Otitis Media Supuratif Kronis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penyakit

Citation preview

Laporan KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK MALIGNA

RUANG THT RSUD DR. SOETOMO

SURABAYA

Periode Tanggal 22 APRIL 2002 S/D 26 APRIL 2002

DI SUSUN

OLEH :

SUBHAN

NIM 010030170 B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PROGRAM STUSI S.1 ILMU KEPERAWATAN

SURABAYA

2002

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien dengan

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK MALIGNA

Di Ruang THT RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Surabaya, 26 April 2002

Mahasiswa

SubhanNIM. 010030170 B

Pembimbing Ruangan

NIPPembimbing Akademik

Joni Haryanto, SKp.

NIP. 140 271745

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK MALIGNA

DI RUANG THT RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

I. Pengertian

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).

II. Penyebab

Streptococcus.

Stapilococcus.

Diplococcus pneumonie.

Hemopilus influens.

Otitis Media

Otitis media supuratif

Otitis media non Supuratif

(Otitis media serosa)

Otitis media akut (OMA)

Otitis media serosa akut

(lebih 2 bulan)

Otitis media supuratip kronis

Otitis media serosa kronis

(OMSK)

(Glue ear)

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

I. Pengertian

Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Syamsuhidajat, 1997).

II. Patofisiologi

O M S K

Maligna

Benigna

Degeneratif

Metaplastik

Terdapat perforasi pada marginal/atik. ( Terlihat kolesteatom pada telinga

Granulasi di liang telinga luar yang tengah (di epitimpanum).

berasal dari dalam telinga tengah.

( Sekret berbentuk nanah dan

Polip berbau khas (aroma kolesteatiom)

Otore = pus pada MAE

(kental/busuk)

Gangguan berkomunikasi

Cemas

Pendengaran menurun

Perubahan persepsi / sensori

III. Pemeriksaan :

a. Anamnesis

Keluhan utama dapat berupa :

1. Gangguan pendengaran/pekak.

Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan :

Apakah keluhan tsb. pada satu telinga atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah secara bertahap dan sudah berapa lamanya.

Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik atau pemekaian obat ototoksik sebelumnya.

Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influensa berat dan meningitis.

Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi , atau pada tempat yang bising atau pada tenpat yang tenang.

2. Suara berdenging/berdengung (tinitus)

Keluhan telinga berbunyi dapat berupa suara berdengung atau berdenging yang dirasakan di kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga.

Apakah tinitus ini menyertai gangguan pendengaran.

3. Rasa pusing yang berputar (vertigo).

Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh.

Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring dan timbul lagi bila bangun dnegan gerakan cepat.

Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis seperti disentri, gangguan penglihatan yang mungkin letak kelainannya di sentral. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada kekakuan pergerakan otot-oto leher. Penyakit DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus.

4. Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia)

Apakah pada telinga kiri/kanan dan sudah berapa lama.

Nyeri alihan ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri gigi, sendi mulut, tonsil, atau tulang servikal karena telinga di sarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut.

5. Keluar cairan dari telinga (otore)

Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa sakit atau tidak dan sudah berapa lama.

Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari teklinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor serebrospinal.

b. Tes audiometrik.

Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu mendengar suara) dan perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata), dilaksanakan dnegan bantuan audiometrik.

Tujuan :

1. Menentukan apakah seseorang tidak mendengar.

2. Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran.

3. Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan.

4. Mengethaui sumber penyebab gangguan pada telinga media (gangguan konduktif) dari telinga tengah (sistem neurologi).

Pendengaran dapat didintifikasikan pada saat nol desibel naik sebelum seseorang mendengar suara frekuensi yang spesifik. Bunyi pada tik nol terdengar oleh orang yang pendengarannya normal. Sampai ke-20 db dianggap dalam tingakt normal.

IV. Terapi OMSK

Tidak jarang memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain di sebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu :

1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar.

2. Terdapat sumber infeksi di laring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal.

3. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid.

4. Gizi dan higiene yang kurang.

Prinsip terapi OMSK tipe maligna adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe maligna maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.

Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi (sederhana atau radikal).

Tujuan operasi ini untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian operasi ini adalah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien.

Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat meatal-plasty yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus luar liang telinga menjadi lebar.

iV. Tindakan Pembedahan

Timpanoplasti dengan pendekatan Ganda (Combined Approach Tympanoplasty)

Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dnegan jaringan granulasi yang luas. Tujuan opeasi ini untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik matoidektomi radikal (tampa meruntuhkan dinding posterior liang telinga.

Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani di kerjakan melalui 2 jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Tehnik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh para ahli karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.

B. Fokus Pengkajian :

Data Subyektif :

Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri serta hilangnya pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai mulai serangan, lamanya, tingakt nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif dan kepada membran timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam telinga tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang.

Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara pencegahannya.

