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang mendapatkan perawatan atau daya tahan tubuh pasien sangat kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui orang awam sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan sederhana.1). Gejala ISPA ringanSeorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai berikut :a). Batuk.b). Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis).

Page 7: OTITIS MEDIA

c). Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.d). Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.Jika anak menderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan di rumah tidak perlu dibawa ke dokter atau Puskesmas. Di rumah dapat diberi obat penurun panas yang dijual bebas di toko-toko atau Apotik tetapi jika dalam dua hari gejala belum hilang, anak harus segera di bawa ke dokter atau Puskesmas terdekat.2). Gejala ISPA sedangSeorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :a). Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.b). Suhu lebih dari 390C.c). Tenggorokan berwarna merah.d). Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campake). Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.f). Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.g). Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.Dari gejala ISPA sedang ini, orangtua perlu hati-hati karena jika anak menderita ISPA ringan, sedangkan anak badan panas lebih dari 390C, gizinya kurang, umurnya empat bulan atau kurang maka anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat pertolongan petugas kesehatan.3). Gejala ISPA beratSeorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:a). Bibir atau kulit membirub). Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapasc). Anak tidak sadar atau kesadarannya menurund). Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisahe). Pernafasan menciut dan anak tampak gelisahf). Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapasg). Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak terabah). Tenggorokan berwarna merahPasien ISPA berat harus dirawat di rumah sakit atau puskesmas karena perlu mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan infus.e. Pencegahan ISPAKeadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal yang penting bagi pencegahan ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA adalah:1). Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baika). Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi.b). Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.c). Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.d). Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran,dan buah-buahan.e). Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat pertumbuhan.Dinkes DKI (2005)

Page 8: OTITIS MEDIA

2). Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasiAgar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan imunisasi yaitu DPT (Depkes RI, 2002). Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas (Gloria Cyber Ministries, 2001).3). Menjaga kebersihan perorangan dan lingkunganPerilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat (Suyudi, 2002).4). Pengobatan segeraApabila anak sudah positif terserang ISPA, sebaiknya orang tua tidak memberikan makanan yang dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan, misalnya minuman dingin, makanan yang mengandung vetsin atau rasa gurih, bahan pewarna, pengawet dan makanan yang terlalu manis. Anak yang terserang ISPA, harus segera dibawa ke dokter (PD PERSI, 2002)

Pengobatan pada ISPA• Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di beri oksigen dan sebagainya.• Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.• Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan.Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan :• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.• Immunisasi.• Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.Pemberantasan ISPA yang dilakukan adalah :• Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.• Pengelolaan kasus yang disempurnakan.• ImmunisasiSedangkan kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader kesehatan adalah diharapkan dapat membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia sehingga dapat :1. Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit.2. Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk putih.3. Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.4. Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di daerah-daerah yang terpencil (atau bila cakupan layanan Puskesmas tidak menjangkau daerah tersebut) dapat diberi wewenang mengobati kasus-kasus pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik kontrimoksasol.5. Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk