Upload
nailul-hasibuan
View
184
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI
DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1 :
NADRAN HAMDANI SIREGAR
AGUS SUYONOHIKMALIALIA AGUSRINA SIREGARNOVA RIANI
LATAR BELAKANGPemberlakuan peraturan dan perundangan-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan otonomi pendidikan menuntut adanya upaya pembagian kewenangan dalam berbagai bidang pemerintahan. Hal tersebut membawa implikasi terhadap sistem dan penyelenggaraan pendidikan termasuk pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian, yaitu:1. Diversifikasi Kurikulum yang merupakan
proses penyesuaian, perluasan, pendalaman materi pembelajaran agar dapat melayani keberagaman kebutuhan dan tingkat kemampuan peserta didik serta kebutuhan daerah/lokal dengan berbagai kompleksitasnya.
2. Penetapan Standar Kompetensi (SK), dimaksudkan untuk menetapkan ukuran minimal atau secukupnya, mencakup kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dilakukan, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan secara maju dan berkelanjutan sebagai upaya kendali dan jaminan mutu.
3.Pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Provinsi/ Kabupaten/Kota sebagai Daerah Otonomi merupakan pijakan utama untuk lebih memberdayakan daerah dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan potensi daerah yang bersangkutan.
Untuk merespon ketiga hal tersebut di atas, Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) telah melakukan penyusunan Standar Isi
(SI), yang kemudian dituangkan kedalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22 tahun 2006, yang
mencakup komponen:
1. Standar Kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan
minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta
didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan.
2. Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK peserta
didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan
SK peserta didik.
.
Kompetensi merupakan kombinasi dari tiga kawasan kemampuan manusia secara terkombinasi, yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan prilaku untuk meningkatkan kinerja.
Indikator kuat tentang kompetensi di sini adalah peningkatan kinerja sampai tigkat baik atau sangat baik.
kombinasi pengetahuan,ketrampilan dan prilaku adalah modal dasar untuk menghasilkan kinerja.
Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Penggunaan konsep tujuan pembelajaran berbasis kompetensi lahir karena fenomena lulusan pendidikan yang tidak siap bekerja. Lulusan tersebut hanya mempunyai pengalaman, keterampilan, dan sikap perilaku, tetapi belum dapat menggunakannya sampai tingkat mempunyai kinerja yang baik bila sudah bekerja. Bila dianalisis kebelakang, ditemukan masalah pada titik pangkal pembelajaran,yaitu rumusan tujuan pembelajran yang berhenti pada tahap perolehan pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku. Rumusan tujuan program studi dan pembelajran tidak sampai pada pencapaian kompetensi yang diperlukan dalam dunia kerja. Melihat fenomena tersebut para pengambil kepututsan pendidikan menetapkan perlunya penggunaan kurikulum pendidikan berbasis kompetensi pada semua jenjang dan jenis pendidikan. Siregar dan Nara (2010,p.67) mengartikan kurikulum berbasis kompetensi sebagai “suatu kurikulum yang ditunjukkan untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya. Kompetensi yang dikembangkan berupa keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan kerumitan – kerumitan dalam kehidupan
.
Definisi lain menyatakan: Kompetensi adalah kemampuan
mengerjakan apa yang perlu dilakukan ada saat berhubungan kerja secara produktif dengan orang lain dan lingkungan mereka.Kata kunci berhubungan kerja secara produtif menunjukkan ada unsure hasil kerja .Jadi , kompetensi itu mempunyai in dikator produktivitas kerja.
Definisi itu menunjukkan bahwa pengetahuan,keterampilan dan sikap perilaku adalah bagian penting dari kompetensi.
Definisi itu juga secara jelas menyatakan bahwa kompetensi itu lebih dari sekedar pengetahuan, ketrampilan dan sikap prilaku
Tujuan Pembelajaran
Berbasis Kompetensi Tujuan pembelajaran adalah kompetensi yang diharapkan dicapai peserta didik setelah menyelesaikan proses pembelajaran.
Kompetensi itu sendiri seperti disampaikan berbagai definisi sebelum uraian ini berbentuk kinerja atau unjuk kerja yang baik dalam bidang kehidupan atau pekerjaan.Kinerja yang baik itu dicapai berkat kemampuan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku
Hubungan antara kompetensi
kemampuan, dan pengetahuan
Kompetensi ditunjukkan dengan
kinerja yang minimal baik
Kapabilitas atau kemampuan sebagai hasil penerapan
kombinasi dari penerapan pengetahuan,keterampilan dan
sikap prilaku
Perubahan pengetahuan keterampilan dan sikap prilaku
Kompetensi dicapai sebagai hasil penggunaan kapabilitas atau
kemampuan dalam pemecahan masalah aktual
Kapabilitas atau kemapuan disebut kompetensi dasar yang diperoleh sebagai hasil perpaduan bakat, pemgalaman dan
pendidikan.Ia menjadi dasar untuk mencapai kompetensi
Diperoleh sebagai hasil belajar dari pengalaman dan pendidikan serta menjai
dasar untuk mencapai kapabilitas dan kompetensi; disebut pula kompetensi dasar
Pada jenjang pendidikan taman kanak- kanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, dan sekolah menengah atas, memang tidak dimaksudkan mempersiapkan lulusan untuk bekerja, tetapi belajar lebih lanjut ke jenjang pendidikan di atasnya. Namun, demikian rumusan tujuan interuksional pada semua mata pelajaran di sekolah sekolah itu pun tidak boleh berhenti pada pengetahuan kogitif tingkatan rendah saja, tetapi setidaknya sampai pada pencapaian kapabilitas atau kompetensi dasar agar lebih mudah ditingkatkan menjadi kompetensi bila meneruskan ke jenjang perguruan tinggi. Bahkan sebagaian mata pelajaran harus menghasilkan produk yang berbentuk hasil karya teknologis, sastra, keterampilan psikomotor , dan sikap perilaku yang semuanya menunjukkan kinerja.