Data Obyektif :

Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna dan media.

Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah. Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas, terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membran atau terlihat batas-batasnya. Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop.

Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu dipakai kaca pembesar. Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih, termasuk para perawat.

C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.

Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.

Kriteria hasil :

Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).

Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.

Intervensi Keperawatan :

1. Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti :

Tulisan

Berbicara

Bahasa isyarat.

2. Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.

a. Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras).

Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.

Dekati klien dari sisi telinga yang baik.

b. Jika klien dapat membaca ucapan :

Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.

Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibi anda.

c. Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.

Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.

Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.

d. Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.

3. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.

Bicara dengan jelas, menghadap individu.

Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.

Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.

Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.

Rasional :

1. Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.

2. Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien.

3. Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.

2. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.

Tujuan : Persepsi / sensoris baik.

Kriteria hasil.

Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran samapi pada tingkat fungsional.

Intervensi Keperawatan :

1. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.

2. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.

3. Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.

4. Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).

Rasional :

1. Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.

2. Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.

3. Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak secara permanen.

4. Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.

3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.

Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.

Kriteria hasil : Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.

Respon klien tampak tersenyum.

Intervensi Keperawatan :

1. Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.

2. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.

3. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien.

Rasional :

1. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.

2. Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.

3. Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya.

4. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien.

5. Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Dunna, D.I. Et al. 1995. Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2 nd Edition : WB Sauders.

Makalah Kuliah THT. Tidak dipublikasikan

Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998. Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI : Jakarta.LANDASAN TEORI

MASTOIDITIS

III. Pengertian

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Syamsuhidajat, 1997).

Mastoiditis adalah merupakan komplikasi dri otitis media yang menjalar ke struktur disekitarnya pada jalan pneumatisasi mastoid. (Efiaty dan Nurbaity,, 1997)

II. Insiden

Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).

III. Penyebab

Streptococcus.

Stapilococcus.

Diplococcus pneumonie.

OMSK

Mastoiditis

Hemopilus influens.

IV. Patofisiologi

TelingaOtitis Media

Otitis media supuratif

Otitis media non Supuratif

(Otitis media serosa)

Otitis media akut (OMA)

Otitis media serosa akut

(lebih 2 bulan)

Otitis media supuratip kronis

Otitis media serosa kronis

(OMSK)

(Glue ear)

Maligna

Benigna

Degeneratif

Metaplastik

Terdapat perforasi pada marginal/atik.

Terlihat kolesteatom pada telinga

Granulasi di liang telinga luar yang tengah (di epitimpanum).

berasal dari dalam telinga tengah.

Sekret berbentuk nanah dan

Polip berbau khas (aroma kolesteatiom)

otore = pus pada MAE

kental/busuk)

Penyebaran hematogen :

eksaserbasi akut (10 hari pertama)

meningitis (gejal prodromal)

Mastoiditis hemoragikPenyebaran (erosi tulang)

Infeksi lokal (minggu awal) meingitis lokal

Lapisan tulang rusak (mastoiditis)Penyebaran pada jalan yang ada

Labirintis/meningitis berulang

Gejala subyektif ;

keluar cairan pada telinga

tidak terasa sakit kepala

panas, lemah, perasaan mengantuk

mual dan muntah

pendengaran menurunGejala obyektif :

nyeri tekan +/- (pariteal dan oksipital)

suhu meningkat

tanda-tanda toksisitas

malaise, samnolen (drowsiness)

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan

Konservatif

(Pengobatan/penyembuhan primer) Pemberian antibiotik berdosis besar

Ampicilli, chloramphenicol, metronidazol.Operasi

- Mastoidectomi modifikasi radical (memaparkan dan mengeksploitasi seluruh jaringan jalan yang mungkin digunakan jaln invasi infeksi.

V. Komplikasi

Shambough (1980) membagi menjadi :

a. Komplikasi meningeal :

1. abses ekstradural

2. Menigitis

3. Tromboplebitis sinus lateral

4. Hidrosefalus otitis

5. Otore likuor serebrospinal

b. Komplikasi non meningeal :

1. Abses otak

2. labirintis

3. petrositis

4. paresis fasial

VI. Prognosis

a. Pemeriksaan dan pengobatan secara dini dapat memnatu dalam proses penyembuhan primer

b. Bila ada penyebaran pada meningeal maka kemungkinan terjadi infeksi berat dan jatuh dalam kematian, tuli perseptif prognosanya kurang baik.VII Penatalaksanaan

a. Pemeriksaan radiologi CT Scan kepala (mastoditis, abses, ensefalitis), schuller (foto mastoid tampak adanya kerusakan sel-sel mastoid (rongga empiema))

b. Otoskopi (dinding atas MAE menurun (sagging),perforasi membran tympani (reservoir sign), sekret mukopurulen dalam waktu 6-8 minggu)c. Terapi konservatif dengan medikamentosa(amoxicillin 4 x 500/1000) selam 7-10

d. teknik matoidektomi radikal, radikal rekonstruksi (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN MASTOIDITIS

DI RUANG THT RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

V. Pengkajian :

c. Anamnesis

Keluhan utama :

Gangguan pendengaran/pekak/tuli konduktif

Keluhan gangguan pendengaran, pada satu telinga atau kedua telinga, bertambah secara bertahap dan sudah berapa lamanya gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi atau adanya riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik atau pemekaian obat ototoksik atau pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influensa berat dan meningitis.

b. Riwayat keperawatan

1. Riwayat penyakit dahulu

riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik atau pemekaian obat ototoksik sebelumnya.

pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influensa berat dan meningitis.

DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus.

2. Riwayat penyakit keluarga

gangguan pendengaran dapat diderita sejak bayi , atau pada tempat yang bising atau pada tempat yang tenang.

c. Pemeriksaan :

Data Subyektif : Suara berdenging/berdengung (tinitus), Rasa pusing yang berputar (vertigo), Penyakit Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia), dan Keluar cairan dari telinga (otore)Data Obyektif :

Telinga eksterna dilihat ada cairan yang keluar (otore), palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri (otalgia), membrane tympani rusak,

d. Penatalaksanaan

1. Tes audiometrik.

Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu mendengar suara) dan perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata), dilaksanakan dnegan bantuan audiometrik. gangguan pada telinga media (gangguan konduktif) dari telinga tengah (sistem neurologi).

2. Pemeriksaan radiologi CT Scan kepala (abses, ensefalitis)

3. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Teknik matoidektomi radikal (tampa meruntuhkan dinding posterior liang telinga

C. Diagnosa Keperawatan

Preoprasi :

4. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.

Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.

Kriteria hasil :

Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).

Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.

INTERVENSI RASIONAL

1. Gunakan metode komunikasi yang dinginkan (tulisan, berbicara atau bahasa isyarat) dan catat pada rencana perawatan

2. Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.

3. Berbicara dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik

4. HIndari distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien (kelelahan)

5. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.

Bicara dengan jelas, menghadap individu.

Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.

Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.

Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.1 dan 2 Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.

3 dan 4 Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien.

Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.

5. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.

Tujuan : Persepsi / sensoris baik.

Kriteria hasil.

Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai pada tingkat fungsional.

INTERVENSI RASIONAL

5. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.

6. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.

7. Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.

8. Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).

5. Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.

6. Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.

7. Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak secara permanen.

8. Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.

6. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.

Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.

Kriteria hasil : Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.

Respon klien tampak tersenyum.

INTERVENSI RASIONAL

4. Diskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.

5. Berikan informasi mengenai klien yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien danmenjalani operasi

6. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien (persiapan preoperasi, intraoperasi dan post opersi)

7. Berikan support sistem (perawat, keluarga atau teman dekat dan pendekatan spiritual)

8. Reinforcement terhadap potensi dan sumber yang dimiliki berhubungan dengan tindakan operasinya.6. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.

7. Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.

8. Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya.

9. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien.

10. Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.

Post operasi 1. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak pembedahan (radikal mastektomi)

Tujuan :

Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi

Kriteria :

Klien mengatakan tidak terasa nyeri pada daerah opersinya.

lokasi nyeri minimal

keparahan nyeri berskala 0

Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)

INTERVENSIRASIONAL

Identifikasi klien dalam membantu menghilangkan rasa nyerinyaPengetahuan yang mendalam tentang nyeri dan kefektifan tindakan penghilangan nyeri.

Berikan informasi tentang penyebab dan cara mengatasinyaInformasi mengurangi ansietas yang berhubungan dengan sesuatu yang diperkirakan.

Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif dan nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi.Tindakan ini memungkinkan klien untuk mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri.

Terapi analgetikTerapi farmakologi diperlukan untuk memberikan peredam nyeri.

2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan diskontinuitas jaringan sekunder terhadap gangguan akibat pembedahan (radikal mastektomi)

Tujuan :

Infeksi tak terjadi

Kriteria :

Tanda-tanda infeksi tidak ditemukan : kemerahan sekitar luka operasi

drainase baik

suhu dalam batas normal

nilai laboratorium Sel Darah Putih normal

INTERVENSIRASIONAL

Tingkatkan Penyembuhan luka :

diit seimbang

menjaga kebersihan lukaNutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan umum. Mempercepat kesemubuhan luka.

Tindakan untuk mencegah regangan pada jahitanRegangan pada jahitan dapat menimbulkan gangguan, membuat jalan masuk mikroorganisme.

Tindakan perawatan luka aseptik dan antiseptikTeknik aseptik menimimalkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi risiko infeksi.

Terapi antibiotikaAnti kuman atau babteri berspektrum luas.

DAFTAR PUSTAKA

Dunna, D.I. Et al. 1995. Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2 nd Edition : WB Sauders.