Pada jenjang Pendidikan sekolah
menengah kejuruan, politeknik, dan
program studi yang diarahkan untuk
bekerja, sebagian besar atau seluruh
mata pelajaran atau mata kuliah
diarahkan pada pencapaian
kompetensi. Desain dan
pengembangan system pembelajran
dengan seluruh komponen didalamnya
harus di fokuskan pada tujuan
pembelajaran yang berisi kompetensi.
Ahli lain Sullivan dan Higgins
(1983,p.1) memamndang bahwa
pembejaran berbasis kompetensi tidak
hanya di fokuskan pada pencapaian
peserta didik, tetapi juga pda
pencapaian pengajar
Kompetnsi awal peserta didik diperoleh dari sumber internal yang berupa bakat dan dua sumber eksternal, yaitu pendidikan dan pengalaman.Kombinasi kedua sumber tersebut diperoleh peserta didik sebelum mengikuti proses pembelajrana.Kompetensi awala ini merupakan faktor yang akan dibandingkan dengan kompetensi yang dicaai peserta didik setelah menyelesaikan proses pembelajran.Siapa yang menentukan kompetesi akhir ini?
Kompetensi akhir dirumuskan oleh:
peserta didik
penyelenggara pendidikan
Masyarakat pengguna
lulusan
Mereka adalah pihak yang paling berkepentingan terhadap hasil pembelajran, karena memanfaatkan hasil pembelajaran dalam kehidupan pada masa yang akan datang . Mereka adalah pihak yang perlu dibantu oleh penyelenggara pendidikan membangun cita – citanya.Untuk mencapai cita cita itu, mereka perlu mempunyai kompetnesi yang relevan
Mereka adalah pihak yang sangat berkepentigan mendapatkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Mereka paling tahu tentang kompetensi yang perlu dicapai lulusan karena mereka adalah pihak yang akan merekrut lulusan untuk bidang pekerjaan yang mereka butuhkan.Juga termasuk pihak penyelenggara pendidikan di tingkat yang lebih tinggi.Mereka ini adalah pihak yang paling tahu tentang kompetensi yang seharusnya dikuasai oleh calon peserta didik pada saaat memulai rogram pembelajran di tingkat selanjutnya
Di dalamnya termasuk pengajar, dan pengelola satuan pendidikan. Pengalaman, pandangan, dan pengetahuan mereka dalam bidang pembelajaran, baik untuk sautu mata pelajaran atau mata kuliah, maupun suatu program studi akan menjadi modal yang sangat penting untuk membantu peserta didik dalam mencapai cita citanya
No
Kemampuan Kompetensi Dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang disebutNo Kompetensi
1Kemampuan menjelaskan cara membuat proposal penelitian
1Membuat proposal penenlitian yang baik
2Kemampuan cara menulis laporan penelitian
2Membuat laporan penelitian yang baik
3
Kemampuan membandingkan cara membuat rancang bangun gedung perkotaan dengan perdesaan yang baik
3Membuat rancang bangun gedung perkotaan dan perdesaan yang baik
4Menguraikan cara penggunaan peralatan aboratorium isika dengan baik
4Menggunakan peralatan laboratorium fisika dengan baik
5
Menjelaskan cara menenang bola dengan teknik tandangan pisang yang baik 5
Menendang bola dengan teknik tendangan pisang dengan baik
6
Menguraikan dengan jeas tentang cara bersopan santun dalam kehidupan bermasyarakat
6Berprilaku sopan santun dalam kehidupan bermasyarakat
7
Menguraikan bentuk perilaku gotong royong sesuai ajaran Pancasila dengan baik 7
Bergotong royog sesuai ajaran pancasila yang baik
Contoh perbandingan kemampuan dan kompetensi
Hubungan Kompetensi dan Manajemen Satuan Pendidikan
Manajemen satuan pendidikan sesungguhnya telah mendapat lampu hijau dari kebijakan pendidikan nasional dengan pemberlakuan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kebijakan tersebut bermaksud memberikan kewenangan dan kesempatan berkreasi bagi setiap satuan pendidikan untuk menciptkanan kurikulum dan pembelajran yang sesuai dengan kondisi masing- masing. Disamping itu, Manajemen satuan pendidikan sesungguhnya diberi peluang utuk kreatif dengan pemberlakuan kebijakan nasional melalui desentralisasi dan otonomi daerah.Otonomi tersebut memberikan keterluasaan bagi daerah, kabupaten dan kota madya untuk melakukan berbagai inovasi dalam penyelenggaraan pendidika.Dengan pendidikan dan kebijakan KTSP melalui kepala sekolah secara bersama mendapt kesempatan untuk menampilkan kreativitas dan daya inovatifnya untuk melakukan pembaharuan dalam dunia pendidikan termasuk pembaharuan dalam pembelajaran.