Makalah Kuliah THT. Tidak dipublikasikan

Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998. Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI : Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN Ny. B DENGAN GANGGUAN PENDENGARANOTITIS MEDIA KRONIK SUPORATIF MALIGNA (PRE DAN POST RADIKAL MASTOIDECTOMI)

DI RUANG THT RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA

I. PENGKAJIAN (28 Januari 2002)A. Identitas

Nama

: Sdr. K.A.Umur

: 20 tahun

Jenis kelamin : Laki-laiAgama

: Islam

Pekerjaan : -

Status

: Siswa AliyahAlamat

: Jombang

MRS

: 21 Januari 2002DM

: OMK Maligne Sinestra

Mastodiidtis Kronis Sinestra

Tuli Konduktif Sinestra

Koleastoma GranulasiB. Keluhan utama

Nyeri telinga kiri

Paliatif, Nyeri telinga kiriKualitatif dan kuantitatif, nyeri dirasakan kemeng-kemeng dan semakin bertambah, kumat-kumatan

Region, di belakang telinga kiriSeverity, hal ini dujga disertai adanya cairan keluar, berbau, pendengaran menurun, tak ada rasa (pahit, manis dan asin).untuk mengatasinya dirujuk dari RS jombang ke poli THT RSDS untuk mendapatkan pengoban dan direncanakan operasi.Time, keluhan ini mulai sejak 3 bulan yang laluC. Riwayat keperawatan :

1. Riwayat penyakit sebelumnya

Belum pernah menderita penyakit serius sehingga perlu opname hanya batuk, pilek dan panas biasa.

2. Riwayat penyakit sekarang

Sejak kecil 10 tahun yang lalu telinganya sering dikorek dengan menggunakan peniti sehingga ada luka dan keluar darah sedikit lama-kelamaan keluar cairan diobati sembuh dan kumat lagi . 3 bulan yang lalu nyeri kemeng pada telinga kirinya, keluar cairan dan berbau, pendengaran menurun, kadang diertai sakit kepala, pusing, mual dan muntah (-), muka menceng (-), 10 hari yang lalu lidah tidak ada rasa (asin., manis dan pahit).3. Riwayat keluarga

Tidak ada riwayat keluarganya yang menderita penyakit telinga/tuli.D. Pola Aktifitas Sehari hari (Activity Daily Living)

NOUraian Aktivitas sehari-hari

rumahRumah sakit

1Pola NutrisiMakan 3 kali perhari seadanya (nasi, lauk, pauk dan sayuran) seperti yang disajikan di pondok pesantrenpuasa

2Pola EliminasiBAB lancar 1 kali perhari, konsistensi lembek, kuningDilakukan pengosongan lambung

3Pola Istirahat/tidurTidak ada masalah (3-4 jam tidur siang) dan malam (7-8 jam)Tidak ada masalah (3-4 jam tidur siang) dan malam (7-8 jam)

4Pola Personal Hygiene

Mandi 2-3 kali perhari dengan menggunakan sabun mandi, kuku dipotong tiap 1 mingguKlien sudah mandi, dan sudah dicuku rmabutnya untuk persiapan operasi

5Pola Aktifitas

Kegiatan sehari-hari mengikuti program kegiatan dari pondok. Karena sakit pada telinga kirinya klien merasa tergangguKlien duduk dikursi roda menunggu petugas berangkat ke tempat operasi GBPT

6KetergantunganTidak pernah (rokok, obat)Tidak ada

e. Data Psikology

Status emosi

Klien sabar dalam menerima keadaan penyakitnya dan tindakan yang diberikan petugas kesehatan. Konsep Diri

1. Body Image

Persepsi klien terhadap penyakit telinga dan penurunan pendengaran kurang mengerti tantang proses penyakitnya, tetapi harus diusahakan supaya sembuh. Perubahan fungsi pendengaran membuat terganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.2. Self Ideal

Harapan klien terhadap penyakitnya supaya cepat ditangani, mau bekerja sama dala tindakan dan cepat sembuh seperti pada fungsi normalnya. Selama sakit klien sudah tidak mengikuti pross pembelajaran di kelas 2 (aliyah PP Darul Ulum).3. Self esteem

Tanggapan klien terhadap harga dirinya tidak ada masalah dalam menghadapi keadaan penyakitnya.4. Role

Klien merasa senang bersekolah mencari ilmu, disamping mempunyai banyak teman.5. IdentitasStatus klien dalam keluarga sebagai anak nomor pertama.f. Data Sosial

1. Pola komunikasi , menggunakan bahasa jawa, arab dan indonesia, 2. Pola Interaksi, lacar, komonikatif (kooperatif), dukungan keluarga (untuk memutuskan operasinya adalah kesepakatan dalam keluarga bapak dan ibu)3. Perilaku, terkontrolg. Data SpiritualKlien siswa aliyah yang sedang mondok disebuah PP darul Ulum Mojokerto, taat beribadah sesuai dengan ajaran agama islam. Untuk itu tetap bersadar dalam menghadapi cobaan sakit ini dan mau bekerja sama dengan petugas kesehatan untuk mencapai kesembuhan.h. Observasi dan pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Status gizi baik, kesadaran komposmentis, GCS 456, Penampilan sedang duduk di kursi roda, berpakaian baju operasi dan siap berangkat.

Antopometri: TB : 164cmBB : 54 KgTanda vital: T = 120/80 mmHg, N = 88 x/mnt, S = 36,7 oC, RR = 20 x/mnt2. Review of system

a. Sistem pernafasan,

Pernafasan spontan, Vesikuler, Sbentuk dada simetris, Retraksi -/-, Rh -/-, Wh -/-, RR 20 kali/menit, regulerb. system vaskuler

Tensi 120/70 mmHg, Nadi 88 kali/menit, suhu akral hangat, S1S2 tunggal normal, nyeri dada (-)c. system persyarafan

Kesadaran komposmentis, orientasi baik, GCS 456

Kepala dan leher

Sklera putih, tidak anemis, tidak ikterus

Conjunctiva pucat

Pupil isokor

Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Persepsi sensoris

Pendengaran

Telinga kananTelinga kiri

-

N

-

-

-

-

-

-Otorea

Pendengaran

Tinitus

Nyeri

Sakit kepala

Pusing

Panas

Kelainan lain+

menurun

+

+

+

-

-

-

Telinga luar :

Telinga kananTelinga kiri

-

-

-

-

utuh

-

-

-

-

-Otore bau busuk

Sekret

Granulasi

Fistula

Membran tympani

Retraksi

Perforasi

Sekret

Granulasi

koleastoma+

banyak

+++

-

suram

sulit dievaluasi

sulit dievaluasi

mukopus

+

+

Penciuman

Pilek (+), epitaksis (-)

Pengecapan

kelainan rasa (tidak ada beda rasa asin, manis dan pahit) sejak 2 minggu yang lalu

Penglihatan

Visus 6/6, tidak diplopia

Perabaan

Dapat merasakan perbedaan stimulasi terhadap panas, dingin dan tekan

d. system perkemihan

BAK Lancar produksi urine kurang lebih 3-4 gelas perhari, warna kuninge. system pencernaan

BU (+) Normal, Puasa (+),Bibir (tidak ditemukan maserasi, stomatitis), mulut Tidak ditemukan sakit menelan, trismus, ptialismus, gigi (tidak ditemukan radang, tumor), tonsil (tidak hiperemia)f. system muskoloskletal dan integument

Kemampuan pergerakan sendi bebas, kekuatan otot (5/5), kulit (turgor cukup), akral (dingin basah)g. system endokrin

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia (20 tahun)

h. Sistem reproduksi

Laki-laki, (penis, scrotum, testis)

i. Sistem hematopoetik

Limfadenopati (-)

i. Pemeriksaan penunjang

1. laboratorium

Tanggal 18 Januari 2002 :

Urea

: 9 mg/dl

Kreatini serum : 0,92

SGOT

: 16 U/L

SGPT

: 11 U/L

Tanggal 21-02-2002

Hb

: 16,5 gr%HCT

: 48,3 %Tromb.

: 350 PPT

: Koagulator (11,2), perdarahan (10,6), kontrol 1,06)APTT

: Koagulator (41,5), perdarahan (36,4), kontrol (5,1)

FH

: NormalBUN

: 30Bilirubin di: 0,13Bil total : 0,45

2. Radiologi

Thorax PA dbN

Ro Schuller

- Mastoid sisnetra : adanya rongga

- Telinga kanan : air cell

3. AudiometriTelinga kanan: Normal

Telinga kiri : Tuli konduktif, + 50 dB

Masking telinga kanan (AC kiri) 40 dB.

j. Penatalaksanaan

Pre operasi :

Informed concent

persiapan operasi fisik dan psikis

Post operasi :

Injeksi cefriaxon 1 x 1 gram

Kaflam 2 x 50 mg

Infus RL 20 tetes/menit

Observasi vital sign, pedarahan, parese N VII

Perawatan luka 5 hari post operasi

Analisa data

TGLDATAETIOLOGIMASALAH

14-01-02Preoperasi :

DATA SUBYEKTIF

KLien mengatakan bahwa ini yang pengalaman pertama saya untuk menjalani operasi

Klien mengatakan ini adalah upaya akhir yang harus ditempuh dari berbagai usaha sebelumnya dengan perawatan jalan walaupun timbul perasaan cemas tentang operasi dan kemungkinannya

Klien pernah diberi penjelasan tentang operasinya di Poli dan ruangan Klien mengatakan apakah operasinya berjalan lama dan kapan akan kembali lagi ke ruangan iniDATA OBYEKTIF

Klien agak tegang dan sedikit gelisah saat dilakukan persiapan dirinya dalam menjelang operasinya beberapa saat lagi

Klien masih kooperatif, dan daya konsentrasinya masih baik, orientasi baik (waktu, tempat dan orang)

Klien banyak bertanya

Tensi 120/80, nadi 88 kali/menit

Rencana operasi radikal rekonstruksi (tanggal 28 Januari 2002 rounde 2)

Paska operasi :

DATA SUBYEKTIF

Klien mengatakan terasa sakit (kemeng) pada daerah luka operasinya.