kebijakan tersebut tampaknya belum cukup efektif karena pengalaman masa alu yang sangat panjag dimana hampir semua hal yang seharusnya diciptakan sendiri oleh pengajar telah ditentukan oleh Pemerintah (Pusat).Garis – garis besar program pembelajaran (GBPP) yang berfungsi sebagai cetak biru pembelajaran dan buku yang digunakan selalu ditentukan oleh Pemerintah.Bahkan ada suatu masa yang cukup panjang dimana GBPP itu “ diperkuat” dengan satuan acara pembelajran (SAP), buku wajib dan kisi-kisis tes hasil belajar, seluruhnya dibuatkan oleh Pemerintah Pusat.
Ruang berkreasi dan berinovasi bagi pengajar seolah ditutup karena kekhawatiran ketidakseragaman dan ketidakmampuan sebagian besar pengajar untuk menciptkan pembeljaran hasil kreasinya sendiri.Masa – masa seperti itu setiap pelatihan tentang metode pembelajaran dipandang oleh pengajar, kepala sekolah , dan dinas pendidikan secara keliru, yaitu sebagai instruksi bahwa metode itu yang boleh digunakan.Pada gilirannya mana kala dikenalkan metode baru seolah – olah metode yang lama sudah ketinggalan jaman, dan mereka hanya boleh menggunakan metode terbaru
Pada akhir proses pembelajaran hampir selalu digunakan tes obyektif . Kebiasaan ini
seakan-akan memberi petunjuk lebih jelas bahan dalam setiap kegiatan pembelajaran
dikelas sebaiknya digunakan tes obyektif. Pada hal ujian nasional yang menggunakan tes
obyektif itu karena tidak memungkinkan penggunaan tes karangan (essay) apalagi
penilaian kinerja atau kompetnsi. Pengguna tes obyektif itu karena alasan praktis
( practicality) dan eisiensi waktu dalam penggunaannya.tes karangan membutuhkan waktu
terlalu panjang untuk memeriksa dan menentukan nilai peserta tes, apalagi jumlah peserta
test sangat besar, ribuan bahkan jutaan orang. Penggunaan tes karangan, tugas – tugas
pembuatan makalah, dan penilaian kinerja praktek, misalnya kompetensi merancang
gagasan, menyusun rencana, menyususn laporan tertulis, membuat desain bangunan,
membuat model dalam kelas karena jumlah pesettanya sedikit, hanya puluhan, demikian
pula dalam ujian – ujian dan ulangan umum tingkat sekolah.
System pembelajaran memang membutuhkan dukungan setiap komponen yang ada
di dalamnya karena hanya melalui keterkaitanfungsi seluruh komponen pembelajaranlah
dapat diwujudkan kompetensi peserta didik seperti yang diharapkan.
Kesimpulan
Pembelajaran berbasis kompetensi mempunyai beberapa pengertian,yaitu:1. proses pembelajaran didesain dan dilaksanakan sesuai
dengan kompetensi yang ditentukan dalam tujuan pembelajaran. Pelaksaaan pembelajran selama ini pada umumnya diarahkan pada penguasaan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik degan fokus pada kemampuan teoritis, sehingga penguasaaannya pun baru sampai pada penguasaan teori belum sampai pada tingkat kompetensi.Kompetensi diindikasikan oleh tingkatan pencapaian kinerja dengan baik yang diperoleh dari hasil penerapan kemampuan dalam bidang pengetahuan, ketrampilan, dan sikap peserta didik.
2. proses pembelajaran dirancang dan dilaksanakan mulai dari kompetensi yang telah dikuasai peserta didik sebelum mengikuti proses pembelajaran.Selanjutnya tahapan pembelajaran dilakukan secara sistematik.
3. semua komponen yang berada dalam system pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk menciptakan proses pembelajran yang mengarah pada satu hal, yaitu pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.Untuk itu , pengajar perlu terampil menggunakan konsep desain pembelajaran dan pengelolaan kegiatan pembelajaran.
4. pengukuran keberhasilan pembelajran dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian kompetnsi peserta didik. Untuk itu, pengajar yang relevan dengan tujuan pembelajaran
Keempat hal tersebut merupakan fokus perhatian dalam mengimpelementasikan pembelajaran berbasis kompetensi.
TERIMA KASIH