Rasa kemengnya berkurang bila tidur miring kanan.

DATA OBYEKTIF

Post operasi radikal rekonstruksi hari kedua

Posisi terlentang dengan miring kanan

Adanya pembengkakan/odema luka operasi setempat area 5 cm

Nyeri tekan

Rembesan darah pada verban (+)

Luka ditutup tampon spongostan (ditutup verban terfiksasi plester).

Mulai operasi jam 11.20-14.50 WIB (28 -01-2002) dengan GA

DATA SUBYEKTIF

KLien mengatakan kemeng pada sekitar luka oeprasinya.

DATA OBYEKTIF

Paska operasi radikal konstruksi kari kedua

Luka tertutup tampon spongostan, rembesan darah pada verban (+), drainase darah (-).

Nyeri tekan sekitar luka oprasinya (dibelang telinga)

DATA SUBYEKTIF

Klien mengatakan terasa sakit (kemeng) pada daerah luka operasinya.

Klien mengatakan fungsi pendengarannya mulai agak membaik, dapat menangkap suara/bunyi, tidak seperti sebelumnya.

Mual dan muntah (-), batuk (-)

DATA OBYEKTIF

Post operasi radikal rekonstruksi hari kedua

Test pendengaran dengan kata-kata dapat menirukan dengan jarak 1 meter.

Telinga kiri terdapat tampon spongostan dan ditutupi verban terfiksasi plester.

Terpasang infus RL 20 tetes/mnt

Situasi kritis pre operatif dan lingkungan yang baru

stressor

Kurang pengetahuan dan informasi tentang operasi , orientasi lingkungan

Mekanisme koping kurang adekuat

Perasaan cemas dan takut

Post operasi radikal rekonstruksi

Luka sayatan

Proses fagositosis (zat kimia; bradikinin, serotinin, leukotrin, prostaglanding meingkat)

Dilatsi pembuluh darah

Fresh pada jaringan sekitar luka dan araf perifer

nyeri

Operasi radikal rekonstruksi telinga kiri

Luka dan Perdarahan

Kontak dengan lingkungan

transfer infeksi lewat darah/biakan baik utnuk kuman/bakteri (port dentry)

infeksi

Post operasi radikal rekonstruksi

Proses resolusi

(perbaikan oscicule dan timpani)

pengaruh terhadap fungsi sensori pendengaran

pendidikan dan pengalaman kurang dalam perawatan post operasinya

informasi kurang

Ansietas sedang

Nyeri

Sensori pendengaran

infeksi

G. Diagnosa keperawatan

1. Praoperasi : Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalaman tentang operasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi),

2. Paskaoperasi :a. Nyeri berhubungan dengan sekunder terhadap injury pada jaringan dan saraf pada telinga kiri (post operasi radikal rekonstruksi)

b. Risiko Perubahan persepsi/sensoris pendengaran (menurun) berhubungan dengan kurang pengetahuan dan informasi tentang perwatan post operasi radikal rekonstruksic. Risiko infeksi berhubungan dengan luka pembedahan (post operasi radikal rekonsturksi

II. PERENCANAAN

1. Praoperasi :TGLDIAGNOSA KEPERAWATAN DAN TUJUANINTERVENSIRASIONALPELAKSANA

28-01-2002

JAM 07.00

WIB (DP 1)Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalam tentang operasi infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi),

Tujuan : Cemas berkurang

Kriteria :

KLien dapat menyatakan rasa cemas dan masalahnya

Klien tenang dan tidak gelisah, tidak berkeringan dingin

Konsentrasi dan orientasi baik

Tanda-tanda vital dalam batas normal (tensi 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, RR 18 kali/mnt)

1. Ciptakan saling percaya, komunikasi terapuetik dan tunjukkan rasa empati

2. Dorong pengungkapan masalah atau rasa cemas

3. jawab pertanyaan yang berhubungan dengan penatalaksanaan keperawatan dan perawatan medis

4. Selesaikan persiapan pasien sebelum masuk ke kamar operasi

informed concent, skint test

Puasa mulai jam 23.00 WIB

Lavemen jam 04.00 WIB

Pencukuran rambut di atas telinga kiri kurang lebih berdiameter 10 cm.

Kenakan Baju operasi

5. meminimalkan keributan di lingkungan

6. Orientasikan pada ruang operasi (ulangi informasi untuk memungkinkan penyerapan) :

orientasi ruangan

orientasi personil operasi

oritentasi prosedur operasi

7. Pemantauan psikologis klien

8. Tunjukkan perhatian dan sikap mendukung (support sistem keluarga, perawat)

9. Beri penjelasan singkat tentang prosedur operasi

10. Beri reinforcement terhadap pernyataan yang positif dan mendukung

1. Dasar untuk menemukan dan pemcehan masalah.

2. Perasaan cemas yang diungkapakan pada orang yang dipercaya akan memberikan dampak lega dan merasa aman.

3. Pertanyaan yang dijawab dan dimengerti akan mengurangi rasa cemasnya.

4. Persiapan yang matang dapat menengkan suasana lingkungan sebelum operasi.

5. Lingkungan ribut memuat stress.

6. Lingkungan yang dimengerti akan mendorong kenyamanan dan keamanan klien.

7. Tingkat kecemasan intoleran akan mengganggu pelaksanaan operasi dan anestesi.

8. Support system meningkatkan mekanisme koping klien dalam menghadapi masalah.

9. Penjelasan tentang informaasi seputar bedah memberikan informasi yang positif dan pengalaman persiapan diri dalam pembedahan.

10. Reinforcement meberikan dorongan system social untuk meningkatan koping mekanisme.

Post operasi :TGLDIAGNOSA KEPERAWATAN DAN TUJUANINTERVENSIRASIONAL

29-01-2002

jam 09.30 WIB

(DP 1)Nyeri berhubungan dengan sekunder terhadap trauma pada jaringan dan saraf bekas operasi stripping

Tujuan : nyeri berkurang

Kriteria :

Klien tenang dan tidak menyeringai

Klien mengerti factor penyebabnya seperti yang telah dijelaskan pada preoperasi

Skala nyeri ringan (1-3)

1. Observasi tingkat nyeri

2. Atur posisi yang baik dan mengenakkan (tidur miring pada posisi yang sehat/kanan)

3. Bantu klien dalam membantu mengurangi nyerinya :

Anjurkan klien nafas panjang dan dalam

Destruksi (ajak bicara yang paling disenangi)

Meditasi (dengan memejamkan matanya dan mengingat Allah)

4. Observasi luka paskaoperasi terhadap timbulnya radang

5. Terapi farmakologi Antiinflamasi : kaflam 2 x 50 mg (peroral)1. Nyeri dapat diantisipasi klien secara individualisme dan penanganan yan berbeda

2. Posisi kaki lebih tinggi dari badan 30o dapat mengurangi peningkatan penekanan pada jaringan yang rusak sehingga mengurangi nyeri.

3. Proses ini seperti (nafas panjang dan dalam merelaksasi otot yang dioperasi dan terimobilisasi, destruksi, meditasi, hipnotis) dapat membantu dalam mengurangi nyerinya.

4. Perhatikan stuwing yang meningkat menghambat suplai oksigen sehingga nyeri bertambah.

5. Analgetik merupakan obat anti nyeri yang bekerja secara sentral atau perifer/local.

TGLDIAGNOSA KEPERAWATAN DAN TUJUANINTERVENSIRASIONAL

29-01-2002

jam 10.00 WIB

(DP 2)Risiko Perubahan persepsi/sensoris pendengaran (menurun) berhubungan dengan kurang pengetahuan dan informasi tentang perawatan post operasi radikal rekonstruksi (rumah sakit/rumah)Tujuan : Persepsi / sensoris baik.

Kriteria hasil.

Klien akan mengalami peningkatan persepsi /sensoris pendengaran sampai pada tingkat fungsional.

Interaksi dan komunikasi lancar

Tidak ada salah persepsi

Tidak ada komplikasi

Klien kooperatif dalam menjga keutuhan kondisi telinganya yang dioperasi.

1. Jelaskan kemungkinan yang terjadi dampak setelah operasinya :

Perdarahan

Fungsi pendengaran membaik atau memburuk

Komplikasi (pusing, muntah dna nyeri kepala)

2. Tingkatkan partispasi klien dan keluarga dalam menjaga keutuhan pendengarannya yang sehat dan telinga yang telah operasi

3. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan telinga kirinya,:

Hindari kekuatan mengedan

Hindari batuk, bunyi yang keras

Beri tahu petugas bila merasa mual/muntah

4. Observasi tanda-tanda perkembangan tingkat pendengaran dan komplikasi intra kranial

5. Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (minum obat sesuai dengan anjuran) kataflam 2 x 5 0 mg

1. Keefektifan pendengaran tergantung pada tipe operasi dan perawatannya yang tepat.

2. Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.

3. Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak secara permanen.

4. Fungsi pendengran baik bila klien dpat mendengarkan stimuli bunyi, pencegahan komplikasi dengan observasi dini.

5. Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.

TGLDIAGNOSA KEPERAWATAN DAN TUJUANINTERVENSIRASIONAL

Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan diskontinuitas jaringan sekunder terhadap gangguan akibat pembedahan (radikal mastektomi)

Tujuan :

Infeksi tak terjadi selama perawatan

Kriteria :

Tanda-tanda infeksi tidak ditemukan : kemerahan sekitar luka operasi

perdarahan (-), odema (-), nyeri (-)

suhu dalam batas normal (36-37oC

- nilai laboratorium Sel Darah Putih normal (8.000-10.000/mm3)1. Observasi terjadinya tanda-tanda infeksi (merah, nyeri, panas, fungsi menurun pada lokasi pembedahan)

2. Monitor tingkatkan Penyembuhan luka (primer/sekunder)/fase I, II, III dan IV

3. Tingkatkan daya tahan tubuh klien dengan :

- diit seimbang (TKTP) sesuai dengan porsi yang disediakan oleh RS

menjaga kebersihan sekitar luka

hindari/kurangi stress

lanjutkan pemberian infus RL 20 tts/mnt

4. Tindakan untuk mencegah regangan pada jahitan, perdarahan

5. Tindakan perawatan luka aseptik dan antiseptik (perawatan luka post operasi radikal rekonstruksi dibuka pada hari ke-5, jaihtan dilepas separoh dan separohnya pada hari ke-7)

6. Terapi antibiotika (injeksi ceftriaxon 1 x 1 gram) IV/IM1. Observasi dini dapat mencegah komplikasi dan masalah cepat teratasi)

2. Tahap penyembuhan luka dapat dilihat dari proses granulasi dan fibrin

3. Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan umum. Mempercepat kesemubuhan luka.

4. Regangan pada jahitan dapat menimbulkan gangguan, membuat jalan masuk mikroorganisme

5. Teknik aseptik menimimalkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi risiko infeksi.

6. Anti kuman atau babteri berspektrum luas.

IMPLEMENTASI

TGL/

DXJAMIMPLEMENTASITTD

28-01-

2002

Dx. 1

Dx. 2a

2b

2c

O7.00

07.00

07.15

09.00

07.00

09.00

07.00

07.15

09.00

11.00

Preoperasi :

1. Menciptakan komunikasi terapeutik antara perawat-klien dan hubungan saling percaya, menguatkan kontrak dalam membantu klien selama sebelum, dan setelah operasi

2. Meminimalkan keributan di lingkungan (kesalahpahaman dalam waktu operasi)

3. Memberi kesempatan dan mendorong klien untuk mengungkapkan masalah atau rasa cemas sehuungan dengan akan dilakukannya operasi

4. Memberi jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan penatalaksanaan keperawatan dan perawatan medis dalam persiapan preoperasi .

5. Menyelesaikan persiapan pasien sebelum berangkat ke tempat operasi di BGPT :

Memeriksa kembali Informent concent dan tanda tangan persetujuan (+), cukur rambut, skint test

Menanyakan kembali tentang BAB (tingkat keberhadilan lavemen), puasa

Mengganti baju dengan baju OK dan menyarankan lien duduk di kursi roda

6. Melakukan penjelasan gambaran di ruang operasi (ulangi informasi untuk memungkinkan penyerapan) :

orientasi ruangan OK GBPT

orientasi personil operasi (Operator, pembantu operator, dokter anestesi (pembiusan) pemegang alat, perlengkapan yang merupakan satu tim)

oritentasi prosedur operasi (sebelum masuk perlu disuntikkan suntikan praoperasi, masuk kamar dibius dan dilakukan operasi seprti yang telah dijelaskan diawal)

Pemantauan psikologis klien (memantapkan kesiapna klien)

2. Melibatkan keluarga dalammemberikan dukungan atau support pada klien baik sebagai orang tua mampun secara agama.r

3. Memberi reward atau pujian terhadap pernyataan positif dan kesanggupan dan ketabahan dalam menghadapi operasi nantinya.

1. Mengobservasi tingkat nyeri ringan (skala 1-2)

2. Memberi saran pada klien untuk tidur terlentang atau posisi miring pada posisi yang sehat/kanan)

3. Membantu klien dalam membantu mengurangi nyerinya :

menganjurkan klien nafas biasa dan hindari menaham nafas, relaks (tenang dan santai)

Mengajak klien berbicara tentang sekolah dan teman-temannya)

Menganjurkan klien untuk konsentrasi dan memohon pada Allah untuk diberi keringanan dalam menghdapi sakitnya.

4. Melaksanakan kolaborasi dalam memberikan terapi obat antiinflamasi : kaflam 50 mg (peroral)

5. Mengobservasi luka paskaoperasi pada waktu arawat luka terhadap timbulnya radang (pembengkakan minimal